nilai moral dalam novel orang miskin dilarang sekolah karya wiwid prasetyo dan...

147
NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh: Siti Nurfajriah (109013000007) PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: others

Post on 16-Feb-2020

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

NILAI MORAL DALAM NOVEL

ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH

KARYA WIWID PRASETYO DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA

DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh:

Siti Nurfajriah

(109013000007)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 3: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 4: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 5: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 6: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

ABSTRAK

Siti Nurfajriah, 109013000007, ―Nilai Moral dalam Novel Orang Miskin

Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo dan Implikasinya terhadap Pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah‖. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing: Rosida Erowati, M. Hum.

Nilai pendidikan dalam novel ini difokuskan pada pembahasan nilai moral. Selanjutnya pembentukan nilai moral para tokoh tersebut dikaitkan dengan latar

belakang asal tempat yang terdapat dalam novel. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan struktur yang membangun novel Orang Miskin Dilarang

Sekolah, nilai pendidikan moral para tokoh, dan implikasi pembahasan novel ini

terhadap pembelajaran di sekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah strukturalisme sastra.

Hasil penelitian berupa struktur cerita tersusun secara padu dan logis karena

setiap unsurnya saling berkaitan. Perjuangan tokoh utama dalam membantu

teman-temannya untuk sekolah merupakan tema utama dalam cerita. Penokohan

menurut fungsinya sebagai protagonis dan antagonis semakin memperjelas dan

menghidupkan cerita. Bentuk alur maju dengan menggunakan sekuen dan

hubungan kausalitas dapat mempermudah pembaca dalam memahami alur cerita.

Pendeskripsian latar tempat semakin memperkuat alur dan penokohan.

Pendeskripsian latar waktu menampilkan keadaan sosial pada saat itu.

Penggunaan sudut pandang orang pertama membuat pembaca seolah merasakan

dan terlibat langsung dalam cerita. Gaya bahasa yang digunakan semakin

memperindah jalannya cerita, sehingga lebih menarik perhatian pembaca. Latar

belakang masyarakat Jawa dalam cerita berkaitan dengan nilai moral, di antaranya

nilai moral terhadap diri sendiri, nilai moral terhadap orang lain dan nilai moral

terhadap Tuhan. Nilai moral tersebut tercermin melalui para tokoh sehingga

terlihat bahwa pengarang ingin menunjukkan prinsip Jawa dalam karyanya.

Analisis novel Orang Miskin Dilarang Sekolah dapat memenuhi kompetensi inti

dalam kurikulum. Kegiatan menganalisis struktur novel dapat menambah

pemahaman siswa terhadap cara menganalisis struktur novel serta meningkatkan

keterampilan berbahasa. KataKunci: Nilai pendidikan moral, pendekatan struktural dan pragmatik, novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

i

Page 7: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

ABSTRACT

SitiNurfajriah, 109013000007, "Moral Values in Orang Miskin Dilarang Sekolah

novel by WiwidPrasetyo and its Implications toward Literature Learning at

School". Indonesian Language and Literature Departement, Faculty of Tarbiyah

and Teaching Science, State Islamic of Syarif Hidayatullah Jakarta. Advisor:

Rosida Erowati, M.Hum.

Educational value in this novel focused on the discussion of moral values. The formation of these values in the characters is associated with the social and

cultural setting of the novel, which is Semarang, Central Java. This research aims

to describe the structure of Orang Miskin Dilarang Sekolah novel, moral

education value of the characters, and implication of this discussion for literature

learning at school. The method used is structural and pragmatic approach.

The result of the structure analysis are coherent and logical because every

element are related. Struggle of the main character to help his friends in school is

a major theme in the story. The characterizations according to the function as

protagonist and antagonist were articulated and make the story. Vivid progressive

plot desain by using the sequence and causality relationship make the reader

easier in understanding the storyline. Description of the background further

strengthen the plot and characterization. Description of the social background

display state at the time. The use of first-person perspective makes the reader feel

as if directly involved in the story. Style of language used increasingly beautify

the course of the story, attract more the reader’s attention. Background of

Javanese society in the story related to moral values, which are the moral values to

one self, the moral values to other people, and the moral values to God, reflected

by the charactersso it looks that the author wants to show the principle of Java in

his work. Analysis of Orang Miskin Dilarang Sekolah novel can fulfill the main

competence of curriculum. Structure analysis of the novel can increase student’s knowledge of how to analyze the structure of novel and improve their language

skill. Keywords: Moral education values, pragmatic and structural approach, novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

ii

Page 8: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

KAT`A PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt., yang telah

memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis diberi kemudahan

dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul ―Nilai Moral dalam

Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo dan Implikasinya

terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah‖. Shalawat serta

salam selalu penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dalam proses penulisan skripsi ini tentunya terdapat banyak halangan yang

penulis hadapi. Namun, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat

dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A.,Ph. D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan;

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan kemudahan selama penulisan skripsi ini;

3. Rosida Erowati, M. Hum., dosen pembimbing yang telah membimbing

penulis dengan penuh kesabaran. Ilmu pengetahuan dan wawasan yang

beliau berikan sangat bermanfaat bagi penulis;

4. Dra. Siti Sahara, dosen Penasihat Akademik yang telah memberikan

bimbingan selama perkuliahan;

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberikan ilmu pengetahuan dan wawasannya kepada penulis selama

perkuliahan berlangsung;

6. Orang tua tercinta (Bapak H. Syaiful Azhar dan Ibu Hj. Siti Sumairoh)

yang senantiasa mendoakan serta memberikan motivasi selama penulisan

skripsi ini;

iii

Page 9: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

7. Suami tercinta (Anton Firdaus, S.H) yang senantiasa mendoakan,

memberikan motivasi, serta bantuan waktu dan tenaga dalam proses

penulisan skripsi ini;

8. Sahabat-sahabatku tersayang: Fina Wardatul Ummah, Ria Fidiyanti,

Windy Nurseptiani dan Ila Nurlaila, terima kasih atas doa, motivasi dan

waktu luangnya dalam berbagi suka dan duka;

9. Seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

angkatan 2009, terima kasih atas doa dan dukungannya;

10. Berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

doa dan dukungannya.

Semoga semua bantuan doa, motivasi, serta bimbingan yang telah

diberikan mendapatkan balasan dari Allah Swt. Selain itu, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak agar dapat

membantu meningkatkan mutu pembelajaran dan pengajaran bahasa dan

sastra Indonesia.

Jakarta, Maret 2014

Penulis

iv

Page 10: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT……………………………………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii

DAFTAR ISI............................................................................................................ v

DAFTAR DIAGRAM ............................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah....................................................................... ........ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ ........ 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. ........ 3

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... ........ 3

E. Metodologi Penelitian ................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 10

A. Pengertian Novel ........................................................................................... 10

B. Strukturalisme Sastra dan Pendekatan Pragmatik......................................... 11

C. Hakikat Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra.............................................. 19

D. Hakikat Moral ............................................................................................... 20

1. Pengertian Moral ..................................................................................... 20

2. Wujud Penyampaian Moral ..................................................................... 24

E. Etika Jawa ..................................................................................................... 25

F. Hakikat Pembelajaran Sastra......................................................................... 29

G. Penelitian yang Relevan ................................................................................ 30

v

Page 11: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

BAB III PROFIL PENGARANG DAN HASIL ANALISIS ............................... 34

A. Biografi Wiwid Prasetyo............................................................................... 34

B. Karya-karyaWiwid Prasetyo ......................................................................... 35

C. Sinopsis Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah.......................................... 37

D. Struktur Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah .......................................... 39

1. Tema .................................................................................................. 39

2. Tokoh dan Penokohan ....................................................................... 44

3. Latar ................................................................................................... 75

4. Alur .................................................................................................... 78

5. Sudut Pandang ................................................................................... 85

6. Gaya Bahasa ...................................................................................... 86

E. Analisis Nilai Moral Tokoh dengan Pendekatan Pragmatik ......................... 89

1. Nilai Moral terhadap Diri Sendiri...................................................... 91

2. Nilai Moral terhadap Orang Lain ...................................................... 96

3. Nilai Moral terhadap Tuhan .............................................................. 98

F. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah...102

BAB IV PENUTUP .......................................................................................................... 104

A. Simpulan ....................................................................................................... 104

B. Saran .............................................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 107 LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1 : Sekuen

Lampiran 2 : RPP

Lampiran 3 : Silabus

Lampiran 4 : Bahan Materi Ajar

Lampirab 5 : Cover Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

Lampiran 6 : Wawancara antara Penulis dengan Wiwid Prasetyo

PROFIL PENULIS

vi

Page 12: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

DAFTAR DIAGRAM

DIAGRAM HALAMAN

4.1 Diagram mengenai skema aktan ........................................................................ 44

vii

Page 13: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

4.1 Tabel mengenai hubungan kausalitas alur ........................................................ ..81

viii

Page 14: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Novel sebagai karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi

model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif yang dibangun melalui

unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut

pandang, dan lain-lain yang kesemuanya tentu saja juga bersifat imajinatif.

Jadi, dalam karya sastra khususnya dalam novel, tidak hanya berupa kisah yang

diambil dari kehidupan nyata sehari-hari, melainkan diambil dari imajinasi atau

daya khayal seseorang.

Perkembangan novel di Indonesia berkembang cukup pesat, terbukti

dengan hadirnya berbagai macam novel yang telah diterbitkan, sehingga

bentuk dan isi novel tersebut beragam. Pada dasarnya, novel selalu hadir

sebagai sebuah gambaran atau cerminan kehidupan manusia dalam mengarungi

kehidupannya. Novel juga merupakan gambaran lingkungan masyarakat yang

hidup di suatu masa dan suatu tempat. Tokoh dan peristiwa yang disajikan

dalam novel merupakan pantulan realitas yang ditampilkan oleh pengarang dari

suatu keadaan tertentu.

Sebuah karya satra, termasuk novel biasanya menggambarkan kehidupan

pada saat karya sastra itu ditulis. Karya sastra seperti novel selalu

menghadirkan berbagai macam nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai pendidikan

seperti nilai moral, sosial, budaya, dan religi yang patut untuk diteladani. Oleh

karena itu, novel sebagai karya sastra merupakan salah satu jenis dari bacaan

masyarakat, turut memberikan pengaruh besar terhadap pembentukan pola

pikir masyarakat pembacanya. Novel sebagai salah satu media alternatif bacaan

pun harus mampu memberikan hal-hal positif yang ada di dalamnya. Dengan

begitu, pembaca pun diharapkan mampu mengaplikasikan nilai-nilai yang ada

dalam novel dengan kehidupan sehari-hari.

1

Page 15: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

2

Akan tetapi, jika diamati bagaimana keadaan nyata dunia pendidikan

dewasa ini, tampak adanya gejala-gejala yang menunjukkan rendahnya kualitas

moral seseorang. Hal tersebut dapat dilihat dari moral seorang anak terhadap

orang tua seperti melawan dan menentang mereka, maraknya perilaku seks,

mewabahnya penyalahgunaan obat-obatan terlarang, dan lain sebagainya.

Masalah tersebut tentu memerlukan solusi.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan, bertugas memberikan

pembelajaran moral kepada siswanya. Pembelajaran moral ini dapat dilakukan

dengan memberikan pembinaan dalam pembelajaran karya sastra. Pada

hakikatnya, karya sastra berupa buku-buku yang berisi cerita yang baik turut

memberikan pengaruh dalam pembentukan watak siswa. Maka dari itu, apa

yang tertulis dalam karya sastra khususnya novel, merupakan observasi yang

tajam dari pengarang terhadap realitas yang terjadi disekelilingnya. Membaca

karya sastra memungkinkan seseorang mendapatkan masukan tentang nilai-

nilai kehidupan positif yang patut diteladani, baik terhadap diri sendiri, orang

lain, maupun Tuhan.

Dari pemaparan di atas, diharapkan dengan adanya pembelajaran sastra

di sekolah turut berpengaruh dalam pembentukan watak siswa. Dengan kata

lain, tiap kegiatan menyiratkan upaya pendidikan yang bertujuan membina

watak siswa. Begitu juga dengan pengajaran sastra, diharapkan mampu

menghasilkan manusia-manusia yang berpotensi dan mampu menjadi pribadi

yang baik.

Hal inilah yang membuat penulis ingin menjabarkan nilai-nilai

pendidikan berupa nilai moral yang ada dalam cerita, dan nilai moral tersebut

akan dikaitakan dengan keadaan asli dalam latar cerita, baik yang berkaitan

dengan adat, budaya, dan lain sebagainya. Nilai moral novel Orang Miskin

Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo ini bernafaskan persahabatan dan

pendidikan di Indonesia. Cerita dalam novel ini menegaskan bahwa keadaan

ekonomi bukanlah menjadi hambatan seseorang dalam meraih cita-citanya.

Kemiskinan merupakan penyakit sosial yang berada dalam ruang lingkup

Page 16: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

3

materi. Tokoh-tokoh yang ada dalam cerita selalu menjaga nilai moral dalam

kehidupan.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti

akan mengangkat permasalahan tersebut dalam judul skripsi ―Nilai Moral

dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo dan

Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah‖.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka didapatkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur yang membangun novel Orang Miskin Dilarang

Sekolah Karya Wiwid Prasetyo?

2. Bagaimanakah nilai moral yang tergambar dalam novel Orang Miskin

Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo?

3. Bagaimanakah implikasi pembahasan novel Orang Miskin Dilarang

Sekolah terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan struktur yang membangun novel Orang Miskin Dilarang

Sekolah karya Wiwid Prasetyo.

2. Memaparkan nilai moral yang tergambar dalam novel Orang Miskin

Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo.

3. Mendeskripsikan implikasi pembahasan novel Orang Miskin Dilarang

Sekolah terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khasanah ilmu

pengetahuan terutama di bidang sastra Indonesia, khususnya bagi

pembaca dan pecinta karya sastra.

Page 17: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

4

b. Sebagai acuan bahan dalam pembelajaran khususnya bidang Sastra

Indonesia yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai edukasi

terutama nilai moral yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

tambahan referensi dalam memilih sumber pembelajaran khususnya

dalam bidang sastra.

b. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

masukan dan tambahan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

sastra serta melengkapi sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam

proses kegiatan belajar dan mengajar untuk menghasilkan lulusan

yang berkualitas.

c. Bagi peserta, didik penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dalam mengapresiasi sastra khususnya memahami dan

mengamalkan nilai-nilai edukasi yang terkandung di dalamnya.

d. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan mengenai sastra sehingga dapat berpengaruh pada

perkembangan pemahaman peneliti tentang sastra.

E. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam

hubungannya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara inilah yang

mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab

penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala sosial yang

relevan.

Ratna mengatakan bahwa suatu objek penelitian bukanlah gejala

sosial sebagai bentuk substansif, melainkan makna-makna yang

terkandung di balik tindakan, yang justru mendorong timbulnya gejala

Page 18: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

5

sosial tersebut. Dalam hubungan inilah metode kualitatif dianggap persis

sama dengan metode pemahaman. Ciri-ciri terpenting dari metode

kualitatif, sebagai berikut:1

a. Memberikan perhatian utama pada makna dan pesan, sesuai dengan

hakikat objek, yaitu sebagai studi kultural.

b. Lebih mengutamakan proses dibandingkan dengan hasil penelitian

sehingga makna selalu berubah.

c. Tidak ada jarak antara subjek peneliti dengan objek penelitian, subjek

peneliti sebagai instrumen utama, sehingga terjadi interaksi langsung

di antaranya.

d. Desain dan kerangka penelitian bersifat sementara sebab penelitian

bersifat terbuka.

e. Penelitian bersifat alamiah, terjadi dalam konteks sosial budayanya

masing-masing.

Rancangan penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini

karena data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan

yang diperoleh dari novel. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan

secara sistematis data-data tertulis berupa kata-kata, kalimat, paragraf, atau

wacana yang terdapat pada novel OMDS karya Wiwid Prasetyo agar

diperoleh nilai-nilai edukasi.

Dalam penelitian ini, untuk mengkaji novel OMDS karya Wiwid

Prasetyo, peneliti mulai menganalisis karya sastra itu sendiri. Analisis ini

dilakukan untuk mencari unsur-unsur yang membangun karya sastra itu.

Unsur instrinsik yang dianalisis meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan

sudut pandang dengan mendeskripsikan nilai-nilai moral yang

digambarkan melalui alur cerita dan tokoh-tokoh di dalam novel OMDS

karya Wiwid Prasetyo.

1 Nyoman Kutha Ratna, S.U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), h. 47.

Page 19: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

6

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif kualitatif. Pengkajian jenis ini bertujuan untuk menjelaskan

berbagai informasi kualitatif dengan pendeskripsian yang diteliti dan untuk

menggambarkan secara cermat sifat-sifat suatu hal, keadaan, fenomena,

dan tidak terbatas pada pengumpulan data melainkan meliputi analisis dan

interpretasi data tersebut.

3. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis konten.

Analisis konten yaitu metode penelitian untuk menghasilkan deskripsi

yang objektif dan sistematik mengenai isi.

4. Sumber Data

Sumber data untuk penelitian ini terdapat sumber data primer dan

sumber data sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel OMDS karya

Wiwid Prasetyo yang diterbitkan oleh Diva Press, Cetakan X: Januari

2012, dengan tebal 450 halaman.

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa

buku dan artikel yang terkait dengan teori sastra, nilai pendidikan

moral, dan implikasi dalam pembelajaran sastra.

5. Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh data yang sesuai dengan tema penelitian,

diperlukan suatu teknik atau metode pengumpulan data yang sesuai

dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah teknik pustaka, teknik catat, dan teknik simak.

Pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari data yang bersumber

Page 20: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

7

dari novel OMDS karya Wiwid Prasetyo berupa kata-kata atau verbal data.

Adapun langkah-langkah pengumpulan data sebagai berikut.

a. Teknik Pustaka, peneliti mengumpulkan berbagai pustaka yang

terkait dengan pembahasan dalam penelitian.

b. Teknik Catat (hand writing), yaitu peneliti membaca novel OMDS

karya Wiwid Prasetyo secara keseluruhan untuk mendapatkan

pemahaman tentang analisis melalui dialog dan narasi yang

merupakan wujud reaksi terhadap tokoh-tokoh, lingkungan, serta

terhadap diri sendiri. Kemudian dicatat sesuai dengan data yang

diperukan dalam penelitian.

c. Teknik Simak, yaitu peneliti mengaitkan berbagai data yang

terkumpul untuk diklasifikasi sehingga memudahkan penyajian.

6. Validitas Data

Menurut Moleong, bahwa validitas adalah keabsahan data.

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan

untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif

yang mengatakan tidak ilmiah, keabsahan data juga merupakan unsur yang

tidak dapat terpisahkan dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif. 2

Data yang telah berhasil digali kemudian dikumpulkann dan dicatat

dalam kegiatan penelitian. Oleh karena itu, guna menjamin validasi data

dalam penelitian ini, maka digunakan triangulasi. Triangulasi adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Triangulasi yang digunakan adalah teknik triangulasi teori. Teknik

tersebut dapat dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya

untuk mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada upaya

penemuan penelitian lainnya. 3

2 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2011), h. 320. 3 Ibid, h. 332.

Page 21: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

8

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pembacaan

semiotik yang terdiri atas pembacaan model heuristik dan hermeneutik.

Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur

kebahasaannya yang berfungsi untuk memperjelas arti apabila perlu diberi

sisipan kata atau sinonim kata-katanya diberikan tanda kurung. Begitu juga

struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat baku (berdasarkan tata

bahasa normatif) apabila perlu susunannya dibalik utnuk memperjelas arti,

sedangkan Hermeneutik pembacaan ulang setelah pembacaan heuristik

dengan memberikan tafsiran berdasarkan konvensi sastranya.4

Langkah awal dalam penelitian ini adalah pembacaan heuristik yaitu

peneliti menginterpretasikan teks novel OMDS karya Wiwid Prasetyo

untuk menemukan unsur-unsur instrinsik dan nilai-nilai moral dalam

novel. Unsur-unsur yang dianalisis di dalam novel ini meliputi tema, alur,

latar, penokohan, dan sudut pandang. Langkah kedua, peneliti melakukan

pembacaan hermeneutik yaitu dengan menafsirkan makna peristiwa atau

kejadian yang terdapat dalam teks novel OMDS karya Wiwid Prasetyo,

sehingga dapat menemukan nilai-nilai edukasi yang terdapat dalam novel.

8. Prosedur Penelitian

a. Pembacaan Data

Pembacaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah heuristik

dan hermeuneutik.

b. Reduksi Data

Pada langkah ini data yang sudah diperoleh kemudian dicatat dalam

uraian terperinci. Dari data-data yang sudah dicatat tersebut, kemudian

dilakukan penyederhanaan data. Data-data yang dipilih hanya data

yang berkaitan dengan masalah yang akan dianalisis. Dalam hal ini

berkaitan dengan analisis struktur dan nilai moral dalam novel OMDS

4 Jabrohim, Teori Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 126.

Page 22: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

9

karya Wiwid Prasetyo. Informasi-informasi yang mengacu pada

permasalahan itulah yang menjadi data dalam penelitian ini.

c. Penyajian Hasil Identifikasi dan Klasifikasi Data

Pada langkah ini, data yang sudah ditetapkan kemudian disusun secara

teratur dan terperinci agar mudah dipahami. Data-data tersebut

kemudian dianalisis sehingga diperoleh deskripsi tentang analisis

struktur dan nilai moral dalam novel.

Page 23: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pengertian Novel

Menurut Nurgiyantoro, novel (Inggris: novel) dan cerita pendek (disingkat:

cerpen: Inggris: short story) merupakan dua bentuk karya sastra yang sekaligus

disebut fiksi. Dengan demikian, pengertian fiksi juga berlaku untuk novel,1

sedangkan menurut Wellek dan Warren, novel adalah gambaran dari kehidupan

dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Romansa, yang

ditulis dalam bahasa yang agung dan diperindah, menggambarkan apa yang tidak

pernah terjadidan tidak mungkin terjadi.2

Berdasarkan segi panjangnya cerita, tentulah novel berkisah mengenai

kehidupan manusia dalam skala yang lebih luas, dibandingkan cerpen yang hanya

mengisahkan seseorang yang mengalami satu peristiwa dalam satu waktu tertentu.

Novel dapat dikatakan sebagai kisah sejarah hidup seseorang. Seperti yang

dikatakan oleh Wellek dan Warren bahwa novel dianggap sebagai dokumen atau

berupa kasus sejarah, sebagai pengakuan (karena ditulis sangat meyakinkan),

sebagai sejarah kehidupan seseorang dan zamannya.3

Sebagian besar orang membaca sebuah novel hanya ingin menikmati

cerita yang disajikan oleh pengarang. Pembaca hanya akan mendapatkan

kesan secara umum dan bagian cerita tertentu yang menarik. Membaca

sebuah novel yang terlalu panjang yang dapat diselesaikan setelah berulang kali

membaca dan setiap kali membaca hanya dapat menyelesaikan beberapa episode

akan memaksa pembaca untuk mengingat kembali cerita yang telah dibaca

sebelumnya. Hal ini menyebabkan pemahaman keseluruhan cerita dari episode ke

episode berikutnya akan terputus.

1 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press, 2005), h. 9. 2 Rene Wellek dan Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1993), h. 282. 3Ibid, h. 276

10

Page 24: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

11

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa novel adalah

sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan

kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak hanya

sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh

pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan.

B. Strukturalisme Sastra dan Pendekatan Pragmatik

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

struktural. Menurut Ratna, struktur berasal dari kata structural (bahasa latin) yang

berarti bentuk atau bangunan. Strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur

untuk menganalisis sebuah karya sastra, sehingga harus dipertahankan unsur-

unsur yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Struktur yang membangun

sebuah karya sastra sebagai unsur estetika dalam dunia sastra yaitu tema, alur,

penokohan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat.4

Menurut Nurgiyantoro, sebuah karya sastra, fiksi atau puisi, menurut kaum

strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh

berbagai unsur (pembangun)nya. Di satu pihak, struktur karya sastra dapat

diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian

yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang

indah.5

Analisis struktural karya sastra yang dalam hal ini fiksi, dapat dilakukan

dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan

antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Mula-mula diidentifikasikan dan

dideskripsikan, misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan

penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Setelah coba dijelaskan bagaimana

fungsi masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhannya, dan

bagaimana hubungan antar unsur itu sehingga secara bersama membentuk sebuah

totalitas kemaknaan yang padu. Sedangkan Mahayana mengatakan bahwa

4 Nyoman Kutha Ratna,Teori Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 91—94.

5 Nurgiyantoro, op.cit., h. 36.

Page 25: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

12

pendekatan yang ditawarkan oleh strukturalisme sangat efektif dan praktis karena

peneliti cukup memahami teksnya saja tanpa harus mengaitkan teks dengan segala

konteks yang lain sehingga peneliti dapat memfokuskan pikiran hanya pada teks .6

Pendapat lain dikemukakan oleh Jabrohim bahwa analisis struktural (yang

murni), unsur-unsur pembangun yang disebutkan di atas itulah yang dikaji dan

diteliti. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemahaman dan

pengkajian unsur struktur harus ditopang oleh pengetahuan yang mendalam

tentang pengertian, peran, fungsi, dan segala sesuatunya yang berkaitan dengan

unsur itu. 7

Seperti halnya dalam karya fiksi, kita tidak mungkin dapat ―merebut

makna‖ tokoh dan penokohan tanpa kita mengetahui apa pengertian tokoh,

bentuk-bentuk watak dalam segala situasi, dan sebagainya mengenai tokoh.

Demikian juga mengenai alur, latar, tema, dan yang lainnya. Akan tetapi, penting

juga diperhatikan mengenai makna-makna bagian atau unsur itu dalam

keseluruhan, dan sebaliknya.

Dalam menganalisis novel Orang Miskin Dilarang Sekolah, peneliti

menggunakan pendekatan struktural yang menitikberatkan pada kajian intrinsik

sebuah novel. Menurut Natawidjaja, intrinsik adalah unsur-unsur rohaniah yang

harus diangkat dari isi karya sastra itu mengenai tema dan arti yang tersirat di

dalamnya.8 Berikut adalah penjelasan masing-masing mengenai unsur pembangun

(intrinsik) sebuah karya sastra:

1. Tema

Menurut Siswanto adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan

sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan kaya rekaan yang

diciptakannya. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan

pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya.9 Tema digolongkan menjadi

6 Maman S, Mahayana, Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1007), h. ix.

7 Jabrohim, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widia),h. 58.

8 P. Suparman Natawidjaja, Apresiasi Sastra dan Budaya,(Jakarta: PT Intermasa, 1982), h. 102.

9 Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h.161.

Page 26: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

13

beberapa kategori yang berbeda. Namun, dalam penelitian ini, untuk

pembahasan tema hanya akan menggunakan tema menurut cakupannya.

Berdasarkan cakupannya, tema dibedakan menjadi dua yaitu tema mayor (tema

utama) dan tema minor (tema tambahan). Menurut Nurgiyantoro, tema mayor

adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya

itu, sedangkan tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada bagian-

bagian tertentu cerita, atau dapat didefinisikan sebagai makna bagian atau

makna tambahan.10

2. Latar

Abrams dalam Nurgiyantoro menjelaskan bahwa latar cerita (setting)

disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat,

hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa

yang diceritakan. Nurgiyantoro juga memaparkan bahwa latar memberikan

pijakan cerita secara konkret dan jelas, hal ini penting untuk memberikan kesan

realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah

sungguh-sungguh ada dan terjadi. 11

Dalam karya fiksi, latar dibedakan menjadi dua, yaitu latar tipikal dan latar

netral. Menurut Sayuti, latar netral adalah latar yang hanya latar, tidak

memiliki kaitan yang fungsional dengan elemen fiksi lainnya. Pengarang tidak

memiliki motivasi untuk memilih kualitas tertentu untuk membuat

pelukisannya tentang waktu atau tempat menjadi khas atau tipikal.12 Sedangkan

menurut Nurgiyantoro, latar tipikal memiliki sifat khas latar tertentu, baik yang

menyangkut unsur tempat, waktu, maupun sosial. Hal tersebut dimaksudkan

untuk memberikan kesan kepada pembaca bahwa karya itu bersifat realistis,

terlihat sungguh-sungguh diangkat dari latar faktual.13

10

Nurgiyantoro, op.cit., h. 82—83. 11 Ibid h. 217. 12 Suminto A. Sayuti, Apresiasi Prosa Fiksi, (Jakarta: Depdikbud, 1996), h. 121. 13

Nurgiyantoro, op.cit., h. 220—222.

Page 27: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Nurgiyantoro, op.cit. h. 142—145

14

3. Alur

Alur oleh Stanton dalam buku karya Susanto, dipandang sebagai tulang

punggung sebuah cerita, sebab alur bersifat mampu menjelaskan dirinya sendiri

daripada unsur-unsur yang lain. Alur atau plot menurutnya harus memiliki

bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir. Alur harus mampu memberikan

kejutan kepada pembacanya dengan berbagai ketegangan yang dibangunnya.

Alur merupakan satu mata rangkai sebuah peristiwa yang dihubungkan dengan

sebab dan akibat.14 Alur tidak hanya dimaknai hanya sekedar penyajian

rangkaian peristiwa dalam cerita, tetapi tahapan pertiwa dalam alur memiliki

hubungan sebab akibat, sedangkan pengaluran merupakan kegiatan yang

dilakukan oleh pengarang dalam mengolah peristiwa sehingga membentuk

rangkaian peristiwa yang dapat tersusun dengan baik dan berkaitan satu dengan

yang lain.

Sementara itu, Nurgiyantoro menjelaskan isi dari tahapan-tahapan alur

yaitu tahap awal yaitu tahap pengenalan yang pada umumnya berisi sejumlah

informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan

pada tahap-tahap berikutnya, berupa pengenalan latar atau tokoh. Tahap tengah

cerita yang disebut juga pertikaian, menampilkan pertentangan atau konflik

yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya menjadi semakin

meningkat, semakin menuju klimaks. Tahap akhir cerita atau disebut juga

tahap penyelesaian yang menampilkan peristiwa tertentu sebagai tanda akibat

klimaks, pada tahap ini dijelaskan bagaimana akhir dari sebuah cerita.15

4. Tokoh dan Penokohan

Menurut Siswanto, tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam

cerita rekaan sehingga peristiwa itu menjalin suatu cerita, sedangkan cara

sastrawan menampilkan tokoh disebut penokohan.16Sedangkan menurut

Abrams dalam bukunya “A Glossary Of Literary Terms” mengatakan bahwa

penokohan atau karakter adalah “ The persons, in a dramatic or narrative

14 Dwi Susanto, Pengantar Teori Sastra, (Yogyakarta: CAPS, 2012), h. 131. 15 16Siswanto, op.cit.,h.142.

Page 28: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

15

work, endowed with moral and dispositional qualities that are expressed in

what they say the dialogue and what they do the action”.― Karakter adalah

tokoh yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau dramatis, yang

ditakdirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.17

Pengelompokan tokoh dibedakan menjadi beberapa jenis. Salah satunya

berdasarkan fungsi tokoh yaitu Tokoh protagonis adalah tokoh utama yang

merupakan sentral cerita, keberadaan tokoh tersebut untuk mencapai tujuan

yang diinginkan dan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang muncul ketika

hendak mencapai tujuan.18Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang

menyebabkan munculnya suatu konflik atau dan dapat menimbulkan antipati

pada pembacanya. Penokohan memiliki pengertian lebih luas dari ―tokoh‖

sebab penokohan mencakup bagaimana perwatakan dan bagaimana

penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup

memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.19 Teori yang digunakan

dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dimiliki oleh A.J Greimas

dengan menggunakan teori aktan. Analisis struktur aktan akan lebih

mengeksploitasi eksistensi tokoh dan keterlibatannya dalam berbagai peristiwa,

sehingga lebih terlihat keterlibatan antara masing-masing tokoh. Dalam buku

Ratna yang berjudul Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra, Greimas

mengisahkan hubungan-hubungan yang dapat terjadi antara pelaku (aktan)

dalam sebuah cerita.20 Dengan terlihatnya hubungan-hubungan antara pelaku

atau tokoh, akan lebih memperjelas mengenai fungsi dari masing-masing tokoh

tersebut sehingga memudahkan pembaca dalam memahami cerita.

17M.H Abrams, A Glossary Of Literary Terms, (New York: Cornell University, 1981), h. 69.

18Delfiana Sandi, Tokoh dan Penokohan Teater, artikel ini diunduh pada 10 November 2013, Pukul 19.30, dari http://dsandi-go.blogspot.com/2012/10tokoh-dan-penokohan- teater.html?m=1

19Nurgiyantoro, op.cit., h. 166. 20 Nyoman Kutha Ratna, S.U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), h. 140.

Page 29: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

16

5. Sudut Pandang

Menurut Minderop, pada hakikatnya merupakan strategi, teknik atau siasat

yang sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan ceritanya untuk

menampilkan pandangan hidup dan tafsirannya terhadap kehidupan yang

disalurkan melalui sudut pandang.21 Segala sesuatu yang dikemukakan dalam

karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup dan tafsirannya

terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan

lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita.

Sudut pandang dibedakan menjadi beberapa bagian, namun dalam analisis

ini menggunakan sudut pandang orang pertama ―aku-an‖. Minderope

menjelaskan bahwa pencerita ―aku-an‖ tokoh utama digunakan apabila

pencerita merupakan salah satu tokoh utama dalam ceritera yang dalam

bercerita mengacu kepada dirinya sendiri dengan menggunakan kata ―aku‖.22

Dengan menggunakan sudut pandang tokoh utama ―aku-an‖ maka kita sebagai

pembaca akan lebih mudah memahami isi cerita berdasarkan pandangan si

tokoh utama ―aku-an‖ tersebut yang memiliki peranan penting dalam cerita,

dan tentunya tokoh utama ―aku-an‖ ini mengalami peristiwa dan konflik secara

langsung dalam cerita.

6. Gaya Bahasa

Aminuddin dalam Siswanto mengatakan bahwa gaya bahasa adalah cara

seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan indah dan harmonis

melalui media bahasa serta mampu menyentuh daya intelektual dan emosi

pembaca.23 Menurut Keraf, jenis-jenis gaya bahasa dapat dibedakan sebagai

berikut; (1) berdasarkan bahasa terdiri dari segi non bahasa berupa gaya bahasa

berdasarkan pengarang, masa, medium, subyek, tempat, hadirin, tujuan,

sedangkan jika dari segi bahasa terdiri atas gaya bahasa berdasarkan pilihan

kata dan nada yang terdapat dalam wacana; (2) gaya bahasa berdasarkan

21Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h. 88.

22 Ibid., h. 94. 23Siswanto, op.cit.,h.158.

Page 30: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

17

pilihan kata terdiri atas gaya bahasa resmi, tak resmi, dan percakapan; (3)

berdasarkan nada, yaitu gaya bahasa sederhana, gaya mulia dan bertenaga, dan

gaya menengah; (4) berdasarkan struktur kalimat terdiri dari klimaks,

antiklimaks, paralelisme, antitesis, dan repetisi; (5) gaya bahasa berdasarkan

langsung tidaknya makna terdiri atas gaya bahasa retoris dan gaya bahasa

kiasan.24

Jadi, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan cara pengarang

menggunakan bahasa melalui karya yang dihasilkan. Semakin khas gaya

bahasa yang digunakan pengarang, maka karakter pengarang karya sastra

tersebut pun akan semakin terlihat. Gaya bahasa yang digunakan peneliti

adalah gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yaitu gaya bahasa

kiasan.

Pendekatan selanjutnya yang digunakan penulis adalah pendekatan

pragmatik. Dalam pendekatan pragmatik, peran pembaca sangat diperlukan

karena peran pembaca tersebut dapat menentukan dan menilai layak atau

tidaknya sebuah karya sastra, seperti yang dijelaskan oleh Semi yaitu

pendekatan ini menganut prinsip bahwa sastra yang baik adalah sastra yang

dapat memberi kesenangan dan faedah bagi pembacanya. Dengan demikian,

pendekatan ini menggabungkan antara unsur pelipur lara dan unsur didaktis.25

Ratna mengatakan bahwa pendekatan pragmatik memiliki hubungan

dengan sosiologi atau kemasyarakatan karena pragmatik membicarakan

mengenai masyarakat sebagai pembaca dan terkait tanggapan-tanggapan dari

masyarakat sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan oleh para

penikmatnya.26 Pendapat lain dikemukakan oleh Yudiono bahwa makna yang

terdapat di dalam karya sastra dapat ditentukan oleh pembaca karena karya

sastra sebagai seni dapat dipandang berhasil apabila dapat membuat pembaca

24

Gorys Keraf, Diksi dan Gaya bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Jakarta, 1985), h. 115— 129

25Atar Semi, Kritik Sastra, (Bandung: Angkasa Bandung, 1984), h. 44. 26 Ratna, op.cit., h. 71—72.

Page 31: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

18

merasa senang dan terhibur serta dapat memberikan pembelajaran atau nilai

pendidikan yang dapat diterapkan si pembaca. 27

Menurut Pradotokusumo, pendekatan pragmatik menitikberatkan

kajiannya terhadap pembaca, pembaca yang menilai, menafsirkan, memahami,

dan menikmati karya sastra, karena setiap pembaca memiliki pengalaman

selaku manusia budaya dan seterusnya.28 Dalam novel OMDS, Wiwid Prasetyo

mengangkat suatu cerita berdasarkan tujuan yang akan disampaikan kepada

pembaca. Mempelajari sastra mau tidak mau harus mengetahui apa tujuan

sastra bagi para penikmatnya, dengan mengetahui tujuan yang ada, paling tidak

kita mampu memberikan kesan bahwa sastra yang diciptakan berguna untuk

kemaslahatan manusia.

Menurut pendapat Teeuw, ciri khas dari pendekatan pragmatik adalah

pergeseran minat dari karya sastra sebagai struktur ke arah pembaca, dengan

menekankan peranan pembaca sebagai pemberi makna pada karya sastra itu.

Pembaca dipandangnya sebagai penyingkap struktur karya sastra secara cukup

mutlak. Tekanan pada pembaca sebagai pemberi makna berarti bahwa karya

sastra dalam visi ini tidak mempunyai makna langgeng dan mantap,

pemahaman danpenilaiannya terus tergeser dengan munculnya kalangan atau

angkatan pembaca baru. 29

Jika ditinjau menggunakan pendekatan pragmatik, maka novel OMDS ini

akan memiliki citra yang berbeda-beda dari tiap-tiap pembaca. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan pandangan antara pembaca satu dan pembaca

lain, ada kalanya pembaca memandang dari sudut estetika. Para pembaca yang

memandang novel OMDS dari sudut pandang ini akan mengutarakan

pendapatnya secara objektif dan mengacu pada interpretasinya sendiri sehingga

terkadang akan muncul pendapat bahwa novel ini adalah suatu karya satra yang

indah, dilihat dari struktur penyampaian atau penulisannya.

Pendekatan pragmatik mengungkapkan tujuan dan fungsi sastra terhadap

keberadaan masyarakat dengan menghadirkan nilai pendidikan sehingga dapat

27Yudiono KS,Telaah Kritik Sastra,(Bandung: Angkasa Bandung, 1986), h. 31. 28 Partini Sardjono Pradotokusumo, Pengkajian Sastra, (Jakarta: Gramed, 2005), h. 80. 29 A. Teeuw, Membaca dan Menilai Sastra, (Jakarta: PT Gramedia, 1983), h. 61.

Page 32: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

19

dijadikan teladan untuk masyarakat. Dikatakan demikian karena kehadiran

sastra dalam masyarakat dipandang mempunyai tujuan. Adapun aspek

pragmatik yang akan dikaji dalam novel OMDS karya Wiwid Prasetyo adalah

nilai moral, karena moral merupakan salah satu aspek pragmatik yang selalu

memberikan pesan kepada pembaca untuk berbuat baik.

C. Hakikat Nilai Pendidikan dalam Karya Sastra

Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia dalam menjalani

kehidupan. Setiadi menjelaskan bahwa menilai berarti menimbang kegiatan

manusia dengan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, yang

selanjutnya diambil suatu keputusan. 30

Nilai merupakan sesuatu yang sangat dihargai, selalu dijunjung tinggi, serta

manusia dapat merasakan kepuasan dengan nilai. Nilai jika dihayati akan

berpengaruh pada cara berpikir, cara bersikap, maupun cara bertindak seseorang

dalam mencapai tujuan hidupnya. Hal ini berarti bahwa dengan adanya berbagai

wawasan yang dikandung dalam karya sastra, khususnya novel akan mengandung

berbagai macam nilai kehidupan yang akan sangat bermanfaat bagi pembaca.

Setiap karya sastra khususnya novel pasti mengandung pesan yang ingin

disampaikan, pesan tersebut mengandung nilai-nilai kehidupan berupa nilai

pendidikan, karena novel tidak hanya menghibur, melainkan sebagai sarana

menyampaikan nilai pendidikan. Pendidikan menurut Sabri bahwa istilah

pendidikan dapat diartikan sebagai proses atau suatu kegiatan yang mendidik. Hal

tersebut dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang memberikan uraian yang

lengkap, sistematis, dan metodis mengenai masalah-masalah yang ada kaitannya

dengan proses pendidikan atau mendidik.31

Pendidikan tidak hanya dapat diperoleh melalui suatu lembaga formal,

melainkan melalui sarana novel juga dapat menanamkan nilai pendidikan. Sejalan

dengan yang dijelaskan oleh Idi, bahwa ada keterkaitan yang sangat kuat antara

sekolah, keluarga, dan masyarakat, karena pendidikan merupakan bagian dari

30Elly M, Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 114. 31M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 1.

Page 33: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

20

kehidupan yang dituntut mampu mengikuti perkembangan yang ada di

dalamnya.32

Manfaat yang dapat diambil dari karya sastra diantaranya adalah agar

mendapat nilai estetik. Menurut Ratna dalam bukunya yang berjudul Estetika

Sastra dan Budaya, estetik dalam bahasa Inggris menjadi aesthetics atau esthetics

(studi tentang keindahan). Dalam bahasa Indonesia menjadi estetikus, estetik dan

estetika, yang masing-masing berarti orang yang ahli dalam bidang keindahan,

bersifat indah, dan ilmu atau filsafat tentang keindahan atau keindahan itu

sendiri.33

Manfaat lain dari karya sastra yaitu mendapatkan manfaat praktis. Maksud

dari manfaat praktis yaitu nilai yang mengandung hal-hal praktis yang

dapat diterapkan dalam kehidupan nyata sehari-hari.34 Nilai praktis dalam novel

OMDS terlihat dari nilai moral yang disampaikan dalam novel tersebut yang dapat

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, nilai pendidikan yang

dikaji dalam novel ini akan ditekankan terkait dengan nilai moral yang terkandung

dalam novel OMDS.

D. Hakikat Moral

1. Pengertian Moral

Menurut Bertens, moral atau moralitas berasal dari kata sifat latin

moralis mempunyai arti yang pada dasarnya sama dengan moral, hanya

saja terlihat lebih abstrak. Misalnya kita berbicara mengenai ―moralitas

suatu perbuatan‖, artinya kita berbicara mengenai baik atau buruknya

suatu perbuatan, yang berarti moralitas merupakan sifat moral atau

keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik atau buruk.35

32 Abdullah Idi, Sosiologi Pedidikan, Individu, Masyarakat, dan Pendidikan, (Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada, 2011), h. 59. 33 Nyoman Kutha Ratna, Estetika Sastra dan Budaya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2007), h. 3—4. 34Aristha serenade, Unsur dan Nilai Sastra, artikel ini diunduh pada 10 November 2013,

Pukul 20.00, dari http://aristhaserenade.blogspot.com/p/unsur-dan-nilai-sastra.html 35 K. Bertens, Etika, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, cetakan kesebelas, 2011), h.

7

Page 34: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

21

Setiap perbuatan manusia pasti berkaitan dengan baik dan buruk,

akan tetapi tidak semua, yang berarti ada juga beberapa perbuatan yang

netral dari segi etis. Misalnya, sesuatu yang baik akan selalu diawali atau

menggunakan tangan kanan atau kaki kanan, namun seseorang yang

tebiasa memakai sepatu diawali dengan kaki kiri karena sudah menjadi

kebiasaan, maka hal tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang

tidak baik atau melanggar moral, akan tetapi hal tersebut dapat dikatakan

amoral. Berbeda dengan seorang kepala rumah tangga yang lebih dulu

membelanjakan uangnya untuk kepentingan sendiri seperti main judi, dan

lain sebagainya, dan sisa uang tersebut barulah ia serahkan untuk

keperluan keluarga, maka tindakan tersebut termasuk tindakan immoral.

Seperti yang dijelaskan oleh Bertens bahwa perbuatan yang bersifat

amoral tidak memiliki relevansi yang etis, tidak berhubungan dengan

konteks moral atau di luar suasana etis, sedangkan immoral bertentangan

dengan moral baik, yang berarti tindakan atau perbuatan yang dinilai

buruk.36 Jadi, jelas terlihat bagaimana perbedaan antara amoral dan

immoral yang sering disalahartikan.

Suseno memaparkan bahwa moral mengacu pada baik buruknya

perbuatan manusia sebagai manusia, sebagai tolak ukur untuk menentukan

baik atau buruknya suatu tindakan manusia sebagai manusia, bukan

sebagai pelaku peran yang tertentu atau terbatas.37

Zubair menjelaskan bahwa istilah etika berasal dari kata Yunani

―Ethos‖ yang berarti watak kesusilaan atau adat. Identik dengan perkataan

moral yang berasal dari kata Latin ―Mos‖ yang dalam bentuk jamaknya

―Mores‖ yang berarti juga adat atau cara hidup. 38 Moral atau etika

merupakan aspek yang berkaitan dengan perbuatan atau kelakuan yang

pada dasarnya merupakan pencerminan akhlak atau budi pekerti.

36Ibid, h. 8 37Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,

(Yogyakarta: Kanisius, 1987), h. 19 38Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), h. 15.

Page 35: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

22

Sedangkan secara umum menurut Nurgiyantoro, moral menyaran pada

pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai

perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya. Moral dalam karya sastra

biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan,

pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran, dan hal itulah yang akan

disampaikan kepada pembaca.39

Nilai moral yang terdapat dalam karya sastra bertujuan untuk

mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika mengenai baik atau

buruk suatu perbuatan, patut untuk ditiru ataukah sebaliknya sehingga

dapat tercipta suatu hubungan antarmanusia yang baik dalam

bermasyarakat.

Semi menyatakan bahwa moral dalam hal ini diartikan sebagai suatu

norma, suatu konsep tentang kehidupan yang disanjungtinggi oleh

sebagian besar masyarakat tersebut. Ukuran moral dalam masyarakat juga

mengalami perubahan menurut gerak pertumbuhan masyarakat yang

bersangkutan.40 Moral memberi manusia aturan atau petunjuk konkret

tentang bagaimana ia harus hidup, bagaimana ia harus bertindak dalam

hidup ini sebagai manusia yang baik, dan bagaimana menghindari

perilaku-perilaku yang tidak baik.

Seseorang harus mampu memiliki kesadaran moral, karena

kesadaran moral timbul dari diri sendiri ketika berhadapan dengan baik

dan buruk dalam hidupnya. Dengan adanya kesadaran moral, maka

seseorang akan mampu memberi penilaian terhadap suatu perbuatan

termasuk pada perbuatan yang baik atau yang buruk. Setelah timbul

kesadaran moral, maka manusia akan mampu mengontrol tentang hal baik

yang harus ia lakukan dan hal buruk yang tidak pantas dilakukan.

Singkatnya, semua nilai yang mendukung harkat manusia adalah nilai

moral atau etis.

39Nurgiyantoro, op.cit., h. 320. 40Semi, op.cit., h. 49.

Page 36: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

23

Ciri-ciri dari manusia yang memiliki kesadaran moral adalah ia akan

selalu berpegang teguh pada nilai-nilai yang diyakini sekalipun tidak ada

orang lain yang melihatnya karena kesadaran ini lahir dari dalam dirinya

sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun.

Moral berarti etika, etika memiliki pengertian yang sama dengan

moral. Mengacu pada penjelasan dari Setiadi yang mengatakan bahwa kata

etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi

pegangan bagi orang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah

lakunya.41

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Salam, bahwa etika merupakan

cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang

menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. 42 Hal tersebut merupakan

sistem nilai tentang bagaimana manusia harus hidup secara baik sebagai

manusia.

Menurut hukum etika, suatu perbuatan itu dinilai pada tiga tingkat: (1)

semasih belum lahir jadi perbuatan, jadi masih berupa rencana dalam kata

hati, niat; (2) sesudahnya, sudah berupa perbuatan nyata = pekerti; (3)

akibat atau hasil dari perbuatan itu = baik atau tidak baik. Apa yang masih

berupa kata hati atau niat itu, dalam bahasa falsafah ataupun psikologi,

biasa disebut karsa atau kehendak, kemauan, will. Isi dari karsa atau

kemauan itulah yang akan direalisasikan oleh perbuatan. Langkah-langkah

yang ditempuh oleh perbuatan itulah yang dinilai.43

Jika pengertian etika dan moral tersebut dihubungkan satu dengan

yang lainnya kita dapat mengatakan bahwa antara etika dan moral

memiliki obyek yang sama yaitu sama-sama membahas tentang perbuatan

manusia untuk selanjutnya ditentukan posisinya baik atau buruk.

41Setiadi, op.cit., h. 108. 42 Burhanuddin Salam, Etika Sosial (Asas Moral dalam Kehidupan Manusia), (Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2002), h. 1. 43 Burhanuddin Salam, Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2000), h. 4—5.

Page 37: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

24

Dalam karya sastra, moral merupakan inti yang ingin disampaikan

oleh pengarang kepada pembaca dengan menampilkan makna yang

terkandung di dalamnya. Moral dalam karya sastra dianggap sebagai pesan

atau amanat, seperti yang tergambar melalui salah satu unsur pembangun

novel, yaitu tokoh dan penokohan, dalam unsur tersebut akan

menampilkan beberapa moral tentang baik dan buruk suatu perbuatan, dan

pembaca harus pandai membedakan antara moral baik dan buruk. Moral

dalam karya sastra merupakan pandangan hidup seorang pengarang

tentang baik dan buruk suatu perbuatan, dengan maksud sebagai sarana

yang berhubungan dengan ajaran moral dan bersifat praktis yang

ditambilkan melalui cerita.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral

menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat untuk

menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila, sehingga di dalam

masyarakat sangat mengutamakan nilai akhlak atau tingkah laku. Tingkah

laku tersebut yang akan menentukan kedudukan seseorang di dalam

masyarakat.

2. Wujud Penyampaian Moral

Menurut Nurgiyantoro, wujud dari penyampaian moral secara umum

dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu mencakup hubungan

manusia dengan diri sendiri, manusia dengan manusia lain (orang lain),

dan manusia dengan Tuhan.44 Adapun penjelasannya adalah sebagai

berikut:

a. Hubungan manusia dengan diri sendiri

Persoalan manusia dengan diri sendiri dapat bermacam-macam

jenis dan tingkat intensitasnya.Persoalan tersebut dapat berhubungan

dengan persoalan eksistensi diri, harga diri, rasa percaya diri, takut,

rindu dendam, kesepian, kebimbangan, dan persoalan-persoalan lain

yang lebih berhubungan dengan diri individu itu sendiri.

44Nurgiyantoro, op.cit., h. 323-324

Page 38: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

25

b. Hubungan manusia dengan manusia lain (orang lain)

Dalam kehidupan ini, mansusia pun sering berhubungan dengan

manusia lain. Permasalahan ini biasanya berhubungan dengan

permasalahan persahabatan, misalnya kesetiaan dan penghianatan,

permasalahan keluarga, misalnya hubungan antara suami dan istri, anak

dengan orang tua, permasalahan antara atasan dengan bawahan, dan

permasalahan-permasalahan lain yang berkaitan dengan interaksi

manusia dalam kehidupan.

c. Hubungan manusia dengan Tuhan

Permasalahan lain yang sering dialami manusia dalam kehidupan

adalah permasalahan antara dirinya dengan Tuhannya. Permasalahan ini

berhubungan dengan aspek ketuhanan, misalnya permasalahan yang

berkaitan dengan ketaatan dalam menjalankan perintah Tuhan dan

menjauhi larangan-Nya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis ingin menjadikan ketiga

wujud penyampaian pesan moral di atas sebagai landasan dalam

menganalisis nilai moral dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dalam proses analisis dapat

mempermudah penulis dalam menentukan nilai moral yang ada dalam

novel Orang Miskin Dilarang Sekolah sehingga batasan analisisnya pun

akan semakin jelas.

E. Etika Jawa

Budaya Jawa memiliki ciri khas dalam kemampuan menerima berbagai

macam kebudayaan yang datang dari dalam maupun luar, tetapi masih tetap

mempertahankan keasliannya. Hal itu dikarenakan pola kehidupan masyarakat

Jawa telah diatur dalam nilai dan norma sebagai tuntutan bagaimana orang Jawa

menjalani kehidupannya. Menurut Suseno, etika merupakan keseluruhan norma

Page 39: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

26

dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk

mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya.45

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa etika Jawa merupakan

keseluruhan norma yang mengikat atau mengatur bagaimana seorang manusia

harus bersikap, bertindak, dan bertutur dalam kehidupan masyarakat sehingga

diketahui baik buruknya terhadap apa yang telah dilakukannya, hal itu berlaku

untuk seluruh anggota masyarakat Jawa baik itu dari kalangan atas (Wong Gedhe)

atau kalangan bawah (Wong Cilik). Adapun etika atau moral yang dimaksud di

antaranya:

1. Nrimo

Nrimo berarti menerima atau ikhlas terhadap apa yang sudah

ditakdirkan oleh Tuhan kepada manusia, tanpa adanya protes atau

pemberontakan. Nrimo merupakan salah satu sikap Jawa yang paling

sering disalah-pahami sebagai bentuk kesediaan seseorang untuk menelan

segala-galanya secara apatis. Sebenarnya nrimo itu merupakan salah satu

sikap hidup yang positif.46

Jadi, pengertian di atas dapat dipahami bahwa sikap nrimo sering

disalahartikan dengan sikap yang pasrah dalam arti masyarakat Jawa tidak

mau berusaha merubah nasib. Namun, dibalik sikapnya yang nrimo,

masyarakat Jawa terkenal dengan sikapnya yang pekerja keras. Apabila ia

telah memiliki pekerjaan, maka ia akan tekun mengerjakannya walaupun

pekerjaan yang mereka miliki relatif rendah.

2. Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe

Sepi ing pamrih berarti suatu kerelaan untuk tidak lagi mengejar

kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi, sedangkan rame ing gawe

berupa memenuhi suatu kewajiban maisng-masing individu.47 Dapat

dikatakan bahwa sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe memiliki pengertian

bahwa apabila melakukan suatu perbuatan atau suatu kewajiban harus

45Franz Magnis-Suseno, Etika Jawa: Sebuah analisa falsafi Tentang Kebijaksanaan

Hidup Jawa, ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1984) h. 6 46Ibid., h. 143 47 Ibid., h. 150

Page 40: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

27

didasari rasa ikhlas dengan tidak mementingkan urusan pribadi atau dalam

bentuk mengharapkan imbalan dari apa yang telah dilakukan, akan tetapi

lebih mengutamakan kepentingan orang lain.

3. Prinsip Hormat atau mundhuk-mundhuk

Prinsip yang menyatakan bahwa setiap orang dalam cara bicara dan

membawa diri selalu harus menunjuk kan sikap hormat terhadap orang

lain, sesuai derajat dan kedudukannya.48 Tentu saja prinsip-prinsip

demikian beranjak ke arah pemudaran, apalagi setelah orang mengerti

bahwa setiap orang memiliki harkat, derajat dan martabat yang sama,

kemudian timbul pemberontakan untuk apa prinsip hormat itu dilakukan.

Dalam masyarakat jawa kesatuan hendaknya diakui oleh oleh semua

dengan membawa diri sesuai tuntutan tata krama sosial, sehingga mereka

yang berkedudukan lebih tinggi atau tua harus dihormati dan sebaliknya

yang lebih tinggi mampu mengayomi. Oleh karenanya orang jawa

mengatur hal tersebut dalam etikanya, dalam bahasa jawa tidak mungkin

untuk menyapa atau bercakap-cakap dengan orang lain tanpa menaksir

kedudukan sosial jika dibandingkan dengan dirinya, sehingga dalam

bahasa jawa terdiri dari dua tingkat utama yang berbeda dalam perkataan

dan gramatika, yaitu terdapat bahasa kromo untuk mengungkapkan sikap

hormat dan bahasa ngoko untuk mengungkapkan sikap keakraban.

4. Percaya terhadap Hal Gaib

Agama Islam yang berkembang di masyarakat Jawa terkenal sangat

kental dengan tradisi dan budayanya. Nama-nama Jawa juga sangat akrab

di telinga bangsa Indonesia, begitu juga jargon atau istilah-istilah Jawa.

Hal ini membuktikan bahwa tradisi dan budaya Jawa cukup memberi

warna di negara Indonesia.

Masyarakat Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang

belum bisa meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun

48 Ibid., h. 60

Page 41: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

28

terkadang tradisi dan budaya itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam.

Memang ada beberapa tradisi dan budaya Jawa yang dapat diadaptasi dan

terus dipegangi tanpa harus berlawanan dengan ajaran Islam, tetapi banyak

juga yang bertentangan dengan ajaran Islam. Masyarakat Jawa yang

memegangan ajaran Islam dengan kuat tentunya dapat memilih dan

memilah mana budaya Jawa yang masih dapat dipertahankan tanpa harus

berhadapan dengan ajaran Islam. Sementara masyarakat Jawa yang tidak

memiliki pemahaman agama Islam yang cukup, lebih banyak menjaga

warisan leluhur mereka dan mempraktekkannya dalam kehidupan mereka

sehari-hari, meskipun bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Masyarakat seperti itulah yang kemudian melahirkan suatu agama

yang kemudian dikenal dengan agama Jawi atau Islam Kejawen.

Koentjaraningrat mengatakan bahwa sebagian besar pemeluk agama Jawi

tidak sepenuhnya menjalankan agamanya sesuai dengan syariat agama

Islam.49 Pada umumnya pemeluk agama ini adalah masyarakat muslim,

namun tidak menjalankan ajaran Islam secara keseluruhan, karena adanya

aliran lain yang juga dijalankan sebagai pedoman, yaitu aliran kejawen.

Kejawen sebenarnya bisa dikategorikan sebagai budaya yang bertentangan

dengan ajaran Islam, karena budaya ini masih menampilkan perilaku-

perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Seperti yang dikemukakan oleh Suseno bahwa keagamaan orang Jawa

Kejawen ditentukan oleh kepercayaan terhadap berbagai macam roh yang

tidak kelihatan, dan dapat menimbulkan bahaya atau penyakit apabila

mereka dibuat marah atau kita kurang hati-hati. Orang Kejawen akan

melindungi diri mereka dari gangguan dengan memberi sesajen dan

meminta bantuan seorang dukun.50

49 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi: Pokok-pokok Etnografi II, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005) h. 194

50 Suseno, op.cit. h. 15

Page 42: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

29

F. Hakikat Pembelajaran Sastra

Pembelajaran mengenai analisis novel yang dibahas di sekolah sangat

membantu siswa dalam memperdalam ilmu sastra. Tujuan pembelajaran tersebut

dijabarkan ke dalam empat kompetensi, yaitu kompetensi menyimak, kompetensi

berbicara, kompetensi membaca, dan kompetensi menulis sastra. Kompetensi

menyimak meliputi kemampuan mendengarkan, memahami, dan mengapresiasi

ragam karya sastra sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik. Kompetensi

berbicara meliputi kemampuan membahas dan mendiskusikan ragam karya sastra

sesuai dengan konteks lingkungan dan budaya. Kompetensi membaca meliputi

kemampuan membaca dan memahami berbagai jenis karya sastra. Kompetensi

menulis meliputi kemampuan mengapresisasikan karya sastra dalam bentuk sastra

tulis yang kreatif dalam bentuk menulis kritik dan esai sastra berdasarkan jenis

sastra yang telah dibaca. Menurut Rahmanto, manfaat dari pembelajaran sastra

bagi siswa di sekolah yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan

pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, menunjang pembentukan

watak.51

Dari pemaparan di atas, dijelaskan bahwa dalam pembelajaran sastra

diharapkan agar siswa mampu mengapresiasi karya sastra dengan baik dan

mampu mengembangkan kepekaan siswa dalam memahami karya sastra, baik dari

segi nilai positif yang terdapat dalam karya sastra maupun hal menarik lainnya

yang terdapat di luar karya sastra itu sendiri. Selain itu, pembelajaran sastra bagi

siswa diharapkan dapat mengembangkan cipta dan rasa yang memiliki ruang

lingkup luas terhadap kehidupan sehari-hari, sehingga berpengaruh terhadap

pembentukan watak siswa tersebut.

Pokok materi pembelajaran sastra di sekolah terdapat dalam pelajaran

bahasa Indonesia. Salah satu kompetensi dasar dalam pembelajaran sastra adalah

menentukan unsur intrinsik dalam novel. Dalam menentukan unsur intrinsik

novel, siswa diarahkan untuk membaca dan menganalisis novel, sehingga dapat

membantu siswa dalam mengembangkan pola pikir. Selain itu, alur dalam novel

yang dianalisis juga dapat menambah wawasan siswa karena novel biasanya

51 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, (Yogyakarta: Kanisius, 1988), h. 16.

Page 43: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

30

menceritakan tentang kehidupan bermasyarakat. Penelitian yang difokuskan pada

nilai moral diharapkan dapat memberikan contoh yang baik untuk siswa sehingga

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dapat berpengaruh terhadap

pembentukan watak siswa sehingga dapat meningkatkan moralitas remaja yang

sedang mengalami penurunan.

G. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah.

Penelitian yang dimaksud adalah penelitian terhadap karya lain yang relevan

dengan penelitian ini. Penelitian yang relevan dapat bersumber dari makalah,

skripsi, jurnal, internet, atau yang lainnya yang berkaitan dengan masalah yang

diteliti. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

Penelitian Antik Setiyorina, mahasiswi Fakultas Sastra, Universitas Sebelas

Maret, dalam skripsinya yang berjudul ―Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

Karya Wiwid Prasetyo (Tinjauan Sosiologi Sastra dan Gaya Bahasa). Penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) unsur intrinsik yang terdapat dalam

novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo; (2) lapisan sosial

yang terdapat dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid

Prasetyo; (3) pemanfaatan gaya bahasa dalam novel Orang Miskin Dilarang

Sekolah karya Wiwid Prasetyo; dan (4) makna gaya bahasa yang terdapat dalam

novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo. Pada novel Orang

Miskin Dilarang Sekolah digunakan beberapa gaya bahasa, yakni gaya bahasa

yang paling dominan adalah simile karena kalimat-kalimatnya banyak ditemukan

penggunaan kata tugas (seperti dan bagai). Pemaknaan gaya bahasa dapat

ditentukan berdasarkan konteksnya. Pemaknaan pada gaya bahasa ditujukan untuk

membantu pemabaca dalam menafsirkan nilai-nilai yang diungkapkan pengarang

dalam novel ―Orang Miskin Dilarang Sekolah‖.

Penelitian Fitri Wulandari, K 1207018, mahasiswi Fakultas Sastra,

Universitas Sebelas Maret, dalam skripsinya yang berjudul ―Novel Laskar

Pelangi Karya Andrea Hirata dan Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya Wiwid

Page 44: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

31

Prasetyo (Kajian Intertekstualitas dan Nilai Pendidikan‖. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan: (1) struktur novel Laskar Pelangi dan Orang Miskin

Dilarang Sekolah; (2) persamaan dan perbedaan struktur novel Laskar Pelangi dan

Orang Miskin Dilarang Sekolah; (3) kajian intertekstualitas antara novel Laskar

Pelangi dan Orang Miskin Dilarang Sekolah; dan (4) nilai pendidikan novel

Laskar Pelangi dan Orang Miskin Dilarang Sekolah. Hasil temuan penelitian

dengan kajian intertekstualitas menunjukkan bahwa kedua novel tersebut: (1)

struktur kedua novel terdiri atas tema, sudut pandang, penokohan, latar, alur, dan

amanat; (2) persamaan struktur kedua novel tersebut berupa tema. Kedua novel

mempunyai tema yang sama yakni pendidikan. Amanat, kedua novel

mengamanatkan untuk berani bercita-cita dan berusaha keras mewujudkan cita-

cita tersebut. Terkait dengan alur, kedua novel menggunakan alur maju.

Penokohan dalam kedua novel memiliki persamaan yakni pada teknik

karakterisasi. Baik itu Laskar Pelangi maupun Orang Miskin Dilarang Sekolah

karakter tokoh tidak selalu digambarkan secara gamblang dan terperinci tetapi

dapat diketahui dari dialog antartokoh dan deskripsi pengarang secara langsung.

Secara fisiologis, tokoh utama dalam kedua novel memiliki jenis kelamin yang

sama yakni laki-laki (Ikal dan Faisal). Secara psikologis tercermin watak tokoh

utama yaitu berkemauan keras. Perbedaan kedua novel terletak pada sudut

pandang. Laskar pelangi menggunakan sudut pandang persona pertama ―Aku‖,

sedangkan Orang Miskin Dilarang Sekolah menggunakan sudut pandang

campuran. Latar cerita dalam novel Laskar Pelangi di Pulau Belitong, Sumatera

Selatan, sedangkan novel Orang Miskin Dilarang Sekolah berlatar di Semarang,

Jawa Tengah; (3) dari hasil kajian intertekstualitas dapat disimpulkan bahwa

novel Laskar Pelangi merupakan hipogram, sedangkan novel Orang Miskin

Dilarang Sekolah merupakan teks transformasi; dan (4) nilai pendidikan yang

terkandung di dalam novel Laskar Pelangi dan Orang Miskin Dilarang Sekolah

yaitu: nilai pendidikan religius, sosial, moral, dan kebudayaan.

Penelitian Aryani, IndahDwi. 1506500600, 2010, mahasiswi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Kependidikan, Universitas Pancasakti Tegal, dalam skripsinya

yang berjudul ―Aspek Sosial dalam Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah Karya

Page 45: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

32

Wiwid Prasetyo dan Implikasinya bagi Pembelajaran Sastra di SMP‖.Aspek sosial

yang dikaji dalam skripsi ini hanya dibatasi pada interaksi sosial, stratifikasi

sosial, tindakan sosial, perilaku menyimpang, dan problem-problem sosial.Hal

tersebut karena dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah banyak membasa

mengenai kegigihan dalam mencapai sebuah mimpi dan cita-cita banyak menemui

kesulitan, tetapi tetap dilalui demi tercapainya cita-cita tersebut.Penelitian ini

mengkaji aspek sosial dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid

Prasetyo. Permasalah penelitian ini adalah (1) Aspek-aspek sosial apa saja yang

menonjol dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo?

(2) Bagaimanakah implikasi aspek sosial dalam novel Orang Miskin Dilarang

Sekolah karya Wiwid Prasetyo bagi pembelajaran sastra di SMP? Secara teoritis,

penelitian ini bermanfaat dapat menambah dan memperkaya khasanah penelitian

Sastra Indonesia khususnya dalam hal studi analisis novel tentang struktur satra

dan aspek sosial. Manfaat secara praktis, dapat memberi masukan kepada guru

bahasa Indonesia dalam mengajar teori sastra dan membantu siswa untuk

meningkatkan kemampuan dalam memahami sebuah novel. Penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan metode analisis deskriptif,

sumber datanya adalah novel Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid

Prasetyo, data penelitiannya berupa keseluruhan teks dalam novel tersebut.

Berdasarkan penelitian tersebut ditemukan bahwa (1) novel Orang Miskin

Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo merupakan novel yang mengungkapkan

masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat seperti interaksi sosial,

stratifikasi sosial, tindakan sosial, perilaku menyimpang, masalah kemiskinan,

kriminalitas, dan lingkungan hidup. (2) struktur yang terdapat dalam novel ini

meliputi alur, tokoh dan penokohan, latar, serta tema. Novel ini banyak

mengandung nilai-nilai sosial sehingga novel tersebut sangat baik untuk dijadikan

sebagai bahan pelajaran di SMP.Implikasi bagi pembelajaran sastra di sekolah

adalah memberikan manfaat bagi siswa agar tidak takut untuk bermimpi, sebab

orang yang tidak memiliki mimpi berarti tidak memiliki cita-cita, sesama manusia

dilarang membeda-bedakan antara orang kaya dengan orang miskin.

Page 46: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

33

Dari beberapa penelitian yang telah diuraikan di atas, peneliti tidak

menemukan penelitian yang khusus mengenai analisis nilai moral dalam novel

Orang Miskin Dilarang Sekolah karya Wiwid Prasetyo dan implikasinya terhadap

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Dalam penelitian ini,

peneliti akan mengkaji mengenai analisis struktur yang membangun novel (tema,

tokoh dan penokohan, latar, alur, sudut pandang, dan gaya bahasa). Peneliti juga

akan mendeskripsikan mengenai nilai moral yang terkandung dalam novel, serta

implikasinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.

Page 47: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

BAB III

PROFIL WIWID PRASETYO

DAN HASIL ANALISIS

A. Biografi Wiwid Prasetyo

Wiwid Prasetyo kerap juga menulis dengan nama Prasmoedya Tohari,

lahir pada 9 November 1981 di Semarang. Alumnus Fakultas Dakwah IAIN

Walisongo, Semarang, tahun 2005 ini sehari-harinya aktif di Majalah

FURQON, PESANTrend, Si Dul (majalah anak-anak), serta tabloid Info Plus

Semarang, baik selaku redaktur maupun reporter. Selain itu, ia juga peduli

terhadap dunia pendidikan, terbukti masih menjadi pengajar di Bimbingan

Belajar Smart Kids Semarang. Ia membuktikan seorang penulis yang pekerja

keras, terbukti kurang lebih sekitar 2 tahun saja sudah menghasilkan lebih dari

25 judul buku baik fiksi maupun non fiksi. Berdasarkan pengalaman hidupnya

dan kejadian sehari-hari yang dialaminya, maka dari tangannya lahirlah karya-

karya buah dari perenungannya selama ini dalam dunia yang digelutinya:

pendidikan dan sejarah. Terakhir ia memenangi 10 besar lomba cerpen Galaksi

Cinta Diva Press dari 3529 naskah yang masuk.1

Di sela-sela kesibukannya, ia masih menyempatkan diri untuk menulis

beberapa karya dalam bentuk buku. Beberapa karyanya yang sudah terbit

adalah Orang Miskin Dilarang Sekolah (DIVA Press, 200), Sup Tujuh

Samudra (Bersama Badiatul Rozikin, DIVA Press, 2009), Chicken Soup

Asma‟ ul Husna (Garailmu, 2009), dan Miskin Kok Mau Sekolah…?! (DIVA

Press, 2009), Idolaku Ya Rasulullah S aw…! (DIVA Press, 2009), Demi

Cintaku pada-Mu (DIVA Press, 2009), Aha, Aku Berhasil Kalahkan Harry

Potter (DIVA Press, 2010), The Chronicle of Kartini (DIVA Press, 2010), dan

Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu (DIVA Press, 2010). Cita-

citanya Wiwid sederhana, yakni menjadi seorang pendidik plus penulis di

1 Wiwid Prasetyo, Orang Miskin Dilarang Sekolah, (Jogjakarta: DivaPress, 2012), h. 449.

34

Page 48: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

35

tengah kesibukannya sebagai redaktur di Majalah FURQON, PESANTrend, Si

Dul, dan Tabloid Inflo Plus, alumnus Fakultas Dakwah UIN Walisongo

Semarang tersebut masih menyempatkan diri menjadi tentor di Bimbingan

Belajar Smart Kids (Anak Cerdas).2

Menurut Wiwid Prasetyo, sektor pendidikan dan jagat kepenulisan

merupakan dua matra yang saling berkelindan. Pendidikan tanpa keterampilan

menulis niscaya menjadikan materi pembelajaran hilang tanpa bekas.

Sebaliknya, sekedar paham tulis-menulis tanpa memiliki jiwa kependidikan

menyebabkan proses pembelajaran tak memperoleh saluran yang tepat. Bagi

Wiwid Prasetyo, dunia pendidikan dan dunia kepenulisan adalah dua dunia

yang saling melengkapi. Pendidikan tanpa keahlian menulis hanya akan

menjadikan materi pendidikan hilang tak berbekas, sementara hanya paham

dunia kepenulisan tanpa mempunyai jiwa pendidik menyebabkan pendidikan

itu tak mempunyai salurannya yang tepat. Maka dari itu, ia berusaha

menyatukan keduanya. Ia punya mimpi seandainya seorang pendidik memiliki

keahlian menulis, maka generasi muda kita tidak akan terseret dalam jurang

degradasi moral yang teramat dalam, karena pengaruh tulisan akan membekas

dalam jiwa anak-anak yang pada fitrahnya selalu condong pada kebaikan.3

B. Karya-karya Wiwid Prasetyo

Penulis mendapatkan karya-karya dari Wiwid Prasetyo melalui

wawancara dengan beliau, hal tersebut dapat dilihat melalui percakapan

antara penulis dengan pengarang novel yang terdapat dalam lampiran. Berikut

ini adalah karya-karya Wiwid Prasetyo:

1. Novel Pendidikan

a. Orang Miskin Dilarang Sekolah (cetakan ke 13) Diva Press Yogya

sekaligus karya perdananya, novel perdananya ini sekaligus juga

diterjemahkan berbahasa Malaysia dengan judul yang sama.

2 Wiwid Prasetoyo, diunduh pada 29 April 2014, Pukul 06.00, dari

http://blogdivapress.com/dvp/2010/06/01/wiwid-prasetyo/ 3 Prasetyo, op.cit., h. 450

Page 49: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

36

b. Miskin kok Mau Sekolah, Sekolah dari Hongkong, Diva Press Yogya

2010.

c. Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu, Diva Press Yogya

2010.

d. Sekolah Ayo Sekolah, Diva Press Yogya 2010.

e. Orang Cacat Dilarang Sekolah, Diva Press Yogya 2010.

2. Karya Religi

a. Demi Cintaku Pada-Mu (Novel religi) Diva Press Yogya 2010.

b. Hati yang Bercahaya, (novel religi) revisi dari novel Demi Cintaku

Padamu, Diva Press Yogya 2011.

c. Saat Langit Bercumbu dengan Bumi (Novel Religi) Diva Press Yogya

2012.

d. Khidir (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012.

e. Mata Moses (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012.

f. Senyum Tuhan di Barcelona (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012.

g. 99 Hari di Perancis (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012.

3. Karya Non Fiksi

a. Mental Kepepet for Succes (Buku Motivasi) Real Books Yogya 2011.

b. The Chicken Soup of Asmaul Husna, Diva Press Yogya 2010.

c. Mengapa Rezekiku Melimpah Setelah Menikah? Real Books Yogya

2011.

d. 100 Kecerdasan Setan, Diva Press Yogya 2011.

e. Bismillah, Saya Mantap Menikah, Real Books 2013.

f. Kaya Raya Modal Iman, Real Books 2013.

4. Karya Anak

a. Dongeng 30 Mancanegara 2009, Diva Press Yogya 2010.

b. Sup Tujuh Samudera 2010, Diva Press Yogya 2010.

c. Aha, Aku Bunuh Harry Potter 2010, Diva Press Yogya 2010.

d. Siapakah Allah ya? 2011, Diva Press Yogya 2010.

e. Idolaku Rasulullah SAW 2010, Diva Press Yogya 2010.

Page 50: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

37

5. Novel Sejarah

a. The Chronicle of Kartini, Diva Press Yogya 2011.

b. Cheng Ho Laksamana Muslim dari Negeri Seberang, Diva Press

Yogya 2011.

c. Ibrahim Rindu Allah, Diva Press Yogya 2011.

d. Kilat Mata Ksatria Allah, Diva Press 2012.

e. Dan, Lilinpun Dipadamkannya (biografi Umar bin Abdul Aziz) Real

Books, Yogya 2012.

C. Sinopsis Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

Novel ini menceritakan seorang anak kelas dua SD bernama Faisal

Ridowi dalam berjuang mengajak ketiga temannya yaitu Pepeng, Pambudi dan

Yudi untuk bersekolah dan mengajar menjadi guru cilik di sekolah gratis untuk

belajar membaca bagi warga yang buta aksara. Tetapi perjuangannya tidak

semudah yang mereka bayangkan.

Lika-liku dan halang rintangan yang mereka hadapi untuk bisa mencicipi

bangku sekolah yang menurut sebagian besar warga kampong hanya

menghabiskan uang saja, lebih baik mereka membantu kedua orang tua untuk

mencari nafkah untuk melanjutkan kehidupan. Karena kehidupan mereka

berada dibawah garis kemiskinan. Untuk makan sehari saja mereka

kekurangan, apalagi harus membiayai sekolah. Sedangkan pekerjaan kedua

orangtua mereka hanyalah seorang pemerah susu sapi, pembersih kandang, dan

memberi makan ternak-ternak milik orang paling kaya di desa mereka. Mereka

adalah Pambudi, Pepeng, dan Yudi. Ketiga anak alam ini yang belum pernah

memakan bangku sekolahan karena ketidakadaan biaya.

Namun, Faisal yang merupakan teman ketiga anak alam itu mencoba

mempengaruhi teman-temannya untuk mengikuti jejaknya, yaitu bersekolah.

Awalnya mereka tidak mau, namun setelah dibujuk dan mereka sadar ingin

sekolah, akhirnya mereka bertiga sepakat untuk bersekolah, meskipun harus

bekerja keras untuk membantu membiayai sekolah. Sampai berjualan pisang

goreng di kelas, berjualan koran, kuli angkut kelapa dari dini hari sampai

Page 51: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

38

waktu sekolah tiba. Sebelumnya mereka bertiga meremehkan sekolah. Namun

setelah mereka bertemu bu Mutia yang seorang guru kelas 1 SD mereka, baru

sadar bahwa belajar itu penting, karena tanpa ilmu mereka bisa mudah ditipu

oleh orang yang lebih pintar.

Di sekolah, salah satu dari anak alam ini menemukan sosok yang sangat

dikaguminya. Kania, gadis kecil yang cantik dan pemberani itu ditaksir oleh

Pambudi. Mereka mengira Kania merupakan anak orang berada, karena cantik,

bersih dan pandai. Namun setelah diselidiki oleh Pambudi, kehidupannya sama

dengan keluarganya dan juga teman-temannya. hanya karena cita-cita,

semangat dan keyakinan bisa membuat dia berjalan dan terus melangkah dari

kerasnya kehidupan saat ini. Dan itu membuat Pambudi semakin jatuh hati

kepada Kania. Karena selain sebagai wanita yang hebat, Kania juga sosok yang

dikaguminya. Karena dengan berilmu, kita bisa menakklukkan rintangan

kehidupan dengan ilmu. Seperti saat Faisal bercita-cita untuk menciptakan

kampungnya agar warganya tidak terus diperbudak oleh Yok Bek selama hidup

mereka. Warga Kampung Genteng harus berubah.

Ketika Pambudi, Yudi dan Pepeng telah menikmati indahnya bangku

sekolah, tiba-tiba mereka disuruh berhenti sekolah oleh orang tua mereka.

Orang tua mereka telah dihasut oleh Yok Bek untuk menyuruh mereka berhenti

dari sekolah, karena Yok Bek takut jika anak-anak itu akan menjadi pintar dan

mengambil alih usahanya dan akan sulit membodohi mereka. Setelah mereka

berhenti, mereka kembali disemangati oleh Faisal hingga mereka berhasil

kembali ke sekolah.

Penerimaan penghargaan berprestasi pun diselenggarakan di SD Kartini,

tempat Faisal dan kawan-kawan bersekolah. Hari yang begitu bersejarah bagi

Faisal dan Kania karena mereka mendapatkan penghargaan atas prestasi

mereka dan terpilih sebagai perwakilan untuk mengikuti Olimpiade Eksakta,

Begitu juga dengan Pambudi, Yudi dan Pepeng yang akhirnya naik kelas, dan

akhirnya para warga Kampung Genteng pun menjadi sadar akan pentingnya

pendidikan. Bahkan, Pak Cokro, yang dulunya sebagai dukun, kini mengubah

tempat prakteknya menjadi Taman Baca bagi penduduk Kampung Genteng.

Page 52: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

39

D. Struktur Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

1. Tema

Tema merupakan gagasan inti dari suatu teks yang menggambarkan

apa yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penulis kepada pembaca

melalui tulisannya dalam melihat atau memandang suatu peristiwa. Tema

dalam suatu karya fiksi atau novel merupakan gagasan sentral yang

menjadi dasar penulisan sebuah karya. Jenis tema yang akan dibahas oleh

peneliti adalah jenis tema menurut cakupannya. Adapun jenis tema

menurut cakupannya dibagi menjadi dua, yaitu tema mayor adalah tema

yang mencakup keseluruhan cerita. Sedangkan tema minor adalah tema

tambahan yang hanya terdapat di bagian-bagian tertentu saja, tidak seperti

tema mayor yang mencakup keseluruhan cerita.

a. Tema Mayor

Tema mayor dalam novel OMDS adalah semangat juang demi

mengenyam pendidikan. Tema tersebut jelas tergambar dari

perjalanan hidup anak-anak dengan tekad yang kuat untuk

memperoleh pendidikan yang layak walaupun terbentur faktor

ekonomi. Hampir seluruh bab pada novel OMDS membahas tentang

perjuangan anak-anak tersebut untuk merasakan bangku sekolah.

Perjuangan tokoh sentral yang bernama Faisal untuk dapat membujuk

teman-temannya sangat berat. Terdapat berbagai macam rintangan

yang harus ia hadapi demi sahabatnya agar memperoleh pendidikan.

Perjuangannyalah yang menjadi tema mayor dalam novel ini.

Nah, itulah maksudku, aku hanya ingin kalian bisa terus

semangat sekolah demi masa depan kalian. Itu semua

demi kalian sendiri, bukan demi Kania atau demi aku, aku

ingin melihat kalian sukses.4 Kutipan tersebut menjelaskan tentang usaha Faisal membujuk

temannya untuk terus tetap semangat sekolah. Bukanlah hal yang

mudah bagi Faisal untuk membujuk Pambudi, Pepeng, dan Yudi

4 Ibid, h. 194.

Page 53: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

40

untuk sekolah karena mereka benar-benar tidak tahu harus

mendapatkan biaya dari mana, maka mereka putuskan untuk tidak

bersekolah. Seharusnya peranan orang tua lah yang paling utama

dalam mendukung pendidikan anak-anak akan tetapi dukungan itu

justru tidak didapatkan bagi ketiga anak alam tersebut, dukungan dan

motivasi tersebut justru diberikan oleh Faisal. Pendidikan merupakan

hal terpenting bagi kehidupan, karena dengan pendidikan akan

mengangkat martabat seseorang di masyarakat.

b. Tema Minor

Sedangkan tema minor atau tema tambahan yang terdapat dalam

novel OMDS di antaranya yaitu :

1). Kemiskinan

Kemiskinan erat sekali hubungannya dengan keputusasaan.

Itulah yang menjadi penyebab utama anak-anak alam seperti

Pambudi, Pepeng, dan Yudi merasa putus asa dan memiliki

harapan kecil untuk bisa merasakan pendidikan. Setiap kali niat itu

muncul, namun kemiskinan yang menghancurkan niat dan harapan

terbesar mereka. Seperti dalam kutipan berikut :

Ketiganya terdiam, meresapi kebenaran dari setiap kata

yang keluar. Dari aspek manapun, mereka tak akan

membantah kata-kataku sebab aku mencoba

melecutkan semangat dari dalam, mencoba berempati

tentang nasib yang tak kunjung berubah, tentang

kemiskinan yang akrab dengan kehidupan mereka, dan

jalan satu-satunya untuk mengatasi itu, apalagi kalau

bukan sekolah?5

Dari kutipan di atas, dapat kita lihat bahwa bagaimana

kemiskinan begitu mencekik leher mereka dan merantai semua

mimpi mereka. Namun, itu tak menjadi halangan terbesar bagi

mereka, karena sahabat mereka yang bernama Faisal terus

berusaha mendukung mereka dan memberi pengertian bagaimana

5 Ibid., h. 71.

Page 54: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

41

pentingnya sebuah pendidikan bagi masa depan mereka.

Kemiskinan bukanlah suatu yang terjadi dengan sendirinya dan

terlepas dari aspek lainnya. Akan tetapi, kemiskinan terjadi karena

hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan

manusia, yakni aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial ekonomi

terkait dengan keadaan sosial ekonomi masyarakat yang tidak

merata seperti perbedaan suku bangsa, etnis, ras atau golongan dan

lain sebagainya, sehingga terbentuklah kelompok bagi yang tidak

mampu dan dikatakan miskin dibanding masyarakat sekitarnya.

Seperti yang terdapat dalam novel OMDS ini, karena terdapat

perbedaan suku bangsa, yakni warga Cina yang berkehidupan layak

dan cukup yang tinggal di daerah Gedong Sapi, maka warga

Gedong Sapi semakin merasakan kemiskinan yang mereka hadapi.

Tolak ukur utama suatu masyarakat dikatakan kurang mampu

apabila kebutuhan relatif per keluarga telah mencapai kebutuhan

minimal yang harus dipenuhi dalam sebuah keluarga dan

dikarenakan faktor pekerjaan yang dimiliki oleh kepala keluarga

tidak sesuai dengan jumlah hasil yang mereka butuhkan, karena

pekerjaan yang mereka miliki sebanding dengan faktor pendidikan

minim yang mereka miliki, yang mengakibatkan hasil dari

pekerjaan yang mereka jalani tidak mencukupi kehidupan sehari-

hari. Hal tersebut telah digambarkan pengarang melalui tokoh

Giatno (ayah Yudi), Samijan (ayah Pambudi), Sukisno (ayah

Pepeng), yang bekerja hanya sebagai buruh yang sehari-harinya

membersihkan kandang yang dipenuhi kotoran, membersihkan

sapi, dan membajak tanah pupuk dengan cangkulnya.

Sepagi itu, mereka telah melakoni hidup dengan susah

payah, kaki jadi kepala, kepala jadi kaki. Tetapi

mereka sama sekali tak mengeluh dengan nasib

mereka yang selalu di bawah. Kebodohannya

membuat pola pikirnya begitu pendek, setiap kali

Page 55: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

42

mereka menemui kesusahan, dianggapnya itu sebagai

takdir dari Yang Di Atas.6

Dari kutipan di atas, semakin memperjelas bahwa

pengarang ingin menyampaikan bahwa pendidikan yang rendah

sangat erat hubungannya dengan kemiskinan. Pengarang ingin

menyadarkan pembaca akan pentingnya pendidikan, agar dapat

mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik. Apabila kita

memiliki pendidikan dan mementingkan pendidikan, maka kita

akan merasakan kenikmatan dari pendidikan yang kita miliki,

seperti pekerjaan yang pantas dan layak sesuai dengan pendidikan

yang kita miliki, dan sebaliknya. Dengan pendidikan yang rendah,

mampu mengubah pola pikir manusia dengan menganggap bahwa

pendidikan tidaklah penting.

2). Kesenjangan Sosial

Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan

sosial yang ada di masyarakat. Faktor yang menyebabkan

munculnya kesenjangan sosial yaitu adanya perbedaan strata atau

kedudukan, seperti kaya atau miskin, pintar atau bodoh dan lain

sebagainya. Individu-individu yang menjadi anggota kelompok di

dalam masyarakat pada dasarnya bervariasi baik dari segi umur

maupun tingkat sosial ekonominya. Kesenjangan sosial yang

terdapat dalam novel OMDS ini diakibatkan oleh faktor kemiskinan

di daerah Kampung Genteng, Semarang. Daerah tersebut

merupakan daerah terpencil sehingga perhatian pemerintah tidak

merata terhadap keadaan dan penduduk sekitar kampung Genteng,

terutama dalam hal pendidikan. Kesenjangan ini juga digambarkan

oleh pengarang melalui keadaan pada saat murid Sekolah Dasar

yang berasal dari kalangan atas menginjak-nginjak harga diri ketiga

anak alam yang dikenal sebagai anak-anak kampung yang miskin.

6 Ibid., h. 135.

Page 56: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

43

Perbedaan status sosial antara si kaya dan si miskin ini ditunjukkan

oleh pengarang sebagai salah satu kesenjangan sosial yang terjadi

pada saat itu.

Ah, masa bodoh. Anak-anak kampung itu membuat

selera belajarku turun, mataku seperti mengganjal

sesuatu, hidungku seperti tidak bebas menghirup udara

di kelas ini, ada bau-bau yang bikin aku sesak napas,

telingaku juga nggak terbiasa mendengar bunyi-bunyi

asing yang membuatku harus menutupnya. Dan semua

itu disebabkan oleh kedatangan anak-anak kampung

itu, anak-anak sok pintar dan tukang cari perhatian. (h.

326)7 Adanya diskriminasi terhadap anak-anak miskin yang

dimunculkan dalam novel ini turut menjadi tema minor.

Diskriminasi merupakan pembedaan perlakuan terhadap sesama

warga, baik berdasarkan warna kulit, golongan, suku, bangsa,

ekonomi, agama dan lain sebagainya yang menyebabkan perbedaan

perlakuan itu timbul. Diskriminasi yang terlihat dalam novel adalah

di kalangan anak-anak yang membedakan antara si kaya dan si

miskin.

Rena, kita semua sama. Di kelas ini kita semua sama-

sama menjadi murid Bu Mutia. Tak ada kaya dan

miskin karena kita semua sedang menuntut ilmu. Apa

kau masih ingat kata-kata Bu Mutia, Ren?8

Perbedaan tersebut muncul ketika suatu kelompok antara

kaya dan miskin bersatu. Dari kutipan tersebut juga sangat terlihat

perbedaan ketika Rena membedakan ketiga temannya yang berasal

dari kalangan bawah. Dari peristiwa tersebut juga dapat kita ambil

pelajaran bahwa dalam menuntut ilmu sesungguhnya tidak

memandang antara si kaya dan si miskin. Menuntut ilmu dapat

dinikmati baik dari golongan msyarakat rendah ataupun kalangan

atas sekalipun. Beberapa tema kemiskinan tersebut merupakan

7 Ibid., h. 326. 8 Prasetyo, Loc.cit.

Page 57: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

44

salah satu yang mampu menghidupkan alur, karena tema

kemiskinan maupun kesenjangan sosial yang ada merupakan

bagian konflik dalam cerita ini. Penyebab adanya deskriminasi dan

kesenjangan sosial dari tema di atas bersinggungan dengan alur

cerita yang membuat pembaca semakin terbawa dalam cerita

karena kuatnya keterkaitan antara tema dengan alur cerita.

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan akan dikaji dalam analisis ini menggunakan

teori dari tokoh bernama Algirdas Julien Greimas (A.J Greimas). Teori

yang digunakan adalah teori aktan atau yang lebih dikenal dengan skema

aktan. Dalam buku yang berjudul ―Tata Sastra‖, Todorov mengatakan

bahwa sebelum A.J Greimas mengemukakan teori aktan, Propp telah

memperkenalkan unsur naratif terkecil yang sifatnya tetap dalam sebuah

karya sastra sebagai sebuah fungsi.9 Di bawah ini adalah diagram

mengenai skema aktan menurut Ratna:10

Pengirim Penentang

Penerima

Subjek

Objek Pendukung ggg

Diagram 3.1

Pengirim adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide

dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Objek adalah seseorang atau

sesuatu yang diingini atau dicari oleh subjek. Penerima adalah seseorang

9 Tzevetan Todorov, Tata Sastra, (Jakarta: Djambatan,1985), h. 48. 10 Nyoman Kutha Ratna, S.U, Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2007), h. 140.

Page 58: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

45

atau sesuatu yang menerima objek hasil buruan subjek. Penolong adalah

seseorang atau sesuatu yang membantu atau mempermudah usaha subjek

dalam mencari objek. Subjek adalah seseorang atau sesuatu yang ditugasi

oleh pengirim untuk mendapatkan objek. Penentang adalah seseorang atau

sesuatu yang menghalangi usaha subjek dalam mencari atau mendapatkan

objek. Untuk lebih jelasnya, berikut penggambaran para tokoh melalui

struktur skema aktan:

a. Subjek

Terdapat beberapa subjek dalam novel OMDS yaitu Faisal dan

ketiga anak alam (Pambudi, Yudi dan Pepeng). Faisal sebagai subjek

untuk mendapatkan objek yaitu agar teman-temannya dapat bersekolah.

Nah, itulah maksudku, aku hanya ingin kalian bisa terus

semangat sekolah demi masa depan kalian. Itu semua demi

kalian sendiri, bukan demi Kania atau demi aku, aku ingin

melihat kalian sukses.11

Selanjutnya yaitu tokoh Pambudi, Yudi dan Pepeng yang bertugas

sebagai subjek untuk mendapatkan objek yaitu cita-citanya untuk dapat

bersekolah. Mereka adalah anak-anak miskin yang memiliki tekad kuat

untuk bersekolah dan memperbaiki hidup. Maka, sekolah adalah objek

mereka. Seperti dalam kutipan:

Dengar teman-teman, mulai sekarang kita harus berpikir bagaimana

untuk tidak menggantungkan orang tua kita untuk membiayai

sekolah.12

Dari kutipan di atas, terlihat bagaimana subjek sangat

menginginkan objeknya yaitu bersekolah, mereka sangat bertekad untuk

sekolah dan berusaha tidak merepotkan orangtua mereka masing-

masing.

11 Prasetyo, Loc.cit. 12 Ibid., h. 298.

Page 59: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

46

b. Objek

Objek yang diinginkan oleh subjek (Faisal) adalah Ketiga

temannya yaitu Pambudi, Yudi dan Pepeng, maka ia berusaha

melakukan apapun agar temannya dapat sekolah. Ia sangat berambisi

untuk menyekolahkan ketiga temannya. Seperti yang terdapat dalam

kutipan:

Meskipun dengan resiko terburuk memberanikan diri untuk

menaruh nyawaku di ujung tanduk, semua itu demi teman-

temanku, anak-anak alam yang entah bagaimana nasibnya

seandainya Yok Bek dibunuh, mereka akan sulit bekerja,

mereka juga akan sulit sekolah.13

Jelas terlihat bagaimana Faisal sebagai subjek sangat menginginkan

objeknya agar dapat bersekolah sehingga ia berani mempertaruhkan

nyawanya demi ketiga temannya. Objek lainnya yang diinginkan oleh

subjek (Pambudi, Yudi dan Pepeng) adalah mencapai cita-cita mereka

untuk sekolah. Mereka melakukan apapun agar bisa bersekolah.

Kita akan membuat tas sendiri dari karung gandum,

sedangkan untuk seragamnya kita bisa beli dari penjual

rombeng di sudut Pasar Langgar.14

Dari kutipan tersebut terlihat bagaimana kesungguhan mereka

untuk mendapatkan objek walaupun kemiskinan yang mereka alami,

tetapi itu tak menjadikannya sebagai kendala terbesar yang dapat

menghalangi niatnya untuk mendapatkan objek yang diinginkannya.

Objek lainnya yang diinginkan oleh subjek (Pambudi, Yudi dan

Pepeng) adalah mendapatkan cinta Kania. Mereka telah menaruh hati

pada gadis kecil itu ketika pertama kali masuk sekolah. Seperti dalam

kutipan di bawah ini:

Mereka bertiga akhirnya sepakat untuk merebut hati Kania, gadis

kecil berkepang dua itu membuat ketiganya kerap kali salah

13 Ibid., h. 154. 14 Ibid., h. 82.

Page 60: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

47

tingkah melulu. Sekolah menjadi sangat mengasyikkan jika kita

bertemu dengan teman yang kita cintai...15

c. Pengirim

Salah satu yang menjadi pengirim dan penggerak dalam cerita

adalah rasa simpat dan empati Faisal karena kemiskinan yang dialami

oleh ketiga temannya yang tidak bersekolah dan menginginkan agar

temannya bisa sekolah.

Ah, mengapa persoalan sedemikian pelik? Bukankah aku

hanya ingin mengajak mereka sekolah? Belum juga

kuutarakan maksudku, mereka telah meneror tekadku, untuk

membiarkan mereka teronggok dalam kebodohan dan

kemiskinan.16 Rasa empati yang dimiliki Faisal memberikan karsa kepada subjek

untuk mencapai objek yang diinginkan dan menjadi penggerak jalannya

cerita.

d. Penerima

Penerima dalam cerita adalah Keluarga dari Pambudi, Yudi dan

Pepeng. Mereka berperan sebagai penerima, karena mereka menerima

hasil setelah anak-anak mereka bersekolah. Hasil yang mereka terima

adalah rasa bangga para orang tua kepada anak-anak karena mereka

bersekolah.

Aku yang melihatinya dari celah-celah gorden diam-diam hanya

bisa tersenyum simpul, kebanggaan ayah untuk menerima rapor

yang ke sekian kali untukku dimaknai seperti main ke rumah pacar

semasa dulu. 17

e. Pembantu

Salah satu yang menjadi pembantu dalam mempermudah subjek

untuk mendapatkan objek yaitu Kepala Sekolah, Pak Zainal. Ia yang

15 Ibid., h. 112. 16 Ibid., h. 65. 17 Ibid., h. 418.

Page 61: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

48

membantu Pambudi, Yudi dan Pepeng dengan menerima mereka di

sekolah serta meringankan biaya buku dan lain sebagainya.

Baiklah, Kalian bertiga akan kuterima di kelas satu, tapi

ingat jangan pernah merasa minder dengan teman-teman

kalian yang rata-rata tinggi badannya di bawah kalian, kalau

bisa lindungilah mereka. Mari kuantar...!18

Pembantu selanjutnya dalam cerita yaitu Bu Mutia. Ia adalah

seorang guru yang selalu membantu Pambudi, Yudi dan Pepeng dengan

menyemangati mereka, terlebih ketika mereka harus dihina oleh teman

lainnya karena kemiskinan yang mereka alami.

Meskipun Yudi begitu, tapi kalian nggak boleh mengucilkan Yudi,

bagaimanapun juga Yudi itu teman kalian. Di kelas ini, tidak ada

perbedaan, meskipun kalian anaknya pengusaha, anaknya artis,

atau anaknya dokter, tetapi kalau sudah ada di kelas ini, semua

status itu hilang, kedudukan kalian sama, kalian murid-murid Ibu

yang punya hak dan kewajiban yang sama untuk terus menuntut

ilmu.19

f. Penentang

Penentang yang berusaha menghalangi usaha subjek adalah Yok

Bek. Ia berusaha menggagalkan usaha yang dilakukan subjek dengan

cara menghasut ayah dari Pambudi, Yudi dan Pepeng. Ia menghasut

ayah mereka agar memberhentikan anak-anaknya dari sekolah karena

itu mengganggu pekerjaannya sebagai pekerja di tempat Yok Bek.

Coba dekati anak kalian, dan bicarakan baik-baik, sebaiknya

sekolahnya tak usah diteruskan, nanti saja kalau sepulang

anakku dari Australia untuk meninjau peternakan sapi di

sana, biarlah aku omong-omong dengannya untuk

memikirkan nasib pendidikan anak-anak kalian.20

Penentang lainnya yaitu orang tua dari Pambudi, Yudi dan Pepeng.

Mereka tidak pernah berusaha bahkan berniat menyekolahkan anak-

anak mereka, sehingga mereka membiarkan anak-anak mereka bekerja

18 Ibid., h. 92. 19 Ibid., h. 265. 20 Ibid., h. 140.

Page 62: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

49

menjadi tulang punggung keluarga tanpa memikirkan nasib masa depan

mereka.

Orang tua kita tak pernah berpikir untuk menyekolahkan

anak-anaknya. Tiap kali aku mencoba menyampaikan

keinginanku untuk sekolah, selalu tak kesampaian...21

Ketika ketiga anak alam itu mulai bersekolah karena tekadnya dan

karena bantuan dari Faisal, akhirnya mereka bersekolah. Namun, tiba-

tiba mereka disuruh berhenti sekolah oleh orang tua mereka yang telah

terkena hasutan Yok Bek. Maka, penentang kedua selain Yok Bek

adalah orang tua ketiga anak alam tersebut.

Begini lho Pam, kalau kupikir daripada menghabiskan banyak

biaya dan hasilnya hanya seperti itu, lebih baik kau berhenti saja

dari sekolah itu, aku sekolahkan ke tempat yang lebih baik.22

Orang tua ketiga anak alam itu mencoba membujuk anak-anak

mereka agar mereka berhenti sekolah, dan karena mereka anak yang

penurut, maka mereka pun berenti dari sekolah.

Selain dari skema aktan di atas, maka akan lebih diperjelas kembali

melalui pembahasan di bawah ini mengenai tokoh dan penokohan yang

ada dalam novel OMDS karya Wiwid Prasetyo.

a. Tokoh Protagonis

Berikut ini adalah beberapa tokoh protagonis yang terdapat

dalam novel OMDS karya Wiwid Prasetyo.

1). Faisal

Tokoh Faisal merupakan tokoh sentral dalam novel ini.

Tokoh Faisal berperan sebagai pencerita sehingga ia selalu

muncul dari awal hingga akhir cerita. Faisal digambarkan oleh

pengarang secara analitik sebagai seorang anak kecil yang masih

duduk di bangku Sekolah Dasar. Hal itu dapat dibuktikan

melalui kutipan berikut:

21

Ibid., h. 65—66. 22 Ibid., h. 148.

Page 63: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

50

―Aku baru kelas dua, ―kataku. Kemudian Ki Hajar

memandang Yudi, Pambudi dan Pepeng yang hanya

tersenyum-senyum karena malu.23

Melalui penggambaran fisik yang disampaikan pengarang

secara analitik tersebut telah memberikan bayangan kepada

pembaca bahwasanya anak yang masih duduk di bangku SD ini

biasanya bertubuh kecil. Namun, tubuhnya yang kecil ini

memiliki sifat pemberani. Sikap pemberaninya ditunjukkan

ketika terjadi konflik antara warga Gedong Sapi dengan Yok

Bek. Dengan keberaniannya, Faisal berusaha mendamaikan

keduanya, meski ia tahu bahwa risikonya sangat besar, bisa saja

ia yang diserang oleh warga. Perlakuannya tersebut merupakan

salah satu upaya Faisal untuk mengaktualisasikan dirinya

terhadap masyarakat bahwa ia bukanlah anak kecil yang selalu

diremehkan warga.

Meskipun dengan resiko terburuk memberanikan

diri untuk menaruh nyawaku di ujung tanduk, semua

itu demi teman-temanku, anak-anak alam yang entah

bagaimana nasibnya seandainya Yok Bek dibunuh,

mereka akan sulit bekerja, mereka juga akan sulit

sekolah.24

Akan tetapi, sifat pemberani yang dimiliki Faisal

merupakan paradoks yang coba dihadirkan oleh pengarang.

Anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar ini telah

berani membela teman-temannya dari amukan warga yang jelas

mereka telah dewasa dan dipastikan berbadan besar. Selain itu,

secara dramatik Faisal digambarkan sebagai seorang anak yang

berkemauan keras dan pantang menyerah dalam memperoleh

pendidikan, serta gigih dalam memberikan motivasi kepada

23 Ibid., h. 47. 24Prasetyo, Loc.cit.

Page 64: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

51

teman-temannya untuk menyadarkan akan pentingnya

pendidikan dalam kehidupan.

Nah, itulah maksudku, aku hanya ingin kalian bisa

terus semangat sekolah demi masa depan kalian. Itu

semua demi kalian sendiri, bukan demi Kania atau

demi aku, aku ingin melihat kalian sukses.25

Faisal adalah seorang tenaga pengajar pembantu di

kampungnya. Hal itu merupakan bukti bahwa ia begitu peduli

terhadap pendidikan di kampungnya. Ia mengajarkan dengan

ikhlas tanpa mengharapkan imbalan. Sikap ikhlasnya ia

tunjukkan ketika panitia Dinas hendak memberikan sepucuk

amplop yang sudah dipastikan isinya adalah uang, namun, Faisal

berusaha menolaknya.

Empat orang panitia dari Dinas menyalamiku sambil

tangannya menempelkan sepucuk amplop. Naluriku

mengatakan isinya uang, dan aku mencoba

menolaknya. Bagaimanapun juga pahala lebih

berarti daripada sekadar uang. Aku tak mau niat

tulusku dilumuri oleh pujian manusia yang berupa

materi ataupun ucapan sanjungan.26

Sikap ini sangat terpuji. Pada zaman sekarang tak jarang

orang mengharapkan imbalan ketika berbuat sesuatu untuk

masyarakat, tetapi Faisal memberikan contoh yang sangat baik,

bagaimana ia mau membantu dengan ikhlas.

Karakter tokoh protagonis ini ditampilkan ideal oleh

pengarang sehingga perlu dipertimbangkan ulang kemungkinan

terjadinya intelektualisasi pada tokoh ini. Toh ia baru kelas dua

SD, akan tetapi memiliki perkembangan karakter seperti orang

yang lebih dewasa.

25 Prasetyo, Loc.cit. 26 Ibid., h. 210.

Page 65: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

52

2). Pambudi

Sebelum pengarang memperkenalkan tokoh Pambudi

secara lebih jauh, ia menggambarkan tokoh Pambudi secara

analitik melalui penggambaran fisik yaitu seorang anak yang

bergigi kelinci. Ia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Hal

itu dapat dilihat dalam kutipan berikut:

Si gigi kelinci Pambudi mencoba berfikir bagaimana

cara untuk mengalahkan Mat Karmin, tanpa seorang

pun dari kami yang merasa terbebani.27

Pambudi hidup dari keluarga tidak mampu sehingga ia

hanya mampu bekerja sebagai pengangkut rumput untuk makan

sapi. Pekerjaan itu ia lakukan untuk meringankan beban orang

tuanya. Tak pernah terbesit dalam benaknya untuk melanjutkan

sekolah karena ia menyadari kemiskinan yang dialami. Namun,

kelebihan yang dimiliki Pambudi adalah sifatnya yang bijak

sehingga menjadikan Pambudi seorang pemimpin di antara

teman-temannya.

Sekarang, kami telah mengangkat Pambudi secara

resmi menjadi pemimpin kami. Yudi menerangkan

padaku.28

Secara dramatik, pengarang memunculkan penokohan

Pambudi dengan karakter sosok yang agresif, terbukti dengan

keagresifannya ketika menyatakan cinta kepada Kania. Tanpa

rasa malu dan kesadaran diri bahwa ia adalah murid baru, ia

tetap mengejar cinta Kania.

Tapi aku sungguh-sungguh Kan, sejak aku lihat

kamu pertama kali, sejak kau membelaku mati-

matian dari Rena, sungguh mati aku langsung

terpikat sama kamu.29

27 Ibid., h. 8. 28 Ibid., h. 64. 29 Ibid., h. 120.

Page 66: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

53

Sama halnya dengan tokoh Faisal yang digambarkan

pengarang secara berlebihan (tidak wajar), tokoh Pambudi pun

terkesan tak lazim, karena sifatnya yang agresif tersebut tidak

sesuai dengan keadaan anak SD seusianya. Dalam hal ini,

pengarang terlalu lepas dalam menghadirkan watak pelaku cerita

tanpa memikirkan logis atau tidaknya karakter tersebut.

Selain itu, Pambudi adalah anak yang sangat kreatif dan

mempunyai ide yang cemerlang. Ketika ia dan kedua temannya

sedang pusing memikirkan perlengkapan sekolah seperti tas,

sepatu dan buku-buku yang tentunya membutuhkan biaya yang

tidaklah sedikit, Pambudi mengeluarkan ide kreatif untuk

membuat sendiri perlengkapan tersebut tanpa harus

mengeluarkan biaya besar.

Kita akan membuat tas sendiri dari karung gandum,

sedangkan untuk seragamnya kita bisa beli dari

penjual rombeng di sudut Pasar Langgar.30

Dari kutipan di atas, pengarang mendeskripsikan

mengenai kemiskinan yang mereka alami. Ketidakmerataan

kesempatan untuk mendapatkan pendidikan ini bisa diukur

melalui tempat tinggal, dan terutama menurut status sosial

ekonomi seseorang.31 Pemimpin anak-anak alam ini juga

ternyata memiliki perasaan yang sangat peka, ia mudah sekali

terharu sehingga ia mengeluarkan air mata ketika Faisal

menanyakan kepadanya mengapa ia dan kedua temannya

memutuskan berhenti sekolah.

Tak ada jawaban, tetapi meledaklah tangis Pambudi,

tangis yang haru-biru dan memecah langit. Yudi dan

30 Prasetyo, Loc.cit. 31 Ivonie Trinurjayanti, Implementasi Teori-Teori Pendidikan dalam Praktek Pendidikan

di Indonesia,artikel ini diunduh pada 11 November 2013, Pukul 10.00, dari http://copetalammanusiaberpendidikan.blogspot.com/2013/01implementasi-teori-teori- pendidikan.html?m=1

Page 67: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

54

Pepeng tak kuasa untuk menghentikan uraian air

mata yang deras di sudut matanya. Ia mengguncang-

guncangkan tubuh Pambudi. Si pemimpin anak-anak

alam itu tak terlihat seperti sosok yang pantas

disegani karena tangisan Pambudi menyebabkan

hancurnya citra Pambudi.32

Sikap Pambudi tersebut mengesankan sebuah paradoks,

karena seharusnya seorang yang telah dinobatkan sebagai

pemimpin berjiwa kuat dan tegar, namun tidak demikian dengan

pemimpin anak alam ini. Di awal cerita, ia dikenal sebagai

pemimpin anak alam yang bijaksana dan dewasa, namun di

akhir cerita telah terjadi sebuah paradoks, ketika ketegarannya

sebagai seorang pemimpin luntur begitu saja tatkala ia

menangisi keadaannya yang terpaksa harus berhenti sekolah

karena perintah orangtua.

Hal ini menunjukkan masih adanya kelemahan pada

karakterisasi tokoh Pambudi, di mana ia ditampilkan sangat

dewasa untuk ukuran anak seusianya, namun juga kekanakan

dan rapuh saat menghadapi keadaan dirinya sendiri.

3). Pepeng

Anak yang memiliki keinginan sekolah ini hanya mampu

menggigit jari karena ia hanya bekerja membantu ayahnya

sebagai pengangkut kelapa dari pelabuhan ke pasar-pasar malam

dengan menggunakan becak sejauh 25 kilo.

Ya... memang, aku juga tidak terima, Tiap malam

tak pernah tidur hanya demi sesuap nasi, mengayuh

becak sepanjang 25 kilo, apalagi dibebani dengan

berkilo-kilo kelapa, betisku sampai bertelur.33

Pepeng adalah anak yang pendiam dan pemalu. Hal itu

dijelaskan oleh pengarang ketika Pepeng hendak mengutarakan

niatnya yang ingin sekolah kepada orang tuanya. Sifatnya

32 Prasetyo, Op.cit., h. 191. 33 Prasetyo, Loc.cit.

Page 68: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

55

tersebut disampaikan pengarang dengan cara analitik seperti

dalam kutipan berikut:

Suaranya hanya tercekat ditenggorokan. Ia tak

sampai hati meyampaikan keinginan yang akan

berguna utuk dirinya sendiri, tetapi karena sudah

kesepakatan yang tak mungkin diingkari, Pepeng

pun terpaksa memberanikan diri dan perasaan tak

karuan.34

Sikap pendiam dan pemalu Pepeng tersebut dikarenakan ia

tak tega jika ia harus mengutarakan maksudnya untuk

bersekolah. Ia tak tega jika tak membantu meringankan beban

orang tuanya dalam mencari nafkah, seperti yang jelas

tergambar dalam kutipan di atas. Pendidikan merupakan hak

seorang anak dalam menjalani kehidupan sedangkan orang tua

berkewajiban memenuhi hak tersebut. Akan tetapi, dalam novel

ini dikisahkan bahwa ayah dari Pambudi, Yudi dan Pepeng ini

seolah tidak merasakan adanya tanggung jawab sebagai orang

tua. Mereka tak memikirkan nasib pendidikan dan masa depan

anak-anak mereka. Hal tersebut dikarenakan faktor ekonomi

yang tidak memungkinkan untuk membiayai sekolah anak-anak

mereka sehingga dalam novel ini terkesan tidak mempedulikan

pendidikan anak-anak mereka.

4). Yudi

Yudi yang albino seorang penjual pisang goreng keliling

kampung. Kelainan yang ada pada dirinya membuatnya menjadi

tak percaya diri. Kulitnya yang albino membuatnya merasa

bahwa dirinya bukan manusia normal. Hal itu membuatnya

minder dan tak ingin bersekolah karena hanya akan menjadi

bahan ejekan teman-temannya. Mengenai penggambaran

fisiknya tersebut, pengarang telah menyampaikan kepada

pembaca secara analitik seperti dalam kutipan di bawah ini:

34 Ibid., h. 78.

Page 69: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

56

Sedangkan Yudi albino, tahi lalatnya serasa hampir

copot karena tubuhnya terguncang-guncang akibat

saking kuatnya tawa yang ia keluarkan.35

Namun, rasa tak percaya dirinya ia buang jauh-jauh demi

membantu perekonomian keluarga. Sifatnya yang penyabar

ketika ia diledeki oleh temannya tak membuat ia lantas berhenti

bekerja menjajakan pisang gorengnya walaupun ia

sesungguhnya merasa sakit hati.

Aku sendiri setiap sore harus berkeliling kampung

menjual pisang goreng ke rumah-rumah di

Kampung Genteng, tetapi bukan pembeli yang aku

dapat, melainkan ejekan dari orang-orang kampung

yang melihat kulitku seperti sapi, mereka

meneriakiku: „Bule kampung... Bule kampung...‟

Dalam keadaan seperti ini, apa aku harus sekolah

Sal? Kali ini Yudi yang bicara.36

Dari kutipan di atas, Yudi digambarkan merasa minder

dengan kekurangan fisiknya dan ia berusaha mengubah warna

kulitnya menjadi kecoklatan dengan cara berjemur di bawah

terik matahari. Kadang ia berdo‟ a agar k ulitnya berubah

kecoklatan. Berikut ini merupakan kutipan bahwa Yudi

memiliki krisis kepercayaan diri dan berusaha menyemangati

dirinya sendiri.

―Yudi, kamu bisa Yud, kamu ganteng kulitmu

seperti bule, kamu harus percaya diri, penampilanmu

ini yang terbaik, teman-temanmu pasti kalah,‖ Yudi

terus saja menyemangati dirinya dalam hati.37

Yudi berbisik dalam hatinya bahwa kekurangan yang ia

miiki harus ia jadikan kelebihan meskipun ia diejek oleh

temannya. Kemiskinan yang ia alami mengharuskan dirinya

berjualan pisang goreng keliling kampung dan berjualan di

35 Ibid., h. 27. 36 Prasetyo, Loc.cit. 37 Ibid., h. 114.

Page 70: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

57

sekolah tempat ia belajar, sehingga ia menjadi bulan-bulanan

ejekan temannya yang berstatus sosial lebih tinggi. Tema minor

berupa diskriminasi dan adanya kesenjangan sosial jelas

tergambar melalui tokoh Yudi. Seperti yang kita ketahui

bersama, bahwa kemiskinan kerap membuat anak-anak di negeri

ini merasa tertekan dan mempengaruhi psikologi mereka

sehingga menjadi salah satu alasan atau pemicu seseorang

melakukan tindakan kriminal. Namun, tidak untuk anak-anak

miskin seperti Pambudi, Yudi dan Pepeng. Mungkin saja

mereka merasa tertekan dengan keadaan sekeliling mereka

terutama di sekolah, tetapi mereka tetap tak mempedulikannya.

5). Pak Zainal

Pak Zainal adalah Kepala Sekolah di SD Kartini. Sikapnya

yang bijaksana dan tegas membuat para murid sangat kagum

kepadanya. Ia selalu mengutamakan siswa yang tidak mampu

untuk tetap memperoleh pendidikan. Perwatakan Pak Zainal

dalam cerita disampaikan secara analitik oleh pengarang melalui

kutipan berikut:

Sebagai seorang kepala sekolah, ibarat direktur

perusahaan, ia harus lebih bijak mengambil

keputusan. Memang hal yang tidak mudah, ia harus

mempertimbangkan hati nurani dan perasaannya

sebagai referensinya untuk mendasari setiap

keputusan.38

Secara dramatik, pengarang menyampaikan perwatakan

tokoh Pak Zainal yang bijaksana dan penuh perhatian melalui

dialog antara dirinya dengan Faisal ketika Faisal meminta Pak

Zainal agar mau menerima ketiga temannya untuk bersekolah.

Seperti terlihat dalam kutipan berikut:

38 Ibid., h. 85.

Page 71: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

58

―Kalau boleh Pak, aku titip ketiga temanku yang

akan bersekolah di sini, hanya saja mereka orang

tidak mampu‖.

―Boleh… boleh…., asalkan mereka memang berniat

untuk sekolah‖.39

Dari kutipan di atas, dapat kita simpulkan bahwa watak

Pak Zainal benar-benar berjiwa besar. Ia selalu membantu

orang-orang yang tidak mampu untuk tetap memperoleh

pendidikan. Ia lebih mengutamakan niat dan kesungguhan

siswanya yang benar-benar bertekad untuk sekolah. Sangat

berbeda dengan keadaan masa kini yang lebih mementingkan

uang dibanding nasib anak-anak yang tidak mampu. Selain itu,

Pak Zainal memiliki perasaan yang sangat peka dan rasa simpati

yang tinggi. Ia sempat terharu dan menangis ketika ketiga anak

alam menghadapnya dengan berseragam lusuh, hanya memakai

sendal jepit dan memakai tas yang terbuat dari karung gandum.

Hal itu disampaikan pengarang secara analitik.

Tiba-tiba, setitik air mata menetes di pipinya, ia

pasti terharu dan batu di dalam hatinya akan pecah

mendengar cerita sedih mereka.40

Pandangan yang pertama muncul dalam benak seseorang

mengenai Kepala Sekolah adalah seorang yang dewasa,

bijaksana dan tegar. Namun tidak demikian dengan Pak Zainal.

Ia memang Kepala Sekolah, tetapi ia tak dapat

menyembunyikan rasa harunya sehingga membuatnya menangis

di depan salah satu muridnya. Sikap dari tokoh Pak Zainal ini

sangat pantas untuk dijadikan teladan bagi pembaca, khususnya

bagi kepala sekolah di lembaga lainnya, agar dapat dijadikan

cerminan bahwa bagi kalangan yang memiliki ekonomi rendah

39 Prasetyo, Loc.cit. 40Prasetyo, Loc.cit.

Page 72: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

59

tetap layak mendapatkan pendidikan dan diharapkan dapat

mencontoh sikap Pak Zainal agar pendidikan di dunia

khususnya di Indonesia merata, dan orang-orang dari kalangan

bawah tetap mendapatkan haknya untuk memperoleh

pendidikan. Kehadiran tokoh Pak Zainal sekaligus merupakan

kritik sosial bagi masyarakat Indonesia.

6). Bu Mutia

Bu Mutia adalah sosok guru yang disenangi semua murid,

karena sosoknya yang bijak dan perangainya yang lemah

lembut. Ia merasa bertanggung jawab penuh terhadap

pendidikan anak didiknya terutama dalam berakhlak. Maka

ketika seluruh anak sibuk mencemooh Pambudi, Yudi, dan

Pepeng, bu Mutia memberikan nasihat bagaimana berakhlak

terhadap sesama.

Meskipun Yudi begitu, tapi kalian nggak boleh

mengucilkan Yudi, bagaimanapun juga Yudi itu

teman kalian. Di kelas ini, tidak ada perbedaan,

meskipun Kalian anaknya pengusaha, anaknya artis,

atau anaknya dokter, tetapi kalau sudah ada di kelas

ini, semua status itu hilang, kedudukan Kalian sama,

Kalian murid-murid Ibu yang punya hak dan

kewajiban yang sama untuk terus menuntut ilmu.41

Kutipan tersebut merupakan bukti adanya kesenjangan

sosial dalam cerita. Kesenjangan sosial tersebut tergambar

begitu jelas antara si kaya dan si miskin, perbedaan tersebut

ditonjolkan oleh pengarang melalui tokoh ketiga anak alam

ketika berada di kelas dan mendapat hinaan dari temannya yang

kaya. Kesenjangan sosial seperti tergambar di atas pun

seringkali kita jumpai di kehidupan nyata. Bahwa antara si kaya

dan si miskin seolah terdapat jarak yang sangat jauh sehingga

interaksi sosial dalam bermasyarakat pun tidak berjalan

41 Prasetyo, Loc.cit.

Page 73: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

60

sebagaimana mestinya. Pengarang menggambarkan sifat Bu

Mutia sebagai seorang yang penyayang dan lemah lembut. Hal

tersebut disampaikan langsung oleh pengarang melalui kutipan

berikut:

Ibu guruku, Ibu Mutia, di kelas satu adalah sosok ibu

yang tak pernah tergantikan. Beliau adalah sosok

penyayang dan lemah lembut. Selama empat puluh

tahun mengabdi, sejak sekolah ini dibangun di masa

awal kemerdekaan, sudah berapa ribu murid yang

diajarkannya membaca. Aku bisa membaca karena

Bu Mutia. Aku benar-benar bangga Bu Mutia.42

Selain itu, bu Mutia juga merupakan guru yang tegas

terhadap anak didiknya. Hal tersebut terbukti ketika bu Mutia

memarahi salah satu murid yang sedang asik dengan

khayalannya bermain video game ketika kegiatan belajar

berlangsung.

―Kau pikir ini sekolah bapak moyangmu apa? Aku

tahu, kau anak bodoh, tapi setidaknya bersikaplah

yang baik agar Ibu bisa simpati padamu.‖ Walaupun

sosoknya lembut, Bu Mutia bisa keras juga,

khususnya untuk anak yang tak bisa diatur.43

Sosok Bu Mutia yang lemah lembut dan tegas membuat ia

disegani oleh semua muridnya. Sebagai seorang guru baik, ia

memegang teguh prinsip dan mengutamakan akhlak. Saat ini,

uang adalah alat mujarab untuk memperlancar semua perkara,

tetapi tidak untuk bu Mutia. Bu Mutia tidak menerima suap dari

salah seorang wali murid yang meminta agar anaknya dinaikkan

kelas.

―Apa tidak ada toleransi sedikitpun…?‖ kata

perempuan itu sambil membuka dompetnya dan

mengeluarkan beberapa lembar uang kertas lima

42 Ibid., h. 89. 43 Ibid., h. 283.

Page 74: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

61

puluh ribuan, disorongkan pelan-pelan ke arah Bu

Mutia, tanpa diketahui oleh orang tua murid yang

lain.44

Sikap Bu Mutia dalam kutipan di atas, seolah menjadi

sebuah kritik sosial yang sering terjadi bahwa masih banyak di

negara ini yang menganggap uang adalah segalanya dan mampu

menghalalkan segala cara hanya demi uang. Tidak hanya orang

biasa saja yang melakukan praktik suap tersebut, bahkan orang-

orang yang berkedudukan tinggi dalam sistem pemerintahan

negara pun masih banyak yang melakukan hal tersebut. Suap

menyuap ini rupanya sudah menjadi tradisi bagi masyarakat

Indonesia, tak ayal jika banyak warga Indonesia yang

mencontoh praktik ini, karena para pejabat dan anggota

parlemen pun banyak melakukan praktek haram ini. Maka dari

itu, sikap yang dihadirkan pengarang melalui tokoh Bu Mutia ini

sekaligus menjadi teguran keras untuk masyarakat sekitar.

7). Kania

Kania merupakan sosok yang digambarkan secara fisik

cantik, tubuhnya mungil, kulitnya bersih, rambutnya lurus dan

suka dikepang dua. Seperti dalam kutipan yang digambarkan

secara analitik:

Tanpa sadar, mereka menoleh ke arah Kania. Wow,

gadis yang cantik, cerdas, dan lihat.... kepang dua

dengan pita merah hati itu terukir manis di

rambutnya yang hitam. Suatu kesempurnaan yang

tiada bandingannya. Kania.... selain cantik, tetapi

juga berhati emas, dan satu lagi ia berani menantang

arus di tengah dominasi suara-suara minor tentang

anak-anak alam.45

Dari awal kemunculan tokoh Kania, pengarang

memunculkan sosok Kania sebagai sosok yang seakan-akan

44

Ibid., h. 407—408. 45 Ibid., h. 97.

Page 75: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

62

tepat berada di antara teman-temannya yang berasal dari

kalangan atas, karena cara berpakaiannya yang rapi, juga

sebagai anak yang cerdas. Namun, pengarang memberikan

kejutan kepada pembaca ketika di tengah cerita, pengarang

menjelaskan bahwa sebenarnya sosok Kania adalah sosok yang

sederhana yang tak berbeda keadaannya dengan ketiga anak

alam itu. Hal ini menarik karena pengarang memberikan

gambaran tokoh Kania yang sesuai stereotip anak orang kaya di

satu sisi, namun di sisi lain ia menampilkan Kania secara

kebalikan. Hal ini menimbulkan paradoks.

Seperti kemarin-kemarin, setiap ada temannya yang

singgah entah itu akan belajar kelompok atau minta

diajari pelajaran matematika, mereka akan kaget dan

tak percaya dengan keadaan Kania, maksud utama

teman-teman Kania ke rumahnya jadi lupa jika

melihat keadaan Kania di rumahnya. Kania yang di

sekolah memakai seragam yang putih rapi disetrika,

di rumahnya hanya memakai baju sederhana dengan

warna yang pudar serta gambar bunga yang layu

melekat di bajunya.46

Kania berusaha mencoba keluar dari jerat kemiskinan

dengan mengutamakan pendidikan. Kania adalah salah satu

murid terpandai di kelas satu SD Kartini. Kania berjiwa baik,

Meskipun ia murid cerdas, namun ia tidak sombong kepada

temannya. Kania adalah malaikat bagi Pambudi, Yudi dan

Pepeng ketika mereka pertama kali memasuki kelas, ketika

mereka dihina oleh anak-anak kaya seperti Rena dan Guruh,

Kanialah yang membela ketiga anak alam itu.

―Aku tak membela siapa -siapa, aku hanya membela

kebenaran. Sudahlah omongan anak-anak jangan

46 Ibid., h. 293.

Page 76: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

63

dimasukkan ke hati ya, anak-anak kalau bercanda

memang suka kelewatan‖.47

Sosok Kania yang baik hati tersebut telah membuat ketiga

anak alam itu menaruh hati padanya. Selain digambarkan

sebagai sosok yang baik hati, Kania juga digambarkan kreatif

yang memotivasi Pambudi ketika ia menyatakan cinta kepada

Kania dan Kania pun memberinya syarat sebagai motivasi

Pambudi dalam belajar.

―Terserah kau, itu hakmu, tetapi sebaiknya kau

urungkan perasaanmu itu, sebab aku nggak bisa

membalas cintamu, lagian aku nggak suka sama

orang bodoh, kalau kau suka sama aku, kamu harus

tahu diri, belajar yang betul, dan yang penting kau

harus bisa membaca, menulis, dan berhitung‖.48

Kata-kata Kania tersebut merupakan motivasi untuk

Pambudi bahwa jika ia ingin mendapatkan hati Kania maka ia

harus pandai membaca, menulis, dan berhitung. Di dalam proses

belajar, tidak hanya niat yang diperlukan, tetapi juga motivasi

berupa cinta. Kania memberikan motivasi positif kepada

Pambudi. Kania adalah anak yang cerdas, bahkan dapat

dikatakan sebagai anak yang jenius.

Sekolah Kartini punya aset mahal yang harus

dipertahankan, dialah Kania, anak kelas satu yang

punya banyak keistimewaan. Kami, para guru sudah

membulatkan keputusan kalau Kania ini tak hanya

pintar, ia jenius, ia melampaui zamannya,

seharusnya ia dilahirkan enam atau tujuh tahun

sebelumnya karena kulihat ia punya kemampuan

melebihi anak-anak seusianya.49

Kecerdasan yang dimiliki oleh Kania sangat jarang

dimiliki oleh anak seuasianya, sehingga ia menjadi aset untuk

47 Prasetyo, Loc.cit. 48 Prasetyo, Loc.cit. 49 Ibid., h. 443.

Page 77: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

64

sekolahnya. Kania adalah anak yang berasal dari kalangan

bawah sama seperti ketiga anak alam, seorang anak yang dapat

dikatakan miskin, sangat terbatas dalam fasilitas yang dapat

menunjang kecerdasannya, namun tak menghalanginya untuk

menjadi anak yang cerdas.

b. Tokoh Antagonis

Tokoh antagonis adalah tokoh yang bertentangan dengan

tokoh protagonis, tokoh antagonis ini selalu menghalangi dan

melawan apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh protagonis, serta

menyebabkan terjadinya konflik sehingga cerita menjadi lebih

hidup. Adapun tokoh antagonis tersebut di antaranya :

1) Rena

Rena adalah teman ketiga anak alam yang bersekolah di

SD Kartini. Rena tidak seperti teman lainnya yang mau

menerima kehadiran ketiga anak alam di kelas mereka. Rena

selalu memandang rendah Pambudi, Yudi dan Pepeng. Sejak

pertama kali ketiga anak alam itu menginjakkan kaki di kelas,

Rena lah yang paling semangat menghina anak Gedong Sapi

tersebut.

―Ooo, jadi kalian anak pembantu? Wah, kebanyakan

murid-murid di sini meskipun bukan dari orang

kaya, tetapi kita bukan anak seorang pembantu

seperti kalian‖.50

Dari kutipan di atas, jelas terlihat sifat angkuh yang

dimiliki Rena. Ia tidak ingin bergaul dengan Pambudi, Yudi dan

Pepeng. Ia hanya ingin berteman dengan anak yang sebanding

dengannya. Hal tersebut memperjelas adanya kesenjangan sosial

dalam bergaul. Kesenjangan sosial tersebut tidak menimbulkan

tekanan batin bagi ketiga anak alam itu. Sikap Rena yang lain

50 Ibid., h. 96.

Page 78: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

65

yang tak pantas dicontoh yaitu ketika ia mencontek pada saat

ujian berlangsung. Sikap yang dilakukan Rena jelas merupakan

contoh yang sangat tidak baik.

Hingga tiba-tiba Bu Mutia menangkap gerakan yang

aneh dari Rena, ia tampak menggeser lembar

jawabannya ke sebelah kanan sedikit, tetapi

pandangannya selalu tertuju ke tengah. Bu Mutia

mendongak sedikit dan melhat sebuah tisu kecil

berada di atas meja. Bu Mutia curiga, tak biasa-

biasanya tisu dibentangkan begitu rupa, dan Rena,

anak penggemar cerita silat itu terus saja

memandang tisu di depannya seperti mengeja aksara

yang ada.51

Selain digambarkan sebagai tokoh antagonis, pengarang

juga membuat tokoh Rena sebagai tokoh bulat. Tokoh bulat

yaitu tokoh yang memiliki watak berubah-ubah. Pengarang

membuat perwatakan Rena sebagai tokoh yang memiliki watak

berubah-ubah, mulai dari tokoh yang berwatak jahat, lalu baik,

lalu jahat kembali, begitu seterusnya hingga ia benar-benar

tersadar. Penggambaran tokoh Rena tersebut dapat kita lihat

pada kutipan berikut.

― Iya, tapi yang jelas orang miskin seperti kalian

tidak pantas sek olah di sini,‖ sambil berkata begitu

Rena tengah asyik membolak-balik cersil Kho Ping

Hoo-nya......52

Pengarang memperkenalkan watak Rena pada pembaca

diawali dengan wataknya yang sombong ketika Pambudi, Yudi

dan Pepeng mulai bersekolah dan bergabung di kelas Rena.

Namun, pada bagian selanjutnya pengarang mengubah watak

Rena menjadi watak yang mudah tersentuh hatinya dan seolah

mulai menyadari kesalahannya, seperti pada kutipan berikut:

51 Ibid., h. 379. 52Prasetyo, Loc.cit.

Page 79: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

66

Yudi tersenyum penuh kemenangan, Pepeng

celingukan memperhatikan teman-temannya yang

tertunduk dengan segebung rasa bersalah yang

menghimpit dadanya. Rena, Wisnu, Fajar, Guruh,

dan semua murid kelas 1-2 diam tak bergerak, hanya

sesekali tubuh mereka yang terguncang-guncang,

gemetar menahan kesedihan, mereka menjelma

menjadi batu, menangis karena airmata kedukaan itu

sumpyug meruah melalui sudut kecil di kelopak

matanya.53

Penggambaran tokoh Rena yang pada awalnya sombong

tiba-tiba berubah menjadi tokoh yang menyadari kesalahannya

ketika bu Mutia menasehatinya karena ia dan teman-temannya

menghina Pambudi, Yudi dan Pepeng. Tak lama tokoh Rena

dengan watak baiknya yang mau mengakui kesalahan ternyata

pada bagian tengah pengarang mulai memunculkan kembali

watak semula Rena yaitu watak sombong. Dapat dilihat pada

kutipan di bawah ini:

―Ah, masa bodoh. Anak -anak kampung itu membuat

selera belajarku turun, mataku seperti mengganjal

sesuatu, hidungku seperti tidak bebas menghirup

udara di kelas ini, ada bau-bau yang bikin aku sesak

napas, telingaku juga nggak terbiasa mendengar

bunyi-bunyi asing yang membuatku harus

menutupnya. Dan itu semua disebabkan oleh

kedatangan anak-anak kampung itu, anak-anak sok

pintar dan tukang cari perhatian‖.54

Tidak lama setelah Rena dengan watak sombongnya

dihadirkan oleh pengarang, lalu Rena kembali tersadar akan

kesalahannya dan kembali menangis, sama seperti pada bagian-

bagian sebelumnya.

Aneh, Rena memang aneh, sehabis memaki ia

menangis, sehabis ia menang melawan Kania dan

anak-anak alam itu seharusnya ia bergembira, tetapi

53 Ibid., h. 266. 54 Prasetyo, Loc.cit.

Page 80: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

67

ia justru menangis tak pantas, menangis seperti anak

kecil yang cengeng.55

Rena kembali mengakui kesalahannya dan menangis

karena telah disadarkan oleh tokoh Kania. Setelah pengarang

membuat pembaca merasa lega karena tokoh Rena yang berubah

menjadi baik, ternyata justru tokoh Rena kembali dihadirkan

dengan watak angkuhnya.

―Teman? Ih amit -amit deh, punya teman seperti

kamu.‖ Rena kemudian membalikkan badan dan

segera menutup pintu. Lantas, membantingnya

keras-keras‖.56

Sosok Rena juga digambarkan sebagai seorang yang

pemalas, seperti terlihat pada kutipan:

―Itu karena kau malas, tidak punya niat, padahal

belajar menghafal dengan menulis itu lebih cepat

masuknya daripada belajar seperti orang kerasukan

setan yang bicaranya ngelantur tak karuan‖.57

Penggambaran watak Rena yang berubah-ubah mampu

membuat pembaca merasa dimainkan perasaannya oleh

pengarang. Selain itu tokoh bulat (kompleks) sering

memberikan kejutan-kejutan karena muncul watak yang tak

terduga secara mendadak, sehingga dapat memberikan suasana

cerita menjadi terpengaruh karenanya.

2) Pak Cokro

Pak Cokro adalah seorang yang dikenal oleh masyarakat

Kampung Genteng sebagai orang pintar atau dukun. Pak Cokro

merupakan provokator dalam penyerangan yang menghancurkan

Gedong Sapi. Pak Cokro lah yang menghasut dan membohongi

pemuda-pemuda pengangguran dan bodoh untuk mau mengikuti

55 Ibid., h. 327. 56 Ibid., h. 343. 57 Ibid., h. 382.

Page 81: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

68

perintahnya menghancurkan Gedong Sapi. Pak Cokro memiliki

sifat penghasut. Hal itu disampaikan pengarang secara analitik

dalam kutipan berikut:

Mereka yang sama-sama berdiri dihadapanku kini

adalah segerombolan anak muda yang tak tahu apa-

apa, tetapi diprovokasi oleh Pak Cokro untuk

menyerang Gedong Sapi, terbukti mereka seperti

kerbau dicocok hidungnya yang menurut saja apa

yang dikatakan dukun itu.58

Ia adalah seorang dukun yang selalu mengaitkan segala

peristiwa yang terjadi dengan hal-hal gaib.

Sejak dulu, sampai usiaku sekarang 10 tahun, ia

sudah tersohor sebagai tabib pengobatan. Ia

seringkali mengobati pasien dengan air yang

disemburkan dari mulutnya. Sebelumnya, ia

berkumur-kumur dengan air kembang setaman,

dirapalkan mantra, barulah molekul-molekul air

berubah.59

Sejak zaman dahulu hingga saat inipun masih banyak

orang yang mempercayai dukun, terlebih mereka yang tinggal di

tanah Jawa dengan tradisi yang sangat kental, salah satunya

ialah mempercayai dukun sehingga dalam cerita ini pengarang

mencoba menghadirkan tradisi tersebut. Dengan profesinya

sebagai tabib yang disegani masyarakat, membuat ia haus

sanjungan dan bersifat sombong.

Namanya akan semakin membumbung, sepertinya

kepalanya mendadak membesar. Ya, meskipun Pak

Cokro sudah dibilang bisa membaca, namun itu tak

merubah sifatnya yang gandrung sanjungan, gila

hormat, karena ia punya kemampuan baru yang

jarang dimiliki oleh orang-orang tua di Kampung

Genteng.60

58 Ibid., h. 159. 59 Ibid., h. 160. 60 Ibid., h. 217.

Page 82: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

69

Sifat haus akan sanjungan seseorang memang bukanlah

hal yang aneh dalam kehidupan bermasyarakat. Masih banyak di

sekitar kita orang-orang yang menginginkan dirinya dipandang

dalam masyarakat dan menjadikannya pribadi yang sombong.

3) Mat Karmin

Mat Karmin secara fisik digambarkan sebagai seorang

laki-laki yang berusia sekitar 30-an. Tubuhnya bongsor, jakun

dan bulu sudah tumbuh yang menandakan ia sudah dewasa.

Wajahnya tirus dengan tonjolan tulang pipi dan geraham yang

bergemelutukan. Penggambaran fisiknya tersebut disampaikan

pengarang secara analitik. Perhatikan kutipan berikut:

Seorang laki-laki yang dilihat dari wajahnya,

usianya tak lagi muda, sekitar 30-an tahun lebih,

senyum-senyum sendiri sambil tertidur di rumput

perdu, tubuhnya terguncang-guncang oleh tawa yang

tak bisa ditahan dari diafragma perutnya.61

Selain itu, Mat Karmin adalah seorang pebisnis mainan

anak yang ulung. Ia selalu tahu kegemaran anak-anak dan

musim yang sedang digemari oleh anak-anak. Mat Karmin

hidup sebatangkara semenjak orang tua angkatnya meninggal

ketika ia masih kanak-kanak. Ia diwarisi sebuah rumah oleh

orang tua angkatnya, sehingga ia lebih suka menyendiri dalam

rumah. Masa kanak-kanakanya telah direnggut oleh

kesendiriannya sehingga ia menjadi pribadi yang pendiam.

Karena ia akhirnya hidup sebatangkara, Mat Karmin

hanya berteman dalam kesunyian. Tiga tahun

pertama dihabiskan hidupnya sendirian, ia menjadi

manusia kamar, pribadi introvert yang tak mengenal

dunia luar selain kamarnya.62

61 Ibid., h. 227. 62 Ibid., h. 55.

Page 83: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

70

Masa kanak-kanak adalah masa yang harus dinikmati

dengan suka cita. Masa itulah mereka akan menghabiskan waktu

hanya dengan bermain. Namun tidak untuk Mat Karmin, lelaki

penyendiri ini lebih suka menikmati masa kecilnya dengan

mengurung diri di kamar, karena hal itu membuatnya merasa

damai. Ia hanya mengharapkan belas kasihan dari para

tetangganya yang seringkali memberinya makan. Akibat dari

perbuatannya yang mengungkung diri dalam kamar selama

bertahun-tahun, membuatnya kesulitan berbicara karena ia sama

sekali tidak melakukan komunikasi dengan siapapun. Efek yang

sangat buruk pun terjadi pada pribadi Mat Karmin. Ketika ia

tumbuh dewasa, ia justru tertarik dengan dunia anak-anak yang

selama ini tak ia temui dalam masa kecilnya. Ia lebih akrab

dengan anak-anak kecil dibanding bergaul dengan anak

sesusianya. Masyarakat menganggap Mat Karmin tak pantas

bermain dengan anak-anak, karena fisiknya menunjukkan ia

telah menjadi pribadi yang dewasa.

Bagiku, Mat Karmin hanyalah anak kecil yang

terperangkap dalam tubuh orang dewasa, masa

kecilnya terlihat kurang bahagia, dibandingkan aku

maupun anak Gedong Sapi.63

Melalui tokoh Mat Karmin ini timbullah paradoks, karena

melalui fisiknya yang besar serta berumur 30-an, merupakan

suatu tanda bahwa seseorang telah dewasa. Namun, tidak

demikian dengan Mat Karmin, ia justru seolah seperti anak kecil

dan bergaul dengan anak kecil, karena masa kecilnya dulu

kurang bahagia. Mat Karmin juga seorang yang licik dan mau

menang sendiri. Seperti tergambar dalam kutipan di bawah ini:

Tapi, Mat Karmin tak peduli, ia terus berusaha

merampas kepemilikan kami, kadang mengutus anak

63 Ibid., h. 56.

Page 84: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

71

seusia SMP untuk merebut kembali layang-layang

yang telah kami miliki, kadang ia juga perampas itu

sendiri. Mat Karmin memang licik, dan ingin untung

dua kali.64

Sifat liciknya tersebut juga menghadirkan paradoks bagi

pembaca, karena Mat Karmin seharusnya mampu mengayomi

anak-anak di bawah umurnya, bukannya bersikap jahat atau

licik. Akibat latar belakang kehidupannya yang penyendiri dan

sering bergaul dengan anak-anak kecil, belakangan diketahui

bahwa ia ternyata seorang pedofil. Semiun menjelaskan bahwa

pedophilia berasal dari kata pais, paios = anak; phileo =

mencintai. Pedophlia berarti penyimpangan seksual di mana

orang dewasa baik pria maupun wanita mencari kepuasan

seksual dengan anak-anak kecil, dan sebagian pelakunya adalah

seorang pria.65 Seperti yang dilakukan oleh tokoh Mat Karmin.

Laboratorium forensik kepolisian berhasil

mengungkap satu kejahatan kriminal yang dilakukan

oleh seorang pedophilis. Mat Karmin begitu

mengagetkan karena lelaki pendiam itu punya

kecenderungan aneh. Ia tidak normal karena

menyukai anak-anak kecil untuk dijadikan objek

birahinya.66

Kutipan di atas memberikan kejelasan mengenai perilaku

Mat Karmin yang aneh, di satu sisi Mat Karmin seorang yang

pendiam, namun di sisi lain ia menyimpan perilaku menyimpang

yang sangat merugikan orang lain, terlebih pada anak-anak kecil

yang tak berdosa.

4) Yok Bek

Yok Bek adalah seorang peternak sapi yang ulet. Ia

pemasok susu sapi terkenal se-Jawa Tengah. Ayah dari

64 Prasetyo, Loc.cit. 65 Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 2, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), h. 49. 66 Prasetyo, Op.cit., h. 235.

Page 85: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

72

Pambudi, Yudi, dan Pepeng sudah lama bekerja pada Yok Bek.

Yok Bek memiliki watak pemarah dan berlaku sewenang-

wenang. Tak jarang ia memaki ketiga ayah anak alam itu,

walaupun hanya karena masalah sepele.

Kadang Yok Bek — perempuan Cina itu —berdiri dan

berkacak pinggang di hadapan para pekerjanya,

dibentak-bentaknya ayah ketiga temanku itu dengan

kasar, bahkan kadang kata-kata makian yang aku

tahu, bahasa itu tabu bagi anak-anak.67

Perempuan uzur dengan kulit tangan yang mulai keriput

ini digambarkan oleh pengarang sebagai sosok yang berkedok

baik. Padahal, Yok Bek adalah keturunan Cina yang ingin

menghancurkan Gedong Sapi dan ingin menghancurkan

generasi penerus bangsa. Ia hanya menginginkan lahan di

Gedong Sapi untuk tempat peternakan sapinya. Namun,

peternakan Sapi milik Yok Bek justru membuat warga merasa

jengah karena bau kotoran sapi, dan sama sekali tak membawa

untung bagi warga. Perhatikan kutipan di bawah ini:

―Tetapi, selama ratusan tahun di Kampung Genteng,

apa yang bisa Engkoh lakukan untuk warga? Nggak

ada kan? Apa Engkoh pernah menyumbangkan

susu-susu sapi Engkoh untuk perbaikan gizi sehari

saja, agar anak-anak kampung bisa jadi pintar?‖.68

Sifat pelit yang dimiliki Yok Bek serta peternakan sapi

yang merugikan warga membuatnya akan segera diusir dari

Kampung. Sifat pelitnya tersebut merupakan paradoks bagi

warga Kampung Genteng, seharusnya seseorang yang memiliki

tingkat ekonomi tinggi harus pintar berbagi dengan sesama,

bukan justru mengabaikan mereka yang tidak mampu. Sifat

jahat Yok Bek nampak jelas terlihat ketika Pambudi, Yudi dan

67 Ibid., h. 17. 68 Ibid., h. 125.

Page 86: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

73

Pepeng yang tak lain anak dari orang-orang yang bekerja pada

Yok Bek mulai bersekolah. Ia tampak geram melihat anak-anak

itu mengenyam pendidikan.

―Ah, sialan, rupanya anak -anak itu sekarang sudah

sekolah, gawat, benar-benar gawat, kalau mereka

sekolah, kemudian menjadi pintar...‖.69

Dari kutipan di atas terlihat bagaimana Yok Bek merasa

cemas karena anak-anak Gedong Sapi menjadi penerus bangsa.

Ia menginginkan anak-anak Gedong Sapi tetap buta akan

pendidikan. Orang-orang seperti Yok Bek adalah penjajah

ekonomi bangsa Indonesia. Ia menginginkan usaha di tanah

Indonesia, karena Indonesia memiliki lahan yang kaya dan luas,

namun mereka tidak menginginkan warga Indonesia berjaya dan

turut menikmati hasil.

―Tidak! Hanya saja kau harus tahu tabiat orang -

orang semacam dia itu tidak suka kalau ada pribadi

yang pintar, biar bisa dibodohi terus‖.70

Perkara itulah yang membuat Yok Bek merasa takut

dengan bersekolahnya ketiga anak alam, sehingga Yok Bek

menghasut ayah dari ketiga anak alam itu agar menghentikan

sekolah anak-anak mereka. Seperti yang dikatakan Yok Bek

pada kutipan berikut :

―Coba dekati anak kalian, dan bicarakan baik -baik,

sebaiknya sekolahnya tak usah diteruskan, nanti saja

kalau sepulang anakku dari Australia untuk

meninjau peternakan sapi di sana, biarlah aku

omong-omong dengannya untuk memikirkan nasib

pendidikan anak-anak kalian‖.71

69 Ibid., h. 128. 70 Ibid., h. 133. 71 Prasetyo, Loc.cit.

Page 87: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

74

Sikap Yok Bek yang coba menghasut ketiga ayah anak

alam tersebut telah meracuni pikiran mereka yang memang ayah

ketiga anak alam tersebut mudah sekali terpancing oleh Yok

Bek, karena pendidikan mereka yang rendah tersebut.

Demikianlah penjelasan mengenai tokoh dan penokohan

dalam novel OMDS. Dapat disimpulkan bahwa tokoh protagonis

dalam cerita di antaranya adalah Faisal yang merupakan tokoh

sentral, selanjutnya Pambudi, Yudi, Pepeng, Pak Zainal, Bu

Mutia, dan Kania. Mereka merupakan tokoh yang kehadirannya

memberikan nilai positif melalui karakter yang mereka miliki.

Adapun tokoh antagonis dalam cerita di antaranya Rena, Pak

Cokro, Mat Karmin, dan Yok Bek. Mereka adalah tokoh-tokoh

yang ditampilkan dengan menonjolkan karakter sebagai

penentang dari tokoh protagonis.

Dari penjelasan mengenai tokoh dan penokohan, dapat

diketahui bahwa tokoh protagonis seperti Faisal, Pambudi, Yudi,

dan Pepeng telah meraih kesuksesan karena kesungguhan

mereka, sedangkan tokoh antagonis seperti Rena, Mat Karmin,

Yok Bek, telah menerima balasan dari perbuatan mereka yang

tidak baik. Pengarang ingin menyampaikan pesan bahwa

seseorang yang bersikap baik akan memperoleh kebahagiaan,

begitupun sebaliknya. Maka dari itu, watak yang ditampilkan

para tokoh dapat diharapkan menjadi pelajaran bagi pembaca.

Selain tokoh-tokoh yang disebutkan di atas, terdapat

beberapa tokoh lainnya yang memang tidak ditampilkan dalam

analisis karena kehadiran tokoh tersebut hanya sebagai

pendukung jalannya cerita dan tidak memiliki pengaruh yang

besar terhadap penceritaan. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya:

Guruh, Kharisma, Kiai Khadis, Ustadz Muhsin, Koh A Kiong,

Bang Ujai, dan Minto.

Page 88: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

75

3. Latar

Latar yang tergambar dalam novel ini mengacu pada tempat dan

waktu yang terdapat dalam novel. Latar seolah memberikan gambaran

jelas sehingga memberikan kesan realistis kepada pembaca.

a. Latar tempat

Latar tempat mengacu pada tempat atau letak geografis

yang terdapat dalam cerita. Adapun latar tempat utama dalam novel

ini yaitu di Semarang yang merupakan ibu kota Jawa Tengah dan

masih sangat kental dengan nuansa Tionghoa, karena sejak zaman

dahulu hingga saat ini masih banyak terdapat Tionghoa yang

menetap di Semarang. Di daerah ini terdapat daerah khusus untuk

Tionghoa yang disebut kampung pecinan.72 Hal tersebut terbukti

dari puluhan bangunan klenteng, rumah ibadah Tionghoa serta

rumah-rumah khas Tionghoa dengan arsitektur khas bangunan kota

lama. Seperti rumah seorang Tionghoa yang ada dalam novel

bernama Yok Bek, seorang keturunan Tionghoa, seolah

menunjukkan bahwa memang latar tempat dalam novel terdapat

pada aslinya. Seperti dalam kutipan berikut:

Rumah Yok Bek yang khas bangunan lama Kota

Semarang yang berasitektur campuran Italia dan Cina

itu berdiri megah, berseberangan dengan rumah ketiga

temanku yang teramat kumuh, pengap, kotor, dan

sempit.73

Kutipan di atas memberikan bukti bahwa hingga saat ini

masih ada Tionghoa yang menetap di Semarang dengan bukti

sejarah berupa bangunan rumah khas kota lama Semarang. Rumah

Yok Bek yang megah serta perkampungan kaum Tionghoa yang

tinggi tersebut seolah menjadi pembatas hubungan sosial antara

72Sejarah Semarang, diunduh pada 1 Desember 2013, Pukul 15.00, dari

http://sejarahsemarang.wordpress.com/tionghoa/ 73 Prasetyo, Op.cit, h. 18.

Page 89: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

76

Tionghoa yang menutup diri dengan warga pribumi. Keadaan

tersebut semakin memperjelas kesenjangan sosial yang terjadi.

Orang-orang Cina memang sengaja menjaga jarak

dengan kami, orang Jawa. Budaya mereka sangat

tertutup, terhalang oleh tembok-tembok tinggi, ghetto-

ghetto yang sengaja dibangun untuk menutup diri dari

dunia luar.74

Latar yang digunakan dalam novel ini merupakan latar

tipikal, karena daerah Kampung Genteng, Semarang lebih sering

dimunculkan disertai dengan penjelasan mengenai kekhasan kota

Semarang. Seperti kutipan berikut:

Kampung Genteng, itulah asal mula nama kampungku, entah

dari mana nama itu berasal, konon menurut ayahku,

kampungku itu pemasok genteng yang tiada duanya di

Semarang.75

Latar tempat yang terletak di Semarang ini semakin

memperkuat karakter masing-masing tokoh. Latar Semarang yang

dahulunya identik dengan Islam Kejawen, tetap tergambar dalam

cerita yang ada dalam novel OMDS, sehingga membentuk karakter

tokoh. Kepercayaan masyarakat Islam Kejawen ini mengakibatkan

masyarakat sebagian Semarang percaya dengan kemampuan

dukun. Dari penjelasan tersebut, dapat terlihat bagaimana

keterkaitan antara latar Semarang dengan karakter tokoh yang tidak

dapat dipisahkan.

b. Latar Waktu

Latar waktu dalam novel ini tidak dijelaskan secara langsung

oleh pengarang. Namun, dikaitkan dengan masa reformasi dan

dapat diperkirakan yaitu setelah reformasi, cerita ini terjadi pada

tahun 2000-an. Latar waktu selebihnya dijelaskan melalui

74 Ibid., h. 19. 75 Ibid, h. 11.

Page 90: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

77

pergantian waktu seperti pagi, siang, sore dan malam. Sejak zaman

dahulu, kota Semarang memang dikenal sebagai kota pecinan, yaitu

kota yang banyak dihuni oleh warga Tionghoa. Hingga kisaran

sampai tahun 2000, masih ada warga Tionghoa yang mendiami

kota Semarang. Seperti yang terdapat dalam novel, Yok Bek

tinggal di Semarang sejak tahun 1990-an, sebelum reformasi

sampai setelah reformasi (1998), karena setelah itu warga asli kota

Semarang mulai menunjukkan sikap berani melawan kepada

Tionghoa setelah sebagian Tionghoa mulai pergi dari kota

Semarang.

Yok Bek merasa terusik dengan tidur siangnya akibat

polah anak-anak alam yang cekikikan dalam bekerja

membantu ayah mereka di dalam kandang sapi.

Matanya tak juga terpejam, pikirannya masih melayang

kemana-mana memikirkan nasib kehidupannya yang

sungguh tragis. Tempat usahanya beternak sapi mulai

diganggu warga, mereka mulai berani menganggapnya

bukan tokoh penting dalam Kampung Genteng setelah

reformasi 1998.76

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa sebelum reformasi,

warga Semarang seolah digambarkan sebagai warga yang takut

pada Tionghoa, yang menguasai perekonomian warga pribumi.

Namun setelah reformasi pada tahun 1998, warga Semarang mulai

berani berontak dan tersadar bahwa mereka hanya diperbudak dan

menjadi kaki tangan Tionghoa, khususnya Yok Bek seperti dalam

cerita. Hal tersebut terlihat melalui kutipan berikut:

―Mau beritahu gimana, mereka adalah orang -orang terpelajar

yang belajar dari sejarah, orang-orang Cina yang sepertinya

bersahabat itu sebetulnya adalah penjajah ekonomi.

Bukannya mau ngritik nih Koh, mungkin sejarah Koh Yok

Bek berakhir sampai di sini. Engkoh harus puas, sudah lama

76 Ibid., h. 123.

Page 91: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

78

sekali Engkoh hidup dan berbaur di kampung ini tanpa

pernah terganggu...‖77

Hal tersebut merupakan puncak permasalahan yang dialami

antara warga pribumi dengan Yok Bek. Bukti lainnya yang

menunjukkan bahwa latar waktu terjadi kisaran tahun 2000an

adalah dengan adanya alat elektronik seperti video game, karena

pada tahun 2000an telah terjadi kemajuan yang sangat pesat,

khususnya dibidang elektronik.

4. Alur

Alur digunakan untuk menunjukkan serangkaian peristiwa yang

saling berkaitan secara logis dan disebabkan oleh suatu tindakan. Dalam

hal ini, alur akan mengarah pada sekuen (urutan tekstual) dan hubungan

sebab akibat (urutan logis). Urutan tekstual adalah urutan cerita

berdasarkan analisis sekuen seperti yang ditampilkan dalam urutan satuan

teks. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Todorov bahwa karya sastra

di masa lalu disusun sesuai dengan urutan logis atau yang biasa disebut

dengan hubungan sebab akibat (kausalitas) kausalitas sangat erat

hubungannya dengan tempo (waktu).78 Maka penulis menganalisis alur

beradasarkan teori Todorov. Berdasarkan jumlah sekuennya maka novel

OMDS memiliki 36 sekuen yang telah terlampir. Adapun analisis alur

dalam novel ini terdapat tiga tahapan, yaitu tahap awal, tahap tengah, dan

tahap akhir.

Tahapan awal alur dalam novel ini yaitu diawali dengan tahap

pengenalan. Tahap perkenalan dibagian awal ini terlihat mulai dari sekuen

1—10. Pada sekuen 1 pengarang mengantarkan pembaca untuk mengenali

bagaimana suasana dalam cerita yang digambarkan dengan suasana

kampung yang dipenuhi dengan keceriaan anak-anak dalam bermain

layang-layang. Pada sekuen 1(a)— 10, pengarang mulai memperkenalkan

77 Ibid., h. 126. 78 Todorov, Op.Cit. h. 41

Page 92: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

79

para tokoh di antaranya toko Faisal, Pambudi, Yudi, Pepeng, Candil, Ki

Hajar Ladunni, dan Mat Karmin. Tokoh-tokoh ini muncul pada tahapan

awal. Pengarang mendeskripsikan Faisal sebagai seorang anak kelas dua

Sekolah Dasar yang sangat peduli terhadap pendidikan teman-temannya.

Tokoh Pambudi, Yudi dan Pepeng merupakan teman-teman Faisal yang

dikenal dengan anak alam karena mereka tidak memperoleh pendidikan

dan hanya bekerja membantu ekonomi keluarga. Kehidupan miskin yang

dialami ketiga anak itu yang menyebabkan mereka merasa tidak mungkin

untuk dapat bersekolah. Selanjutnya pengarang menghadirkan tokoh

Candil dan Ki Hajar Ladunni, Candil merupakan anak Ki Hajar Ladunni,

seorang pakar pembuat layang-layang. Candil anak yang cerdas meskipun

ia tinggal di hutan daerah pedalaman. Pada bagian awal ini juga terdapat

pengenalan tentang latar terjadinya cerita dalam novel ini, yaitu di Gedong

Sapi, Kampung Genteng, Semarang.

Selanjutnya pada bagian tengah alur terdapat pemunculan konflik,

peningkatan konflik, dan klimaks atau puncak permasalahan. Awal

munculnya konflik terjadi justru ketika Pambudi, Yudi dan Pepeng mulai

pertama kali sekolah. Ketika mereka mulai bersekolah, mulailah muncul

konflik yaitu konflik batin yang dialami ketiga anak alam tersebut yakni

berupa hinaan dari teman-teman sekelasnya yang merasa lebih kaya

dibanding mereka, sebagaimana pada sekuen 12. Namun, hinaan yang

mereka terima tidak menjadikan mereka putus asa. Justru mereka

menjadikan itu sebagai tantangan dan mereka akan membuktikan bahwa

mereka juga layak untuk sekolah di tempat yang sama. Terlebih ketika

mereka bertemu seorang murid cantik bernama Kania, mereka terpana oleh

kecantikan gadis tersebut ketika Kania membela mereka dari hinaan teman

lainnya (sekuen 13).

Bagian tengah alur yang berisi peningkatan konflik yaitu ketika

warga Kampung Genteng mulai emosi karena peternakan milik Yok Bek

tak menguntungkan warga dengan bau kotoran sapi dari peternakan

miliknya dan warga tak pernah mendapatkan sumbangan susu sekedar

Page 93: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

80

untuk perbaikan gizi anak-anak mereka (sekuen 14). Selanjutnya pada

sekuen 15 terlihat Yok Bek mulai gelisah ketika mendengar anak-anak

alam mulai bersekolah. Ia takut jika anak-anak itu sekolah maka mereka

akan menjadi pintar dan mengambil alih usahanya, ia berharap agar orang-

orang Kampung Genteng tetap bodoh karena akan lebih mudah baginya

untuk membodohi warga pribumi.

Konflik pun mencapai klimaks ketika Yok Bek menghasut ayah

Pambudi, Yudi dan Pepeng agar menghentikan sekolah anak-anaknya dan

menuyuruh anak-anak itu membantu bekerja di peternakan Yok Bek

(sekuen 16). Ia mengumbar janji pada ketiga ayah anak alam itu dengan

menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah yang lebih bagus jika anak-

anak mereka bersedia berhenti dari sekolah dan kembali mengabdi pada

Yok Bek. Pada sekuen 17 akhirnya Pambudi, Yudi dan Pepeng berhenti

dari sekolah dan kembali bekerja membantu ayah mereka. Puncak masalah

yang lainnya yaitu ketika emosi warga sudah tak terbendung lagi sehingga

warga membakar habis rumah Yok Bek (sekuen 18). Akibat dari kejadian

tersebut, akhirnya ayah ketiga anak alam itu pun berhenti dari

pekerjaannya sebagai peternak di peternakan milik Yok Bek, dan anak-

anak alam itu pun entah bagaimana nasibnya semenjak putus sekolah

sehingga Faisal pun kehilangan kabar mereka (sekuen 24). Klimaks dalam

cerita semakin diperkuat dengan adanya konflik di Kampung Genteng

yaitu seorang warga bernama Mat Karmin yang telah menyodomi anak-

anak kecil Kampung Genteng karena ia memiliki penyakit pedophilia

(sekuen 29-a). Kejadian itu membuat warga menjadi murka dan

melaporkan tindakan kejamnya ke polisi dan warga pun berasumsi bahwa

tindakan kriminal Mat Karmin akibat dari ia bisa membaca dan

memanfaatkan itu untuk mengelabui anak-anak (sekuen 30-c). Faisal pun

menjadi takut dan gelisah kalau ia akan menjadi sasaran warga karena ia

juga terlibat dalam membantu Mat Karmin belajar membaca.

Tahapan akhir alur dalam novel yaitu tahap penyelesaian. Peristiwa

yang mulai menunjukkan pada tahap penyelesaian konflik terlihat pada

Page 94: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

81

sekuen 31 yaitu ketika Pambudi, Yudi dan Pepeng kembali ke sekolah.

Mereka kembali ke sekolah karena mereka terus diberi motivasi oleh

Faisal tentang pentingnya sekolah, dan demi Kania tentunya, gadis kecil

yang mereka sukai sejak awal masuk sekolah. Cerita dalam novel juga

diakhiri dengan adanya Ujian Akhir Semester (sekuen 34). Dilanjutkan

dengan pembagian rapor. Pada bagian pembagian rapor, pengarang telah

menyampaikan pesan secara tersirat bahwa bagi mereka yang sungguh-

sungguh dalam belajar maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Seperti Rena, anak orang kaya yang ketahuan mencontek pada saat

ulangan akhirnya tidak naik kelas (sekuen 35.b) sedangkan Pambudi, Yudi

dan Pepeng yang merupakan anak-anak alam yang miskin namun karena

kesungguhannya akhirnya mereka pun naik kelas dengan nilai

memuaskan, begitu pula dengan Faisal dan Kania (sekuen 36).

Dari penjelasan mengenai penahapan alur di atas, maka alur dalam

novel merupakan alur maju karena ceritanya bergerak maju mulai dari

perjuangan Faisal mengajak temannya sekolah hingga ia dan teman-

temannya berhasil dalam pendidikan dan naik kelas. Untuk memperkuat

mengenai alur, maka selain adanya alur tekstual berupa sekuen, alur juga

harus memiliki urutan logis yang berdasarkan pada hubungan sebab akibat

(kausalitas). Berdasarkan analisis urutan logis ini dapat diketahui apakah

antara satuan-satuan naratif teks novel OMDS ini memiliki hubungan

logis atau tidak. Berikut ini hubungan sebab akibat urutan alur dalam novel

berdasarkan sekuen.

Tabel 3.1

No

Hubungan Kausalitas Alur

Sebab Akibat

1. Sekuen 10:

Faisal membujuk Pambudi, Yudi

dan Pepeng untuk sekolah dan

Sekuen 11:

Pambudi, Yudi dan Pepeng

akhirnya sekolah dengan

Page 95: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

82

membicarakan hal ini kepada

orang tua mereka masing-masing.

peralatan sekolah seadanya.

2. Sekuen 12:

Ketika mulai memasuki sekolah,

Pambudi, Yudi dan Pepeng

mendapat hinaan dari teman

sekelasnya bernama Rena karena

status sosialnya yang jauh lebih

tinggi dibanding mereka.

Sekuen 12 (a):

Mereka dibela oleh gadis

cantik bernama Kania.

3. Sekuen 14:

Peternakan sapi milik Yok Bek

tak sedikitpun menguntungkan

warga, justru merugikan dengan

bau kotoran sapi dan tidak pernah

menyumbangkan susu sekedar

untuk perbaikan gizi anak-anak

mereka.

Sekuen 18:

Warga emosi dan rumah Yok

Bek dibakar oleh warga karena

sudah tidak tahan lagi dengan

peternakan milik Yok Bek.

4 Sekuen 15:

Yok Bek mulai gelisah karena

Pambudi, Yudi dan Pepeng akan

bersekolah, karena ia takut jika

anak-anak alam itu sekolah akan

mengambil alih usahanya.

Sekuen 16:

Yok Bek menghasut ayah dari

Pambudi, Yudi dan Pepeng

agar mereka memberhentikan

anak-anak mereka dari sekolah

dan lebih baik bekerja pada

Yok Bek.

5. Sekuen 16:

Yok Bek menghasut agar anak-

anak alam itu berhenti sekolah

Sekuen 17:

Pambudi, Yudi dan Pepeng pun

terpaksa harus berhenti sekolah

Page 96: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

83

karena perintah orang tua

mereka dan kembali bekerja

membantu ayah mereka.

6. Sekuen 19:

Faisal menahan warga agar tak

membakar rumah Yok Bek.

Sekuen 20:

Faisal dituduh amnesia karena

terkena pukulan warga padahal

ia merasa baik-baik saja.

7. Sekuen 17:

Semenjak ayah mereka terkena

hasutan Yok Bek, Pambudi, Yudi

dan Pepeng pun berhenti sekolah

dan menghilang dari Faisal.

Sekuen 24:

Faisal mencari ketiga anak

alam itu karena semenjak

mereka berhenti sekolah,

mereka tak lagi ada kabar.

8. Sekuen 23:

Faisal mengajar di kampungnya

karena Diknas mengadakan

sekolah gratis untuk buta aksara.

Sekuen 26:

Faisal dihina oleh muridnya

yang memang rata-rata usianya

jauh lebih dewasa dan

berbadan besar, mereka tak

percaya bahwa Faisal lah yang

akan mengajar mereka

membaca dan menulis.

9. Sekuen 28:

Semenjak mengikuti sekolah

gratis, Mat Karmin bisa membaca

dan membuat buku tentang

permainan anak-anak.

Sekuen 29(a):

Panji disodomi oleh Mat

Karmin karena Mat Karmin

seorang pedophilia.

Sekuen 30(c):

Warga menyimpulkan bahwa

Page 97: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

84

Dari tabel hubungan kausalitas alur di atas dapat disimpulkan bahwa

peristiwa yang terjadi dalam cerita saling berkaitan dan memiliki

hubungan sebab akibat. Hubungan kausalitas alur di atas menunjukkan

perjuangan Faisal dalam membantu ketiga temannya bersekolah meskipun

banyak cobaan yang menghalangi usahanya seperti Yok Bek yang

menghasut orang tua mereka sehingga mereka diperintahkan untuk

berhenti sekolah, hal tersebut terlihat pada sekuen 16. Namun, usaha Faisal

pun berhasil ketika Yok Bek mulai diusir warga dan Pambudi, Yudi serta

Pepeng kembali sekolah. Alur yang digunakan merupakan alur maju

karena peristiwa yang terjadi disusun secara beruntutan mulai dari usaha

Faisal, dilanjutkan dengan cobaan dalam membujuk temannya hingga

akhirnya merekapun bersekolah dan naik kelas.

ulah Mat Karmin itu

diakibatkan adanya sekolah

gratis dan akhirnya ia bisa baca

sehingga menjadikan itu

sebagai kesempatan emas

untuk bertindak kriminal.

10. Sekuen 34(a):

Ketika Ujian Akhir Semester,

Rena ketahuan mencontek.

Sekuen 35(b):

Rena tidak naik kelas.

11. Sekuen 31:

Karena usaha Faisal membujuk

temannya dan karena

kesungguhan mereka, akhirnya

Pambudi, Yudi dan Pepeng

kembali ke sekolah.

Sekuen 36:

Pambudi, Yudi, Pepeng, Faisal

serta Kania berhasil naik kelas.

Page 98: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

85

5. Sudut Pandang

Sudut Pandang cerita mengacu pada cara sebuah cerita dikisahkan.

Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang digunakan pengarang

sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan tokoh, latar, dan

berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam karya fiksi kepada

pembaca. Sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik,

siasat, yang secara sengaja dipilih oleh pengarang untuk mengemukakan

gagasan ceritanya. Sudut pandang yang digunakan pada novel OMDS yaitu

pesona atau gaya ―aku‖, pengarang atau narator berada di dalam cerita.

Pengarang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut dirinya

―aku‖. Faisal merupakan pencerita tokoh ―aku‖ dalam novel. Dengan

menggunakan sudut pandang ―aku‖ membuat pembaca merasa dekat dan

berada dalam cerita, karena pembaca mudah meresapi cerita tersebut.

Berikut ini kutipan yang menunjukkan sudut pandang tersebut.

Setelah pulang dari sekolah tadi, aku mampir dulu ke pengepul

barang-barang bekas, aku mengatakan ingin mencari kertas

minyak, maka pemulung yang berjenggot lebat, bermuka

seperti jelaga lampu minyak itu menyodorkan beberapa

tumpukan kertas, dan aku disuruh mencarinya sendiri.79

Sudut pandang pesona ―aku‖ ini banyak menyebutkan tokoh utama

yang mengemukakan gagasan utama cerita melalui tokoh Faisal,

pengarang menuangkan kehidupan masyarakat Gedong

Sapi sebagai masyarakat yang miskin. Perasaan batin kehidupan orang

miskin terhadap mimpi dan cita-cita. Hal ini banyak dituangkan melalui

tokoh dari sahabat Faisal. Sudut pandang ―aku‖ melalui tokoh utama

bernama Faisal banyak memberikan amanat dan pesan, amanat yang

disampaikan Faisal mengenai pentingnya pendidikan selalu disampaikan

kepada temannya, sehingga temannya merasa termotivasi.

Sudut pandang ―aku‖ ini semakin memperkuat penokohan Faisal.

Sudut pandang tersebut membuat tokoh Faisal terlihat semakin

79 Ibid., h. 13.

Page 99: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

86

menunjukkan eksistensinya sebagai tokoh utama yang mengetahui setiap

jalannya cerita karena Faisal merupakan pencerita atau narator, sehingga

perjuangan dan niatnya untuk membantu pendidikan teman-temannya

semakin terlihat melalui sudut pandang ini.

6. Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan cara khas pengungkapan seorang pengarang

dalam karyanya. Adapun gaya bahasa yang digunakan pengarang dalam

novel OMDS mampu menimbulkan suasana yang beragam, simpatik,

objektif, harapan, dan cita-cita.

Gaya bahasa yang terdapat di dalam novel di antaranya gaya bahasa

metafora. Keraf memaparkan bahwa metafora merupakan majas

perbandingan yang membandingkan dua hal secara langsung dalam bentuk

yang singkat dan padat dengan tidak menggunakan kata seperti, bak,

bagaikan, dan sebagainya.80 Pengarang lebih sering menggunakan

metafora dalam setiap bab atau setiap cerita dengan harapan agar mampu

memberikan kesan indah sehingga menarik perhatian pembaca dalam

memahami jalannya cerita hingga akhir. Salah satu kutipan yang

menunjukkan penggunaan majas metafora dapat dilihat pada kutipan

berikut:

―Sekolah itu benteng moral, seperti halnya ajaran Islam untuk

mengerem dorongan bawah sadar mereka yang bisa tak terkekang‖.81

Kutipan di atas merupakan salah satu cara pengarang dalam

menggunakan gaya bahasa. Majas metafora dalam kutipan di atas dapat

dilihat pada kalimat sekolah itu benteng moral. Dalam kalimat tersebut

terdapat perbandingan antara dua benda yakni sekolah dan benteng,

sekolah dalam kutipan tersebut diibaratkan seperti sebuah benteng besar

yang mampu membentuk moral seseorang agar dapat menunjukkan

eksistensi di dalam kehidupan.

80Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa,(Jakarta: PT Gramedia, 1985), h. 139. 81 Prasetyo,Op.cit, h. 68.

Page 100: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

87

Adapun fungsi dari majas metafora tersebut adalah untuk

menyampaikan pesan kepada pembaca dengan menggunakan persuasi atau

berupa ajakan dan nasihat. Oleh karena itu, pengarang selalu berusaha

bersikap komunikatif terhadap pembaca. Kutipan di atas merupakan salah

satu cara pengarang menyampaikan pesan kepada pembaca. Dalam setiap

adegan cerita, pengarang berusaha menampilkan ajakan atau nasihat yang

disesuaikan dengan apa yang terjadi dalam cerita sehingga cerita yang

berjalan tetap meninggalkan pesan yang dapat memotivasi pembaca.

Seperti pada kutipan di atas, majas metafora tersebut secara tersirat telah

mengajak pembaca agar mengutamakan pendidikan, karena dengan

memiliki pendidikan maka seseorang akan mampu mengendalikan dirinya

dalam bersikap.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, gaya bahasa berfungsi untuk

menciptakan suasana persuasi, sehingga gaya bahasa dapat menimbulkan

suasana yang tepat bagi setiap adegan dan gaya bahasa tersebut tepat

digunakan pada persoalan yang tengah dibicarakan dalam cerita. Gaya

bahasa persuasi yang digunakan sangat menarik dengan pemilihan kata

yang mudah dipahami dan meninggalkan pesan yang mendalam.

Gaya bahasa dapat digunakan untuk menandai karakter tokoh,

sehingga terdapat keterkaitan yang erat antara gaya bahasa dengan

karakter yang ditimbulkan oleh tokoh. Secara implisit, gaya bahasa

mampu menggambarkan karakter setiap tokoh. Perhatikan kutipan berikut:

Bulu mata lentik Bu Mutia berkedip-kedip seperti magnet burung

merak yang menarik. Aku hanya bisa terduduk beku dan menyimak

kata-kata Bu Mutia dengan saksama. Kalau menulis itu adalah upaya

kita agar tetap kekal abadi, orang yang gemar menulis haruslah bisa

membaca, sedangkan ilmu membaca diperoleh dari sekolah. Berarti

kawan-kawanku itu harus bisa membaca alias sekolah, agar tak

menghilang dari pusaran sejarah.82

Kutipan di atas memperlihatkan gaya bahasa yang menimbulkan

karakter dari tokoh Bu Mutia. Dapat kita lihat bahwa kutipan tersebut

82 Ibid., h. 62.

Page 101: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

88

secara tersirat menunjukkan bahwa tokoh Bu Mutia adalah seorang wanita

yang cantik, digambarkan melalui kalimat bulu mata lentik Bu Mutia

berkedip-kedip seperti magnet burung merak yang menarik. Melalui

pendeskripsian tersebut maka pembaca dapat memahami gambaran fisik

tokoh, dan dapat disimpulkan pula bahwa Bu Mutia adalah sosok yang

sangat mementingkan pendidikan, seorang yang dewasa dan bijak.

Selain menggunakan gaya bahasa metafora, dalam novel ini

pengarang juga menggunakan diksi dengan beberapa dialek regional

sesuai dengan latar tempat pengarang yaitu Jawa. Dialek regional adalah

variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relatif dan

didasarkan pada wilayah atau area tertentu dari tempat tinggal penutur

tersebut.83 Maka dari itu, pengarang dalam novel ini menyelipkan bahasa

Jawa dalam karyanya sesuai dengan dialek yang ia miliki. Seperti yang

terdapat pada kutipan berikut:

Karisma segera melepaskan bajunya, tubuhnya sudah gatal untuk

segera tersentuh air, air yang kimplah-kimplah dan berwarna putih

keperakan itu rata dengan bibir kolam, sementara itu Pepeng dan

Yudi agak malas-malasan.84 Dari kutipan di atas, terdapat kata kimplah-kimplah yang sulit

dipahami maknanya. Selain kata tersebut terdapat kata lainnya yaitu

seperti kata mlithit, mlungkret, wales, kepis, ndhepipis, tengen, mlanjer,

dan masih banyak lagi yang lainnya. Kosa kata Jawa tersebut tidak diberi

pengertian tentang arti yang sebenarnya, pengarang tidak memberi

penjelasan arti dari bahasa Jawa yang ia gunakan sehingga membuat

pembaca merasa bingung dan mengalami kesulitan. Hal yang sering

menjadi permasalahan adalah mengenai ketepatan pemilihan kata,

mengenai kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang

tepat pada imajinasi pembaca. Maka seorang penulis harus cermat memilih

83 Abdul Chaer, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 63.

84 Prasetyo, Op.cit., h. 275.

Page 102: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

89

kata-kata agar pembaca dapat memahami maksud yang ingin disampaikan

seorang penulis. Seperti halnya pengarang dalam novel OMDS, ia

menggunakan kata-kata yang sulit dipahami oleh pembaca umum,

sehingga dialek dan susasana lokal tersebut tidak sampai kepada pembaca.

E. Analisis Nilai Moral Tokoh dengan Pendekatan Pragmatik

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian pembahasan, bahwa

pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang menitikberatkan kajiannya

terhadap peran pembaca, dan pendekatan pragmatik tersebut berkaitan dengan

nilai moral. Berkaitan dengan tujuan dari pendekatan pragmatik yang berfungsi

terhadap keberadaan masyarakat maka hadirlah nilai pendidikan sehingga

dapat dijadikan teladan untuk masyarakat. Adapun nilai moral tersebut

tergambar dalam novel OMDS karya Wiwid Prasetyo.

Nilai moral berkaitan dengan tingkah laku atau karakter seseorang

sekalipun perilaku tersebut dibentuk oleh lingkungan sekitar. Nilai moral yang

akan dibahas dalam analisis ini akan dikaitkan dengan latar belakang asal

tempat yang terjadi dalam novel berupa sejarah, budaya dan tradisi atau

fenomena sosial yang terjadi pada saat itu, dengan adanya hal tersebut akan

membentuk beberapa nilai moral yang dimiliki para tokoh dalam novel. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Widagdho yang mengatakan bahwa penyebab

manusia berbudaya adalah karena faktor etika dan estetika. Etika yakni

pembentukan kepribadian atau tingkah laku melalui budayanya.85 Salah satu

yang akan dibahas peneliti adalah faktor etika atau moral. Asal tempat yang

digunakan pengarang dalam novel OMDS ini adalah di kota Semarang. Dalam

analisis, peneliti akan membagi nilai moral para tokoh tersebut ke dalam tiga

aspek, yaitu nilai moral terhadap diri sendiri, nilai moral terhadap orang lain

(lingkungan) dan nilai moral terhadap Tuhan. Sebelum menganalisis nilai

moral yang dilihat dari latar belakang asal tempat, maka terlebih dahulu akan

dibahas mengenai latar Semarang seperti berikut:

85 Djoko Widagdho, Ilmu Budaya Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 28.

Page 103: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

90

Ada beberapa pendapat yang menjelaskan asal-usul nama ―Semarang‖.

Menurut C. Kejjerkeker dan D. Van Hinloopen Leberton dalam buku Kasmadi

dan Wiyono mengatakan bahwa nama ―Semarang‖ berasal dari kata-kata asem-

arang, karena di daerah tersebut banyak ditanam pohon asam yang letaknya

jarang-jarang (bahasa Jawa: arang-arang), sehingga terbentuklah nama

―Semarang‖. Pendapat lain dikemukakan oleh J. Hageman Jon, bahawa nama

―Semarang‖ berasal dari kata ―sama-perang‖, karena telah terjadi peperangan

antara dua orang putra mahkota kerajaan Pejajaran yang terjadi di daerah Tugu

di sebelah barat Semarang, sehingga terbentuklah nama ―Semarang‖.86

Di daerah Semarang hingga saat ini terkenal dengan banyaknya warga

Tionghoa yang menetap di sana sehingga terdapat sebuah perkampungan yang

dinamai kampung Pecinan. Berikut ini akan dikisahkan oleh Kasmadi dan

Wiyono terkait permulaan terjadinya pemukiman orang-orang Tionghoa di

Semarang:

Kira-kira lima ratus lima puluh tahun lalu, Kaisar Bing Sing Tjouw

dari Dinasti Ming mengirimkan suatu armada yang besar untuk mengunjungi

negara-negara di Laut Selatan dengan tugas untuk mencari cap kerajaan ajaib

yang telah hilang. Ekspedisi ini dipimpin oleh seorang Kebiri besar yang

bernama Sam Po. Ketika armada ini sedang berlayar di muka pantai utara

Jawa, seseorang yang memegang jabatan kedua setelah Sam Po, yaitu Ong

King Hong menderita sakit keras. Oleh karena itu, Sam Po memerintahkan

kepada armada untuk mendarat di pantai yang sekarang menjadi pelabuhan

Semarang. Ia menemukan sebuah gua kecil di lereng suatu bukit, tidak jauh

dari pantai dan ia pun beristirahat, dan para pengikutnya membangun sebuah

rumah kecil untuk Ong King Hong. Sam Po telah membuat obat-obatan, dan

kesehatan Ong King Hong berangsur-angsur membaik.

Setelah sepuluh hari tinggal di tempat itu, Sam Po memutuskan untuk

meneruskan perjalanan, sedangkan Ong King Hong tetap tinggal do tempat itu

dan diberi sebuah kapal, sepuluh orang anak buah, dan perbekalan yang cukup.

86Hartono Kasmadi, Wiyono, Sejarah Sosial Kota Semarang, (1900-1950), (Jakarta: Depdikbud, 1985), h. 28—29.

Page 104: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Ibid, h. 77—78.

91

Bahkan setelah Ong King Hong sembuh, ia tidak kembali ke Cina, melainkan

tetap tinggal di tempat itu sambil menggunakan kapalnya untuk berdagang di

sepanjang pantai utara pulau Jawa, pengikut-pengikutnya telah memperistri

wanita-wanita Indonesia, dan pemukiman kecil tersebut telah berkembang

menjadi makmur hingga saat ini.87

Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang menjunjung tinggi prinsip

Jawa yang mereka anut, baik dari segi moral, adat atau tradisi dan lainnya.

Berikut ini pembahasan mengenai nilai moral berdasarkan aspeknya masing-

masing:

1. Nilai moral terhadap diri sendiri

a. Menerima segala apa yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan

Nilai moral terkait dengan sikap menerima segala apa yang

sudah ditakdirkan Tuhan tergambar melalui tokoh dari ayah ketiga

anak alam yang memiliki sifat nrimo. Hal ini sesuai dengan karakter

asli orang Semarang, Jawa Tengah. Semarang adalah bagian dari Jawa

Tengah. Di kalangan masyarakat, tercipta stereotip tentang perangai

orang Jawa yang begitu halus, sopan dan pasrah menjalani hidup atau

nrimo. Karakter dari ayah ketiga anak alam yang nrimo, menerima

keadaan begitu saja terlihat dari pekerjaan mereka sebagai budak dari

Yok Bek. Mereka tidak mau berusaha mencari pekerjaan yang lebih

baik, dan mereka tidak ingin mencari masalah dengan Yok Bek jika

mereka berhenti bekerja, maka dari itu mereka pasrah dengan

pekerjaan yang mereka miliki.

...Anehnya, ditindas sedemikian rupa seperti sapi perah

yang kerap mereka kerjai setiap hari, mereka sama sekali

tak pernah memberontak, mereka bahkan sudah tak

terpikir untuk mencari pekerjaan lain selain pekerjaannya

sekarang.88

87

88 Prasetyo, Loc.cit.

Page 105: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

92

Dari kutipan di atas, jelas terlihat bahwa karakter ayah ketiga

anak alam itu benar-benar pasrah dengan keadaan, tidak terbesit dalam

pikiran mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih baik walaupun

mereka ditindas. Mereka menyadari akan kemampuan mereka

sehingga mereka tidak memaksakan kehendak untuk meraih sesuatu

yang tidak mungkin diraihnya. Ketika semua orang berusaha mencari

pekerjaan yang lebih layak untuk dirinya dan keluarganya, mereka

justru tak berniat sedikitpun untuk mengubah hidup mereka.

Demikianlah profil mengenai orang Semarang dengan karakter nrimo.

Bersinggungan dengan sikap nrimo, maka masyarakat semarang

lebih terlihat bahagia dan seolah tidak memiliki beban sekalipun

mereka mengalami perekonomian yang sulit. Seperti yang tergambar

dalam novel melalui tokoh Pambudi, Yudi dan Pepeng, walaupun

status ekonomi mereka rendah sehingga mengakibatkan mereka tidak

bersekolah dan mereka sendiri yang harus bekerja membantu

perekonomian keluarga, namun mereka tetap terlihat bahagia layaknya

seorang anak yang menikmati masa kecilnya dan tidak menjadikan

kemiskinan sebagai beban. Perhatikanlah kutipan berikut:

Sesampai di sana, aku melihat teman-teman tak membawa

perbekalan lengkap seperti itu, mereka tak punya barang-

barang bawaan seperti punyaku, mereka tak punya tas

karena tidak sekolah, tak punya jaket karena tak punya

uang untuk membeli jaket, bahkan ketika musim hujan

tiba, mereka justru hujan-hujanan keliling Kampung

Genteng dengan meneror orang-orang kampung dengan

candaan mereka yang kelewat batas, berteriak-teriak

seperti orang gila, berada di bawah kerpus rumah yang

airnya terus mengalir ke bawah, mereka bayangkan diri

mereka berada di bawah air terjun.89

Dari kutipan di atas, dapat terlihat bagaimana ketiga anak alam

itu begitu bahagia menjalani kehidupan dan sangat menikmati masa

kecilnya seolah mereka tidak memiliki beban khususnya masalah

89 Ibid., h. 31.

Page 106: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

93

ekonomi yang sangat jauh dari kata berkecukupan. Namun, sangat

berbeda dengan Faisal, ia berasal dari keluarga yang berkecukupan

dan anak rumahan yang justru tidak menemukan masa kecilnya seperti

ketiga temannya tersebut.

b. Pekerja keras atau giat bekerja

Walaupun masyarakat Jawa, khususnya warga Semarang

memiliki sifat nrimo terhadap keadaan, namun ternyata masyarakat

Jawa atau warga Semarang khususnya terkenal dengan sifatnya yang

pekerja keras. Jika mereka telah memiliki pekerjaan maka mereka

akan tekun dan giat dengan pekerjaan yang digelutinya, walaupun

pekerjaan mereka masih relatif rendah dibanding kota besar lainnya

seperti Jakarta. Seperti yang dialami ayah dari Pambudi, Yudi dan

Pepeng, ayah ketiga anak alam itu hanya bekerja sebagai peternak sapi

pada seorang warga berkebangsaan Cina bernama Yok Bek, namun

mereka giat bekerja dan patuh pada majikannya.

Sepagi itu, mereka telah melakoni hidup dengan susah

payah, kaki jadi kepala, kepala jadi kaki, tetapi mereka

sama sekali tak mengeluh dengan nasib mereka yang

selalu di bawah.90

Sikap tersebut melahirkan prinsip nrima ing pandum yakni

menerima segala yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Namun

demikian, tidak berarti nrima ing pandum ini diisi dengan bermalas-

malasan, tanpa mau berusaha. Hal itu dibuktikan dengan ketekunan

dan kesungguhan mereka dalam bekerja. Sikap pekerja keras yang

dimiliki masyarakat Jawa telah melekat dan menjadi prinsip hidup

mereka. Walaupun sikap nrimo sering disalahartikan oleh kebanyakan

orang yang menganggap hanya bermalas-malasan, namun masyarakat

Jawa menyeimbangkan persepsi tersebut dengan bekerja keras, karena

90 Prasetyo Loc.cit.

Page 107: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

94

sikap pekerja keras tersebut merupakan salah satu prinsip dari

masyarakat Jawa.

c. Jujur dan Urip Samadya

Masyarakat Jawa dapat mengukur sejauh mana kemampuan

yang mereka miliki dan tidak memaksakan kehendak, istilah tersebut

dikenal dengan istilah urip samadya. Sikap urip samadya menjauhkan

seseorang dari perbuatan yang menghalalkan segala cara untuk

mendapatkan yang diinginkannya. Hal tersebut merupakan sebuah

prinsip yang harus dipegang teguh oleh masyarakat Jawa.

Berdampingan dengan sikap jujur sebagai etika yang harus dipegang

teguh, hal tersebut tercermin dalam ungkapan Jawa jujur bakal mujur

yang berarti orang jujur akan beruntung. Masyarakat Jawa memiliki

keyakinan yang kuat bahwa siapa saja yang bersikap jujur maka ia

akan memperoleh keberuntungan. Maka dari itu, banyak dari

masyarakat Jawa yang menerapkan prinsip tersebut karena mereka

ingin mendapatkan keberuntungan dalam hidup.

Pengarang novel OMDS ini banyak sekali menerapkan prinsip

Jawa dalam kepribadian masing-masing tokoh. Salah satu tokoh yang

memegang prinsip urip samdadya dan jujur ini bisa dilihat dari

penokohan Bu Mutia, seorang guru yang sangat jujur dan menjauhkan

diri dari perbuatan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang

ia inginkan. Hal tersebut tergambar ketika salah satu wali murid

mengeluarkan uang suap agar anaknya naik kelas, namun ia

menolaknya demi prinsip yang ia pegang teguh.

―Apa tidak ada toleransi sedikitpun…?‖ kata perempuan

itu sambil membuka dompetnya dan mengeluarkan

beberapa lembar uang kertas lima puluh ribuan,

disorongkan pelan-pelan ke arah Bu Mutia, tanpa

diketahui oleh orang tua murid yang lain.91

91Prasetyo, Loc.cit.

Page 108: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

95

Prinsip tersebut jika tidak dilandasi sikap ikhlas maka

akan melahirkan sikap pamrih. Tokoh bu Mutia dalam cerita

mencoba memegang teguh janjinya sebagai guru untuk tidak

melakukan praktek suap seperti terlihat dalam kutipan. Sikap

jujur dan tidak mencoba menghalalkan segala cara untuk

kepentingan pribadi tersebut sepantasnya dijadikan contoh untuk

masyarakat saat ini. Namun, pada kenyataannya masih banyak

sekali saat ini yang memakmurkan praktek tersebut.

d. Sepi ing pamrih, rame ing gawe

Sikap dasar dari mayarakat Jawa menandai watak yang luhur

adalah kebebasan dari pamrih, sepi ing pamrih. Manusia telah

memiliki sikap sepi ing pamrih apabila mereka sebagai manusia telah

memegang teguh prinsip tepa slira, yakni sikap toleransi dan peduli

terhadap sesama. Manusia itu sepi ing pamrih apabila ia tidak lagi

perlu gelisah terhadap dirinya sendiri, dengan arti lain bahwa ia

mampu mengontrol hawa nafsu terhadap sesuatu dan ingin

memilikinya dengan sikap pamrih tersebut. Masyarakat Jawa

memegang teguh prinsip tersebut bahwa dalam melakukan apapun

harus dilandasi rasa ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun.

Sekalipun mereka seorang pekerja keras namun mereka ikhlas, maka

lahirlah prinsip sepi ing pamrih, rame ing gawe. Seperti tergambar

melalui tokoh Faisal, sekalipun ia sebagai tenaga pengajar pembantu

di kampungnya, namun ia tidak mengharapkan imbalan apapun karena

ia memiliki jiwa toleransi yang tinggi.

Empat orang panitia dari Dinas menyalamiku sambil tangannya

menempelkan sepucuk amplop. Naluriku mengatakan isinya

uang, dan aku mencoba menolaknya. Bagaimanapun juga pahala

lebih berarti daripada sekadar uang. Aku tak mau niat tulusku

dilumuri oleh pujian manusia yang berupa materi ataupun

ucapan sanjungan.92

92 Prasetyo, Loc.cit.

Page 109: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

96

Sikap Sepi ing pamrih akan telah dilandasi rasa ikhlas, sehingga

sikap tersebut akan melahirkan jiwa sosial yang sangat tinggi baik

terhadap orang lain mapun terhadap lingkungan sekitar. Melalui tokoh

Faisal tersebut, jelas terlihat ketika Faisal berusaha menolak amplop

tersebut yang sudah dipastika isinya adalah uang. Namun, Faisal

sangat ikhlas membantu mengajar tanpa mengharapkan apapun.

Prinsip masyarakat Jawa tersebut tercermin melalui tokoh Faisal.

Apabila seseorang telah memegang tegug prinsip sepi ing pamrih,

rame ing gawe maka orang tersebut tidak lagi mengejar kepentingan-

kepentingan individualnya tanpa memperhatikan keselarasan

keseluruhan. Ia telah berada di tempat yang tepat dalam kosmos.

Sikap tersebut muncul tidak lain hanyalah sebagai wujud memenuhi

kewajiban-kewajiban sebagai sesama manusia.

2. Nilai moral terhadap orang lain

a. Sopan santun atau mundhuk-mundhuk

Adat istiadat atau kebiasaan yang menjadi latar novel ini yaitu

adat istiadat masyarakat Jawa (Semarang). Adat istiadat adalah perilaku

turun temurun dari generasi ke generasi sebagai warisan sehingga kuat

intergrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakatnya. Masyarakat

Jawa dikenal dengan sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi adab

kesopanan, budi pekerti yang luhur, bertutur dan bertingkah laku yang

halus, menghormati yang tua dan menyayangi yang muda. Perhatikan

kutipan di bawah ini:

Ketika aku berpapasan dengan murid-muridku yang rata-

rata sudah beruban dan berjenggot, mereka kemudian

memperlihatkan sikapnya yang mundhuk-mundhuk dengan

badan mencoba dibungkukkan sedikit sambil melewatiku.

Ayah menasehatiku untuk jangan suka diperlakukan oleh

murid-muridku dengan cara yang aneh seperti itu. Kata

ayah, kita ini manusia dan punya kedudukan sama di mata

Tuhan, hanya ketakwaan yang akan membedakannya.93

93 Ibid., h. 415.

Page 110: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

97

Kutipan di atas memberikan pelajaran penting tentang

bagaimana seharusnya kaum muda menghormati yang tua. Kutipan

tersebut juga memberikan informasi mengenai adat istiadat orang Jawa.

Meskipun yang muda lebih berilmu, tetapi tetap harus menghormati

yang lebih tua. Seperti yang dinasihatkan ayah Faisal kepada Faisal

agar jangan suka diperlakukan mundhuk-mundhuk oleh muridnya yang

lebih tua, karena sikap mundhuk-mundhuk layaknya hanya diterapkan

dari yang muda kepada yang tua. Jika dilihat dari sisi kebudayaan,

maka setiap kelompok sosial tertentu memiliki kebudayaan tertentu

pula. Sikap mundhuk-mundhuk dalam masyarakat Jawa sangat

dijunjung tinggi dalam kehidupan. Tidak hanya sikap mundhuk-

mundhuk ketika berjalan seperti dalam cerita, tetapi sikap mundhuk-

mundhuk diterapkan pula melalui tutur bicara. Apabila seorang yang

lebih muda berbicara dengan yang lebih tua, maka yang lebih muda

harus menggunakan bahasa Jawa yang lebih halus.

b. Jiwa sosial terhadap sesama

Jiwa sosial yang digambarkan dalam cerita disampaikan melalui

tokoh Faisal yang memiliki jiwa peduli terhadap lingkungannya. Ia

membantu mengajar warga kampung untuk dapat membaca dan

menulis. Hal ini terkait dengan sikap rukun yang dimiliki masyarakat

Jawa. Dengan adanya sikap rukun dan peduli terhadap sesama, maka

akan menjaga ketentraman dan hubungan baik antar sesama. Seperti

tokoh Faisal seperti kutipan berikut:

Aku memenuhi janjiku untuk jadi tentor bagi orang-orang tua

yang tak pernah sekolah sehingga sulit membaca. Maka, sore ini

aku sudah mengayuh sepedaku ke kelurahan, kira-kira dua

kilometer dari tempat tinggalku.94 Masyarakat Jawa memegang teguh bahwa rukun merupakan

sebuah kondisi untuk mempertahankan kondisi masyarakat yang

harmonis, tentram, aman, dan tanpa perselisihan. Masyarakat jawa

94 Ibid., h. 205.

Page 111: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

98

berusaha sebisa mungkin menjaga kerukunan dalam lingkungannya,

setiap individu harus selalu berusaha mementingkan sosial yang lebih

luas dan bukan pribadinya sendiri. Kerukunan dengan alam dan

lingkungan masyarakat oleh masyarakat Jawa dipandang mampu

membawa ketenteraman, kenyamanan, dan kedamaian hidup. Dengan

demikian akan mampu mewujudkan kesejahteraan bersama dalam

dinamika hidup sehari-hari.

3. Nilai moral terhadap Tuhan

Nilai moral terhadap Tuhan yang tercermin dalam novel ini yaitu

percaya terhadap kekuatan luar biasa selain diri sendiri. Cerita dalam novel

OMDS ini mengambil latar tempat di Semarang, Jawa Tengah. Masyarakat

Jawa yang mayoritas beragama Islam hingga sekarang belum bisa

meninggalkan tradisi dan budaya Jawanya, meskipun terkadang tradisi

dan budaya ini bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam itu sendiri.

Memang ada beberapa tradisi dan budaya Jawa yang dapat diadaptasi dan

terus dipegangi tanpa harus berlawanan dengan ajaran Islam, tetapi banyak

juga yang masih bertentangan. Masyarakat Jawa yang tidak memegang

ajaran Islam dengan kuat akan lebih menjaga warisan leluhur mereka

dengan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, meskipun

bertentangan dengan ajaran yang seharusnya mereka anut. Dengan

demikian, kebudayaan yang diangkat dalam novel ini pun merupakan

kebudayaan masyarakat Jawa yakni budaya atau yang dikenal dengan

Islam Kejawen.

Masyarakat Jawa di Semarang yang menganut Islam Kejawen dikenal

sangat kental dengan dunia mistik atau kebatinan, seperti adanya semedi,

kemenyan, sesajen, kondangan, ruwatan, juga dukun. Sebagian masyarakat

Jawa kuno atau Jawa masih sangat kental melakukan adat ini, seperti

masih sangat percaya terhadap dukun, yang diyakini sebagai ―orang

pintar‖ yang dipercaya menjadi perantara antara manusia dengan alam

gaib. Dukun sering dimintai pertolongan, entah untuk pengobatan, ataupun

Page 112: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

99

mengusir roh halus. Namun, tetap ada dua kubu, yang percaya dan tidak

percaya dengan hal-hal semacam ini. Penggambaran mengenai

kepercayaan warga terhadap dukun tercermin melalui tokoh ayah Faisal

yang mempercayai Pak Cokro sebagai dukun yang mampu mengobati

anaknya yang dituduh amnesia. Seperti kutipan berikut:

―Sal, nanti malam Pak Cokro akan datang untuk mengobatimu.‖ Kata -

kata ayah seperti pertanda agar aku segera keluar dari tempat ini,

apapun risikonya.95

Pak Cokro selalu menjadi orang pertama yang dianggap mampu

mengobati segala macam penyakit. Salah satu kebudayaan masyarakat

Jawa yaitu kepercayaan masyarakat warga Semarang terhadap sesepuh

atau dukun yang bernama Pak Cokro tersebut sudah menjadi tradisi dan

mengakar di kalangan masyarakat. Berikut adalah penggambaran

mengenai sosok Pak Cokro:

Sejak dulu, sampai usiaku sekarang 10 tahun, ia sudah tersohor

sebagai tabib pengobatan. Ia seringkali mengobati pasien

dengan air yang disemburkan dari mulutnya. Sebelumnya, ia

berkumur-kumur dengan air kembang setaman, dirapalkan

mantra, barulah molekul-molekul air berubah.96

Dari kutipan tersebut dapat kita lihat bahwa memang masyarakat

Semarang dalam novel masih mempercayai dukun sebagai orang pertama

yang dapat menolong mereka. Hal tersebut menjadi sebuah tradisi. Dukun

yang dipercayai masyarakat pun selalu mengaitkan dengan hal-hal gaib

seperti mempercayai adanya kekuatan yang datang dari makhluk halus.

Pak Cokro mengatakan semua ini atas bisikan gaib dari

penunggu Kampung Genteng, genderuwo yang menghuni di

pohon munggur di dekat lapangan yang di sebelahnya ada kamar

mandi terbuka dan biasa digunakan untuk mandi para tukang

becak.97

95 Ibid., h. 173. 96 Prasetyo, Loc.cit.. 97 Prasetyo, Loc.cit.

Page 113: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

100

Pak Cokro yang dikenal sebagai seorang dukun tersebut mendapatkan

ilmunya bukan dari proses belajar seperti umumnya dilakukan semua

orang, melainkan melalui proses bertapa atau semedi di hari tertentu.

Tetapi, bukan itu yang membuatnya hebat, konon Pak Cokro

mewarisi ilmunya setelah bertapa di Gunung Srandil dan

Kemukus. Hanya dengan bertapa, tanpa perlu susah payah

belajar seperti anak sekolah, konon ia sudah mendapat ilmu

yang selama ini dicarinya....98

Selain dengan semedi, mereka pun mempercayai bahwa ritual

yang digunakan masyarakat selalu diperkuat dengan menyuguhkan

berbagai macam sesajen yang diserahkan kepada makhluk gaib.

Seperti pada kutipan berikut:

Setelah semedinya di malam satu Suro, lelaki yang pernah nikah

sekali dengan penjual jamu gendong, kemudian bercerai ini

mendapat wangsit untuk membebaskan Kampung Genteng dari

bau Gedong Sapi, sebab genderuwo yang beranak-pinak di

pohon munggur itu konon juga terganggu baunya, mereka yang

biasanya makan kemenyan yang berbau wangi, kini malah

makan bau busuk.99

Kutipan-kutipan tersebut semakin memperkuat keterkaitan antara

kenyataan sebenarnya masyarakat Jawa dengan cerita yang ada dalam

novel yaitu mengenai adanya tradisi mistik pada masyarakat Jawa. Maka

dari itu Pak Cokro menjadi satu-satunya warga Kampung yang diagung-

agungkan oleh penduduk sehingga menjadikan ia seorang yang besar

kepala.

Namanya akan semakin membumbung, sepertinya kepalanya

mendadak membesar. Ya, meskipun Pak Cokro sudah dibilang

bisa membaca, namun itu tak merubah sifatnya yang gandrung

sanjungan, gila hormat, karena ia punya kemampuan baru yang

jarang dimiliki oleh orang-orang tua di Kampung Genteng.100

98 Prasetyo, Loc.cit. 99 Prasetyo, Loc.cit. 100 Prasetyo, Loc.cit.

Page 114: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

101

Faktor utama yang menyebabkan tokoh Pak Cokro menjadi seorang

yang sombong dan besar kepala adalah karena ia menjadi satu-satunya

orang yang memiliki ilmu kebatinan sehingga ia disegani oleh masyarakat

dan menjadikannya haus akan sanjungan. Cerminan nilai moral terhadap

Tuhan seperti terlihat di atas merupakan tradisi yang dipegang oleh

masyarakat Islam Kejawen. Mereka mengaku Islam dan percaya akan

adanya Tuhan, tetapi mereka lebih mempercayai hal gaib dan mistik

dibanding mempercayai Tuhan mereka sendiri, dengan kata lain bahwa

mereka lebih memegang teguh tradisi yang telah turun temurun sehingga

mereka mengabaikan kepercayaan terhadap Tuhan. Masyarakat islam

kejawen menyimpulkan bahwa mereka yang tidak menyukai hal-hal klenik

dianggap tidak setia pada tradisi mereka yang telah lama turun temurun

semenjak nenek moyang mereka. Hal tersebut tergambar pula melalui

salah satu kutipan dalam cerita, perhatikan kutipan berikut:

Siapa yang tak percaya dengan berita ini dianggap aneh, maka orang-

orang terpelajar dan terdidik yang tak menyukai hal-hal klenik

dianggap tak setia pada tradisi, dituduh kebarat-baratan, dan anti pada

adat istiadat nenek moyang. Banyak yang tak tahan berada di

Kampung Genteng ini kemudian pindah ke lingkungan yang lebih

beradab, jauh dari klenik dan syirik.101

Dari beberapa nilai moral yang telah dibahas, maka dapat kita ketahui

bahwa keterkaitan antara kehidupan masyarakat Jawa pada aslinya dengan

kehidupan yang terdapat dalam novel telah melahirkan dan membentuk

beberapa nilai moral. Novel karya Wiwid Prasetyo ini secara tersirat

menghadirkan beberapa etika Jawa dalam cerita bersinggungan dengan

latar cerita yaitu di Semarang, Jawa Tengah dan terlebih pengarang

merupakan seseorang yang berasal dari Semarang, sehingga beliau tidak

melepaskan prinsip-prinsip jawa dalam karyanya.

101 Ibid., h. 161.

Page 115: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

102

F. Implikasi Terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah

Berkaitan dengan karya seni yang lain, karya sastra juga banyak

dikaitkan dengan bidang ilmu pengetahuan yang lain, di antaranya kita akan

menemui unsur-unsur baik dari ilmu filsafat, ilmu kemasyarakatan, ilmu

psikologi, sains, ekologi, hukum, tradisi, dan lain sebagainya. Dengan demikian,

sastra telah mampu mencakup seluruh alam kehidupan yang lebih luas dan lebih

kompleks.

Implikasi secara teoritis, bahwa dengan banyaknya penelitian sastra

dengan berbagai pendekatan, kajian sastra dengan menggunakan pendekatan

struktural ini dapat memperdalam masalah mengenai analisis telaah sastra.

Dilanjutkan dengan pendekatan pragmatik mengenai nilai pendidikan positif

diharapkan dapat menjadi acuan bagi siswa agar dapat menerapkan dalam

kehidupan sehari-hari.

Implikasi secara praktis, bahwa hasil penelitian ini memiliki

keterlibatan yang erat dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yakni

pembelajaran teori dan apresiasi novel di kelas XII SMA yang mengandung

Standar Kompetensi berupa memahami pembacaan novel. Media yang digunakan

berupa novel yang akan dianalisis.

Hakikat dalam sebuah pembelajaran sastra di sekolah merupakan

sebuah apresiasi sastra, karena dalam apresiasi sastra siswa akan melakukan

aktivitas membaca, menulis, mendengarkan, memahami, serta merespon karya

sastra tersebut. Melalui apresiasi sastra, siswa diharapkan mampu memberikan

penghargaan terhadap karya sastra. Hal tersebut dapat dicapai melalui

pembelajaran yang intens antara siswa dengan karya sastra dengan didasari rasa

suka terhadap karya sastra sehingga siswa dapat merasakan kenikmatan akan

maknanya. Hal inilah yang menjadi tujuan akhir dalam pembelajaran sastra di

sekolah.

Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah merupakan sebuah novel yang

relevan untuk dijadikan sebagai materi pelajaran karena tema yang diangkat

dalam novel tersebut sangat dekat dengan dunia siswa yakni masalah pendidikan.

Page 116: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

103

Tokoh-tokoh yang dimunculkan pun berupa anak-anak sekolah layaknya para

siswa sehingga mereka seolah ikut terlibat dalam cerita.

Pembahasan novel Orang Miskin Dilarang Sekolah ini yang berkaitan

analisis terhadap struktur novel dapat dijadikan bahan ajar serta dapat

memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai analisis struktur novel secara

lebih mendalam. Siswa diharapkan mampu berpikir kritis dalam menganalisis

struktur sebuah novel, karena siswa harus mampu mencari keterkaitan antarunsur

dalam novel agar setiap unsur yang telah dianalisis tersebut dapat diterima secara

logis.

Secara khusus, analisis mengenai nilai pendidikan moral dapat

menambah wawasan siswa terhadap nilai moral mana saja yang pantas diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari, karena dalam setiap karya sastra khususnya novel

pasti memiliki nilai-nilai kehidupan. Nilai moral juga diharapkan mampu menjadi

bahan perenungan dalam menjalani kehidupan. Sebuah novel akan bernilai baik

dan bermanfaat apabila ia mampu menjadi pencerah bagi pembacanya. Dalam

kata lain, novel dapat dijadikan bahan introspeksi diri sesuai dengan apa yang

diharapkan pengarang terhadap karyanya.

Berkaitan dengan kegiatan menganalisi struktur novel, maka siswa akan

mempraktikkan beberapa keterampilan berbahasa yakni menyimak, membaca,

menulis, dan berbicara. Sebelum menganalisis struktur novel, siwa diharuskan

memperhatikan penjelasan dari guru yang berkaitan dengan cara dan langkah-

langkah dalam menanalisis struktur novel. Selanjutnya siswa diminta untuk

membaca terlebih dahulu novel yang akan dianalisis, setelah membaca maka

siswa langsung mengidentifikasi struktur yang ada dalam novel. Kegiatan

menganalisis novel tersebut merupakan latihan dan pembelajaran bagi siswa

dalam meningkatkan keterampilan berbahasa. Implikasi pembahasan novel Orang

Miskin Dilarang Sekolah terhadap pembelajaran sastra, secara lebih jelas dapat

dilihat dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang terdapat

dalam lampiran.

Page 117: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan analisis terhadap novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

karya Wiwid Prasetyo, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Struktur cerita dalam novel Orang Miskin Dilarang Sekolah ini saling

memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Tema dalam novel yaitu

perjuangan seorang tokoh bernama Faisal, meskipun terdapat hambatan

dalam usahanya namun akhirnya ia mampu membantu ketiga temannya

untuk bersekolah. Penggolongan tokoh dan penokohan berupa protagonis

dan antagonis membuat cerita menjadi lebih menarik. Penggambaran

mengenai latar tempat yang terletak di Semarang semakin memperkuat

karakter yang dimiliki para tokoh dalam cerita. Adapun latar waktu yang

terjadi dalam cerita kisaran tahun 2000-an setelah reformasi, karena latar

waktu tersebut berkaitan dengan adanya Tionghoa yang masih menetap

di Semarang. Sedangkan bentuk alur maju dengan menggunakan sekuen

dan hubungan kausalitas semakin mempermudah pembaca untuk terus

mengikuti cerita dari peristiwa satu menuju peristiwa lainnya. Sudut

pandang yang digunakan yaitu sudut pandang orang pertama ―aku - an‖

yang diperankan oleh tokoh Faisal sebagai pencerita. Gaya bahasa yang

digunakan dalam semakin menambah kesan indah bagi pembaca. Gaya

bahasa tersebut adalah metafora yang bertujuan untuk memberi nasihat,

gaya bahasa lain yaitu pengarang menggunakan bahasa Jawa sebagai

dialek regional.

2. Nilai moral dari para tokoh selalu berkaitan dengan latar belakang kota

Semarang baik dari keadaan lingkungan sosial, adat ataupun tradisi kota

tersebut, sehingga terbentuklah karakter para tokoh. Karakter atau nilai

moral tersebut terbentuk baik untuk diri sendiri, orang lain, maupun

Tuhan. Nilai moral terhadap diri sendiri berupa sikap mudah menerima

104

Page 118: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

105

segala sesuatu yang sudah ditakdirkan Tuhan, giat bekeja untuk

kehidupan, sepi ing pamrih rame ing gawe, menerapkan sikap jujur

dalam diri sendiri karena hal tersebut merupakan prinsip bagi masyarakat

Jawa. Selanjutnya yaitu nilai moral terhadap oranglain yaitu terlihat dari

masyarakat Jawa yang menjunjung tinggi adab sopan santun terhadap

sesama, hal tersebut dikenal dengan istilah mundhuk-mundhuk, dan

memiliki jiwa sosial yang tinggi terhadap sesama, selanjutnya yang

terakhir yaitu nilai moral terhadap Tuhan yang digambarkan melalui adat

masyarakat Jawa yang masih mempercayai mitos gaib tentang dukun,

karena mereka masih menganut Islam Kejawen.

3. Pembahasan novel Orang Miskin Dilarang Sekolah ini dapat memenuhi

Kompetensi Dasar dalam kurikulum. Nilai moral yang disampaikan

pengarang melalui tokoh berupa cerminan moral masyarakat Jawa

berkaitan dengan latar tempat yang ada dalam novel tersebut.

Selanjutnya, KD yang berkaitan dengan materi pokok bahasan sastra

yaitu memahami pembacaan novel, menemukan unsur intrinsik novel,

dan menemukan nilai moral dalam novel. KD tersebut terdapat pada

kelas XII SMA semester I. Kegiatan menganalisis struktur novel ini

dapat menambah pemahaman siswa terhadap teori analisis struktur novel

secara lebih mendalam dan logis.

B. Saran

1. Pembelajaran mengenai cara mengenalisis struktur atau unsur-unsur

intrinsik novel sebaiknya dilakukan secara mendalam dan harus saling

memiliki keterkaitan yang erat, karena analisis unsur intrinsik merupakan

sebuah dasar pijakan dalam apresiasi sastra.

2. Melalui pembelajaran sastra diharapkan agar dapat menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan serta segala hal positif yang terdapat dalam karya

sastra dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 119: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

106

3. Pembelajaran sastra diharapkan mampu menumbuhkan moral yang baik

agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Serta melatih siswa

agar berpikir kritis dan logis serta meningkatkan keterampilan berbahasa.

Page 120: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. A Glossary Of Literary Terms. New York: Cornell University.

1981

Bertens, K. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011

Chaer, Abdul. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010

Idi, Abdullah. Sosiologi Pedidikan, Individu, Masyarakat, dan Pendidikan.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2011

Jabrohim. Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012

. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT Hanindita Graha Widia.

2001

Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT Gramedia. 1985

Koentjaraningrat. Pengantar Antropologi: Pokok-pokok Etnografi. Jakarta:

Rineka Cipta. 2005

KS. Yudiono. Telaah Kritik Sastra. Bandung: Angkasa Bandung. 1986

Mahayana, Maman S. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. 2007

Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia 2005

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2011

Natawidjaja, Suparman. Apresiasi Sastra dan Budaya. Jakarta: PT Intermasa.

1982

107

Page 121: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

108

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press. 2005

Pradotokusumo, Partini Sardjono. Pengkajian Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama. 2005

Ratna, Nyoman Kutha. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. 2007

. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2007

Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1988

Sabri, Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005

Salam, Burhanuddin. Etika Individual: Pola Dasar Filsafat Moral. Jakarta: PT

Rineka Cipta. 2000

. Etika Sosial (Asas Moral dalam Kehidupan Manusia).

Jakarta: PT Rineka Cipta. 2002

Sayuti, Suminto A. Apresisasi Prosa Fiksi. Jakarta: Depdikbud. 1996

Semi, Atar. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa Bandung. 1984

Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 2006

Setiadi, Elly M. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana. 2008

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo. 2008.

Susanto, Dwi. Pengantar Teori Sastra. Yogyakarta: CAPS. 2012

Suseno, Magnis Franz. Etika Jawa. Jakarta: PT Gramedia. 1991.

Page 122: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

109

. Etika Dasar: Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral.

Yogyakarta: Kanisius. 1987

Teeuw, A. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: PT Gramedia. 1983

Todorov, Tzvetan. Tata Sastra. Jakarta: Djambatan. 1985

Wellek, Rene dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama. 1993

Widagdho, Djoko. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2008

Wiyono, Kasmadi Hartono. Sejarah Sosial Kota Semarang (1900-1950). Jakarta:

Depdikbud. 1985

Zubair, Charris Achmad. Kuliah Etika. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1995

Prasetyo, Wiwid. http://blogdivapress.com/dvp/2010/06/01/wiwid-prasetyo/,

diakses pada tanggal 29 April 2014

Sandi, Delfiana. ―Tokoh dan Penokohan Teater‖. http://dsandi-

go.blogspot.com/2012/10tokoh-dan-penokohan-teater.html?m=1, diakses

pada tanggal 10 November 2013

Sejarah Semarang, http://sejarahsemarang.wordpress.com/tionghoa/, diakses pada

tanggal 1 Desember 2013

Serenade, Aristha. ―Unsur dan Nilai Sastra‖.

http://aristhaserenade.blogspot.com/p/unsur-dan-nilai-sastra.html?m=1,

diakses pada tanggal 10 November 2013

Trinurjayanti, Ivonie. ―Implementasi Teori Pendidikan dalam Praktek Pendidikan

di Indonesia‖.

http://copetalammanusiaberpendidikan.blogspot.com/2013/01implementas

i-teori-teori-pendidikan.html?m=1, diakses pada tanggal 11 November

2013

Page 123: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Lampiran 1

Sekuen (Rangkaian Peristiwa) Novel “Orang Miskin Dilarang Sekolah”

1. Pengarang mendeskripsikan keadaan suasana yang terdapat dalam novel.

a. Faisal dan teman-temannya bermain layang-layang.

b. Faisal dan teman-temannya dimarahi oleh Koh A Kiong karena

laayangannya tersangkut di kabel listrik yang mengakibatkan listrik di

kapung menjadi padam.

c. Faisal dan teman-temannya sepakat untuk membuat layang-layang.

2. Faisal mendapatkan buku tentang cara membuat layang-layang.

3. Faisal menemui Pambudi, Yudi dan Pepeng di rumah Yok Bek untuk

memberitahukan buku yang ia dapat.

a. Faisal memberikan buku itu kepada Pambudi, Yudi dan Pepeng, namun

mereka tidak bisa membaca.

4. Faisal dan ketiga temannya berencana untuk menemui orang yang

membuat buku tentang cara membuat layang-layang.

5. Faisal dan ketiga temannya pergi ke tempat Ki Hajar Ladunni yang

terletak di Gogik, Ungaran.

6. Faisal dan ketiga temannya telah tiba di Gogik, Ungaran.

a. Faisal bertemu dengan Ki Hajar Ladunni dan Candil (anak Ki Hajar

Ladunni)

b. Faisal dan ketiga temannya belajar tentang cara membuat layang-

layang dengan Ki Hajar Ladunni.

7. Faisal dan temannya kembali ke kampung mereka dan menantang Mat

Karmin untuk beradu layang-layang.

8. Faisal menemui ketiga temannya dan mengajak mereka agar mau

bersekolah.

9. Pambudi, Yudi dan Pepeng merasa putus asa untuk dapat sekolah.

10. Faisal terus berusaha membujuk ketiga temannya hingga akhirnya mereka

bertekad untuk sekolah dan membicarakan hal ini kepada orangtua mereka

Page 124: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

masing-masing.

11. Akhirnya Pambudi, Yudi dan Pepeng pun sekolah dengan perlengkapan

seadanya dan atas bantuan Faisal sehingga mereka diterima sekolah dan

mendapat keringanan biaya.

12. Pambudi, Yudi dan Pepeng dihina oleh teman sekelas mereka yang

bernama Rena, salah satu murid yang status sosialnya jauh lebih tinggi.

a. Mereka di bela oleh Kania, murid terpandai di kelas.

13. Kania telah menjadi pujaan hati Pambudi, Yudi dan Pepeng serta menjadi

motivasi mereka untuk belajar membaca dan menulis.

14. Warga Kampung Genteng mulai emosi karena peternakan sapi Yok Bek

hanya merugikan warga.

15. Yok Bek mulai gelisah dan marah karena mendengar kabar bahwa

Pambudi, Yudi dan Pepeng sudah mulai bersekolah.

16. Yok Bek menghasut ayah Pambudi, Yudi dan Pepeng agar mereka

menyuruh anak-anak mereka untuk berhenti sekolah.

17. Akhirnya Pambudi, Yudi dan Pepeng pun terpaksa harus berhenti sekolah.

18. Konflik antara peternakan Yok Bek dengan warga Kampung Genteng pun

semakin meningkat dengan dibakarnya rumah Yok Bek.

19. Faisal mencoba menahan warga agar tidak membakar rumah Yok Bek

dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri.

20. Akibat Faisal menahan amukan warga, ia pun dituduh amnesia karena

terkena pukulan warga, padahal ia sehat-sehat saja.

21. Seorang dukun bernama Pak Cokro mencoba mengobati Faisal.

22. Faisal berpura-pura kesurupan dengan menjadi seorang jin belanda

penghuni Kampung Genteng untuk mengelabui Pak Cokro dan

mengajaknya untuk belajar.

23. Faisal menjadi tenaga pengajar di kampungnya.

24. Faisal mencari Pambudi, Yudi dan Pepeng yang tak ada kabar semenjak

berhenti sekolah.

25. Faisal berhasil menemukan ketiga temannya.

a. Faisal kembali memberikan semangat kepada teman-temannya agar

Page 125: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

tetap melanjutkan sekolah.

26. Ketika Faisal mulai mengajar di Kampungnya, ia dihina oleh murid-

muridnya yang memang rata-rata sudah dewasa dan buta aksara.

a. Faisal mendapatkan amplop dari panitia Dinas namun ia menolaknya,

ia mengajar dengan ikhlas tanpa mengharapkan imbalan apapun.

b. akhirnya Faisal menerima amplop itu karena dipaksa oleh panitia

Dinas.

27. Salah satu murid Faisal bernama Pak Cokro telah berhasil membaca dan

berhenti menjadi dukun, dan mewariskan ilmunya kepada para pasiennya.

28. Murid Faisal yang lain bernama Mat Karmin, ia pun bisa membaca dan

memanfaatkan kepintarannya membaca dengan menulis buku tentang

permainan anak-anak.

29. Anak-anak pun beramai-ramai datang ke rumah Mat Karmin.

a. Salah satu anak bernama Panji, telah disodomi oleh Mat Karmin

karena ternyata ia seorang Pedophilia.

b. Panji trauma dan kabur dari kampungnya.

30. Keesokan harinya Warga Kampung Genteng pun gempar karena mereka

kehilangan anak-anak mereka setelah bermain-main di rumah Mat

Karmin.

a. Mat Karmin di tangkap oleh polisi.

b. Rumah Mat Karmin dihancurkan warga.

c. Warga menyimpulakan bahwa ulah Mat Karmin itu akibat ia bisa

membaca.

31. Pambudi, Yudi dan Pepeng pun kembali melanjutkan sekolah mereka

karena mereka bersungguh-sungguh untuk meraih cita-cita mereka.

a. Mereka kembali mendapat hinaan ketika hari pertama memasuki kelas.

32. Kania mengajak Pambudi bermain ke rumahnya yang ternyata ia juga

merupakan anak dari kalangan bawah, sama seperti Pambudi, Yudi dan

Pepeng.

33. Pisang goreng yang dijual Yudi mulai laku keras, sehingga ia memiliki

ikon sendiri untuk Pisang Goreng jualannya.

Page 126: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

34. Ujian akhir semester telah dimulai

a. Rena si anak kaya yang sombong ketahuan mencontek saat ulangan.

35. Pembagian rapor

a. Kania si gadis cerdas mendapatkan peringkat pertama.

b. Rena yang sombong dan ketahuan mencontek akhirnya tidak naik

kelas.

c. Orang tua Rena mencoba menyuap Bu Mutia agar anaknya bisa

dinaikkan kelas.

36. Akhirnya Pambudi, Yudi dan Pepeng serta Faisal pun naik kelas.

Page 127: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Lampiran 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BERKARAKTER

Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XII/I

Aspek Pembelajaran : Mendengarkan

Standar Kompetensi : Memahami Pembacaan Novel

Kompetensi Dasar :

Menanggapi pembacaan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan

Menemukan dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik yang ada dalam novel

Menemukan nilai-nilai positif dalam novel

Indikator :

Siswa mampu menanggapi pembacaan dari segi vokal, intonasi, dan

penghayatan

Siswa mampu menemukan dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik yang

ada dalam novel

Siswa mampu menemukan nilai-nilai positif dalam novel

Alokasi Waktu : 2x45 menit (1 kali pertemuan)

A. Tujuan pembelajaran

Adapun tujuan dari pembelajaran ini diharapkan agar siswa dapat:

Menanggapi pembacaan novel dari segi vokal, intonasi, dan

penghayatan

Menemukan dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik yang ada dalam

novel

Menemukan nilai-nilai positif dalam novel

Page 128: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Karakter siswa yang diharapkan:

Patuh terhadap orang tua

Hormat dan peduli terhadap orang lain

Bekerja keras, jujur, dan bertanggung jawab

Taat kepada Tuhan

B. Materi Pokok Pembelajaran

Pembacaan novel

Menjelaskan unsur intrinsik novel

Menjelaskan tentang nilai-nilai positif dalam novel

C. Metode Pembelajaran

Unjuk kerja

Diskusi

Demonstrasi

Penugasan

D. Kegiatan Pembelajaran

1. Kegiatan awal

Apersepsi:

a. Guru mengucapkan salam

b. Guru mengondisikan kelas

c. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan bertanya jawab

tentang sebuah novel.

Motivasi:

a. Guru menjelaskan secara singkat materi pokok yang akan

disampaikan.

b. Guru menjelaskan secara singkat tujuan dari pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

Eksplorasi:

Page 129: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

a. Guru mampu menjelaskan tentang pembacaan novel, unsur-

unsur instrinsik dalam novel, serta nilai-nilai moral yang ada

dalam novel.

b. Guru menggunakan sumber belajar berupa modul pelajaran

Bahasa Indonesia yang dapat membantu siswa dalam

memahami materi pelajaran.

c. Guru memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa dengan

guru maupun antara siswa dengan siswa yang lain.

Elaborasi:

a. Guru memfasilitasi siswa melalui tanya jawab dan diskusi

untuk menyampaikan pendapat masing-masing.

b. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

menemukan unsur-unsur intrinsik dan nilai-nilai moral dari

novel yang dibacakan.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi

dan memberikan komentar terhadap jawaban dari siswa lain

terkait unsur intrinsik dan nilai moral.

Konfirmasi:

a. Menyimpulkan hal-hal yang belum diketahui.

b. Menjelaskan hal-hal yang belum diketahui.

c. Guru memberikan umpan balik yang positif dalam bentuk

lisan, tulisan, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa.

3. Kegiatan Akhir

a. Guru dan siswa secara bersama membuat kesimpulan tentang

materi yang telah dipelajari.

b. Guru merefleksi materi yang disampaikan untuk kehidupan

sehari-hari.

c. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan

berikutnya.

Page 130: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

E. Sumber Belajar

a. Pustaka rujukan dengan menggunakan buku Bahasa Indonesia untuk

SMA kelas XII.

b. Teks novel

c. Media visual (Power Point)

F. Instrumen PenilaianIndikator

Pencapaian

Teknik

Penilaian

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

Siswa dapat

menceritakan

kembali novel

secara lisan dengan

gaya penceritaan

sendiri.

Siswa dapat

menentukan unsur

intrinsik dalam

novel.

Siswa mampu

menentukan nilai

moral dalam novel.

Siswa mampu

mempresentasikan

unsur intrinsik dan

nilai moral di

dalam novel yang

telah dibaca.

Lisan

Tulisan

Lembar

Penilaian

Bacalah dan ceritakan

kembali novel Orang

Miskin Dilarang

Sekolah karya Wiwid

Prasetyo dengan gaya

penceritaan sendiri.

Tentukanlah unsur

intrinsik yang

terdapat dalam novel.

Tentukanlah nilai

moral yang terdapat

dalam novel.

Presentasikanlah hasil

yang telah dibuat

mengenai unsur

intrinsik dan nilai

moral.

Page 131: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Rubrik Penilaian Pembacaan Penggalan Novel

Nama Siswa :

Kelas/No. Absen :

Tanggal Penilaian :

Kompetensi Dasar : Menjelaskan unsur-unsur intrinsik dari pembacaan

penggalan novel

No Aspek Penilaian Deskripsi Skor

1.

Kelengkapan dalam

menyebutkan unsur intrinsik

yang ada dalam penggalan

novel:

a. Sangat lengkap (90 – 100)

b. Lengkap (80 – 89)

c. Kurang lengkap (70 – 79)

d. Tidak lengkap (0 – 69)

- Semua unsur dalam penggalan novel

- Kurang satu atau dua unsur

- Kurang dua unsur

- Kurang tiga unsur

2.

Kejelasan bahasa yang

digunakan:

a. Sangat jelas (90 – 100)

b. Jelas (80 – 89)

c. Kurang jelas (70 – 79)

d. Tidak jelas (0 – 69)

- Kalimat jelas, runtut, dan pilihan diksi tepat

- Kalimat jelas, tidak runtut, dan pilihan diksi

tepat

- Kalimat tidak jelas, tidak runtut, dan pilihan

diksi tepat

- Kalimat tidak jelas, runtut, dan pilihan diksi

tidak tepat

3.

Keruntutan dalam

penceritaan:

a. Sangat baik (90 – 100)

b. Baik (80 – 89)

- Runtut, kohesi, dan koherensi

- Runtut, kohesi, dan tidak koherensi

Page 132: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Keterangan:

Penilaian dilakukan dengan cara membagi jumlah skor dengan 3 aspek yang

dinilai.

Jakarta, Maret 2014

Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

c. Cukup baik (70 – 79)

d. Kurang baik (0 – 69)

- Tidak runtut, kohesi, dan koherensi

- Tidak runtut, tidak kohesi dan koherensi

Total Skor

Page 133: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Lampiran 3

SILABUS

Satuan Pendidikan : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XII

Semester :1

Standar Kompetensi : Mendengarkan

5. Memahami Pembacaan Novel

Kompetensi Dasar Materi

Pembelajaran

Kegiatan

Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi

Waktu

Sumber/Bahan/

Alat

5.1Menanggapi

pembacaan

penggalan novel

dari segi vokal,

intonasi, dan

penghayatan.

Penggalan novel

Menanggapi segi

vokal

Intonasi

Penghayatan

Mendengarkan

pembacaan

penggalan novel

Menanggapi

pembacaan

penggalan novel

dari segi vokal,

Menanggapi

pembacaan

penggalan novel

dari segi vokal,

intonasi, dan

penghayatan

Jenis Tagihan:

Tugas individu

Tugas

kelompok

Ulangan

Praktik

4 Buku novel

Media

setempat

Buku

penunjang

Page 134: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

intonasi, dan

penghayatan

Bentuk

Instrumen:

Performansi

Format

pengamatan

5.2Menjelaskan

unsur-unsur

intrinsik dari

pembacaan

penggalan novel.

Penggalan novel Menjelaskan

unsur-unsur

pembangun sastra

(tema, latar,

penokohan, alur,

pesan, dan sudut

pandang)

Mendiskusikan

unsur-unsur

intrinsik penggalan

novel.

Menjelaskan

unsur-unsur

intrinsik dalam

penggalan novel

yang dibacakan

teman

Jenis Tagihan:

Tugas individu

Tugas

kelompok

Ulangan

Praktik

Jenis Instrumen:

Uraian bebas

Pilihan ganda

Jawaban

singkat

4 Buku novel

Media

setempat

Buku

penunjang

Page 135: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Lampiran 4

Bahan Materi Ajar

A. Pengertian Novel

Novel adalah salah satu bentuk dari sebuah karya sastra. Novel merupakan

cerita fiksi dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur instrinsik dan

ekstrinsik. Sebuah novel biasanya menceritakan tentang kehidupan manusia dalam

berinteraksi dengan lingkungan dan sesamanya. Dalam sebuah novel, si pengarang

berusaha semaksimal mungkin untuk mengarahkan pembaca kepada gambaran-

gambaran realita kehidupan melalui cerita yang terkandung dalam novel tersebut.

B. UnsurIntrinsik Novel

Unsur-unsur intrinsik novel yaitu unsur yang membangun karya sastra dari

dalam, di antaranya, tema, penokohan, alur, sudut pandang, gaya bahasa, latar atau

seting. Berikut ini penjelasan masing-masing unsur.

a. Tema

Tema adalah pokok permasalahan yang ada dalam sebuah cerita.

b. Penokohan

Penokohan adalah pemberian watak atau karakter pada masing-masing

pelaku dalam sebuah cerita. Pelaku bias diketahui karakternya dari cara

bertindak, ciri fisik, lingkungan tempat tinggal.

c. Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk jalannya cerita.

Alur dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu alur maju (progresif) yaitu apabila

peristwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju

alur cerita. Sedangkan alur mundur (flash back progresif) yaitu terjadi ada

kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung.

Page 136: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

d. Sudut pandang

Menurut Minderop, sudut pandang pada hakikatnya merupakan

strategi, teknik atau siasat yang sengaja dipilih pengarang untuk

mengemukakan gagasan ceritanya untuk menampilkan pandangan hidup

dan tafsirannya terhadap kehidupan yang disalurkan melalui sudut

pandang.

e. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah alat utama pengarang untuk melukiskan,

menggambarkan, dan menghidupkan cerita secara estetika.

Macam-macamgaya bahasa:

f. Latar atau setting

Latar atau setting adalah penggambaran terjadinya peristiwa dalam

sebuah cerita meliputi tempat, waktu, social budaya, dan keadaan

lingkungan.

C. PengertianNilai Moral

Dalamhubungandengan orang lain,

baiksecaralangsungmaupuntidaklangsungsetiaptindakanmanusiaselaludinilaiolehman

usiaatauindividu yang lain.

Penilaiantersebutmeliputibenarsalahataubaikburuknyamanusiadalambersikapataupun

bertingkahlaku. Jadinilai moral merupakankaidahdanpengertian yang menentukanhal-

halyang dianggapbaikatauburuk, sertamenerangkanapa yang

seharusnyadansebaiknyadilakukanmanusiaterhadapmanusialainnya.

Dari pengertiantersebut,

kehidupandalammasyarakatsenantiasaterikatolehsesuatuatauaturanhidup yang

harusdipatuhiataudijunjungtinggi.Dengan kata lain,

manusiadalamhidupnyaselaludibatasiolehadanyanorma-norma,

baiknormaterhadapdirisendiri, orang lain ataupunlingkungan, dan moral

terhadapTuhan.

Page 137: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

D. Tips Pembacaan Novel

Di dalammembacakansebuah novel, diperlukan tips agar

pendengardapatmemahamiapa yang kitasampaikan. Tips tersebut di antaranya:

a) Pembaca yang membacakan novel perlumenghidupkanwatak-

wataktokohdalamceritaitudengansuasana, mimik, dangerak yang sesuai.

b) Pembaca yang menyatakanbacaanitudengansuara-

suarakhasuntukmembedakanwatakataukarakterdarimasing-masingtokoh.

c Pembacaperlumemilikikecepatanpandang yang tinggisertaarahpandangan

yang luasdanmenyerah.

d) Pembacaharusdapatmengelompokkan kata-kata denganbaikdantepat agar

jelasmaknanyabagiparapendengar.

Apabilapembacamampumeggunakan tips tersebut,

makapembacatersebutdapatdikatakansebagaipembaca yang baik,

karenamampumenghidupkanceritasehinggamudahdipahamiolehpendengar.

D. TanggapanPembacaan Novel

Tanggapanyang harusdiberikansetelahpembacaan novel memilikibeberapahal

yang harusdiperhatikan.Tanggapantersebutharusberdasarkanhal-halberikut:

a Vokal: apakahvokalpembaca novel jelasterdengarolehpendengar yang

berada paling belakang.

b. Intonasi: intonsimemilikiperanpentingdalampembacaan novel

karenadenganpembacaanintonasi yang

tepatakanmemperjelasinformasikepadapendengarnya.

c. Penghayatan: penghayatandalampembacaan

noveldapatdiartikanpenyatuandiriataupengalamanbatinterhadaptema yang

Page 138: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

diangkatdalam novel tersebut. Penghayatanterhadap novel

membutuhkanpemahamansecarautuh,

artinyaapakahpembacasudahmampumengangkatpermasalahan novel

tersebutpadasaatiamembaca.

Page 139: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Lampiran 5

Cover Novel Orang Miskin Dilarang Sekolah

Karya Wiwid Prasetyo

Page 140: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Lampiran 6

Wawancara antara Penulis dengan Pengarang Novel

(Wiwid Prasetyo)

Percakapan dimulai 25 September 2013

25/09/2013 14:44 Fajriah selamat siang, apa benar dengan Mas Wiwid? 25/09/2013 14:45 Wiwid Prasetiyo ya benar 25/09/2013 14:48 Fajriah maaf mas mengganggu, saya sudah menghubungi no mas Wiwid yang tercantum d info FB, tp tidak bisa dihubungi. saya Fajriah, mahasiswi UIN Jakarta. saya membutuhkan informasi mengenai novel orang miskin dilarang sekolah. saya sangat membutuhkan info tersebut untuk bahan skripsi saya. bisa saya tanya-tanya sedikit kepada Mas Wiwid? 25/09/2013 14:49 Wiwid Prasetiyo ya silakan, tapi semampu saya ya?

3 Oktober 2013

03/10/2013 11:10 Fajriah Assalamu'alaikum mas Wiwid. Saya butuh biografi lengkap mas Wiwid. mengenai pendidikan dan perjalanan hidup mas Wiwid. trmakasih.

7 Oktober 2013

07/10/2013 13:01 Wiwid Prasetiyo Wiwid Prasetiyo adalah nama asli sekaligus nama penanya, Ia membuktikan seorang penulis yang pekerja keras, terbukti kurang lebih sekitar 2 tahun saja sudah menghasilkan lebih dari 25 judul buku baik fiksi maupun non fiksi. Berdasarkan pengalaman hidupnya dan kejadian sehari-hari yang dialaminya, maka dari tangannya lahirlah karya-karya buah dari perenungannya selama ini dalam dunia yang digelutinya pendidikan dan sejarah. Penulis yang lahir di Semarang, 9 November 1981, adalah alumnus IAIN Walisongo tahun 2005 ini telah menghasilkan beberapa buah karya sederhana dari tangan dinginnya. Terakhir Ia memenangi 10 besar lomba cerpen Galaksi Cinta Diva Press dari 3529 naskah yang masuk

Page 141: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

Novel Pendidikan 1. Orang Miskin Dilarang Sekolah ( cetakan ke 13) Diva Press Yogya sekaligus karya perdananya, novel perdananya ini sekaligus juga diterjemahkan berbahasa Malaysia dengan judul yang sama 2. Miskin kok Mau Sekolah, Sekolah dari Hongkong, Diva Press Yogya 2010 3. Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu, Diva Press Yogya 2010 4. Sekolah Ayo Sekolah, Diva Press Yogya 2010 5. Orang Cacat Dilarang Sekolah, Diva Press Yogya 2010 Karya Religi 6. Demi Cintaku Pada-Mu (Novel religi) Diva Press Yogya 2010 7. Hati yang Bercahaya, (novel religi) revisi dari novel Demi Cintaku Padamu, Diva Press Yogya 2011 8. Saat Langit Bercumbu dengan Bumi (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012 9. Khidir (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012 10. Mata Moses (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012 11. Senyum Tuhan di Barcelona (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012 12. 99 Hari di Perancis (Novel Religi) Diva Press Yogya 2012 Karya Non Fiksi 13. Mental Kepepet for Succes (Buku Motivasi) Real Books Yogya 2011 14. The Chicken Soup of Asmaul Husna Diva Press Yogya 2010 15. Mengapa Rezekiku Melimpah Setelah Menikah? Real Books Yogya 2011 16. 100 Kecerdasan Setan, Diva Press Yogya 2011 17. Bismillah, Saya Mantap Menikah, Real Books 2013 18. Kaya Raya Modal Iman, Real Books 2013 Karya Anak 19. Dongeng 30 Mancanegara 2009, Diva Press Yogya 2010 20. Sup Tujuh Samudera 2010, Diva Press Yogya 2010 21. Aha, Aku Bunuh Harry Potter 2010, Diva Press Yogya 2010 22. Siapakah Allah ya? 2011, Diva Press Yogya 2010 23. Idolaku Rasulullah SAW 2010, Diva Press Yogya 2010 Novel Sejarah 24. The Chronicle of Kartini, Diva Press Yogya 2011 25. Cheng Ho Laksamana Muslim dari Negeri Seberang, Diva Press Yogya 2011 26. Ibrahim Rindu Allah, Diva Press Yogya 2011 27. Kilat Mata Ksatria Allah, Diva Press 2012 28. Dan, Lilinpun Dipadamkannya (biografi Umar bin Abdul Aziz) Real Books, Yogya 2012 Akan terbit 29. Si Pitung (Novel) 30. Trilogi Novel Perempuan Bahu Laweyan (Novel) 31. 30 Seni Membahagiakan Istri (motivasi) diterbitkan oleh Real Books Yogya (Motivasi) 32. 30 Seni Membahagiakan Suami (motivasi) diterbitkan oleh Real Books Yogya (Motivasi) 33. Rekishi—Impian Bunuh Diri Tanpa Rasa Sakit (Novel) 34. Chicken Soup of Asmaur Rasul (Cerita Motivasi) 35. Sunan Pandanaran (Novel) 36. Dampo Awang (Novel) 37. Ki Ageng Selo (Novel) 38. Joko Tarub (Novel)

07/10/2013 13:21 Fajriah Trimksih bnyak mas Wiwid... Sangat membantu. 07/10/2013 13:22 Wiwid Prasetiyo Ya sama-sama, baru sempat hari ini jawabnya

Page 142: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 143: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 144: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 145: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 146: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai
Page 147: NILAI MORAL DALAM NOVEL ORANG MISKIN DILARANG SEKOLAH KARYA WIWID PRASETYO DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25240... · 2014-11-14 · pendidikan berupa nilai

PROFIL PENULIS

Siti Nurfajriah, lahir di Bekasi pada tanggal 01

April 1991. Anak pertama dari tiga bersaudara ini

menuntaskan pendidikan Taman Pendidikan Anak-

anak (TPA) di TPA Az-Zahra. Setelah lulus, ia

melanjutkan Sekolah Dasar (SD) di SDN

Setiadarama 02 Tambun. Kemudian ia

melanjutkan pendidikannya di SMP Islam Terpadu

Ar-Raudhah. Pendidikan pada jenjang Sekolah

Menengah Atas telah ditempuhnya di MAN Babakan Ciwaringin Cirebon dan

menjadi santriwati di pondok pesantren As-Sa’adah. Setelah lulus pada tahun

2009, ia melanjutkan pendidikannya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

padajurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Berbagai prestosi telah diraihnya seperti: Juara II lomba Mutsabaqoh

Tilawatil Qur’an (MTQ) ketika di SMP dan juara III lomba pidato ketika di

pondok pesantren. Pengalaman organisasi yang pernah ia geluti selama

menempuh pendidikan di antaranya sebagai salah satu anggota OSIS dan

kemudian menjadi ketua bidang kerohanian ketika di SMP, dilanjutkan semasa

kuliah mengikuti organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan HMJ di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama kuliah ia aktif mengajar di SMP IT Ar-

Raudhah.

Alasan yang mendasari keinginannya menjadi guru adalah karena rasa

cintanya kepada dunia pendidikan dan dunia anak-anak. Oleh karena itu, ia

memilih Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Selain itu, ia merasa sangat beruntung telah menempuh

pendidikan hingga jenjang pendidikan strata 1 (S-1) sehingga ia mendapatkan

wawasan dan pengalaman yang bermanfaat serta ia berharap dapat menjadi tenaga

pendidik yang bermanfaat bagi masyarakat.