nursing emergency

20
Latar Belakang Gunung Sinabung tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1.600 tetapi mendadak aktif kembali dan meletus pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar pukul 00.15 WIB, gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan menjadi "Awas". Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8 lokasi. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini tersembur hingga 5.000 meter di udara. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya. Pada tanggal 3 September 2010, terjadi 2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis setinggi 3 kilometer. Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Pada tanggal 7 September 2010, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak gunung ini menjadi aktif. Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, dalam bulan September 2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September 2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Status gunung sinabung dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (level III). Pada 17 September 2013, terjadi 2 letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan abu vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak ada

Upload: rismaya-novitasari

Post on 09-Apr-2016

18 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

peran perawat dalam kejadian alam

TRANSCRIPT

Page 1: Nursing Emergency

Latar BelakangGunung Sinabung tidak pernah tercatat meletus sejak tahun 1.600 tetapi

mendadak aktif kembali dan meletus pada tanggal 27 Agustus 2010, gunung ini

mengeluarkan asap dan abu vulkanis. Pada tanggal 29 Agustus 2010 dini hari sekitar

pukul 00.15 WIB, gunung Sinabung mengeluarkan lava. Status gunung ini dinaikkan

menjadi "Awas". Dua belas ribu warga disekitarnya dievakuasi dan ditampung di 8

lokasi. Suara letusan ini terdengar sampai jarak 8 kilometer. Debu vulkanis ini

tersembur hingga 5.000 meter di udara. Abu Gunung Sinabung cenderung meluncur

dari arah barat daya menuju timur laut. Sebagian Kota Medan juga terselimuti abu dari

Gunung Sinabung. Bandar Udara Polonia di Kota Medan dilaporkan tidak mengalami

gangguan perjalanan udara. Satu orang dilaporkan meninggal dunia karena gangguan

pernapasan ketika mengungsi dari rumahnya. Pada tanggal 3 September 2010, terjadi

2 letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua

terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Letusan pertama menyemburkan debu vuklkanis

setinggi 3 kilometer. Letusan kedua terjadi bersamaan dengan gempa bumi vulkanis

yang dapat terasa hingga 25 kilometer di sekitar gunung ini. Pada tanggal 7 September

2010, Gunung Sinabung kembali metelus. Ini merupakan letusan terbesar sejak

gunung ini menjadi aktif.

Pada tahun 2013, Gunung Sinabung meletus kembali, dalam bulan September

2013, telah terjadi 4 kali letusan. Letusan pertama terjadi ada tanggal 15 September

2013 dini hari, kemudian terjadi kembali pada sore harinya. Status gunung sinabung

dari WASPADA (Level II) menjadi SIAGA (level III). Pada 17 September 2013, terjadi 2

letusan pada siang dan sore hari. Letusan ini melepaskan awan panas dan abu

vulkanik. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya akan peningkatan aktivitas sehingga tidak

ada peringatan dini sebelumnya. Hujan abu mencapai kawasan Sibolangit dan

Berastagi. Tidak ada korban jiwa dilaporkan, tetapi ribuan warga pemukiman sekitar

terpaksa mengungsi ke kawasan aman. Abu vulkanis selain menutupi jalanan, rumah-

rumah penduduk juga menutupi tanaman. Debu vulkanik berdampak pada 6 (enam)

kecamatan di sekitar gunung Sinabung yaitu Kecamatan Namanteran, Kecamatan

Simpang Empat, Kecamatan Merdeka, Kecamatan Dolat Rayat, Kecamatan

Barusjahe, dan Kecamatan Berastagi.

1. Bencana

Page 2: Nursing Emergency

     Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang menyebabkan

kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat

kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang memerlukan respon

dari luar masyarakat dan wilayah yang terkena.

     Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dankondisi yang terjadi dalam

kehidupan masyarakat.

Jenis-jenis bencana:

a. Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,

genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.

b. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian karena

perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,

ledakan, sabotase dan lainnya.

Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:

a. Bencan Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang

berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya.

b. Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada

area geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti

alam, banjir, letusan gunung dan lainnya.

2. Fase-fase bencana     Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana

yaitu fase pre impact,impact,dan post impact

1. Fase pre impact  merupakan warning phase,tahap awal dari  bencana.Informasi

didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah

segala persiapan dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga dan

masyarakat.

2. Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana

manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact ini terus

berlanjut hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.

3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari

fase darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi

kualitas normal.Secara umum pada fase post impact para korban akan

mengalami tahap respons fisiologi mulai dari penolakan (denial),marah

Page 3: Nursing Emergency

(angry),tawar –menawar (bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan

(acceptance).

Permasalahan dalam penanggulangan bencanaSecara umum masyarakat Indonesia  termasuk aparat pemerintah didaerah memiliki

keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut :

1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya

2. Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA

3. Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan

4. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya

3. Kelompok rentan bencanaKerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang

menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi

bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak

bahaya tertentu.

Kerentanan terbagi atas:

1. Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi

ancaman bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang

tinggal di daerah rawan gempa.

2. Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam

pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.

3. Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek pendidikan,

pengetahuan tentang ancaman bahaya dan rsiko bencana.

4. Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya

masyarakat yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap

ancaman bencana tanah longsor. 

4. Paradigma Penanggulanngan Bencana     Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran paradigm dari

konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak terelakan

dan korban harus segera mendapatkan pertolongan, ke paradigm pendekatan holistic

yakni menampakkan bencana dalam tatak rangka menejerial yang dikenali dari

bahaya, kerentanan serta kemampuan masyarakat. Pada konsep ini dipersepsikan

bahwa bencana merupakan kejadian yang tak dapat dihindari, namun resiko atau

akibat kejadian bencana dapat diminimalisasi dengan mengurangi kerentanan

Page 4: Nursing Emergency

masyarakat yang ada dilokasi rawan bencan serta meningkatkan kapasitas

masyarakat dalam pencegahan dan penangan bencana.

5. Pengurangan Risiko BencanaTahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:

1. Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan

bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam

perencanaan pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, penegakan

rencana tata ruang, pendidikan dan peletahihan serta penentuan persyaratan

standar teknis penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan

mitigasi bencana).

2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi, kerusakan

dan sumber daya; penentuan status keadan darurat; penyelamatan dan evakuasi

korban, pemenuhan kebutuhan dasar;  pelayanan psikososial dan kesehatan.

3. Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah

bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan rumah, social,

psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi

(pembangunan, pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk

fungsi pelayanan kesehatan.

6. Perawat sebagai profesi Perawat adalah salah satu profesi di bidang kesehatan , sesuai dengan makna

dari profesi maka seseorang yang telah mengikuti pendidikan profesi keperawatan

seyogyanya mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang etikal dan

sesuai standar profesi serta sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya baik

melalui pendidikan formal maupun informal, serta mempunyai komitmen yang tinggi

terhadap pekerjaan yang dilakukannya.

Perry & Potter (2001), mendifinisikan bahwa seorang perawat dalam tugasnya

harus berperan sebagai:kolaborator, pendidik, konselor,change agent dan peneliti.

Keperawatan mempunyai karakteristik profesi yaitu memiliki body of knowledge yang

berbeda dengan profesi lain, altruistik, memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan

etika profesi, akontabilitas, otonomi dan kesejawatan. Berdasarkan karakteristik di atas

maka pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional yang manusiawi

untuk memenuhi kebutuhan klien yang unik dan individualistik diberikan oleh tenaga

Page 5: Nursing Emergency

keperawatan yang telah dipersiapkan melalui pendidikan lama dan pengalaman klinik

yang memadai. Perawat harus memiliki karakteristik sikap caring yaitu

competence,confidence, compassion, conscience and commitment. Pelayanan

keperawatan yang optimal dapat dicapai jika perawat sudah profesional. 

Peran perawat Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial yang

berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok sosial. Tiap individu

mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam pola fungsi individu. Peran adalah

seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya

dalam sistem ( Zaidin Ali , 2002,). Menurut Gaffar (1995) peran perawat adalah

segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan

fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. 

7. Peran Perawat Dalam Tanggap BencanaPelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan

kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga

sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana.

Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek

keperawatan saja,  Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di

butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk

bisa terjun memberikan pertolongan dalam situasi bencana.

Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak

melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan pertolongan lebih dahulu

dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

8. Jenis Kegiatan Siaga BencanaKegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan

medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian

penting. Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam situasi

tanggap bencana:

1. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik

Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan korban dan

kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka, kerusakan fasilitas

Page 6: Nursing Emergency

pribadi dan umum,  yang mungkin akan menyebabkan isolasi tempat, sehingga

sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh

korban saat itu  adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut

andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun

tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan bersama

perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat bencana.

Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik,

pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.

2. Pemberian bantuan

Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana, dengan

menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti

makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian

bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh perawat secara langsung di

lokasi bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain itu,  Hal yang harus

difokuskan dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana

sesuai kebutuhan yang di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak

akan ada lagi para korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut

dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.

3. Pemulihan kesehatan mental

Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma psikologis akibat

kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa berupa kesedihan yang

mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma ini menimpa

wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam massa pertumbuhan.

Sehingga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress

berat dan gangguan mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan

dalam penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang

dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa

dilakukan dengan sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan yang

dihadapinya, selanjutnya diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat

untuk tetap bangkit. Sedangkan pada anak anak, cara yang efektif adalah

dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat

lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain. Perawat dapat mendirikan

sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan

Page 7: Nursing Emergency

permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri

mereka akan kembali seperti sedia kala.

4. Pemberdayaan masyarakat

Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca bencana

biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat memburuknya

keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda yang mereka miliki.

sehinnga banyak diantara mereka  yang patah arah dalam menentukan hidup

selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah

melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan

fasilitas dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat

melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi

dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga

diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana akan mampu membangun

kehidupannya kedepan lewat kemampuan yang ia miliki.

Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus

dimiliki oleh seorang perawat, diantaranya:

1. Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik.

Sebagai perawat yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan

bencana, haruslah mumpunyai skill keperawatan, dengan bekal tersebut

perawat akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.

2. Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian.

Pemulihan daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen

masyarakat termasuk perawat, kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati

dan mau berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana.

Sehingga dengan jiwa dan semangat kepedulian tersebut akan mampu

meringankan beban penderitaan korban bencana.

3. Perawatan harus memahami managemen siaga bencana

Kondisi siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal

yang terkait harus didasarkan pada managemen yang baik, mengingat bencana

datang secara tak terduga banyak hal yang harus dipersiapkan dengan

matang, jangan sampai tindakan yang dilakukan salah dan sia sia. Dalam

melakukan tindakan di daerah bencana, perawat dituntut untuk mampu memilki

kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi bencana alam. Segala hal yang

berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan medis harus bisa

Page 8: Nursing Emergency

dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak. Oleh karena itu, perawat

harus mengerti konsep siaga bencana.

9. Managemen Bencana Ada 3 aspek mendasar dalam management bencana, yaitu:

1. Respons terhadap bencana

2. Kesiapsiagaan menghadapi bencana

3. Mitigasi efek bencana

Managemen siaga bencana membutuhkan kajian yang matang dalam setiap tindakan

yang akan dilakukan sebelum dan setelah terjun kelapangan. Ada beberapa hal yang

bisa dijadikan pedoman, yaitu:

1. Mempersiapkan bentuk kegiatan yang akan dilakukan

Setelah mengetahui sebuah kejadian bencana alam beserta situasi di tempat

kejadian, hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah memilih bentuk kegiatan

yang akan diangkatkan, seperti melakukan pertolongan medis, pemberian

bantuan kebutuhan korban, atau menjadi tenaga relawan. Setelah ditentukan,

kemudian baru dilakukan persiapan mengenai alat alat, tenaga, dan juga

keperluan yang akan dibawa disesuaikan dengan alur dan kondisi masyarakat

serta medan yang akan ditempuh.

2. Melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.

Hal ini merupakan pokok kegiatan siaga bencana yang dilakukan, segala hal

yang dipersiapkan sebelumnya, dilakukan dalam tahap ini, sampai jangka

waktu yang disepakati.

3. Evaluasi kegiatan

Setiap selesai melakukan kegiatan, perlu adanya suatu evaluasi kegiatan yang

dilakukan, evaluasi bisa dijadikan acuan, introspeksi, dan pedoman melakukan

kegiatan selanjutnya. Alhasil setiap kegiatan yang dilakukan akan berjalan lebih

baik lagi dari sebelumnya.

A. Regional Sumatera Utara

1. Upaya yang dilakukan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat

Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo :

a. Rapat koordinasi tingkat Pusat

Page 9: Nursing Emergency

Rapat koordinasi K/L untuk kelanjutan upaya penanggulangan Erupsi

Gunung Sinabung dibawah koordinasi BNPB.

Rapat koordinasi lintas program untuk evaluasi dan rencana tindak

lanjut penanggulangan krisis kesehatan akibat erupsi Gunung Api

Sinabung.

b. Rapat koordinasi tingkat Daerah

Rapat koordinasi dengan jajaran kesehatan Kab. Karo dan Prov.

Sumatera Utara, penanggulangan krisis kesehatan letusan Gunung

Sinabung

Rapat koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

mengenai upaya penangulangan kasus campak dan varisela di lokasi

pengungsian

c. Mobilisasi tenaga kesehatan

Khusus untuk bencana letusan Gn. Sinabung , sesuai arahan

Presiden RI pada saat rapat koordinasi di Kabupaten Karo

memutuskan penanganan bencana diambil alih oleh BNPB sejak

tanggal 24 Februari 2014, dan telah membentuk POSKO Bencana,

dengan petugas piket perwakilan K/L. Kementerian Kesehatan telah

membuat jadwal piket petugas kesehatan (dari PPKK, KKP Medan,

BTKL Medan, Dinas Kes Prov/ PPK Reg Sumut) sampai tanggal 28

Maret 2014.

Mobilisasi tenaga kesehatan jiwa dari Rumah Sakit Jiwa Medan untuk

mendeteksi gangguan jiwa pengungsi dan memberikan pelayanan

kesehatan jiwa.

d. Memberikan pelayanan kesehatan

Pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

Penanganan kasus campak dan varisela

Surveilans penyakit berpotesial wabah

Penanganan gizi darurat

Pelayanan kesehatan reproduksi

Penanganan kesehatan jiwa

Melakukan pemeriksaan kualitas udara dan air bersih

Sanitasi lingkungan

Page 10: Nursing Emergency

Membuat rencana kontinjensi penanganan pasien luka bakar

dengan menetapkan Rumah Sakit rujukan. Untuk Kab. Karo :

RSU Kabanjahe dan RS Efarina Etaham dan Rumah Sakit

rujukan lanjutan ke RSUP Adam Malik.

e. Melakukan proses verifikasi atas permintaan klaim biaya pelayanan

kesehatan di RSU Kabanjahe.

2. Upaya yang dilakukan dalam penanggulangan krisis kesehatan akibat

kebakaran hutan di Provinsi Riau :

a. Rapat koordinasi

Rapat koordinasi K/L dan lintas sektor terkait (BPBD,

DISHUT,DISBUN, POLRI, TNI, SATPOL PP dan relawan dalam

Tim BencanaPemerintah Daerah) mengenai upaya

penanggulangan dampak kebakaran hutan dibawah koordinasi

BNPB dilaksanakan di Posko Pekanbaru dan BNPB Jakarta.

Rapat koordinasi dengan seluruh Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota terkait upaya penanggulangan krisis kesehatan

akibat kebakaran hutan.

b. Mobilisasi Tenaga Kesehatan

Mengirim tim kesehatan untuk melakukan penilaian cepat

kesehatan (RHA) dan memberikan pelayanan kesehatan di

daerah terdampak kebakaran hutan.

Mengirim tim untuk melakukan pemeriksaan dan pemantauan

kualitas udara.

Membentuk Posko TGC (Tim Gerak Cepat) ditingkat Provinsi

dan Kab/Kota.

c. Memberikan Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Pos Kesehatan

di lokasi pengungsian

Pelayanan kesehatan rujukan di rumah sakit

Melakukan pemantauan kualitas udara

d. Mobilisasi Bantuan Logistik

Mengirim dan mendistribusikan 120.000 lembar masker kepada

Dinas Kesehatan, puskesmas dan masyarakat

Page 11: Nursing Emergency

Mengirim dan mendistiribusikan MP ASI dan obat ke lokasi

pengungsian

Tabel Integrasi Penanggulangan Erupsi

Program Tahap Bencana

Menejemen

Benca

Erupsi

Sinabung

Pra Saat Pasca

Mitigasi bencana Pengkajian cepat dan

tepat

Rehabilitasi:

a. Perbaikan lingkungan

daerah bencana

b. Perbaikan prasarana

dan sarana umum

c. Pemberian bantuan

perbaikan rumah

masyarakat

d. Pemulihan sosial

psikologis

Sistem deteksi dini Penentuan status

keadaan darurat

Rekomendasi:

a. Pembangunan kembali

prasarana dan sarana,

pembangunan kembali

sarana sosial

masyarakat

b. Pembangkitan kembali

kehidupan sosial

budaya

c. Penerapan rancang

bangun yang tepat dan

penggunaan peralatan

yang lebih baik serta

tahan bencana

Pengurangan

resiko bencana

Penyelamatan dan

evakuasi masyarakat

terkena bencana

Pemanduan

rencana

pembangunan

Pemenuhan

kebutuhan dasar

Pemberdayaan

dan peningkatan

kemampuan

masyarakat

Perlindungan

terhadap kelompok

rentan

Persyaratan

standar teknis

Pemulihan darurat

Standar Kompetensi Petugas Pada Bencana Erupsi Sinabung

Profesi Tahap Bencana

Pra Saat Pasca

Dokter, a. Perencanaan a. Membuka rumah a. Menyembuhkan

Page 12: Nursing Emergency

tenaga

medis, dan

paramedis

kebutuhan

tenaga medis

b. Memetakan

tim medis

pada daerah

rawan

bencana

c. Mencari data

mengenai

kelompok

masyarakat

resiko tinggi

seperti bayi,

ibu hamil,

nifas, manula.

sakit lapangan

b. Menangani

korban letusan

gunung yang

cedera dan

terluka

pengungsi yang

menderita penyakit

akibat menifestasi

dampak letusan

gunung

b. Menangani korban

yang menderita

penyakit ISPA dan

penyakit lain akibat

letusan.

Ahli Gizi Memastikan bahan

pangan pokok

tetap tersedia,

meskipun sawah

dan ladang

masyarakat

nantinya terkena

dampak letusan

gunung

a. Mempersiapkan

bahan makanan

dan menu untuk

makan para

korban sesuai

standar

kebutuhan kalori

b. Penanganan gizi

darurat

a. Mengatur pola

makan korban agar

sesuai dengan

kalori yang

dibutuhkan

b. Merencanakan

kebutuhan pangan,

sandang, dan

kebutuhan dasar

lainnya untuk para

pengungsi.

10. Peran perawat dalam managemen bencana1.      Peran perawat dalam fase pre-impect

a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam

penanggulangan ancaman bencana.

b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan,

palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga pemasyarakatan dalam

memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.

Page 13: Nursing Emergency

c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan

kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.

2.      Peran perawat dalam fase impact

a. Bertindak cepat

b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun dengan pasti

dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban yang selamat.

c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan

d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan

e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat mendiskusikan

dan merancang master plan of revitalizing, biasanya untuk jangka waktu 30 bulan

pertama.

3.      Peran perawat dalam fase post impact

a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, fisikologi korban

b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi post

traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom dengan 3 kriteria

utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat dikenali. Kedua, individu tersebut

mengalami gejala ulang traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-

peristiwa yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan gangguan fisik.

Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami penurunan konsentrasi,

perasaan bersalah dan gangguan memori.

c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait bekerja sama

dengan unsure lintas sektor menangani maslah keehatan masyarakat paska

gawat darurat serta mempercepat fase pemulihan (recovery) menuju keadaan

sehat dan aman.

REFERENSI

Page 14: Nursing Emergency

1. Efendi,Ferry. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam

keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika,2009.

2. Mepsa,Putra.2012.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap

Bencana

.20http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_dalam_tangg

ap_bencana.docx. Diakses tanggal 15 November 2012

3. Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan

Bencana. http://dc126.4shared.com/doc/ZPBNsmp_/preview.html. Diakses

tanggal 15 November 2012

4. Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana. Diakses

tanggal 15 November 2012

5. BPTP Sumatera Utara. Rekomendasi Kebijakan Mitigas Dampak Erupsi Gunung

Sinabung Terhadap Sektor Pertanian. Diakses dari

www.bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/589. pdf

6. Kemenkes RI. 2014. Laporan Penanggulangan Krisis Kesehatan di Indonesia

Februari 2014. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan

Republik Indonesia. Diakses dari

penanggulangankrisis.depkes.go.id/__pub/files44594Analisis Bulan Februari

2014.pdf

7. ARSIP. 2013. Arsip dan Manajemen Bencana di Negeri Cincin Api Edisi

60/Januari-April/2013. Arsip Nasional Republik Indonesia. Diakses dari

MKN_60_Arsip_dan_Manajemen_Bencana_di_Negeri_Cincin_Api.pdf

8. Amaliah, Rizqi, dkk. 2014. Manajemen Bencana Erupsi Gunung Sinabung.

Universitas Airlangga. Diakses dari

http://www.academia.edu/11223345/MANAJEMEN_KEJADIAN_LUAR_BIASA

9. Bakti Husada. 2011. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat

Bencana (Mengacu Pada Standar Internasional). Diakses dari

Emergency_and_humanitarian_action_Technical_quide_for_Health_Crisis_Resp

onse_in_Disaster.pdf

10. Muharrman, R. 2014. Kebijakan Pemerintah Bagi Korban Erupsi Sinabung.

[Online] Available at:

http://microsite.metrotvnews.com/metronews/read/2014/01/25/6/ 210738/

Kebijakan-Pemerintah-Bagi-Korban-Erupsi-Sinabung.

11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008

tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana. Peraturan

Page 15: Nursing Emergency

Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan

Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana Schneider,

Sandra K. 1992. “Governmental Response to Disasters: The Conflict Between

Bureaucratic Procedures and Emergent Norms.”

12. Update Penanganan Bencana Tahun 2014, Erupsi Gunung Sinabung dan

Gunung Kelud. [Online] Available at: http://bnpb.go.id/uploads/announcement/6/

kon% 2026%20feb.pdf