nilai pendidikan karakter dalam novel ayah karya …
TRANSCRIPT
i
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL AYAH
KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA
DI KELAS XI SMA
SKRIPSI
Disusun sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nurkholis
NIM 112110046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2016
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah
kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan
kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu
daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar
kamu mendapat petunjuk.” (QS Ali Imran [3]: 103)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya dedikasikan kepada:
1. Kedua orangtua Bapak Muhasim dan Ibu
Munawarotun tercinta yang selalu memberi
doa restunya.
2. Kakakku Masngidah S.Pd. terima kasih untuk
doa, semangat dan dukungannya.
3. Teman-teman seperjuangan. Mayang, Rini,
Whinta, Tari, Lika, Dayat dan bang Ryo,
terimakasih atas segala bantuan dan motivasi,
kalian adalah sahabat terbaikku.
4. Teman-teman kostku. Fata, Koyin, Ajim, Riko
dan Adit yang selalu mendukung dan
senantiasa memotivasi.
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Nilai
Pendidikan Karakter Dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan Skenario
Pembelajarannya di Kelas XI SMA”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas akhir penyelesaian studi
program Strata I (S1) Pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak, baik bantuan moral maupun spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo, yang telah memberikan
kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas
Muhammadiyah Purworejo;
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purworejo, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian tentang sastra;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus
Pembimbing I Drs. H. Bagiya, M. Hum. Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang telah menyetujui skripsi ini;
viii
ABSTRAK
Nurkholis. “Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan
Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2016.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) unsur intrinsik, (2) nilai
pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, dan (3)
skenario pembelajaran nilai pendidikan karakter dalam novel Ayah karya Andrea Hirata
di SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitian ini
adalah nilai pendidikan karakter dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata. Fokus penelitian
ini pada pendidikan karakter yang berbentuk nilai-nilai kebaikan dan skenario
pembelajarannya di Kelas XI SMA. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik
studi pustaka, teknik simak, dan teknik catat. Instrumen penelitian yang dipakai dalam
penelitian ini adalah kertas pencatat data yang digunakan untuk mencatat data nilai-nilai
moral. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi. Teknik penyajian hasil analisis
ini dilakukan dengan menggunakan teknik informal.
Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa (1) unsur intrinsik novel Ayah
terdiri dari: (a) tema: kasih sayang dan cinta seorang ayah terhadap anak, (b) tokoh dan
penokohan: Sabari merupakan tokoh utama dengan watak penyabar, pekerja keras,
kreatif, cerdas, periang, baik hati, setia, dan lugu, dengan beberapa tokoh tambahan yang
mendukung, yaitu Amiru (Zorro), Ukun, Tamat, dan Toharun, (c) alur: alur campuran, (d)
latar tempat: Beranda Rumah, Markas Pertemuan Buruh, Rumah Amirza, KampungNira,
Warung Kopi, Kampung Belantik, Kios Elektronik, Sekolah, Pusat Kota, Stasiun Radio,
Tanjung Pandan, Kantor Gadai, Pantai Barat, Ruang Sidang, dan Dermaga, latar waktu:
pagi, siang, sore, malam, senin, dan februari, dan latar sosial: kehidupan penduduk Nira,
kepercayaan kampong Belantik, tingkah anak SMA, kebiasaan orang yang menghadiri
persidangan, dan kekaguman sang juruantar terhadap sosok Sabari, dan (e) sudut pandang:
persona ketiga serba tahu, (2) nilai pendidikan karakter novel Ayah meliputi: nilai
religius, jujur, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air,
menghargai prestasi, komunikatif senang bersahabat atau proaktif, cinta damai, gemar
membaca, peduli sosial dan tanggung jawab, (3) Skenario pembelajaran novel Ayah Karya
Andrea Hirata di kelas XI SMA menggunakan model pembelajaran kooperatif Group
Investigation dengan tahap pendahuluan guru mengkondisikan keadaan siswa agar siap
untuk menerima materi pelajaran yang akan disampaikan, lalu pada tahap inti guru
menerangkan materi tentang unsur-unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter, kemudian
guru meminta para siswa untuk mendiskusikannya, dalam tahap penutup guru merefleksi
kegiatan pembelajaran sastra yang terdapat dalam novel untuk membangun karakter siswa.
Kata kunci: Nilai Pendidikan Karakter, Novel Ayah, Skenario Pembelajaran.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... ii
PENGESAHAN .................................................................................................... iii
MOTO PERSEMBAHAN .................................................................................... iv
PERNYATAAN .................................................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN. ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Penegasan Istilah ....................................................................................... 10
C. Rumusan Masalah… ................................................................................. 13
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 13
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 14
F. Sistematika Skripsi .................................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 17
B. Kajian Teoretis .......................................................................................... 21
1. Unsur Intrinsik Novel .......................................................................... 21
a. Tema .............................................................................................. 21
b. Tokoh dan Penokohan ................................................................... 22
c. Alur ............................................................................................... 24
d. Latar .............................................................................................. 26
e. Sudut Pandang ............................................................................... 27
2. Pendidikan Karakter dalam Karya Sastra ........................................... 28
a. Hakikat Pendidikan ....................................................................... 31
b. Pengertian Karakter ....................................................................... 32
x
c. Pendidikan Karakter… .................................................................. 33
d. Fungsi Pendidikan Karakter .......................................................... 34
e. Tujuan Pendidikan Karakter ......................................................... 36
f. Nilai Karakter ................................................................................ 37
3. Skenario Pembelajaran ........................................................................ 41
a. Pengertian Pembelajaran Sastra .................................................... 41
b. Tujuan Pembelajaran Sastra .......................................................... 42
c. Manfaat Pembelajaran Sastra ........................................................ 43
d. Bahan Pembelajaran Sastra............................... ............................ 44
e. Metode Pembelajaran Sastra ......................................................... 44
f. Model Pembelajaran...................................................................... 46
g. Langkah-langkah Pembelajaran Sastra ......................................... 49
h. Sumber Belajar .............................................................................. 51
i. Evaluasi ......................................................................................... 51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian ........................................................................................ 53
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 53
C. Sumber Data .............................................................................................. 54
D. Instrumen Penelitian.................................................................................. 55
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 56
F. Teknik Analisis Data ................................................................................. 58
G. Teknik Keabsahan Data ........................................................................... 59
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis .............................................................. 59
BAB IVPENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA HASIL PENELITIAN
A. Penyajian Data .......................................................................................... 61
B. Pembahasan ............................................................................................... 68
BAB V
A. Simpulan ................................................................................................... 162
B. Saran .......................................................................................................... 164
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
1. Tabel Unsur Instrinsik Novel Ayah karya Andrea Hirata……………... 59
2. Tabel Nilai Pendidikan Karakter Novel Ayah karya Andrea Hirata…... 60
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sinopsis
Lampiran 2. Biografi Pengarang
Lampiran 3. Daftar Tabel
Lampiran 4. Silabus
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 6. Kartu Pencatat Data
Lampiran 7. Daftar Hasil Wawancara
Lampiran 8. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 9. Kartu Bimbingan Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, penegasan istilah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika skripsi.
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan sebuah hasil pemikiran manusia yang imajinatif dan
kreatif serta merupakan sebuah hasil interpretasi dari kehidupan manusia itu
sendiri yang berbentuk bahasa. Walaupun sering disebut dengan karya fiksi,
tetapi tidak serta merta hanyalah fiksi belaka. Sastra yang disebut karya sastra
tersebut di dalamnya menyangkut tentang kehidupan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Dinamika-dinamika kehidupan banyak tersaji di dalam
sebuah karya sastra, yaitu mengenai sosial, politik, ekonomi, budaya, religius,
dan sebagainya.
Semi menyatakan bahwa sastra adalah suatu bentuk dan hasil
pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya
dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Widayat, 2011:9). Dari
pendapat tersebut disebutkan bahwa sastra merupakan bentuk karya seni yang
mengungkap atau menggambarkan kehidupan manusia itu sendiri.
Wellek dan Warren (1989: 14) menyatakan bahwa sastra diterapkan
pada seni sastra, yaitu sastra sebagai karya sastra yang imajinatif. Sastra yang
imajinatif memiliki manfaat dan menghibur penikmat sastra. Sastra juga
menampilkan keindahan dan mengajarkan sesuatu tentang kehidupan. Dari
pendapat tersebut, diungkapkan bahwa sastra merupakan bentuk seni
2
keindahan yang imajinatif serta menampilkan suatu gambaran
kehidupan yang dijadikan sebagai pembelajaran.
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi
yang dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara
lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai
permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiantoro, 2010: 11). Novel tidak
hanya berisi khayalan belaka namun menampilkan gambaran kehidupan
sedangkan kehidupan itu merupakan suatu kenyataan sosial yang terjadi di
lingkungan masyarakat.
Sebagaimana yang dikatakan Nurhayati (2012: 5), novel merupakan
pengungkapan dari fragmen (cuplikan) kehidupan manusia dalam jangka
yang lebih panjang. Novel tidak hanya berisi khayalan belaka akan tetapi,
menampilkan gambaran kehidupan yang merupakan suatu kenyataan sosial
yang terjadi dilingkungan masyarakat.
Berbagai masalah dan pengalaman hidup, baik yang bersifat
individual maupun yang bersifat sosial dapat diangkat. Pengarang secara
tidak langsung mengajak pembaca untuk menyelami dunia baru, sastra sangat
efektif jika digunakan sebagai media mempertajam perasaan karena sastra
memberikan gambaran kehidupan dengan berbagai masalah dan pilihan hidup
untuk secara bijaksana memilih jalan kebaikan atau keburukan dan akibat-
akibat yang ditimbulkan dari pilihan tersebut. Novel, dipihak lain, berhubung
adanya ketidakterikatan pada panjang cerita yang memberi kebebasan kepada
3
pengarang, umumnya memiliki lebih dari satu plot: terdiri dari satu plot
utama dan sub-subplot (Nurgiyantoro, 2010: 12).
Karya sastra berbentuk novel tersebut diciptakan tidak hanya untuk
dijadikan sebagai hiburan melainkan dijadikan sebagai pembelajaran. Dalam
sebuah novel, pengarang banyak sekali memunculkan fenomena-fenomena
kehidupan yang mengacu kepada nilai-nilai kebaikan serta kebalikannya.
Sebagai catatan bahwa fenomena negatif yang dimunculkan oleh pengarang
dalam sebuah novel bertujuan untuk dijadikan sebagai pertimbangan dari
yang buruk untuk memilih yang baik dengan cara memunculkan keduanya
sebagai pembelajaran yang lebih kompleks.
Dalam kaitanya dengan pembelajaran, novel dijadikan sebagai media
dan bahan ajar oleh guru. Novel sebagai bahan pembelajaran ini merupakan
apresiasi yang utama adalah siswa termotivasi untuk membaca sehingga dari
kegiatan membaca peserta didik dapat mengambil nilai-nilai kebaikan yang
ada didalam novel. Peranan membaca sangat besar pengaruhnya bagi
kehidupan manusia. Membaca merupakan proses berpikir dan bernalar atau
sebagai proses pengolahan bahasa untuk mendapatkan informasi dari sesuatu
yang tertulis (Sukirno, 2009: 2). Dengan membaca, manusia dapat
memperoleh pengetahuan yang sangat berguna bagi dirinya sendiri maupun
orang lain.
Selain itu, peran guru sangatlah penting, yaitu memilih bahan ajar
untuk menopang peserta didik dalam mengapresiasi serta membimbing
peserta didik sehingga mampu menangkap nilai-nilai karakter yang ada
4
didalamnya. Seringkali pengarang menyampaikan gagasan, pesan dan nilai
moral dalam novel secara tersirat, pembaca diharapkan mampu menangkap
pesan-pesan tersebut melalui proses berpikir dan merenungkannya.
Pengarang menyampaikan pesan melalui bahasa yang membutuhkan proses
berpikir dan merenung, disanalah letak kelebihan sastra sebagai media
pembentukan watak, dengan mengapresiasi karya sastra pembaca sekaligus
membangun kepribadiannya dengan merenungkan hal-hal baik ataupun buruk
yang terkadang tak disadarinya (Nurgiyantoro, 2010: 339).
Setiap pribadi dalam kehidupan nyata memiliki potensi menjadi
pribadi yang baik atau menjadi pribadi yang buruk dan menentukan pilihan
hidup untuk menjadi seseorang yang berkarakter dan menjalani kehidupan
dengan memegang teguh nilai-nilai kebaikan dan bermoral atau sebaliknya.
Tentunya setiap manusia ingin menjadi pribadi yang memegang teguh nilai
kebaikan dan menjunjung moral sehingga menjadi pribadi yang berkarakter.
Karakter bukanlah sesuatu yang didapatkan secara genetik, karakter
merupakan hasil dari belajar dan membutuhkan proses untuk memilikinya.
Seseorang dikatakan berkarakter apabila ia mampu menerapkan nilai-nilai
kebaikan dan moral dalam kehidupannya. Perkembangan karakter pada setiap
individu dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor sosialisasi dan
lingkungan (nature) (Muslich, 2014: 96).
Pendidikan, sebagai usaha dan kegiatan manusia dewasa terhadap
manusia yang belum dewasa, bertujuan untuk menggali potensi-potensi
tersebut agar menjadi aktual dan dapat dikembangkan. Dengan begitu,
5
pendidikan adalah alat untuk memberikan rangsangan agar potensi manusia
tersebut berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan
berkembangnya potensi-potensi itulah, manusia akan menjadi manusia dalam
arti yang sebenarnya. Di sinilah, pendidikan sering diartikan sebagai upaya
manusia untuk memanusiakan manusia, sehingga manusia tersebut mampu
memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara yang baik
dan berguna dalam memajukan bangsa.
Pendidikan dapat terjadi melalui interaksi manusia dengan
lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun sosial. Proses interaksi
tersebut akan berlangsung dan dialami manusia selama hidupnya. Interaksi
manusia dalam lingkungan sosialnya menempatkan manusia sebagai mahluk
sosial, yaitu makhluk yang saling memerlukan, saling bergantung, dan saling
membutuhkan satu sama lain, termasuk membutuhkan pendidikan yang di
dalamnya memerlukan interaksi satu sama lain. Di samping itu, manusia
sebagai makhluk sosial terikat dengan sistem sosial yang lebih luas.
Sekolah, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, tidak dapat
dipisahkan dari sistem kehidupan sosial yang lebih luas. Artinya, sekolah itu
harus mampu mendukung terhadap kehidupan masyarakat Indonesia yang
lebih baik. Dalam pendidikan sekolah, pelaksanaan pendidikan diatur secara
bertahap atau mempunyai tingkatan tertentu. Dalam sistem pendidikan
nasional, jenjang pendidikan dibagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Masing-masing tingkatan itu mempunyai
tujuan yang dikenal dengan tujuan institusional atau tujuan kelembagaan,
6
yakni tujuan yang harus dicapai oleh setiap jenjang lembaga pendidikan
sekolah. Semua tujuan institusi tersebut merupakan penunjang terhadap
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Saat ini pemerintah melalui Kemendikbud mengamanatkan kepada
seluruh institusional kelembagaan pendidikan untuk menerapkan pendidikan
berbasis karakter, Dewasa ini berkembang tuntutan untuk perubahan
kurikulum pendidikan yang mengedepankan perlunya membangun karakter
bangsa. Hal ini didasarkan pada fakta dan persepsi masyarakat tentang
menurunnya kualitas sikap dan moral anak-anak atau generasi muda.
Pendidikan karakter sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di
sekolah saja, tetapi dirumah dan dilingkungan sosial. Bahkan sekarang ini
peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi
juga usia dewasa. Berdasarkan hal tersebut, penanaman pendidikan karakter
diharapkan dapat meningkatkan kelangsungan bangsa ini.
Selain itu, pencanangan pendidikan karakter tentunya dimaksudkan
untuk menjadi salah satu jawaban terhadap beragam persoalan bangsa yang
saat ini banyak dilihat, didengar dan dirasakan, yang mana banyak persoalan
muncul yang di identifikasi bersumber dari gagalnya pendidikan dalam
menyuntikan nilai-nilai moral terhadap peserta didiknya. Hal ini menjadikan
ironi bagi kita semua karena tujuan pendidikan bukan hanya melahirkan insan
yang cerdas, namun juga menciptakan insan yang berkarakter kuat.
Di sekolah formal, pendidikan karakter dapat dikolaborasikan dengan
mata pelajaran bahasa Indonesia. Melalui karya sastra sebagai bahan ajar,
7
diharapkan dapat membantu dalam menanamkan nilai karakter kepada
peserta didik. Fungsi karya sastra dalam pendidikan karakter adalah sebagai
media pembentuk watak moral peserta didik karena didalamnya mengandung
pesan-pesan moral baik secara implisit maupun eksplisit yang dapat
mempengaruhi peserta didik (Samani, 2013: 31).
Pendidikan karakter yang memuat nilai-nilai kebaikan dapat
ditanamkan oleh guru kepada siswa melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia
khususnya materi sastra. Guru dapat menggunakan novel sebagai bahan
pembelajaran yang mampu menyampaikan dan mengajarkan nilai-nilai
kebaikan dan kepada siswa dengan cara yang menyenangkan dan tidak
menggurui. Siswa dilatih agar mampu meresapi nilai-nilai kebaikan dan
moral dalam novel yang diapresiasinya dan mampu mempraktikannya dalam
kehidupannya agar terbentuk pribadi yang berkarakter. Pembelajaran karakter
melalui novel yang utama adalah siswa berlatih menafsirkan pesan-pesan
yang disampaikan pengarang dalam bentuk bahasa. Siswa belajar
mengapresiasi dengan menggunakan fikiran, perasaan dan melibatkan daya
imajinasinya.
Salah satu novel yang bisa digunakan sebagai bahan pembelajaran
yang memuat banyak nilai kebaikan adalah novel karya Andrea Hirata yang
berjudul Ayah berkisah tentang sebuah persahabatan dan kekonyolan. Tentu
tali persahabatan ini tidak lepas dari Sabari, Tamat, dan Ukun. Sewaktu masih
SMA, mereka bertingkah aneh dan berbuat onar bersama. Hal tersebut
menjadikan hidup mereka penuh dengan dramatik tersendiri. Persahabatan
8
yang pada akhrinya membuat Tamat dan Ukun rela mengelilingi Sumatera
untuk mencari Zorro dan Lena agar temannya (Sabari) tidak menjadi gila.
Bermodalkan tekad, dan surat-surat dari temannya serta sahabat pena Lena,
kedua sabahat itu menginjakkan kaki dari Aceh sampai ujung terjauh
Sumatera. Harapan mereka adalah ingin sahabatnya kembali seperti waktu
masih muda, kembali cerita seperti dulu lagi.
Selain mengisahkan tentang persahabatan, juga mengisahkan tentang
arti sebuah keluarga. Di mana Sabari yang selalu mendambakan Zorro agar
datang dipelukannya. Berkumpul dengannya dan memulai hidup seperti orang
lain. Menjadi ayah dan anaknya, dan mengajari anaknya untuk menjadi sosok
yang bisa dibanggakan. Segala pengorbanan sudah dia lakukan untuk
cintanya kepada istri, dan juga cintanya kepada anak. Sosok yang tidak ingin
melihat anaknya menangis dan sengsara.
Hubungan antartokoh dalam novel sangat erat. Selain itu, cerita yang
disajikan juga sangat menarik bagi pembaca sehingga dapat memacu untuk
lebih mengetahui kelanjutan cerita dalam novel tersebut. Kegigihan dan
kesabaran serta kerja keras empat sahabat sangat jelas dituangkan dalam
novel Ayah.
Dalam novel Ayah terdapat adanya eksplorasi-eksplorasi estetis yang
dilakukan Andrea Hirata di dalam novel ini. Misalnya adalah tentang struktur
alur waktu yang tidak linear seperti terdapat dalam karya-karya sebelumnya.
Andrea Hirata juga semakin menegaskan bahwa sebagai penulis, kita harus
bisa menggali sebuah cerita sederhana menjadi luar biasa. Sebab mungkin
9
fakta yang terjadi biasa saja, tapi lewat kata-katanya penulis mampu
membuatnya menjadi keajaiban yang mempesona. Kelebihan yang dimiliki
novel ini, yaitu ceritanya sangat sederhana, masih menerapkan budaya orang
Indonesia. (Diposkan oleh Rizqi Turama, 15.28,14 Juni 2015)
Novel Ayah Karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang
Pustaka akhir Mei 2015 ini merupakan novel fiksi Indonesia. Namun semua
cerita yang ditulis adalah kisah yang nyata yang diceritakan seorang sahabat
Andrea kepadanya. Novel yang menceritakan sosok ayah dalam suatu
keluarga. Cerita yang masih berlatar belakang di Belitong.
Andrea Hirata telah menerbitkan 9 novel berbahasa Indonesia salah
satu diantaranya adalah novel Ayah dan 2 novel edisi internasional (The
Rainbow Troops dan Der Traumer-Maret, 2015, Penerbit Hansel Berlin). Dia
adalah pemenang New York Book Festival 2013, kategori General Fiction,
untuk The Rainbow Troops (Laskar Pelangi edisi Amerika), dan pemenang
Buchawards 2013, Jerman, untuk Die Regenbogen Truppe (Laskar Pelangi
edisi Jerman). Laskar pelangi diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing dan
diterbitkan oleh penerbit-penerbit terkemuka di lebih dari 120 negara
Dalam rangka meningkatkan minat pembaca, mengembangkan sastra
dan melestarikan bahasa Belitong, pada 2010 Andrea membangun Museum
Kata, museum sastra pertama di Indonesia yang telah berhasil memulai
literary tourism di Tanah Air. Bahasa penuh sastra disajikan oleh penulis di
dalam novel Ayah. Hampir setiap bab terdapat puisi-puisi yang mendayu-
dayu penuh makna dalam beberapa kutipan puisi ataupun kalimat yang ada di
10
dalam novel. Tulisan dalam novel Ayah benar-benar mengagumkan. Bahasa
yang mendayu-dayu terkadang dapat membuat kita tersenyum atau
sebaliknya menjadikan kita sedih dan meneteskan air mata.
Novel sebagai salah satu karya sastra memungkinkan untuk diajarkan
di SMA. Salah satu kelebihan novel sebagai bahan pembelajaran sastra adalah
mudahnya karya sastra untuk dinikmati tiap masing-masing individu. Selain
itu, lewat karya sastra seseorang juga dapat menambah pengetahuanya
tentang kosa kata dalam suatu bahasa dan tentang pola kehidupan masyarakat
(Aminudin, 2013: 60).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, penulis memilih novel
Ayah karya Andrea Hirata sebagai objek penelitian dengan menggali nilai
pendidikan karakter yang terkandung dalam novel tersebut yang disampaikan
pengarang dengan bahasa sebagai medianya. Oleh karena itu, penulis
mengambil judul “ Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Ayah Karya
Andrea Hirata dan Skenario Pembelajaranya Di Kelas XI SMA”.
B. Penegasan Istilah
Penegasan istilah pada novel Ayah Karya Andrea Hirata dikaji dengan
menggunakan nilai pendidikan karakter serta menjabarkan unsur intrinsik
pada novel tersebut dan bagaimana skenario pembelajarannya di SMA.
Penegasan istilah ini dilakukan penulis guna menghindari terjadinya
kesalahpahaman tentang peristilahan yang digunakan dalam judul, dibawah ini
diuraikan definisi beberapa istilah yang ada di dalam skripsi ini.
11
1. Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus, 2007:
1004), nilai diartikan sebagai sifat-sifat atau hal yang penting atau yang
berguna bagi kemanusiaan.
2. Pendidikan
Kurniawan (2013: 27) pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya
secara sadar yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap
semua aspek perkembangan kepribadian, baik jasmani dan ruhani, secara
formal, informal, dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk
mencapai kebahagiaan dan nilai yang tinggi (baik nilai insaniyah maupun
ilahiyah).
3. Karakter
Samani (2013: 22) mengatakan bahwa karakter merupakan dorongan
pilihan untuk menentukan yang baik dalam hidup. Seseorang dikatakan
berkarakter atau berwatak jika berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang
dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam
hidupnya.
4. Pendidikan Karakter
Koesoema (2012: 57) menyatakan bahwa pendidikan karakter dapat
diartikan sebagai usaha sadar manusia untuk mengembangkan keseluruhan
dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik
dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat
menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab
12
atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang
lain dalam hidup mereka berdasarkan nilai-nilai moral yang menghargai
kemartabatan manusia.
5. Novel
Nurhayati (2012: 5) novel merupakan pengungkapan dari fragmen
(cuplikan) kehidupan manusia dalam jangka yang lebih panjang. Novel
tidak hanya berisi khayalan belaka akan tetapi, menampilkan gambaran
kehidupan yang merupakan suatu kenyataan sosial yang terjadi
dilingkungan masyarakat.
6. Andrea Hirata
Andrea Hirata adalah pengarang dari novel Ayah. Ia lahir di Gantong,
Belitong Timur, 24 Oktober 1982.
7. Skenario pembelajaran
Skenario pembelajaran adalah rencana berupa langkah-langkah yang
tersusun secara rinci yang digunakan sebagai acuan dalam proses belajar
mengajar melalui proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan
pendidikan.
8. SMA kelas XI
SMA kelas XI merupakan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas.
Jadi, maksud dari judul skripsi “Nilai Pendidikan Karakter dalam
Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan Skenario Pembelajarannya di Kelas
13
XI SMA” berarti kajian tentang nilai pendidikan karakter dan skenario
pembelajarannya di kelas XI SMA.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah
yang akan penulis bahas dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata?
2. Bagaimanakah nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata?
3. Bagaimanakah skenario pembelajaran nilai pendidikan karakter dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata di SMA?
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penulis dalam
penelitian ini antara lain:
1. Mendeskripsikan unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
2. mendeskripsikan nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel
Ayah karya Andrea Hirata;
3. mendeskripsikan skenario pembelajaran nilai pendidikan karakter dalam
novel Ayah karya Andrea Hirata di SMA.
14
E. Manfaat Penelitian
Ada dua macam kegunaan dalam penelitian pada novel Ayah karya
Andrea Hirata. Kegunaannya dipaparkan sebagai berikut ini.
a. Segi Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang ada di dalam suatu lembaga
pendidikan di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya
khasanah kajian sastra dan memberikan wawasan pembaca mengenai nilai
pendidikan karakter dalam novel Ayah karya Andrea Hirata serta teori
pembelajaran.
b. Segi Praktis
Manfaat dari segi praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi
manfaat bagi guru, bagi peserta didik, dan peneliti.
1. Manfaat bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
meningkatkan proses pembelajaran sastra khususnya yang berkaitan
dengan penanaman nilai pendidikan karakter kepada peserta didik
serta dapat memperbaiki metode mengajar yang selama ini digunakan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi peserta didik supaya
gemar membaca dan mencintai karya sastra serta memudahkan peserta
didik dalam memahami nilai pendidikan karakter.
15
3. Manfaat bagi peneliti
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti mendapatkan pengalaman
praktis guna penelitian lanjutan serta bagi peneliti berikutnya
diharapkan dapat dijadikan sebagai barometer dalam penelitian yang
serupa.
F. Sistematika Skripsi
Skripsi ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian awal dan bagian isi.
Bagian awal skripsi ini terdiri atas halaman judul, pengesahan, pernyataan,
moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar
lampiran, dan abstrak. Bagian isi skripsi ini terdiri atas, lima bab, yaitu bab
I sampai dengan bab V. Adapun penjabarannya sebagai berikut.
Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah guna menjelaskan
hal-hal yang mendorong atau argumentasi yang mendasari pemilihan
masalah penelitian. Selain itu, terdapat pula penegasan istilah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka
berisi kajian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang penulis
lakukan, sedangkan kajian teoretis berisikan teori-teori yang dijadikan
landasan penelitian.
Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian meliputi objek
penelitian, fokus penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, teknik keabsahan data, dan teknik
penyajian hasil analisis data.
16
Bab IV berisi penyajian dan pembahasan data. Data diperoleh dari
novel Ayah karya Andrea Hirata yang meliputi unsur intrinsik, nilai
pendidikan karakter, dan skenario pembelajarannya di kelas XI SMA.
Dalam bagian ini ditampilkan hasil penelitian secara singkat, ditampilkan
hasil analisis data, serta dilakukan penafsiran dan pemaknaan semua hasil
penelitian.
Bab V berisi penutup. Bagian ini merupakan bagian akhir yang
berisi simpulan dan saran yang relevan. Simpulan, merupakan pernyataan
singkat hasil analisis yang hakikatnya merupakan jawaban atas
permasalahan yang diteliti dan saran, merupakan usulan yang diperoleh
berdasarkan hasil penelitian.
17
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
Pada bab ini disajikan tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan
pustaka berisi kajian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang
penulis lakukan, sedangkan kajian teoretis berisikan teori-teori yang dijadikan
landasan penelitian.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis untuk
membandingkan kajian terdahulu sehingga diketahui perbedaan dan
persamaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan penulis
lakukan serta keunggulan dari yang akan penulis lakukan dengan tiap masing-
masing kajian terdahulu. Beberapa kajian tentang nilai pendidikan karakter
tersebut berbentuk skripsi seperti yang dilakukan oleh Asih (2013) dan Dwi
Handayani (2014).
Asih (2013) menulis skripsinya yang berjudul “Nilai Pendidikan
Karakter dalam Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye
dan Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA”. Dari
pembahasan Asih menyimpulkan bahwa: (1) unsur intrinsik dalam novel Kau,
Aku, dan Sepucuk Angpau Merah Karya Tere Liye meliputi tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar dan sudut pandang; (2) nilai pendidikan karakter dalam
novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah ada empat, yaitu (a) nilai
karakter dalam hubungannya dengan Tuhan, (b) nilai karakter hubungannya
dengan diri sendiri, (c) nilai karakter hubungannya dengan sesama, (d) nilai
18
karakter hubungannya dengan lingkungan, (e) nilai kebangsaan; (3)
kesesuaian nilai pendidikan karakter novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau
Merah karya Tere Liye dan relevansinya sebagai bahan pembelajaran sastra di
kelas XI SMA.
Penelitian yang dilakukan oleh Asih memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaannya,
keduanya membahas nilai pendidikan karakter novel, mendeskripsikan unsur-
unsur instrinsik pada novel yang meliputi: tema, tokoh, alur, latar, dan sudut
pandang. Perbedaannya, Asih hanya menjelaskan relevansinya sebagai bahan
pembelajaran di SMA tanpa memberikan skenario pembelajarannya,
sedangkan penulis menganalisis nilai pendidikan karakter dengan skenario
pembelajarannya di SMA. Perbedaan yang lain terdapat pada subjek
penelitian, penelitian Asih mengambil subjek novel Kau, Aku, dan Sepucuk
Angpau Merah karya Tere Liye, sedangkan penulis pada novel Ayah Karya
Andrea Hirata.
Selain skripsi Asih juga dikaji skripsinya Feri DwiHandayani (2014)
yang berjudul “Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Surat Kecil untuk
Tuhan Karya Agnes Davonar dan Skenario Pembelajaran di Kelas XI SMA”.
Dari pembahasaan Feri menyimpulkan: (1) struktur karya sastra novel Surat
Kecil untuk Tuhan mencakup lima aspek, yaitu: tema, tokoh dan penokohan,
alur, latar, dan sudut pandang. Kelima aspek tersebut saling berjalin menyatu
dengan nilai moral yang terdapat di dalamnya, (2) nilai pendidikan karakter
novel Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar mencakup lima aspek,
19
yaitu: (a) nilai pendidikan karakter novel Surat Kecil untuk Tuhan yang
berhubungan dengan Tuhan, (b) nilai pendidikan karakter novel Surat Kecil
untuk Tuhan yang berhubungan dengan diri sendiri, (c) nilai pendidikan
karakter novel Surat Kecil untuk Tuhan yang berhubungan dengan keluarga,
(d) nilai pendidikan karakter novel Surat Kecil untuk Tuhan yang
berhubungan dengan masyarakat, (e) nilai pendidikan karakter novel Surat
Kecil untuk Tuhan yang berhubungan dengan alam sekitar, (3) skenario
pembelajaran novel Surat Kecil untuk Tuhan dalam pembelajaran sastra di
kelas XI SMA dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran meliputi:
pendahuluan, inti dan penutup.
Penelitian yang dilakukan oleh Feri memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Persamaannya,
keduanya membahas nilai pendidikan karakter dan skenario pembelajarannya
di SMA, mendeskripsikan unsur-unsur instrinsik pada novel yang meliputi:
tema, tokoh, alur, latar, dan sudut pandang. Perbedaannya terdapat pada
subjek penelitian, penelitian Feri mengambil subjek novel Surat Kecil untuk
Tuhan karya Agnes Davonar, sedangkan penulis pada novelAyah Karya
Andrea Hirata.
Selain itu, penelitian yang berkaitan dengan nilai pendidikan juga
terdapat dalam jurnal ilmiah Surya Bahtera, yaitu skripsi Ahmad Fuadi (2013)
yang berjudul “Nilai PendidikanNovel Ranah 3 Warna Karya Ahmad Fuadi
Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di Kelas XI SMA”. Dari pembahasaan
Fuadi menyimpulkan: (1) tema novel Ranah 3 Warna adalah perjuangan Alif
20
demi meraih impian dan cita-cita dengan segala keterbatasan. Tokoh
utamanya Alif dan tokoh tambahannya: Raisa, Randai, Amak, dll. Alurnya
adalah alur maju. Latar tempatnya Bandung, Yordania, Kanada, Maninjau.
Latar waktunya adalah pagi, sore, dan malam hari. Latar sosial melukiskan
status sosial masyarakat menengah. Sudut pandang yang digunakan adalah
sudut pandang persona pertama.(2) nilai pendidikan novel Ranah 3 Warna
meliputi nilai pendidikan agama, moral, adat/budaya, dan sosial. (3)
kesesuaian nilai pendidikan novel Ranah 3 Warna sebagai bahan pembelajaran
sastra di kelas XI SMA dapat dilihat dari segi bahasa, psikologi, dan latar
belakang budaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Fuadi yang terdapat dalam jurnal
ilmiah Surya Bahtera memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh penulis. Persamaannya, keduanya membahas tentang
penerapan pembelajaran sastra di kelas XI SMA, mendeskripsikan unsur-
unsur instrinsik pada novel yang meliputi: tema, tokoh, alur, latar, dan sudut
pandang. Perbedaannya terdapat pada subjek penelitian, penelitian Fuadi
mengambil subjek novel Ranah 3 Warna karya Ahmad Fuadi, sedangkan
penulis pada novel Ayah Karya Andrea Hirata. Selain itu, dalam penelitian
Fuadi yang dikaji adalah nilai pendidikan, sedangkan penulis mengkaji nilai
pendidikan karakter.
Keunggulan dari penelitan yang akan penulis lakukan dengan
penelitian terdahulu tersebut adalah nilai pendidikan karakter yang terdapat
dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata pembahasannya lebih mendetail dan
21
luas. Data yang disajikan oleh penulis saling berkesinambungan antara unsur
intrinsik dengan nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Ayah. Penulis
menggunakan triangulasi sumber untuk melakukan langkah pengecekan
kembali data-data yang diperoleh dari informan dengan cara menanyakan
kebenaran data atau informasi kepada informan yang satu dengan informan
yang lainnya antara pembaca dengan penulis sendiri. Selain itu, Teori yang
digunakan juga dijelaskan secara rinci.
B. Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teori yang memuat
beberapa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan
sebagai acuan dan barometer dalam membahas masalah yang diteliti. Kajian
teori yang dipakai penulis adalah sebagai berikut: unsur intrinsik novel, nilai
pendidikan karakter, nilai pendidikan karakter dalam karya sastra, dan
skenario pembelajaran.
1. Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya
sastra itu sendiri. Unsur sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara
langsung) turut serta membangun cerita. Unsur intrinsik yang penulis
bahas dalam penelitian ini meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
dan amanat.
a. Tema
Tema merupakan suatu gagasan sentral, sesuatu yang hendak
diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi (Nurgiyantoro,
22
2010: 67). Tema sering dimaknai sebagai inti cerita novel. Semua
cerita yang dibangun berpusat dari satu tema.
Menurut Hartoko dan Rahmanto, tema merupakan gagasan
dasar umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di
dalam teks sebagai struktur semantik yang menyangkut persamaan-
persamaan atau perbedaan-perbedaan (Nurhayati, 2012: 11).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tema adalah
gagasan pokok yang mendasari pada sebuah cerita.
Kaitannya dengan tema, Nurgiyantoro (2010: 82-83) membagi
tema menjadi dua, yaitu tema mayor (tema utama) dan tema minor
(tema tambahan). Tema mayor diartikan sebagai tema pokok cerita
yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum cerita itu, sementara
tema minor sendiri diartikan sebagai makna yang hanya terdapat pada
bagian-bagian tertentu dalam cerita yang fungsinya hanya
mempertegas eksistensi makna utama atau tema mayor.
b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting
dalam prosa. Istilah “tokoh” digunakan untuk menunjuk pada
orangnya atau pelaku cerita, sedangkan istilah “penokohan” digunakan
untuk melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang
ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurhayati, 2012: 15). Dilihat dari
segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada
tokoh yang tergolong penting dan ditampilkan terus-menerus sehingga
23
terasa mendominasi sebagian cerita, dan sebaliknya. Ada tokoh-tokoh
yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam cerita dan
itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.
Baribin (1985: 55) mengungkapkan bahwa ada dua macam cara
dalam memperkenalkan tokoh atau perwatakan tokoh dalam sebuah
karya fiksi, yaitu secara analitik dan dramatik. Secara analitik, yaitu
pengarang langsung memaparkan watak atau karakter tokoh,
pengarang menyebutkan bahwa tokoh tersebut keras kepala,
penyayang, dan sebagainya, sementara secara dramatik itu sendiri,
yaitu pengarang dalam memperkenalkan tokoh tidak diceritakan secara
langsung, tetapi melalui pilihan nama tokoh, penggambaran fisik atau
postur tubuh, cara berpakaian, tingkah laku terhadap tokoh-tokoh lain,
dan lingkungannya melalui dialog tokoh yang bersangkutan dalam
interaksinya dengan tokoh-tokoh yang lain.
Tokoh yang disebut pertama adalah tokoh utama cerita (central
character, main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh
tambahan (peripheral character) (Nurgiyantoro, 2010: 176). Tokoh
utama dalam sebuah novel, mungkin saja lebih dari satu orang.
Walaupun demikian, kehadiran semuanya sangatlah penting untuk
mendukung tokoh utama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa
tokoh dan penokohan sangat erat kaitannya. Tokoh adalah pelaku yang
24
terdapat dalam karya sastra, sedangkan penokohan adalah karakter atau
sifat yang dimiliki oleh pelaku dalam karya sastra.
c. Alur (Plot)
Alur atau plot adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk
cerita yang menunjukkan adanya hubungan kausalitas. Plot memegang
peranan penting dalam cerita. Fungsi plot memberikan penguatan
dalam proses membangun cerita (Nurhayati, 2012: 12).
Alur atau plot sering juga disebut kerangka cerita, yaitu jalinan
cerita yang disusun dalam urutan waktu yang menunjukkan hubungan
sebab dan akibat dan memiliki kemungkinan agar pembaca menebak-
nebak peristiwa yang akan datang. Menurut Sukirno (2013:85), alur
cerita jika dilihat dari urutan peristiwanya terdiri atas bagian awal,
tengah, dan akhir. Lebih terinci lagi terdiri atas eksposisi, konflik,
klimaks, pelarian, dan penyelesaian. Jika dilihat dari jenisnya, alur
dapat dikelompokkan menjadi alur maju atau progresif (peristiwa
diceritakan dari awal, tengah, dan akhir), alur mundur atau regresif
(peristiwa diceritakan dari bagian akhir, tengah, baru bagian awal),
alur gabungan atau alur maju-mundur (peristiwa kadang-kadang
diceritakan dari bagian tengah, baru kebagian awal dan akhir), dan alur
melingkar (peristiwa diceritakan dari awal sampai akhir, tetapi akhir
peristiwa kembali ke peristiwa awal). Jika dilihat dari cara mengakhiri
cerita, terdapat alur tertutup (pengarang telah menyimpulkan atau
menyelesaikan cerita) dan alur terbuka (pengarang tidak
25
menyimpulkan akhir cerita, pembaca atau penyimak dipersilakan
menyimpulkan akhir cerita itu).
Secara teoretis alur biasanya dikembangkan dalam urutan-
urutan tertentu. Nurhayati (2012: 73-82) mengatakan bahwa rangkaian
kejadian yang menjalin alur/plot meliputi tujuh tahapan: (1) ekspotion,
yaitu berisi awalan cerita. Pengarang memperkenalkan tokoh-tokoh
cerita, wataknya, tempat kejadiannya, dan hal-hal yang melatar
belakangi tokoh itu sehingga akan mempermudah pembaca
mengetahui jalinan cerita sesudahnya; (2) Inciting moment, yaitu
mulainya masalah cerita itu muncul. Peristiwa mulai adanya masalah-
masalah yang ditampilkan oleh pengarang untuk dikembangkan atau
ditingkatkan; (3) Rising action, yaitu konflik dalam cerita meningkat;
(4) Complication, yaitu menunjukkan konflik yang semakin ruwet; (5)
Climax, yaitu puncak dari seluruh cerita dan semua kisah atau
peristiwa sebelumnya ditahan untuk ditonjolkan saat klimaks cerita
tersebut;(6) Falling action, yaitu konflik yang dibangun dalam cerita
tersebut menurun karena telah mencapai klimaksnya; (7) Denoument,
yaitu penyelesaian.
Selain itu, berdasarkan kriteria urutan waktu ada tiga macam
alur, yaitu a) alur maju, alur maju ini berisi peristiwa-peristiwa
tersusun secara kronologis, artinya peristiwa pertama diikuti peristiwa
kedua dan selanjutnya. Cerita umum dimulai dari awal sampai tahap
akhir; b) alur sorot balik, alur ini berisi peristiwa-peristiwa yang
26
dikisahkan tidak kronologis (tidak runtut ceritanya); c) alur campuran,
alur ini berisi peristiwa gabungan dari plot progresif dan regresif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa alur merupakan rangkaian cerita yang dihadirkan oleh para
pelaku dalam cerita dan dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita. Adapun bentuk alur dalam urutan
waktu terjadinya peristiwa tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu alur
maju, alur sorot balik, dan alur campuran.
d. Latar (Setting)
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu,
menyarani pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan
(Nurhayati, 2012: 17). Menurut Nurgiyantoro (2010: 227) unsur latar
di bagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu: 1) latar tempat, menyarani
pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi, misalnya desa, gunung, kota, hotel, rumah, dan sebagainya; 2)
latar waktu, menyarani pada kapan terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, siang, malam,
dan jam; 3) latar sosial, menyarani pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap.
27
Dengan demikian, latar adalah suatu acuan cerita dalam karya
sastra. Latar berhubungan dengan 3 hal, yaitu latar tempat yang
mengacu pada tempat terjadinya peristiwa tersebut berlangsung; latar
waktu mengacu pada kapan terjadinya peristiwa tersebut berlangsung;
dan latar sosial mengacu pada suasana saat peristiwa itu berlangsung.
e. Sudut Pandang (Point of View)
Menurut Abrams, sudut pandang adalah cara yang digunakan
oleh pengarang untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai
peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada
pembaca (Nurgiyantoro, 2010: 248). Ada dua metode dalam pusat
pengisahan, yaitu (1) metode orang pertama tunggal (aku), pengarang
menceritakan kisah aku. “Aku” berkemungkinan pengarangnya, tetapi
dapat pula hanya sebagai narator (pencerita), dan (2) metode orang
kedua (dia), yaitu pengarang menceritakan kisah dia atau mereka.
Dalam hal ini, pengarang menjadi seseorang yang serba tahu.
Kedudukan pengarang dapat sebagai tokoh utama akan tetapi dapat
juga sebagai tokoh tambahan (bukan tokoh utama).
Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
sudut pandang (Poin of View) merupakan penyebutan kata ganti nama
untuk tokoh-tokoh dalam cerita, dan posisi narator dalam sebuah
cerita. Dengan demikian, pengarang menjadi seseorang yang serba
tahu dan leluasa dalam menyampaikan cerita.
28
2. Pendidikan Karakter dalam Karya Sastra
Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen: kesadaran,
pemahaman, kepedulian, dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun masyarakat dan bangsa keseluruhan,
sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan kodratnya (Mulyasa,
2014: 7). Mempelajari sastra berarti mempelajari diri kita sendiri, karena
karya sastra bukan tercipta dari ruang hampa, akan tetapi tercipta dari
kenyataan.
Dari membaca karya sastra dapat diambil pelajaran yang berharga
yang mungkin bisa menjadi pegangan dalam hidupnya karena di dalam
karya sastra sangat memungkinkan adanya nilai-nilai luhur. Walaupun di
dalam sebuah karya sastra tersebut juga terdapat hal-hal yang mengisahkan
sesuatu yang tidak terpuji, tidak berarti karya sastra tersebut serta merta
mengajarkan hal-hal yang tidak terpuji namun hal tersebut dimaksudkan
untuk dijadikan sebagai perbandingan baik dan buruk, terpuji dan tidak
terpuji, serta salah dan benar. Dengan demikian, pembaca dapat
membandingkan dan mengambil sesuatu yang patut untuk ditiru sehingga
pembaca dapat ingat dan sadar untuk berbuat kebaikan dan meninggalkan
hal yang tercela. Pada hakikatnya, setiap insan menginginkan dan berbuat
sesuatu yang baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.
29
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa bagaimanapun
karya sastra dibuat, dan bagaimanapun tema yang diusung dari sebuah
karya sastra baik itu yang terpuji maupun “tidak terpuji” secara eksplisit
dapat diambil nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam karya sastra
tersebut. Dengan demikian, karya sastra dapat dijadikan sebagai
pembentuk karakter kita sebagai manusia.
Nilai-nilai pendidikan karakter merupakan salah satu manfaat yang
dapat dipetik dari membaca karya sastra. Nilai-nilai tersebut sangat
berkaitan dengan persoalan hidup dan kehidupan yang dialami oleh para
tokoh dalam karya sastra tersebut. Menurut Nurgiyantoro (2010: 323),
secara umum, persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan ke
dalam persoalan: (i) hubungan manusia dengan diri sendiri, (ii) hubungan
manusia dengan manusia lain termasuk dengan lingkungan, dan (iii)
hubungan manusia dengan Tuhan.
Pendidikan karakter di sekolah semua komponen (stakeholders)
harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri,
yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan, atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah,
pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kurikuler, pemberdayaan sarana
prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan
sekolah (Muslich, 2014: 84). Fungsi karya sastra bagi hidup dan kehidupan
dibagi lima kelompok, yaitu fungsi rekreatif, estetis, didaktif, moralitas,
dan religius. Fungsi karya sastra yang disebutkan di atas adalah fungsi
30
didaktif yaitu karya sastra yang baik mampu mengarahkan dan mendidik
para pembaca karena nilai-nilai kebenaran yang terkandung di dalamnya.
Fungsi moralitas artinya karya sastra yang baik biasanya selalu
mengandung nilai-nilai moral yang tinggi.
Jika seseorang yang telah membaca karya sastra tersebut mampu
memahami nilai-nilai kebenaran dan menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari, maka secara tidak langsung sedang menjalani kehidupan
sebagai pribadi yang berkarakter karena pada hakikatnya seseorang
dikatakan berkarakter apabila dirinya mampu menerapkan nilai-nilai dan
moral dalam dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa karya sastra berperan
memiliki potensi dalam proses penanaman, pengembangan, dan
penyaringan dengan tujuan menjadikan anak bangsa yang bermartabat.
Sastra dirasa cukup efektif untuk memudahkan guru dalam proses
pendidikan karakter, siswa juga tidak merasa terbebani karena pendidikan
karakter, penanaman nilai dan moral dengan sastra cenderung
menyenangkan dan tidak membosankan asalkan guru mampu memilih
karya sastra yang sesuai dengan jiwa anak sehingga dapat diterima dan
bermanfaat. Sastra turut berperan dalam pembentukan karakter jika guru
atau orang tua sering membacakan kepada anak, sastra mendidik anak agar
mudah bersosialisasi, peka terhadap lingkungan dan memiliki rasa
solidaritas tinggi. Sastra memudahkan anak dalam menyerap nilai-nilai
dan ajaran moral dalam proses pembentukan karakter, sastra memiliki
peran penting dalam perkembangan sosial, moral, dan kepribadian anak.
31
a. Hakikat Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik
dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang
berlangsung dalam lingkungan tertentu.Pendidikan adalah suatu
proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan
diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian
akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya
untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat
(Hamalik, 2015: 79).
Selain itu, Kurniawan (2013: 27) menyatakan bahwa
pendidikan adalah seluruh aktivitas atau upaya secara sadar yang
dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik terhadap semua aspek
perkembangan kepribadian, baik jasmani dan ruhani, secara formal,
informal, dan nonformal yang berjalan terus-menerus untuk mencapai
kebahagiaan dan nilai yang tinggi (baik nilai insaniyah maupun
ilahiyah).
Berdasarkan pendapat para pakar di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan sebuah proses mempengaruhi peserta
didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan cara
memberikan, menanamkan, menumbuhkan nilai-nilai pada peserta
didik agar tercapai sebuah kedewasan dalam dirinya dan mampu
berkontribusi pada masyarakat dan bangsanya di zaman yang akan
datang.
32
b. Pengertian Karakter
Karakter merupakan dorongan pilihan untuk menentukan yang
terbaik dalam hidup (Samani, 2013: 22). Seseorang dikatakan
berkarakter atau berwatak jika berhasil menyerap nilai dan keyakinan
yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral
dalam hidupnya.
Karakter juga dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang
membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh
hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya
dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya
dalam kehidupan sehari-hari. Douglas mengungkapkan bahwa
karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara
berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan (Samani dan Hariyanto,
2013: 41)
Berdasarkan pendapat para pakar tersebut dapat disimpulkan
bahwa karakter adalah bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan
kehendak atau kemauan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan
dibangun secara berkesinambungan serta dapat dilihat dalam
berperilaku sehingga menjadikan khas pada tiap individu untuk hidup
dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara.
33
c. Pendidikan Karakter
Karakter berasal dari nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter.
Jadi, suatu karakter melekat dengan nilai dari perilaku tersebut.
Karakter adalah “watak” yang diartikan sebagai sifat batin manusia
yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi pekerti;
tabiat (Muslich, 2014: 71).
Seseorang dikatakan berkarakter apabila dia mampu
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam dirinya secara suka rela karena
itu unsur penting dari karakter adalah hati nurani. Karakter adalah
aspek tingkah laku hasil belajar, bukan tersedia secara genetik.
Karakter merupakan kualitas moral dan mental seseorang yang
pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan (fitrah, nature) dan
lingkungan (sosialisasi dan pendidikan, nurture) (Muslich, 2014: 96).
Pendidikan karakter, moral dan nilai-nilai (jujur, tanggung
jawab, visioner, disiplin, kerja sama, adil dan peduli) saling
berhubungan. Ketiganya memiliki keterkaitan, yaitu pendidikan
karakter dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai dan moral
pada diri seseorang. Untuk menjadi pribadi yang berkarakter
dibutuhkan proses dan usaha. Hal ini senada dengan pendapat yang
diungkapkan oleh Muslich (2010: 10) bahwa karakter sama dengan
kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau gaya atau sifat
34
khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang
diterima.
Koesoema (2012: 57) menyatakan bahwa pendidikan karakter
dapat diartikan sebagai usaha sadar manusia untuk mengembangkan
keseluruhan dinamika relasional antarpribadi dengan berbagai macam
dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu
semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin
bertanggungjawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi
dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka berdasarkan nilai-
nilai moral yang menghargai kemartabatan manusia.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas mengenai pendidikan
karakter dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan
proses sadar akan menciptakan berkembangnya nilai-nilai luhur dalam
diri seseorang agar menjadi pribadi yang memiliki integritas sehingga
hidupnya lebih bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat,
agama, dan bangsa. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk
perilaku tersebut yang tertanam di dalam dirinya lalu di lakukan
secara suka rela menurut hati nurani.
d. Fungsi Pendidikan Karakter
Fungsi pendidikan karakter yang tercantum dalam Kebijakan
Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2015 (2010: 4),
memiliki tiga fungsi utama sebagai berikut: fungsi pembentukan dan
35
pengembangan potensi, fungsi perbaikan dan penguatan, dan fungsi
penyaringan.
1. Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi
Membentuk dan mengembangkan potensi merupakan fungsi
manusia atau warga Indonesia agar berpikir baik, dan berperilaku
baik sesuai dengan falsafah hidup pancasila.
2. Fungsi perbaikan dan penguatan
Memperbaiki dan memperkuat merupakan peran keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi
dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga
negara dan pembangunan bangsa menuju, mandiri, dan sejahtera.
3. Fungsi penyaringan
Memilah budaya sendiri merupakan penyaringan budaya lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa
yang bermartabat.
Berdasarkan tiga fungsi di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan karakter dapat menanamkan dan mengembangkan
kebaikan menjadikan peserta didik sebagai manusia atau warga negara
yang baik serta bermoral dan bermartabat dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, pendidikan karakter juga dapat sebagai pedoman atau
tameng untuk mempertimbangkan antara baik dan buruk menurut hati
nurani sehingga muncul perilaku yang bermartabat.
36
e. Tujuan Pendidikan Karakter
Sisdiknas (2014: 37) mengungkapkan bahwa tujuan
pendidikan merupakan usaha agar manusia agar dapat
mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau
cara lain yang dikenal oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa
setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat (3)
menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Sementara itu, Mulyasa (2014: 9) mengungkapkan bahwa
tujuan pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
dengan standar kompetensi kelulusan pada setiap satuan pendidikan.
Berdasarkan tujuan pendidikan karakter yang telah dipaparkan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya kedua pendapat di
atas memiliki tujuan yang sama mengenai pendidikan karakter, yaitu
menanamkan dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia
yang baik atau berkarakter sejalan dengan tujuan bangsa Indonesia.
Dengan adanya tujuan pendidikan karakter tersebut, diharapkan
37
peserta didik dapat mengamalkan karakter yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
f. Nilai-nilai karakter
Pendidikan dewasa ini dituntut untuk dapat mengarahkan
peserta didik kearah yang lebih baik. Oleh karena itu, Kementrian
Pendidikan Nasional telah merumuskan 18 nilai karakter yang akan
ditanamkan dalam diri peserta didik sebagai upaya membangun
karakter bangsa. Berikut ini akan dikemukakan 18 nilai karakter versi
Kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku Pengembangan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas
melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum
(Suyadi, 2013: 8-9).
1. Religius
Religius merupakan ketaatan dan kepatuhan dalam
memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan)
lain, serta hidup rukun dan berdampingan.
2. Jujur
Jujur merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan
kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan
(mengetahui apa yang benar, dan melakukan yang benar)
sehingga menjadikan orang yang bersangkutan sebagai pribadi
yang dapat dipercaya.
38
3. Toleransi
Toleransi merupakan sikap dan perilaku yang
mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran
kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat, dan hal-hal
lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta
dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.
4. Disiplin
Disiplin merupakan kebiasaan dan tindakan yang
konsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang
berlaku.
5. Kerja keras
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya
secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah
penghabisan) dalam menyelesaikan permasalahan, pekerjaan, dan
lain-lain dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif
Kreatif merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan
inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah,
sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil
baru yang lebih baik dari sebelumnya.
7. Mandiri
Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas
39
maupun persoalaan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh
bekerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh
melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.
8. Demokratis
Demokratis merupakan sikap dan cara berpikir yang
mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan
merata antara dirinya dengan orang lain.
9. Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu merupakan cara berpikir, sikap, dan
perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan
terhadap segala hal yang dilihat, didengar dan dipelajari secara
lebih mendalam.
10. Semangat kebangsaan atau nasionalisme
Semangat kebangsaan atau nasionalisme merupakan sikap
dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi atau individu dan golongan tertentu.
11. Cinta tanah air
Cinta tanah air merupakan sikap dan perilaku yang
mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan pengghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya
sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat
merugikan bangsa sendiri.
40
12. Menghargai prestasi
Menghargai prestasi merupakan sikap terbuka terhadap
presrtasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa
mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.
13. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif
Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif merupakan
sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui
komunaikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara
kolaboratif dengan baik.
14. Cinta damai
Cinta damai merupakan sikap dan perilaku yang
mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas
kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.
15. Gemar membaca
Gemar membaca merupakan kebiasaan dengan tanpa
paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca
berbagai informasi baik buku, jurnal, majalah, koran, dan
sebagainya sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang
selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.
41
17. Peduli sosial
Peduli sosial merupakan sikap dan perbuatan yang
mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun
masyarakat yang membutuhkannya.
18. Tanggung jawab
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya baik yang
berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara,
maupun agama.
3. SkenarioPembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran Sastra
Rusman (2012: 3) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran ini perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan
efisien. Suatu pembelajaran terdapat beberapa komponen yang harus
diperhatikan guru ketika akan melaksanakan proses pembelajaran.
Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Pembelajaran sastra adalah suatu proses yang memperkenalkan
nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, serta mengajak siswa
untuk mempelajari pengalaman yang ada dalam karya tersebut. Dengan
pembelajaran sastra, siswa diharapkan berperan aktif dan dapat
memahami tentang nilai-nilai yang terkandung serta pengalaman-
42
pengalaman yang ada dalam sebuah karya sastra tersebut hingga
tertanam dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui
pembelajaran sastra, format pendidikan karakter akan lebih kongkret
bagi peserta didik berikut pembelajarannya.
Novel sebagai salah satu karya sastra memungkinkan untuk
diajarkan di SMA. Salah satu kelebihan novel sebagai bahan
pembelajaran sastra adalah mudahnya karya sastra untuk dinikmati tiap
masing-masing individu. Selain itu, lewat karya sastra seseorang juga
dapat menambah pengetahuanya tentang kosa kata dalam suatu bahasa
dan tentang pola kehidupan masyarakat (Aminudin, 2013: 60).
Pembelajaran sastra di SMA termasuk dalam pembelajaran
sastra prosa. Pembelajaran novel terdapat dalam Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
silabus kelas XI semester I dengan standar kompetensi (membaca)
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau novel terjemahan,
dan kompetensi dasarnya menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia atau novel terjemahan.
b. Tujuan Pembelajaran Sastra
Zain dan Djamarah (2013: 74) menyatakan bahwa tujuan adalah
suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan pembelajaran sastra adalah untuk memperoleh pengalaman dan
pengetahuan tentang sastra (Rusyana, 1982: 6). Selanjutnya, Rusyana
(1982: 9) menjelaskan bahwa tujuan untuk memperoleh pengetahuan
43
sastra itu terjadi erat dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman
sastra. Jadi, belajar sastra sama halnya dengan menambah pengalaman
sastra.
c. Manfaat Pembelajaran Sastra
Menurut Rahmanto (2005: 16-25), pembelajaran berfungsi atau
penting untuk membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan
keterampilan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang
pembentukan watak.
1) Membantu keterampilan berbahasa;
Membantu keterampilan berbahasa maksudnya adalah sastra
dapat sebagai penunjang empat ketrampilan berbahasa, yaitu (1)
menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, dan (4) menulis.
2) Meningkatkan keterampilan budaya;
Meningkatkan keterampilan budaya maksudnya adalah sastra
tidak seperti ilmu kimia atau matematika tetapi sastra selalu
mencerminkan kebudayaan suatu daerah yang melahirkan sastra
tersebut.
3) Mengembangkan cipta dan rasa;
Mengembangkan cipta dan rasa maksudnya adalah setiap guru
hendaknya menyadari bahwa setiap siswa adalah individu yang khas
kemampuan dan intelektualnya.
4) Menunjang pembentukan watak;
44
Menunjang pembentukan watak maksudnya adalah bahwa
dalam pengajaran sastra dapat menunjang pembentukan watak baik itu
segi positif maupun negatif tergantung dari sastra yang dibaca.
d. Bahan Pembelajaran Sastra
Rahmanto (1988: 27) berpendapat bahwa untuk menentukan
bahan pembelajaran sastra, harus diperhatikan dari sudut bahasa,
kematangan jiwa (psikologis), dan latar belakang kebudayaan siswa.
Seorang guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan
siswa sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan.
Karya sastra yang dipilih untuk diajarkan hendaknya juga sesuai dengan
tahap psikologis pada umumnya dalam suatu tingkatan satuan
pendidikan.
e. MetodePembelajaran Sastra
Metode merupakan cara yang digunakan seorang guru dalam
menyampaikan pelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Seorang guru dapat memilih metode yang
digunakan dalam proses belajar mengajar dengan menyesuaikan materi
pelajaran dan keadaan siswa. Metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sastra di sekolah, yaitu ceramah, jigsaw, dan tanya jawab.
1) Metode Ceramah
Ceramah sebagai suatu metode pembelajaran merupakan
cara yang digunakan dalam mengembangkan proses pembelajaran
melalui cara penuturan (lecturer). Metode ini bagus jika
45
penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung alat
dan media, serta memerhatikan batas-batas kemungkinan
penggunaannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode
ceramah adalah isi ceramah mudah diterima dan dipahami serta
mampu menstimulasi pendengar (peserta didik) untuk mengikuti
dan melakukan sesuatu yang terdapat dalam isi ceramah (Majid,
2013: 194).
2) Metode Diskusi
Killen berpendapat bahwa diskusi adalah metode
pembelajaran yang menghadapkan peserta didik pada suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami
pengetahuan peserta didik, serta untuk membuat suatu keputusan
(Majid, 2013:200).
3) Metode Tanya Jawab
Majid (2013: 210) tanya jawab adalah metode mengajar
yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat
two way trafic karena pada saat yang sama terjadi dialog antara
pendidik dan peserta didik. Pendidik bertanya peserta didik
menjawab atau peserta didik bertanya pendidik menjawab. Metode
tanya jawab dimaksudkan untuk merangsang berpikir peserta didik
dan membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan
pengetahuan. Komunikasi terlihat dari hubungan timbal balik
secara langsung antara pendidik dan peserta didik.
46
f. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan suatu cara untuk
mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun bisa tercapai secara
optimal. Model pembelajaran disusun berdasarkan berbagai prinsip atau
teori pengetahuan. Peneliti akan melakukan penelitian menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Investigasi kelompok (Group
Investigation). Perencanaan dengan tipe Investigasi kelompok (Group
Investigation) adalah kelompok yang dibentuk oleh siswa itu sendiri
dengan anggota 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih topik dari
keseluruhan materi yang akan diajarkan, dan membuat laporan
kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan hasil
laporan kepada seluruh kelas, untuk saling tukar pendapat dan informasi
tentang hasil laporan masing-masing kelompok (Rusman, 2012: 220).
1) Tahapan Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation
Model Group Investigation merupakan model pembelajaran
kooperatif yang dapat dipakai guru untuk mengembangkan
kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Adapun
tahapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation sebagai
berikut.
a) Penyampaian Motivasi dan Tujuan Pembelajaran
47
Sebelum melaksanakan kegiatan belajar mengajar, seorang
pendidik harus memberikan motifasi dan tujuan dari
pembelajaran.
b) Pembagian Kelompok
Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, yang
terdiri dari 2-6 orang dan menjelaskan tentang materi pelajaran.
Guru juga menjelaskan tentang tugas dan cara mengerjakannya.
c) Kegiatan Belajar dalam Kelompok
Setiap kelompok bebas memilih subtopik keseluruhan
materi yang akan diajarkan. Setelah memilih topik materi, siswa
dianjurkan untuk berdiskusi dalam mengerjakan tugas.
d) Presentasi Kelompok
Setiap kelompok harus mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas. Guru memberikan kuis berupa pertanyaan kepada
setiap anggota kelompok.
2) Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation
Menurut Rusman (2012: 223), model pembelajaran
kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian
tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran. Model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation langkah-langkah
pembelajarannya adalah:
48
a. membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari
siswa;
b. memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis;
c. mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab
pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam
dalam kurun waktu yang disepakati.
3) Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation
Adapun kelebihan dan kelemahan model pembelajaran
Group Investigation. Model pembelajaran Group Investigation
memiliki kelebihan yaitu sebagai berikut.
a) Untuk meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa yang ditempuh
melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan
pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung
kreatifitas.
b) Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan
suatu masalah.
c) Membangun keterampilan komunikasi antarkelompok.
d) Setiap siswa dapat saling memberi kontribusi berdasarkan
pengalaman sehari-hari.
e) Siswa dapat berpikir kritis.
f) Kuis yang diberikan kepada setiap anggota kelompok akan
menjadi faktor pendorong siswa untuk mempelajari materi.
49
Setiap memiliki beberapa kelebihan, model pembelajaran
Group Investigation juga memiliki beberapa kelemahan. Model
pembelajaran Group Investigation memiliki kelemahan yaitu sebagai
berikut.
a) Tidak cocok untuk siswa yang kurang aktif dalam komunikasi,
karena dalam model pembelajaran ini sangat membutuhkan
keterampilan berkomunikasi.
b) Mengutamakan emosional dari pada intelektual.
g. Langkah-langkah Pembelajaran Sastra
Rahmanto (1988: 43) mengatakan bahwa guru hendaknya selalu
memberikan variasi dalam menyampaikan pembelajaran, sehingga siswa
tidak jenuh dan selalu siap dalam menggapai berbagai rangsangan. Tata
cara penyajian yang perlu diperhatikan oleh setiap guru dalam memberikan
pembelajaran sastra antara lain melalui tahapan sebagai berikut: pelacakan
pendahuluan, penentuan sikap praktis, introduksi, penyajian, diskusi, dan
pengukuhan.
1) Pelacakan Pendahuluan
Guru mempelajari terlebih dahulu materi yang akan
diajarkan untuk menentukan aspek-aspek yang perlu mendapat
perhatian khusus dari peserta didik dan untuk memperoleh
pemahaman awal tentang novel yang akan disajikan sebagai bahan
ajar.
50
2) Penentuan Sikap Praktis
Penentuan sikap praktis yang menentukan informasi yang
dapat diberikan oleh guru untuk mempermudah siswa dalam
memahami sebuah novel yang akan dijadikan. Keterangan yang
diberikan hendaknya jelas dan sepenuhnya.
3) Introduksi
Banyak faktor yang mempengaruhi penyajian pengantar ini, guru
hendaknya memberikan pengantar yang sesuai dengan materi yang
akan disampaikan dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada
saat materi tersebut disajikan.
4) Penyajian
Tahap penyajian adalah guru menyajikan materi yang telah
disiapkan untuk diajarkan kepada peserta didiknya. Guru sebaiknya
menggunakan cara yang bervariasi dalam penyampaiannya supaya
siswa tidak merasa bosan.
5) Diskusi
Siswa mendiskusikan masalah-masalah yang berkaitan dengan
materi. Guru sebaiknya mendampingi jalannya diskusi supaya tidak
membahas masalah yang tidak ada relevansinya dengan inti masalah
yang sedang dibahas.
6) Pengukuhan
Guru memberikan penjelasan-penjelasan kembali materi-materi
yang telah disampaikan guna memperdalam tingkat pemahaman
51
siswa terhadap materi tersebut. Setelah itu, guru memberikan soal-
soal baik lisan maupun tulisan untuk mengukuhkan materi yang
telah disampaikan.
h. Sumber Belajar
Sumber belajar yang dipakai adalah hasil karya sastra (novel),
pribadi guru serta buku pelajaran yang sengaja disiapkan dan berkenaan
dengan sastra. Misalnya buku-buku tentang sastra, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, buku paket pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
SMA.
i. Evaluasi
Evaluasi dalam pembelajaran biasa juga disebut dengan
penilaian. Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta
digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar,
dan memperbaiki proses pembelajaran (Rusman, 2012: 13). Evaluasi
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses
belajar mengajar. Evaluasi yang dimaksudkan adalah untuk mengukur
tingkat kemampuan siswa.
Dalam pembelajaran sastra, evaluasi dibagi menjadi evaluasi
yang berhubungan dengan aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(keterampilan), dan afektif (sikap). Aspek kognitif berhubungan dengan
akal pikiran dalam mengerjakan soal tes dan subtansi tugas, penilaian
dalam aspek psikomotorik berupa keterampilan bahasa siswa (dapat
52
dievaluasi dari penggunaan bahasa dalam mengerjakan tugas),
sedangkan penilaian dalam aspek afektif berhubungan dengan
perubahan sikap sesuai dengan nilai-nilai karakter bangsa.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini berisi metode penelitian yang meliputi objek penelitian, fokus
penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, teknik keabsahan data, dan teknik penyajian hasil analisis
data.
A. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2013:
161). Objek penelitian ini adalah aspek nilai pendidikan karakter dalam
novel Ayah Karya Andrea Hirata. Novel ini diterbitkan oleh PT Bentang
Pustaka, SIA XV, Sleman, Yogyakarta-55284 cetakan Agustus 2015,
Jumlah Halaman 412.
B. Fokus penelitian
Fokus penelitian merupakan pusat dari objek penelitian. Di dalam
penelitian kualitatif diharuskan adanya batasan dalam penelitian atas dasar
fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Penelitian fokus dapat
dihubungkan oleh interaksi antara peneliti dan fokus, dengan kata lain
sebagai manapun penetapan fokus sebagai pokok masalah penelitian penting
artinya dalam usaha menemukan batas penelitian (Moleong, 2012: 12).
Penelitian ini difokuskan pada pendidikan karakter yang berbentuk nilai-
54
nilai kebaikan dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata dan
skenario pembelajarannya di Kelas XI SMA.
C. Sumber Data
Menurut Arikunto (2013: 172), sumber data dalam penelitian
adalah subjek dari mana data diperoleh. Sumber data penelitian adalah
sumber data yang diperlukan untuk penelitian dan didalamnya sumber
data terbagi menjadi dua, yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder.
Menurut Sugiyono (2013: 193), sumber data primer dan sumber
data sekunder adalah sebagai berikut: sumber data primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, sedangkan
sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen.
Dalam penelitian ini, sumber data primer yang diperoleh oleh
penulis merupakan data yang didapat dari pengamatan secara langsung,
yaitu data berupa hasil analisis novel yang diperoleh melalui pengamatan
yang dilakukan oleh penulis secara langsung. Selanjutnya, sumber data
sekunder adalah sumber data yang tidak diperoleh langsung oleh penulis
melainkan penulis hanya mengambil dari penelitian sebelumnya atau
data telah tersedia dan penulis tinggal mempergunakannya, yaitu sumber
data sekunder didapat melalui internet dan buku-buku serta hasil
55
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai sastra yang
terdapat di perpustakaan yang menyangkut dengan objek penelitian.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah
dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis
sehingga mudah diolah (Arikunto, 2013:203). Jadi, instrumen penelitian
adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran, dalam hal ini
alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian ialah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human
instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan
sebagai sumber data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas
temuannya (Sugiyono, 2013: 306).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitilah yang
menjadi instrumen utama dalam sebuah penelitian kualitatif. Peneliti
sebagai instrumen utama dalam suatu penelitian maka harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas untuk dapat melakukan analisis yang
jelas dan bermakna. Peneliti bertindak sebagai perencana, pelaksana,
pengumpul data, penganalisis, dan menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Peneliti dibantu dengan buku-buku yang memuat teori novel, buku-buku
tentang teori bahasa dan sastra sebagai acuan dalam penulisan penelitian.
Penelitian dengan menggunakan teknik catat, yaitu pencatatan yang
56
dituangkan pada kartu data dilakukan oleh penulis, guna mengelompokan
data berupa nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Ayah
Karya Andrea Hirata. Adapun contoh kartu data untuk menyajikan nilai
pendidikan karakter dapat digambarkan sebagai berikut.
Tabel 1.
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No. Nilai Pendidikan Karakter Halaman Buku
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data (Sugiyono, 2013: 308). Langkah utama dalam upaya
pengumpulan data yang akan dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah mendapatkan data dengan menggunakan teknik pustaka, teknik
simak, dan teknik catat sebagai berikut.
a. Teknik Pustaka
Subroto (1992: 42) menyatakan bahwa teknik pustaka adalah
teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis guna
memperoleh data. Sumber-sumber tertulis tersebut dapat berwujud
majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah,
57
dan buku perundang-undangan. Peneliti menggunakan sumber
tertulis yang berwujud karya sastra berupa novel Ayah Karya Andrea
Hirata.
b. Teknik simak
Teknik simak adalah teknik penyimakan terhadap
penggunaan bahasa (Sudaryanto, 2015: 203 ). Penyimakan dengan
cermat dan teliti yang dilakukan oleh peneliti secara langsung akan
menghasilkan data yang diinginkan oleh peneliti itu sendiri. Peneliti
melakukan penyimakan dengan cermat dan teliti tentang nilai
pendidikan karakter pada novel Ayah Karya Andrea Hirata.
c. Teknik catat
Teknik catat adalah teknik yang dilakukan dengan cara
melakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan
dengan klasifikasi (Sudaryanto, 2015: 205). Pencatatan itu dapat
dilakukan ketika peneliti telah melalui tahap pembacaan secara
intensif. Setelah menemukan data yang diinginkan, peneliti
mencatatnya pada kartu data. Setelah menemukan data yang
diinginkan, yaitu mengenai nilai-nilai pendidikan karakter pada
novel Ayah Karya Andrea Hirata, peneliti melakukan
pengelompokkan dan kemudian memindahkan data yang sudah
dikelompokkan tersebut ke dalam kartu pencatat data.
58
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan
cara mencatat dengan teliti dan cermat data yang terwujud kata-kata atau
kalimat untuk memperoleh suatu kesimpulan (Subroto, 1992: 7). Analisis
data dalam penelitian ini dilakukan secara content analysis (analisis isi).
Content analysis merupakan teknik penelitian untuk mendeskripsikan
secara objektif, sistematis dan kuantitatif isi komunikasi yang tampak
(Ismawati, 2011: 70). Dengan teknik ini, peneliti membahas dan
mengkaji teks novel untuk membedah dan memaparkan nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam karya novel tersebut.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data
dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata adalah sebagai berikut:
1. mencatat nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat pada novel
Ayah Karya Andrea Hirata;
2. menganalisis nilai pendidikan karakter pada novel Ayah Karya
Andrea Hirata sebagai bahan ajar dan langkah pemebelajaranya di
kelas XI SMA;
3. mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter pada novel Ayah
Karya Andrea Hirata;
4. menyimpulkan hasil analisis pendidikan karakter dalam novel Ayah
Karya Andrea Hirata dan skenario pembelajarannya di kelas XI
SMA.
59
G. Teknik Keabsahan Data
Menurut Williams Wiersma, salah satu strategi untuk
meningkatkan validasi adalah dengan menggunakan triangulasi, yakni
proses pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu (Sugiyono, 2013: 372). Trianggulasi merupakan teknik
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
tersebut untuk keperluan pengecekan terhadap data yang diperoleh. Tri-
anggulasi ini dapat dilakukan melalui sumber, metode, peneliti, dan teori
yang ada.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian yang akan penulis
lakukan, yaitu tringulasi sumber. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan melakukan pengecekan kembali data-data yang
telah diperoleh dengan cara menanyakan kebenaran data kepada pembaca
(sebagai sumber). Menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa pembaca dari
kalangan mahasiswa yang telah membaca novel Ayah karya Andrea
Hirata. Data genetik dan data afektif divalidasi dengan menggunakan
triangulasi sumber.
H. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif. Pada
penelitian ini, hasil dari analisis disajikan menggunakan teknik penyajian
informal. Teknik penyajian informal adalah penyajian hasil analisis data
dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Dalam peneliti ini,
60
diterapkan teknik informal karena dalam menyajikan hasil penelitian
mengenai nilai pendidikan karakter dalam novel Ayah Karya Andrea
Hirata dan skenario pembelajarannya di Kelas XI SMA di dalamnya
menggunakan kata-kata biasa, dan tidak menggunakan lambang-lambang
atau simbol.
61
61
BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Bab ini berisi penyajian dan pembahasan data. Penyajian dan
pembahasan data ini terdiri atas unsur intrinsik, nilai pendidikan karakter,
dan skenario pembelajaran.
A. Penyajian Data
Sebelum peneliti membahas data penelitian tentang novel Ayah
Karya Andrea Hirata melalui kajian nilai pendidikan karakter sastra,
terlebih dahulu peneliti menyajikan data. Data-data dalam penyajian ini
merupakan gambaran mengenai masalah-masalah yang akan peneliti bahas
dalam pembahasan data.
1. Unsur intrinsik novel Ayah Karya Andrea Hirata
Unsur intrinsik yang peneliti analisis dalam novel Ayah Karya
Andrea Hirata antara lain meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar,
dan sudut pandang. Unsur intrinsik tersebut disajikan dalam tabel 2 di
bawah ini.
62
62
Tabel 2
Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No. Unsur Pembentuk Karya
sastra Halaman Buku
1. Tema
a. Masalah Rumah Tangga 1, 2
b. Masalah Percintaan 3, 43
c. Masalah Ekonomi 53, 129
d. Masalah Mengasuh
Anak
184, 185, 187
e. Masalah Perceraian 206, 211, 212
f. Masalah Kehilangan
Anak
219, 228, 229
g. Masalah Kejiwaan 284, 299
h. Masalah Perjuangan
untuk Anak
357, 373
i. Masalah Hukum Karma 16, 27, 235
2. Tokoh dan Penokohan 5, 11,14, 17, 27, 60, 86, 149, 235,
258, 285, 295, 346, 355, 357, 373
3. Alur
a. Tahap Penyituasian 1, 2, 3
b. Tahap Pemunculan
Konflik
170, 182
c. Tahap Peningkatan
Konflik
121, 228, 229
d. Tahap Klimaks 284, 299
e. Tahap Penyelesaian 299, 346, 381
4. Latar
a. Latar Tempat 1, 11, 15, 23, 30, 46, 52, 54, 70,
91, 97, 107, 112, 131, 187, 210,
381
b. Latar Waktu 32, 46, 53, 66, 75, 86, 187
c. Latar Sosial 7, 80,137, 141, 209, 257, 277
5. Sudut Pandang 41, 373
63
2. Nilai Pendidikan Karakter dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata
Pendidikan karakter dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata,
meliputi karakter unsur yang dianalis terdiri dari aspek-aspek pendidikan
karakter seperti berikut: religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, komunikatif senang
bersahabat atau proaktif, cinta tanah air, cinta damai, gemar membaca,
dan tanggung jawab. Nilai pendidikan karakter tersebut disajikan dalam
tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
Nilai Pendidikan Karakter Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No. Nilai Karakter Halaman Buku
1 Religius 33, 48, 89, 117, 129, 141, 168, 183,
227, 305
2 Jujur 131, 156, 164, 258, 371
3 Kerja Keras 15, 33, 105, 133, 117, 129, 130, 320,
373
4 Kreatif 21, 154,187, 224
5 Mandiri 131, 155, 178, 187, 277
6 Demokratis 319, 362
7 Rasa Ingin Tahu 15, 47, 52, 295, 297
8 Cinta Tanah Air 295, 296
9 Menghargai Prestasi 11, 376
10 Komunikatif, Senang
Bersahabat atau Proaktif
23, 55, 95, 208, 242, 308, 322, 377,
393
11 Cinta Damai 54, 80, 149, 292
12 Gemar Membaca 191,276
13 Peduli Sosial 21, 95, 54, 174, 215, 258, 280, 295,
330, 377
14 Tanggung Jawab 269, 272, 164
64
3. Skenario Pembelajaran Novel Ayah Karya Andrea Hirata
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi, mengikat guru dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran dan sekaligus sebagai kontrol kualitas
pendidikan nasional. Standar kompetensinya adalah (membaca)
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal pada tiap mata
pelajaran yang harus dicapai siswa. Kompetensi dasar pembelajaran
sastra dalam penelitian ini adalah 7.2 menganalisis unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik novel Ayah Karya Andrea Hirata.
c. Indikator
Indikator hasil belajar yang dipakai untuk mengajarkan unsur
intrinsik dan nilai pendidikan karakter di SMA, antara lain:
1) menceritakan isi novel Ayah Karya Andrea Hirata;
2) menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah Karya Andrea
Hirata;
3) menjelaskan nilai pendidikan karakter dalam novel Ayah Karya
Andrea Hirata.
d. Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan dari pembelajaran ini sebagai berikut:
1) siswa mampu menceritakan isi novel Ayah Karya Andrea Hirata;
65
2) siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah Karya
Andrea Hirata;
3) siswa dapat menjelaskan nilai pendidikan karakter dalam novel
Ayah Karya Andrea Hirata.
e. Materi Pembelajaran
Materi dalam pembelajaran sastra mencakup sebagai berikut:
2. unsur intrinsik novel Ayah Karya Andrea Hirata;
3. nilai pendidikan karakter novel Ayah Karya Andrea Hirata;
4. mengemukakan hasil yang telah diketahui dengan bahasa yang
baik.
f. Waktu
Waktu dalam kurikulum yang dimaksud adalah lama proses
pembelajaran dalam satu minggu setiap pertemuan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan dalam silabus. Pembelajaran sastra berdasarkan
KTSP, mempunyai alokasi waktu 2 x 45 menit setiap kali pertemuan
mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SMA.
g. Langkah-langkah Pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran merupakan tahap yang
dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah
pembelajaran meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Berikut
ini disajikan langkah-langkah pembelajaran novel dengan materi nilai
pendidikan karakter pada novel Ayahdi SMA dengan dua kali
pertemuan.
66
1) Pertemuan pertama dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
a) Pendahuluan
Guru memberikan salam dan melakukan absensi pada
siswa. Guru menjelaskan tujuan dan manfaat pembelajaran serta
memotivasi siswa dengan mengarahkan pada situasi
pembelajaran.
b) Kegiatan Inti
Guru memberikan teori atau menerangkan tentang unsur
intrinsik novel dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat
dalam karya sastra. Guru mengajak siswa untuk membaca novel
Ayah. Karena membaca novel memerlukan waktu yang cukup
lama, siswa diminta untuk melanjutkan membaca novel di luar
jam sekolah.
c) Penutup
Guru memberi tugas siswa untuk melanjutkan tugasnya
masing-masing di rumah. Guru mengakhiri kegiatan
pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.
2) Pertemuan kedua dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.
a) Pendahuluan
Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan melakukan absensi. Guru mengulas
materi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa.
67
b) Kegiatan Inti
Guru menugaskan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis unsur intrinsik serta nilai pendidikan karakter yang
terdapat pada novel Ayah. Guru menugaskan siswa untuk
mendiskusikan unsur intinsik dan nilai pendidikan karakter pada
novel Ayah.
c) Penutup
Guru dan siswa melakukan refleksi kegiatan belajar
mengajar yang telah dilaksanakan. Guru dan siswa menyimpulkan
materi pembelajaran. Selanjutnya, guru memberikan evaluasi.
h. Evaluasi
Evaluasi berupa penilaian. Evaluasi dalam pembelajaran sastra
ini meliputi evaluasi dalam aspek kognitif (pengetahuan), psikomotorik
(keterampilan), dan afektif (sikap). Evaluasi dalam aspek kognitif
berhubungan dengan akal pikiran dalam mengerjakan soal tes dan
subtansi tugas, penilaian dalam aspek psikomotorik berupa
keterampilan bahasa siswa (dapat dievaluasi dari penggunaan bahasa
dalam mengerjakan tugas), sedangkan penilaian dalam aspek afektif
berhubungan dengan perubahan sikap sesuai dengan nilai-nilai karakter
bangsa. Penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa
dalam menguasai materi yang telah diberikan.
68
B. Pembahasan Data
1. Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata
Unsur Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri. Penulis dalam skripsi ini menganalisis unsur intrinsik novel
Ayah Karya Andrea Hirata yang meliputi: (a) tema, (b) tokoh dan
penokohan, (c) alur, (d) latar, dan (e) sudut pandang.
a. Tema
Tema merupakan pokok pikiran, dasar cerita yang dipakai
sebagai dasar dalam mengarang. Novel Ayah Karya Andrea Hirata,
terdapat beberapa unsur masalah pembangun tema novel tersebut.
Masalah-masalah yang ada dalam novel Ayah meliputi masalah rumah
tangga, pertengkaran, masalah percintaan, masalah ekonomi, masalah
mengasuh anak, masalah perceraian, masalah kehilangan anak,
masalah kejiwaan, masalah perjuangan untuk anak, dan masalah
hukum karma.
1) Masalah Rumah tangga
Dalam berumah tangga tentunya memiliki permasalahan
atau ada saja masalah yang timbul, baik besar maupun kecil.
Begitupun dalam rumah tangga Sabari. Masalah rumah tangga
dalam keluarga Sabari dalam novel ini merupakan permasalahan
yang sangat besar. Sabari telah kehilangan anak tercintanya dan
ditinggalkan oleh istri. Kini hatinya telah merana. Hal itu terlihat
pada kutipan di bawah ini.
69
“Meski tersembul di antara gumpalan awan April, purnama
kedua belas terang benderang. Begitu terang sehingga
Sabari yang duduk sendiri di beranda, sedih, kesepian, dan
merana, dapat melihat gurat nasib di telapak tangan kirinya.
Tangan kanannya erat menggenggam pensil.”
(Ayah:1)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh
Sabari tengah meratapi kesedihannya. Seakan terlihat jelas nasib
hidup rumah tangganya dan kini hanya bisa menjalaninya tanpa
bisa berbuat apa-apa. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Kucing yang telah berjanji pada dirinya, untuk ikut Sabari
sampai ajal menjemput, juga merana. Biduk rumah
tangganya, persis rumah tangga Sabari, telah karam.”
“Bentuk rumah Sabari pun macam orang kesepian,
bongkok, mau tumpah, kurang percaya diri. Sebatang pohon
delima di pojok kanan pekarangan ikut-ikutan kesepian.
Mereka, termasuk pohon delima itu, rindu kepada Marlena,
Marleni, dan terutama Zorro.”
(Ayah:2)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh
Sabari telah merana hatinya. Lantaran kehilangan anak tercinta
yang dia asuh sendiri sejak kecil serta sang istri yang dicintainya
sejak duduk di bangku sekolah. Rumah yang seharusnya menjadi
tempat berkumpulnya keluarga yang terdiri dari anak, ibu, dan ayah
kini di rumah Sabari yang ada hanyalah sosok seorang ayah, yaitu
Sabari sendiri. Sabari merasa kesepian yang amat sangat mendalam
dengan hanya seekor kucing yang menemaninya di rumah. Kini
rumah tangga Sabari telah di ujung tanduk.
70
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Sabari terbentur
masalah rumah tangga. Pernikahannya bersama Lena mengalami
keretakkan yang mengakibatkan Sabari kehilangan semangat
hidupnya. Rumah tangga Sabari telah di ujung tanduk, ditinggal
anak dan istri tercintanya yang kini tak tahu dimana
keberadaannya.
2) Masalah Percintaan
Dunia remaja tidak terlepas dengan urusan percintaan,
begitu juga Sabari. Dia adalah remaja yangtengah dimabuk cinta.
Tanpa memedulikan apapun yang menghadangnya, dia akan
memperjuangkan perasaannya dan mengungkapkannya kepada
wanita yang dicintainya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat
Sabari senewen karena kasmaran. Cinta pertamanya,
belahan jiwanya, segala-galanya. Sayang seribu sayang, tak
sedikitpun Lena mengacuhkannya. Gambar-gambar hitam
putih, karena sudah lama tentu saja, silih berganti melayang
dalam kepala laki-laki lugu yang melankolis itu gambar
waktu Sabari mengambil saputangan Lena yang jatuh di
lapangan upacara.”
(Ayah:3)
“Malangnya, seluruh prestasi Sabari yang fenomenal itu
membuat Lena malah semakin brutal menolaknya. Jika
dulu dia sekadar tidak membalas surat Sabari, sekarang
surat-surat itu dirobeknya kecil-kecil lalu dihamburkan di
tempat parkir,”
(Ayah:43)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sabari yang tengah
dimabuk cinta tidak patah semangat walaupun Lena sang pujaan
hatinya tidak merespon atau menanggapinya dengan baik.
71
Meskipun demikian, Sabari tetap terus berusaha untuk memikat
hati Lena. Sabari seakan tulus ikhlas dan mengabaikan apapun
yang menghalanginya dalam perjuangan memikat Lena. Segala
upaya dilakukan oleh Sabari untuk memikat wanita yang
dicintainya. Namun, pada kenyataanya segala upaya Sabari tidak
membuahkan hasil yang baik. Lena semakin tidak nyaman
dibuatnya. Hal itu dibuktikan pada prestasi fenomenal yang dicapai
Sabari malah membuat Lena semakin menolaknya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Sabari terbentur
mendapati masalah dalam percintaan. Kecintaannya kepada
seorang wanita bertepuk sebelah tangan. Semakin Sabari berusaha
mengejar cinta Lena, semakin tidak nyaman pula Lena dibuatnya.
Segala upaya untuk mendekati Lena telah dilakukan oleh Sabari
namun tidak membuahkan hasil.
3) Masalah Ekonomi
Dalam sebuah keluarga tentunya mempunyai perekonomian
yang tidak stabil dan keperluan tak terduga terkadang menimpa.
Hal tersebut melanda keluarga Amirza. Istrinya telah jatuh sakit
dan perlu pengobatan, sedangkan pengobatan tersebut
membutuhkan biaya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Istrinya dirawat di rumah sakit di kabupaten. Besar biaya
yang jauh dari kemampuan Amirza. Dengan panik menjual
apa pun yang bisa dijual termasuk sebidang tanah. Hasil
penjualan itu dengan cepat habis. Dia masih perlu sedikit
uang dan sedapat-dapatnya tak mau berhutang. Amirza
habis akal, tetapi kemudian dia teringat Syarif Miskin
72
pernah mengatakan bahwa radio Philip itu tergolong barang
antik yang langka, harganya mahal. Dengan berat hati
Amirza membungkus radio itu dengan taplak meja sekalian
dan terpogoh-pogoh ke ibu kota kabupaten untuk
menggadaikannya.”
(Ayah:53)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Amirza betul-betul
membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk membiayai
pengobatan sang istri. Jarak yang relatif jauh antara tempat tinggal
Amirza dengan rumasakit dimana istrinya dirawat juga memakan
biaya. Hasil dari dirinya dengan berprofesi sebagai buruh tambang
tidak dapat mencukupi semua kebutuhan keluarga. Apalagi untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak terduga seprti berobat. Oleh
karena itu, segala upaya ia lakukan untuk memenuhinya. Hingga
pada akhirnya Amirza menggadaikan harta sekaligus hiburan satu-
satunya, yaitu radio. Hanya itulah harta berharga yang tersisa yang
dapat diuangkan untuk memenuhi biaya pengobatan sang istri. Hal
itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“AMIRU telah menghabiskan waktu yang berharga untuk
balap sepeda itu. Dia yakin akan menang, paling tidak juara
ketiga, tetapi mendaftar lomba saja tak boleh. Dia semakin
gelisah karena hanya tinggal tiga minggu siaran radio yang
ditunggu ayahnya itu akan mengudara. Pedih hatinya
mengitung jumlah uang yang ada padanya. Meski telah
bekerja keras, jumlahnya jauh dari sejuta enam ratus ribu.”
(Ayah:129)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Amiru betul-betul
membutuhkan uang untuk menebus radio yang telah digadai oleh
ayahnya untuk biaya berobat ibunya. Amiru tahu bahwa radio yang
73
telah digadaikan oleh ayahnya itu adalah satu-satunya hiburan yang
dimiliki keluarganya, terutama ayah. Amiru telah berusaha keras
melakukan berbagai usaha untuk mendapatkan uang namun
jumlahnya masih saja jauh dari yang diharapkan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Amirza tengah
dirundung masalah ekonomi. Dirinya yang berprofesi sebagai
buruh tambang tidak dapat mencukupi semua kebutuhan keluarga
termasuk untuk membiayai istrinya untuk berobat di rumah sakit
yang layak. Pada akhirnya Amirza pun menggadaikan radio yang
dimilikinya untuk memenuhi biaya pengobatan istrinya.
4) Masalah Mengasuh Anak
Dalam mengasuh anak pada umumnya merupakan
pekerjaan seorang ibu. Namun, berbeda dengan yang terjadi di
dalam keluarga Sabari. Keadaan membuat Sabari berperan sebagai
ibu sekaligus ayah. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sabari adalah ayah sekaligus ibu bagi Zorro, full time. Dia
menyuapi Zorro dan meminuminya susu. Dia terjaga
sepanjang malam jika anak itu sakit. Dia telah mengalami
saat-saat panik waktu sikecil demam. Dia membawanya ke
puskesmas seperti layaknya dilakukan seorang ibu.”
(Ayah:184)
“Sebagai mertua Sabari sekaligus kakek dari anak kecil itu,
tersentuh dia membaca bahwa Sabari mengundurkan diri
dari pekerjaan karena harus mengurus anaknya, dan betapa
dia merasa dirinya diberkahi karena mendapat kesempatan
itu.”
(Ayah:185)
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di
pabrik Markoni, membuka warung sembako di rumahnya.
Pekerjaan di warung dan memelihara kambing
74
memungkinkannya untuk selalu berada dekat Zorro.
Semuanya sangat menyenangkan, apalagi sejak ada Zorro,
keajaiban terjadi setiap hari di rumah Sabari.”
(Ayah:187)
Dari kutipan di atas, dapat terlihat bahwa Sabari adalah
Ayah yang sabar dan penyayang kepada anaknya. Ia rela
mengundurkan diri dari pekerjaannya dan membuka warung
sembako dirumahnya supaya bisa dekat dengan Zorro anaknya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Sabari memiliki
masalah dalam mengasuh anak. Perceraiannya dengan Lena
berujung kemasalah hak asuh anak yang pada akhirnya hak asuh
anak tersebut dimenangkan oleh istri. Meskipun Sabari mampu
mengurus anak dengan baik namun pengadilan Negara
memutuskan Lena sebagai pengasuh anak yang disahkannya.
5) Masalah Perceraian
Perceraian adalah salah satu yang tidak diinginkan oleh
siapapun dalam berumah tangga. Bahkan Allah pun tidak menyukai
hal tersebut. Namun hal tersebut tampaknya terjadi dalam rumah
tangga Sabari. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Baca ini, surat panggilan pihak-pihak yang berperkara,
dalam kurung, relaas 4352, garis miring, pdgt setrip rhsjy
setrip hdgu, garis miring BLTG, telah memanggil Marlena
binti Markoni dan Sabari bin Insyafi.”
“Jadi?”
“Kau kena gugat!” Tamat gemas.
“Gugat cerai!”
Mulut Sabari ternganga.
“Siapa yang menggugat cerai?”
“Ajudan bypati. Ya, Lena!” Ukun pun tak sabar.
“Tidak mungkin!”
75
“Mengapa tak mungkin?”
Sabari mengalihkan pandangan ke padang ilalang.
“itu tak mungkin,” kata Sabari pelan. Matanya
berkaca-kaca.
Ukun dan Tamat tahu Sabari tak sanggup menerima
kenyataan. Oleh karena itu, dia tak mau memahami maksud
surat itu.”
(Ayah:206)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak bahwa Sabari terkena
gugat cerai oleh Lena. Sabari tak sanggup menerima kenyataan
tersebut. Sulit sabari menerima kenyataan itu. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Sabari menatap Yang Mulia. Sebenarnya, ingin sekali dia
mengatakan bahwa silakan majelis memutuskan apa saja
asal tidak memutuskan hubungannya dengan Zorro.
Namun, dilihatnya Marlena memelotot kearahnya, matanya
besar macam buah mentega, mulutnya siap menyemburkan
api. Sabari tak dapat berkata-kata.”
(Ayah:211)
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan buku nikah Lena. Yang Mulia mengetuk palu.
Majelis menutup sidang.”
(Ayah:212)
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Sabari telah
dicerai oleh Lena. Sabari tidak dapat berbuat apa-apa, begitupun
tentang hak asuh anak yang menjadi hak asuh Lena sebagai ibu
kandung Zorro. Sabari menerima semua keputusan itu dengan
penuh rasa sakit yang sangat mendalam.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Sabari tengah
mendapati masalah perceraian meskipun tak ada sedikitpun
terlintas dipikirannya untuk bercerai. Namun hal itu terjadi, lena
76
mengajukan cerai dan dikabulkan oleh hakim. Dari perceraian
tersebut pada akhirnya berdampak terhadap hak asuh anak yang
pada akhirnya dimenangkan oleh Lena.
6) Masalah Kehilangan Anak
Anak adalah harta paling berharga yang dimiliki orangtua.
Betapa sedihnya seorang ayah kehilangan anak yang dicintainya,
dirawat dari kecil hingga tumbuh kembang. Sabari pun mengalami
hal tersebut. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Di depan Ukun dan Tamat, Sabari mempertahankan
posisinya dengan dalih bahwa tak ada orang yang lebih
dekat dan lebih sayang di dunia ini kepada Zorro selain
dirinya.
“Setuju,” kata Tamat dengan tenang.
Bahwa Zorro sudah ada dengannya sejak masih
merah.
“Setuju.”
“Bilang sama Lena, Kun,” pesan lelaki lugu itu.”
(Ayah:219)
“Lena meraih Zorro, langsung menggendongnya dan
bergegas pergi. Zorro meronta. Sabari mendekat, dua pria
tadi menghalanginya. Lena bergegas pergi. Zorro
memberontak dan memanggil-manggil, Aya! Aya!
Tangannya menggapai-gapai.”
(Ayah:228)
“Lama dia berdiri memandangi persimpangan jalan di
ujung sana, tempat dia terakhir melihat Zorro. Sendi-sendi
tubuhnya lumpuh. Dia bahkan tak mampu memegang tali
balon gas. Balon-balon itu terlepas, terbang meyedihkan ke
angkasa.”
(Ayah:229)
Dari kutipan di atas, dapat dilihat bahwa Sabari dengan
berat hati kehilangan anak tercintanya, Zorro yang diasuhnya dari
kecil. Perasaan itupun di ungkapkan kepada sahabatnya Ukun dan
77
Tamat. Zorro diambil secara paksa oleh Lena. Betapa hancurnya
perasaan Sabari kehilangan anak yang dicintai dan disayanginya
begitu saja. Sabaripun lemah tak berdaya menerima semua itu.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Sabari tengah
mendapati masalah atas hilangnya si anak tercintanya. Lena
mengambil paksa Zorro dari Sabari. Kini Sabaripun pasrah karena
hak asuh anak dimenangkan oleh Lena.
7) Masalah Kejiwaan
Kejiwaan merupakan kondisi jiwa seseorang normal dan
tidaknya jiwa orang tersebut. Setelah kepergian Zorro, kejiwaan
Sabari terganggu. Dia menjadi glandangan dan linglung serta tidak
lagi bisa mengurus dirinya sendiri. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Dari sore sampai malam, Sabari adalah satu-satunya
manusia di platform pasar ikan. Dia berjalan melalui
relung-relung gang pasar yang sepi sampai sambil
menggendong Abu Meong dan memanggil-manggil
Marleni. Kerap pula memanggil Marlena dan Zorro.
Langkahnya diikuti belasan kucing pasar. Jika ada
penertiban glandangan dan orang gila, kerap Sabari
dinaikan ke bak mobil pikap polisi pamong praja, tetapi tak
lama kemudian dia akan kembali lagi ke pasar ikan”
(Ayah:284)
“Alangkah terkejutnya mereka melihat Sabari. Sepintas
mereka tak lagi mengenalinya. Badanya kurus melengkung
karena kurang makan. Rambutnya panjang awut-awutan
macam rambut Lenny Kravitz sebelum di-rebonding tempo
hari. Janggotnya panjang macam janggot pertapa Kapuchin.
Kumisnya simpang siur. Mukanya kumal jarang dibasuh,
sepasang mata yang liar melirik-lirik dengan cepat. Tipikal
pandangan mata orang sakit ingatan.”
(Ayah:299)
78
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa kejiwaan Sabari
terganggu setelah berbagai prahara menimpanya. Terutama setelah
kehilangan anak tercintanya Zorro. Sabari tak tampak lagi seperti
orang waras. Badannya sudah takterurus lagi dan tinggal dimana
saja, menjauh dari peradaban orang normal pada umumnya. Sabari
benar-benar tergonjang hatinya.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Sabari
mengalami masalah dalam kejiwaannya. Semenjak kehilangan
Lena dan anaknya Zorro dalam hidupnya, Sabari menjadi
terganggu dan tidak sehat secara kejiwaannya. Badannya dan
tingkahnya menjadi tak terurus layaknya orang gila.
8) Masalah Perjuangan untuk Anak
Sebagai orang tua pasti ingin membahagiakan anaknya.
Namun jalan untuk membahagiakannya terkadang tidak semulus
yang dibayangkan. Begitupun dengan Sabari yang ingin
membahagiakan anaknya dengan mempersembahkan sebuah piala.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Mereka tertawa, lalu terurai-urai obrolan demi obrolan,
sampai pada soal lomba marathon.
“Aku ingin menjadi juara pertama, “Pak,” kata
Sabari dengan tenang, tetapi suaranya mengandung tenaga
dalam.
“Aku ingin mendapat piala, piala itu akan
kupersembahkan untuk anakku Zorro.”
Juru antar terharu. Dia tahu apa yang telah dialami Sabari.
Baginya, piala itu adalah persembahan yang indah dari
seorang ayah untuk anaknya.”
(Ayah:357)
79
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki
Sabari melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah
tertinggal di aspal. Meski kakinya perih dan napasnya
tersengal-sengak, meski sampai finis malam nanti, Sabari
bertekad untuk terus berlari karena dia teringat akan
anaknya. Dia tak mau menyerah demi Zorro. Seorang ayah,
tak boleh menyerah demi anaknya, begitu kata hati Sabari.”
(Ayah:373)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak jelas betapa besarnya
perjuangan Sabari untuk meraih sebuah piala lari maraton yang
akan dipersembahkan untuk anak tercintanya sepulangnya nanti.
Sabari telah berjuang dengan sangat keras namun usahanya tidak
membuahkan hasil dengan baik. Sabari kalah dan gagal dalam
meraih piala maraton. Walaupun telah disadarinya bahwa dirinya
telah gagal, Sabari bersikeras untuk mencapai garis finis dengan
penuh pengorbanan lantaran tak mau menyerah demi anaknya
Zorro.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Sabari
mengalami masalah dalam mewujudkan mimpinya sehingga terus
berjuang untuk mempersembahkan tropi kepada anaknya. Usaha
keras telah dilakukan oleh Sabari hingga darah penghabisan namun
tropi tersebut tidak didapatinya.
9) Masalah Hukum Karma
Sikap orangtua terhadap mendidik anak adalah salah satu
hal yang penting dalam membentuk mental anak. Markoni
dianggap sebagai ayah yang keras kepala oleh anaknya. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
80
“AYAH yang keras kepala, begitu semua anaknya
menganggap Markoni. Markoni sadar akan hal itu, tetapi
tak dapat mengubahnya. Sistem militan yang diterapkannya
di rumah adalah akibat dari penyesalan paling besar dalam
hidupnya, yang tak ada hari dilaluinya tanpa menyesalinya,
yaitu tidak sempat sekolah tinggi.”
(Ayah:16)
“Markoni bertanya kepada istrinya, mengapa si bungsu
keras begitu. Istrinya berkata, lihatlah siapa yang bicara itu.
Berkali-kali sibungsu hampir tak naik kelas. kritis. Yang
membuat Markoni jengkel adalah kata guru-guru, si bungsu
itu sesungguhnya sangat pintar. Sekarang Markoni dapat
merasakan betapa pedih hati ayahnya dulu sebab dia dulu
juga sebenarnya murid yang pintar.”
(Ayah:27)
“Merasa kena usir, Lena yang tak kalah keras kepala
dengan ayahnya tersinggung berat. Api dilawan api. Patah
arang dia dengan ayahnya.”
(Ayah:235)
Dari kutipan di atas tampak bahwa permasalahan terjadi
saat anak-anak Markoni menganggap ayahnya sebagai orangtua
yang keras kepala. Sistem militan diterapkannya dalam mendidik
anak. Sifat keras kepalanya Markoni pun menuruni Marlena. Selain
itu, kini yang ada dalam diri Markoni hanyalah sebuah penyesalan.
Dari beberapa masalah-masalah yang dipaparkan di atas, tema
mayor dalam novel Ayah adalah masalah hukum karma, sedangkan
pada tema minor diantaranya: masalah rumah tangga, pertengkaran,
masalah percintaan, masalah ekonomi, masalah mengasuh anak,
masalah perceraian, masalah kehilangan anak, masalah kejiwaan, dan
masalah perjuangan untuk anak. Semua masalah tersebut menjadi satu
81
kesatuan bahwa tema dalam novel Ayah adalah sebuah ungkapan dan
perasaan cinta seorang ayah terhadap keluarga terutama buah hati.
b. Tokoh dan penokohan
1) Tokoh
Tokoh dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata dibedakan
menjadi dua, yaitu tokoh utama dan tokoh tambahan, serta tokoh
antagonis dan protagonis. Berikut ini data yang disajikan tentang
tokoh dan penokohan.
a) Tokoh utama dan Tambahan
Berdasarkan hal tersebut, di dalam novel Ayah ini tokoh
utamanya adalah Sabari. Tokoh Sabari merupakan tokoh yang
paling intens kemunculannya atau sering muncul disetiap
cerita. Selain itu, tokoh Sabari juga merupakan penggerak
konflik cerita.
Sementara itu, yang merupakan tokoh tambahan dalam
Ayah diantaranya adalah Ukun, Tamat, Toharun, Marlena,
Amiru (Zorro), Zuraida, Izmi, Markoni, Amirza, Jhon Pijareli,
Manikam, Syarif Miskin, Juru antar dan Ibu Norma.
b) Tokoh protagonis dan tokoh antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang dikagumi oleh
pembaca. Dalam novel Ayah tokoh protagonisnya adalah Sabari,
Ukun, Tamat, Toharun, Amiru (Zorro), Zuraida, Izmi. Tokoh-
tokoh ini menempati sebagai tokoh protagonis dengan berbagai
82
alasan, tokoh ini tampak berinteraksi dengan tokoh lain dengan
baik.
Tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya
konflik. Tokoh Marlena merupakan penyebab terjadinya konflik.
Jadi, dalam novel Ayah tokoh antagonisnya adalah Marlena.
2) Penokohan
a) Tokoh Sabari
Sabari adalah tokoh utama dalam novel Ayah. Sabari
memiliki kepribadian yang sangat baik, pintar, pekerja keras,
periang, lugu, dan penyabar. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Dalam waktu singkat, Sabari telah menjawab semua
soal, tetapi dia tak ingin mengecewakan pihak-pihak
yang telah memberinya nama Sabari, yakni ayahnya
dan diaminkan neneknya.”
(Ayah:11)
“Adapun Sabari sendiri senang sentosa di pabrik batako
Markoni Dia bekerja sambil bersiul-siul bersisir setiap
ada kesempatan. Pekerjaan berat, ringan saja bagainya.
Sikapnya yang polos, periang, auranya yang sangat
positif, dan tingkahnya yang agak eksentrik, telah
membawa suasana baru di dalam pabrik sehingga
dengan cepat dia disenangi rekan-rekan sesama kuli.
Kehadirannya membuat pabrik percetakan batako
meriah.”
(Ayah:149)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Sabari merupakan
sosok orang yang penyabar. Kehadirannya dimasyarakat juga
menunjukkan bahwa dirinya merupakan orang yang periang
83
sehingga dapat disenangi banyak orang. Selain itu, sabari
adalah sosok yang pekerja keras dan pantang menyerah dalam
menggapai keinginan dan harapannya. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki
Sabari melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah
tertinggal di aspal. Meski kakinya perih dan napasnya
tersengal-sengak, meski sampai finis malam nanti,
Sabari bertekad untuk terus berlari karena dia teringat
akan anaknya. Dia tak mau menyerah demi Zorro.
Seorang ayah, tak boleh menyerah demi anaknya,
begitu kata hati Sabari.”
(Ayah:373)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Sabari merupakan
sosok pekerja keras dan pantang menyerah dalam menggapai
keinginan dan harapannya. Tekad yang kuat sangat kentara
tampak dalam diri Sabari.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Sabari memiliki kepribadian yang sangat baik, pintar, pekerja
keras, periang, lugu, dan penyabar.
b) Tokoh Ukun
Ukun adalah adalah sosok yang baik hati, suka
menolong, dan senang bersahabat. Hal itu terlihat pada kutipan
di bawah ini.
“Jadi kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari
tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan,
sungguh mulia!”
Bu norma senang bukan kepalang karena Ukun mau
belajar bahasa Indonesia. Bersemangat dia.”
(Ayah:295)
84
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Ukun
senang bersahabat dan suka menolong. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Tak lagi tampak lelaki linglung hilir mudik macam
orang hilang di pasar kawasan pasar ikan karena Sabari
sudah pulang, mencukur rambut, jenggot, dan
kumisnya, mandi dan menggosok gigi. Seperti Jhon
Pijareli yang mrasa terlahir kembali setelah kedatangan
Tamat dan Ukun, Sabari pun lahir kembali gara-gara
surat Tamat.”
(Ayah:346)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Ukun
senang bersahabat suka menolong antar sesama. Sabari dan
Jhon Pijareli adalah orang yang telah merasakan jasanya. Ukun
bersama sahabatnya Tamat berupaya menolong Sabari dari
kegilaan lantaran ditinggal Zorro dan Lena. Selain itu, Ukun
juga tampak gemar belajar.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Ukun adalah adalah sosok yang baik hati, suka menolong, dan
senang bersahabat.
c) Tokoh Tamat
Tamat adalah adalah sosok yang baik hati suka
menolong dan senang bersahabat. Hal itu terlihat pada kutipan
di bawah ini.
“Jadi kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari
tidak jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan,
sungguh mulia!”
(Ayah:295)
85
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Tamat
senang bersahabat dan suka menolong antar sesama. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tak lagi tampak lelaki linglung hilir mudik macam
orang hilang di pasar kawasan pasar ikan karena Sabari
sudah pulang, mencukur rambut, jenggot, dan
kumisnya, mandi dan menggosok gigi. Seperti Jhon
Pijareli yang merasa terlahir kembali setelah
kedatangan Tamat dan Ukun, Sabari pun lahir kembali
gara-gara surat Tamat.”
(Ayah:346)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Tamat
senang bersahabat dan suka menolong antar sesama. Sabari dan
Jhon Pijareli adalah orang yang telah merasakan jasanya.
Tamat bersama sahabatnya Ukun berupaya menolong Sabari
dari kegilaan lantaran ditinggal Zorro dan Lena.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Tamat adalah adalah sosok yang baik hati suka menolong dan
senang bersahabat.
d) Tokoh Toharun
Tokoh toharun adalah sosok yang baik hati dan senang
bersahabat. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Jangan cemas. Aku akan melatihmu, Boi. Kau akan
kubuat tangguh macam pelari dari Kenya.”
Sabari senang bukan buatan karena menemukan pelatih.
Disalaminya Toharun kuat-kuat. Sejak itu tiap hari
Sabari kena gencet Toharun.”
(Ayah:355)
86
Berdasarkan kutipan di atas, tampak jelas bahwa
Toharun sangat senang dan bersedia membantu sekaligus
menjadi pelatih dari Sabari diperlombaan lari maraton nanti.
Toharun dengan Sabari berkawan lama sejak kecil.
e) Tokoh Marlena
Marlena adalah sosok anak yang keras kepala dan
pintar. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Berkali-kali si bungsu hampir tak naik kelas. kritis.
Yang membuat Markoni sangat jengkel adalah kata
guru-guru, si bungsu itu sesungguhnya sangat pintar.
Sekarang Markoni dapat merasakan betapa pedih hati
ayahnya dulu sebab dia dulu juga sebenarnya murid
yang pintar.”
(Ayah:27)
“Merasa kena usir, Lena yang tak kalah keras kepala
dengan ayahnya tersinggung berat. Api dilawan api.
Patah arang dia dengan ayahnya.”
(Ayah:235)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak bahwa tokoh
Marlena menaruh keputusan satu dan tidak ada orang yang
dapat mengganggu gugatnya. Sama seperti ayahnya dia keras
kepala dan juga pintar. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah
ini.
“Lena bukanlah tipe lampu hijau, lampu kuning, lampu
merah. Dia hanya akan memperingatkan sekali, setelah
itu tidak maaf, khatam, tamat, the and, finite, game
over.”
(Ayah:266)
87
Berdasarkan kutipan di atas, tampak bahwa Marlena
memiliki sifat yang keras kepala. Dirinya menaruh keputusan
satu dan tidak ada orang yang dapat mengganggu gugatnya.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Marlena adalah sosok yang keras kepala dan pintar.
f) Tokoh Amiru (Zorro)
Amiru adalah anak yang cerdas dan berbakti kepada
orang tua serta mempunyai jiwa yang besar. Hal itu terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Amiru kagum akan rasa sayang, kesabaran, dan
ketelatenan ayahnya merawat ibunya. Oleh karena itu,
dia, selaku anak tertua, juga selalu rajin merawat
ibunya. Jika keadaan mencemaskan, Amiru berbaring di
samping ibunya, diciuminya tangan ibunya sambil
berdoa agar ibunya lekas sembuh.”
(Ayah:14)
“Otaknya berputar cepat dan sekonyong-konyong
semangatnya meletup. Dia seakan baru menemukan
resolusi hidupnya, yaitu dia ingin bekerja untuk mencari
uang. Uang yang didapatnya bukan hanya untuk
menebus radio ayahnya, melainkan juga agar ibunya
mendapat perawatan kesehatan yang lebih baik.”
(Ayah:86)
Dari kutipan di atas, tampak jelas bahwa Amiru sangat
berbakti kepada orang tuanya. Selain menyayangi orangtuanya,
dirinya juga berusaha untuk membantu meringankan beban
keluarganya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Jawaban Zorro membuat mereka tercengang. Kata
Zorro dia sengaja menurunkan nilainya sengaja tak
menjawab beberapa soal dalam ujian, sengaja membuat
dirinya kehabisan waktu dalam ujian karena kasihan
88
kepada Imelda yang sangat ingin menjadi juara
pertama.”
(Ayah:258)
Dari kutipan di atas, tampak jelas bahwa Amiru
merupakan anak yang sangat cerdas sehingga dirinya
menempati peringkat pertamanya di kelasnya. Namun
kepintaranya tak menutupinya sebagai anak yang memiliki jiwa
besar dengan cara memberi kesempatan kepada temannya
Imelda menjadi peringkat pertama.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Amiru adalah anak yang cerdas dan berbakti kepada orang tua
serta mempunyai jiwa yang besar.
g) Tokoh Zuraida
Zuraida adalah seorang yang memiliki rasa peduli
tinggi serta suka menolong orang lain. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Pulang, mandi sana, cukur rambut, nonton layar
tancap, lihat pasar malam, goda-goda perempuan di
pantai Tanjung Pandan, macam orang laki lainnya,
kembalikan hidupmu! Jangan sinting begini.”
Sabari tak acuh.
“Ada lagi lomba marathon piala kemerdekaan. Ikut
saja, Ri, seperti dulu. Kau pelari hebat. Berlarilah kau
pasti jadi juara lagi.”
(Ayah:285)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Zuraida memiliki
rasa kepedulian terhadap sahabatnya Sabari yang didapatinya
berpenampilan berantakan seperti halnya orang gila tak terurus
89
lalu menegurnya. Selain itu, Zuraida juga berusa memotifasi
supaya sabari memiliki semangat kembali dengan
memberikannya saran agar mengikuti perlombaan marathon
lagi.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Zuraida adalah seorang yang memiliki rasa peduli tinggi serta
suka menolong orang lain.
h) Tokoh Izmi
Izmi adalah seorang anak yang rajin belajar dan senang
bekerja. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Pulang sekolah, sebagai mana, Izmi berangkat ke
rumah tauke, untuk mencuci dan menyetrika segunung
pakaian. Tak mudah mengurus pakaian tauke yang
punya anak lima beserta ibu-bapak dari suami dan istri.
Sebelas orang semuanya. Namun, tiba-tiba pekerjaan itu
tak terasa terlalu berat lagi bagi Izmi. Dirogohnya saku,
diambilnya kertas ulangan itu, diamatinya lagi, lalu dia
bekerja dengan gesit karena ingin cepat pulang, ingin
segera belajar.”
(Ayah:60)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Izmi memang rajin
bekerja. Sepulang sekolah dirinya bekerja sambilan sebagai
buruh cuci dirumah tauke dan setelah usai bekerja Izmi tidak
lupa untuk belajar. Izmi memiliki semangat yang sangat luar
biasa sebagai anak yang mandiri.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Izmi adalah seorang anak yang rajin belajar dan senang
bekerja.
90
i) Tokoh Markoni
Markoni adalah seorang ayah yang pintar dan keras
kepala. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Ayah yang keras, begitu semua anak menganggap
Markoni. Markoni sadar akan hal itu, tetapi tak dapat
mengubahnya. (Ayah:17)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Markoni memang
orang yang keras dalam mendidik anak-anaknya. Markoni pun
sadar akan hal itu, maka dari itu kini dirinya diselimuti dengan
rasa penyesalan. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Berkali-kali si bungsu hampir tak naik kelas. kritis.
Yang membuat Markoni sangat jengkel adalah kata
guru-guru, si bungsu itu sesungguhnya sangat pintar.
Sekarang Markoni dapat merasakan betapa pedih hati
ayahnya dulu sebab dia dulu juga sebenarnya murid
yang pintar.”
(Ayah:27)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Markoni kini
diselimuti dengan rasa penyesalan. Salah satunya, yaitu
kepintaran yang dimilikinya tidak dimanfaatkan dengan baik
oleh Markoni.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Markoni adalah seorang ayah yang pintar dan keras kepala.
Markoni pun sadar akan hal itu, maka dari itu kini dirinya
diselimuti dengan rasa penyesalan.
91
j) Tokoh Amirza
Amirza merupakan sosok ayah yang sederhana dan baik
hati. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“SEPANJANG pengetahuan Amiru, ayahnya,
Amirza, tak pernah ke warung kopi seperti
kebanyakan lelaki di kampong Nira.
(Ayah:5)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Amirza
merupakan sosok seorang ayah yang sederhana. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Amiru kagum akan rasa sayang, kesabaran, dan
ketelatenan ayahnya merawat ibunya. Oleh karena itu,
dia, selaku anak tertua, juga selalu rajin merawat ibu.”
(Ayah:14)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Amirza
merupakan sosok seorang ayah yang sederhana. Selain itu,
Amirza adalah sosok penyayang, penyabar, dan telaten. Hal
tersebut dapat dilihat ketika dalam merawat istrinya yang
sedang sakit.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Amirza merupakan sosok ayah yang sederhana dan baik hati.
Selain itu, Amirza adalah sosok penyayang, penyabar, dan
telaten.
k) Ibu Norma
Ibu Norma adalah sosok yang tegas dan tulus
penyayang. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
92
“Bu Norma terkenal galak, suka berterus terang, tetapi
tulus dan disenangi. Dia tidak menjelekkan atau memuji
di belakang. Karena itu dia dihormati.”
(Ayah:14)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa sosok Ibu
Norma merupakan sosok yang tegas dan disenangi oleh murid-
muridnya lantaran menyayangi muridnya dengan tulus dan
ikhlas.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh
Ibu Norma adalah sosok yang tegas dan tulus penyayang.
Selain itu juga tulus dan ikhlas.
l) Juru antar
Juru antar adalah sosok yang baik hati dan memiliki
empati yang tinggi. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Juru antar terharu. Dia tahu apa yang telah dialami
Sabari. Baginya, piala itu adalah persembahan yang
indah dari seorang ayah untuk anaknya”
(Ayah:357)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa juru antar benar-
benar mengagumi Sabari. Juru antar menganggap Sabari adalah
juara sejati dan ayah yang paling hebat yang pernah ditemuinya
dengan segala pengorbanannya. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala
kecil. Piala itu dibelinya di pasar.”
“Terima kasih banyak, Pak,” Kata Sabari
“Hanya piala kecil, Bung, tapi bagiku Bung adalah
93
juara. Bung adalah ayah paling hebat yang pernah
kukenali dalam hidupku.”
(Ayah:377)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa juru antar benar-benar
mengagumi Sabari. Salah satu bentuk dari empatinya, juru antar
memberikannya sebuah piala sebagai tanda penghargaan terhadap
Sabari.
Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa tokoh Juru
antar adalah sosok yang baik hati dan memiliki empati yang tinggi.
Salah satu bentuk dari empatinya, juru antar memberikannya
sebuah piala sebagai tanda penghargaan terhadap Sabari.
Berdasarkan uraian penokohan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa penokohan yang dihadirkan dalam novel
Ayah karya Andrea Hirata ada yang dihadirkan utuh dan ada yang
dihadirkan sebagian.
c. Alur
Plot atau alur merupakan jalan cerita dalam suatu karya sastra
untuk memperjelas kejadian secara runtun yang memiliki hubungan
sebab akibat sehingga menimbulkan keutuhan dalam sebuah cerita.
Alur yang digunakan dalam penceritaan novel Ayah karya Andrea
Hirata adalah campuran.
1) tahap penyituasian (situation)
Bagian pertama dilukiskan bahwa Sabari sedang meratapi
nasibnya dengan dibalut kesedihan yang sangat mendalam di
94
beranda rumahnya. Hal tersebut berhubungan dengan kehidupan
dimasalalunya. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Meski tersembul di antara gumpalan awan April, purnama
kedua belas terang benderang. Begitu terang sehingga Sabari
yang duduk sendiri di beranda, sedih, kesepian, dan merana,
dapat melihat gurat nasib di telapak tangan kirinya. Tangan
kanannya erat menggenggam pensil.”
(Ayah:1)
“Bentuk rumah Sabari pun macam orang kesepian, bongkok,
mau tumpah, kurang percaya diri. Sepasang pohon delima di
pojok kanan pekarangan ikut-ikutan kesepian. Mereka,
termasuk pohon delima itu, rindu kepada Marlena, Marleni,
dan terutama Zorro.
(Ayah:2)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak bahwa Sabari sedang
meratapi nasibnya yang menyedihkan. Keadaan yang saat ini
dialaminya sangatlah sulit, yaitu ditinggal istri dan kehilangan
anak tercintanya sehingga membuatnya merasa sepi dan merana.
“Kawan dekat Sabari, yakni Maulana Hasan Magribi lahir
saat azan Magrib biasa dipanggil Ukun dan Mustamat
Kalimat, biasa dipanggil Tamat, berkali-kali mengingatkan
Sabari bahwa dia bisa berakhir di Panti Rehabilitasi
Gangguan Jiwa Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida
Nuraini, apabila kepalanya yang ditumbuhi rambut kriting
bergumpal-gumpal itu hanya dipenuhi bayangan Lena.”
(Ayah:3)
Ukun dan Tamat adalah sahabat terdekat Sabari sejak dari
kecil. Merekapun saling tahu dan memahami satu sama lain. Sama
halnya Ukun dan Tamat yang paham betul terhadap Sabari dengan
permasalahannya serta perasaannya terhadap wanita yang dari
SMA dicintainya.
95
2) tahap pemunculan konflik (generating circumstances)
Tahap ini menggambarkan bagaimana Sabari yang cinta mati
terhadap Lena bersedia melakukan hal apapun untuk bisa dekat
dengannya. Meskipun harus menjalani pernikahan yang tidak
sewajarnya. Hal itu terlihat pada kutipan dibawah ini.
“Awan takjub melihat seorang laki-laki yang mencintai
seorang perempuan di seberang meja itu lebih dari apa pun di
dunia ini, sedangkan perempuan itu membenci laki-laki itu,
lebih dari apapun di dunia ini, dan mereka akan segera
menikah. Cinta sungguh, sungguh ajaib.”
(Ayah:170)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Sabari yang cinta mati
bersedia menjadi suami dari Lena. Padahal Lena tak sedikitpun
memiliki perasaan cinta terhadap Sabari. Meskipun begitu,
pernikahan kedua insan tersebut benar-benar akan segera terjadi.
Hal itu terlihat pada kutipan dibawah ini.
“Sayangnya perasaan Lena berbeda dengan Sabari. Dia
segera kembali ke hobi lamanya. Mulanya dia pergi sebentar,
lalu pergi lama, lalu menginap, lalu tak pernah pulang-
pulang. Untuk membuat cerita panjang menjadi pendek. Dia
tak bahagia. Jiwanya terlalu rebellious, penuh
pemberontakan, untuk terikat kepada seorang suami dan
anak. Apalagi, suami itu tidak pernah diinginkanya. Baginya
tak ada hal yang lebih mengerikan di dunia ini selain terjebak
dalam pernikahan yang tak bahagia.”
(Ayah:182)
Setelah pernikahan telah mereka lalui, Lena yang pada
dasarnya memang tidak menyukai Sabari-pun berontak. Lena
lebih mencari kesenangan di luar sana daripada harus tinggal
dengan suami yang tidak dicintainya. Lena tidak merasakan
96
kebahagian bersama Sabari. Akhirnya Lena lebih sering
meninggalkan Sabari dan anaknya dirumah.
3) tahap peningkatan konflik (rising action)
Keadaan menggambarkan rumah tangga Sabari kini semakin
carut-marut. Permasalahan rumah tangganya berakhir di
persidangan. Lena menggugat Sabari dalam sidang perceraian. Hal
itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan buku nikah Lena. Yang Mulia mengetuk palu
Majelis menutup sidang.”
(Ayah:121)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak bahwa Sabari telah
resmi dicerai oleh Lena. Buku nikahpun digunting oleh panitera
sebagai tanda bahwa kedua pasangan suami istri tersebut telah
resmi berpisah. Perasaan Sabaripun kalut tak berdaya.
“Lena meraih Zorro, langsung menggendongnya dan
bergegas pergi. Zorro meronta. Lena bergegas pergi. Zorro
memberontak dan memanggil-manggil, Aya! Aya! Tangannya
menggapai. Semuanya terjadi dengan sangat cepat. Tahu-tahu
Lena dan Zorro telah berada di seberang jalan, lalu masuk ke
mobil dan langsung melucur.”
(Ayah:228)
“Sabari tahu apa yang paling ditakutkannya telah terjadi. Dia
berdiri gemetar di pinggir taman balai kota sambil memegang
balon gas. Zorro, Zorro, panggilnya dalam hati.
Lama dia memandangi persimpangan jalan di ujung sana,
tempat dia terakhir melihat Zorro. Sendi-sendi tubuhnya
lumpuh. Dia bahkan tak mampu memegang tali balon gas.
Balon-balon itu terlepas, terbang menyedihkan ke angkasa.”
(Ayah:229)
97
Akhirnya sesuatu yang ditakutkan oleh Sabari pun terjadi.
Lena mengambil anaknya Zorro dari Sabari dengan cara paksa.
Sabari terpukul dengan kejadian itu. Anak yang disayangi dan
dicintainya kini raib dari pandangannya sekaligus hidupnya. Sabari
menjadi tak berdaya menerima semua kenyatan itu. Rasa sedih
yang amat sangat mendalampun dirasakannya.
4) tahap klimaks (climax)
Pemaparan klimaks dalam novel Ayah tampak ketika Sabari
menjadi terganggu kejiwaannya. Tidak bisa menerima kenyataan
hidup yang menimpanya. Diceraikan oleh istri dan kehilangan anak
yang disayanginya serta dicintainya dibawa pergi oleh mantan istri.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Dari sore sampai malam, Sabari adalah satu-satunya
manusia di platform pasar ikan. Dia berjalan melalui relung-
relung gang pasar yang sepi sambil menggendong Abu
Meong dan memanggil Marleni. Kerap pula memanggil
Marlena dan Zorro. Langkahnya diikuti belasan kucing
pasar. Jika ada penertiban gelandangan dan orang gila,
kerap Sabari dinaikan ke bak mobil pikap polisi pamong
praja, tetapi tak lama kemudin dia akan kembali lagi ke
pasar ikan.”
(Ayah:284)
“Alangkah terkejut melihat Sabari. Sepintas mereka tak lagi
mengenali. Badannya kurus melengkung karena kurang
makan. Rambutnya panjang awut-awutan macam rambut
Lenny Kravitz sebelum direbonding tempo hari.
Janggotnya panjang macam janggot pertapa Kapuchin.
Kumisnya simpang siur. Mukanya kumal jarang dibasuh,
sepasang mata yang liar melirik-lirik dengan cepat. Tipikal
pandangan mata orang sakit ingatan.”
(Ayah:299)
98
Dari kutipan di atas, terlihat jelasbahwa kejiwaan Sabari
terganggu setelah berbagai prahara menimpanya. Terutama setelah
kehilangan anak tercintanya Zorro. Sabari tak nampak lagi seperti
orang waras. Badannya sudah tak terurus lagi dan tinggal dimana
saja, menjauh dari peradaban orang normal pada umumnya. Sabari
benar-benar tergonjang jiwanya.
5) tahap penyelesaian (denouement)
Peristiwa-peristiwa yang terjadi akhirnya menemukan
pemecahan masalah, yaitu Tamat dan Ukun berhasil menemukan
Lena dan Zorro dan berhasil membujuknya untuk pulang ke
Belitong. Sabari, setelah mendengar kabar bahwa Lena dan Zorro
akan segera pulang, seketika dirinya langsung waras. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tamat mengatakan bahwa esok sore mereka akan ke
Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika berjumpa,
mereka akan membujuknya agar pulang ke Belitong. Sabari
tak berkata-kata.”
(Ayah:299)
“Surat dari Tamat membuat Sabari yang hampir senewen
sekonyong-konyong menjadi waras kembali, bahkan lebih
waras daripada orang yang paling waras. Senyum yang telah
terkunci selama delapan tahun dalam mulutnya, tiba-tiba
melompat-lompat keluar macam anak-anak tupai berlomba
keluar dari liangnya.”
(Ayah:346)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa kejiwaan Sabari telah
pulih setelah mendengar kabar dari Tamat. Sabari menjadi normal
kembali seperti orang normal pada umumnya. Dirinya telah
99
kembali seperti Sabari yang dulu. Sabari pun senang mendengar
kabar kepulangan Zorro. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tak lepas Sabari menatap penumpang yang keluar satu
persatu melalui pintu itu. Umumnya mereka orang-orang
dewasa, lelaki dan perempuan. Tak lama kemudian
dilihatnya seorang anak melangkah ke luar. Dia terpana
karena langsung mengenali kemeja yang dikenakan anak
itu, sabari merasa kakinya tak menginjak bumi.”
(Ayah:381)
“Amiru memeluk ayahnya erat-erat. Dia mencium bau yang
selalu menjadi misteri baginya, bau yang selalu menyayangi
dan melindunginya. Kini dia tahu, bau itu adalah bau
ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat. Air mata anak
dan ayah itu berlinang-linang.”
(Ayah:381)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa Sabari seakan tak
percaya melihat anaknya Amiru (Zorro) kembali dan bercampur
bahagia. Ayah dan anak yang telah lama berpisah akhirnya kini
bertemu lagi, saling berpelukan. Perasaan senang dan haru
bercampur menjadi satu sehingga meneteskan air mata kebahagian
diantara mereka berdua.
Berdasarkan kriteria urutan waktu, novel Ayah mengalami
urutan peristiwa yang diawali dari bagian tengah, awal, dan akhir.
Jadi, alur yang terdapat dalam novel Ayah dapat dikatakan sebagai
alur campuran. Pada awal cerita, pengarang menceritakan tokoh
Sabari tengah mengalami kesedihan dan kesepian karena
kehilangan anak tercintanya serta ditinggalkan istri. Lalu
pengarang menceritakan masa-masa perjalanan yang melatar
belakangi cerita, yaitu dari masa SMA hingga dimana Sabari
100
mengalami hal seperti yang terjadi sekarang ini. Hingga pada
akhirnya pengarang mengakiri cerita dimana Sabari dapat
berjumpa lagi dengan anak dan istrinya.
d. Latar
Unsur latar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial. Untuk mendapat gambaran secara lengkap
mengenai latar tempat, latar waktu, dan latar sosial dalam novel Ayah
sebagai berikut:
1) latar tempat
Latar tempat yang terdapat dalam novel Ayah terdiridari
lebih dari satu tempat. Hal itu terlihat pada uraian berikut ini.
a) Beranda Rumah
Beranda rumah merupakan tempat yang biasa Sabari
gunakan untuk merenungkan nasib hidupnya. Hal itu terlihat
pada kutipan di bawah ini.
“Meski tersembul di antara gumpal awan April, purnama
kedua belas benderang. Begitu terang sehingga Sabari
yang duduk sendiri di beranda, sedih kesepian, dan
merana, dapat melihat gurat nasib di telapak tangan
kirinya. Tangan kanannya erat menggenggam pensil.”
(Ayah:1)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa latar tempat
yang digunakan dalam cerita tersebut adalah di beranda rumah.
Sabari sering merenungkan nasib hidupnyayang kalut di
beranda rumah.
101
b) Markas Pertemuan Buruh
Markas pertemuan buruh merupakan tempat diadakannya
ujian seleksi masuk sekolah dari tingkat SMP ketingkat SMA.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Alkisah, tamatlah Sabari, Ukun, dan Tamat dari SMP.
Impian mereka mereka berikutnya sama dengan impian
lulusan SMP lainya, yaitu Masuk SMA negeri. Demikian
banyak lulusan SMP dari berbagai SMP di puluhan
kecamatan, tetapi bangku SMA terbatas. Maka, diadakan
ujian seleksi selama tiga hari, bertempat di Markas
Pertemuan Buruh (MPB).”
(Ayah:11)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa latar tempat
yang digunakan adalah Markas Pertemuan Buruh (MPB).
Karena banyaknya peserta ujian maka diadakan di tempat
tersebut.
c) Rumah Amirza
Rumah Amirza merupakan tempat keluarga Amiru
tinggal bersama ayah barunya Amirza. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Diulurkannya seutas kawat yang panjang dari antena
radio lalu ditautkannya ujung kawat itu pada telinga kuali
yang dipasang diatap rumah.”
(Ayah:15)
“Sesampainya di rumah, Amirza hilir mudik dan berkali-
kali menarik napas panjang. Wajahnya tegang, kepalanya
dipenuhi oleh pertimbangan-pertimbangan ilmiah tingkat
universitas.”
(Ayah:23)
102
“Di rumah, Amiru sering menemani ayahnya mendengar
radio sambil membicarakan pelajaran yang didapatnya
dari Syarif Miskin.”
(Ayah:52)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa Amiru tinggal
bersama ayah barunya Amirza di rumah keluarga Amirza
tentunya.
d) Penduduk Nira
Penduduk Nira merupakan kampung tempat rumah
Amiru tinggal. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Ayah Amiru penasaran. Dibalutnya ujung besi di puncak
pohon gayam itu dengan gulungan timah. Tindakan itu
mengikuti sebuah alur logika yang amat akademik, yaitu
sebagai kaum yang akrab dengan tambang, penduduk
Nira paham bahwa petir gemar sekali menyambar tanah
yang mengandung timah.”
(Ayah:15)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa latar tempat
yang digunakan adalah kampung Nira. Tempat tersebut
merupakan kampung rumah Amiru tinggal bersama ayah
barunya.
e) Warung Kopi
Warung kopi merupakan tempat orang-orang Belitong
biasa menghabiskan waktunya untuk bersantai dan
bercengkrama. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Dengan lapang dada dia melakukan semacam
rekonsiliasi dengan mentraktir Ukun, Tamat, dan
Toharun minum kopi di warung kopi Kutunggu
Jandamu.”
(Ayah:54)
103
Kutipan di atas, terlihat bahwa latar tempat yang
digunakan adalah warung kopi. Tempat di mana Sabari dan
teman-temannya biasa menghabiskan waktu dan bergaul.
f) Kampung Belantik
Kampung Belantik merupakan tempat Sabari dan
sahabat-sahabatnya tinggal serta tempat semasa hidup Sabari
tinggal menghabiskan waktunya. Hal itu terlihat pada kutipan
di bawah ini.
“Di kampung lain, Belantik, Sabari juga gelisah
menunggu hasil ujian itu, bukan karena dia ragu bisa
diterima di SMA negeri, melainkan lebih karena
perempuan misterius yang telah memberinya pensil dan
membuat badannya panas dingin.”
(Ayah:30)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa latar tempat yang
digunakan adalah kampung Belantik. Kampung tersebut
merupakan tempat Sabari tinggal serta tempat Sabari
bersekolah SMA juga di kampung Belantik.
g) Kios Elektronik
Kios Elektronik merupakan tempat Amiru menggali
informasi tentang radio. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah
ini.
“Pulang sekolah siang itu, Amiru ke kios elektronik Gaya
Baru dan langsung bertanya soal antenna radio itu. Syarif
malah menjawab dengan pertanyaan.”
(Ayah:46)
104
Dari kutipan di atas, tampak bahwa latar tempat yang
digunakan adalah kios elektronik. Tempat tersebut dijadikan
Amiru untuk menggali informasi tentang radio kepada Syarif
Miskin yang juga sebagai pemilik kios Gaya Baru.
h) Sekolah
Sekolah merupakan tempat Sabari dan teman-temannya
menuntut ilmu. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tak ada di sekolah ini yang kau tak terlibat. Corat-caret
sana sini, merokok di dalam WC, merusak pot-pot
bunga, aku tahu, kau pelakunya! Kau ini Hitler dalam
bentuk pelajar!”
(Ayah:70)
“Ibu dan adik-adiknya telah duduk di bangku undangan.
Izmi berdiri di bawah pohon akasia, dekat gerbang
sekolah, tempat Sabari biasa menunggu Lena. Matanya
tak lepas memandang kejalan raya di depan sana. Para
siswa dan keluarga mulai berdatangan. Semakin lama
semakin ramai. Semua gembira.”
(Ayah:107)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa latar tempat yang
digunakan adalah sekolah. Tempat tersebut merupakan temapat
Sabari dan teman-temannya serta tempat dimana acara
perpisahan sekolah tersebut diselenggarakan.
m) Pusat Kota
Pusat Kota merupakan tempat dijadikannya sebagai garis
finis lomba maraton. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Mereka sampai di pusat kota. Dekat garis finis ada
tempat-tempat duduk. Amiru meminta adik-adiknya
menunggunya di situ. Amiru sudah bisa menjaga
adiknya. Amiru membeli bendera kecil.”
105
(Ayah:91)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa latar tempat yang
digunakan adalah pusat kota. Tempat dijadikannya
penyelenggarakan puncak acara serta garis finis perlombaan
lari maraton.
n) Stasiun Radio
Stasiun Radio merupakan tempat siaran radio itu
berlangsung. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Akhirnya, tiba malam Minggu yang ditunggu-tunggu
itu. Tak mau kalah dengan peserta lain, Sabari berdandan
seronok. Dia mengantre di stasiun radio sejak pukul
19.30, setelah lima belas peserta, tibalah gilirannya.
Prime time.”
(Ayah:97)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa latar tempat yang
digunakan adalah stasiun radio. Tempat tersebut merupakan
tempat yang akan digunakan oleh Sabari untuk tampil
menyumbangkan sebuah lagu.
o) Tanjung Pandan
Tanjung Pandan merupakan tempat Sabari memulai
hidup barunya. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tanjung Pandan, ibu kota kabupaten, adalah babak baru
hidup Sabari.”
(Ayah:112)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa latar tempat yang
digunakan adalah tanjung pandang. Tempat tersebut merupakan
106
tempat ketika Sabari memulai hidupnya setelah lulus SMA
untuk mencari kerja.
p) Kantor Gadai
Kantor Gadai merupakan tempat urusan gadai-menggadai
dilakukan. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“AKHIRNYA, dia sampai ke kantor gadai. Diparkirnya
sepeda lalu berjalan menuju pintu masuk. Kasir terkejut
melihat uang-uang kertas yang kumal dan segunung uang
logam ditumpahkan anak kecil itu ke atas meja.”
(Ayah:131)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa latar tempat yang
digunakan adalah kantor gadai. Tempat tersebut merupakan
tempat ketika Amiru menebus radio yang digadaikan oleh
ayahnya untuk biaya berobat istrinya.
q) Pantai Barat
Pantai Barat merupakan tempat untuk melihat fenomena
alam dibulan Februari. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah
ini.
“Setiap sore, tak pernah absen, kedua sahabat itu ke
pantai barat, tetapi sampai hari terakhir Februari, langit
tak kunjung menjadi biru.”
(Ayah:187)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa latar tempat yang
digunakan adalah pantai barat. Tempat tersebut merupakan
tempat yang dijadikan olehorang Belantik mempercayai bahwa
dipantai barat dapat melihat fenomena alam yang menakjubkan
serta dapat menemukan jodoh disana.
107
r) Ruang Sidang
Ruang sidang merupakan tempat Sabari menghadiri
persidangan. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Di dalam ruang sidang, Sabari demikian gugup sehingga
tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Berbagai
kata asing membuat kepala pening, pikiranya hanya
tertuju kepada Zorro.”
(Ayah:210)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa latar tempat yang
digunakan adalah ruang sidang. Tempat tersebut merupakan
tempat ketika Sabari mengikuti jalannya persidangan
perceraiannya dengan Lena.
s) Dermaga
Dermaga merupakan tempat ketika Amiru dan Sabari
bertemu kembali. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Anak buah kapal melemparkan tambang yang disambut
seorang kuli pelabuhan. Tambang diikatkan di tambatan
kapal. Pintu lambung kapal terbuka. Kuli pelabuhan tadi
menjulurkan keping-keping papan yang akan menjadi
titian para penumpang dari kapal ke dermaga.’
(Ayah:381)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa latar tempat yang
digunakan adalah dermaga. Tempat tersebut merupakan tempat
ketika Sabari menunggu kedatangan anaknya serta tempat
dimana Amiru dan Sabari bertemu kembali setelah sekian lama
tidak berjumpa.
Dari pemaparan-pemaparan latar tempat di atas, penulis
menyimpulkan bahwa latar tempat yang terdapat pada novel
108
Ayah ada yang dihadirkan secara utuh dan ada pula yang hanya
disebutkan nama tempatnya saja.
2) Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah peristiwa. Latar
waktu yang terjadi dalam novel Ayah diantaranya: malam hari.
a) Malam
Waktu malam hari merupakan kejadian yang
menunjukkan terjadinya atau suasana di rumah Amiru. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Malam beranjak, Amiru tak dapat tidur karena dia
telah terbiasa mendengar bunyi radio itu sejak masih
kecil. Tak pernah dia mengalami malam senyap dan
sepahit malam itu.”
(Ayah:53)
“Saban malam Amiru susah tidur karena kesepian, tak
ada lagi bunyi kemrosok gelombang radio. Dia sedih
karena ayahnya telah kehilangan hiburan satu-satunya.
Otaknya berputar cepat dan sekoyong-koyong
semangatnya meletup.”
(Ayah:86)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa latar waktu
terjadi, yaitu pada malam hari. Waktu malam hari berdasarkan
cerita tersebut terjadi ketika Amiru merasa gelisah tidak bisa
tidur dengan nyenyak karena sejak kecil Amiru terbiasa
mendengar bunyi radio sebelum tertidur.
109
b) Pagi
Waktu pagi hari merupakan kejadian yang
menunjukkan Sabari dan teman-temannya berangkat sekolah
adalah pagi hari. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Keesokannya, pagi-pagi sekali, sebelum siswa lain
datang, tampak Sabari menyapu ruang olahraga dengan
gesit, meski hari itu bukan jadwal piketnya. Setelah itu,
dia membuka baju lalu berlari mengelilingi lapangan
upacara.”
(Ayah:75)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa latar waktu terjadi
pada pagi hari. Waktu pagi hari berdasarkan cerita tersebut
terjadi ketika Sabari dan teman-temannya yang lain berangkat
sekolah. Sabari yang paling rajin menyiapkan segala
sesuatunya yang ada di sekolah.
c) Sore
Waktu sore hari merupakan kejadian yang
menunjukkan kedua sahabat rutin pergi ke pantai barat. Hal itu
terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Setiap sore, tak pernah absen, kedua sahabat itu ke
pantai barat, tetapi sampai hari terakhir Februari, langit
tak kunjung menjadi biru.”
(Ayah:187)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa latar waktu terjadi
pada sore hari. Waktu sore hari berdasarkan cerita tersebut
terjadi ketika Ukun dan Tamat pergi ke pantai barat pada bulan
Februari untuk melihat langit berubah menjadi biru.
110
d) Siang
Waktu siang hari merupakan kejadian yang menunjukkan
Sabari dan anak-anak yang lain melihat pengumuman hasil tes.
Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Sejak siang Sabari sudah bercokol di pekarangan
Gedung MPB. Belum pernah dia merasa waktu berjalan
begitu lambat sekaligus cepat. Cepat sekaligus lambat.
Membingungkan.”
(Ayah:32)
“Pulang sekolah siang itu, Amiru ke kios elektronik Gaya
Baru dan langsung bertanya soal antena radio itu. Syarif
malah menjawab dengan pertanyaan.”
(Ayah:46)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa latar waktu
terjadi pada siang hari. Waktu siang hari berdasarkan cerita
tersebut terjadi ketika Sabari melihat pengumuman hasil tes
masuk sekolah SMA.
e) Senin
Waktu yang menunjukkan hari yang sangat disenangi
Sabari. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“BOLEHLAH orang membuat lagu karena tak suka
Senin. Namun, Sabari tidak termasuk dalam golongan
orang-orang itu. Dia suka Senin. Senin adalah langkah
awal menuju segala-galanya. Senin mengandung
kebaikan dari hari-hari. Senin buah manis dari pohon
Minggu. senin adalah hari yang disayangi Tuhan dan
dibenci Iblis, dan Senin ini akan menjadi hari paling
indah dalam hidupnya.”
(Ayah:66)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa latar waktu terjadi
pada hari senin. Hari senin berdasarkan cerita tersebut
111
merupakan waktu ketika Sabari dan teman-temannya yang lain
berangkat sekolah. Sabari yang paling rajin menyiapkan segala
sesuatunya yang ada di sekolah.
f) Februari
Waktu yang menunjukkan ketika bulan februari
fenomena langit menjadi biru di pantai barat berlangsung. Hal
itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Setiap sore, tak pernah absen, kedua sahabat itu ke
pantai barat, tetapi sampai hari terakhir Februari, langit
tak kunjung menjadi biru.”
(Ayah:187)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa latar waktu terjadi
pada bulan Februari. Bulan Februari berdasarkan cerita
tersebut terjadi ketika Ukun dan Tamat menanti fenomena
langit menjadi biru di pantai barat berlangsung.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, penulis
menyimpulkan bahwa latar waktu yang terdapat pada novel
Ayah cukup lengkap. Latar tersebut ialah hari, waktu, dan
bulan.
3) Latar Sosial
latar sosial, menyarani pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang
diceritakan dalam karya fiksi, misalnya kebiasaan hidup, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap. Pada
novel Ayah menjelaskan latar sosial tentang kehidupan penduduk
112
Nira yang menggemari Lady Diana. Hal itu terlihat pada kutipan di
bawah ini.
“Acara kesenangan ayahnya adalah ceramah agama Islam,
sandiwara radio, lagu-lagu Semenanjung, dan tak lupa,
berita tentang Lady Diana. Entah bagaimana mulanya,
penduduk Kampung Nira gemar sekali kepada Lady Diana.
Tak peduli tua, muda, wanita maupun pria. Kegemaran itu
tak luput menghinggapi ayah Amiru.”
(Ayah:7)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa latar sosial
yang melingkupi masyrakat penduduk Nira gemar sekali kepada
Lady Diana. Baik itu tua, muda, wanita maupun pria. Dalam hal ini
dapat menjelaskan bahwa berbagai aspek yang mempengaruhi
masyarakat penduruk Nira dalam mengapresiasi sesuatu yang
mereka jumpai dalam kehidupan sehari-hari sangat tinggi, baik
budaya yang datang dari dalam maupun luar. Latar sosial yang lain
juga terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Bagi Sabari, Bogel dan kawan-kawan hanya sedang
menjadi anak SMA. Sama sekali tak dihiraukannya hal
yang tak penting itu.”
(Ayah:80)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa Sabari
memiliki cara berpikir yang berbeda. Sabari menganggap Bogel
dan kawan-kawannya hanyalah sedang menjadi anak SMA yang
artinya bahwa Bogel dan kawan-kawannya masih bertingkah
seperti anak-anak atau cara berpikirnya yang belum dewasa. Latar
sosial yang lain juga dapat dilihat pada kutipan di bawah ini.
113
“Karena itu, Februari adalah bulan yang paling
mendebarkan bagi para bujang lapuk di kampong kami.
Jika Februari tiba, berbondong-bondong mereka ke pantai
barat.
Sabari tak pernah percaya, tetapi tahun ini dia berniat ke
pantai barat.”
(Ayah:137)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa orang
kampung Belantik percaya, jika pada bulan Februai melihat
fenomena alam pantai barat menjadi biru maka akan mudah
mendapatkan jodoh. Latar sosial yang lain juga dapat dilihat pada
kutipan di bawah ini.
“Sabari senang bekerja di pabrik es. Juragan dan kawan-
kawan sesama kuli sudah seperti saudara baginya. Maka,
secara bersungguh-sungguh, Sabari satu sikap hormat dan
sayang kepada mereka, dia membuat tiga lembar surat
pengunduran diri, yang boleh dikatakan amat puitis.”
(Ayah:141)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa Sabari
memiliki sikap bersahaja terhadap sesama. Demi menghormati
teman-temannya, Sabari membuat puisi sebagai ungkapan isi
hatinya pada saat-saat pengunduran dirinya sebagi pegawai pabrik
es. Latar sosial yang lain juga terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Seperti dirinya, setiap orang memang berusaha berpakaian
sebagus mungkin. Getir hati Sabari mendapati bahwa di
tempat orang yang akan mengalami hal yang pahit, orang-
orang justru berpakaian bagus seperti Lebaran. Dan, tak
tega dia melihat anak-anak kecil yang dibawa orangtuanya
ke ruang tunggu itu. Mereka menangis, kepanasan, ingin
menyusu, minta pulang, minta ini dan itu. Jeritan mereka
merisaukan. Anak-anak kecil itu lalu digendong bergantian
oleh ayah dan ibunya yang mau bercerai.”
(Ayah:209)
114
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Sabari memiliki cara
berpikir dan pandangan berbeda terhadap kebiasaan orang yang
menghadiri persidangan. Tempat sidang adalah tempat yang biasanya
seseorang mengalami hal pahit, namun semua orang memakai
pakaian yang rapi layaknya orang merayakan Lebaran. Melihat
fenomena tersebut, hati Sabari merasa getir. Latar sosial yang lain
juga terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Juru antar terharu. Dia tahu apa yang telah dialami Sabari.
Baginya, piala itu adalah persembahan yang indah dari
seorang ayah untuk anaknya”
(Ayah:357)
“Pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala kecil.
Piala itu dibelinya di pasar.”
“Terima kasih banyak, Pak,” Kata Sabari
“Hanya piala kecil, Bung, tapi bagiku Bung adalah
juara. Bung adalah ayah paling hebat yang pernah kukenali
dalam hidupku.”
(Ayah:377)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa juru antar benar-benar
mengagumi Sabari. Juru antar menganggap Sabari adalah juara
sejati dan ayah yang paling hebat yang pernah ditemuinya dengan
segala pengorbanannya. Salah satu bentuk dari empatinya, juru
antar memberikannya sebuah piala sebagai tanda penghargaan
terhadap Sabari.
e. Sudut pandang
Sudut pandang dalam novel Ayah, pengarang menggunakan
pusat pengisahan persona ketiga serba tahu. Pengarang menjadi
115
narator, yaitu seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan
tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata gantinya ia, dia,
dan mereka. Dengan mengkombinasikan metode dramatik-ironik
dengan metode objektif. Pengkombinasian ini mengakibatkan
pencerita tahu segala hal mengenai peristiwa, sikap, pikiran dan
perasaan tokoh, tetapi dia tidak mengomentari hal tersebut sehingga
sudut pandang tetap terkontrol dan cerita tidak diganggu dengan
berbagai komentar atau nasihat pengarang. Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki Sabari
melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah tertinggal di
aspal. Meski kakinya perih dan napasnya tersengal-senggal,
meski sampai finis malam nanti, Sabari bertekad untuk terus
berlari karena dia teringat akan anaknya. Dia tak mau menyerah
demi Zorro. Seorang ayah, tak boleh menyerah demi anaknya,
begitu kata hati Sabari.”
(Ayah:373)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa untuk
mewujudkan apa yang diinginkan bukanlah sesuatu yang mudah. Perlu
adanya pengorbanan dan melakukan sesuatu yang terbaik serta
bersungguh-sungguh. Penuh pengorbanan meski kaki perih dan napas
tersengal-sengal, semua itu akan sirna ketika apa yang kita
perjuangkan itu dapat tercapai atau terwujud.Hal itu terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Izmi bukanlah kawan Sabari mereka bahkan tak pernah
bertegur sapa tetapi ajaib, kisah konyol Sabari membuat Izmi
terinspirasi. Sabari membuatnya merasa dia bukanlah satu-
satunya orang malang di dunia ini.”
(Ayah:41)
116
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa bahwa teman
sangat berpengaruh pada pola tingkah laku seseorang. Termasuk
kecerdasaan dan kepandaian seseorang juga terkadang dipengaruhi
oleh pergaulan mereka.
Pada novel Ayah pengarang menempatkan posisi sebagai orang
yang berada di luar cerita. Ia tidak terlibat secara langsung, akan tetapi
pengarang mengetahui kejadian-kejadian yang dialami oleh tokoh-
tokoh dan berusaha untuk menceritakan kembali kepada pembaca
dengan bahasanya sendiri.
5. Nilai pendidikan karakter novel Ayah Karya Andrea Hirata
Pendidikan karakter dalam novel Ayah Karya Andrea Hirata,
meliputi unsur karakter yang dianalisis adalah religius, jujur, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, menghargai
prestasi, komunikatif senang bersahabat atau proaktif, cinta damai, gemar
membaca, peduli sosial dan tanggung jawab. Di bawah ini disajikan
pembahasan mengenai unsur-unsur karakter dalam novel Ayah Karya
Andrea Hirata.
1. Religius
Religius merupakan ketaatan dan kepatuhan dalam memahami
dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup
rukun dan berdampingan. Agama sealalu menganjurkan kepada
penganutnya untuk selalu mendekatkan diri kepada Tuhannya dalam
keadaan apapun. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
117
“Makin dekat ke papan pengumuman, si bungsu semakin
gugup. Apalagi, dilihatnya anak-anak yang tak lulus menangis.
Dipanjatkannya doa agar nilai rata-ratanya paling tidak 6,5. Itu
batas minimum kelulusan.”
(Ayah:33)
“Dalam kekecewaan yang dalam, dia berdoa dan terkabul. Di
dinding kantor dinas pasar dilihatnya pengumuman lomba
balap sepeda di ibu kota kabupaten.”
(Ayah:89)
“Sabtu itu pagi-pagi benar dia ke pasar. Kabut belum beranjak
dari puncak ilalang. Dalam hati dia berdoa mudah-mudahan
mendapat banyak pekerjaan hari itu.”
(Ayah:129)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa dalam keadaan gelisah dan
susah tampak memanjatkan doa agar yang diharapkannya dapat
tercapai. Sebagai muslim sudah seharusnya berdoa kepada yang maha
kuasa yang diimbangi dengan usaha. Selain kutipan di atas, nilai
karakter religius juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“SABARI patah hati, tetapi dia tak patah harapan. Perasaannya
kepada Lena sama seperti saat Lena merampas kertas
jawabannya pada hari keramat itu. Lagi pula, ayahnya sering
mengatakan bahwa Tuhan selalu menghitung, dan suatu ketika,
Tuhan akan berhenti menghitung.”
(Ayah:48)
“Sekarang dia paham makna mimpi kambing pandai berbicara
itu. Tuhan selalu menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan
berhenti menghitung. Inilah saatnya suatu ketika itu.”
(Ayah:168)
Dari kutipan di atas, tampak keimanan Sabari dengan meyakini
kepastian Tuhan. Sesuatu yang sudah menjadi kepastian Tuhan
memang takkan terelakan. Kepastian itu pasti akan terjadi. Selain
118
kutipan di atas, nilai karakter religius juga terdapat pada kutipan di
bawah ini.
“Keesokannya, seusai shalat Shubuh, Sabari langsung berlari
menuju lapangan balai kota, berbalik arah kekantor pos, lalu
menerabas ilalang di pekarangan perumnas, tersembul dia di
warung bakso, masuk ke komplek polisi, berbelok lagi lalu-
meliuk-liuk di antara nisan kuburan Tionghoa, lalu masuk lagi
ke jalan dan menantang belasan ekor anjing gelandangan di
pasar pagi.”
(Ayah:117)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa Sabari menjalankan
kewajiban beribadah shalat Shubuh. Shalat merupakan kewajiban
yang harus dijalani oleh setiap umat muslim. Selain kutipan di atas,
nilai karakter religius juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Kalau malam, Sabari susah tidur lantaran membayangkan
bermacam rencana yang akan dia lalui dengan anaknya jika
besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17 Agustus,
mengunjungi pasar malam, membelikannya mainan,
menggandengnya ke masjid, mengajarinya berpuasa dan
mengaji, dan memboncengnya naik sepeda saban sore ke
taman balai kota.”
(Ayah:183)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa Sabari juga ingin
mengajari anaknya kelak sebagai muslim yang taat agama atau
penganut agama yang taat. Hal tersebut tampak pada niatnya yang
akan mengajari anaknya mengaji dan berpuasa. Selain kutipan di atas,
nilai karakter religius juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Begitu perihal dalam suratnya. Dikatakannya pula dalam surat
itu bahwasannya pekerjaan di pabrik es telah memberinya
pencerahan dan satu cara pandang yang berbeda mengenai
manusia sebagai ciptaan Tuhan yang Agung.”
(Ayah:141)
119
“Konon, hari paling penting dalam hidup manusia adalah hari
saat manusia itu tahu untuk apa dia dilahirkan. Sekarang Sabari
tahu bahwa dia dilahirkan untuk menjadi seorang ayah.
Seorang ayah bagi Zorro. Anaknya telah mengurai semua
misteri tentangnya. Bahwa wajahnya tidak tampan agar dia
tidak menjadi orang seperti Bogel Leboi. Karena dia seorang
Sabari maka Tuhan memberinya Zorro. Bahwa tangannya yang
kasar dan kuat seperti besi adalah agar dia tak gampang lelah
menggendong Zorro. Bahwa di gemar berpuisi dan berkisah
adalah agar dapat membesarkan anaknya dengan puisi. Sabari
memeluk anaknya yang telah jatuh tertidur, serasa memeluk
awan..”
(Ayah:227)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Sabari
mensyukuri segala pemberian Tuhan dan memahami segala bentuk
pemberian-Nya. Selain itu, keimanan Sabari juga tampak jelas dengan
menjunjung Tuhan sebagai sang Khalik. Segala maksud dan tujuan
hidup yang dijalaninya merupakan kuasa Tuhan. Selain kutipan di
atas, nilai karakter religius juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Suasana shalat Jumat di masjid ini tak dapat dilukiskan
dengan kata-kata. Saat engkau shalat rasanya ribuan malaikat
menungguimu. Suara muazin merdu sekali.
Begitu megah, begitu agung masjid ini sehingga kuakui semua
dosaku, yang terkecil sekalipun.”
(Ayah:305)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa tokoh Tamat
mengungkapkan suasana hatinya lewat surat yang ditulisnya. Dari
ungkapan tersebut tampak bahwa Tamat sebagai seorang laki-laki
muslim menjalani kewajiban sholat Jumat. Selain itu, keimanan Tamat
juga tampak pada saat dirinya mengakui semua dosa.
120
2. Jujur
Jujur merupakan sikap dan perilaku yang penting dan harus
dimiliki oleh setiap insan. Dalam hal apapun, manusia harus bersikap
jujur. Dengan kejujurannya sehingga setiap individu menjadi pribadi
yang dapat dipercaya. Salah satu sikap jujur, yaitu mengatakan hal
yang sebenarnya atau benar. Hal itu terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Maaf, Ibu, kalau tak salah hitung, semuanya sejuta enam ratus
ribu rupiah, jika kurang, kabari aku, jika lebih, biarlah,
kelebihannya kusumbangkan pada negara.”
(Ayah:131)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa tokoh Amiru mengatakan
hal yang sebenarnya sehingga perkataannya dapat dipercaya dan dapat
dipertanggung jawabkan. Bahkan tokoh Amiru bersedia untuk
mempertanggung jawabkannya jikalau terdapat kekurangan atau tidak
sesuai dengan jumlah yang ia sebutkan. Selain kutipan di atas, nilai
karakter jujur juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Ketiga, juga seperti Sabari, Jujur! Jangan kau kurangi takaran
semen jika mencetak batako. Batako kita harus tahan gempa
bumi minimal skala Richter. Kalau kau curang, akibatnya bisa
fatal. Sekolah bisa roboh, murid-murid dan guru-guru yang
mulia bisa celaka. Biarlah orang-orang di luar sana makmur
sentosa karena mencuri, kita jangan! Meski susah, kita harus
jujur.”
(Ayah:156)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Markoni sedang
mencontohkan sikap jujur yang dimiliki oleh karyawan teladannya,
yaitu tokoh Sabari. Atas kejujurannyalah tokoh Sabari dipercayai
menjadi karyawan teladan atau yang terbaik di perusahaan batako
121
milik Markoni. Selain kutipan di atas, nilai karakter jujur juga terdapat
pada kutipan di bawah ini.
“Boi, sudah berapa lama kau suka sama Lena?” Nada suara
Markoni turun dua oktaf.
Sabari melirik jam bulat yang tertempel di dinding. “11 tahun,
5 bulan. 4 hari, 3 jam … 4 menit, Pak.” Markoni terpana.
“Apakah Marlena suka sama kau, Boi?” Sabari tersenyum-
senyum sipul.
“Wajar-wajar! Kalau kutinjau-tinjau, wajahmu memang agak
berat, Boi.”
(Ayah:164)
Dari kutipan di atas, tokoh Sabari menunjukkan kejujurannya
akan isi hati yang sebenarnya dengan jawaban yang meyakinkan
sehingga membuat tokoh Markoni langsung percaya dan yakin bahwa
yang dikatakannya adalah sebagai kebenaran. Bahkan dari gesture
tubuhnya dan keluguannya juga tampak sebagai pribadi yang dapat
dipercaya. Selain kutipan di atas, nilai karakter jujur juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Dia hanya menempati urutan kedua. Saingan beratnya,
Imelda, berjaya di posisi teratas. Lena dan Jon menanyakan
kepadanya apa yang terjadi. Jawaban Zorro membuat mereka
tercengang. Kata Zorro dia sengaja menurunkan nilainya,
sengaja tak menjawab beberapa soal dalam ujian, sengaja
membuat dirinya kehabisan waktu dalam ujian karena kasihan
kepada Imelda yang sangat ingin menjadi juara pertama.
Bagaimana anak kelas dua SD bisa berpikir seperti itu?
Bayangan Sabari berkelebat dalam kepala Lena.”
(Ayah:258)
Dari kutipan di atas, tampak jelasbahwa tokoh Amiru telah
berkata jujur terhadap apa yang telah terjadi dan yang telah menjadi
keputusannya dengan menurunkan nilainya lantaran untuk memberi
kesempatan kepada yang lain. Ditinjau dari umur tokoh Amiru, dapat
122
dilogika bahwa anak seumuran mereka sangat tidak mungkin jika
mereka-reka penjelasan yang sedemikian rupa. Justru dari
kepolosannyalah pribadi tersebut tampak berkata jujur. Selain kutipan
di atas, nilai karakter jujur juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Dulu ayahnya pernah bekerja di kantor semacam itu, dan
menjadi orang yang tak disukai karena tak pernah mau diajak
curang. Ayahnya yang jujur malah sering kena fitnah.”
(Ayah:371)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa pribadi yang jujur
terkadang mendapat perlakuan yang semena-mena oleh orang yang
tidak suka akan kejujuran atau orang yang suka dengan kecurangan.
Hal semacam itu bukanlah suatu kerugian menjadi pribadi yang jujur,
namun menunjukkan bahwa pribadi tersebut sebagai pribadi yang
berkelas dan mempunyai prinsip yang kuat sehingga patut menjadi
kebanggaan.
3. Kerja Keras
Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya
secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik darah penghabisan)
dalam menyelesaikan permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan
sebaik-baiknya. Hal ini terlihat pada kutipan di bawah ini.
“Tak kenal menyerah, Amirza mencoba berbagai cara supaya
mendapat siaran radio yang jelas. Dia memanjat pohon gayam
di samping rumah lalu mengikat sebatang besi dipucuknya.”
(Ayah:15)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Amirza berupaya
dengan semaksimal mungkin dengan segala upaya untuk hasil yang
123
terbaik. Dengan berinovasi dan tak kenal lelah ia berusaha
mendapatkan siaran radio yang jelas. Selain kutipan di atas, nilai
karakter kerja keras juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Tahu-tahu dia punya pekerjaan usai jam sekolah, yaitu
menghambabudakkan dirinya kepada tukang sampah di pasar
Belantik, demi sedikit upah yang dipakainya untuk membeli
kartu request--selembar lima ratus perak--di radio local AM
Suara Cinta.”
(Ayah: 32)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Sabari bekerja keras
demi sebuah kartu reques. Dirinya rela untuk bekerja sambilan setelah
pulang sekolah, yaitu dengan cara membantu tukang sampah dengan
upah seadanya. Selain kutipan di atas, nilai karakter kerja keras juga
terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Sebulan penuh Sabari berlatih. Agar tak mengganggu
tetangga, dia berlatih dipinggir laut. Lolongannya lindap
ditelan debur ombak Laut Jawa.”
(Ayah:32)
Dari kutipan di atas, terlihatbahwa tokoh Sabari bekerja keras
dan bersungguh-sungguh berlatih selama satu bulan penuh untuk
menuai hasil yang baik. Selain kutipan di atas, nilai karakter kerja
keras juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Guru-guru juga gembira, bahkan takjub melihat nilai-nilai
rapor semester 5 Izmi. Untuk kali pertama selama sekolah
SMA itu, Izmi berhasil memerdekakan dirinya dari angka
merah.”
(Ayah:105)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa dengan bekerja keras
akhirnya tokoh Izmi menuai hasil yang menggembirakan bagi
124
semuanya. Dengan belajar secara sungguh-sungguh, akhirnya Izmi
mendapatkan nilai yang baik.Selain kutipan di atas, nilai karakter
kerja keras juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Sebenarnya, Sabari diterima bekerja sebagai penjaga toko
furnitur dan penjaga air mineral isi ulang, tetapi dia tak mau.
Dia mau kerja berat membanting tulang. Dia mau tubuhnya
hancur setiap pulang kerja, lalu jatuh tertidur lupa diri. Bangun
tidur dan bekerja keras lagi. Semua itu karena dia mulai
bertekad untuk melupakan Lena. Ini kemajuan. Barangkali
semakin dewasa dia semakin bijak.”
(Ayah:113)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Sabari melakukan
segala upaya untuk dapat melupakan tokoh Lena sebagai seorang
wanita yang dicintainya. Sabari memutuskan untuk menyibukan diri
dengan cara memilih pekerjaan yang berat, dengan begitu dirinya akan
merasa lelah sehingga pikiranya pun tidak selalu berpusat kepada
Lena. Selain kutipan di atas, nilai karakter kerja keras juga terdapat
pada kutipan di bawah ini.
“Akhirnya, dia sampai di dermaga. Laut, hanya laut yang dapat
menghentikannya. Demikian saban pagi dia latihan. Meski
hujan lebat, meski angin rebut, dia tak pernah berhenti berlari.
Karena Lena dan satu rencana manis dengan hadiah-hadiah itu,
Sabari merasa tenaganya tak terbatas.”
(Ayah:117)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Sabari bekerja keras
dan tak kenal apapun yang menghalanginya. Semua itu ia lakukan
demi hasil manis yang akan dipersembahkan untuk orang yang
dicintainya. Untuk itu, segala upaya dan persiapan ia lakukan dengan
125
sungguh-sungguh. Selain kutipan di atas, nilai karakter kerja keras
juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Amiru tak mau menyerah demi ayah dan ibunya. Dia
meminta pekerjaan apa saja, dari siapa saja, di mana saja,
bahkan pekerjaan yang orang dewasa sendiri berat
mengerjakannya, misalnya menggali sumur atau manjadi kuli
harian menambal jalan raya.”
(Ayah:129)
“Amiru bekerja dengan kecepatan yang membuat juragannya
tercengang. Tak pernah ada orang bekerja sekeras Amiru.”
(Ayah:130)
Dari kutipan di atas, tampak kerja keras tokoh Amiru. Tekad
yang kuat mendasarinya untuk bekerja keras. Apapun akan ia lakukan
demi kedua orang tuanya hingga titik darah penghabisan. Ia pun
mengerjakan sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh ketelitian
sehingga mendapatkan hasil yang baik. Selain kutipan di atas, nilai
karakter kerja keras juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Terimakasih atas saran Abang, tapi sisi Kampung Belantik
telah mengantar kami di Pelabuhan Tanjong Pandan. Tak
mungkin kami pulang begitu saja, lagi pula, tak tak
terbayangkan apa yang akan kukatakan kepada Sabari. Kami
akan mendatangi sahabat-sahabat pena itu, apa pun yang akan
terjadi,” kata Tamat.”
(Ayah:320)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa kegigihan niat yang
dimiliki tokoh Tamat menjadikanya tetap bekerja keras untuk
mencapai apa yang telah diharapkannya demi seorang sahabat dan
harapan dari banyak orang. Dia bertekad kuat dan berani menerima
risiko apapun. Selain kutipan di atas, nilai karakter kerja keras juga
terdapat pada kutipan di bawah ini.
126
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak Sabari
melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah tertinggal di
aspal. Meski kakinya perih dan napasnya tersenggal-senggal,
meski sampai finis malam nanti, Sabari bertekad untuk terus
berlari karena dia teringat akan anaknya. Dia tak mau
menyerah demi Zorro. Seorang ayah, tak boleh menyerah demi
anaknya, begitu kata hati Sabari.”
(Ayah:373)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa pengorbanan tokoh Sabari
hingga titik darah penghabisan. Segenap jiwa dan raga ia korbankan
demi anaknya Zorro. Dengan tekad yang kuat, tak mudah bagi dirinya
untuk menyerah.
4. Kreatif
Kreatif merupakan sikap dan perilaku yang mencerminkan
inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah sehingga
selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih
baik dari sebelumnya. Sikap kreatif ini terlihat pada tokoh Markoni
yang memiliki inovasi mendirikan pabrik batako. Hal ini terlihat pada
kutipan di bawah ini.
“Markoni melompat-lompat kegirangan. Dia ingin terlibat
dalam upaya pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Keesokan harinya dia langsung menjual alat-alat musik yang
telah diperlukan dengan semena-mena oleh para musisi
Belantik itu. Hasil penjualan itu langsung dipakai untuk
memulai usaha baru: percetakan batako.”
(Ayah:21)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Markoni ingin turut serta
atau andil dalam kaitannya mencerdaskan anak bangsa dengan cara
lain. Perannya, yaitu melalui sarana dengan tujuan keamanan diwaktu
proses belajar mengajar berlangsung. Batako yang akan ia buat adalah
127
salah satunya untuk membangun gedung sekolah yang kokoh. Selain
kutipan di atas, nilai karakter kreatif juga terdapat pada kutipan di
bawah ini.
“Dia yang mengalami paceklik berkepanjangan, kemarau
kering kerontang, dalam hal cinta, tiba-tiba menjadi konsultan
Asmara bagi kaum kambing. Dan, dia sangat menikmati
profesi sampingan itu. Rela dia mendatangi kampung yang
jauh demi membantu seorang peternak. Kenyatannya, setelah
didatanginya, dia menyebutnya terapi puisi kambing, embek-
embek itu pada hamil.”
(Ayah:154)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Sabari merupakan
seorang yang kreatif. Ia membuat para kambing-kambing hamil
seketika dengan cara membacakan puisi-puisi. Ia pun menamai upaya
tersebut sebagai terapi puisi kambing. Selain kutipan di atas, nilai
karakter kreatif juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di pabrik
Markoni, membuka warung sembako di rumahnya. Pekerjaan
di warung dan memelihara kambing memungkinkannya untuk
selalu berada dekat Zorro. Semuanya sangat menyenangkan,
apalagi sejak ada Zorro, keajaiban terjadi tiap hari di rumah
Sabari.”
(Ayah:187)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Sabari memiliki
ide-ide yang brilian dalam memecahkan masalah dengan berbagai
kondisi yang sedang ia alami saat itu. Supaya bisa selalu dekat dengan
Zorro, ia pun membuka usaha di rumah. Lain halnya jika Sabari tetap
bekerja di pabrik. Selain kutipan di atas, nilai karakter kreatif juga
terdapat pada kutipan di bawah ini.
128
“Dalam salah satu kisah-kisah nina bobo itu, secara tak
sengaja Sabari menyinggung soal makanan. Zorro senang.
Mungkin nama makanan terdengar lucu baginya. Keesokannya
Sabari berkongkalikong dengan tukang parkir di depan
Restoran Bundo Kandung. Malamnya dia berkisah tentang
petualangan pendekar ayam pop sambil mengepak-ngepakan
tangan dan berkokok-kokok. Zorro tertawa sampai berair
matanya.”
(Ayah:224)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Sabari sangat
kreatif. Dengan cara yang murah dan sederhana, ia dapat menghibur
anaknya, yaitu dengan nama menu restoran sebagai bahan cerita. Ide
atau pemikiran seperti itu sangatlah jarang terlintas dipikiran
khalayak.
5. Mandiri
Mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalaan.
Namun hal ini bukan berarti tidak boleh bekerja sama secara kolaboratif,
melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada
orang lain. Sikap mandiri ini juga tampak pada tokoh Amiru yang
berjuang demi sebuah radio. Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini.
“Ibu kasir terpana melihat jari-jarinya terbalut plester.
Diamatinya lengan Amiru yang keras, urat-uratnya
bertimbulan. Lengan itu seharusnya bukan lengan anak kecil,
itu lengan orang dewasa, kuli kasar.
“Kau mau menebus radio?”
“Iya, Bu, radio ayahku.”
Ibu kasir segera tahu apa yang telah dialami anak kecil di
depannya, untuk menebus radio ayahnya.”
(Ayah:131)
129
Dari kutipan di atas,terlihat jelas bahwa tokoh Amiru sebagai
anak yang mandiri. Ia bekerja keras untuk menebus radio ayahnya.
Tanpa pamrih dan mengeluh ia lakukan. Segala sesuatu ia lakukan
sendiri dan bersungguh-sungguh. Selain kutipan di atas, nilai karakter
mandiri juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Tak lupa bahwa dia telah mendapatkan penghargaan dari
Dinas Koperasi Daerah sebagai wiraswastawan panutan.”
(Ayah:155)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa bahwa swasta merupakan
sesuatu yang mandiri, sedangkan wiraswastawan merupakan orang
yang mandiri. Tokoh Markoni adalah orang yang mendapatkan
penghargaan sebagai wiraswastaan panutan. Hal tersebut
menunjukkan bahwa ia adalah orang yang memiliki sikap mandiri.
Selain kutipan di atas, nilai karakter mandiri juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Berbulan-bulan Sabari membangun rumah itu dengan
tangannya sendiri. Rumah yang khas Melayu kampung.
Sebuah rumah panggung yang rendah., berdinding papan,
beratap rumbia, tetapi istimewa, ada beranda.”
(Ayah:178)
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di pabrik
Markoni, membuka warung sembako di rumahnya. Pekerjaan
di warung dan memelihara kambing memungkinkannya untuk
selalu berada dekat Zorro. Semuanya sangat menyenangkan,
apalagi sejak ada Zorro, keajaiban terjadi tiap hari di rumah
Sabarai.”
(Ayah:187)
Dari kutipan di atas,terlihat bahwa tokoh Sabari memiliki
kemandirian yang sangat tinggi. Memenuhi kebutuhan hidup sendiri
130
dengan cara membangun rumah dan membuka usaha tanpa
membebani orang lain. Selain kutipan di atas, nilai karakter mandiri
juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Sudah lama dia tak menulis kepadanya, pun untuk sahabat-
sahabat penanya. Prahara rumah tangga, hidup terbirit-birit ke
sana kemari, dan sifatnya yang tak suka mengeluh
membuatnya merasa belum menemukan saat yang tepat untuk
menulis surat. Saat itu akhirnya tiba. Diambilnya pulpen dan
kertas.”
(Ayah:277)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Lena memiliki
sifat tidak suka mengeluh atau membebani orang lain. Selagi dapat ia
selesaikan sendiri maka akan ia selesaikan sendiri pula dalam hal dan
bentuk apapun.
6. Demokratis
Sikap demokratis merupakan sikap dan cara berpikir yang
mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata
antara dirinya dengan orang lain.Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini.
“Seumpama Lena tak mau pulang, silakan, tak apa-apa, paling
tidak Zorro bisa diajak pulang. Kalau keduanya tak mau
pulang, silakan, takapa-apa juga. Toh, negeri ini sudah
merdeka lebih dari lima puluh tahun, orang bebas menentukan
pilihan.”
(Ayah:319)
“Pemenangnya, tak peduli siapa dia, pemulung, gelandangan,
atau bramacorah, akan menjadi anak emas kebanggaan
kampung. Akan menjadi atlet mewakili Kabupaten Belitong ke
tingkat provinsi.”
(Ayah:362)
Dari kutipan di atas, tampak jelassikap demokratis. Persamaan
hak tercermin dalam kutipan tersebut. Semua orang bebas menentukan
131
pilihannya tanpa ada paksaan dan tekanan dari orang atau pihak lain.
Begitu pun pemikiran dan sikap Ukun dan Tamat ketika mengajak
pulang Lena dan Zorro.
7. Rasa Ingin Tahu
Rasa ingin tahu merupakan cara berpikir, sikap, dan perilaku
yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal
yang dilihat, didengar dan dipelajari secara lebih mendalam. Rasa
ingin tahu juga dimiliki oleh tokoh Amirza sebagai ayah Amiru. Hal
ini terlihat dalam kutipan berikut ini.
“Ayah Amiru penasaran. Dibalutnya ujung besi di puncak
pohon gayam itu dengan gulungan timah. Tindakan itu
mengikuti sebuah alur logika yang amat akademik, yaitu
sebagai kaum yang akrab dengan tambang, penduduk Nira
paham bahwa petir gemar sekali menyambar tanah yang
mengandung timah.”
(Ayah:15)
Berdasarkan kutipan di atas,terlihat jelas bahwa tokoh Amirza
penasaran terhadap antenanya. Ia pun memiliki inisiatif untuk memasang
antenanya di pohon dan pada ujung antena tersebut diberi gulungan
timah. Hal tersebut dilakukan karena ia memiliki pemahaman bahwa
petir sangat senang menyambar sesuatu yang mengandung timah. Selain
kutipan di atas, nilai karakter rasa ingin tahu juga terdapat pada kutipan di
bawah ini.
“Tak apa-apa, Pak Cik, jelaskan saja sekarang. aku pasti
mengerti.”
“baiklah, kujelaskan padamu! Penerimaan sinyal radio di
rumahmu buruk karena terlalu dekat dengan menara masjid,
maka terjadilah intervens.”
132
“Pulang dari kios Gaya Baru, Amiru belajar dengan tekun. Dia
mau segera masuk SMP. Dia bertekad untuk menghadapi
Syarif Miskin lagi.”
(Ayah:47)
“Tentu Syarif kaget melihat Amiru yang telah dimarahinya
berani datang lagi ke kiosnya.
“Mau apa lagi kau, Bujang?!”
Amiru berterus terang bahwa dia mau belajar lebih banyak soal
radio sebab dia senang pengetahuan listrik dan elektronika.”
(Ayah:52)
Berdasarkan kutipan di atas,terlihat jelas bahwa tokoh Amiru
sangat ingin tahu penyebab sinyal radio yang buruk dirumahnya dengan
menanyakan langsung kepada tokoh Syarif dengan sedikit memaksa.
Tidak hanya sekadar bertanya. Tokoh Amiru setelah diberi tahu
penyebabnya, ia langsung mempelajari lebih dalam tentang hal tersebut.
Selain kutipan di atas, nilai karakter rasa ingin tahu juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Komunikasi dianggap penting oleh Tamat sebab nanti
mereka akan bertemu dengan orang-orang dari berbagai
daerah. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa Indonesia
Ukun harus ditingkatkan. Mereka menghadap Bu Norma, guru
Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas mereka di SMA dulu,
yang galak tetapi disayangi.”
(Ayah:295)
“Di sela pekerjaannya menggulung dynamo, dibukanya kamus
dan ditemukanya kata-kata baru bagaikan jendela yang
membuka, lalu di dalam jendela itu ada jendela lagi. Rajin dia
membuat catatan sembari berbicara sendiri mempraktikkan apa
yang telah dipelajarinya, lalu dia tersenyum. Ukun tenggelam
dalam labirin bahasa dan berusaha menemukan jalan keluar
dengan mengikuti jejak kata-kata. Sekonyong-konyong dia
jatuh hati pada bahasa Indonesia.”
(Ayah:297)
133
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Tamat
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap bahasa Indonesia. Ia
ingin mengetahui lebih banyak kata-kata baru. Ia juga memiliki
pemikiran bahwa bahasa Indonesia sangatlah penting nantinya
digunakan di daerah lain karena lebih mudah dimengerti dan dipahami
khalayak luas. Oleh karena itu, ia harus menguasai banyak
perbendaharaan kata. Ia pun melakukannya dengan senang hati.
8. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air merupakan sikap dan perilaku yang
mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan pengghargaan yang
tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya
sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat
merugikan bangsa sendiri. Penghargaan terhadap bahasa tercermin
dari gagasan tokoh Ibu Norma. Hal ini terlihat pada kutipan berikut
ini.
“Terdapat puluhan ribu bahasa daerah. Puluhan ribu, dapatkah
kau bayangkan itu! Barangkali bahasa terbanyak di dunia ini
ada di Indonesia. Konon, di beberapa daerah di Sumatra, di
kampong yang bersebelahan saja, orang bisa tak mengerti
bahasa masing-masing. Lihat betapa kayanya bahasa di negeri
kita ini. Jelajahi Sumatra, Boy, simak orang berbicara, kau
akan bergelimang kesenangan kata-kata.”
(Ayah:295)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak bahwa tokoh Ibu Norma
Kagum dan bangga terhadap kekayaan atau keragaman bahasa
nusantara Indonesia yang begitu banyaknya. Hal ini terlihat pada
kutipan berikut ini.
134
“Jangan sungkan berpantun, berpepatah. Pantun adalah madu
bahasa, pepatah adalah harta bahasa. Pakailah kata-kata seperti
wahai, kiranya, seandainya, bilamana, manakala, sudikah,
berkenankah, sediakala, gerangan, semua itu perbendaharaan
bahasa Indonesia yang megah dan bermutu tinggi. Kata-kata
itu mencerminkan kualitas watak orang yang
mengucapkannya!”
(Ayah:296)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak bahwa tokoh Ibu Norma
memberi penghargaan yang sangat tinggi terhadap bahasa Indonesia.
Dari kata-kata yang santun dan komunikatif tercermin pula watak
orang si pengguna bahasa tersebut. Ibu Norma sangat mencintai
bahasa Indonesia. Bahasa indonesia adalah bahasa yang bermutu
tinggi, begitulah menurut pemaparannya.
9. Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi merupakan sikap terbuka terhadap
prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa
mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi. Hal ini terlihat
pada kutipan berikut ini.
“Hari terakhir adalah ujian Bahasa Indonesia. Sabari
tersenyum simpul. Dijawabnya semua soal dengan tenang.
Cincai. Dilihatnya nun disana, Ukun mengaduk-aduk rambut.
Sabari tersenyum lagi. Di arah pukul 5.00, Tamat tercenung,
tampak tertekan batinnya. Sabari kembali tersenyum. Maaf,
siswa lain boleh jago Matematika, IPA, Bahasa
Inggris,Geografi, Biologi, tetapi Sabari adalah Isacc Newton-
nya Bahasa Indonesia.”
(Ayah:11)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Sabari
mengakui kecerdasan teman-temannya yang lain di bidang pelajaran
lain selain bahasa Indonesia. Sabari juga mengakui bahwa dibanding
135
teman-temannya, dirinya lebih jago di bidang bahasa Indonesia.
Selain kutipan di atas, nilai karakter menghargai prestasi juga terdapat
pada kutipan di bawah ini.
“JIKA ada orang yang tak menjadi juara, tetapi lebih terkenal
daripada sang juara, orang itu adalah Sabari. Di mana-mana
orang-orang menyalaminya, bahkan seteru lamanya, Dinamut,
menyalaminya dengan erat. Di warung-warung kopi tak jeda-
jeda Toharun membanggakan Sabari.”
(Ayah:376)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa tokoh Dinamut mengakui
tokoh Sabari sebagai juara sejati dengan ditunjukkannya bersalaman
dengan erat dengannya. Sebelumnya, Dinamut dan Sabari telah
berseteru sejak lama bersaing ketat di setiap ada kompetisi lari
maraton namun kini Dinamut menunjukkan jiwa besarnya.
10. Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif
Komunikatif, senang bersahabat atau proaktif merupakan sikap
dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang
santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.
Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini.
“Kepada Amirza, Syarif bersabda, bahwasanya siaran radio
lebih mudah ditangkap jika ujung kawat yang diulur dari
antenanya ditautkan ke kumparan logam yang lebar.”
(Ayah:23)
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Syarif
menjelaskan secara baik tentang teori antena radio kepada tokoh
Amirza. Selain kutipan di atas, nilai karakter komunikatif, senang
bersahabat atau proaktif juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
136
“Delapan puluh persen laki-laki sukses, sisanya, tiga puluh
persen, gagal. Nah, tak perlu kujelaskan lebih lanjut, kau tahu
sendiri di mana kau berada.” Sabari berterimakasih atas
wejangan dan nasihat kawan-kawan dekatnya itu. Dia sadar
bahwa sudah saatnya bersikap rasional soal Lena.”
(Ayah:55)
Berdasarkan kutipan di atas,terlihat jelas bahwa persahabatan
diantara mereka sangatlah baik. Saling mengingatkan satu dengan
yang lain dan saling membantu teman yang sedang membutuhkannya.
Tokoh Sabari yang sedang dilanda cinta membuat dirinya tak rasional,
dengan begitu sebagai sahabat Ukun dan Tamat pun memberikannya
nasihat yang baik. Selain kutipan di atas, nilai karakter komunikatif,
senang bersahabat atau proaktif juga terdapat pada kutipan di bawah
ini.
“Ukun menyarankan agar Sabari minta maaf kepada Lena dan
Bogel secara terbuka sekaligus mempersembahkan sebuah lagu
untuk Lena melalui acara organ tunggal live show radio itu.”
(Ayah:95)
“Dalam keadaan bingung dan gundah, Sabari menerima saran
dari Tamat bahwa satu-satunya hal yang bisa dilakukannya
adalah berpakaian serapi mungkin di hadapan majelis hukum.”
(Ayah:208)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Ukun dan Tamat
sebagai sahabat Sabari saling mengingatkan satu dengan yang lain dan
saling membantu ketika sahabatnya sedang membutuhkan
pertolongan. Selain kutipan di atas, nilai karakter komunikatif, senang
bersahabat atau proaktif juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Sejak masih SD Lena punya hobi bersahabat pena, dan
sesama sahabat pena mereka telah berjanji untuk tetap
berkirim-kirim surat sampai tua nanti. Tiap bulan dia ke kantor
137
pos untuk mengirim surat. Lama-lama sekali dia juga
mengirim surat ke Belitong, kepada sahabatnya sejak SMA,
Zuraida.”
(Ayah:242)
Berdasakan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Lena
senang bersahabat dan menghargai persahabatan. Demi
persahabatannya supaya tetap terjaga, Lena dengan sahabat-sahabat
pena yang lain memutuskan untuk membuat perjanjian agar tetap
berkirim-kirim surat. Cara bersahabat dengan mengirim surat dengan
sahabat pena maupun teman SMA nya Zuraida adalah salah satu
tindakan yang komunikatif. Selain kutipan di atas, nilai karakter
komunikatif, senang bersahabat atau proaktif juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Jon terpana Tak pernah dia mendengar orang bicara seajaib
itu. Siapa orang-orang itu? Namun, suara itu bersahabat
sehingga Jon menurunkan moncong senapan.”
(Ayah:308)
Berdasakan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa penggunaan
bahasa yang baik merupakan tindakan komunikatif. Tokoh Jon benar-
benar menjadi tenang ketika Ukun dan Tamat menggunakan bahasa
yang santun dan terdengar sangat bersahabat oleh Jon. Selain kutipan
di atas, nilai karakter komunikatif, senang bersahabat atau proaktif
juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Ukun dan Tamat senang berjumpa dengan sahabat pena
karena mereka punya kepribadian yang sama, yakni ramah,
penolong, amat menghargai persahabatan, dan lihai berbahasa.
Para sahabat pena memahami bahwa terdapat seni yang indah
dalam surat-menyurat.”
(Ayah:322)
138
Berdasakan uraian di atas, terlihat jelas bahwa persahabatan
sangatlah menyenangkan. antara Ukun dan Tamat telah merasakan
indahnya persahabatan dengan mengunjungi sahabat pena secara
langsung. Semua sahabat yang dikunjungi mereka memiliki pribadi
yang baik sehingga Ukun dan Tamat memiliki persepsi tersendiri
terhadap sahabat pena. Selain kutipan di atas, nilai karakter
komunikatif, senang bersahabat atau proaktif juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala kecil. Piala
itu dibelinya di pasar.
“Terima kasih banyak, Pak,” kata Sabari.
“Hanya piala kecil, bung, tapi bagiku Bung adalah juara.
Bung adalah ayah paling hebat yang pernah kukenal dalam
hidupku.”
(Ayah:377)
Berdasakan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa juru antar
sangatlah baik terhadap Sabari. Empati yang tinggi tampak sangat
jelas dalam diri juru antar terhadap Sabari dengan melihat bahwa
Sabari adalah sosok ayah yang penuh perjuangan demi anak. Juru
antar pun memberikannya piala yang menurutnya sudah sepatutnya
didapatkan oleh Sabari. Selain kutipan di atas, nilai karakter
komunikatif, senang bersahabat atau proaktif juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Setelah lama saling berkirim surat, pada 2011, Larissa dan
ayahnya, Brother Niel Wuruninga, mengunjungi Bali. Setelah
itu, mereka mengunjungi Sabari dan Amiru di Belitong.
Mereka adalah orang asing pertama yang mengunjungi
Kampung Belantik. Oleh karena itu sambutan untuk mereka
139
luar biasa. Rumah Sabari ramai. Tetangga berebut melihat
penduduk asli Australia itu melalui jendela dan terpesona
menyaksikan Brother Niel meniup didgerioo, alat musik
tradisional Aborigin yang kemudian ditinggalnya sebagai
kenang-kenangan. Sabari pun memberi Brother Niel dendang
kelinang. Gendang musik Melayu kuno yang hampir punah.”
(Ayah:393)
Berdasakan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Larissa
dan ayahnya Niel sangatlah senang bersahabat. Sama halnya dengan
tokoh Sabari dan anaknya Amiru. Larissa dan ayahnya Niel
menyempatkan diri mengunjunggi Indonesia ke Kampung Belantik
demi seorang sahabat, yaitu Sabari dan anaknya Amiru. Larissa dan
ayahnya Niel sebagai orang asing pertama yang datang ke kampung
Belantik. Dengan begitu maka Sabari menyambutnya penuh dengan
kemeriahan. Sabari dan Niel pun saling bertukar cindra mata.
11. Cinta Damai
Cinta damai merupakan sikap dan perilaku yang
mencerminkan suasana damai, aman, tenang, dan nyaman atas
kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.Hal ini
terlihat pada kutipan berikut ini.
“Dengan lapang dada dia melakukan semacam rekonsiliasi
dengan mentraktir Ukun, Tamat, dan Toharun minum kopi di
warung kopi Kutunggu Jandamu.”
(Ayah:54)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Sabari
menunjukkansikap cinta damai. Merasa telah melakukan kesalahan
terhadap sahabatnya Ukun, Tamat, dan Toharun ia pun melakukan
tindakan meminta maaf dengan cara mentraktirnya minum kopi.
140
Selain kutipan di atas, nilai karakter cinta damai juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Bogel jengkel karena Sabari tak pernah terpancing.
Ditariknya kerah baju Sabari, ditantangnya berkelahi. Sabari
tak melawan, hanya tersenyum, karena dia takkan
merendahkan dirinya sendiri dengan menggunakan mulutnya
untuk memaki dan takkan menghinakan dirinya sendiri dengan
menggunakan tangannya untuk memukul. Bagi Sabari, Bogel
dan kawan-kawan hanya sedang menjadi anak SMA. Sama
sekali tak dihiraukannya hal yang tak penting itu.”
“Izmi kagum kepada Sabari karena tak pernah membalas
Bogel.”
(Ayah:80)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa tokoh Sabari sangat
mencintai kedamaian. Sabari tidak meladeni tindakan semena-mena
Bogel terhadapnya. Sabari hanya memahami bahwa Bogel dan kawan-
kawannya hanyalah sedang khilaf. Selain itu, Sabari pun sadar jika
meladeninya itu hanya akan membuat dirinya sama dengan Bogel.
Selain kutipan di atas, nilai karakter cinta damai juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Adapun Sabari sendiri riang sentosa di pabrik batako
Markoni. Dia bekerja sambil bersiul-siul dan bersisir setiap ada
kesempatan. Pekerjaan berat, ringan saja baginya. Sikapnya
yang polos, periang, auranya yang sangat positif, dan
tingkahnya yang agak eksentrik, telah membawa suasana baru
di dalam pabrik sehingga dengan cepat dia disenangi rekan-
rekan sesama kuli. Kehadirannya membuat pabrik percetakan
batako meriah.”
(Ayah:149)
Dari kutipan di atas, tampak bahwa tokoh Sabari adalah
pribadi yang cinta damai dan menyenangkan bagi orang di lingkungan
sekitarnya. Bahkan dengan kehadirannya, membuat suasana yang
141
lebih menyenangkan di pabrik dimana ia sebagai karyawan baru
disitu. Selain kutipan di atas, nilai karakter cinta damai juga terdapat
pada kutipan di bawah ini.
“Tamat dan Ukun memang suka nongkrong sampai malam di
warung kopi Solider, suka nonton organ tunggal, sesekali
menyerobot naik panggung, berduet menyanyikan lagu
“Terajana”, kerap pula menggoda-goda biduanita, tetapi tak
ada pasal-pasal yang mereka langgar. Mereka adalah warga
republik yang produktif.”
(Ayah:292)
Dari kutipan di atas, menunjukkan bahwa tokoh Tamat dan
Ukun merupakan pribadi yang cinta damai dengan ditunjukkannya
tidak pernah melanggar peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
pasal-pasal hukum. Dengan begitu, atas kehadiran mereka di
masyarakat tidak pernah mengusik kenyamanan orang lain.
12. Gemar membaca
Gemar membaca merupakan kebiasaan dengan tanpa paksaan
untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai
informasi baik buku, jurnal, majalah, koran, dan sebagainya sehingga
menimbulkan kebijakan bagi dirinya. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut ini.
“Aih, Kawan, apa yang kualami ini belum apa-apa. Kalian
tahu? Florentino Ariza menunggu cinta Fermina Daza hampir
25 tahun! Aku, Sabari bin Insyafi mencintai Marlena binti
Markoni baru sebentar saja, belumlah lama.”
“Siapa kau bilang?! Florintino Hamzah?” tanya Tamat.
“Florentino Ariza, bacalah buku sastra, Mat, novel,
Marquez!”
(Ayah:191)
142
Berdasarkan kutipan di atas, tampak bahwa tokoh Sabari
merupakan anak yang gemar membaca. Sabari senang sekali dengan
novel karya Marquez. Dari novel yang dibacanya terdapat kisah yang
telah mengilhaminya sebagai prinsip dikehidupannya. Selain kutipan
di atas, nilai karakter gemar membaca juga terdapat pada kutipan di
bawah ini.
“Di tengah kota, dilihatnya kios penyewaan buku. Lena senang
membaca. Dia mampir untuk meliaht-lihat kalau-kalau ada
novel yang ingin dibacanya. Waktu melihat-lihat matanya
terpaku melihat novel. Dia teringat Zuraida pernah
menyinggung soal novel itu.”
(Ayah:276)
Berdasarkan kutipan di atas, tampak jelas bahwa tokoh Lena
senang membaca novel. Ketika Lena sedang berjalan di tengah kota
dilihatnya kios penyewaan buku. Lena pun menyempatkan diri masuk
ke dalam kios utuk melihat-lihat novel. Di dalam kios Lena melihat
novel yang dulu pernah di singgung oleh teman SMA nya dulu
Zuraida. Akhirnya, Lena pun mengambil novel tersebut.
13. Peduli Sosial
Peduli sosial merupakan sikap dan perbuatan yang
mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat
yang membutuhkannya. Hal ini terlihat pada kutipan berikut ini.
“Markoni melompat-lompat kegirangan. Dia ingin terlibat
dalam upaya pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Keesokan harinya dia langsung menjual alat-alat musik yang
telah diperlukan dengan semena-mena oleh para musisi
Belantik itu. Hasil penjualan itu langsung dipakai untuk
memulai usaha baru: percetakan batako.”
(Ayah:21)
143
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Markoni memiliki
rasa peduli sosial. hal tersebut terlihat pada niatnya yang ingin
membantu dan ikut serta membantu mencerdaskan anak bangsa.
Selain kutipan di atas, nilai karakter peduli sosial juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Ukun menyarankan agar Sabari minta maaf kepada Lena dan
Bogel secara terbuka sekaligus mempersembahkan sebuah lagu
untuk Lena melalui acara organ tunggal live show radio itu.”
(Ayah:95)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Ukun sebagai
sahabat Sabari memiliki rasa peduli yang sangat tinggi.
Ditunjukkannya melalui bujukan atau saran yang diberikannya
terhadap sabari untuk segera meminta maaf kepada Lena dan Bogel
dengan cara yang baik. Selain kutipan di atas, nilai karakter peduli
sosial juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Dia yang mengalami paceklik berkepanjangan, kemarau
kering kerontang, dalam hal cinta, tiba-tiba menjadi konsultan
Asmara bagi kaum kambing. Dan, dia sangat menikmati
profesi sampingan itu. Rela dia mendatangi kampung yang
jauh demi membantu seorang peternak. Kenyatannya, setelah
didatanginya, dia menyebutnya terapi puisi kambing, embek-
embek itu pada hamil.”
(Ayah:154)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Sabari mempunyai rasa
peduli sosial yang tinggi hal tersebut terlihat pada kesediaannya
membantu seorang peternak kambing supaya kambing-kambingnya
hamil. Hal tersebut ia usahakan walaupun jarak dari rumahnya
144
memakan waktu yang cukup lama. Selain kutipan di atas, nilai
karakter peduli sosial juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“MESTINYA pukul 4.00 sore, Ukun dan Tamat sudah datang.
Jumat puisi, begitu Sabari menyebut pertemuan mereka setiap
Jumat sore di warung kopi Solider. Biasanya Sabari menyitir
puisi, sekadar menghibur kawan-kawannya, para kuli tambang,
usai seharian membanting tulang.”
(Ayah:174)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Sabari memiliki
rasa peduli sosial. Hal tersebut tampak bahwa sabari bersedia tulus
iklas menghibur para pengunjung warung kopi dengan puisinya secara
rutin. Selain kutipan di atas, nilai karakter peduli sosial juga terdapat
pada kutipan di bawah ini.
“Drs. Zukifli, alias Zul, kawan baik Manikam, berkali-kali
menyarankan agar Manikam menikah lagi karena itu baik
untuk anak-anaknya. Manikam masih trauma.”
(Ayah:215)
Darikutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Zulkifli memiliki
rasa peduli sosial. Hal itu ditunjukkannya dengan memberi saran
kepada teman kerjanya dikantor, yaitu Manikam untuk menikah lagi.
Zulkifli merasa empati melihat Manikam meduda dan mengurus dua
anak. Selain kutipan di atas, nilai karakter peduli sosial juga terdapat
pada kutipan di bawah ini.
“Dia hanya menempati urutan kedua. Saingan beratnya,
Imelda, berjaya di posisi teratas. Lena dan Jon menanyakan
kepadanya apa yang terjadi. Jawaban Zorro membuat mereka
tercengang. Kata Zorro dia sengaja menurunkan nilainya,
sengaja tak menjawab beberapa soal dalam ujian, sengaja
membuat dirinya kehabisan waktu dalam ujian karena kasihan
kepada Imelda yang sangat ingin menjadi juara pertama.”
(Ayah:258)
145
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Zorro bersedia
menurunkan nilainya demi teman kelasnya yang sangat menginginkan
sebagai posisi pertama. Hal tersebut membutuhkan hati yang lapang
dan berjiwa besar tentunya. Dengan demikian, Zorro memiliki rasa
peduli sosial yang sangat tinggi. Selain kutipan di atas, nilai karakter
peduli sosial juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Tahun pertama setelah ditinggal Lena dan Zorro, dia masih
tinggal di rumah. Tak punya lagi warung dan kambing dia
menghidupi diri dengan bekerja menggembala ternak tetangga.
Ukun dan Tamat suka mengantarinya beras.”
(Ayah:280)
Darikutipan di atas, terlihat bahwa Ukun dan Tamat memiliki
rasa peduli terhadap sahabatnya Sabari dengan meberinya beras.
Sebagai seorang sahabat sudah sepantasnya membantu sahabat yang
sedang dalam kesusahan. Selain kutipan di atas, nilai karakter peduli
sosial juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak
jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh mulia!”
(Ayah:295)
Darikutipan di atas, terlihat bahwa Ukun dan Tamat memiliki
kepedulian sosial yang sangat tinggi. Mereka berkorban untuk
mencari Lena dan Zorro demi kawannya Sabari Supaya tidak Gila.
Selain kutipan di atas, nilai karakter peduli sosial juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Namun ayahnya menganggap, dari miliaran manusia di bumi
ini, dirinya telah terpilih untuk menerima pesan itu, dia merasa
146
diberi tugas dari langit untuk mencari orang-orang Indonesia
itu.”
(Ayah:330)
Darikutipan di atas, terlihat bahwa orang Australia, yaitu Niel
memiliki empati yang sangat tinggi. Niel mencari kebenaran
keberadaan orang Indonesia setelah menerima pesan. Nile berempati
terhadap kisah yang dialami Sabari. Selain kutipan di atas, nilai
karakter peduli sosial juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala kecil. Piala
itu dibelinya di pasar.
“Terima kasih banyak, Pak,” kata Sabari.
“Hanya piala kecil, bung, tapi bagiku Bung adalah juara.
Bung adalah ayah paling hebat yang pernah kukenal dalam
hidupku.”
(Ayah:377)
Darikutipan di atas, terlihat bahwa Juru antar memiliki rasa
peduli. Ia menganggap Sabari sebagai juara sejati dan perlu diberi
penghargaan setelah melihat perjuangan Sabari dalam lomba maraton,
sebagai seorang ayah yang berjuang demi seorang anak. Juru antarpun
memberikannya piala sebagai tanda penghargaanya.
14. Tanggung Jawab
Karakter tanggung jawab adalah aspek terakhir yang dianalisis.
Tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya baik yang berkaitan dengan
diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.
Dalam ajaran islam, setiap manusia diharuskan bertanggung jawab.
147
Paling tidak bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Hal ini terlihat
pada kutipan berikut ini.
“Zorro berusaha memahami ibunya, dan baginya adalah
kewajiban seorang anak untuk memahami orangtua. Maka,
meski hidup mereka kocar-kacir, Zorro dan ibunya kompak
saja.”
(Ayah:269)
Dari kutipan di atas, tampak secara langsung bahwa Zorro
sebagai anak memiliki tanggung jawab, yaitu mengerti dan memahami
situasi dan kondisi orang tuanya yang sedang kesusahan. Selain
kutipan di atas, nilai karakter tanggung jawab juga terdapat pada
kutipan di bawah ini.
“Nilai-niali rapornya ciamik. Baginya itu istimewa mengingat
hidupnya yang kacau balau. Dia selalu belajar meski keadaan
tak mendukung. Dia membaca buku di terminal, di setasiun,
dalam bus, kereta, dan kapal feri. Dia belajar saat menunggu
ibunya pulang dari bekerja menjaga toko. Dia membuat PR
sambil menunggui dagangan kue bersama ibunya.”
(Ayah:272)
Dari kutipan di atas, terlihat jelas sikap tanggung jawab Zorro.
Walaupun dalam keadaan susah, ditimpa berbagai persoaalan namun
Zorro tetap menjalankan kewajibannya sebagai pelajar, yaitu belajar
dan mengerjakan tugas. Selain kutipan di atas, nilai karakter tanggung
jawab juga terdapat pada kutipan di bawah ini.
“Zurai membayangkan betapa ramainya suasana. Dia ingin ke
sana, tetapi banyak pakaian yang harus disetrika dan piring
kotor yang harus dicuci.”
“Izmi pun ingin ke lokasi start, tetapi banyak pesanan jahitan
yang harus diselesaikan.”
(Ayah:364)
148
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Zuraida dan Izmi
sangat ingin melihat dan mendukung temannya Sabari. Namun
mereka memiliki tanggung jawab lain yang harus dikerjakannya, yaitu
Zuraida sebagai pembantu rumah tangga memeiliki taggung jawab
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sedangkan Izmi memiliki
tanggung jawab menyelesaikan pesanan baju jahitan sebagai penjahit.
Akhirnya, mereka pun mengurungkan niatnya memilih dengan
mengerjakan kewajibannya.
6. Skenario Pembelajaran Novel Ayah karya Andrea Hirata di SMA
Seorang guru dalam pembelajaran sastra tidak hanya mengajarkan
teori-teori saja. Selain teori-teori sastra yang diajarkan, seorang guru harus
mengenalkan karya sastra dan menerapkan teori-teori tersebut untuk
mengapresiasi karya sastra. Dengan mengapresiasi karya sastra, dapat
melatih siswa mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal serta
kepekaan terhadap masyarakat, budaya, agama, dan lingkungan hidup.
Pengalaman siswa dalam mengkaji dan mengapresiasi karya sastra akan
berdampak positif dan berpengaruh terhadap kepekaan, religi, dan nalar
siswa misalnya nilai-nilai positif dalam karya sastra seperti yang
dicontohkan dalam karya sastra (novel Ayah).
Bahan pembelajaran sastra yang guru ajarkan harus memperhatikan
latar belakang siswa. Seorang siswa akan tertarik dengan karya sastra yang
mengena pada kehidupan siswa, baik tokoh, alur, latar cerita, ataupun yang
lainnya. Novel Ayah karya Andrea Hirata tepat diajarkan pada siswa SMA
149
karena secara psikologis siswa sudah mampu meneladani nilai pendidikan
karakter dalam novel yang ceritanya berlatar mengutamakan pendidikan.
a. Standar Kompetensi
Standar kompetensi, mengikat guru dalam menyelenggarakan
kegiatan pembelajaran dan sekaligus sebagai kontrol kualitas
pendidikan nasional. Standar kompetensinya adalah (membaca)
memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan minimal pada tiap mata
pelajaran yang harus dicapai siswa. Kompetensi dasar pembelajaran
sastra penelitian ini adalah 7.2 menganalisis unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Ayah karya Andrea Hirata.
c. Indikator
Dalam pembelajaran novel indikator mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1) menceritakan isi novel Ayah karyaAndrea Hirata ;
2) menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karyaAndrea Hirata;
3) menjelaskan nilai pendidikan karakter dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata.
d. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pokok yang harus dicapai dalam pembelajaran novel
sebagai berikut:
1) siswa mampu menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata;
150
2) siswa mampu menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata;
3) siswa mampu menjelaskan pendidikan karakter dalam novel Ayah
karya Andrea Hirata.
e. Materi Pembelajaran Sastra
Materi dalam pembelajaran sastra mencakup sebagai berikut:
1) Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang melekat langsung pada
bagian pokok dari karya sastra. Unsur intrinsik yang penulis
analisis dalam novel Ayah karya Andrea Hiratameliputi tema,
tokoh dan penokohan, alur, latar, dan sudut pandang.
2) Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang secara tidak langsung
melekat dan membangun suatu karya sastra, terlepas dari yang
diceritakan. Unsur ekstrinsik meliputi: (a) latar belakang kehidupan
pengarang dan kondisi zaman saat karya sastra diciptakan; (b)
status sosial; (c) budaya; (d) agamadan lain-lain. Unsur ekstrinsik
yang menjadi materi dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, yakni
berkaitan dengan nilai pendidikan karakter di dalam kehidupan.
f. Metode Pembelajaran
Mengajarkan suatu karya sastra (novel) penulis harus memilih
metode pembelajaran yang tepat. Berdasarkan kebutuhan dan materi
pembelajaran sastra, metode pembelajaran sastra yang masih
151
menunjang untuk dipakai dalam pembelajaran sastra adalah metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, dan pemberian tugas.
g. Langkah-langkah Pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan penulis dalam
pembelajaran sastra mengenai nilai pendidikan karakter dalam novel
Ayah karya Andrea Hirata di SMA yaitu dengan model pembelajaran
group investigation. Model group investigation merupakan salah satu
bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
partisipasi dan aktivitas siswa mencari sendiri materi (informasi)
pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia,
misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan
topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini
menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model
group investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat
terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Peran guru dalam kelas yang melaksanakan model
pembelajaran group investigation guru bertindak sebagai nara sumber
dan fasilitator. Guru tersebut berkeliling di antara kelompok-
kelompok yang ada untuk melihat bahwa mereka bisa mengelola
tugasnya, dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam
152
interaksi kelompok, termasuk masalah dalam kinerja terhadap tugas-
tugas khusus yang berkaitan dengan proyek pembelajaran.
Dalam metode group investigation terdapat tiga konsep utama,
yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowledge dan
dinamika kelompok atau dynamic of the learning group. Penelitian di
sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap
masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah
pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukkan
suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang
melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar
pengalaman melalui proses saling beragumentasi.
Dalam pembelajaran sastra mengenai nilai pendidikan karakter
novel Ayah karya Andrea Hirata dengan menggunakan model
pembelajaran group investigation langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1) guru menetapkan jumlah anggota klompok ang setiap kelompok
terdiri dari 5-6 siswa yang dibagi berdasarkan urutan absen atau
presensi, menentukan sumber data yang berupa novel Ayah karya
Andrea Hirata, memilih topik berupa unsur intrinsi novel, dan nilai
pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata, lalu merumuskan permasalahan;
153
2) guru menyampaikan materi berupa unsur intrinsik dan nilai
pendidikan karakter yang akan dipelajari, menetapkan novel Ayah
karya Andrea Hirata untuk dibaca setiap siswa dalam kelompok
yang bertujuan agar siswa dapat memahami unsur intrinsik dan
nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel tersebut,
dan guru juga memberikan satu contoh mengenai nilai pendidikan
karakter yang ada pada novel tersebut;
3) siswa dalam tiap kelompok saling tukar informasi dan ide,
berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, menganalisis
data, membuat inferensi mengenai unsur intrinsik dan nilai
pendidikan karakter pada novel Ayah karya Andrea Hirata;
4) setiap anggota kelompok menulis laporan, menyiapkan
kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya;
5) salah satu kelompok menyajikan hasil analisis novel, kelompok
lain mengamati, mengevaluasi, mengklarifikasi, mengajukan
pertanyaan atau tanggapan;
6) masing-masing siswa dalam kelompok melakukan koreksi terhadap
laporan masing-masing berdasarkan hasil diskusi kelas, siswa dan
guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan,
melakukan penilaian hasil belajar yang difokuskan pada
pencapaian pemahaman.
154
Kelebihan pembelajaran model group investigation meliputi:
1. untuk meningkatkan kemampuan kreatifitas siswa yang
ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu
kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit
mendukung kreatifitas.
2. untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam
memecahkan suatu masalah.
3. membangun keterampilan komunikasi antarkelompok.
4. setiap siswa dapat saling memberi kontribusi berdasarkan
pengalaman sehari-hari.
5. siswa dapat berpikir kritis.
6. kuis yang diberikan kepada setiap anggota kelompok akan
menjadi faktor pendorong siswa untuk mempelajari materi.
Selain kelebihan di atas, model pembelajaran group
investigation juga mempunyai kelemahan yaitu, model pempelajaran
group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks
dan sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Kemudian pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.
Sistematika pembelajaran nilai pendidikan karakter pada novel
Ayah karya Andrea Hirata dapat dilakukan dengan urutan di bawah ini.
1) Pertemuan Pertama (2x45)
a. Pendahuluan
155
1. Guru mengawali pelajaran dengan mengucapakan salam
dan memimpin doa.
2) Guru mengkondisikan kelas, mengabsen, dan
mengkondisikan kesiapan siswa mengikuti proses
pembelajaran.
3) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator
pencapaian yang harus dikuasai siswa setelah pembelajaran
berakhir.
4) Guru bertanya kepada siswa mengenai kehidupan sehari-
hari yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas
dengan tujuan untuk memotivasi dan menciptakan empati
siswa terhadap materi yang akan dibahas.
f. Kegiatan Inti
1) Eksplorasi
(a) Guru membagi siswa ke dalam kelompok, setiap
kelompok terdiri dari 5-6 siswa.
(b) Guru menentukan sumber data yaitu brupa novel Ayah
karya Andrea Hirata.
(c) Guru menetapkan materi berupa unsur intrinsik dan
nilai pendidikan karakter yang akan dipelajari,
menetapkan novel Ayah karya Andrea Hirata untuk
dibaca setiap kelompok dengan tujuan agar siswa dapat
156
memahami unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter
yang terkandung dalam novel tersebut.
2) Elaborasi
a) Siswa dalam tiap kelompok saling tukar informasi dan
ide, berdiskusi, klarifikasi, mengumpulkan informasi, dan
menganalisis data, serta membuat informasi mngenai
unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter pada novel
Ayah karya Andrea Hirata.
b) Dalam menganalisis data dan membuat informai tiap
kelompok harus membaca keseluruhan novel. Untuk
membaca novel memerlukan waktu ynag cukup lama,
oleh karena itu guru mengajak siswa melanjutkan
membaca novel Ayah karya Andrea Hirata di luar jam
sekolah.
3) Konfirmasi
a) Tiap kelompok diberi tugas yang dikerjakan di rumah
yaitu membaca dan menganalisis unsur intrinsik dan
nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel
Ayah karya Andrea Hirata.
b) Guru meminta hasil diskusi tiap kelompok dikerjakan
dalam bentuk laporan untuk dipresentasikan pada
pertemuan berikutnya.
157
g. Penutup
1) Guru dan siswa melaksanakan refleksi (reflikasi) terhadap
proses pembelajaran yaitu mengenai kesulitan siswa dalam
memahami unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter
yang terkandung dalam novel.
2) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan mengingatkan siswa untuk tidak lupa
mengerjakan tugasnya.
2) Pertemuan Kedua (2x45 menit)
a) Pendahuluan
(1) Guru mengawali pelajaran dengan mengucapkan salam dan
memimpin doa.
(2) Guru mengkondisikan kelas, mengabsen, dan
mengkondisikan kesiapan siswa mengikuti pelajaran.
(3) Guru memotifasi siswa dengan mengarahkan pada situasi
pembelajaran.
b) Kegiatan inti
(1) Eksplorasi
a. Guru menanyakan tentang tugas yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya.
b. Guru mengulang sedikit materi.
158
c. Setiap kelompok mengumpulkan laporannya dan
menyipakan kelompoknya untuk mempresentasikan
hasil diskusinya.
(2) Elaborasi
a. Salah satu kelompok menyajikan hasil análisis novel di
depan kelas.
b. Kelompok lain mengamati, mengevaluasi,
mengklarifikasi, dan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan.
(3) Konfirmasi
a. Masing-masing siswa dalam kelompok melakukan
koreksi terhadap laporan masing-masing berdasarkan
hasil diskusi kelas.
b. Siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasi pembelajaran
yang dilakukan, melakukan penilaian hasil belajar yang
difokuskan pada pencapaian pemahaman.
c) Penutup
(1) Guru dan siswa melaksanakan refleksi (reflikasi) terhadap
proses pembelajaran yaitu mengenai kesulitan siswa dalam
memahami unsur intrinsik dan nilai pendidikan karakter
yang terkandung dalam novel.
(2) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
(3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucapkan salam.
159
h. Sumber Belajar
Sumber belajar yang dipakai adalah hasil karya sastra, pribadi
guru, dan buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil karya
sastra misalnya penggalan novel, siswa dapat secara langsung
mengkaji novel secara keseluruhan, baik unsur intrinsik maupun
ekstrinsiknya. Adapun novel yang dianalisis, yakni novelAyah karya
Andrea Hirata yang diterbitkan oleh PT Bentang Pustaka, SIA XV,
Sleman, Yogyakarta-55284 cetakan Agustus 2015, Jumlah Halaman
412.
Sumber belajar atau media dalam pembelajaran sastra
khususnya novel Ayah karya Andrea Hirata diantaranya, yakni buku-
buku referensi berupa: (a) buku paket Erlangga pelajaran bahasa
Indonesia yang diwajibkan; (b) buku pelengkap, artinya buku yang
menunjang (buku acuan) bahan ajar atau materi pelajaran selain buku
wajib atau buku utama. Dapat juga berupa media cetak (surat kabar
dan majalah). Media cetak sebagai sumber belajar harus
mempertimbangkan segi bahasa, estetika, psikologi, materi dan tujuan
belajar. Misalnya cerpen, dan puisi yang ada di surat kabar.
i. Alokasi Waktu
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran dapat diatur sesuai
dengan keleluasan dan kedalam materi. Sesuai silabus, pembelajaran
sastra dalam satu Minggunya ada dua kali pertemuan dengan sekali
pertemuan waktunya 2 jam (2 x 45 menit).
160
j. Evaluasi
Penilaian proses dan hasil sastra di SMA dapat berlangsung
lewat kegiatan, baik lisan maupun tertulis. Evaluasi yang digunakan
dalam pembelajaran novel Ayah secara tertulis menggunakan tes esai.
Evaluasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
keseluruhan proses belajar mengajar. Evaluasi dimaksudkan untuk
mengukur tingkat kemampuan siswa dalam memahami dan mendalami
materi yang dijelaskan penulis. Pembelajaran novel Ayah
menggunakan bentuk tes esai. Tes esai adalah sejenis tes kemajuan
belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau
uraian kata-kata. Bentuk esai ini menuntut peserta didik untuk dapat
berpikir sehingga daya kreativitas yang dimiliki peserta didik menjadi
tinggi.
Soal bentuk tes esai :
1) Jelaskan tema dalam novel Ayah karyaAndrea Hirata?
2) Jelaskan hubungan antara manusia dengan Tuhannya pada
novel Ayah karyaAndrea Hirata?
Skor Penilaian
a. Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1.
2.
Jelaskan pengertian novel?
Sebutkan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik?
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap = 20
161
Jawaban kurang lengkap = 10
Tidak ada jawaban = 0
b. Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1. Mengidentifikasi unsur intrinsik
dan unsur ekstrinsik.
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
c. Penilaian Afektif
No. Nama
Siswa
Indikator sikap
Ketekunan Kerajinan Disiplin Kerjasama Tanggung
jawab
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
162
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban singkat atas
masalah yang diteliti, sedangkan saran berisi masukan penulis yang berkaitan
dengan hasil penelitian.
A. Simpulan
Simpulan dalam penelitian ini mengacu pada rumusan masalah dan
hasil pembahasan data. Berdasarkan pembahasan yang terdapat pada Nilai
Pendidikan Karakter Novel Ayah Karya Andrea Hirata dan Skenario
Pembelajarannya di SMA, penulis mengambil simpulan berikut ini.
1. Unsur intrinsik novel Ayah Karya Andrea Hirata mencakup lima aspek,
yaitu: (a) tema novel Ayah adalah kasih sayang dan cinta seorang ayah
terhadap anak, (b) tokoh utama novel ini adalah Sabari, Amiru (Zorro),
Ukun, Tamat, dan Toharun, (c) berdasarkan kriteria urutan waktu, novel
Ayah mengalami alur campuran, (d) unsur latar dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu: latar tempat: Beranda Rumah, Markas Pertemuan Buruh, Rumah
Amirza, KampungNira, Warung Kopi, Kampung Belantik, Kios
Elektronik, Sekolah, Pusat Kota, Stasiun Radio, Tanjung Pandan, Kantor
Gadai, Pantai Barat, Ruang Sidang, dan Dermaga; latar waktu: pagi, siang,
sore, malam, senin, dan februari; latar sosial: kehidupan penduduk Nira,
kepercayaan kampong Belantik, tingkah anak SMA, kebiasaan orang yang
menghadiri persidangan, dan kekaguman sang juru antar terhadap sosok
163
Sabari, dan (e) sudut pandang dalam novel Ayah, pengarang menggunakan
pusat pengisahan persona ketiga serba tahu.
2. Nilai pendidikan karakter novel Ayah Karya Andrea Hirata meliputi nilai
religius, jujur, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,
cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif senang bersahabat atau
proaktif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial dan tanggungjawab.
3. Skenario pembelajaran novel Ayah Karya Andrea Hirata cocok untuk
diajarkan di SMA. Novel Ayah dapat dijadikan sebagai penunjang dalam
pembelajaran novel khususnya penanaman nilai-nilai pendidikan karakter.
Pemilihan bahan pembelajaran juga harus diperhatikan oleh seorang guru
baik dari sudut bahasa, latar belakang budaya, dan psikologi. Metode yang
digunakan adalah ceramah, tanyajawab, diskusi, dan pemberian tugas.
Skenario pembelajaran sastra di SMA terdapat dalam standar kompetensi
dan kompetensi dasar. standar kompetensinya adalah memahami berbagai
hikayat, novel terjemahan. Kompetensi dasarnya adalah menganalisis unsur-
unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan. Langkah-
langkah pembelajaran nilai pendidikan karakter pada novel Ayah Karya
Andrea Hirata berfokus pada aspek membaca. Sumber belajar yang dipakai
adalah hasil karya sastra, dan buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
di SMA. Evaluasi diberikan dalam bentuk aspek kognitif, psikomotorik, dan
afektif.
164
B. Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, dapat penulis ajukan saran-saran
kepada: guru, siswa, dan pembaca.
1. Bagi guru
Melalui pembelajaran sastra di SMA, sebaiknya guru tidak hanya
memberikan pengetahuan tentang sastra, tetapi juga harus memasukan nilai-
nilai pendidikan karakter yang terdapat di dalamnya, sehingga siswa dapat
memahami dengan baik dengan harapan siswa dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Guru juga harus menyediakan fasilitas berupa karya
sastra seperti novel atau lainnya di perpustakan sekolah, sehingga siswa
termotifasi dan dapat dengan mudah untuk membacanya.
2. Bagi siswa
Siswa hendaknya lebih giat lagi dalam membaca karya sastra
khususnya novel. Selain novel Ayah karya Andrea Hirata, banyak novel-
novel yang mengandung nilai karakter seperti: Laskar Pelangi, Sang
Pemimpi., Surat Kecil untuk Tuhan, dan Anak Negeri. Dengan membaca,
siswa dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan ilmu yang dapat
dimanfaatkan kelak.
3. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah memahami
novel Ayah karya Andrea Hirata. Selain itu, pembaca juga dapat
menggunakan penelitian ini sebagai acuan dalam menganalisis karya sastra
165
serta dapat mengambil ilmu dan manfaatnya yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi karya Sastra; Bandung. Sinar baru
Algesindo.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Baribin, Raminah. 1985.Teori Apresiasi Prosa Fiksi. Semarang: IKIP Negeri
Semarang.
Djamarah. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Handayani, Feri Dwi. 2013. “Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Surat Kecil
untuk Tuhan Karya Agnes Davonar dan Skenario Pembelajarannya di
kelas XI SMA.” Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Hirata, Andrea. 2015. Ayah. Yogyakara: PT Bentang Pustaka.
Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Koesoema, Doni A.2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh.
Yogyakarta: Kanisius.
Kurniawan, Syamsul. 2013. Pendidikan Krakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moleong, Lexy. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muslich, Masnur.2014. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurhayati. 2012. Pengkajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Surakarta: Cakrawala
Media.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
----. 2005. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang.
Samani, Muchlas, Hariyanto. 2013. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sisdiknas. 2014. Undang-Undang R.I. Nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan
Pemerintah R.I. Tahun 2013 Tentang Estándar Nasional Pendidikan.
Bandung: Citra Umbara.
Subroto. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta:
Sebelas Maret University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
----. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
DharmaUniversity Press.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharso.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux.Semarang: CV. Widya
Karya.
Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Efektif. Purworejo: Putra
Offset Purwokerto.
Sukirno. 2013. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tri Asih. 2013. “Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Kau, Aku, dan Sepucuk
Angpau Merah Karya Tere Liye dan Relevansinya sebagai Bahan
Pembelajaran Sastra di kelas XI SMA.” Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Purworejo.
Widayat, Afendy. 2011. Teori Sastra Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Welek, Rene dan Werren, Austin.1989. Teori Kesuastraan. Jakarta: Gramedia.
http://seciritsastra.blogspot.co.id/2015/06/ulasan-buku-ayah-karya-andrea-
hirata.htm
LAMPIRAN
Lampiran 1
SIPNOSIS NOVEL
Ayah Karya Andrea Hirata
Novel ini bercerita tentang empat sahabat bernama Sabari, Ukun, Tamat, dan
Toharun. Keempatnya bersekolah di sekolah yang sama. Masing-masing dari
keempat sahabat tadi mempunyai karakter yang unik sehingga menjadikan mereka
semakin akrab dan seperti keluarga. Tak jarang mereka juga begitu polos dan naïf
namun terkadang bisa cerdas. Seperti halnya dalam masalah pelajaran, Tamat dan
Ukun selalu bersaing untuk menghindari rangking terbawah, sementara Sabari
melenggang mulus diperingkat atas. Dalam hal cinta, Tamat dan Ukun mempunyai
selera yang sama. Sudah banyak gadis disukainya dan hanya sebatas menyukainya,
sedangkan Sabari tidak pernah sekalipun ingin tahu apa itu cinta. Dia selalu
menganggap orang yang jatuh cinta itu sudah gila.
Keadaan berkata lain, Sabari mulai merasakan cinta kepada gadis cantik
bernama Marlena yang ia jumpai pada saat ujian seleksi masuk sekolah SMA. Walau
gadis itu tak pernah mempedulikannya, Sabari tak pernah menyerah. Perjuangan
Sabaripun menginspirasi Izmi teman sekolahnya. Dia terinspirasi dengan semangat
yang tidak kenal lelah. Walau sudah puluhan kali cintanya ditolak Lena, namun
Sabari terus mengejar dan mengungkapkan cintanya di manapun dia berada. Izmi
mencoba berjuang seperti Sabari, namun dia berjuang untuk bisa naik kelas dan
rapor-nya tidak ada nilai yang berwarna merah.
Perjuangan untuk mengejar cinta sejatinya tidak pernah sedikitpun goyah.
Walau dia tahu semakin dia mencintai, selama itu juga dia akan tersakiti. Ketika
sudah dewasa pun, Sabari tetap tak bisa melupakan Lena.
Suatu hari, ia mendengar kabar bahwa Lena hamil di luar nikah. Saat itu
Sabari bekerja di pabrik batako milik Markoni, ayah Lena. Sabari pun bersedia
menikahi Lena. Perjuangan Sabari untuk mendapatkan Marlena akhirnya terbayar
sudah. Anak laki-laki kemudian lahir dari rahim Lena yang kemudian diberi nama
Zorro oleh Sabari. Pasalnya, bocah itu ketika diberi boneka Zorro tak mau
melepasnya. Sabari sangat menyayangi Zorro. Dia ingin memeluknya sepanjang
waktu, terpesona melihat makhluk kecil yang sangat indah. Tiap malam, Sabari susah
tidur lantaran membayangkan bermacam rencana yang akan dia
lakukan bersama anaknya jika besar nanti.
Beberapa permasalahanpun muncul, awalnya Lena tak mau tinggal bersama
mereka. Tidak berhenti di disitu, Lena kemudian kabur dari rumah. Sabari mengasuh
anak dari kecil hingga berumur hampir tiga tahun sendiri. Beberapa tahun kemudian
Lena malah minta cerai dan menikah lagi hingga tiga kali, bahkan akhirnya
mengambil Zorro dari Sabari. Pelan-pelan, Sabari mulai tampak seperti orang gila
dalam penampilan dan tingkah laku. Dua sahabatnya, Ukun dan Tamat, lama-lama
tak tahan melihat Sabari seperti itu, sehingga akhirnya mereka memutuskan
menjelajahi Sumatra demi menemukan Lena dan Zorro dan membawa mereka
kembali. Harapan mereka adalah ingin sahabatnya kembali seperti waktu masih muda
dan kembali ceria seperti dulu lagi.
Lampiran 2
BIOGRAFI PENGARANG
Andrea Hirata Seman Said Harun, lahir pada tanggal 24 Oktober 1982 adalah
seorang penulis Indonesia yang berasal dari pulau Belitong, propinsi Bangka
Belitung. Novel pertamanya adalah novel Laskar Pelangi yang merupakan buku
pertama dari tetralogi novelnya, yaitu: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, dan Edensor.
Laskar Pelangi termasuk novel yang ada di jajaran best seller untuk tahun 2006 -
2007. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat
menggemari sains--fisika, kimia, biologi, astronomi dan tentu saja sastra. Andrea
lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker.
Andrea berpendidikan ekonomi di Universitas Indonesia, mendapatkan
beasiswa Uni Eropa untuk studi master of science di Universite de Paris, Sorbonne,
Perancis dan Sheffield Hallam University, United Kingdom. Tesis Andrea di bidang
ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari kedua universitas tersebut dan ia
lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia dan merupakan
buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku
itu telah beredar sebagai referensi Ilmiah. Beberapa prestasi atau penghargaan yang
telah diraih oleh Andrea Hirata, yaitu Pemenang Buch Awards Jerman 2013,
Pemenang Festival Buku New York 2013 (general fiction category), dan Honorary
Doctor of Letters (Hon DLitt) dari Universitas Warwick 2015.
Lampiran 3
DAFTAR TABEL
a. Daftar Tabel Unsur Intrinsik Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No. Unsur Pembentuk Karya
sastra Halaman Buku
1. Tema
a. Masalah Rumah tangga 2
b. Masalah Percintaan 3, 43
c. Masalah Ekonomi 53
d. Masalah Mengasuh
Anak
184, 185, 187
e. Masalah Perceraian 206, 211, 212
f. Masalah Kehilangan
Anak
219, 228, 229
g. Masalah Kejiwaan 284, 299
h. Masalah Perjuangan
untuk Anak
357, 373
i. Masalah Hukum Karma 16, 27, 235
2. Tokoh dan Penokohan 5, 11,14, 17, 27, 60, 86, 149, 235,
258, 285, 295, 346, 355, 357, 373
3. Alur
a. Tahap Penyituasian 1, 2, 3
b. Tahap Pemunculan
Konflik
170, 182
c. Tahap Peningkatan
Konflik
121, 228, 229
d. Tahap Klimaks 284, 299
e. Tahap Penyelesaian 299, 346, 381
4. Latar
a. Latar Tempat 1, 11, 15, 23, 30, 46, 52, 54, 70,
91, 97, 107, 112, 131, 187, 210,
381
b. Latar Waktu 32, 46, 53, 66, 75, 86, 187
c. Latar Sosial 7, 80,137, 141, 209, 257, 277
5. Sudut Pandang 41, 373
DAFTAR TABEL
b. Daftar Tabel Nilai Pendidikan Karakter Novel Ayah Karya Andrea Hirata
No. Nilai Karakter Halaman Buku
1 Religius 33, 48, 89, 117, 129, 141, 168, 183,
227, 305
2 Jujur 131, 156, 164, 258, 371
3 Kerja Keras 15, 33, 105, 133, 117, 129, 130, 320,
373
4 Kreatif 21, 154,187, 224
5 Mandiri 131, 155, 178, 187, 277
6 Demokratis 319, 362
7 Rasa Ingin Tahu 15, 47, 52, 295, 297
8 Cinta Tanah Air 296
9 Menghargai Prestasi 11, 376
10 Komunikatif, Senang
Bersahabat atau Proaktif
23, 55, 95, 208, 242, 308, 322, 377,
393
11 Cinta Damai 54, 80, 149, 292
12 Gemar Membaca 191,276
13 Peduli Sosial 21, 95, 154, 174, 215, 258, 280, 295,
330, 377
14 Tanggung Jawab 269, 272, 164
SILABUS
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Program : XI
Semester : 1
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia / novel terjemahan
Kompetensi
Dasar
Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian
Alokasi
Waktu
Sumber/
bahan
7.2 Menganalisis
unsur-unsur
intrinsik dan
ekstrinsik
novel
Indonesia.
Novel Indonesia
dan novel
terjemahan.
Unsur-unsur
intrinsik (alur,
tema,
penokohan,
sudut pandang,
latar, dan
amanat).
Unsur ekstrinsik
(nilai religius)
Membaca novel
Indonesia dan
terjemahan.
Menganalisis unsur-
unsur ekstrinsik dan
intrinsik (alur, tema,
penokohan, sudut
pandang, latar, dan
amanat) novel
Indonesia dan
terjemahan.
Membandingkan unsur
ekstrinsik dan intrinsik
novel Indonesia dengan
novel terjemahan.
Menganalisis unsur-
unsur ekstrinsik (nilai
pendidikan karakter) dan
intrinsik novel Indonesia
(tema, tokoh, dan
penokohan, alur, latar,
dan amanat)
Menganalisis unsur-
unsur ekstrinsik dan
intrinsik novel
terjemahan.
Membandingkan unsur
ekstrinsik dan intrinsik
novel Indonesia dan
novel terjemahan.
Jenis tagihan
- Tugas individu
- Tugas kelompok
- Ulangan
Bentuk intrumen
- Uraian bebas
- Pilihan ganda
- Jawaban singkat
Jenis tagihan
- Tugas kelompok
- Ulangan
Bentuk instrumen
- Uraian bebas
- Pilihan ganda
- Jawaban singkat
4 NovelAyah
karya Andrea
Hirata
Purworejo, Juli 2016
Mengetahui/Menyetujui,
Kepala Sekolah
NIP. -
Guru Mata Pelajaran
Nurkholis
NIM. 1122110046
Lam
piran
4
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Identitas
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XI / I
Pertemuan ke- : 1-2
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
Standar Kompetensi : Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel
terjemahan.
B. Standar Kompetensi
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan.
C. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/novel
terjemahan.
D. Indikator
1) Siswa mampu menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata.
2) Siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
3) Siswa dapat menjelaskan nilai pendidikan karakter novelAyah karya Andrea
Hirata.
E. Tujuan Pembelajaran
1) Siswa mampu menceritakan isi novel Ayah karya Andrea Hirata.
2) Siswa dapat menjelaskan unsur intrinsik dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata.
3) Siswa dapat menjelaskan nilai pendidikan karakter dalam novel Ayah karya
Andrea Hirata.
F. Materi Pembelajaran
1) Pengertian novel adalah karangan prosa yang panjang yang mengandung
rangkaian cerita yang melukiskan kehidupan para tokoh secara imajinatif
berdasarkan desakan-desakan emosional atau rasional dalam masyarakat.
2) Unsur intrinsik adalah unsur yang melekat langsung pada bagian pokok dari
karya sastra. Unsur intrinsik yang penulis analisis dalam novel Ayah karya
Andrea Hiratameliputi tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat.
3) Unsur Ekstrinsik yang menjadi materi dalam novel Ayah karya Andrea
Hirata, yaitu berkaitan dengan nilai pendidikan karakter di dalam kehidupan.
G. Metode Pembelajaran
Kegiatan awal : ceramah, diskusi, dan tanya jawab
Kegiatan akhir : pemberian tugas
Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran kooperatif
Group Investigation.
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan I
1. Kegiatan Awal
a) Guru memberikan salam dan melakukan absensi pada siswa.
b) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
c) Guru bertanya kepada siswa mengenai unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik yang terdapat dalam novel.
d) Guru menjelaskan novel Ayah karya Andrea Hirata pada siswa mengenai
unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan
amanat) dan unsur-unsur ekstrinsik (pendidikan karakter).
2. Kegiatan Inti
a) Siswa diminta membuat kelompok masing-masing kelompok terdiri dari
5 orang.
b) Guru membagikan naskah novel dengan materi yang berbeda-beda pada
setiap kelompok.
c) Siswa diminta menemukan unsur-unsur intrinsik (tema, tokoh dan
penokohan, alur, latar, dan amanat) dan ekstrinsik (nilai pendidikan
karakter) yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
3. Kegiatan Akhir (Penutup)
a) Siswa diminta untuk melanjutkan pekerjaannya di luar jam pelajaran.
b) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam dan
berdoa.
Pertemuan II
1. Kegiatan Awal
a) Guru mengawali kegiatan pembelajaran dengan mengucap salam dan
melakukan absensi.
b) Guru sedikit mengulas kembali materi yang sudah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya dan guru bertanya kepada siswa kesulitan apa saja
yang ditemukan siswa saat mengerjakan tugas tersebut.
2. Kegiatan Inti
a) Beberapa siswa diminta menyebutkan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik
novel yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
b) Guru bersama siswa berdiskusi membahas unsur intrinsik (tema, tokoh
dan penokohan, alur, latar, dan amanat) dan ekstrinsik (nilai pendidikan
karakter) yang terdapat dalam novel Ayah karya Andrea Hirata.
3. Kegiatan Akhir (Penutup)
a) Refleksi.
b) Guru menyimpulkan materi pembelajaran unsur-unsur intrinsik dan
ekstrinsik yang telah dibahas.
I. Sumber Belajar
1. Buku wajib Kompeten Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas XI
2. LKS bahasa Indonesia.
3. Novel Ayah karya Andrea Hirata
J. Evaluasi
1. Evaluasi proses
Bacalah novel Ayah karya Andrea Hirata
2. Evaluasi hasil
a. Jelaskan tema dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
b. Bagaimanakah karakter jujur yang ditunjukkan Elang yang terdapat
dalam novel Ayah karya Andrea Hirata?
Skor Penilaian
a. Penilaian Kognitif
No. Aspek yang dinilai Skor
1.
2.
Jelaskan pengertian novel?
Sebutkan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik?
Kriteria Skor:
Setiap jawaban lengkap (5 unsur atau lebih) = 20
Jawaban kurang lengkap = 10
Tidak ada jawaban = 0
b. Penilaian Psikomotorik
No. Aspek yang dinilai Skor
1.
Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik?
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
c. Penilaian Afektif
No Nama
Siswa
Indikator proses
Ketekunan Kerajinan Disiplin Kerjasama Tanggung
jawab
Kriteria Skor:
Sangat baik = 4
Baik = 3
Cukup = 2
Kurang = 1
Purworejo, Juli 2016
Mengetahui/Menyetujui,
Kepala Sekolah
NIP. -
Guru Mata Pelajaran
Nurkholis
NIM. 112110046
Lampiran 6
KARTU PENCATAT DATA
Unsur Intrinsik Novel Ayah karyaAndrea Hirata.
TEMA
No. Data Kutipan Novel Halaman
1. Masalah-masalah pembentuk tema
2
a. Masalah Rumah tangga
“Kucing yang telah berjanji pada dirinya, untuk ikut Sabari
sampai ajal menjemput, juga merana. Biduk rumah
tangganya, persis rumah tangga Sabari, telah karam. ”
“Bentuk rumah Sabari pun macam orang kesepian,
bongkok, mau tumpah, kurang percaya diri. Sebatang
pohon delima di pojok kanan pekarangan ikut-ikutan
kesepian. Mereka, termasuk pohon delima itu, rindu
kepada Marlena, Marleni, dan terutama Zorro.”
b. Masalah Percintaan
“Marlena, oh, Marlena, perempuan yang telah membuat
Sabari senewen karena kasmaran. Cinta pertamanya,
belahan jiwanya, segala-galanya. Sayang seribu sayang,
tak sedikitpun Lena mengacuhkannya. Gambar-gambar
hitam putih, karena sudahlama tentu saja, silih berganti
melayang dalam kepala laki-laki lugu yang melankolis itu
gambar waktu Sabari mengambil saputangan Lena yang
jatuh di lapangan upacara.”
“Malangnya, seluruh prestasi Sabari yang fenomenal itu
membuat Lena malah semakin brutal menolaknya. Jika
dulu dia sekadar tidak membalas surat Sabari, sekarang
surat-surat itu dirobeknya kecil-kecil lalu dihamburkan di
tempat parkir,”
3
43
c. Masalah Ekonomi
“Istrinya dirawat di rumah sakit di kabupaten. Besar biaya
yang jauh dari kemampuan Amirza. Dengan panik
menjual apa pun yang bisa dijual termasuk sebidang
tanah. Hasil penjualan itu dengan cepat habis. Dia masih
perlu sedikit uang dan sedapat-dapatnya tak mau
berhutang. Amirza habis akal, tetapi kemudian dia teringat
Syarif Miskin pernah mengatakan bahwa radio Philip itu
tergolong barang antik yang langka, harganya mahal.
Dengan berat hati Amirza membungkus radio itu dengan
taplak meja sekalian dan terpogoh-pogoh ke ibu kota
kabupaten untuk menggadaikannya.”
53
d. Masalah Mengasuh Anak
“Sabari adalah ayah sekaligus ibu bagi Zorro, full time. Dia
menyuapi Zorro dan meminuminya susu. Dia terjaga
sepanjang malam jika anak itu sakit. Dia telah mengalami
saat-saat panik waktu sikecil demam. Dia membawanya
ke puskesmas seperti layaknya dilakukan seorang ibu.”
“Sebagai mertua Sabari sekaligus kakek dari anak kecil itu,
tersentuh dia membaca bahwa Sabari mengundurkan diri
dari pekerjaan karena harus mengurus anaknya, dan
betapa dia merasa dirinya diberkahi karena mendapat
kesempatan itu.”
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di
pabrik Markoni, membuka warung sembako di rumahnya.
Pekerjaan di warung dan memelihara kambing
memungkinkannya untuk selalu berada dekat Zorro.
Semuanya sangat menyenangkan, apalagi sejak ada Zorro,
keajaiban terjadi setiap hari di rumah Sabari.”
184
185
187
e. Masalah Perceraian
“Baca ini, surat panggilan pihak-pihak yang berperkara,
dalam kurung, relaas 4352, garis miring, pdgt setrip rhsjy
setrip hdgu, garis miring BLTG, telah memanggil Marlena
binti Markoni dan Sabari bin Insyafi.”
“Jadi?”
“Kau kena gugat!” Tamat gemas.
“Gugat cerai!”
Mulut Sabari ternganga.
“Siapa yang menggugat cerai?”
“Ajudan bypati. Ya, Lena!” Ukun pun tak sabar.
“Tidak mungkin!”
“Mengapa tak mungkin?”
Sabari mengalihkan pandangan ke padang ilalang.
“itu tak mungkin,” kata Sabari pelan. Matanya
berkaca-kaca.
Ukun dan Tamat tahu Sabari tak sanggup menerima
kenyataan. Oleh karena itu, dia tak mau memahami
maksud surat itu.”
“Sabari menatap Yang Mulia. Sebenarnya, ingin sekali dia
mengatakan bahwa silakan majelis memutuskan apa saja
asal tidak memutuskan hubungannya dengan Zorro.
Namun, dilihatnya Marlena memelotot kearahnya,
matanya besar macam buah mentega, mulutnya siap
menyemburkan api. Sabari tak dapat berkata-kata.”
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan buku nikah Lena. Yang Mulia mengetuk
palu. Majelis menutup sidang.”
206
211
212
f. Masalah Kehilangan Anak
“Di depan Ukun dan Tamat, Sabari mempertahankan
posisinya dengan dalih bahwa tak ada orang yang lebih
dekat dan lebih sayang di dunia ini kepada Zorro selain
dirinya.
“Setuju,” kata Tamat dengan tenang.
Bahwa Zorro sudah ada dengannya sejak
masihmerah.
“Setuju.”
219
“Bilang sama Lena, Kun,” pesan lelaki lugu itu.”
“Lena meraih Zorro, langsung menggendongnya dan
bergegas pergi. Zorro meronta. Sabari mendekat, dua pria
tadi menghalanginya. Lena bergegas pergi. Zorro
memberontak dan memanggil-manggil, Aya! Aya!
Tangannya menggapai-gapai.”
“Lama dia berdiri memandangi persimpangan jalan di ujung
sana, tempat dia terakhir melihat Zorro. Sendi-sendi
tubuhnya lumpuh. Dia bahkan tak mampu memegang tali
balon gas. Balon-balon itu terlepas, terbang meyedihkan
ke angkasa.”
228
229
g. Masalah Kejiwaan
“Dari sore sampai malam, Sabari adalah satu-satunya
manusia di platform pasar ikan. Dia berjalan melalui
relung-relung gang pasar yang sepi sampai sambil
menggendong Abu Meong dan memanggil-manggil
Marleni. Kerap pula memanggil Marlena dan Zorro.
Langkahnya diikuti belasan kucing pasar. Jika ada
penertiban glandangan dan orang gila, kerap Sabari
dinaikan ke bak mobil pikap polisi pamong praja, tetapi
tak lama kemudian dia akan kembali lagi ke pasar ikan”
“Alangkah terkejutnya mereka melihat Sabari. Sepintas
mereka tak lagi mengenalinya. Badanya kurus
melengkung karena kurang makan. Rambutnya panjang
awut-awutan macam rambut Lenny Kravitz sebelum di-
rebonding tempo hari. Janggotnya panjang macam janggot
pertapa Kapuchin. Kumisnya simpang siur. Mukanya
kumal jarang dibasuh, sepasang mata yang liar melirik-
lirik dengan cepat. Tipikal pandangan mata orang sakit
ingatan.”
284
299
h. Masalah Perjuangan untuk Anak
“Mereka tertawa, lalu terurai-urai obrolan demi obrolan,
sampai pada soal lomba marathon.
“Aku ingin menjadi juara pertama, “Pak,” kata
Sabari dengan tenang, tetapi suaranya mengandung
tenaga dalam.
“Aku ingin mendapat piala, piala itu akan
357
kupersembahkan untuk anakku Zorro.”
Juru antar terharu. Dia tahu apa yang telah dialami Sabari.
Baginya, piala itu adalah persembahan yang indah dari
seorang ayah untuk anaknya.”
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki
Sabari melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah
tertinggal di aspal. Meski kakinya perih dan napasnya
tersengal-sengak, meski sampai finis malam nanti, Sabari
bertekad untuk terus berlari karena dia teringat akan
anaknya. Dia tak mau menyerah demi Zorro. Seorang
ayah, tak boleh menyerah demi anaknya, begitu kata hati
Sabari.”
373
i. Masalah Hukum Karma
“AYAH yang keras kepala, begitu semua anaknya
menganggap Markoni. Markoni sadar akan hal itu, tetapi
tak dapat mengubahnya. Sistem militan yang
diterapkannya di rumah adalah akibat dari penyesalan
paling besar dalam hidupnya, yang tak ada hari dilaluinya
tanpa menyesalinya, yaitu tidak sempat sekolah tinggi.”
“Markoni bertanya kepada istrinya, mengapa si bungsu
keras begitu. Istrinya berkata, lihatlah siapa yang bicara
itu. Berkali-kali sibungsu hampir tak naik kelas. kritis.
Yang membuat Markoni jengkel adalah kata guru-guru, si
bungsu itu sesungguhnya sangat pintar. Sekarang Markoni
dapat merasakan betapa pedih hati ayahnya dulu sebab dia
dulu juga sebenarnya murid yang pintar.”
“Merasa kena usir, Lena yang tak kalah keras kepala
dengan ayahnya tersinggung berat. Api dilawan api. Patah
arang dia dengan ayahnya.”
16
27
235
TOKOH DAN PENOKOHAN
No. Data Kutipan Novel Halaman
1. Tokoh dan Penokohan
11
149
373
1. Sabari
“Dalam waktu singkat, Sabari telah menjawab semua soal,
tetapi dia tak ingin mengecewakan pihak-pihak yang telah
memberinya nama Sabari, yakni ayahnya dan diaminkan
neneknya.”
“Adapun Sabari sendiri senang sentosa di pabrik batako
Markoni Dia bekerja sambil bersiul-siul bersisir setiap ada
kesempatan. Pekerjaan berat, ringan saja bagainya.
Sikapnya yang polos, periang, auranya yang sangat positif,
dan tingkahnya yang agak eksentrik, telah membawa
suasana baru di dalam pabrik sehingga dengan cepat dia
disenangi rekan-rekan sesama kuli. Kehadirannya
membuat pabrik percetakan batako meriah.”
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki
Sabari melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah
tertinggal di aspal. Meski kakinya perih dan napasnya
tersengal-sengak, meski sampai finis malam nanti, Sabari
bertekad untuk terus berlari karena dia teringat akan
anaknya. Dia tak mau menyerah demi Zorro. Seorang
ayah, tak boleh menyerah demi anaknya, begitu kata hati
Sabari.”
2. Ukun
“Jadi kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak
jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh
mulia!”
Bu norma senang bukan kepalang karena Ukun mau
belajar bahasa Indonesia. Bersemangat dia.”
“Tak lagi tampak lelaki linglung hilir mudik macam orang
hilang di pasar kawasan pasar ikan karena Sabari sudah
pulang, mencukur rambut, jenggot, dan kumisnya, mandi
dan menggosok gigi. Seperti Jhon Pijareli yang mrasa
terlahir kembali setelah kedatangan Tamat dan Ukun,
Sabari pun lahir kembali gara-gara surat Tamat.”
295
346
3. Tamat
“Jadi kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak
jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh
mulia!”
“Tak lagi tampak lelaki linglung hilir mudik macam orang
hilang di pasar kawasan pasar ikan karena Sabari sudah
pulang, mencukur rambut, jenggot, dan kumisnya, mandi
dan menggosok gigi. Seperti Jhon Pijareli yang merasa
terlahir kembali setelah kedatangan Tamat dan Ukun,
Sabari pun lahir kembali gara-gara surat Tamat.”
295
346
4. Toharon
“Jangan cemas. Aku akan melatihmu, Boi. Kau akan kubuat
tangguh macam pelari dari Kenya.”
Sabari senang bukan buatan karena menemukan pelatih.
Disalaminya Toharun kuat-kuat. Sejak itu tiap hari Sabari
kena gencet Toharun.”
345
5. Marlena
“Berkali-kali si bungsu hampir tak naik kelas. kritis. Yang
membuat Markoni sangat jengkel adalah kata guru-guru,
si bungsu itu sesungguhnya sangat pintar. Sekarang
Markoni dapat merasakan betapa pedih hati ayahnya dulu
sebab dia dulu juga sebenarnya murid yang pintar.”
“Merasa kena usir, Lena yang tak kalah keras kepala
dengan ayahnya tersinggung berat. Api dilawan api. Patah
arang dia dengan ayahnya.”
“Lena bukanlah tipe lampu hijau, lampu kuning, lampu
merah. Dia hanya akan memperingatkan sekali, setelah itu
tidak maaf, khatam, tamat, the and, finite, game over.”
27
235
266
6. Amiru (Zorro)
“Amiru kagum akan rasa sayang, kesabaran, dan
ketelatenan ayahnya merawat ibunya. Oleh karena itu, dia,
selaku anak tertua, juga selalu rajin merawat ibunya. Jika
keadaan mencemaskan, Amiru berbaring di samping
ibunya, diciuminya tangan ibunya sambil berdoa agar
ibunya lekas sembuh.”
“Otaknya berputar cepat dan sekonyong-konyong
semangatnya meletup. Dia seakan baru menemukan
resolusi hidupnya, yaitu dia ingin bekerja untuk mencari
uang. Uang yang didapatnya bukan hanya untuk menebus
radio ayahnya, melainkan juga agar ibunya mendapat
perawatan kesehatan yang lebih baik.”
“Jawaban Zorro membuat mereka tercengang. Kata Zorro
dia sengaja menurunkan nilainya sengaja tak menjawab
beberapa soal dalam ujian, sengaja membuat dirinya
kehabisan waktu dalam ujian karena kasihan kepada
Imelda yang sangat ingin menjadi juara pertama.”
14
86
258
7. Zuraida
“Pulang, mandi sana, cukur rambut, nonton layar tancap,
lihat pasar malam, goda-goda perempuan di pantai
Tanjung Pandan, macam orang laki lainnya, kembalikan
hidupmu! Jangan sinting begini.”
Sabari tak acuh.
“Ada lagi lomba marathon piala kemerdekaan. Ikut saja, Ri,
seperti dulu. Kau pelari hebat. Berlarilah kau pasti jadi
juara lagi.”
285
8. Izmi
“Pulang sekolah, sebagai mana, Izmi berangkat ke rumah
tauke, untuk mencuci dan menyetrika segunung pakaian.
Tak mudah mengurus pakaian tauke yang punya anak
lima beserta ibu-bapak dari suami dan istri. Sebelas orang
semuanya. Namun, tiba-tiba pekerjaan itu tak terasa
terlalu berat lagi bagi Izmi. Dirogohnya saku, diambilnya
kertas ulangan itu, diamatinya lagi, lalu dia bekerja
dengan gesit karena ingin cepat pulang, ingin segera
belajar.”
60
9. Markoni
“Ayah yang keras, begitu semua anak menganggap
Markoni. Markoni sadar akan hal itu, tetapi tak dapat
mengubahnya.”
“Berkali-kali si bungsu hampir tak naik kelas. kritis. Yang
membuat Markoni sangat jengkel adalah kata guru-guru,
si bungsu itu sesungguhnya sangat pintar. Sekarang
Markoni dapat merasakan betapa pedih hati ayahnya dulu
sebab dia dulu juga sebenarnya murid yang pintar.”
17
27
10. Amirza
“SEPANJANG pengetahuan Amiru, ayahnya, Amirza, tak
pernah ke warung kopi seperti kebanyakan lelaki di
kampong Nira.”
“Amiru kagum akan rasa sayang, kesabaran, dan
ketelatenan ayahnya merawat ibunya. Oleh karena itu, dia,
selaku anak tertua, juga selalu rajin merawat ibu.”
5
14
11. Ibu Norma
“Bu Norma terkenal galak, suka berterus terang, tetapi tulus
dan disenangi. Dia tidak menjelekkan atau memuji di
belakang. Karena itu dia dihormati.”
14
12. Juru Antar
“Juru antar terharu. Dia tahu apa yang telah dialami Sabari.
Baginya, piala itu adalah persembahan yang indah dari
seorang ayah untuk anaknya”
“Pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala kecil.
Piala itu dibelinya di pasar.”
“Terima kasih banyak, Pak,” Kata Sabari
“Hanya piala kecil, Bung, tapi bagiku Bung adalah
juara. Bung adalah ayah paling hebat yang pernah
kukenali dalam hidupku.”
357
377
ALUR
No. Data Kutipan Novel Halaman
1. a) Tahap penyituasian (situation)
“Meski tersembul di antara gumpalan awan April, purnama
kedua belas terang benderang. Begitu terang sehingga
Sabari yang duduk sendiri di beranda, sedih, kesepian, dan
merana, dapat melihat gurat nasib di telapak tangan
kirinya. Tangan kanannya erat menggenggam pensil.”
“Bentuk rumah Sabari pun macam orang kesepian,
bongkok, mau tumpah, kurang percaya diri. Sepasang
pohon delima di pojok kanan pekarangan ikut-ikutan
kesepian. Mereka, termasuk pohon delima itu, rindu
kepada Marlena, Marleni, dan terutama Zorro.”
“Kawan dekat Sabari, yakni Maulana Hasan Magribi lahir
saat azan Magrib biasa dipanggil Ukun dan Mustamat
Kalimat, biasa dipanggil Tamat, berkali-kali mengingatkan
Sabari bahwa dia bisa berakhir di Panti Rehabilitasi
Gangguan Jiwa Amanah di bawah pimpinan Dra. Ida
Nuraini, apabila kepalanya yang ditumbuhi rambut kriting
bergumpal-gumpal itu hanya dipenuhi bayangan Lena.”
1
2
3
b)Tahap pemunculan konflik (generating circumstances)
“Awan takjub melihat seorang laki-laki yang mencintai
seorang perempuan di seberang meja itu lebih dari apa pun
di dunia ini, sedangkan perempuan itu membenci laki-laki
itu, lebih dari apapun di dunia ini, dan mereka akan segera
menikah. Cinta sungguh, sungguh ajaib.”
“Sayangnya perasaan Lena berbeda dengan Sabari. Dia
segera kembali ke hobi lamanya. Mulanya dia pergi
sebentar, lalu pergi lama, lalu menginap, lalu tak pernah
pulang-pulang. Untuk membuat cerita panjang menjadi
pendek. Dia tak bahagia. Jiwanya terlalu rebellious, penuh
pemberontakan, untuk terikat kepada seorang suami dan
anak. Apalagi, suami itu tidak pernah diinginkanya.
Baginya tak ada hal yang lebih mengerikan di dunia ini
selain terjebak dalam pernikahan yang tak bahagia.”
170
182
c)Tahap peningkatan konflik (rising action)
“Persidangan tak berlangsung lama. Hati Sabari seperti
digunting melihat panitera pengadilan menggunting buku
nikahnya dan buku nikah Lena. Yang Mulia mengetuk
palu Majelis menutup sidang.”
“Lena meraih Zorro, langsung menggendongnya dan
bergegas pergi. Zorro meronta. Lena bergegas pergi. Zorro
memberontak dan memanggil-manggil, Aya! Aya!
Tangannya menggapai. Semuanya terjadi dengan sangat
cepat. Tahu-tahu Lena dan Zorro telah berada di seberang
jalan, lalu masuk ke mobil dan langsung melucur.”
“Sabari tahu apa yang paling ditakutkannya telah terjadi.
Dia berdiri gemetar di pinggir taman balai kota sambil
memegang balon gas. Zorro, Zorro, panggilnya dalam
hati.”Lama dia memandangi persimpangan jalan di ujung
sana, tempat dia terakhir melihat Zorro. Sendi-sendi
tubuhnya lumpuh. Dia bahkan tak mampu memegang tali
balon gas. Balon-balon itu terlepas, terbang menyedihkan
ke angkasa.”
121
228
229
d)Tahap klimaks (climax)
“Dari sore sampai malam, Sabari adalah satu-satunya
manusia di platform pasar ikan. Dia berjalan melalui
relung-relung gang pasar yang sepi sambil menggendong
Abu Meong dan memanggil Marleni. Kerap pula
memanggil Marlena dan Zorro. Langkahnya diikuti
belasan kucing pasar. Jika ada penertiban gelandangan dan
orang gila, kerap Sabari dinaikan ke bak mobil pikap polisi
pamong praja, tetapi tak lama kemudin dia akan kembali
lagi ke pasar ikan.”
“Alangkah terkejut melihat Sabari. Sepintas mereka tak lagi
mengenali. Badannya kurus melengkung karena kurang
makan. Rambutnya panjang awut-awutan macam rambut
Lenny Kravitz sebelum direbonding tempo hari.
Janggotnya panjang macam janggot pertapa Kapuchin.
Kumisnya simpang siur. Mukanya kumal jarang dibasuh,
sepasang mata yang liar melirik-lirik dengan cepat. Tipikal
pandangan mata orang sakit ingatan.”
248
299
e)Tahap penyelesaian (denouement)
“Tamat mengatakan bahwa esok sore mereka akan ke
Sumatra untuk mencari Lena dan Zorro. Jika berjumpa,
mereka akan membujuknya agar pulang ke Belitong.
Sabari tak berkata-kata.”
“Surat dari Tamat membuat Sabari yang hampir senewen
sekonyong-konyong menjadi waras kembali, bahkan lebih
waras daripada orang yang paling waras. Senyum yang
telah terkunci selama delapan tahun dalam mulutnya, tiba-
tiba melompat-lompat keluar macam anak-anak tupai
berlomba keluar dari liangnya.”
“Tak lepas Sabari menatap penumpang yang keluar satu
persatu melalui pintu itu. Umumnya mereka orang-orang
dewasa, lelaki dan perempuan. Tak lama kemudian
dilihatnya seorang anak melangkah ke luar. Dia terpana
karena langsung mengenali kemeja yang dikenakan anak
itu, sabari merasa kakinya tak menginjak bumi.”
“Amiru memeluk ayahnya erat-erat. Dia mencium bau yang
selalu menjadi misteri baginya, bau yang selalu
menyayangi dan melindunginya. Kini dia tahu, bau itu
adalah bau ayahnya. Dipeluknya ayahnya semakin erat.
Air mata anak dan ayah itu berlinang-linang.”
299
346
381
LATAR
No. Data Kutipan Novel Halaman
1. Latar Tempat
1
1. Branda Rumah
“Meski tersembul di antara gumpal awan April, purnama
kedua belas benderang. Begitu terang sehingga Sabari
yang duduk sendiri di beranda, sedih kesepian, dan
merana, dapat melihat gurat nasib di telapak tangan
kirinya. Tangan kanannya erat menggenggam pensil.”
2. Markas Pertemuan Buruh
“Alkisah, tamatlah Sabari, Ukun, dan Tamat dari SMP.
Impian mereka mereka berikutnya sama dengan impian
lulusan SMP lainya, yaitu Masuk SMA negeri. Demikian
banyak lulusan SMP dari berbagai SMP di puluhan
kecamatan, tetapi bangku SMA terbatas. Maka, diadakan
ujian seleksi selama tiga hari, bertempat di Markas
Pertemuan Buruh (MPB).”
11
3. Rumah Amirza
“Diulurkannya seutas kawat yang panjang dari antena radio
lalu ditautkannya ujung kawat itu pada telinga kuali yang
dipasang diatap rumah.”
“Sesampainya di rumah, Amirza hilir mudik dan berkali-
kali menarik napas panjang. Wajahnya tegang, kepalanya
dipenuhi oleh pertimbangan-pertimbangan ilmiah tingkat
universitas.”
“Di rumah, Amiru sering menemani ayahnya mendengar
radio sambil membicarakan pelajaran yang didapatnya dari
Syarif Miskin.”
15
23
52
4. Penduduk Nira
“Ayah Amiru penasaran. Dibalutnya ujung besi di puncak
pohon gayam itu dengan gulungan timah. Tindakan itu
mengikuti sebuah alur logika yang amat akademik, yaitu
sebagai kaum yang akrab dengan tambang, penduduk Nira
paham bahwa petir gemar sekali menyambar tanah yang
mengandung timah.”
15
5. Warung Kopi
“Dengan lapang dada dia melakukan semacam rekonsiliasi
dengan mentraktir Ukun, Tamat, dan Toharun minum kopi
di warung kopi Kutunggu Jandamu.”
54
6. Kampung Belantik
“Di kampung lain, Belantik, Sabari juga gelisah menunggu
hasil ujian itu, bukan karena dia ragu bisa diterima di SMA
negeri, melainkan lebih karena perempuan misterius yang
telah memberinya pensil dan membuat badannya panas
dingin.”
30
7. Kios Elektronik
“Pulang sekolah siang itu, Amiru ke kios elektronik Gaya
Baru dan langsung bertanya soal antenna radio itu. Syarif
malah menjawab dengan pertanyaan.”
46
8. Sekolah
“Tak ada di sekolah ini yang kau tak terlibat. Corat-caret
sana sini, merokok di dalam WC, merusak pot-pot bunga,
aku tahu, kau pelakunya! Kau ini Hitler dalam bentuk
pelajar!”
“Ibu dan adik-adiknya telah duduk di bangku undangan.
Izmi berdiri di bawah pohon akasia, dekat gerbang
sekolah, tempat Sabari biasa menunggu Lena. Matanya tak
lepas memandang kejalan raya di depan sana. Para siswa
dan keluarga mulai berdatangan. Semakin lama semakin
ramai. Semua gembira.”
70
107
9. Pusat Kota
“Mereka sampai di pusat kota. Dekat garis finis ada tempat-
tempat duduk. Amiru meminta adik-adiknya
menunggunya di situ. Amiru sudah bisa menjaga adiknya.
Amiru membeli bendera kecil.”
91
10. Stasiun Radio
“Akhirnya, tiba malam Minggu yang ditunggu-tunggu itu.
Tak mau kalah dengan peserta lain, Sabari berdandan
seronok. Dia mengantre di stasiun radio sejak pukul 19.30,
setelah lima belas peserta, tibalah gilirannya. Prime time.”
97
11. Tanjung Pandan
“Tanjung Pandan, ibu kota kabupaten, adalah babak baru
hidup Sabari.”
112
12. Kantor Gadai
“AKHIRNYA, dia sampai ke kantor gadai. Diparkirnya
sepeda lalu berjalan menuju pintu masuk. Kasir terkejut
melihat uang-uang kertas yang kumal dan segunung uang
logam ditumpahkan anak kecil itu ke atas meja.”
131
13. Pantai Barat
“Setiap sore, tak pernah absen, kedua sahabat itu ke pantai
barat, tetapi sampai hari terakhir Februari, langit tak
187
kunjung menjadi biru.”
14. Ruang sidang
“Di dalam ruang sidang, Sabari demikian gugup sehingga
tidak sepenuhnya memahami apa yang terjadi. Berbagai
kata asing membuat kepala pening, pikiranya hanya tertuju
kepada Zorro.”
210
15. Dermaga
“Anak buah kapal melemparkan tambang yang disambut
seorang kuli pelabuhan. Tambang diikatkan di tambatan
kapal. Pintu lambung kapal terbuka. Kuli pelabuhan tadi
menjulurkan keping-keping papan yang akan menjadi
titian para penumpang dari kapal ke dermaga.”
381
2. Latar Waktu
53
86
1. Malam
“Malam beranjak, Amiru tak dapat tidur karena dia telah
terbiasa mendengar bunyi radio itu sejak masih kecil. Tak
pernah dia mengalami malam senyap dan sepahit malam
itu.”
“Saban malam Amiru susah tidur karena kesepian, tak ada
lagi bunyi kemrosok gelombang radio. Dia sedih karena
ayahnya telah kehilangan hiburan satu-satunya. Otaknya
berputar cepat dan sekoyong-koyong semangatnya
meletup.”
2. Pagi
“Keesokannya, pagi-pagi sekali, sebelum siswa lain datang,
tampak Sabari menyapu ruang olahraga dengan gesit, meski
hari itu bukan jadwal piketnya. Setelah itu, dia membuka
baju lalu berlari mengelilingi lapangan upacara.”
75
3. Sore
“Setiap sore, tak pernah absen, kedua sahabat itu ke pantai
barat, tetapi sampai hari terakhir Februari, langit tak
kunjung menjadi biru.”
187
4. Siang
“Sejak siang Sabari sudah bercokol di pekarangan Gedung
MPB. Belum pernah dia merasa waktu berjalan begitu
32
lambat sekaligus cepat. Cepat sekaligus lambat.
Membingungkan.”
“Pulang sekolah siang itu, Amiru ke kios elektronik Gaya
Baru dan langsung bertanya soal antena radio itu. Syarif
malah menjawab dengan pertanyaan.”
46
5. Senin
“BOLEHLAH orang membuat lagu karena tak suka Senin.
Namun, Sabari tidak termasuk dalam golongan orang-orang
itu. Dia suka Senin. Senin adalah langkah awal menuju
segala-galanya. Senin mengandung kebaikan dari hari-hari.
Senin buah manis dari pohon Minggu. senin adalah hari
yang disayangi Tuhan dan dibenci Iblis, dan Senin ini akan
menjadi hari paling indah dalam hidupnya.”
66
6. Februari
“Setiap sore, tak pernah absen, kedua sahabat itu ke pantai
barat, tetapi sampai hari terakhir Februari, langit tak
kunjung menjadi biru.”
187
3. Latar Sosial
7
“Acara kesenangan ayahnya adalah ceramah agama Islam,
sandiwara radio, lagu-lagu Semenanjung, dan tak lupa,
berita tentang Lady Diana. Entah bagaimana mulanya,
penduduk Kampung Nira gemar sekali kepada Lady Diana.
Tak peduli tua, muda, wanita maupun pria. Kegemaran itu
tak luput menghinggapi ayah Amiru.”
“Bagi Sabari, Bogel dan kawan-kawan hanya sedang menjadi
anak SMA. Sama sekali tak dihiraukannya hal yang tak
penting itu.”
80
“Karena itu, Februari adalah bulan yang paling mendebarkan
bagi para bujang lapuk di kampong kami. Jika Februari tiba,
berbondong-bondong mereka ke pantai barat.Sabari tak
pernah percaya, tetapi tahun ini dia berniat ke pantai barat.”
137
“Sabari senang bekerja di pabrik es. Juragan dan kawan-
kawan sesama kuli sudah seperti saudara baginya. Maka,
secara bersungguh-sungguh, Sabari satu sikap hormat dan
sayang kepada mereka, dia membuat tiga lembar surat
pengunduran diri, yang boleh dikatakan amat puitis.”
141
“Seperti dirinya, setiap orang memang berusaha berpakaian
sebagus mungkin. Getir hati Sabari mendapati bahwa di
tempat orang yang akan mengalami hal yang pahit, orang-
orang justru berpakaian bagus seperti Lebaran. Dan, tak tega
dia melihat anak-anak kecil yang dibawa orangtuanya ke
ruang tunggu itu. Mereka menangis, kepanasan, ingin
menyusu, minta pulang, minta ini dan itu. Jeritan mereka
merisaukan. Anak-anak kecil itu lalu digendong bergantian
oleh ayah dan ibunya yang mau bercerai.”
209
“Juru antar terharu. Dia tahu apa yang telah dialami Sabari.
Baginya, piala itu adalah persembahan yang indah dari
seorang ayah untuk anaknya”
“Pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala kecil.
Piala itu dibelinya di pasar.”
“Terima kasih banyak, Pak,” Kata Sabari
“Hanya piala kecil, Bung, tapi bagiku Bung adalah
juara. Bung adalah ayah paling hebat yang pernah kukenali
dalam hidupku.”
357
377
SUDUT PANDANG
No. Data Kutipan Novel Halaman
1. Sudut Pandang
373
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak kaki
Sabari melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah
tertinggal di aspal. Meski kakinya perih dan napasnya
tersengal-senggal, meski sampai finis malam nanti, Sabari
bertekad untuk terus berlari karena dia teringat akan
anaknya. Dia tak mau menyerah demi Zorro. Seorang ayah,
tak boleh menyerah demi anaknya, begitu kata hati Sabari.”
“Izmi bukanlah kawan Sabari mereka bahkan tak pernah
bertegur sapa tetapi ajaib, kisah konyol Sabari membuat
Izmi terinspirasi. Sabari membuatnya merasa dia bukanlah
satu-satunya orang malang di dunia ini.”
41
Unsur Ekstrinsik (Nilai Pendidikan Karakter) Novel Ayah karyaAndrea Hirata.
Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Ayah karya Andrea Hirata
No. Data Kutipan Novel Halaman
1. Religius
“Makin dekat ke papan pengunguman, si bungsu semakin
gugup. Apalagi, dilihatnya anak-anak yang tak lulus
menangis. Dipanjatkannya doa agar nilai rata-ratanya paling
tidak 6,5. Itu batas minimum kelulusan.”
“Dalam kekecewaan yang dalam, dia berdoa dan terkabul. Di
dinding kantor dinas pasar dilihatnya pengumuman lomba
balap sepeda di ibu kota kabupaten.”
“Sabtu itu pagi-pagi benar dia ke pasar. Kabut belum
beranjak dari puncak ilalang. Dalam hati dia berdoa mudah-
mudahan mendapat banyak pekerjaan hari itu.”
“SABARI patah hati, tetapi dia tak patah harapan.
Perasaannya kepada Lena sama seperti saat Lena merampas
kertas jawabannya pada hari keramat itu. Lagi pula, ayahnya
sering mengatakan bahwa Tuhan selalu menghitung, dan
suatu ketika, Tuhan akan berhenti menghitung.”
“Sekarang dia paham makna mimpi kambing pandai
berbicara itu. Tuhan selalu menghitung, dan suatu ketika,
Tuhan akan berhenti menghitung. Inilah saatnya suatu
ketika itu.”
“Keesokannya, seusai shalat Shubuh, Sabari langsung berlari
menuju lapangan balai kota, berbalik arah kekantor pos, lalu
menerabas ilalang di pekarangan perumnas, tersembul dia di
warung bakso, masuk ke komplek polisi, berbelok lagi lalu-
meliuk-liuk di antara nisan kuburan Tionghoa, lalu masuk
lagi ke jalan dan menantang belasan ekor anjing
gelandangan di pasar pagi.”
“Kalau malam, Sabari susah tidur lantaran membayangkan
bermacam rencana yang akan dia lalui dengan anaknya jika
besar nanti. Dia ingin mengajaknya melihat pawai 17
Agustus, mengunjungi pasar malam, membelikannya
33
89
129
48
168
117
183
mainan, menggandengnya ke masjid, mengajarinya
berpuasa dan mengaji, dan memboncengnya naik sepeda
saban sore ke taman balai kota.”
“Begitu perihal dalam suratnya. Dikatakannya pula dalam
surat itu bahwasannya pekerjaan di pabrik es telah
memberinya pencerahan dan satu cara pandang yang
berbeda mengenai manusia sebagai ciptaan Tuhan yang
Agung.”
“Konon, hari paling penting dalam hidup manusia adalah hari
saat manusia itu tahu untuk apa dia dilahirkan. Sekarang
Sabari tahu bahwa dia dilahirkan untuk menjadi seorang
ayah. Seorang ayah bagi Zorro. Anaknya telah mengurai
semua misteri tentangnya. Bahwa wajahnya tidak tampan
agar dia tidak menjadi orang seperti Bogel Leboi. Karena
dia seorang Sabari maka Tuhan memberinya Zorro. Bahwa
tangannya yang kasar dan kuat seperti besi adalah agar dia
tak gampang lelah menggendong Zorro. Bahwa di gemar
berpuisi dan berkisah adalah agar dapat membesarkan
anaknya dengan puisi. Sabari memeluk anaknya yang telah
jatuh tertidur, serasa memeluk awan..”
“Suasana shalat Jumat di masjid ini tak dapat dilukiskan
dengan kata-kata. Saat engkau shalat rasanya ribuan
malaikat menungguimu. Suara muazin merdu sekali.Begitu
megah, begitu agung masjid ini sehingga kuakui semua
dosaku, yang terkecil sekalipun.”
141
227
305
2. Jujur
“Maaf, Ibu, kalau tak salah hitung, semuanya sejuta enam
ratus ribu rupiah, jika kurang, kabari aku, jika lebih, biarlah,
kelebihannya kusumbangkan pada negara.”
“Ketiga, juga seperti Sabari, Jujur! Jangan kau kurangi
takaran semen jika mencetak batako. Batako kita harus
tahan gempa bumi minimal skala Richter. Kalau kau curang,
akibatnya bisa fatal. Sekolah bisa roboh, murid-murid dan
guru-guru yang mulia bisa celaka. Biarlah orang-orang di
luar sana makmur sentosa karena mencuri, kita jangan!
Meski susah, kita harus jujur.”
131
156
“Boi, sudah berapa lama kau suka sama Lena?” Nada suara
Markoni turun dua oktaf.
Sabari melirik jam bulat yang tertempel di
dinding. “11 tahun, 5 bulan. 4 hari, 3 jam … 4
menit, Pak.” Markoni terpana.
“Apakah Marlena suka sama kau, Boi?” Sabari
tersenyum-senyum sipul.
“Wajar-wajar! Kalau kutinjau-tinjau, wajahmu
memang agak berat, Boi.”
“Dia hanya menempati urutan kedua. Saingan beratnya,
Imelda, berjaya di posisi teratas. Lena dan Jon menanyakan
kepadanya apa yang terjadi. Jawaban Zorro membuat
mereka tercengang. Kata Zorro dia sengaja menurunkan
nilainya, sengaja tak menjawab beberapa soal dalam ujian,
sengaja membuat dirinya kehabisan waktu dalam ujian
karena kasihan kepada Imelda yang sangat ingin menjadi
juara pertama. Bagaimana anak kelas dua SD bisa berpikir
seperti itu? Bayangan Sabari berkelebat dalam kepala
Lena.”
“Dulu ayahnya pernah bekerja di kantor semacam itu, dan
menjadi orang yang tak disukai karena tak pernah mau
diajak curang. Ayahnya yang jujur malah sering kena
fitnah.”
164
258
371
3. Kerja Keras
“Tak kenal menyerah, Amirza mencoba berbagai cara supaya
mendapat siaran radio yang jelas. Dia memanjat pohon
gayam di samping rumah lalu mengikat sebatang besi
dipucuknya.”
“Tahu-tahu dia punya pekerjaan usai jam sekolah, yaitu
menghambabudakkan dirinya kepada tukang sampah di
pasar Belantik, demi sedikit upah yang dipakainya untuk
membeli kartu request--selembar lima ratus perak--di radio
local AM Suara Cinta.”
“Sebulan penuh Sabari berlatih. Agar tak mengganggu
tetangga, dia berlatih dipinggir laut. Lolongannya lindap
ditelan debur ombak Laut Jawa.”
15
32
105
“Guru-guru juga gembira, bahkan takjub melihat nilai-nilai
rapor semester 5 Izmi. Untuk kali pertama selama sekolah
SMA itu, Izmi berhasil memerdekakan dirinya dari angka
merah.”
“Sebenarnya, Sabari diterima bekerja sebagai penjaga toko
furnitur dan penjaga air mineral isi ulang, tetapi dia tak mau.
Dia mau kerja berat membanting tulang. Dia mau tubuhnya
hancur setiap pulang kerja, lalu jatuh tertidur lupa diri.
Bangun tidur dan bekerja keras lagi. Semua itu karena dia
mulai bertekad untuk melupakan Lena. Ini kemajuan.
Barangkali semakin dewasa dia semakin bijak.”
“Akhirnya, dia sampai di dermaga. Laut, hanya laut yang
dapat menghentikannya. Demikian saban pagi dia latihan.
Meski hujan lebat, meski angin rebut, dia tak pernah
berhenti berlari. Karena Lena dan satu rencana manis
dengan hadiah-hadiah itu, Sabari merasa tenaganya tak
terbatas.”
“Amiru tak mau menyerah demi ayah dan ibunya. Dia
meminta pekerjaan apa saja, dari siapa saja, di mana saja,
bahkan pekerjaan yang orang dewasa sendiri berat
mengerjakannya, misalnya menggali sumur atau manjadi
kuli harian menambal jalan raya.”
“Amiru bekerja dengan kecepatan yang membuat juragannya
tercengang. Tak pernah ada orang bekerja sekeras Amiru.”
“Terimakasih atas saran Abang, tapi sisi Kampung Belantik
telah mengantar kami di Pelabuhan Tanjong Pandan. Tak
mungkin kami pulang begitu saja, lagi pula, tak tak
terbayangkan apa yang akan kukatakan kepada Sabari.
Kami akan mendatangi sahabat-sahabat pena itu, apa pun
yang akan terjadi,” kata Tamat.”
“Matahari mengendap. Malam menjelang. Telapak Sabari
melepuh, lalu berdarah. Bercak-bercak darah tertinggal di
aspal. Meski kakinya perih dan napasnya tersenggal-
senggal, meski sampai finis malam nanti, Sabari bertekad
untuk terus berlari karena dia teringat akan anaknya. Dia tak
mau menyerah demi Zorro. Seorang ayah, tak boleh
113
117
129
130
320
373
menyerah demi anaknya, begitu kata hati Sabari.”
4. Kreatif
“Markoni melompat-lompat kegirangan. Dia ingin terlibat
dalam upaya pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Keesokan harinya dia langsung menjual alat-alat musik
yang telah diperlukan dengan semena-mena oleh para
musisi Belantik itu. Hasil penjualan itu langsung dipakai
untuk memulai usaha baru: percetakan batako.”
“Dia yang mengalami paceklik berkepanjangan, kemarau
kering kerontang, dalam hal cinta, tiba-tiba menjadi
konsultan Asmara bagi kaum kambing. Dan, dia sangat
menikmati profesi sampingan itu. Rela dia mendatangi
kampung yang jauh demi membantu seorang peternak.
Kenyatannya, setelah didatanginya, dia menyebutnya terapi
puisi kambing, embek-embek itu pada hamil.”
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di pabrik
Markoni, membuka warung sembako di rumahnya.
Pekerjaan di warung dan memelihara kambing
memungkinkannya untuk selalu berada dekat Zorro.
Semuanya sangat menyenangkan, apalagi sejak ada Zorro,
keajaiban terjadi tiap hari di rumah Sabari.”
“Dalam salah satu kisah-kisah ninabobo itu, secara tak
sengaja Sabari menyinggung soal makanan. Zorro senang.
Mungkin nama makanan terdengar lucu baginya.
Keesokannya Sabari berkongkalikong dengan tukang parkir
di depan Restoran Bundo Kandung. Malamnya dia berkisah
tentang petualangan pendekar ayam pop sambil mengepak-
ngepakan tangan dan berkokok-kokok. Zorro tertawa
sampai berair matanya.”
21
154
187
224
5. Mandiri
“Ibu kasir terpana melihat jari-jarinya terbalut plester.
Diamatinya lengan Amiru yang keras, urat-uratnya
bertimbulan. Lengan itu seharusnya bukan lengan anak
kecil, itu lengan orang dewasa, kuli kasar.
“Kau mau menebus radio?”
“Iya, Bu, radio ayahku.”
Ibu kasir segera tahu apa yang telah dialami
131
anak kecil di depannya, untuk menebus radio
ayahnya.”
“Tak lupa bahwa dia telah mendapatkan penghargaan dari
Dinas Koperasi Daerah sebagai wiraswastawan panutan.”
“Berbulan-bulan Sabari membangun rumah itu dengan
tangannya sendiri. Rumah yang khas Melayu kampung.
Sebuah rumah panggung yang rendah., berdinding papan,
beratap rumbia, tetapi istimewa, ada beranda.”
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di pabrik
Markoni, membuka warung sembako di rumahnya.
Pekerjaan di warung dan memelihara kambing
memungkinkannya untuk selalu berada dekat Zorro.
Semuanya sangat menyenangkan, apalagi sejak ada Zorro,
keajaiban terjadi tiap hari di rumah Sabarai.”
“Sudah lama dia tak menulis kepadanya, pun untuk sahabat-
sahabat penanya. Prahara rumah tangga, hidup terbirit-birit
ke sana kemari, dan sifatnya yang tak suka mengeluh
membuatnya merasa belum menemukan saat yang tepat
untuk menulis surat. Saat itu akhirnya tiba. Diambilnya
pulpen dan kertas.”
155
178
187
277
6. Demokrasi
“Seumpama Lena tak mau pulang, silakan, tak apa-apa,
paling tidak Zorro bisa diajak pulang. Kalau keduanya tak
mau pulang, silakan, tak apa-apa juga. Toh, negeri ini sudah
merdeka lebih dari lima puluh tahun, orang bebas
menentukan pilihan.”
“Pemenangnya, tak peduli siapa dia, pemulung, gelandangan,
atau bramacorah, akan menjadi anak emas kebanggaan
kampung. Akan menjadi atlet mewakili Kabupaten Belitong
ke tingkat provinsi.”
319
362
7. Rasa Ingin Tahu
“Ayah Amiru penasaran. Dibalutnya ujung besi di puncak
pohon gayam itu dengan gulungan timah. Tindakan itu
mengikuti sebuah alur logika yang amat akademik, yaitu
sebagai kaum yang akrab dengan tambang, penduduk Nira
paham bahwa petir gemar sekali menyambar tanah yang
mengandung timah.”
“Tak apa-apa, Pak Cik, jelaskan saja sekarang. aku pasti
mengerti.”
“baiklah, kujelaskan padamu! Penerimaan sinyal radio
di rumahmu buruk karena terlalu dekat dengan menara
masjid, maka terjadilah intervens.”
“Pulang dari kios Gaya Baru, Amiru belajar dengan tekun.
Dia mau segera masuk SMP. Dia bertekad untuk
menghadapi Syarif Miskin lagi.”
“Tentu Syarif kaget melihat Amiru yang telah dimarahinya
berani datang lagi ke kiosnya.
“Mau apa lagi kau, Bujang?!”
Amiru berterus terang bahwa dia mau belajar lebih banyak
soal radio sebab dia senang pengetahuan listrik dan
elektronika.”
“Komunikasi dianggap penting oleh Tamat sebab nanti
mereka akan bertemu dengan orang-orang dari berbagai
daerah. Oleh karena itu, kemampuan berbahasa Indonesia
Ukun harus ditingkatkan. Mereka menghadap Bu Norma,
guru Bahasa Indonesia sekaligus wali kelas mereka di SMA
dulu, yang galak tetapi disayangi.”
“Di sela pekerjaannya menggulung dynamo, dibukanya
kamus dan ditemukanya kata-kata baru bagaikan jendela
yang membuka, lalu di dalam jendela itu ada jendela lagi.
Rajin dia membuat catatan sembari berbicara sendiri
mempraktikkan apa yang telah dipelajarinya, lalu dia
tersenyum. Ukun tenggelam dalam labirin bahasa dan
berusaha menemukan jalan keluar dengan mengikuti jejak
kata-kata. Sekonyong-konyong dia jatuh hati pada bahasa
Indonesia.”
15
47
52
295
297
8. Cinta Tanah Air
“Jangan sungkan berpantun, berpepatah. Pantun adalah madu
bahasa, pepatah adalah harta bahasa. Pakailah kata-kata
seperti wahai, kiranya, seandainya, bilamana, manakala,
sudikah, berkenankah, sediakala, gerangan, semua itu
perbendaharaan bahasa Indonesia yang megah dan bermutu
296
tinggi. Kata-kata itu mencerminkan kualitas watak orang
yang mengucapkannya!”
9. Menghargai Prestasi
“Hari terakhir adalah ujian Bahasa Indonesia. Sabari
tersenyum simpul. Dijawabnya semua soal dengan tenang.
Cincai. Dilihatnya nun disana, Ukun mengaduk-aduk
rambut. Sabari tersenyum lagi. Di arah pukul 5.00, Tamat
tercenung, tampak tertekan batinnya. Sabari kembali
tersenyum. Maaf, siswa lain boleh jago Matematika, IPA,
Bahasa Inggris,Geografi, Biologi, tetapi Sabari adalah Isacc
Newton-nya Bahasa Indonesia.”
“JIKA ada orang yang tak menjadi juara, tetapi lebih terkenal
daripada sang juara, orang itu adalah Sabari. Di mana-mana
orang-orang menyalaminya, bahkan seteru lamanya,
Dinamut, menyalaminya dengan erat. Di warung-warung
kopi tak jeda-jeda Toharun membanggakan Sabari.”
11
376
10. Komunikatif, Senang Bersahabat atau Proaktif
“Kepada Amirza, Syarif bersabda, bahwasanya siaran radio
lebih mudah ditangkap jika ujung kawat yang diulur dari
antenanya ditautkan ke kumparan logam yang lebar.”
“Delapan puluh persen laki-laki sukses, sisanya, tiga puluh
persen, gagal. Nah, tak perlu kujelaskan lebih lanjut, kau
tahu sendiri di mana kau berada.” Sabari berterimakasih atas
wejangan dan nasihat kawan-kawan dekatnya itu. Dia sadar
bahwa sudah saatnya bersikap rasional soal Lena.”
“Ukun menyarankan agar Sabari minta maaf kepada Lena dan
Bogel secara terbuka sekaligus mempersembahkan sebuah
lagu untuk Lena melalui acara organ tunggal live show radio
itu.”
“Dalam keadaan bingung dan gundah, Sabari menerima saran
dari Tamat bahwa satu-satunya hal yang bisa dilakukannya
adalah berpakaian serapi mungkin di hadapan majelis
hukum.”
“Sejak masih SD Lena punya hobi bersahabat pena, dan
sesama sahabat pena mereka telah berjanji untuk tetap
berkirim-kirim surat sampai tua nanti. Tiap bulan dia ke
23
55
95
208
242
kantor pos untuk mengirim surat. Lama-lama sekali dia juga
mengirim surat ke Belitong, kepada sahabatnya sejak SMA,
Zuraida.”
“Jon terpana Tak pernah dia mendengar orang bicara seajaib
itu. Siapa orang-orang itu? Namun, suara itu bersahabat
sehingga Jon menurunkan moncong senapan.”
“Ukun dan Tamat senang berjumpa dengan sahabat pena
karena mereka punya kepribadian yang sama, yakni ramah,
penolong, amat menghargai persahabatan, dan lihai
berbahasa. Para sahabat pena memahami bahwa terdapat
seni yang indah dalam surat-menyurat.”
“pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala kecil.
Piala itu dibelinya di pasar.
“Terima kasih banyak, Pak,” kata Sabari.
“Hanya piala kecil, bung, tapi bagiku Bung adalah
juara. Bung adalah ayah paling hebat yang pernah kukenal
dalam hidupku.”
“Setelah lama saling berkirim surat, pada 2011, Larissa dan
ayahnya, Brother Niel Wuruninga, mengunjungi Bali.
Setelah itu, mereka mengunjungi Sabari dan Amiru di
Belitong. Mereka adalah orang asing pertama yang
mengunjungi Kampung Belantik. Oleh karena itu sambutan
untuk mereka luar biasa. Rumah Sabari ramai. Tetangga
berebut melihat penduduk asli Australia itu melalui jendela
dan terpesona menyaksikan Brother Niel meniup didgerioo,
alat musik tradisional Aborigin yang kemudian ditinggalnya
sebagai kenang-kenangan. Sabari pun memberi Brother Niel
dendang kelinang. Gendang musik Melayu kuno yang
hampir punah.”
308
322
377
393
11. Cinta Damai
“Dengan lapang dada dia melakukan semacam rekonsiliasi
dengan mentraktir Ukun, Tamat, dan Toharun minum kopi
di warung kopi Kutunggu Jandamu.”
“Bogel jengkel karena Sabari tak pernah terpancing.
Ditariknya kerah baju Sabari, ditantangnya berkelahi. Sabari
tak melawan, hanya tersenyum, karena dia takkan
merendahkan dirinya sendiri dengan menggunakan
mulutnya untuk memaki dan takkan menghinakan dirinya
sendiri dengan menggunakan tangannya untuk memukul.
Bagi Sabari, Bogel dan kawan-kawan hanya sedang menjadi
anak SMA. Sama sekali tak dihiraukannya hal yang tak
penting itu.”
“Izmi kagum kepada Sabari karena tak pernah membalas
Bogel.”
“Adapun Sabari sendiri riang sentosa di pabrik batako
Markoni. Dia bekerja sambil bersiul-siul dan bersisir setiap
ada kesempatan. Pekerjaan berat, ringan saja baginya.
Sikapnya yang polos, periang, auranya yang sangat positif,
dan tingkahnya yang agak eksentrik, telah membawa
suasana baru di dalam pabrik sehingga dengan cepat dia
disenangi rekan-rekan sesama kuli. Kehadirannya membuat
pabrik percetakan batako meriah.”
“Tamat dan Ukun memang suka nongkrong sampai malam di
warung kopi Solider, suka nonton organ tunggal, sesekali
menyerobot naik panggung, berduet menyanyikan lagu
“Terajana”, kerap pula menggoda-goda biduanita, tetapi tak
ada pasal-pasal yang mereka langgar. Mereka adalah warga
republik yang produktif.”
54
80
149
291
12. Gemar Membaca
“Aih, Kawan, apa yang kualami ini belum apa-apa. Kalian
tahu? Florentino Ariza menunggu cinta Fermina Daza
hampir 25 tahun! Aku, Sabari bin Insyafi mencintai Marlena
binti Markoni baru sebentar saja, belumlah lama.”
“Siapa kau bilang?! Florintino Hamzah?” tanya Tamat.
“Florentino Ariza, bacalah buku sastra, Mat, novel,
Marquez!”
191
“Di tengah kota, dilihatnya kios penyewaan buku. Lena
senang membaca. Dia mampir untuk meliaht-lihat kalau-
kalau ada novel yang ingin dibacanya. Waktu melihat-lihat
matanya terpaku melihat novel. Dia teringat Zuraida pernah
menyinggung soal novel itu.”
276
13. Peduli Sosial
“Markoni melompat-lompat kegirangan. Dia ingin terlibat
dalam upaya pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Keesokan harinya dia langsung menjual alat-alat musik
yang telah diperlukan dengan semena-mena oleh para
musisi Belantik itu. Hasil penjualan itu langsung dipakai
untuk memulai usaha baru: percetakan batako.”
“Ukun menyarankan agar Sabari minta maaf kepada Lena dan
Bogel secara terbuka sekaligus mempersembahkan sebuah
lagu untuk Lena melalui acara organ tunggal live show radio
itu.”
“Dia yang mengalami paceklik berkepanjangan, kemarau
kering kerontang, dalam hal cinta, tiba-tiba menjadi
konsultan Asmara bagi kaum kambing. Dan, dia sangat
menikmati profesi sampingan itu. Rela dia mendatangi
kampung yang jauh demi membantu seorang peternak.
Kenyatannya, setelah didatanginya, dia menyebutnya terapi
puisi kambing, embek-embek itu pada hamil.”
“MESTINYA pukul 4.00 sore, Ukun dan Tamat sudah
datang. Jumat puisi, begitu Sabari menyebut pertemuan
mereka setiap Jumat sore di warung kopi Solider. Biasanya
Sabari menyitir puisi, sekadar menghibur kawan-kawannya,
para kuli tambang, usai seharian membanting tulang.”
“Drs. Zukifli, alias Zul, kawan baik Manikam, berkali-kali
menyarankan agar Manikam menikah lagi karena itu baik
untuk anak-anaknya. Manikam masih trauma.”
“Dia hanya menempati urutan kedua. Saingan beratnya,
Imelda, berjaya di posisi teratas. Lena dan Jon menanyakan
kepadanya apa yang terjadi. Jawaban Zorro membuat
mereka tercengang. Kata Zorro dia sengaja menurunkan
nilainya, sengaja tak menjawab beberapa soal dalam ujian,
21
95
154
174
215
258
sengaja membuat dirinya kehabisan waktu dalam ujian
karena kasihan kepada Imelda yang sangat ingin menjadi
juara pertama.”
“Tahun pertama setelah ditinggal Lena dan Zorro, dia masih
tinggal di rumah. Tak punya lagi warung dan kambing dia
menghidupi diri dengan bekerja menggembala ternak
tetangga. Ukun dan Tamat suka mengantarinya beras.”
“Jadi, kalian mau mencari Lena dan Zorro, agar Sabari tidak
jadi orang sinting? Itu baru namanya kawan, sungguh
mulia!”
“Namun ayahnya menganggap, dari miliaran manusia di bumi
ini, dirinya telah terpilih untuk menerima pesan itu, dia
merasa diberi tugas dari langit untuk mencari orang-orang
Indonesia itu.”
“pagi-pagi sekali juru antar datang ke rumah Sabari dan
membawa hadiah yang istimewa, yaitu sebuah piala kecil.
Piala itu dibelinya di pasar.
“Terima kasih banyak, Pak,” kata Sabari.
“Hanya piala kecil, bung, tapi bagiku Bung adalah
juara. Bung adalah ayah paling hebat yang pernah kukenal
dalam hidupku.”
280
295
330
377
14. Tanggung Jawab
“Zorro berusaha memahami ibunya, dan baginya adalah
kewajiban seorang anak untuk memahami orangtua. Maka,
meski hidup mereka kocar-kacir, Zorro dan ibunya kompak
saja.”
“Nilai-niali rapornya ciamik. Baginya itu istimewa mengingat
hidupnya yang kacau balau. Dia selalu belajar meski
keadaan tak mendukung. Dia membaca buku di terminal, di
setasiun, dalam bus, kereta, dan kapal feri. Dia belajar saat
menunggu ibunya pulang dari bekerja menjaga toko. Dia
membuat PR sambil menunggui dagangan kue bersama
ibunya.”
“Zurai membayangkan betapa ramainya suasana. Dia ingin ke
sana, tetapi banyak pakaian yang harus disetrika dan piring
269
272
kotor yang harus dicuci.”
“Izmi pun ingin ke lokasi start, tetapi banyak pesanan
jahitan yang harus diselesaikan.”
364
Lampiran 7
HASIL WAWANCARA
Narasumber : Aditya Hermawan
Tempat/tgl lahir : BANDUNG, 10-01-1993
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Dukuh Kalirejo
RT/RW : 02/03
Kel/Desa : Klirong
Kecamatan : Klirong
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum kawin
Pekerjaan : Mahasiswa
Kewarganegaraan : WNI
Daftar Pertanyaan:
1. Menurut Anda, apa yang menarik dari novel Ayah karya Andrea Hirata?
2. Apakah novel Ayah karya Andrea Hirata yang anda baca memiliki atau
mengandung nilai pendidikan karakter?
3. Menurut Anda, apakah novel Ayah karya Andrea Hirata yang anda baca layak
jika digunakan sebagai alat atau sumber belajar penanaman nilai pendidikan
karakter?
4. Tolong berikan contoh kutipan yang menunjukkan nilai pendidikan karakter?
Jawaban:
1. Menurut saya yang menarik dari novel Ayah karya Andrea Hirata adalah
pertama; novel Ayah merupakan kisah nyata berdasarkan cerita orang lain,
bukan kisah yang diabil dari kehidupan Andrea Hirata sendiri sebagai penulis
yang sebagaimana biasa ia kisahkan di dalam novelnya yang lain seperti
Laskar Pelangi dan Edensor. Kedua; dari segi bahasa novel Ayah sangat
mudah untuk dipahami. Ketiga; cerita yang dikemas dalam novel Ayah sangat
terasa begitu kental penuh dengan sastra ketika pembaca menemukan sebuah
puisi-puisi yang menakjupkan didalamnya.
2. Menurut saya dalam novel Ayah karya Andrea Hirata memiliki banyak nilai
pendidikan karakter karena dalam novel tersebut kental dengan persahabatan
yang didalamnya tidak terlepas dari saling tolong menolong, menghargai
orang lain, menghargai prestasi, jujur, dan cinta damai. Selain itu, juga
mengisahkan kebesaran cinta sosok seorang ayah kepada anak yang
didalamnya tidak terlepas daritanggung jawab, religius, kreatif, mandiri,
pekerja keras, dll.
3. Ya, menurut saya sangat layak jika digunakan sebagai alat atau sumber belajar
penanaman nilai pendidikan karakter karena dari isi novel tersebut banyak
disisipkan nilai pendidikan karakter seperti saling tolong menolong,
menghargai orang lain, menghargai prestasi, jujur, cinta damai, tanggung
jawab, religius, kreatif, mandiri, pekerja keras, dll. Nilai-nilai tersebut akan
mennjadi contoh dan sangat dibutuhkan oleh pelajar saat ini yang telah terjadi
kemerosotan moral. Selain itu, siswa juga dapat memiliki pengalaman baru
dari membaca novel Ayahkarya Andrea Hirata.
4. Contoh kutipan:
a. Religius
“SABARI patah hati, tetapi dia tak patah harapan. Perasaannya kepada
Lena sama seperti saat Lena merampas kertas jawabannya pada hari
keramat itu. Lagi pula, ayahnya sering mengatakan bahwa Tuhan selalu
menghitung, dan suatu ketika, Tuhan akan berhenti menghitung.”
“Keesokannya, seusai shalat Shubuh, Sabari langsung berlari menuju
lapangan balai kota, berbalik arah kekantor pos, lalu menerabas ilalang di
pekarangan perumnas, tersembul dia di warung bakso, masuk ke komplek
polisi, berbelok lagi lalu-meliuk-liuk di antara nisan kuburan Tionghoa,
lalu masuk lagi ke jalan dan menantang belasan ekor anjing gelandangan
di pasar pagi.”
b. Jujur
“Ketiga, juga seperti Sabari, Jujur! Jangan kau kurangi takaran semen jika
mencetak batako. Batako kita harus tahan gempa bumi minimal skala
Richter. Kalau kau curang, akibatnya bisa fatal. Sekolah bisa roboh,
murid-murid dan guru-guru yang mulia bisa celaka. Biarlah orang-orang
di luar sana makmur sentosa karena mencuri, kita jangan! Meski susah,
kita harus jujur.”
c. Cinta damai
“Bogel jengkel karena Sabari tak pernah terpancing. Ditariknya kerah
baju Sabari, ditantangnya berkelahi. Sabari tak melawan, hanya
tersenyum, karena dia takkan merendahkan dirinya sendiri dengan
menggunakan mulutnya untuk memaki dan takkan menghinakan dirinya
sendiri dengan menggunakan tangannya untuk memukul. Bagi Sabari,
Bogel dan kawan-kawan hanya sedang menjadi anak SMA. Sama sekali
tak dihiraukannya hal yang tak penting itu.”
“Izmi kagum kepada Sabari karena tak pernah membalas Bogel.”
d. Kerja keras
“Guru-guru juga gembira, bahkan takjub melihat nilai-nilai rapor
semester 5 Izmi. Untuk kali pertama selama sekolah SMA itu, Izmi
berhasil memerdekakan dirinya dari angka merah.”
e. Kreatif
“Markoni melompat-lompat kegirangan. Dia ingin terlibat dalam upaya
pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa. Keesokan harinya dia
langsung menjual alat-alat musik yang telah diperlukan dengan semena-
mena oleh para musisi Belantik itu. Hasil penjualan itu langsung dipakai
untuk memulai usaha baru: percetakan batako.”
f. Mandiri
“Adapun Sabari, setelah mengundurkan diri bekerja di pabrik Markoni,
membuka warung sembako di rumahnya. Pekerjaan di warung dan
memelihara kambing memungkinkannya untuk selalu berada dekat Zorro.
Semuanya sangat menyenangkan, apalagi sejak ada Zorro, keajaiban
terjadi tiap hari di rumah Sabarai.”
g. Menghargai prestasi
“JIKA ada orang yang tak menjadi juara, tetapi lebih terkenal daripada
sang juara, orang itu adalah Sabari. Di mana-mana orang-orang
menyalaminya, bahkan seteru lamanya, Dinamut, menyalaminya dengan
erat. Di warung-warung kopi tak jeda-jeda Toharun membanggakan
Sabari.”
h. Senang bersahabat
“Sejak masih SD Lena punya hobi bersahabat pena, dan sesama sahabat
pena mereka telah berjanji untuk tetap berkirim-kirim surat sampai tua
nanti. Tiap bulan dia ke kantor pos untuk mengirim surat. Lama-lama
sekali dia juga mengirim surat ke Belitong, kepada sahabatnya sejak
SMA, Zuraida.”
i. Tanggung jawab
“Zorro berusaha memahami ibunya, dan baginya adalah kewajiban
seorang anak untuk memahami orangtua. Maka, meski hidup mereka
kocar-kacir, Zorro dan ibunya kompak saja.”