neeoo
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 NEEOO
1/13
1
PENDAHULUAN
Teori evolusi Neo-Darwinisme mengatakan bahwa kehidupan berkembang atau
berevolusi melalui dua mekanisme alamiah: seleksi alam dan mutasi. Pada dasarnya teori ini
menekankan bahwa seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang saling melengkapi.
Sumber dari perubahan secara evolusi adalah mutasi acak yang terjadi dalam struktur
genetik makhluk hidup. Sifat yang dihasilkan dari mutasi ini kemudian dipilah dengan
mekanisme seleksi alam, dan dengan cara inilah makhluk hidup berevolusi.
ISI
A. Pengertian Neo-Darwinianisme
Neodarwinisme adalah pandangan yang mengatakan peristiwa seleksi alam bukanlah
merupakan sebab utama evolusi organik, tetapi hanya berperan sebagai faktor pengarah dan
faktor pembatas, adalah hasil pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Darwin
B. Tokoh dan Penganut Neo-Darwinisme
1. Hukum Hardy Weinberg
Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam
suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke
generasi lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggukesetimbangan tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi,
seleksi, ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Penting untuk dimengerti
bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu,
kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik
adalah suatu keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan
genetik. Syarat berlakunya hukum Hardy-Weinberg:
a. Setiap gen mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama
b. Perkawinan terjadi secara acak
c. Tidak terjadi mutasi gen atau frekuensi terjadinya mutasi sama besar
d. Tidak terjadi migrasi
e. Jumlah individu dari suatu populasi selalu besar
Jika lima syarat yang diajukan dalam kesetimbangan Hardy Weinberg tadi banyak dilanggar,
jelas akan terjadi evolusi pada populasi tersebut, yang akan menyebabkan perubahan
perbandingan alel dalam populasi tersebut. Definisi evolusi sekarang dapat dikatakan sebagai:
-
7/29/2019 NEEOO
2/13
2
Perubahan dari generasi ke generasi dalam halfrekuensi alel atau genotipe populasi. Dalam
perubahan dalam kumpulan gen ini (yang merupakan skala terkecil), spesifik dikenal sebagai
mikroevolusi. Akan dibahas 5 penyebab mikroevolusi:
a. Genetic Drift (Hanyutan Genetik)
Bayangkan anda melempar uang 10x dan mendapatkan hasil 3 angka,7 gambar. Anda masih
bisa menerimanya. Jika anda melempar 100.000x dan mendapatkan 30.000x gambar, anda
akan curiga dengan mata uang tersebut. Semakin kecil ukuran sampel, semakin besar
peluangnya untuk terjadi penyimpangan dari hasil ideal yang diharapkan. Misalkan, ada
populasi bunga liar yang anggaplah konstan terdiri dari 10 tumbuhan dengan AA=5, Aa=3,
aa=1. Pada generasi pertama, hanya 5 yang bereproduksi (1AA, 3Aa, dan 1aa). Selanjutnya,
akan terjadi 10 tumbuhan dengan AA=3, Aa=4, aa=3. Jika selenjutnya hanya 3 tumbuhan
yang menghasilkan keturunan (2AA dan 1Aa), pastilah alel a semakin tereduksi dalam
populasi tersebut. Inilah satu contoh mikroevolusi. Lainnya adalah Efek Leher Botol
(Bottleneck Effect), yakni faktor non seleksi alam (misalkan bencana alam) yang memilih
korban benar-korban secara acak). Contoh klasik dari efek leher botol adalah habisnya
variasi genetik anjing laut gajah utara yang nyaris punah pada 1890 ketika jumlahnya hanya
20 ekor. Ketika diuji pada 1970-an, 30.000 anjing laut gajah utara tidak memiliki variasi
genetik sama sekali yang dimungkinkan akibat pergeseran genetik. Perbandingan, variasi
genetik melimpah pada anjing laut gajah selatan yang hidup tentram. Hal ini mirip sekalidengan apa yang dinamakan dengan Efek Pendiri (Founder Effect), misalkan hanya ada
beberapa biji-bijian yang terbawa oleh burung ke pulau kecil, jelas potensi untuk
menghasilkan populasi yang berbeda dengan populasi tetuanya amat besar.
b. Gene Flow (Aliran Genetik)
Adalah pelanggaran syarat Kesetimbangan Hardy-Weinberg yang mengatakan bahwa
populasi harus terisolasi dari populasi lain. Misalkan ada dua populasi bunga liar. Jika serbuk
sari aa dari populasi pertama tertiup ke populasi kedua, frekuensi alel aa akan meningkat
terus pada populasi kedua.
c. Mutasi
Meskipun mutasi dalam lokus gen tertentu jarang terjadi, dampak kumulatifnya dapat
berakibat nyata. Hal ini disebabkan karena tiap individu punya ribuan gen dan banyak
populasi memiliki jutaan individu. Tentunya dalam jangka panjang, mutasi sangat penting
-
7/29/2019 NEEOO
3/13
3
bagi evolusi karena posisinya sebagai sumber asli variasi genetik yang merupakan seleksi
alam.
d. Perkawinan Tak Acak
Adalah pelanggaran syarat kesetimbangan Hardy-Weinberg yang mengharapkan perkawinan
acak. Nyatanya, individu akan lebih sering kawin dengan tetangganya (bahkan kawin dengan
dirinya sendiri/selfing yang amat umum pada tumbuhan). Hal ini akan mengurangi jumlah
heterozygote dan meningkatkan jumlah homozygote dominan dan resesif. Pun ada jenis
perkawinan berdasar pilihan (assortative mating), yakni individu (biasanya betina)
cenderung memilih jantan dengan ciri-ciri khusus. Bisa ditebak, ini menyebabkan pergeseran
dalam perbandingan alel tertentu.
e. Seleksi Alam
Intinya adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi. Seleksi alam menyebabkan
perbandingan alel yang diturunkan ke generasi berikutnya menjadi berubah dibandingkan
perbandingan alel di populasi awal. Di antara semua faktor mikroevolusi yang dibahas,
hanya seleksi alam yang mampu menyesuaikan populasi dengan lingkungannya. Seleksi alam
mengakumulasi dan mempertahankan genotipe yang menguntungkan dalam populasi. Jika
lingkungan berubah, seleksi alam akan merespon dengan mempertahankan genotipe yangcocok dengan lingkungan yang baru. Akan tetapi, derajat adaptasi hanya dapat diperluas
dalam ruang lingkup keanekaragaman genetik populasi tersebut.
2. TEORI MENDEL
Johann Gregor Mendel adalah seorang ilmuwan yang mempelopori penelitian dalam
bidang genetika. Hasil penelitiannya mengenai hukum pewarisan sifat dinilai oleh sejumlah
ilmuwan sangat bertentangan dengan teori Darwin mengenai seleksi alam. Sebagai bahan
seleksi alam, Darwin menekankan sifat kuantitatif, yaitu sifat-sifat dalamsuatu populasi yang
terus bervariasi, seperti panjang bulu mamalia atau kecepatan binatang berlari menghindar
dari pemangsa. Namun dengan penemuan Mendel dapatdiketahui bahwa sifat kuantitatif
dipengaruhi oleh lokus gen ganda. Meskipun Mendel dan Darwin hidup pada masa yang
sama namun penemuannya tidak dihargai pada saat itu. Hingga pada suatu ketika sekitar
tahun 1930-an teori Mendel dan teori Darwin dipersatukan dan dasar geneik variasi dan
seleksi alam dapat dipertemukan. Konsep Mendel belum dapat diterima oleh para ahli
-
7/29/2019 NEEOO
4/13
4
biologi pada waktu itu, hingga muncul penemuan kromosom secara mikroskopik yang
mendukung teori Mendel. Pada tahun 1900, beberapa ahli mengemukakan pendapatnya
tentang TeoriMendel secara terpisah. Mereka adalah Von Tscermak, de Vries, dan Corren.
Hasilnya,para ahli Biologi mulai mengakui kebenaran Teori Mendel bahwa terdapat faktor
penentu sifat-sifat organisme yang diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.
Teori pertama tentang sistem pewarisan yang dapat diterima kebenarannya
dikemukakan oleh Gregor Mendel pada tahun 1865. Teori ini diajukan berdasarkan
penelitian persilangan berbagai varietas kacang kapri (Pisum sativum). Dalampercobaannya
Mendel memilih tanaman yang memiliki sifat biologi yang mudah diamati.Berbagai alasan
dan keuntungan menggunakan tanaman kapri yaitu, (a) Tanamankapri tidak hanya memiliki
bunga yang menarik, tetapi juga memiliki mahkota yang tersusun sehingga melindungi
bunga kapri terhadap fertilisasi oleh serbuk sari daribunga yang lain. Hasilnya, tiap bunga
menyerbuk sendiri secara alami; (b)Penyerbukan silang dapat dilakukan secara akurat dan
bebas, dapat dipilih mana tetuajantan dan betina yang diinginkan; (c) Mendel dapat
mengumpulkan benih dari tanaman yang disilangkan, kemudian menumbuhkannya dan
mengamati karakteristik (sifat)keturunannya.
Mendel mempelajari beberapa pasang sifat pada tanaman kapri. Masing-masing sifat
yang dipelajari adalah: tinggi tanaman, warna bunga, bentuk biji,dan lain-lain yang bersifat
dominan dan resesif. Mula-mula Mendel mengamati dan menganalisis data untuk setiapsifat, dikenal dengan istilah monohibrid. Selain ituMendel juga mengamati data kombinasi
antar sifat, dua sifat (dihibrid), tiga sifat (trihibrid) dan banyak sifat (polihibrid). Hasil
percobaannya ditulis dalam makalah yang berjudul Experiment in Plant Hybridization.
Varietas-varietas yang disilangkan disebut tetua atau parental (P). Biji-biji hasil persilangan
antar parental disebut biji filial-1 (F1). Ciri-ciri F1 dicatat dan bijinya ditanam kembali.
Tanaman yang tumbuh dari bij F1 dibiarkan menyerbuk sendiri untuk menghasilkan biji
generasi berikutnya (F2). Dalam percobaannya Mendel mengamati sampai generasi F7, dan
juga melakukan persilangan antara F1 dengan salah satu tetuanya (test cross). Hasil
percobaan monohibrid menunjukkan bahwa pada seluruhtanaman F1 hanya ciri (sifat) dari
salah satu tetua yang muncul. Pada generasi F2,semua ciri yang dipunyai oleh tetua (P) yang
disilangkan muncul kembali. Ciri sifat tetua yang hilang pada F1 terjadi karena tertutup,
kemudian disebut ciri resesif, dan yangmenutupi disebut dominan. Dari seluruh percobaan
monohibrid untuk 7 sifat yangdiamati, pada F2 terdapat perbandingan yang mendekati 3:1
antara jumlah individu dengan ciri dominan:resesif. Sebagai salah satu kesimpulan dari
percobaan monohibridnya, Mendel menyatakan bahwa setiap sifat organisme ditentukan
-
7/29/2019 NEEOO
5/13
5
oleh faktor, yang kemudian disebut gen. Faktor tersebut kemudian diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Dalam setiap tanaman terdapat dua faktor (sepasang)
untuk masing-masingsifat, yang kemudian dikenal dengan istilah 2 alel; satu faktor berasal
dari tetua jantan dan satu lagi berasal dari tetua betina. Dalam penggabungan tersebut
setiap faktortetap utuh dan selalu mempertahankan identitasnya.
Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1) Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan
2) Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.
a. Hukum Segregasi
Gambar 1. Perbandingan antara B (warna coklat), b (warna putih), S (buntut pendek), dan s
(buntut panjang) pada generasi F2.
-
7/29/2019 NEEOO
6/13
6
Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin),
kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya. Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga
pokok:
1) Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resesif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w), dan alel dominan
(nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
2) Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww)
dan satu dari tetua betina (misalnya RR).
3) Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar
1), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari
luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.
b. Hukum asortasi bebas (hukum kedua Mendel)
Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa bila dua individu mempunyai dua pasang
atau lebih sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas, tidak bergantung pada
pasangan sifat yang lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang berbeda tidak salingmemengaruhi. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan misal, tinggi tanaman
dengan warna bunga suatu tanaman, tidak saling memengaruhi.
Seperti nampak pada gambar 2, induk jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww
(secara fenotipe berwarna putih), dan induk betina mempunyai genotipe RR (secara fenotipe
berwarna merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari
genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru (semuanya
bergenotipe wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan pertama ini akan
membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada gambar) dengan gamet R
-
7/29/2019 NEEOO
7/13
7
dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R dan w pada baris atas (induk betina
tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan membentuk 4 kemungkinan individu seperti
nampak pada papan catur pada tingkat 3 dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada
tingkat 3 ini perbandingan genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan
ww (berwarna putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan
individu putih adalah 3:1.
Gambar 2.
Kalau contoh pada gambar 2 merupakan kombinasi dari induk dengan satu sifat
dominan (berupa warna), maka contoh pertama menggambarkan induk-induk dengan 2
macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari induk dengan satu
sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-induk dengan dua sifat
dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya. Pada gambar 1, sifat dominannya adalah
bentuk buntut (pendek dengan genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna
kulit (putih dengan genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB).
C. Sejarah, Perkembangan, dan Keruntuhan Teori Neo-Darwinisme
1. Sejarah
Charles Darwin berpendapat bahwa makhluk hidup selalu berubah. Perubahan inimerupakan hasil dari seleksi alam. Konsepnya adalah keturunan dengan modifikasi yang
mengalami perubahan berkelanjutan. Distribusi geografis dan seleksi alam merupakan cara
evolusi yang diungkapkan oleh Darwin. Kemudian, pada pergantian abad, ilmu pengetahuan
genetik mulai muncul di dunia. Ilmu genetika mengalami kemajuan yang pesat, dan hal ini
terus berlanjut hingga akhir tahun 90-an. Dengan memahami mengenai keajaiban DNA
(deoxyribonucleic acid) dan fungsinya dalam reproduksi seksual, manusia dapat
mengungkapkan misteri kehidupan yang menakjubkan.
Para ahli genetika percaya bahwa seleksi alam memiliki peranan dalam evolusi,
namun tidak semua teori yang diungkapkan oleh Darwin diterima. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa perubahan dan variasi terjadi karena mutasi gen. Menurut mereka,
mutasi gen yang terjadi pada makhluk hidup, akan bergabung dengan teori evolusi Darwin
melalui seleksi alam. Teori evolusi Neo-Darwinisme mengatakan bahwa kehidupan
berkembang atau berevolusi melalui dua mekanisme alamiah: seleksi alam dan mutasi. Pada
dasarnya teori ini menekankan bahwa seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang
saling melengkapi. Sumber dari perubahan secara evolusi adalah mutasi acak yang terjadi
-
7/29/2019 NEEOO
8/13
8
dalam struktur genetik makhluk hidup. Sifat yang dihasilkan dari mutasi ini kemudian dipilah
dengan mekanisme seleksi alam, dan dengan cara inilah makhluk hidup berevolusi. Saat ini,
sebagian besar buku-buku genetika maupun biologi umum, menggunakan ilmu genetika
untuk mendukung teori evolusi organik (evolusi biologi). Namun teori penciptaan ilmiah ini
dianggap sebagai teori yang tidak penting dan ditolak. Hal ini disebabkan oleh hukum
hereditas bertentangan dengan fakta evolusi.
2. Perkembangan
Mutasi genetik memiliki peranan yang tidak sedikit dalam teori evolusi. Dr. Simpson, dalam
bukunya, Life: An Introduction to Biology, menuliskan: Mutasi adalah sesuatu yang luarbiasa
dalam evolusi. Selanjutnya, Dr. Simpson menegaskan, tanpa mutasi gen, tidak akan terjadi
evolusi. Dengan demikian, mutasi gen bertanggungjawab pada kemajuan teori evolusi.
Menurut kamus Webster, mutasi merupakan perubahan mendasar dan signifikan, atau
perubahan fundamental dalam sifat hereditas yang menghasilkan individu baru yang
berbeda dengan orangtuanya. Jadi, mutasi merupakan perubahan sifat keturunan yang
disebabkan oleh perubahan materi genetik. Perdebatan masih berlanjut, apakah perubahan
yang bersifat merusak atau membahayakan dapat disebut sebagai mutasi, atau apakah
perubahan yang hanya bersifat menguntungkan untuk organisme yang dapat menciptakan
makhluk hidup. Teori seleksi alam Darwin memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat
menjelaskan asal-usul tipe makhluk hidup. Ketika ahli botani Belanda, Hugo deVries,mengusulkan teori mutasi pada pergantian abad, teori ini dianggap sebagai lawan dari
teori evolusi Darwin dan akhirnya ditolak. Dr. deVries menyangkal teori evolusi Darwin
dengan mengatakan, seleksi alam dapat menjelaskan makhluk hidup yang dapat bertahan,
namun tidak dapat menjelaskan asal-usul makhluk hidup tersebut.
Seiring berjalannya waktu, para ahli evolusi akhirnya menerima teori mutasi deVries
dan juga teori seleksi alam Darwin. Kedua teori ini menjadi penjelasan mekanisme evolusi.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, para peneliti mulai menyadari bahwa kombinasi ide dari
Darwin dan deVries tidak cukup untuk mendukung penjelasan mekanisme evolusi. Para
peneliti akhirnya menyerah untuk mengungkapkan bagaimana evolusi terjadi, namun
mereka percaya akan mampu memecahkan misteri tersebut suatu saat nanti. Sebuah
pernyataan dari professor George H. Parker dari Universitas Harvard mengilustrasikan
perasaan para ahli pada tahun-tahun tersebut, yaitu: karena para ahli belum mengetahui
bagaimana evolusi itu terjadi, bukan berarti kita menentang evolusi itu sendiri. Pada
akhirnya, para ahli evolusi tidak menemukan bukti lainnya, sehingga mereka kembali
menerima teori mutasi yang digabungkan dengan seleksi alam, menjadi suatu mekanisme
-
7/29/2019 NEEOO
9/13
9
evolusi ganda. Pada saat ini, para ahli evolusi telah mempelajari mengenai evolusi, sehingga
menjadi jelas bahwa variasi biasa maupun rekombinasi karakteristik yang ada dapat
menghasilkan kemajuan evolusi alam. Fenomena mutasi menjadi komponen paling penting
dalam model evolusi. Masing-masing perubahan yang melalui proses seleksi alam harus
memiliki kegunaan positif di dalam lingkungan, sehingga berkontribusi terhadap proses
evolusi. Oleh karena itu, diperlukan suatu penelitian lebih jauh mengenai mutasi gen.
3. Keruntuhan
Ada sebuah fakta ilmiah yang seketika meruntuhkan teori ini sepenuh-nya: Mutasi tidak
menyebabkan makhluk hidup berkembang; sebalik-nya, selalu merugikan mereka. Alasannya
sangat sederhana: DNA memiliki struktur yang sangat kompleks dan pengaruh acak hanya
dapat mengakibatkan kerusakan kepadanya. Ahli genetika dari Amerika, B.G. Ranganathan
menjelaskan sebagai berikut: Mutasi bersifat kecil, acak, dan merugikan. Mereka jarang
sekali terjadi dan kemungkinan terbaik adalah bahwa mereka tidak berpengaruh. Keempat
ciri dari mutasi ini berimplikasi bahwa mutasi tidak dapat membawa kepada perkembangan
evolusioner. Suatu perubahan acak dalam sebuah organisme yang sangat terspesialisasi
akan tak berpengaruh, atau merugikan. Henry M. Morris, seorang ahli evolusi, juga
menambahkan, Tidak ada cara yang mengontrol mutasi untuk menghasilkan karakteristik
yang dibutuhkan. Ini salah satu fakta yang membuktikan bahwa mutasi bersifat acak.Professor Waddington mengatakan: mutasi jarang terjadi, mungkin hanya satu dari jutaan
hewan, atau satu kali dalam kehidupan. Francisco J. Ayala menulis dalam Philosophy of
Science bahwa: kemungkinan terjadinya mutasi pada organisme yaitu antara satu dari
sepuluh ribu dan satu dari sejuta gen per generasi. Para ahli evolusi mengakui pada setiap
penelitian biologi diketahui bahwa: mutasi jarang terjadi, dan ketika benar terjadi, maka
mutasi ini bersifat acak. Oleh sebab itu, para ahli selanjutnya berpusat pada seberapa sering
mutasi baik terjadi. Tidak mengejutkan bahwa sejauh ini tidak ada contoh mutasi yang
bermanfaat. Semua mutasi terbukti merugikan. Telah dipahami bahwa mutasi, yang
ditampilkan sebagai sebuah mekanisme evolusioner, sebenarnya merupakan peristiwa
genetik yang merugikan makhluk hidup, dan menjadikan mereka cacat (efek mutasi paling
umum pada manusia adalah kanker). Tak diragukan, sebuah mekanisme yang merusak tidak
mungkin menjadi mekanisme evolusioner.
Para ahli evolusi melakukan penelitian lebih jauh mengenai mutasi. Hermann J.
Muller, Nobel Laureate, dan beberapa ahli genetika lainnya menyatakan dalam American
Scientist bahwa: mutasi bersifat acak, dan 99% dari mutasi tersebut membahayakan.
-
7/29/2019 NEEOO
10/13
10
Henry M. Morris meringkas efek buruk dari mutasi, sebagai berikut: mutasi yang
bermanfaat memiliki karakteristik yang tersebunyi pada gen (materi genetiknya) namun
tidak terekspresi, sehingga para ahli ragu bahwa mutasi benar-benar terjadi.
a. Kritik terhadap Teori Seleksi Alam Darwin.
Bahwa peristiwa seleksi alam diartikan sebagai satu perjuangan atau perkelahian langsung
antar individu. Hal ini dilontarkan oleh Herbert Spencer sebagai berikut: Nature as red in
tooth and claw . Kritik terhadap arti seleksi alam seperti itu adalah hakekat seleksi alam
tidaklah sesederhana semacam itu, seleksi alam seperti itu tentu saja terjadi.
Dasar teori seleksi alam adalah reproduksi diferensial, hanya individu-individu yang paling
adaptif saja yang akan menghasilkan generasi turunan yang berdaya hidup tinggi. Dalam hal
ini boleh jadi beberapa individu tumbuh dan berkembang lebih cepat daripada yang lainnya.
Beberapa individu boleh jadi lebih toleran terhadap kekeringan, sehingga dapat
menghasilkan keturunan yang jauh leebih banyak daripada yang tidak toleran.
Pandangan bahwa seleksi alam sebagai sebab utama terjadinya evolusi mendapat kritikan
atau sanggajan pula. Perlakuan percobaan oleh Johansen (1909) dengan kacang;
menunjukkan bahwa peristiwa seleksi alam tidak akan berpengaruh pada populasi pada
beberapa generasi turunan. Kesimpulan dari percobaan tersebut mengatakan populasi tidak
akan berubah karena peristiwa seleksi alam.Beberapa ahli genetika berpendapat, justru penyebab-penyebab mustasilah yang
dipergunakan untuk menjelaskan peristiwa evolusi. Dalam hal ini, T.H. Morgan berpedapat
sesungguhnya peristiwa seleksi alam tidak perlu diperhatikan.
Kritik terhadap anggapan bahwa peristiwa seleksi alam merupakan sebab utama evolusi,
adalah seperti diuraikan sebagai berikut: Tidak sedikit ciri-ciri atau struktur yang sangat
konstan yang digunakan para ahli sistematika, sebagai acuan pembeda antar jenis (spesies)
ternyata kurang bahkan tidak berguna sama sekali bagi pemiliknya; sebaliknya berdaya
gunanya suatu struktur, adalah suatu hal yang sangat esensial dalam TSA Darwin.
Terhadap kritik ini, Darwin dan pengikutnya berpendapat bahwa sesungguhnya tidak selalu
kita ketahui apakah suatu ciri atau struktur itu berguna atau justru tidak bergunanya suatu
ciri mungkin saja erat hubungannya dengan ciri lain yang telah terbukti berdaya guna. Akan
tetapi tidak mugnkin, bahwa semua ciri yang demikian banyak dan tidak berguna itu
dijelaskan hanya dengan penjelasan tersebut.
b. Pandangan Baru terhadap Teori Seleksi Alam Darwin.
-
7/29/2019 NEEOO
11/13
11
Bila kira menelaah berbagai referensi lebih jauh, terlihat bahwa masih ada kritik-kritik lain.
Semuanya menunjukkan bahwa nampaknya peristiwa seleksi alam, sesungguhnya tidaklah
cukup sempurna untuk menjelaskan evolusioner dari seluruh ciri atau struktur. Atau peristiwa
seleksi alam bukanlah sebab utama terjadinya evolusi organik. Suatu peristiwa seleksi baru
dapat berlangsung, bila terlebih dahulu telah ada keanekaragaman (varian) antar individu. Atau
dapat dikatakan bahwa, peristiwa seleksi alam hanyalah faktor yang mengukuhkan varian-varian
yang sesuai, dan bukanlah sebagai faktor yang menjadi sebab timbulnya varian-varian yang
sesuai.
Dalam hubungan dengan ini sebagian para ahli biologi berpendapat bahwa peristiwa seleksi
alam hanyalah faktor pengarah dan faktor pembatas atas varian-varian yang telah ada. Oleh
karena itu, terjadinya evolusi organik penyebabnya adalah varian.
Bahwa peristiwa seleksi alam berperan hanya sebagai faktor yang mengukuhkan varian. Hal
ini dikatakan oleh Darwin sebagai berikut: Some have even imagined that natural selection
induces variability, whereas it implies only the preservation of such variation as arise and are
beneficial to being under its condition of life
Pandangan yang mengatakan peristiwa seleksi alam bukanlah merupakan sebab utama
evolusi organik, tetapi hanya berperan sebagai faktor pengarah dan faktor pembatas, adalah
hasil pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Darwin, yang dikenal dengan
Neodarwinisme. Para tokohya antara lain: Theodosius Dobzansky (ahli genetika populasi)
G. G. Simpson (paleontolog vertebrata)
Ernst Mayr (ahli sistematika)
Pada saat ini telah diketahui, bahwa penyebab dari variasi makhluk hidup antara lain:
Peristiwa rekombinasi gen
Pada makhluk hidup yang berkembang biak secara kawin, rekombinasi gen adalah penyebab
dari timbulnya variasi individu (ingat Hukum Mendel I dan Hukum Mendel II; dan peristiwa
fertilisasi yang berlangsung acak).
Peristiwa mutasi gen
Penyebab dari mutasi adalah bermacam-macam faktor lingkungan. Sehingga secara singkat
dapat dikatakan bahwa rekombinasi gen dan macam-macam faktor lingkungan adalah sebab
-
7/29/2019 NEEOO
12/13
12
utama peristiwa evolusi organik dan peristiwa seleksi alam berperan sebagai faktor pengarah
dan faktor pembatas.
Ada tiga alasan utama mengapa mutasi tidak dapat dijadikan bukti yang mendukung
pernyataan evolusionis:
a. Efek langsung dari mutasi membahayakan.
Mutasi terjadi secara acak, karenanya mutasi hampir selalu merusak makhluk hidup yang
mengalaminya. Logika mengatakan bahwa intervensi secara tak sengaja pada sebuah
struktur sempurna dan kompleks tidak akan memperbaiki struktur tersebut, tetapi
merusaknya. Dan memang, tidak pernah ditemukan satu pun mutasi yang bermanfaat.
b. Mutasi tidak menambahkan informasi baru pada DNA suatu organisme.
Partikel-partikel penyusun informasi genetika terenggut dari tempatnya, rusak atau terbawa
ke tempat lain. Mutasi tidak dapat memberi makhluk hidup organ atau sifat baru. Mutasi
hanya meng-akibatkan ketidaknormalan seperti kaki yang muncul di punggung, atau telinga
yang tumbuh dari perut.
c. Agar dapat diwariskan pada generasi selanjutnya, mutasi harus terjadi pada sel-sel
reproduksi organisme tersebut.
Perubahan acak yang terjadi pada sel biasa atau organ tubuh tidak dapat diwariskan kepada
generasi selanjutnya. Sebagai contoh, mata manusia yang berubah akibat efek radiasi atausebab lain, tidak akan diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya.
Seleksi alam sama sekali tidak memberikan kontribusi kepada teori evolusi, sebab
mekanisme ini tidak pernah mampu menambah atau memperbaiki informasigenetis suatu
spesies. Seleksi alam juga tidak dapat mengubah satu spesies menjadi spesies lain: bintang
laut menjadi ikan, ikan menjadi katak, katak menjadi buaya, atau buaya menjadi burung.
Seleksi alam, di sisi lain, tidak dapat melakukan apa pundengan sendirinya, sebagaimana
juga diakui oleh Darwin. Fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa tidak terdapat
mekanisme evolusioner di alam. Karena tidak adamekanisme evolusioner, tidak mungkin
pula proses khayalan yang dinamakan evolusi pernah terjadi. Teori neo-Darwinis telah
ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernahditemukan di belahan dunia mana pun
bentuk-bentuk transisi yang diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi
bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitifke spesies lebih maju. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh George Gaylord Simpsondari Universitas Harvard pada awal tahun 1944,
yaitu: bentuk-bentuk transisiberkelanjutan tidak dapat dilihat secara nyata. Oleh karena
-
7/29/2019 NEEOO
13/13
13
itu, hal ini tidak dapatmenghubungkan suatu kejadian dari spesies tertentu, dan dibutuhkan
suatu penjelasanyang lebih khusus dari para ahli paleontologi.
Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi
bertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Begitu pula
perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari
spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga merekatidak
mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.
KESIMPULAN
Teori evolusi Neo-Darwinisme mengatakan bahwa kehidupan berkembang atau
berevolusi melalui dua mekanisme alamiah: seleksi alam dan mutasi. Pada dasarnya teori ini
menekankan bahwa seleksi alam dan mutasi adalah dua mekanisme yang saling melengkapi
Terdapat beberapa kritik untuk teori Evolusi Darwin, diantaranya dasar teori seleksi
alam adalah reproduksi diferensial, hanya individu-individu yang paling adaptif saja yang
akan menghasilkan generasi turunan yang berdaya hidup tinggi Bahwa peristiwa seleksi alam
diartikan sebagai satu perjuangan atau perkelahian langsung antar individu. Pandangan
bahwa seleksi alam sebagai sebab utama terjadinya evolusi mendapat kritikan atau
sanggajan pula.
Pandangan yang mengatakan peristiwa seleksi alam bukanlah merupakan sebabutama evolusi organik, tetapi hanya berperan sebagai faktor pengarah dan faktor pembatas,
adalah hasil pengembangan dan penyempurnaan Teori Seleksi Darwin
DAFTAR PUSTAKA
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/27/perkembangan-teorievolusi/