nyeri perut bagian bawah
DESCRIPTION
enjoy:)TRANSCRIPT
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan:• Diagnosis• Working diagnosis dan Diagnosis banding• Definisi dan Epidemiologi• Faktor resiko• Manifestasi klinis• Patofisiologi• Penatalaksanaan• Prognosis
Jenis Pemeriksaan Kemungkinan Patogen
Swab endoservik Bakteri aerob misalnya Neisseria; bakteri anaerob
Scrap endoservik/urin tampung pertama +/- PCR
Chlamidia
Cervical smear Displasia serviks, berhubungan dengan PID
PCR pada swab uretra, vagina dengan menggunakan medium transport/kultur
endoserviks
Gonorrhea
Swab vagina atas Vaginosis bakterial
USG pelvis Menunjukkan pyosalphinx dan abses
Kultur darah perifer Bermakna pada septicemia
Bukti histopatologis adanya endometritis pada biopsi endometrium
USG transvagina atau MRI menunjukan adnaya tuba yang menebal dan berisi cairan dengan atau tanpa cairan bebas pada pelvis atau adanya kompleks tuba ovarium
Laparoskopi
Gambaran pada Laparoskopi
A.Tampak tuba yang meradang (salpingitis)B. Perihepatitis pada klamidiaC. PID berat dengan perlekatanD. PID berat dengan perlekatanE. Pisosalping
Working Diagnosis• Nyeri tekan organ pelvis• Nyeri saat berhubungan seksual• Leukorrhea dan mukopurulen endoservisitis• Biopsy endometrium -> endometritis• Peningkatan C-reactive protein• Demam lebih dari 38 oC• Leukositosis• Test positif untuk Gonorrhea dan Chlamydia• Ultrasound menunjukkan tubo-ovarian abses• Laparoskopi menunjukkan konfirmasi salpingitisPELVIC
INFLAMMATORY DISEASE
Differential Diagnosis
• Kehamilan ektopik
• Appendisitis Akut
• Irritable Bowel Disease
Nyeri perut bagian bawah, perdarahan pervaginam pada kehamilan, anemia, kontraksi fundus uteri
Nyeri perut bagian bawah, nyeri tekan pada titik McBurney, demam tidak terlalu tinggi
Nyeri perut bagian bawah, diare, tenesmus ani, leukositosis, feses berdarah bahkan berlendir
• Komplikasi Kista Ovarium
• Myoma yang Degenerasi
Nyeri perut bagian bawah, terdapat massa, nyeri saa menstruasi dan berhubungan seksual, bermasalah dalam pengeluaran urin
Nyeri perut bagian bawah, perdarahan, anemia, hiperplasia endometrium, massa kistik, retensi urin
Pelvic Inflamatory Disease (PID) adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis, salpingitis, abses tuboovaria dan peritonitis pelvik.
POGI
Pelvic Inflammatory disease atau penyakit radang panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genitalia interna, di sebabkan berbagai mikroorganisme, menyerang endometrium, tuba, ovarium, parametrium, dan peritoneum panggul.
kapita selekta kedokteran, 2000
Pelvic Inflammatory Disease (PID) merupakan sindrom klinis pada wanita yang berhubungan dengan penyebaran mikroorganisme dari vagina atau serviks ke endometrium, tuba falopi, ovarium, dan struktur yang berhubungan.
Buku Ilmu Penyakit Dalam
Penyakit radang panggul sebagian besar (90%) terjadi karena infeksi asenden, selebihnya dapat terjadi karena tindakan medis, atau penyebaran limfogen atau hematogen.
CDC USA memperkirakan lebih dari 1 juta waita mengalami PID setiap tahunnya. Kasus IMS sendiri yang disebabkan oleh Klamidia dan Gonorrhea menempati urutan tertinggi yaitu pada wanita usia 15-19 thn 648 per 100.000 dan pria usia 20-24 thn 454 per 100.000
Di negara maju telah dilaporkan setinggi 10-20 per 1.000 wanita usia reproduksi mengalami PID.
Di amerika serikat dari tahun 1995-2001 dilaporkan terdapat 769.859 kasus PID.
Negara berkembang seperti Indonesia memiliki angka kejadian yang lebih tinggi karena masalah sosial ekonomi yang rendah.
Tahun 2005 WHO memperkirakan bahwa sekitar 448 juta kasus baru IMS yang dapat disembuhkan terjadi setiap tahun pada usia 15-49 tahun.
WHO melaporkan telah terjadi 340 juta kasus baru Penyakit Menular Seksual (IMS) pada tahun 1999. Angka tertinggi di Asia Selatan dan Asia Tenggara (151 juta kasus), diikuti oleh Afrika Sub-Sahara (69 juta kasus) dan Amerika Latin (38 juta kasus).
Faktor ResikoAktivitas seks
Trauma pada mukosa endometrium
Jumlah pasangan seks
Pemasangan kontrasepsi
Usia muda
Status sosioekonomi
Reyes, Iris. Pelvic inflamatory disease. 2010. Di unduh dari http//emedicine.medscape.com/article/796092-print
Gejala klinis yang berhubungan dengan PID
Tersering:Nyeri pada abdominopelvik(perut bawah).
Nyeri Senggama
Sekret vagina( ditemukan Leukositosis & mukopurulen)
Pendarahan abnormal
Mengigil
Mual dan muntah
Demam (suhu oral >38,3c)
Nyeri pada abdominalpelvik disertai pendarahan
Komplikasi IUD /IMS menahun
Infesksi Ascending (endometrium /tuba fallopi) (Salphingitsis)
Proses Inflamasi
Pelepasan mediator penyebab
nyeri(Leukotrien,prostaglandin e2,histamin)
Sensitisasi Nosiseptor dan pada pembuluh darah
Permeabilitas paraselular endotel naik
Leukosit menyusup ke ruang ekstravaskular
menimbulkan inflamasi hemorhagic.
Nyeri Abdominalpelvik disertai pendarahan
Sekret vagina(mukopurulen)
Infeksi Patogen servikal pada
serviks(servisitis)
Melekat pada mukosa dan menginvasi sel
hospes dan produksi toksin
Infiltasi leukosit PMN
Sekret mukopurulen vagina.(berbau khas)
Demam& mengigil
Agen InfeksiusToksin
Mediator Inflamasi
Aksi antipiretik
Peningkatan konversi panas dann produksi
panas(mengigil)
Peningkatakan PGE2
Difagosit Monosit /makrofag
Produksi Sitokin pirogenik
Stimulasi Hipothalamus Anterior
Demam
Mual dan muntah
Infeksi patogen
Disfungsi fungsi sel dan toksin menyebabkan MO memperbanyak diri dan
invasi pembuluh darah(abses pecah)
Melekat pada mukosa dan menginvasi sel
hospes dan produksi toksin
Menginfeksi traktus GI peritonitis
Ketegangan abdomen karena peritonitis dan
sensitisasi pusat muntah
Patofisiologi
Usia muda mengalami peningkatan resiko terkena PID akibat dari peningkatan permeabilitas mukosa serviks, proteksi antibodi chamydia yang masih rendah dan peningkatan perilau berisiko
Patofisiologi
Sebenarnya tractus genitalia (vagina, serviks, tuba fallopi) memiliki barier fungsional untuk melawan mikroorganisme dan mencegah penyebaran secara asendens yaitu:
1. Serviks uteri mengeluarkan lendir yang alkalis dan mengental di bawah kanalis servikalis yang menyulitkan kuman ke atas
2. Getaran rambut getar tuba fallopi menyebabkan arah pergerakan menuju uterus dan gerakan peristaltik-> halangan infeksi agar tidak meluas
Patofisiologi
Menyebabkan mikroorganisme
non patogen bertumbuh
secara berlebihan dan bergerak ke
atas
Menggangu keseimbangan flora normal
Gangguan suasana
servikovaginal dapat akibat
pengunna sabun pembersih vagina
Patofisiologi
Penyebaran asendens langsung mikroorganisme dari vagina dan serviks
Mukosa serviks menyediakan barier fungsional melawan penyebaran ke atas
Efek barier berkurang akibat pengaruh perubahan hormonal yang timbul selama ovulasi dan menstruasi
Patofisiologi
Pembukaan serviks selama menstruasi dengan aliran menstrual yang retrogard dapat memfasilitasi pergerakan asendens dari mikroorganisme
Hubungan seksual juga dapat menyebabkan infeksi asendens akibat dari kontraksi uterus mekanis yang ritmik-> bakteri dapat terbawa bersama sperma ke uterus dan tuba fallopi
Prinsip PenatalaksanaanPengobatan harus diberikan segera
Bila memasang IUD pertimbangkan untuk melepaskan
Wanita HIV yang menderita PID memberikan gejala yang lebih berat
Bila pasien alergi pada salah satu regimen tetap dapat diterapi dengan regimen lainnya
Follow up
Tatalaksana pasangan sexual
Terapi pasien rawat jalan
Diberikan cefriaxone 250 mg (IM) dosis tunggal tambah doxisiklin 100 mg (oral) 2x sehari selama 14 hari, dengan atau tanpa metronidazol 500 mg 2x sehari selama 14 hari.
Diberikan cefoxitin 2 g (IM) dosis tunggal dan probenecid 1 g (oral) dosis tunggal atau dosis tunggal cephalosporin generasi ketiga tambah doksisiklin 100 mg (oral) 2x sehari selama 14 hari dengan tanpa metronidazole 500 mg (oral) 2x sehari selama 14 hari.
Pasien dengan terapi intravena dapat digantikan dengan terapi oral setelah 24 jam perbaikan klinis. Dan dilajutkan hingga total 14 hari. Penanganan juga termasuk penanganan simptomatik seperti antiemetik, analgesik, antipireutik dan terapi cairan.
Terapi pasien rawat inap
Diberikan cefoxitin 2 g (IV) ditambah doksisiklin 100 mg (IV) per 12 jam.
Lanjutkan regimen ini selama 24 jam setelah pasien membaik secara klinis, lalu mulai doksisiklin 100 mg (oral) 2x sehari selama 14 hari.
Berikan klidaminsin 900 mg (IV) /8 jam + gentamisin 2mg/kgBB (IV) dosis awal diikuti dengan dosis lanjutan 1,5mg/kgBB/8jam.
Terapi dihentikan 24 jam setelah pasien membaik secara klinis, dan terapi per oral 100 mg doksisiklin dilanjutkan hingga 14 hari.
PROGNOSIS
Prognosis pada PID baik bila terapi adekuat diberikan segera dan tidak ada komplikasi akut
Satu kali episode PID akan meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik hingga sepuluh kali lipat
Sekuele jangka panjang terjadi pada 25% wanita yang menderita PID, dengan presentase lebih tinggi pada remaja dengan gambaran klinis yang lanjut, keterlambatan diagnosis, dan pengobatan yang tidak adekuat
Prognosis umumnya baik jika didiagnosa dan diterapi segera
Terapi dengan antibiotik memiliki angka kesuksesan sebesar 33-75%
Gangguan fertilitas adalah masalah terbesar pada wanita dengan riawayat PID
Resiko kehamilan ektopik meningkat pada wanita dengan riwayat PID ssebagai akibat kerusakan langsung tuba fallopi