makalah neuritis optik revisi

29
BAB I PENDAHULUAN Neuritis optikus merupakan salah satu penyebab umum kehilangan penglihatan unilateral pada orang dewasa 1 . Berdasarkan kategori klinik dan pemeriksaan opthalmoskopis terbagi menjadi papilitis dan neuritis retrobulbar. Papilitis adalah inflamasi yang mengenai serabut retina nervus optikus yang masuk pada papil nervus optikus di dalam bola mata, dengan pemeriksaan opthalmoskopis di diskus optikus akan tampak kelainannya sedangkan pada neuritis retrobulbar inflamasinya mengenai nervus yang terletak di belakang bola mata dan terletak jauh dari diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus tidak tampak dengan pemeriksaan opthamoskopis, ketajaman penglihatan dapat menurun 1 . Pada berbagai kelompok populasi diseluruh dunia, neuritis retrobulbar berkaitan dengan sklerosis multipel pada 13-85% pasien. Persentase perkembangan menjadi sklerosis multipel setelah suatu episode neuritis optikus cenderung lebih tinggi seiring dengan peningkatan lamanya tindak lanjut pasien 3 . Sehingga diperlukan tindak lanjut pasien berupa diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat. Neuritis optik terjadi akibat saraf optik yang merupakan jaras yang membawa impuls penglihatan ke otak mengalami peradangan serta sarung mielin yang membungkus saraf tersebut 1

Upload: muhammad-ardyansyah-pratama

Post on 01-Dec-2015

932 views

Category:

Documents


104 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Neuritis Optik Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

Neuritis optikus merupakan salah satu penyebab umum kehilangan penglihatan unilateral

pada orang dewasa1. Berdasarkan kategori klinik dan pemeriksaan opthalmoskopis terbagi

menjadi papilitis dan neuritis retrobulbar. Papilitis adalah inflamasi yang mengenai serabut retina

nervus optikus yang masuk pada papil nervus optikus di dalam bola mata, dengan pemeriksaan

opthalmoskopis di diskus optikus akan tampak kelainannya sedangkan pada neuritis retrobulbar

inflamasinya mengenai nervus yang terletak di belakang bola mata dan terletak jauh dari diskus

optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus tidak tampak dengan pemeriksaan

opthamoskopis, ketajaman penglihatan dapat menurun1.

Pada berbagai kelompok populasi diseluruh dunia, neuritis retrobulbar berkaitan dengan

sklerosis multipel pada 13-85% pasien. Persentase perkembangan menjadi sklerosis multipel

setelah suatu episode neuritis optikus cenderung lebih tinggi seiring dengan peningkatan

lamanya tindak lanjut pasien3. Sehingga diperlukan tindak lanjut pasien berupa diagnosis dan

penatalaksanaan yang tepat.

Neuritis optik terjadi akibat saraf optik yang merupakan jaras yang membawa impuls

penglihatan ke otak mengalami peradangan serta sarung mielin yang membungkus saraf tersebut

mengalami kerusakkan (proses ini disebut juga demielinisasi). Terjadinya sangat khas pada salah

satu mata (70%) yang menyebabkan gangguan penglihatan yang cepat dan progresif tetapi

bersifat sementara. Sekitar 30% penderita terjadi pada kedua mata. Neuritis optik cenderung

menyerang dewasa muda dengan usia rata-rata 30-an. Tujuh puluh lima persen penderita

merupakan wanita4.

Neuritis optik sering diakibatkan oleh penyakit sklerosis multipel. Penyebab lainnya

adalah infeksi virus, jamur, ensefalomielitis, penyakit-penyakit otoimun atau tumor yang

menekan saraf penglihatan atau penyakit-penyakit pembuluh darah (misalnya radang arteri

temporal). Beberapa bahan kimia beracun seperti metanol dan timah hitam dapat menyebabkan

kerusakan saraf optik. Kerusakan saraf optik dapat juga dikarenakan penyalahgunaan alkohol

dan rokok. Neuritis optik dapat juga disebabkan karena gangguan sistem kekebalan tubuh4.

1

Page 2: Makalah Neuritis Optik Revisi

Nervus Optikus adalah saraf yang membawa rangsang dari retina menuju otak, saraf

optikus ini seperti sebuah wayar listrik dimana setiap wayar membawa informasi penglihatan

menuju otak5.

Nervus Optikus bercabang menjadi 3 bagian yaitu :

1. Bagian Intraokular

Merupakan kepala dari nervus optikus.

2. Bagian Rongga Mata (orbita)

Yang meluas dari bola mata menuju foramen optikus.

3. Bagian Intrakranial

Yang terletak antara foramen optikus dengan chiasma optikus. Jika satu ataupun semua serabut

saraf mengalami peradangan dan tak berfungsi sebagaimana mestinya maka penglihatan akan

menjadi kabur. Jika terjadi inflamasi ataupun demielisasi nervus optikus, keadaan ini disebut

dengan neuritis optikus5.

Pada neuritis optikus, serabut saraf menjadi bengkak dan tak berfungsi sebagaimana mestinya.

Penglihatan dapat saja normal atau berkurang, tergantung pada jumlah saraf yang mengalami

peradangan5.

2

Page 3: Makalah Neuritis Optik Revisi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Neuritis optik adalah gangguan penglihatan yang disebabkan karena peradangan pada

saraf optik yang berasal dari inflamasi dan demielinisasi nervus optikus4.

B. KLASIFIKASI

berasal dari inflamasi dari demielinisasi nervus optikus.

Terbagi menjadi:

a. Retrobulbar neuritis :

Merupakan radang saraf optik dibelakang bola mata. Biasanya berjalan akut yang

mengenai satu atau kedua mata. Disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin

saraf, anemia pernisiosa, diabetes melitus dan intoksikasi7.

Bola mata bila digerakkan akan terasa berat di bagian belakang bola mata. Rasa sakit

akan bertambah bila bola mata ditekan yang disertai dengan sakit kepala7.

Neuritis retrobulbar mempunyai gejala seperti neuritis, akan tetapi dengan gambaran

fundus yang sama sekali normal. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan lapang

pandang dan turunnya tajam penglihatan yang berat. Pada pemeriksaan lapang pandang

ditemukan skotoma sentral, parasentral dan cincin7.

b. Papilitis :

Papilitis adalah inflamasi yang mengenai nervus optikus di dalam bola mata, merupakan

salah satu tipe neuritis optikus yang sering terjadi pada anak-anak, memiliki gejala yang

sama dengan neuritis retrobulbar tetapi pada pemeriksaan dengan opthalmoskopis dapat

ditemukan pembengkakan pada diskus optikus, hiperemi, tepi kabur dan semua pembuluh

darah dilatasi2.

3

Page 4: Makalah Neuritis Optik Revisi

Papilitis merupakan radang pada serabut retina saraf optik yang masuk pada papil saraf

optik yang berada dalam bola mata. Penglihatan pada papilitis akan terganggu dengan

lapang pandangan menciut, bintik buta melebar, skotoma sentral, sekosentral dan

altitudinal. Terdapat tanda defek pupil aferen bila mengenai satu mata atau tidak sama

berat pada kedua mata. Pada papil terlihat pendarahan, eksudat,dengan perubahan pada

pembuluh darah retina dan artei menciut dengan vena yang melebar, kadang terlihat

edema papil yang berat, dan papil saraf optik berangsung-angsur menajdi pucat dengan

tajam penglihatan masih tetap normal. Terlihat sel radang di depan papil saraf optik7.

Penyulit papilitis yaitu ikut meradangnya retina atau neuroretinitis.

Pada proses penyembuhan kadang-kadang tajam penglihatan menjadi sedikit lebih baik

atau sama sekali tidak ada perbaikan, dengan skotoma sentral menjadi lebih baik atau

tidak ada perbaikan7.

Rekuren dapat terjadi dan berakhir dengan gangguan fungsi penglihatan yang lebih

nyata7.

c. Neurorenitinitis : memiliki konotasi yang sama dengan papilitis tetapi ditujukan kepada

suatu proses yang lebih lanjut menuju daerah dekat retina dan uvea5.

d. Iskemik Optik Neuropatik.

Diduga disebabkan oleh trombus, emboli, atau radang pembuluh darah yang menyumbat

pembuluh darah papil saraf optik.Penyebab utama dapat nonarteritik Anterior Ischemic

Optik Neuropathy (AION) dengan hipertensi dan arteritik Anterior Iskemik Optik

Neuropati Anterior (AION) yang disebabkan giant cell arteritis. Kelainan dapat terjadi

pada satu mata atau pada kedua mata sekaligus, yang biasanya terjadi pada pasien berusia

lebih dari 40 tahun. Penyumbatan dapat terjadi pada pasien dengan usia lebih lanjut7.

Gejala yang ditemukan berupa tajam penglihatan yang turun mendadak disertai dengan

skotoma atau defek lapang pandangan sesuai dengan gambaran serat saraf retina, atau

kadang-kadang altitudinal. Tidak terdapat rasa sakit, tidak progresif, disertai sakit kepala,

4

Page 5: Makalah Neuritis Optik Revisi

sakit saat mengunyah, polimialgia, dan kadang-kadang demam7. Pengobatan ditujukan

sesuai dengan penyebabnya.

C. Etiologi

1. Inflamasi lokal

a. Uveitis dan retinitis

b. Oftalmia simpatika

c. Meningitis

d. Penyakit sinus dan infeksi orbita

2. Inflamasi general

a. Infeksi syaraf pusat

Multipel sklerosis

Diberbagai kelompok populasi diseluruh dunia, neuritis retrobulbar berkaitan dengan sklerosis

multipel pada 13-85% pasien3. Data dari “Mayo clinic” pada tahun 1933 didapatkan dari 255

kasus sebanyak 155 disebabkan oleh sklerosis multipel2.

Acute disseminated encephalomyelitis

Neuromyelitis optic (Devic disease)

Merupakan suatu proses demielinisasi yang mengenai nervus optikus. Penyakit ini sering salah

didiagnosa dengan sklerosis multipel tetapi dapat dibedakan berdasarkan derajat keparahan,

lokasinya (mengenai nervus optikus, medulla spinalis) dan analisis cairan serebro spinal

(polymorphonuclear pleocytosis dan ketiadaan oligoclonal banding)8.

b. Syphilis

c. Tuberkulosis

3. Leber’s disease

Merupakan suatu penyakit herediter pada laki-laki muda, manifestasinya sebagai perubahan

mendadak pada penglihatan sentral, pertama kali mengenai satu mata dan selanjutnya kedua

mata. Karakteristiknya terdapat skotoma sentral dengan dence central nucleus. Pada beberapa

5

Page 6: Makalah Neuritis Optik Revisi

kasus inflamasi mengenai nervus di dalam bola mata sehingga menyebabkan papilitis ringan.

Pada kasus yang lain mengenai nervus di belakang mata2.

4. Toksin endogen

a. Penyakit infeksi akut, seperti influenza, malaria, measles, mumps, pneumonia

b. Fokus septik pada gigi, tonsil, infeksi fokal

c. Penyakit metabolik: diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis

5. Intoksikasi racun eksogen seperti tobacco,etil alcohol, metil alkohol.

D. Patogenesis

Nervus optikus mengandung serabut-serabut syaraf yang

mengantarkan informasi visual dari sel-sel nervus retina ke

dalam sel-sel nervus di otak7. Retina mengandung sel

fotoreseptor, merupakan suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya

dan menghubungkan ke sel-sel retina lain disebut sel ganglion.

Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang disebut akson ke

dalam otak. Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls

visual ke otak8. Sehingga ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal visual yang dihantarkan ke otak

menjadi terganggu dan pandangan menjadi lemah.

E. Faktor Resiko

Faktor resiko neuritis optikus termasuk:

1.Usia

Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia rata-rata terkena

sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga tetapi frekuensinya lebih

sedikit7.

2.Jenis kelamin

Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki7.

3.Ras

Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada ras yang lain7.

6

Page 7: Makalah Neuritis Optik Revisi

F. Epidemiologi

Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 100.000 sedangkan

prevalensinya 115 per 100.000. Sebagian besar mengenai usia 20 sampai dengan 40 tahun.

Wanita lebih umum terkena daripada pria. Berdasarkan data The Optic Neuritis Treatment Trial

(ONTT) 77% adalah wanita, 85% kulit putih. Sebagian besar kasus patogenesisnya disebabkan

inflamasi demielinisasi dengan atau tanpa sklerosis multipel. Pada sebagian besar kasus neuritis

optikus monosimptomatik merupakan manifestasi awal sklerosis multipel7.

G. Gejala Klinis

Keluhan utama pada neuritis optikus adalah sama, apakah nervus yang terkena terletak

intra okular (papilitis) ataupun ekstra okular (neuritis retrobulbar)2.

1. Hilangnya penglihatan

Kehilangan penglihatan pada pasien dengan neuritis optikus umumnya terjadi tiba-tiba selama

beberapa jam sampai beberapa hari. Progresi menjadi periodenya lama dapat terjadi tetapi

mungkin terdapat faktor yang mendasarinya. Kehilangan penglihatan umumnya monokuler

meskipun dapat juga mengenai kedua mata terutama pada anak-anak5.

2. Nyeri di sekitar mata

Nyeri ringan di dalam atau sekitar mata terdapat pada lebih 90% pasien. Dapat ringan bahkan

sampai berat Nyeri tersebut dapat terjadi sebelumnya atau bersama-sama dengan hilangnya

penglihatan, umumnya di cetuskan oleh pergerakan mata dan terjadi hanya beberapa hari. Bola

mata bila digerakkan akan terasa berat di bagian belakang bola mata, rasa sakit akan bertambah

bila bola mata ditekan dan di sertai sakit kepala. Pada 19 % pasien, sakit dapat didahului hilangnya

visus, dalam 7 hari. Biasanya berlangsung 24-28 jam sebelum bersamaan dengan hilangnya visus. Sakit

yang menetap lebih dari 10-14 hari jarang ditemukan. Jika didapati, diagnosa haruslah dipertimbangkan

kembali. Tak ada hubungan yang nyata antara rasa sakit dengan keparahan hilangnya visus atau gambaran

fundusnya5.

3. Hilangnya visus dapat :

- ringan (≥ 20 / 30)

- sedang (≥ 20 / 60)

- berat (≤ 20 / 70)

7

Page 8: Makalah Neuritis Optik Revisi

Visus dapat mengurangi persepsi sinar. Pasien mengeluh adanya pandangan berkabut

atau visus yang kabur, kesulitan membaca, adanya bintik buta, perbedaan subjektif pada

terangnya cahaya, persepsi warna yang terganggu, hilangnya persepsi dalam atau kaburnya visus

untuk sementara5.

4. Gangguan lapangan pandang

Depresi secara keseluruhan dari lapangan pandang adalah tipe defek visual yang sering

ditemukan. Banyak tipe kehilangan lapangan pandang dilaporkan, termasuk skotoma

centrocecal, kerusakan gelendong sarafparasentral, kerusakan gelendong saraf yang meluas ke

perifer, kerusakan gelendong saraf yang melibatkan fiksasi dan perifer saja. Setelah 7 bulan, 51

% kasus memiliki lapangan pandang yang normal5.

5. Ukuran pupil

Ukuran pupil sama dengan optik neuritis yang unilateral walaupun mata tersebut buta.

Umumnya, bagaimanapun defek/kerusakan afferent pupil di karakteristikan dengan susahnya

atau hilangnya konstriksi pada penyinaran langsung, hal ini didapati pada mata yang ipsilateral.

Tes dengan lampu senter yang berayun adalah metode sederhana untuk mendeteksi hal ini5.

H. Diagnosis

Diagnosis berdasarkan anamnesis, tanda dan gejala klinis.

1. Anamnesis

Pasien umumnya wanita usia 20-40 tahun dengan keluhan gangguan penglihatan

mendadak pada salah satu mata. Terdapat rasa nyeri yang memburuk dengan gerakan mata dan

riwayat serangan sebelumnya. Gangguan penglihatan ini dapat berkembang secara progresif

beberapa jam sampai berhari-hari. Dapat terdapat patch abu-abu pada pusat penglihatan. Pada

kasus yang berat dapat terjadi kehilangan penglihatan sepenuhnya pada mata yang terkena.

Serangannya mengenai unilateral pada 90% kasus meskipun terdapat resiko mata lainnya dapat

terkena kemudian dan serangan kambuhan pada satu atau dua mata dapat menyebabkan

kehilangan penglihatan permanen7.

2. Pemeriksaan

8

Page 9: Makalah Neuritis Optik Revisi

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda disfungsi nervus optikus. Derajat

hilangnya penglihatan bervariasi dari ringan sampai dengan berat. Penglihatan warna dan

sensitifitas kontras berkurang pada hampir semua kasus. Ketika melihat warna merah dengan

mata yang sakit dapat terlihat memudar (desaturasi).

Terdapat juga defek pupil afferent pada hampir semua kasus neuritis optikus unilateral.

Ketajaman penglihatan berkisar dari 20/20 sampai dengan persepsi terhadap cahaya. Pada saat

serangan akut, pemeriksaan medan penglihatan dapat menunjukkan skotoma sentral. Besar dari

defek ini berkurang pada proses penyembuhan, sering meninggalkan defek residu di antara bintik

buta dan area sentral.

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan lapang pandang ditemukan skotoma sentral dan

parasentral relatif dan atau absolut dan opthalmoskopi.

Pada opthalmoskopi ditemukan:

a. Perubahan awal

Papilitis dapat ditemukan dalam 38 % kasus. Diskus optikus normal dalam 44 % kasus. Pucatnya

bagian temporal menunjukkan adanya lesi optik neuritis yang berat pada mata yang sama, hal ini

dijumpai pada 18 % dari pasien yang menjalani pemeriksaan. Papilitis tahap awal di

karakteristikkan dengan adanya batas diskus yang mengabur dan sedikit hiperemis5.

b. Papilitis yang mencapai perkembangan yang lengkap

Adanya papiledema pada opthalmoskopi tidak memungkinkan untuk menyatakan hal ini,

ditandai dengan adanya pembengkakan, hilangnya fisiologis cup, hiperemis dan perdarahan yang

terpisah. Pembungkus vena biasanya jarang terlihat. Pemeriksaan dengan split lamp untuk

melihat adanya sel pada vitreous adalah hal yang sangat penting5.

c. Perubahan lanjut

Pada retrobulbar optik neuritis, diskus yang normal dapat dijumpai selama 4-6 minggu, saat

dimana pucat dijumpai. Papilitis yang berlanjut kadang-kadangdidapati gambaran optik atropi

sekunder. Pada keadaan ini batas diskus dapat mengabur, mungkin terdapat jaringan glial pada

diskus, dan pucatnya diskus bagian stadium akhir optik neuritis. Pada stadium ini, serabut saraf

atropi dapat diamati pada retina dengan perangkat lampu hijau merah5.

9

Page 10: Makalah Neuritis Optik Revisi

Neuritis retrobulbar adalah suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di belakang

diskus optikus sehingga perubahan-perubahan dini di diskus optikus tidak tampak dengan

oftalmoskop; namun ketajaman penglihatan sangat menurun7.

Pada neuritis retrobulbar, diskus optikus dapat tetap tampak normal selama 4-6 minggu.

Walaupun pada permulaan tidak terlihat kelainan fundus, lama kelamaan akan terlihat kekaburan

batas papil syaraf optik dan degenerasi syaraf optik akibat degenerasi serabut syaraf, disertai

atrofi descenden (secondary optic atrophy ) akan terlihat papil pucat dengan batas yang tegas7.

3. Pemeriksaan Penunjang

Tes diagnostik seperti MRI, analisis cairan serebrospinal dan serologi, umumnya dipakai dengan

alasan sebagai berikut:

1.Untuk menentukan penyebabnya apakah suatu proses inflamasi atau non inflamasi,

nonidiopathi, dan infeksi.

2.Untuk menentukan prognosisnya, apakah akan berkembang secara klinis menjadi multipel

sklerosis.

a. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI penting untuk memutuskan apakah daerah di otak telah terjadi kerusakan myelin, yang

mengindikasikan resiko tinggi berkembangnya sklerosis multipel. MRI juga dapat membantu

menyingkirkan kemungkinan tumor atau kondisi lain. Pada pasien yang dicurigai menderita

neuritis optikus, pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan fat suppression dan gadolinium

sebaiknya dilakukan dengan tujuan untuk konfirmasi diagnosis dan menilai lesi white matter.

MRI dilakukan dalam dua minggu setelah gejala timbul. Pada pemeriksaan MRI otak dan orbita

dengan fat suppression dan gadolinium menunjukkan peningkatan dan pelebaran nervus optikus.

Lebih penting lagi, MRI dipakai dengan tujuan untuk memutuskan apakah terdapat lesi ke arah

sklerosis multipel. Ciri-ciri resiko tinggi mengarah ke sklerosis multipel adalah terdapat lesi

white matter dengan diameter 3 atau lebih, bulat, lokasinya di area periventrikular dan menyebar

ke ruangan ventrikular3.

b. Pemeriksaan cairan serebrospinal

Protein ologinal banding pada cairan serebrospinal merupakan penentu sklerosis multipel.

Terutama dilakukan terhadap pasien-pasien dengan pemeriksaan MRI normal6.

10

Page 11: Makalah Neuritis Optik Revisi

c. Test Visually Evoked Potentials

Test Visually evoked potentials adalah suatu test yang merekam sistem visual, auditorius

dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis. Test Visually evoked potentials

menstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat mendeteksi konduksi sinyal elektrik yang

lambat sebagai hasil dari kerusakan daerah nervus6.

d. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan tes darah NMO-IgG untuk memeriksa antibodi neuromyelitis optica. Pasien

dengan neuritis optikus berat sebaiknya menjalani pemeriksaan ini untuk mendeteksi apakah

berkembang menjadi neuromyelitis optica. Pemeriksaan tingkat sedimen eritrosit (erythrocyte

sedimentation rate (ESR)) dipakai untuk mendeteksi inflamasi pada tubuh, tes ini dapat

menentukan apakah neuritis optikus disebabkan oleh inflamasi arteri kranialis6.

I. Diagnosis Banding

1. Compressive optic neuropathy

Gejala Visus Visus sentral hilang cepat, progresif, jarang ketajaman dipelihara Defek akut lapangan

pandang, biasanya altitudal, ketajaman bervariasi-turun akut

Lain Bola mata pegal, sakit bila digerakkan, sakit alis atau orbita

Sakit Bergerak Ada Tidak ada

Bilateral Jarang pada orang dewasa, dapat gantian, sering pada anak-anak terutama papilitis. Khas

unilateral pada stadium akut ; mata kedua terlibat subsequently dengan gambaran syndrome Foster

Kennedy.

Gejala Pupil Tidak ada isokoria, reaksi sinar menurun pada sisi neuritis. Tidak ada isokoria, reaksi

sinar menurun pada sisi infrak.

Penglihatan Warna Ketajaman visus

Biasanya menurun Ketajaman berpariasi hilang hebat, lazim pada arthritis.

Sel bada kaca Ada Tidak ada

11

Page 12: Makalah Neuritis Optik Revisi

Fundus Retrobulbar : normal papilitis ; derajat pembengkakan disk bervariasi Biasanya edema disk

segmental pallid, dengan sedikit hemoragi lidah api5.

Terdapat kehilangan penglihatan akut. Pola kehilangan lapang pandang menunjukkan

penyebabnya non inflamasi, misalnya ditemukan kehilangan penglihatan pada mata lainnya. CT

Scan atau MRI dapat mengidentifikasi lesi kompresif pada orbita dan khiasma6. Pada

Compressive optic neuropathy tidak terdapat pemulihan penglihatan.

2. Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy

Terdapatnya nyeri terutama pada pergerakan mata (meskipun tidak mutlak) secara klinis dapat

membedakan neuritis optikus dengan nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy2.

3.Syndrom viral dan post viral

Parainfectious optic neuritis umumnya mengikuti onset infeksi virus selama 1-3 minggu, tetapi

dapat juga sebagai phenomena post vaksinasi. Umumnya mengenai anak-anak daripada dewasa

dan terjadi karena proses imunologi yang menghasilkan demielinisasi nervus optikus. Post viral

atau parainfeksius neuritis optikus dapat terjadi unilateral tetapi sering bilateral. Diskus optikus

dapat normal atau terjadi pembengkakan2.

J. Penatalaksanaan

1. Terapi jangka pendek

The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) telah meneliti secara komprehensif tentang

penatalaksanaan neuritis optikus dengan menggunakan steroid3.

Dalam penelitiannya ONTT melibatkan sebanyak 457 pasien, usia 18-46 tahun dengan

neuritis optikus akut unilateral. Data follow up didapatkan dari kohort ONTT (Longitudinal

Optic Neuritis Study [LONS]) menghasilkan informasi yang penting tentang gejala klinis,

penglihatan jangka panjang, penglihatan yang berkaitan dengan kualitas hidup dan peranan MRI

otak dalam memutuskan resiko berkembang menjadi CDMS (Clinically definite Multiple

Sclerosis)3.

Pasien yang terlibat pada penelitian ini diacak menjadi 3 kelompok perlakuan terapi, yaitu:

a. Mendapatkan terapi prednison oral (1 mg/ kg BB/ hari) selama 14 hari dengan 4 hari taper ( 20

mg hari 1, 10 mg hari ke 2 dan 4) (kelompok terapi oral).

12

Page 13: Makalah Neuritis Optik Revisi

b. Mendapatkan terapi dengan metilprednisolon sodium suksinat IV 250 mg tiap 6 jam selama 3

hari, diikuti dengan prednison oral (1 mg/kg BB/ hari) selama 11 hari dengan 4 hari taper

(kelompok terapi dengan metilprednisolon IV).

c. Mendapatkan terapi dengan placebo selama 14 hari.

Dalam penelitian ini yang dinilai terutama tajam penglihatan dan sensitifitas terhadap kontras

sedangkan berkembangnya menjadi CDMS adalah hal kedua yang dinilai. MRI otak dan orbita

dengan menggunakan gadolinium telah dilakukan untuk semua pasien. Hasil yang didapatkan

dari penelitian ini adalah6:

a. Terapi dengan menggunakan metil prednisolon IV mempercepat pulihnya penglihatan tetapi

tidak untuk jangka panjang setelah 6 bulan sampai dengan 5 tahun bila dibandingkan dengan

terapi menggunakan placebo atau prednison oral, keuntungan terapi dengan menggunakan metil

prednisolon IV ini baik dalam 15 hari pertama saja.

b. Pasien yang mendapatkan terapi dengan menggunakan prednison oral saja didapatkan terjadi

resiko rekurensi neuritis optiknya (30% setelah 2 tahun dibandingkan dengan kelompok placebo

16% dan kelompok yang mendapatkan steroid IV 13%) sampai dengan follow up 5 tahun.

c. Pasien dengan monosymptomatik yang mendapatkan terapi dengan menggunakan

metilprednisolon intra vena didapatkan penurunan tingkat perkembangan ke arah CDMS selama

2 tahun pertama follow up, tetapi tidak bermanfaat setelah 2 tahun karena persentase

perkembangan menjadi CDMS hampir sama dengan kelompok prednison oral dan placebo.

2. Terapi jangka panjang

Diantara pasien dengan resiko tinggi berkembang menjadi CDMS yang ditetapkan

dengan kriteria MRI oleh ONTT (dua atau lebih lesi white matter), telah dilakukan penelitian

383 pasien oleh (the Controlled High-Risk Avonex MS Prevention Study [CHAMPS])

menunjukkan terapi dengan interferon ß-1a pada pasien acute monosymptomatic demyelinating

optic neuritis berkurang secara signifikan dalam 3 tahun dibandingkan dengan kelompok

placebo, juga terdapat pengurangan tingkat lesi baru pada MRI otak. Hasil yang sama juga

13

Page 14: Makalah Neuritis Optik Revisi

didapatkan pada pasien dengan neuritis optikus. Semua pasien kelompok terapi dengan

interferon ß-1a dan kelompok placebo juga mendapatkan terapi dengan metil prednisolon IV

selama 3 hari diikuti dengan prednison oral selama 11 hari sesuai dengan protokol ONTT.

Meskipun terapi dengan interferon ß-1a pada pasien neuritis optikus dan pada pasien yang

beresiko menurut pemeriksaan MRI manfaat jangka panjangnya tidak diketahui, tetapi hasil dari

CHAMPS memberikan suatu terapi awal yang rasional. Ini didukung oleh hasil penelitian dari

Early Treatment of Multiple Sclerosis Study [ETOMS]) yang menghasilkan selama 2 tahun

follow up terjadi penurunan yang signifikan jumlah pasien yang berkembang menjadi CDMS

dengan terapi awal interferon ß-1a (34%) bila dibandingkan dengan kelompok placebo (45%)6.

Pada model eksperimen sklerosis multipel, terapi dengan immunoglobulin intravena telah

ditunjukkan terjadi remielinisasi pada sistem syaraf sentral. Penelitian lain (1992) menyarankan

bahwa terapi dengan immunoglobulin bermanfaat pada pasien neuritis optikus dengan penurunan

penglihatan yang jelas. Akan tetapi dalam penelitian terbaru tentang immunoglobulin intravena

dengan placebo pada 55 pasien sklerosis multipel dengan kehilangan penglihatan tetap (20/ 40

atau lebih rendah) yang disertai neuritis optikus tidak menunjukkan pemulihan yang signifikan

terhadap tajam penglihatan6.

Jika pada pemeriksaan dengan MRI ditemukan lesi white matter dua atau lebih (diameter

3 atau lebih) diterapi berdasarkan rekomendasi dari ONTT, CHAMPS, dan ETOMS, yaitu6:

1.Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi selama 3 hari) diikuti

dengan prednison oral (1 mg/ kg BB/ hari selama 11 hari kemudian 4 hari taper).

2.Interferon ß-1a (30 Avonex μg intramuskular satu kali seminggu).

Pada pasien monosymptomatik dengan lesi white matter pada MRI kurang dari 2, dan yang telah

didiagnosis CDMS, diberikan terapi metilprednisolon (diikuti prednison oral) dapat

dipertimbangkan untuk memulihkan penglihatan, tetapi ini tidak memperbaiki untuk jangka

panjang. Berdasarkan hasil penelitian dari ONTT, penggunaan prednison oral saja (sebelumnya

tidak diterapi dengan metilprednisolon IV ) dapat meningkatkan resiko rekurensi6.

14

Page 15: Makalah Neuritis Optik Revisi

K. KOMPLIKASI

Penyulit pailitis yang dapat terjadi yaitu ikut meradangnya retina atau terjadinya

neurorenitis. Bila terjadi atropi papil pascapapilitis akan memperlihatkan papil yang puscat

dengan batas yang kabur akibat terdapatnya jaringan fibrosis atau glia disertai dengan arteri yang

menciut berat dengan selubung perivaskular5.

Pada proses penyembuhan kadang-kadang tajam penglihatan sedikit lebih baik atau sama sekali

tidak ada perbaikan dengan skotoma sentral yang menetap5.

L. PROGNOSIS

Prognosis dari penglihatan baik. Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau mendekati

sempurna setelah 6-12 minggu11, sebanyak 95% pasien pulih penglihatannya menjadi visus 20/

40 atau lebih baik3. Begitu proses pemulihan dimulai, sebagian besar pasien mencapai perbaikan

maksimal dalam 1-2 bulan, meskipun pemulihan dalam 1 tahun juga memungkinan. Derajat

keparahan kehilangan penglihatan awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan.

Meskipun penglihatan dapat pulih menjadi 20/20 atau bahkan lebih baik, banyak pasien dengan

acute demyelinating optic neuritis berlanjut menjadi kelainan pada penglihatan yang

mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya. Kelainan tajam penglihatan (15-30%),

sensitivitas kontras (63-100%), penglihatan warna (33-100%), lapang pandang (62-100%),

stereopsis (89%), terang gelap (89–100%), reaksi pupil afferent (55–92%), diskus optikus (60–

80%), dan visual-evoked potential (63–100%). Rekurensi dapat terjadi pada mata yang lain, kira-

kira 30% dari partisipan ONNT terdapat episode ke 2 pada mata yang lain dalam 5 tahun5.

M. PENCEGAHAN

Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya bersifat sementara.

Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga lima minggu. Saat masa pemulihan,

65% - 80% ketajaman penglihatan penderita menjadi lebih baik. Prognosis jangka panjang

tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Jika serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus

maka akan mengalami penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek samping. Jika neuritis

optik dipicu oleh sklerosis multipel, maka serangan berikutnya harus dihindari. Tigapuluh tiga

persen penderita neuritis optik akan kambuh dalam lima tahun. Tiap kekambuhan menyebabkan

pemulihannya tidak sempurna bahkan memperburuk penglihatan seseorang. Ada hubungan yang

15

Page 16: Makalah Neuritis Optik Revisi

kuat antara neuritis optik dengan sklerosis multipel. Pada orang yang tidak mengalami sklerosis

multipel maka separuh dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan akibat neuritis optik

akan menderita penyakit ini dalam 15 tahun. Pemeriksaan mata secara teratur untuk menjaga

kesehatan mata. Pengobatan dini terhadap masalah penglihatan dapat mencegah kerusakkan

permanen pada saraf mata.

16

Page 17: Makalah Neuritis Optik Revisi

BAB III

KESIMPULAN

- Definisi neuritis optik adalah gangguan penglihatan yang disebabkan karena peradangan pada

saraf optik.dan di bagi menjadi dua jenis yaitu : neuritis retrobulbar dan neuritis papilitis.

- Etiologinya sendiri disebabkan antara lain : inflamasi lokal, inflamasi general, leber’s disease,

toksin endogen, intoksikasi racakan mataun eksogen seperti tobacco, etil alcohol, metil

alkohol.

- Patogenesis neuritis optikus : nervus optikus menghantarkan informasi visual dari sel-sel

nervus retina kedalam sel-sel nervus diotak, jika nervus inflamasi menyebabkan sinyal visual

terganggu dan pandangan menjadi lemah.

- Faktor resiko dari neuritis optikus : usia 20 – 40 tahun, wanita : pria = 2:1, ras kulit putih.

- Epidemiologi : 5 per 100.000 dengan prevalensi 115 per 100.000 dalam setahun, mengenai usia

20 sampai 40 tahun, wanita lebih umum terkena daripada pria, berdasarkan data The Optic

Neuritis Treatment Trial (ONTT) 77% adalah wanita, 85% kulit putih.

- Gejala klinis neuritis optikus berupa hilangnya penglihatan, nyeri sekitar mata, hilangnya visus,

gangguan lapang pandang, ukuran pupil.

- Diagnosis neuritis optikus didapatkan pada anamnesis : umumnya usia 20-40 tahun, keluhan

gangguan penglihatan mendadak pada salah satu mata, rasa nyeri yang memburuk dengan

gerakan mata, pada pemeriksaan didapatkan : disfungsi nervus optikus, penglihatan warna dan

sensitifitas kontras berkurang, defek pupil afferent, ketajaman penglihatan berkisar dari 20/20

sampai dengan persepsi terhadap cahaya, ditemukan skotoma sentral dan parasentral relatif dan

atau absolut, pemeriksaan penunjang seperti MRI, pemeriksaan cairan serebrospinal, test

visually evoked potentials, pemeriksaan darah.

- Diagnosis banding seperti compressive optic neuropathy, nonarteritic anterior ischemic optic

neuropathy, syndrome viral dan post viral.

17

Page 18: Makalah Neuritis Optik Revisi

- Penatalaksanaan terbagi dua yaitu terapi jangka pendek (steroid), terapi jangka panjang

(interferon beta-1a).

- Komplikasi : meradangnya retina atau terjadi neurorenitis, terdapatnya jaringan fibrosis

postpapilitis, kotoma sentral yang menetap.

- Prognosis : sebagian besar pasien sembuh sempurna, 95% pasien pulih penglihatannya menjadi

visus 20/40 atau lebih baik.

- Pencegahan : pemeriksaan mata secara teratur, pengobatan dini terhadap masalah penglihatan.

18

Page 19: Makalah Neuritis Optik Revisi

DAFTAR PUSTAKA

1. James HA. The Optic Nerve in May’s Manual of Diseases of The Eye. The William’s and

Wilkins company, 14th edition : 1968, p.182 – 185.

2. Khurana A. Diseas of The Optic Nerve in Opthalmology. New Age International limited (p)

publisher, p. 291-292.

3. Pavan, Deborah.Visual Field, Optic Nerve, And Pupil in Manual of OcularDiagnosis and

Therapy, 4 th edition. Boston : 1996, p. 354 – 361.

4. www.doctor [email protected]

5. www.medicastore.com

6. Heed, Addler Francis. Optic Neuritis in Opthalmology. W.B. Saunders Company, 6 th

edition, p.362 – 367.

7. Sidarta I. Ilmu Penyakit Mata, FKUI, edisi 2 :1998. Hal. 186 – 188.

8. Neuritis Optik dalam Ilmu Penyakit Mata. Perhimpunan Dokter Ahli Mata Indonesia,

Airlangga Universitas Press : 1984. Hal. 108-110.

9. Vaughan, Daniel. G., Taylor Asbury & Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum; Edisi 14.

Jakarta : Widya Medika. 2000. Hal.

19