negara dan konstitusi

27
NEGARA DAN KONSTITUSI Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Disusun oleh : Fahrurozi Iskhak EA - B ( 142120056 ) Sufian Achmad V EA - B ( 142120066 ) Hanung Febri DW EA - B ( 142120069 ) Felix Budi Satria J EA - B ( 142120075 ) Fajar Tri Hidayat EA – B ( 142120076 ) AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

Upload: sufianav

Post on 15-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

negara

TRANSCRIPT

Page 1: Negara Dan Konstitusi

NEGARA DAN KONSTITUSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh :

Fahrurozi Iskhak EA - B ( 142120056 )

Sufian Achmad V EA - B ( 142120066 )

Hanung Febri DW EA - B ( 142120069 )

Felix Budi Satria J EA - B ( 142120075 )

Fajar Tri Hidayat EA – B ( 142120076 )

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

APRIL, 2013

Page 2: Negara Dan Konstitusi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah

memberikan petunjuk dan kemudahan kepada penyusun sehingga dapat

menyelesaikan makalah “Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan” tentang

“Negara dan Konstitusi”.

Makalah ini dapat tewujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,

oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penyusun harapkan guna

perbaikan dan penyempurnaan penulisan makalah berikutnya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pemerhati pendidikan pada umumnya. Serta merupakan wujud sebuah

pengabdian kami kepada Allah SWT.

Page 3: Negara Dan Konstitusi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reformasi menuntut dilakukannya amandemen atau mengubah UUD

1945 karena yang menjadi causa prima penyebab tragedi nasional mulai dari

gagalnya suksesi kepemimpinan yang berlanjut kepada krisis sosial-politik,

bobroknya managemen negara yang mereproduksi KKN, hancurnya nilai-

nilai rasa keadilan rakyat dan tidak adanya kepastian hukum akibat telah

dikooptasi kekuasaan adalah UUD Republik Indonesia 1945. Itu terjadi

karena fundamen ketatanegaraan yang dibangun dalam UUD 1945 bukanlah

bangunan yang demokratis yang secara jelas dan tegas diatur dalam pasal-

pasal dan juga terlalu menyerahkan sepenuhnya jalannya proses

pemerintahan kepada penyelenggara negara. Akibatnya dalam penerapannya

kemudian bergantung pada penafsiran siapa yang berkuasalah yang lebih

banyak untuk legitimasi dan kepentingan kekuasaannya. Dari dua kali

kepemimpinan nasional rezim orde lama (1959 – 1966) dan orde baru (1966

– 1998) telah membuktikan hal itu, sehingga siapapun yang berkuasa dengan

masih menggunakan UUD yang all size itu akan berperilaku sama dengan

penguasa sebelumnya.

Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh

diubah kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan

terhadap UUD 1945 itu pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya

penataan ulang terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan

kata lain sebagai upaya memulai “kontrak sosial” baru antara warga negara

dengan negara menuju apa yang dicita-citakan bersama yang dituangkan

dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan konstitusi ini

menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang

otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga

Page 4: Negara Dan Konstitusi

negara yang seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi

suatu agenda yang tidak bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan

amat menentukan bagi jalannya demokratisasi suatu bangsa.

Realitas yang berkembang kemudian memang telah menunjukkan adanya

komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk mengamandemen

UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa yang

berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu

terjadi, menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses

perubahan konstitusi itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil

dicapai telah merepresentasikan kehendak warga masyarakat, dan apakah

telah menentukan bagi pembentukan wajah Indonesia kedepan. Wajah

Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan

sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan.

Dengan melihat kembali dari hasil-hasil perubahan itu, kita akan dapat

dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang dihasilkan memang dapat

dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai sejauh mana

rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama. Perubahan

yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan

selanjutnya. Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas

keberhasilan sebuah perubahan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan definisi Negara dan konstitusi ?

2. Bagaimana sejarah konstitusi di Indonesia ?

3. Apa permasalahan – permasalahan konstitusi di Indonesia ?

4. Bagaimana upaya pemerintah dalam menyelesaikan masalah tersebut ?

5. Bagaimana analisis kelompok dan solusinya terhadap masalah tersebut ?

Page 5: Negara Dan Konstitusi

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan definisi Negara dan konstitusi

2. Mengetahui sejarah perkembangan konstitusi di Indonesia

3. Mengetahui permasalahan konstitusi di Indonesia

4. Mengetahui upaya pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan konstitusi

di Indonesia

5. Untuk memberikan analisis dan solusi mengenai masalah tersebut

Page 6: Negara Dan Konstitusi

BAB II

PEMBAHASAN

NEGARA DAN KONSTITUSI

1. Pengertian Negara dan Konstitusi

A. Negara

Negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang terdiri atas unsur rakyat

(penduduk), wilayah dan pemerintah. Pemerintahlah yang menyelenggarakan

dan melaksanakan tugas-tugas demi terwujudnya tujuan negara.

Di Negara demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang

menjamin sepenuhnya kepentingan rakyat serta hak-hak dasar rakyat. Upaya

mewujudkan pemerintahan yang menjamin hak dasar rakyat serta kekuasaan

yang terbatas itu dituangkan dalam suatu aturan bernegara yang umumnya

disebut kostitusi(hukum dasar atau undang-undang dasar negara). Konstitusi

atau undang-undang dasar negara mengatur dan menetapkan kekuasaan negara

sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintahan negara efektif untuk

kepentingan rakyat serta tercegah dari penyalahgunaan kekuasaan.

B. Pengertian Konstitusi

Konstitusi berasal dari istilah bahasa Prancis “constituer” yang artinya

membentuk. Konstitusi bisa berarti pula peraturan dasar (awal) mengenai

pembentukan Negara. Kata konstitusi dalam kamus besar bahasa Indonesia

diartikan sebagai berikut :

1) segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan;

2) undang-undang dasar suatu Negara.

Pengertian konstitusi dalam praktik dapat berarti lebih luas dari pengertian

Page 7: Negara Dan Konstitusi

undang-undang dasar , tetapi ada juga yang menyamakan dengan pengertian

undang-undang dasar.

Undang-undang dasar ialah hukum dasar yang tertulis , sedang disamping

Undang-Undang Dasar tersebut berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis,

yaitu aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktik

penyelenggaraan Negara, meskipun tidak tertulis. Hukum dasar tidak tertulis

disebut Konvensi.

Konstitusi dapat diartikan secara luas dan sempit, sebagai berikut :

Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan

tidak tertulis. Dan Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit adalah hukum

dasar tertulis, yaitu undang-undang dasar. Dalam pengertian ini undang-undang

dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.

Di Negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi

konstitusional undang-undang dasar mempunyai khas, yaitu membatasi

kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan

tidak bersifat semena-mena. Hak-hak warga Negara akan lebih dilindungi.

1) Negara Konstitusional

Setiap Negara memiliki konstitusi sebagai hukum dasar. Namun tidak setiap

Negara memiliki undang-undang dasar. Negara konstitusional tidak cukup

hanya memiliki konstitusi, tetapi Negara tersebut juga harus menganut gagasan

tentang konstitusionalisme. Konstitusionalisme merupakan gagasan bahwa

konstitusi suatu Negara harus mampu memberi batasan kekuasaan pemerintahan

serta memberi perlindungan pada hak-hak dasar warga Negara.

Negara konstitusional bukan sekedar konsep formal. Negara yang menganut

gagasan konstitusionalisme inilah yang disebut Negara konstitusional

Page 8: Negara Dan Konstitusi

2) Kedudukan Konstitusi

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

ketatanegaraan suatu Negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan

bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para

pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam

hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan

formal yang sama, yaitu sebagai :

• Konstitusi sebagai Hukum Dasar karena ia berisi aturan dan ketentuan tentang

hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu negara

• Konstitusi sebagai Hukum Tertinggi

Konstitusi lazimnya juga diberi kedudukan sebagai hokum tertinggi dalam tata

hokum Negara yang bersangkutan.

2. Sejarah Lahir dan Perkembangan Konstitusi di Indonesia

A. Sejarah Lahir Konstitusi

Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki

konstitusi yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945. Eksistensi Undang-

Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang

sangaat panjang hingga akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi

pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia.

Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancing sejak 29 Mei

1945 sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan

kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan

dokuritsu zyunbi tyoosakai yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno

dan Drs. Moh, Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri

dari 11 orang wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil

dari Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut (BPUPKI)

Page 9: Negara Dan Konstitusi

ditetapkan berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan dengan ulang

tahun Tenno Heika pada 29 April 1945 (Malian, 2001:59).

Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun

konstitusi bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD’45). Para tokoh perumus itu adalah antara

lain Dr. Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto

Iskandardinata, Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetarjo

Kartohamidjojo, Prop. Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing,

Dr. Mohammad Amir (Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi,

Andi Pangerang (keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali),

AH. Hamidan (Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul WACHID hasyim dan Mr.

Mohammad Hasan (Sumatra).

Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji

Jepang untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian

hari. Janji tersebut antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya

peperangan asia timur raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha membebaskan

bangsa Indonesia dari kekuasaan pemerintah hindia belanda. Tentara Dai

Nippon serentak menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun

udara, untuk mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.

Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai

saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas

di semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri

sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah

tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan menguras

kekayaan bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang

tak lagi ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu,

rakyat Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung

pada Jepang sampai saat kemerdekaan tiba.

Page 10: Negara Dan Konstitusi

Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi

nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan.

Sehingga lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada

tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama

kali dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:

1. Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya diambil

dari rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus pada tanggal

22 Juni 1945

2. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya

diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni

1945

3. Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai presiden

dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden

4. Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi komite Nasional

5. Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-Undang Dasar

1945 itu, maka secara formal Indonesia sempurna sebagai sebuah Negara,

sebab syarat yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada yaitu adanya:

Rakyat, yaitu bangsa Indonesia

Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang hingga ke

merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan kecil

Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan Indonesia

Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai pucuk

pimpinan pemerintahan Negara

Tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur

berdasarkan pancasila. Bentuk Negara yaitu Negara kesatuan.

Page 11: Negara Dan Konstitusi

B. Perkembangan Konstitusi di Indonesia

Konstitusi sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam

penyelenggaraan suatu negara dapat berupa konstitusi tertulis dan konstitusi

tidak tertulis. Dalam hal konstitusi terstulis, hampir semua negara di dunia

memilikinya yang lajim disebut undang-undang dasar (UUD) yang pada

umumnya mengatur mengenai pembentukan, pembagian wewenang dan cara

bekerja berbagai lembaga kenegaraan serta perlindungan hak azasi manusia.

Negara yang dikategorikan sebagai negara yang tidak memiliki konstitusi

tertulis adalah Inggris dan Kanada. Di kedua negara ini, aturan dasar terhadap

semua lembaga-lembaga kenegaraan dan semua hak azasi manusia terdapat

pada adat kebiasaan dan juga tersebar di berbagai dokumen, baik dokumen yang

relatif baru maupun yang sudah sangat tua seperti Magna Charta yang berasal

dari tahun 1215 yang memuat jaminan hak-hak azasi manusia rakyat

Inggris.Karena ketentuan mengenai kenegaraan itu tersebar dalam berbagai

dokumen atau hanya hidup dalam adat kebiasaan masyarakat itulah maka

Inggris masuk dalam kategori negara yang memiliki konstitusi tidak tertulis.

Adanya negara yang dikenal sebagai negara konstitusional tetapi tidak

memiliki konstitusi tertulis, nilai-nilai, dan norma-norma yang hidup dalam

praktek  penyelenggaraan negara juga diakui sebagai hukum dasar, dan tercakup

pula dalam pengertian konstitusi dalam arti yang luas. Karena itu, Undang-

Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis beserta nilai-nilai dan norma hukum

dasar tidak tertulis yang hidup sebagai konvensi ketatanegaraan dalam praktek

penyelenggaraan negara sehari-hari, termasuk ke dalam pengertian konstitusi

atau hukum dasar (droit constitusionnel) suatu Negara.

Dalam perkembangan sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara,

konstitusi menempati posisi yang sangat penting. Pengertian dan materi muatan

konstitusi senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan peradaban

manusia dan organisasi kenegaraan. Kajian tentang konstitusi semakin penting

Page 12: Negara Dan Konstitusi

dalam negara-negara modern saat ini yang pada umumnya menyatakan diri

sebagai negara konstitusional, baik demokrasi konstitusional maupun monarki

konstitusional. Dengan meneliti dan mengkaji konstitusi, dapat diketahui

prinsip-prinsip dasar kehidupan bersama dan penyelenggaraan negara serta

struktur organisasi suatu negara tertentu. Bahkan nilai-nilai konstitusi dapat

dikatakan mewakili tingkat peradaban suatu bangsa.

Suatu konstitusi tertulis, sebagaimana halnya Undang-Undang Dasar

1945 (UUD 1945), nilai-nilai dan norma dasar yang hidup dalam masyarakat

serta praktek penyelenggaraan negara turut mempengaruhi perumusan suatu

norma ke dalam naskah Undang-Undang Dasar. Karena itu, suasana kebatinan

(geistichenhentergrund) yang menjadi latar belakang filosofis, sosiologis,

politis, dan historis perumusan juridis suatu ketentuan Undang-Undang Dasar

perlu dipahami dengan seksama, untuk dapat mengerti dengan sebaik-baiknya

ketentuan yang terdapat dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar.

Undang-Undang Dasar tidak dapat dipahami hanya melalui teksnya saja.

Untuk sungguh-sungguh mengerti, kita harus memahami konteks filosois, sosio-

historis sosio-politis, sosio-juridis, dan bahkan sosio-ekonomis yang

mempengaruhi perumusannya. Di samping itu, setiap kurun waktu dalam

sejarah memberikan pula kondisi-kondisi kehidupan yang membentuk dan

mempengaruhi kerangka pemikiran (frame of reference) dan medan pengalaman

(ield of experience) dengan muatan kepentingan yang berbeda, sehingga proses

pemahaman terhadap suatu ketentuan Undang-Undang Dasar dapat terus

berkembang dalam praktek di kemudian hari. Karena itu, penafsiran terhadap

Undang-Undang Dasar pada masa lalu, masa kini, dan pada masa yang akan

datang, memerlukan rujukan standar yang dapat dipertanggungjawabkan dengan

sebaik-baiknya, sehingga Undang-Undang Dasar tidak menjadi alat kekuasaan

yang ditentukan secara sepihak oleh pihak manapun juga. Untuk itulah,

menyertai penyusunan dan perumusan naskah Undang-Undang Dasar,

diperlukan pula adanya Pokok-Pokok pemikiran konseptual yang mendasari

Page 13: Negara Dan Konstitusi

setiap perumusan pasal-pasal Undang-Undang Dasar serta keterkaitannya secara

langsung atau tidak langsung terhadap semangat Proklamasi Kemerdekaan 17

Agustus 1945 dan Pembukaan Undang-Undang Dasar .

3. Permasalahan atau Penyimpangan Yang Terjadi di Indonesia

Salah satu tujuan penyusunan konstitusi adalah membatasi kekuasaan

negara. Dengan adanya konstitusi, penyelenggara negara diharapkan dapat

menggunakan kekuasaannya secara bertanggung jawab. Hal itu setidaknya

ditunjukkan melalui kesediaan para pemegang kekuasaan negara untuk menaati

ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan alam konstitusi.

Dalam kenyataannya, ada banyak penyimpangan dalam pelaksanaan

konstitusi kita. Berikut akan dikemukakan sejumlah penyimpangan konstitusi

yang terjadi pada masa UUD 1945 (Konstitusi I), Konstitusi RIS 1949, dan

UUDS 1950. Penyimpangan konstitusi paling parah terjadi pada masa

berlakunya UUD 1945 (Konstitusi I), baik pada masa Orde Lama (1945 – 1949,

1959 – 1966) maupun Orde Baru (1967-1998). Penyimpangan relatif kecil paa

masa berlakunya Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950. Bahkan, penyimpangan

terhadap Konstitusi RIS 1949 bisa dikatakan tidak ada. Ini karena Konstitusi

RIS hanya berlangsung beberapa bulan saja (Desember 1949 – Agustus 1950).

Penyimpangan yang mencolok pada masa UUDS 1950 adalah praktik adu

kekuatan politik. Akibatnya, dalam rentang waktu 1950 – 1959 terjadi 7 kali

pergantian kabinet. Selain itu ada pertentangan tajam dalam Konstituante yang

merembet ke masyarakat, termasuk partai politik.

Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, ada begitu banyak penyimpangan

konstitusi. Adapun bentuk-bentuk penyimpangan UUD 1945 pada masa Orde

Lama, misalnya :

Page 14: Negara Dan Konstitusi

1. Kekuasaan Presiden dijalankan secara sewenang-wenang; hal ini terjadi

karena kekuasaan MPR, DPR, dan DPA yang pada waktu itu belum

dibentuk dilaksanakan oleh Presiden.

2. MPRS menetapkan Oresiden menjadi Presiden seumur hidup; hal ini

tidak sesuai dengan ketentuan mengenai masa jabatan Presiden. 

3. Pimpinan MPRS dan DPR diberi status sebagai menteri; dengan

demikian , MPR dan DPR berada di bawah Presiden. 

4. Pimpinan MA diberi status menteri; ini merupakan penyelewengan

terhadap prinsip bahwa kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan

yang merdeka. 

5. Presiden membuat penetapan yang isinya semestinya diatur dengan

undang-undang (yang harus dibuat bersama DPR); dengan demikian

Presiden melampaui kewenangannya. 

6. Pembentukan lembaga negara yang tidak diatur dalam konstitusi, yaitu

Front Nasional. 

7. Presiden membubarkan DPR; padahal menurut konstitusi, Presiden tidak

bisa membubarkan DPR.

Sedangkan bentuk-bentuk penyimpangan UUD 1945 pada masa Orde Baru

meliputi, antara lain : 

1. Terjadi pemusatan kekuasaan di tangan Presiden,sehingga pemerintahan

dijalankan secara otoriter.

2.  Berbagai lembaga kenegaraan tidak berfungsi sebagaimana

mestinya, hanya melayani keinginan pemerintah (Presiden). 

3.  Pemilu dilaksanakan secara tidak demokratis; pemilu hanya menjadi

sarana untuk mengukuhkan kekuasaan Presiden, sehingga presiden terus

menenrus dipilih kembali.

4.  Terjadi monopoli penafsiran Pancasila; Pancasila ditafsirkan sesuai

keinginan pemerintah untuk membenarkan tindakan-tindakannya. 

Page 15: Negara Dan Konstitusi

5.  Pembatasan hak-hak politik rakyat, seperti hak berserikat, berkumpul

dan berpendapat. 

6. Pemerintah campur tangan terhadap kekuasaan kehakiman, sehingga

kekuasaan kehakiman tidak merdeka. 

7.  Pembentukan lembaga-lembaga yang tidak terdapat dalam

konstitusi, yaitu Kopkamtib yang kemudian menjadi Bakorstanas.

8. Terjadi Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) yang luar biasa parahnya

sehingga merusak segala aspek kehidupan, dan berakibat pada terjadinya

krisis multidimensi.

4. Upaya Pemerintah

A. Upaya Pemerintah :

Melakukan pembaharuan menuju perubahan seluruh tatanan kehidupan

masyarakat berbangsa dan bernegara.

Menyusun kembali kekuatan bangsa menuju stabilitas nasional guna

mempercepat proses pembangunan menuju masyarakat adil dan makmur.

Menetapkan Demokrasi Pancasila guna melaksanakan Pancasila dan UUD

1945 secara murni dan konsekuen.

Melaksanakan Pemilu secara teratur serta penataan pada lembaga-lembaga

negara.

B.Pelaksanaannya :

Awalnya kehidupan demokrasi di Indonesia menunjukkan kemajuan.

Perkembangannya, kehidupan demokrasi di Indonesia  tidak berbeda dengan

masa Demokrasi Terpimpin.

Untuk menjalankan Demokrasi Pancasila maka Indonesia memutuskan

untuk menganut sistem pemerintahan berdasarkan Trias Politika (dimana

terdapat tiga pemisahan kekuasaan di pemerintahan yaitu

Eksekutif,Yudikatif, Legislatif) tetapi itupun tidak diperhatikan/diabaikan.

Page 16: Negara Dan Konstitusi

5. Analisis kelompok dan solusinya terhadap masalah Konstitusi di

Indonesia

Penyimpangan konstitusi terjadi ketika pemerintah melakukan tindakan

pemerintah yang bertentangan dengan aturan tinggi negara. Pada masa orde

lama dan orde baru terjadi penyimpangan UUD 1945 oleh pemimpin-

pemimpinya sendiri. Pemerintah tidak dijalankan secara demokratis yang

sesungguhnya sesuai dengan nilai pancasila dan UUD 1945. Sehingga terjadi

penyimpangan-penyimpangan. Akibat-akibat yang ditimbulkan merugikan

rakyat dan Negara, yang membuat rakyat melakukan demonstrasi menuntut

penyelesaian penyimpangan yang terjadi. Yang akhirnya dilaksanakan siding

istimewa oleh MPR untuk mencabut kekuasaan pemimpin. Sebagai Negara

kesatuan Indonesia sebaiknya kebijakan pemerintah harus sesuai dengan nilai-

nilai pancasila dan kita sebagai generasi penerus bangsa Indonesia kedepanya

harus menerapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Serta harus

menciptakan pemerintahan yang adil dan bijaksana. Yang tidak mencontoh

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi pada masa orde lama dan orde baru

sehingga Negara dan pemerintahnya dapat berjalan dengan baik.

BAB III

PENUTUP

Page 17: Negara Dan Konstitusi

3.1 Kesimpulan

Dari semua isi di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa di Negara

demokrasi, pemerintah yang baik adalah pemerintah yang menjamin

sepenuhnya kepentingan rakyat serta hak-hak dasar rakyat. Upaya mewujudkan

pemerintahan yang menjamin hak dasar rakyat serta kekuasaan yang terbatas itu

dituangkan dalam suatu aturan bernegara yang umumnya disebut

kostitusi(hukum dasar atau undang-undang dasar negara). Konstitusi atau

undang-undang dasar negara mengatur dan menetapkan kekuasaan negara

sedemikian rupa sehingga kekuasaan pemerintahan negara efektif untuk

kepentingan rakyat serta tercegah dari penyalahgunaan kekuasaan.

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan

ketatanegaraan suatu Negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan

bernegara dan berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para

pendahulu. Meskipun konstitusi yang ada di dunia ini berbeda-beda baik dalam

hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi umumnya mereka mempunyai kedudukan

formal yang sama

3.2 Saran

Dengan membaca makalah ini, pembaca dapat mengerti tentang Negara

dan konstitusi di Indonesia dan diharapkan dapat memahami system konstitusi

di Indonesia serta dapat mengetahui sejarah dan perkembangan konstitusi di

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pikiran-rakyat.com/

http://www.mpr.go.id/