nilai-nilai pendidikan islam dalam ghazwah ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/nur...

106
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH RASULULLAH SAW SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh NUR WAKHID AL GHUFRON NIM. 12114004 PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 22-Jul-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

i

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH

RASULULLAH SAW

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

NUR WAKHID AL GHUFRON

NIM. 12114004

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2018

Page 2: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

ii

Page 3: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

iii

Page 4: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telp. (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]

iv

Page 5: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

v

Page 6: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

vi

MOTTO

ىهم فسقة كل مه وفس فلىل كافة ليىفسوا ٱلمؤمىىن كان وما فى ليتفقهىا طائفة م

يه يحرزون لعلهم إليهم زجعىا إذا قىمهم وليىرزوا ٱلد

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”

(At-Taubah (9): 122).

Page 7: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya,

karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ibunda Siti Nihayah dan adik tersayang Luvilla Salsabilla Nurunnisa,

yang selalu ada, berdoa dan terus memberikan dukungan.

2. Keluarga tercinta Pak Khadik Ubaidillah, Bulek Nurul Chasanah. Adik-

adik tersayang, dek Naila Fathin Zuhrotun Niswah, dek Kayyisa Elma

Mazeya, yang terus memberikan dorongan dan motivasi.

3. Bapak ibu guru dan bapak ibu dosen yang telah membuka cakrawala

keilmuan. Khususnya para Kyai yang telah mengajarkan arti kehidupan.

4. Sahabat-sahabat yang tidak dapat penulis sebut satu persatu.

5. Keluarga Besar PAI 2014, teman-teman PPL SMP Muhammadiyah

Suruh, teman-teman KKN desa Klewor yang saling berbagi motivasi

dalam menempuh gelar sarjana ini.

Page 8: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

viii

KATA PENGANTAR

الرحي ممهللاالرح نبس Alhamdulillahirobbil„alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya telah memberikan kekuatan, petunjuk, dan

perlindungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah. Shalawat serta

salam tak lupa penulis haturkan kepada nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan

para sahabatnya.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan di dalamnya. Selain itu, penulis juga

banyak memperoleh bantuan, bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis

mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.

2. Dekan FTIK IAIN Salatiga, Bapak Suwardi, M.Pd.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga, sekaligus

Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan

penulis selama menempuh studi di IAIN Salatiga.

4. Bapak Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah memberikan bimbingan, pengarahan dan meluangkan waktunya untuk

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali penulis dengan

berbagai ilmu pengetahuan. Serta seluruh karyawan IAIN Salatiga yang telah

membantu seluruh proses akademik selama kuliah.

6. Semua pihak yang terlibat dan dengan ikhlas memberikan bantuan dalam

penyusunan skripsi ini.

Demikian ucapan terimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa

kepada Allah SWT, semoga amal kebaikan yang tercurahkan diridhoi oleh Allah

SWT dengan mendapatkan balasan yang berlipat ganda.

Page 9: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

ix

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan bagi para pembaca. Dengan keterbatasan dan kemampuan, skripsi

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun

sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.

Page 10: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

x

ABSTRAK

Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah

Rasulullah. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah

dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:

Prof. Dr. H. Mansur, M.Ag.

Kata kunci: nilai, pendidikan Islam, ghazwah.

Tujuan penelitian dala skripsi ini ada tiga hal, yaitu : (1) Bagaimana sejarah

terjadinya ghazwah Rasulullah?, (2) Apa nilai-nilai pendidikan Islam yang

terkandung dalam ghazwah Rasulullah?, (3) Bagaimana relevansi nilai-nilai

pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah dengan pendidikan Islam saat ini?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan

metode library research. Karena penelitian di sini adalah kajian pustaka atau

literer, maka penulis dalam mengkaji nilai-nilai pendidikan Islam dalam ghazwah

Rasulullah dengan menggunakan buku-buku sirah nabawiyah maupun buku-buku

tentang sejarah Islam yang menyangkut kehidupan Rasulullah.

Hasil temuan dari penelitian ghazwah Rasulullah menunjukkan bahwa: (1)

Di antara sebab terjadinya ghazwah Rasulullah adalah, (a) untuk menunjukkan

eksistensi kekuasaan kaum muslimin di Madinah, (b) mempertahankan diri dari

serangan pihak musuh, (c) memberikan pelajaran bagi mereka yang berkhianat dan,

(d) memberikan pelajaran bagi mereka yang ingin mengganggu stabilitas

keamanan. (2) Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ghazwah

Rasulullah adalah: (a) Nilai i‟tiqodiyah, (b) Nilai amaliah, (c) Nilai khuluqiyah.

Nilai i‟tiqodiyah dalam ghazwah Rasulullah meliputi iman kepada Allah, iman

kepada Malaikat, iman kepada Kitab, iman kepada Rasul, dan iman kepada Hari

akhir. Nilai amaliah meliputi shalat, sedekah, doa, jihad, dan qishas. Nilai

khuluqiyah meliputi takwa, sabar, disiplin, keteladanan, berbuat baik, menepati

janji, menghargai pendapat, mudah memaafkan, dan menjaga lingkungan. (3) Nilai-

nilai pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah memiliki relevansi terhadap

pendidikan Islam saat ini. (a) Nilai i‟tiqodiyah relevan dengan pendidikan Islam

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi akidah. (b) Nilai amaliah

relevan dengan pendidikan Islam dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

pada materi fiqh. (c) Nilai khuluqiyah relevan dengan pendidikan Islam dalam

pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi akidah akhlak dan tasawuf.

Page 11: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iv

DEKLARASI ........................................................................................................ v

MOTTO ................................................................................................................ vi

PERSEMBAHAN. ................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR... ....................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian................................................................................ 6

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 7

E. Kajian Pustaka .................................................................................... 8

F. Metode Penelitian ............................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 14

Page 12: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

xii

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Nilai .................................................................................. 16

B. Pengertian Pendidikan Islam .............................................................. 16

C. Sumber Pendidikan Islam................................................................... 22

D. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................... 26

E. Nilai-Nilai Pendidikan Islam .............................................................. 28

BAB III DESKRIPSI GHAZWAH RASULULLAH

A. Izin Berperang .................................................................................... 30

B. Ghazwah Rasulullah ........................................................................... 31

1. Perang Waddan .............................................................................. 32

2. Perang Buwath............................................................................... 33

3. Perang Usyairah............................................................................. 33

4. Perang Badar Awal ........................................................................ 34

5. Perang Qarqaratul Kadar ............................................................... 34

6. Perang Badar Kubra ...................................................................... 34

7. Perang Bani Qainuqa‟.................................................................... 37

8. Perang Sawiq ................................................................................. 37

9. Perang Ghatafan ............................................................................ 38

10. Perang Burhan .............................................................................. 39

11. Perang Uhud ................................................................................. 40

12. Perang Hamraul Asad ................................................................... 42

13. Perang Bani Nadzir....................................................................... 43

14. Perang Dzatu Riqo‟ ....................................................................... 43

15. Perang Badar Akhir ...................................................................... 44

16. Perang Dumatul Jandal ................................................................. 45

17. Perang Bani Musthaliq ................................................................. 46

18. Perang Khandaq............................................................................ 47

19. Perang Bani Quraidlah ................................................................. 50

20. Perang Bani Lahyan ..................................................................... 51

Page 13: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

xiii

21. Perang Ghabah.............................................................................. 52

22. Perang Khaibar ............................................................................. 52

23. Perang Mu‟tah .............................................................................. 53

24. Penaklukan Makkah ..................................................................... 45

25. Perang Hunain .............................................................................. 56

26. Perang Thaif ................................................................................. 57

27. Perang Tabuk ................................................................................ 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah .......................... 62

1. Nilai I‟tiqodiyah ............................................................................ 62

2. Nilai Amaliah ................................................................................ 67

3. Nilai Khuluqiyah ........................................................................... 71

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah

Terhadap Pendidikan Islam ............................................................... 75

1. Relevansi Nilai I‟tiqodiyah ............................................................ 76

2. Relevansi Nilai Amaliah................................................................ 76

3. Relevansi Nilai Khuluqiyah .......................................................... 77

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................... 79

B. Saran ................................................................................................... 80

C. Daftar Pustaka .................................................................................... 81

Page 14: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi ilmu

pengetahuan dan nilai-nilai pada diri anak didik melalui penumbuhan dan

pengembangan potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan

kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya. Tujuan akhir dari proses

pendidikan Islam adalah terbentuknya Insan Kamil, yaitu manusia yang dapat

menyelaraskan kebutuhan jasmani-ruhani, struktur kehidupan dunia-akhirat,

keseimbangan pelaksanaan fungsi manusia sebagai hamba-khalifah Allah dan

keseimbangan pelaksanaan trilogi hubungan manusia (Umar, 2011: 29-30).

Pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad saw merupakan masa

pembinaan. Proses penyampaian seruan agama dengan berdakwah,

menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih keterampilan berbuat,

memberi motivasi, dan menciptakan lingkungan sosial yang mendukung

pelaksanaan ide pembentukan pribadi muslim merupakan bentuk dari

pendidikan (Daradjat, 2011: 27).

Sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad telah berhasil memerankan

berbagai peran yang berbeda dalam kehidupan. Ia tidak hanya seorang Nabi,

melainkan juga sebagai kepala negara, pendidik, panglima perang, ahli

strategi, dll. Maka banyak peneliti yang kemudian tertarik mengkaji Sejarah

hidup Nabi Muhammad melalui berbagai sudut pandang yang berbeda.

Page 15: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

2

Michael H. Hart dalam bukunya, “100 orang paling berpengaruh di

Dunia”, menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang

sejarah manusia. Menurutnya, Muhammad adalah satu-satunya orang yang

berhasil meraih keberhasilan luar biasa, baik dalam hal spiritual maupun

kemasyarakatan. Muhammad tidak hanya pemimpin religius, tetapi juga

seorang pemimpin politik. Bahkan, sebagai kekuatan di balik penaklukan-

penaklukan Arab, dia mungkin merupakan pemimpin politik paling

berpengaruh sepanjang sejarah (Hart, 2017: 9-11).

Pribadi Rasulullah sebagai uswatun hasanah tak pernah lekang

menjadi sorotan dunia. Karena itu, beragam tulisan tentang Rasulullah terus

bermunculan, baik buku-buku sirah nabawiyah, tarikh, dan penelitian-

penelitian ilmiah tentang sejarah kehidupan beliau.

Sirah Rasulullah tidak pernah lekang dan lapuk untuk menjadi bahan

baku sejarah yang diambil manfaatnya oleh para generasi pewaris nubuwah

sebagai bekal perjalanan dan penopang eksistensinya. Bagi siapapun yang

mempelajari Sirah Rasulullah, akan memperoleh gambaran sejarah yang amat

menakjubkan, bagaimana beliau dan para sahabatnya mampu menundukkan

pesona duniawi dan mengangkat nilai-nilai kemanusiaan hingga ke suatu

tingkatan yang tidak pernah disaksikan oleh lembaga sejarah dimanapun

berada (Mubarakfuri, 2014: vii). Beragam peristiwa yang dilalui Nabi

Muhammad mengandung hikmah dan pelajaran berharga. Khususnya

perjalanan dakwah yang dihiasi berbagai tantangan, mulai dari pemboikotan

hingga pada percobaan pembunuhan.

Page 16: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

3

Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri membagi masa dakwah

Rasulullah menjadi dua periode. “Periode Makkah berjalan kurang lebih 13

tahun, dan periode Madinah berjalan selama 10 tahun penuh”. Periode

Makkah merupakan masa-masa sulit yang dihadapi oleh Rasulullah dan umat

Islam. Jumlah umat Islam yang masih sedikit, terus menerus mendapat

tekanan dan siksaan dari kafir Quraisy. Hingga akhirnya datanglah perintah

untuk Hijrah dari Makkah menuju Madinah (Al Mubarakfuri, 2014: 72).

Tidak lama setelah Rasulullah tinggal di madinah, mulai terjadi

peperangan-peperangan antara beliau dan kaum Quraisy serta para

pendukungnya dari kabilah-kabilah Arab (As-Siba‟i, 2013: 86). Tercatat

kurang lebih 74 kali terjadi peperangan di masa Rasulullah. Para sejarawan

muslim membagi peperangan pada masa Rasulullah menjadi dua, yaitu

Ghazwah dan Sariyyah. Ghazwah adalah setiap peperangan yang diikuti

Nabi, kurang lebih tercatat 27 kali. Sedangkan Sariyyah adalah peperangan

kecil yang tidak diikuti Nabi, Tercatat kurang lebih terjadi 47 kali sariyyah

(Abdul Jabar, tt: 9).

Peperangan merupakan salah satu dari serangkaian kisah perjalanan

dakwah Rasulullah. Peperangan yang selalu identik dengan kekerasan dan

beragam hal negatif lainnya, sungguh berbeda dengan peperangan dalam

Islam. Al Hasyimi menyatakan bahwa perang merupakan jalan akhir yang

ditempuh tatkala gagal mencapai kesepakatan damai. Islam menyerukan

untuk mengambil langkah peperangan berdasarkan sebab-sebab tertentu.

Seperti jika ada sekelompok dari kaum muslimin yang dizalimi, maka mereka

Page 17: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

4

wajib untuk membela diri dan memerangi kezaliman (Al Hasyimi, 2009:

444). Syaikh Ramadhan Al Buthi menjelaskan keluarnya izin perang

mempertahankan diri, sebagai upaya seluruh penduduk Madinah menjaga

negara. Sudah barang tentu ini tidak saja khusus sahabat Muhajirin, tapi

menyeluruh termasuk sahabat Anshar. Negara terdiri dari tiga unsur, tanah

atau wilayah tetitorial, rakyat atau umat, dan sistem kekuasaan yang

mengejawantahkan entitas umat dan mengokohkan hubungannya dengan

tanah air. Saat Muhajirin dan Anshar menyatu dalam entitas warga negara

Madinah maka itu berarti telah lahir negara Madinah. Izin dari Allah untuk

melakukan perang adalah dalam rangka mempertahankan tiga unsur yang

merupakan elemen-elemen sebuah negara (Maimun, 2015: 16).

Perang Nabi adalah perang bermoral dan terjadi karena sebab-sebab

yang rasional secara hukum serta untuk tujuan agung. Islam tidak pernah

memaksa penganut agama samawi yang lain untuk mengubah keyakinannya.

Abu Bakar secara indah merangkum ujaran Islam tentang perang sewaktu

berpesan kepada tentara Usamah bin Zaid yang hendak ke Suriah.

“sebentar! Aku ingin berpesan kepada kalian sepuluh hal.

Berperanglah dengan nama Allah dan di jalan Allah. Jangan

berkhianat, melanggar janji, dan memotong-motong tubuh mayat.

Jangan membunuh anak kecil, orang lanjut usia, dan perempuan.

Jangan menebang pohon serta merusak dan membakar pohon kurma.

Jangan menyembelih kibas atau unta kecuali untuk dimakan. Kalian

akan melewati suatu kaum yang menyepi di biara-biara, biarkan

mereka. Perangilah orang yang memerangi kalian dan berdamailah

dengan orang yang berdamai dengan kalian. Jangan melampaui batas

karena Allah tidak mencintai orang yang melampaui batas (Abazhah,

2014: 328-329).

Page 18: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

5

Tak satupun bangsa di dunia ini yang menandingi Islam dalam

menyeru perdamaian. Perang Nabi adalah untuk mewujudkan keadilan dan

menegakkan perdamaian. Jika banyak orang dari para komandan perang dan

pasukan perang tidak lagi mempedulikan apapun ditengah kecamuk

pertempuran kecuali ambisi untuk menteror musuh dan menghancurkannya.

Bahkan mereka yang tidak ikut berperangpun terkena akibatnya. Berbeda

dengan Islam yang berpesan agar tidak memerangi kecuali orang yang ikut

berperang dan memperingatkan dari berbuat khianat atau kelicikan, melarang

mencincang mayat, menebang pepohonan, menghancurkan bangunan,

melarang membunuh wanita, anak-anak, orang-orang tua, para pendeta yang

beribadah dan para petani yang bercocok tanam (Qaradhawi, 2013: 117).

Nizhar Abazhah menyebutkan, ada tiga alasan Nabi berperang.

Pertama, melayani serangan musuh, seperti yang terjadi pada perang Badar,

Uhud, dan Khandaq. Nabi meladeni perang-perang itu untuk

mempertahankan diri. Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang

mencari masalah atau bersekongkol mengganggu kaum muslim meskipun

sudah ada nota perjanjian atau kerja sama. Seperti diunjukkan melalui Perang

Bani Quraizah, Khaibar, Mu‟tah, dan sejumlah penggerebekan terhadap kaum

badui yang berencana menyerang kaum muslim atau yang tidak berkomitmen

menjaga perjanjian dan perlindungan yang diberikan Nabi kepada mereka.

Semua itu merupakan perang penertiban atau penghukuman.

Ketiga,menggagalkan rencana musuh yang mengancam kaum muslim,

seperti Perang Tabuk dan sejumlah ekspedisi detasemen yang dikirim Nabi

Page 19: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

6

untuk mencegah suku-suku mempersiapkan penyerangan terhadap kaum

muslim di Madinah (Abazhah, 2011: 271-272). Oleh karena Rasulullah

datang membawa misi kebenaran. Maka kemenangan pasti selalu berpihak

padanya. Misi kerasulan beliau pastilah bersifat universal yang mengandung

segala aspek kebaikan dalam kehidupan manusia sehingga tidak satupun

diantara nilai-nilai kebaikan yang tidak terangkut dalam misi kerasulannya,

sebab beliau datang ke dunia ini sebagai Rasul terakhir (Al Sya‟rawi, 2011:

197).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti

lebih lanjut tentang “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM

GHAZWAH RASULULLAH SAW”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana sejarah terjadinya Ghazwah Rasulullah?

2. Apa nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam Ghazwah

Rasulullah?

3. Bagaimana relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam Ghazwah

Rasulullah dengan Pendidikan Islam saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui sejarah terjadinya Ghazwah Rasulullah.

Page 20: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

7

2. Mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam

Ghazwah Rasulullah.

3. Mengetahui relevansi nilai-nilai pendidikan Islam dalam Ghazwah

Rasulullah dengan Pendidikan Islam saat ini.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat mendiskripsikan konsep nilai pendidikan Islam dalam

Ghazwah Rasulullah serta relevansinya dengan pendidikan Islam saat

ini.

b. Dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan pengetahuan dalam

pembelajaran pendidikan Agama Islam khususnya sejarah Islam,

mengenai nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam

Ghazwah Rasulullah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, diharapkan dapat mempermudah dalam memahami

pesan-pesan berupa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

b. Bagi pembaca, diharapkan menjadi tambahan informasi serta

motivasi dalam mendalami serta menggali nilai-nilai yang terdapat di

dalam kehidupan Rasulullah.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

kemajuan dalam dunia pendidikan Islam dengan menggali nilai-nilai

Page 21: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

8

pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah, serta mengetahui

relevansinya dengan pendidikan Islam saat ini.

E. Kajian Pustaka

1. Penelitian terdahulu

Setelah dilakukan penelusuran terkait tema yang akan diteliti,

penulis menemukan beberapa penelitian terdahulu yang memiliki

relevansi dengan penelitian ini, antara lain:

a. Skripsi yang ditulis oleh Anang Umar, Progam Studi Pendidikan

Agama Islam STAIN Ponorogo tahun 2015 yang berjudul Nilai-nilai

Keteladanan Nabi Muhammad Pada Perang Badar al-Kubra dan

Relevansinya dengan Kompetensi Pendidik dalam Pendidikan Islam.

Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa nilai keteladanan Nabi

Muhammad dalam perang Badar meliputi; nilai kepribadian, nilai

sosial, nilai kecerdasan, nilai motivasi, nilai memahami orang lain dan

nilai ketegasan. Sedangkan relevansinya dengan kompetensi

pendidikan dalam pendidikan Islam adalah; nilai kepribadian relevan

dengan kompetensi kepribadian-religius, nilai sosial relevan dengan

kompetensi sosial-religius, nilai kecerdasan relevan dengan

kompetensi profesional-religius, nilai motivasi, nilai memahami orang

lain dan nilai ketegasan relevan dengan kompetensi pedagogik-

religius. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang

akan penulis teliti. Penelitian ini menggali nilai keteladanan

sedangkan penulis menggali nilai pendidikan Islam. Penelitian ini

Page 22: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

9

fokus dalam salah satu perang Rasulullah, yakni perang badar

sedangkan penulis meneliti secara umum seluruh ghazwah Rasulullah.

b. Skripsi yang ditulis oleh Inas Nur Kosmeini, Progam studi Pendidikan

Agama Islam STAIN Purwokerto tahun 2015 dengan judul, Nilai-nilai

pendidikan Akhlak Dalam Sirah Nabawiyah Pada Kitab Ar-Rahiq Al

Makhtum Karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri.

Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa nilai pendidikan akhlak

dalam kitab tersebut di antaranya; nilai pendidikan akhlak terhadap

Allah (beriman dan ikhlas), nilai pendidikan akhlak terhadap sesama

manusia (adil, sabar, dermawan, dan pemaaf), serta nilai pendidikan

akhlak terhadap lingkungan (memelihara serta merawat semua ciptaan

Allah dengan baik). Penelitian ini memiliki perbedaan dengan

penelitian yang akan penulis teliti. Penelitian ini menggali nilai

pendidikan akhlak sedangkan penulis menggali nilai pendidikan

Islam. Penelitian ini fokus menggali nilai pendidikan akhlak dalam

kitab Ar-Rahiq Al Makhtum, sedangkan penulis meneliti nilai

pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah melalui beberapa kitab

sirah.

Dari uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa penelitian

yang dilakukan oleh penulis memiliki perbedaan dengan beberapa

penelitian terdahulu.

Page 23: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

10

2. Kerangka Teori

Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori tentang

nilai. Menurut Milto Roceach dan James Bank dalam Lubis (2011: 16),

nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup

sistem kepercayaan, dimana seseorang harus bertindak atau menghindari

suatu tindakan, atau mengenai suatu tindakan yang pantas atau tidak

pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercayai.

Pendidikan Islam adalah sistem pengajaran yang didasarkan pada

ajaran agama Islam dengan Al-Qur‟an dan as-Sunnah sebagai sumbernya

(Umar, 2010: 33). Umar menyebutkan bahwa nilai-nilai pendidikan Islam

sebagaimana dalam Al-Qur‟an terdiri dari tiga pilar utama, yaitu:

Pertama, I‟tiqodiyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikan keimanan

atau aqidah. Kedua, Khuluqiyyah, yang berkaitan dengan nilai pendidikan

etika atau akhlak. Ketiga, Amaliyyah, yang berkaitan dengan nilai

pendidikkan ibadah (Umar, 2010: 77).

Sedangkan objek penelitian yang akan dikaji adalah Ghazwah

Rasulullah. Ghazwah secara bahasa berasal dari kata ghaza-yaghzu-

ghazwan jamaknya ghazawatun memiliki arti pergi berperang, dan

peperangan (Al Habsyi, 1991: 284). Sedangkan secara istilah Ghazwah

adalah peperangan-peperangan yang diikuti oleh Rasulullah (Abdul

Jabbar, tt: 9). Tercatat ada 27 kali peperangan yang diikuti Rasulullah, di

antaranya: perang Waddan- perang Buwath- perang „Usyairah- perang

Badar Awal- perang Qarqaratul Kadar- perang Badar Kubro- perang Bani

Page 24: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

11

Qainuqa‟- perang Sawiq- perang Ghatafan- perang Bahran- perang Uhud-

perang Hamraul Asad- perang Bani Nadzir- perang Dzatu Riqo‟- perang

Badar Akhir- perang Dumatul Jandal- perang Banu Musthaliq- perang

Khandaq- perang Bani Quraidlah- perang Bani Lahyan- perang Ghabah-

Perang Khaibar- perang Mu‟tah- penaklukan Makkah- perang Hunain-

Perang Thaif- perang Tabuk.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Zed

(2008: 3) mengartikan penelitian kepustakaan (library research) adalah

serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data

pustaka, membaca dan mengolah bahan penelitian. Fathoni (2006: 95-96)

menambahkan bahwa penelitian pustaka dilakukan di ruang perpustakaan

untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari

perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal, seperti

majalah ilmiah, dokumen, dan materi perpustakaan lainnya yang dapat

dijadikan sumber rujukan dalam menyususn suatu laporan ilmiah.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif, karena menekankan analisis pada proses penyimpulan deduktif

dan induktif dengan menggunakan logika ilmiah. Penelitian ini

menghasilkan data yang berupa data deskriptif. Pendekatan ini

menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga mudah

dipahami (Anwar, 2006: 6).

Page 25: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

12

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

metode dokumentasi, yaitu teknik untuk memperoleh informasi dari

dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu

yang dinyatakan dalam bentuk tulisan maupun lisan (Satori, 2013: 148).

Penulis melakukan pengumpulan data dengan mencari data

mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274)

dalam hal ini penulis mengkaji dan menganalisis Ghazwah atau

peperangan-peperangan yang diikuti Rasulullah.

3. Sumber data

Sumber data pada penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan

sekunder.

a. Sumber primer, adalah sumber yang berkaitan dengan permasalahan

yang diteliti. Sumber primer penelitian ini antara lain:

1) Drs. Bukhari Umar, M.Ag., Ilmu Pendidikan Islam, 2011, Jakarta:

Amzah.

2) Umar Abdul Jabbar, Khulasoh Nurul Yaqin juz 2, tt, Surabaya:

Pustaka Ahmad Nabhan.

3) Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah,

terjemahan oleh Kathur Suhardi, 2014, Jakarta: Pustaka Al-

Kautsar.

Page 26: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

13

4) Dr. Nizhar Abazhah, Perang Muhammad: kisah perjuangan dan

pertempuran, terjemahan oleh Asy‟ari Khatib, 2011, Jakarta:

Zaman.

5) Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, Peperangan Rasulullah,

terjemahan oleh Arbi, Nila Noer Fajariyah, 2017, Jakarta: Ummul

Qura.

b. Sumber sekunder, data yang diperoleh untuki pendukung dan

memperjelas sumber primer, diantaranya:

1) Prof. H.M. Arifin, M.Ed. Ilmu Pendidikan Islam: Tinjauan

Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner,

2014, Jakarta: PT Bumi Aksara.

2) Abdul Mun‟im al Hasyimi, Akhlak Rasul menurut Bukhari dan

Muslim, terjemahan oleh Abdul Hayyie al-Kattani, 2009, Jakarta:

Gema Insani.

3) Michael H Hart, 100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia,

terjemahan oleh Ken Ndaru dan M Nurul Islam, 2017, Jakarta:

Penerbit Noura.

Serta Karya Ilmiah lain berupa buku-buku, jurnal penelitian

dan lainnya, yang relevan dengan tema penelitian ini.

4. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan Islam dalam Ghazwah

Rasulullah, penulis menggunakan pendekatan Content Analysis atau

metode kajian isi. Holsti dalam Moleong (2009: 220) mendefinisikan

Page 27: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

14

bahwa Content Analysis atau kajian isi adalah teknik apapun yang

digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan

karakteristik pesan, dilakukan secara objektif dan sistematis.

Dalam melakukan Content Analysis ini, metode yang penulis

gunakan adalah metode deskriptif. Metode ini terdiri dari tiga kegiatan,

yaitu: pengumpulan data sekaligus reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan (Arifin, 2011: 177-173).

G. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini, maka disusun

sistematika penelitian. Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, bab ini akan menguraikan: Latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian

pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Teori, bab ini akan menguraikan tentang nilai-nilai

pendidikan Islam, meliputi: pengertian nilai, pengertian pendidikan Islam,

sumber-sumber pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, dan nilai-nilai

pendidikan Islam.

BAB III : Deskripsi Ghazwah Rasulullah, bab ini akan menguraikan

tentang peperangan yang diikuti Rasulullah (ghazwah), meliputi: Izin

berperang, latar belakang serta peristiwa yang terjadi dalam perang Waddan-

perang Buwath-perang „Usyairah- perang Badar Awal- perang Qarqaratul

Kadar- perang Badar Kubro- perang Bani Qainuqa‟- perang Sawiq- perang

Page 28: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

15

Ghatafan- perang Bahran- perang Uhud- perang Hamraul Asad- perang Bani

Nadzir- perang Dzatu Riqo‟- perang Badar Akhir- perang Dumatul Jandal-

perang Banu Musthaliq- perang Khandaq- perang Bani Quraidlah- perang

Bani Lahyan- perang Ghabah- Perang Khaibar- perang Mu‟tah- penaklukan

Makkah- perang Hunain- perang Thaif- perang Tabuk.

BAB IV : Analisis Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah

Rasulullah, bab ini meliputi: uraian tentang nilai pendidikan Islam yang

terkandung dalam Ghazwah Rasulullah, dan relevansi nilai pendidikan Islam

dalam Ghazwah Rasulullah dengan pendidikan Islam saat ini.

Bab V, merupakan penutup. Pada bab ini dikemukakan tentang

kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah, saran, dan kata penutup.

Page 29: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

16

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Nilai

Sidi Gazalba sebagaimana dikutip oleh Chabib Thoha dalam bukunya,

menyatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai

bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang

menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan

tidak dikehendaki. Sedangkan menurut Chabib Thoha sendiri, nilai

merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sitem kepercayaan) yang telah

berhubungan dengan subjek yang memberi arti atau manusia yang meyakini

(Thoha, 1996: 61).

Nilai juga bisa diartikan sesuatu yang dipandang baik, disukai, dan

paling benar menurut keyakinan seseorang atau kelompok orang sehingga

prefensinya tercermin dalam perilaku, sikap dan perbuatannya (Maslikhah,

2009: 106). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan, bahwa nilai merupakan

sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal yang melekat pada manusia yang

meyakininya, sehingga prefensinya tercermin pada perilaku, sikap dan

perbuatannya.

B. Pengertian Pendidikan Islam

Untuk memaknai secara tepat arti dari pendidikan Islam, kita perlu

merujuk pada pengertian pendidikan Islam secara etimologis dan

terminologis.

Page 30: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

17

1. Pengertian Pendidikan Islam Secara Etimologis

Bila kita melihat pengertian pendidikan dari segi bahasa, maka

kita harus melihat kepada bahasa Arab, karena ajaran Islam diturunkan

dalam bahasa tersebut (Daradjat, 2011: 25). Di antara beberapa istilah

yang digunakan untuk menunjuk pengertian pendidikan Islam diambil

dari Al-Qur‟an maupun hadist. Istilah yang biasanya digunakan dalam

menjelaskan makna pendidikan Islam mencakup tiga hal, yaitu; kata

tarbiyah, ta‟lim, dan ta‟dib (Mujtahid, 2011: 2). Ketiga istilah inilah

yang digunakan untuk menjelaskan pengertian pendidikan secara

etimologis.

a. Tarbiyah

Abdurrahman An-Nahlawi sebagaimana dikutip oleh Umar

(2011: 21-22) mengemukakan bahwa menurut kamus bahasa Arab,

lafal tarbiyah berasal dari tiga kata. Pertama, raba-yarbu yang berarti

bertambah dan tumbuh (Umar, 2011: 21). Makna ini dapat dilihat

dalam firman Allah:

د الل اه اىبس فل سب ع ف أ زبب ىسب ت ب آت ....

“Dan suatu riba (tambahan) yang kalian berikan agar

dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak

menambah pada sisi Allah....” (QS. Ar-Rum (30): 39).

Dari situ maka dapat dikatakan, bahwa pendidikan merupakan

proses menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi yang

dimiliki peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spiritual

(Mujtahid, 2011: 3). Kedua, rabiya-yarba dengan wazan khafiya-

Page 31: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

18

yakhfa, yang berarti menjadi besar. Pendidikan dimaksudkan untuk

menumbuhkan kedewasaan pola pikir, sikap, emosi serta tindakan

perbuatan peserta didik. Ketiga, rabba-yarubbu dengan wazan madda-

yamuddu yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun,

menjaga, dan memelihara. Kata tarbiyah merupakan bentuk masdar

dari rabba-yurabbiy-tarbiyatan dengan wazan fa‟ala-yufa‟ilu-taf‟ilan.

Kata ini ditemukan dalam Al-Quran surat Al-Isra‟ (17): 24:

ب زة .... ب ازح ب م صغسا زب

“....Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya

sebagaimana mereka berdua telah mendidikku waktu kecil”

(QS. Al-Isra‟ (17): 24).

Dari ketiga asal kata di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan

terdiri dari empat unsur, yaitu: pertama, menjaga dan memelihara

fitrah anak menjelang dewasa; kedua, mengembangkan seluruh

potensi dan kesiapan yang bermacam-macam; ketiga, mengarahkan

seluruh fitrah dan potensi anak menuju kepada kebaikan dan

kesempurnaan yang layak baginya; keempat, proses ini dilaksanakan

secara bertahap (Umar, 2011: 23). Pendidikan dengan pemaknaan

seperti ini dapat diartikan sebagai upaya untuk memberikan

pendampingan kepada anak (peserta didik) menuju pengembangan

pribadi yang lebih baik.

b. Ta‟lim

Istilah lain dari pendidikan adalah ta‟lim, merupakan masdar

dari kata „allama yang berarti pengajaran yang bersifat pemberian atau

Page 32: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

19

penyampaian pengertian, pengetahuan, dan keterampilan. Penunjukan

kata ta‟lim pada pengertian pendidikan sesuai dengan firman Allah:

عي بء آد ب الس مي ث لئنت عي عسض بئ فقبه اى بء أ بأس

ؤلء إ ت م صبدق

“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-

benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para

Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-

nama benda itu jika kamu memang termasuk orang-orang

yang benar”. (QS. Al-Baqarah (1): 31).

Berdasarkan pengertian di atas, kata ta‟lim memiliki

pengertian yang sempit. Pengertian ta‟lim hanya sebatas proses

pentransferan seperangkat nilai yang disampaikan. Ia hanya terbatas

pada penguasaan nilai yang ditransfer secara afektif dan psikomotorik,

akan tetapi tidak dituntut pada domain afektif (Mufron, 2015: 6).

Maka pengertian ta‟lim, lebih dekat pada penambahan wawasan

sebatas pengetahuan, menjadikan seseorang yang sebelumnya tidak

tahu menjadi tahu.

c. Ta‟dib

Kata ta‟dib mengacu pada pengetahuan („ilm), pengajaran

(ta‟lim), dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Oelh karena itu, ta‟dib

dianggap merupakan istilah yang paling tepat dan cermat untuk

menunjukkan pendidikan dalam Islam. Dari sini dapat dipahami

bahwa Naquib melihat ta‟dib sebagai sebuah sistem Islam yang di

dalamnya terdapat tiga sub sistem; pengetahuan, pengajaran, dan

pengasuhan (Mufron, 2015: 7). Dalam Al-Qur‟an, lafadz ta‟dib

Page 33: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

20

memang tidak ditemukan, akan tetapi lafadz tersebut diambil dari

sebuah hadist Nabi:

ب تأد أدب زب فأحس

“Tuhanku telah mendidikku sehingga menjadi baik

pendidikanku"

Dari hadist tersebut dapat dipahami bahwa ta‟dib adalah

pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan

kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu

di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing

ke arah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan

di dalam tatanan wujud dan keberadaannya (Umar, 2011: 26). Ketiga

kata bahasa Arab yang digunakan untuk memberikan pengertian

pendidikan secara etimologis tersebut, merupakan kata yang saling

berkaitan erat. Dari situ tersirat, bahwa pendidikan adalah sebuah

proses, yang diawali dengan pemberian pengetahuan (ta‟lim),

melakukan bimbingan dan pendampingan (tarbiyah), hingga pada

pembentukan karakter (ta‟dib) yang dilakukan secara terus-menerus

sehingga terwujud insan kamil.

2. Pengertian Pendidikan Islam secara Terminologis

Melalui perspektif dan pendekatan terminologis, konsep

pendidikan Islam digali dari pendapat para ahli dan pakar pendidikan.

Kata Islam yang menjadi imbuhan pada kata pendidikan menunjukkan

warna, model, bentuk, dan ciri bagi pendidikan, yaitu pendidikan

bernuansa Islam atau pendidikan yang Islami (Mujtahid, 2011: 16).

Page 34: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

21

Para ahli pendidikan Islam telah memformulasikan definisi

pendidikan Islam, di antaranya:

a. Al Syaibany yang dikutip oleh Ali Mufron mengemukakan, bahwa

pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu

peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam

sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan

sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat

(Mufron, 2015: 12).

b. Muhammad Fadhil Al Jamaly dikutip oleh Ali Mufron

mendefinisikan, pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan,

mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan

nilai-nilai yang tinggi dan sempurna, baik yang berkaitan dengan akal,

perasaan, maupun perbuatan (Mufron, 2015: 12).

c. Ahmad D. Marimba menjelaskan bahwa pendidikan Islam adalah

bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama atau insan kamil (Marimba, 1989: 19).

d. Ahmad Tafsir mengungkapkan bahwa pendidikan Islam sebagai

bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara

maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir, 1992: 32).

e. Achmadi mendefiniskan pendidikan Islam sebagai segala usaha untuk

memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya

Page 35: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

22

insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia

seutuhnya sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 1992: 14).

Dari beberapa pengertian para ahli pendidikan Islam di atas dapat

dikatakan, bahwa pendidikan Islam adalah proses dan upaya memelihara

dan mengembangkan fitrah manusia baik jasmani maupun rohani,

melalui pengajaran dan bimbingan secara sadar oleh pendidik dengan

berlandaskan nilai-nilai Islam yang tinggi dan sempurna menuju

terbentuknya insan kamil.

C. Sumber Pendidikan Islam

Setiap usaha, kegiatan, dan tindakan yang disengaja untuk mencapai

suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak atau sumber yang

baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai suatu usaha

membentuk manusia, harus mempunyai landasan kemana semua kegiatan dan

semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan. Landasan atau

sumber tersebut terdiri dari Al-Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW

yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al maslahah mursalah, istihsan,

qiyas, dan sebagainya (Daradjat, 2011: 19).

1. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan

oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. di dalamnya terkandung

ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek

kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur‟an

terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah

Page 36: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

23

keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal

yang disebut syari‟ah (Daradjat, 2011: 19). Penetapan A-Qur‟an sebagai

dasar dan sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat-ayat

Al-Qur‟an itu sendiri, seperti firman Allah:

ب زىب ل أ إل اىنتبة عي ىتب اختيفا اىر ى د ف ت زح ىق

ؤ

“Dan Kami tidak menurunkan kepadamu al-Kitab (Al-

Qur‟an) itu melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada

mereka perselisihan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi

kaum yang beriman”. (QS An-Nahl (16): 64).

زىب متبة ل أ ببزك إى ىدبسا ىترمس آبت الىببة أى

“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu

penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-

Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang

mempunyai fikiran”. (QS Sad (38): 29).

Para ulama dalam menetapkan Al-Qur‟an sebagai dasar pemikiran

untuk membina sistem pendidikan Islam, memberi penekanan-penekanan

tersendiri untuk memperkokoh landasannya. Moh Fadhil seperti yang

dikutip oleh Ali Mufron misalnya, menekankan bahwa pada hakikatnya

Al-Qur‟an itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan

manusia, terutama bidang kerohanian. Ia pada umumnya adalah kitab

pendidikan masyarakat, moril dan spriritual (Mufron, 2013: 14-15). Nilai

esensi dalam Al-Qur‟an selamanya abadi dan selalu relevan, tanpa ada

perubahan sama sekali. Perubahan dimungkinkan hanya menyangkut

masalah interpretasi mengenai nilai-nilai instrumental dan menyangkut

masalah teknik operasional. Pendidikan Islam ideal harus sepenuhnya

Page 37: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

24

mengacu pada nilai dasar Al-Qur‟an tanpa sedikitpun menghindarinya,

karena Al-Qur‟an di antaranya memuat tentang sejarah pendidikan Islam

dan nilai-nilai normatif dalam pendidikan Islam (Umar, 2011: 33).

Meskipun zaman terus mengalami perubahan, nilai-nilai dalam Al-

Qur‟an akan tetap relevan. Kelengkapan serta kesempurnaan isi dan

nilai-nilai Al-Qur‟an menjadikannya sebagai sumber landasan utama

pendidikan Islam.

2. As-Sunnah

As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan

Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengan pengakuan Rasulullah ialah

kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui oleh Rasulullah dan

beliau membiarkan kejadian atau perbuatan tersebut berjalan. Sunnah

merupakan sumber ajaran kedua setelah A-Qur‟an. Seperti Al-Qur‟an,

Sunnah juga berisi aqidah dan syari‟ah. Sunnah berisi petunjuk untuk

kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina

umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa (Daradjat,

2011: 21-22). Sunnah menjadi sumber utama dalam kehidupan sehari-

hari, termasuk juga dalam pendidikan. Hal ini didasarkan pada firman

Allah:

ىقد مب زسه ف ىن ة الل حست أس ى سج مب الل اى خس ا

ذمس مثسا الل

“sesungguhnya telah ada pada (diri)Rasulullah itu suri

tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap

Page 38: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

25

(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak

menyebut nama Allah”. (QS Al-Ahzab (33): 21).

Kemudian dalam hadist, Rasulullah bersabda:

ست ب ب متبة الل ب سنت بت ا تضي ى س أ ن تسمت ف

“Aku tinggalkan kepadamu dua perkara yang mana kamu

tidak akan tersesat berpegang padanya, yaitu kitab Allah (Al-

Qur‟an) dan Sunnah Rasulullah”.

Dalam kaitannya dengan pendidikan, Rasulullah sendiri menjadi

pendidik utama. Fenomena ini dapat dilihat dari praktek-praktek edukatif

Rasulullah itu sendiri. Pertama, beliau menggunakan rumah al Arqam

ibnu Abi al Arqam untuk mendidik dan mengajar. Kedua, beliau

memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, dan ketiga,

beliau mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam

(Mufron, 2013: 17). Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa Rasulullah

sangatlah memperhatikan masalah pendidikan. Sehingga setiap praktek

kehidupan yang beliau lakukan tidak lepas dari upaya memberikan

pendidikan.

3. Ijtihad

Ijtihad berakar dari kata jahda yang berarti al masyaqqah (yang

sulit) dan badzl al wus‟i wa ath-thaqah (pengerahan kesanggupan dan

kekuatan). Sa‟id At-Taftani yang dikutip oleh Bukhari Umar memberi

arti ijtihad dengan tahmil al-juhdi (membawa ke arah yang membutuhkan

kesungguhan), yaitu pengerahan segala kesanggupan dan kekuatan untuk

memperoleh apa yang dituju sampai batas puncaknya (Umar, 2011: 45).

Page 39: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

26

Secara sederhana ijtihad dapat dipahami dengan sebuah proses berfikir

menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuan syari‟at Islam

untuk menetapkan sesuatu hukum syari‟at Islam dalam hal-hal yang

ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur‟an dan Sunnah. Ijtihad

dalam hal ini dapat meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk bidang

pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur‟an dan Sunnah.

Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang

diatur oleh para mujtahid dan tidak boleh bertentangan dengan isi Al-

Qur‟an dan Sunnah. Karena itu, ijtihad dipandang sebagai salah satu

sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah

Rasulullah wafat. Ijtihad bidang pendidikan sejalan dengan

perkembangan zaman yang semakin maju, terasa semakin urgen dan

mendesak. Tidak saja di bidang materi atau isi, melainkan juga di bidang

sistem dalam artinya yang luas (Daradjat, 2011: 21). Perkembangan dan

perubahan zaman menuntut adanya pembaharuan dan inovasi dalam

bidang pendidikan. Karena itu, maka ijtihad dalam pendidikan sangat

dibutuhkan sebagai landasan dalam membuat inovasi dan pembaharuan,

sehingga perkembangan pendidikan di masa yang akan datang tidak lepas

dari nilai-nilai Al-Qur‟an dan As Sunnah.

D. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan diartikan sesuatu yang dicita-citakan di masa yang akan datang

dan ingin diwujudkan dengan berbagai daya dan upaya. Membahas tujuan

pendidikan Islam sangatlah penting guna melahirkan formulasi yang

Page 40: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

27

gamblang untuk memberikan pencerahan di masa yang akan datang

(Mujtahid, 2011: 25). Hal ini karena tujuan merupakan sesuatu yang

diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Sebab

pendidikan merupakan suatu usaha dan kegiatan yang berproses melalui

tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, yang tujuannya bertahap dan bertingkat.

Maka tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan

statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,

berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya. (Daradjat, 2011: 29).

Zakiah Daradjat memformulasikan tujuan pendidikan Islam kepada

tujuan umum, tujuan akhir, tujuan sementara, dan tujuan oprasional yang

dikaitkan dengan pendidikan formal. Pertama, tujuan umum ialah tujuan yang

akan dicapai dengan semua kegiatan, baik dengan pengajaran atau dengan

cara lain untuk membentuk manusia menjadi insan kamil dengan pola takwa

sesuai dengan tingkatannya masing-masing. Kedua, tujuan akhir yang dapat

dipahami dari firman Allah:

ب ب أ ا اىر اتقا آ حق الل ل تقبت ت إل ت ت أ سي

“wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah

dengan sebenar-benar takwa, dan jangan kamu mati kecuali dalam

keadaan muslim”. (QS Ali Imron (3): 102).

Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim

merupakan ujung dari takwa, sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi

kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan yang dapat dianggap

sebagai tujuan akhirnya. Ketiga, tujuan sementara ialah tujuan yang dicapai

stelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu dalam suatu kurikulum

Page 41: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

28

pendidikan formal. Dan keempat, tujuan operasional berupa tujuan praktis

yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Dalam

pendidikan formal, tujuan operasional dikembangkan menjadi tujuan

intruksional umum dan khusus (Daradjat, 2011: 29-30).

Berdasarkan pemaparan tentang tujuan pendidikan Islam tersebut,

dapat dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan Islam berdasarkan waktu

pencapaiannya dapat dibagi menjadi dua; tujuan jangka pendek dan tujuan

jangka panjang. Pertama, tujuan jangka pendek, yaitu tujuan yang bersifat

praktis dan dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan formal dalam

sekolah, baik melalui pembelajaran maupun kegiatan-kegiatan tertentu.

Pencapaian dari tujuan pendidikan Islam dalam jangka pendek dapat dilihat

setelah melaksanakan kegiatan formal dalam sekolah. Kedua, tujuan jangka

panjang, merupakan proses pendidikan Islam yang dilakukan secara terus

menerus sehingga terbentuk insan kamil yang mampu memelihara ketakwaan

hingga akhir hidupnya.

E. Nilai-Nilai Pendidikan Islam

Al-Qur‟an memuat nilai normatif yang menjadi acuan dalam

pendidikan Islam. Nilai yang dimaksud terdiri dari tiga pilar utama, yaitu:

1. Nilai i‟tiqadiyah, yang berkaitan dengan pendidikan keimanan, seperti

percaya kepada Allah, Malaikat, Rasul, Kitab, Hari akhir, dan Takdir,

yang bertujuan untuk menata kepercayaan individu.

Page 42: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

29

2. Nilai khuluqiyah, yang berkaitan dengan pendidikan akhlak, yang

bertujuan untuk membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi

diri dengan perilaku terpuji.

3. Nilai amaliyah, yang berkaitan dengan pendidikan tingkah laku sehari-

hari, baik yang berhubungan dengan pendidikan ibadah yang memuat

hubungan antara manusia dengan Tuhannya. Dan pendidikan muamalah

yang memuat hubungan antara manusia, baik secara individual maupun

institusional (Umar, 2011: 37-38).

Dari situ dapat dikatakan, bahwa nilai-nilai normatif dalam

pendidikan Islam tidaklah terlepas dari tiga hal yang dijadikan sebagai dasar

pendidikan Islam. Nilai i‟tiqodiyah yang berkaitan dengan pendidikan

keimanan, melalui pendidikan tauhid sebagai landasan keyakinan. Nilai

khuluqiyah, yang berkaitan dengan pendidikan akhlak melalui penanaman

dan pembiasaan melaksanakan budi pekerti yang baik. Nilai amaliah, yang

berkaitan dengan pendidikan ibadah dan muamalah yang ditanamkan melalui

pembelajaran ibadah dan muamalah, sebagai bekal melaksanakan kewajiban

beribadah di dunia.

Page 43: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

30

BAB III

DESKRIPSI GHAZWAH RASULULLAH

A. Izin Berperang

Pasca hijrah Nabi dan para sahabat ke Madinah, orang-orang kafir

Quraisy tetap melakukan teror kepada kaum muslimin. Bahaya yang

mengancam tidak hanya kepada diri Rasulullah melainkan kepada orang-

orang muslim seluruhnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ubay bin

Ka‟ab,

“Tatkala Rasulullah dan para sahabatnya tiba di Madinah,

lalu dilindungi Anshar, maka seluruh bangsa Arab sudah sepakat

untuk melontarkan satu anak panah kepada mereka. Tidak pagi atau

sore saja, melainkan mereka selalu siap dengan senjatanya” (Al

Mubarakfuri, 2014: 222).

Dalam kondisi yang rawan ini, dan karena adanya ancaman terhadap

eksistensi orang-orang Islam di Madinah, terlebih ancaman dari orang-orang

kafir Quraisy. Maka Allah menurunkan ayat dan mengizinkan orang-orang

Islam untuk berperang:

ىقدس عي صس الل إ ا ظي بأ قبتي ىير أذ

“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang

diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan

sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka itu”

(QS. Al Hajj (22): 39)

Ayat ini turun di antara ayat-ayat yang memberi petunjuk, bahwa izin

ini hanya dimaksudkan untuk mengenyahkan kebatilan dan menegakkan

syiar-syiar Allah. Tidak perlu diragukan lagi, bahwa izin untuk berperang

turun di Madinah setelah hijrah. Meskipun telah turun ayat yang mengizinkan

Page 44: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

31

berperang, Rasulullah tetap memilih menunjukkan kekuatan kaum muslimin

melalui jalan kekuasaan, khususnya jalur perdagangan. Untuk menunjukkan

kekuasaan ini Rasulullah menempuh dua jalan. Pertama, melalui perjanjian-

perjanjian dengan beberapa kabilah di sekitar Madinah serta yang berdekatan

dengan jalur perdagangan ke Syam. Kedua, mengirim utusan secara terus

menerus ke jalur perdagangan ini (Al mubarakfuri, 2014: 222-223).

Dr. Nizar Abazhah menyebutkan, ada tiga alasan Nabi berperang.

Pertama, melayani serangan musuh, seperti yang terjadi pada perang Badar,

Uhud, dan Khandaq. Kedua, memberi pelajaran terhadap musuh yang

bersekongkol mengganggu kaum muslimin meskipun sudah ada nota

perjanjian, seperti yang terjadi pada perang Bani Quraidlah, Khaibar, Mu‟tah

dan beberapa peperangan lain. Ketiga, menggagalkan rencana musuh yang

mengancam kaum muslimin, seperti pada perang Tabuk dan sejumlah

peperangan lain (Abazhah, 2011: 271). Dari ketiga alasan tersebut, dapat

dikatakan bahwa peperangan adalah pilihan terakhir yang ditempuh, setelah

berbagai upaya untuk berdamai telah diusahakan.

B. Ghazwah Rasulullah

Dalam beberapa literatur sejarah Islam, tercatat pada saat Rasulullah

di Madinah banyak terjadi peperangan, terjadi kurang lebih 74 peperangan

yang di antaranya ada 27 kali peperangan yang diikuti Rasulullah atau yang

lebih dikenal dengan istilah Ghazwah, di antara peperangan yang diikuti Nabi

adalah: perang Waddan, perang Buwath, perang „Usyairah, perang Badar

Awal, perang Qarqaratul Kadar, perang Badar Kubro, perang Bani Qainuqa‟,

Page 45: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

32

perang Sawiq, perang Ghatafan, perang Bahran, perang Uhud, perang

Hamraul Asad, perang Bani Nadzir, perang Dzatu Riqo‟, perang Badar Akhir,

perang Dumatul Jandal, perang Banu Musthaliq, perang Khandaq, perang

Bani Quraidlah, perang Bani Lahyan, perang Ghabah, perang Khaibar, perang

Mu‟tah, penaklukan Makkah, perang Hunain, perang Thaif, dan perang

Tabuk.

1. Perang Waddan

Perang Waddan atau Abwa‟ terjadi pada bulan Shafar 2 H.

Rasulullah mengangkat Sa‟d bin Ubadah sebagai wakil Beliau di

Madinah. Rasulullah memimpin perang Waddan dengan membawa 70

orang Muhajirin dengan tujuan menghadang kafilah dagang kafir

Quraisy. Beliau pergi hingga tiba di Waddan, namun tidak terjadi apa-

apa (Al Mubarakfuri, 2014: 225). Pada kesempatan itu Nabi berhasil

menjalin perjanjian damai dengan Bani Dhamrah yang sepakat untuk

bersikap netral, beliau menulis surat untuk mereka,

“Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha

Pemurah. Surat ini dari Muhammad utusan Allah untuk Bani

Dhamrah. Bahwa mereka aman menyangkut harta dan jiwa.

Bahwa mereka boleh membantu siapa yang ingin bergabung

dengan mereka –sampai kapanpun- kecuali mereka berperang

dalam agama Allah. Bahwa bila Nabi meminta bantuan, mereka

akan menyambut beliau. Dengan begitu, mereka mendapat

jaminan Allah dan Rasul-Nya, dan mereka boleh membantu siapa

yang berbuat baik dan meminta suaka kepada mereka (Abazhah,

2011: 35).

Ini merupakan peperangan pertama yang dilakukan Rasulullah.

Kepergiannya untuk tujuan peperangan itu selama lima belas hari.

Page 46: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

33

Bendera perang berwarna putih, dan pembawanya adalah Hamzah bin

Abdul Muthalib (Al Mubarakfuri, 2014: 225).

2. Perang Buwath

Terjadi pada bulan Rabiul Awwal 2 H, Rasulullah pergi bersama

200 sahabat untuk menghadang kafilah dagang kafir Quraisy yang

dipimpin Umayyah bin Khalaf beserta 100 orang kafir Quraisy serta

membawa 2.500 unta yang membawa barang dagangan. Beliau tiba di

Buwath dari arah Radhwa. Namun kali ini tidak terjadi apa-apa.

Rasulullah mengangkat Sa‟d bin Mua‟dz sebagai wakil beliau di

Madinah. Sementara bendera perang berwarna putih dibawa oleh Sa‟d

bin Abi Waqqash (Al Mubarakfuri, 2014: 225).

3. Perang „Usyairah

Terjadi pada bulan Jumadal Ula dan Jumadal Akhir tahun ke 2 H,

bersama 150-200 an Muhajirin, Rasulullah keluar untuk menghadang

kafilah dari kafir Quraisy yang hendak pergi ke Syam. Kabar yang

sampai pada beliau bahwa kafilah tersebut membawa harta orang-orang

kafir Quraisy. Namun tatkala tiba di Dzul „Usyairah, rombongan kafir

Quraisy sudah melewati tempat itu beberapa hari sebelumnya, sehingga

tidak terjadi peperangan. Kepergian beliau dilakukan pada akhir bulan

Jumadal Ula dan kembali pada akhir buan Jumadal Akhir seperti yang

dituturkan Ibnu Ishaq. Boleh jadi inilah yang menyebabkan perbedaan

pendapat dikalangan ahli Sirah tentang penetapan bulan terjadinya

peperangan ini. Dalam kesempatan itu beliau mengikat perjanjian

Page 47: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

34

damai dengan Bani Mudlij dan sekutu mereka dari Bani Dhamrah (Al

Mubarakfuri, 2014: 226).

4. Perang Badar Awal

Perang Badar awal juga disebut perang Safawan, terjadi pada

bulan Rabiul Awal tahun 2 H. Sebab terjadinya peperangan, karena

Kurs bin Jabir Al Fihri bersama beberapa orang musyrik menyerbu

kandang hewan gembala di Madinah dan berhasil merampok domba-

dombanya. Maka bersama 70 sahabat, dengan pembawa bendera Ali

bin Abi Thalib Rasulullah hendak mengejar dan mengusirnya, hingga

beliau tiba di sebuah wadi yang disebut Safawan, dari arah Badar. Akan

tetapi Kurs dan rekan-rekannya tidak dapat ditemukan. Maka beliau

kembali ke Madinah tanpa ada peperangan (Al Mubarakfuri, 2014: 225-

226).

5. Perang Qarqaratul Kadar

Terjadi pada tahun ke 2 H, Nabi menerima informasi bahwa

Bani Sulaym dan Ghathafan mengerahkan orang-orangnya di

Qarqaratul Kadar (sebuah tempat dekat kota Madinah), timur laut

Madinah. Atas dasar informasi itu, Nabi menuju ke sana bersama 200

sahabat dengan membawa bendera perang yang dipegang Ali bin Abi

Thalib. Tapi setibanya di mata air al Kadar, beliau tidak bertemu siapa-

siapa (Abazhah, 2011: 67).

Page 48: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

35

6. Perang Badar Kubro

Perang Badar Kubro adalah suatu bukti yang dengannya Allah

memuliakan agama Islam, menegakkan panji-Nya, menghapuskan

kemusyrikan dan membongkar akar-akarnya (Djabbar, tt: 11).

Rasulullah berangkat dari Madinah bertepatan dengan 17 Ramadhan

tahun 2 H. Keluarnya beliau dengan para sahabat tidaklah dengan

niatan berperang, tetapi hanya menargetkan harta yang dibawa kaum

kafir Quraisy. Pada saat itu antara kaum muslimin dengan kafir Quraisy

sedang dalam status berperang. Maka sudah maklum apabila dalam

status perang, harta dan nyawa musuh hukumnya adalah mubah.

Apalagi sebagian harta yang dibawa kafilah dagang kaum kafir Quraisy

adalah milik kaum muslimin, muhajirin dari Makkah yang telah

dirampas oleh orang-orang kafir Quraisy dengan tidak adil dan zalim

(Ash Sallabi, 2017: 67-68).

Syekh Safiyurrahman Al Mubarakfuri menyatakan bahwa

Rasulullah mengadakan persiapan keluar beserta 313 atau hingga 317

orang, terdiri dari 82 hingga 86 dari Muhajirin, 61 dari suku Aus dan

170 dari suku Khazraj. Mush‟ab ibn Umair tampil di depan membawa

bendera putih. Di depan Nabi ada dua bendera berwarna hitam. Satu

dipegang oleh Ali bin Abi Thalib dan yang satu dipegang oleh Sa‟d bin

Mu‟adz (Al Mubarakfuri, 2014: 234). Kaum muslim menggiring tujuh

puluh ekor unta yang mereka tunggangi secara bergantian, tiap unta tiga

orang, juga dua atau tiga ekor kuda, sedang sisanya berjalan kaki

Page 49: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

36

(Abazhah, 2011: 46). Abu Sufyan, pemimpin kafilah dagang kafir

Quraisy mendapat informasi yang meyakinkan bahwa Muhammad

SAW telah pergi bersama rekan-rekannya untuk menghadang kafilah.

Maka Abu Sufyan mengupah Dhamdham bin Amr Al Ghifari agar pergi

ke Makkah, memberitahu orang-orang kafir Quraisy guna mengirim

pertolongan untuk menyelamatkan kafilah dagang mereka dan

menghadapi Muhammad beserta rekan-rekannya.

Mendengar berita itu maka orang-orang Makkah segera

melakukan persiapan perang. Kekuatan pasukan Makkah tercatat ada

1.300 pada mulanya, 100 kuda, memiliki 600 baju besi dan unta yang

cukup banyak jumlahnya. Komando tertinggi depegang oleh Abu Jahal

bin Hisyam. Terdapat sembilan pemuka kafir Quraisy yang

bertanggung jawab terhadap perbekalan yang dibutuhkan seluruh

pasukan. Sehari mereka menyembelih sembilan hingga sepuluh ekor

unta untuk konsumsi (Al Mubarakfuri, 2014: 235).

Perang Badar berakhir dengan kemenangan kaum muslimin atas

kaum musyrikin. Korban dari pihak kafir Quraisy sebanyak 70 orang,

sedangkan 70 lainnya tertawan. Kebanyakan dari yang tewas dan

tertawan adalah pemuka kafir Quraisy. Sementara, mereka yang syahid

dalam pasukan kaum muslimin berjumlah 14 orang. Setelah

kemenangan diraih oleh kaum muslimin, maka Rasulullah mengutus

Abdullah bin Rawahah dan Zaid bin Tsabit untuk menyampaikan kabar

ini kepada muslimin yang ada di Madinah. Setelah peperangan

Page 50: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

37

Rasulullah menetap di Badar selama tiga hari (Ash Shallabi, 2017:

111).

7. Perang Bani Qainuqa‟

Bani Qainuqa‟ merupakan kabilah Yahudi yang menampakkan

permusuhan kepada orang-orang Islam dan menghianati perjanjian yang

telah dibuat bersama Rasulullah. Karena demikian, maka pada tahun ke

2 H mereka dikepung selama 15 malam, hingga mereka merasa takut

dan akhirnya menyerah. Kemudian mereka meminta kepada Rasulullah

supaya mereka ditinggalkan dengan mengambil harta bendanya.

Permintaan tersebut diterima, maka orang-orang Islam mengambil harta

benda dan mengusir Bani Qainuqa‟ dari Madinah (Abdul Jabbar, tt: 9-

10).

8. Perang Sawiq

Terjadi pada bulan Dzul Hijjah tahun 3 Hijrah, tepatnya dua

bulan setelah perang Badar. Shafwan bin Umayyah menjalin

persengkokolan dan konspirasi dengan orang-orang Yahudi serta

Munafik. Abu Sufyan berfikir untuk melakukan sesuatu yang sedikit

menyerempet bahaya, dengan maksud untuk menjaga kaumnya dan

menunjukan kekuatan yang mereka miliki. Maka bersama dua ratus

orang dia melaksanakan keinginannya, hingga tiba di suatu jalan

terusan di sebuah gunung yang bernama Naib. Jaraknya dari Madinah

kurang lebih dua belas mil. Dia mengutus beberapa orang pilihan di

antara tentaranya agar pergi ke arah Madinah dan berhenti di Al-

Page 51: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

38

Uraidh. Di sana mereka membabati pohon dan membakar pagar-pagar

kebun kurma. Mereka mendapati seorang Anshar dan rekannya di

kebun itu, lalu mereka membunuhnya. Setelah itu mereka kembali ke

Makkah.

Rasulullah yang mendengar kabar ini segera mengejar Abu

Sufyan dan rekan-rekannya. Namun mereka buru-buru pergi dengan

meninggalkan tepung makanan yang mereka bawa sebagai bekal dan

bahan makanan lain agar tidak memberati. Beliau mengejar mereka

sampai tiba di Qarqaratul Kadr. Tetapi mereka tidak terkejar lagi.

Setiba di sana, beliau kembali lagi karena tidak mendapati mereka.

Sedangkan orang-orang Muslim membawa sawiq (tepung gandum)

yang ditinggalkan Abu Sufyan dan pasukannya. Sehingga peperangan

ini disebut perang sawiq (Al Mubarakfuri, 2014: 282-283).

9. Perang Ghatafan

Ini merupakan pasukan paling besar yang dipimpin Rasulullah

sebelum perang Uhud. Terjadi pada bulan Muharram tahun 3 H.

Adapun sebabnya, karena mata-mata Madinah menyampaikan kabar

kepada beliau bahwa sebagian Bani Tsa‟labah dan Muharib berhimpun

untuk menyerbu daerah-daerah sekitar Madinah. Maka beliau segera

mempersiapkan orang-orang Muslim dan pergi bersama 450 prajurit.

Sebagian berjalan kaki dan sebagian lainnya menaiki hewan, sementara

Madinah diserahkan kepada Utsman bin Affan. Nabi beserta

pasukannya tiba di tempat berkumpulnya musuh, yaitu di sebuah mata

Page 52: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

39

air yang disebut Dzi Amar. Beliau menetap di sana selama sebulan

penuh, yaitu pada bulan Shafar 3 H. Tujuannya untuk menunjukkan

kekuatan pasukan Muslimin dan menimbulkan keengganan pada bangsa

Arab. Setelah itu beliau kembali ke Madinah tanpa berperang, karena

saat mendengar kedatangan pasukan Muslimin, musuh lari dan

berpencar ke puncak gunung. (Al Mubarakfuri, 2014: 283).

Pada waktu itu terdapat sebuah peristiwa. Ketika Rasulullah

melepaskan bajunya, utuk dijemur karena basah kehujanan dan

beristirahat di bawah pohon, jauh dari para sahabat. Pada saat itulah

Da‟tsur menyelinap mendekati Nabi, ia berdiri dengan pedang

mengarah tepat pada kepala beliau, kemudian berkata, “siapakah yang

bisa melindungimu sekarang?” Nabi tidak bergerak, lalu menjawab

dengan tenang, “Allah”. Setelah mendengar jawaban tersebut maka

gemetar tubuh Da‟tsur, hingga terjatuh pedang yang ia bawa. Kemudian

Nabi memungut pedang itu dan berkata, “siapakah yang bisa

melindungimu sekarang hai Da‟tsur ?” ia menjawab, “tidak ada”.

Rasulullah kemudian mengampuninya, hingga masuk Islamlah ia dan

kemudian mengajak kaumnya masuk Islam pula (Abazhah, 2011: 68).

10. Perang Burhan

Shafiyurrahman Al Mubarakfuri menyatakan bahwa perang

Burhan terjadi pada bulan Rabi‟ul Akhir tahun 3 H. Sebab terjadinya,

karena Rasulullah mendapat kabar tentang Bani Salim yang tengah

berkumpul di Bahran, dalam sebuah pasukan besar (Al Mubarakfuri,

Page 53: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

40

2014: 288). Beliau pun bergerak ke sana dengan kekuatan 300 prajurit.

Namun sesampainya di sana, tidak ditemukan siapapun. Bani Salim

sudah bubar dan menyebar ke pusat-pusat mata air mereka (Abazhah,

2011: 68-69). Rasulullah menetap di sana hingga habis bulan Rabi‟ul

Akhir dan Jumadal Ula. Akan tetapi tidak terjadi apa-apa, lalu beliau

kembali ke Madinah (Al Mubarakfuri, 2014: 288).

11. Perang Uhud

Perang uhud terjadi pada tanggal 15 syawal tahun ke 3 H. Latar

belakang terjadinya perang Uhud adalah, kafir Quraisy yang ingin balas

dendam atas kekalahan mereka dalam perang Badar. Mereka

mempersiapkan diri, dengan keluar bersama 3.000 tentara selain para

sekutu. Di antara mereka terdapat 700 tentara berbaju besi dan 200

tentara berkuda. Mereka juga membawa 17 perempuan, di antaranya

adalah Hindun binti „Utbah, istri Abu Sufyan (As Siba‟i, 2013: 92).

Uhud merupakan sebuah bukit yang sangat tinggi, terletak di

sebelah utara Madinah, berjarak dua mil dari Madinah. Rasulullah dan

sebagian sahabat berpendapat, bahwa sebaiknya kaum muslimin tidak

keluar menghadapi mereka dan tetap tinggal di Madinah. Jika kaum

musyrikin menyerang Madinah, mereka dapat mencegahnya. Namun,

beberapa pemuda serta beberapa sahabat khususnya yang tidak

mengikuti perang Badar dan belum mendapat kemuliaan dalam

peperangan tersebut sangat bersemangat untuk keluar menghadapi

kaum musyrikin di tempat mereka. Akhirnya Rasulullah keluar bersama

Page 54: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

41

1.000 orang, 100 diantaranya adalah prajurit yang mengenakan baju

besi dan tentara berkuda. Akan tetapi di tengah perjalanan, Abdullah

bin Ubay bin Salul bersama 300 orang munafik memisahkan diri dari

kaum muslimin, sehingga jumlah kaum muslimin tinggal 700 tentara

saja. Sementara itu Rasulullah tetap melanjutkan perjalanan hingga

sampai di lokasi gunung Uhud (As Siba‟i, 2013: 93).

Setelah sampai di Uhud, Rasulullah memerintahkan 50 orang

ahli pemanah untuk bertahan di bukit. Beliau berpesan kepada mereka,

supaya jangan sampai meninggalkan bukit itu, baik dalam keadaan

menang ataupun kalah. Pada waktu itu kemenangan hampir diperoleh

kaum muslimin, andaikan barisan pemanah yang diperintahkan

Rasulullah untuk menetap di bukit tidak melanggar amanah yang telah

diberikan Rasulullah. Ketika Khalid bin Walid mengetahui bahwa bukit

tempat para pemanah muslimin kosong, diserbulah orang-orang Islam

dari belakang dengan serbuan yang hebat sehingga membuat barisan

kaum muslimin kocar-kacir (Abdul Jabbar, tt: 17-18).

Pasukan muslimin yang syahid pada perang Uhud sebanyak 70

orang, di antaranya adalah Hamzah paman Nabi, salah satu tonggak

perjuangan Islam. Nabi juga mendapatkan luka dalam pertempuran

tersebut dan jatuh ke dalam lubang yang disiapkan oleh musuh (Bagian

Kurikulum KMI, 2004: 17). Dalam peristiwa tersebut, Nabi

memerintahkan para sahabat untuk melepaskan baju besi dari tubuh

para syuhada, mengubur mereka dengan darah dan pakaian mereka,

Page 55: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

42

tanpa memandikannya. Karena tidak cukup kain yang tersedia, maka

satu kain digunakan untuk dua atau tiga jenazah dan disemayamkan

dalam satu makam. Bahkan tidak ada kain untuk Hamzah kecuali hanya

selembar kain. Apabila ditutupkan ke kepalanya, terlihat kakinya, jika

ditutupkan kaki maka terlihat kepalanya. Maka Nabi menyuruh

menutup kepalanya dengan kain, sedangkan kakinya ditutup dengan

dedaunan (Abazhah, 2011: 91).

12. Perang Hamraul Asad

Perang Hamraul Asad ini bukanlah perang yang berdiri sendiri,

melainkan bagian dari perang Uhud dan kelanjutannya (Al

Mubarakfuri, 2014: 338). Esok pagi, setelah kembali dari perang Uhud,

Rasulullah mendengar kabar bahwa Abu Sufyan dan pasukannya

hendak menyerang Madinah. Maka Rasulullah memerintahkan untuk

bersiap menyerang musuh. Nabi berangkat dengan kaum muslimin dan

mendirikan kemah di Hamraul Asad. Tiga malam mereka di sana, setiap

malam membakar lima ratus api unggun. Nyala api terlihat dari jauh,

bunyi pasukan dan suara kayu yang terbakar terdengar dari segala

penjuru. Dalam peristiwa ini tidak terjadi peperangan, sebab Ma‟bad

bin Abu Ma‟bad asal Khaza‟ah yang merupakan sekutu kaum muslimin

merasa prihatin dengan keadaan kaum muslimin saat itu. Kemudian dia

membuat siasat dengan menakut-nakuti Abu Sufyan bin Harb dan

pasukannya yang hendak menyerang Madinah, dengan menyampaikan

kabar, bahwa kaum muslimin telah bersiap mengejar pasukan Abu

Page 56: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

43

Sufyan dengan jumlah yang lebih besar. Atas informasi itu nyali Abu

Sufyan bin Harb dan pasukannya menjadi ciut, akhirnya mereka

memutuskan untuk kembali ke Makkah (Abazhah, 2011: 94-96).

13. Perang Bani Nadzir

Bani Nadzir adalah suatu golongan kelompok kaum Yahudi

Madinah yang pernah mengadakan perjanjian dengan Rasulullah, salah

satu isinya berupa pernyataan untuk tidak saling menyerang. Pada tahun

ke 4 H, saat Rasulullah bersama beberapa sahabat berkunjung kepada

mereka, diketahui beberapa dari mereka berunding untuk membunuh

Rasulullah. Hal itu kemudian diketahui oleh Rasulullah, maka beliau

segera keluar dari tempat itu dengan diikuti oleh para sahabat. Karena

mereka melanggar perjanjian, maka Rasulullah memerintahkan sahabat

untuk mengusir mereka. pada awalnya mereka menurut, akan tetapi

karena hasutan dari orang munafik maka mereka kemudian menentang.

Karena hal itu, kemudian Rasulullah mengepung mereka hingga mereka

menyerah dan meminta keluar dari negerinya. Permintaan itu

dikabulkan Rasulullah, mereka keluar dengan membawa keluarga serta

harta benda yang dapat dimuat pada unta mereka (Abdul Jabbar, tt: 23-

24).

14. Perang Dzatu Riqo‟

Syaikh Al Buthi dikutip oleh Dr. Muhammad Ali Ash Shallabi,

menyebutkan bahwa perang tersebut terjadi pada tanggal 4 H, setelah

berlalu kurang lebih satu setengah bulan dari pengusiran Yahudi Bani

Page 57: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

44

Nadhir, dan pendapat inilah yang dianut oleh mayoritas pakar Sirah.

Adapun sebab terjadinya perang ini adalah penghianatan yang

dilakukan oleh kabilah-kabilah Najd terhadap kaum muslimin.

Penghianatan itu tampak jelas dengan adanya tragedi pembunuhan tujuh

puluh da‟i yang dikirim untuk berdakwah ke jalan Allah (Ash Shallabi,

2017: 359-360).

Rasulullah berangkat bersama 700 prajurit untuk memerangi

beberapa kabilah dari negeri Najd yang bersatu untuk memerangi

Rasulullah, yaitu; Bani Tsa‟labah dan bani Muharib. Akan tetapi

mereka melarikan diri setelah mendengar keberangkatan Rasulullah

beserta kaum muslimin untuk memerangi mereka, sehingga tidak terjadi

peperangan. Dalam peperangan ini, turun malaikat Jibril memberi

pelajaran tentang shalat khauf dan kelonggaran bertayamum (Abdul

Jabbar, tt: 23).

15. Perang Badar Akhir

Setelah orang-orang muslim dapat membungkam dan

menghentikan gangguan orang-orang Arab Badui, mereka mulai

bersiap-siap menghadapi musuh terbesar. Setahun hampir berlalu, dan

saat yang dijanjikan untuk bertempur dengan orang kafir Quraisy

sewaktu perang Uhud hampir tiba. Maka pada bulan Sya‟ban tahun 4 H,

Rasulullah pergi pada hari yang dijanjikan bersama 1.500 prajurit.

Pasukan ini diperkuat dengan 10 penunggang kuda. Bendera dipegang

oleh Ali bin Abi Thalib sedangkan Madinah diwakilkan kepada

Page 58: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

45

Abdullah bin Rawahah. Kaum Muslimin tiba di Badr dan menunggu

orang-orang Musyrik.

Sedangkan dari pihak musuh, Abu Sufyan pergi bersama 2.000

prajurit dengan diperkuat 50 orang penunggang kuda. Mereka tiba di

Zahran sejauh satu marhalah dari Makkah dan bermalam di Majannah,

pangkalan air di daerah itu. Sebenarnya berat sekali bagi Abu Sufyan

untuk pergi berperang, karena memikirkan dampak dari peperangan

melawan kaum Muslimin. Karena ketakutan yang menyelimuti Abu

Sufyan dan pasukannya semakin besar, maka nyali mereka menciut.

Akhirnya ia dan pasukannya kembali ke Makkah tanpa berperang.

Orang-orang Muslim menunggu kedatangan kafir Quraisy di Badar

selama delapan hari dan pulang ke Madinah dengan membawa pamor

yang harum serta keberadaan mereka disegani (Al Mubarakfuri, 2014:

354).

16. Perang Dumatul Jandal

Setelah perang Badar Akhir, Rasulullah menetap di Madinah

selama enam bulan. Kemudian datang berita kepada beliau bahwa

beberapa kabilah di sekitar Dumatul Jandal, tak jauh dari Syam, suka

merampas dan merampok siapa saja yang melewati daerah itu. Bahkan

mereka telah menghimpun kekuatan untuk menyerang Madinah (Al

Mubarakfuri, 2014: 355). Maka pada tahun 5 H, Rasulullah berangkat

dengan 1.000 orang laki-laki berangkat ke Dumatul Jandal, sebuah

negeri di antara Syam dan Madinah untuk memerangi mereka yang

Page 59: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

46

telah menganiaya orang-orang yang melalui negerinya. Tidak terjadi

pertempuran dalam peristiwa ini, karena setelah Rasulullah datang,

mereka lari dan meninggalkan ternak mereka (Abdul Jabbar, tt: 25).

17. Perang Bani Musthaliq

Para Ulama berselisih pendapat tentang waktu terjadinya perang

Bani Musthaliq. Di antaranya berpendapat bahwa perang ini terjadi

pada bulan Sya‟ban tahun ke 6 H, pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu

Ishaq, Khalifah bin Khayyath, dan Ibnu Jarir At Thabari. Ada yang

berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi pada tahun ke 4 H, seperti Al

Mas‟udi. Dan ada yang berpendapat terjadi pada bulan Sya‟ban tahun

ke 5 H, mereka adalah Musa bin Uqbah, Ibnu Sa‟d, Ibnu Qutaibah, Al

Baladziri, Adz Zahabi, Ibnul Qoyyim, Ibnu Hajar, dan Ibnu Katsir serta

beberapa Ulama kontemporer seperti Al Khudari Bek, Al Ghazali, dan

Al Buthi (Ash Shallabi, 2017:381).

Sebab peperangan ini, karena Nabi mendengar kabar bahwa

Harits bin Abu Dhirar, pemimpin Bani Musthaliq tengah menghimpun

kaumnya dan orang-orang kabilah lain di Arab untuk menggempur

kaum Muslimin. Nabi segera bertindak dengan memimpin 700 prajurit.

Kaum munafik yang sebelumnya tidak pernah terlibat, ikut serta dalam

peperangan ini. Sebelum perang, Nabi menyuruh Umar bin Khatab

untuk mengajak mereka masuk Islam. Karena mereka menolak, maka

terjadilah peperangan (Abazhah, 2011: 112). Dari pihak musuh sepuluh

orang terbunuh, sedangkan lainnya ditawan. Di antara tawanan itu

Page 60: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

47

terdapat seorang perempuan bernama Barrah, ia merupakan anak kepala

suku Bani Musthaliq yang kemudian dinikahi oleh Rasulullah dan

kemudian dinamai Juwairiyah. Setelah mendengar hal tersebut, masuk

Islamlah orang-orang bani Musthaliq dan menjadi pembela Islam

(Abdul Jabbar, tt: 25-26). Dalam peperangan ini, kaum munafik ulah di

Muraisi‟. Mereka di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay bin Salul

menghasut dan mengadu domba kaum Muhajirin dan Anshar. Hampir

saja terjadi pertumpahan darah yang sia-sia antara Muhajirin dan

Anshar. Beruntung Nabi dapat merangkul keduanya dengan bijak.

Kaum munafik juga melakukan provokasi serupa dengan menebar gosip

tentang Aisyah. Namun Allah membebaskan Aisyah dari segala

tuduhan keji tersebut (Abazhah, 2014: 113).

18. Perang Khandaq

Dalam tahun ke 5 H terjadi perang Khandaq, yang juga dikenal

dengan perang Ahzab. Sebab terjadinya perang, karena banyak dari

kabilah Arab dan Yahudi berkumpul untuk mengepung kota madinah

dan memerangi orang-orang Islam. Mereka membawa 10.000 orang

laki-laki di bawah komando Abu Sufyan bin harb (Abdul Jabbar, tt: 28).

Semua golongan ini nantinya akan bergerak ke arah Madinah secara

serentak seperti yang telah mereka sepakati. Dalam beberapa hari saja,

di sekitar Madinah akan berhimpun pasukan musuh sangat besar, yang

jumlah mereka bahkan lebih banyak daripada seluruh penduduk

Madinah, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua. Tetapi model

Page 61: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

48

kepemimpinan Madinah tak pernah terpejam sekejap pun. Sebelum

pasukan musuh beranjak dari tempatnya, informasi tentang rencana

mereka sudah tercium di Madinah. Berdasarkan informasi yang telah

sampai pada beliau, maka Rasulullah mengadakan musyawarah dengan

para sahabat. Di dalam musyawarah tersebut, disetujui usulan dari

Salaman Al Farisi. Dia mengusulkan untuk menggali parit di sekitar

Madinah sebagai benteng pertahanan. Ini merupakan langkah yang

amat bijaksana, yang sebelumnya tidak dikenal bangsa Arab (Al

Mubarakfuri, 2014: 358).

Rasulullah segera melaksanakan rencana itu. Setiap sepuluh

orang laki-laki diberi tugas menggali parit sepanjang empat puluh hasta.

Dengan penuh semangat kaum muslimin menggali parit yang panjang.

Rasulullah terus memompa semangat mereka dan terjun langsung di

lapangan. Selama penggalian parit ini terjadi beberapa tanda nubuwah

yang berkaitan degan rasa lapar yang mendera mereka. Jabir bin

Abdullah melihat beliau benar-benar tersiksa karena lapar dengan

mengikat perutnya dengan batu. Lalu ia menyembelih seekor hewan

dan menanak satu sha‟ tepung gandum untuk Rasulullah dan beberapa

sahabat. Tetapi kemudian Rasulullah membagikan makanan itu kepada

semua orang yang sedang menggali parit yang jumlahnya mencapai

seribu orang, mereka makan hingga kenyang bahkan masih ada sisa dari

makanan itu. Saudara perempuan An Nu‟man bin Basyir datang ke

tempat penggalian dengan membawa kurma setangkup tangan untuk

Page 62: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

49

ayah dan pamannya. Ketika itu Rasulullah yang lewat didekatnya

meminta kurma tersebut, lalu beliau letakkan di atas selembar kain.

Setelah itu beliau memanggil semua orang dan mereka pun

memakannya. Setelah semua memakannya, ternyata kurma yang hanya

setangkup tangan itu masih tersisa hingga ada yang tercecer keluar dari

hamparan kain. Di saat penggalian parit terdapat sebongkah tanah

keras, hampir semua sahabat mencoba menghancurkannya dan tidak

berhasil. Maka kemudian mereka menyampaikan hal ini kepada

Rasulullah. Kemudian beliau mengambil cangkul dan memukul

bongkahan itu tiga kali, maka hancurlah sebongkah tanah yang keras itu

(Al Mubarakfuri, 2014: 358).

Tak lama setelah penggalian parit selesai, pasukan gabungan

kaum musyrik itu sampai Madinah. Nabi mengerahkan 3.000 prajurit

dan berdiri berseberangan dengan parit dan tentara kaum musyrik yang

terkejut dengan siasat kaum Muslimin yang belum pernah mereka lihat

sebelumnya. Karena terhalang parit, pasukan gabungan musuh

mengepung sekitar Madinah. Terjadi kontak senjata antara pasukan

musyrik dengan muslim. Setiap pasukan musuh ingin memasuki parit,

maka mereka akan dihujani dengan anak panah sehingga mereka tidak

berani mendekati parit. Hampir sebulan pengepungan ini berlangsung,

kedua pihak bertahan pada posisinya masing-masing. Melihat situasi

yang tidak menguntungkan orang-orang Musyrik, maka Abu Sufyan

mengutus Huyay bin Akhtab untuk mendatangi Bani Quraidlah dan

Page 63: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

50

membujuk mereka supaya membatalkan perjanjian damai yang mereka

buat dengan Rasulullah. Atas bujukan Huyay bin Akhtab, maka pada

peperangan ini terjadi penghianatan yang dilakukan oleh Bani

Quraidlah (Abazhah, 2011: 119-120).

Setelah ketegangan dalam peperangan ini mencapai puncaknya,

Allah menyiapkan kemenangan untuk Nabi-Nya. Suatu malam

datanglah Nu‟aim bin Mas‟ud Al Asyja‟i, ia mengatakan bahwa

kaumnya belum mengetahui bahwa Nu‟aim telah masuk Islam.

Akhirnya dia membuat siasat untuk membuat perpecahan di kalangan

kaum musyrikin. Tepat pada saat pasukan gabungan saling menghianati

dan terpecah belah, Allah mengirimkan angin topan. Malam itu angin

topan memadamkan nyala api penerangan, menghantam tenda-tenda,

dan mematahkan tiang-tiang. Perkemahan yang mereka buat di sekitar

Madinah rata dengan tanah. Tak lama setelah peristiwa itu, Abu Sufyan

memerintahkan pasukannya untuk pergi. Kemenangan diraih setelah 24

malam pada musim kemarau yang dinginnya menusuk tulang

(Abazhah, 2011: 124-128).

19. Perang Bani Quraidlah

Setelah perang Khandaq selesai, Rasulullah diperintahkan Allah

Swt untuk memerangi Bani Quraidlah. Sebab pertempuran, karena

mereka mengkhianati perjanjian dan menampakkan permusuhan kepada

orang-orang Islam pada saat perang Khandaq. Rasulullah berangkat

bersama dengan 3.000 pasukan dan mengepung mereka selama 25 hari,

Page 64: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

51

hingga akhirnya mereka menyerah (Abdul Jabbar, tt: 29). Atas dasar

penghianatan yang dilakukan oleh Bani Quraidlah, maka mereka

menerima hukuman mati. Semua yang terlibat dalam penghianatan

mendapatkan hukuman ini, Jumlah mereka sekitar enam ratus hingga

tujuh ratus orang. sedangkan perempuan dan anak-anak menjadi

tawanan (Al Mubarakfuri, 2014: 376).

20. Perang Bani Lahyan

Sebab terjadinya perang ini, karena Bani Lahyan pernah

menghianati sepuluh orang sahabat dan membunuh mereka di Ar Raji‟.

Karena tempat mereka yang masuk di wilayah Hijaz dan berbatasan

langsung dengan Makkah, maka Nabi tidak berniat memasuki wilayah

tersebut karena posisi mereka yang beredekatan dengan musuh terbesar.

Kejadian ini terjadi sebelum meletus peperangan antara kaum muslimin

dengan kafir Quraisy dan beberapa kabilah Arab lainnya. Setelah situasi

yang memungkinkan, maka beliau melancarkan balasan atas

penghianatan yang dilakukan Bani Lahyan.

Pada bulan Rabi‟ul Awal atau Jumadal Ula tahun 6 H, beliau

pergi bersama 200 sahabat. Beliau membuat kamuflase, seakan-akan

hendak pergi ke Syam, agar mereka lengah. Perjalanan dipercepat

hingga tiba di Ghuran, suatu lembah yang terletak antara Amaj dan

Usfan. Di situlah dulu para sahabat beliau dibunuh. Beliau tampak

beresedih, lalu mendoakan kebaikan untuk mereka yang terbunuh. Pada

peristiwa ini tidak terjadi pertempuran, karena Bani Lahyan yang

Page 65: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

52

mendengar kedatangan kaum muslimin langsung melarikan diri ke

puncak-puncak gunung. Tak seorang pun di antara mereka yang

tertangkap. Beliau menetap di perkampungan Bani Lahyan selama dua

hari, lalu kembali ke Madinah (Al Mubarakfuri, 2014: 382-383).

21. Perang Ghabah

Di tahun 6 H tersebut juga terjadi perang Ghabah. Ghabah ialah

suatu tempat antara Makkah dan Madinah. Rasulullah berangkat

bersama 500 orang laki-laki untuk memerangi orang-orang Arab yang

telah menyerbu dan merampas unta-unta beliau serta membunuh sang

penggembala, Abi Dzar. Padahal sebelumnya Rasulullah telah

memberikan hadiah kepada pimpinan mereka yaitu, Uyainah bin Hisn

berupa sebidang tanah. Akibat pertempuran ini, terbunuh satu orang

muslim dan dua orang musyrik (Abdul Jabbar, tt: 35)

22. Perang Khaibar

Pada tahun 7 H, Rasulullah berangkat ke Khaibar untuk

memerangi penduduknya, yaitu golongan Yahudi dari Bani Nadhir

yang termasuk sekutu kaum musyrik yang menakut-nakuti kaum

muslimin dengan meniupkan kabar bohong dan menentang dalam

perang Khandaq. Sesampainya kaum muslimin di sekitar benteng

Khaibar, mereka lalu bertakbir dan berdoa dengan suara yang

menggemparkan orang-orang Khaibar. Karena demikian maka

Rasulullah bersabda “jangan kamu mengeraskan suaramu dalam

berdoa, karena kamu tidak berdoa pada Tuhan yang tuli dan jauh

Page 66: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

53

melainkan kamu berdoa kepada Tuhan yang Maha Mendengar dan

Maha dekat”. Untuk mempercepat kemenangan maka kaum muslimin

memotong pohon-pohon kurma milik orang-orang Yahudi dan

mengepung mereka selama 6 hari, agar mereka mau menyerah.

Pada hari ketujuh, Rasulullah menyerahkan bendera perang

kepada Ali bin Abi Thalib untuk memimpin penyerbuan. Sebelum

menerima tugas tersebut, Ali bin Abi Thalib terkena sakit mata maka

kemudian kedua mata Ali ditiup oleh Rasulullah dan seketika itu juga

sembuh. Setelah komando serbuan dari Ali, pasukan kaum muslimin

terus menyerbu hingga mendapat kemenangan dan menguasai seluruh

Khaibar setelah mengusir semua penduduknya (abdul Jabbar, tt: 40).

Setelah Khaibar dapat dikuasai, penduduk Fadak yang berada di

wilayah utara Khaibar segera meminta perjanjian damai agar mereka

dibebaskan dan tetap hidup. Mereka juga bersedia menyerahkan harta

bendanya kepada Rasulullah. Setelah itu kaum muslimin mengepung

Wadil Qura, ia adalah sejumlah desa antara Khaibar dengan Taima‟

ditempuh dalam beberapa malam. Mereka dikepung hingga akhirnya

menyerah, sementara penduduk Taima‟ meminta perjanjian damai

kepada Rasulullah. Dengan begitu maka seluruh benteng Yahudi

berjatuhan di tangan kaum muslimin (Ash Shallabi, 2017: 510-511).

23. Perang Mu‟tah

Mu‟tah merupakan sebuah desa di antara beberapa desa yang

ada di Syam. Pada tahun 8 H, Rasulullah menyiapkan pasukan

Page 67: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

54

sebanyak 3.000 orang ke Mu‟tah untuk memerangi golongan yang

membunuh utusan beliau. Sebelum keberangkatan, Rasulullah berpesan

memberi amanat yang sangat berharga. Di antaranya:

“kamu nanti akan berjumpa beberapa lelaki yang

menyendiri beribadat di dalam gereja-gereja, maka janganlah

sekali-kali kamu mengganggu mereka. janganlah kamu

membunuh perempuan, anak kecil, orang tua yang lemah dan

jangan kamu memotong pohon dan merobohkan bangunan”.

sesampainya bala tentara Islam di Mu‟tah, mereka bertemu

dengan tentara Romawi jumlahnya sekitar 150.000 orang yang sedang

mempertahankan Mu‟tah. Karena demikian maka terjadi pertempuran

yang dahsyat, sehingga terbunuhlah jenderal Islam yaitu Zaid bin

Haritsah. Dengan cepat laksana kilat Ja‟far bin Abi Thalib mengambil

dan memegang bendera perang, lalu terus maju ke medan pertempuran.

Karena pedang musuh tangannya putus. Kemudian ia mempertahankan

bendera itu dengan tangan kirinya. Tetapi tangan kiri Ja‟far juga putus

karena sabetan pedang. Namun demikian semangatnya terus berkobar

dan menyala, maka diapitlah bendera perang tersebut pada dadanya

hingga ia menghembuskan nafas terakhirnya. Kemudian bendera

dipegang oleh Abdullah bin Rawahah, tetapi ia kemudian juga

terbunuh.

Akhirnya bendera dipegang oleh seorang pahlawan yang gagah

berani yaitu Khalid bin Walid. Dengan kepandaian dan keberaniannya

maka Khalid memulai siasat baru, hingga dari pihak musuh banyak

menderita kerugian dalam peperangan yang dahsyat itu. Sedang orang-

Page 68: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

55

orang Islam dapat menyelamatkan diri dari kepungan musuh dan

kembali ke Madinah. Setiba di sana Rasulullah memuji Khalid bin

Walid (Abdul Jabbar, tt: 45-46).

24. Penaklukan Makkah

Terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 H. Karena kaum kafir

Quraisy telah melanggar perjanjian Hudaibiyah dengan membantu

golongan yang memusuhi Rasulullah, maka terpaksa umat Islam

mengangkat senjata untuk menaklukan Makkah. Rasulullah berangkat

bersama 10.000 orang untuk memerangi mereka. pada waktu itu beliau

sedang berpuasa, dan di tengah perjalanan beliau berbuka. Di tengah

perjalanan tentara Islam menjumpai Abu Sufyan yang sedang memata-

matai kekuatan kaum muslimin, karena itu ia ditawan dan dihadapkan

pada Rasulullah. Kemudian Abu Sufyan masuk Islam, maka Rasulullah

mengampuninya atas segala kesalahan yang diperbuatnya sebelum

masuk Islam. Kemudian beliau mengirim satu pasukan yang dipimpin

oleh Khalid bin Walid untuk memasuki Makkah dari sebelah selatan.

Beliau berpesan kepadanya, supaya jangan menyerang dan

menggempur kecuali orang-orang memeranginya. Oleh karena

segolongan kabilah berusaha menghalang-halangi, maka terpaksalah

Khalid dan pasukannya memasuki negeri itu dengan bertempur.

Adapun Rasulullah memasuki Makkah dari sebelah utara. Karena tidak

ada yang menghalang-halangi, maka beliau memasuki negeri itu dengan

damai tanpa pertempuran (Abdul Jabbar, tt: 46-47).

Page 69: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

56

25. Perang Hunain

Kemenangan gemilang yang dicapai oleh orang Islam dalam

penaklukan Makkah dikhawatirkan akan menjalar terus, sehingga

kabilah Tsaqif dan Hawazin mengadakan persekutuan dengan kabilah

lain untuk memerangi orang-orang Islam sebelum mereka diserang.

Setelah mengetahui hal ini, maka Rasulullah mendahului berangkat

untuk menyerang mereka dengan 12.080 pasukan, yaitu; 10.000 dari

muslim Madinah, 2.000 dari orang-orang yang baru masuk Islam ketika

penaklukan Makkah, 80 dari orang-orang musyrik. Rupanya jumlah

pasukan yang besar tersebut membuat sebagian kaum muslimin

menganggap remeh musuh. Hingga sebagian mereka ada yang berkata

“hari ini kita tidak mungkin kalah, karena jumlah kita tidaklah sedikit”.

Setibanya di Hunain, musuh yang sudah lama menanti dan

mempersiapkan diri dengan berlindung di celah-celah lembah mulai

melempari pasukan kaum muslimin dengan batu-batu besar dan kecil

laksana hujan yang lebat. Akibatnya pasukan muslimin menjadi kacau

balau dan banyak yang lari. Pada waktu itu hanya Rasulullah dan

beberapa sahabat yang tetap bertahan di tempat, diantaranya ialah Abu

Bakar, Umar, Ali, Abbas, dan Abu Sufyan bin Harits. Maka Abbas

kemudia memanggil mereka yang lari dan mundur dengan suara yang

keras “hai para sahabat yang telah bersumpah dalam Bai‟atur Ridwan”.

Dengan seruan itu, lalu para sahabat Ansar menjawabnya “ya, ya, kami

maju”. Kemudian mereka kembali maju dan bertempur di samping

Page 70: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

57

Rasulullah. Maka Allah Swt menurunkan rahmat dan pertolongan-Nya

kepada Rasulullah dan kaum muslimin dengan bala tentara yang tidak

terlihat. Orang-orang Islam terus maju hingga semakin dahsyat

pertempuran itu, orang-orang musyrik kemudian mundur dan melarikan

diri. Tetapi kemudian terus dikejar oleh kaum muslimin (Abdul Jabbar,

tt: 51-52).

26. Perang Thaif

Rasulullah berangkat ke Thaif untuk mencari sisa-sisa musuh

yang melarikan diri dalam perang Hunain. Tatkala mereka melihat dan

mengetahui pasukan Islam, maka dengan cepat mereka menghujani

panah sehingga banyak sahabat yang menderita luka parah hingga 12

orang meninggal. Kemudian Rasulullah membalas dengan

menggunakan manjaniq dan mengepung mereka dalam benteng hingga

18 hari lalu beliau meninggalkan mereka dalam bentengnya dan berdoa

“ Ya Allah, berikanlah rasa takut kepada kabilah Tsaqif dan jadikanlah

mereka orang-orang yang menyerah”. Kemudian beliau kembali ke

Ji‟ranah untuk membagi harta rampasan perang Hunain. Beberapa hari

sesudah itu, datang menghadap dan menyerah pada beliau utusan

Hawazin, lalu beliau menanyakan padanya untuk memilih di antara dua

perkara, yaitu; memilih antara pembebasan tawanan atau mengambil

kembali harta yang menjadi rampasan. Kemudian mereka memilih

pembebasan tawanan (Abdul Jabbar, tt: 52-53).

Page 71: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

58

27. Perang Tabuk

Rasulullah berangkat untuk perang ini pada bulan Rajab tahun 9

H, kurang lebih enam bulan setelah kembali dari Thaif. Perang ini

dikenal perang Tabuk, dinisbatkan kepada sebuah tempat yaitu mata air

Tabuk, tempat tujuan perjalanan tentara kaum muslimin (Ash Shallabi,

2017: 685). Adapun lokasi Tabuk terletak di sebelah utara Hijaz, sejauh

778 mil dari kota Madinah, berdasarkan jalanan aspal saat ini. Ketika

itu Tabuk termasuk bagian wilayah kabilah Qudha‟ah yang tunduk

kepada kekuasaan Romawi (Ash Shallabi, 2017: 687).

Para ahli sejarah menyebutkan sebab terjadinya perang ini

adalah, adanya informasi yang sampai kepada Nabi bahwa Romawi

telah menghimpun sebuah pasukan besar dan bergabung dengan mereka

kabilah Lakhm, Judzam, dan selain mereka dari kalangan pemeluk

kristen Arab. Maka Nabi hendak memerangi mereka sebelum mereka

memerangi beliau (Ash Shallabi, 2017: 688). Beliau menyiapkan diri

untuk menghadapi mereka dengan pasukan sebesar 30.000 orang.

Pasukan tersebut lebih dikenal dengan sebutan Jaisyul Usrah, dikenal

demikian karena pasukan tersebut berangkat pada masa kesukaran,

disebabkan kurangnya bahan makanan dan panasnya matahari yang

sangat terik. Karena belanja dan biaya perang itu besar, maka

Rasulullah meminta bantuan dan sokongan kepada hartawan Islam

untuk mengorbankan sebagian harta bendanya demi kepentingan

agama, di antara mereka adalah Utsman bin Affan. Akan tetapi setelah

Page 72: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

59

pasukan Islam berangkat ke Tabuk, baliau tidak menjumpai musuh

sebagaimana yang beliau dengar, sehingga tidak terjadi peperangan

(Abdul Jabbar, tt: 55-56). Peperangan ini mempunyai pengaruh yang

sangat besar bagi pamor orang-orang mukmin dan menguatkan mereka

di Jazirah Arab. Ini orang-orang mulai menyadari bahwa tidak ada satu

kekuatan kecuali kekuatan Islam. Sisa harapan dan angan-angan yang

masih bersemayam di hati orang-orang munafik dan jahiliyah mulai

sirna. Sebelumnya mereka masih berharap pada pasukan Romawi untuk

melumat pasukan muslimin. Namun setelah peperangan ini, membuat

mereka sudah kehilangan nyali dan pasrah terhadap kekuatan yang ada,

karena mereka sudah tidak memiliki celah dan peluang untuk

melakukan konspirasi (Al Mubarakfuri, 2014: 537).

Dari ulasan di atas dapat dikatakan bahwa dari total 74 peperangan di

zaman Rasulullah. 27 kali Rasulullah telah memimpin pertempuran

sedangkan 47 lainnya beliau mengirimkan pasukan yang disebut sariyyah.

Ayat tentang sariyyah ini dapat dilihat pada surat at Taubah ayat 122:

ب مب ؤ ل مبفت ىفسا ٱى فس في فسقت مو ا طبئفت ف ىتفق ٱىد

ىرزا ا إذا ق زجع إى ىعي حرز

Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke

medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara

mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat

menjaga dirinya” (Surat At-Taubah (9): 122).

Page 73: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

60

Sehubungan dengan ayat ini Ibnu Abbas r.a. memberikan

penakwilannya bahwa ayat ini penerapannya hanya khusus untuk sariyyah-

sariyyah, yakni bilamana pasukan itu dalam bentuk sariyyah lantaran Nabi

saw tidak ikut (Jalalain, tt: 170). Dengan begitu dapat dikatakan bahwa,

dalam sariyyah tidaklah semua kaum muslimin boleh berangkat, kecuali

mereka yang telah mendapatkan izin dari nabi. Sedangkan dalam ghazwah,

seluruh kaum muslimin harus ikut serta kecuali mereka yang memiliki udzur

syar‟i atau mendapatkan tugas dari nabi untuk menjaga Madinah.

Setelah membaca gahzwah yang dilalui oleh Rasulullah, kita dapat

melihat beberapa perubahan yang dilakukan oleh beliau. Di antara yang

dirombak oleh Rasulullah adalah tujuan dan sasaran perang yang sebelumnya

hendak diraih masyarakat jahiliyah. Apabila sebelumnya peperangan

merupakan aksi tentang perampasan, penjarahan, pembunuhan, kezhaliman,

kesewenang-wenangan, kebencian, permusuhan, melampiaskan dendam

mencari keuntungan dengan cara apapun, melumatkan pihak yang lemah,

menghancurkan segala yang ada, merobohkan bangunan, melanggar

kehormatan wanita, berbuat kasar pada pihak yang lemah dan anak-anak,

merusak tanaman dan keturunan, menciptakan kerusakan di bumi, maka

peperangan dalam Islam adalah jihad untuk mewujudkan tujuan yang mulia,

terpuji dan kemaslahatan secara menyeluruh, untuk mengangkat kedudukan

manusia di segala tempat dan zaman. Peperangan dalam Islam adalah jihad

untuk membebaskan bumi dari penghianatan, pelanggaran, dan dosa

permusuhan sehingga menjadi bumi yang penuh dengan keamanan,

Page 74: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

61

ketenangan, kedamaian, kasih sayang, dan perlindungan terhadap hak dan

kesucian (Al Mubarakfuri, 2014: 541).

Setelah kita mengamati peperangan-peperangan yang diikuti oleh

Rasulullah, dapat dikatakan bahwa beliau adalah pemimpin terbaik. Tercatat

27 kali peperangan yang beliau ikut terjun langsung, dimulai dengan perang

Waddan yang terjadi pada tahun ke 2 H dan diakhiri dengan perang Tabuk

pada tahun ke 9 H, Rasulullah telah menerapkan berbagai macam kebijakan

dan strategi yang berbeda. Karena itu beliau tidak pernah mengalami

kegagalan karena salah dalam mengambil kebijakan, atau dalam menyusun

strategi peperangan. Adapun dalam peristiwa pada perang Uhud dan perang

Hunain lebih disebabkan pada kesalahan anggota pasukan yang melanggar

atau menyalahi aturan beliau. Meski demikian, peristiwa Uhud dan Hunain

justru menampakkan keberanian dan kecerdikan Rasulullah ketika

menghadapi tekanan dari musuh, sehingga bisa meminimalisir kekalahan

bahkan dapat membalikkan keadaan. Di antara sebab terjadinya peperangan

adalah, untuk menunjukkan eksistensi kekuasaan kaum muslimin di Madinah,

mempertahankan diri dari serangan pihak musuh, memberikan pelajaran bagi

mereka yang berkhianat, dan memerikan pelajaran bagi mereka yang ingin

mengganggu stabilitas keamanan.

Page 75: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

A. Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah SAW

Rasulullah adalah teladan untuk seluruh manusia, karena ia diutus

sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. Di antara episode kehidupan

Rasulullah adalah terjadinya peperangan-peperangan pasca hijrah dari

Makkah ke Madinah. Setelah penulis menganalisis peristiwa peperangan yang

terjadi dan diikuti langsung oleh Rasulullah, penulis mendapati berbagai nilai

pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya. Adapun nilai tersebut

menyangkut nilai I‟tiqodiyah, nilai amaliah, dan nilai khuluqiyah.

1. Nilai I‟tiqodiyah

Keimanan yang kuat merupakan dasar yang harus dimiliki setiap

muslim. Tanpa keimanan yang kuat, maka akidah seorang muslim akan

mudah goyah dengan berbagai hal yang terjadi. Oleh karena itu, salah

satu dari nilai yang terkandung dalam pendidikan Islam adalah nilai

i‟tiqodiyah. Nilai-nilai i‟tiqodiyah yang ditanamkan melalui pendidikan

Islam meliputi, iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, serta

takdir. Berikut ini merupakan nilai pendidikan Islam dalam bingkai

keimanan yang terdapat dalam kisah ghazwah Rasulullah.

a) Iman kepada Allah

Dasar dari akidah adalah iman kepada Allah. Salah satu kisah

dalam ghazwah Rasulullah yang menekankan keimanan kepada

Allah adalah sebagai berikut.

Page 76: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

63

“Ucapkanlah tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa.

Dia telah menepati janji-Nya, menolong hamban-Nya, dan

mengalahkan pasukan musuh bersendirian (Abazhah, 2014:

204).

Kemudian kisah lain yang menekankan iman kepada Allah

adalah dalam peristiwa perang Uhud yang dikisahkan sebagai

berikut:

Kabar meninggalnya Rasulullah pada perang Uhud

membuat mental kaum muslimin menjadi ciut, maka Tsabit

bin Ad Dahdah berseru pada kaumnya, “Wahai semua orang

Anshar, kalau pun Muhammad benar-benar terbunuh, Allah

tetap hidup dan tidak mati. Berperanglah atas nama agama

kalian, karena Allah akan memenangkan dan menolong

kalian.” (Al Mubarakfuri, 2014: 312).

Dalam kutipan tersebut, menekankan salah satu dari 20 sifat

wajib bagi Allah, yaitu sifat baqa‟ yang berarti kekal dan abadi.

Bahwa semua yang hidup akan mati kecuali Allah, serta semua yang

ada akan rusak kecuali Allah Swt.

b) Iman kepada Malaikat

Iman kepada malaikat merupakan keyakinan akan adanya

malaikat-malaikat Allah, bahwa mereka merupakan salah satu dari

bermacam-macam ciptaan Allah, tidak mendurhakai Allah dan

mengerjakan apa-apa yang Allah perintahkan. Salah satu kisah yang

menekankan keimanan kepada malaikat adalah dalam peristiwa

perang Badar sebagai berikut:

Tiba-tiba Rasulullah diserang kantuk hanya dalam

sekejap saja. Kemudian beliau mendongakkan kepala seraya

bersabda, “Bergembiralah wahai Abu Bakar, inilah Jibril

yang datang di atas gulungan-gulungan debu. Orang-orang

muslimin bertempur hebat dengan bantuan para malaikat.

Page 77: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

64

Disebutkkan dalam riwayat Ibnu Sa‟d dari Ikrimah, dia

berkata, “Pada saat itu ada kepala salah seorang musyrik

terkulai, tanpa diketahui siapa yang telah membabatnya, ada

pula tangan yang putus, tanpa diketahui siapa yang

menebasnya.” Ibnu Abbas berkata, “Tatkala seorang dari

pasukan muslimin berusaha keras menghabisi salah seorang

musyrik dihadapannya, tiba-tiba dia mendengar suara lecutan

cambuk di atasnya dan suara seorang penunggang kuda yang

berkata, “majulah terus wahai Haizum” lalu orang nuslim itu

memandang orang musyrik di hadapannya yang sudah

terjerembab.” Seorang Anshar yang melihat kecadian ini

menuturkan kepada Rasulullah. Maka beliau bersabda,

“Engkau benar, itulah pertolongan dari langit ketiga.” (Al

Mubarakfuri, 2014: 252-253).

Dalam kutipan tersebut menakankan akan adanya malaikat

yang dengan izin Allah memberikan pertolongan dalam perang

Badar melawan kafir Quraisy.

c) Iman kepada Kitab

Iman kepada kitab, merupakan keyakinan yang teguh bahwa

Allah telah menurunkan kitab-kitab kepada Rasul-Nya, sebagai

petunjuk untuk manusia. Kitab adalah kalam Allah yang diturunkan

melalui perantara malaikat Jibril kepada Rasul-Nya. Salah satu

penekanan iman kepada kitab dalam ghazwah Rasulullah terdapat

pada kutipan pidato beliau saat sampai di Tabuk,

“Saudara-saudara, sesungguhnya sebenar-benar

ucapan adalah Kitab Allah.”

Kutipan dari pidato Rasulullah tersebut memberikan

pengertian untuk mengimani adanya Kitab Allah, sebagai pedoman

dan petunjuk untuk manusia.

Page 78: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

65

d) Iman kepada Rasul

Iman kepada Rasul adalah keyakinan yang teguh bahwa

Allah telah mengutus pada setiap umat seorang Rasul dari mereka

yang mengajak untuk mengesakan Allah dan beribadah kepada-Nya.

Salah satu kisah yang menampakkan keimanan kepada Rasul adalah

dalam musyawarah yang Rasulullah adakan sebelum meletus perang

Badar,

Al Miqdad bin Amr berdiri seraya berkata, “Wahai

Rasulullah majulah terus seperti diperlihatkan Allah kepada

engkau. Kami akan bersamamu. Demi Allah, kami tidak akan

berkata kepada engkau sebagaimana Bani Israel yang berkata

kepada Musa. „Pergi engkau sendiri bersama Rabb-mu lalu

berperanglah kalian berdua, sesungguhnya kami ingin duduk

menanti di sini saja‟. Tetapi pergilah engkau bersama Rabb-

mu lalu berperanglah kalian bedua, dan sesungguhnya kami

akan berperang bersama kalian berdua. Demi yang

mengutusmu dengan kebenaran, andaikata engkau pergi

membawa kami ke dasar sumur yang gelap, maka kami pun

siap bertempur bersama engkau hingga bisa mencapai tempat

itu.” (Al Mubarakfuri, 2014: 238-239).

Begitu pula keimanan kepada Rasulullah yang ditunjukkan

oleh komandan perang dari golongan Anshar, Sa‟ad bin Muadz.

Sa‟ad berkata, “Kami sudah beriman kepada engkau.

Kami sudah membenarkan engkau. Kami sudah bersaksi

bahwa apa yang engkau bawa adalah kebenaran. Kami sudah

memberikan sumpah dan janji kami untuk patuh dan taat.

Maka majulah terus wahai Rasulullah seperti engkau

kehendaki. Demi yang mengutus engkau dengan kebenaran,

andaikan engkau bersama kami terhalang lautan lalu engkau

terjun dalam lautan itu, kami pun akan terjun bersamamu.

Tak seorang pun di antara kami yang akan mundur.

Sesungguhnya kami dikenal orang-orang yang sabar alam

peperangan dan jujur dalam pertempuran. Semoga Allah

memperlihatkan kepadamu tentang diri kami, apa yang

engkau senangi. Maka majulah bersama kami dengan

barakah Allah.” (Al Mubarakfuri, 2014: 239).

Page 79: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

66

Kutipan di atas menekankan keimanan dengan sepenuhnya

kepada Rasulullah. Keberuntungan akan diperoleh bagi mereka yang

taat dan patuh kepada Rasulullah. Sekalipun terlihat pahit di awal,

namun pada akhirnya akan membuahkan kebahagiaan.

e) Iman Kepada Hari Akhir

Iman kepada hari akhir sering dimaknai sebagai keyakinan

yang teguh bahwa kehidupan dunia akan berakhir. Dengan

berakhirnya kehidupan dunia, maka akan dimulai kehidupan di

akhirat. Salah satu kisah dalam ghazwah Rasulullah yang menyiratkan

keimanan kepada hari akhir adalah:

Anas menyebutkan bahwa, Rasulullah pergi ke parit

pada pagi hari yang sangat dingin, sementara orang-orang

Muhajirin dan Anshar sedang menggali parit. Mereka tidak

punya orang yang bisa diupah untuk pekerjaan ini. Beliau tahu

perut mereka kosong dan juga letih. Oleh karena itu beliau

bersabda, “Ya Allah sesungguhnya kehidupan yang lebih baik

adalah kehidupan akhirat, maka ampunilah orang-orang

Muhajirin dan Anshar.” Mereka menjawab, “Kamilah yang

akan berbaiat kepada Muhammad, siap berjihad selagi kami

masih hidup” (Al Mubarakfuri, 2014: 359).

Kutipan yang menekankan keimanan dengan hari akhir adalah

dalam doa Rasulullah “Sesungguhnya kehidupan yang lebih baik

adalah kehidupan akhirat.” Setelah mendengar hal itu maka para

sahabat menjadi lebih bersemangat dalam penggalian parit saat itu.

2. Nilai Amaliah.

Nilai amaliah berkaitan dengan tingkah laku sehari-hari, baik

yang berhubungan dengan pendidikan ibadah yang memuat hubungan

Page 80: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

67

manusia dengan Tuhannya. Serta pendidikan muamalah yang memuat

hubungan antara manusia (Umar, 2011: 37-38). Adapun nilai-nilai

pendidikan Islam dalam bingkai amaliah yang terdapat dalam kisah

ghazwah Rasulullah adalah,

a) Sholat

Shalat merupakan tiang agama, maka siapa yang

menegakkannya sesungguhnya ia menegakkan agama, sedangkan

siapa yang melalaikannya sejatinya ia sedang menghancurkan

agama. Imam Ghazali menyampaikan, bahwa makna dari shalat

adalah dzikir, bacaan, munajat, dan dialog (Al Ghazali, 2011: 59).

Maka shalat adalah sebuah hubungan antara manusia dengan

Tuhannya yang mesti dijaga disetiap keadaan sebagaimana yang

telah ditentukan. Adapun kisah dalam ghazwah yang menunjukkan

ibadah shalat adalah:

Pasca perang Uhud Muhammad bin Maslamah datang

sambil membawa air segar. Maka Rasulullah meminumnya

dan mendoakan kebaikan baginya. Beliau shalat zuhur di

tempat itu sambil duduk karena lukannya, sedangkan orang-

orang muslim di belakang beliau juga shalat sambil duduk

(Al Mubarakfuri, 2014: 326).

Dalam kutipan tersebut menceritakan kondisi Rasulullah dan

kaum muslimin pasca perang Uhud yang terluka akibat pertempuran.

Maka ketika masuk waktu zuhur, Rasulullah mengerjakan shalat

dengan duduk, begitu juga kaum muslimin yang menjadi makmum.

Page 81: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

68

b) Sedekah

Ahli hikmah Lukman al Hakim pernah menasehati anaknya,

“Apabila engkau terlanjur berbuat dosa, maka segeralah

bersedekah.” Yahya bin Muadz juga pernah mengatakan, “Tidak aku

ketahui satu dzarrah pun yang lebih berat timbangannya dari pada

sebuah bukit kecuali dzarrah atas sedekah yang dikeluarkan secara

ikhlas” (Al Ghazali, 2011: 154). Sedekah yang dilakukan dengan

ikhlas memliki banyak keutamaan, adapun kisah dalam ghazwah

yang menunjukkan sedekah adalah:

Pada perang Tabuk, Rasulullah mendorong mereka

agar mengeluarkan sedekah dan menginfakan kelebihan harta

di jalan Allah (Al Mubarakfuri, 2014: 523).

Atas dorongan dari Rasulullah, maka para sahabat berlomba-

lomba untuk bersedekah. Sebagaimana dalam kutipan berikut,

Maka para sahabat berlomba-lomba untuk

bersedekah. Utsman bin Affan bersedakah 900 ekor unta dan

100 ekor kuda, tidak termasuk uang kontan. Abdurrahman

bin Auf menyerahkan 200 uqiyah perak, abu Bakar

menyerahkan semua hartanya dan tidak menyisakan bagi

keluarganya kecuali Allah dan Rasul-Nya, yang nilainya

4000 dirham. Abu Bakar adalah orang pertama yang

menemui Rasul untuk bersedekah. Umar juga datang

menyerahkan sebagian hartanya. Al Abbas juga menyerahkan

harta yang cukup banyak, begitu pula Thalhah, Sa‟d bin

Ubadah, Muhammad bin Maslamah, yang semuanya datang

sambil menyerahkan sedekah. Ashim bin Adi menyerahkan

70 wasaq kurma, lalu disusul orang-orang yang menyerahkan

apa pun yang dimilikinya, ada yang sedikit ada yang banyak.

Bahkan ada di antara mereka yang hanya menyerahkan satu

atau dua mud kurma, karena hanya itu yang mereka punya.

Para wanita juga datang untuk menyerahkan berbagai macam

perhiasan milik mereka (Al Mubarakfuri, 2014: 530).

Page 82: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

69

Dari kutipan tersebut, menggambarkan keadaan para sahabat

Rasulullah, meskipun dalam keadaan susah, mereka tetap memenuhi

panggilan Rasulullah untuk bersedekah.

c) Doa

Inti dari ibadah adalah doa, ketika berdoa sejatinya seorang

hamba mengakui kelemahan dirinya serta menyadari bahwa tidak

ada kekuatan yang lebih besar, kecuali kekuatan yang datang dari

Allah. Dalam kisah ghazwah, salah satu yang menunjukkan doa

adalah:

Dalam perang Hunain, Rasulullah turun lalu berdoa,

“Ya Allah, turunkanlah pertolongan-Mu. Ya Allah aku

memohon Engkau penuhi janji-Mu. Ya Allah, tidak pantas

mereka mengalahkan kami. Ya Allah, dengan pertolongan-

Mu aku berdaya upaya, dengan pertolongan-Mu aku tegar

dan perkasa, dengan pertolongan-Mu aku berperang”

(Abazhah, 2014: 200).

Kutipan di atas adalah salah satu peristiwa saat perang

Hunain. Di awal peperangan, pasukan muslim kocar-kacir oleh

serangan musuh yang tiba-tiba. Karena itu Rasulullah berdoa

memohon pertolongan Allah, dan pada akhirnya kaum muslimin

dapat meraih kemenangan.

d) Jihad

Salah satu ibadah dengan nilai pahala yang besar adalah jihad

di jalan Allah. Jihad pada masa awal Islam salah satunya adalah

berperang melawan orang-orang musyrik. Salah satu kisah yang

menggambarkan jihad adalah:

Page 83: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

70

Karena mengetahui jumlah pasukan musuh yang

begitu besar, maka pasukan muslim mulai ragu untuk

berperang. Kemudian Abdullah bin Rawahah memberikan

motivasi dengan berkata, “Wahai semua orang, demi Allah,

apa yang tidak kalian sukai dalam berpergian ini sebenarnya

justru merupakan sesuatu yang kita cari, yaitu mati syahid.

Kita tidak berperang dengan manusia karena jumlah,

kekuatan dan banyaknya personil. Kita tidak memerangi

mereka melainkan karena agama ini, yang dengannya Allah

telah memuliakan kita. Maka berangkatlah, karena di sana

hanya dua salah satu dari dia kebaikan, entah kemenangan

ataupun mati syahid” (Al Mubarakfuri, 2014: 471).

Dalam kutipan tersebut menggambarkan peristiwa pada

perang Mu‟tah. Saat kaum muslimin yang berjumlah 3.000 prajurit

berhadapan dengan pasukan musuh yang berjumlah 200.000

sehingga sempat membuat nyali pasukan muslimin menjadi ciut.

Melihat hal itu maka Abdullah bin Rawahah memotivasi kaum

muslimin akan jihad yang mereka lakukan sejatinya untuk

mendapatkan syahid.

e) Qishas

Qishas merupakan salah satu dari bentuk hukuman yang

disyariatkan Allah. Ia merupakan hukuman setimpal yang diberikan

kepada pelaku atas dasar perbuatannya, dia yang membunuh maka

hukumannya adalah dibunuh.

Dalam penggempuran Bani Quraidlah, tak ada wanita

yang di bunuh kecuali seorang wanita sebagai qishas karena

telah melempar kepala Khallad bin Suwaid dengan batu

penggilingan hingga meninggal (Abazhah, 2014: 132).

Salah satu adab dan aturan perang dalam Islam, adalah tidak

mengganggu mereka yang lemah termasuk wanita. Adapun kutipan

Page 84: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

71

di atas menceritakan adanya wanita dari Bani Quraidlah yang

dihukum mati sebagai qishas, karena ia telah membunuh salah satu

pasukan muslim.

3. Nilai Khuluqiyah

Nilai khuluqiyah berkaitan dengan pendidikan etika, yang

bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah dan menghiasi diri

dengan perilaku terpuji (Umar, 2011: 37). Di antara pendidikan

khuluqiyah yang terdapat dalam ghazwah Rasulullah adalah sebagai

berikut.

a) Takwa

Takwa secara sederhana dapat dimaknai dengan,

mengerjakan setiap perintah Allah dan menjuhi semua larangan-Nya.

Dengan menumbuhkan ketakwaan, sebenarnya telah menumbuhkan

benteng bagi diri manusia untuk melaksanakan kebaikan dan

menghindari keburukan.

Dalam perang Mu‟tah, Rasulullah menyertai pasukan

hingga bukit al Wada‟, kemudian melepas dan berpesan pada

mereka, “Bertakwalah kepada Allah dan berbuat baik kepada

kaum muslim yang bersama kalian (Abazhah, 2014: 167).

Dalam kutipan pesan Rasulullah tersebut. Menekankan

kepada kaum muslimin untuk bertakwa kepada Allah, sehingga ia

dapat menjaga dirinya dan memperoleh kebahagiaan dan ketenangan.

b) Sabar

Salah satu yang mesti ditanamkan kepada manusia adalah

melatih kesabaran, karena salah satu sifat dasar manusia adalah

Page 85: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

72

tergesa-gesa. Maka seringkali manusia di berikan ujian untuk melatih

kesabaran mereka. salah satu peristiwa yang menggambarkan

kesabaran adalah.

Beliau memeriksa barisan, berkeliling sembari menyamangati

pasukan serta berjanji akan memetik kemenangan jika

mereka sabar dan sungguh-sungguh (Abazhah, 2014: 199).

Salah satu hal yang Rasulullah tekankan dalam kutipan

tersebut adalah kesabaran. Bahwa salah satu syarat mencapai

kemenangan adalah tatkala manusia dapat bersabar.

c) Disiplin

Kedisiplinan merupakan suatu hal yang mesti ditanamkan,

sebab tidak ada yang memperoleh kesuksesan kecuali ia berdisiplin.

Di antara nilai disiplin adalah taat pada perintah yang disampaikan

pimpinan. Untuk menggambar nilai disiplin, terdapat pada kisah

ghazwah Uhud.

Pada saat perang Uhud Rasulullah berpesan pada para

pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair bin An

Nu‟man Al Anshari. Beliau berpesan, “Lindungilah kami

dengan anak panah, agar musuh tidak menyerang dari arah

belakang. Tetaplah di tempatmu, entah kita di atas angin atau

terdesak, agar kita tidak diserang dari arahmu.” Beliau juga

berpesan, “Lindungilah punggung kami, jika kalian melihat

kami sedang bertempur maka kalian tidak perlu membantu

kami. Jika kalian melihat kami telah memperoleh harta

rampasan, maka jangan kalian turut ikut bergabung bersama

kami.” (Al Mubarakfuri, 2014: 299-300).

Peristiwa Uhud tersebut menggambarkan pentingnya

berdisiplin, karena para pemanah tidak disiplin sebab melanggar

Page 86: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

73

pesan Rasulullah, mengakibatkan kaum muslimin menerima resiko

berupa kekalahan di Uhud.

d) Keteladanan

Salah satu peristiwa yang menggambarkan keteladanan dari

Rasulullah adalah pada peristiwa perang Khandaq.

Dengan giat dan penuh semangat orang-orang muslim

menggali sebuah parit yang panjang. Rasulullah terus

memompa semangat mereka dan terjun langsung di lapangan.

Di dalam Shohih Al Bukhari disebutkan dari Sahl bin Sa‟d,

dia berkata, “kami bersama Rasulullah di dalam parit.

Sementara orang-orang menggalinya. Kami mengusung tanah

di pundak kami” (Al Mubarakfuri, 2014: 358).

Pada kutipan di atas menggambarkan bahwa pemimpin

seharusnya memberikan teladan. Bukan hanya memberi perintah,

melainkan ikut melaksanakan keputusan yang sudah dibuat.

e) Berbuat baik pada siapapun

Salah satu bentuk dari akhlak yang tergambar pada ghazwah

Rasulullah adalah akhlak kaum muslimin pada para tawanan perang.

Peristiwa tersebut menggambarkan akan perintah berbuat baik pada

semua orang.

Sambil menuggu penebusan, para sahabat

memperlakukan para tawanan dengan baik. Inilah pengakuan

Abu Uzair bin Umair, saudara Mus‟ab, “Kami memperoleh

makanan enak dari orang Anshar. Mereka memberiku roti

untuk sarapan dan makan malam, padahal mereka hanya

makan kurma sesuai petunjuk Rasulullah. Tak pernah ada roti

di tangan mereka kecuali diberikan kepadaku, sampai-sampai

aku malu dan kukembalikan pada mereka, tetapi mereka

menolak dan tidak menyentuhnya” (Abazhah, 2014: 57).

Page 87: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

74

Pada kutipan di atas menunjukkan keharusan berbuat baik

pada semua orang. Meskipun para tawanan perang adalah musuh,

tetap kaum muslimin harus berbuat baik kepada mereka.

f) Menepati Janji

Akhlak kaum muslimin yang Rasulullah ajarkan adalah

menepati janji. Karena salah satu ciri munafik adalah berjanji dan

mengingkari. Salah satu peristiwa yang menggambarkan keteguhan

kaum muslimin dalam menepati janji adalah:

Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Jandal, bersabarlah

dan bertahanlah, karena Allah akan memberikan jalan keluar

kepadamu dan orang-orang lemah yang kini bersamamu.

Kami sudah mengukuhkan perjanjian antara kami dengan

mereka. kami telah membuat persetujuan dengan mereka atas

demikian ini dan mereka pun sudah memberikan sumpah atas

nama Allah kepada kami. Maka kami tidak akan

melanggarnya” (Al Mubarakfuri, 2014: 409).

Kutipan tersebut menggambarkan bahwa, wajib bagi mereka

yang sudah mengikat perjanjian untuk memegang teguh janjinya.

g) Menghargai Pendapat Orang Lain

Seringkali perbedaan pendapat membuahkan permusuhan di

antara manusia, padahal sejatinya perbedaan itu akan tetap ada. Maka

untuk dapat mencegah permusuhan adalah dengan adanya sikap

menghargai pendapat meski berbeda dengan kita. Salah satu peristiwa

yang menggambarkan hal tersebut adalah:

Ketika hendak menuju Bani Quraidlah, Rasulullah

memerintahkan kepada seorang muadzin agar berseru kepada

orang-orang, “Siapa yang tunduk dan patuh maka janganlah

sekali-kali mendirikan shalat ashar kecuali di Bani

Quraidlah.” Saat tiba waktu shalat ashar, sebagian dari

Page 88: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

75

mereka ada yang masih dalam perjalanan. Sebagian yang lain

berkata, “Kami tidak mendirikan shalat ashar kecuali setelah

tiba di Bani Quraidlah seperti yang diperintahkan

Rasulullah.” Hingga sebagian mereka mendirikan shalat

ashar setelah tiba waktu isya‟. Mereka berkata, “Kami tidak

mempermasalahkan ini. Karena yang dimaksudkan beliau

agar kami cepat-cepat pergi. Sekalipun ada yang

mengerjakannya di tengah perjalanan, tak seorang pun yang

mempermasalahkannya” (Al Mubarakfuri, 2014: 372).

Dalam kutipan di atas, terlihat para sahabat berbeda pendapat

pada perintah Rasulullah yang mengintruksikan agar jangan sholat

ashar kecuali di Bani Quraidlah. Sebagian sahabat berpegang pada

teks perintah tersebut. Sedangkan sebagian lainnya berpegang pada

konteks perintah tersebut. Meskipun berbeda mereka tetep

menghargai perbedaan itu.

h) Mudah Memaafkan

Sikap mudah memaafkan yang di ajarkan Rasulullah alah

satunya tampak pada saat penaklukkan Makkah. Nabi bertemu

dengan musuh Islam saat itu, Abu Sufyan. Sikap tersebut tergambar

pada kutipan berikut.

Maka Abu Sufyan melaksanakan saran Ali. Kemudian

beliau bersabda kepada Abu Sufyan, “Pada hari ini tidak ada

cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni

kalian dan Dia adalah Maha Penyayang di antara penyayang”

(Al Mubarakfuri, 2014: 485).

Kutipan di atas menunjukkan, meskipun Abu Sufyan saat itu

adalah salah satu orang yang sangat memusuhi Islam, Rasulullah

tetap memaafkan dia dan memohonkan ampun untuknya.

Page 89: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

76

i) Menjaga lingkungan

Di antara nilai yang ditanamkan Rasulullah adalah untuk

menjaga lingkungan. Seorang muslim hendaknya memiliki

kepedulian terhadap lingkungannya. Nilai ini tergambar dalam salah

satu pesan Rasulullah pada perang Mu‟tah

“kamu nanti akan berjumpa beberapa lelaki yang

menyendiri beribadat di dalam gereja-gereja, maka janganlah

sekali-kali kamu mengganggu mereka. janganlah kamu

membunuh perempuan, anak kecil, orang tua yang lemah dan

jangan kamu memotong pohon dan merobohkan bangunan”

(Abdul Jabbar, tt: 45).

Dalam pesan tersebut, Rasulullah melarang untuk memotong

pohon dan merobohkan bangunan. Hal ini memberikan pesan bahwa,

meskipun dalam kondisi perang sekalipun hendaknya seorang

muslim tetap memelihara dan menjaga lingkungan sekitar dengan

tidak merusaknya.

B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah Rasulullah

Terhadap Pendidikan Islam

Pendidikan Islam adalah proses dan upaya memelihara dan

mengembangkan fitrah manusia baik jasmani maupun rohani, melalui

pengajaran dan bimbingan secara sadar oleh pendidik dengan berlandaskan

nilai-nilai Islam yang tinggi dan sempurna menuju terbentuknya insan kamil.

Ghazwah Rasulullah adalah salah satu episode kehidupan beliau yang

mengandung pembelajaran dan hikmah di dalamnya. Ghazwah tidak dapat

lepas dari sejarah umat Islam. Rasulullah sebagai seorang pendidik tentunya

memberikan pendidikan di setiap lini kehidupan. Maka penulis mencoba

Page 90: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

77

menggali nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam sejarah

ghazwah Rasulullah dan mencari relevansinya dengan pendidikan Islam

sebagai berikut.

1. Relevansi Nilai I‟tiqodiyah

Nilai i‟tiqodiyah berkaitan dengan pendidikan keimanan.

Merupakan dasar serta pondasi bagi seorang muslim untuk menjalani

kehidupannya di dunia dan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Penulis

mendapatkan beberapa nilai i‟tiqodiyah yang terkandung di dalam

ghazwah Rasulullah, di antaranya; Iman Kepada Allah, Malaikat, Kitab,

Rasul dan Hari Akhir. Lima nilai yang terkandung dalam ghazwah

Rasulullah tersebut relevan dengan pendidikan Islam dalam materi

pendidikan akidah yang membahas tentang rukun iman.

2. Relevansi Nilai Amaliah

Nilai amaliah berkaitan dengan pendidikan ibadah dan

muamalah. Ibadah yang merupakan sarana penghubung antara manusia

dengan Tuhannya, dan muamalah yang menghubungkan antara sesama

manusia. Di dalam sejarah ghazwah penulis mendapatkan beberapa nilai

pendidikan Islam dalam bingkai amaliah yang meliputi; sholat, sedekah,

doa, jihad, dan qishas. Nilai pendidikan Islam tersebut relevan dengan

pendidikan Islam dalam materi fiqh. Di dalamnya mencakup ibadah yang

meliputi syarat dan rukunnya.

Page 91: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

78

3. Relevansi Nilai Khuluqiyah

Nilai khuluqiyah berkaitan dengan pendidikan etika ataupun

pendidikan akhlak. Akhlak merupakan buah dari keimanan. Maka

seringkali kata akidah berdampingan dengan kata akhlak. Di dalam

sejarah ghazwah penulis mendapatkan nilai pendidikan Islam dalam

bingkai khuluqiyah meliputi; takwa, sabar, disiplin, keteladanan,

berbuat baik, menepati janji, menghargai pendapat, mudah memaafkan,

dan menjaga lingkungan. Kesembilan nilai yang terkandung dalam

ghazwah tersebut relevan dengan pendidikan Islam saat ini yang

menekankan akan pentingnya akhlak. Materi yang membahas tentang

akhlak dapat di jumpai pada materi tasawuf maupun akidah akhlak.

Dari ketiga pemaparan di atas dapat dikatakan, bahwa nilai-nilai

pendidikan Islam dalam kisah ghazwah Rasulullah sangat relevan dengan

pendidikan Islam saat ini. Hal tersebut dapat dilihat kaitannya dengan materi

pembelajaran dalam pendidikan agama Islam. Dalam nilai i‟tiqodiyah

terdapat lima nilai yaitu, iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari

akhir. Kelima nilai tersebut relevan dengan pendidikan Islam dalam

pembelajaran akidah yang membahas tentang rukun iman. Dalam nilai

amaliah terdapat lima nilai yaitu, shalat, sedekah, doa, jihad, dan qishas.

Kelima nilai tersebut relevan dengan pendidikan Islam dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam pada materi fiqh. Adapun dalam nilai khuluqiyah

terdapat tujuh nilai yang meliputi; takwa, sabar, disiplin, keteladanan, berbuat

baik, menepati janji, menghargai pendapat, mudah memaafkan, menjaga

Page 92: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

79

lingkungan. kesembilan nilai tersebut relevan dengan pendidikan Islam

dalam pembelajaran akhlak, seperti pada materi akidah akhlak atau tasawuf.

Page 93: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

80

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian tentang “Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Ghazwah

Rasulullah SAW” dapat disimpulkan bahwa:

1. Ghazwah adalah peperangan yang Rasulullah ikut terjun di dalamnya.

Tercatat 27 ghazwah dimulai dengan perang Waddan yang terjadi pada

tahun ke 2 H, dan berakhir pada perang Tabuk pada tahun ke 9 H. Di

antara sebab terjadinya ghazwah adalah, untuk menunjukkan eksistensi

kekuasaan kaum muslimin di Madinah, mempertahankan diri dari

serangan pihak musuh, memberikan pelajaran bagi mereka yang

berkhianat, dan memberikan pelajaran bagi mereka yang ingin

mengganggu stabilitas keamanan.

2. Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam ghazwah Rasulullah

di antaranya adalah, nilai i‟tiqodiyah, nilai amaliah, nilai khuluqiyah.

Nilai i‟tiqodiyah meliputi; iman kepada Allah, iman kepada malaikat,

nilai kepada kitab, nilai kepada rasul, dan nilai kepada hari akhir. Nilai

amaliah meliputi; shalat, sedekah, doa, jihad, dan qishas. Serta nilai

khuluqiyah yang meliputi; takwa, sabar, keteladanan, berbuat baik,

menepati janji, menghargai pendapat, dan mudah memaafkan.

3. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam ghazwah Rasulullah memiliki

relevansi terhadap pendidikan Islam saat ini. Nilai i‟tiqodiyah relevan

dengan pendidikan Islam dalam pembelajaran pendidikan agama Islam

pada materi akidah. Nilai amaliah relevan dengan pendidikan Islam

Page 94: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

81

dalam pembelajaran pendidikan agama Islam pada materi fiqh. Dan nilai

khuluqiyah relevan dengan pendidikan Islam dalam pembelajaran

pendidikan agama Islam pada materi akidah akhlak atau tasawuf.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan

dengan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada para pembaca dan mahasiswa, hendaknya memperbanyak literasi

dalam sejarah Islam khususnya sirah nabawiyah. Karena banyak nilai

termasuk nilai dalam bidang pendidikan pada bacaan tersebut. Sejarah

Islam dan sirah nabawiyah memiliki keistimewaan tersendiri, karena

berkisah tentang kehidupan Rasulullah yang dapat diaplikasikan dalam

kehidupan.

2. Kepada para praktisi pendidikan, hendaknya mengetahui dan memahami

nilai-nilai yang terkandung dalam sirah nabawiyah, sehingga dapat

menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya kepada para

peserta didik dengan berkisah dan mengambil ibrah di dalamnya. Hal ini

karena sirah nabawiyah merupakan rangkaian kisah perjalanan nabi

sehingga siswa akan lebih menikmati pembelajaran.

3. Kepada para peneliti, hendaknya melakukan penelitian pada kisah-kisah

Rasulullah dengan menggali pesan-pesan yang terkandung di dalamnya,

sehingga bisa diaplikasikan dalam kehidupan saat ini.

Page 95: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

82

DAFTAR PUSTAKA

Abazhah, Nizhar. 2011. Perang Muhammad: Kisah Perjuangan dan Pertempuran

Rasulullah. Terjemahan oleh Asy‟ari Khatib. Jakarta: Zaman.

Abdul Jabar, Umar. Tanpa tahun. Khulasoh Nurul Yaqin Juz 2. Surabaya: Pustaka

Ahmad Nabhan.

Achmadi. 1992. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya

Media.

Ahmad. 1992. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Al Ghazali. 2011. Ihya Ulumiddin juz 3. Terjemahan oleh Ibnu Ibrahim

Ba‟adillah. Jakarta: PT Gramedia.

Al Habsyi, Husin. 1991. Kamus Al Kautsar Lengkap. Bangil: Yayasan Pesantren

Islam.

Al Hasyimi, Abdul Mun‟im. 2009. Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim.

Terjemahan oleh Abdul Hayyie Al Kattani. Jakarta: Gema Insani.

Al Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. 2014. Sirah Nabawiyah. Terjemahan oleh

Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.

Al Qardhawi, Yusuf. 2013. Pengantar Kajian Islam. Terjemahan oleh Setiawan

Budi Utomo. Jakarta: Pustaka Al Kautsar.

Al Sya‟rawi, Mutawalli. 2011. Kedudukan Muhammad Saw Sebagai Rahmatan

Lil Alamin Pilihan Allah. Terjemahan oleh Usman Hatim. Jakarta:

Gramedia.

Anwar, Saifuddin.2006. metode penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Arifin, Zaenal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

As Siba‟i, Musthafa. 2013. Ringkasan Sirah Nabawiyah. Terjemahan oleh

Budiman mustofa dan muhammad suhadi. Solo: Ahad Books.

Ash Shallabi, Ali Muhammad. Peperangan Rasulullah. Terjemahan oleh Arbi,

Nila Noer Fajriyah. Jakarta: Ummul Qura.

Daradjat, Zakiah, dkk. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Page 96: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

83

Fathoni, Abdurrahman. 2006. Metodologi Penelitian Dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hart, Michael H. 2017. 100 Tokoh Paling Berpengaruh Di Dunia. Terjemahan

oleh Ken Ndaru dan M Nurul Islam. Jakarta: Penerbit Noura.

Imam Jalalain. Tt. Tafsir Al-Qur‟an Al Adzim. Surabaya: Al Hidayah.

Lubis, Mawardi. 2011. Evaluasi Pendidikan Nilai: Perkembangan Moral

Keagamaan Mahasiswa PTAIN. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maimun, Abdul Ghofur. 2015. Peperangan Nabi Muhammad Saw dan Ayat-Ayat

Qital. Al Itqon, 1(1): 16.

Marimba, Ahmad D. 1998. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bnadung: Al Maarif.

Maslikhah. 2009. Ensiklopedia Pendidikan. Salatiga: Stain Salatiga Press.

Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Mufron, Ali. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Aura Pustaka.

Mujtahid. 2011. Reformasi Pendidikan Islam. Malang. UIN-Malang Press.

Satori, Djam‟an. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta.

Susanto, Ahmad. 2010. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Umar, Bukhari. 2011. Ilmu Penddidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Page 97: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Wakhid Al Ghufron

Tempat/Tanggal lahir : Kab Semarang, 20 Februari 1995

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Lingk. Harjosari rt 07/VII Kecamatan Bawen, Kabupaten

Semarang

Email : [email protected]

No. Hp : 081775460127

Riwayat Pendidikan :

RA Islam Istiqomah Ungaran 1999-2000

SD Islam Istiqomah Ungaran 2000-2006

Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo 2007-2013

IAIN Salatiga 2014-2018

Page 98: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

2

Page 99: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

3

Page 100: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

4

Page 101: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

5

Page 102: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

6

Page 103: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

7

Page 104: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

8

Page 105: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

9

Page 106: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM GHAZWAH ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4379/1/Nur Wakhid...x ABSTRAK Al Ghufron, Nur Wakhid. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam

10