ngkasan tata kelola persalinan aman, inisiasi menyusui dini, dan

30
Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA RINGKASAN TATA KELOLA PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF 2014

Upload: lytruc

Post on 31-Dec-2016

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

TATA

KE

LOLA

PE

RS

ALIN

AN

AM

AN

, INIS

IAS

I ME

NY

US

U D

INI D

AN

AS

I EK

SK

LUS

IFUSAID - KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

Seri Pembelajaran dari USAID-KINERJA

RINGKASANTATA KELOLA PERSALINAN AMAN,

INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF

2014

Page 2: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan
Page 3: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

1www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

KATA PENGANTARSeri Pembelajaran ini merupakan kumpulan pengalaman sukses Program USAID-KINERJA dalam peningkatan

pelayanan publik dalam bidang kesehatan dengan penguatan pelayanan Persalinan Aman dan Inisiasi

Menyusu Dini dan ASI Eksklusif. USAID-KINERJA menguatkan tiga pilar tata kelola yaitu pemerintah daerah,

pemberi layanan (puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota), dan penerima layanan (masyarakat) yang

tersebar di 20 kab/kota dari 4 provinsi di Indonesia.

Tulisan ini menyampaikan pengalaman KINERJA mulai dari awal pendampingan kesuatu daerah sampai

membuahkan kemitraan yang kuat antara penerima layanan, pemberi layanan, dan Multi Stakeholder Forum

(MSF) sehingga terjadi peningkatan pelayanan publik dengan mengacu pada pencapaian Standar Pelayanan

Minimum (SPM).

Dukungan KINERJA melalui Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) telah menghasilkan gerakan masyarakat

lokal dengan semangat relawan dan diperkaya oleh berbagai inovasi dan insentif telah mampu memberikan

berbagai praktik baik seperti Kemitraan Bidan dan Dukun, SOP, Janji Perbaikan Layanan Kesehatan, dengan

pengarusutamaan gender (gender mainstreaming) dalam setiap tahap pendekatan dan aktivitasnya.

Untuk membagi pengalaman sekaligus dapat diimplementasikan oleh pemerintah daerah, lembaga donor,

organisasi massa sipil, akademisi dan lainnya maka USAID-KINERJA sudah mengembangkan modul yang

memuat seluruh kegiatan, strategi, dan pendekatan tata kelola sebagai pembelajaran bagi para pihak. Seri

pembelajaran dan modul dibuat berdasarkan pengalaman USAID-KINERJA selama pendampingan.

USAID-KINERJA mengucapkan terimakasih yang dalam kepada LPSS, OMP, STTA, Dinas Kesehatan,

Puskesmas, MSF, serta para pihak yang telah meluangkan waktunya dalam proses pengumpulan informasi

sehingga modul ini dapat hadir seperti saat ini.

Seri pembelajaran ini dikembangkan USAID-KINERJA dengan tujuan: (1) untuk memberikan penghargaan

yang luar biasa kepada hasil capaian dari berbagai pihak meliputi pemerintah daerah mitra KINERJA, LPSS,

OMP bersama mitra lainnya di daerah sehingga menjadi “ingatan institusi”, (2) unsur tersebut difasilitasi oleh

KINERJA yang mampu menyemangati dan saling berbagi antar mitra, dan kepada para pihak di Indonesia,

sehingga perubahan pelayanan publik (puskesmas dan dinas kesehatan daerah) menjadi lebih cost efektif; (3)

lembaga donor dan pihak lain yang ingin meningkatkan tata kelola layanan publik di negeri ini tidak memulai

dari awal tetapi dengan mengadopsi, mengadaptasi, dan mengembangkan dari pengalaman yang sudah

tersedia dalam modul ini.

Page 4: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

2 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

Untuk memudahkan para pengambil kebijakan di daerah dalam memahami dan mengadopsi program USAID-

KINERJA, Seri Pembelajaran ini menggambarkan pendekatan, program dan paket-paket intervensi yang telah

menjadi praktik baik di daerah pendampingan USAID-KINERJA.

Semoga Seri Pembelajaran ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas melalui perbaikan layanan publik

dalam bidang sektor kesehatan khususnya Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Jakarta 25 Juli 2014,

Elke Rapp Chief of Party USAID-KINERJA

Page 5: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

3www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

mengucapkan terimakasih yang dalam kepada Tim USAID-KINERJA dan para pihak yang telah nyata

melakukan peningkatan kinerja pelayanan puskesmas dan dinas kesehatan tingkat daerahyang menuju

pada pencapain Standar Pelayanan Minial (SPM) melalui penguatan aspek tata kelola pada sisi pemberi dan

penerima layanan di 20 kabupaten/kota melingkupi 4 provinsi.

Seri Pembelajaran dengan pendekatan tata kelola di layanan kesehatan masih menjadi inovasi baru sehingga

dianggap penting untuk dilakukannya adopsi, adaptasi, dan replikasi serta scaling up dari pengalaman USAID-

KINERJA kedalam program lain di wilayah lain sehingga terjadi percepatan untuk capaian MDGs 2015.

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan kepada

para lembaga donor, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pendidikan dan pelatihan untuk menerapkan

dan melakukan inovasi terhadap Seri Pembelajaran ini sehingga menjadi milik bersama untuk percepatan

perbaikan layanan publik di sektor kesehatan.

Jakarta, 2014

Direktor Jenderal

Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI

KATA PENGANTAR

DARI KEMENTERIAN KESEHATAN

Page 6: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

4 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1DAFTAR ISI 4

RINGKASAN EKSEKUTIF 5

BAB 1 PENDEKATAN KINERJA 9

BAB 2 Pengalaman KINERJA dalam Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

13

Situasi yang Dihadapi di Daerah 13Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif di Daerah 14Proses Kerja 16

BAB 3 Mengatasi Tantangan dan Mencapai Sukses 19Cerita Sukses 20

BAB 4 Rekomendasi untuk Replikasi 22Rekomendasi untuk Organisasi Mitra Pelaksana 23Rekomendasi untuk Lembaga Diklat 24

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH 25

Page 7: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

5www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Tujuan dan Keberhasilan KINERJA

1. Tujuan Umum Program USAID-KINERJA

Program USAID-KINERJA bertujuan membantu pemerintah daerah meningkatkan tata kelola dalam penyediaan layanan publik di Indonesia. USAID-KINERJA bekerja di 24 kabupaten/kota di 5 provinsi, yakni

1) provinsi Aceh (Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Simeulue dan Kota Banda Aceh); 2) provinsi

Jawa Timur (Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, Bondowoso, Jember dan Tulungagung); 3) provinsi

Sulawesi Selatan (Barru, Bulukumba, Luwu, Luwu Utara, dan Kota Makassar); 4) provinsi Kalimantan Barat

(Bengkayang, Melawi, Sambas, Sekadau dan Kota Singkawang); dan 5) provinsi Papua (Mimika, Jayawijaya,

Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura).

Untuk pencapaian tujuan ini, USAID-KINERJA melakukan penguatan sisi masyarakat (demand) dan penyedia

layanan (supply). Masyarakat terutama ibu dan keluarga ditingkatkan informasi hak-hak terhadap pelayanan

yang mereka terima dari fasilitas kesehatan publik serta keluhan yang mereka salurkan. Seiring ini, puskesmas

dikuatkan dengan lebih bertatakelola meliputi elemen partisipasi, tranparansi, akuntabilitas dan responsif.

USAID-KINERJA meningkatkan manajemen program, manajemen layanan dan manajemen puskesmas.

Sehingga peningkatan pemahaman masyarakat terhadap hak persalinan aman, inisiasi menyusu dini (IMD),

dan Air Susu Ibu Eksklusif (ASI Eksklusif) sejalan dengan kesiapan puskesmas dalam memenuhi hak tersebut.

Penguatan dua sisi ini didampingi oleh organisasi mitra pelaksana (OMP) USAID-KINERJA yang diberikan

hibah melalui proses seleksi yang transparan dan akuntabel. OMP ini umumnya berasal dari daerah setempat

dan KINERJA melakukan penguatan OMP sebelum OMP mengimplementasi program di daerah yang

bersangkutan.

1. Keberhasilan Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

KINERJA bekerja dengan prinsip berikut: (1) sejalan dengan RPJMN, RPJMD dan Renstra Sektor Daerah; (2)

tidak mengembangkan inovasi baru, menggunakan dan mengadopsi pola yang sudah teruji oleh pemerintah

pusat, kabupaten/kota, universitas, mitra pembangunan/lembaga donor lainnya; (3) program dilaksanakan

melalui peningkatan kapasitas dan penyebarluasan di daerah/unit layanan mitra; (4) Untuk keberlanjutan

program, pelaksanaan dukungan dilakukan melalui pihak Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) dengan

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 8: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

6 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

mengutamakan kapasitas lokal; dan (5) memperkaya program pelayanan publik dengan konsep tata kelola

yang baik dengan penerapan aspek transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi dengan promosi inovasi dan

model insentif.

Keberhasilan KINERJA pada tingkat pemberi layanan kesehatan telah dilakukan pendampingan di 4 provinsi,

melalui 19 Dinas Kesehatan kabupaten/kota dengan 61 puskesmas mitra. Sekitar 20 kabupaten dan kota

sudah mempunyai peraturan bupati/walikota tentang Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang dibuat

mengikuti aspek governance. 11 daerah sudah membiayai kegiatan forum para pemangku kepentingan (Multi-

Stakeholder Forum, MSF) di 61 kecamatan.

61 puskesmas telah memasang SOP Alur Layanan sehingga terlihat oleh pengguna layanan, dan telah

membuat dan menempel di dinding puskesmas Janji Perbaikan Layanan sebagai respon terhadap Survei

Pengaduan Pengguna Layanan. 33 puskesmas telah melakukan Kemitraan Bidan dan Dukun model KINERJA

yang sesuai kaidah governance, dan 45 puskesmas melakukan revitalisasi Kantong Persalinan.

Rata-rata daerah mitra telah menambah jumlah konselor IMD dan ASI Eksklusif dan jumlah kelas ibu hamil,

dan telah membuat ruang ASI atau pojok laktasi di fasilitas umum yang sesuai standar dan SOP nasional.

Terbangunnya kemitraan dengan lintas sektor pada seluruh daerah KINERJA seperti dinas pendikan

dan Kementerian Agama sangat mempercepat gerakan perubahan perilaku masyarakat. Minimal ada 3

Dinas Kesehatan, dan puluhan Puskesmas telah menolak bekerjasama dengan susu formula bayi karena

mendukung IMD dan ASI Eksklusif, sehingga angka cakupan IMD dan ASI Eksklusif meningkat nyata.

Pada sisi demand, MSF termasuk media lokal sudah berperan aktif sebagai pengawas, motivator, dan

advokator dalam melakukan perubahan dan perbaikan layanan kesehatan pada tingkat dinas kesehatan

dan puskesmas. MSF telah melakukan pengelolaan managemen keluhan, dan terlibat dalam perencanaan,

penentuan prioritas, dan monitoring Jaminan Persalinan Aman (Jampersal), Biaya Operasional Kesehatan

(BOK), serta sumber pendanaan lain yang tersedia di puskesmas. MSF melakukan pengawasan terhadap

implementasi SOP, janji perbaikan layanan dan lainnya. MSF turut melakukan advokasi kepada pemerintahan

desa untuk mengalokasikan anggaran dana desa untuk kemitraan bidan dan dukun.

2. Keberlanjutan Program

Inisiatif yang sudah dilaksanakan oleh KINERJA di daerah dan puskesmas mitra perlu keberlanjutan dan

perbaikan yang berkesinambungan dengan dukungan penuh pemerintah daerah. Perubahan melalui

Page 9: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

7www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

pendekatan governance KINERJA yang telah dicapai saat ini dengan melakukan replikasi atas dukungan dana

APBD adalah awal dari penguatan tiga pilar governance yang dapat dijadikan sebagai stimulan dan menjadi

tempat pembelajaran bagi puskesmas lain baik yang berada di wilayah mitra maupun di luar daerah mitra.

3. Lingkup Dokumen ini

Dokumen ini terdiri dari 4 bab. Bab 1 menampilkan pendekatan umum KINERJA, bentuk dukungan inisiatif

di sektor kesehatan, dan prinsip KINERJA dalam tata kelola Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Bab 2

menjelaskan pengalaman KINERJA dalam mendukung tatakelola Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif,

tahapan dalam memulai inisiatif di daerah, pengaturan pekerjaan, sampai pada proses kerja dan perubahan

yang dihasilkan. Bab 3 berisikan tantangan yang dihadapi serta strategi untuk mencapai sukses. Bab 4

memuat rekomendasi kepada berbagai pihak untuk replikasi baik dalam daerah mitra maupun di luar daerah.

4. Rekomendasi

a) Kepada Pimpinan Daerah

Pendekatan tata kelola KINERJA dengan memperkuat supply dan demand side terbukti meningkatkan

perbaikan layanan publik dalam waktu 1-2 tahun pendampingan. Pendekatan ini dapat direplikasi dan

diperluas ke dalam layanan publik di dinas kesehatan secara bertahap sesuai ketersediaan anggaran daerah.

Perluasan dan pengembangan ini membutuhkan hal-hal mendasar, termasuk:

1. Komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan/sektor teknis;

2. Waktu pendampingan untuk pembentukan dan pendampingan MSF sebaiknya 2-3 tahun;

3. Inovasi dan insentif yang kreatif bagi pemberi dan penerima layanan;

4. Koordinasi dan monitoring kuat antara Dinas Kesehatan dengan penyedia layanan kesehatan puskesmas;

5. Kuatnya peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan fasilitas Pojok ASI beserta konselornya

ditempat kerja dan fasilitas umum;

6. Kuatnya peran media lokal, duta ASI dan MSF untuk konsisten menjadi relawan pengawas independen

dalam kampanye Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

b) Kepada Calon Organisasi Mitra Pelaksana

OMP yang melakukan advokasi terhadap layanan publik juga dapat berperan dalam perbaikan pelayanan dan

penguatan kebijakan lokal. Dengan pendekatan KINERJA, OMP dapat mempercepat dan memperkaya proses

Page 10: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

8 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

perbaikan layanan kesehatan di wilayahnya melalui bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan

unsur lain.

Adopsi dan pengembangan materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai pendekatan

program dibidang lain (replikasi dan scaling up) menjadi pilihan yang terbukti membuat perubahan positif

dalam waktu 1-2 tahun pendampingan. Kunci keberhasilan dari 2 tahun pendampingan tersebut terjadi

karena (1) dilakukannya penguatan personil OMP dengan pendekatan tata kelola KINERJA diawal dan

berkesinambungan selama proses pendampingan, yang dapat diperkuat oleh pihak universitas, lembaga diklat,

dan local champion/konsultan; (2) memilih gerakan masyarakat yang sudah mengakar dan aktif di masyarakat.

c) Kepada Lembaga Diklat

Lembaga yang melakukan pelatihan (Diklat) serta universitas direkomendasikan untuk memasukkan

pendekatan tata kelola KINERJA kedalam kurikulum Diklat dan/atau materi pelatihan dengan perspektif gender

yang kuat, agar dapat lebih meningkatkan lagi pengetahuan dan keterampilan petugas kesehatan.

Page 11: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

9www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB 1PENDEKATAN KINERJA

Pendekatan Umum Program KINERJA

USAID-KINERJA adalah program bantuan teknis kepada 24 kabupaten/kota di 5 provinsi di Indonesia,

yaitu Aceh, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, dan Papua. Program USAID-KINERJA

difokuskan pada pengembangan tata kelola pemerintahan khususnya di aspek pelayanan publik pada bidang

kesehatan, pendidikan, dan pengembangan iklim usaha yang kondusif. KINERJA menawarkan paket dalam

bidangtersebut kepada pemerintah daerah dengan pendekatan yang komprehensif untuk menguatkan

kapasitas dari sisi penyedia layanan maupun pengguna layanan. Dengan adanya intervensi di kedua sisi

tersebut, diharapkan upaya untuk mencapai good governance menjadi lebih cepat, berkelanjutan dan dapat

direplikasi.

Penguatan pada sisi pemberi layanan dilakukan melalui pembangunan kapasitas internal terkait dengan

kebijakan, manajemen program, dan membuka ruang agar masyarakat dapat terlibat aktif. Penguatan pada

sisi pengguna layanan dilakukan dengan membangun kesadaran pemberi layanan tentang hak masyarakat,

meningkatkan berpartisipasi aktif dalam berbagai aktivitas yang dilakukan oleh pemberi layanan mulai dari

perumusan kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kegiatan/program.

Penguatan sisi penerima layanan pada tingkat puskesmas dilakukan dengan membentuk suatu forum

untuk melakukan pengawasan, mediasi, dan advokasi. KINERJA bersama stakeholder daerah melakukan

identidikasi terhadap peserta yang memiliki komitmen, pengaruh dan peduli kepada masalah kesehatan.

Anggota forum dilatih dan didampingi dalam melakukan monitoring dan evaluasi.

KINERJA bekerjasama dengan organisasi yang mempunyai pengalaman, keahlian dan ketrampilan

melaksanakan bantuan teknis di kabupaten/kota, yang disebut Organisasi Mitra Pelaksana (OMP). KINERJA

mengembangkan sistem dan menyusun program dan OMP mengembangkan strategi dengan menterjemahkan

program KINERJA sesuai kondisi lokal seperti bahan yang dipresentasikan disini. Para fasilitator OMP dilatih

sebelum bekerjasama dengan pemda dan dinas kesehatan agar mempunyai kemampuan yang memadai

dalam memberikan bantuan teknis bagi daerah mitra KINERJA. Di masa mendatang OMP diharapkan menjadi

mitra pemerintah daerah setelah program KINERJA berakhir dan mampu memberikan bantuan teknis kepada

daerah sebagai bagian dari strategi keberlanjutan dan replikasi.

Page 12: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

10 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

Inisiatif di Sektor Kesehatan

Dalam bidang kesehatan, USAID - KINERJA mendukung Kesehatan Ibu dan Anak sebagai prioritas utama

kesehatan nasional jangka panjang dan jangka menengah melalui dua program yaitu (1) Persalinan Aman, dan

(2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif. Dinamika antara sisi supply dan demand yang mengarah

pada perbaikan kinerja layanan kesehatan yang berkelanjutan, dan sistematis akan meningkatkan pencapaian

standar pelayanan minimal (SPM). Kinerja melakukan penguatan pada empat aspek – regulasi, manajemen,

multi-stakeholder forum, dan strategi promosi.

KINERJA melalui OMP menginisiasi peraturan bupati/walikota tentang Persalinan Aman, IMD dan ASI

Eksklusif. Peraturan ini digagas dan dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah dengan melibatkan seluruh

pemangku kepentingan mulai dari analisis situasi sampai pada pengesahan oleh bupati/walikota.

Penguatan manajemen terdiri dari 3 jenis manajemen yaitu manajemen institusi/organisasi, manajemen

program dan manajemen layanan. Manajemen puskesmas/organisasi ditingkatkan perencanaan dan

penganggaran yang bersumber BOK untuk Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Manajemen program

menguatkan kembali program persalinan aman meliputi kemitraan bidan dan dukun, kelas ibu hamil, dan

kantung persalinan. Manajemen program IMD dan ASI Eksklusif adalah kelompok peduli ASI, Duta ASI, dan

pojok laktasi. Manajemen layanan meliputi janji perbaikan layanan, SOP, dan manajemen pengaduan.

MSF bidang kesehatan yang beranggotakan unsur-unsur jurnalis warga, media lokal, dinas kesehatan

kabupaten/kota, puskesmas, lintas sektor, DPRD, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan masyarakat, dengan

keberpihakan kuat terhadap suara perempuan dan kaum muda pada tingkat kabupaten dan kecamatan/

puskesmas telah menjadi penyeimbang supply dan demand side dengan berperan aktif sebagai pengawas,

advokator, dan motivator.

KINERJA mendorong masyarakat, sektor kesehatan dan lintas sektor untuk terlibat dalam promosi

Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif. Sektor kesehatan dapat mengalokasikan anggaran promosi untuk

kegiatan promosi menggunakan berbagai media. Masyarakat juga turut memperhatikan seperti ulama,

tokoh masyarakat, perias pengantin, dan lainnya. Sektor lainnya seperti pendidikan dan Kantor Urusan

Agama menyediakan waktu untuk memberikan promosi pada saat mereka melakukan kegiatan rutinnya.

Misal, menyisipkan pendidikan kesehatan kepada anak didik dan memberi informasi kesehatan pada saat

penyuluhan calon pengantin dan akad nikah. Bahkan pimpinan tertinggi di daerah (Bupati dan Wakil Bupati)

turut menjadi Duta ASI.

Page 13: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

11www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Dukungan KINERJA untuk program Persalinan Aman sejalan dengan 5 strategi Kementerian Kesehatan dan

World Health Organisation:

1) Meningkatkan akses dan mutu.

2) Mendorong pemberi layanan membuat SOP dengan merujuk pada literatur atau kebijakan yang ada

dengan mengikutsertakan (partisipasi) MSF. Masyarakat juga diberitahu tentang hak-hak dalam pelayanan

dengan mempublikasi (tranparansi) SOP sehingga masyarakat mengetahui haknya. SOP ini menjadi alat

akuntabilitas pelayanan kesehatan kepada pemangku kepentingan di daerah.

3) Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat. Peningkatan kelas ibu hamil yang

lebih sesuai sampai tingkat desa dan kemitraan bidan dan dukun yang lebih partisipasi dan akuntabel.

KINERJA menginisiasi MSF untuk pengawasan dan advokasi persalinan aman dan ASI Eksklusif.

4) Meningkatkan sistem pengawasan dan informasi kesehatan. KINERJA menterjemahkan ini dengan

revitalisasi Kantung Persalinan. Kantung ini dibuat sedemikian rupa sehingga pimpinan puskesmas

mengetahui dimana ibu hamil baik yang berisiko atau tidak; mengetahui kapan ibu bersalin sehingga

bidan yang bersangkutan dapat menjaga sampai proses persalinan, dan informasi ini selanjutnya

ditransparankan kepada MSF dan desa agar siap siaga apabila ibu membutuhkan pertolongan.

5) Meningkatkan pembiayaan kesehatan diterjemahkan oleh KINERJA dengan meningkatan perencanaan

Biaya Operasional Kesehatan fokus pada persalinan aman, IMD dan ASI Eksklusif. MSF sebagai

representatif masyarakat berpartisipasi pada tahap perencanaan dan mengawasi implementasinya.

Berdasarkan strategi di atas, KINERJA merancang kegiatan pada dua sisi yaitu demand dan supply. Beberapa

prinsip yang menjadi ciri-ciri KINERJA adalah:

1. Tidak mengembangkan inovasi baru, tapi menggunakan dan mengadopsi pola yang sudah teruji oleh

pemerintah, universitas, mitra pembangunan/lembaga donor, dan sebagainya.

2. Bantuan tehnis dilaksanakan oleh Organisasi Mitra Pelaksana (OMP) dengan mengutamakan

sumberdaya lokal.

3. Memperkaya pelayanan publik dengan menerapkan aspek governance meliputi elemen partisipasi,

transparansi, responsif dan akuntabilitas pemberi layanan.

4. Mendorong pemerintah daerah baik daerah mitra maupun di luar mitra KINERJA untuk mereplikasi

program yang dianggap baik dalam mempercepat capaian program.

5. KINERJA mendukung program yang sejalan dengan Rencana Pembanguan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis Sektor

Daerah (Renstra), serta mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) kesehatan.

Page 14: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

12 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

6. Pada level nasional, KINERJA berkoordinasi dengan kementerian yang terkait: beberapa institusi seperti

BAPPENAS, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, dan Direktorat Jenderal PUM. Tim Koordinasi dibentuk

berdasarkan kebutuhan, dengan melibatkan Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), Kementerian

Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan, Kementerian PAN&RB, UP4K, serta lainnya.

Page 15: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

13www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

Situasi yang Dihadapi di Daerah

1. Persalinan Aman

Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) membuat pemerintah menempatkan

upaya penurunan AKI dan AKB sebagai program prioritas nasional dan daerah. Capaian indikator SPM

Kesehatan termasuk cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama (K1) dan kunjungan ke-empat

(K4) untuk ANC, persalinan ditangani oleh tenaga kesehatan, dan persalinan di fasilitas kesehatan di banyak

daerah di Indonesia juga masih rendah. RISKESDAS (2010) melaporkan bahwa hanya 61,4% perempuan

melakukan ANC dan hanya 82,4% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih. Cakupan pelayanan

sangat bervariasi antar daerah di Indonesia, dan daerah pedesaan seperti kebanyakan daerah mitra KINERJA

seringkali jauh tertinggal dibandingkan dengan daerah perkotaan.

Ibu hamil memiliki risiko yang tinggi dalam persalinan karena rendahnya kualitas ANC dan persalinan yang

tidak ditolong oleh tenaga yang terampil. Belum adanya SOP dan kelengkapan sarana dan prasarana sebagai

faktor utama dalam rendahnya kualitas pelayanan ANC.

Pada sisi demand, rendahnya pemahaman masyarakat dan budaya yang tidak menguntungkan ibu hamil

menjadi faktor risiko ibu makin meningkat. Sebagian masyarakat masih kurang percaya kepada bidan dan

masih mempercayai dukun sebagai tantangan utama.

2. IMD dan ASI Eksklusif

Meskipun kebijakan pemerintah nasional (Peraturan Pemerintah No 33/Tahun 2012) tentang pentingnya peran

masyarakat secara perorangan, berkelompok, maupun organisasi harus mendukung keberhasilan program ASI

BAB 2 PENGALAMAN KINERJA DALAM TATA KELOLA PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSU DINI DAN ASI EKSKLUSIF

Page 16: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

14 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

Eksklusif tetapi praktiknya ASI menghadapi tiga tantangan utama. Pertama, tantangan dari tenaga kesehatan.

Banyak tenaga kesehatan menjadi corong promosi susu formula. Lemahnya informasi dari tenaga kesehatan

berkaitan dengan ASI. Hasil Rapid Assessment1 2010 dan USAID-KINERJA 2012, ditemukan masih banyak

rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas, serta bidan praktik menerima sponsor susu formula dan

membagikan hadiah berupa sampel susu formula, kalender, ballpoint, blok note, poster, bahkan umrah

dan haji.

Tantangan kedua adalah tantangan dari masyarakat. Sebagian masyarakat masih belum percaya kecukupan

gizi dalam ASI, terpengaruh promosi susu formula dan meninggalkan bayi dengan alasan kerja. Sehingga

bayi sudah mendapatkan susu formula sejak lahir. Faktor budaya yang tidak berpihak kepada ASI menjadi

faktor penguat lainnya. Padahal program ASI Eksklusif sebagai program prioritas sejak beberapa tahun yang

lalu, baru 33,6% bayi di Indonesia yang beruntung mendapat ASI Eksklusif (Susenas, 2010). Bahkan Survei

Demografi dan Kesehatan Indonesia menunjukkan tren ini menurun.

Ketiga adalah rendahnya peran pemerintah (pusat dan daerah) dalam pengawasan peredaran susu formula

bayi dan penganggaran yang sangat rendah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat.

Bagaimana KINERJA Memulai Inisiatif di Daerah

1. Komitmen kepala daerah, DPRD, dan pemangku kepentingan

Langkah pertama KINERJA di daerah adalah Konsultasi Provinsi sebagai bentuk transparansi,

akuntabilitas, dan partisipasi yang dihadiri oleh pemerintah provinsi bersama lima kabupaten/kota

mitra KINERJA dari unsur pimpinan (eselon 2 – 3) Pemerintah Daerah, Ketua Bappeda, DPRD

(Komisi Anggaran, Kesehatan dan Pendidikan), Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan Ekonomi.

Hasilpertemuan: (1) Kabupaten/Kota memilih satu prioritas dari tiga sektor dukungan KINERJA yaitu

Pendidikan, Kesehatan, dan Penguatan Iklim Usaha pada tahun pertama; dan (2) Terbangunnya

komitment Pemerintah Daerah dengan Penandatanganan Nota Kesepakatan (Memorandum of

Understanding atau MOU) antara Kepala Daerah dengan Pimpinan KINERJA.

Tahap berikutnya di daerah yang memilih bantuan KINERJA di bidang kesehatan dilakukan Konsultasi

Tingkat Kabupaten/Kota keseluruh daerah mitra KINERJA dengan metode Diskusi Kelompok Terarah

1 Hasil Rapid Assessment 2010, http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/berita-dan-kegiatan/37-pekan-asi-sedunia-2012

Page 17: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

15www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

(Focus Group Discussion atau FGD) sebagai bentuk transparansi dan partisipasi pendekatan KINERJA.

Konsultasi dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Bappeda dengan peserta pemegang

program Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas dan Bidan, Kader Posyandu, Organisasi Masyarakat

peduli kesehatan, Organisasi Profesi (IDI, IBI), Media, dan Tokoh Masyarakat (Kelompok Agama dan Adat)

dengan perspektif gender.

Output pertemuan ini diperolehnya: (1) isu prioritas dalam Program KIA yang kemudian menjadi IMD dan

ASI Eksklusif, dan Persalinan Aman; dan (2) penentuan puskesmas yang akan menjadi dampingan mitra

Kinerja sesuai kriteria yang disepakati yaitu puskesmas yang pelayanannya masih kurang, puskesmas

terpencil, puskesmas yang sudah cukup bagus.

Diskusi informal di daerah dampingan KINERJA dilakukan bersama media, pemerintah, DPRD, organisasi

profesi untuk mendapatkan gambaran nyata tentang kondisi daerah mitra KINERJA selain data sekunder

terkait sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan dari pemerintah daerah.

LPSS dan OMP sebagai inisiator, motivator, dan fasilitator, melakukan pendekatan persuasif secara

simultan kepada DPRD, Bapeda, pengambil keputusan di Dinas Kesehatan, serta tokoh masyarakat, dan

organisasi profesi untuk mendapatkan dukungan moril dan pembiayaan. Unsur ini kemudian menjadi cikal

bakal MSF.

Indikator utama sebagai komitmen kepala daerah adalah adanya anggaran daerah untuk mendukung

program KINERJA. Anggaran tersebut untuk kegiatan yang menjadi bagian dalam keterlibatan stakeholder

daerah terutama dinas kesehatan dan puskesmas. Banyak daerah mengalokasikan anggarannya sehingga

program yang diinisiasi KINERJA bukanlah program milik KINERJA tetapi program milik daerah itu sendiri.

2 Pengaturan Pekerjaan

Tugas utama LPSS adalah mengkoordinir program, memfasilitasi OMP untuk dapat menjalankan fungsinya

secara optimal dengan Dinas Kesehatan, MSF, dan pemerintah daerah. LPSS bersama OMP bertanggung

jawab terhadap mutu capaian program. OMP bekerja penuh pada tingkat kabupaten, puskesmas, dan

masyarakat dalam memfasilitasi pelatihan, lokakarya, dan pendampingan masyarakat terutama MSF.

Salah satu kunci keberhasilan KINERJA adalah, karena KINERJA melakukan penguatan kapasitas OMP

secara berkala, sehingga mereka mempunyai kemampuan yang memadai dalam memberikan bantuan

teknis bagi daerah mitra KINERJA. Untuk penguatan supply side terkait teknis Persalinan Aman, KINERJA

Page 18: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

16 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

kemudian memberdayakan local champion dengan latar belakang kesehatan untuk mendukung kerja

OMP di daerah.

3. Penyusunan Rencana Kerja

Setelah surat keputusan kepala daerah diterbitkan maka tim tehnis menyusun rencana kerja bersama

denga rencana kerja OMP. Rencana kerja ini harus sesuai dengan proses perencanaan dan penganggaran

di daerah.

Proses Kerja

1. Peran Para Stakeholders

Tahapan ini sangat penting sebagai rangsangan untuk membangun peran para pihak.

Dinas Kesehatan kabupaten/kota terlibat aktif baik sebagai nara sumber, peserta dan kebijakan dalam

pelaksanaan bantuan KINERJA. Tim teknis yang sudah dibentuk menjadi sebagai tim pengarah bila

pelaksanaan di lapangan mendapat hambatan. Tim teknis ini melakukan pertemuan secara reguler

dalam memantau kemajuan dan tantangan implementasi program KINERJA. Individu dan perwakilan dari

organisasi keagamaan dan organisasi masyarakat sipil lainnya bergabung membentuk forum. Kemudian

mengundang unsur pemerintah untuk membahas kondisi yang ada dan disini disebut multi stakeholder

forum (MSF).

DPRD berperan dalam memonitor pelaksanaan program KINERJA, di beberapa kabupaten/kota DPRD

menjadi anggota atau ketua MSF, sebagai advokator internal DPRD dan pihak eksekutif (kepala daerah

dan panitia anggaran) untuk memperlancar persetujuan anggaran yang dibutuhkan untuk mendukung

kegiatan IMD dan ASI Eksklusif. Pada daerah di mana bupati/walikota mempunyai komitmen yang lebih

tinggi dari DPRD, justru peran mereka melakukan advocacy anggaran kepada DPRD seperti di kabupaten

Sambas dan Probolinggo, serta Kota Makassar dan Singkawang.

Page 19: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

17www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

2. Pelaksanaan Rencana Kerja

Program dukungan IMD dan ASI Eksklusif dilaksanakan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

• Persamaan persepsi dan membangun komitmen para pihak LPSS mendampingi OMP melakukan inisiasi dan sosialisasi kepada para pihak tentang IMD dan

ASI Eksklusif. Proses ini merupakan tahap penting yang bertujuan untuk membangun pemahaman,

persepsi, dan kepedulian bersama untuk membangun komitmen awal dalam pelaksanaan program.

• Pembentukan dan peningkatan kapasitas MSF LPSS bersama OMP memfasilitasi beberapa pertemuan untuk pembentukan MSF dan peningkatan

kapasitas MSF untuk mulai memotivasi masyarakat terkait IMD dan ASI Eksklusif. Pertemuan ini

bertujuan untuk peningkatan pemahaman MSF tentang pentingnya program IMD dan ASI Eksklusif

bagi masyarakat.

• Berbagi pengalaman dan pemecahan masalah Penguatan MSF dilakukan dengan pertemuan berkala untuk berbagi pengalaman di masyarakat dan

mencari pemecahan masalah bersama terhadap temuan dan persoalan di lapangan. Dilanjutkan

dengan membuat rencana aksi untuk mendukung pelaksanaan IMD dan ASI Eksklusif.

• Advokasi MSF didampingi OMP mengintegrasikan perencanaan MSF ke dinas kesehatan dan puskesmas,

bertujuan untuk terjaminnya keberlanjutan program. Strategi advokasi dengan kunjungan ke

Puskesmas untuk berdiskusi dengan manajemen puskesmas. Dengan pendampingan intensif dari

Dinas Kesehatan, MSF melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk ketersediaan peraturan

daerah dan anggaran pendukung dalam menjalankan peraturan tersebut.

• Pelembagaan MSF Beberapa daerah seperti Bengkayang dan Simeulue memilih untuk melegalkan MSF menjadi

berbadan hukum. Pilihan ini kemudian memberikan kekuatan hukum bagi MSF dalam mendorong

terlaksananya program IMD dan ASI Eksklusif.

3. Proses Perubahan dan Manfaat

Perubahan nyata dukungan KINERJA terhadap daerah mitra dapat dilihat dari beberapa pihak:

• Dari sisi pemerintah daerah: Pemerintah daerah sudah mulai merasakan manfaat dari kehadiran

MSF atau partisipasi masyarakat sehingga programnya menjadi lebih kongkrit dan sesuai kebutuhan.

Misal proses pembentukan Peraturan Bupati/Walikota tentang PA, IMD dan ASI Eksklusif sebagai

Page 20: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

18 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

payung hukum, dan dukungan dana APBD untuk melakukan replikasi ke puskesmas di wilayahnya

dengan jumlah yang bervariasi di masing-masing daerah. Hasil ini dapat dilihat setelah satu tahun

pendampingan.

• Dari sisi supply: Perubahan pola pikir pemberi layanan dari sisi kurang mendengar keluhan

masyarakat berubah menjadi mendengar keluhan masyarakat. Sehingga puskesmas sudah

memberikan pelayanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat. Akibatnya terjadi

peningkatan cakupan yang memenuhi indikator SPM. Contoh dampak program IMD dan ASI Eksklusif

adalah pelarangan susu formula di seluruh puskesmas Kabupaten Probolinggo dan Kota Makassar

menyebabkan cakupan ASI Eksklusif meningkat tajam.

• Dari sisi demand: Masyarakat yang tergabung dalam MSF mulai menyadari perannya dalam

pembagunan kesehatan serta pemantau pelayaan kesehatan. MSF sudah banyak membawa

perubahan dalam pelayanan kesehatan sehingga puskesmas sampai kepada dinas kesehatan mulai

memperhatikan setiap masukan dari MSF. Kemudian mengikutsertakan MSF dalam setiap kebijakan

pelayanan kesehatan pada tingkat kecamatan dan kabupaten/kota. Ada juga masyarakat membentuk

kelompok aksi seperti Kelompok Peduli Asi dan Ayah Peduli Asi sebagai peran kongkrit masyarakat

dalam bidan ASI. Kemitraan bidan dan dukun yang berjalan dengan baik karena peran MSF dalam

mengawasi dan advokasi dukun.

Page 21: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

19www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB 3 MENGATASI TANTANGAN DAN MENCAPAI SUKSES

Pengalaman KINERJA menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan

program Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif.

Pada Tingkat Pemerintah Daerah:

• Pelaksanaan program KINERJA membutuhkan perubahan dalam perencanaan daerah. Hal ini tidak

mudah untuk dilakukan sehingga banyak kegiatan yang kurang berjalan sempurna karena kurang sinkron

dukungan dari daerah.

• Pergantian pejabat daerah baik pada dinas kesehatan maupun di puskesmas menyebabkan

kesinambungan proses pendampingan menjadi terhambat.

• Pergantian pimpinan daerah kemungkinan diikuti dengan mutasi kepala SKPD dan staff dinas kesehatan,

sehingga hubungan kerja dimulai dari awal kembali.

Pada Tingkat Dinas Kesehatan dan Puskesmas:

• Sulitnya mensinkronisasi jadwal antara dinas kesehatan dan puskesmas.

• Adanya personil pada tingkat pengambil keputusan di dinas kesehatan dan puskesmas yang kurang

memberikan daya dukung.

• Beberapa puskesmas menolak atau kurang menerima hasil survei pengaduan.

Pada Tingkat MSF, Masyarakatdan Pemberi Kerja:

• Sulitnya mendapatkan anggota MSF yang berpartisipasi atau menghadiri pertemuan tanpa mengharapkan

dana transport.

• Budaya masyarakat dan ibu hamil yang belum percaya kepada bidan.

Page 22: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

20 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

Pada Tingkat OMP:

• Keterbatasan pengetahuan tentang pendekatan KINERJA, teknis Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif,

dan teknis fasilitasi sehingga dibatasi dalam melakukan pendampingan kepada Dinas Kesehatan,

Puskesmas, dan MSF.

• Geografis yang terpencil dan berjauhan antara satu puskesmas dengan yang lainnya berdampak

rendahnya koordinasi dengan waktu proyek yang pendek.

Cerita Sukses

1. Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil, Aceh Singkil, Provinsi Aceh.

• Kemitraan dimulai bulan April 2012. Pada tahap pertama, kemitraan diterapkan di 2 desa,

kemudian dikembangkan di 5 desa lainnya.

• Pertolongan persalinan oleh dukun menurun menjadi 0%. Tahun 2011 terdapat 18 persalinan yang

ditolong dukun, menurun menjadi 8 persalinan pada tahun 2012, dan mencapai 0 pada tahun

2013.

• Puskesmas Singkil akan melakukan perluasan dengan melibatkan dukun secara aktif dalam

promosi kesehatan di komunitas sebagai “Pelopor Kesehatan di Desa”.

• Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Singkil telah dicanangkan untuk direplikasi ke seluruh

Kabupaten Aceh Singkil.

• Peluncuran Kartu Emergency Persalinan dan Hotline Pelayanan Kesehatan di seluruh Puskesmas.

2. Inisiasi Menyusu Dini di Puskesmas Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Provinsi Kalimantan Barat

Masyarakat sudah mampu “meminta” layanan kesehatan.

• Keluarga pasien protes kepada bidan bila ibu tidak dibantu melakukan IMD saat persalinan.

• Permintaan penyuluhan ASI meningkat.

• Cakupan ASI Eksklusif Kota Singkawang meningkat. Pada tahun 2011 ketika KINERJA masuk daerah,

persentase bayi yang diberikan ASI Eksklusif hanya 22,2%. Cakupannya naik menjadi 38,1% setelah 1

tahun pendampingan (2012), dan meningkat lagi menjadi 48,7% pada tahun 2013.

Page 23: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

21www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

• Semua persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan wajib diberikan IMD di wilayah Puskesmas

Singkawang Selatan.

3. Mendukung ASI Eksklusif, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur

• Ibu Bupati Probolinggo menjadi Duta ASI Kabupaten Probolinggo dan telah menerbitkan Peraturan

Bupati terkait Persalinan Aman, IMD dan ASI Eksklusif yang disusun secara partisipatif oleh MSF.

• Penerbitan surat larangan penyediaan susu formula bagi fasilitas kesehatan dan praktek bidan di

seluruh Kabupaten Probolinggo.

• Bupati bersama Dinas Kesehatan aktif melakukan supervisi mendadak (sidak) ke seluruh fasilitas

kesehatan dan praktek bidan untuk memeriksa apakah masih menyediakan susu formula, serta

memberikan sanksi bagi yang melanggar.

• Mencanangkan gerakan penanaman daun katuk yang bermanfaat untuk memperlancar ASI, dan

memberikan menu wajib sayur daun katuk bagi ibu melahirkan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

• Bekerjasama dengan swasta untuk menyediakan ruang ASI di tempat kerja.

Page 24: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

22 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

BAB 4 REKOMENDASI UNTUK REPLIKASI

Rekomendasi untuk Pemerintah

Rekomendasi ini diarahkan kepada pemerintah pusat (kementerian kesehatan), pemerintah provinsi,

pemerintah daerah, dan dinas kesehatan masing-masing.

a) Komitmen

Diperlukan komitmen yang tinggi dari Bupati/Walikota, DPRD dan Dinas Kesehatan daerah yang

dituangkan dalam bentuk tersedianya payung hukum daerah, dukungan pendanaan, memelihara local

champion dan SDM yang sudah terlatih pada tempat yang sesuai.

b) Membangun Partisipasi Masyarakat

Menyediakan sumberdaya lokal untuk terbentuk dan berperannya model MSF dan Pengelolaan

Pengaduan sebagai wujud nyata partisipasi aktif demand side, dan transparansi serta akuntabilitas supply

side yang akan berdampak pada capaian SPM dan peningkatan kinerja layanan kesehatan (publik).

c) Pengawasan Perorangan dan Komunal

Melakukan monitoring dan pengawasan supaya peraturan daerah dijalankan dengan semestinya melalui

peran aktif SKPD terkait bersama MSF.

d) Materi untuk Puskesmas

Mendukung dinas kesehatan/sektor teknis untuk mengadopsi, dan mengadaptasi Puskesmas (unit

layanan) model KINERJA dengan bantuan materi serta alat dari Seri Pembelajaran KINERJA serta

bimbingan dari LPSS, OMP, dinas kesehatan dan puskesmas mitra KINERJA secara bertahap sesuai

kemampuan daerah.

e) Tenaga kesehatan

Mendukung dinas kesehatan untuk menyiapkan tenaga kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan

yang sesuai standar dan SOP nasional. Dibutuhkan dukungan para pihak seperti MSF, DPRD, serta

Page 25: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

23www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

pemerintah provinsi dan pusat untuk melakukan advokasi supaya puskesmas dan dinas kesehatan

kabupaten/kota mampu merencanakan dan menyiapkan SDM yang profesional.

f) Insentif dan Sanksi

Dibutuhkan inovasi kreatif untuk insentif dan sanksi bagi pemberi dan penerima layanan. Inovasi ini

penting untuk stimulan yang mampu menjadi obor dalam membangun dinamika gerakan perubahan baik

pada tingkat masyarakat maupun pada tingkat pemberi layanan.

g) Perlindungan

Kepala daerah dibutuhkan untuk berperan sebagai pelindung bagi organisasi dan petugas yang

menerapkan larangan serta sanksi berkaitan pelaksanaan payung hukum daerah.

h) Motivasi kepada Penyedia Layanan

Mendorong peran sektor pemerintah dan swasta dalam menyediakan fasilitas ruang/pojok ASI beserta

konselornya di tempat kerja dan fasilitas umum.

i) Motivasi kepada Media

Mendorong peran media lokal untuk konsisten menjadi relawan pendukung Gerakan IMD dan ASI Eksklusif

atau gerakan untuk perbaikan layanan publik di daerah.

j) Motivasi kepada Masyarakat

Secara simultan mengembangkan model insentif kepada peran serta masyarakat dalam MSF sehingga

membuka ruang partisipasi, kontrol, dan partnership masyarakat yang berkelanjutan. Meningkatkan peran

kelompok Bapak dalam promosi IMD dan ASI Eksklusif.

Rekomendasi untuk Organisasi Mitra Pelaksana

Kepada OMP yang mempunyai misi melakukan perubahan melalui penguatan gerakan komunitas,

rekomendasi di bawah ini akan mempercepat, dan memperkaya sebuah gerakan perubahan layanan publik

yaitu:

Page 26: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

24 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

a. OMP menjadi agen adopsi dan replikasi.

b. Unsur-unsur governance seperti partisipasi, transparansi, akuntabilitas, dan reponsif menjadi ruh

governance yang dapat diterapkan oleh OMP pada aspek lainnya sebagaimana pendekatan kesehatan.

c. Dibutuhkan penguatan personil yang mampu melakukan fasilitasi dengan lebih baik sehingga siapapun

peserta yang difasilitasinya tidak akan gugup karena fasilitator kurang menguasai tehnisnya.

d. Menyesuaikan waktu pendampingan dengan siklus perencanaan dan penganggaran di kabupaten/kota.

e. Memilih gerakan masyarakat yang sudah mengakar dan aktif di masyarakat dengan pemberian insentif

yang kreatif seperti membangun rasa bangga untuk dapat membantu sesama menjadi pilihan inovasi yang

hemat biaya dan berkelanjutan.

f. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA sebagai

pendekatan program di bidang lain menjadi pilihan yang hemat biaya karena sudah terbukti membuat

perubahan positif dalam waktu 1 – 2 tahun pendampingan di daerah perkotaan, pinggiran kota, dan

pedesaan terpencil.

g. Meningkatkan pendekatan kepada perusahaan/swasta untuk menggali sumber dana tanggungjawab

sosialnya untuk peningkatkan pelayanan publik di area perusahaan tersebut.

Rekomendasi untuk Lembaga Diklat

Lembaga-lembaga pendidikan dan latihan (diklat), baik pemerintah, maupun non-pemerintah, mempunyai

peran strategis dalam pendayagunaan para stakeholders yang ikut serta dalam program tata kelola PA, IMD

dan ASI Eksklusif. Direkomendasi agar lembaga-lembaga diklat:

a. Memasukkan pendekatan KINERJA melalui pendekatan dan penguatan tiga aspek governance yaitu

pemerintah daerah, supply side, dan demand side kedalam kurikulum diklat.

b. Mengadopsi dan mengadaptasi materi, alat, dan bahan yang sudah dikembangkan KINERJA kedalam

pendekatan bahan ajar diklat yang sudah ada sehingga menjadi inovasi baru diklat.

c. Kepada Badan Pelatihan Kesehatan (Bapelkes), peningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas

kesehatan yang sesuai standar dan SOP nasional menjadi kebutuhan yang bersifat segera dan

menyeluruh.

d. Bagi universitas, sebagai bahan untuk pembelajaran siswa dan dapat menjadi bahan tulisan, tesis dan

disertasi.

Page 27: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

25www.kinerja.or.idRingkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

ADD : Anggaran Dana Desa

AIMI : Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia

AKB : Angka Kematian Bayi

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Antenatal Care – pemeriksaan kehamilan oleh petugas kesehatan terlatih

Analisis SWOT : metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan

(Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman

atau tantangan (Threats) dalam suatu program atau organisasi.

ASI : Air Susu Ibu

ASI Eksklusif : ASI eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan apapun selain obat untuk terapi untuk pengobatan penyakit.

ATK : Alat Tulis Kantor

BOK : Biaya Operasional Kesehatan

Demand side : Penerima atau pengguna pelayanan kesehatan (masyarakat)

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Governance : Tata kelola pemerintah atau organisasi

HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir

IMD : Inisiasi Menyusui Dini

IPM : Indeks Pengaduan Masyarakat

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi

USAID-KINERJA : Program tata kelola pemerintahan dengan dukungan dana hibah dari Pemerintah Amerika Serikat

KUA : Kantor Urusan Agama

K1 : Kunjungan baru ibu hamil - kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I dengan usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat - untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar pada trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu.

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MDGs : Millenium Development Goals

DAFTAR SINGKATAN/ISTILAH

Page 28: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

26 Ringkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

www.kinerja.or.id

MoU : Memorandum of Understainding

MSF : Multi Stakeholders Forum

Muspika : Musyawarah Pimpinan Kecamatan – lintas sektor tingkat kecamatan

OMP : Organisasi Mitra Pelaksana

Perbup : Peraturan Bupati

Perda : Peraturan Daerah

Perwali : Peraturan Walikota

PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

POA : Plan of Action

Polindes : Poliklinik Desa

Poskesdes : Pos Kesehatan Desa

Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu, biasanya pada tingkat dusun

PTP : Perencanaan Tingkat Puskesmas

Puskesmas RIA : Puskesmas Ramah Ibu dan Anak

PWS KIA : Pemantauan Wilayah Setempat terkait Kesehatan Ibu dan Anak

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

SK : Surat Keputusan

SKPD : Satuan Kerja Pemerintah Daerah

SMART : Specific, Measurable, Achievable, Relevant dan Timely

SOP : Standard Operating Procedure

SPM : Standar Pelayanan Minimal

SPP : Standar Pelayanan Publik

SP2TP : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas

SP3 : Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas

Supply side : Pemberi Pelayanan (Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota)

TAKLIN : Taksiran Persalinan

TP-PKK : Tim Penggerak - Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

Page 29: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan
Page 30: ngkasan Tata Kelola Persalinan Aman, Inisiasi Menyusui Dini, dan

USAID - KINERJAGedung BRI II, Lantai 28, Suite 2807 Jl. Jend Sudirman Kav. 44-46Jakarta, 10210 Phone: +62 21 5702820 Fax: +62 21 5702832Email: [email protected]

IMPLEMENTED BY RTI INTERNATIONAL AND PARTNERS