nilai-nilai pendidikan islam dalam novel skripsi
TRANSCRIPT
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL “CINTA DALAM IKHLAS” (STUDI TERHADAP KARYA
BAYU ADHITYA)
SKRIPSI
OLEH:
REKA SAPITRI
NIM TP. 151448
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL “CINTA DALAM IKHLAS” (STUDI TERHADAP KARYA
BAYU ADHITYA)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
REKA SAPITRI
NIM TP. 151448
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah wasyukrulillah, dengan Rahmat Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, segala puji bagi Allah, ucapan syukur tiada henti ku ucapkan pada-Mu ya Rabb, atas segala nikmat, hidayah dan inayah yang Engkau berikan kepada ku. Sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Sholawat berangkaikan salam, semoga selalu tercurahkan kepada Syayyidul
Anbiya‟ Wal Mursalin, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan para
sahabatnya yang mulia.
Daku persembahkan karya sederhana ini kepada:
“Kedua orang Tua”
Untuk seseorang yang telah mengandungku selama sembilan bulan,
memperjuangkan hidup dan matinya saat melahirkanku dan merawatku dengan
cinta kasihnya hingga aku dapat hadir ke dunia ini yaitu Emakku tercinta (Susi)
Dan seseorang yang telah mendidikku, mengajarkanku, dan bekerja siang dan
malam demi memperjuangkan pendidikan untukku dan adikku, seseorang yang
telah mengeluarkan keringatnya demi menafkahiku dan keluargaku, yaitu
Bapakku tercinta (Fahri).
Serta adikku (Oky Saputra) yang telah memberikan semangat serta kerelannya
dalam menggantikanku dirumah selagi aku merantau menuntut ilmu, kuharap
kelak engkau menjadi anak yang shaleh dan berguna, serta dapat membanggakan
kedua orang tua kita.
Akhirnya aku hanyalah seorang insan yang sedang mencari jati diri, sungguh tak
patut aku berbangga hati dengan apa yang telah kucapai selama ini, hanya syukur
kupanjatkan sedalam-dalamnya kepada Rabbku yang telah memilihkan jalan
terbaiknya untukku
Semoga skripsi ini dapat berguna bagi siapapun yang memerlukan dan siapapun
yang membacanya, untuk segalanya kuucapkan Syukron Lillah, terimakasih.
***
MOTTO
نم خلقا يمان أ حس أ كل إلمؤمني إ
“Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik diantara
mereka akhlaknya.” (HR Tirmidzi, ia berkata: hadits hasan shahih)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang maha „Alim
yang kita tidak mengetahui kecuali apa yang diajarkannya, atas iradahnya hingga
skripsi ini dapat di selesaikan.Shalawat dan Salam atas Nabi Muhammad SAW
pembawa risalah pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada FakultasTarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak banyak melibatkan
pihak yang telah memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu
melalui kolom ini penulis meyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA. Selaku rektor UIN STS Jambi
2. Bapak Prof. Dr. H. Suaidi, Ma, Ph. D. Bapak Dr. H. Hidayat, M. Pd. Ibu Dr.
Hj. Fadillah, M. Pd. Selaku wakil rektor I, II, dan III UIN STS Jambi.
3. Ibu DR. Hj. Armida, M, Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Bapak
Dr. H. Lukman Hakim, M. Pd. I. Bapak Dr. Zawaqi Afdhal Jamil. M. Pd. I. dan
Bapak. Dr. Kemas Imron Rosadi, selaku wakil dekan, M. Pd I, II, dan III
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN STS Jambi.
4. Bapak Ridwan, S.Spi, M. Psi. Psikolog ketua Prodi Pendidikan Agama Islam.
Bapak Mukhlis, S. Ag, M. Pd. I selaku sekertaris prodi Pendidikan Agama
Islam.
5. Ibu Dra. RTS. Magdalena, M. Pd.I. selaku pembimbing I dan bapak Nasir, M.
Fil.I. selaku pembimbing II yang berperan dalam memberikan bantuan,
bimbingan dan motivasi kepada saya.
6. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen, karyawan dan karyawati serta segenap
Aktivitas Akademik Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
7. Bapak kepala Perpustakan UIN beserta segenap karyawan-karyawati.
ABSTRAK
Nama : Reka Sapitri
NIM : TP. 151448
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Cinta Dalam Ikhlas (Studi Terhadap Karya Bayu Adhitya)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan islam yang terdapat dalam Novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya, dan relevansinya terhadap tujuan pendidikan Islam. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode content analysis atau metode analisis isi, yang digunakan untuk menelaah atau menganalisis isi suatu content atau dokumen. Yang dimaksud dokumen dalam penelitian ini adalah Novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya serta bahan-bahan atau dokumen-dokumen lain seperti jurnal dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik interpretasi dan hermeunitik.. Dari analisis yang dilakukan maka disimpulkan bahwa Novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya mengandung konsep nilai-nilai pendidikan islam yaitu: Nilai Aqidah (Keimanan), Nilai Ibadah, dan Nilai Akhlak. Dan nilai-nilai tersebut relevan atau sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.
Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Relevansi, Novel Cinta dalam Ikhlas
ABSTRACT
Name : Reka Sapitri
NIM : TP. 151448
Jurusan / Prodi : Islamic Education
Tittle : Islamic Education Values in Novel Cinta Dalam Ikhlas (Study of the Work of Bayu Adhitya)
This study amis to determine the values of Education in the novel Cinta dalam Ikhlas by Bayu Adhitya, and its relevances to the doals of Islamic Education. The Research method used in this study is the content analysis method used in this Research is the content or document. The meaning of the document is this study is Novel Cinta Dalam Ikhlas by Bayu Adhitya as well as other materials or document such as journals and articles related to this Research. The analysis technique used in this study are interpretation and hermeunitic model. From the analysis carried out, it was concluded that novel the concepts of Islamic Education values, namely: Aqeedah (Faith), Worship and Moral Values, and these values are relevan or accordance with the objectives of Islamic Education.
Keyword: Islamic Education Values, Relevance, Novel Cinta Dalam Ikhlas
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i PERSETUJUAN SKIRPSI ............................................................................................... ii PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................................. iii PERNYATAAN ORISIONAL ........................................................................................ iv PERSEMBAHAN ............................................................................................................. v MOTTO ............................................................................................................................ vi KATA PENGANTAR .................................................................................................... vii ABSTRAK ..................................................................................................................... viii ABSTRACK ...................................................................................................................... ix DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Fokus Penelitian ......................................................................................................... 3
C. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pendidikan Islam ........................................................................................ 6
1. Pengertian Pendidikan Islam ................................................................... 6 2. Tujuan Pendidikan Islam ........................................................................... 8
B. Konsep Nilai pendidikan Islam ................................................................................ 1. Pengertian Nilai Pendidikan Islam ........................................................... 2. Macam-macam Nilai Pendidikan Islam ...................................................
C. Konsep Novel ............................................................................................................. 13
1. Pengertian Novel ........................................................................................ 13
2. Unsur-unsur Novel ..................................................................................... 14
3. Jenis-jenis Novel.......................................................................................... 16
4. Hubungan Novel dengan Pendidikan Islam ..................................... 17
D. Studi Relevan ............................................................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pendekatan Penelitian ........................................................................... 20 B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................................... 21
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 21
D. Teknik Analisis Data ................................................................................................ 21
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Tinjauan Novel Cinta Dalam Ikhlas Karya Bayu Adhitya .......................... 23
B. Analisis Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Cinta Dalam
Ikhlas ............................................................................................................................. 41
C. Relevansi Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Cinta
Dalam Ikhlas dengan Pendidikan Islam Masa Kini ..................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 68
B. Saran .............................................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 70
LAMPIRAN .................................................................................................................... 71
KARTU KONSULTASI ................................................................................................ 72
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 73
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh budaya dan
lingkungannya. Budaya yang menurut pikiran dan perasaan semata tanpa
pertimbangan norma etika dan agama, akan menimbulkan bahaya, baik
bahaya itu pada pelakunya sendiri, maupun pada orang lain atau kelompok
lain. (Zakiah Daradjat, 2014, hlm.8). Dalam era globasisasi saat ini,
memberikan dampak yang dapat mengancam moral dan budaya bangsa,
budaya global akan muncul dan mematikan budaya lokal. Budaya bangsa
Indonesia merupakan budaya ketimuran dimana orang-orang Indonesia
menjunjung tinggi moral dan sopan santun, dengan adanya budaya global
kemungkinan besar akan terjadinya pergeseran nilai-nilai yang bertentangan
dengan kepribadian bangsa.
Pendidikan sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan tersebut,
karena pendidikan memberikan arahan kepada manusia agar tidak terjerumus
dalam kebathilan. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan
peranan penting dalam membangun dan menumbuh kembangkan peradaban.
Maju mundurnya suatu peradaban ditentukan oleh pendidikan. Bahkan,
peradaban dan kebudayaan umat manusia tidak akan pernah muncul tanpa
ada lembaga yang mengarahkan manusia kearah tersebut. Karena manusia
terlahir kedunia tidak memiliki daya dan ilmu yang dapat membuatnya
berkembang lebih maju, maka pendidikanlah yang membangun daya dan
pengetahuan tersebut dalam jiwa manusia (Yusuf Kadar, 2015, hlm.2).
Al- Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan (tarbiyah) adalah
mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia,
mencintai tanah air, tegas jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya),
teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur
katanya baik dengan lisan atau tulisan. (ramayulis, 2010, hlm.16). Kata
sempurna budi pekertinya (akhlak) pada pernyataan diatas sesuai dengan
tujuan tertinggi dari dari pendidikan Islam yaitu membentuk insan kamil.
Salah satu indikator dari insam kamil adalah menjadi hamba Allah, tujuan ini
sejalan pula dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu, semata-mata
untuk beribadah (mengabdi) kepada Allah. (ramayulis, 2010, hlm.134).
Pengabdian pada Allah sebagai realisasi dari keimanan yang diwujudkan
dalam amaliah untuk mencapai derajat orang yang bertaqwa disisi-Nya.
Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala
sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu. Dari sekian
faktor penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses
pembelajaran merupakan salah satu faktor dominan sebab dalam proses
pembelajaran itulah terjadinya internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya
maupun norma-norma secara langsung. Karena itu kegiatan belajar mengajar
merupakan “ujung tombak” untuk tercapainya nilai-nilai diatas. Untuk itu
perlu sekali dalam proses pembelajaran itu diciptakan suasana yang kondusif
agar peserta didik benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses itu.
Dalam kaitannya dengan usaha menciptakan suasana yang kondusif itu,
sumber belajar yang efektif sangat diperlukan untuk menginternalisasi tujuan
tersebut, sumber belajar bukan hanya berasal dari guru-guru dan sekolah saja,
akan tetapi dapat kita dapatkan dari kisah-kisah orang hebat yang
menginspirasi. Kisah-kisah tersebut biasanya berbentuk karya sastra, yang
paling sering kita jumpai adalah karya sastra novel.
Karya sastra tidak sesempit yang kita bayangkan, didalamnya terdapat
pesan moral dan nilai-nilai yang disampaikan penulis, selama ini kita hanya
menganggap bahwa novel hanyalah sebuah kisah yang tak bermakna, namun
melalui penelitian ini, penulis akan mengungkapkan bahwa karya sastra
memiliki nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan contoh dan layak
dijadikan sebagai media pendidikan, seperti novel karya Bayu Adhitya atau
yang lebih dikenal dengan Kang Abay yang berjudul “Cinta Dalam Ikhlas”.
Novel Cinta Dalam Ikhlas merupakan objek dalam penelitian ini, beberapa
orang merasa sedikit terganggu dengan judul novel yang penulis pilih, karena
jika dilihat dari judul novel ini tidak menunjukkan ciri-ciri novel pendidikan,
namun itulah pentingnya membaca karena kita tidak akan tahu apa yang
terkandung dalam novel tersebut jika kita tidak membacanya, novel Cinta
Dalam Ikhlas merupakan novel yang bergenre romance, religi. Menceritakan
tentang sosok Attar, yang berusaha untuk berhijrah.
Attar adalah seorang pemuda yang telah menjalani kerasnya hidup sejak ia
kecil, ia ditinggal mati oleh ayahnya sejak berumur 5 tahun, sejak ayahnya
meninggal ibunya menjadi tulang punggung keluarga, dalam perjalannya Attar
menghadapi banyak tantangan, Attar banyak mengalami perubahan dari
pelajaran hidup yang dijalaninya sejak kecil. Attar belajar tentang keikhlasan
dari seorang gadis yang semula sangat ia cintai hingga akhirnya Attar harus
merelakan cintanya karena Attar lebih memilih untuk mencintai Allah.
Melalui analisis yang akan penulis lakukan penulis akan memudahkan
para pembaca untuk mendapatkan informasi mengenai bagaimana nilai-nilai
pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Cinta Dalam Ikhlas ini.
berdasarkan analisis penulis, Novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu
Adhitya ini mengandung tiga pendidikan yaitu, nilai aqidah atau keimanan,
nilai syariah atau ibadah, dan nilai akhlak. Novel ini juga menunjukkan
kepada kita betapa usaha dan do‟a memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.
Novel ini diangkat dari kisah nyata yang dialami oleh penulisnya, tidak hanya
soal cinta, novel ini mengajarkan bahwa hidup penuh perjuangan jika ingin
mencapai apa yang kita inginkan. Oleh karena itu, berdasarkan deskripsi
diatas penulis tertarik untuk meneliti dan menelaah kandungan nilai-nilai
pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Cinta Dalam Ikhlas dengan judul
penelitian “Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Cinta Dalam Ikhlas”
(Studi Terhadap Karya Bayu Adhitya)
B. FOKUS PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang dikemukan di atas,
maka untuk memudahkan penelitian lebih lanjut, penelitian akan
memfokuskan atau membatasi penelitian pada nilai-nilai pendidikan Islam
yang terdapat dalam novel Cinta Dalam Ikhlas dan relevansinya terhadap
tujuan pendidikan Islam, adapun nilai-nilai pendidikan Islam yang akan
dianalisis yaitu:
1. Nilai aqidah (keimanan) yang meliputi iman kepada Allah, iman kepada
kitab-kitab, iman kepada nabi dan rasul, iman kepada qada dan qadar
Allah.
2. Nilai ibadah yang meliputi, ibadah shalat wajib dan sunnah, Ibadah puasa.
3. Nilai akhlak yang meliputi, keikhlasan, sabar, tanggung jawab, jujur,
amanah dan lain sebagainya.
C. RUMUSAN MASALAH
Dari fokus masalah masalah diatas maka penulis mencoba merumuskan
permasalahan yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penulisan penelitian
ini, adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tinjauan novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Cinta
Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya?
3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Cinta
Dalam Ikhlas dengan tujuan pendidikan Islam?
D. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1. Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah:
a. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata satu
(S1).
b. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam apa sajakah yang
terdapat dalam novel cinta dalam ikhlas.
c. Untuk mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel
Cinta Dalam Ikhlas.
2. Manfaat Penulisan
a. Memberikan pengetahuan mengenai nilai-nilai pendidikan Islam
kepada pembaca dan penulis khususnya.
b. Menjadi wawasan dan pengetahuan, bahwa media pendidikan tidak
hanya dalam bentuk karya ilmiah, namun dapat juga berbentuk karya
sastra (novel).
c. Diharapkan tulisan ini menjadi salah satu referensi bagi perpustakaan
UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Dalam Al-Quran tidak ditemukan kata al-Tarbiyat, namun terdapat istilah
lain seakar dengannya, yaitu al-rabb, rabbayani, murabbiy, dan rabbaniy.
Sedangkan dalam hadits hanya ditemukan kata rabbaniy.Menurut Abdul
Mujib masing-masing tersebut sebenarnya memiliki kesamaan makna,
walaupun dalam konteks tertentu memiliki perbedaan. Menurut Abdul A‟la
al-Maududi kata rabbun, terdiri dari dua huruf “ra” dan “ba” tasydid yang
merupakan pecahan dari kata tarbiyah yang berarti pendidikan, pengasuhan,
dan sebagainya. Selain itu kata ini mencakup banyak arti seperti kekuasaan,
perlengkapan pertanggung jawaban, perbaikan, penyempurnaan dan lain-
lain.kata ini juga merupakan predikat bagi suatu kebesaran, keagungan,
kekuasaan, dan kepemimpinan.
Istilah lain dari pendidikan adalah ta‟lim, merupakan masdar dari kata
„allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau penyampaian
pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Penunjukan kata ta‟lim pada
pengertian pendidikan, sesuai dengan firman Allah SWT:
Artinya:”dan Dia mengajarkan („allama) kepada Adam nama-nama (benda-
benda seluruhnya), kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: “ sebutkanlah kepada-ku nama benda-benda itu jika kamu
memang orang-orang yang benar”. (Q.S. Al-Baqarah:31).
Berdasarkan pengertian yang ditawarkan dari kata ta‟lim dan ayat diatas,
terlihat penegrtian pendidikan yang dimaksudkan mengandung makna yang
terlalu sempit. Pengertian ta‟lim hanya sebatas proses pentransfer seperangkat
nilai antar manusia. Ia hanya dituntut untuk menguasai nilai yang ditransfer
secara kognitif dan psikomotorik, akan tetapi tidak dituntut pada domain
afektif. Ia hanya sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan tidak
mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan
kearah pembentukan kepribadian yang disebabkan pemberian pengetahuan.
Secara terminologi Mustafa al-Maraghy (dalam ramayulis,hal.2010,
hlm.14) membagi kegiatan al-tabiyah dengan dua macam. Pertama, tarbiyah
khalqiyah, yaitu penciptaan, pembinaan dan pengembangan jasmani peserta
didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan jiwanya.Kedua,
tarbiyah diniyah, tahzibiyah, yaitu pembinaan jiwa manusia dan
kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu Ilahi.Berdasarkan pembagian
tersebut, maka ruang lingkup al-tarbiyah mencakup berbagai kebutuhan
manusia, baik jasmani dan rohani, kebutuhan dunia dan akhirat, serta
kebutuhan terhadap kelestarian diri sendiri, sesamanya, alam lingkungan dan
relasinya dengan Tuhan.
Menurut Rasyid Ridha Ta‟lim adalah proses transmisi berbagai ilmu
pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
Prmaknaan ini didasarkan atas QS. Al-Baqarah ayat 31 tentang allama Tuhan
kepada Adam As. Kemudian menurut al-maraghi pengajaran dilaksanakan
bertahap, sebagaimana tahapan Adam As. Mempelajari, menyaksikan dan
menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh al-ta‟lim Allah kepadanya. Ini
berarti bahwa mencakup aspek kognitif belaka, belum mencapai pada domain
lainnya.
Sedangkan kata al-ta‟dib menurut Al-naquib al-Attas adalah pengenalan
dan pengakuan tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu yang didalam
tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing kearah
pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan didalam tatanan
wujud dan keberadaannya.
Al-Ghazali menawarkan istilah al-riyadhah. Baginya al-riyadhah adalah
proses pelatihan individu pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian
tersebut, al-Ghazali hanya mengkhususkan penggunaan al-riyadhah untuk
fase kanak-kanak, sedang fase yang lain tidak tercakup didalamnya.
(Ramayulis,2010, hlm.15-17).
2. Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Hasan Langgulung, berbicara tentang tujuan pendidikan,
khususnya pendidikan Islam, sebenarnya adalah berbicara tentang tujuan
hidup manusia. Sebab, pendidikan hanyalah alat yang digunakan oleh
manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai
individu maupun masyarakat. (Kurwadi, hlm. 149)
Bagi Langgulung, tujuan tertinggi (ultimate aim) pendidikan Islam adalah
terwujudnya manusia yang sempurna, baik sebagai hamba („abid), maupun
sebagai khalifah dibumi (khalifatu Allah fi al ard). (Kurwadi, hlm. 150)
Menurut al-Abrasyi Tujuan pendidikan adalah mengadakan pembentukan
akhlak mulia. Kaum muslimin dari dahulu sampai sekarang setuju bahwa
pendidikan akhlak adalah inti pendidikan islam, dan bahwa mencapai akhlak
yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. (Kurwadi, hlm.
152)
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, tujuan
pendidikan Islam adalah menjadikan manusia sebagai makhluk yang
berakhlak mulia baik sebagai dan sempurna hamba Allah „Azza Wajalla dan
sebagai khalifah dibumi. Sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu
untuk beribadah kepada-Nya, dalam hal ini Allah berfirman dalam al-Qur‟an
surat Adz Dzariyaat ayat 56:
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.
Dalam hal ini, pendidikan hanyalah alat agar kita dapat beribadah kepada
Allah, hal inipun sesuai dengan pendapat an-Nahlawy mengenai tujuan umum
pendidikan islam yaitu untuk mendidik akal dan fikiran manusia karena Allah
menyuruh manusia untuk merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat
beriman kepada Allah. Tentunya tanpa pendidikan manusia tidak dapat
mengenal Allah karena tidak pernah dikenalkan kepada Allah.
B. Konsep Nilai Pendidikan Islam
1. Pengertian Nilai Pendidikan Islam
Dalam Encyclopedia Britanica disebutkan “value is a determination or
quality of object wich involes any sort appreciation or interest” (nilai adalah
sesuatu yang menentukan atau suatu kualitas obyek yang melibatkan suatu
jenis atau apresiasi atau minat). (Sarjono, 2005, hlm.136).
Milton Rekeach dan James Bank yang dikutip Chabib Thoha (1996, hlm.
60-61) menyatakan nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam
ruang lingkup sistem kepercayaan seseorang dalam bertindak atau
menghindari suatu tindakan atau mengenai sesuatu yang tidak pantas
dikerjakan.
Nilai menunjukkan suatu standar atau kriteria untuk menilai atau
mengevaluasi sesuatu seperti industrialisasi yang merupakan sarana
kemakmuran. Dalam pengertian ini terdapat berbagai jenis nilai, yaitu nilai
individu, sosial, budaya, dan agama. Dengan demikian, nilai merupakan
preferensi yang tercermin dari perilaku seseorang, sehingga ia melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Dalam kaitan ini, nilai adalah konsep, sikap
dan keyakinan seseorang terhadap sesuatu yang dipandang berharga olehnya.
(sarjono, 2015, hlm.136)
Dari beberapa pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa nilai adalah
konsepsi abstrak dalam diri manusia atau masyarakat untuk menunjukkan
suatu standar atau kriteria untuk mengevaluasi sesuatu seperti baik buruk,
benar salah sehingga menjadi tuntunan dan pertimbangan bagi seseorang
untuk mengambil suatu keputusan.
Menurut M. Athhiyah Al- Abrasyi (dalam ramayulis, 2010, hlm.15-16)
Pendidikan Islam adalah tarbiyah karena menurutnya keseluruhan kegiatan
pendidikan tarbiyah merupakan upaya yang mempersiapkan individu untuk
kehidupan yang lebih sempurna etika sistematis dalam berpikir, memiliki
ketajaman intuisi, giat dalam mengungkap bahasa lisan dan tulisan, serta
memiliki beberapa keterampilan. Sedangkan istilah yang lain merupakan
bagian dari kegiatan tarbiyah. Dengan demikian maka pendidikan Islam
disebut tarbiyah Islamiah.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai segala pengalaman belajar yang
dilalui peserta didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Karena
pada hakikatnya segala yang dialami oleh manusia mengandung unsur
pendidikan, seperti slogan yang selalu diserukan oleh santri PP. Darussalam
gontor “apa yang kau lihat, apa yang kau dengar, dan apa yang kau rasakan
adalah pendidikan”. Slogan ini mengandung makna bahwa pendidikan sangat
luas, tidak hanya disekolah saja, tapi pendidikan juga terdapat didalam
lingkungan masyarakat, alam dan lainnya.
Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
pendidikan Islam adalah, nilai-nilai pendidikan berdasarkan nilai-nilai yang
terdapat dalam ajaran agama Islam, yang dijadikan sebagai tuntunan hidup
dan standar tingkah laku.
2. Macam-macam Nilai Pendidikan Islam
a. Aqidah (Keimanan)
Aqidah berasal dari kata “aqd” yang berarti pengikatan.Maksudnya
mengikat hari terhadap hal tersebut. Aqidah adalah apa yang diyakini oleh
seseorang. Jika dikatakan dia mempunyai aqidah yang benar, berarti
aqidahnya bebas dari keraguan. Aqidah merupakan perbuatan hati, yaitu
kepercayaan hati dan pembenarannya kepada Sesutu. Ada juga ahli yang
mendefinisikan bahwa aqidah ialah kesimpulan pandangan atau ajaran
yang diyakini oleh hati seseorang.
Adapun secara istilah, aqidah berarti iman. Semua sistem
kepercayaan atau keyakinan bisa dianggap sebagai salah satu akidah. Iman
berarti membenarkan atau percaya. Iman dan Islam (syariat) membentuk
agama menjadi sempurna. Belum disebut penganut agama yang untuh
apabila dalam diri seseorang belum terpatri keimanan dan kehendak untuk
melaksanakan syariat. Sebagaimana disebutkan dalam hadits bahwa:
“suatu hari Rasulullah SAW tiba-tiba muncul diantara kaum muslimin
seorang laki-laki dan bertanya, „wahai Rasulullah, apakah iman itu?
„Rasulullah SAW menjawab, „engkau beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan pada hari
kebangkitan. „orang itu bertanya lagi, „wahai Rasulullah, apakah Islam
itu? „Rasulullah SAW menjawab, „Islam adalah beribadah kepada Allah
atau tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan shalat fardhu,
menunaikan zakat, dan berpuasa pada bulan Ramadhan. „orang itu
kembali bertanya, „wahai Rasulullah apakah ihsan itu? „Rasulullah SAW
menjawab, „engkau beribadah seolah-olah engkau melihat-Nya. Dan jika
engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia selalu melihatmu”. (HR.
Muslim). (Imam Al-Ghazali, 1996, hlm. 26).
Dengan demikian iman adalah keyakinan hati yang datang dari Allah,
iman mempengaruhi perilaku seseorang, tingginya kualitas keimanan
seseorang akan tercermin dari sikap dan perilakunya yang terpuji.
b. Ibadah
Ibadah merupakan elemen penting dalam agama, ibadah adalah suatu
wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah SWT.
(Aswil Roni dkk,.1999, hlm.18). Ibadah juga merupakan kewajiban agama
Islam yang tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan. Keimanan
merupakan fundamen, sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari
keimanan tersebut. Ibadah secara etimologi berarti merendahkan diri serta
tunduk. Secara bahasa ibadah juga dapat diartikan sebagai tunduk (taat),
melakukan pengabdian (tanassuk), merendahkan diri (khudlu‟),
menghinakan diri (tazallul). (Yusuf Al-Qudrawi, 2005, hlm.26). Ibadah
merupakan suatu bentuk kutundukkan kepada eksistensi (Allah SWT),
yang memberi nikmat dan anugerah tertinggi kepada manusia (Yusron
Razak & Tohirin, 2011, hlm. 137). Karena pada hakikatnya manusia
diciptakan untuk beribadah, seperti firman Allah SWT dalam Qur‟an surat
adz-Zariyat ayat 56:
Artinya: dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.
Dapat dipahami bahwa ibadah merupakan ajaran Islam yang tidak
dapat dipisahkan dengan keimanan, karena ibadah merupakan perwujudan
dari keimanan. Dengan demikian kuat atau lemahnya ibadah seseorang
ditentukan oleh kualitas imannya. Semakin tinggi nilai ibadah yang
dimiliki semakin tinggi pula keimanan seseorang. Jadi ibadah ibadah
adalah cerminan atau bukti nyata dari aqidah.
c. Akhlak
Secara etimologis akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Secara
terminologis, definisi dari akhlak menurut Imam Al-ghazali dikutip oleh
Yunahar Ilyas dalam kuliah akhlaq (2011:2) “akhlaq adalah sifat yang
tertanam dalam jiwa yang tertanam di jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan”.
Sedangkan menurut Abdul karim zaidan (dalam Ilyas, 2011, hlm. 2)
akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
dengan sorotan dan timbangannya seseorang dapat menilai perbuatannya
baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan atau
meninggalkannya.
Dalam Al-Qur‟an hanya ditemukan kata khuluq dan tidak ditemukan
kata akhlaq yang berbentuk jamak seperti pada Qur‟an Surah al-Qalam
ayat 4 sebagai berikut:
Artinya: “dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti yang agung”.
Akhlak yang mulia dan mendorong manusia untuk berbuat baik
kepada manusia untuk berbuat baik kepada manusia dalam pergaulan
sehari-hari mereka dalah salah satu tugas Rasulullah SAW. Seperti yang
diketahui bahwa Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang baik, seperti yang diriwayatkan oleh Abi Huraerah dari Said bin
Mansyur. “ aku diutus untuk menyempurnakan Akhlak yang baik”.
Berkaitan dengan akhlak dan pengutusan Rasulullah SAW. setidaknya
dapat dilihat pada surat Al-anbiya‟ ayat 107 berikut ini:
Artinya: “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam”.
Dari hadits dan ayat diatas, tampak pertautan yang kuat, bahwasanya
tidak akan ada rahmat bagi seluruh alam kecuali dengan akhlak
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa Akhlak adalah sifat
yang tertanam dalam diri manusia, sehingga akan muncul secara spontan
tanpa ada pemikiran terlebih dahulu dan tidak memerlukan dorongan dari
orang lain untuk melakukannya.
B. KONSEP NOVEL
1. Pengertian Novel
Novel berasal dari bahasa Italia novella (yang dalam bahasa jerman:
novella). Secara harfiah novella berarti sebuah barang baru yang kecil, dan
kemudia diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.
(Abrams,1999,hal.190). Dewasa ini istilah novella dan novella (inggris
novelette), yang berarti karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak
terlalu panjang dan tidak terlalu pendek. (Burhan Nurgiantoro,2018,hal.11-
12).
Novel adalah cerita prosa tentang kehidupan manusia seperti halnya
cerpen dan roman. Hanya novel lebih besar dari pada cerita pendek, tetapi
isinya lebih terbatas dari pada roman. Menurut H. B. Yasin novel
menceritakan sesuatu kejadian yang luar biasa dari keidupan orang-orang.
Luar biasa karena dari kejadian ini lahir suatu konflik, suatu pertikaian yang
menimbulkan pergolakan jiwa tokoh-tokohnya sehingga mengubah jalan
hidup tokoh-tokoh tersebut. (Suparni,1990, hlm.75).
2. Unsur-unsur Novel
Novel terbentuk dari dua unsur, yaitu unsur intrinstik dan ekstrinstikUnsur
intrinstik adalah unsur yang menyusun sebuah novel atau karya sastra dari
dalam seperti:
a. Tema dan amanat
Tema ialah persoalan yang menduduki tempat utama dalam karya
sastra.Tema mayor ialah tema yang sangat menonjol dan menjadi
persoalan.Tema minor ialah tema yang tidak menonjol. Amanat ialah
pemecahan yang diberikan oleh pengarang bagi persoalan didalam
karya sastra. Amanat biasa disebut makna muatan makna niatan
adalah makna yang termuat dalam karya sastra tersebut . (Amir, 2010,
hlm.2).
b. Tokoh
Menurut abrams (Nurgiyanto, 2018, hlm.165) bahwa tokoh cerita
adalah orang orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau
drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral yang
diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Tokoh dalam karya rekaan selalu mepunyai sikap, sifat, tingkahlaku,
atau watak-watak tertentu. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan
tokoh ciptaan pengarang, ia haruslah seorang tokoh yang hidup secara
wajar, sebagaiman kehidupan manusia yang terdiri dari darah dan
daging, yang mempunyai pikiran dan perasaan. Kehidupan tokoh
cerita adalah kehidupan dalam dunia fiksi, maka ia haruslah bersikap
dan bertindak sesuai dalam tuntutan cerita dengan perwtakan yang
disandangnya.
c. Penokohan
Cara pengarang menampilkan tokoh adalah penokohan.Penokohan
atau karakter adalah pengembangan watak meliputi pandangan pelaku,
keyakinan, kebiasaan yang dimiliki para tokoh yang mempunyai
tempat tersendiri dalam suatu karya sastra. Karakter tokoh atau pelaku
dapat dikenal watak yang lewat penggambaran baik yang dilakukan
pengarang, pencerita meupun oleh pelaku,
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penokohan
adalah pelukisan gambaran yang jelas dalam mengembangkan
karakter tokoh-tokoh yang berfungsi untuk memainkan cerita dan
menyampaikan ide, motif, plot, dan tema yang ditampilkan dalam
suatu karya naratif yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas
moral
d. Latar
Pada dasarnya setiap karya (novel) yang membentuk cerita selalu
memiliki latar. Latar dalam novel tidaklah sepenuhnya sama dengan
realitas. Latar yang ada dalam setiap tetap mempunyai relevansi
dengan realitas yang sesungguhnya, karena pengarang menciptakan
karyanya berdasarkan pengamatan dan pengalaman terhadap
lingkungan hidupnya.
e. Sudut pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menampikan pelaku dalam
cerita termasuk diri pengarang itu sendiri.
f. Alur
Alur atau plot adalah rangkaian cerita yang disusun secara runtut.
Selain itu alur juga dapat dikatakan sebagai peristiwa atau kejadian
yang sambung menyambung dalam suatu cerita.
g. Gaya bahasa
Dari segi bahasa tentu pengarang menggunakan bahasa kata-
kata atau kalimat dalm bahasa yang bias dipahami dan dimengerti
sebagai pemiliki dan pembaca sebagai orang yang menikmati karya
sastra itu.
Selain itu setiap novel mempunyai tiga unsur pokok, sekaligus
merupakan unsur terpenting, yaitu tokoh utama, konflik utama, dan
tema utama. Ketiga unsur utama itu saling berkaitan erat dan
membentuk satu kesatuan yang padu, kesatuan organisme cerita,
ketiga unsur inilah yang terutama membentuk dan menunjukkan
sosok cerita dalam sebuah karya fiksi. Kesatuan organis (organic
unity) menunjuk pada pengertian bahwa setiap bagian sub konflik,
bersifat menopang, memperjelas, dan mempertegas eksistensi ketiga
unsur utama cerita tersebut.
Unsur ekstrinstik adalah unsur yang mempengaruhi novel dailuar
sastra, dengan sejumlah faktor kemasyarakatan seperti tradisi sastra,
kebudayaan lingkungan, pembaca sastra, serta kejiwaan mereka.
(Amir, 2010, hlm.4).
3. Jenis-jenis Novel
Menurut Muchtar Lubis (dalam wicaksono, 2015,hlm. 84) novel itu
ada bermacam-macam, antara lain:
a. Novel avounter
Novel aavounter adalah novel yang dipusatkan pada seorang lakon
atau tokoh utama. Deritanya dimulai dari awal sampai akhir apra tokoh
mengalami rintangan-rintangan dalam mencapai maksudnya.
b. Novel psikologi
Novel psikologi adalah novel yang penuh dengan peristiwa-
perisriwa kejiwaan para tokohnya
c. Novel detektif
Novel detekif merupakan novel tentang kehidupan golongan dalam
masyrakat dengan segala permasalahannya, misalnya antara kaum
masyarakat dan buruh dengan kaum kapitalis terjadi pemberontakan.
d. Novel kolektif
Novel yang menceritakan pelaku secara kompleks (menyeluruh)
dan segala seluk beluknya. Novel kolektif tidak mementingkan
individu masyarakat secara kolektif.
e. Novel percintaan
Novel percintaan adalah novel yang melibatkan peranan tokoh
wanita dan pria secara seimbang bahkan kadang-kadang peranan
wanita lebih dominan.
f. Novel petualangan
Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peran wanita.Jika
wanita tersebut dalam novel ini penggambarannya kuran
berkenan.Jenis novel ini addalah bacaan pria.Karena tokohnya dalah
pria, dan banyak masalah untuk pria yang tidak ada hubungannya
dengan laki-laki.
g. Novel fantasi
Novel fantasi adalah novel yang menceritakan hal yang tidak
realistis dan serba tidak mungkin. Novel ini menggunakan karakter,
seting plot yang tidak realistis dan tidak wajar untuk penyampaian ide-
ide penelitinya.
4. Hubungan Karya Sastra Dengan PAI
Karya sastra mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah fungsi
religius, yaitu, sastra menghasilkan karya-karya yang mengandung nilai-nilai
agama. (Amir, 2010, para.1). Dalam hubungannya dengan Pendidikan agama
Islam (PAI), karya sastra adalah sebagai sarana dakwah media penyampaian
dari nilai-nilai pendidikian agama Islam itu sendiri. Seperti novel-novel
religius yang banyak sekali beredar ditoko-toko buku, melalui novel para
pembaca secara tidak langsung akan memahami nilai-nilai pendidikan Islam
yang terkandung didalamnya. Para penulis novel menyematkan amanat yang
dalam tulisannya tersebut, yang diharapkan dapat diajadikan pelajaran bagi
yang membacanya.
C. STUDI RELEVAN
Studi ini merupakan studi tentang nilai-nilai pendidikan Islam yang
terdapat dalam Novel “Cinta Dalam Ikhlas” karya Bayu Adhitya, yang mana
penulis ketahui belum ada penulis lain yang membahas novel ini dalambentuk
penelitian, namun penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diantaranya:
1. Penelitian Herliyah Navisah (2010), yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan
Islam Dalam Novel „ketika cinta bertasbih‟ karya Habiburrahman El-
shirazy dan Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam”. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa novel
Ketika Cinta Bertasbih megandung nilai-nilai pendidikan aqidah
(keimanan), ibadah, dan budi pekerti, serta mempunyai relevan dengan
materi pendidikan agama Islam. Persamaan penelitian diatas dengan
penelitian peneliti adalah sama-sama meneliti nilai-nilai yang terdapat
dalam novel. Perbedaannya adalah, teknik analisis data yang digunakan.
2. Penelitian Nurfalah Handayani (2017), yang berjudul “Nilai-nilai
Pendidikan Islam dalam Novel Api Tauhid Karangan Habiburahman El-
Shirazy”. UIN Raden Intan Lampung. Penelitian ini mengemukakan nilai-
nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Api Tauhid Karangan
Habiburahman El-Shirazy. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian
peneliti adalah sama-sama membahas nilai-nilai pendidikan Islam dalam
novel dan perbedaannya adalah penelitian Nurfalah Handayani membagi
analisis menjadi dua bagian yaitu analisis terhadap nilai-nilai pendidikan
dan nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Novel Api Tauhid
Karangan Habiburahman El-Shirazy. Sedangkan peneliti lebih
memfokuskan penelitian terhadap nilai-nilai pendidikan Islam saja.
3. Penelitian Agung Prayoga, (2010), yang berjudul “Nilai-nilai Pendidikan
Islam dalam Novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro”. UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. Hasil dari penlitian ini menunjukkan bahwa didalam
novel Ma Yan Karya Sanie B. Kuncoro, terdapat nilai-nilai pendidikan
Islam. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-
sama membahas nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel dan
perbedaannya adalah penelitian Agung Prayoga menggunakan pendekatan
hermeutik, sedangkan peneliti menggunakan metode pendekatan content
analysis
BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE PENDEKATAN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kepustakaan
(library research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan
dengan menghimpun data dari berbagai literatur. Literatur yang diteliti tidak
terbatas pada buku-buku, tetapi terdapat juga bahan-bahan dokumentasi,
majalah, jurnal, dan surat kabar). (Sarjono dkk.., 2008)
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif analitis. Deskriptif analitis (descriptive of analyze
Research), yaitu pencarian berupa fakta, hasil dari ide pemikiran seseorang
melalui cara mencari,menganalisis, membuat interpretasi, serta melakukan
generalisasi terhadap hasil penelitian yang dilakukan. Penelitian dimaksud
tidak hanya terbatas pada pengumpulan data tetapi juga meliputi analisis dan
interpretasi tentang arti data tersebut. Selain itu semua data yang
dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti
(Moleong, 2001: 6).
Prosedur penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang
berupa data tertulis setelah melakukan mengklasifikasikan data sesuai dengan
pokok permasalahannya.
B. JENIS DAN SUMBER DATA
Data dalam penelitian ini terdapat dua jenis yaitu data primer, data primer
adalah data yang diolah sendiri oleh peneliti langsung dari subjek atau objek
penelitian, data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah, data yang
dikutib dari objek penelitian yaitu novel “Cinta Dalam Ikhlas” karya Bayu
Adhitya.
Dan yang kedua adalah, data sekunder, yaitu data pendukung atau data
yang didapat dari berbagai literatur, seperti buku-buku, artikel, karya ilmiah,
skripsi dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian.
Adapun data sekunder tersebut diantaranya, buku elektronik atau E-Book
teori pengkajian fiksi karya Burhan Nurgiantoro dan buku ilmu pendidikan
Islam karya Zakiah Daradjat.
C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode
dokumentasi atau studi dokumen. Metode ini adalah metode pengumpulan
data yang ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Metode ini dilakukan
dengan cara mengumpulkan data-data berupa tulisan yang relevan dengan
permasalahan yang ada pada fokus penelitian.
Adapun data tersebut berasal dari sumber Yang telah disebutkan di atas
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang dimaksud adalah novel
Cinta dalam Ikhlas Karya Bayu Adhitya, serta data sekunder dalam penelitian
ini adalah literatur terkait yang relevan dan sesuai dengan fokus masalah yang
ada.
D. TEKNIK ANALISIS DATA
Penelitian ini menggunakan teknis analasis menurut milles dan hubermen:
a. Data reduction
Data reduction atau reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, dan
polanya, dan membuang yang tidak perlu (sugiyono,2009,hal.338).
Dalam penelitian ini, peneliti membaca sumber data primer secara
berulang-ulang, kemudian memilih, mencatat dan merangkum data-data
yang diperlukan dalam penelitian.
b. Data display
Data display adalah bahasa inggris yang berarti, penyajian data.
Menurut miles dan hubermen yang dikutip oleh Muhammad idrus bahwa,
penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Pada tahap ini peneliti
mengklasifikasikan data kemudian menyajikan data sesuai dengan pokok
permasalahannya.
c. Verification
Verification atau verifikasi, adalah teknik analisis akhir dari
penelitian ini dimana peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data
yang telah dikumpulkan dengan maksud mencari makna data yang telah
didapatkan dari sumber.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. TINJAUAN NOVEL CINTA DALAM IKHLAS KARYA BAYU ADHITYA
1. Sinopsis Novel cinta dalam ikhlas
Episode Kehilangan
Ada sebuah memori yang sulit dilupakan oleh setiap manusia. meski kita
setengah mati berusaha menghilangkannya dalam ingatan, tetap tak bisa kita
lupakan. Malah semakin besat energi kita melupakan, akan semakin besar pula
ingatan itu muncul bak film drama dengan detail yang tergambar didepan mata.
Memori itu menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita hidup kita, mewarnai dan
menghantui hidup kita. Bahkan, sesekali, memori itu mampu masuk ke mimpi
mimpi kita, membuat kita terbangun dari tidur dengan mata yang berair
Memori itu bernama kehilangan. Siapa yang pernah mengalami kehilangan?
Aku pernah. Tak sekali, bahkan berkali-kali. Aku yakin semua manusia pernah
dan akan bertemu dengan cerita tentang kehilangan.
Orangtuaku memberiku nama Bintang Atharisena Firdaus, sebuah nama
indah penuh harapan kebaikan. Teman-temanku memanggilku Athar.
Pada suatu malam, aku berbaring didalam kamar. Usiaku baru menginjak 5
tahun. Aku letakkan kakiku keatas menyentuh dinding kamar, mataku menatap
langit-langit termenung sendirian. Semua orang sedang berkumpul diruang
tengah, suara mengaji terdengar begitu jelas. Aku beranjak, dari balik jendela aku
melihat dengan jelas sebuah mobil putih. Mataku tajam menatap keluar jendela,
bibi shock karena kakak satu-satunya yang sangat disayangi telah meninggal.
Malam semakin larut, aku masih terdiam didalam kamar. Tak beranjak,
mataku tak mengeluarkan tangisan sedikitpun. Aku masih belum mengerti.
Keesokan harinya aku melihat jenazah bapak sudah berada didalam keranda dan
dibawa kemasjid untuk dishalatkan.
Kakiku terus melangkah mengikuti orang yang berjalan pelan, menerobos
jalan kecil yang dipenuhi pepohonan. Hingga akhirnya orang-orang berhenti
disebuah tempat. Didepannya ada tanah galian seukuran 2 x 1 meter. Dengan
perlahan jenazah bapak dikeluarkan dari keranda. Bapak menghilang, ditimbun
tanah, terkubur diperistirahatkan terakhirnya. Episode pertama dalam
kehidupanku tentang kehilangan adalah tentang kematian.
Setelah bapak tiada, mama harus berjuang membesarkan kami seorang diri,
berperan sebagai ibu dan bapak sekaligus, berjuang untuk anak-anaknya, aku dan
dua orang kakakku yang masih sekolah dan adikku yang masih kecil. Setahun
setelah bapak tiada aku mulai masuk sekolah dasar. Aku melihat sekeliling
ternyata aku adalah satu-satunya siswa baru yang tiba disekalah tanpa didampingi
oleh orangtua, tapi aku mengerti mama memang terlampau sibuk mengurusi
banyak hal.
Tahun berganti tahun, kakak pertamaku Rani Yulianti, lulus SMA. Teh Rani
begitu aku memanggilnya adalah seseorang yang memiliki banyak impian. Aku
sudah kelas III saat itu, teteh dilamar oleh teman kuliahnya, akhirnya teteh
memustuskan untuk menerima pinangan lelaki tersebut dan mama setuju. Suami
teteh bernama Roy dan kami memanggilnya aa Roy. Setelah menikah teteh dan aa
Roy memutuskan tinggal bersama kami.
Akhirnya teteh hamil, kabar ini membuat kami semakin tersenyum bahagia.
Akan hadir keluarga baru dalam hidup kami. Ketika kehamilan menginjak bulan
kelima, akhirnya teteh dan aa Roy memutuskan untuk pindah tempat tinggal.
Teteh diprediksi akan memiliki bayi kembar.
Bulan ketujuh kehamilan teteh
Saat itu aku sedang bermain sepak bola bersama teman-teman. Waktu hampir
sore, sedang asyik-asyiknya menendang bola, kudengar teriakan kakak keduaku,
Rizky. Aku langsung meninggalkan permainan. Aku mengira teteh sudah
melahirkan, aku bergegas pulang kerumah, dengan rasa heran karena inikan baru
bulan ketujuh. Mobil membawa kami kerumah mertua teteh. Sampai didepan
rumah aku melihat kerumunan orang berkumpul. Aku mendekat dan sampai
didepan pintu, sesampai di depan pintu aku menangis sekencang-kencangnya
melihat jenazah seseorang terbungkus kain kafan dengan perut yang besar
dikelilingi orang-orang sedang mengaji semua orang menangis saat itu aku hanya
bisa memeluk pak RT yang setia menemaniku. di sinilah ujian bagi keluarga kami
sesungguhnya ujian untuk mama untukku dan kami semua cahaya terang yang
kami bangun bertahun-tahun setelah kematian bapak seolah merdu Mama terlihat
terpuruk semuanya terpuruk episode kedua kehilangan dalam hidupku masih
bercerita tentang kematian.
Rahasia pertemuan
Pada akhirnya hidup adalah tentang kemampuan menangkap sinyal dari
semesta memaknai setiap pesan Ilahi yang disampaikan oleh-Nya dalam
berbagai cara lalu menghubungkan semua pesannya tersebut ke dalam sebuah
episode kehidupan yang terjadi di sekelilingmu semua telah diatur olehnya
keteraturan Yang Maha Sempurna tidak ada satupun kejadian di semesta ini yang
terjadi tanpa alasan dari-Nya. Sama seperti hari ini keputusan Mama memilihkan
SMA pilihannya, tentu lah yang terbaik untukku, meski sempat berdebat sengit
dengannya akhirnya hatiku luluh untuk masuk sekolah ini, SMA N 1 Sukaresmi di
sekolah inilah Mama berharap aku bisa belajar dan mengejar mimpi mimpiku.
Padahal sebenarnya aku sangat ingin masuk ke SMAN 1 Cianjur, apalagi nilaiku
cukup untuk masuk ke sekolah paling favorit di kota kami itu tetapi akhirnya aku
harus menuruti keinginan mama.
Aku masuk kelas 1C, Indra salah seorang personil Band semasa SMP ku
edelweis juga dipanggil untuk masuk ke barisan kelas C, aku senang karena
kembali satu sekolah dengannya, dan kini kami masuk ke kelas yang sama. Di
SMA aku memang Berencana untuk lebih aktif bermain band. Di bagian paling
belakang barisan aku melihat kerumunan kecil aku masih ragu apakah orang-
orang yang sedang berkumpul itu masuk barisan kelas kami atau bukan. Sampai
detik itu tiba serasa ada sebuah magnet dengan tarikan besar pada kepala dan
mataku untuk melihat ke Ara satu titik. Aku melihat seorang gadis berjilbab putih
yang membuat mata ini tak kuasa untuk terpejam. Dia sangat anggun dengan
senyuman merekah seperti pelangi yang indah, mengapa dia berbeda dari yang
lain dan mengapa perasaan ku sangat berbeda kepadanya?. Baru kali ini aku
merasakan denyut jantung Seperti ini getar hati seperti ini Tuhan apa yang harus
aku lakukan?.
Kamu Siapa Namamu?
Ternyata aku satu kelas dengan wanita itu, hal pertama yang ingin aku
ketahui tentang nya adalah siapa namanya nya?. Akhirnya momen yang
kutunggu-tunggu di dalam kelas adalah saat absensi nama dilakukan, saat itulah
aku tahu siapa nama perempuan berjilbab dengan Senyuman indah seperti pelangi
terbalik itu.
Namanya adalah Aurora cinta Purnama aku duduk di barisan pertama di
jajaran meja kedua dia duduk di barisan kedua jajaran meja ketiga dari Ara pintu
kelas, kami memanggilnya Ara. Hanya satu minggu perempuan itu berhasil masuk
dalam mimpiku tanpa permisi dan ini membuat hatiku semakin meratap penuh
tanya.
Aku berbaring mataku sedikit basah, selama ini aku sangat jauh dari-Nya
tetapi aku berharap Dia memberiku petunjuknya kepadaku mungkin perasaanku
akan terombang-ambing namun aku berharap bimbingan-Nya. Aku siap
menghadapi semua yang mungkin terjadi dalam hidupku setelah ini dan ada satu
hal yang kupinta kepadanya sesuatu yang datang dari hatiku Tuhan jika memang
perasaanku atas dia benar datang dari-Mu tolong tunjukkan kepadaku cara yang
benar untuk mencintai dia.
aku pernah terjebak cinta monyet, sudah sewajarnya seseorang yang tumbuh
pada usia belasan memiliki perasaan suka terhadap lawan jenis. Itu terjadi
kepadaku saat kelas 2 SMP, sebuah Masa ketika aku sering bertanya dalam hati
tentang urusan cinta. Karena sering dikompori oleh teman-teman sekelas ku maka
aku memutuskan untuk memiliki seorang pacar, saat itu aku pikir memiliki
seorang pacar akan menyenangkan ternyata tidak demikian akhirnya aku
memutuskan pacarku.
Setelahnya hari-hariku kembali terlalui sebagai seorang jomblo. Aku pasrah
dengan status lama ku ini, aku juga sudah merasa capek mengikuti sesuatu karena
gengsi semata. Itulah pengalaman tak menyenangkan bagiku dengan beberapa
perempuan saat masa SMP. Namun, perasaan aku rasa suka kepada Ara kini
berbeda dengan yang kurasakan dulu dan aku mencoba menikmati semuanya
meski kadang pula aku merasa tersiksa karena nya.
saat itu Aku tertidur di dalam masjid, tiba-tiba seseorang membangunkanku
dengan suara speaker dan membuatku terbangun. Aku mencari sepatuku di depan
masjid ternyata sepatuku telah hilang. Mamat menyembunyikannya di belakang
mimbar masjid. Aku pun merasa kesal dengan keisengan Mamat.
Aku bercerita kepada Mamat, bahwa aku menyukai Ara, Mamat malah
mengejekku dan mengatakan bahwa laki-laki sepertiku tidak mungkin disukai Ara
rasanya kata-kata itu sangat kejam. Mamat pun menyuruhku untuk memantaskan
diri dan memberikan program yang harus aku kerjakan secara berulang-ulang.
Seperti, aku harus belajar, aku harus shalat lima waktu, dan ditambah dengan
shalat sunat tahajud, aku harus menjadi orang pertama yang bisa menjawab atau
mengerjakan tugas dari guru di kelas.
Mamat telah ku angkat menjadi seorang penasehat pribadiku semua itu aku
kerjakan secara sadar dan berulang-ulang, sehingga telah menjadi kebiasaan
bagiku dan membentuk diriku yang baru. Salah satu program Mamat aku
disarankan untuk masuk Rohis, aku bingung laki-laki sepertiku apa mungkin
masuk Rohis karena aku adalah seorang anak band. Namun, demi Ara aku
lakukan semua itu dengan sukarela dan lama-kelamaan aku merasa nyaman
mengikuti kegiatan di Rohis.
Akhirnya ujian semester pertama pun telah dilaksanakan, aku melihat sebuah
poster di papan pengumuman bahwa akan dilaksanakan festival band sekolah.
dengan berbagai kebiasaan Baru yang sudah ku miliki aku tetap mempertahankan
kebiasaan lama dan hobiku yang satu ini yaitu bermain band menjadi seorang
vokalis band dan menyanyikan lagu-lagu yang aku sukai di depan orang banyak
adalah impianku. Sebagai leader Edelweiss aku ingin Band ku mengikuti Festival
band yang akan dilaksanakan sekolah.
Akhirnya hari yang ditunggu pun tiba aku dan band ku membawakan lagu
dari Dewa 19 yang berjudul “Kamulah satu-satunya”. Hingga di hari
pengumuman siapa saja grup band yang lolos ke babak grand final ternyata Kami
adalah termasuk grup yang lolos ke babak grand final dan pada grand final kami
membawakan lagu Sheila On Seven yang sedang hits yaitu “Seberapa Pantas”.
Aksi Sama Dengan Reaksi
Hukum Newton 3 mengatakan, bahwa aksi sama dengan reaksi. apa yang kita
lakukan akan sesuai dengan apa yang kita dapatkan. Pada babak grand final
festival lagu yang menurut kami akan membawa kami dikenal lebih luas oleh
semua orang di sekolah ini akhirnya membuahkan hasil, meskipun kami tidak
menjadi juara akan tetapi kami menjadi terkenal di sekolah.
Cinta bisa melahirkan banyak hal tak terduga memunculkan berbagai potensi
rahasia dalam diri kita dan kehadiran Ara dalam hidupku juga telah membuatku
menemukan banyak potensi yang sebenarnya aku miliki salah satunya adalah
potensi ku dalam menulis sebuah lagu kelas 1 SMA semuanya terasa berjalan
sempurna berbagai kebiasaan positif telah mengubahku. Aku yang dulu hanya
bintang redup kini telah berubah menjadi bintang yang bersinar terang di sekolah.
Selalu siap mengepakkan kedua sayapku untuk terus terbang tinggi. Cinta
kepadaku dan cintaku kepada Allah telah membantuku untuk terus terbang tinggi
mereka adalah 2 wanita bidadari surga dalam hidupku.
1 tahun telah terlewati dalam hatiku tersimpan pertanyaan besar yang berhari-
hari terasa sangat menghantui. Apakah aku harus jujur dengan perasaanku dan
mengungkapkan semua isi hatiku kepadanya?. Atau aku harus menahan semuanya
hanya dalam diam?. Selama ini kami berbicara hanya dengan senyuman. Dia
selalu tersenyum dia, dia tersenyum jika bertemu denganku, atau beberapa kali
kami membahas soal pelajaran, tak lebih dari itu. Sebagai juara kelas aku memang
menjadi rujukan pertanyaan oleh siapapun di kelas yang kurang mengerti
pelajaran tertentu, dan aku tak pernah memiliki kesempatan untuk mengenal Ara
secara personal.
Pernah beberapa kali aku memberi memberanikan diri untuk menelpon ke
rumah Ara. Telepon diangkat ketika di ujung sana ada suara indah yang kudengar.
“Halo Assalamualaikum”. Aku hanya bisa menikmati suara Ara dan beberapa saat
kemudian aku menutup kembali telepon itu.
Masa perpisahan semakin hari semakin mendekat membuat ketakutanku juga
kegalauanku semakin membesar. Aku ingin mengenal lebih jauh hingga pada
momen yang tepat Ara memintaku untuk mengisi diarynya, dan saat itu aku
membaca isi diary Ara. Di sana banyak sekali biodata dari teman-teman di
kelasku dan satu puisi yang membuat hatiku bergetar. Di dalam puisi itu Ara
mengatakan bahwa ia sangat penasAran siapa yang akan menjadi jodohnya kelak.
Pada suatu hari kami diajak oleh guru kami ke Istana Cipanas, di sanalah
momen di mana Aku berbicara dengan Ara, aku menanyakan kepada Arah tentang
keyakinan perasaan. Aku mengatakan kepadanya, bahwa sejak bertemu
dengannya aku merasa yakin bahwa cinta itu ada, dan aku berterima kasih karena
dia telah membuatku berubah, aku berterus terang kepadanya bahwa aku ingin
suatu saat nanti aku mampu dan pantas untuk menjadi imam untuk nya. Namun
dengan suara yang lembut Ara berkata kepadaku bahwa jodoh adalah rahasia-Nya
dan akan tetap menjadi rahasia sebelum waktu itu tiba. Dia akan terus
memantaskan diri untuk siapapun yang akan menjadi imam nya kelak, yang pasti
pilihan Allah adalah yang terbaik untuknya.
Mama selalu mengatakan kepadaku ada cinta yang lebih besar daripada cinta
mama yaitu cinta Allah kepada hamba-Nya. Pada suatu ketika pemilihan ketua
Rohis yang baru pun akan segera dilaksanakan, dan aku sangat terkejut ketika
Namaku adalah termasuk ke dalam kandidat ketua Rohis. Pada waktu yang
ditentukan sesuai dengan kesepakatan bahwa akulah yang menjadi ketua Rohis,
padahal aku merasa sangat tidak pantas orang sepertiku bisa menjadi seorang
ketua Rohis, dan disinilah aku putuskan aku harus berhenti mengikuti latihan band
dan aku harus meninggalkan Edelweiss. Tetapi edelweis lah yang telah
membesarkan namaku di sekolah ini, edelweiss akan terus ada di hatiku.
Hingga aku lulus aku tetap tidak bisa melupakan Ara. Aku sangat berambisi
untuk bisa masuk ke ITB. Namun harapanku, pupus ketika aku tidak lolos ujian
seleksi. Atas izin Allah aku masuk ke Universitas lain dan mengambil jurusan
bisnis, saat itu aku sudah tidak lagi banyak memikirkan Ara. Karena aku telah
mengikhlaskan cintaku padanya, karena cinta itu adalah melepaskan bukan
memaksakan.
Di Bandung aku berkuliah, Mamat memberikan nomor sahabatnya ketika di
pesantren, namanya adalah Zayn, Kang Zayn memberiku tumpangan untuk
beberapa waktu. Dan atas sAran darinya aku berjualan Di pelataran masjid
Pusdai, sebuah masjid besar dan terkenal ramai dengan berbagai kegiatan di kota
Bandung. Dengan hasil dari berjualan aku bisa membayar kos-kosan.
Di kampus Aku memiliki teman bernama Lestari Nuraini. Tari adalah sahabat
baikku di kampus kami satu kelas dan sama-sama jurusan Manajemen Bisnis. Dia
mengenalkanku pada buku-buku motivasi dan pengembangan diri. Pada suatu
ketika Tari memberikanku sebuah buku yang berisi surat yang berisikan bahwa
Tari ingin mengajakku untuk berta‟aruf. Namun aku tidak langsung
menerimanya, aku harus mempertimbangkannya terlebih dahulu, dan meminta
izin kepada mama, dan mama pun mengizinkanku. Akan tetapi setelah beberapa
bulan, aku merasa bahwa kami tidak cocok dan akhirnya dengan berat hati aku
mengatakan kepada tari bahwa ta‟aruf ini dibatalkan.
Sewaktu di bus saat menuju ke Bandung, aku bertemu dengan seseorang yang
bernama Pak Farhan, sehingga silaturahmi itu pun tetap terjaga. Pak Farhan pun
memberikanku sebuah pekerjaan aku membantu Pak Farhan mengelola toko
pakaiannya, dan aku pun meminta Pak Farhan untuk mengajak Kang Zain. Pak
Farhan mempunyai seorang anak bernama Nabila aku memanggilnya teh bila
Suatu ketika aku terkejut Ketika pak Farhan memintaku untuk menikahi
anaknya, sedangkan aku tahu bahwa kang Zayn menyukai teh Bila. Aku
mengatakan kepadanya bahwa aku belum bisa menerima tawaran dari Pak Farhan.
selang beberapa waktu Pak Farhan pun jatuh sakit dan teh bila sangat sedih
akupun datang ke rumah sakit. Aku pun menangis dan mengatakan aku akan
mengabulkan apapun keinginan Pak Farhan asalkan Farhan bisa bangun dari
koma nya. Dan akhirnya aku pun harus mengikhlaskan Ara aku harus menikah
dengan teh Bila demi berbalas budi kepada Pak Farhan, yang telah banyak
membantu ku.
Suatu hari aku bertemu dengan Ara dia pun mengatakan bahwa dia saat ini
telah siap menikah, aku pun sangat senang akan tetapi tawaran Pak Farhan
membuat situasi sangat sulit dan akhirnya akupun harus mengikhlaskan Ara.
Ara mengirim pesan kepadaku bahwa dia akan dijodohkan dengan seorang
dokter pilihan ayahnya. Darahku langsung mendidih, aku pun harus mempercepat
rencanaku aku harus menemui orangtua Ara. Tapi bagaimana, aku harus berbicara
kepada Pak Farhan.
Setelah Pak Farhan sadar aku sangat bersyukur karena Pak Farhan menerima
kang Zayn untuk menjadi menantunya, sehingga aku pun bergegas menuju ke
rumah Ara karena aku tidak ingin terlambat. Sesampai di rumahnya, aku gemetar
ketika akan mengetik rumahnya aku sangat terkejut ketika ayahnya bercerita
ternyata ayahnya adalah sahabat ayahku, karena itu pula ayah Ara menerima
pinangan ku. Aku sangat bahagia, aku bersyukur ternyata Ara memilihku,
daripada dokter pilihan ayahnya itu.
Aku berjanji akan berusaha membahagiakannya, menjadi suami dan Imam
yang terbaik untuknya, Insya Allah secepatnya aku akan ajak keluargaku untuk
berkunjung ke rumahnya. Terima kasih Ara aku sangat lega mendengarnya, Ara
pun berkata “Sebenarnya bukan aku yang memilihmu bukan pula cinta yang
memilihmu tapi Allah yang memilihmu untuk kucintai”.
2. Unsur-unsur Novel Cinta Dalam Ikhlas
a. Unsur Intristik
1) Tema
Novel ini bertema “keikhlasan dan melepaskan”, novel ini
menceritakan seorang pemuda bernama Athar yang berjuang untuk
merubah diri dan menggapai cita-cita dan cintanya, cobaan datang silih
berganti dalam hidup Athar, namun keyakinan akan takdir Allah
membuat Athar bertahan.
2) Alur
a) Alur Maju
Bercerita tentang tahun-tahun yang dilewati Athar berlalu begitu cepat.
Contoh:
“hidupku berlalu sangat cepat, hingga tahun berganti tahun”.
(abay, 2017, hlm. 5).
b) Alur mundur
Deskripsi cerita saat Athar menceritakan dirinya ketika masih kelas II
SMP
“itupun yang terjadi kepadaku saat kelas II SMP” (abay, 2017,
hlm. 5).
3) Penokohan
a) Bintang Atharisena Firdaus(Athar)
Athar adalah tokoh utama dalam novel ini, Athar diawal cerita
dikisahkan sebagai seorang anak kecil yang lugu ketika ditinggal mati
bapaknya, dan kehidupannya berubah sejak kepergian bapaknya.
Athar menjadi vocalis band sejak SMP dan melanjutkannya
hingga ke masa SMA, dimasa SMA Athar menyukai seorang teman
kelasnya bernama Ara, namun menurut sahabatnya Mamat, Athar tak
pantas menyukai Ara, karena Ara adalah gadis yang alim menurut
Mamat.
Sehingga Mamat menyarankan Athar agar marubah dirinya,
hingga Athar mulai mengikuti kajian-kajian disekolah dan mengikuti
Rohis, dan meninggalkan bandnya, meski awalnya semua perubahan
Athar adalah demi Ara, namun lama kelamaan Athar merasa nyaman
dengan kebiasaan barunya. Sehingga Athar telah berubah, dan
menjadi Athar yang baru, seorang pemuda cerdas dan bersprestasi.
b) Aurora Cinta Purnama (Ara)
Aurora atau Ara, digambarkan sebagai wanita dengan wajah
teduh dan berjilbab syari, hal itu membuat Athar jatuh hati, karena
Ara berbeda dengan wanita yang ada di SMA pada umumnya.
Ara sebenarnya telah mengetahui bahwa Athar menyukainya
sejak lama, namun Ara mencoba untuk bersikap biasa saja, hingga
suatu hari Athar menyatakan perasaannya kepada Ara, namun Ara
menolak dan mengatakan bahwa belum waktunya Ara memikirkan
cinta. Namun diakhir cerita, akhirnya Ara menerima perasaan Athar
saat Athar datang untuk melamarnya.
c) Mama
Dalam cerita ini, Tokoh Mama tidak disebutkan namanya,
namun Mama sangat berperan dalam kisah Athar, mama adalah sosok
yang kuat dan sabar, membesarkan Athar dan kedua kakak dan
adiknya.
Setelah ditinggal mati suaminya, mama menjadi tulang
punggung keluarga dan bekerja dipasar untuk menghidupi keempat
anaknya. Tokoh mama banyak memberi petuah dan nasihat kepada
Athar.
4) Latar
a) Latar Waktu
a. a Pagi
“pagi sekali kami kami berangkat dengan pakaian kebanggaan
kami ...” ”(abay, 2017, hlm. 217)
a. b Siang
“... dan pulang pada siang hari dengan wajah riang” ”(abay,
2017, hlm. 5)
a. c Malam
“malam semakin larut. Dan aku masih terdiam didalam
kamar”(abay, 2017, hlm. 2)
b) Latar Tempat
a. a Istana Kepresidenan Cipanas
“hari ini kita akan melihat dan mengenal istana kepresidenan
Cipanas, Istanana ini berdiri diatas areal kurang lebih 26 hektare,
dengan luas bangunan sekitar 7.760 meter persegi”. (abay, 2017,
hlm.89).
a. b Masjid Pusdai Bandung
“aku sering berjualan di pelatran masjid pusdai, sebuah masjid
yang sangat besar dan terkenal ramai dengan berbagai kegiatan
dikota Bandung”.(abay, 2017, hlm.225).
a. c Lapangan Basket
”tiba-tiba aku mendengar panggilan untuk semua siswi baru
berkumpul di lapangan basket sekolah”. (abay, 2017, hlm.13).
a. d SMA 1 Sukaresmi
“aku berdiri digerbang sekolah, bersiap memulai petualangan
baruku. Hari yang kunantikan, inilah hari pertamaku masuk
SMA”. (abay, 2017, hlm.13).
a. e Aula sekolah
“Aula itu seperti panggung besar untukku” (abay, 2017, hlm.62)
a. f Ruang Sekretariat Rohis
“sepulang sekolah aku memberanikan diri langsung ke masjid, dan
menuju ruang kecil tempat sekretariat Rohis” (abay, 2017, hlm.55)
a. g Kios Salsabila Muslim Fashion
“setelah sekian lama mencari, akhirnya ketemu juga lokasi Blok.
E. Mataku melihat-lihat papan plang nama kios. Hingga akhirnya
berhasil kutemukan papan plang bertuliskan ... Salsabila Muslim
Fashion” (abay, 2017, hlm. 224)
a. h Masjid Salman ITB
“sejuk dan damai rasanya berada dalam masjid Salman ITB.
Masjid Salman adalah masjid yang sangat aku suka, bahkan
menurutku, masjid ini adalah salah satu masjid terindah dikota
Bandung...”. (abay, 2017, hlm. 338).
c) Latar suasana
a) Senang
“penampilanku disambut tepuk tangan yang sangat meriah oleh
semua teman-teman. Mereka terlihat sangat senang dengan
penampilanku barusan. (abay, 2017, hlm. 65).
b) Sedih
“Aku mendekati mama dan mencium tangannya. Rasanya aku ingin
menangis”. (abay, 2017, hlm.51).
c) Terkejut
“hey kalian semua yang dibelakaaang!”
Kami semua langsung melihat kedepan, keArah teriakan. (abay,
2017, hlm.45).
d) Kecewa
“astaghfirullah,Athar ... kamu mau sampai kapan buat masalah
terus? Kamu nggak kasihan sama mama?”. (abay, 2017, hlm.50).
e) Takut
“dengan perasaan takut aku dan ketiga tersangka lainnya kedepan
kelas” (abay, 2017, hlm.45).
5) Sudut Pandang
a) Orang pertama
Karena pengarang banyak menggunakan kata “Aku” dalam
penggambAran tokoh.
b) Orang ketiga
Tokoh utama banyak menyebutkan kata “Dia” dalam cerita
6) Gaya Bahasa
Diksi dalam Novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya ini
banyak menggunakan bahasa baku, namun terkadang diselingi dengan
bahasa sunda dan sebagian menggunakan kiasan. Dibawah ini adalah
diksi yang peneliti temukan dalam novel cinta dalam ikhlas:
a) Bahasa baku
“ada sebuah memori yang sulit dilupakan oleh setiap manusia, meski kita setengah mati berusaha menghilangkannya dalam ingatan, tetap tak bisa melupakan. Malah semakin besar energi kita untuk melupakan, akan semakin besar pula ingatan itu muncul bak film drama dengan detail yang tergambar didepan mata. Memori itu menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita kehidupan kita, mewarnai dan menghantui hidup kita. Bahkan sesekali memori itu mampu masuk ke mimpi-mimpi kita, membuat kita tebangun dari tidur
dengan mata yang berair. Memori itu bernama kehilangan” (abay, 2017, hlm.1).
b) Bahasa Sunda
“shalat sunnah dhuha cuy, bukan shalat zhuhur Haduh Dasar anak band, meni enggak tahu yang kayak begini juga, Ari kamu belajar ngaji Agama teu” (abay, 2017, hlm.35). Bahasa kiasan “pada akhirnya, hidup adalah tentang kemampuan menangkap sinyal dari semesta memaknai setiap pesan Ilahi yang disampaikan oleh Nya dalam beragam cara lalu menghubungkan semua pesannya tersebut ke dalam semua episode kehidupan yang terjadi di sekelilingmu”. (abay, 2017, hlm.).
7) Amanat
a) Allah tak akan memberika ujian melebihi batas kemampuan
hambanya.
b) Menjadi orang yang setiap harinya lebiha baim dari hari kemarin.
c) Kita harus selalu berdo‟a dan berusaha untuk menggapai cita-cita
dan keinginan kita
d) Yakin akan takdir Allah, apabila kita kehilangan sesuatu Allah akan
menggantikan dengan yang lebih baik.
e) Kita harus menjadi manusia yang bersyukur dengan apa yang telah
Allah berikan kepada kita.
b. Unsur Eksentrik
1) Biografi Bayu Adhitya
Bayu Adhitya Nugraha atau Kang Abay adalah seorang motvasinger
dan seorang seorang penulis kelahiran Cianjur dan kini beliau menetap di
Bandung, Kang Abay telah menikah dengan istrinya yang bernama Nia
Agustini dan telah dikaruniai tiga orang anak, anak pertama Kang Abay
bernama Altanissa Aurora adhitya, anak kedua yaitu Fathia Ramadissa
Adhitya, dan anak ketiga Kang Abay bernama Adhwa Fatimah Adhitya.
Novel cinta dalam ikhlas adalah novel pertama Kang Abay, setelah
sebelumnya pernah meluncurkan song book berjudul galau positif (
publishing, 2012) dan song book pernikahan impian (Mizania, 2014), dan
novel kedua kang abay baru saja dirilis pada tahun 2018 lalu dengan judul
hijrah itu cinta.
Selain seorang penulis kang Abay juga seorang content creator, kang
abay adalah penggagas project #cintapositif dan #singlelillah yang populer
di youtube dan media sosial lainnya.
Kang abay juga telah menciptakan beberapa judul lagu. Dan lagu-lagu
Kang Abay terpilih menjadi official song dibanyak komunitas positif di
Indonesia, seperti Komunitas Pengusaha Tangan di Atas (TDA). Teladan
Rasul, Muda Mulia, Tweet Nikah, dan lain-lain.
Pada tahun 2016 Kang Abay mendapatkan dua penghargaan sebagai
Best Song Writer di Indonesia Nasheed Award (INA), dan penghargaan
Best Song Writer di Bandung Nasheed Award (BNA). Selain itu Kang
Abay adalah seorang pembicara publik, khususnya pembicara tema Cinta
Positif, pranikah, dan bagaimana menggapai cita-cita atau impian. Ratusan
event seminar di lebih dari 50 kota di Indonesia pernah dihadiri oleh Kang
Abay selama tiga tahun terakhir, dengan melibatkan puluhan ribu
audience.
Beberapa informasi pribadi Kang Abay, seperti tanggal lahir dan latar
belakang pendidikan tidak tercantum dalam media massa maupun jejaring
sosial media miliknya, namun penulis telah berusaha untuk mendapatkan
informasi mengenai data diri dari beliau, melalui chat pribadi dan e-mail,
dan kang abay membagikan beberapa informasi mengenai dirinya seperti
yang telah tercantum diatas.
Mengenai latar belakang pendidikan, berdasarkan informasi yang
diberi Kang Abay, beliau merupakan Sarjana Strata Satu, namun beliau
tidak menyebutkan jurusan ataupun parodi dan universitas tempat beliau
menimba ilmu. Begitupun mengenai kehidupan pribadi beliau, namun hal
itu bukanlah sesuatu yang perlu diperdebatkan, karena yang akan dikupas
atau dibahas oleh penulis dalam skripsi ini adalah nilai-nilai pendidikan
Islam yang terdapat dalam karya beliau, khususnya Novel Cinta Dalam
Ikhlas (2017).
B. NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL CINTA DALAM
IKHLAS
Nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu
Adhitya banyak yang disajikan dalam bentuk deskripsi cerita, dialog antar tokoh,
maupun respons para tokoh dalam menyikapi sesuatu. Dalam novel ini terdapat
dialog percakapan langsung. Namun percakapan tersebut berbentuk tulisan
sehingga akan mudah dibaca berulangi-ulang.
Kalimat-kalimat yang terdapat dalam sebuah novel adalah kumpulan ide yang
dituangkan oleh pengarang. Namun tentang pesan yang terdapat dalam novel
tersebut terkadang diambil atau berdasarkan pendapat atau literatur lainnya,
seperti kisah-kisah tentang pAra Nabi dan Rasul, atau tentang penafsiran sebuah
ayat Al-Quran atau Hadits Nabi. Dan tentunya pesan yang disampaikan oleh
penulis terdapat perbedaan dalam pemahaman dari setiap pembaca. Namun
dengan gaya bahasa yang sesuai akan mempermudah pembaca dalam memahami
isi dan pesan dari novel tersebut.
Adapun nilai-nilai pendidikan Islam itu berdasarkan komponen utama
sekaligus nilai tertinggi pendidikan Islam menurut sebagian ulama terbagi
menjadi tiga macam, diantaranya: Nilai Keimanan, Nilai Ibadah, dan Nilai
Akhlak. Penggolongan ini berdasarkan pada penjelasan Nabi Muhammad Saw
kepada malaikan Jibril mengenai Iman, Islam dan Ihsan, yang esensinya sesuai
dengan ketiga nilai yang telah disebutkan diatas.
1. Nilai Keimanan
Iman adalah keyakinan hati yang datang dari Allah, iman mempengaruhi
perilaku seseorang, tingginya kualitas keimanan seseorang akan tercermin
dari sikap dan perilakunya yang terpuji.
Kajian nilai pendidikan keimanan yang terdapat dalam novel Cinta
Dalam Ikhlas Karya Bayu Adhitya mencakup empat nilai keimanan, yaitu:
Iman Kepada Allah SWT, Iman Kepada Kitab-kitab Allah, Iman Kepada
Rasul-rasul Allah, dan Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah.
a. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah membenarkan adanya Allah SWT,
dengan cara meyakini dan mengetahui bahwa Allah wajib adanya karena
dzat-Nya sendiri (wajib al-wujud li Dzathi), Tunggal dan Esa, raja yang
Maha Kuasa, yang hidup dan berdiri sendiri, yang qadim dan azali untuk
selamanya. Dia Maha Mengetahui dan Maha Kuasa terhadap segala
sesuatu, berbuat apa yang Ia kehendaki, menentukan apa yang Ia
inginkan, tiada sesuatupun yang sama dengan-Nya.
Dalam novel Cinta Dalam Ikhlas penulis menampilkan tentang
konsep keimanan Kepada Allah dengan cara menjelaskan tentang ke
Esaan Allah dalam menyampaikan pesan-pesan-Nya melalui alam
semesta
“hidup adalah tentang kemampuan menangkap sinyal dari semesta memaknai setiap pesan Ilahi yang disampaikan oleh Nya dalam beragam cara lalu menghubungkan semua pesannya tersebut ke dalam semua episode kehidupan yang terjadi di sekelilingmu”. (abay, 2017, hlm.11).
Dalam kutipan diatas penulis menyampaikan bahwa Allah meberikan
petunjuk kepada hamba-nya melalui berbagai macam cara, dalam novel
tersebut disebutkan bahwa manusia harus pandai dalam berfikir dan
berprasangka baik kepada Allah, bahwa apa yang terjadi dialam semeta
ini adalah sebuah pelajaran dan petunjuk dari-Nya, sebagaimana yang
telah di firmankan Allah dalam al-Qur‟an surat Ali-Imran ayat 190-191:
Artinya: “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami,
Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka pelihAralah Kami dari siksa neraka.”
Dalam bagian lain novel Cinta dalm Ikhlas, Bayu Adhitya juga
menampilkan konsep pendidikan keimanan kepada Allah, bahwa tiada
satupun yang terjadi di bumi ini atas kehendak dan izin Allah, berikut
kutipan yang menggambarkan penjelasan diatas sebagai berikut:
“semua telah diatur oleh-Nya keteraturan Yang Maha Sempurna tidak ada satupun kejadian di semesta ini yang terjadi tanpa alasan dari-Nya” (abay, 2017, hlm. 12).
Dalam hal ini Athar (tokoh utama dalam novel Cinta dalam Ikhlas)
pasrah akan keputusan ibunya untuk disekolahkan di sekolah pilihan
ibunya, karena sebelumnya Athar telah memilih sekolah impiannya,
namun Athar harus menerima permintaan ibunya, karena Athar yakin,
akan ada hikmah dari keputusan ibunya, dan Athar yakin, bahwa semua
yang terjadi telah diatur oleh Allah.
Dalam hal ini Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-BaqArah ayat
216:
Artinya: “diwajibkan atas kamu berperang, Padahal berperang itu
adalah sesuatu yang kamu benci. boleh Jadi kamu membenci sesuatu,
Padahal ia Amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.”
Dalam novel Cinta Dalam Ikhlas, Bayu Adhitya juga menampilkan
konsep dari sifat-sifat Allah, antara lain:
1) Allah Maha Pengasih dan Penyayang
“ada yang mencintaimu lebih daripada siapapun. Cinta yang menghebatkan, menguatkan kata mama. “siapa ma” tanyaku bingung. Selama ini betapa hebat mama berjuang membesarkanku seorang diri. “Allah, anakku. Cinta mama tak seberapa dengan cinta Allah kepadamu”. (abay, 2017, hlm.98).
Dalam dialog diatas, menjelaskan bahwa ada cinta yang lebih
besar daripada cinta seorang ibu kepada anaknya.
2) Allah tempat berlindung
Allah adalah tempat berlindung, oleh karena itu Allah memiliki
nama yang mulia dari 99 namanya (asmaul husna), yaitu Al-maani‟
yang artinya Allah Maha memberi perlindungan, seperti pada
kutipan dibwah ini:
“dan, mama merasakan nikmat yang luar biasa. Mama merasa nggak sendiri, mama merasa punya pelindung, yang
maha kuat: Allah, ada Allah yang selalu menemani mama, siap menolong keluarga kita, jangan takut” (abay, 2017, hlm.99).
Allah maha pelindung, yang menghidarkan kita dari sebab-sebab kehancuran dan kekurangan dalam hal agama dan badan atau dalam diri kita.
b. Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Iman kepada kitab-kitab Allah adalah rukun yang ketiga dalam
rukun iman, makna beriman kepada kitab-kitab ilahi yang merupakan
bagian dari akidah mukmin ialah membenarkan secara pasti kala khusus
Allah yang Dia wahyukan kepada Rasul pilihan-Nya, kemudian disusun
atau disatukan menjadi lembAran-lembAran atau kitab-kitab suci.
LembAran-lembAran dan kitab-kitab yang diketahui wajib diimani
secara rinci dan tidak diketahui wajib diimani secara garis besar. Satu-
satunya referensi yang menjadi sumber untuk mengetahui kitab-kitab
Ilahi secara rinci adalah kitab Alqur‟an, karena Al-Quran adalah kitab
yang terjaga sedemikian rupa.
Hal ini tidak ditemukan pada kitab-kitab lain seperti kitabullah
Taurat yang diturunkan kepada Nabiyullah Musa As, dan Injil yang
diturunkan kepada Nabiyullah Isa As, dimana kitab-kitab tersebut telah
diubah dan tidak terjamin lagi keasliannya. Oleh karena itu umat Islam
telah menjadi umat yang istimewa karena Allah telah menjaga kemurnian
dan keaslian Al-Quran.
Al-Quran merupakan pedoman bagi umat Islam berperilaku dan
bertindak, hal tersebut terdapat dalam novel ini, dengan kutipan sebagai
berikut:
“dalam hidup Al-Quran digunakan sebagai petunjuk utama bagi kita, jadi kita harus percaya dengan ayat tersebut”. (abay, 2017, hlm.252).
Dalam kutipan di atas Athar mengatakan bahwa alquran adalah
petunjuk utama, karena semua tentang kehidupan terdapat dalam Al-
quran, dalam deskripsi sebelumnya Athar menejelaskan kepada Tari
teman sekelasnya, bahwa konsep jodoh dalam al-Quran terdapat dalam
surat An-Nur ayat 26 dalam surat tersebut Allah berfirman bahwa
wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji dan begitu pula
sebaliknya.
c. Iman Kepada Rasul-Rasul Allah
Iman kepada Rasul adalah percaya dan yakin bahwa Allah telah
mengutus para Rasul kepada manusia untuk memberi petunjuk kepada
manusia.
Dalam novel cinta dalam ikhlas memberikan konsep mengenai
keimanan terhadap Rasul Allah dengan menjadikan Rasulullah SAW
sebagai tauladan, karena Rasulullah memiliki akhlak yang sempurna.
Terdapat deskripsi cerita yang menyatakan hal diatas sebagai berikut:
“Islam adalah agama yang sempurna, agama yang Allah ridai, agam yang mencintai kebaikan dan perbuatan baik, dengan Rasul-nya Muhammad SAW, manusia terhebat sepanjang masa, teladan kebaikan dengan akhlaknya yang sempurna” (abay, 2017, hlm.126).
Kutipan diatas menceritakan tentang Islam yang dibawa oleh Nabi
muhammad SAW.
Dalam bagian lain terdapat kisah tentang Siti Hajar yaitu istri dari
Nabi Ibrahim yang kisahnya pada akhirnya Allah jadikan sebagai salah
satu bagian rukum syariat dari pelaksanaan ibadah umrah, yaitu Sa i.
Selain itu juga terdapat kisah Nabi Nuh dan istrinya yang durhaka
kepadanya dan kepada Allah.
d. Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah
Iman kepada takdir atau qadha dan qadar adalah percaya bahwa
segala hak, keputusan, perintah ciptaa Allah SWT yang berlaku pada
makhluk-Nya termasuk dari kita (manusia) tidaklah terlepas (selalu
berlandaskan pada) qadar, ukuran, aturan dan kekuasaan Allah Swt.
Sebagai manusia biasa yang lemah, kita harus percaya bahwa segala
sesuatu yang terjadi pada diri kita atas izin Allah SWT, dengan cara
berusaha, berdoa dan berikhtiar kepada Allah. Karena Allah Swt
memberi cobaan itu pasti sesuai dengan posisi kita masing-masing, tidak
ada yang kurang atau lebih. Artinya manusia hanya bisa berusaha dan
sesungguhnya Allah swt yang akan menentukan
Dalam novel cinta dalam ikhlas karya Bayu Adhitya ini, banyak
sekali dialog, deskripsi cerita yang berisikan tentang konsep keimanan
kepada qadha dan qadar, karena berdasarkan analisis penulis secara
keseluruhan, isi dari novel ini mengajarkan kita bagaimana cara agar kita
berserah diri kepada Allah namun bagaimana jugakita harus berikhtiar.
Seperti kisah tokoh utama yaitu Athar, yang berusaha untuk
melanjutkan kuliahnya keperguruan tinggi, agar dapat mengubah nasib
keluarganya, karena Athar yakin bahwa Allah akan mengubah nasib
suatu kaum yang mau berubah dan mau berbuat.
Allah pun berfirman dalam Al-Quran surat Ar-Rad ayat11:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri.”
Dibagian lain, konsep tentang keimanan kepada Allah juga terdapat
pada inti cerita dari novel cinta dalam ikhlas ini, dimana Athar sangat
mencintai seorang gadis yang bernama Ara, namun Athar lebih memilih
untuk melepaskannya, karena Athar tidak tahu apa rencana dan takdir
Allah kedepannya, karena Athar sadar pilihan Allah adalah yang terbaik.
Mengenai hal ini Allahpun berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 216
yang artinya: “Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
Konsep ini pun juga terdapat dalam kisah ketika Athar pasrah ketika
telah berusaha mengikuti ujian SPMB untuk berkuliah di ITB, dalam
kutipan sebagai berikut:
“dengan penuh ketegangan aku melewati dua hari ujian SPMB. Tanpa mengikuti bimbel masuk perguruan tinggi karena tidak
memiliki biaya, aku hanya bisa pasrah setelah jungkir balik belajar”. (abay, 2017, hlm.163).
meskipun dalam keadaan tegang Athar tetap berdo‟a dan berusaha
bersikap optimis, Athar yakin bahwa Allah selalu menyiapkan rencana
terbaik untuknya. Hal ini tercermin dalam sebuah deskripsi cerita sebagai
berikut:
“akankah aku lulus? Bagaimana jika aku gagal?, membayangkannya saja aku belum mampu dan siap. Namun, aku terus berdoa dan berusaha bersikap optimis. Aku harus yakin bahwa Allah selalu menyiapkan rencana yang terbaik untukku.” (abay, 2017, hlm.163).
2. Nilai Ibadah
Ibadah merupakan elemen penting dalam agama, ibadah adalah suatu
wujud perbuatan yang dilandasi rasa pengabdian kepada Allah SWT. (Aswil
Roni dkk,.1999,hal.18). Ibadah juga merupakan kewajiban agama Islam yang
tidak bisa dipisahkan dari aspek keimanan. Keimanan merupakan fundamen,
sedangkan ibadah merupakan manifestasi dari keimanan tersebut.
Dalam novel cinta dalam ikhlas terdapat nilai pendidikan agama yang
mencakup beberapa hal utama yaitu: shalat wajib maupun sunnah, puasa
sunnah, do‟a, taubat dan menikah.
a. Shalat
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah
SWT yang perintahnya langsung diterima Rasulullah SAW pada malam
isra‟ mi‟raj. (Syakir Jamaludin, 2010, hal. 81). Dan shalat juga merupakan
tiang agama, sebagai tiang agama, shalat harus selalu ditegakkan dan tidak
boleh ditinggalkan, baik dalam keadaan sakit, musafir, atau bahkan saat
perang. Shalat dibagi menjadi dua bagian, yaitu shalat wajib dan shalat
sunnah.
Dalam novel cinta dalam ikhlas, terdapat beberapa bagian yang
mengandung pendidikan shalat fardhu dan shalat sunnah.
1) Membudayakan shalat berjama‟ah
Terlalu banyak hadits Nabi SAW yang menekankankan penting
dan utamanya shalat berjama‟ah apalagi dilaksanakan tepat waktu
(yakni diawal waktu) di masjid. Sebegitu pentingnya shalat
berjama‟ah sehingga Nabi SAW sempat mempunyai keinginan untuk
membakar rumah orang yang tidak ikut shalat berjama‟ah, padahal dia
tidak punya udzur untuk berjama‟ah di masjid (muttafaq‟alayh dalam
syakir, hal. 81).
Dalam novel cinta dalam ikhlas ada banyak dialog dan deskripsi
cerita yang mengandung pendidikan dan contoh dari pengamalan
shalat berjama‟ah, salah satunya adalah sebagai berikut:
“terik siang menandakan shalat zhuhur akan tiba. setelah adzan berkumandang, kami semua bersiap melaksanakan shalat berjamaah” (abay, 2017, hlm.92)
2) Kewajiban terhadap Jenazah
Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan karena adanya
muslim atau muslimah yang meninggal dunia. Shalat ini hukumnya
fardhu kifayah. (Syakir Jamaludin, 2010, hal. 81)
Dalam novel inipun terdapat nilai pendidikan ibadah shalat
jenazah yang secara tidak langsung menyampaikan mengenai hak-
hak jenazah yang harus dilakukan oleh orang-orangyang masih
hidup diantarnya mengkafani dan bahwa sebelum dikuburkan
jenazah perlu dishalatkan terlebih dahulu, dan menshalatkan
jenazah terlebih dahulu sebelum dikuburkan. Adapun nilai tersebut
terkandung dalam deskripsi cerita sebagai berikut:
“tangisan terbesar dalam hidupku tumpah saat aku melihat jenazah seseorang terbungkus kain kafan dengan perut yang besar dikelilingi orang-orang yang sedang mengaji” (abay, 2017, hlm. 9). “mereka bersiap membawa bapak ke masjid untuk dishalati. Ada banyak rombongan yang ikut menshalati bapak”. (abay, 2017, hlm.3).
Kutipan diatas bercerita ketika ayah dan kakak perempuan
Athar meninggal, dan kutipan diataspun seakan memberikan
pelajaran atau pengetahuan bahwa sebelum dikubur jenazah perlu
untuk dikafani dan dishalati.
3) Shalat sunnah dhuha
Shalat al-dhuha atau sering disebut juga shalat alawwabin
adalah shalat sunnat yang dikerjakan pada saat matahari sudah
naik, kira-kira sepenggal (setinggi tonggak) dan berakhir saat
tergelincirnya matahari diwaktu zhuhur. Melihat intensitas
pengerjaannya oleh Nabi SAW dan pesan-pesan beliau tentang
pentingnya shalat dhuha, maka shalat ini termasuk sunnah
mu‟akkadah” (Syakir Jamaludin, 2010, hal. 146).
Dalam novel cinta dalam ikhlas terdapat contoh
pelaksanaan shalat sunnah dhuha diantara lain sebagai berikut:
“shalat sunnah dhuha cuy, bukan shalat zhuhur Haduh Dasar anak band, meni enggak tahu yang kayak begini juga, Ari kamu belajar ngaji Agama teu” (abay, 2017, hlm.35).
Dalam kutipan diatas, sebelumnya Athar merasa heran ada
orang yang mengerjakan shalar zhuhur namun belum masuk
waktunya, dan Mamat sahabat Athar menjelaskan bahwa ia baru
saja mengerjakan shalat sunnah dhuha. Dalam kutipan diatas secara
tidak langsung menunjukkan kepada kita mengenai waktu shalat
dhuha, yaitu sebelum masuknya waktu zhuhur
4) Shalat Tahajjud dapat memudahkan urusan dunia
Shalat tahajjud adalah shalat yang dikerjakan pada saat setelah
isya hingga sebelum masuk subuh, Allah sangat menganjurkan
kepada Rasul-Nya dan orang-rang beriman untuk melaksanakan
shalat al-Layl (tahajjud) atau shalat malam. (Syakir Jamaludin,
2010, hal. 147).
Dalam novel cinta dalam ikhlaspun terdapat dialog mengenai
pentingnya shalat tahajjud, seperti berikut:
“pada tahun kedua setelah bapak meninggal, mama mencoba berubah. Mama semakin mendekat kepada Allah. Mama biasakan shalat tahajjud, lebih tepatnya mama paksakan. Setiap malam mama menangis kepada Allah” (abay, 2017, hlm. 99).
Dalam pelaksanaannya shalat tahajjud bagi sebagian orang
mungkin terasa sulit karena tidak terbiasa bangun pada tengah
malam, namun pada dialog diatas ibu Athar mencoba untuk
membiasakan diri shalat tahajjud. Dengan membiasakan shalat
tahajjud setiap malam ibu Atharpun merasakan nikmat yang luar
biasa sehingga dia pun tak merasa sendiri lagi ada Allah
bersamanya. Dan sehingga berbagai kesulitanpun dapat terlewati.
b. Puasa sunnah dapat menyehatkan badan
Nilai pendidikan tentang puasa sunnah yang terdapat dalam novel
cinta dalam ikhlas adalah puasa senin kamis, seperti dialog dibawah ini:
“aku juga membiasakan diri untuk rajin berpuasa senin kamis. Awalnya sekalian, karena alasan ekonomi. Biar ngirit!. Namun, semakin kesini ternyata mmanfaatnya banyak kurasakan. Aku semakin sehat dan jArang sakit, emosiku stabil, dan ibadah yang kulakukan terasa jauh lebih nikmat jika dalam keadaan berpuasa” (abay, 2017, hlm. 247).
Dalam kutipan diatas pula mengajarkan kepada kita bahwa puasa
memiliki banyak manfaat diantaranya, menyehatkan badan, serta melatih
emosi karena orang berpuasa adalah orang yang sedang melatih kesabAran
dan nafsunya.
c. Berdo‟a sebagai alat komunikasi kepada Allah
Do‟a adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati
untuk mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada disisi-
Nya. (#hambaAllah, 2017, hal.5). Do‟a adalah bentuk ketaatan kita kepada
Allah, karena Allah sungguh memerintahkan setiap manusia agar berdo‟a
hanya kepada-Nya, bahkan Allah mengatakan bahwa orang yang tidak
mau berdo‟a adalah orang yang sombong, hal ini sebagaimana firman
Allah dalam Al-Quran surat Al-Mukmin ayat 60:
Artinya: “dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam
dalam Keadaan hina dina".
Dalam novel cinta dalam ikhlas karya Bayu Adhitya, banyak sekali dialog
atau deskripsi cerita yang menunjukkan atau menampilkan konsep nilai
pendidikan ibadah khususnya berdo‟a, hal itu terdapat pada bagian saat
Athar sedang mengikuti pengajian disekolahnya, pak Rasyid sebagai
penceramah memimpin do‟a saat pengajian telah usai. Hal ini
mencerminkan bahwa, setiap apa yang kita lakukan, baik memulai ataupun
mengakhiri sebuah kegiatan, agar kegiatan tersebut lebih bermanfaat dan
berkah.
Dalam novel inipun terdapat nilai bahwa, selain berdo‟a kita juga
harus berusaha dan berikhtiar, sebagaimana yang terdapat pada kutipan
dibawah ini:
“aku harus terus melangkah. Sambil berharap ada sebuah keajaiban
terjadi dalam hidupku. Tuhan Maha Mendengar do‟a orang-orang
yang berikhtiar dalam sabar, bukan?”. (abay, 2017, hlm.145).
Dapat kita simpulkan bahwa, kita tak dapat bergantung pada selain
Allah, karena Allahlah satu-satunya tempat bergantung, dan diperintahkan
untuk selalu berdo‟a, karena do‟a adalah termasuk ibadah.
Dalam novel ini banyak dialog yang menceritakan bahwa do‟a
mempunyai kekuatan yang dapat membuat manusia lebih tegar, karena
lebih bergantung kepada Allah daripada makhluknya.
d. Menikah untuk menjauhi maksiat
Dalam kompilasi hukum Islam, pernikahan adalah akad yang kuat
atau mitsaqan ghalizan untuk mentaati perintah Allah dan
melaksanakannya merupakan ibadah. (jurnal pendidikan agama Islam, 14-
2, 186)
Para ulama fiqh pengikut mazhab yang empat (syafi‟i, Hanafi, maliki,
dan hambali) pada umumnya mereka mendefinisikan
pernikahan/perkawinan pada akad yang membawa kebolehan (bagi
seorang laki-laki untuk berhubungan badan dengan seorang perempuan)
dengan (diawali dalam akad) lafazh nikah atau kawin, atau makna yang
serupa dengan kedua kata tersebut. (jurnal pendidikan agama Islam, 14, 2,
hlm. 185)
Islam memandang bahwa pernikahan adalah sesuatu yang luhur dan
sakral, bermakna beribadah kepada Allah, mengikuti sunnah Rasulullah
dan dilaksanakan atas dasar keikhlasan, tanggung jawab dan mengikuti
ketentuan-ketentuan hukum yang harus diindahkan. (para. 1).
Dalam novel cinta dalam ikhlas karya Bayu Adhitya, terdapat bagian
yang menunjukkan bahwa pernikahan sangat diperlukan untuk
menghindari maksiat hal itu ditunjukkan pada satu bagian dimana ketika
Athar hendak mengatakan perasaannya kepada Ara, namun Ara berkilah
bahwa Ara akan menunggu Jodoh yang telah ditentukan oleh Allah
untuknya.
Dalam hal memilih pasangan dalam novel ini ditunjukkan bahwa
memilih calon istri atau suami yang pertama kali menjadi pertimbangan
adalah agamanya.
3. Nilai Akhlak
menurut Imam Al-ghazali dikutip oleh Yunahar Ilyas dalam kuliah
akhlaq (2011:2) “akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
tertanam di jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang
dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”.
Adapun nilai akhlak yang terkandung dalam novel Cinta dalam ikhlas
mencakupu beberapa hal: menghormati kedua orangtua, tolong menolong,
sabar, bersyukur, dan ikhlas.
a. Ridha orangtua adalah ridha Allah
Berbakti kepada orangtua (birul walidain), berbakti kepada orangtua
adalah suatu kebajikan, Allah dan Rasul-Nya menempatkan orangtua
pada posisi yang sangat istimewa, sehingga berbuat baik kepada
keduanya juga menempatkan posisi yang sangat mulia. (Yunahar Ilyas,
2011, hlm. 151). Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al-Isra‟ ayat 23:
...
Artinya: “dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya ...”
Dalam novel cinta dalam ikhlas terkandung nilai pendidikan akhlak
yaitu berbakti kepada orangtua, seperti yang tergambar pada kutipan
berikut:
Aku berlutut bersimpuh didepan mama, sambil kupegang dan kuusap lembut kaki mama “ya, ma, seperti yang Athar sampaikan ditelepon, Athar kepingin nikah. Insya Allah niatnya tahun depan. Athar pengin bahagiakan mama, sampai kapanpun...”
Membahagiakan orangtua khususnya ibu adalah suatu akhlak yang
mulia, kutipan diatas mengandung nilai akhlak yang luhur, meminta
ridha kepada orangtua dalam menjalani kehidupan, agar lebih berkah dan
dimudahkan oleh Allah.
Dalam novel ini, digambarkan sosok Athar selalu meminta ridha
ibunya, sebelum melakukan atau memutuskan sesuatu, hal ini sejalan
dengan nilai pendidikan akhlak, yaitu akhlak kepada orangtua.
b. Tolong menolong dalam kebaikan
Manusia adalah makhluk sosial dan tidak dapat hidup sendiri,
manusia butuh orang untuk menjalankan kehidupan. Oleh karena itu
tolong menolong sangatlah dibutuhkan dalam menjalani kehidupan,
karena dalam kehidupan ini akan banyak sekali cobaan dan kesulitan
yang kita hadapi, oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari
orang lain baik berupa materi, tenaga dan waktu dari mereka.
Dalam novel cinta dalam ikhlas penulis menemukan konsep tolong
menolong sebagai berikut:
“fokusku sekArang adalah berubah. Dan, aku sudah menyiapkan
beberapa strategi untuk dilakukan. Bersama sahabat terbaikku.
Mamat, yang kini sudah berubah menjadi guru spiritualku
sekaligus penasihat pribadiku”. (Abay, 2017, hlm. 52-53).
Dalam kutipan diatas terdapat konsep pendidikan Islam akhlak
yaitu tolong menlong, dimana Mamat membantu Athar untuk berubah
menjadi anak yang rajin dan membantu Athar agar menjadi juara kelas
dan menjadi pemuda yang sholeh.
c. Bersyukur atas nikmat Allah
Syukur ialah memuji sipemberi nikmat atas kebaikan yang telah
dilakukannya. Syukurnya seorang hamba berkisar atas tiga hal, apabila
ketiganya tidak berkumpul, maka tidaklah dinamankan bersyukur, yaitu:
mengakui nikmat dalam batin, membicarakannya secara lahir, dan
menjadikannya sebagai sarana untuk menjalankan ketaatan kepada Allah
dan menahan diri dari maksiat kepada-Nya.(Yunahar Ilyas, 2011, hlm.
50).
Dalam novel cinta dalam ikhlas terdapat nilai-nilai pendidikan
syukur, salah satunya terdapat pada dialog antara Athar dan ibunya
sebagai berikut:
“Alhamdulillah, berbagai kesulitan dapat mama lewati. Dan mama mulai fokus membangun keluarga kembali. Mama malu sama Allah, karena itu mama terlalu sombong kepada Allah.
Terlalu bergantung kepada makhluk. Sampai mama sadar dan yakin keputusan Allah mengambil bapak, itulah yang terbaik untuk keluarga kita. Itulah cara Allah menguatkan kita, ujian agar kita lebih dekat dan bergantung kepada-Nya, lebih mencintai-Nya”. (Abay, 2017, hlm. 99).
Kutipan diatas sesuai dengan pengertian dari syukur yang telah
dipaparkan sebelumnya, di mana ibu Athar mengucapkan syukur atas apa
yang telah Allah berikan dan menjadikannya sebagai sArana untuk
semakin dekat kepada Allah.
d. Sabar dalam menghadapi cobaan
Menurut Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah, sabar adalah menahan jiwa
untuk tidak berkeluh kesah, menahan lisan untuk tidak meratap dan
menahan untuk tidak menampar pipi, merobek baju dan sebagainya.
Sabar merupakan sikap mental dan jiwa yang terlatih dalam
menghadapi segala bentuk cobaan yang terlahir dan tumbuh atas
dorongan agama, serta ketabahan dan menerima dengan ikhlas cobaan
yang menimpa, menahan diri dari segala macam dorongan hawa nafsu,
mempunyai sikap mental tahan uji, teguh dan tidak putus asa serta taat
kepada perintah Allah dengan terus berusaha dan berjuang demi
memperoleh ridha-Nya untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. (jurnal
pendidikan Islam, 6,1, hlm. 763).
Dalam novel cinta dala ikhlas ini banyak sekali menyajikan konsep
pendidikan kesabAran bagi pembaca misalnya pada kutipan berikut:
“sejarah mencatat bahwa orang-orang yang berhasil bukanlah orang yang tak pernah gagal. Namun, orang-orang yang jika terjatuh maka dia selalu bisa untuk bangun dan terus berlari, mencapai tujuan dan meraih impian. Dialah yang akhirnya disebut sebagai pejuang kehidupan”. (abay, 2017, hlm.163).
Kutipan diatas mengandung konsep pendidikan kesabAran dimana
kita harus bersabar dalam menjalani kehidupan, meskipun sering gagal
kita tidak boleh putus asa, namun harus sabar mencoba kembali hingga
apa yang kita cita-citakan dan impikan tercapai.
e. Ikhlas dengan ketentuan Allah
Secara etimologis Ikhlas (bahasa arab) berakar dari kata khalasa
dengan arti bersih, jernih, murni;tidak bercampur. Secara terminologi yang
dimaksud ikhlas adalah beramal semata-mata mengharapkan ridha Allah
SWT. Dalam bahasa populernya ikhlas adalah berbuat berbuat tanpa
pamrih. (Yunahar Ilyas, 2011, hlm. 28).
Dalam novel cinta dalam ikhlas, sesuai dengan judulnya banyak sekali
penulis temukan nilai pendidikan agama Islam tentang ikhlas.
diantaranya adalah keikhlasan seroang Athar melepaskan Ara yang sangat
dicintainya, demi cinta yang lebih besar untuknya yaitu cinta Allah, hal itu
diungkapkan pada deskripsi dibawah ini:
“aku mencintaimu .... Tapi, lebih menghArapkan-Nya. Aku merindukanmu dalam do‟a”(Abay, 2017, hlm.160).
Dari kutipan diatas terlihat jelas bahwa Athar sangat menginginkan
Ara, namun karena kecintaannya kepada Allah, Athar rela melepaskan
Ara, demi mendapatkan cinta yang sesungguh-Nya yaitu cinta dari Allah.
C. RELEVANSI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL
CINTA DALAM IKHLAS
1. Pengertian Relevansi
Secara umum relevansi adalah kecocokan, sedangkan menurut bahasa
relevansi berarti kaitan. Dalam hubungannya dengan pendidikan, relevansi
dapat dilihat dari tiga segi. pertama, relevansi peserta didik dengan lingkungan
peserta didik atau masyArakat setempat. Kedua, relevansi pendidikan
kaitannya dengan tuntutan pekerjaan. Ketiga, relevansi pendidikan kaitannya
dengan perkembangan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
Relevansi yang dimaksud oleh penulis disini adalah, keterkaitan antara
nilai-nilai Islami yang terdapat dalam novel cinta dalam ikhlas karya Bayu
Adhitya dengan tujuan pendidika Islam secara umum.
2. Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Hasan Langgulung, berbicara tentang tujuan pendidikan,
khususnya pendidikan Islam, sebenarnya adalah berbicara tentang tujuan hidup
manusia. Sebab, pendidikan hanyalah alat yang digunakan oleh manusia untuk
memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun
masyArakat. (Kurwadi, hlm. 149)
Bagi Langgulung, tujuan tertinggi (ultimate aim) pendidikan Islam adalah
terwujudnya manusia yang sempurna, baik sebagai hamba („abid), maupun
sebagai khalifah di bumi (khalifatu Allah fi al ard). (Kurwadi, hlm. 150)
Menurut al-Abrasyi Tujuan pendidikan adalah mengadakan pembentukan
akhlak mulia. Kaum muslimin dari dahulu sampai sekArang setuju bahwa
pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan bahwa mencapai akhlak
yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya. (Kurwadi, hlm.
152)
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, tujuan
pendidikan Islam adalah menjadikan manusia sebagai makhluk yang berakhlak
mulia baik sebagai dan sempurna hamba Allah „Azza Wajalla dan sebagai
khalifah di bumi. Sesuai dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu untuk
beribadah kepada-Nya, dalam hal ini Allah berfirman dalam al-Qur‟an surat
Adz Dzariyaat ayat 56:
Artinya: “dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku”.
Dalam hal ini, pendidikan hanyalah alat agar kita dapat beribadah kepada
Allah, hal inipun sesuai dengan pendapat an-Nahlawy mengenai tujuan umum
pendidikan Islam yaitu untuk mendidik akal dan fikiran manusia karena Allah
menyuruh manusia untuk merenungkan kejadian langit dan bumi agar dapat
beriman kepada Allah. Tentunya tanpa pendidikan manusia tidak dapat
mengenal Allah karena tidak pernah dikenalkan kepada Allah.
3. Relevansi nilai pendidikan Islam dalam novel cinta dalam ikhlas terhadap
tujuan pendidikan Islam
Dalam novel cinta dalam ikhlas terdapat tiga nilai pendidikan pokok, yang
pertama nilai aqidah (keimanan), kedua nilai ibadah, dan ketiga nilai akhlak.
Adapun didalam novel ini nilai-nilai tersebut memiliki beberapa bagian antara
lain:
Adapun relevansi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam
novel cinta dalam ikhlas karya Bayu Adhitya Adalah sebagai berikut:
a. Relevansi nilai keimanan
Dalam novel ini banyak sekali terkandung nilai-nilai pendidikan
keimanan kepada Allah salah satunya dapat dilihat pada deskripsi cerita
mengenai kekuasaan Allah dalam mengatur segala kejadian yang ada di
alam semesta.
“semua telah diatur oleh-Nya keteraturan Yang Maha Sempurna tidak ada satupun kejadian di semesta ini yang terjadi tanpa alasan dari-Nya”
Deskripsi diatas mengajarkan kepada kita bahwa mengimani Allah
dapat dengan cara memperhatikan apa yang ada dialam semesta ini,
sehingga kita merenungi betapa Allah maha berkuasa dengan segala yang
ada dilangit dan di bumi.
Begitupun dengan nilai-nilai keimanan lainnya, seperti keimanan
kepada Nabi dan Rasul, kitab-kitab, qadha dan qadar, semuanya bermula
pada keimanan Kepada Allah Subhanahu wata‟ala. Jika kita beriman
kepada Allah tentulah kita beriman kepada apa yang Allah wajibkan kepada
kita untuk diimani.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Islam bahwa mengenai
tujuan umum pendidikan Islam adalah untuk mendidik akal dan fikiran
manusia karena Allah menyuruh manusia untuk merenungkan kejadian
langit dan bumi agar dapat beriman kepada Allah.
b. Relevansi Nilai Ibadah
Nilai ibadah yang terdapat dalam novel ini, dapat dianalisa dari bab
awal novel tersebut, seperti mengkafani dan menyolatkan jenazah sebelum
dikubur, berbakti kepada orangtua, shalat wajib maupun sunnah, berpuasa
serta saling tolong menolong, hal tersebut merupakan nilai-nilai ibadah.
Hal tersebut dapat dbuktikan dengan beberapa deskripsi maupun
dialog yang terdapat dalam novel tersebut, seperti:
“aku juga membiasakan diri untuk rajin berpuasa senin kamis. Awalnya sekalian, karena alasan ekonomi. Biar ngirit!. Namun, semakin kesini ternyata mmanfaatnya banyak kurasakan. Aku semakin sehat dan jArang sakit, emosiku stabil, dan ibadah yang kulakukan terasa jauh lebih nikmat jika dalam keadaan berpuasa”
Kutipan diatas mengandung nilai pendidikan ibadah, diamana
pengArang menyampaikan kepada pAra pembaca mengenai manfaat dari
berpuasa, dan memberikan pengetahuan mengenai salah satu puasa sunnah
yaitu puasa senin kamis.
Nilai-nilai pendidikan ibadah diatas relevan atau sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam bahwa tujuan tertinggi (ultimate aim) pendidikan Islam
adalah terwujudnya manusia yang sempurna, baik sebagai hamba („abid),
maupun sebagai khalifah di bumi (khalifatu Allah fi al ard).
mengenai keterkaitannya adalalah, untuk menjadi manusia yang
sempurna sebagai hamba manusia harus menjalani atau menaati perintah
Allah dan Rasulnya, seperti shalat, berpuasa dan sebagainya. Berpuasa senin
kamis adalah sunnah dari Rasulullah dan benialai ibadah.
c. Relevansi Nilai Akhlak
Nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel cinta dalam
ikhlas karya Bayu Adhitya ini berbentuk ketaatan tokoh utama terhadap
orangtuanya (ibu), sikap lemah lembut, suka menolong dan keikhlasannya
dalam menjalani ujian serta cobaan, namun hal tersebut tak ditunjukkan oleh
tokoh utama saja melainkan tokoh-tokoh pendukung lainnya.
Salah satu nilai akhlak tersebut adalah seperti berikut:
“Sedih rasanya harus berpisah dengan mereka, tetapi akhirnya
aku harus menuruti keinginan Mama”.
Kutipan diatas mengandung unsur akhlak dimana tokoh utama lebih
memilih untuk menuruti kemauan orangtuanya dari pada harus memaksakan
diri bersekolah ditempat lain, karena tokoh utaman sadar itu akan menyakiti
hati ibunya.
Pada dialog lain juga mencerminkan akhlak terpuji, dimana ketika
berbuat salah harus berani jujur dan meminta maaf seperti berikut ini:
“Athar minta maaf ya mah”
“kenapa ntar kok minta maaf”
“ begini mah tadi Athar Bikin salah lagi di sekolah”.
Hal ini pun sesuai dengan tujuan pendidikan Islam yaitu mebentuk
akhlak mulia, karena pendidikan akhlak adalah inti pendidikan Islam, dan
bahwa mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang
sebenarnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang penulis lakukan mengenai nilai-nilai pendidikan
Islam dalam novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya maka penulis
menyimpulkan bahwa:
1. novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya mempunyai dua unsur yaitu
unsur instintrik dan unsur eksentrik.
2. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung didalam novel Cinta Dalam
Ikhlas karya Bayu Adhitya meliputi tiga nilai utama. Yaitu, nilai keimanan
yaitu iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah, para Rasul, dan iman
kepada qadha dan qadar. Nilai ibadah yaitu meliputi, sholat fardhu dan
sunnah, puasa sunnah, berdo‟a dan menikah. dan nilai akhlak meliputi,
akhlak kepada orang tua, tolong menolong, bersyukur dan sabar.
3. Nilai nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Cinta Dalam Ikhlas
karya Bayu Adhitya relevan dengan tujuan pendidikan islam.
B. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan penulis, penulis memberikan
beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi motivasi agar terwujudnya
nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari bagi pembaca dan
penulis khususnya, adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hendaknya nilai-nilai pendidikan islam yang terdapat dalam novel Cinta
Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya dapat menjadi contoh bagi para
pembaca dan mengaplikasikannya dalam kehidupan dalam keluarga
maupun masyarakat.
2. Bagi para orang tua dan guru, agar dapat memilihkan bahan bacaan
khususnya karya sastra novel yang sesuai dengan usia dan kebutuhan
siswa.
3. Novel Cinta Dalam Ikhlas karya Bayu Adhitya ini disarankan untuk
dibaca oleh kalangan remaja, karena isinya sesuai dengan kondisi
pergaulan remaja masa kini.
4. Bagi para penulis selanjutnya, semoga tulisan ini dapat menjadi bahan
ataupun referensi dalam melakukan analisis yang terkait dengan nilai-nilai
pendidikan Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim: Kementrian Agama RI (2014), Al-Qur‟an dan Terjemah dan Tajwid,
Bandung: sygma creativemedia corp.
Andri Wicaksono, (2015), Pengkajian Prosa Fiksi (edisi revisi), Yagyakarta:
Garudhawacana
Aswil Roni dkk, (1999), Alat Ibdah Muslim Koleksi Museum Adhityawarman,
Padang: Bagian Proyek Pembinaan Pramuseum Sumatera Barat
Bayu Adhitya, (2017), Novel Cinta Dalam Ikhlas, Yogyakarta: Bentang Pustaka
Burhan Nurgiantoro, (2017) Teori Pengkajian Fiksi (edisi digital), Yogyakarta:
Chabib Thoha, (1996), Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Gambaran Umum Tentang Iman
Hamba Allah, (2017), Allahu Shomad, Cilodong: Magenta Media
Iman Al-Ghazali, (1996), Membersihkan Hati Dari Akhlak Tercela, Jakarta:
Pustaka Amani
M. Kadar Yusuf, Tafsir Ayat Tarbawi, Jakarta: Amzah, 2015 Gajahmada
University Press
Ramayulis, (2010)Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia
Siswantoro, (2010), Metode Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono, (2008), Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta
Suparni, (1990), Penuntun Pelajaran Bahasa Sastra Indonesia, Bandung: Geneca
Exact Bandung
Syakir Jamaluddin, (2010), Kuliah Fiqh Ibadah, Yogyakarta: LPPI UMY
Tim Penyusun, (2018), Panduan Penulisan Skipsi, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN STS Jambi
Yunahar Ilyas, (2011), Kuliah Akhlak, Yogyakarta: LPPI
Yusron Razak dan Tohirin, (2011), Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan
Tinggi, Jakarta: UHAMKA Press.
Yusuf Al-Qudrawi, (2005), Ibadah dalam Islam, Jakarta: Akbar
Zakiah Daradjat, (2014), Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara
Anam Akhmad Khoirul, (2015), Skripsi, Nilai-nilai Pendidikan Moral dan
Spiritual dalam Buku Notes From Qatar 2 Karya Muhammad Assad dan
Relevansinya dengan Tujuan Pendidikan Islam. STAIN Ponorogo.
Agung Prayoga, (2010), Skripsi, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Ma
Yan Karya Sanie B. Kuncoro. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Herliyah Navisah (2010), Skripsi, Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel
„ketika cinta bertasbih‟ karya Habiburrahman El-shirazy dan
Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta
Nurfalah Handayani, (2017), Skripsi, Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel
Api Tauhid Karangan Habiburahman El-Shirazy. UIN Raden Intan
Lampung
Amir, (2010), Pengertian, Fungsi, dan Ragam Sastra (dalam konteks sastra
nusantara)
Hidayat Ginanjar & Nia Kurniawati, (2017), Jurnal pendidikan Islam, Vol. 6
Sarjono, (2005), Nilai-nilai Dasar pendidikan Islam, Vol. 2
Syaiful Mudawwam, (2012) Syariah Fiqh Hukum Islam, Vol. 46
Syofrianisda, (2017), Jurnal Pendidikan Islam,Vol. 6
Wahyu Wibisana, (2016), Pernikahan Dalam Islam, Vol. 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Nama : Reka Sapitri
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Palembang, 29 April 1998
Alamat : Perumkar. Km 17 PT. DAS, Kec. Batang
Asam,
Kab. Tanjung Jabung Barat
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat Email : [email protected]
No Kontak : 082 279 874 127
Pengalaman-pengalaman Pendidikan Formal
1. SD/ MI, tahun tamat : SD N 179 / V Lubuk Bernai, 2009
2. SMP/MTs, tahun tamat : SMP N Satu Atap 2 Tungkal Ulu, 2012
3. SMU/SMA, tahun tamat : SMK N 1 Tungkal Ulu, 2015
Pendidikan Non Formal
1. Ma‟had al-Jami‟ah UIN STS Jambi (2015-2017)
2. Pare Alfalfa English Course (2017)
3. Pare Daffodils English Course (2017)
4. SAKA WIRAKARTIKA Korem. 042 Gapu (2018)
5. Kursus Mahir Pramuka Dasar (KMD) 2018
Prestasi Akademik/ olahraga/ seni budaya pernah diraih
1. Juara III Lomba Menulis Karya Ilmiah (2016)
Pengalaman organisasi
1. Pramuka (Masa Bakti 2018-2019)
2. Ikatan Mahasiswa Tanjung Jabung Barat (2017-2019)