naskah publikasi hubungan antara konflik...

21
1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA DENGAN DEPRESI PADA REMAJA oleh : FITRIYAH MAEMANAH HEPPY WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006

Upload: doandieu

Post on 06-Mar-2018

236 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

1

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA DENGAN

DEPRESI PADA REMAJA

oleh :

FITRIYAH MAEMANAH

HEPPY WAHYUNINGSIH

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2006

2

Pengantar

Latar Belakang Masalah

Remaja merupakan penerus cita-cita bangsa dan negara yang diharapkan

mampu mengemban tugas untuk menciptakan masyarakat yang tentram dan

sejahtera. Remaja yang sedang tumbuh dan berkembang perlu didukung dengan

kondisi dan situasi yang mendukung agar dapat mencapai pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal sehingga dapat menjadi manusia dewasa yang

mempunyai kepribadian yang tangguh dan mampu melaksanakan tugas dan

kewajiban yang diberikan oleh bangsa dan negara.

Ternyata pada beberapa tahun terakhir ini ada juga remaja yang

mengalami depresi dikarenakan perubahan yang begitu cepat dalam lingkungan

masyarakat dan keluarga. Menurut Hops dan Lewinston (Siswanto dan

Prawitasari, 2003) menyebutkan bahwa gangguan depresi pada kelompok

remaja diperkirakan 20% dari populasi yang ada di Amerika Serikat selama

periode satu tahun atau dengan jumlah 17,6 juta penduduk Amerika

dewasa atau 10% dari populasi menderita penyakit depresi . Berdasarkan

dari data tersebut maka Hops dan Lewinston menyimpulkan bahwa gangguan

depresi merupakan masalah psikologis yang paling penting untuk ditangani.

Penelitian yang dilakukan di Indonesia oleh Sani (Widyowati, 2003)

menemukan bahwa prevelensi gangguan depresi pada remaja perempuan

mencapai 10.71% (sepuluh koma tujuhpuluh satu persen) dan pada remaja laki-

laki 8.33% (delapan koma tigapuluh tiga persen) untuk kelompok umur 15 – 17

tahun. Pada kelompok umur 17 – 20 tahun, prevelensi depresi pada remaja

3

perempuan mencapai 4.54% (empat koma limapuluh empat persen) dan 6.25%

(enam koma duapuluh lima persen) pada remaja laki-laki.

Penelitian yang dilakukan diyogyakarta oleh Dra Sofia Retnowati MS

mengatakan, untuk mencegah dan menangani depresi pada remaja perlu diberi

program pelatihan yang bertujuan untuk memperkokoh kepribadian siswa serta

meningkatkan dukungan sosial dari teman dan orang tua. Dari analisis data

demografi yang disusunnya, dari 3.183 remaja yang diteliti, 2.586 remaja di

antaranya atau kurang lebih 81% mengalami gejala depresi pada kategori sedang

sampai tinggi. Sementara remaja perempuan lebih rentan terhadap depresi, dan

depresi remaja di desa lebih tinggi dibandingkan dengan di kota. Pengalaman

remaja yang paling mendukung munculnya depresi adalah perceraian orang tua

(Suara merdeka, 2005).

Masalah dalam keluarga dapat berupa pertengkaran ayah-ibu sering kali

membuat anak merasa kurang tenang dan tenteram di dalam rumahnya sendiri.

Kemampuan ekonomi keluarga juga dapat menjadi sumber masalah bagi remaja

karena mereka sudah mulai mengerti akibatnya bagi dirinya, dan ikut merasa

bertanggung jawab. Masalah pertengkaran dengan saudara juga dapat membuat

remaja tidak nyaman berada di rumah. Suasana rumah yang kurang mendukung,

dapat membuat remaja merasa 'sumpek' dan tidak betah berada di rumah. Masalah

yang muncul di atas berkaitan dengan suasana psikologis dan suasana fisik

pengaturan rumah. Suasana yang membawa emosi sedih, takut, cemas, marah di

rumah dapat berakibat masalah remaja yang lebih serius bila tidak segera

ditangani, misalnya melarikan diri, terpengaruh hal-hal buruk dari teman sebaya,

4

dan perkembangan emosi yang tidak baik. Suasana ini juga tidak memungkinkan

remaja untuk dapat belajar dengan optimal(bkkbn.go.id, 2001).

Pada dasarnya depresi merupakan salah satu bentuk gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah hidup,

perasaan tidak berguna dan berputus asa. Beck (1985) memberi batasan depresi

berdasarkan sifat-sifat yang menyertai, yaitu gangguan kejiwaan yang ditandai

dengan munculnya simtom-simtom depresi yang dapat dilihat dari

manifestasinya, yaitu simtom emosional, motivasional, kognitif dan fisik vegetatif

serta tingkat aktivitas.

Remaja mengalami depresi karena dihadapkan pada suasana yang serba

baru dan berbagai tekanan dari sekolah, teman sebaya, lingkungan, dan orangtua.

Banyak remaja cemas dengan perubahan yang ada dan sibuk dengan

penampilannya sendiri. Remaja yang tidak mampu menahan gejolak perubahan

ini, akan mengalami depresi sedangkan remaja yang percaya diri dan tahan

terhadap stessor yang ada tidak mudah mengalami depresi (saptasari, 2001).

Para peneliti menemukan bahwa tingginya angka depresi pada remaja

terkait dengan meningkatnya angka perceraian, setidaknya di Amerika ada

tiga juta remaja mengalami depresi (Aditomo dan Retnowati, 2004).

Keluarga yang berhasil, berfungsi dengan baik, bahagia, dan kuat tidak

hanya seimbang, tetapi perhatian terhadap anggota keluarga yang lain,

menggunakan waktu bersama-sama, memiliki pola komunikasi yang baik,

memiliki tingkat orientasi yang tinggi terhadap agama, dan dapat menghadapi

krisis dengan pola yang positif. Krisis dalam keluarga dapat lebih dimengerti,

5

apabila tiap tahap perkembangan keluarga diteliti, karena setiap tahap mempunyai

permintaan peran, tanggung jawab, problem dan tantangan-tantangan sendiri-

sendiri (Hasnida, 2002).

Konflik orangtua merupakan perselisihan atau pertengkaran antara ayah

dengan ibu akibat hubungan suami istri yang penuh ketegangan karena tidak

adanya penyesuaian, kesepakatan dan saling pengertian di antara mereka.

Perselisihan dan pertengkaran orang tua yang dilakukan di depan anak-anak

mereka dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak mereka sehingga anak

menjadi kurang perhatian orangtua, mendapat contoh yang kurang baik , dan

kehilangan rasa aman. Menurut Bernt (Widyowati, 2003) perasaan kehilangan

orangtua akibat konflik orang tua dapat mengakibatkan anak rentan terhadap

gangguan depresi serius.

Orangtua sebagai inti dari keluarga diharapkan mampu menunjukkan

perilaku pengasuhan yang responsife, yang antara lain ditunjukkan oleh perilaku

menerima, membuat nyaman, menyanjung, mengakui, mempengaruhi, dan

mengalihkan perhatian sehingga anak-anak akan merasa diterima dan dicintai

(Andayani, 2000).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diasumsikan bahwa konfl ik

orangtua dapat mempengaruhi depresi pada remaja sehingga pertanyaan penelitian

ini adalah apakah ada hubungan antara konflik orangtua dengan depresi pada

remaja.

6

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konflik

orangtua dengan depresi pada remaja.

C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam hal-hal

sebagai berikut :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah

ilmu pengetahuan khususnya dibidang Psikologi Klinis, yang berkaitan

dengan pengaruh konflik orangtua terhadap depresi remaja. Penelitian ini

juga diharapkan dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian berikutnya.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada orangtua atau masyarakat yang berkepentingan dengan masalah konflik

orangtua yang berdampak pada depresi pada remaja.

D. Keaslian Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai depresi pada remaja antara

lain penelitian dengan judul Hubungan Antara Efikasi Diri dengan

Kecenderungan Depresi Pada Remaja (Widyowati, 2003), sedangkan judul

penelitian yang peneliti lakukan adalah Hubungan Antara Konflik Orangtua

dengan Depresi pada Remaja. Dalam teori depresi pada remaja antara

Widyowati (2003) dan peneliti sama-sama menggunakan teori yang digunakan

oleh Beck (1985) dengan skala adaptasi Beck Depression Inventory (BDI)

dengan jumlah 21 item, tetapi subjek menggunakan 20 aitem. Karena

7

disesuaikan dengan umur remaja yang ada di SMU N 1 Kajen. Alat ukur yang

digunakan Widyowati (2003) dan peneliti sama-sama menggunakan Beck

Depression Inventory (BDI). Subjek dalam penelitian yang digunakan

Widyowati (2003) yaitu remaja yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah

baik Umum maupun Kejuruan dengan usia 15-18 tahun sedangkan subjek peneliti

adalah SMU N 1 Kajen yang duduk di kelas 3 dengan usia 16-18 tahun.

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai depresi pada remaja antara

lain penelitian dengan judul Perfeksionisme, Harga Diri dan Kecenderungan

Depresi Pada Remaja Akhir (Aditomo dan Retnowati, 2004). Sedangkan judul

penelitian yang peneliti lakukan adalah Hubungan Antara Konflik Orangtua

dengan Depresi pada Remaja. Dalam teori depresi pada remaja antara (Aditomo

dan Retnowati, 2004) dan peneliti sama-sama menggunakan teori yang

digunakan oleh Beck (1985) dengan skala adaptasi Beck Depression

Inventory (BDI). Alat ukur yang digunakan Widyowati (2003) dan peneliti

sama-sama menggunakan Beck Depression Inventory (BDI). Subjek dalam

penelitian yang digunakan (Aditomo dan Retnowati, 2004) adalah mahasiswa

baru sampai dengan mahasiswa tingkat dua dengan rentang usia 18 sampai

dengan 22 tahun sedangkan subjek peneliti adalah SMU 1 Kajen yang duduk di

kelas 3 dengan usia 16-18 tahun.

Penelitian yang pernah dilakukan mengenai depresi pada remaja antara

lain penelitian dengan judul Pola Asuh Orangtua, Konsep Diri dan Depresi

Pada Remaja (Saptasari, 2001). Sedangkan judul penelitian yang peneliti

lakukan adalah Hubungan Antara Konflik Orangtua dengan Depresi pada Remaja.

8

Dalam teori depresi pada remaja antara (Saptasari, 2001) dan peneliti sama-

sama menggunakan teori yang digunakan oleh Beck (1985) dengan skala

adaptasi Beck Depression Inventory (BDI). Alat ukur yang digunakan

Widyowati (2003) dan peneliti sama-sama menggunakan Beck Depression

Inventory (BDI). Subjek dalam penelitian yang digunakan (Saptasari, 2001)

adalah SMU I Mayong berusia 16 – 18 tahun sedangkan subjek peneliti adalah

SMU N 1 Kajen yang duduk di kelas 3 dengan usia 16-18 tahun.

Berdasarkan hasil keaslian penelitian yang dilakukan oleh penulis maka

penulis menyimpulkan bahwa pada dasarnya penelitian yang dilakukan oleh

penulis dengan peneliti sebelum sama-sama mengunakan teori yang digunakan

oleh Beck dengan skala adaptasi Beck Depression Inventory (BDI). Selain itu,

dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan peneliti sebelumnya penulis

juga menyimpulkan bahwa subjek dalam penelitian ini mempunyai persamaan

remaja yang duduk di bangku SMU atau Kejuruan. Namun demikian remaja yang

dijadikan subjek dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan

oleh penulis, hal ini dapat terlihat dari adanya perbedaan remaja antara remaja

yang berusia 15 sampai dengan 18 tahun dan remaja yang berusia 18 sampai

dengan 22 tahun dengan remaja yang duduk di kelas 3 berumur 16 sampai 18

tahun. Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan

oleh penulis merupakan asli penelitian yang dilakukan oleh penulis.

9

Tinjauan Pustaka

Depresi

Depresi berasal dari kata depression. Pada orang normal depresi

merupakan keadaan kemurungan yang ditandai dengan perasaan yang tidak pas,

menurunnya kegiatan dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang

(Chaplin, 1995).

Depresi merupakan gangguan yang ditandai kondisi emosi sedih dan

muram serta terkait dengan gejala-gejala kognitif, fisik, dan interpersonal (APA,

1994). Sebenarnya depresi merupakan gejala yang wajar sebagai respon normal

terhadap hidup negatif, seperti kehilangan anggota keluarga, benda berharga atau

status sosial. Dengan demikian depresi dapat dipandang sebagai suatu kontinum

yang bergerak dari depresi normal sampai depresi klinis, Caron & Butcher

(Aditomo & Retnowati 2004). Sedangkan menurut Beck (1985) memberi batasan

depresi berdasarkan sifat-sifat yang menyertai, yaitu gangguan kejiwaan yang

ditandai dengan munculnya simtom-simtom depresi yang dapat dilihat dari

manifestasinya, yaitu simtom emosional, motivasional, kognitif dan fisik vegetatif

serta tingkat aktivitas.

Gejala yang terdapat pada penderita depresi ialah keluhan psikis pada

keluhan ini biasanya pasien mengeluh atas kesedihan, masa depan suram tak dapat

ditolong lagi (putus asa) merasa bersalah dan kadang-kadang ada tendensi untuk

bunuh diri. Keadan demikian sering ditambah dengan adanya kegelisahan,

ketegangan dan mudah tersinggung. Sering khawatir terhadap persoalan-persoalan

yang kecil. Gejala ketiga dari penderita depresi ialah gangguan psikomotor.

10

Pasien tidak berminat sama sekali terhadap pekerjaan atau hobby. Gairah kerja

menurun disertai daya pikir dan konsentrasinya yang melambat. Produktivitas dan

kecepatan kerja melambat disertai dengan lambatnya pembicaraan. Walaupun

demikian pasien sering menunjukan keadaan agitasi, baik hanya menggerak-

gerakan tangan, mempermainkan tangan dan kaki, menggigit jari atau mengigit

kuku atau mengigit bibir (Hadi, 2004).

Menurut Mahsun (2004) ada lebih dari satu tipe depresi. Salah satunya

yang disebut oleh para ahli sebagai depresi berat atau besar, yang berlangsung

paling sedikit dua minggu, merupakan gangguan yang paling lunak tetapi kronis,

dimana suasana depresi yang berlangsung lama nampakanya berkaitan dengan

temperamen atau sifat bawaan seseorang. Penderita depresi juga mengalami

kecemasan atau rasa takut yang berlebihan. Tidak semua remaja yang mengalami

depresi berat kelihatan menghadapi depresi. Sebaliknya, mereka terlihat mudah

tersinggung atau punya suasana hati yang hidup, berayun dari rasa sedih ke rasa

marah.Biasanya ada petunjuk lain jika seorang remaja terkena depresi. Ia mungkin

kehilangan rasa tertarik atau kegembiraan dalam banyak aktivitas, tidur dan

makan terlalu banyak atau terlalu sedikit, dan mungkin sulit berkonsentrasi atau

mengmbil keputusan. Merasa tidak berguna, bersalah, atau marah, mingkin

mencari pengungkapan di dalam pikiran tentang bunuh diri atau membayangkan

kematian.

Konflik Orangtua

Gulo (1982) mengatakan konflik sebagai ketidaksepakatan dalam satu

pendapat, emosi dan tindakan dengan orang lain. Perselisihan merupakan

11

serangan emosional dan seringkali meledak serta cenderung ada keinginan untuk

melukai.

Suami-istri dalam perkawinan seringkali mengalami perbedan-perbedaan

yang sukar disatukan. Dua orang yang tinggal dalam satu atap tidak mungkin

hidup tanpa konflik, kecuali bila salah satu pasangan atau bahkan keduanya

memutuskan untuk mengalah dari pada berkonfrontasi. Namun demikian,

walaupun salah satu pasangan memutuskan untuk mengalah, tidak berarti tidak

ada konflik sama sekali, karena sekalipun kejengkelan tidak diungkap secara

konfrontatif, konflik akan tetap eksis dalam hati yang paling dalam dan mendasari

iklim relasi yang diciptakan selanjutnya dengan pasangannya. Perkawinan

merupakan landasan natural untuk berkembangnya suatu konflik. Karena setiap

individu, tanpa terelekkan memiliki pengamatan dan harapan-harapan yang

berbeda secara individual. Hal itu dikarenakan masing-masing mempunyai latar

belakang kehidupan yang berbeda, sehingga membentuk kepribadian yang

berbeda pula. Dalam setiap perkawinan tidak akan terhindar dari adanya konflik.

(Sadarjoen, 2000)

Orangtua adalah ayah atau ibu yang masing-masing mempunyai peranan

terhadap anak. Ayah berperan sebagai sumber kekuasaan, penghubung dunia luar,

pelindung terhadap ancaman dan pendidik segi rasional. Ibu berperan sebagai

sumber kasih sayang, tempat mencurahkan isi hati dan pendidik segi emosional.

Sikap orangtua mempengaruhi cara dalam memperlakukan anak, dan perlakuan

tersebut akan berpengaruh juga pada perilaku anak tersebut. Apabila sikap

12

orangtua menguntungkan, hubungan orangtua dan anak akan jauh lebih baik

ketimbang bila sikap orangtua tidak positif (Hurlock dalam Santosa, 1999).

Orangtua perlu membangun hubungan yang lebih dekat dan penuh

perhatian terhadap anak. Anak-anak yang lari dari rumah biasanya memiliki

kebutuhan yang besar akan cinta orangtuanya. Seringkali perjalanan atau liburan

bersama anak-anak dapat memperbaiki hubungan. Jika orangtua menganalisa

masalah-masalah yang timbul dengan anak, mereka akan menemukan bahwa

konflik yang sesungguhnya, bukan pada jam malam atau kamar yang berantakan,

namun lebih pada soal hubungan anak dan orangtua. Disatu pihak anak merasa

ditolak atau terlalu diatur sedang orangtua merasa tidak dicintai atau tidak

dihargai. Pada dasarnya setiap orang sering memiliki kebutuhan untuk

mengungkapkan perasaan kasih mereka satu dengan yang lain (Dwijanti, 1995).

Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritik diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini yaitu Ada hubungan positif antara konflik orangtua dengan depresi

pada remaja.

Metode Penelitian

Identifikasi Variabel-variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Konflik Orangtua

2. Variabel tergantung : Depresi

13

Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Depresi

Depresi adalah suatu keadaan seseorang berdasarkan sifat-sifat yang

menyertai, yaitu gangguan kejiwaan yang ditandai dengan munculnya simtom-

simtom depresi yang dapat dilihat dari manifestasinya, yaitu simtom emosional,

motivasional, kognitif dan fisik vegetatif serta tingkat aktivitas (Beck, 1985).

Penelitian ini akan di ukur dengan menggunakan skala depresi yang disusun

berdasarkan aspek-aspek depresi adalah : kesedihan, permisif, rasa gagal,

ketidakpuasan, rasa bersalah, penghargaan atas hukuman, perasaan tidak suka

pada diri sendiri, menuduh diri, pikiran untuk bunuh diri, tingginya frekuensi

menangis, kejengkelan, kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial,

ketidakmampuan mengambil keputusan, perubahan gambaran tubuh, kelambanan

dalam bekerja, insomia, perasaan mudah lelah, anorexia, penurunan berat badan,

dan preokupasi somatik. Tetapi peneliti tidak menggunakan hilangnya libido

seksual, karena disesuaikan dengan keadaan responden. Skor yang tinggi yang

dipersepsikan oleh subjek menunjukkan tingkat depresi yang tinggi, sebaliknya

skor yang rendah yang dipersepsikan oleh subjek menunjukkan semakin rendah

depresi pada remaja.

2. Konflik Orangtua

Konflik orangtua adalah ketidaksepakatan dalam satu pendapat, emosi

dan tindakan dengan orang lain. Perselisihan merupakan serangan emosional dan

seringkali meledak serta cenderung ada keinginan untuk melukai, Gulo (1982).

Konflik pada orangtua dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan

skala persepsi konflik orangtua yang disusun berdasarkan aspek-aspek konflik

14

orangtua yaitu taktik, emosi dan topik. Skala ini merupakan skala yang disusun

oleh peneliti, sehingga harus diujicobakan terlebih dahulu. Tingkat konflik

orangtua yang dialami suami/istri akan dapat dilihat dari skor total yang diperoleh

pada skala ini. Skor yang tinggi menunjukkan remaja mempersepsikan semakin

tinggi konflik orangtua yang dialami suami/istri dan sebaliknya skor yang rendah

menunjukkan semakin rendah konflik orangtua yang dialami suami/istri.

Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas 3 di

SMU N 1 Kajen Tahun ajaran 2005 / 2006, jumlah siswa siswi 70 anak. Saya

memilih subjek ini karena ingin mengetahui tingkat depresi pada remaja yang ada

disitu. Setelah saya wawancara dengan guru bimbingan konseling, ternyata tidak

semua remaja yang sekolah disitu mengalami depresi, namun ada beberapa anak

yang dilaporkan sering pingsan disekolah itu. Akhirnya saya berkeinginan untuk

mengambil data disekolah itu.

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dari dua skala yang masing-masing mengukur

variabel Konflik Orangtua dan variabel Depresi. Kedua alat ukur tersebut adalah

Skala Konflik Orangtua dan Skala Depresi yang disusun dan telah dimodifikasi

oleh peneliti.

Skala Konflik Orangtua

Skala yang diuji cobakan adalah skala Konflik Orangtua dengan mengacu

pada konsep Cummings, Goeke-Morey, dan Papp (2004) yang mengukur Konflik

15

Orangtua Taktik, Emosi, Topik. Skala ini terdiri dari 30 butir soal. Hasil

penelitian menunjukkan aitem yang sahih sebanyak 20 aitem dengan koefisien

korelasi aitem total berkisar antara 0,261 hingga 0,639. Aitem yang sahih dari

skala Konflik Orangtua diuji reliabilitasnya dengan menggunakan teknik

reliabilitas alpha sebesar 0,853.

Skala Depresi

Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek Depresi yang diajukan oleh

Beck (1985) yaitu: kesedihan, permisif, rasa gagal, ketidakpuasan, rasa bersalah,

penghargaan atas hukuman, perasaan tidak suka pada diri sendiri, menuduh diri,

pikiran untuk bunuh diri, tingginya frekuensi menangis, kejengkelan,

kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan sosial, ketidakmampuan

mengambil keputusan, perubahan gambaran tubuh, kelambanan dalam bekerja,

insomia, perasaan mudah lelah, anorexia, penurunan berat badan, dan preokupasi

somatik. Depresi diuji reliabilitasnya dengan menggunakan teknik reliabilitas

alpha sebesar 0,776

Hasil Penelitian

Tabel 1 Deskripsi Hasil Penelitian

Hipotetik Empirik Variabel Min Maks µ s Min Maks µ s

Konflik orangtua

20 80 50 10 23 52 35,39 6,627

Depresi 0 60 30 10 0 25 12,77 6,716 Catatan : µ = rerata ; s = setiap satuan standar deviasi

16

Tabel 2 Kategorisasi Variabel Konflik Orangtua Kategori Skor Jumlah Persentase

Sangat Tinggi X > 68 0 0%

Tinggi 56 < X = 68 0 0%

Sedang 44 < X = 56 7 10%

Rendah 32 < X = 44 44 62,86%

Sangat Rendah X < 32 19 27,14%

Tabel 3 Kategorisasi Variabel Depresi Berdasarkan Skor BDI Kategori Skor Jumlah Persentase

Normal 0 – 9 27 38,57%

Ringan 10 – 15 16 22,86%

Sedang 16 – 23 23 32,86%

Berat 24 – 63 4 5,71%

Pembahasan

Data yang didapat dari penelitian ini memiliki sebaran normal namun

korelasinya tidak linear sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan

pengolahan data dengan menggunakan analisa regresi. Untuk menguji

hipotesisnya, peneliti menggunakan perhitungan non parametric karena tehnik

perhitungan ini memiliki bebas prasyarat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

konflik orangtua dengan depresi pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel konflik orangtua

dengan depresi. Berdasarkan hasil empirik keseluruhan subjek, subjek dalam

penelitian ini memiliki tingkat konflik orangtua yang rendah namun mereka

memiliki tingkat depresi yang normal.

17

Kondisi ini menunjukkan bahwa konflik orangtua memiliki andil yang

sangat sedikit terhadap depresi yang dialami oleh remaja. Hasil penelitian ini

melihat persentase variabel Konflik orangtua untuk kategori sangat tinggi tidak

ada, kategori tinggi tidak ada, kategori sedang 7 subyek (10%), kategori rendah 44

subyek (62,86%), dan kategori sangat rendah 19 subjek (27,14%). Berdasarkan

kategorisasi dari tabel di atas, tingkat Konflik orangtua yang dimiliki subyek

termasuk dalam kategorisasi rendah. Sedangkan hasil penelitian selanjutnya

melihat persentase variabel Depresi untuk kategori normal 27 subjek (38,57%),

kategori ringan 16 subjek (22,86%), kategori sedang 23 subjek (32,86), kategori

berat 4 subjek (5,71%). Berdasarkan kategorisasi skor BDI, tingkat depresi yang

dirasakan oleh remaja termasuk kategori normal. Faktor-faktor yang lain tersebut

dapat berupa faktor yang berasal dari diri individu seperti proses pendewasaan

yang sedang terjadi seperti masalah hormonal, perasaan bersalah dan sebagainya,

sedangkan faktor yang berasal dari luar individu seperti putus hubungan dengan

pacar, kematian orangtua atau sahabat, kegagalan disekolah, dan lain sebagainya

(Suara merdeka, 2005).

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subyek

memiliki tingkat konflik orangtua dalam kategori rendah dengan depresi dalam

kategori normal. Ini berarti konflik orangtua kurang memiliki arti yang penting

dalam mengatasi depresi pada remaja. Menurut (Hadi, 2004) mengungkapkan

faktor-faktor lain yang menyebabkan depresi, diantaranya adalah: karena

kehilangan, reaksi terhadap stres, terlalu lelah atau capek, gangguan atau serangan

dari kuasa kegelapan, reaksi terhadap obat. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi

18

depresi yaitu, kekecewaan, dan krisis. Sedangkan faktor dari dalam yaitu

gangguan hormonal, dan gangguan neurotransimitter di otak (Setyonegoro,

1981).

Untuk mencegah adanya depresi yang dialami oleh remaja diperlukan

intervensi dan konseling dari luar keluarga. Umumnya konflik orang tua bukan

mengenai hal-hal yang mendalam seperti masalah ekonomi, agama, sosial atau

nilai politik, tetapi hal yang sepele seperti tugas-tugas di rumah tangga, teman-

teman, pakaian dan penampilan. Pertengkaran bisa saja terjadi, tetapi pada

umumnya mereka dapat menyelesaikan masalah tanpa konflik berat. Masing-

masing dapat merasa puas dan orang tua meneruskan pengaruhnya yang sangat

besar mengenai nilai-nilai dasar. Namun bila konflik yang terjadi begitu berat dan

tidak mudah diatasi, remajalah yang paling berisiko menghadapi masalah serius

(bkkbn.go.id, 2001).

Kurangnya pengaruh konflik orangtua terhadap depresi menunjukkan

bahwa ada faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap depresi. Beberapa

ahli mengungkapkan faktor-faktor lain penyebab depresi, diantaranya putus

hubungan dengan pacar, kematian orangtua atau sahabat, kegagalan disekolah,

dan lain sebagainya. Persepsi anak terhadap konflik orangtua adalah pembentukan

kesan, pendapat, dan perasaan pada konflik yang terjadi pada orangtua. Menurut

Gibson persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun suatu proses

pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Kesan yang diterima

sangat tergantung dari pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui proses

19

berpikir dan belajar serta faktor luar maupun faktor dalam yang ada pada diri

individu (Saptasari, 2001).

Kelemahan dalam penelitian ini yaitu terdapat kesulitan untuk mengetahui

apakah subyek penelitian jujur dan terbuka dalam menjawab pernyataan-

pernyataan yang terdapat dalam skala konflik orangtua dan skala depresi. Hal ini

dapat dimaklumi karena masalah yang diungkap merupakan masalah sensitif dan

merupakan privacy masing-masing subyek sehingga keterbukaan atau kejujuran

dari beberapa subyek penelitian diragukan.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara konflik orangtua dengan depresi

pada remaja.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh

peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain :

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat melakukan penelitian

yang lebih teliti dan mendetail serta memperhatikan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi terjadinya depresi pada remaja. Faktor-faktor lain yaitu latar

belakang pendidikan orangtua, berapa lama usia perkawinan, pekerjaan orangtua,

dan lain sebagainya. Selain itu peneliti disarankan untuk dapat menggunakan

20

metode penunjang lain selain metode skala, yaitu dengan menggunakan metode

observasi dan wawancara untuk memperoleh data yang lebih mendalam.

DAFTAR PUSTAKA

Aditomo, A. & Retnowati, S. 2004. Perfeksionisme, Harga Diri, dan Kecenderungan Depresi pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi. Tahun XXX1 Nomor 1, 1-15.

Beck, A. T. 1985. Depression: Causes and Treatment. Philadelphia: University of

Pennsylvania Press. Cerita Remaja Indonesia, 2001. Hubungan Dengan Orangtua.

http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ss8landasan.html

Chaplin, C. P. 1995. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Cummings, E. M. 2004. Everyday marital conflict and child aggression Journal

of Abnormal Child Psychology. http://findarticles.com/p/articles/mi_m0902/is_2_32/ai_n6031331

Dwijanti, J. E. 1995. Lari dari Rumah. Jurnal Anima, vol. X No. 40. Fakultas

Psikologi Universitas Surabaya. Gulo, D. 1982. Kamus Psikologi. Penerbit: Tonis. Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta: Tugu Publisher. Hartini, N. 1999. Remaja dan Lingkungan Sosialnya. Jurnal Anima, vol. 15, No.

1, 76-82.

21

Hasnida, S. 2002. Family Counseling. Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi. Universitas Sumatera Utara.

Kompas, 2002. Depresi dan Prestasi Belajar. Harian. 18 Agustus 2002.

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0208/18/Keluarga/depr21.htm

Mahsun, 2004. Bersahabat dengan Stres. Universitas Gadjah Mada. Priest, R. 1987. Stres & Depresi. Semarang: Dahara Prize. Retnowati, S. 2005. Perceraian Orangtua Bisa Memunculkan Depresi Remaja.

Yogyakarta : Staf Pengajar Program S1 Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. http://www.suaramerdeka.com/harian/0501/15/ked7.htm

Sadarjoen, S. S. 2000. Konflik Marital. Yogyakarta: Reliko Aditama. Santosa, J. 1999. Peran Orangtua dalam Mengajarkan Asertivitas pada Remaja.

Jurnal Anima, vol. 15, No. 1, 83-91. Fakultas Psikologi Universitas Widya Mandala Surabaya.

Saptasari, D. R. 2001. Pola Asuh Orangtua, Konsep Diri, dan Depresi pada

Remaja. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta

Siswanto. & Prawitasari. 2003. Pengaruh Menulis Pengalaman Emosional

Terhadap Simtom-Simtom Depresi pada Mahasiswa. Sosiohumanika, 16A(1). Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Widyowati, A. 2003. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Kecenderungan

Depresi pada Remaja. Naskah Publikasi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.