documentoa

33
Pendahuluan Osteoartritis adalah suatu jenis penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi dan biasanya terjadi pada usia tua. Penyakit ini merupakan bentuk radang sendi yang paling sering ditemukan. Di Amerika Serikat penderita osteoarthtritis mencapai 21 juta orang. Penyakit ini cukup menggangu karena menyebabkan nyeri yang semakin parah seiring dengan perkembangannya. Hal ini dapat berujung pada disabilitas pasien serta penurunan kualitas hidupnya. Osteoartritis adalah bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens bertambah dengan meningkatnya usia. Osteoartritis dahulu diberi nama artritis “yang rusak karna dipakai” yang kemudian menjadi aus dengan bertambahnya usia. Tetapi, temuan-temuan yang lebih baru dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini. Anamnesis Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian pemeriksaan pasien, baik secara langsung atau tidak langsung. Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Data 1

Upload: patricia-virginia

Post on 25-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

osteoatritismuskuloskeletal

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentOA

Pendahuluan

Osteoartritis adalah suatu jenis penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan

kerusakan kartilago sendi dan biasanya terjadi pada usia tua. Penyakit ini merupakan bentuk

radang sendi yang paling sering ditemukan. Di Amerika Serikat penderita osteoarthtritis

mencapai 21 juta orang. Penyakit ini cukup menggangu karena menyebabkan nyeri yang

semakin parah seiring dengan perkembangannya. Hal ini dapat berujung pada disabilitas pasien

serta penurunan kualitas hidupnya.

Osteoartritis adalah bentuk arthritis yang paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit

melampaui separuh jumlah pasien arthritis. Gangguan ini sedikit lebih banyak pada perempuan

daripada laki-laki dan terutama ditemukan pada orang-orang yang berusia lebih dari 45 tahun.

Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu proses penuaan normal, sebab insidens bertambah

dengan meningkatnya usia. Osteoartritis dahulu diberi nama artritis “yang rusak karna dipakai”

yang kemudian menjadi aus dengan bertambahnya usia. Tetapi, temuan-temuan yang lebih baru

dalam bidang biokimia dan biomekanik telah menyanggah teori ini.

Anamnesis

Anamnesis merupakan wawancara medis yang merupakan tahap awal dari rangkaian

pemeriksaan pasien, baik secara langsung atau tidak langsung. Tujuan dari anamnesis adalah

mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang bersangkutan. Data anamnesis terdiri atas

beberapa kelompok data penting: Identitas pasien, Riwayat penyakit sekarang, Riwayat

penyakit dulu, Riwayat kesehatan keluarga, dan Riwayat pribadi, sosial-ekonomi, budaya. Pada

anamnesis pasien OA biasanya didapatkan pasien yang berusia lanjut yang menderita nyeri

pada sendi-sendi besar seperti vertebrae, panggul, lutut dan pergelangan kaki. Sendi-sendi

pergelangan dan jari tangan jarang terkena osteoarthritis. Tidak ada dominasi jenis kelamin

dalam osteoarthtritis. Pada umur di bawah 50 tahun didapatkan lebih banyak pria yang

menderita osteoarthritis. Sedangkan pada saat berusia diatas 50 tahun lebih banyak ditemukan

penderita wanita. 1

Osteoarthtritis ialah penyakit yang bersifat kronik progresif. Pada tingkat yang lebih

lanjut pasien dapat datang bukan hanya dengan keluhan nyeri, namun bisa juga terdapat

1

Page 2: DocumentOA

pembesaran sendi yang dapat menghambat gerakan sendi bahkan deformitas sendi tersebut. Pada

osteoarthritis daerah genu dapat terlihat kaki yang berbentuk valgus maupun varus. 1

Pasien osteoarthritis juga biasanya mengalami stress pada sendi akibat penekanan berat

badan tubuh yang berlebih. Sehingga pada pasien penyakit ini biasanya didapat obesitas. Selain

itu dapat pula ditanyakan apakah pasien mengalami cedera sebelumnya karena cedera dapat

memperburuk keadaan penyakit. 2

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan meliputi look (inspeksi), feel (palpasi) dan move

(menggerakan sendi-sendi). Pemeriksaan osteoarthritis difokuskan pada sendi-sendi dengan

kemungkinan terbesar terkena penyakit ini, yaitu sendi pangkal paha, lutut serta pergelangan

kaki.3

Pada persendian di daerah pangkal paha pemeriksaan yang dilakukan meliputi:

Inspeksi

Pemeriksaan sendi pangkal paha dapat dimulai ketika pasien memasuki ruang periksa.

Yang perlu diperhatikan ialah fase berdiri dan fase mengayun. Fase berdiri ialah pada

saat kaki mengenai tanah dan menyangga beban tubuh. Sedangkan fase mengayun ialah

fase disaat kaki bergerak ke depan dan tidak menyangga beban tubuh. Cara berjalannya

harus terlihat lancar dengan irama yang berkesinambungan. Selain itu dapat dilihat

pemukaan anterior dan posterior sendi pangkal paha untuk menemukan bagian yang

mengalami atrofi otot maupun memar. 3

Palpasi

Pada perabaan dapat ditemukan bagian-bagian os coxae seperti SIAS, krista illiaka, dan

tuberkulum illiaka di permukaan anterior sendi. Pada permukaan posterior ditemukan

trokanter mayor dan tuber iskiadikum. Jika terasa nyeri pada sendi pangkal paha dapat

dilakukan palpasi bursa illiopektineal yang berada pada bidang yang lebih dalam dari

ligamentum inguinalis. 3

Kisaran gerak dan manuver

2

Page 3: DocumentOA

Gerakan pada sendi pangkal pada meliputi fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi.

Khusus untuk osteoarthritis biasanya dijumpai keterbatasan pada abduksi. Selain itu

gangguan pada rotasi internal merupakan suatu indikator yang sensitif terhadap penyakit

sendi pangkal paha. Biasanya hal ini juga diikuti dengan gangguan pada rotasi

eksternal.3

Pada sendi lutut dan tungkai bawah juga dapat dilakukan pemeriksaan yang dengan pola

yang sama, yaitu:

Inspeksi

Perhatikan aliran gerak pasien saat berjalan memasuki ruang periksa. Lutut harus

diekstensikan ketika tumit menyentuh tanah dan difleksikan pada siklus berdiri dan

mengayun. Pada penderita osteoarthritis sering terdapat pembengkakan sendi lutut dan

kantong suprapatela sehingga cekungan normal di sekitar patela menghilang.3

Palpasi

Pada posisi duduk palpasi akan lebih mudah dilakukan karena semua patokan tulang

terlihat dengan lebih jelas. Ibu jari dapat digunakan untuk meraba cekungan lunak yang

terletak di kedua sisi patela. Selain itu dapat juga diraba kondilus medialis femur serta

tepi atas plateau medialis tibia. 3

Pada perabaan juga tanyakan pada pasien apakah ada nyeri tekan. Rasa nyeri dan

krepitasi merupakan indikasi adanya pergesekan antara os tibia dan os femur. Hal ini

dapat terjadi akibat berkurangnya cairan sendi maupun pembentukan spur/osteofit yang

kerapkali dapat ditemukan pada penderita osteoarthritis. 3

Pada osteoarthritis terjadi efusi banyak di sendi. Hal ini dapat menyebabkan kompresi

sendi sehingga cairan tersebut dapat menyemprot ke dalam rongga yang berada di dekat

patella. Gelombang cairan dapat dideteksi dengan tes tertentu seperti tes balon. 3

Kisaran gerak dan manuver

Gerakan sendi lutut yang terutama adalah fleksi, ekstensi, rotasi internal dan eksternal.

Pada penderita osteoarthritis biasanya ditemukan pengurangan range of movemen /

ROM. Terutama pada gerakan fleksi-ekstensi. Normalnya pada pergerakan ini pasien

setidaknya dapat mencapai ROM sebesar 120o. Namun sudut ini dapat menurun pada

penderita osteoarthritis. Umumnya pasien akan kesulitan melakukan fleksi yang dalam

seperti pada saat berlutut. 3

3

Page 4: DocumentOA

Pergelangan kaki dan kaki juga merupakan tempat yang sering terjadi perubahan radiografi

akibat terjadinya proses peradagan. Oleh karena itu pemeriksaan di daerah ini tidak kalah

pentingnya. 3

Inspeksi

Amati apakah ada deformitas, noduli maupun pembengkakan di daerah pergelangan

kaki.

Palpasi

Pemeriksaan dengan menggunakan kedua ibu jari di daerah anterior setiap sendi

pergelangan kaki dengan memperhatikan adanya pembengkakan serta nyeri tekan.

Selain itu dapat dilakukan perabaan pada daerah posterior yaitu pada tendon Achiles

untuk menemukan adanya noduli dan nyeri tekan. Selain itu lakukan pula palpasi pada

artikulasio metatarsofalangeal. Nyeri pada daerah ini lebih mengindikasikan ke arah

penyakit arthritis gout. 3

Kisaran gerak dan manuver

Pergerakan pada pergelangan kaki meliputi gerakan fleksi dan ekstensi serta gerakan

inversi dan eversi. 3

Secara umum pada pemeriksaan osteoarthritis didapatkan nyeri sendi yang dapat disertai dengan

gangguan pergerakan pada sendi yang terkena peradangan. 3

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan penunjang dapat dilakukan artosentesis sebagai suatu indikasi untuk

memastikan diagnosis. Namun perlu diperhatikan kontraindikasi yaitu pada sendi yang tidak

stabil. Hal ini biasanya terjadi pada tingkat ostearthritis yang lebih tinggi dimana terjadi

deformitas. Selain itu pada osteoarthritis yang sudah parah juga dapat ditemukan gangguan sendi

celah sendi menyempit dan jmlah cairan sendi berkurang. Pengambilan cairan sendi akan

semakin memperburuk keadaan pada kondisi ini.4

Pada artrosentesis dapat dilakukan pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, tes

mikrobiologi, tes kimia serta tes imunologi. Pada pemeriksaan makroskopik yang dapat dilihat

4

Page 5: DocumentOA

ialah warna cairan sendi, tes musin, tes viskositas dan melihat bekuan dalam sendi. Diantara

keempat jenis tes tersebut hanya tes warna yang masih bisa digunakan untuk kasus osteoarthritis.

Pada tes warna umumnya didapatkan perubahan warna cairan sendi dari bening menjadi warna

kuning jernih. Tes yang lain umumnya tetap terlihat seperti keadaan normal. 4

Gambar 1. Warna Cairan Sendi Pada Penderita Osteoarthritis

Selain itu angka normal juga ditunjukan pada pemeriksaan hitung sel darah dan laju

endap darah darah. Pemeriksaan imunologi seperti pemeriksaan C-Reactive Protein, Anti

Nuclear Antibodies serta Rheumatoid Factor juga tidak banyak membantu karena hasilnya tetap

normal. Akan tetapi ketiga pemeriksaan ini bisa digunakan untuk membedakan osteoarthritis

terhadap jenis penyakit sendi yang lain seperti rheumatoid arthritis.4

C-Reactive Protein ialah suatu protein yang dilepaskan secara cepat pada proses

peradangan akut. Pada 70-80 % penderita rheumatoid arthritis didapatkan peningkatan kadar

CRP. Sedangkan Rheumatoid Factor merupakan antibodi terhadap bagian Fc (constant region)

dari immunoglobulin G yang ditemukan pada 80% penderita rheumatoid arthritis. Tes Anti

Nuclear Antibodies umumnya meningkat pada 70% penderita Sistemic Lupus Eritomatosus dan

pada 20% penderita rheumatoid arthritis. Sehingga ketiga tes tadi bisa digunakan untuk

menyingkirkan kemungkinan pasien terkena osteoarthritis bila didapatkan hasil yang positif. 4

Untuk itu, maka pemeriksaan yang dapat kita gunakan untuk memastikan diagnosis

osteoarthritis adalah dengan pemeriksaan radiologi. pemeriksaan radiologi adalah jenis

pemeriksaan yang cukup akurat dan meyakinkan dalam diagnosis penyakit ini. 2,4

5

Page 6: DocumentOA

Radiologi

Ciri khas yang sering terlihat pada gambaran radiogram osteoarthritis adalah

penyempitan ruang sendi. Keadaan ini terjadi karena tulang rawan sendi menyusut. Pada sendi

lutut penyempitan ruang sendi dapat terjadi pada salah satu komponen saja. Selain ditemukannya

penyempitan sendi juga bisa terjadi peningkatan densitas tulang disekitar sendi. Osteofit (spur)

bisa terlihat pada aspek marginal dari sendi. Kadangkala terlihat perubahan-perubahan kistik

dalam berbagai ukuran. 5

Beratnya perubahan pada sendi yang terlihat secara radiografis dapat tidak berhubungan

dengan gejala-gejala yang ada. Bukti radiologis osteoarthritis dapat ditemukan pada hampir 85%

pasien yang berusia diatas 75 tahun, sedangkan pasien yang mengeluh nyeri dan kaku sendi

presentasinya jauh lebih rendah. 5

Radiogram khusus dapat membantu untuk mengevaluasi osteoarthritis. Radiogram sendi

lutut yang sedang memikul beban tubuh dapat memberi gambaran yang lebih baik tentang efek

penyakit bila dibandingkan dengan gambaran sendi yang sedang tidak memikul bedan tubuh.

Osteoartritis bukan suatu penyakit yang simetris, sehingga pembuatan gambar radiogram sendi

kontralateral akan dapat membantu. 5

Berdasarkan gambaran radiologisnya, dua orang ahli yaitu Kellgren dan Lawrance menetapkan

lima derajat osteoarthritis, yaitu:

Derajat 0: normal, celah sendi baik, tidak ada osteofit dan kista subkondral.

Derajat 1: adanya penyempitan celah sendi yang meragukan dan adanya kemungkinan

pembentukan osteofit.

Derajat 2: adanya osteofit yang disertai dengan kemungkinan penyempitan pada celah

sendi.

Derajat 3: jumlah osteofit yang lebih dari satu, penyempitan celah sendi, beberapa

gambaran sklerotik pada tulang yang disertai dengan kemungkinan adanya deformitas

tulang.

Derajat 4: osteofit yang besar, celah sendi yang menyempit, sklerosis dalam tingkatan yang

parah serta didapatkan adanya deformitas pada tulang.

6

Page 7: DocumentOA

Gambar 2. Osteoarthritis Sendi Lutut Derajat 3

Derajat ini digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit serta

penanganan yang tepat terhadap tingkat penyakit tersebut. Selain pemeriksaan radiologi,

dapat pula dilakukan pemeriksaan resonansi magnetik (MRI) serta artoskopi untuk

mendukung diagnosis osteoarthritis. 4

Terdapat bermacam-macam marker molekular yang dapat ditemukan pada cairan

sinovial maupun dalam serum pasien OA yang berasal dari komponen ekstraartikular

matriks yang dapat digunakan sebagai penanda biokimia timbulnya penyakit ini.

Contohnya ialah core protein epitopes, keratan sulfate epitopes, cartilage matrix proteins

dan type II colagen C-propeptide. Semua biomarker tadi akan meningkat kadarnya dalam

cairan sendi penderita osteoarthritis. 4

Diagnosis Kerja

Diagnosis kerja penderita osteoarthritis dipastikan melalui gambaran klinis dan radiografis.4

Gejala klinis yang tampak pada pasien osteoarthritis umumnya ialah sebagai berikut :

Nyeri sendi

Keluhan ini yang umumnya disampaikan oleh pasien saat pertama kali bertemu dengan

dokter. Pasien biasanya merasa bertambah nyeri pada saat beraktivitas dan berkurang

nyerinya saat beristirahat. Nyeri pada osteoarthritis juga dapat berupa penjalaran

maupun akibat radikulopati misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal. OA

7

Page 8: DocumentOA

lumbal dapat menimbulkan stenosis spinal yang berujung pada rasa nyeri di daerah betis

yang disebut sebagai claudicatio intermitten. 4

Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini umumnya semakin bertambah parah seiring bertambahnya rasa nyeri. 4

Kaku pagi

Kaku biasanya timbul setelah imobilitas, seperti duduk di kursi dalam waktu yang lama

maupun setelah bangun tidur. Setidak-tidaknya didapati 20 menit keadaan kaku sebelum

sendi dapat digerakan lagi. 4

Krepitasi

Pada keadaan di mana celah sendi telah menyempit dapat terjadi pergesekan antara

tulang yang satu dengan yang lainnya yang menimbulkan bunyi gemertak dan dapat

terdengar pada jarak tertentu. 4

Pembesaran atau Perubahan bentuk sendi (Deformitas)

Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan

sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan permukaan

sendi. 4

Perubahan gaya berjalan

Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat

badan. Perubahan gaya berjalan yang paling sering terlihat ialah menjadi pincang. Hal

ini akan sangat mengganggu mobilisasi pasien OA.4

Adapun gambaran radiologi yang dapat menyokong diagnosis osteoarthritis ialah:

Penyempitan celah sendi yang seringkali bersifat asimetris dan lebih sering terjadi pada

persendian yang berperan untuk menyangga badan.

Peningkatan densitas (gambaran sklerotik) tulang subkondral.

Adanya kista pada tulang akibat efusi cairan sendi.

Osteofit yang tampak pada pinggiran sendi.

Perubahan struktur anatomis sendi.

Namun yang perlu diperhatikan ialah perubahan radiografi ini seringkali tidak terlihat pada

tingkat awal OA. Selain radiografi dapat dilakukan pemeriksaan pencitraan magnetik (MRI)

8

Page 9: DocumentOA

untuk bila OA dicurigai berkaitan dengan penyakit akibat gangguan metabolisme seperti

alkaptonuria, displasia epifisis, hiperparatiroidisme, maupun penyakit Paget. MRI serta

artroskopi dapat dilakukan juga bila OA disertai dengan penyakit berat seperti osteonekrosis

dan pigmented sinovitis. 4

Diagnosis Banding

1. Rheumatoid Arthritis

Rheumatoid Arthritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan

manifestasi utama poliarthritis progresif dan dapat menyaebabkan komplikasi ke seluruh

organ tubuh. Penyakit ini merupakan suatu penyakit autoimun. Penyakit ini umumnya

menyerang sendi yang kecil, meskipun tidak menutup kemungkinan mengenai sendi yang

besar. Hal ini berbanding terbalik dengan osteoarthritis yang umumnya mengenai sendi

penyangga tubuh. Seringkali terdapat deformitas yang sangat khas untuk RA yaitu deformitas

swan neck (fleksi kontraktur MCP – hiperekstensi PIP – fleksi PIP) dan deformitas

Boutonniere (fleksi PIP – hiperekstensi DIP). 6

Gambar 3. Swan Neck Deformities

Selain itu ciri yang khas ialah terdapatnya poliarthritis yang serentak serta arthritis pada

daerah persendian tangan yang bersifat simetris. Hal ini berbanding terbalik dengan

osteoarthritis yang lebih sering terjadi monarthritis asimetris. Ciri khas lain dari RA ialah

adanya nodul subkutan pada pada lengan ekstensor yang bila dibiopsi akan terlihat kolagen

rusak dengan histiosit yang tersusun seperti pagar. 6

Pemeriksaan laboratorium juga dapat mendiferensiasi RA terhadap OA. Laju endap darah,

hitung sel darah, rheumatoid factor, anti CCP dan C-reactive protein umumnya meningkat

pada penderita rheumatoid arthritis. Pada penderita osteoarthritis didapati angka yang normal

9

Page 10: DocumentOA

pada semua indikator diatas. Untuk memudahkan mengingat, beberapa perbedaan dari OA

dan RA diringkas didalam tabel 1. 7

Tabel 1. Perbedaan Rhematoid arthritis dan Osteoartritis

Rheumatoid Artritis Osteoartritis

Usia saat timbul Dekade ke-3 dan ke-4 Dekade kelima dan keenam

Berat badan Normal atau kurang Biasanya lebih

Manifestasi konstitusional Ada Tidak ada

Sendi yang terkena Mana saja (terutama sendi

interfalang proksimal dan

metakarpofalang secara bilateral

simetris)

Terutama sendi lutut, pinggul,

tulang belakang, dan interfalang

distal

Keadaan sendi Pembengkakan jaringan lunak Pembengkakan tulang

Deformitas khusus Penyatuan sendi pada jari, deviasi

ulnar

Nodus Heberden

Nodul subkutan Dijumpai pada 20% kasus Tidak pernah ada

Radiologis Osteoporosis, erosi Osteosklerosis dan tonjolan

tulang (spurs)

Cairan sendi Sel bertambah, sedikit musin Sedikit sel, musin baik

Faktor rheumatoid Biasanya ada Biasanya tidak ada

Hitung darah Anemia dan leukositosis Normal

Laju endap darah Nyata meningkat Normal

Perjalanan penyakit Sering progresif Lambat atau menetap

Fase akhir Ankilosis dan deformitas;

amiloidosis

Tidak ada ankilosis maupun

amiloidosis

2. Kristaline Arthritis

Merupakan suatu peradangan sendi yang kebanyakan disebabkan oleh deposit kristal urat

di jaringan lunak dan sendi. Penyakit ini lebih dikenal sebagai gout. Ciri khasnya ialah

umumnya kadar asam urat dalam darah yang meningkat diatas 7 mg/dl. Penyakit ini dapat

10

Page 11: DocumentOA

semakin bertambah parah, biasanya dimulai dari serangan akut yang jika tidak dapat

ditangani dengan baik dapat berubah menjadi kronik dan dapat menyebabkan komplikasi ke

organ lain seperti ginjal. 4,6

Perbedaan utama yang ditemukan antara gout dan OA ialah pada gout sendi yang

berwarna kemerahan dan adanya pembengkakan yang bila dibiopsi akan terdapat massa

amorf urat dan giant cell proses peradangan yang disebut sebagai tophus. Hal ini tidak

ditemukan pada osteoarthritis. Selain itu juga ciri khas pada gout ialah ditemukannya

pembengkakan pada persendian metatarsophalangeal 1 yang hanya terjadi unilateral. Tophus

yang terjadi pada pada kristaline arthritis biasanya terjadi pada lokasi yang spesifik dan khas

seperti cuping telinga, olekranon, metatarsophalangeal 1, tendon achiles dan jari tangan. 6

3. Infeksius Arthritis

Penyakit ini merupakan peradangan sendi yang disebabkan oleh bakteri maupun virus

yang menginfeksi tubuh. Jenis bakteri yang menginfeksi ialah Spirocheta borelia, Nesseria

gonorhoe dan Mycobacterium tuberculosis. Infeksi ini sering menyebabkan nyeri sendi yang

berpindah – pindah / athralgia. 6

Peradangan oleh Spirocheta borelia dapat menyebabkan sendi meradang kronis dengan

papula merah yang menonjol seperti mata sapi. Sedangkan bila disebabkan oleh Nesseria

gonorhoe dapat terjadi radang sendi yang menghasilkan nanah. Peradangan oleh

Mycobacterium tuberculosis mungkin disebabkan adanya tuberkulosis paru sebelumnya.

Karena disebabkan oleh bakteri, maka pada biopsi akan ditemukan adanya radang

akut/neutrofil yang berperan sebagai imunitas seluler tubuh terhadap bakteri. 6

Selain itu bila dikultur dan diberi pewarnaan gram dapat terlihat warna ungu yang

menandakan bakteri gram positif pada Nesseria gonorhoe dan warna merah yang

menandakan bakteri gram negatif pada Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan dengan

teknik pewarnaan khusus seperti Fontana-Tribendau dapat terlihat Spirocheta borelia pada

hasil biopsi.5

Etiopatogenesis Osteoartritis

11

Page 12: DocumentOA

Berdasarkan potogenisinya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA

Sekunder. Osteoarthritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak

diketauhui dan tidak ada hubungannya dengan penyakiti sistemik maupun proses perubahan

lokal pada sendi . OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin ,

inflamasi , metabolik , pertumbuhan , herediter , jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang

terlalu lama. Osteoarthritis primer lebih sering ditemukan dibanding OA sekunder. 4

Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu prosees ketuaan yang tidak

dapat dihindari . Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat bahwa OA ternyata

merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan

struktur proteoglika kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui. Jejas mekanis dan

kimiawi karena faktor umum, strees mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan , defek

anatomic, obesitas, genetik, humoral dan factor kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi ini

diduga merupakan factor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk

degradasi kartilago didalam cairan sinovial sendi yang megakibatkan terjadi inflamasi sendi,

kerusakan kondrosit dan nyeri. Osteoartitis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang

berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh

kondsrosit sebagai kompensasi perbaikan (repair). Osteoartisis terjadi sebagai hasil kombinasi

antara degradasi rawan sendi, Remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. 4

Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat melakukan

perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru.

Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh factor pertumbuhan suatu polipetida yang mengontrol

proliferasi sel dan membantu kominikasi antar sel. Faktor ini menginduksi kandrosit untuk

mensistesis asam deoksiribonukleat (DNA) dan protein seperti kolagen serta proteoglikan.

Faktor pertumbuhan yang berperan adalah insulin-like growth factor (IGF-1), growth hormon,

transforming growth factor β (TFG-β) dan coloni stimulating factors(CSFs). Faktor pertumbuhan

seperti IFG-1 memegang peranan penting dalam proses perbaikan rawan sendi. Pada keadaan

inflamsi, sel menjadi kurang senditif terhadap efek IFG -1 . 4

Faktor pertumbuhan TGF-β mempunyai efek multiple pada matriks kartilago yaitu

mendegradasi proteoglikan, meningkatkan produksi prostaglandin E2 (PGE2) dan melawan efek

inhibisi sintesis PGE2 oleh interleukin-1 (IL-1). Hormon lain yang mempengaruhi sitesis

12

Page 13: DocumentOA

komponen kartilago adalah testosteron, β-estradiol, plateket derivate growth factor (PDGF),

fibroblast growth factor dan kalsitonin. 4

Peningkatan degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi.

Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung berakulumasi di sendi dan

menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali suatu respons imun yang menyebabkan

inflamasi sendi. Rerata perbandingan antara sintesis dan pemecahan matriks rawan sendi pada

pasien OA kenyataan lebih rendah disbanding normal yaitu 0,29 dibanding 1. 4

Pada rawan pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibronogenik dan

penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan thrombus dan

kompleks lipid pada pembuluh darah subkonral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan

nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepasnya mediator kimiawi seperti

prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang

diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit. Penyebab rasa

sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan

prostaglandin yang menyababkan radang sendi, peregangan tendo atau ligamentum serta

spasmus otot ekstra artikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh

adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis

serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses

remodeling pada trabekula dan subkondrial. 4

Peran makrofag didalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang oleh jejas

mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan memproduksi sitokin activator

plasminogen (PA) yang disebut katabolin. Sitokin tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF α dan β, dan

interferon (IFN) α dan τ. Sitokin-sitokin ini akan merangsang kondrosit melalui reseptor

permukaan spesifik untuk memproduksi CSFs yang sebaliknya akan mempengaruhi monosit dan

PA untuk mendegradasi tulang rawan sendi secara langsung. Pasien OA mempunyai kadar PA

yang tinggi pada cairan sendi nya. Sitokin ini juga mempercepat resorpsi matriks tulang rawan

sendi. 4

Interleukin-1 mempunyai efek multipel pada sel cairan sendi, yaitu meningkatkan sistesis

enzim yang mendegradasi tulang rawan sendi yaitu stromelisin dan kolagenosa, menghambat

proses sintesis dan perbaikan normal kondrosit. Kondrosit pasien OA mempunyai reseptor IL-1

13

Page 14: DocumentOA

dua kali lipat lebih banyak dibanding individu normal dan kondrosit sendiri memproduksi IL-1

secara lokal. 4

Faktor pertumbuhan dan sitokin tampaknya mempunyai pengaruh yang berlawanan

selama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks tulang

rawan sendi, sebaliknya factor pertumbuhan merangsang sintesis, padahal IGF-1 pasien OA

lebih rendah dibandingkan individu normal pada umur yang sama. Percobaan pada kelinci

membuktikan bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi setelah 10 hari perangsangan dan kembali

normal setelah 3-4 minggu. 4

Komplikasi

Bila penyakit ini tidak mendapatkan penanganan yang baik dan tepat maka

menimbulkan berbagai masalah baru yang terjadi akibat proses penyakit ini

sendiri. Seperti adanya spur (Ostefit) sehingga terjadi proses penghancuran

tulang rawan sendi. Tulang subkondral lama kelamaan dapat menusuk pada

metafisis dari tulang tibia dan tualang femur sebagai akibat terjadi

komplikasi seperti nyeri, kaki membentuk varus dan valgus, atropi,

kelemahan otot, menurunnya ketahanan struktur dan komplikasi deformitas

valrus dan valgus terganggunya aktifitas sehari-hari seperti aktifitas ibadah,

jongkok, duduk, berdiri, dan berjalan. 3,4

Penatalaksanaan

Secara umum terapi pada penderita osteoarthritis terdiri atas 3 hal, yaitu:

1. Terapi Non-Farmakologis

Penerangan, maksud dari penerangan ini adalah agar pasien mengetahui sedikit

seluk beluk tentang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak

bertambah parah serta persendiannya tidak bertambah parah serta persendiannya

tetap dapat terpakai.

Terapi Fisik dan Rehabilitasi

14

Page 15: DocumentOA

Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga untuk

lordosis pada daerah lumbal, menghindari aktivitas berlebihan pada sendi yang

sakit dan pemakaian alat-alat yang dapat meringankan kerja sendi.4

Diet untuk menurunkan berat badan.

Berat badan yang berlebih ternyata merupakan factor yang akan memperberat

penyakit OA. Oleh karena nya, berat badan harus dijaga dapat mengurangi

timbulnya keluhan. 4

2. Terapi Farmakologis

Pada penyakit osteoarthritis obat yang dapat digunakan meliputi analgesik oral non-

opioid, analgesik topikal, OAINS, steroid intraartikular serta penggunaan suplemen. 4

Pada penderita osteoarthritis yang digunakan sebagai lini pertama penanganan

penyakit adalah asetaminofen. Asetaminofen/Paracetamol merupakan obat

analgesik-antipiretik yang berasal dari golongan Para Amino Fenol. Dosis yang

digunakan berkisar antara 350-650 mg dan digunakan 4 kali sehari. Obat ini dapat

mengurangi rasa nyeri dalam tingkat ringan yang timbul akibat gejala awal dari

osteoarthritis. 4

Yang perlu diperhatikan adalah efek samping obat yang dapat menyebabkan reaksi

alergi seperti eritemia, urtikaria dan demam. Selain itu dapat timbul nefropati

analgesik. Dalam dosis yang toksik maka bisa terjadi nekrosis hati dan tubuler

ginjal. 8

Obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) yang digunakan hanya bekerja sebagai

analgesik dan mengurangi peradangan, namun tidak dapat menghentikan reaksi

patologis yang terjadi. Adapun jenis obat yang digunakan ialah fenoprofin,

piroksikam serta ibuprofen. Dosis yang digunakan hanya 12

- 13

dari dosis obat yang

sama bila digunakan pada penderita rheumatoid arthritis. 4

Karena pemakaiannya yang digunakan dalam jangka panjang, umumnya muncul

efek samping utama yaitu gangguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal. Hal

ini disebabkan karena hambatan pada COX-1 dan COX-2 pada jalur

siklooksigenase tempat kerja obat ini. Oleh karena itu saat ini dikembangkan jenis

15

Page 16: DocumentOA

OAINS yang hanya bekerja selektif pada COX-2 yaitu Celecoxib dan Valdecoxib.

Kedua jenis obat ini memiliki efek samping yang lebih kecil pada traktus

gastrointestinal dibanding jenis OAINS yang lain. 6

Bila penggunakan Asetaminofen dan OAINS tidak memberi perubahan yang berarti

pada pasien, maka dapat diberikan analgesik opiod dalam dosis yang rendah yang

dikombinasikan dengan Asetaminofen. Contohnya ialah penggunaan 8 mg kodein

ditambah dengan 650 mg Paracetamol. Tetap perhatikan efek samping seperti mual,

muntah, pusing, sakit kepala dan penurunan tingkat kesadaran pada pemakaian obat

ini. 4

Selain penggunaan per oral, dapat digunakan analgesik topikal. Contohnya adalah

Capsaicin yang berasal dari ekstrak cabe merah. Capsaicin melepas substansi P dari

serabut saraf sehingga dapat mengurangi nyeri pada osteoarthritis. Agar efektif,

Capsaicin harus digunakan secara reguler setidak-tidaknya selam 2 minggu.

Pemberian Capsaicin dapat dikombinasikan dengan analgesik maupun OAINS. 4

Penggunaan ketiga jenis obat-obatan diatas memiliki efek gastrointestinal yang

cukup besar seperti tukak lambung dan gastritis. Di Amerika Serikat penggunaan

OAINS menyebabkan 100.000 kasus tukak lambung dengan 10.000 – 15.000 kematian

per tahun. Hal ini mendorong para ahli untuk berusaha mencari obat yang bukan

mengurangi nyeri dengan menghambat jalur siklooksigenase, melainkan mencari obat

yang dapat memperlambat progresifitas kerusakan kartilago sendi bahkan kalau bisa

mencegah timbulnya kerusakan kartilago. 4,8

Obat lain yang dapat digunakan adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau

merangsang perbaikan tulang rawan sendi pada pasien OA. Para peneliti

menggolomgkan obat-obatan tersebut sebagai chondroprotective agents atau disease

modifying osteoarthritis drugs (DMOADs).

Yang termasuk ke dalam golongan DMOADs ialah: 4

Tetrasiklin dan derivatnya yang mempunyai kemampuan menghambat kerja enzim

metaloproteinase. Salah satu derivat yang digunakan ialah doksisiklin. Penggunaan

16

Page 17: DocumentOA

obat ini masih dalam tahap percobaan pada hewan dan belum diterapkan pada

manusia. 4

Asam Hialuronat digunakan untuk memperbaiki tingkat kekentalan cairan sinovial.

Obat ini digunakan melalui suntikan intra-artikuler dengan dosis 2 cc sekali

seminggu dan disuntik sebanyak 3-5 minggu berturut-turut. Jenis preparat yang

digunakan ialah Na-Hyaluronat (Hyalgan) dan Hylan G-F 20 (Synvisc). Asam

hialuronat memegang peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan

melalui agregasi dengan proteoglikan. Efek samping yang perlu diperhatikan ialah

pembengkakan dan reaksi kulit yang bersifat lokal yang mungkin terjadi. 4

Injeksi steroid intra-artikuler dapat mengurangi inflamasi sendi maupun efusi sendi

yang terjadi pada osteoarthritis. Hal ini dikarenakan steroid (seperti kortikosteroid)

dapat menghambat kerja enzim fosfolipase sehingga tidak terbentuk mediator

peradangan seperti prostaglandin dan leukotrien melalui jalur siklooksigenase dan

lipooksigenase. Penggunaan kortikosteroid dibatasi hanya 3 – 4 kali per tahun

dikarenakan efek sistemiknya yang besar. Preparat yang digunakan ialah Metil

Prednisolon Asetat dan Triamnisolon Hexatidone. 4

Glikosaminoglikan merupakan sejenis suplemen yang dapat menghambat sejumlah

enzim yang berperan dalam proses degradasi tulang rawan seperti hialuronidase,

protease, elastase dan cathepsin B1 in vitro. Selain itu glikosaminoglikan juga

merangsang sistensis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan

sendi manusia. Berdasarkan peneliatian didapatkan penggunaan glikosaminoglikan

selama 5 tahun dapat memberikan perbaikan dalam rasa sakit pada lutut, naik

tangga dan kehilangan jam kerja aktif. 6

Kondroitin Sulfat ialah suatu komponen yang penting pada matriks ekstraselular

sekeliling sel pada kelompok vertebrata. Tulang rawan kita terdiri dari 98% matriks

ekstraselular dan hanya 2% sel. Pada OA terjadi kerusakan sendi yang disebabkan

oleh berkurangnya komponen matriks ekstraselular seperti proteoglikan. Pada

pemberian Kondroitin Sulfat ditemukan efek protektif terhadap kerusakan tulang

rawan sendi tersebut. 4

Vitamin C, dapat berguna pada penderita OA karena dapat menghambat aktivitas

enzim lizosim. 4

17

Page 18: DocumentOA

Superoxide Dismutase, merupakan suatu enzim yang dapat menangkal radikal

bebas seperti superoksida dan radikal hidroksil. Radikal bebas ini dapat merusak

kolagen, proteoglikan, asam hialuronat dan kondrosit. Sehingga pemberian

superoxide dismutase dapat memberikan efek positif dalam pengobatan penderita

OA. 4

3. Pembedahan

Pembedahan dilakukan bila penatalaksanaan dengan terapi non farmakologis dan

terapi farmakologis tidak berhasil dengan baik. Selain itu pembedahan juga dapat

dilakukan juga pasien mengalami keluhan seperti nyeri, kaku dan deformitas bengkok

yang semakin bertambah parah seiring dengan perjalanan penyakit. Keluhan ini sangat

mengganggu pasien karena membatasi aktivitas sehari-hari pasien seperti berjalan, naik

turun tangga dan bekerja.

Secara umum ada 2 tindakan yang dilakukan dalam pembedahan yaitu artroskopi

dan total joint replacement. Tindakan ini diindikasikan sesuai dengan derajat keparahan

radiologis penderita OA menurun Kellgren dan Lawrance (Pembagian derajat Kellgren

Lawrance dapat dilihat pada bagian pemeriksaan penunjang). Untuk OA derajat 1 dan 2

dilakukan artroskopi sedangkan untuk OA derajat 3 dan 4 dilakukan total joint

replacement. Berikut ini akan dideskripsikan mengenai kedua bentuk pembedahan

tersebut.

a. Artroskopi

Artroskopi merupakan prosedur pembedahan tanpa operasi terbuka dengan cara

melihat sendi melalui kabel serat optik sambil melakukan proses pembedahan

dengan semacam selang kecil yang ditusukan ke dalam persendian. Indikasi

dilakukannya artroskopi ialah bila ada peradangan tiba-tiba serta keluhan terkunci

(locking), tertahan (catching), dan sempoyongan (giving way). Selain itu artroskopi

dapat dilakukan untuk memperbaiki robekan meniskus/bantalan sendi. Pada

artroskopi dapat dikeluarkan benda asing dan pencucian sendi. Umumnya pasca

operasi nyeri dapat hilang hingga 2-5 tahun pada 50-85% pasien. 9

Ada dua bentuk artroskopi yang dipakai saat ini yaitu lavage dan debridement.

Lavage merupakan proses pencucian cairan sendi dengan memakai larutan garam

18

Page 19: DocumentOA

yang kemudian dikeluarkan lagi bersama benda asing dari dalam sendi beserta

dengan cairan sendi yang berlebihan. Sedangkan debridement merupakan proses

yang sama namun ditambah dengan proses penipisan dan pelembutan kartilago

sendi yang telah keras dan meradang serta pengambilan serpihan tulang rawan yang

ada dari persendian. Selain itu pada debridement dapat pula dilakukan synovectomy

yaitu tindakan membuang selaput sinovial yang meradang.

Berdasarkan prospective study yang dilakukan Jackson pada tahun 1982, ditemukan

bahwa debridement memiliki angka keberhasilan yang lebih baik dibandingkan

lavage dalam jangka waktu 3 tahun pasca operasi. 9

b. Total Joint Replacement

Merupakan operasi penggantian permukaan sendi yang rusak dengan metal dan

plastik. Operasi ini telah dimulai sejak tahun 1950. Saat ini dilakukan penelitian

untuk mendapatkan material yang lebih baik sehingga sendi buatan ini bertahan

lebih lama. Operasi penggantian sendi secara total diindikasikan pada orang yang

mengalami ostearthritis derajat 3 dan 4. Operasi ini jarang dilakukan pada usia

muda. Kontraindikasi dilakukannya total joint replacement ialah adanya penyakit

tambahan seperti diabetes dan jantung yang dapat memperparah keadaan pasien.10

Operasi ini dilakukan pada penderita yang mengalami nyeri lutut parah hingga

terjadi deformitas (seperti varus dan valgus pada lutut), kegagalan pengobatan serta

keterbatasan dalam melakukan gerakan / penurunan range of movement yang

berujung pada kehilangan fungsi sendi seperti ketidakmampuan berjalan dan

berjongkok. 9

Sendi yang paling sering dilakukan total joint replacement adalah sendi lutut dan

pangkal paha. Umumnya keluhan nyeri berkurang setelah operasi dan terdapat

koreksi pada deformitas. Pada lutut didapati fleksi hingga 120 derajat bahkan

dengan desain implant high flex knee fleksi hingga 155 derajat bisa tercapai. Hal ini

akan sangat membantu pasien dalam melakukan gerakan yang melibatkan fleksi

yang dalam seperti berlutut pada saat berdoa. Selain itu tingkat keberhasilan operasi

ini cukup tinggi, yaitu mencapai lebih dari 95% dalam kurun waktu 10-15 tahun

pasca operasi. 9

19

Page 20: DocumentOA

Gambar 6 : Total Knee Joint Replacement

Namun, ada komplikasi yang dapat timbul dari operasi total joint replacement,

yaitu infeksi akibat operasi terbuka, trombosis vena-vena dalam, keterbatasan

gerakan sendi, nyeri lutut yang menetap dan keausan implant dalam jangka panjang.

Untuk mengatasi berbagai kekurangan ini dikembangkan suatu sistem operasi

dengan bantuan komputer. Sistem ini dikenal sebagai Computer Assisted Surgery.

Sistem ini memiliki tingkat akurasi yang lebih tinggi dibanding operasi yang

dikerjakan secara manual. Selain itu resiko infeksi dan penggunaan tourniquet dapat

diturunkan dalam penggunaan operasi ini. 9

Prognosis

Prognosis nya umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat ditangani dengan obat-obat

konservatif. Hanya pada kasus yang berat dan sangat mengganggu aktivitas pasien saja baru

dilakukan operasi. Operasi yang dilakukan pun memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.

Kuncinya bergantung kepada penanganan yang cepat dan tepat terhadap penyakit ini.

Osteoartritis biasanya berjalan lambat. Problem utama yang sering dijumpai adalah nyeri apabila

sendi itu dipakai dan meningkatnya ketidakstabilan bila harus menanggung beban. Masalah ini

berarti bahwa orang tersebut harus membiasakan dirinya dengan cara hidup yang baru. Cara

hidup yang baru ini sering kali meliputi perubahan pola makan yang sudah terbentuk seumur

hidup dan olahraga, manipulasi obat-obat yang diberikan, dan pemakaian alat-alat pembantu. 5

20

Page 21: DocumentOA

Kesimpulan

Melalui Pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima, yaitu laki-laki 63

tahun dengan gejala nyeri tekan dan gerak pada lutut, sesuai dengan gejala osteoartritis. Hal itu

dapat dilihat dari berbagai gejala fisik yang dirasakan oleh pasien dan juga berdasarkan hasil

pemriksaan fisik yang dilakukan. Namun, untuk memastikannya lagi maka dapat dilakukan

berbagai pemeriksaan penunjang terutama radiologi. Jika sudah ditegakkan diagnosis tersebut

maka dapat pula dilakukan beberapa penatalaksanaan yang dapat berguna untuk kesembuhan

pasien.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Erlangga ; 2007 .h. 191-2

2. Runge MS, Greganti MA. Netter’s internal medicine. 2nd ed. Philadelphia: Saunders

Elsevier Publisher; 2009.p.1009-17.

21

Page 22: DocumentOA

3. Bickley LS, Szilagyi PG. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. edisi 8.

Jakarta: EGC; 2009.h.516-30.

4. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi

ke-5. Jakarta : Interna Publishing ; 2007 .h. 2539-49.

5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.

Jakarta : EGC ; 2005. h. 1380-3.

6. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, dkk. Kapita selekta kedokteran. Edisi 4 jilid 1. Jakarta:

Media Aeculapius; 2005.h.535-9.

7. Mitchell RN. Buku saku dasar patologis penyakit. Jakarta : EGC ; 2008 .h. 742-5

8. Yatim F. Penyakit tulang dan persendian. Jakarta : Pustaka populer obor ; 2006 .h. 16-21

9. Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, etc. Hazzard’s geriatri medicine and gerontology.

6th ed. New York : McGraw-Hill Medical Publisher ; 2009.p.1411-9.

22