neuritis optik

23
Panduan Praktik Klinis RSD dr. Soebandi Jember 2015 KASUS : NEURITIS OPTIK 1. Pengertian (Definisi) Peradangan saraf optik disertai penurunan visus yang mendadak 2. Anamnesis a. Apakah penglihatan anda tiba-tiba menurun? b. Apakah penglihatan menurun pada kedua mata? c. Apakah terasa nyeri saat anda menggerakkan mata? d. Bagaimana saat anda melihat cahaya? e. Bagaimana saat anda melihat benda yang berwarna? 3. Pemeriksaan Fisik 1. Visus turun mendadak 2. Nyeri dirasakan pasien saat pergerakan mata 3. Penglihatan warna menurun 4. Batas papil nervus optikus tampak kabur dan hiperemi 5. Defek relatif aferen pupil (Relative Afferent Pupillary Defect) 4. Kriteria Diagnosis a. Usia 18 – 45 tahun b. Visus turun mendadak c. Biasanya ….. d. Terasa nyeri di orbita saat pergerakan mata e. Terdapat Defek lapang pandang 5. Diagnosis Kerja Neuritis Optik 6. Diagnosis Banding a. Iskemik optic neuropati b. Papil edema

Upload: ngurah-arya-pradnyantara

Post on 19-Nov-2015

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Panduan Praktik Klinis NEURITIS OPTIK

TRANSCRIPT

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:NEURITIS OPTIK

1.Pengertian (Definisi)Peradangan saraf optik disertai penurunan visus yang mendadak

2.Anamnesisa. Apakah penglihatan anda tiba-tiba menurun?b. Apakah penglihatan menurun pada kedua mata?c. Apakah terasa nyeri saat anda menggerakkan mata?d. Bagaimana saat anda melihat cahaya?e. Bagaimana saat anda melihat benda yang berwarna?

3.Pemeriksaan Fisik1. Visus turun mendadak2. Nyeri dirasakan pasien saat pergerakan mata3. Penglihatan warna menurun4. Batas papil nervus optikus tampak kabur dan hiperemi5. Defek relatif aferen pupil (Relative Afferent Pupillary Defect)

4.Kriteria Diagnosisa. Usia 18 45 tahunb. Visus turun mendadakc. Biasanya ..d. Terasa nyeri di orbita saat pergerakan matae. Terdapat Defek lapang pandang

5.Diagnosis KerjaNeuritis Optik

6.Diagnosis Bandinga. Iskemik optic neuropatib. Papil edemac. Hipertensi berat

7.Pemeriksaan Penunjanga. Kartu snellen (Snellen Chart)b. Pemeriksaan Lapang pandangc. Swinging Flash Light Testd. e. f.

8.Terapi1. Visus 20/40 : dilakukan observasi2. Visus 20/50 : dilakukan observasi atau Methylprednisolon 250 mg/ intravena tiap 6 jam 3 hari, dilanjutkan prednison oral/.../KgBB/hari 11 hari, tappering dose3. 4. 5. 6.

9.Edukasia. Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita oleh pasienb. Menjelaskan penyebab penyakitc. Menjelaskan pemeriksaan penunjangd. Menjelaskan terapi yang dideritae. Kontrol secara rutin

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam / malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.Penelaah Kritisa. b. c. d.

14.Indikator Medis

15.Kepustakaan1. Basic and clinical science cause : neuro2. 3. 4. 5.

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:Simpatetik Oftalmia

1.Pengertian (Definisi)Radang granulomatous bilateral pada seluruh jaringan mata dan timbulnya insidius, progresif

2.Anamnesisa. Mata merahb. Fotofobiac. Lakrimasid. Penglihatan kabure. Nyeri

3.Pemeriksaan Fisik1. Edema palpebra2. Kemosis3. Hiperemi perikornea4. Keratik presipitat5.

4.Kriteria Diagnosisa. Hiperemia perikorniab. Kekeruhan pada humor akuousc. Keratik presipitatd. Pupil : miosis, reflek lambate.

5.Diagnosis KerjaSimpatetik Oftalmia

6.Diagnosis Bandinga. Neuritis granulomatosa (tidak didahului trauma tembus)b. c.

7.Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan hitopologi : Infitltrasi granuloma halus di sel epiteloidb. c. d. e. f.

8.Terapi1. Midriatikum: Atropin 1 %, 3 4 kali 1 tetes/hariHomatopin 2%, 3 4 kali 1 tetes / hariSkopolamin 0.25% 3 4 kali 1 tetes/hari2. Predison tablet 40 50 mg / hari3. Siklosporin 4. 5. 6.

9.Edukasia. b. c. d. e.

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam/ malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.Penelaah Kritisa. b. c. d.

14.Indikator Medis

15.Kepustakaan1. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4 FKM2. American Academy of Opthalmology3. Pedoman Diagnosis dan Terapi bag. SMF Mata Unair4. 5.

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:Endoftalmitis

1.Pengertian (Definisi)Keradangan dalam bola mata, disertai terjadinya abses pada badan kaca.

2.Anamnesisa. Apakah penglihatan pasien menurun?b. Apakah pasien merasa nyeri?c. d. e.

3.PemeriksaanFisik1. Visus menurun2. Hipopion3. Vitreitis4. Hiperemi konjungtiva5. Kemosis

4.Kriteria Diagnosisa. Tapping / aspirasi badan kaca pada bilik mata depanb. Kulturc. Uji sensitivitas antibiotikd. e.

5.Diagnosis KerjaEndoftalmitis

6.Diagnosis Bandinga. Neuritis posteriorb. Simpatetik oftalmiac.

7.Pemeriksaan Penunjanga. Kulturb. Uji sensitivitas antibiotikc. d. e. f.

8.Terapi1. Vitrektomi dan pemberian antibiotik intra vitrealMemberikan hasil yang lebih baik daripada biopsi2. Gentamycine, tobramycine, amikasin3. Vancomycine4. Flouroquinolons oral5. 6.

9.Edukasia. Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit yang dideritab. Menganjurkan kepada pasien untuk minum obat teraturc. Menjelaskan kepada pasien tipe endoftalmitis yang dideritad. Menjelaskan kepada pasien perlu dilakukan tindakan bedah/tidake.

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam / malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.PenelaahKritisa. b. c. d.

14.IndikatorMedis

15.Kepustakaan1. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4 FKM2. American Academy of Opthalmology3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag. SMF Mata Unair4. 5.

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:BENDA ASING DI KORNEA

1.Pengertian (Definisi)Adanya benda asing (gram/serbuk, kaca, serangga) di kornea akibat trauma okuli

2.Anamnesisa. Mengganjalb. Nyeric. Mata beraird. Silaue.

3.Pemeriksaan Fisik1. Virus menurun / normal2. Pelebaran pembuluh darah perikornea3. Adanya benda asing di kornea mata4. Flouresin test (+)5.

4.Kriteria Diagnosisa. Anatesi lokal mengurangi blefarospasme & rasa nyerib. Slit lamp menentukan kedalaman benda asing di korneac. d. e.

5.Diagnosis KerjaBenda asing di kornea

6.Diagnosis Bandinga. Benda asing di konjungtiva palbebra superiorb. c.

7.Pemeriksaan Penunjanga. Slit lamp mikroskopb. c. ...d. e. f. ..

8.Terapi1. Berikan anastesi lokal/ topikal tetes mata2. Pengeluaran benda asing dengan : - Slit lamp- Ujung jarum suntik- Sikloptegik tetes mata- Satep mata antibiotik- Bebat mata 2 hari3. 4. 5. 6.

9.Edukasia. Menjelaskan kepada pasien apa yang dialami pasienb. Menjelaskan penyakit pasien untuk kontrol 2 hari setelah pengambilan benda asingc. Memberitahu pasien mata akan dibebat selama 2 hari

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam / malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.Penelaah Kritisa. b. c. d.

14.Indikator Medis

15.Kepustakaan1. Ilmu Penyakit Mata Edisi 4 FKM2. American Academy of Opthalmology3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag. SMF Mata Unair4. ..........

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:TOKSIK / METABOLIK OPTIK NEUROPATI

1.Pengertian (Definisi)Kerusakan fungsional akan perubahan psikologis pada saraf optik yang disebabkan oleh toksin/ gangguan metabolik

2.Anamnesisa. Apakah penglihatan mata anda menurun pada kedua mata?b. Apakah mata anda merasa nyeri?c. Apakah anda perokok atau peminum alkohol?d. Apakah nafsu makan anda menurun?e. Apakah anda seirng mengkonsumsi aobat-obatan?

3.Pemeriksaan Fisik1. Visus menurun bilateral2. Tidak nyeri3. Defek lapang pandangan bilateral sentral / cecacenkral4. Penglihatan warna menurun5. ..

4.Kriteria Diagnosisa. Virus menurun 20/50 20/200b. Kebiasaan meminum alkohol atau adanya gizi burukc. Virus menurun bilaterald. Defek lapang pandangan bilateral sentral / cecocentrale. Tidak nyeri

5.Diagnosis KerjaToksik / Metabolik Optik Neuropati

6.Diagnosis Bandinga. Non arteritik iskemik optik neuropatib. Neuritis optikc.

7.Pemeriksaan Penunjanga. Kartu snellenb. Lapang pandangc. Pemeriksaan laboratoriumd. Konsultasi internist (Spesialis Penyakit Dalam) e. f.

8.Terapi1. Thamine 100 mg per oral/bid2. Fdatake 1,0 Mg / hari3. Multivitamin per oral/ hari4. Eliminasi kausa (misalnya : alkoholisme)5. Vitamin B.12 1000 mg IM /bulan6.

9.Edukasia. Menjelaskan mengenai penyakit yang diderita pasienb. Menjelaskan penyebab penyakit yang diderita pasienc. Menjelaskan pemerikasaan-pemeriksaan yang harus dilakukan d. Menjelaskan terapi yang diberikane. ..

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam / malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.Penelaah Kritisa. b. c. d.

14.Indikator Medis

15.Kepustakaan1. Basic and Clinical Science Cause : Neuro Ophthalmology. American Academy of Opthalmology, 1999-20002. Miller Stephen J.H parsons Disease of The Eeye. 7th ed, Langman Group Ltd, New York, 1984, pp 225-2263. Favin Langstoan D : Manual of Diagnosis and Therapy, 190 ed., Little Erown and co Bolton, 1980, pp. 318-3804. 5.

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:KERATITIS NUMULARIS

1.Pengertian (Definisi)Keradangan kornea dengan gambaran infiltrat sub epitel berbentuk bulat seperti uang logam (coin lesion)

2.Anamnesisa. Keluhan adanya benda asingb. Fotofobiac. Kadang disertai mata kaburd. Visus umumnya baike. Penurunan visus bila infiltrat berada di tengah aksis visual

3.Pemeriksaan Fisik1. Tidak ada hiperemi konjungtiva maupun hiperemi perikornea2. Tampak bercak putih bulat dibawah epitel kornea3. Epitel diatas lesi sering mengalami elevasi dan tampak berlekuk? renguk4. Besar infiltat bervariasi 0,5 1,5 mm

4.Kriteria Diagnosisa. Keluhan adanya benda asingb. Fotofobiac. Tampak bercak putih bulat dibawah epitel kornead. Epitel diatas lesi sering mengalami elevasi

5.Diagnosis KerjaKeratitis Numularis

6.Diagnosis Bandinga. Epidemik Kerato Konjungtivitisb. Varicella Keratitisc.

7.Pemeriksaan Penunjanga. Tes flouresin : menujukkan hasil negativeb. Tes sensibilitas kornea : baik (tidak menurun)c. d. e. f.

8.Terapi1. Keratitis numularis dapat sembuh sendiri, lesi akan hilang sampai 6 tahun.2. Kortikosteroid topikal 3-4 x / hari , akan mengurangi keluhan, diberikan 4-7 hari dan dapat diulang sampai 4-6 minggu untuk mencegah timbulnya keluhan berulang.3. 4. 5. 6.

9.Edukasia. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnyab. Menyarankan pasien untuk menjaga kebersihanc. Menyarankan pasien untuk hidup sehat

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam / malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.PenelaahKritisa. b. c. d.

14.IndikatorMedis

15.Kepustakaan1. Grasan Merill : Disease of the cornea, 2nd ed. CVMosby Co.Stlouis, 1983. pp. 97-100.2. SImolin Giltantithoft Richard A. The Cornea Scientific. Fundution and Clinical practice, 9st edition, Edith tg Gillant Sinolin, 1983. pp.226-229

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:NEURITIS DENDRITIKA

1.Pengertian (Definisi)Keradangan kornea akibat virus Herpes Simpleks

2.Anamnesisa. Penderita mengeluh fotofobiab. Penderita mengeluh epifora (banyak air mata)c. Kadang terjadi mata kabur

3.Pemeriksaan Fisik1. Lesi kornea berbentuk dendrite2. Lesi kornea benbentuk filamen, geografis dan punctata

4.Kriteria Diagnosisa. Penderita mengeluh fotofobia dan epiforab. Lesi kornea bisa berbentuk filamenc. Tes fluoresin +d. Tes sensibilitas menurun sampai negatif

5.Diagnosis KerjaKeratitis Dendritika

6.Diagnosis Bandinga. Keratitis Herpes Zooster

7.Pemeriksaan Penunjanga. Tes flouresin +b. Tes sensibilitas korneac. d. e. f.

8.Terapi1. Pemberian obat-obatan antivirus I.D.U (Iodo Dexyuridine)2. Adenine arabinoside bila sudah resista terhadap I.D.U 3. Triflourothymidne bila sudah resisten terhadap I.D.U dan Arabinoside.4. Asyloguanosine5. Obat-obatan simtomatik : midriatikum (atropin)6. Keratoplasti limbus

9.Edukasia. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnyab. Menyarankan pasien untuk menjaga kebersihanc. Menyarankan pasien untuk control terapi

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam / malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.Penelaah Kritisa. b. c. d.

14.Indikator Medis

15.Kepustakaan1. Smotia G. Rhoft Richard T. The Scientific Foundation and Clinical, 1 st ed, editd gy Gilbert Smolia, 1983, pp 178-1892. Grayson Meryl : Disease of The Cornea, 2nd ed, CV Morby, St Louis, 1983, pp 150-176

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:ULKUS KORNEA KARENA BAKTERI

1.Pengertian (Definisi)Ulkus kornea yang timbul akibat infeksi kuman (bakteri)

2.Anamnesisa. Mata merah secara mendadakb. Seperti ada benda asingc. Epiforad. Fotofobiae. Visus menurun

3.Pemeriksaan Fisik1. Hiperemi perikornea2. Infiltrat pada kornea berupa bercak putih pada epitel3. Hipopion4. .5. .

4.Kriteria Diagnosisa. Mata merah mendadakb. Fotofobiac. Hiperemi perikornead. Hipopione. Tes fluoresin positif

5.Diagnosis KerjaUlkus Kornea Karena Bakteri

6.Diagnosis Bandinga. Ulkus Kornea Akibat Jamurb. .c. ..

7.Pemeriksaan Penunjanga. Tes flouresinb. Hapusan langsung dengan pengecatan gramc. Biakan kuman (Kultur)d. e. f.

8.Terapi1. Pemberian antibiotik2. Dipilih berdasarkan hasil hapusan dan biakan kuman3. Diberikan secara sistemik, topikal, injeksi sub konjungtiva

9.Edukasia. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnyab. Menjelaskan kepada pasien untuk menjaga kebersihan

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam / malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.Penelaah Kritise. f. g. h.

14.Indikator Medis

15.Kepustakaan1. Smolia Gilbert, Thoft Ricard A: The Cornea Scientific Foundation and Clinical Practice, 1st ed, edition Gilbert Smolia, 1983, pp 156-166,2. Gragsan Merill : Diseases of the Comea, 2nd ed, CV Mosby ,St. Louis, 1983, pp 45-76

fdygfPanduan Praktik KlinisRSD dr. Soebandi Jember2015

KASUS:GLAUKOMA FAKOMORFIK

1.Pengertian (Definisi)Glaukoma sekunder sudut tertutup yang timbul akibat lensa yang membesar pada katak imatur/matur

2.Anamnesisa. Mata tiba-tiba merah dan nyerib. Tajam penglihatan mendadak menurun

3.Pemeriksaan Fisik1. Hiperemi perikornea (injeksi siliar) dan hiperemi konjungtiva2. Edema kornea3. BMD dangkal4. Pupil midriasis, reflek cahaya menurun5. Lensa katarak imatur/matur6. TIO sangat tinggi7. Sudut BMD tertutup

4.Kriteria Diagnosisa. Mata merah, nyeri dan visus menurunb. Hiperemi siliar dan hiperemi konjungtivac. Edema kornea, BMD dangkal. pupil iris midrariasisd. Iris bombing akibat pelebaran celah pupil, lensa katarak imatur/mature. TIO sangat tinggi , sudut BMD tertutup

5.Diagnosis KerjaGlaukoma Fakomorfik

6.Diagnosis Bandinga. Glaukoma sudut tertutup primer akutb. Glaukoma sudut tertutup sekunder karena uveitisc. Glaukoma neurovaskuler

7.Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan tonometrib. Pemeriksaan visusc. Pemeriksaan lapang pandangd. e.

8.Terapi1. Segera turunkan dengan obat-obatan yang mengandung bahan hiperosmatik, carbonic anhidrase inhibitor dan beta adrenergik agonis2. Tindakan pembedahan3. Bila tekanan intra okuler sudah turun, segera ekstraksi katarak4. Apabila tensi tidak turun dilakukan kapsulotomi posterior untuk ekspirasi vitreus pas plana5. Untuk menurunkan TIO kemudian dilakukan ekstraksi katarak dianjurkan iridektomi perifer

9.Edukasic. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnyad. Menjelaskan kepda pasien untuk hidup sehate. Menjelaskan kepda pasien untuk menjaga kebersihan

10.PrognosisAd vitam : dubia ad bonam / malamAd fungsionam : dubia ad bonam / malamAd sanationam : dubia ad bonam / malam

11.Tingkat EvidensI / II / III / IV

12.Tingkat RekomendasiA / B / C

13.Penelaah Kritisi. j. k. l.

14.Indikator Medis

15.Kepustakaan1. Hosbns HP, Kass MA : Bechan-Shuffers. Diagnosis and Therapy of Glaucoma, The CV mosby Company, SR. Louis. 1988 p.2. Konshi SS. Clinical Opthamology, A systemic Approach. 4th ed. Buttrworth Heinemean. 1999. P. 229