neuroplastisitas fix

4
A. Neuroplasticity Plastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradabtasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf. Sifat plastisitas ini memiliki keuntungan dan kerugian dalam hal pemulihankemampuan gerak dan fungsi pada kasus stroke.keuntungan yang dapat di peroleh dengan adanya sifat plastisitas yaitu dimungkinkannya untuk terus dikembangkan, sehingga dengan metode yang tepat, akan menghasilkan pembentukkan plastisitas yang tepat berupa pola gerak normal.akan tetapi, dapat rugikan jika metode yang diterapkan tidak tepat karena dengan sifat plastisitasnyaakan terbentuk pola gerakyang tidak normal sesuai dengan latihan yang diberikan. Pemulihan fungsi setelah lesi otak sebagian besar diakibatkan oleh proses reorganisasi (perubahan struktur dan fungsi) sebagai respon dari latihan, pembelajaran dan pengalaman pada otak. Plastisitas dapat terjadi pada level

Upload: aeeraadeeva

Post on 25-Sep-2015

18 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

ft

TRANSCRIPT

A. NeuroplasticityPlastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradabtasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf.Sifat plastisitas ini memiliki keuntungan dan kerugian dalam hal pemulihankemampuan gerak dan fungsi pada kasus stroke.keuntungan yang dapat di peroleh dengan adanya sifat plastisitas yaitu dimungkinkannya untuk terus dikembangkan, sehingga dengan metode yang tepat, akan menghasilkan pembentukkan plastisitas yang tepat berupa pola gerak normal.akan tetapi, dapat rugikan jika metode yang diterapkan tidak tepat karena dengan sifat plastisitasnyaakan terbentuk pola gerakyang tidak normal sesuai dengan latihan yang diberikan.Pemulihan fungsi setelah lesi otak sebagian besar diakibatkan oleh proses reorganisasi (perubahan struktur dan fungsi) sebagai respon dari latihan, pembelajaran dan pengalaman pada otak. Plastisitas dapat terjadi pada level sinaps, level kortikal dan level system. Reorganisasi sistem saraf dapat terjadi dalam beberapa bentuk sebagai berikut:

1. Diaschisis (Neural Shock)Merupakan suatu keadaan hilangnya komunikasi antar neuon bersifat sementara atau merupakan gangguan laten dari aktivitas neuronal di dekat area kerusakan . Hal ini dimungkinkan juga oleh karena menurunnya suplai darah pada neuron2. UnmaskingMerupakan proses yang dapat terjadi antara lain:a. Denervation supersensitivity (sensitivitas hubungan saraf)Pasca sinapsis menjadi sangat sensitif sehingga impuls saraf minimal mampu diterima, perubahan dalam konduksi dendrit termasuk peningkatan pengeluaran transmitter & disinhibisi terminal eksitatoris.b. Silent synapsis recruitment (Pengefektifan sinapsis laten) Pada silent synapsis recruitment meliputi:1) Aktivasi bilateral dari sistem motorik2) Penggunaan jalur ipsilateral3) Perekrutan area motorik tambahanDalam aktivitas sehari-hari, banyak akson dari sinaps yang tidak aktif atau belum terlibat dalam menghasilkan gerak. Apabila jaur utama mengalami kerusakan maka fungsinya akan digantikan oleh akson dan sinaps yang tidak aktif. Menurut Wall dan Kabat, jalur sinaps mempunyai threshold yang sangat tinggi. Karena mempunyai mekanisme homeostatic. Dimana penurunan masukan akan menyebabkan kenaikan eksibilitas sinapsnya.3. Sproutinga. Axonal regenerationb. Collateral sproutingMerupakan respon neuron daerah yang tidak mengalami cedera dari sel-sel yang utuh ke daerah yang denervasi setelah cedera. Perbaikan fungsi SSp dapat berlangsung beberapa bulan atau tahunan setelah cedera dan dapat terjadi secara luas di otak pada daerah septal nucleus, hipokampus, dan sistem saraf tepi.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMULIHAN1. Ukuran lesi (luas vs sempit? umbra vs penumbra?)2. Umur (bgmn bayi vs orang dewasa vs lanjut usia?)3. Jenis kelamin (bgmn lelaki vs wanita?)4. Tipe/perjalanan kerusakan (mendadak vs perlahan?)5. Kematangan dari area yang rusak6. Fungsi dari area tersisa7. Pengalaman (didapat dari specific training)8. Pemakaian/latihan motorik/ (dari therapeutic intervention)9. Lingkungan10. Intervensi obat-obatan (pharmacotherapy)