abstrak “nilai-nilai pendidikan islam yang terkandung...

122
ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Ibadah Zakat” Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan dalam wujud mengkhususkan sejumlah harta atau nilainya dari milik perorangan atau badan hukum untuk diberikan kepada yang berhak dengan syarat-syarat tertentu, untuk mensucikan dan mempertumbuhkan harta serta jiwa pribadi para wajib zakat, meningkatkan pembangunan. Dalam zakat ini terkandung nilai-nilai pendidikan didalamnya yaitu berupa pendidikan rohani, pendidikan jasmani serta pendidikan sosial. Pada pendidikan rohani zakat meliputi manifestasi syukur atas nikmat allah, pensucian jiwa, pengendalian diri, membina muslim yang bertakwa, pendidikan jasmani berupa yang berhubungan dengan kesehatan mental dan pada pendidikan sosial berupa zakat dan tanggung jawab sosial, mendidik berinfak dan memberi, mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia, dan mewujudkan keadilan sosial. Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam ibadah zakat, tanpa disadari dengan zakat juga dapat mempersatujkan jurang pemisah antara kelompok kaya dengan golongan miskin sehingga tercipta kerukunan antar keduanya yang menciptakan masyarakat yang adil, tentram dan aman. i

Upload: builiem

Post on 08-Mar-2019

233 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

ABSTRAK

“Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung Dalam Ibadah

Zakat”

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada Allah

dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan dalam

wujud mengkhususkan sejumlah harta atau nilainya dari milik perorangan atau

badan hukum untuk diberikan kepada yang berhak dengan syarat-syarat tertentu,

untuk mensucikan dan mempertumbuhkan harta serta jiwa pribadi para wajib

zakat, meningkatkan pembangunan.

Dalam zakat ini terkandung nilai-nilai pendidikan didalamnya yaitu berupa

pendidikan rohani, pendidikan jasmani serta pendidikan sosial. Pada pendidikan

rohani zakat meliputi manifestasi syukur atas nikmat allah, pensucian jiwa,

pengendalian diri, membina muslim yang bertakwa, pendidikan jasmani berupa

yang berhubungan dengan kesehatan mental dan pada pendidikan sosial berupa

zakat dan tanggung jawab sosial, mendidik berinfak dan memberi, mewujudkan

rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama manusia, dan mewujudkan

keadilan sosial.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam ibadah zakat, tanpa disadari

dengan zakat juga dapat mempersatujkan jurang pemisah antara kelompok kaya

dengan golongan miskin sehingga tercipta kerukunan antar keduanya yang

menciptakan masyarakat yang adil, tentram dan aman.

i

Page 2: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

KATA PENGANTAR

Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan sebagai

ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat, rahmat dn hidayah-Nya

kepada penulis, sehingga dengan kudrat dan iradat-Nya penulis dapay

menyelesaikan karya karya ilmiah atau skripsi yang sederhana ini dengan baik

sebagai prasyrat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam. Skripsi ini

berjudul “Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam ibadah zakat.

Sholawat dan salam semoga Allah limpahkan kepada teladan umat

manusia pilihan, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia

untuk mengikuti petunjuk dan risalah yang dibawanya yakni menuju kebahagiaan

di dunia dan di akhirat yang hakiki.

Menyadari bahwa dalam menghantarkan penyelesaikan skripsi ini, banyak

pihak yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, dukungan serta bantuan

baik moril maupun materil kepada penulis, sudah menjadi kepatutan sebagai

ungkapan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya, penulis sampaikan kepada

semua pihak atau orang-orang yang berjasa yaitu kepada :

1. Drs. Dede Rosyada, MA, Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.

2. Drs. Abdul Fatah Wibisono, MA, Selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Agama Islam dan Drs. Safiuddin Shiddiq, M.Ag Sebagai Sekretaris

Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Safiuddin Shiddiq, M.Ag dan Drs. Rusdy, sebagai pembimbing

skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, saran dan kritik

untuk membimbing penulis hingga terselesainya tugas penulisan skripsi

ini.

4. Bapak dan Ibu dosen serta civitas akademika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

ii

Page 3: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

wacana keilmuan selama penulis melakukan studi, hingga diselesaikannya

penulisan skripsi ini.

5. Ibunda Suciyani dan Ayahanda Hajiran serta kakak dan adik tercinta:

Yusuf dan Hamidah dan keluarga tercinta yang telah memberikan

dukungan moril dan materil serta doa restuntya kepada penulis.

6. Pimpinan beserta staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

telah membantu penulis menyediakan berbagai literatur yang snagat

dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

7. Rekan-rekan kuliah angkatan 2005 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan Pendidikan Agama Islam, khususnya kelas B.

8. Semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu yang telah berjasa

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir, penulis berdoa semoga Allah SWT membalas jasa dan amal baik

mereka. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya

dan pembaca umumnya. Amin

Jakarta, Desember 2009

Penulis

iii

Page 4: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ......... 3

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ...................... 4

D. Metodologi Penelitian ..................................................... 5

1. Sumber Data.............................................................. 5

2. Pengelolaan Data....................................................... 5

3. Analisa Data .............................................................. 5

4. Variabel Penelitian .................................................... 6

5. Teknik Pengumpulan Data........................................ 6

BAB II PENDIDIKAN ISLAM

A. Pengertian Pendidikan Agama Islam .............................. 7

B. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ............................ 10

1. Dasar Yuridis ............................................................ 10

2. Dasar Religius ........................................................... 13

3. Dasar Sosial Psikologi .............................................. 17

C. Tujuan Pendidikan Agama Islam.................................... 18

BAB III IBADAH ZAKAT

A. Pengertian dan Sejarah Zakat Mal .................................. 21

B. Dasar Legalitas Zakat Mal .............................................. 29

C. Macam-macam Zakat Mal .............................................. 38

D. Mustahiq Zakat................................................................ 59

E. Tujuann dan Hikmah Zakat............................................. 62

iv

Page 5: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

BAB IV NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM IBADAH

ZAKAT

A. Pendidikan Rohani .......................................................... 66

B. Pendidikan Jasmani......................................................... 75

C. Pendidikan Sosial ............................................................ 78

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................... 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 91

v

Page 6: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG

DALAM IBADAH ZAKAT

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syrat

Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh

Nur Alfiah

NIM. 205011000309

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H / 2009 M

vi

Page 7: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI Skripsi berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG

TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur Alfiah dengan

nomor induk mahasiswa 205011000309 Jurusan Pendidikan Agama Islam. Telah

melalui bimbinga dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan

pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan Fakultas.

Jakarta, Desember 2009

Yang Mengesahkan

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Safiuddin Siddiq, MA Drs. Rusydi Jamil NIP. 150 299 477 NIP. 196212311995031005

vii

Page 8: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

LEMBAR PERNYATAAN Bismillahirrahmanirrahim

Saya yang tertanda tangan di bawah ini :

Nama : Nur Alfiah

NIM : 205011000309

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain,maka saya bersedia menerima

sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, Desember 2009

Penulis

Nur Alfiah

viii

Page 9: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

i

ABSTRAK

Nama :Ahmad Saiful (205011000267)

Fak/Jur :FITK/PAI

Judul Skripsi :”Aspek-Aspek Pendidikan Islam dalam al-Qur’an (Kajian Tafsir Surat al-Hujurat ayat 11-13)”

Sebagai kitab suci yang terakhir yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an berisi petunjuk bagi manusia yang ajaran-ajarannya di sampaikan secara variatif dan dikemas sedemikian rupa. Ada yang berupa perintah, larangan, dan nasihat, yang mengandung hikmah dan memuat pesan-pesan yang dapat mengantarkan manusia menuju keimanan kepada Allah SWT.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek pendidikan Islam apa saja yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13.

Surat al-Hujurat ayat 11-13 membahas tentang menciptakan suasana yang harmonis antara lingkungan masyarakat serta menghindari terjadinya permusuhan. Sehingga akan tercipta pribadi yang santun sesuai dengan tuntunan al-Qur’an.

Untuk memperoleh data yang refresentatif dalam pembahasan skripsi ini, digunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca dan menganalisa buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis. Adapun jenis penelitian dan penulisan skripsi ini adalah kualitatif.

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis menggunakan metode content analysis (analisis isi), yaitu, dengan cara menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan berbagai aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang sedang ditafsirkan serta menjelaskan makna lafaz yang terdapat di dalamnya, menjelaskan munasabah ayat dan menjelaskan isi kandungannya.

Aspek-aspek pendidikan yang terdapat dalam surat al-Hujurat ayat11-13 meliputi: aspek pendidikan akhlak, antara lain larangan merendahkan orang lain, larangan berburuk sangka, larangan menggunjing, aspek pendidikan taubat dan pendidikan takwa. Adapun aplikasinya dalam pendidikan Islam: larangan merendahkan orang lain dapat dilakukan dengan metode ceramah, kisah, mauidzah, dan keteladanan. Larangan berburuk sangka dapat dilakukan dengan metode keteladanan, nasihat, dan pembiasaan. Larangan menggunjing dapat dilakukan dengan metode keteladanan, nasihat, kisah, dan tarhib. Pendidikan taubat dapat dilakukan dengan pembiasaan dan pemberian nasihat. Pendidikan takwa dapat dilakukan dengan metode ceramah, nasihat, keteladanan, dan metode kisah.

Page 10: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

“Pendidikan merupakan upaya manusia yang diarahkan kepada

manusia lain dengan harapan agar mereka ini, berkat pendidikan

(pengajaran) itu kelak menjadi manusia yang saleh, yang berbuat

sebagaimana yang seharusnya diperbuat dan menjauhi apa yang tidak patut

dilakukannya”.1

Manusia yang baru lahir dari perut ibunya masih sangat lemah, tidak

berdaya dan tidak mengetahui apa-apa. Untuk menjadi hamba Allah yang

selalu menyembah-Nya dengan tulus dan menjadi khalifah-Nya di muka

bumi, anak tersebut membutuhkan perawatan, bimbingan dan pengembangan

segenap potensinya kepada tujuan yang benar. Ia harus dikembangkan segala

1 Abdul Fatah Jalal, Azas-azas Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro, 1998),

Cet. I, h. 11.

1

Page 11: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

2

potensinya ke arah yang positif melaui suatu upaya yang disebut sebagai al-

Tarbiyah, al-Ta’dib, al-Ta’lim, atau yang kita kenal dengan “pendidikan”.2

“Manusia sebagai makhluk paedagogik membawa potensi dapat

dididik dan dapat mendidik. Dengan potensi tersebut manusia mampu

menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia

dilengkapi dengan fitrah Allah berupa keterampilan yang dapat berkembang,

sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia”.3

Dalam al-Qur’an memuat begitu banyak aspek kehidupan manusia.

Tidak ada rujukan yang lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan al-

Qur’an yang hikmahnya meliputi seluruh alam dan isinya, baik yang tersurat

maupun yang tersirat tidak akan pernah habis untuk digali dan dipelajari.

Ketentuan-ketentuan hukum yang dinyatakan dalam al-Qur’an dan al-

Sunnah berlaku secara universal untuk semua waktu,tempat dan tidak bisa

berubah karena memang tidak ada yang mampu merubahnya.

Al-Qur’an sebagai ajaran suci umat Islam, didalamnya berisi

petunjuk menuju arah kehidupan yang lebih baik, tinggal bagaimana manusia

memanfaatkannya. Meninggalkan nilai-nilai yang ada didalamnya berarti

menanti datangnya masa kehancuran. Sebaiknya kembali kepada al-Qur’an

berarti mendambakan ketenangan lahir dan batin, karena ajaran yang

terdapat dalam al-Qur’an berisi kedamaian.

Ketika umat Islam menjauhi al-Qur’an atau sekedar menjadikan al-Qur’an hanya sebagai bacaan keagamaan ,maka sudah pasti al-Qur’an akan kehilangan relevansinya terhadap realitas-realitas alam semesta. Kenyataannya orang-orang di luar Islam lah yang giat mengkaji realitas alam semesta sehingga mereka dengan

2 Syahidin, Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta: CV. Misaka Galiza, 1999),

Cet. I, h. 1.

3 Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara bekerja sama dengan Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan, 1999), Cet. III, h. 1.

Page 12: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

3

mudah dapat mengungguli bangsa-bangsa lain, padahal umat Islam lah yang seharusnya memegang semangat al-Qur’an.4

Namun nampaknya melihat fenomena yang terjadi kehidupan umat

manusia pada zaman sekarang ini sudah jauh dari nilai-nilai al-Qur’an.

Akibatnya bentuk penyimpangan terhadap nilai tersebut mudah ditemukan di

lapisan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari berbagai peristiwa yang terjadi,

yang menunjukkan penyimpangan terhadap nilai yang terdapat didalamnya.

Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pemahaman al-Qur’an, akan

semakin memperparah kondisi masyarakat berupa dekadensi moral. Oleh

karena itu, untuk memurnikan kembali kondisi yang sudah tidak relevan

dengan ajaran Islam, satu-satunya upaya yang dapat dilakukan adalah dengan

kembali kepada ajaran yang terdapat didalamnya.

Selama ini, para orang tua dan pemikir pendidikan amat perihatin

dengan perkembangan pendidikan. Siapakah yang salah jika ada peserta

didik berbuat tidak terpuji? Berbagai tindakan kekerasan, kriminal, prostitusi

sampai korupsi sudah sampai pada tingkat kebobrokan mental, siapakah

yang salah?

Dan berbagai kasus tersebut para ahli dan pemikir pendidikan

mengkajinya terus menerus. Akhirnya mereka sampai pada kesimpulan

bahwa hal itu disebabkan pendidikan Islam (akhlak) tidak diberikan kepada

peserta didik. Pendapat itu ada benarnya juga karena sesuai dengan hadis

Nabi SAW:

ممكار مألتم تبعث ماان :قال سلم و عليه الله صلى عنالنبي ابيهريرة عن

5﴾حمد ا رواه﴿ االخالق

4 Muhammad al-Ghazali, Berdialog Dengan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan. 1999), Cet.

IV, h. 21.

5 Imam Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmad bin Hambal, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), Jilid II, h. 381.

Page 13: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

4

Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW, Ia bersabda: ”Sesungguhnya

aku diutus adalah untuk menyempurnakan akhlak”. (HR.Ahmad)

Seperti yang dikemukakan oleh Quraish Shihab: “manusia yang

dibina adalah makhluk yang memiliki unsur-unsur material (jasmani) dan

immaterial (akal dan jiwa). Pembinaan akalnya menghasilkan ilmu.

Pembinaan jiwanya menghasilkan kesucian dan etika, sedangkan pembinaan

jasmaninya menghasilkan ketrampilan. Dengan penggabungan unsur-unsur

tersebut, terciptalah makhluk dwi dimensi dalam satu keseimbangan, dunia

dan akhirat, ilmu dan iman. Itu sebabnya dalam pendidikan Islam dikenal

istilah Adab Al-Din dan Adab al-Dunya”.6

Al-Quran merupakan dasar ideal dari pendidikan Islam, isinya sangat

luas dan dalam, yang semuanya itu mengarah dan meningkatkan kehidupan

manusia ke tingkat yang lebih baik dan sempurna. Dengan kata lain, semua

ajaran Islam yang terkandung dalam al-Qur’an pada akhirnya mengarahkan

supaya mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan cara berbagai aktivitas

yang berguna bagi kehidupan umat manusia pada umumnya.

Dengan memakai dasar al-Qur’an, maka pendidikan Islam harus

mengarah kepada terciptanya manusia yang seimbang antara kehidupan

dunia dan akhirat, dalam rangka ibadah kepada Allah SWT.

Untuk membina kepribadian yang sejalan dengan fitrah manusia,

yaitu “fitrah tauhid, akidah iman kepada Allah dan atas dasar kesucian dan

tidak ternoda”7 sebagaimana ditujukan oleh al-Qur-an dan al-Sunnah,

diperlukan proses pendidikan Islam yang terarah dan bertujuan yaitu

mengarahkan manusia kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan

tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan

6 M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1994), Cet. XIX, h.

173.

7 Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1991), Cet. II, h. 148.

Page 14: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

5

utuh sebagai umat manusia individual dan sosial serta hamba Allah SWT

yang mengabdikan diri kepada-Nya.

Di dalam al-Quran terdapat perilaku yang terpuji yang hendaknya

diaplikasikan umat manusia dalam kehidupan sehari-hari.Karena akhlak

mulia merupakan barometer terhadap kebahagiaan,keamanan dan ketertiban

dalam kehidupan manusia dan dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan

tiang berdirinya umat,sebagaimana salat sebagai tiang agama Islam.Dengan

kata lain apabila rusak akhlak suatu umat maka rusaklah bangsanya.

Melihat fenomena yang terjadi, nampaknya di zaman sekarang ini

aspek- aspek pendidikan Islam khususnya akhlak mulia adalah hal yang

mahal dan sulit diperoleh, terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap

aspek-aspek pendidikan Islam maupun nilai akhlak yang terdapat dalam al-

Qur’an serta besarnya pengaruh lingkungan. Manusia hanya mengikuti

dorongan nafsu dan amarah saja untuk mengejar kedudukan dan harta benda

dengan caranya sendiri, sehingga ia lupa akan tugasnya sebagai hamba Allah

SWT.Tidak dapat dipungkiri juga bahwa kemerosotan akhlak terjadi akibat

adanya dampak negatif dari kemajuan di bidang tekhnologi yang tidak

diimbangi dengan keimanan dan telah menggiring manusia kepada sesuatu

yang bertolak belakang dengan nilai al-Qur’an. Namun hal ini tidak

menafikan bahwa manfaat dari kemajuan tekhnologi itu jauh lebih besar

daripada mudharatnya.

Masalah di atas sudah barang tentu memerlukan solusi yang

diharapkan mengantisipasi perilaku yang mulai dilanda krisis moral itu.

Tindakan preventif perlu ditempuh agar dapat mengantarkan manusia kepada

terjaminnya moral generasi bangsa yang dapat menjadi tumpuan dan harapan

bangsa serta dapat menciptakan dan sekaligus memelihara ketentraman dan

kebahagiaan di masyarakat.

Mengingat pentingnya pendidikan Islam bagi terciptanya kondisi

lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan

Page 15: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

6

nilai-nilai tersebut secara intensif. Pendidikan Islam berfungsi sebagai

panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu

perbuatan dan selanjutnya menetapkan mana yang baik dan mana yang

buruk. Kalau dipelajari sejarah bangsa Arab sebelum Islam datang, maka

akan ditemukan suatu gambaran dari sebuah peradaban yang sangat rusak

dalam hal akhlak dan tatanan hukumnya. Seperti pembunuhan, perzinahan

dan penyembahan patung-patung yang tak berdaya. Hal ini jelas

bertentangan dengan nilai atau aspek pendidikan Islam yang terkandung

dalam al-Qur’an.Begitu juga halnya fenomena yang terjadi di lingkungan

masyarakat sekarang ini, terutama di kalangan elit politik, banyak terjadi hal-

hal yang menyimpang dari norma agama,seperti saling menghina, saling

menuduh, dan merendahkan satu sama lain. Di antara mereka ada yang rela

menghalalkan segala cara demi mempertahankan harga diri, partai, maupun

organisasinya tanpa menghiraukan benar dan salah menurut agama. Padahal

setiap hari Jum’at khatib selalu mengingatkan kaum muslimin untuk selalu

bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan

menjauhi larangan-Nya. Apakah kaum muslim sudah lupa, tidak memahami

dan tidak mengamalkan ajaran al-Qur’an lagi? Padahal di dalam al-Qur’an

jelas ditegaskan tentang semua larangan tersebut.

Penulis melihat bahwa Q.S. al-Hujurat:11-13 memiliki kandungan

(makna) tentang pendidikan Islam yang sangat dalam. Di antara kandungan

yang terdapat didalamnya adalah pendidikan akhlak antara lain larangan

merendahkan orang lain, larangan ghibah (menggunjing), larangan

suudzdzan, pendidikan taubat, dan pendidikan takwa kepada Allah SWT.

Ayat tersebut sangat penting dan perlu digali lebih dalam untuk dijadikan

rujukan dan pedoman bagi umat muslim dalam rangka pembelajaran,

pembentukan serta pembinaan pendidikan Islam. Penulis tertarik untuk

menggali, membahas dan mendalami lebih jauh tentang ayat tersebut sebagai

judul skripsi, meskipun sudah ada yang menulis judul yang sama pada

skripsi terdahulu. Akan tetapi penulis berbeda dengan penulis terdahulu, di

Page 16: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

7

skripsi ini akan dibahas lebih lengkap dan terperinci tentang kandungan ayat

demi ayat. Penulis melihat pada skripsi terdahulu pembahasan kandungan

ayatnya dikaji secara global dan garis besarnya saja. Atas pertimbangan di

atas, maka penulis mengangkat permasalahan tersebut dan dituangkannya

dalam skripsi dengan judul “ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN ISLAM

DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN TAFSIR QS. AL-HUJURAT:11-13)”.

B. IDENTIFIKASI, PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menyajikan

permasalahan yang muncul sehingga dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

a. Aspek-aspek pendidikan Islam yang terkandung dalam QS. Al-

Hujurat: 11-13.

b. Aplikasi aspek-aspek pendidikan Islam yang terkandung dalam QS.

Al-Hujurat: 11-13.

c. Azas pendidikan Islam yang terkandung dalam QS. Al-Hujurat: 11-13.

2. Pembatasan Masalah

Melihat permasalahan yang terdapat pada identifikasi masalah di

atas, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti pada:

a. Aspek-aspek pendidikan Islam yang terkandung dalam QS. Al-

Hujurat: 11-13.

b. Aplikasi aspek-aspek pendidikan Islam yang terkandung dalam QS.

Al-Hujurat: 11-13.

Page 17: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

8

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan gambaran di atas,maka persoalan inti yang menjadi

rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

a. Aspek-aspek pendidikan Islam apa saja yang terkandung di dalam surat

al-Hujurat:11-13?

b. Bagaimana aplikasi aspek-aspek pendidikan Islam yang terkandung

dalam surat al-Hujurat ayat 11-13?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui aspek-aspek pendidikan Islam yang terkandung

dalam al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 11-13.

b. Untuk mengetahui aplikasi aspek-aspek pendidikan Islam yang

terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13.

2. Manfaat Penelitian :

a. Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi

penulis.

b. Dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan, khususnya

dalam dunia pendidikan Islam.

c. Penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat ditindaklanjuti oleh

peneliti berikutnya.

Page 18: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

9

D. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pure library

research (penelitian kepustakaan murni), yakni mengambil data, pendapat

para ahli yang telah diformulasikan ke dalam buku-buku tafsir dan

pendidikan. Sumber primer dalam penulisan ini adalah tafsir-tafsir al-Qur’an

surat al-Hujurat ayat 11-13; Tafsir al-Misbah, Tafsir al-Maraghi, Tafsir Ibnu

Katsir, Tafsir Munir, Tafsir Fakhrur Razi, Tafsir Wadhih, Tafsir Fathu;

Qadir dan Tasir al-Azhar. Adapun sumber sekundernya adalah buku-buku

pendidikan yang relevan dengan pembahasan skripsi ini.

Dalam menganalisis data yang telah terkumpul,penulis menggunakan

metode content analysis (analisis isi), yaitu menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an

dengan memafarkan berbagai aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat

yang sedang ditafsirkan itu serta menerangkan makna-makna yang tercakup

didalamnya.

Sementara tekhnik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku

Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

Page 19: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDIDIKAN ISLAM

A. Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam Menurut Bahasa

“Dalam Islam ada beberapa istilah yang digunakan untuk pendidikan, yaitu yang pertama, kata tarbiyah ( تربية ) yang berasal dari kata ( تربيا تربيةيربي يرب ) yang berarti mendidik, yang kedua kata ta’lim ( تعليم ) yang berasal dari kata ( تعليمم م يعلعل ) yang berarti mendidik,mengajarkan, dan yang ketiga kata ta’dib (تأديب) yang berasal dari kata ( ادب يؤدب تأديبا ) yang berarti mengajarkan”.1

Irsyad Djuwaeli mengutip pendapat Fuad Abd. Al-Baqy dalam

bukunya: Al-Mu’jam Al-Mufahras li al-Fadz Al-Qur’an Al-Karim: “di

dalam Al-Qur’an kata tarbiyah dengan berbagai kata yang sempurna

dengannya diulang sebanyak lebih dari 872 kali. Kata tersebut pada

mulanya digunakan dalam arti Insya al-syai’ halan fa halan ila al-had

1 Louis Ma’Louf, Al-Lughoh Wa Al-Lughoh Wa Al-a’lam, (Beirut : Dar Al-Masyiq,

1986), Cet. XVI, h. 526.

10

Page 20: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

11

al-tamam yang artinya mengembangkan atau menumbuhkan sesuatu

setahap demi setahap sampai batas yang sempurna”.2

Istilah tarbiyah,menurut para pendukungnya berakar pada tiga kata:

“Pertama,kata raba yarbu ( ربا يربو ) yang berarti bertambah dan tumbuh. Kedua, kata rabiya yarba ( ي يربورب ) yang berarti tumbuh dan berkembang. Ketiga, kata rabba yarubbu ( رب يرب ) yang berarti memperbaiki,menguasai,memimpin, menjaga dan memelihara sesuatu kepada kesempurnaannya secara bertahap atau membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur”.3

Kata rabb digunakan untuk menjelaskan berbagai hal,antara lain menerangkan salah satu sifat atau perbuatan Tuhan, misalnya rabbul ‘alamin ( لعالمينارب ) yang berarti pemelihara, pendidik, penguasa dan penjaga alam. Kata rabb selain digunakan untuk arti sebagaimana di atas, digunakan pula untuk arti yang objeknya lebih diperinci lagi, baik benda-benda yang bersifat fisik maupun non fisik. Dengan demikian pendidikan mengandung arti pemeliharaan terhadap seluruh makhluk Tuhan.4

Abuddin Nata juga menjelaskan: “kata ta’lim yang berakar pada

kata ‘allama digunakan secara khusus untuk menunjukkan sesuatu yang

dapat diulang dan diperbanyak sehingga menghasilkan bekas atau

pengaruh pada diri seseorang”.5 “Kata ta’lim dengan berbagai kata yang

serumpun dengannya di dalam al-Qur’an disebut sebanyak 840 kali dan

digunakan untuk arti bermacam-macam, seperti digunakan Tuhan untuk

menjelaskan pengetahuan-Nya yang diberikan kepada umat manusia, dan

digunakan untuk menerangkan bahwa Tuhan Yang Maha Esa atas segala

sesuatu”.6

2 Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta : Karsa

Utama Mandiri, 1998), Cet. I, h. 3. 3 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999),

Cet. II, h. 4 4 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999), Cet. II, h. 6 5 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,

1999), Cet. II, h. 7 6 Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta : Karsa Utama

Mandiri, 1998), Cet. I, h. 4

Page 21: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

12

Adapun mengenai kata ta’dib yang berasal dari kata addaba tidak

dijumpai dalam al-Qur’an.Kata tersebut hanya dijumpai dalam hadis yang

berbunyi:

يي ربنبم اد وسلليه عالله صلى اهللالوس رالعن ابن مسعود رضي اهللا عنه قال ق

7)رواه البخاري (يبي دأ تنس حفا

Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tuhanku telah mendidikku, maka Ia sempurnakan pendidikanku”. (HR.Bukhari).

Meskipun kata ta’dib tidak terdapat dalam al-Qur’an, tetapi kata ini

menurut Naqib al-Attas yang dikutip oleh Irsyad Djuwaeli justru memiliki

fungsi dan arti yang lebih tepat bagi pendidikan, karena kata tersebut lebih

khusus ditekankan kepada pembinaan manusia. Sedangkan kata tarbiyah

mengandung pengertian lebih luas mencakup pemeliharaan seluruh

makhluk Tuhan, termasuk hewan.8

Berdasarkan pengertian ketiga kata di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa tarbiyah merupakan upaya sadar akan pemeliharaan,

pengembangan seluruh potensi diri manusia sesuai fitrahnya dan

perlindungan menyeluruh terhadap hak-hak kemanusiaannya, sementara

kata ta’lim mengesankan proses pemberian ilmu pengetahuan penyadaran

akan fitrah dan tugas-tugas kemanusiaannya yang harus diwujudkan dalam

kehidupan nyata. Sedangkan kata ta’dib mengesankan proses pembinaan

kepribadian dan sikap moral serta etika dalam kehidupan.

Dengan demikian, ketiga kata tersebut pada dasarnya mengacu

kepada pemeliharaan dan perlindungan keseluruhan potensi diri manusia.

7 Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuti, al-Jami’ As-Shagir, (Dar Al-Ihya

Al-Kutub Al-Arobiyah), Jilid. I, h. 14.

8 Irsyad Djuwaeli, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, (Jakarta : Karsa Utama Mandiri, 1998), Cet. I, h. 4.

Page 22: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

13

2. Pengertian Pendidikan Islam Menurut Istilah

Pengertian pendidikan semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu

paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang

berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini

sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia berasal dari kata didik. Bila kata ini diberi awalan me-

menjadi mendidik yang berarti “memelihara dan memberi latihan (ajaran,

tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya

pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.9

Banyak para ahli berbeda versi dalam memberikan pengertian

pendidikan, namun pada dasarnya mempunyai maksud yang sama.

Tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara sebagaimana

dikutip oleh Abuddin Nata berpendapat bahwa:

Pendidikan adalah usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditujukan untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Pendidikan tidak hanya bersifat pelaku pembangunan tetapi sering merupakan perjuangan pula. Pendidikan berarti memelihara hidup tumbuh kearah kemajuan, tidak boleh melanjutkan keadaan kemarin menurut alam kemarin, pendidikan adalah kebudayaan, berasas peradaban, yakni memajukan hidup agar mempertinggi derajat kemanusiaan.10

Sedangkan Ahmad D. Marimba berpendapat bahwa:

Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik

9 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, “didik”, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : balai Pustaka, 1996), Edisi Kedua, Cet. VII, h. 232 10 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet.

II, h. 9.

Page 23: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

14

menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusan ini Ahmad D. Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu; (1) usaha (kegiatan) yang bersifat membimbing, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar, (2) ada pendidik, (3) ada yang di didik (4) adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan (5) dalam usaha tersebut tentu ada alat-alat yang digunakan.11

Dan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2

Tahun 1989: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan,pengajaran dan atau latihan bagi

peranannya di masa yang akan datang”.12

Dari beberapa rumusan pendidikan di atas, penulis menyimpulkan

bahwa pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja,

seksama, terencana dan bertujuan, yang dilaksanakan oleh orang dewasa,

yang berarti memiliki bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan

menyampaikannya kepada anak didik. Dan apa yang diberikan kepada

anak didik itu sedapat mungkin dapat menolong tugas dan perannya di

masyarakat kelak mereka hidup.

Kemudian tentang rumusan tentang pendidikan Islam, para ahli pun

berbeda pendapat dalam merumuskannya. Misalnya Muhammad Atiyah

memberikan pengertian pendidikan Islam sebagaimana yang dikutip oleh

Ramayulis bahwa “Tarbiyah Islamiyah adalah upaya mempersiapkan

manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia, mencintai tanah

air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya,

halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik

dengan lisan atau tulisan”.13

Sementara menurut Prof. Dr. Omar al-Toumy, pendidikan Islam

diartikan sebagai “Usaha mengubah tingkah laku individu dalam

11 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-

Ma’arif,1986), h. 131 12 UUSPN, (Jakarta : Sinar Grafika, 1999), Cet. III, h. 2 13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), Cet. I, h. 3-4

Page 24: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

15

kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan

dengan alam sekitarnya melalui proses pendidikan. Perubahan itu

dilandasi dengan nilai-nilai Islami”.14

Syahminan Zaini dalam bukunya Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi

Pendidikan Islam memaparkan bahwa “Pendidikan Islam adalah usaha

mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran-ajaran Islam, agar

terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia”.15

Dan Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa

“Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan

hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama

menurut ukuran-ukuran Islam”.16

Dari beberapa defenisi di atas tentang pendidikan Islam terkandung

hal-hal sebagai berikut:

1. Pendidikan Islam itu mempunyai dasar dan tujuan yang jelas,sesuai

dengan ajaran Islam.

2. Pendidikan menurut Islam tidak terbatas sampai dewasa,tetapi

sampai terwujud kehidupan yang sempurna,makmur dan bahagia.

3. Hakikat pendidikan Islam adalah merupakan usaha mengarahkan dan

membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah manusia kea

rah titik maksimal perkembangan dan pertumbuhannya.

14 Omar Muhammad Al-Toumy, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,

1979), Cet. I, h. 399 15 Syahminan Zaini, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, (Jakarta : kalam

Mulia, 1986), Cet. I, h. 4 16 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : Al-

Ma’arif,1986), h. 131

Page 25: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

16

B. Dasar Pendidikan Islam

“Dasar (Arab: asas, Inggris: poundation, Perancis: fondemen, Latin:

fundementum ) secara bahasa berarti alas, fundamen, pokok atau pangkal

segala sesuatu (pendapat, ajaran, aturan)”.17

“Dasar adalah landasan unuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar adalah

memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai

landasan untuk berdirinya sesuatu”.18 Dasar ilmu pendidikan Islam adalah

Islam dan segala ajarannya. Ajaran itu bersumber pada al-Qur’an, Sunnah dan

Ijtihad (hasil pikiran manusia). Dasar inilah yang membuat ilmu pendidikan

disebut ilmu pendidikan Islam. Tanpa dasar ini, tidak akan ada ilmu

pendidikan Islam. Untuk lebih jelasnya dapat dirinci sebagai berikut:

1. Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT untuk

menjadi pedoman bagi seluruh umat, dengan segala petunjuk-Nya yang

lengkap, meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal. Nabi

Muhammad SAW sebagai pendidik pertama (pada masa awal

pertumbuhan Islam) telah menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar

pendidikan Islam.

Kedudukan Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan Islam

dapat dipahami dari ayat Al-Qur’an yang berbunyi:

17 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi, (Beirut : Dar Al-Fikr), h. 211. 18 HQ Shaleh, dan A. Dahlan, Asbabun Nuzul, (Bandung : CV. Penerbit Diponegoro,

2000), h. 12.

Page 26: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

17

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan mu Yang Menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah dengan dan Tuhan mullah Yang Paling Pemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (4), Dia mengajarkan kpada manusia apa yang tidak diketahuinya (5), (QS. Al-‘Alaq: 1-5).

2. Sunnah

Dasar yang kedua setelah Al-Qur’an adalah sunnah Rasulullah,

amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah dalam proses perubahan sikap

hidup sehari-hari tersebut menjadi dasar utama pendidikan Islam setelah

al-Qur’an karena Allah SWT menjadikan Rasulullah sebagai teladan bagi

umatnya, sebagai firman-Nya:

☺ ⌧

⌧ ⌧ ﴾٢١׃٣٣\االحذاب﴿

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah SAW suri tauladan yang baik bagimu ( yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21).

Dalam suatu hadis Nabi SAW bersabda:

ترآت : هللا عليه وسلمعن أبى هريرة رضي اهللا عنه قال قال رسول اهللا صلى ا مالك رواه( رسوله سنة و هللا آتاب ابدا تضل لن بهما تمسكتم ان ما نامري فيكم

(19

Aku tinggalkan untuk kamu sekalian dua hal (perkara), kamu sekalian tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya (HR.Imam Malik)

19 Abu Abdillah bin Anas (Imam Malik), al- Muwaththa, (Beirut: Dar al- Fikr, 1994), h.

785.

Page 27: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

18

As-Sunah ialah perkataan ( اقوال ), perbuatan ( افعال ) ataupun

pengakuan ( تقرير ) Rasulullah SAW. Yang dimaksud dengan pengakuan

ialah kejadian atau perbuatan yang dilakukan oleh orang lain yang

diketahui oleh Nabi Muhammad SAW dan beliau membiarkan saja

kejadian atau perbuatan itu terjadi. Sunnah merupakan sumber ajaran

kedua sesudah Al-Qur’an yang juga berisi petunjuk (pedoman) untuk

kemaslahatan hidup manusia dengan segala aspeknya.

Abdurrahman an-Nahlawi mengatakan, bahwa dalam lapangan

pendidikan, Sunnah mempunyai dua faedah:

a. Menjelaskan sistem pendidikan Islam sebagai terdapat di dalam Al-

Qur’an dan menerangkan hal-hal rinci yang tidak terdapat di

dalamnya.

b. Menggariskan metode-metode pendidikan yang dapat

dipraktekkan.20

3. Ijtihad

Ijtihad ialah para fuqaha yaitu berpikir dengan menggunakan

seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam dalam hal-hal

yang ternyata belum dipertegaskan lagi hukumnya oleh Al-Qur’an dan

Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan

termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan

Sunnah.

Ijtihad dalam bidang pendidikan harus tetap bersumber dari Al-

Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli

pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang

berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di sesuatu tempat pada

20 Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Terj.

Shihabuddin, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet. II, h. 32.

Page 28: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

19

kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hal-hal ijtihad

harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.

Ijtihad dibidang pendidikan ternyata semakin perlu, sebab ajaran

Islam yang terdapat dalam ajaran Al-Qur’an dan Sunnah sebagian besar

bersifat pokok-pokok dan prinsipnya saja termasuk dalam aspek

pendidikan. Sejak diturunkannya ajaran Islam sampai wafatnya Nabi

Muhammad SAW, Islam telah tumbuh dan berkembang melalui ijtihad

yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan

berkembang pula.

C. Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Islam

1. Fungsi Pendidikan Islam

Menurut Ahmad Tafsir,"pendidikan adalah pengembangan pribadi

dalam semua aspeknya, dengan penjelasan bahwa yang dimaksud

pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri,

lingkungan, dan orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal

dan hati.”21 Hal ini memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam

berfungsi mengembangkan semua potensi pada peserta didik sehingga

dapat mencapai kemampuan maksimal. Sehingga ia mampu memahami

dirinya, orang lain dan lingkungan disekitarnya.

Selain itu, dengan merujuk kepada konsep rububiyah Allah SWT

terhadap manusia, maka pendidikan Islam berfungsi untuk mempersiapkan

manusia agar mampu melaksanakan tugas dan fungsi kekhalifahan di

muka bumi dengan baik.

2. Tujuan Pendidikan Islam

21 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 1999), h. 26.

Page 29: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

20

Setiap manusia mempunyai tujuan: tujuan pendidikan dengan

tujuan hidup manusia terdapat keterkaitan. Karena, pada dasarnya

pendidikan bertujuan memelihara kehidupan manusia dan isi tujuan

pendidikan Islam merupakan penjabaran dari tujuan hidup manusia di

muka bumi ini. Maka pada hakikatnya tujuan dari pendidikan Islam itu

adalah realisasi dari cita-cita ajaran itu sendiri, yang membawa misi

kesejahteraan lahir dan batin di dunia dan akhirat bagi umat Islam.

Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Zainuddin dalam buku

Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, memandang dan membagi tujuan

pendidikan menjadi tiga aspek, yaitu:

a. Aspek keilmuan, yang bertujuan agar manusia senang berpikir, menggalakkan penelitian dan mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga menjadi manusia yang cerdas dan terampil.

b. Aspek kerohanian, yang menghantarkan manusia agar berakhlak mulia dan berkepribadian yang kuat.

c. Aspek ke-Tuhanan, yang menghantarkan manusia beragama agar dapat mencapai kebahagian di dunia dan akhirat.22

Dalam hal ini, Abuddin Nata mencoba memberikan ciri-ciri tujuan

pendidikan Islam. Antara lain adalah:

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi ini dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan melaksanakan tugas-tugas kemakmuran dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak-Nya.

b. Mengarahkan manusia agar setiap pelaksanaan tugas kekhalifahannya dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah SWt sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan.

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia sehingga fungsi kekhalifahannya tidak disalahgunakan.

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmani manusia agar memilki keterampilan, ilmu serta akhlak sebagai pendukung tugas kekhalifahannya.

22 Zainuddin, dkk., Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, (Jakarta : Bumi Aksara,

1991), Cet. I, h. 48

Page 30: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

21

e. Mengarahkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.23

Berdasarkan hal di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan pendidikan Islam dalah mengarahkan manusia dalam melaksanakan

tugasnya sebagai khalifah dan dalam rangka beribadah kepada Allah SWT,

mengembangkan aspek keilmuan aspek kerohanian dan juga aspek ke-

Tuhanan serta mengarahkan kepada dua kebahagiaan di dunia dan akhirat.

D. Metode Pendidikan Islam

Dalam kamus umum bahasa Indonesia, metode diartikan dengan

“cara yang teratur dan terpikirkan baik-baik untuk mencapai suatu maksud”.24

Adapun beberapa metode pendidikan Islam sebagai berikut:

1. Metode Keteladanan

Yang dimaksud dengan metode keteladanan yaitu “suatu metode

pendidikan dengan cara memberikan contoh yang baik kepada peserta

didik, baik dalam ucapan maupun perbuatan”.25

Keteladanan merupakan salah satu metode pendidikan yang

diterapkan Rasulullah SAW dan dianggap paling banyak pengaruhnya

terhadap keberhasilan menyampaikan misi dakwahnya. Ahli pendidikan

banyak yang berpendapat bahwa pendidikan dengan teladan merupakan

metode yang paling berhasil. Abdullah Ulwan misalnya, dalam kutipan

Hery Noer Ali dikatakan bahwa, “pendidikan barangkali akan merasa

mudah mengkomunikasikan pesannya secara lisan. Namun anak akan

merasa kesulitan dalam memahami pesan itu apabila ia melihat

pendidiknya tidak memberi contoh tentang pesan yang disampaikannya”.26

23 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 53 24 WJS. Poerdarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1984),

Cet. VII, h. 250 25 Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta : CV Misaka Galiza,

1999), Cet. I, h. 155 26 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h.

178

Page 31: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

22

Hal ini disebabkan karena “secara psikologis anak adalah seorang

peniru yang ulung. Murid-murid cenderung meneladani gurunya dan

menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segala hal”.27

2. Metode Pembiasaan

“Pembiasaan merupakan proses penanaman kebiasaan. Sedang

kebiasaan (habit) ialah cara-cara bertindak yang persistent, uniform dan

hampir-hampir otomatis (hampir-hampir tidak disadari oleh pelakunya).”28

Pembiasaan tersebut dapat dilakukan untuk membiasakan pada

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, dan pola pikir. Pembiasaan ini

bertujuan untuk mempermudah melakukannya. Karena seseorang yang

telah mempunyai kebiasaan tertentu akan dapat melaksanakannya dengan

mudah dan senang hati. Bahkan, sesuatu yang telah dibiasakan dan

akhirnya menjadi kebiasaan dalam usia muda diperlukan terapi dan

pengendalian diri yang sangat serius untuk dapat merubahnya.

3. Metode Memberi Nasihat

Hery Noer Ali menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan nasihat

adalah “penjelasan tentang kebenaran dan kemaslahatan dengan tujuan

menghindarkan orang yang dinasihati dari bahaya serta menunjukkannya

ke jalan yang mendatangkan kebahagiaan dan manfaat”.29

Dalam penggunaan metode memberi nasihat ini pendidik

mempunyai kesempatan yang luas untuk mengarahkan peserta didik

kepada berbagai kebaikan dan kemaslahatan umat. Diantaranya dengan

27 Ramayulis, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001), Cet. III,

h. 127 28 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h.

184. 29 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h.

191.

Page 32: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

23

menggunakan kisah-kisah Qur’ani, baik kisah-kisah Nabawi maupun umat

terdahulu yang banyak terdapat pelajaran yang dapat dipetik.

4. Metode Motivasi dan Intimidasi

Metode motivasi dan intimidasi ini dalam bahasa Arab disebut

dengan uslub al-targhib wa al-tarhib atau metode targhib dan tarhib.

Targhib berasal dari kata kerja raggaba yang berarti menyenangi, menyukai dan mencintai yang kemudian kata itu diubah menjadi kata benda targhib yang mengandung makna suatu harapan untuk memperoleh kesenangan, kecintaan, dan kebahagiaan yang dimunculkan dalam bentuk janji-janji berupa keindahan dan kebahagiaan yang dapat mendorong seseorang sehingga timbul harapan dan semangat untuk memperolehnya.

Tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti, menakut-nakuti atau mengancam. Menakut-nakuti dan mengancamnya sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang Allah SWT atau akibat lengah dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan Allah SWT.30

“Penggunaan metode motivasi sejalan dengan apa yang dalam

psikologis belajar yang disebut sebagai law of happiness atau prinsip yang

mengutamakan suasana menyenangkan dalam belajar”.31 Dan metode

intimidasi dan hukuman baru digunakan apabila metode-metode lain

seperti nasihat, petunjuk dan bimbingan tidak berhasil untuk mewujudkan

tujuan.

5. Metode Persuasi

Metode persuasi adalah meyakinkan peserta didik tentang sesuatu

ajaran dengan kekuatan akal. Penggunaan metode persuasi didasarkan atas

30 Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta : CV Misaka Galiza, 1999), Cet. I, h. 121

31 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. I, h. 197

Page 33: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

24

pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal. Artinya Islam

memerintahkan kepada manusia untuk mengguakan akalnya dalam

membedakan antara yang benar dan salah serta antara yang baik dan

buruk.

Penggunaan metode persuasi ini dalam pendidikan Islam

menandakan bahwa pentingnya memperkenalkan dasar-dasar rasional dan

logis kepada peserta didik agar mereka terhindar dari meniru yang tidak

dilandaskan pertimbangan rasional dan pengetahuan.

“Selain metode-metode di atas masih terdapat metode-metode

lainnya antara lain metode Amsal, metode kisah Qur’ani, metode Ibrah dan

Mauizah, metode Tajribi (latihan pengalaman) dan metode Hiwar”.32

32 Syahidin, Metode Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, (Jakarta : CV Misaka Galiza,

1999), Cet. I, h. 61

Page 34: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

BAB III

TAFSIR SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13

A. Asbabun Nuzul

Berikut ini adalah bunyi lengkap surat al-Hujurat ayat 11-13:

24

Page 35: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

25

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Mengenal.Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha” ( QS. Al-Hujurat (49) : 11-13)

Dalam suatu riwayat, ayat 11 surat al-Hujurat turun berkenaan dengan

seorang laki-laki yang mempunyai dua atau tiga nama. Orang itu sering dipanggil

dengan nama tertentu yang tidak ia senangi. Maka turunlah ayat ini sebagai

larangan memberi gelar kepada orang lain, dengan nama-nama gelar di zaman

jahiliah yang sangat banyak. Ketika Nabi SAW memanggil seseorang dengan

gelarnya, ada orang yang memberitahukan kepada beliau bahwa gelar itu tidak

disukainya. Maka turunlah ayat yang melarang memanggil orang dewasa yang

tidak disukainya.1

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat 12 surat al-Hujurat turun

berkenaan dengan Salman al-Farisi yang apabila selesai makan ia terus tidur dan

mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang mempergunjingkan perbuatannya itu.

Maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang mengumpat menceritakan

keaiban orang lain.2

1 HQ Shaleh dan A Dahlan, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV Penerbut Diponegoro, 1995),

Cet.XVII, h. 473 2 HQ Shaleh dan A Dahlan, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV Penerbut Diponegoro, 1995),

Cet.XVII, h. 474

Page 36: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

26

Sedangkan ayat 13 surat al-Hujurat turun ketika terjadi peristiwa

penaklukan kota Makkah, Bilal naik ke atas panggung Ka’bah dan

mengumandangkan azan. Berkatalah beberapa orang “apakah pantas budak hitam

adzan di atas Ka’bah ?”. Maka berkatalah yang lainnya : “Sekiranya Allah

membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya”. Ayat ini turun sebagai

penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang paling mulia

adalah yang paling takwa.3 (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber

dari Ibnu Abi Mulaikah)

Dalam riwayat lain ayat ini turun berkenaan dengan Abi Hidin akan dikawinkan

oleh Rasulullah kepada seorang wanita Bani Bayadlah. Bani Bayadlah berkata :

“Wahai Rasulullah pantaskah kalau kami mengawinkan puteri-puteri kami kepada

budak-budak kami ?”.

Ayat ini turun sebagai penjelasan bahwa dalam Islam tidak ada perbedaan

antara bekas budak dengan orang merdeka. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir di

dalam kitab Mubhamad yang bersumber dari Abu bakar bin Abi Daud di dalam

tafsirnya.

B. Tafsir Surat al-Hujurat Ayat 11-13

Surat yang tidak lebih dari 18 ini termasuk surat Madinah, ia merupakan surah yang agung dan besar, yang mengandung aneka hakikat akidah dan syariah yang penting, mengandung hakikat wujud dan kemanusiaan. Hakikat ini merupakan cakrawala yang luas dan jangkauan yang jauh bagi akal dan kalbu. Juga menimbulkan pikiran yang dalam dan konsep yang penting bagi jiwa dan nalar. Hakikat itu meliputi berbagai manhaj (cara) penciptaan, penataan, kaidah-kaidah pendidikan dan pembinaan. Padahal jumlah ayatnya kurang dari ratusan.4

Surat al-Hujurat berisi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh

seorang mukmin terhadap Allah SWT, terhadap Nabi dan orang yang menentang

ajaran Allah dan Rasul-Nya, yaitu orang fasik. Pada pembahasan ini dijelaskan

apa yang harus dilakukan seorang mukmin terhadap sesamanya dan manusia

3 Mustofa, Riwayat turunnya Ayat-ayat Suci Al’Quran, (Semarang : CV Asy-syifa’,

1993), Cet-I, h. 496 4 Sayyid Qutbah, Sayyid Qutbah, tafsir Qur’an, Terj. As’as Yasin, (Jakarta: Gema Insani

Press, 2004), Cet. I, Jilid X, h. 407

Page 37: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

27

secara keseluruhan, demi terciptanya sebuah perdamaian. Adapun etika yang

diusung untuk menciptakan sebuah perdamaian dan menghindari pertikaian yaitu

menjauhi sikap mengolok-golok, mengejek diri sendiri, saling memberi panggilan

yang buruk, suudhdhan, tajassus, ghibah, serta tidak boleh bersikap sombong dan

saling membanggakan diri karena derajat manusia di hadapan Allah SWT sama.

Untuk lebih memahami kandungan surat al-Hujurat ayat 11-13, penulis akan

menafsirkannya secara mufradat (kosa kata), seperti berikut ini :

السخريةMengolok-olok, menyebut-nyebut aib dan kekurangan-kekurangan orang lain dengan cara menimbulkan tawa. Orang mengatakan sakhira bihi dan sakhira minhu (mengolok-olokkan).Dhahika bihi dan dhahika minhu (menertawakan dia). Adapun isim masdarnya As-sukhriyah dan As-sikhriyah (huruf sin didhamahkan atau dikasrah). Sukhriyah bisa juga terjadi dengan meniru perkataan atau perbuatan atau dengan menggunakan isyarat atau menertawakan perkataan orang yang diolokkan apabila ia keliru perkataannya terhadap perbuatannya atau rupanya yang buruk.5

م والق

Telah umum diartikan orang-orang lelaki, bukan perempuan. Menurut M. Quraish Shihab seperti dikutif Abuddin Nata, kata kaum berasal dari kata qama, yaqumu qiyam yang berarti berdiri atau bangkit. Kata qaum agaknya dipergunakan untuk menunjukkan sekumpulan manusia yang bangkit untuk berperang membela sesuatu.6

تلمزوا وال

Janganlah kamu mencela dirimu sendiri. Jangan sebagian kamu mencela sebagai yang lain dengan perkataan atau isyarat tangan, mata atau semisalnya. Karena orang mukmin aalah seperti satu jiwa. Maka apabila seorang mukmin mencela orang mukmin yang lainnya, maka seolah-olah mencela dirinya sendiri.

بااللقاب والتنابزوا

Saling mengejek dan panggil memanggil dengan gelar yang tidak disukai orang lain.

5 Ahmad Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj (Semarang: Toha Putra, 1993), h. 220 6 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 2002), Cet. I, h

235

Page 38: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

28

سم الا

Nama dan Kemasyhuran. Seperti orang mengatakan “namanya terkenal di kalangan orang banyak baik karena kedermawanannya atau kejelekannya.

اجتنبوا

Jauhilah oleh kalian,perintah ini mengandung makna bersungguh-sungguh untuk menjauhinya.

ماالث

Dosa. Dosa adalah ungkapan untuk segala pelanggaran terhadap perintah Allah Ta’ala, dengan berbuat jahat atau meninggalkan yang wajib.

تجسسوا

Memata-matai. Yaitu mencari-cari keburukan dan cacat-cacat serta membuka-buka hal yang ditutup oleh orang.

بةالغي

Menyebut-nyebut seseorang tentang hal-hal yang tidak ia sukai, tidak sepengetahuan dia.

انثى و رآ ذ من

Dari seorang laki-laki dan perempuan (Adam dan Hawa)

الشعوب

Suku besar yang bernasab kepada suatu nenek moyang.7

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mau harus berinteraksi dengan

manusia lainnya, dan membutuhkan lingkungan dimana ia berada. Ia

menginginkan adanya lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling

menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada aturan/tertib, disiplin,

menghargai hak-hak asasi manusia dan sebagainya. Lingkungan yang demikian

7 Ahmad Maraghi, Tafsir al-Maraghi, … h. 235

Page 39: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

29

itulah yang memungkinkan ia dapat melakukan berbagai aktivitasnya dengan

tenang, tanpa terganggu oleh berbagai hal yang dapat merugikan dirinya.

Untuk menciptakan masyarakat yang tenang, tertib dan penuh dengan

keharmonisan, al-Qur’an merupakan yang tidak ada keraguan di dalamnya. Surat

al-Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata kehidupan

manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur. Salah satu

kandungan yang terdapat dalam surat al-Hujurat berisi perintah untuk melakukan

perdamaian (ishlah) setelah terjadinya pertikaian, serta penjelasan tentang

beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian, sehingga umat Muslim

diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk mencegah timbulnya pertikaian

tersebut. Sebab pertikaian bukan merupakan ajaran Islam, terlebih lagi disebabkan

oleh hal yang sederhana, seperti halnya mengolok-ngolok. Berikut penulis akan

menjelaskan kandungan makna surat al-Hujurat ayat 11 berdasarkan pendapat

para mufassir, adapun uraian tafsir dari ayat tersebut adalah sebagai berikut :

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok

kaum yang lain. Yang dimaksud dengan orang-orang yang beriman adalah

mereka yang membenarkan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dan

juga Rasul-Nya.8 “Kata ( خرسي ) yaskhar/memperolok-olokkan ialah menyebut

kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan yang bersangkutan, baik

dengan ucapan , perbuatan atau tingkah laku.9 Contoh mengolok-ngolok misalnya

dengan meniru perkataan atau perbuatan atau dengan menggunakan isyarat atau

menertawakan perkataan orang yang diolokan apabila ia keliru perkataannya

terhadap perbuatannya atau rupanya yang buruk. Shukriyah juga berarti menghina

dan menganggap rendah orang lain dan hal ini jelas haram.

8 Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), Jilid XIII, h. 585 9 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), Volume XIII, h.

251

Page 40: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

30

Kata ( قوم ) qaum merupakan (kata) yang menunjukan arti jamak dari

sekumpulan laki-laki, tidak untuk perempuan dan tidak pula untuk anak-anak.10

Kata qaum biasa digunakan untuk menunjuk sekelompok manusia. Bahasa

menggunakannya pertama kali untuk kelompok laki-laki saja, karena ayat di atas

menyebut pula secara khusus wanita.

“Islam menginginkan masyarakat unggul berdasarkan petunjuk al-Qur’an

yaitu masyarakat yang memiliki etika yang luhur. Pada masyarakat itu setiap

individu memiliki kehormatan yang tidak boleh disentuh. Ia merupakan

kehormatan kolektif. Mengolok-olok individu manapun berarti mengolok-olok

pribadi umat. Sebab seluruh jamaah itu satu dan kehormatannya pun satu”.11

Melalui ayat 11 ini, al-Qur’an memberitahukan etika tersebut melalui panggilan

kesayangan “Hai orang-orang yang beriman.” Dia melarang suatu kaum

mengolok-ngolok kaum yang lain.

Yusuf al-Qardawi mengatakan bahwa mengolok-ngolok itu dilarang karena di dalamnya terdapat unsur kesombongan yang tersembunyi, tipu daya, dan penghinaan terhadap orang lain. Juga tidak adanya pengetahuan tentang tolak ukur kebaikan disisi Allah. Sesungguhnya ukuran kebaikan disini Allah didasarkan kepada keimanan, keikhlasan dan hubungan baik dengan Allah Ta’ala tidak diukur dengan penampilan, postur tubuh, kedudukan, dan harta.12

Larangan mengolok-ngolok orang lain juga ditegaskan dalam sebuah

hadits yang berbunyi :

ال يدخل ا لجنة : "ل اقسلم عنه عن النبى صلى اهللا عليه و رضي اهللا مسعود اهللا بن عن عبد

به حسنا ونعله ول يحب ان يكون ثان الر ج : ل رجلافق "من آبر مثقا ل ذرةهبآان في قلمن

رواه التر مذ (13" النا سلكبر بطر الحق وغمضل ايحب الجماان ا هللا جميل : " ؟ قال ةحسن

)يDari Abdullah Ibn Masud ra., dari Nabi SAW beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji Dzarrah dari sifat sombong.” Seseorang bertanya: Apakah seseorang itu menyenangi apabila pakaian dan sandalnya bagus? Sesungguhnya Allah

10 Fakhrur Razi, tafsir Fukhrur Razi, (Beirut: Dar al-Fikr, tt) h. 132 11 Sayyid Qutbh, Fi Zhilalil Qur’an…, h. 418 12 Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam, Jakarta: Akbar, 2004), Cet-1, h. 387 13 Muhammad Jamil Athtar, Sunan Tirmizi, (Beirut: Daril Fikr, 1994), Juz III, h. 402

Page 41: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

31

Indah dan menyukai sesuatu yang indah. Kesombongan itu ialah mencampakkan kebenaran dan menghinakan manusia (HR. Tirmidzi)

Dengan demikian jelaslah bahwa mengolok-ngolok itu hukumnya haram

karena bisa memutuskan persaudaraan, menimbulkan perselisihan dan

permusuhan.

ن يكو نوا خيرا منهم أىسع Boleh jadi mereka yang diolok-olok (dalam pandangan Allah) itu lebih

baik dari mereka yang mengolok-olok. Barang kali orang yang berambut kusut

penuh debu tidak punya apa-apa dan tidak dipedulikan, sekiranya ia bersumpah

dengan menyebut nama Allah Ta’ala maka Allah mengolok-olok orang lain yang

ia pandang hina karena keadaannya compang-camping, atau karena ia cacat pada

tubuhnya atau karena ia tidak lancar berbciara. Karena ia barangkali lebih ikhlas

nuraninya dan lebih bersih hatinya dari pada orang yang sifatnya tidak seperti itu.

Karena dengan demikian berarti ia menganiaya diri sendiri dengan menghina

orang lain yang dihormati oleh Allah Ta’ala.14

Orang yang mengolok-olok orang lain berarti ia telah melakukan dua

kesalahan ganda, pertama mengolok-olok itu sendiri dan yang kedua ia

menganggap bahwa dirinya lebih sempurna dari orang lain. Padahal dalam ayat

ini dijelaskan bahwa orang yang diolok-olok itu bisa jadi kedudukannya lebih

mulia dalam pandangan Allah, dibanding yang mengolok-olok.

Hal ini merupakan isyarat bahwa seorang tidak bisa dipastikan

berdasarkan pujian maupun celaan orang lain atas rupa, amal, ketaatan atau

pelanggaran yang tampak padanya. Karena barang kali seseorang yang

memelihara amal-amal lahiriyah, ternyata Allah mengetahui sifat tercela dalam

hatinya, yang tidak patut amal-amal tersebut dilakukan, disertai dengan sifat

tersebut. Dan barangkali orang yang kita lihat lalai atau melakukan maksiat,

ternyata Allah mengetahui sifat terpuji dalam hatinya, sehingga ia mendapat

ampunan karenannya.15

ا منهنريخ وال نساء من نساء عسى أن يكن

14 Ahmad Maraghi, Tafsir al-Maraghi…, h. 222 15 Ahmad Maraghi, Tafsir al-Maraghi.., h. 223

Page 42: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

32

Dan janganlah kaum wanita mengolok-olok kaum wnaita lainnya, karena

barangkali wanita-wanita yang diolok-olokkan itu lebih baik dari wanita yang

mengolok-olok (dalam pandangan Allah).

Ayat tersebut menyebutkan larangan wanita mengolok-olok orang lain. Padahal, wanita sudah tercakup dalam makna kaum. Wanita memang dapat saja masuk dalam pengertian qaum bila ditinjau dari penggunaan sekian banyak kata yang menunjuk kepada laki-laki misalnya kata al-mu’minun dapat saja didalamnya terdapat kata al-mu’minat/wanita-wanita. Namun ayat di atas mempertegas penyebutan kata ( ءنسا ) nisa /perempuan karena ejekan dan “merumpi” lebih banyak terjadi dikalangan perempuan dibandingkan kalangan laki-laki. “ini menunjukkan bahwa penghinaan sebagian wanita terhadap sebagian yang lain sudah menjadi bagian moralitas mereka.16

Allah menyebutkan kata jamak dalam ayat tersebut, karena kebanyakan

mengolok-ngolok itu dilakukan ditengaj orang banyak, sehingga sekian banyak

orang enak saja mengolok-olokkan, sementara dipihak lain banyak pula yang

sakit hati.17 Firmannya “Asa an yakunna khairam minhunna, boleh jadi mereka

yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, mengisyaratkan

tentang adanya tolok ukur kemuliaan yang menjadi dasar penilaian Allah yang

boleh jadi berbeda dengan tolok ukur manusia secara umum. Memang banyak

nilai-nilai yang dianggap baik oleh sementara orang terhadap diri mereka atau

orang lain, justeru sangat keliru. Kekliruan itu mengantar mereka menghina dan

melecehkan pihak lain. Padahal jika mereka menggunakan dasar penilaian.18

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa Allah tidak menilai seseorang berdasarkan

penampilan fisik maupun harta yang dimilikinya, akan tetapi allah melihat

keikhlasan amal yang dilakukannya.

ما يسرنى ": فقال العليه و سلم رج للنبى صلى اهللا حكيت:شة قالتر مذى عن عا ئ التروي

بيدها فقلت يا ر سول ا هللا ان صفية ا مر أة وقا لت قا لت ,وآذا وان لى آذا حكيت رجالأنى

رواه (19 لو مزحت بما ء البحر لمز حته ةكلمبلقد مز حت : فقال , تعنى أنها قصيرةاهكذ

)تر مذ ىال

16 Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam, … h. 388 17 Ahmad Maraqhi, Tafsir al-Maraghi.., h. 222 18 M. Quraish Shihab, tafsir al-Misbah, …, h. 252 19 Shalih bin Abdul Aziz, Jamiut Turmuzdi, (Riyadh: Darussalam, 1999), h. 185

Page 43: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

33

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah ia berkata, dihadapan Nabi SAW saya menirukan seorang lelaki. Maka beliau bersabda, “Saya tidak suka sekiranya aku meniru seorang lelaki padahal aku meniru seorang lelaki padahal aku sendiri dan begini/” Aisyaj berkata, maka yang berkata, “Ya Rasulullah, sesunggunya Shadiyah itu seorang wanita … ‘Aisyah memperagakan dengan tangannya sedemikian rupa yang maksudnya bahwa shafiyah itu wanita yang pendek. Maka Rasul SAW bersabda, “sesungguhnya kamu telah mencampur suatu kata-kata yang sekiranya dicampur dengan air laut, tentu akan bercampur seluruhnya. (HR. Tirmizdi).

Sesungguhnya Allah SWT tidak memandang seseorang berdasarkan rupa

(ketampanan) dan hartamu, akan tetapi memandang kepada hati dan amal

perbuatanmu.

والتلمزوا أنفسكم

Dan janganlah mengejek diri kamu sendiri. Kata ( ز والم ت ) talmizu

terambil dari kata ( اللمز ) al-lamz. Para ulama berbeda pendapat dalam memakai

kata ini. Ibn Asyur misalnya memahaminya dalam arti, ejekan yang langsung

dihadapkan kepada yang yang diejek, baik dengan isyarat, bibir, tangan atau kata-

kata yang dipahami sebagai ejekan atau ancaman. Ini aalah salah satu bentuk

kekurangan dan penganiayaan.20 Menurut Yusuf al-Qardawi al-lamz berarti al-

wakhzu ‘serangan’ dan ath-tha’nu ‘tusukan’ makna yang dimaksud disini adalah

celaan. Seakan-akan orang yang mencela orang lain sedang mengarahkan ayunan

pedangnya dan tusukan tombak kepadanya. Penafsiran ini tepat sekali, bahkan

serangan lidah lebih dahsyat dan lebih menyakitkan.21 Menurut Ibn Katsir

mencela bisa dilakukan dengan perbuatan (al-hamz), dan perkataan (al-lamz).

Baik al-hamz maupun al-lamz dua-duanya dilarang. Mengadu domba adalah

termasuk mencela lewat perkataan. Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya,

“Kecelakaanlah bagi setiap pencela dengan perkataan dan perbuatan.” (QS Al-

Humazah [104]:1).22

Larangan ini (mencela diri-sendirinya) hampir sama dengan firman-Nya

“Dan janganlah kamu membunuh diri sendiri” maksudnya janganlah satu sama

20 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, ….h. 251 21 Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam …., h. 388 22 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’anul Ahim, (Beirut: Darul Fikr) Juz IV, h. 212

Page 44: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

34

المؤ: ا هللا صلى ا هللا عليه وسلم قال ر سو ل : ن بن بشير ر ضى ا هللا عنهما قا ل عن النعما

ر الجسد الجسد اذا شتكى منه عضو تداعى سائل تر ا حمهم وتوادهم وتعا طفهم آمثمنين فى

)رواه البخارى (23 والحمىبا لسهر Dari Nu’man bin Basyir ra., berkata Nabi SAW bersabda, Anda akan melihat kaum mukmin adalah kasih sayang dan cinta mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarkan kepada lain-lain anggota sehingga badanya terasa panas dan tidak dapat tidur. (HR. Bukhari) Ayat di atas dengan tegas melarang melakukan mengejek diri sendiri.

Tetapi maksudnya adalah orang lain. Karena ejekan yang dilakukan oleh

seseorang, maka ejekan tersebut akan kembali kepada pelakunya (yang

mengejek). Bisa juga larangan ini memang ditujukan kepada masing-masing

dalam arti jangan melakukan suatu aktivitas yang mengundang orang lain

menghina dan mengejek Anda, karena jika demikian, Anda bagaikan mengejek

diri sendiri.

بقلالوأبازبناتالوDan janganlah kamu panggl-memanggil dengan gelar-gelar buruk

Kata ( تنابز وا ) terampil dari kata ( ا لنبذ ) an-Nabz yakni buruk. At-tanabuz adalah saling memberi gelar buruk. Larangan ini menggunakan bentuk yang mengandung makna timbal balik, berbeda dengan al-lamz pada penggalan sebelumnya. Ini bukan saja at-tanabuz lebih banyak terjadi dari al-lamz, tetapi juga karena gelar buruk biasanya disampaikan secara terang-terangan dengan memanggil yang bersangkutan. Hal ini mengundang siapa yang

23 Mustafa Dhaib Bigha, Mukhtashar Shahih Bukhari, (Beirut: Yamamah, 1999), h. 665

Page 45: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

35

Menurut Wahbah Zuhaili memberi panggilan yang buruk ini maksudnya

memanggil saudaranya yang muslim dengan panggilan wahai orang fasik, orang

munafiq. Bisa juga memanggil saudaranya yang sudah masuk Islam dengan

panggilan wahai Yahudi atau Nasrani. Atau memanggil seseornag: wahai anjing,

keledai dan babi.25 Tindakan seperti itu jelas dilarang dalam Islam. Karena,

diantara kesantunan seorang mukmin ialah dia tidak menyakiti saudaranya dengan

hal semacam ini. Rasulullah telah mengubah beberapa nama dan panggilan yang

dimiliki orang sejak zaman jahiliyah, karena nama atau panggilan itu

menyinggung dna mencela perasaannya yang lembut dan hatinya yang mulia.26

Memperkenalkan seseorang dengan sebutan si pemabuk atau pencopet dan lain-

lain, adalah bentuk panggilan yang menyakitkan. Orang yang sudah bertaubat

dengan taubatan nashuha, haruslah dipanggil dengan panggilan yang

menyenangkan baginya dan tidak menyinggung perasaannya.

Perlu dicatat bahwa apabila orang yang diberi gelar buruk itu tidak keberatan, maka panggilan tersebut dapat ditoleransi oleh agama. Mislanya abu Hurairah yang nama aslinya adalah Abdurrahman Ibn Shakhr, atau Abu Turab untuk Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib, bahkan al-‘Araj (si pincang) untuk perawi hadits kenamaan Abdurrahman Ibn Hurmuz, dan al-A’masy (sI rabun) bagi Sulaiman Ibn Mahran dan lain-lain. Adapun gelar-gelar yang mengandung penghormatan itu tidak dilarang seperti sebutan kepada Abu Bakar dengan as Shidiq. Kepada Umar dengan al-Faruq, kepada Utsman dengan sebutan Zun Nurain dan kepada Ali Abu Turab serta kepada Khalid bin Walid dengan sebutan Saifullah (pedang Allah).27

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang Muslim tidak boleh

memanggil saudaranya dengan gelar-gelar yang tidak disukai terlebih lagi sampai

menyakitkan perasaannya.

الفسو ق بعداال يمنس االسمبئ

Seburuk-buruk panggilan ialah kefasihan sesudah iman kata ( ا ال سم ) al-ism yang dimaksudkan oleh ayat ini bukan dalam arti nama, tetapi sebutan.

24 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, …. H. 252 25 Wahbah Zyhaili, Tafsir Munir…, h. 584 26 Sayyid Qutbh, Fi Zhilalil Qur’an…, h. 418 27 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah …, h. 252

Page 46: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

36

Wabah Zuhaili dalam tafsir munir mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan ( ا لفسوق ) memberi gelar buruk seperti yang dilakukan oleh orang

jahiliyah setelah masuk Islam. Maksudnya sangat tercela memberikan sebutan

fasik setelah yang bersangkutan beriman dengan sebenarnya.29 Menurut pendapat

lain yang ini mengandung makna seburuk-buruk pengenalan/tanda kepada

seseorang yang tidak masuk Islam adalah menyebutnya dengan sebutan fasiq atau

Yahudi.30

Dari yat ini dapatdipahami bahwa ajaran Islam melarang kepada setiap

umatnya untuk mengungkit kembali kesalahan yang pernah dilakukannya, hal ini

bisa menyebabkan pelakunya tersakiti padahal ia telah bertaubat untuk

meninggalkan perbuatan tercelanya di masa lampau. Bahkan sudah menjadi

kewajiban setiap orang untuk senantiasa mendoakan saudaranya agar ia tetap

berada di jalan yang diridhai Allah SWT, bukan malah memanggilnya dengan

pamggilan yang menyakitkan.

ونملالظ ام هكنلو فابتين لم موSiapa saja yang tidak yang tidak bertaubat bahkan terus menerus mengolok-olok orang lain, mengejek diri kamu sendiri serta memanggil orang lain dengan panggilan yang buruk, “maka mereka itu dicap oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang dhalim yakni mereka yang menimpakan hukum Allah terhadap diri mereka sendiri karena kemaksiatan mereka terhadap-Nya. Dan pasti akan menerima konsekuesinya berupa azab dari Allah pada hari kiamat.31

28 M. Quraish Shihab, Fafsir al-Misbah…, h. 253 29 Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir…, h. 584 30 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi…, h. 133 31 Ahmad Maraghi, Tafsir al-Maragi…, h. 225

Page 47: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

37

Ayat ini mengandung larangan bagi siapa saja yang mengolok-olok orang

lain, mengejek diri sendiri dan memberi gelar yang buruk bahkan menjadikannya

menjadi suatu kebiasaan, dengan memandangnya sebagai orang yang zalim.32

Padahal kezaliman itu merupakan kata lain dari syirik. Demikianlah ayat di atas

mencanangkan prinsip-prinsip kesantunan diri bagi masyarakat yang unggul dan

mulia tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ayat 11 surat al-Hujurat ini

mengandung larangan khususnya bagi kaum mukminin dan mukminat :

1. Mengolok-olok orang lain

2. Mengejek diri kamu sendiri

3. Memanggil-manggil orang lain dengan gelar-gelar yang buruk.

Berikut rincian ayat 12 surat al-Hujurat, Allah swt berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka

(kecurigaan),

Kata (اجتنبوا) Ijtanibu terambil dari kata (جنب) Janb yang berarti samping.

Mengesampingkan sesuatu berarti menjauhkan dari jangkauan tangan. Dari sini

kata tersebut diartikan jauhi. Penambahan huruf (ت) ta’ pada kata tersebut

berfungsi penekanan yang berarti kata Ijtanibu berarti bersungguh-sungguhlah.

Upaya sungguh-sungguh untuk menghindari prasangka buruk.33

Kata آثيرا banyak bukan berarti kebanyakan, sebagaimana dipahami atau

diterjemahkan sementara penerjemah. Jika demikian, bisa saja banyak dari dugaan

adalah dosa dan banyak pula yang bukan dosa. Yang bukan dosa adalah yang

indikatornya demikian jelas, sedang yang dosa adalah dugaan yang tidak memiliki

32 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi..., h. 133 33 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, Volume XIII, h. 254

Page 48: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

38

Yang dimaksud dengan dhann (dugaan) adalah batas pertengahan antara

yakin dan ragu, dhann (dugaan) bisa bersifat kuat (mendekati benar) dan juga

bersifat lemah.35

Allah swt melarang melakukan perbuatan buruk yang sifatnya tersembunyi. Dengan cara memerintahkan kepada hamba-Nya untuk menghindari buruk sangka terhadap sesame manusia dan menuduh mereka berkhianat pada apapun yang mereka ucapkan dan yang mereka lakukan. Adapun dugaan yang dilarang dalam ayat ini adalah dugaan buruk yang dialamatkan kepada orang Baik, sedangkan dugaan yang ditujukan kepada orang yang berbuat kesalahan/fasik adalah seperti yang nampak dalam kehidupan sehari-harinya. Karena sebagian dari dugaan dan tuduhan tersebut kadang-kadang merupakan dosa semata-mata. Maka hendaklah menghindari kebanyakan dari hal seperti itu.36

Orang-orang mukmin haruslah menjauhi buruk sangka terhadap orang-

orang yang beriman dan jika mereka mendengar sebuah kalimat yang keluar dari

mulut saudaranya yang mukmin, maka kalimat itu harus diberikan tanggapan yang

baik, ditujukan kepada pengertian yang baik, dan jangan sekali-kali timbul salah

paham, apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan

prasangka. Pada dasarnya setiap orang bebas dari asas praduga tak bersalah.

Namun demikian praduga buruk itu hanya diharamkan terhadap orang yang

disaksikan sebagai orang yang menutup aibnya, saleh dan terkenal amanatnya.

“Adapun orang yang mempertontonkan diri sebagai orang yang gemar melakukan

dosa, seperti orang yang masuk-masuk ke tempat-tempat pelacuran atau berteman

dengan penyanyi-penyanyi cabul, maka tidaklah diharamkan berburuk sangka

terhadapnya.”37

Wabbah Zuhaili dalam Tafsir Munir mengatakan bahwa dhan (dugaan) itu terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu pertama dhan yang sifatnya wajib/diperintahkan oleh Allah SWT. Misalnya berbaik sangka kepada Allah dan orang-orang mukmin, ketika Allah memberikan suatu musibah, maka seorang hamba harus menyadari bahwa hal tersebut merupakan kasih

34 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, Volume XIII, h. 254 35 Mahmud Hajazi, Tafsir Wadhih, (Beirut, Dar al-Jil, tt), Jilid III, h. 507 36Ahmad Maraghi, Tafsir al-Maraghi…., h. 27. 37 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 254.

Page 49: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

39

sayang Allah kepadanya. Karena bisa jadi ujian/musibah tersebut bertujuan untuk mengangkat derajat atau menghapus dosanya. Kedua dhan yang dilarang/haram, misalnya berburuk sangka kepada Allah dan orang shaleh. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa siapa saja yang berburuk sangka kepada saudaranya berarti orang tersebut telah berburuk sangka kepada Allah SWT. Ketiga dhan yang dianjurkan berbaik sangka kepada saudaranya yang muslim, dan yang berburuk sangka jika memang yang bersangkutan telah nampak berbuat kefasikan. 38 Ada juga dhan yang diperbolehkan misalnya rincian hukum keagamaan.

Pada umumnya atau dengan kata lain banyak dari hukum-hukum tersebut

berdasarkan kepada argumentasi yang interpretasinya bersifat zhanny/dugaan, dan

tentu saja apa yang berdasar kepada dugaan hasilnya pun adalah dugaan.

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa buruk sangka merupakan perbuatan

yang akan membawa kita krisis, seperti berikut ini :

39)رواه الطبرانى(ألطيرة والحسد وسوء الظن : ثالث ال زمات المتىTiga macam membawa krisis bagi umatku; memandang kesialan, dengki dan buruk sangka. (HR at-Thabrani) Dugaan demikian berburuk sangka tidak akan memberikan manfaat

sedikitpun, oleh karena itu seorang Muslim harus berusaha menghindari sifat

buruk sangka tersebut. Dalam sebuah hadits dikisahkan seorang laki-laki bertanya,

“Amalan apakah yang dapat menghilangkan dari buruk sangka ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu mendengki maka mohon ampunlah

kepada Allah, dan apabila kamu berburuk sangka maka janganlah memeriksa

benar tidaknya, dan apabila kamu menduga maka laksanakanla saja rencanamu.”

ن إثمإن بعض الظ Sesungguhnya prasangka (buruk) itu adalah dosa. Ayat ini merupakan

alasan dilarangnya berburuk sangka, karena perbuatan tersebut termasuk dosa.

Adapun contoh dugaan yang termasuk dosa adalah menuduh wanita mukminah

melakukan perbuatan keji, padahal dalam kesehariannya nampak sifat yang

38 Wabah Zuhaili, Tafsir Munir…., h. 578. 39 Abbas Ahmad Shiqr dan Ahmad Abdul Jawad, Jamiul Ahadits.., Juz.IV, h. 157

Page 50: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

40

terpuji. Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya tidak mudah berburuk

sangka, dan biasakanlah dengan berpositif thinking (husnudhdhan).

Ayat tersebut menjadi dasar larangan menduga, yakni dugaan yang tidak

berdasar, adapun apabila ada bukti yang kuat yang mendukung dugaan seseorang

maka hal itu tidak mengapa. “Dugaan buruk dan tidak didukung dengan bukti

kuat, hanya akan menguras energi seseorang, akibatnya pikiran akan habis untuk

menduga sesuatu yang tidak berdasar. Tidak mengherankan apabila hidup tidak

menjadi produktif dan menjadi sia-sia dikarenakan dugaan buruk tersebut.40

Memang islam tidak melarang adanya bisikan yang hanya terlintas dalam benak

seseorang, aslakan bisikan tadi tidak dilanjutkan dengan dugaan buruk.

وال تجسسواDan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain.

Dalam ayat ini Allah SWT melarang dari memata-matai terhadap orang lain.

Yakni upaya mencari tahu dengan cara tersembunyi yang disebut tajassus. (

) dari sini mata-mata dinamai ,( جس ) tajassasu terambil dari kata ( تجسسوا

jasus. Imam Al-ghazali memahami larangan ini dalam arti, jangan ( جاسوس

tidak membiarkan orang berada dalam kerahasiaannya. Yakni setiap orang

berhak menyembunyikan apa yang enggan diketahui orang lain. Dengan

demikian jangan berusaha menyingkap apa yang dirahasiakannya itu.

Mencari-cari kesalahan orang lain biasanya lahir dari dugaan negatif

terhadapnya, karena itu ia disebutkan setelah larangan menduga. 41

Allah melarang hamba-Nya mengikuti dugaan (buruk) dan janganlah

seseorang bersungguh-sungguh untuk mendapatkan keyakinan tentang aib

(kekurangan) manusia.

Tajassus merupakan kelanjutan dari menduga, oleh karenanya ia dilarang.

Tajassus dapat menggantikan tali persaudaraan. Sama halnya seperti menduga,

tajassus demikian ada yang dilarang ada pula yang dibenarkan. Ini dapat

40 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 255. 41 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 255.

Page 51: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

41

dibenarkan dalam konteks pemeliharaan negara atau untuk menarik mudharat

yang sifatnya umum. Adapun tajassus untuk mencari rahasia orang lain, ia lebih

dilarang. Siapa saja yang menutup aib orang lain, maka ia bagaikan

menghidupkan seorang anak yang dikubur hidup-hidup. Dalam kesempatan yang

lain tajassus merupakan kegiatan mengiringi dugaan dan terhadap pula sebagai

kegiatan awal untuk menyingkap aurat dan mengetahui keburukan seseorang. Al-

Qur’an memberantas praktik yang hina ini dari segi akhlak guna membersihkan

kalbu dan kecenderungan buruk itu, yang hendak mengungkap aib dan keburukan

tersebut.

Sedangkan tahassus adalah mencari berita tentang orang lain dan apabila hal

tersebut diketahui oleh yang bersangkutan maka ia tidak senang. Tahassus

biasanya digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang berarti baik sekaligus juga

yang jelek. Seperti firman Allah SWT ketika menceritakan tentang Ya’qub as

yaitu, Hai anak-anakku, pergilah kamu maka carilah berita tentang Yusuf dan

saudaranya.

Tidak adanya kepercayaan kepada orang lain, akan mendorong seseorang

untuk melakukan tindakan batin berupa prasangka buruk dan mendorong

melakukan tindakan lahir berupa tajassus ‘memata-matai,’ “Islam membangun

masyarakatnya atas dasar kesucian lahir dan batin sekaligus. Oleh karena

itu,larangan tajassus ini dibarengkan dengan su’suzhzhan. Dan, sering terjadi

bahwa su’uzhzhan menyebabkan tajassus.”42

واليغتب بعضكم بعضاDan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian orang lain.

Kata ( يغتب ) yaghtab terambil dari kata ( غيبه ) ghibah yang berasal dari

kata ( غيب ) ghaib.43 Menurut ijma ulama ghibah adalah termasuk dosa besar

(kabair) dan haram hukumnya, tidak ada pengecualian mengenai perbuatan ini.

Menurut al-Hasan ghibah itu ada tiga macam yang semuanya tercantum dalam

kitab Allah SWT, yaitu ghibah, al-ihkfu dan al-Buhtan. Ghibah maksudnya ialah

berkata-kata mengenai saudaramu tentang sesuatu yang ada pada dia. Al-Ikhfu

42 Yusuf Qardawi, Halal Haram Dalam Islam….., h. 390. 43 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 256.

Page 52: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

42

adalah berkata-kata mengenai saudaramu tentang apa-apa yang sampai kepadamu

mengenai dia, adapun al-Buhton, kamu berkata-kata mengenai saudaramu yang

tidak terdapat pada dirinya.

Ayat ini menjadi isyarat wajibnya menjaga kehormatan orang mukmin

ketika yang bersangkutan tidak ada dihadapannya, dengan tidak melakukan

ghibah. Dan telah ditafsirkan pula pengertian ghibah oleh Rasululah SAW,

sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,

bahwa Abu Hurairah ra berkata,

اتدرون : عن أبى هريرة رضي اهللا عنه أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال

ذآرك أخاك بما يكره قيل أفرأيت في أخي ما : قال. اهللا ورسوله أعلم: وامالغيبة؟ قال

رواه (أن آان فيه ما تقرل فقد عتيته وان لم يكن فيه ما تقول فقد بهته : اقوال؟ قال

)الترمذيAbu Hurairah r.a berkata, Rsulullah bersabda, “Tahukah kamu apakah ghibah itu?” Jawab sahabat, “Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui. Nabi bersabda, “Kamu menceritakan perihal saudaramu yang tidak disukainya.” Ditanyakan lagi, “Bagaimana jika keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku katakan?” Jawab Nabi,”Bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan apa yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terhadap apa yang kami katakan, maka kamu telah berbohong. (HR Turmudzi)

Sesungguhnya ghibah adalah sebuah keinginan untuk menghancurkan orang lain, menodai harga dirinya, kemuliannya, dan kehormatannya, ketika mereka sedang tidak ada dihadapannya. Ini menunjukkan kelicikan dan kepengecutan, karena ghibah sama dengan menusk dari belakang. Ghibah merupakan salah satu bentuk perampasan, ghibah merupakan tindakan melawan orang yang tidak berdaya, ghbah merupakan tindakan penghancuran. Karena dengan melakukan ghibah, sedikit sekali lidah seseorang selamat dari mencela dan melukai hati orang lain. 44

Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas bin Malik bahwa

rasulullah bersabda,”Tatkala dimikrajkan, aku meliahat suatu kaum yang berkuku

tembaga. Mereka mencakari wajah dan dadanya. Aku bertanya, ‘Jibril, siapakah

mereka itu?’ Jibril menjawab, mereka adalah orang yang suka makan daging

44 Yusuf Qardawi, Halal Haram Dalam….., h. 394.

Page 53: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

43

manusia dan menodai kehormatannya.” 45Orang yang menggunjing berarti ia telah

menodai kehormatan orang lain.

خيه ميتاأتحب أحدآم أن يأآل لحم أ Apakah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya setelah ia meninggal dunia.

Orang yang berghibah berarti ia telah merobek-robek kehormatan saudaranya,

sehingga diumpamakan seperti memakan bangkai daging saudaranya. “Namun

perlu dipahami bahwa ghibah yang dilarang adalah terhadap orang mukmin,

bukan orang kafir. Hal ini dapat dilihat dari redaksi yang digunakannya seperti

memakan bangkai saudara (akhi). Sedangkan orang kafir bukan saudara (orang

mukmin), oleh karena itu ghibah trhadap orang kafir dibolehkan.”46 Dari ayat

diatas dapat dipahami bahwa ghibah merupakan perbuatan yang tercela yang

harus dihindari oleh setiap umat muslim khususnya. Dalam sebuah hadits

dikatakan bahwa ghibah itu haram hukumnya bahkan lebih keras daripada zina.

Ajaran islam menegaskan bahwa seorang hamba harus menjauhi perbuatan

tercela ini. Adapun yang menyebabkan seseorang melakukan ghibah adalah :

1. Hendak mencairkan amarah. Misalnya disebabkan karena ada seseorang

yang membuatnya marah maka, untuk mencairkan amarah orang tersebut

menggunjingnya.

2. Menyesuaikan diri dengan teman-teman, menjaga keharmonisan dank

arena hendak membantu mereka.

3. Ingin mengangkat diri sendiri dengan cara menjelek-jelekan orang lain.

Misalnya si fulan orangnya bodoh, pengetahuannya rendah, sedangkan

saya tidak seperti itu.

4. Untuk canda dan lelucon. Dia menyebutkan kekurangan seseorang dengan

maksud untuk membuat orang disekitarnya tertawa. Bahkan tidak sedikit

orang yang mencari penghidupannya dengan cara ini.47

فكرهتموه

45 Sayyid Qutb, Fi Zhilalil Qur’an…., Jilid X, h. 421. 46 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrus Razi….., h. 134. 47 Ahmad bin Qudamah, Minhajul Qasidin, terj. (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1997), Cet.

Page 54: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

44

Maka kamu telah jijik kepadanya merupakan kata kerja masa lampau untuk menunjukkan bahwa perasaan jijik itu adalah sesuatu yang pasti dirasakan oleh srtiap orang. Redaksi yang digunakan ayat di atas mengandung sekian banyak penekanan pertama pada gay pertanyaan yang dinamai istifham taqriri yakni yang bukan tujuan meminta informasi, tetapi mengundang yang ditanya membenarkan. Kedua ayat ini menjadikan apa yang pada hakikatnya sangat tidak disenangi, dilukiskan sebagai disenangi. Ketiga, ayat ini mempertanyakan kesenangan itu langsung kepada setiap orang, yakni dengan menegaskan “sukakah salah seorang diantara kamu.” Keempat, daging yang dimakan bukan sekedar daging manusia tetapi daging saudara sendiri. Kelima, pada ayat ini adalah bahwa saudara itu dalam keadaan mati yakni tidak dapat membela diri.48

Sebagai akhlak tercela, ghibah haruslah diobati. Adapun cara mengobati

penyakit ghibah ialah dengan menyadarkan orang yang menggibah bahwa

perbuatan itu memancing kemurkaan Allah, kebaikan-kebaikannya akan

berpindah kepada orang yang dighibah, dan jika tidak mempunyai kebaikan, maka

keburukan orang yang dighibah akan dipindahkan kepada dirinya. Siapapun yang

menyadari hal ini, tentu lidahnya tidak akan berani melakukan ghibah. Jika

terlintas untuk mengghibah, maka hendaklah dia intropeksi diri dengan melihat

aib diri sendiri lalu berusaha untuk meperbaikinya. Orang yang melakukan ghibah

semestinya dia merasa malu sementara dirinya masih banyak memiliki

kekurangan di sana sini.

واا اهللاوأتق “Maka janganlah kamu suka menggunjing, dan bertakwalah kamu kepada

Allah tentang apa yang Dia perintahkan dan Dia larang terhadapmu. Waspadalah

dan takutlah kamu kepada Allah.”49

إن اهللا تواب رحيمSesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyanyang. Kata atawwah serinhkali diartikan penerima taubat. Tetapi makna ini ( التواب )belum mencerminkan secara penuh kandungan kata attawwah, walaupun tidak dapat menilainya keliru. Imam Ghazali mengartikan at-Tawwaah sebagai Dia (Allah) yang kembali berkali-kali menuju cara yang memudahkan taubat untuk hamba-hambaNya. Dengan jalan menampakkan

48 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., volume XIII, h. 257. 49 Ahmad Maraghi, Tafsir al-Maraghi…., h. 232.

Page 55: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

45

Terkait dengan masalah ghibah/menggunjing, jumhur ulama berpendapat,

seseorang yang menggunjing saudaranya wajib bertaubat kepada Allah dengan

cara berhenti dari perbuatan tersebut, serta berazam untuk tidak mengulanginya

lagi. Apakah diisyaratkan bagi orang yang menggunjing meminta maaf kepada

yang digunjingnya? Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat, menurut sebagian

pendapat wajib bagi orang yang menggunjing meminta kehalalan (maaf) dari

orang yang digunjingnya tadi, sedangkan menurut sebagian ulama yang lain tidak

diisyaratkan untuk kehalalan kepada orang yang digunjingnya, karena hal ini bisa

menyakitkan perasaan orang tersebut. “Bila demikian halnya, maka cara yang

mesti ditempuh adalah memberikan sanjungan kepada orang yang telah

digunjingnya itu di tempat dimana ia telah menggunjing orang tersebut. Dan, agar

dia menghindari gunjingan orang lain terhadap orang itu sesuai dengan

kemampuannya. Umpatan dibayar dengan pujian.”51 Sesunggunhnya Allah Maha

Penyayang kepada siapa saja yang benar-benar kembali kepada-Nya, yakni

melaksanakan taubatan nasuhan, dan inilah taubat yang sebenarnya.

Dengan demikian ayat 12 di atas mengandung kesimpulan bahwa:

1. Allah SWT melarang orang-orang yang beriman berburuk sangka,

mencari-cari kesalahan orang lain, dan bergunjing.

2. Allah SWT memberi perumpamaan, orang-orang yang suka bergunjing itu

seperti orang yang memakan daging saudaranya yang sudah mati.

3. Allah SWT memerintahkan supaya tetap bertakwa karena Dia adalah maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dalam ayat 13 surat al-Hujurat Allah SWT berfirman:

يأيها الناس إن خلقنكم من ذآر وأنثى

50 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 259. 51 Muhammad Nasab Rifa’I, Kemudahan dari Allah…., h. 436.

Page 56: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

46

Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari Adam dan

Hawa. “Maka kenapa kamu saling mengolok-olok sesama kamu, sebagian kamu

mengejek sebagian yang lain, padahal kalian bersudara dalam nasib dan sangat

mengherankan bila saling mencela sesame saudaramu atau saling mengejek atau

panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.”52 “Karena semua manusia

berasal dari ayah dan ibu yang sama yaitu Adam dan Hawa. Berdasarkan ayat ini

maka dapat dikatakan bahwa kedudukan setiap manusia adalah sama. Oleh karena

itu, maka tidak ada tempat untuk saling membanggakan dan menyombongkan

diri.”53

Dengan demikian ayat ini menjelaskan larangan mengolok-olok, mencela diri

sendiri, memanggil dengan gelar yang buruk, suudhdhan, tajassus, dan

menggunjing. Karena pada dasarnya manusia berasal dari keturunan yang sama

yaitu Adam dan hawa.

وجعلنكم شعوبا وقبائلDan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.

Kata ( شعوب ) syu’ub adalah bentuk jamak dari kata ( شعب ). Kata ini digunakan untuk menunjuk kumpulan dari sekian kabilah yang biasa diterjemahkan suku yang biasa merujuk kepada satu kakek. Qabilah pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai ‘imarah, dan yang ini terdiri dari sekian banyak kelompk yang dinamai bathn. Di bawah bath nada sekian ifakhd hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yeng terkecil.54

Supaya kamu saling mengenal. “Kata ta’arafu terambil dari kata ‘arafa

yang berarti mengenal, kata yang digunakan dalam ayat ini mengandung makna

timbale balik, dengan demikian berarti saling mengenal.”55 Upaya saling

mengenal ini dapat dilakukan dengan cara kembali kepada kabilahnya masing-

masing dan saling menolong di antara sesame kerabat. Dengan demikian, dengan

52 Ahmad Maraghi, Tafsir al-Maraghi…., h. 236. 53 Muhammad bin Ali As Syaukani, Fathul Qadir. (Beirut: Darul Ma’rifah,tt), h. 83. 54 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 261. 55 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 261.

Page 57: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

47

Upaya saling mengenal dapt dilakukan dengan proses bersilahturahmi. Akan

tetapi warna kulit, ras, bahasa, negara dan lainnya yang seringkali membuat orang

enggan berinteraksi dengan yang lainnya disebabkan karena perbedaan tersebut.

Padahal perbedaan-perbedaan tersebut merupakan suatu Sunnatullah dan tidak

dapat dijadikan alasan untuk saling mengenal.

أن أآرمكم عند اهللا أتقنكمSesunggunhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang

paling bertakwa. “kata ( اآرمكم ) akramakum terambil dari kata ( آرم ) karuma yang

pada dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai obyeknya. Manusia yang

baik adalah manusia yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesame makhluk.”56

Firman inna akramakum inda Allah atqaamakum mengandung dua makna yang pertama seseorang yang paling bertakwa maka kedudukannya akan mulia di hadapan Allah SWT dengan kata lain ketakwaan akan membuat kedudukan seeorang menjadi mulia. Yang kedua, seseorang yang mulia di hadapan Allah SWT akan membuat orang menjadi takwa, artinya kemuliaan akan membuat seseorang menjadi takwa. Akan tetapi pendapat pertama adalah lebih terkenal disbanding yang kedua.57

Ketakwaan merupakan sumber segala keutamaan, dengan demikian dapat

dikatakan takwa adalah manifestasi dari ‘amal’ sedangkan ilmu adalah kemuliaan.

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa seseorang yang ‘alim adalah lebih dibenci

syaithan dibanding seribu abid yang rajin beribadah tapi tidak memiliki ilmu.

Ketakwaan merupakan buah dari pada ilmu, Allah SWT berfirman

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah adalah orang yang alim”

maka tidaklah dikatakan takwa kecuali bagi orang yang berilmu. Dengan

demikian ilmu dan ketakwaan merupakan dua hal yang saling menyatu, dan tidak

bias dipisahkan. Orang ‘alim tetapi tidak bertakwa adalah seperti pohon yang

tidak berbuah, oleh karena itu pohon yang berbuah adalah lebih utama dibanding

56 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 262. 57 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrus Razi….., h. 139.

Page 58: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

48

yang tidak berbuah, pohon yang tidak berbuah tidak memiliki banyak manfaat

kecuali hanya sebatas untuk kayu bakar. Begitu pula orang ‘alim yang tidak

bertakwa hanya akan menjadi bahan bakar neraka.

Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari bahkan bersaing dan

berlomba menjadi yang terbaik. Banyak sekali manusia yang menduga bahwa

kepemilikan materi, kecantikan serta kedudukan sosial karena kekuasaan atau

garis keturunan, merupakan kemuliaan yang harus dimiliki dank arena itu banyak

yang berusaha memilikinya. Tetapi bila diamati apa yang dianggap keistimewaan

dan sumber kemuliaan itu, sifatnya sangat sementara. Bahkan tidak jarang

mengantar pemiliknya pada kebinasaan. Jika demikian hal-hal tersebut bukanlah

sumber kemuliaan. Kemuliaan adalah sesuatu yang langgeng sekaligus

membahagiaan secara terus menerus. “Kemuliaan abadi dan langgeng iu ada di

sisi Allah SWT dan untuk mencapainya adalah dengan mendekatkan diri kepada-

Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya serta meneladani sifat-

sifat-Nya sesuai kemampuan manusia. Itulah takwa dan dengan demikian yang

paling mulia di sisi Allah adalah yang palin bertakwa.”58

Di sisi Allah hanya ada satu pertimbangan untuk menguji seluruh nilai dan

mengetahui keutamaan manusia. Ya.itu, “sesungguhnya orang yang paling

mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di

antara kamu. “Orang yang paling mulia yang hakiki ialah yang paling mulia

menurut pandangan Allah. “Dengan demikian, berguguranlah segala

perbedaan, gugurlah segala nilai. Lalu dinaikanlah satu timbangan dengan

satu penilaian. Timbangan inilah yang digunakan manusia untuk

menetapkan hukum. Nilai inilah yang harus dirujuk oleh manusia dalam

menimbang. Adapun nilai/panji yang diperebutkan semua orang agar dapat

bernaung di bawahnya yaitu panji ketakwaan di bawah naungan Allah SWT.

Inilah panji yang dikerok islam untuk menyelamatkan umat manusia dari

fanatisme ras, fanatisme daerah, fanatisme kabilah, dan fanatisme rumah.59

58M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 263 59Sayyid Qutb, Fi Zhilalil Qur’an…., Jilid X, h. 422.

Page 59: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

49

Semua ini merupakan kejahiliahan uang kemudian dikemas dalam berbagai

model dan dinamai dengan berbagai istilah. Semua merupakan kejahiliahan yang

tidak berkaitan dengan islam.

Islam memerangi fanatisme jahiliah ini serta segala sosok dan bentuknya

agar system islam yang manusiawi dan mengglobal ini tegak di bawah satu panji

yaitu panji Allah. Bukan panji Negara, bukan panji nasionalisme, bukan panji

keluarga, dan bukan panji ras. Semua itu merupakan panji palsu yang tidak

dikenal islam.

Dalam konteks ini, sewaktu haji wada (perpisahan), nabi SAW berpesan antara lain: “ Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang arab atas non arab, tidak juga non arab atas orang arab atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah, (yakni putih) tidak juga sebaliknya kecuali dengan takwa, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.60

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Durra

binti Abu Lahab r.a berkata, seorang laki-laki beranjak menemui Nabi yang

sedang berada di atas mimbar. Orang itu berkata, Ya Rasulullah, manusia

manakah yang paling baik? Rasulullah menjawab, Manusia yang paling baik

adalah yang paling rajin membaca Al-Qur’an, yang paling bertakwa kepada Allah,

yang paling sering memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

perbuatan mungkar, dan yang paling sering menyambungkan tali silahturahmi.

Dengan demikian sebagian ulama berpendapat kafaah di dalam pernikahan

tidaklah disyaratkan kecuali agamanya, karena kedudukan semua orang adalah

sama, hanya ketakwaan yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.

Bahkan pada hari kiamat nanti seseorang tidak akan ditanya tentang nasab

maupun kedudukan mereka, karena yang paling mulia adalah yang paling

bertakwa kepada Allah SWT.

إن اهللا عليم خبيرSesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal, maksudnya

Maha mengetahui apa yang dikerjakan dan Maha Mengenal/teliti terhadap semua

60 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 261.

Page 60: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

50

urusan manusia. Allah memberi petunjuk kepada yang dikehendaki dan

menyesatkan kepada yang dikehendaki, mengasihi dan menyiksa kepada yang

dikehendaki, memuliakan kepada yang dikehendaki dan merendahkan kepada

yang dikehendaki pula. Allah SWT Maha bijaksana, Maha Mengetahui, dan Maha

Teliti dalam semua urusan tersebut.

Sifat ‘Alim dan Khabir keduanya mengandung makna kemahatahuan Allah SWT. Sementara ulama membedakan keduanya dengan menyatakan bahwa ‘Alim menggambarkan pengetahuan-Nya menyangkut segala sesuatu yang dikenal itu. Penekanannya pada Dzat Allah yang bersifat Maha Mengetahui buakn pada sesuatu yang diketahui itu. Sedang Khabir menggambarkan pengetahuan-Nya yang menjangkau sesuatu. Di sini, sisi penekanannya bukan pada dzat-Nya Yang Maha Mengetahui tetapi pada sesuatu yang diketahui itu.61

Dengan demikian, ayat 13 surat al-Hujurat ini mengandung kesimpulan

bahwa:

1. Allah SWT menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan

seorang perempuan (Hawa) dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya mereka saling mengenal dan tolong menolong.

2. Kemuliaan manusia tidak diukur dengan keturunannya, melainkan diukur

dengan ketakwaannya kepada Allah SWT

61 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, h. 263.

Page 61: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

51

Page 62: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

BAB III

TAFSIR SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13

A. Asbabun Nuzul

Berikut ini adalah bunyi lengkap surat al-Hujurat ayat 11-13:

25

Page 63: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

26

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Mengenal.Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha” ( QS. Al-Hujurat (49) : 11-13)

Dalam suatu riwayat, ayat 11 surat al-Hujurat turun berkenaan

dengan seorang laki-laki yang mempunyai dua atau tiga nama. Orang itu

sering dipanggil dengan nama tertentu yang tidak ia senangi. Maka turunlah

ayat ini sebagai larangan memberi gelar kepada orang lain, dengan nama-

nama gelar di zaman jahiliah yang sangat banyak. Ketika Nabi SAW

memanggil seseorang dengan gelarnya, ada orang yang memberitahukan

kepada beliau bahwa gelar itu tidak disukainya. Maka turunlah ayat yang

melarang memanggil orang dewasa yang tidak disukainya.1

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ayat 12 surat al-Hujurat

turun berkenaan dengan “Salman al-Farisi yang apabila selesai makan ia terus

tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada orang yang mempergunjingkan

1 HQ Shaleh dan A. Dahlan, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 1995),

Cet. XVII, h. 473.

Page 64: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

27

perbuatannya itu. Maka turunlah ayat ini yang melarang seseorang

mengumpat menceritakan keaiban orang lain”.2

Sedangkan ayat 13 surat al-Hujurat turun ketika terjadi peristiwa

penaklukan kota Makkah, Bilal naik ke atas panggung Ka’bah dan

mengumandangkan azan. Berkatalah beberapa orang “apakah pantas budak

hitam adzan di atas Ka’bah?”. Maka berkatalah yang lainnya : “Sekiranya

Allah membenci orang ini, pasti Allah akan menggantinya”. Ayat ini turun

sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, dan yang

paling mulia adalah yang paling takwa.3

Dalam riwayat lain ayat ini turun berkenaan dengan “Abi Hidin akan

dikawinkan oleh Rasulullah kepada seorang wanita Bani Bayadlah. Bani

Bayadlah berkata : “Wahai Rasulullah pantaskah kalau kami mengawinkan

puteri-puteri kami kepada budak-budak kami ?”.Ayat ini turun sebagai

penjelasan bahwa dalam Islam tidak ada perbedaan antara bekas budak

dengan orang merdeka”.4

B. Tafsir Surat al-Hujurat Ayat 11-13

Surat yang tidak lebih dari 18 ayat ini termasuk surat Madinah, ia merupakan surah yang agung dan besar, yang mengandung aneka hakikat akidah dan syariah yang penting, mengandung hakikat wujud dan kemanusiaan. Hakikat ini merupakan cakrawala yang luas dan jangkauan yang jauh bagi akal dan kalbu. Juga menimbulkan pikiran yang dalam dan konsep yang penting bagi jiwa dan nalar. Hakikat itu meliputi berbagai manhaj (cara) penciptaan, penataan, kaidah-kaidah pendidikan dan pembinaan. Padahal jumlah ayatnya kurang dari ratusan.5

Surat al-Hujurat berisi petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh

seorang mukmin terhadap Allah SWT, terhadap Nabi dan orang yang

2 HQ Shaleh dan A. Dahlan, Asbabun Nuzul, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 1995),

Cet. XVII, h. 474. 3 Mustofa, Riwayat turunnya Ayat-ayat Suci Al’Quran, (Semarang : CV Asy-syifa’,

1993), Cet-I, h. 496. 4 Mustofa, Riwayat turunnya Ayat-ayat Suci Al’Quran, (Semarang : CV Asy-syifa’,

1993), Cet-I, h. 496. 5 Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Terj. As’ad Yasin, (Jakarta: Gema Insani Press,

2004), Cet. I, Jilid X, h. 407.

Page 65: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

28

menentang ajaran Allah dan Rasul-Nya, yaitu orang fasik. Pada pembahasan

ini dijelaskan apa yang harus dilakukan seorang mukmin terhadap sesamanya

dan manusia secara keseluruhan, demi terciptanya sebuah perdamaian.

Adapun etika yang diusung untuk menciptakan sebuah perdamaian dan

menghindari pertikaian yaitu menjauhi sikap mengolok-olok, mengejek diri

sendiri, saling memberi panggilan yang buruk, suudhdhan, tajassus, ghibah,

serta tidak boleh bersikap sombong dan saling membanggakan diri karena

derajat manusia di hadapan Allah SWT sama.

Untuk lebih memahami kandungan surat al-Hujurat ayat 11-13, penulis

akan menafsirkannya secara mufradat (kosa kata), seperti berikut ini :

السخريةMengolok-olok, menyebut-nyebut aib dan kekurangan-kekurangan orang lain dengan cara menimbulkan tawa. Orang mengatakan sakhira bihi dan sakhira minhu (mengolok-olokkan).Dhahika bihi dan dhahika minhu (menertawakan dia). Adapun isim masdarnya As-sukhriyah dan As-sikhriyah (huruf sin didhamahkan atau dikasrah). Sukhriyah bisa juga terjadi dengan meniru perkataan atau perbuatan atau dengan menggunakan isyarat atau menertawakan perkataan orang yang diolokkan apabila ia keliru perkataannya terhadap perbuatannya atau rupanya yang buruk.6

م والق

Telah umum diartikan orang-orang lelaki, bukan perempuan. Menurut M. Quraish Shihab seperti dikutip Abuddin Nata,” kata kaum berasal dari kata qama, yaqumu, qiyam, yang berarti berdiri atau bangkit. Kata qaum agaknya dipergunakan untuk menunjukkan sekumpulan manusia yang bangkit untuk berperang membela sesuatu”.7

تلمزوا وال

Janganlah kamu mencela dirimu sendiri. Jangan sebagian kamu mencela sebagai yang lain dengan perkataan atau isyarat tangan, mata atau semisalnya. Karena orang mukmin adalah seperti satu

6 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Semarang:

Toha Putra, 1993), Cet. II, h. 220. 7 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Jakarta: Grafindo Persada, 2002), Cet. I, h.

235.

Page 66: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

29

jiwa. Maka apabila seorang mukmin mencela orang mukmin yang lainnya, maka seolah-olah mencela dirinya sendiri.8

بااللقاب والتنابزوا

Janganlah saling mengejek dan panggil memanggil dengan gelar yang tidak disukai oleh seseorang.9

سم الا

Nama dan Kemasyhuran. Seperti orang mengatakan “namanya terkenal di kalangan orang banyak baik karena kedermawanannya atau kejelekannya.”10

اجتنبوا

Jauhilah oleh kalian,perintah ini mengandung makna bersungguh-sungguh untuk menjauhinya.

ماالث

Dosa. Dosa adalah ungkapan untuk segala pelanggaran terhadap perintah Allah Ta’ala, dengan berbuat jahat atau meninggalkan yang wajib.

تجسسوا

Memata-matai. Yaitu mencari-cari keburukan dan cacat-cacat serta membuka-buka hal yang ditutup oleh orang.11

الغيبة

Menyebut-nyebut seseorang tentang hal-hal yang tidak ia sukai, tidak sepengetahuan dia.

8 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Semarang:

Toha Putra, 1993), Cet. II, h. 220. 9Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Semarang:

Toha Putra, 1993), Cet. II, h. 221.

10 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Semarang: Toha Putra, 1993), Cet. II, h. 221.

11 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abu Bakar, (Semarang: Toha Putra, 1993), Cet. II, h. 226.

Page 67: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

30

انثى و رآ ذ من

Dari seorang laki-laki dan perempuan (Adam dan Hawa)

الشعوب

Suku besar yang bernasab kepada suatu nenek moyang.12

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mau harus berinteraksi dengan

manusia lainnya, dan membutuhkan lingkungan dimana ia berada. Ia

menginginkan adanya lingkungan sosial yang ramah, peduli, santun, saling

menjaga dan menyayangi, bantu membantu, taat pada aturan/tertib, disiplin,

menghargai hak-hak asasi manusia dan sebagainya. Lingkungan yang

demikian itulah yang memungkinkan ia dapat melakukan berbagai

aktivitasnya dengan tenang, tanpa terganggu oleh berbagai hal yang dapat

merugikan dirinya.

Untuk menciptakan masyarakat yang tenang, tertib dan penuh dengan

keharmonisan, al-Qur’an merupakan yang tidak ada keraguan di dalamnya.

Surat al-Hujurat merupakan salah satu surat yang mengatur tentang tata

kehidupan manusia, untuk terciptanya sebuah masyarakat yang makmur.

Salah satu kandungan yang terdapat dalam surat al-Hujurat berisi perintah

untuk melakukan perdamaian (ishlah) setelah terjadinya pertikaian, serta

penjelasan tentang beberapa hal yang menyebabkan terjadinya pertikaian,

sehingga umat Muslim diwajibkan untuk menghindarinya, demi untuk

mencegah timbulnya pertikaian tersebut. Sebab pertikaian bukan merupakan

ajaran Islam, terlebih lagi disebabkan oleh hal yang sederhana, seperti halnya

mengolok-olok. Berikut penulis akan menjelaskan kandungan makna surat al-

Hujurat ayat 11 berdasarkan pendapat para mufassir, adapun uraian tafsir dari

ayat tersebut adalah sebagai berikut :

﴾١١׃٤٩\الحجرات﴿..…

12 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi, … h. 237.

Page 68: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

31

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain.

“Yang dimaksud dengan orang-orang yang beriman adalah mereka

yang membenarkan segala sesuatu yang diperintahkan Allah SWT dan juga

Rasul-Nya”.13 “Kata ( خرسي ) yaskhar/memperolok-olokkan ialah menyebut

kekurangan pihak lain dengan tujuan menertawakan yang bersangkutan, baik

dengan ucapan , perbuatan atau tingkah laku”.14 Contoh mengolok-ngolok

misalnya dengan meniru perkataan atau perbuatan atau dengan menggunakan

isyarat atau menertawakan perkataan orang yang diolokkan apabila ia keliru

perkataannya terhadap perbuatannya atau rupanya yang buruk. Shukriyah

juga berarti menghina dan menganggap rendah orang lain dan hal ini jelas

haram.

“Kata ( قوم ) qaum merupakan (kata) yang menunjukan arti jamak dari

sekumpulan laki-laki, tidak untuk perempuan dan tidak pula untuk anak-

anak”.15 Kata qaum biasa digunakan untuk menunjuk sekelompok manusia.

Bahasa menggunakannya pertama kali untuk kelompok laki-laki saja, karena

ayat di atas menyebut pula secara khusus wanita.

“Islam menginginkan masyarakat unggul berdasarkan petunjuk al-

Qur’an yaitu masyarakat yang memiliki etika yang luhur. Pada masyarakat itu

setiap individu memiliki kehormatan yang tidak boleh disentuh. Ia

merupakan kehormatan kolektif. Mengolok-olok individu manapun berarti

mengolok-olok pribadi umat. Sebab seluruh jamaah itu satu dan

kehormatannya pun satu”.16 Melalui ayat 11 ini, al-Qur’an memberitahukan

etika tersebut melalui panggilan kesayangan “Hai orang-orang yang

beriman.” Dia melarang suatu kaum mengolok-ngolok kaum yang lain.

Yusuf al-Qardawi mengatakan bahwa mengolok-ngolok itu dilarang karena di dalamnya terdapat unsur kesombongan yang tersembunyi, tipu daya, dan penghinaan terhadap orang lain. Juga tidak adanya

13 Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, tt), Jilid XIII, h. 585 14 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2003), Volume XIII, h.

251 15 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi, (Beirut: Dar al-Fikr, tt) h. 132 16 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an…, h. 418

Page 69: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

32

pengetahuan tentang tolak ukur kebaikan disisi Allah. Sesungguhnya ukuran kebaikan disini Allah didasarkan kepada keimanan, keikhlasan dan hubungan baik dengan Allah Ta’ala tidak diukur dengan penampilan, postur tubuh, kedudukan, dan harta.17

Larangan mengolok-ngolok orang lain juga ditegaskan dalam sebuah

hadits yang berbunyi :

لخد يال : "ل اقسلم عنه عن النبى صلى اهللا عليه و رضي اهللا مسعود اهللا بن عن عبد

نوك ين ابح يل ج الرنا : لج رلاقف "رب آنم ةر ذا لقث مهبقلي ف انآ ن مةنجا ل

ضمغ وقح الرط بربكل الماج البحي ليم ج ا هللانا : "ل ؟ قاةنس ح هلعنا ونس حهبوث

18 )رواه التر مذ ي ("ا سالنDari Abdullah Ibn Masud ra., dari Nabi SAW beliau bersabda: “Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya terdapat sebesar biji dzarrah dari sifat sombong.” Seseorang bertanya: Apakah seseorang itu menyenangi apabila pakaian dan sandalnya bagus? Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai sesuatu yang indah. Kesombongan itu ialah mencampakkan kebenaran dan menghinakan manusia (HR. Tirmidzi)

Dengan demikian jelaslah bahwa mengolok-olok itu hukumnya haram

karena bisa memutuskan persaudaraan, menimbulkan perselisihan dan

permusuhan.

﴾١١׃٤٩\الحجرات﴿… ن يكو نوا خيرا منهم أىسع…

…boleh jadi mereka yang diolok-olok (dalam pandangan Allah) itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok…

Barang kali orang yang berambut kusut penuh debu tidak punya apa-apa dan tidak dipedulikan, sekiranya ia bersumpah dengan menyebut nama Allah Ta’ala maka Allah mengolok-olok orang lain yang ia pandang hina karena keadaannya compang-camping, atau karena ia cacat pada tubuhnya atau karena ia tidak lancar berbciara. Karena ia barangkali lebih ikhlas nuraninya dan lebih bersih hatinya dari pada orang yang sifatnya tidak seperti itu. Karena dengan demikian berarti ia menganiaya diri sendiri dengan menghina orang lain yang dihormati oleh Allah Ta’ala.19

17 Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam, Terj.Wahid Ahmadi,dkk,( Solo: Era

Intermedia, 2007), Cet.IV, h. 435. 18 Muhammad Jamil Athtar, Sunan Tirmizi, (Beirut: Darul Fikr, 1994), Juz III, h. 402 19 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi…, h. 222

Page 70: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

33

Orang yang mengolok-olok orang lain berarti ia telah melakukan dua

kesalahan ganda, pertama mengolok-olok itu sendiri dan yang kedua ia

menganggap bahwa dirinya lebih sempurna dari orang lain. Padahal dalam

ayat ini dijelaskan bahwa orang yang diolok-olok itu bisa jadi kedudukannya

lebih mulia dalam pandangan Allah, dibanding yang mengolok-olok.

Hal ini merupakan isyarat bahwa seorang tidak bisa dipastikan berdasarkan pujian maupun celaan orang lain atas rupa, amal, ketaatan atau pelanggaran yang tampak padanya. Karena barang kali seseorang yang memelihara amal-amal lahiriyah, ternyata Allah mengetahui sifat tercela dalam hatinya, yang tidak patut amal-amal tersebut dilakukan, disertai dengan sifat tersebut. Dan barangkali orang yang kita lihat lalai atau melakukan maksiat, ternyata Allah mengetahui sifat terpuji dalam hatinya, sehingga ia mendapat ampunan karenannya.20

﴾١١׃٤٩\الحجرات﴿…ا منهنخير وال نساء من نساء عسى أن يكن…

Dan janganlah kaum wanita mengolok-olok kaum wnaita lainnya, karena barangkali wanita-wanita yang diolok-olokkan itu lebih baik dari wanita yang mengolok-olok (dalam pandangan Allah). Ayat tersebut menyebutkan larangan wanita mengolok-olok orang lain. Padahal, wanita sudah tercakup dalam makna kaum. Wanita memang dapat saja masuk dalam pengertian qaum bila ditinjau dari penggunaan sekian banyak kata yang menunjuk kepada laki-laki misalnya kata al-mu’minun dapat saja didalamnya terdapat kata al-mu’minat/wanita-wanita. Namun ayat di atas mempertegas penyebutan kata ( ءنسا ) nisa /perempuan karena ejekan dan “merumpi” lebih banyak terjadi dikalangan perempuan dibandingkan kalangan laki-laki. “Ini menunjukkan bahwa penghinaan sebagian wanita terhadap sebagian yang lain sudah menjadi bagian moralitas mereka”.21

“Allah menyebutkan kata jamak dalam ayat tersebut, karena kebanyakan

mengolok-olok itu dilakukan ditengah orang banyak, sehingga sekian banyak

orang enak saja mengolok-olokkan, sementara dipihak lain banyak pula yang

sakit hati”.22 Firmannya ‘Asa an yakunna khairan minhunna, boleh jadi mereka

yang diolok-olok itu lebih baik dari mereka yang mengolok-olok, mengisyaratkan

tentang adanya tolok ukur kemuliaan yang menjadi dasar penilaian Allah yang

20 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi..., h. 223. 21 Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam,Terj. Wahid Ahmadi, dkk … h. 436. 22 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi..., h. 222.

Page 71: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

34

boleh jadi berbeda dengan tolok ukur manusia secara umum. Memang banyak

nilai-nilai yang dianggap baik oleh sementara orang terhadap diri mereka atau

orang lain, justeru sangat keliru. Kekeliruan itu mengantar mereka menghina dan

melecehkan pihak lain. Padahal jika mereka menggunakan dasar penilaian yang

ditetapkan Alah, tentulah mereka tidak akan menghina atau mengejek.23 Dalam

sebuah hadits dikatakan bahwa Allah tidak menilai seseorang berdasarkan

penampilan fisik maupun harta yang dimilikinya, akan tetapi Allah melihat

keikhlasan amal yang dilakukannya.

ىنرسا ي م" :القف الجم ر صلى اهللا عليه و سلىبلن لتيكح :تال قةشا ئ عنى عذمر التيور

ا هدي ب تلقا وة أر م اةيف صن ا ا هللالوسا ر يتل فقتقا ل ,"آذاوذا آى لنا والج رتيكح ىنأ

رواه ( هت حزم لرحب الءام بتحز مو لةملكب ت حز مدقل : الق ف,ةريصها قى أننع تاذكه

24 )ىمذترال

At-Tirmidzi meriwayatkan dari Aisyah ia berkata, dihadapan Nabi SAW saya menirukan seorang lelaki. Maka Beliau bersabda, “Saya tidak suka sekiranya aku meniru seorang lelaki padahal aku sendiri begini dan begini,” Aisyah berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya Shafiyah itu seorang wanita. ‘Aisyah memperagakan dengan tangannya sedemikian rupa yang maksudnya bahwa Shafiyah itu wanita yang pendek. Maka Rasul SAW bersabda, “sesungguhnya kamu telah mencampur suatu kata-kata yang sekiranya dicampur dengan air laut, tentu akan bercampur seluruhnya. (HR. Tirmizdi).

﴾١١׃٤٩\الحجرات﴿…والتلمزوا أنفسكم… Dan janganlah mengejek diri kamu sendiri.

“Kata ( زوالم ت ) talmizu terambil dari kata ( اللمز ) al-lamz. Para ulama

berbeda pendapat dalam memakai kata ini. Ibn Asyur misalnya memahaminya

dalam arti, ejekan yang langsung dihadapkan kepada yang yang diejek, baik

dengan isyarat, bibir, tangan atau kata-kata yang dipahami sebagai ejekan atau

23 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, …, h. 252. 24 Shalih bin Abdul Aziz, Jamiut Turmuzdi, (Riyadh: Darussalam, 1999), h. 185

Page 72: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

35

Larangan ini (mencela diri-sendirinya) hampir sama dengan firman-Nya

“Dan janganlah kamu membunuh diri sendiri” maksudnya janganlah satu sama

lain saling membunuh. Sebuah syair mengatakan: janganlah kamu membuka-

buka keburukan orang lain, selagi mereka menutupinya. Maka Allah takkan

membukakan keburukanmu. Sebutlah kebaikan yang ada pada mereka, bila nama

mereka disebut-sebut. Janganlah kamu mencela seorang pun dari mereka dengan

keburukan yang justru ada pada diri kamu sendiri. Dalam sebuah hadits

digambarkan bahwa antara mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan satu

tubuh, sehingga apabila seseorang mencela orang lain berarti ia telah mencela

dirinya sendiri:

: م عليه وسلهللا هللا صلى ا ل رسوالق : لمان بن بشير ر ضى ا هللا عنهما قاعن النع

ى تداعى منه عضوتك اذا شدسجال لمثهم آفا طعت و هم وتوادمهمحار تى فنين مؤملاتر

28 )رواه البخارى ( مىوالح هر با لس الجسدرائسDari Nu’man bin Basyir ra., berkata, Nabi SAW bersabda, kamu akan melihat kaum mukmin adalah kasih sayang dan cinta mencintai, pergaulan mereka bagaikan satu badan, jika satu anggotanya sakit, maka menjalarlah kepada anggota-anggota lain, sehingga badannya terasa panas dan tidak dapat tidur. (HR. Bukhari)

25 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, ….h. 251 26 Yusuf Qardawi, Halal Haram dalam Islam,Terj. Wahid Ahmadi,dkk …., h. 436. 27 Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’anul Adhim, (Beirut: Darul Fikr, 2000), Juz IV, h. 256. 28 Mustafa Dhaib Bigha, Mukhtashar Shahih Bukhari, (Beirut: Yamamah, 1999), h. 665

Page 73: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

36

Ayat di atas dengan tegas melarang melakukan mengejek diri sendiri.

Tetapi maksudnya adalah orang lain. Karena ejekan yang dilakukan oleh

seseorang, maka ejekan tersebut akan kembali kepada pelakunya (yang

mengejek). Bisa juga larangan ini memang ditujukan kepada masing-masing

dalam arti jangan melakukan suatu aktivitas yang mengundang orang lain

menghina dan mengejek Anda, karena jika demikian, Anda bagaikan mengejek

diri sendiri.

﴾١١׃٤٩\الحجرات﴿…بقلالوأبازبناتالو…Dan janganlah kamu panggil-memanggil dengan gelar-gelar buruk

Kata ( تنابز وا ) terampil dari kata ( ا لنبذ ) an-Nabz yakni buruk. At-tanabuz adalah saling memberi gelar buruk. Larangan ini menggunakan bentuk yang mengandung makna timbal balik, berbeda dengan al-lamz pada penggalan sebelumnya. Ini bukan saja at-tanabuz lebih banyak terjadi dari al-lamz, tetapi juga karena gelar buruk biasanya disampaikan secara terang-terangan dengan memanggil yang bersangkutan. Hal ini mengundang siapa yang tersinggung dengan panggilan buruk itu, membalas dengan memanggil yang memanggilnya pula dengan gelar buruk, sehingga terjadi tanabuz.29

Menurut Wahbah Zuhaili memberi panggilan yang buruk ini maksudnya

“memanggil saudaranya yang muslim dengan panggilan wahai orang fasik, orang

munafik. Bisa juga memanggil saudaranya yang sudah masuk Islam dengan

panggilan wahai Yahudi atau Nasrani. Atau memanggil seseorang: wahai anjing,

keledai dan babi”.30 “Tindakan seperti itu jelas dilarang dalam Islam. Karena,

diantara kesantunan seorang mukmin ialah dia tidak menyakiti saudaranya dengan

hal semacam ini. Rasulullah telah mengubah beberapa nama dan panggilan yang

dimiliki orang sejak zaman jahiliyah, karena nama atau panggilan itu

menyinggung dan mencela perasaannya yang lembut dan hatinya yang mulia”.31

Memperkenalkan seseorang dengan sebutan si pemabuk atau pencopet dan lain-

lain, adalah bentuk panggilan yang menyakitkan. Orang yang sudah bertaubat

dengan taubatan nashuha, haruslah dipanggil dengan panggilan yang

menyenangkan baginya dan tidak menyinggung perasaannya.

29 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, …. H. 252 30 Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir…, h. 584 31 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an…, h. 418

Page 74: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

37

Perlu dicatat bahwa apabila orang yang diberi gelar buruk itu tidak keberatan, maka panggilan tersebut dapat ditoleransi oleh agama. Mislanya abu Hurairah yang nama aslinya adalah Abdurrahman Ibn Shakhr, atau Abu Turab untuk Sayyidina Ali Ibn Abi Thalib, bahkan al-‘Araj (si pincang) untuk perawi hadits kenamaan Abdurrahman Ibn Hurmuz, dan al-A’masy (si rabun) bagi Sulaiman Ibn Mahran dan lain-lain. Adapun gelar-gelar yang mengandung penghormatan itu tidak dilarang seperti sebutan kepada Abu Bakar dengan as- Shidiq. Kepada Umar dengan al-Faruq, kepada Utsman dengan sebutan Zun Nurain dan kepada Ali Abu Turab serta kepada Khalid bin Walid dengan sebutan Saifullah (pedang Allah).32

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang Muslim tidak boleh

memanggil saudaranya dengan gelar-gelar yang tidak disukai terlebih lagi sampai

menyakitkan perasaannya.

﴾١١׃٤٩\الحجرات﴿…ن الفسو ق بعداال يمس االسمبئ … …seburuk-buruk panggilan ialah kepasikan sesudah iman… Kata ( ا ال سم ) al-ism yang dimaksudkan oleh ayat ini bukan dalam arti nama, tetapi sebutan. Dengan demikian ayat di atas bagaikan menyatakan: “seburuk-buruk sebutan adalah menyebut seseorang dengan sebutan yang mengandung makna kefasikan setelah ia disifati, ada juga yang memahami kata al-ism dalam arti tanda, dan jika demikian ayat ini berarti: “seburuk-buruk tanda pengenal yang disandangkan kepada seseorang setelah ia beriman adalah memperkenalkannya dengan perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Misalnya dengan memperkenalkan seseorang dengan sebutan si pembobol bank atau pencuri dan lain-lain.33

Wahbah Zuhaili dalam tafsir munir mengatakan bahwa yang dimaksud

dengan ( ا لفسوق ) “memberi gelar buruk seperti yang dilakukan oleh orang

jahiliyah setelah masuk Islam. Maksudnya sangat tercela memberikan sebutan

fasik setelah yang bersangkutan beriman dengan sebenarnya”.34 Menurut

pendapat lain yang mengandung makna seburuk-buruk pengenalan/tanda kepada

seseorang yang tidak masuk Islam adalah “menyebutnya dengan sebutan fasiq

atau Yahudi.”35

32 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah …, h. 252 33 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, h. 253 34 Wahbah Zuhaili, Tafsir Munir…, h. 584 35 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi…, h. 133

Page 75: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

38

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa ajaran Islam melarang kepada setiap

umatnya untuk mengungkit kembali kesalahan yang pernah dilakukannya, hal ini

bisa menyebabkan pelakunya tersakiti padahal ia telah bertaubat untuk

meninggalkan perbuatan tercelanya di masa lampau. Bahkan sudah menjadi

kewajiban setiap orang untuk senantiasa mendoakan saudaranya agar ia tetap

berada di jalan yang diridhai Allah SWT, bukan malah memanggilnya dengan

pamggilan yang menyakitkan.

﴾١١׃٤٩\الحجرات﴿ ونملالظ ام هكنلو فابتين لم مو… …dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Siapa saja yang tidak bertaubat bahkan terus menerus mengolok-olok orang lain, mengejek diri kamu sendiri serta memanggil orang lain dengan panggilan yang buruk, “maka mereka itu dicap oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang dhalim yakni mereka yang menimpakan hukum Allah terhadap diri mereka sendiri karena kemaksiatan mereka terhadap-Nya. Dan pasti akan menerima konsekuensinya berupa azab dari Allah pada hari kiamat.36

“Ayat ini mengandung larangan bagi siapa saja yang mengolok-olok orang

lain, mengejek diri sendiri dan memberi gelar yang buruk bahkan menjadikannya

menjadi suatu kebiasaan, dengan memandangnya sebagai orang yang zalim.”37

Padahal kezaliman itu merupakan kata lain dari syirik. Demikianlah ayat di atas

mencanangkan prinsip-prinsip kesantunan diri bagi masyarakat yang unggul dan

mulia tersebut.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ayat 11 surat al-Hujurat ini

mengandung larangan khususnya bagi kaum mukminin dan mukminat :

1. Mengolok-olok orang lain.

2. Mengejek diri kamu sendiri.

3. Memanggil-manggil orang lain dengan gelar-gelar yang buruk.

Berikut rincian ayat 12 surat al-Hujurat, Allah swt berfirman :

36 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maragi…, h. 225 37 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi..., h. 133

Page 76: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

39

﴾١٢׃٤٩\الحجرات﴿…Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan)… “Kata ( بوااجتن ) ijtanibu terambil dari kata (جنب) janb yang berarti samping.

Mengesampingkan sesuatu berarti menjauhkan dari jangkauan tangan. Dari sini

kata tersebut diartikan jauhi. Penambahan huruf (ت) ta’ pada kata tersebut

berfungsi penekanan yang berarti kata ijtanibu berarti bersungguh-sungguhlah.

Upaya sungguh-sungguh untuk menghindari prasangka buruk.”38

Kata آثيرا banyak bukan berarti kebanyakan, sebagaimana dipahami atau diterjemahkan sementara penerjemah. Jika demikian, bisa saja banyak dari dugaan adalah dosa dan banyak pula yang bukan dosa. Yang bukan dosa adalah yang indikatornya demikian jelas, sedang yang dosa adalah dugaan yang tidak memiliki indikator yang cukup dan yang mengantar seseorang melangkah menuju sesuatu yang diharamkan, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan.39

“Yang dimaksud dengan dhann (dugaan) adalah batas pertengahan antara

yakin dan ragu, dhann (dugaan) bisa bersifat kuat (mendekati benar) dan juga

bersifat lemah.”40

Allah SWT melarang melakukan perbuatan buruk yang sifatnya tersembunyi. Dengan cara memerintahkan kepada hamba-Nya untuk menghindari buruk sangka terhadap sesama manusia dan menuduh mereka berkhianat pada apapun yang mereka ucapkan dan yang mereka lakukan. Adapun dugaan yang dilarang dalam ayat ini adalah dugaan buruk yang dialamatkan kepada orang baik, sedangkan dugaan yang ditujukan kepada orang yang berbuat kesalahan/fasik adalah seperti yang nampak dalam kehidupan sehari-harinya. Karena sebagian dari dugaan dan tuduhan tersebut kadang-kadang merupakan dosa semata-mata. Maka hendaklah menghindari kebanyakan dari hal seperti itu.41

38 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, Volume XIII, h. 254 39 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, Volume XIII, h. 254 40 Mahmud Hajazi, Tafsir Wadhih, (Beirut, Dar al-Jil, tt), Jilid III, h. 507 41Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi…., h. 27.

Page 77: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

40

Orang-orang mukmin haruslah menjauhi buruk sangka terhadap orang-

orang yang beriman dan jika mereka mendengar sebuah kalimat yang keluar dari

mulut saudaranya yang mukmin, maka kalimat itu harus diberikan tanggapan yang

baik, ditujukan kepada pengertian yang baik, dan jangan sekali-kali timbul salah

paham, apalagi menyelewengkannya sehingga menimbulkan fitnah dan

prasangka. Pada dasarnya setiap orang bebas dari asas praduga tak bersalah.

Namun demikian praduga buruk itu hanya diharamkan terhadap orang yang

disaksikan sebagai orang yang menutup aibnya, saleh dan terkenal amanatnya.

“Adapun orang yang mempertontonkan diri sebagai orang yang gemar melakukan

dosa, seperti orang yang masuk-masuk ke tempat-tempat pelacuran atau berteman

dengan penyanyi-penyanyi cabul, maka tidaklah diharamkan berburuk sangka

terhadapnya.”42

Wabbah Zuhaili dalam Tafsir Munir mengatakan bahwa dhan (dugaan) itu terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu pertama dhan yang sifatnya wajib/diperintahkan oleh Allah SWT. Misalnya berbaik sangka kepada Allah dan orang-orang mukmin, ketika Allah memberikan suatu musibah, maka seorang hamba harus menyadari bahwa hal tersebut merupakan kasih sayang Allah kepadanya. Karena bisa jadi ujian/musibah tersebut bertujuan untuk mengangkat derajat atau menghapus dosanya. Kedua dhan yang dilarang/haram, misalnya berburuk sangka kepada Allah dan orang shaleh. Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa siapa saja yang berburuk sangka kepada saudaranya berarti orang tersebut telah berburuk sangka kepada Allah SWT. Ketiga dhan yang dianjurkan berbaik sangka kepada saudaranya yang muslim, dan yang berburuk sangka jika memang yang bersangkutan telah nampak berbuat kefasikan. 43 Ada juga dhan yang diperbolehkan misalnya rincian hukum keagamaan.

Pada umumnya atau dengan kata lain banyak dari hukum-hukum tersebut

berdasarkan kepada argumentasi yang interpretasinya bersifat zhanny/dugaan, dan

tentu saja apa yang berdasar kepada dugaan hasilnya pun adalah dugaan.

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa buruk sangka merupakan perbuatan

yang akan membawa kita krisis, seperti berikut ini :

44)رواه الطبرانى(ألطيرة والحسد وسوء الظن : ثالث ال زمات المتى

42 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 254. 43 Wabah Zuhaili, Tafsir Munir…., h. 578. 44 Abbas Ahmad Shiqr dan Ahmad Abdul Jawad, Jamiul Ahadits.., Juz.IV, h. 157

Page 78: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

41

Tiga macam membawa krisis bagi umatku; memandang kesialan, dengki dan buruk sangka. (HR. at-Thabrani) Dugaan demikian berburuk sangka tidak akan memberikan manfaat

sedikitpun, oleh karena itu seorang Muslim harus berusaha menghindari sifat

buruk sangka tersebut. Dalam sebuah hadits dikisahkan seorang laki-laki bertanya,

“Amalan apakah yang dapat menghilangkan dari buruk sangka ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila kamu mendengki maka mohon ampunlah

kepada Allah, dan apabila kamu berburuk sangka maka janganlah memeriksa

benar tidaknya, dan apabila kamu menduga maka laksanakan saja rencanamu.”

﴾١٢׃٤٩\الحجرات﴿ ن إثمإن بعض الظ … … …sesungguhnya prasangka (buruk) itu adalah dosa…

Ayat ini merupakan alasan dilarangnya berburuk sangka, karena perbuatan

tersebut termasuk dosa. Adapun contoh dugaan yang termasuk dosa adalah

menuduh wanita mukminah melakukan perbuatan keji, padahal dalam

kesehariannya nampak sifat yang terpuji. Oleh karena itu, seorang Muslim

hendaknya tidak mudah berburuk sangka, dan biasakanlah dengan berpositif

thinking (husnudhdhan).

Ayat tersebut menjadi dasar larangan menduga, yakni dugaan yang tidak

berdasar, adapun apabila ada bukti yang kuat yang mendukung dugaan seseorang

maka hal itu tidak mengapa. “Dugaan buruk dan tidak didukung dengan bukti

kuat, hanya akan menguras energi seseorang, akibatnya pikiran akan habis untuk

menduga sesuatu yang tidak berdasar. Tidak mengherankan apabila hidup tidak

menjadi produktif dan menjadi sia-sia dikarenakan dugaan buruk tersebut.”45

Memang islam tidak melarang adanya bisikan yang hanya terlintas dalam benak

seseorang, aslakan bisikan tadi tidak dilanjutkan dengan dugaan buruk.

﴾١٢׃٤٩\الحجرات﴿…وال تجسسوا……dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain...

Dalam ayat ini Allah SWT melarang dari memata-matai terhadap orang lain. Yakni upaya mencari tahu dengan cara tersembunyi yang disebut tajassus.

45 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 255.

Page 79: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

42

dari sini mata-mata dinamai ,( جس ) tajassasu terambil dari kata ( تجسسوا ) ,jasus. Imam Al-ghazali memahami larangan ini dalam arti ( جاسوس )jangan tidak membiarkan orang berada dalam kerahasiaannya. Yakni setiap orang berhak menyembunyikan apa yang enggan diketahui orang lain. Dengan demikian jangan berusaha menyingkap apa yang dirahasiakannya itu. Mencari-cari kesalahan orang lain biasanya lahir dari dugaan negatif terhadapnya, karena itu ia disebutkan setelah larangan menduga. 46 Allah melarang hamba-Nya mengikuti dugaan (buruk) dan janganlah

seseorang bersungguh-sungguh untuk mendapatkan keyakinan tentang aib

(kekurangan) manusia.

Tajassus merupakan kelanjutan dari menduga, oleh karenanya ia dilarang.

Tajassus dapat memutuskan tali persaudaraan. Sama halnya seperti menduga,

tajassus demikian ada yang dilarang ada pula yang dibenarkan. Ini dapat

dibenarkan dalam konteks pemeliharaan negara atau untuk menarik mudharat

yang sifatnya umum. Adapun tajassus untuk mencari rahasia orang lain, ia lebih

dilarang. Siapa saja yang menutup aib orang lain, maka ia bagaikan

menghidupkan seorang anak yang dikubur hidup-hidup. Dalam kesempatan yang

lain tajassus merupakan kegiatan mengiringi dugaan dan terhadap pula sebagai

kegiatan awal untuk menyingkap aurat dan mengetahui keburukan seseorang. Al-

Qur’an memberantas praktik yang hina ini dari segi akhlak guna membersihkan

kalbu dan kecenderungan buruk itu, yang hendak mengungkap aib dan keburukan

tersebut.

Sedangkan tahassus adalah mencari berita tentang orang lain dan apabila hal

tersebut diketahui oleh yang bersangkutan maka ia tidak senang. Tahassus

biasanya digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang berarti baik sekaligus juga

yang jelek. Seperti firman Allah SWT ketika menceritakan tentang Ya’qub as

yaitu, “Hai anak-anakku, pergilah kamu maka carilah berita tentang Yusuf dan

saudaranya”.

Tidak adanya kepercayaan kepada orang lain, akan mendorong seseorang

untuk melakukan tindakan batin berupa prasangka buruk dan mendorong

melakukan tindakan lahir berupa tajassus ‘memata-matai,’ “Islam membangun

46 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 255.

Page 80: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

43

masyarakatnya atas dasar kesucian lahir dan batin sekaligus. Oleh karena

itu,larangan tajassus ini dibarengkan dengan su’suzhzhan. Dan, sering terjadi

bahwa su’uzhzhan menyebabkan tajassus.”47

﴾١٢׃٤٩\الحجرات﴿…واليغتب بعضكم بعضا……dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian orang lain…

“Kata ( يغتب ) yaghtab terambil dari kata ( غيبة) ghibah yang berasal dari

kata ( غيب ) ghaib.”48 Menurut ijma ulama ghibah adalah termasuk dosa besar

(kabair) dan haram hukumnya, tidak ada pengecualian mengenai perbuatan ini.

Menurut al-Hasan ghibah itu ada tiga macam yang semuanya tercantum dalam

kitab Allah SWT, yaitu ghibah, al-ihkfu dan al-buhtan. Ghibah maksudnya ialah

berkata-kata mengenai saudaramu tentang sesuatu yang ada pada dia. Al-Ikhfu

adalah berkata-kata mengenai saudaramu tentang apa-apa yang sampai kepadamu

mengenai dia, adapun al-buhtan, kamu berkata-kata mengenai saudaramu yang

tidak terdapat pada dirinya.

Ayat ini menjadi isyarat wajibnya menjaga kehormatan orang mukmin

ketika yang bersangkutan tidak ada dihadapannya, dengan tidak melakukan

ghibah. Dan telah ditafsirkan pula pengertian ghibah oleh Rasululah SAW,

sebagaimana yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud,

bahwa Abu Hurairah ra berkata,

اتدرون : عن أبى هريرة رضي اهللا عنه أن رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قال

ا يكره قيل أفرأيت في أخي ما ذآرك أخاك بم: قال. اهللا ورسوله أعلم: مالغيبة؟ قالوا

رواه (ته وان لم يكن فيه ما تقول فقد بهته اغتبل فقد تقوأن آان فيه ما : ل؟ قالاقو

49)الترمذيAbu Hurairah r.a berkata, Rasulullah bersabda, “Tahukah kamu apakah ghibah itu?” Jawab sahabat, “Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui. Nabi bersabda, “Kamu menceritakan perihal saudaramu yang tidak

47 Yusuf Qardawi, Halal Haram Dalam Islam….., h. 390. 48 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 256. 49 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh : Darus Salam, 1998), Cet. I, h. 1132.

Page 81: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

44

disukainya.” Ditanyakan lagi, “Bagaimana jika keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku katakan?” Jawab Nabi,”Bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan apa yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terhadap apa yang kami katakan, maka kamu telah berbohong. (HR Turmudzi)

Sesungguhnya ghibah adalah sebuah keinginan untuk menghancurkan orang lain, menodai harga dirinya, kemuliannya, dan kehormatannya, ketika mereka sedang tidak ada dihadapannya. Ini menunjukkan kelicikan dan kepengecutan, karena ghibah sama dengan menusuk dari belakang. Ghibah merupakan salah satu bentuk perampasan, ghibah merupakan tindakan melawan orang yang tidak berdaya, ghibah merupakan tindakan penghancuran. Karena dengan melakukan ghibah, sedikit sekali lidah seseorang selamat dari mencela dan melukai hati orang lain. 50

Abu Dawud meriwayatkan dengan sanadnya dari Anas bin Malik bahwa

Rasulullah SAW bersabda,”Tatkala dimikrajkan, aku melihat suatu kaum yang

berkuku tembaga. Mereka mencakari wajah dan dadanya. Aku bertanya, ‘Jibril,

siapakah mereka itu?’ Jibril menjawab, mereka adalah orang yang suka makan

daging manusia dan menodai kehormatannya.” 51Orang yang menggunjing berarti

ia telah menodai kehormatan orang lain.

﴾١٢׃٤٩\الحجرات﴿ … أتحب أحدآم أن يأآل لحم أخيه ميتا……apakah seorang dari kalian suka memakan daging saudaranya setelah ia meninggal dunia... Orang yang berghibah berarti ia telah merobek-robek kehormatan saudaranya,

sehingga diumpamakan seperti memakan bangkai daging saudaranya. “Namun

perlu dipahami bahwa ghibah yang dilarang adalah terhadap orang mukmin,

bukan orang kafir. Hal ini dapat dilihat dari redaksi yang digunakannya seperti

memakan bangkai saudara (akhi). Sedangkan orang kafir bukan saudara (orang

mukmin), oleh karena itu ghibah terhadap orang kafir dibolehkan.”52 Dari ayat di

atas dapat dipahami bahwa ghibah merupakan perbuatan yang tercela yang harus

50 Yusuf Qardawi, Halal Haram Dalam….., h. 394. 51 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an…., Jilid X, h. 421. 52 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrur Razi….., h. 134.

Page 82: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

45

dihindari oleh setiap umat muslim khususnya. Dalam sebuah hadits dikatakan

bahwa ghibah itu haram hukumnya bahkan lebih keras daripada zina.

Ajaran Islam menegaskan bahwa seorang hamba harus menjauhi perbuatan tercela ini. Adapun yang menyebabkan seseorang melakukan ghibah adalah :

1. Hendak mencairkan amarah. Misalnya disebabkan karena ada seseorang yang membuatnya marah, maka untuk mencairkan amarah orang tersebut menggunjingnya.

2. Menyesuaikan diri dengan teman-teman, menjaga keharmonisan dan karena hendak membantu mereka.

3. Ingin mengangkat diri sendiri dengan cara menjelek-jelekkan orang lain. Misalnya si fulan orangnya bodoh, pengetahuannya rendah, sedangkan saya tidak seperti itu.

4. Untuk canda dan lelucon. Dia menyebutkan kekurangan seseorang dengan maksud untuk membuat orang disekitarnya tertawa. Bahkan tidak sedikit orang yang mencari penghidupannya dengan cara ini.53

﴾١٢׃٤٩\الحجرات﴿ …فكرهتموه…

…maka kamu telah jijik kepadanya… Maka kamu telah jijik kepadanya merupakan kata kerja masa lampau untuk menunjukkan bahwa perasaan jijik itu adalah sesuatu yang pasti dirasakan oleh setiap orang. Redaksi yang digunakan ayat di atas mengandung sekian banyak penekanan pertama pada gaya pertanyaan yang dinamai istifham taqriri yakni yang bukan tujuan meminta informasi, tetapi mengundang yang ditanya membenarkan. Kedua, ayat ini menjadikan apa yang pada hakikatnya sangat tidak disenangi, dilukiskan sebagai disenangi. Ketiga, ayat ini mempertanyakan kesenangan itu langsung kepada setiap orang, yakni dengan menegaskan “sukakah salah seorang diantara kamu.” Keempat, daging yang dimakan bukan sekedar daging manusia tetapi daging saudara sendiri. Kelima, pada ayat ini adalah bahwa saudara itu dalam keadaan mati yakni tidak dapat membela diri.54

Sebagai akhlak tercela, ghibah haruslah diobati. Adapun cara mengobati

penyakit ghibah ialah dengan menyadarkan orang yang menggibah bahwa

perbuatan itu memancing kemurkaan Allah, kebaikan-kebaikannya akan

berpindah kepada orang yang dighibah, dan jika tidak mempunyai kebaikan, maka

keburukan orang yang dighibah akan dipindahkan kepada dirinya. Siapapun yang

menyadari hal ini, tentu lidahnya tidak akan berani melakukan ghibah. Jika

53 Ahmad bin Qudamah, Minhajul Qasidin, terj. Kathur Suhardi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1997), Cet. I, h. 215.

54 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., volume XIII, h. 257.

Page 83: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

46

terlintas untuk mengghibah, maka hendaklah dia intropeksi diri dengan melihat

aib diri sendiri lalu berusaha untuk memperbaikinya. Orang yang melakukan

ghibah semestinya dia merasa malu sementara dirinya masih banyak memiliki

kekurangan di sana sini.

﴾١٢׃٤٩\الحجرات﴿ … اهللاوأتقوا……dan bertakwalah kepada Allah…

“Maka janganlah kamu suka menggunjing, dan bertakwalah kamu kepada

Allah tentang apa yang Dia perintahkan dan Dia larang terhadapmu. Waspadalah

dan takutlah kamu kepada Allah.”55

﴾١٢׃٤٩\الحجرات﴿ إن اهللا تواب رحيم……sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyanyang. Kata ( التواب ) at-Tawwab seringkali diartikan penerima taubat. Tetapi makna ini belum mencerminkan secara penuh kandungan kata at-Tawwab, walaupun tidak dapat menilainya keliru. Imam Ghazali mengartikan at-Tawwab sebagai Dia (Allah) yang kembali berkali-kali menuju cara yang memudahkan taubat untuk hamba-hambaNya. Dengan jalan menampakkan tanda-tanda kebesaranNya. Menggiring kepada mereka peringatan-peringatan-Nya, serta mengingatkan ancaman-ancaman-Nya. Sehingga bila mereka telah sadar akan akibat dari dosa-dosa dan merasa takut dari ancaman-ancaman-Nya, mereka kembali (bertaubat) dan Allah pun kembali kepada mereka dengan anugerah pengabulan.56

Terkait dengan masalah ghibah/menggunjing, jumhur ulama berpendapat,

seseorang yang menggunjing saudaranya wajib bertaubat kepada Allah dengan

cara berhenti dari perbuatan tersebut, serta bercita-cita untuk tidak mengulanginya

lagi. Apakah diisyaratkan bagi orang yang menggunjing meminta maaf kepada

yang digunjingnya? Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat, menurut sebagian

pendapat wajib bagi orang yang menggunjing meminta kehalalan (maaf) dari

orang yang digunjingnya tadi, sedangkan menurut sebagian ulama yang lain tidak

diisyaratkan untuk kehalalan kepada orang yang digunjingnya, karena hal ini bisa

menyakitkan perasaan orang tersebut. “Bila demikian halnya, maka cara yang

mesti ditempuh adalah memberikan sanjungan kepada orang yang telah

55 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi…., h. 232. 56 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 259.

Page 84: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

47

digunjingnya itu di tempat dimana ia telah menggunjing orang tersebut. Dan agar

dia menghindari gunjingan orang lain terhadap orang itu sesuai dengan

kemampuannya. Umpatan dibayar dengan pujian.”57 Sesungguhnya Allah Maha

Penyayang kepada siapa saja yang benar-benar kembali kepada-Nya, yakni

melaksanakan taubatan nasuha, dan inilah taubat yang sebenarnya.

Dengan demikian ayat 12 di atas mengandung kesimpulan bahwa:

1. Allah SWT melarang orang-orang yang beriman berburuk sangka,

mencari-cari kesalahan orang lain, dan bergunjing.

2. Allah SWT memberi perumpamaan, orang-orang yang suka bergunjing itu

seperti orang yang memakan daging saudaranya yang sudah mati.

3. Allah SWT memerintahkan supaya tetap bertakwa karena Dia adalah

Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Dalam ayat 13 surat al-Hujurat Allah SWT berfirman:

﴾١٣׃٤٩\الحجرات﴿… خلقنكم من ذآر وأنثىنايأيها الناس إHai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari Adam

dan Hawa…

Hai manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari Adam dan

Hawa “Maka kenapa kamu saling mengolok-olok sesama kamu, sebagian kamu

mengejek sebagian yang lain, padahal kalian bersudara dalam nasib dan sangat

mengherankan bila saling mencela sesama saudaramu atau saling mengejek atau

panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.”58 “Karena semua manusia

berasal dari ayah dan ibu yang sama yaitu Adam dan Hawa. Berdasarkan ayat ini

maka dapat dikatakan bahwa kedudukan setiap manusia adalah sama. Oleh karena

itu, maka tidak ada tempat untuk saling membanggakan dan menyombongkan

diri.”59

Dengan demikian ayat ini menjelaskan larangan mengolok-olok, mencela

diri sendiri, memanggil dengan gelar yang buruk, suudhdhan, tajassus, dan

57 Muhammad Nasab Rifa’I, Kemudahan dari Allah…., h. 436. 58 Ahmad Mustafa Al Maraghi, Tafsir al-Maraghi…., h. 236. 59 Muhammad bin Ali As Syaukani, Fathul Qadir. (Beirut: Darul Ma’rifah,tt), h. 83.

Page 85: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

48

﴾١٣׃٤٩\الحجرات﴿…وجعلنكم شعوبا وقبائل…Dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku.

Kata ( شعوب ) syu’ub adalah bentuk jamak dari kata ( شعب ). Kata ini digunakan untuk menunjuk kumpulan dari sekian kabilah yang biasa diterjemahkan suku yang biasa merujuk kepada satu kakek. Qabilah pun terdiri dari sekian banyak kelompok keluarga yang dinamai ‘imarah, dan yang ini terdiri dari sekian banyak kelompok yang dinamai bathn. Di bawah bath ada sekian ifakhd hingga akhirnya sampai pada himpunan keluarga yang terkecil.60

Supaya kamu saling mengenal. “Kata ta’arafu terambil dari kata ‘arafa

yang berarti mengenal, kata yang digunakan dalam ayat ini mengandung makna

timbal balik, dengan demikian berarti saling mengenal.”61 Upaya saling mengenal

ini dapat dilakukan dengan cara kembali kepada kabilahnya masing-masing dan

saling menolong di antara sesama kerabat. Dengan demikian, dengan ayat ini

menjadi alasan bahwa diciptakannya manusia adalah untuk saling mengenal dan

tolong menolong, bukan untuk saling membanggakan dan menyombongkan diri.

Upaya saling mengenal dapat dilakukan dengan proses bersilahturahmi.

Akan tetapi warna kulit, ras, bahasa, negara dan lainnya yang seringkali membuat

orang enggan berinteraksi dengan yang lainnya disebabkan karena perbedaan

tersebut. Padahal perbedaan-perbedaan tersebut merupakan suatu Sunnatullah dan

tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak saling mengenal.

﴾١٣׃٤٩\الحجرات﴿…كمأن أآرمكم عند اهللا أتق……sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang

paling bertakwa…

“Kata ( اآرمكم ) akramakum terambil dari kata ( آرم ) karuma yang pada

dasarnya berarti yang baik dan istimewa sesuai obyeknya. Manusia yang baik

adalah manusia yang baik terhadap Allah, dan terhadap sesama makhluk.”62

60 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 261. 61 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 261. 62 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 262.

Page 86: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

49

Firman inna akramakum inda Allah atqaakum mengandung dua makna. Yang pertama seseorang yang paling bertakwa maka kedudukannya akan mulia di hadapan Allah SWT dengan kata lain ketakwaan akan membuat kedudukan seeorang menjadi mulia. Yang kedua, seseorang yang mulia di hadapan Allah SWT akan membuat orang menjadi takwa, artinya kemuliaan akan membuat seseorang menjadi takwa. Akan tetapi pendapat pertama adalah lebih terkenal dibanding yang kedua.63 Ketakwaan merupakan sumber segala keutamaan, dengan demikian dapat

dikatakan takwa adalah manifestasi dari ‘amal’ sedangkan ilmu adalah kemuliaan.

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa seseorang yang ‘alim adalah lebih dibenci

syaithan dibanding seribu abid yang rajin beribadah tapi tidak memiliki ilmu.

Ketakwaan merupakan buah dari pada ilmu, Allah SWT berfirman

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah adalah orang yang alim”

maka tidaklah dikatakan takwa kecuali bagi orang yang berilmu. Dengan

demikian ilmu dan ketakwaan merupakan dua hal yang saling menyatu, dan tidak

bisa dipisahkan. Orang ‘alim tetapi tidak bertakwa adalah seperti pohon yang

tidak berbuah, oleh karena itu pohon yang berbuah adalah lebih utama dibanding

yang tidak berbuah, pohon yang tidak berbuah tidak memiliki banyak manfaat

kecuali hanya sebatas untuk kayu bakar. Begitu pula orang ‘alim yang tidak

bertakwa hanya akan menjadi bahan bakar neraka.

Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari bahkan bersaing dan

berlomba menjadi yang terbaik. Banyak sekali manusia yang menduga bahwa

kepemilikan materi, kecantikan serta kedudukan sosial karena kekuasaan atau

garis keturunan, merupakan kemuliaan yang harus dimiliki, karena itu banyak

yang berusaha memilikinya. Tetapi bila diamati apa yang dianggap keistimewaan

dan sumber kemuliaan itu, sifatnya sangat sementara. Bahkan tidak jarang

mengantar pemiliknya pada kebinasaan. Jika demikian hal-hal tersebut bukanlah

sumber kemuliaan. Kemuliaan adalah sesuatu yang langgeng sekaligus

membahagiaan secara terus menerus. “Kemuliaan abadi dan langgeng iu ada di

sisi Allah SWT dan untuk mencapainya adalah dengan mendekatkan diri kepada-

Nya, menjauhi larangan-Nya, melaksanakan perintah-Nya serta meneladani sifat-

63 Fakhrur Razi, Tafsir Fakhrul Razi….., h. 139.

Page 87: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

50

sifat-Nya sesuai kemampuan manusia. Itulah takwa dan dengan demikian yang

paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa.”64

Di sisi Allah hanya ada satu pertimbangan untuk menguji seluruh nilai dan mengetahui keutamaan manusia. Yaitu, “sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. “Orang yang paling mulia yang hakiki ialah yang paling mulia menurut pandangan Allah. “Dengan demikian, berguguranlah segala perbedaan, gugurlah segala nilai. Lalu dinaikkanlah satu timbangan dengan satu penilaian. Timbangan inilah yang digunakan manusia untuk menetapkan hukum. Nilai inilah yang harus dirujuk oleh manusia dalam menimbang. Adapun nilai/panji yang diperebutkan semua orang agar dapat bernaung di bawahnya yaitu panji ketakwaan di bawah naungan Allah SWT. Inilah panji yang dikerok Islam untuk menyelamatkan umat manusia dari fanatisme ras, fanatisme daerah, fanatisme kabilah, dan fanatisme rumah.65 Semua ini merupakan kejahiliahan uang kemudian dikemas dalam berbagai

model dan dinamai dengan berbagai istilah. Semua merupakan kejahiliahan yang

tidak berkaitan dengan Islam.

Islam memerangi fanatisme jahiliah ini serta segala sosok dan bentuknya

agar sistem Islam yang manusiawi dan mengglobal ini tegak di bawah satu panji

yaitu panji Allah. Bukan panji negara, bukan panji nasionalisme, bukan panji

keluarga, dan bukan panji ras. Semua itu merupakan panji palsu yang tidak

dikenal Islam.

Dalam konteks ini, sewaktu haji wada (perpisahan), Nabi SAW berpesan antara lain: “ Wahai seluruh manusia, sesungguhnya Tuhan kamu Esa, ayah kamu satu, tiada kelebihan orang arab atas non arab, tidak juga non arab atas orang arab atau orang (berkulit) hitam atas yang (berkulit) merah, (yakni putih) tidak juga sebaliknya kecuali dengan takwa, sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.66

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Durra

binti Abu Lahab r.a berkata, seorang laki-laki beranjak menemui Nabi yang

sedang berada di atas mimbar. Orang itu berkata, Ya Rasulullah, manusia

manakah yang paling baik? Rasulullah menjawab, Manusia yang paling baik

adalah yang paling rajin membaca Al-Qur’an, yang paling bertakwa kepada Allah,

64M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 263 65Sayyid Qutb, Fi Zhilalil Qur’an…., Jilid X, h. 422. 66 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…., h. 261.

Page 88: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

51

yang paling sering memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari

perbuatan mungkar, dan yang paling sering menyambungkan tali silahturahmi.

Dengan demikian sebagian ulama berpendapat kafaah di dalam pernikahan

tidaklah disyaratkan kecuali agamanya, karena kedudukan semua orang adalah

sama, hanya ketakwaan yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya.

Bahkan pada hari kiamat nanti seseorang tidak akan ditanya tentang nasab

maupun kedudukan mereka, karena yang paling mulia adalah yang paling

bertakwa kepada Allah SWT.

﴾١٣׃٤٩\الحجرات﴿إن اهللا عليم خبير……sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Maksudnya Maha mengetahui apa yang dikerjakan dan Maha

Mengenal/teliti terhadap semua urusan manusia. Allah memberi petunjuk kepada

yang dikehendaki dan menyesatkan kepada yang dikehendaki, mengasihi dan

menyiksa kepada yang dikehendaki, memuliakan kepada yang dikehendaki dan

merendahkan kepada yang dikehendaki pula. Allah SWT Maha Bijaksana, Maha

Mengetahui, dan Maha Teliti dalam semua urusan tersebut.

Sifat ‘Alim dan Khabir keduanya mengandung makna kemahatahuan Allah SWT. Sementara ulama membedakan keduanya dengan menyatakan bahwa ‘Alim menggambarkan pengetahuan-Nya menyangkut segala sesuatu yang dikenal itu. Penekanannya pada Dzat Allah yang bersifat Maha Mengetahui bukan pada sesuatu yang diketahui itu. Sedang Khabir menggambarkan pengetahuan-Nya yang menjangkau sesuatu. Di sini, sisi penekanannya bukan pada dzat-Nya Yang Maha Mengetahui tetapi pada sesuatu yang diketahui itu.67

Dengan demikian, ayat 13 surat al-Hujurat ini mengandung kesimpulan

bahwa:

1. Allah SWT menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan

seorang perempuan (Hawa) dan menjadikan manusia berbangsa-bangsa

dan bersuku-suku supaya mereka saling mengenal dan tolong menolong.

2. Kemuliaan manusia tidak diukur dengan keturunannya, melainkan diukur

dengan ketakwaannya kepada Allah SWT.

67 M Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah…, h. 263.

Page 89: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

52

Page 90: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

BAB IV

ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN ISLAM DALAM

SURAT AL-HUJURAT AYAT 11-13 DAN APLIKASINYA

A. Aspek Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 11-13

Secara fungsional Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia. Yakni sebagai penjelas dan pembeda antara yang hak dan bathil, petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.

Dan petunjuk-petunjuk Al-Qur’an tersebut, menurut Mahmud Syaltut sebagaimana dikutip Hery Noer Ali, dapat dikelompokkan menjadi tiga pokok, yaitu:

1. Petunjuk tentang akidah atau kepercayaan yang harus dianut oleh manusia (dalam bentuk) yang tersimpul dalam keimanan akan keesaan Tuhan serta kepercayaan akan adanya hari pembalasan.

2. Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupan baik individual maupun kolektif.

3. Petunjuk mengenai syari’at dan hukum yang menjelaskan dasar-dasar hukum yang harus dipatuhi oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya.1

Penulis mengelompokkan aspek-aspek pendidikan Islam yang terkandung dalam QS al-Hujurat: 11-13 menjadi tiga bagian, yaitu aspek pendidikan akhlak, meliputi larangan merendahkan orang lain, larangan

1 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos, 1999), Cet. I, h. 33.

52

Page 91: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

53

suudhdhan, larangan menggunjing, aspek pendidikan taubat, dan aspek pendidikan takwa.

1. Aspek Pendidikan Akhlak

Kata akhlak dalam bentuk tunggalnya (khuluk), secara bahasa oleh Jamil Shaliba dalam kutipan Prof. Dr. H. M. Ardani diartikan dengan “perangai, tabi’at, watak, dasar kebiasaan, sopan dan santun agama”.2 Dan secara istilah, Al-Ghazali mendefinsikan dengan “ibarat (sifat atau keadaan) dari perilaku yang kinstan (tetap) dan meresap dalam jiwa, daripadanya tumbuh perbuatan-perbuatan dengan wajar dan mudah tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan”.3

Berdasarkan pengertian di atas, maka hakikat akhlak Al-Ghazali harus mencakup dua syarat, yaitu bersifat konstan artinya dilakukan berulangkali, (continue) dalam bentuk yang sama, sehingga dapat menjadi kebiasaan atau habit forming dan yang kedua bersifat reflektif dari jiwa tanpa pertimbangan dan pemikiran. Artinya perbuatan itu tumbuh bukan atas dasar tekanan-tekanan atau pengaruh orang lain.

Pendidikan akhlak adalah salah satu bagian dari pengajaran agama, yang membicarakan nilai suatu perbuatan menurut ajaran agama dan berbagai hal yang langsung mngikuti pembentukan sifat-sifat itu pada diri seseorang secara umum.

Adapun aspek-aspek pendidikan Islam yang meliputi pendidikan akhlak pada QS Al-Hujurat: 11-13 adalah sebagai berikut:

a. Larangan Menghina Orang Lain

Larangan menghina orang lain terdapat dalam firman-Nya :

2 Moh. Ardani, Nilai-nilai Akhlak/Budi Pekerti Dalam Ibadah, Jakarta: CV. Karya Mulia,

2001, cet. Ke-1, h. 25. 3 Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, ct. ke-

1, h. 102.

Page 92: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

54

﴾١١׃ ٤٩\الحجرات﴿..…Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman….(Al-Hujurat: 11)

“Tidak halal bagi seorang mukmin yang mengenal Allah yang meyakini kampung akhirat, merendahkan seseorang atau menjadikannya objek tertawaan, hinaan, makian, dan celaan. Perbuatan ini mengandung kesombongan yang tersembunyi, meremehkan orang lain, dan kebodohan terhadap neraca kebaikan di sisi Allah SWT”.4

Masyarakat unggul yang hendak ditegakkan Islam dengan

petunjuk al-Quran ialah masyarakat yang memiliki etika yang luhur.

Pada masyarakat itu setiap individu memiliki kehormatan yang tidak

boleh disentuh. Ia merupakan kehormatan kolektif. Mengolok-olok

individu manapun berarti mengolok-olok pribadi umat. Sebab, seluruh

jamaah itu satu dan kehormatannya pun satu.

Melalui ayat ini, Al-Qur’an memberitahukan etika tersebut melalui panggilan kesayangan, “Hai orang-orang yang beriman”. Dia melarang suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, sebab boleh jadi laki-laki yang diolok-olok itu lebih baik dalam pandangan Allah dari pada yang mengolok-olok. Mungkin juga wanita yang diolok-olok itu lebih baik dalam pertimbangan Allah dari pada yang mengolok-olok. 5

Ungkapan ayat mengisyaratkan secara halus bahwa nilai-nilai

lahiriyah yang dilihat laki-laki dan wanita pada dirinya bukanlah nilai

4 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, terj.(Solo : Era Intermedia, 2000),

Cet. I, h. 444. 5 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil-Qur’an, (Jakarta : Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 327.

Page 93: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

55

hakiki yang dijadikan pertimbangan oleh manusia. Di sana ada

sejumlah nilai lain yang tidak mereka ketahui dan hanya diketahui

Allah serta dijadikan pertimbangan oleh sebagian hamba. Karena itu,

kadang-kadang orang kaya menghina orang miskin, orang kuat

menghina orang lemah, dan orang yang sempurna menghina orang

yang cacat. Kadang-kadang orang pandai yang professional menghina

orang lugu yang hanya jadi pelayan. Hal-hal di atas dan perkara

lainnya merupakan nilai duniawi yang tidak dapat dijadikan ukuran.

Timbangan Allah dapat naik dan turun bukan oleh timbangan duniawi

itu.

Termasuk mengolok-olok dan cela-mencela ialah memanggil dengan panggilan yang tidak disuka pemiliknya serta dia merasa terhina dan ternoda dengan panggilan itu. Diantara seorang mukmin yang wajib diberikan mukmin lain ialah dia tidak memanggilnya dengan sebutan yang tidak disukainya. Diantara kesantunan seorang mukmin ialah tidak menyakiti sudaranya dengan hal semacam ini. Rasulullah telah mengubah beberapa nama dan panggilan yang dimiliki orang sejak jahiliah, karena nama atau penggilan itu menyinggung dan mencela perasaannya yang lembut dan hatinya yang mulia.6

b. Larangan Su’udhdhan (Berburuk Sangka)

Larangan berburuk sangka terdapat dalam firman-Nya yang berbunyi:

٤٩\الحجرات﴿ …

﴾١٢׃

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa…(QS.Al-Hujurat: 12)

6 Sayyid Quthb, Fi Zhilalil-Qur’an,… (Jakarta : Gema Insani, 2001), Cet. I, h. 328

Page 94: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

56

Berburuk sangka merupakan akhlak tercela dan pelakunya akan

mendapat dosa, oleh karena harus ditinggalkan. Islam mengajarkan

kepada umatnya untuk berpikir positif khususnya bagi orang yang

berkepribadian mulia. Dengan demikian husnudhdhan (berbaik

sangka) haruslah dibiasakan agar kita menjadi pribadi yang unggul.

Rasulullah SAW dalam sebuah sabdanya menegaskan bahwa umat

Muslim harus menjauhi sifat buruk sangka yang tidak memiliki dasar

yang bisa dipertanggungjawabkan.

سلم و عليه الله صلى الله رسول ان عنه الله رضي هريرة أبي حديث

ولا تجسسوا ولا حسسوات ولا الحديث اآذب الظن فان والظن اياآم : يقول

اخوانا الله عباد وآونوا تدابروا ولا تباغضوا ولا سدوا تحا الو جشوا تنا

7 )االدب آتاب في البخاري اخرجه(Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda, berhati-hati kalian dari berburuk sangka sebab buruk sangka itu sedusta-dusta cerita (berita); janganlah menyelidiki; jangan memata-matai (mengamati) hal orang lain, jangan hasut menghasut; jangan benci membenci, dan saling membelakang. Jadilah kalian ini sebagai hamba Allah yang bersaudara. (HR. Bukhari)

Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek adanya sebab-sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya. Buruk sangka seperti yang dinyatakan dalam hadits di atas sebagai sedusta-dustanya perkataan. Orang yang telah berburuk sangka terhadap orang lain berarti telah menganggap jelek kepadanya padahal ia tidak memiliki dasar sama sekali. Buruk sangka akan mengganggu hubungannya dengan orang yang dituduh jelek, padahal orang tersebut belum tentu sejelek persangkaannya.

Buruk sangka dalam masalah akidah adalah haram hukumnya. Oleh karena itu, tidak benar jika keimanan kepada Allah SWT hanya berdasarkan dugaan semata. Bila dicermati salah satu penyebab orang-

7 Musthafa Dhaib Bigha, Mukhtashar Shahih Bukhari, (Beirut: Yamamah, 1999), h. 668.

Page 95: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

57

orang terdahulu tersesat adalah karena mereka tidak yakin dengan keimanan kepada Allah SWT.

c. Larangan Ghibah (Menggunjing)

Larangan ghibah ini terdapat dalam firman-Nya:

﴾١٢׃ ٤٩\الحجرات﴿ .…

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Hujurat: 12)

Rasulullah SAW memberikan definisi tentang ghibah kepada

para sahabatnya dengan metode tanya jawab, seraya bertanya kepada

mereka,

أتدرون :سلم و عليه الله صلى الله رسول قال :قال عنه الله رضي هريرة أبي حديث

آان إن أفرأيت : قيل يكره بما أخاك آركذ : قال. علمأ ورسوله هللاا : قالوا ؟ الغيبة ما

فقد تقول ما فيه يكن لم وإن إغتبته فقد ماتقول فيه آان إن : قال ؟ ماأقول أخي في

8 ).مسلم رواه ( بهته

“Tahukah kalian apa ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul- Nya yang lebih tahu.” “Engkau membicarakan saudaramu dengan sesuatu yang mereka tidak sukai,” Jelas Rasul SAW. Dikatakan kepada beliau, “Bagaimana jika yang saya katakan benar adanya?”. Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan benar, engkau menggunjingnya, sedangkan jika yang engkau katakan tidak benar, engkau berbohong kepadanya.”(HR.Muslim)

8 Imam Muslim, Shahih Muslim, (Riyadh : Darus Salam, 1998), Cet. I, h. 1132

Page 96: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

58

Pembicaraan negatif yang tidak disenangi orang lain biasanya menyangkut tabi’at, fisik, dan keturunan dan apa-apa yang khas padanya. Sesungguhnya, ghibah adalah ambisi menghancurkan orang lain. Ia juga berambisi untuk menodai harga diri, kemuliaan, dan kehormatan seseorang, disaat orang yang dituju tidak ada. Ia juga menunjukkan sifat pengecut perilakunya, karena ghibah sama dengan menikam dari belakang. Ia juga merupakan perilaku negatif, memukul orang yang tidak berdaya. Ia karenanya adalah penghancur dan sangat sedikit orang yang selamat dari lisan penggunjing, tanpa tertusuk dan terluka.9

Adapun batas-batas dispensasi dalam membolehkan ghibah, antara lain:

a. Meminta fatwa, yakni seorang yang bertanya tentang hukum dengan menyebut kasus tertentu dengan memberi contoh.

b. Menyebut keburukan seseorang yang memang tidak segan menampakkan keburukannya di depan umum. Seperti menyebutkan si A pemabuk, karena memang ia sering minum dihadapan umum dan mabuk.

c. Menyampaikan keburukan seseorang kepada yang berwenang dengan tujuan mencegah terjadinya kemungkaran.

d. Menyampaikan keburukan seseorang kepada siapa yang sangat membutuhkan informasi tentang yang bersangkutan, misalnya dalam konteks menerima lamarannya.

e. Memperkenalkan seseorang yang tidak dapat dikenal kecuali dengan menyebutkan aib atau kekurangannya.10

Salah satu yang ditetapkan Islam adalah bahwa orang yang mendengarkan gunjingan hukumnya sama dengan orang yang menggunjing. Karenanya, ia harus menolong saudaranya dari gunjingan dengan menolak gunjingan itu, karena sabda Nabi SAW:

عن رد من "سلم و عليه الله صلى النبي عن عنه الله رضي الدرداء أبي عن

9 Yusuf Qardhawi, Al-Halal wa al- Haram fi al- Islam terj. Wahid Ahmadi, (Solo: Era

Intermedia, 2000), Cet. I, h. 453. 10 M. Quraisy Shihab, Tafsir al-Misbah…,h 256.

Page 97: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

59

“Siapa membela harga diri saudaranya dari gunjingan, maka Allah akan menghalangi muka orang tersebut dari api neraka di hari kiamat nanti” (HR. Turmudzi dan ia meng”hasankannya”)

2. Pendidikan Taubat

Pendidikan taubat ini terdapat dalam firman-Nya yang berbunyi :

﴾١١׃ ٤٩\الحجرات﴿.…

….dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim…(QS.Al-Hujurat: 11)

Taubat artinya penyesalan atau menyesal karena melakukan suatu kesalahan dengan jalan berjanji sepenuh hati tidak akan lagi melakukan dosa atau kesalahan yang sama dan kembali kepada Allah Azza wa Jalla. “Taubat adalah awal atau permulaan di dalam hidup seseorang yang telah memantapkan diri untuk berjalan di jalan Allah (suluk). Taubat merupakan akar, modal atau pokok pangkal bagi orang-orang yang berhasil meraih kemenangan.”12

Allah swt berfirman :

11 Shalih bin Abdul Azis, Jamiut Tirmidzi,…..,h.450. 12 Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, Terj. Purwanto, (Bandung ; Marja,2006), Cet. VI, h. 9.

Page 98: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

60

... .﴾٨׃ ٦٦\التحريم﴿

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,… (Q.S. At-Tahrim : 8)

Taubat nashuhah adalah taubat yang bersih dari segala dosa,

kekurangan dan kerusakan.

Taubat nashuhah itu meliputi tiga unsur; Pertama, ia mencakup

seluruh dosa, sehingga tidak ada satu dosa pun yang tertinggal. Kedua,

kebulatan tekad untuk itu, sehingga tidak tersisa lagi keragu-raguan dan

kebimbangan. Ketiga, memurnikannya dari berbagai hal yang bisa

merusak keikhlasan taubat itu. Juga agar tetap terjaga rasa takut kepada

Allah dan pengharapan terhadap balasan yang Dia sediakan.

Taubat yang sempurna harus memenuhi lima dimensi : a. Menyadari kesalahan. Karena seseorang tidak mungkin bertaubat

kalau dia tidak menyadari kesalahannya atau tidak merasa bersalah. b. Menyesali kesalahan. Sekalipun seseorang tahu bahwa dia bersalah

tetapi dia tidak menyesal telah melakukannya maka belumlah dikatakan bertaubat.

c. Memohon ampun kepada allah SWT (istighfar), dengan keyakinan atau husn azh-zhan bahwa Allah SWT akan mengampuninya. Semakin banyak dan sering seseorang mengucapkan istighfar kepada Allah SWT semakin baik.

d. Berjanji tidak akan mengulanginya. Janji itu harus keluar dari hati nuraninya dengan sejujurnya, tidak hanya dimulut, sementara di dalam hari masih tersimpan niat untuk kembali mengerjakan dosa itu sewaktu-waktu.

e. Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal saleh, untuk membuktikan bahwa di benar-benar telah bertaubat.13 Taubat yang memenuhi syarat pasti akan diterima oleh Allah.

Sesungguhnya cahaya kebaikan itu akan menghapuskan kegelapan

13 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengamalan

Islam, 1999), Cet. 1, h. 61.

Page 99: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

61

keburukan dari permukaan hati, sebagaimana kegelapan malam tidak

berdaya menahan terangnya cahaya siang.

Setiap hati yang suci dan bersih pasti akan diterima, sebagaimana

pakaian yang bersih pasti akan digemari oleh siapa saja. Maka supaya

taubat dapat diterima, hati harus disucikan dan dibersihkan terlebih dahulu.

Orang-orang yang melakukan taubat dengan sungguh-sungguh, kemudian

Allah SWT menerima taubatnya maka orang tersebut diibaratkan seperti

orang yang tidak berdosa.

3. Pendidikan Takwa

Pendidikan takwa terdapat dalam firman-Nya:

﴾ ١٣׃ ٤٩\الحجرات﴿

…sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS.Al-Hujurat: 13)

Takwa adalah sensitifitas di dalam hati, kehalusan dalam perasaan,

rasa khawatir yang terus menerus, dan selalu berhati-hati terhadap duri-

duri yang ada di jalan kehidupan.

M.Rusli Amin mengutip perkataan Prof. DR. Hamka bahwa takwa itu jangan selalu diartikan takut, seperti yang diartikan orang-orang dahulu, sebab takut hanyalah sebagian kecil dari arti takwa. Seungguhnya, di dalam takwa terkandung cinta, kasih, harap, cemas, tawakkal, ridha, sabar dan sebagainya. Memang, kadang-kadang takwa juga diartikan takut. Hal ini terjadi karena susunan ayat yang cenderung pada arti yang terbatas itu saja. Padahal takwa mengumpulkan banyak arti, termasuk juga berani. Dengan demikian, pada pokoknya takwa itu berarti: pelaksanaan iman dan amal saleh, memelihara hubungan dengan Tuhan, bukan saja karena takut, tetapi lebih dari itu, karena kesadaran diri sebagai hamba Allah.14

14 M.Rusli Amin,Pencerahan Spiritual,(Jakarta:Al-Mawardi Prima,2002) Cet.I, h.171.

Page 100: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

62

Adapun beberapa keuntungan orang yang bertakwa, antara lain:

a. Orang yang bertakwa akan mendapatkan rahmat dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman sebagai berikut:

٠٠٠

﴾ ١٠׃ ٤٩\الحجرات﴿

…dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. (Q.S. Al-Hujurat : 10)

Demikianlah janji Allah kepada oang yang bertakwa, bahwa

kepadanya Allah akan menganugerahi rahmat, padahal

sesungguhnya telah berlimpah-limpah rahmat Allah dicurahkan

kepada manusia. Kita dapat menjalani hidup dengan rahmat Allah

yang bertebaran di sekitar kita. Allah menciptakan matahari, yang

tanpa itu tidak akan berlangsung kehidupan manusia di bumi, sebab

kebutuhan manusia terhadap matahari merupakan sesuatu yang

sangat vital, sesuatu yang prinsipil. Diturunkannya hujan dari langit

yang dengan itu tumbuhlah berbagai macam tumbuh-tumbuhan di

bumi, dan itu juga untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Angin yang bertiup, udara, ikan-ikan di laut. Dipeliharanya setiap

benih yang ditanam oleh petani baik di sawah yang luas, maupun

dikebun-kebun, sehingga tumbuhlah berbagai macam tanaman

yang bermanfaat. Semua itu diberikan secara cuma-cuma kepada

manusia, karena rahmat-Nya sangat luas, karena Allah Maha

Pengasih terhadap makhluk-makhluk-Nya.

b. Orang Yang Bertakwa Akan Mendapatkan Kecintaan Allah.

Allah berfirman :

﴾٤׃ ٩\التوبة﴿ ☺

Page 101: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

63

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa” . (Q.S. At-Taubah : 4)

Ketika mendapatkan kecintaan dari seseorang atau dari

manusia saja kita telah merasakan kebahagiaan, dan kita merasa

lebih bahagia dan beruntung lagi bila yang menyukai dan mencintai

kita itu adalah seorang yang istimewa, apakah suami, istri, ana-

anak, seorang yang kaya raya, penguasa, padahal cinta manusia itu

relatif. Cinta manusia itu bersumber dari hatinya, sedangkan sifat

hati itu adalah bolak balik atau tidak tetap, sehingga yang terjadi

pada manusia adalah hari ini cinta, besok telah berubah menjadi

benci, hari ini suka besok bisa berubah menjadi tidak suka, hari ini

teman besok bisa berubah menjadi musuh.

c. Orang Yang Bertakwa Akan Diberikan Jalan Keluar Dari Kesulitan

Allah SWT berfirman sebagai berikut :

٠٠٠

☯ ⌧ ﴾٢׃ ٦٥\الطالق﴿

“….barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan

mengadakan baginya jalan keluar”. (QS. At-Talaq : 2)

Adalah sebuah fakta bahwa perjalanan hidup di dunia ini

tidak selamanya mulus sesuai dengan harapan. Banyak kesulitan

yang harus dihadapi. Dari permasalahan-permasalahan yang

muncul di dalam kehidupan seseorang, yang tentunya setiap orang

mempunyai masalah yang relatif berbeda antara seseorang dengan

orang lain, ada yang sanggup di atasi sendiri, ada yang teratasi

Page 102: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

64

dengan bantuan orang lain, adapula yang tidak teratasi sekalipun

berbagai upaya telah ditempuh. Diri sendiri dan juga orang lain

tetap sama sebagai manusia, yang mempunyai kelemahan dan

keterbatasan. Bahkan ketika kita mampu mengatasi suatu masalah,

maka sesungguhnya kemampuan tersebut juga karena pemberian

Allah, karena pada dasarnya tidak ada kemampuan sekecil apapun

yang dimiliki manusia, kecuali dengan pertolongan Allah.

“Di samping merupakan sumber dari segala kekuatan, maka

Allah SWT juga merupakan sumber dari segala kekayaan, Allah

Maha Kaya, dan segala kebutuhan manusia, uang, harta, kesehatan,

dan sebagainya, adalah hal-hal yang terlalu murah bagi Allah untuk

diadakan”.15

B. Aplikasi Aspek Pendidikan Islam dalam Surat al-Hujurat ayat 11-13.

Pada uraian sebelumnya telah dijelaskan bahwa aspek pendidikan yang

terdapat dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 meliputi aspek pendidikan akhlak;

larangan merendahkan orang lain, larangan berburuk sangka, larangan ghibah

(menggunjing), pendidikan taubat, dan pendidikan takwa kepada Allah SWT.

Agar aspek pendidikan tersebut dapat diaplikasikan dengan baik maka

diperlukan sebuah metode. Seorang pendidik harus dapat memilih dan

menggunakan metode secara tepat. Adapun metode, yang dapat digunakan

seperti yang telah dikemukakan meliputi metode keteladanan, metode

pembiasaan, metode membari nasihat, metode motivasi dan intimidasi, dan

metode persuasi.16

15 M.Rusli Amin, Pencerahan Spiritual,(Jakarta:Al-Mawardi Prima,2002) Cet.I, h.217.

16 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 177.

Page 103: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

65

Pada dasarnya, metode pendidikan Islam sangat efektif dalam membina

keprinadian anak didik dan memotivasi mereka sehingga aplikasi metode ini

memungkinkan puluhan ribu kaum Muslimin dapat membuka hati manusia

untuk menerima petunjuk Illahi dan konsep-konsep pendidikan Islam.

Berdasarkan uraian di atas, berikut akan dijelaskan tentang aplikasi

aspek-aspek pendidikan Islam yang terkandung dalam surat al-Hujurat :11-13.

1. Aplikasi Pendidikan Akhlak

Menurut Prof. Dr. H. Zakiah Daradjat, pendidikan akhlak perlu dilakukan dengan cara:

a. Menumbuhkembangkan dorongan dari dalam, yang bersumber pada iman dan takwa. Hal ini bertanda pentingnya pendidikan agama.

b. Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak al-Qur’an lewat ilmu pengetahuan, pengamalan dan latihan, agar dapat membedakan yang baik dan yang buruk.

c. Meningkatkan pendidikan kemauan yang dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan agar dapat menumbuhkan kebebasan pada manusia untuk memilih yang baik dan melaksanakannya.

d. Melatih untuk melakukan yang baik dan mengajak orang lain untuk melakukan perbuatan baik secara bersama-sama tanpa paksaan.

e. Membiasakan dan mengulang melaksanakan yang baik sehingga perbuatan yang baik itu menjadi keharusan moral dan perbuatan akhlak terpuji.17

Untuk lebih jelasnya, penulis rincikan berdasarkan aspek-aspeknya

masing-masing, sebagai berikut:

a. Larangan Menghina Orang Lain

Larangan menghina orang lain adalah bentuk antisipasi dan

kehati-hatian dari terjerumus ke dalam perbuatan sombong. Masalah

ini adalah masalah yang besar dan penting yang memerlukan

perhatian khusus.

17 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV.

Ruhama, 1995), Cet. II, h. 11.

Page 104: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

66

Timbulnya perbuatan menghina orang lain tidak terlepas dari

adanya sifat sombong dalam diri. Artinya selalu merasa lebih tinggi

dan mulia dari orang lain. Salah satu tindakan preventif dari

perbuatan menghina adalah membiasakan hidup tawadhu (tidak

sombong). Proses pendidikan tawadhu pada dasarnya adalah upaya

penanaman nilai kerendahan hati dan untuk menjauhkan diri dari

sifat sombong.

H.M. Saefuddaullah dan Ahmad Basyuni memberikan wasilah-

wasilah sebagai terapi penyembuh sifat sombong (takabur) yaitu:

1. Mengingat akibat-akibat dan bahaya-bahaya sifat sombong.

2. Mengunjungi orang yang sedang dirundung duka, agar dapat menggerakkan hatinya untuk kembali kepada Allah SWT. Seperti menjenguk orang sakit, mengantar jenazah dan ziarah kubur.

3. Berteman dengan orang-orang yang memiliki sikap rendah hati. Seperti menghadiri majlis-majlis ta’lim yang diasuh oleh ulama yang memiliki jiwa tawadu’.

4. Senang duduk-duduk bersama dengan orang-orang lemah fakir miskin.

5. Melakukan intropeksi diri untuk mengetahui penyakit-penyakit hati yang bersemayam di dalam dirinya.

6. Merenungkan alam semesta dan nikmat yang telah diperoleh sejak yang paling kecil hingga yang sebenar-benarnya. Dan riwayat hidup orang-orang takabur, seperti Iblis, fir’aun dan Abu Jahal.18

Terapi penyembuhan diri dari kesombongan tersebut merupakan

upaya untuk menjauhkan diri dari penyakit tersebut dan berupaya

menanamkan sikap kerendahan hati di dalam jiwa.

Dalam upaya menanamkan sifat tawaduk dan mencegah anak

didik dari sifat takabur atau sombong, maka pendidik dapat

18 M. Saefuddaulah dan Ahmad Basyuni, Akhlak, Ijtimaiyah, (Jakarta: PT. Pamator,

1998),Cet. I, H. 131.

Page 105: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

67

menggunakan beberapa metode diantaranya, metode ceramah, metode

kisah, metode ibrah dan muidzah, dan metode teladan.

Metode ceramah dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk

memberitahukan kepada anak didik, tentang akibat-akibat dan

bahaya menghina orang lain (kesombongan), dan manfaat

kerendahan hati. Penggunaan metode ceramah tersebut diyakini

dapat menumbuhkan dan menanamkan apresiasi dari penghayatan

terhadap kedua sikap tersebut.19 Sehingga dengan penghayatan

tersebut anak didik selalu menjadi teringat sifat tersebut, dan

menjadi pendorong untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Larangan Berburuk Sangka

Di balik larangan berburuk sangka terdapat perintah untuk

selalu positif thinking (berprasangka baik). Oleh karena itu, dalam

mengaplikasikan anjuran untuk berbaik sangka, pendidik dapat

menggunakan beberapa metode diantaranya metode keteladanan

yaitu dengan cara memberi contoh apabila ada siswa yang tidak bisa

masuk sekolah, seorang pendidik menganggap bahwa siswa tersebut

sedang ada keperluan dan tidak menganggap bahwa siswa tersebut

malas belajar. Metode keteladanan dapat dijadikan cara yang lebih

efektif dalam menanamkan sikap berprasangka baik kepada orang

lain, terlebih lagi kepada orang baik. Sebab anak didik cenderung

meneladani gurunya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi

dalam segala hal, sebab secara psikologis anak adalah seorang peniru

yang ulung. Selanjutnya pendidik dapat mengaplikasikan aspek

tersebut dengan mengajarkan anak didiknya manfaat berprasangka

baik (metode nasihat) dan menegaskan bahwa berburuk sangka

merupakan perbuatan dosa, serta dapat menguras energy yang luar

19 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet. Ke-3, h. 135

Page 106: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

68

biasa, akibatnya hidup menjadi tidak produktif. Metode pembiasaan

juga dapat digunakan yaitu dengan cara membiasakan agar siswa

selalu berprasangka baik dalam segala hal, kecuali bila ditemukan

bukti kuat yang mendukung dugaan tersebut.

Demikianlah metode keteladanan, metode nasihat dan

pembiasaan yang dapat dilakukan dalam rangka menanamkan agar

anak selalu berpikir positif.

c. Larangan Ghibah (Menggunjing)

Bila kita teliti lebih dalam maka kita akan mendapatkan bahwa

sesungguhnya dibalik larangan menggunjing terdapat perintah untuk

bersikap kasih sayang dan menghormati sesama. Artinya jika

terdapat rasa kasih sayang maka tidak akan terjadi seorang

penghinaan terhadap orang lain.

Oleh karena itu, dalam mengaplikasikan larangan tersebut

pendidik dapat mempergunakan beberapa metode yaitu; metode

keteladanan, metode pembiasaan, metode targhib, tarhib dan metode

kisah.

Proses pendidikan kasih sayang yang diajarkan pada anak didik

bukan hanya merupakan sebuah tindakan preventif dari penghinaan

terhadap orang lain, tetapi lebih besar dari itu. Kasih sayang yang

diberika kepada makhluk yang menjadi sebab turunnya rahmat Allah

SWT dan tentunya kecintaan yang besar dari makhluk tersebut.

Metode keteladanan, yang dapat dijadikan cara yang lebih

efektif oleh pendidik dalam menanamkan sifat kasih sayang tersebut

kepada anak didiknya. Sebab “anak didik cenderung meneladani

gurunya dan menjadikannya sebagai tokoh identifikasi dalam segala

Page 107: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

69

hal, sebab secara psikologis anak adalah seorang peniru yang

ulung”.20

Selanjutnya pendidik dapat mengaplikasikan aspek dengan

mengajarkan kepada anak didiknya manfaat kasih sayang serta

menjelaskan bahwa menyakiti dan menghina saudaranya sesama

muslim adalah dosa besar. Sebagaimana firman Allah SWT yang

berbunyi:

☺ )۵٨׃ ٣٣\باالحذا( ☺

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, Maka Sesungguhnya mereka Telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 58)

Dengan demikian diharapkan anak didik dapat mengambil

pelajaran yang banyak serta dapat menggugah hatinya untuk

menjalankan perintah-Nya. Karena menurut Ibrahim Amini ada dua

tahapan yang harus diterapkan pada diri siswa agar dapat

menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya yaitu dengan

memberikan penjelasan kepada anak didik tentang betapa pentingnya

melaksanakan perintah agama. Misalnya mengajarkan keagungan

Allah SWT, kebesaran Nabi Muhammad SAW dan kasih sayang-

Nya yang begitu besar dengan menyebutkan tentang karunia Allah

SWT yang sangat melimpah, agar kasih sayang Allah SWT selalu

diingat anak didik. Dan yang kedua dengan mengdisiplinkan artinya

melatih anak didik untuk mengaplikasikan nilai kasih sayang

20 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam,…h. 127.

Page 108: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

70

tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik kepada teman

sepermainan atau yang lebih tua darinya.21

Selain itu pendidik juga dapat mendidik mereka dengan

membiasakan untuk berkata yang baik kepada pendidik dan teman-

temannya, membiasakan untuk tidak mengejek-ejek, menghina dan

tidak memanggil sesama temannya dengan panggilan yang buruk

(laqob). Serta apabila ada di antara mereka yang bertengkar maka

damaikanlah keduanya. Hal ini adalah tindakan antisipatif yang perlu

ditanamkan dalam jiwa anak didik di samping penanaman rasa

persaudaraan sesama muslim.

Berdasarkan uraian di atas maka aplikasi yang dapat

dilakukan adalah dengan beberapa metode yaitu; metode

keteladanan, metode nasihat, metode kisah dan metode tarhib.

2. Aplikasi Pendidikan Taubat

Taubat merupakan salah satu cara meraih kehagiaan dunia dan akhirat,

orang yang senantiasa bertaubat maka dirinya akan semakin bersih, suci,

dan diwujudkan taubatnya itu dengan melaksanakan amal-amal shaleh.

Para ulama berkata bahwa bertaubat dari segala dosa hukumnya wajib.

Jika kemaksiatan itu dilakukan seorang hamba kepada Allah SWT yang

tidak ada kaitannya dngan hak manusia, maka taubat itu di dalamnya

mempunyai syarat berikut ini:

a. Berusaha menanggalkan segala dosa, dengan cara menghadirkan niat

dan keinginan kuat untuk tidak mengulanginya lagi perbuatan-

perbuatan dosa pada masa yang akan dating dan menyesali segala

dosa yang terlanjur dilakukan.

21 Ibrahim Amini, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, Terj. Ahmad Subandi dan Salman

Fardhlullah, (Jakarta: al-Huda, 2006), Cet. I, h. 233.

Page 109: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

71

b. Setelah itu diikuti dengan langkah –langkah yang mendukung, yaitu

membebaskan diri dari segala sesuatu ataupun sarana yang dapat

mendorong kepada perbuatan dosa. Misalnya bagi seorang pezina

yang akan berhenti dan kebiasaan keji tersebut, maka pertama kali

yang harus ia lakkan adalah menanamkan keinginan kuat untuk tidak

berzina. Lalu diikuti dengan menghindari berbagai aktivitas yang

dapat menyebabkan dia berzina. Misalnya tidak lagi menonton film

porno dan menjauhkan diri dari orang-orang yang memiliki kebiasaan

berzina. Serta selalu mengisi waktu untuk kegiatan yang bermanfaat.22

c. Berusaha membiasakan diri untuk mengambil air wudhu dan

menyempurkanannya, lalu mengerjakan shalat, seraya memohon

ampun kepada Allah SWT. Rasulullah SAW memberikan tuntunan

yang mulia ini melalui sabdanya:

م يقو ثم فيحسنالطهور ضأ فيتو انبذ بن ذي عبد من ما

له اهللا غفر اال الذنب لك لذا اهللا يستغفر ثم رآعتين فيصلي

﴾رواهالترمذى﴿

Tiada seorang pun yang melakukan suatu dosa, kemudian ia beranjak untuk mensucikan diri, lalu shalat, kemudian memohon ampun kepada Allah SWT, melainkan Allah akan mengampuni dosanya. (HR. Turmudzi).

d. Banyak-banyak melakukan istighfar, zikir kepada Allah SWT, setiap

saat dalam kondisi apa saja, serta berusaha untuk melakukan berbagai

amal baik (amal shaleh). Karena Allah menegaskan bahwa amal

shaleh itu dapat menghapuskan dosa yang telah lalu. Hal itu tertuang

dalam al-Qur’an.

22 Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Riyadhus Shalihin…, h. 61.

Page 110: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

72

)١١٤׃ ١١\دوه(

Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam, sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat. (QS. Hud: 114).

e. Hendaklah orang-orang yang bertaubat senantiasa mempraktikkan

doa-doa taubat tertentu yang diajarkan allah SWT dan diberi kekuatan

untuk senantiasa berada dalam taubat yang sebenar-benarnya. Hal ini

berdasrkan karena “kita perlu meniru kiat-kiat para Nabi, sahabat, dan

kaum salafus shalih dalam doa kepada-Nya. Doa-doa mustajab yang

mereka praktikkan itu sebagiannya dapat kita temukan dalam al-

Qur’an.”23 Diantara doa-doa tersebut adalah:

1. Doa Nabi Adam dan Siti Hawa

)٢٣׃ ٧\فاالعرا( Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami Telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya Pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Al-‘Araaf: 23)

“Doa ini dibaca apabila kita terlanjur telah menganiaya diri

sendiri atau orang lain, seperti menganiaya anak, orang tua,

tetangga atau siapa saja termasuk menganiaya hewan dan

tumbuhan di alam sekitar”.24

2. Doa Nabi Yunus as.

23 Syamsyuddin Noor, Rahasia Doa-doa dalam al-Qur’an, (Jakarta, Pustaka al-Mawardi,

2006), Cet. 1, h. 4. 24 Syamsyudin, Noor, Rahasia Doa-Doa…, h. 91.

Page 111: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

73

☺ )٨٧׃ ٢١\النبياءا(

…”.tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, Sesungguhnya Aku adalah termasuk orang-orang yang zalim."(QS. al-Anbiya: 87).

“Bacalah doa ini ketika anda dalam keadaan sangat sulit atau

membahayakan, juga dalam keadaan bingung dalam menemukan

pemecahan problematika hidup dan masalah lainnya, mudah-

mudahan Allah SWT menyelamatkan Anda. Doa ini mustajab,

yang berasal dari doanya Nabi Yunus as. Ketika ia hampir saja mati

karena ditelan ikan besar di tengah laut”.25

3. Doa Nabi Ibrahim as.

)٤١׃ ١٤\برهيما( Ya Tuhan kami, beri ampunlah Aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)". (QS Ibrahim: 41)

Serangkaian doa Nabi Ibrahm as. yang dapat dibuktikan

keberkahannya, sampai sekarang tanah Mekkah itu aman sebagai

kota suci ibadah dan menjadi kiblat kaum Muslimin. Doa itu adalah

sebagai pelajaran dan amalan bagi setiap umat Islam yang bertakwa

kepada Allah SWT dan senantiasa mengharapkan rahmat dan

ampunannya serta kebaikan bagi dirinya dan anak cucunya.26

4. Doa Nabi Muhammad dan Kaum Mukminin.

25 Syamsyudin, Noor, Rahasia Doa-doa…, h. 159. 26 Syamsyudin, Noor, Rahasia Doa-doa…, h. 128.

Page 112: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

74

… ☺

⌧ ⌦

)٨׃ ٦٦\لتحريما(

"Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah Kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Tahrim: 8)

“Ibnu Abbas dan Imam Mujahid serta para ulama lainnya

mengatakan bahwa doa ini diamalkan oleh kaum Mukminin ketika

Allah SWT memadamkan cahaya orang-orang munafik, yaitu

orang yang kafir yang pura-pura Islam padahal ia musuh Islam”.27

5. Doa Nabi Musa as.

… ☺

)١٦׃ ٢٨\لقصصا(

"Ya Tuhanku, Sesungguhnya Aku Telah menganiaya diriku sendiri Karena itu ampunilah aku". (QS. Al-Qashash: 16)

Doa tersebut dibaca oleh NAbi Musa as. setelah beliau

memukul (karena khilaf) orang yang melawan kepada beliau,

setelah dilerai karena perkelahian. “Musa pun merasa menyesal

sekali dan bingung harus bagaimana, karena ia sebenarnya tidak

memukul terlalu keras dan tidak bermaksud sampai membunuhnya.

Musa kemudian berdoa memohon ampun Allah SWT dan Allah

SWT kemudian mengampuninya”.28

f. “Jika kemaksiatan itu berkaitan dengan hak Adam (manusia) maka

ditambah dengan menunaikan hak saudaranya. Jika hak itu harta dan

berupa sebagainya, maka dia harus mengembalikannya; jika hak itu

27 Syamsyudin, Noor, Rahasia Doa-doa…, h. 224. 28 Syamsyudin, Noor, Rahasia Doa-doa…, h. 189.

Page 113: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

75

berupa tuhan zina dan sebagainya dia harus meminta maaf

kepadanya”.29

Dalam rangka menanamkan bebepara petunjuk di atas, maka seorang

guru atau pendidik harus menggunakan beberapa metode: metode

pembiasaan dan metode ceramah. Metode pembiasaan diajarkan kepada

anak didik untuk selalu memohon ampun kepada Allah SWT apabila anak

tersebut melakukan dosa atau maksiat. Misalnya jika anak tersebut berkata

kasar, maka harus dibiasakan dengan kalimat ampunan yaitu mengucapkan

istighfar sebagai pembiasaan untuk selalu melakukan taubat jika

melakukan dosa atau maksiat.

Dengan terbiasa banyak mengucapkan istighfar, maka akan tertanam

di dalam jiwa anak jika melakukan dosa atau maksiat, harus segera

diiringin dengan memohon ampun kepada Allah SWT, yaitu melakukan

taubatan nashuha. Dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan dosa

atau maksiat yang sudah dilakukannya.

Metode ceramah juga dapat diajarkan guru atau pendidik kepada anak

didik dalam rangka menanamkan taubat dalam jiwa anak. Secara umum

anak didik harus mengetahui bahwa perbuatan dosa dan maksiat harus

selalu diikuti dengan melakukan taubat. Hal ini sesuai dengan hadits

Rasulullah SAW yang berbunyi: “Bertakwalah kepada Allah dimana saja

kamu berada dan ikutilah prbuatan jahatmu itu dengan perbuatan baik, dan

pergauli manusia dengan akhlak yang baik.” Jika tidak, maka dirinya akan

menjadi orang yang durhaka kepada Allah SWT karena banyaknya dosa

atau maksiat yang dikerjakannya dan apabila meninggal belum taubat,

maka balasannya adalah siksa yang sangat pedih karena perbuatan

dosanya.

Maka dari itu guru harus menyampaikan materi yang dapat membuat

anak terpacu untuk bertaubat dengan sebenar-benarnya, jika ia berbuat

29 Muhammad Al-Utsaimin, Syarah Riyadhush Shalihin…, h. 61.

Page 114: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

76

dosa atau maksiat. Misalnya guru menyatakan bahwa manusia itu tidak

pernah luput dari dosa dan maksiat, maka dari itu apabila terlanjur berbuat

dosa dan maksiat maka harus segera diiringi dengan melakukan taubat,

yaitu mohon ampun kepada Allah SWT agar segala dosanya diampuni.

Demikianlah metode ceramah dan pembiasaan yang dapat diterapkan

dalam rangka menanamkan taubat pada peserta didik.

3. Aplikasi Pendidikan Takwa

Terkait dengan upaya menanamkan sikap takwa,maka seorang

pendidik bisa menggunakan metode ceramah dan nasihat.Pendidik

hendaknya memberikan pengertian kepada muridnya bahwa kedudukan

manusia adalah sama,tidak ada perbedaan antara yang kaya dan

miskin,kulit hitam maupun putih,pintar dan bodoh.Karena semua itu

merupakan tolok ukur yang sifatnya sementara.Sedangkan orang yang

paling mulia adalah yang paling takwa kepada Allah SWT. Oleh

karenanya, tidak perlu menyombongkan diri ketika memiliki kelebihan

disbanding yang lain.Bahkan seharusnya orang yang kaya membantu yang

miskin dan pintar membantu yang bodoh.

Metode keteladanan pun bisa digunakan oleh pendidik dalam rangka

menanamkan sikap persamaan derajat (takwa). Misalnya seorang guru

tidak membedakan anak didik berdasarkan status sosialnya. Kedudukan

semua murid adalah sama, artinya ketika melakukan kesalahan maka

siapapun orangnya dengan tidak memandang latar belakang sosialnya ia

harus mendapatkan sanksi yang seimbang atas kesalahan tersebut.

Metode lain yang bisa digunakan pendidik dalam menanamkan bahwa

kedudukan manusia semua manusia adalah sama kecuali takwanya adalah

metode kisah. Seorang pendidik bisa menjelaskan kepada anak didiknya

bahwa Nabi Muhammad SAW tidak pernah membedakan kedudukan

seseorang berdasarkan warna kulit, kedudukan maupun status sosialnya.

Seperti yang diketahui bahwa Bilal adalah seorang sahabat yang berkulit

Page 115: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

77

hitam, namun ia mendapatkan kehormatan untuk mengumandangkan azan.

Padahal pada saat itu masih ada orang lain yang secara fisik lebih baik dari

Bilal, hal ini menandakan bahwa Rasulullah SAW tidak pernah

membedakan seseorang berdasarkan status sosial maupun warna kulitnya.

Rasulullah SAW tidak lantas memandangnya sebagai orang yang rendah

melihat kondisi warna kulit yang dimiliki Bilal r.a seperti itu.30

Dengan demikian metode yang dapat digunakan oleh pendidik dalam

upaya menanamkan sikap takwa (persamaan derajat), adalah metode

ceramah, metode nasihat, metode keteladanan dan metode kisah.

30 Ahmad al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi,terj. (Semarang: Toha Putra, 1993), h. 236.

Page 116: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aspek-aspek

pendidikan Islam yang terkandung dalam surat al-Hujurat ayat 11-13 sebagai

berikut:

1. Larangan merendahkan orang lain karena kemungkinan orang lain

itu lebih baik dan lebih mulia daripada kita. Hal ini menunjukkan

bahwa kita harus selalu bersikap rendah hati dan menjauhi sifat

kesombongan diri karena kerendahan hati sangat tinggi derajatnya di

sisi Allah SWT.

2. Larangan berburuk sangka karena merupakan awal dari kejahatan.

Hal ini menunjukkan bahwa manusia harus selalu berprasangka baik

agar hidup menjadi lebih produktif, sehingga energi tidak terkuras

hanya untuk memikirkan hal-hal yang belum pasti kebenarannya.

3. Larangan menggunjing orang lain karena merupakan usaha untuk

menghancurkan kehormatan dan harga diri seseorang. Mendidik

manusia untuk selalu bersikap kasih sayang antar sesama agar

terwujud rasa persaudaraan dan kasih sayang yang kuat.

4. Pendidikan taubat menunjukkan bahwa sebesar apapun dosa manusia

masih dapat pengampunan dari Allah SWT jika manusia tersebut

melakukan taubat.Mendidik manusia agar senantiasa membersihkan

77

Page 117: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

78

jiwa mereka. Sehingga wujud dari taubat dengan beramal saleh dapat

dilaksanakan dalam kehidupan.

5. Pendidikan takwa yaitu dengan melaksanakan semua perintah-Nya

dan menjauhi segala larangan-Nya, juga mendidik manusia untuk

saling menghormati dan menghargai orang lain dari kelebihan dan

kekurangan, karena tinggi rendahnya derajat seseorang diukur dari

ketakwaannya.

Adapun aplikasi aspek-aspek tersebut dalam pendidikan Islam sebagai

berikut:

1. Larangan menghina dan merendahkan orang lain dapat disampaikan

dengan metode ceramah,kisah,ibrah,mauidzah dan keteladanan.

2. Larangan berburuk sangka dapat disampaikan dengan metode

keteladanan,nasihat dan pembiasaan.

3. Larangan menggunjing dapat dilakukan dengan metode

keteladanan,nasihat,kisah dan tarhib

4. Pendidikan taubat dapat dilakukan dengan pembiasaan dan

pemberian nasihat (ceramah).

5. Pendidikan takwa dapat dilakukan dengan metode ceramah, nasihat,

keteladanan dan metode kisah.

Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan dapat digunakan

metode-metode lain sebagai penerapannya. Karena setiap metode memiliki

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, seorang pendidik

dalam menyampaikan materi kepada peserta didik hendaknya menggunakan

beberapa metode, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan dalam rangka

menambah wawasan penulis dan memberi manfaat bagi pembaca dari

kandungan QS. al-Hujurat ayat 11-13 antara lain:

Page 118: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

79

1. Disadari dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, para pendidik agama

Islam masih lebih banyak berorientasi kepada sisi pengajaran (kognitif)

demi tercapainya dan terselesakannya kurikulum, sedangkan dari segi

afektif dan psikomotorik masih terabaikan. Maka seharusnyalah sebagai

pendidik untuk kembali memperhatikan dan menumbuhkan kembali

landasan paedagogiek dengan tekad, semangat, dan tentunya dengan kerja

keras guna tercapainya ketiga tujuan tersebut.

2. Seorang pendidik, khususnya orang tua sebagai pendidik pertama dalam

keluarga haruslah mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang

dan perhatian, serta menanamkan aspek-aspek agama Islam yang akan

membentengi mereka dari perbuatan-perbuatan tercela dan sangat

dilarang dalam syari’at Islam. Peran orang tua sangat penting sekali dalam

pembentukan akhlak seseorang, karena sebagian besar pendidikan yang

diberikan oleh orang tua di rumah itu jauh lebih banyak ketimbang

pendidikan formal di sekolah yang hanya beberapa jam saja.

Tentunya peranan orang tua sebagai pendidik utama dalam keluarga,

serta pendidik pada umumnya berkewajiban menanamkan nilai-nilai

pendidikan agama yang bersumber pada al-Qur’an dan Sunnah, sebagai

upaya untuk membentuk kepribadian muslim yang baik sesuai dengan yang

diharapkan.

Page 119: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Angket Siswa

Lampiran 2 : Berita Wawancara Pembina Rohis

Page 120: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

80

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal, Beirut: Dar al-Fikr, Jilid.

II, 1991.

Ahmad bin Qudamah, Minhajul Qasidin, terj, Jakarta: Pustaka al- Kautsar, Cet. I,

1997.

Aly, Hery, Noer, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. II,

1999.

Amin, Rusli, M, Pencerahan Spritual, Jakarta: al-Mawardi Prima, Cet. I, 2002.

Amini, Ibrahim, Agar Tidak Salah Mendidik Anak, terj, Jakarta: al-Huda, Cet. I,

2006.

Ardani, Moh, Nilai-Nilai Akhlak/Budi Pekerti dalam Ibadah, Jakarta: Karya

Mulia, Cet. I, 2001.

Aththar, M. Jamil, Sunan Tirmidzi, Bairut: Dar Al-Fikr, Juz. III, 1994.

Bigha, Dhaib, Mustafa, Mukhtashar Shahih Bukhari, Beirut: Yamamah, 1999.

Darajat, Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. III, 1999.

Djuwaeli, Irsyad, Pembaharuan Kembali Pendidikan Islam, Jakarta: Karsa Utama

Mandiri, Cet. I, 1998.

Ghazali, Muhammad, Berdialog dengan al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet. IV,

1999.

Hude, Darwis, dkk, Cakrawala Ilmu dalam al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus,

Cet. Ke-II, 2002.

Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anul Adhim, Beirut: Dar al-Fikri, Juz. IV, 2000.

Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlak, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam, Cet. I, 1999.

Imam Ghazali, Ihya Ulumuddin, terj, Bandung: Marja, Cet. VI, 2006.

Imam Malik, al-Muwaththa, Beirut: Dar al-Fikri, 1994.

Imam Muslim, Shahih Muslim, Riyadh: Darussalam, Cet. I, 1998.

Jalal, Abdul Fatah, Azas-Azas Pendidikan Islam, Bandung: CV. Diponegoro, Cet.

I, 1998.

80

Page 121: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

81

Ma’lauf, Louis, Al-Muhid fi Al-Lughoh wa al-A’lam, Beirut: Dar Al-Masyriq,

Cet. XVI, 1986.

Maraghi, Ahmad, Tafsir Al-Maraghi, terj, Semarang: Toha Putra, 1993

Marimba, Ahmad D, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Al-Ma’arif,

1986.

Muhammad Al-Taumi, Oman, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang,

1979.

Mustofa, Riwayat Turunnya Ayat-Ayat Suci al-Qur’an, Semarang: CV. As-Syifa’,

Cet. I, 1993.

Nahlawi, Abdurrahman, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat,

terj, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. II, 1996.

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. II,

1999.

_____, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Jakarta: Grafindo Persada, Cet. I, 2002.

Noor, Syamsuddin, Rahasia Do’a-do’a dalam al-Qur’an, Jakarta:Pustaka al-

Mawardi, Cet. I, 2006.

Poerdarminta, WJS, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet.

VII, 1984.

Qardawi, Yusuf, Halal Haram dalam Islam, terj, Solo: Intermedia, Cet. IV, 2007.

Qutbh, Sayyid, Tafsir Fi Zilalil Qur’an, terj, Jakarta: Gema Insani Press, Cet. I,

2004.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. I, 1994.

________, Metode Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. III,

2001.

Razi, Fakhrur, Tafsir Fakhrur Razi, Beirut: Dar al-Fikri, Jilid XIV, 1985.

Saefuddaulah, M, dkk, Akhlak Ijtimaiyah, Jakarta: PT: Pamator, Cet. I, 1998.

Shaleh, HQ, dkk, Asbabun Nuzul, Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000.

Shalih bin Abdul Azis, Jamiut Turmudzi, Riyadh: Darussalam, Cet. I, 1999.

Shihab, Quraish, Muhammad, Membumikan al-Qur’an, Bandung: Mizan, Cet.

XIX, 1994.

_____, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, Volume XIII, 2003.

Page 122: ABSTRAK “Nilai-nilai Pendidikan Islam Yang Terkandung ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/646/1/92744-NUR... · TERKANDUNG DALAM IBADAH ZAKAT” disusun oleh Nur

82

Shiqr, Ahmad, Jamiul Ahadits, Beirut: Darul Fikr, Juz. IV, 1994.

Syahidin, Pendidikan Qur’ani Teori dan Aplikasi, Jakarta: CV. Mizaka Galiza,

Cet. I, 1999.

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja

Rosdakarya, Cet. II, 1999.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:

Balai Pustaka, Cet. VII, 1996.

Toumy, Omar, Moh, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, Cet. I,

1979.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, Cet. III,

1999.

Zaini, Syahminan, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Dasar Pendidikan Islam,

Jakarta: Kalam Mulia, Cet. I, 1986.

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara,

Cet. I, 1991.

Zuhaili, Wahbah, Tafsir Munir, Beirut: Dar al-Fikri, Jilid. XIII, 1998.