new bab ii kajian teori a. landasan teori 1. - umprepository.ump.ac.id/6549/3/gleni puspita sari bab...

28
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pendidikan karakter Karakter seseorang dapat ditentukan dari bagaimana lingkungan orang tersebut sejak dini. Menurut Koesoema (dalam Suyadi, 2013: 6) karakter atau akhlak merupakan ciri khas seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir. Scerenco (Samani dan Hariyanto 2011: 42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat Suyadi (2013: 5-6). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang tercermin dalam perilaku 8 Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

Upload: others

Post on 29-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pendidikan karakter

Karakter seseorang dapat ditentukan dari bagaimana lingkungan

orang tersebut sejak dini. Menurut Koesoema (dalam Suyadi, 2013: 6)

karakter atau akhlak merupakan ciri khas seseorang yang bersumber dari

bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada

masa kecil dan bawaan sejak lahir. Scerenco (Samani dan Hariyanto 2011:

42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk

dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari

seseorang, suatu kelompok atau bangsa.

Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang

meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan

Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang

terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat

istiadat Suyadi (2013: 5-6). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

yang membedakan seseorang dengan yang lain. Berdasarkan pengertian

dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah

sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang tercermin dalam perilaku

8

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

9

sehari-hari baik itu perilaku yang buruk ataupun perilaku yang baik.

Menurut Kementrian pendidikan Nasional, (dalam Suyadi 2013: 8-9)

menyebutkan ada 18 nilai karakter bangsa yang digunakan sebagai upaya

untuk membangun karakter bangsa melalui pendidikan di sekolah atau

madrasah, 18 nilai karakter tersebut adalah:

1. Religius

2. Jujur

3. Toleransi

4. Disiplin

5. Kerja keras

6. Kretaif

7. Mandiri

8. Demokrasi

9. Rasa ingin tahu

10. Semangat kebangsaan

11. Cinta tanah air

12. Menghargai prestasi

13. Bersahabat/komunikatif

14. Cinta damai

15. Gemar membaca

16. Peduli lingkungan

17. Peduli sosial

18. Tanggung jawab

Karakter sangatlah penting bagi seseorang, oleh karena itu

pendidikan karakter harus diterapkan disetiap jenjang pendidikan.

Pendidikan karakter menurut Megawangi dalam (Kesuma dkk 2011: 5)

sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan

dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Gaffar dalam (kesuma dkk 2011: 5) Sebuah proses transformasi nilai-nilai

kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang

sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

10

Scerenco dalam (Samani dan Hariyanto 2011: 45) memaknai

pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara

mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan

melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir

besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan

hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). Samani dan Hariyanto

(2011: 45) mendefinisikan karakter adalah proses pemberian tuntunan

kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter

dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Menurut Lickona (Suyadi 2013: 6) pendidikan karakter mencakup

tiga unsur:

a. Mengetahui kebaikan (knowing the good)

b. Mencintai kebaikan (desairing the good)

c. Melakukan kebaikan (doing the good)

Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas mengenai pendidikan

karakter maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah

bentuk usaha yang diakukan untuk memperbaiki moralitas generasi muda

yang dilakukan pada jalur pendidikan.

2. Kemandirian

Indonesia memiliki banyak sekali nilai karakter yang penting untuk

dimiliki seluruh warganya, salah satunya adalah nilai kemandirian.

Mandiri merupakan salah satu nilai karakter yang ada pada 18 nilai

karakter bangsa. penerapan nilai kemandirian dalam pendidikan tercantum

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

11

dalam beberapa Undang-Undang, salah satunya adalah dalam Undang-

Undang Bab II pasal 3 No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang mana pendidikan bertujuan mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab.

Kesten (dalam Nurhayati, 2011: 140) mengungkapkan bahwa

kemandirian belajar tidak sama dengan autodidak. Kemandirian belajar

bukan berarti belajar seorang diri, tetapi belajar dengan inisiatif sendiri,

dengan ataupun tanpa bantuan orang lain yang relevan untuk membuat

keputusan penting dalam menemukan kebutuhan belajarnya. Mandiri

berarti keadaan bisa berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain

sehingga membuat kita bertumbuh menjadi pribadi yang sanggup

mengatasi segala persoalan pribadi, orang yang mandiri adalah orang yang

percaya pada kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas dan

tanggung jawab serta dapat mengatasi masalah Wijaya (2014 : 13).

Menurut Steinberg (dalam Nurhayati, 2011: 130) kata mandiri

diambil dari dua istilah, yaitu Autonomy dan independence. Independence

secara umum menunjuk pada kemampuan individu melakukan aktivitas

hidup, tanpa menggantungkan bantuan orang lain. Barnadib (dalam

Nurhayati, 2011: 131) berpendapat, kemandirian mencakup “perilaku

mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

12

diri, dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa menggantungkan diri terhadap

bantuan orang lain.

Menurut Desmita (2011: 185-186) kemadirian mengandung pengertian:

a. Suatu kondisi seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju

demi kebaikan dirinya.

b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah

yang dihadapi.

c. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.

d. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

Menurut Johnson dan Medinnus (dalam Nurhayati 2011: 131)

kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinkan

individu berfungsi otonom dan berusaha ke arah prestasi pribadi dan

tercapainya suatu tujuan. Sunaryo kartadinata (dalam Nurhayati 2011:

131) mengemukakan bahwa kemandirian sebagai kekuatan motivasional

dalam diri individu untuk mengambil keputusan dan menerima tanggung

jawab atas konsekuensi. Indikator kemandirian dapat dilihat pada table 2.1

dan 2.2 yang kemudian akan dijadikan acuan untuk membuat Skala Sikap

kemandirian.

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Kemandirian

No Nilai Indikator

1. Kemandirian a. Mencari sumber untuk menyelesaikan tugas

sekolah tanpa bantuan pustakawan sekolah.

b. Mengerjakan PR sendiri, tidak mencontoh

orang lain.

Sumber: kementrian Pendidikan Nasional (2011:26)

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

13

Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Kemandirian

No Nilai Indikator

1. Kemandririan Mampu mengatasi kesulitan

memahami bahan ajar

Mampu mengukur kemampuan

dari belajar

Interaksi peserta ajar dengan

bahan ajar

Sumber: Tahar dan Enceng (2006: 5)

Merujuk pada beberapa pengertian kemandirian di atas maka dapat

disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan apa

yang dibutuhkannya sendiri tanpa mengharap dan mengandalkan orang

lain untuk memenuhinya.

3. Prestasi belajar

a. Pengertian Prestasi

Hasil belajar yang maksimal dapat ditandai dengan perolehan

Prestasi belajar yang maksimal pula. Menurut Arifin (2011: 12-13)

merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah

kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia

selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-

masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk

dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para

ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

14

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum

manusia.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi

peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam

meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi

belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu

institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan

relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator

ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat

dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat.

Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan

kebutuhan masyarakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi

focus utama yang harus dipertahankan, karena peserta didiklah

yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pembelajaran.

Prestasi menurut Sudijono (2009: 434) dipergunakan sebagai

salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan nilai akhir, sebab

prestasi atau pencapaian peserta didik yang dilambangkan dengan

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

15

nilai-nilai hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh

mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam

pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-

masing mata pelajaran atau bidang studi. Prestasi belajar yang dicapai

seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang

mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari

luar diri (faktor eksternal) individu Ahmadi dan Supriyono (2013:138).

b. Pengertian Belajar

Banyak praktisi pendidikan yang menyatakan pendapatnya

mengenai pengertian belajar. Baharudin dan Wahyuni dalam teori

belajar dan pembelajaran (2015: 13) menyatakan bahwa belajar

merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak lahir

sampai akhir hayat. Belajar adalah proses dimana tingkah laku

ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar

adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan

lingkungannya Whittaker dalam (Aunurrahman 2010: 35).

Slameto merumuskan pengertian belajar (dalam Djamarah

2002: 13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

16

interaksi dengan lingkungannya. Djamarah (2002: 13) juga

mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian belajar, dia

mengungkapkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Syah (2008: 92) mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami

sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative

menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan

yang melibatkan proses kognitif. Di dalam tugas melaksanakan proses

belajar mengajar, seorang guru perlu memerhatikan beberapa prinsip

belajar. Soekamto dan Winataputra dalam (Baharuddin dan Wahyuni

2015: 19) menyatakan prinsip-prinsip tersebut antara lain :

1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan

orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.

2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan

langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses

belajar.

4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan

siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi

tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

17

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami mengenai kata

prestasi dan belajar. Prestasi adalah suatu pencapaian dari kegiatan

yang telah dilakukan oleh seseorang. Belajar adalah suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan dan memperoleh perubahan dalam diri

seseorang. Jadi, prestasi belajar adalah pencapaian seseorang dalam

memperoleh pengetahuan dan memperoleh perubahan dalam dirinya

yang sifatnya lebih baik dari sebelumnya.

4. Model Pembelajaran

a. Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang

dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap

muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan

material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,

film-film, tipe-tipe, program-program media computer, dan kurikulum

(sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk

mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai

berbagai tujuan Joice (dalam Trianto 2010: 52) berpendapat. Joyce dan

Weil (dalam Rusman 2012: 133) berpendapat bahwa model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran

di kelas atau yang lain.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

18

Aunurrahman (2010: 141) menyatakan bahwa pengembangan

berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan

dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh

dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar, Soekamto

dkk (dalam Al-Tabany 2014: 24). Berdasarkan pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara yang dipilih

dan dilakukan oleh guru di dalam proses pembelajaran untuk dapat

mencapai tujuan belajar yang lebih baik dari sebelumnya.

5. Model Pembelajaran ARIAS

a. Pengertian

Model pembelajaran ARIAS merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sebagai

upaya untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar. Rahman

dan Amri (2014: 2) menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS

adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk

menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran

ada relevansinya dengan kehidupan siswa berusaha untuk menarik dan

memelihara minat/perhatian siswa. Model pembelajaran ARIAS terdiri

dari lima komponen yaitu Assurance (percaya diri), Relevance (sesuai

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

19

dengan kehidupan siswa), Interest (minat dan perhatian siswa),

Assesment (evaluasi), dan Satisfaction (penguatan).

Ahmadi dkk (2011:69) juga mengatakan bahwa model

pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model

pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan

(expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai

(value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar

berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller

dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen

pembelajaran itu adalah attention, relevance, convidence, dan

satisfaction dengan akronim ARCS Keller dan Kopp (dalam Ahmadi

dkk, 2011: 70)

Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model

ARCS, model ARCS sendiri sudah digunakan sebagai model

pembelajaran khususnya di luar negeri. seperti yang dikatakan Connell

(Bates 2015: 5) “The ARCS model can be used not only to design

motivating curricula that draws on students interest, but it can also be

used to base assessment on students motivational perceptions”. Model

ARCS yang di maksud dalam jurnal tersebut adalah model yang tidak

hanya dapat digunakan untuk merancang kurikulum motivasi yang

berpusat pada ketertarika siswa. tetapi juga dapat digunakan untuk

melakukan penilaian pada pendapat motivasi masing-masing diri

siswa.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

20

b. Komponen Model Pembelajaran ARIAS

1) Assurance

Menurut Keller (Ahmadi dkk, 2011: 7) assurance (percaya

diri) yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil

atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut

Bandura yang dikutip oleh Gagne dan Driscoll (dalam Ahmadi

dkk, 201:71-72) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi

cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia

miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat

berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah

laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini

mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam

sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya,

yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah

laku untuk mencapai suatu keberhasilan Petri (dalam Ahmadi dkk,

2011:72).

Rahman dan Amri (2014:14) mengemukakan beberapa cara

yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri

sebagai berikut:

a) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta

menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri

sendiri.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

21

b) Mengemukakan suatu patokan atau standar yang

memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan.

c) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk

diselesaikan atau sesuai dengan kemampuan siswa.

d) Memberi kesempatan kepada siswa secara mandiri dalam

belajar dan melatih suatu keterampilan.

2) Relevance

Rahman dan Amri (2014: 15) mengemukakan bahwa

relevance berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa

pengalaman sekarang atau yang berhubungan dengan kebutuhan

karir sekarang atau yang akan datang. Relevansi membuat siswa

merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai,

bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka.

Rahman dan Amri (2014:16) mengemukakan cara-cara

yang dapat dilakukan untuk mengembangkan komponen relevansi

ini adalah sebagai berikut:

a) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai.

b) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik

untuk masa sekarang dan atau untuk berbagai aktivitas di masa

mendatang.

c) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada

hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang

dimiliki siswa.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

22

3) Interest

Interest adalah sesuatu yang berhubungan dengan minat

dan perhatian siswa. Herndon ( dalam Ahmadi dkk, 2011: 74-75)

menunjukkan adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang

diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Menurut

Susanto (2014: 58) minat merupakan dorongan dalam diri

seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atas

perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek

atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-

kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Kegiatan

pembelajaran akan berlangsung sesuai dengan tujuan yang sudah

direncanakan apabila siswa minat dan memperhatikan materi yang

disampaikan guru. Siswa akan terdorong mengikuti pembelajaran

dengan penuh semangat ketika ada minat dalam diri siswa.

Rahman dan Amri (2014: 17) mengatakan terdapat

beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan

menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:

a) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, dan

menampilkan sesuatu yang aneh yang berbeda dari biasanya

dalam pembelajaran.

b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara

aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi

untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

23

pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu

dipecahkan.

c) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya

variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara

keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.

d) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan

pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi.

4) Assessment

Assessment merupakan suatu bagian pokok dalam

pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid.

Bagi guru, assessment merupakan alat untuk mengetahui apakah

yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa, untuk memonitor

kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk

merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa

dalam belajar Fajaroh dan Dasna (dalam Rahma dan Amri,

2014:18).

Menurut Ahmadi dkk (2011: 76) terdapat beberapa cara

yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain:

a) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap

kinerja siswa.

b) Memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera

menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.

c) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi

terhadap diri sendiri.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

24

d) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi

terhadap teman.

5) Satisfaction

Rahman dan Amri (2014: 19) berpendapat bahwa

satisfaction merupakan segala hal yang berhubungan dengan rasa

bangga dan puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar

satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah

berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas

atas keberhasilan tersebut. Menurut Ahmadi dkk (2011: 77)

satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas

hasil yang dicapai. Menurut Keller dan Kopp (dalam Ahmadi dkk

2011: 77) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul

dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsic di

mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan,

mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini

juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari

orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik.

Rahman dan Amri (2014:20) menjelaskan beberapa cara

yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa bangga pada siswa

adalah sebagai berikut:

a) Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas

baik secara verbal maupun nonverbal kepada siswa yang telah

menampilkan keberhasilannya.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

25

b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan

pengetahuan yang baru diperoleh dalam situasi nyata.

c) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga

mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.

d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman

mereka yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan dalam

kerja kelompok.

Jadi, model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi model

pembelajaran ARCS yang dikembangkan oleh John M. Keller. Dalam

model pembelajaran ARIAS mengandung komponen percaya diri,

minat, kehidupan siswa, penilaian, rasa bangga. Dengan adanya ke

lima komponen tersebut menjadikan model pembelajaran ARIAS tepat

digunakan dalam pembelajaran.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran ARIAS

Menurut Rahman dan Amri (2014:7-9), langkah-langkah yang

dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran ARIAS

dengan menggunakan seting kooperatif Jigzaw adalah sebagai berikut:

1) Tahap Assurance (percaya diri)

a) Pada tahap ini, guru mengawali pembelajaran dengan

menyampaikan apersepsi kepada siswa, kemudian

menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran, menekankan

manfaat materi pembelajaran, meningkatkan kembali materi

sebelumnya yang berhubungan.

b) Guru mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui

tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

26

c) Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan

gagasan awal yang dimiliki.

d) Guru memberikan motivasi kepada siswa.

2) Tahap Relevance (berhubungan dengan dunia nyata)

a) Pada tahap ini, guru menyuruh siswa untuk membuat

kelompok dengan anggota 4-6 siswa, guru menyiapkan

pertanyaan yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan

sehari-hari siswa, langsung disertai undian pertanyaan.

b) Siswa yang mendapat undian yang sama berkumpul menjadi

satu, dan begitu seterusnya.

c) Siswa yang sudah selesai berdiskusi kemudian kembali ke

kelompok asal dengan membawa hasil diskusi, begitu juga

dengan teman yang lain sehingga semua kelompok bekerja dan

tidak ada yang pasif.

3) Tahap Interet (minat dan perhatian siswa)

a) Pada tahap ini, setelah kembali ke kelompok asal dengan

membawa hasil diskusi, kemudian mereka menjelaskan hasil

diskusi kepada teman di kelompok asalnya, begitu juga dengan

teman yang lain, jadi semua siswa bekerja dan tidak ada yang

pasif, karena setiap anggota kelompok saling

mempresentasikan hasil diskusi.

b) Dalam kegiatan presentasi, siswa diharapkan mampu

menggunakan media untuk menjelaskan hasil diskusi.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

27

4) Tahap Assessment (evaluasi)

a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengevaluasi diri sendiri dari kelompok lain.

b) Guru mengadakan evaluasi dan umpan balik terhadap kinerja

siswa.

c) Guru mengadakan evaluasi secara observasi pada saat siswa

mempresentasikan hasil diskusinya.

d) Guru menginformasikan hasil dari diskusi siswa.

5) Tahap Satisfaction (penguatan)

a) Guru memberikan penghargaan kepada siswa secara individu

maupun kelompok, baik secara verbal maupun nonverbal.

b) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.

Merujuk pada langkah-langkah tersebut maka dala

penelitian ini akan menerapkan model pembelajaran ARIAS

dengan menggunakan permainan monopoli sebagai bentuk

rangsangan mencapai salah satu komponen model pembelajaran

arias yaitu Interest, penerapannya sebagai berikut:

a) Tahap Assurance (percaya diri)

(1) Guru menampilkan gambar tokoh inspiratif dan dengan

memberikan kalimat-kalimat motivasi.

(2) Bertanya jawab yang berhubungan dengan materi ataupun

tentang hal lain.

(3) Guru menanyakan tentang pelajaran sebelumnya.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

28

b) Tahap Relevance (berhubungan dengan dunia nyata)

(1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi

lingkungan fisik.

(2) Guru menunjukkan gambar lingkungan fisik yang di buku

untuk kemudian menanyakan kepada siswa kesaamaan

dengan yang ada di lingkungan rumah atau disekitar

sekolah.

c) Tahap Interest (minat dan

(1) Siswa membentuk kelompok yang terbagi 3 kelompok

dalam satu kelas.

(2) Siswa bermain permainan monopoli.

d) Tahap Assessment (evaluasi)

(1) pada tahap ini, masing-masing kelompok memberikan

penilaian kepada kelompok lain tentang kerjasama.

(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi.

e) Tahap Satisfaction (penguatan)

(1) Guru memberikan pujian kepada siswa

(2) Guru dan siswa melakukan tanya jawab berkenaan dengan

pembelajaran yang sudah berlangsung.

6. Permainan Monopoli

Bermain merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang

anak, dengan bermain anak akan merasa senang dan bersemangat. Anak

tidak bisa dipaksakan berkonsentrasi terlalu lama dalam proses

pembelajaran karena itu akan membuat jenuh yang berdampak materi

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

29

yang diajarkan guru tidak bisa diterima dengan baik, untuk itu perlu

diterapkan permainan dalam proses pembelajaran. Menurut Frobel

(dalam Tedjasaputra 2001: 2) kegiatan bermain atau mainan yang

dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta

mengembangkan pengetahuan mereka.

Monopoly adalah salah satu permainan papan yang terkenal,

digemari anak-anak dan mudah dalam memainkannya, Susanto dkk

(dalam Faizaliwan 2012: 3). Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut

dapat disimpulkan bahwa permainan monopoly adalah salah satu jenis

permainan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk dimainkan

siswa agar semangat belajar siswa meningkat.

7. Ilmu Pengetahuan Alam

Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang tidak terlalu

sulit, tetapi akan menjadi sulit ketika guru tidak dapat melaksanakan

pembelajaran yang tepat. Menurut Trianto (2011:141-143) secara umum

IPA dipahami sebagai ilmu kealaman yaitu ilmu tentang dunia zat, baik

makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Secara umum IPA

dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-

langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis melalui

eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.

Tujuan dari pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan :

a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk

meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

30

b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan

konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan,

dan hubungan antara sains dan teknologi.

c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,

memecahkan masalah dan melakukan observasi.

d. Sikap ilmiah, antara lain skeptik, kritis, sensitive, objektif, jujur,

terbuka, terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.

e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif

dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk

menjelaskan berbagai peristiwa alam.

f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari

keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam

teknologi.

Crain dan Sund (dalam Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 24)

mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun

secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil

observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian tersebut Wisudawati

dan Sulistyowati (2014: 24) mengungkapkan bahwa IPA memiliki empat

unsur utama, yaitu:

a. Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena

alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA

dapat dipecahkandengan menggunakan prosedur yang bersifat open

ended.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

31

b. Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya

prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode

ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau

percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

c. Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan

hukum.

d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam

kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran

mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses,

hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep,

teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat

berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk

pendidikan. proses belajar mengajar IPA selama ini hanya menghafal

fakta, prinsip, dan teori saja, sehingga perlu dikembangkan suatu model

pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan

pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang menggunakan model pembelajaran ARIAS sudah

pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa penelitian dalam

pembelajaran IPA dan pembelajaran lainnya adalah :

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

32

1. Yuni Setiyowati tahun 2013, dengan judul skripsi “Penerapan Model

Pembelajaran ARIAS untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada

Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri Pajang 1 No.93 Kecamatan

Laweyan Kota Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013”. Dengan

menggunakan penelitian PTK diperoleh hasil bahwa berdasarkan

pembelajaran yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus, dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada

mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya serta perubahan benda

pada kelas V SD Negeri Pajang 1. Hal tersebut ditunjukkan dengan

adanya peningkatan motivasi belajar pra siklus terdapat 22 siswa (47,83

%), siklus I terdapat 28 siswa (60,87%), dan siklus II terdapat 38 siswa

(82,61%). Sedangkan nilai hasil belajar siswa sebelum tindakan (pra

siklus) yaitu sebesar 70,22 atau 58,20% siswa, siklus I adalah 73,91%

atau 73,91% siswa dan siklus II menjadi 89,57% atau 91,30% siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Komang Juniartini dkk pada tahun 2013,

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS terhadap Hasil

Belajar IPA Kelas IV SD Negeri 3 Banjar Jawa”. Berdasarkan hasil

perhitungan uji-t diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA

antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran

ARIAS dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model

pembelajaran konvensional. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang

mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ARIAS adalah

16.55 berada pada kategori sangat tinggi sedangkan skor hasil belajar

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

33

IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran

konvensional adalah 11,82 berada pada kategori sedang. Berdasarkan

analisis data menggunakan uji-t yang menunjukkan bahwa thitung = 3,81

dan ttabel = 2,0057 hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa thitung

lebih besar dari ttable sehingga hasil penelitian adalah signifikan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah dkk dengan judul “Penerapan

Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment and

Satisfaction) dalam Pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan

Komunikasi) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Hasil penelitian

tersebut berdasarkan dari analisis data skor Gain, pada taraf signifikansi

5% dan dk = 39 diperoleh harga ttabel = 1,685. Dari hasil perhitungan di

dapat thitung = 6,645. Maka hasilnya sebagai berikut thitung = 6,645 ≥ ttabel =

1,685. Hal ini berarti H0 ditolak, dan H1 diterima, yang menunjukkan

bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran ARIAS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang

menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih baik daripada hasil

belajar siswa yang menggunakan pembelajaran tradisional.

Hasil penelitian relevan yang sudah dituliskan tersebut, dari ketiganya

terdapat perbedaan dengan penelitian yang baru akan dilakukan. Dua dari

penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian Kuantitatif sedangkan

penelitian yang baru akan dilakukan menggunakan jenis penelitian PTK.

Perbedaan lain yang ada adalah variabel penelitian yang diambil, penelitian

yang baru akan dilakukan mengambil variabel kemandirian dan prestasi

belajar.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

34

C. Kerangka Berpikir

Menurut hasil wawancara dengan guru kelas IV SD N 01 Cilongok,

dijelaskan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran khususnya pada mata

pelajaran IPA belum menggunakan model pembelajaran yang tepat, sehingga

membuat kemandirian dan prestasi siswa dalam belajar rendah. Melihat

kondisi yang terjadi perlu adanya pemilihan suatu model pembelajaran yang

dirasa cukup tepat untuk diterapkan pada proses pembelajaran mata pelajaran

IPA agar kemandirian dan prestasi belajar siswa dapat lebih tinggi.

Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah,

melihat kondisi awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran ARIAS

kemandirian dan prestasi belajar siswa rendah. melihat kondisi tersebut perlu

diterapkan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran. Setelah model

pembelajaran ARIAS diterapkan, diharapkan 85% siswa kemandirian dan

prestasi belajar siswa tinggi. sehingga kondisi akhir yang diperoleh adalah

kemandirian dan prestasi belajar siswa meningkat.

Bila dirumuskan dalam skema dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Sebelum menerapkan

model pembelajaran

ARIAS

Kemandirian dan

prestasi belajar

siswa rendah

Tindakan Diharapkan 85%

kemandirian dan prestasi

belajar siswa tinggi

Menerapkan model

pembelajaran ARIAS

Kondisi Akhir Kemandirian dan prestasi

belajar siswa meningkat

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016

35

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir gambar 2.1,

dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu kemandirian dan prestasi belajar IPA

materi Lingkungan Fisik kelas IV SD N 01 Cilongok dalam pembelajaran IPA

dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran ARIAS.

Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016