naskah publikasi bertahan dalam kekerasan...

25
1 NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh : SRI ANGILIA NURLAILI RINA MULYATI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008

Upload: dangnhi

Post on 06-Mar-2018

224 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

1

NASKAH PUBLIKASI

BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Oleh :

SRI ANGILIA NURLAILI RINA MULYATI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008

Page 2: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

2

NASKAH PUBLIKASI

BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Telah Disetujui Pada Tanggal

Dosen Pembimbing Utama

(Rina Mulayti, S.Psi., M.Si)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

3

BERTAHAN DALAM KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

Sri Angilia Nurlaili

Rina Mulyati

Intisari

Dengan menggunakan desain penelitian kualitatif case study, penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang bertahan dalam rumah tangganya.

Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang perempuan dengan karakteristik berusia antara 20 – 50 tahun, sudah menikah dan memiliki anak, mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan pernah melapor ke Ruang Pelayanan Khusus Polres Sleman.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam (indepth interview) terhadap dua orang subyek penelitian. Kemudian untuk data pendukung juga dilakukan wawancara kepada lima orang informan subyek penelitian. Data dianalisis dengan tekhnik analisis thematic coding dengan langkah – langkah berupa penggolongan tema – tema berdasarkan fokus penelitian untuk kemudian diintegrasikan menjadi sebuah dinamika psikologis mengenai fenomena bertahan dalam KDRT.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah respon bertahan yang dilakukan masing – masing subyek berbeda karena dipengaruhi oleh dua hal yaitu latar belakang keluarga dan nilai – nilai yang dianut keluarga.

Subyek pertama yang berasal dari keluarga yang orangtuanya bercerai karena KDRT. Subyek diajarkan paham patriaki yang kental sehingga istri harus patuh kepada suami dalam kondisi apapun. Paham patriaki ini membuat subyek selalu merasa bahwa subyek adalah milik suami subyek sehingga subyek diam dan bertahan dalam rumah tangganya walaupun sering mendapat kekerasan dari suaminya. Setelah empat tahun bertahan dalam rumah tangganya, subyek pada akhirnya memutuskan bercerai karena ternyata orangtua subyek tidak mempermasalahkan perceraian. Hal ini disebabkan karena orangtua subyek

Page 4: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

4

juga menganut nilai masalah rumah tangga adalah masalah privasi dan orang lain termasuk orangtua tidak berhak ikut campur. Dengan demikian, orangtua subyek menyerahkan semua keputusan rumah tangganya kepada subyek apakah ingin bercerai atau mempertahankan rumah tangganya.

Subyek kedua yang berasal dari keluarga yang harmonis dan religius. Orangtua subyek juga mengajarkan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Latar belakang keluarga subyek ini membuat subyek menjadi individu yang “nrimo”. Sifat nrimo ini membuat subyek selalu berusaha menerima semua kekurangan suaminya sehingga membuat subyek menjadi sayang kepada suaminya apa adanya. Perasaan sayang dan sifat nrimo subyek membuat subyek mampu mempertahankan rumah tanggannya selama tiga belas tahun. Subyek baru memutuskan bercerai setelah merasa bahwa suaminya tidak menyayangi subyek lagi kemudian ibu mertua subyek selalu menyalahkan subyek atas permasalahan yang terjadi antara subyek dan suaminya.

Dengan demikian, dari penelitian ini diperoleh hubungan saling mempengaruhi antara latar belakang keluarga dan nilai yang dianut dengan bentuk respon bertahan serta lama bertahan subyek korban kekerasan dalam rumah tangga. Perbedaan latar belakang dan nilai yang dianut pada masing – masing keluarga membuat respon bertahan dalam rumah tangga yang penuh dengan kekerasan juga berbeda. Hal ini terjadi karena proses belajar masing – masing subyek korban kekerasan terhadap nilai yang diajarkan keluarga dan perilaku orangtua juga berbeda.

Kata Kunci : Bertahan, Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Page 5: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

5

PENGANTAR

Latar Belakang Masalah

Menurut UU No. 23 Tahun 2004, Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(KDRT) adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang

berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,

psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk

melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara

melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Sedangkan bentuk kekerasan

yang dialami perempuan sebagai istri ada empat macam yaitu, kekerasan fisik,

kekerasan psikis, kekerasan seksul, dan kekerasan ekonomi.

Sebenarnya, kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak terjadi. Mitra

perempuan dalam Harian Kompas edisi rabu, 26 desember 2007 menyebutkan

dari jumlah data tahun 2006, jumlah kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(KDRT) yang terjadi di Jakarta meningkat. Pada tahun 2006, dari 284 kasus

kekerasan yang terjadi 85,42 % merupakan KDRT sedangkan pada tahun 2007,

dari 336 kasus, 87,32 % merupakan kasus KDRT. Sebagian Kekerasan Dalam

Rumah Tangga dilakukan oleh suami dengan presentasi pada tahun 2006

sebesar 76,49 % dan pada tahun 2007 sebesar 77,46 %. Adiningsih (2008)

menyebutkan data yang dikeluarkan Komnas Perempuan pada 7 Maret 2007

mencatat adanya 22.512 kasus kekerasan terhadap perempuan yang ditangani

257 lembaga di 32 propinsi. Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

menempati angka tertinggi yakni 16.709 kasus atau 76 %.

Rifka Annisa Women Crisis Center dalam Annual Reportnya

menyebutkan pada tahun 2005 terjadi 35 kasus kekerasan terhadap perempuan,

9 kasus merupakan kasus kekerasan terhadap istri. Sedangkan pada tahun 2006

Page 6: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

6

terjadi 205 kasus kekerasan terhadap perempuan, 168 kasus merupakan kasus

kekerasan terhadap istri. Sedangkan Usia korban kekerasan terhadap istri

adalah antara 18 – 55 tahun. Jumlah ini dapat dikatakan meningkat drastis

karena dalam rentang waktu satu tahun terjadi peningkatan kasus sebanyak 196

kasus. Sehingga dari data Rifka Annisa tersebut, dapat disimpulkan terjadinya

KDRT meningkat dari tahun ke tahun.

Namun pada kenyataannya, Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

yang dialami perempuan merupakan sebuah fenomena gunung es

(Pikanisa,2008). Artinya, sebenarnya fenomena KDRT terhadap perempuan

banyak terjadi, akan tetapi yang terungkap ke permukaan dan diketahui oleh

masyarakat hanya sedikit. Faktanya satu dari tiga istri pernah mengalami tindak

kekerasan (Firdaus,2008). Masalah yang terjadi dalam keluarga jangan sampai

diketahui oleh orang lain, sehingga ketika seorang perempuan mengalami tindak

kekerasan, perempuan tersebut akan menyimpan sendiri apa yang dialaminya

karena menganggap itu adalah aib keluarga dan jangan sampai orang lain

mengetahuinya.

Dampak dari kekerasan dalam rumah tangga beraneka ragam, mulai

dampak terhadap fisik sampai dampak terhadap psikis terhadap masing –

masing anggota keluarga. Pada bayi, kekerasan yang dilakukan suami terhadap

istri dapat menyebabkan anak memiliki kesehatan yang buruk, kebiasaan tidur

yang jelek, dan teriakan yang berlebihan. Hal ini selanjutnya akan berdampak

ketidaknormalan dalam pertumbuhan dan perkembangan emosi, bahkan sangat

terkait dengan masalah kelancaran berkomunikasi (Jaffe dalam Wahab, 2006).

Kemudian KDRT juga berdampak terhadap anak usia Pra sekolah, yaitu

menyebabkan tingkat disstres yang tinggi (Hughes dalam Wahab, 2006) dan

Page 7: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

7

berdampak terhadap kompetensi perkembangan sosial – kognitif anak usia pra

sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT terhadap

anak usia SD adalah anak cepat belajar bahwa kekerasan merupakan suatu cara

yang paling tepat menyelesaikan konflik dalam hubungan kemanusiaan (Jaffe

dalam Wahab, 2006). Lebih lanjut, KDRT juga memberi dampak terhadap

remaja. Remaja putra yang menyaksikan kekerasan antar kedua orang tuanya

menjadi lebih agresif, sedangkan pada remaja putri menyebabkan menjadi lebih

depresif (Wahab, 2006).

Tidak sampai disini saja, kekerasan dalam rumah tangga juga berdampak

besar terhadap istri yang menjadi sasaran langsung tindak kekerasan yang

dilakukan suami. Dampak yang dirasakan istri adalah dari rasa sakit sampai

kematian. Susilowati (2008) menyebutkan KDRT bisa menyebabkan istri

mengalami sakit fisik, tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri dan harga

diri, ketergantungan kepada suami, depresi dan keinginan untuk bunuh diri.

Hakimi, dkk (2001) menyebutkan perempuan yang mengalami KDRT dapat

menderita cidera, kelainan kandungan, dan penyakit menular seksual. Bailey

(Hakimi, 2001) menambahkan paling ekstrim KDRT dapat mengarah pada

pembunuhan terhadap perempuan. Sedangkan pada suami sebagai pelaku

kekerasan, KDRT yang dilakukannya akan berdampak dengan hukuman pidana

dalam bentuk hukuman penjara antara 5 sampai 20 tahun penjara ataupun

denda antara Rp. 3.000.000,00 – Rp. 300.000.000,00 sesuai dengan kekerasan

yang dilakukan.

Akan tetapi dengan serentetan dampak akibat kekerasan dalam rumah

tangga ini, pada kenyataannya korban kekerasan yang melapor hanya sedikit.

Hal ini terlihat dari data kantor Ruang Pelayanan Khusus (RPK) Kepolisian

Page 8: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

8

Resort (Polres) Sleman mengungkapkan pada tahun 2007, terdapat hanya 45

kasus kekerasan terhadap istri yang dilaporkan. Sedangkan pada tahun 2008,

sampai bulan mei, hanya terdapat 15 kasus kekerasan terhadap istri.

Data Polres Sleman kembali menegaskan bahwa fenomena Kekerasan

dalam rumah tangga terhadap Istri merupakan fenomena gunung es. Dua korban

kekerasan dalam rumah tangga yang ditemui peneliti memilih diam dan bertahan

dalam rumah tangga beberapa waktu walaupun sering mendapat kekerasan dari

suaminya. Subyek tidak menceritakan kekerasan yang sering dilakukan

suaminya kepada orang lain bahkan kepada orang tuanya sendiri sehingga apa

yang subyek alami tidak pernah terungkap ke permukaan.

Subyek KDRT pertama berasal dari keluarga dimana orang tua subyek

bercerai karena ayah subyek sering melakukan tindak kekerasan kepada ibu

subyek. Suami subyek sebagai pelaku kekerasan juga berasal dari keluarga

dimana ayah suami subyek melakukan kekerasan terhadap ibu suami subyek,

akan tetapi ibu dan ayah suami subyek tidak bercerai. Suami subyek memiliki

emosi yang sangat tidak stabil yaitu mudah marah tanpa alasan yang jelas dan

mudah pula mereda kemarahannya. Subyek pertama bertahan dalam rumah

tangganya selama empat tahun.

Korban KDRT kedua berasal dari keluarga yang harmonis dan religius.

Baik subyek dan suaminya tidak memiliki sejarah orang tua yang melakukan

kekerasan terhadap pasangan masing – masing. Akan tetapi, ibu mertua subyek

memiliki sifat temperamen. Suami subyek memiliki gangguan emosi seperti

mudah marah dan suka membanting – banting barang saat marah. Suami

subyek juga suka menyakiti diri sendiri saat meminta maaf setelah memukul

subyk. Subyek bertahan dalam rumah tangganya selama 14 tahun.

Page 9: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

9

Dari kedua korban KDRT tersebut dapat dilihat bahwa subyek dengan

latar belakang keluarga harmonis dan religius memilih diam dan bertahan dalam

rumah tangganya walaupun sering mendapat kekerasan dari suaminya lebih

lama dari subyek korban KDRT dengan latar belakang keluarga dimana KDRT

pernah terjadi.

Kemungkinan latar belakang keluarga mempengaruhi lama dan bentuk

respon bertahan pada korban KDRT. Hal ini dapat terjadi karena adanya

perbedaan nilai yang dianut dan diajarkan pada tiap keluarga. Poerwandari

(2001) menyatakan bahwa KDRT menjadi sulit diungkap karena KDRT oleh

sebagian orang akan dianggap sebagai hal yang biasa – biasa saja sehingga

korban KDRT akan memilih diam dan bertahan dalam rumah tangganya

walaupun sering mendapat kekerasan karena menganggap orang lain tidak akan

menganggap penting persoalan KDRT yang dialaminya. Ridwan (2006)

menambahkan perempuan bertahan dalam rumah tangganya karena adanya

nilai – nilai yang dianut bahwa KDRT terjadi dalam lingkup rumah tangga yang

dipahami sebagai urusan yang bersifat privasi. Kemudian adanya stigma sosial

bahwa kekerasan yang dilakukan suami dipahami oleh masyarakat sebagai hal

yang dianggap wajar dalam kerangka pendidikan yang dilakukan oleh pihak yang

mempunyai otoritas untuk melakukannya sehingga timbul pemahaman memukul

istri itu lumrah dalam rangka mendidik istri menjadi lebih baik.

Mengapa korban kekerasan dalam rumah tangga menunggu beberapa

saat baru kemudian melaporkan atau memutuskan bercerai dari suaminya?

Padahal dampak yang dialami korban tidaklah ringan, dari sekedar memar pada

tubuh hingga kematian, belum lagi ketidaknormalan perkembangan anak, dan

kehancuran keutuhan rumah tangga. Kemudian apakah latar belakang keluarga

Page 10: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

10

dan nilai – nilai yang dianut menjadikan respon bertahan dalam rumahtangga

pada masing – masing korban kekerasan berbeda? Hal inilah yang ingin

diungkap peneliti dalam penelitian ini.

Page 11: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

11

METODE PENELITIAN

1. Subyek Penelitian

Karakteristik subyek dalam penelitian ini adalah perempuan yang berusia

antara 20 – 50 tahun, sudah menikah dan memiliki anak, serta mengalami

kekerasan dalam rumah tangga.

2. Metode Penelitian

Jenis penelitian kualitatif dilakukan untuk mengembangkan pemahaman

mengenai respon bertahan dalam kekerasan dalam rumah tangga. Pengumpulan

data yang dilakukan dengan tehnik wawancara mendalam dan observasi.

Page 12: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

12

HASIL PENELITIAN

1. Dinamika Psikologis Subyek Maria

Subyek berasal dari keluarga dimana orangtuanya bercerai. Sebelum

bercerai, orangtua subyek sudah pisah rumah dari subyek kelas 3 SD sampai

subyek SMP. Saat subyek masuk SMP orang tua subyek resmi bercerai.

Orangtua subyek bercerai karena masalah kekerasan dalam rumah tangga

seperti yang subyek alami. Ayah subyek sering memukul ibu subyek ketika

mereka bertengkar. Sejak kecil subyek sudah terbiasa mandiri karena ketika

orang tuanya pisah rumah dan subyek sedang tinggal bersama ayahnya, subyek

harus mencuci pakaiannya sendiri bahkan mencuci pakaian ayahnya, kemudian

subyek juga harus memasak makanan untuk subyek dan ayahnya. Padahal saat

itu subyek masih duduk dibangku SD dimana subyek seharusnya masih

menikmati bermain bersama teman – teman subyek (W1, M, B 149 - 169).

Ayah subyek memiliki sifat keras dan temperamen. Walaupun ayah

subyek sering melakukan kekerasan kepada ibu subyek ketika subyek masih

kecil, akan tetapi ayah subyek tidak pernah memukul subyek dan adiknya.

Namun, ayah subyek mudah marah dan meledak – ledak ketika sedang marah.

Ayah subyek langsung memarahi subyek saat subyek pulang terlambat tanpa

bertanya mengapa subyek pulang terlambat (W2, M, B 1126 - 1136). Akan tetapi,

pertengkaran subyek dan ayahnya tidak akan berlangsung lama. Keesokan

harinya, ayah subyek sudah kembali seperti biasa. Ibu subyek tidak memiliki

temperamen yang tinggi seperti ayah subyek. Subyek seminggu sekali akan

mengunjungi ibu. Subyek merasa ibunya sebagai teman dan sahabat, bahkan

terkadang subyek memanggil ibunya dengan “mbak” ketika bercanda dengan ibu

subyek.

Page 13: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

13

Ayah subyek menganut nilai bahwa bagaimanapun seorang istri harus

patuh kepada suami (paham patriaki). Budaya patriaki patriaki menempatkan laki

– laki sebagai lebih utama di atas perempuan (Hamim, 2001). Laki – laki yang

menganut budaya patriaki memberikan pengertian berhak untuk dihormati dan

dilayani oleh wanita berdasarkan superioritas jenis kelamin laki – laki ( Chrisler,

2003 ). Karena hal ini, ketika ayah subyek untuk pertama kalinya mengetahui

bahwa suami subyek memukul subyek, ayah subyek langsung memarahi subyek

tanpa bertanya mengapa suami subyek memukul subyek (W2, M, B 1016 - 1021)

karena menganggap pemukulan terjadi karena kesalahan subyek. Ayah subyek

juga menganut nilai bahwa masalah keluarga merupakan hal yang sangat

privasi. Apapun masalah yang terjadi dalam keluarga jangan sampai diketahui

oleh orang lain. Karena hal ini, ayah subyek memarahi subyek ketika subyek

melaporkan kekerasan yang dialaminya ke polisi. Ayah subyek berpendapat,

dengan melaporkan apa yang dialami subyek ke kantor polisi, maka subyek

sudah mengumbar aib keluarga. Seharusnya, masalah keluarga subyek bisa

diselesaikan juga secara kekeluargaan tanpa melibatkan polisi (W3, M, B 47 -

52). Ayah subyek juga tidak pernah membela subyek ketika subyek dipukul

suaminya karena ayah subyek menganggap apa yang terjadi pada subyek

adalah urusan rumah tangga subyek. Ayah subyek tidak berhak mencampuri

masalah subyek karena menurut ayah subyek, ayah subyek bukan siapa – siap

dalam rumah tangga subyek dan suaminya (W2, M, B 1111 - 1122).

Suami subyek juga berasal dari keluarga dimana kekerasan dalam rumah

tangga pernah terjadi. Ibu suami subyek pernah mendapat kekerasan dari ayah

suami subyek. Akan tetapi, ibu suami subyek tidak mempermasalahkan

kekerasan yang dilakukan suaminya dan memilih bertahan dalam rumah

Page 14: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

14

tangganya. Hal ini dikarenakan ayah dan ibu suami subyek menganut paham

patriaki sehingga ibu subyek menganggap pemukulan yang dilakukan ayah

subyek merupakan hal yang wajar untuk mendidik istri (W1, IM, B 202 - 204).

Ayah subyek sendiri bertemperamen keras. Ketika suami subyek masih

kecil, ayah subyek sering memukul suami subyek saat marah. Ibu subyek juga

memiliki temperamen yang keras sehingga suami subyek dan ibu suami subyek

sering bertengkar karena sama – sama memiliki sifat keras (W2, M, B 520 - 525).

Dengan paham patriaki yang dianut ibu mertua subyek, ibu mertua

subyek selalu menyalahkan subyek ketika subyek bertengkar dengan suaminya.

Ibu subyek akan menyuruh subyek diam saja ketika suami subyek sedang

memarahi subyek. Jika subyek tetap menjawab saat suami sedang berbicara,

kemudian subyek dipukul suaminya, maka menurut ibu mertua subyek

pemukulan tersebut wajar terjadi karena subyek tidak patuh terhadap suami (W2,

M, 1044 - 1048).

Pendekatan social cognitive atau social learning Albert Bandura (Corsini,

Kristyanti, 2004) menyebutkan bahwa individu dan lingkungan tidak berdiri

sendiri – sendiri melainkan saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan

demikian, perilaku yang dihasilkan individu merupakan produk yang dipengaruhi

oleh lingkungan. Berdasarkan teori Bandura, dengan latar belakang suami

subyek dimana ayah suami subyek sering menyelesaikan masalah dengan

kekerasan dan ibu suami subyek menganggap wajar kekerasan yang dilakukan

ayahnya terhadap ibu suami subyek, maka suami subyek belajar bahwa

kekerasan merupakan salah satu jalan untuk menyelesaikan masalah. Suami

subyek pun menganggap wajar kekerasan yang dilakukannya terhadap subyek

mengingat ayahnya sendiri sering melakukan tindak kekerasan terhadap ibu

Page 15: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

15

suami subyek dan ibu suami subyek tidak mempermasalahkan kekerasan yang

dialaminya tersebut.

Belajar dari pengalaman seperti yang dilakukan suami subyek, juga

dilakukan subyek dalam usaha subyek bertahan dalam rumah tangganya.

Subyek pertama kali mendapat kekerasan setelah satu tahun menikah dan

sedang hamil empat bulan. Walaupun subyek sering mendapatkan kekerasan

dari suaminya, subyek memilih diam saja dan bertahan dalam rumah tangganya.

Hal ini dilakukan subyek karena subyek sudah merasakan tidak

menyenangkannya menjadi anak dari keluarga broken home yang harus mandiri

di usia yang masih kecil. Dengan demikian, subyek tidak ingin anaknya

merasakan tidak enaknya menjadi anak dari keluarga broken home seperti

dirinya. Alasan lainnya yang membuat subyek tetap bertahan dalam rumah

tangganya walaupun sering mendapat kekerasan dari suaminya adalah karena

budaya patriaki yang dianut baik ayah subyek maupun mertua subyek. Subyek

merasa bahwa subyek adalah milik suaminya dan suami subyek berhak

melakukan apa pun kepada diri subyek (W1, IM, B 428 - 430). Ibu mertua subyek

juga selalu menekankan agar subyek mengalah ketika bertengkar dengan

suaminya. Sehingga subyek mampu bertahan dalam rumah tangganya selama

empat tahun.

Jika pada akhirnya subyek memutuskan bercerai, bisa jadi karena ada

proses belajar terhadap apa yang terjadi dalam keluarga subyek. Ibu subyek juga

meminta cerai dari ayah subyek ketika mendapat kekerasan dari ayah subyek.

Walaupun subyek merasakan hal yan tidak menyenangkan akibat perceraian

orang tuanya, namun subyek melihat ibunya menjadi lebih baik setelah bercerai

dari ayahnya. Ayah subyek juga tidak mengekang subyek untuk tetap bertahan

Page 16: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

16

dalam rumah tangganya karena menurut ayah subyek, subyek berhak

menentukan pilihannya sendiri dalam rumah tangganya karena subyek lah yang

menjalani dan merasakan semua hal yang terjadi dalam hidup rumah tangga

nya. Dengan kebebasan menentukan pilihan sendiri ini, menyebabkan subyek

yang tadinya takut ayahnya tidak mendukung jika subyek berpisah dari

suaminya, menjadi berani untuk memutuskan bercerai dari suaminya setelah

empat tahun pernikanannya berlangsung.

2. Dinamika Psikologis Subyek Aisyah.

Subyek Aisyah berasal dari lingkungan keluarga yang harmonis dan

religius. Hal ini dapat terlihat dari shalat Maghrib dan shalat Isya berjamaah yang

selalu dilakukan subyek dan keluarganya di mushalla yang terletak di halaman

rumah orang tua subyek. Mushalla tersebut juga dijadikan tempat mengaji oleh

anak – anak yang tinggal di sekitar rumah subyek. Selain seorang Ustadz yang

mengajar ngaji, subyek juga ikut mengajarkan anak – anak tersebut mengaji.

Orang tua subyek, juga sifat lembut dan tidak pemarah. Baik ayah dan ibu

subyek tidak pernah memarahi subyek yang diikuti tindak kekerasan seperti

pemukulan (W1, A, B 1191 - 1198).

Ibu mertua subyek, memiliki temperamen keras dan mudah marah. Ibu

mertua subyek juga suka membesar – besarkan masalah saat marah kepada

subyek. Ketika marah, ibu mertua subyek juga suka membanting – banting

barang yang berada di dekatnya. Bahkan, subyek juga pernah dimarahi oleh ibu

mertuanya di depan kelurga besar suami subyek hanya karena masakan yang

dimasak subyek ternyata tidak sesuai dengan yang diinginkan ibu mertua subyek

Page 17: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

17

(W1, A, B 1383 - 1387). Ibu mertua subyek membanting – banting piring saat

memarahi subyek tersebut.

Dengan latar belakang ibu yang temperamental, tak heran suami subyek

juga memiliki sifat yang keras dan kaku. Ketika subyek, suami, anak – anak, dan

pramuwisma subyek duduk bersama kemudian bercanda, hanya suami subyek

saja yang tetap kaku dan tidak tertawa ketika yang lain tertawa (W1, SE, B 272 -

277) Suami subyek juga suka membanting – banting barang ketika marah

kepada subyek (W1, A, B, 51 - 54). Suami subyek juga memiliki gangguan

emosi, yaitu ketika sudah marah dan memukul subyek, suami subyek akan

langsung menyesal kemudian minta maaf dengan menyakiti diri sendiri, seperti

memukulkan kepala ke lantai dan minum baygon (W1, A, B 201 - 208). Suami

subyek tidak akan berhenti menyakiti diri sendiri sebelum subyek memaafkan

dirinya.

Orangtua subyek mengajarkan subyek untuk patuh pada suami (paham

patriaki). Keluarga subyek membentuk subyek menjadi individu yang “nrimo”.

Akan tetapi, orang tua subyek tetap menegur dan memarahi suami subyek ketika

kekerasan yang dilakukan suami subyek membahayakan subyek. Seperti ketika

suami subyek mencekik subyek dan mengakibatkan subyek pingsan bahkan

subyek cacat akibat dicekik suaminya tersebut. Orangtua subyek meminta suami

subyek membuat surat perjanjian diatas materai bahwa suami subyek tidak akan

mengulangi perbuatan kekerasannya lagi baru kemudian orangtua subyek

mengijinkan subyek kembali bersama suaminya lagi.

Walaupun orangtua subyek selalu melindungi dan membantu subyek jika

subyek mendapat masalah dalam rumah tangganya, subyek jarang sekali

menceritakan masalah rumah tangganya kepada orang tuanya sehingga orang

Page 18: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

18

tua subyek tidak mengetahui jika subyek sering mendapat kekerasan dari

suaminya. Oleh karena itu, subyek mampu bertahan dalam rumah tangganya

selama 13 tahun.

Subyek menganut paham selalu patuh pada perintah suami. Hal ini

dilakukan subyek karena ingin orang tuanya masuk surga jika subyek patuh pada

perintah suami (W1, A, B 841 - 845). Subyek juga tidak menceritakan kekerasan

yang sering dialaminya dan sikap arogan ibu mertuanya kepada orang tua

subyek untuk menjaga hubungan baik antara ibu mertua dan orang tua subyek

serta menjaga kehormatan suami subyek di mata orang tua subyek. Sifat nrimo

yang dimiliki subyek juga berperan dalam upaya subyek mempertahankan rumah

tangganya. Subyek selalu berusaha menerima semua kekurangan yang dimiliki

suaminya sehingga selama 13 tahun pernikahan subyek dan suaminya, orang

lain tidak pernah tahu permasalahan yang terjadi dalam rumah tangganya karena

dengan menerima kekurangan suaminya seperti sifat temperamentalnya, subyek

selalu menjaga tetap terlihat harmonis. Walaupun subyek sering mendapat

kekerasan dari suami bahkan sampai subyek memiliki cacat pada leher, subyek

tetap berusaha bertahan dalam rumah tangganya karena subyek juga sayang

kepada suaminya. Rasa sayang inilah yang mampu membuat subyek menerima

semua kekurangan yang ada pasa suaminya. Keputusan subyek untuk bercerai

dari suaminya karena subyek merasa suami tidak menyayangi subyek lagi

dengan menyebut akan menceraikan subyek saat mereka bertengkar kemudian

mertua subyek yang menuntut keluarga besar subyek datang untuk minta maaf

kepada mertua subyek agar subyek dan suaminya bisa menyelesaikan masalah

dan kembali bersama.

Page 19: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

19

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon bertahan pada masing –

masing subyek penelitian berbeda.

1. Dinamika Psikologis Subyek Maria

Subyek pertama yang berasal dari keluarga dimana orangtua subyek

bercerai karena masalah KDRT kemudian suami subyek sebagai pelaku

kekerasan berasal dari keluarga dimana KDRT juga sering terjadi, akan tetapi

orang tua suami subyek tidak bercerai. Ibu suami subyek tidak

mempermasalahkan kekerasan yang dilakukan oleh ayah suami subyek

sehingga ibu suami subyek bertahan sampai saat penelitian ini dilakukan. Nilai

yang ditanamkan pada subyek oleh orangtua dan mertuanya adalah paham

patraki yang sangat kental. Paham patriaki ini mempengaruhi subyek dalam

upayanya bertahan dalam rumah tangganya, yaitu subyek merasa bahwa subyek

adalah milik suami sehingga harus bertahan dalam rumah tangganya. Namun,

paham patriaki yang ditanamkan keluarga subyek ini tidak membuat subyek

bertahan lama dalam penikahannya. Setelah empat tahun menikah, pada

akhirnya subyek memutuskan bercerai dari suaminya. Jika dihubungkan dengan

social learning Bandura, maka keputusan subyek untuk berpisah dari suaminya

karena subyek belajar dari pengalaman ibunya yang juga memutuskan bercerai

setelah sering mendapat kekerasan dari ayah subyek. Subyek melihat bahwa ibu

subyek menjadi lebih baik setelah berpisah dari ayahnya. Hal lain yang

mempengaruhi karena nilai yang ditanamkan ayah subyek bahwa urusan rumah

tangga subyek merupakan urusan pribadi subyek sehingga jika subyek ingin

Page 20: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

20

memutuskan bercerai dari suaminya, maka keputusan itu diserahkan ayah

subyek kepada subyek sepenuhnya. Ayah subyek berpendapat bahwa ayah

subyek bukan siapa – siapa dalam rumah tangga subyek sehingga tidak berhak

mencampuri keputusan yang akan diambil subyek apakah ingin bercerai atau

tidak. Oleh karena itulah, subyek akhirnya memutuskan bercerai dari suaminya

sehingga subyek hanya mampu mempertahankan rumah tangganya selama

empat tahun.

2. Dinamika Psikologis Subyek Aisyah

Subyek Aisyah berasal dari keluarga yang harmonis dan religius.

Orangtua subyek tidak pernah memarahi subyek kemudian memukul. Orangtua

subyek pun memiliki sifat lemah lembut. Suami subyek berasal dari keluarga

yang temperamental. Ibu mertua subyek sering memarahi subyek karena hal

yang sepele, misalnya karena masakan yang dibuatkan subyek tidak sesuai

dengan yang diinginkan ibu mertua subyek. Saat marah, ibu mertua subyek

membanting – banting barang yang ada di dekatnya. Dengan latar belakang

keluarga seperti ini, suami subyek juga memiliki sifat yang temperamental. Suami

subyek mudah marah dan suka membanting – banting barang ketika sedang

marah. Namun, emosi suami subyek suka mereda tiba – tiba setelah memarahi

atau memukul subyek. Ketika emosinya mereda, suami subyek sering meminta

maaf kepada subyek dengan menyakiti diri sendiri seperti memukulkan

kepalanya ke lantai sampai benjol dan minum baygon. Suami subyek akan

melakukan segala cara agar subyek memaafkan dirinya.

Dengan latar belakang keluarga subyek yang harmonis dan religius

membentuk subyek menjadi individu yang “nrimo”. Dengan sifat nrimonya,

Page 21: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

21

subyek berusaha memahami dan menerima semua kekurangan yang dimiliki

suaminya. Subyek juga sayang kepada suaminya sehingga mampu

mempertahankan rumah tangganya selama 13 tahun walaupun sering mendapat

kekerasan dari suaminya. Bahkan, sekarang leher subyek cacat akibat

pemukulan yang dilakukan suaminya. Akan tetapi, karena subyek sayang dan

selalu berusaha menerima suaminya apa adanya, subyek tidak terlalu

mempermasalahkan hal ini. Setelah 13 tahun menjalani rumah tangga bersama

suaminya, subyek baru memutuskan ingin bercerai dari suaminya karena

merasa suaminya tidak menyayangi subyek lagi dengan menyebut ingin

menceraikan subyek ketika mereka bertengkar, belum lagi ibu mertua subyek

yang menuntut subyek dan keluarganya untuk minta maaf pada keluarga suami

subyek baru kemudian mereka boleh bersatu kembali.

Page 22: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

22

SARAN

1. Untuk Penelitian Selanjutnya.

Disarankan untuk penelitian selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut

mengenai laki – laki yang menjadi korban KDRT karena selama penelitian ini

dilakukan, peneliti belum menemukan penelitian lain yang meneliti suami sebagai

korban KDRT. Penelitian selanjutnya diharapkan juga dapat meneliti dinamika

psikologis terbentuknya pelaku KDRT.

Kemudian peneliti juga menyarankan agar penelitian selanjutnya bisa

meneliti dinamika psikologis korban KDRT yang bertahan dalam rumah

tangganya dan tidak memutuskan bercerai. Cara korban KDRT tersebut

mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bertahan tanpa terbebani mungkin

bisa dimanfaatkan pihak lain yang juga ingin mempertahankan keutuhan rumah

tangganya atau memiliki masalah yang sama dengan subyek penelitian.

2. Subyek Penelitian

Dari penelitian ini, subyek sempat merahasiakan kekerasan yang

dialaminya dari orang lain. Peneliti menyarankan agar subyek berani

menceritakan apa yang dialami untuk mendapatkan bantuan atas apa yang

dialaminya.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

23

DAFTAR PUSTAKA

- . 2003. Himpunan Perundang – Undangan, Undang – Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Undang – Undang No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Yogyakarta : Kantor Pemberdayaan Perempuan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Adiningsih, N.U, 2008. Stop Kekerasan Terhadap Perempuan.

http://www.hupelita.com/baca.php?id=40764.

Anggarawaty, H. 2006. Isu KDRT : Antara Fakta dan Propaganda. http://www.mail-archive.com/[email protected]/. 05/02/06

Anggoman,Y, Wirawan,H. 2002. Dampak Psikologis Kekerasan Fisik Di Dalam Rumah Tangga. Jurnal Ilmiah Psikologi ”Arkhe”, 2, 91-101

Firdaus, S. 2008. Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga. http://www.bung- hatta.info/tulisan_226.ubh. 01/04/08

Hakimi, M, Hayati, E.N, Marlinawati, U.V, Winkvist, A, Ellsberg, M.C . 2001. Membisu Demi Keharmonisan ”Kekerasan Terhadap Isteri Dan Kesehatan Perempuan Di Jawa Tengah, Indonesia”. Yogyakarta : LPKGM-FK-UGM

Hamim, A. 2001. Menjadi Suami Sensitif Gender. Yogyakarta : Rifka Annisa Women’s Crisis Center.

Hassanah, M., Alsa, A., Rustam, A. 2006. Kekerasan dalam rumah tangga (studi kualitatif mengenai kekerasan dalam rumah tangga di LBH APIK Semarang). Jurnal Psikologi Proyeksi, 1, 11- 22

Meiyenti, S. 1999. Kekerasan Terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.

Pikanisa. 2008. Undang-Undang no. 23 tahun 2004 : Hanya Tataran Wacana atau Konsep Penyadaran ?. http://www.gagasmedia.com/budaya/penulis/undang-undang-no-23-tahun-2004-hanya-tataran-wacana-atau-konsep-penyadaran.html. 17/03/08

Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : Lembaga sarana pengukuran dan pendidikan psikologi (LPSP3) fakultas psikologi universitas indonesia.

Page 24: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

24

Poerwandari, K. 2001. Menjadikan Persoalan Kekerasan Terhadap Perempuan Sebagai Masalah Bersama. http://www.rahima.or.id/SR/20-06/Opini2.htm

Prayudi, G. 2008. Berbagai Aspek Tindak Pidana Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Merkid Press : Yogyakarta.

Ridwan. 2006. Kekerasan Berbasis Gender. Yogyakarta : Fajar Pustaka

Rosalina, J. 2004. Memahami dinamika Kekerasan Pada Perempuan Korban kekerasan dalam rumah tangga (sebuah studi kualitatif pada perempuan korban KDRT yang bertahan dalam perkawinannya). Jurnal Psikologi, 1, 81-92.

Rosalina, J. 2003. Mencari Makna Dalam Penderitaan (Potensi Peran Logoterapi Untuk Perempuan Korban KDRT). Jurnal Ilmiah Psikologi ”Arkhe”, 2, 66 - 77

Sullivan, M., Bybee, D. 1999. Reducing Violence Using Community-Based Advocacy For Women With Abusive Partners. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 67, 43 – 53

Susilowati, Pudji. 2008. Kekerasan Dalam Rumah Tangga Terhadap Istri. http://www.E-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=475. 20/02/08

Wahab, R. 2006. Kekerasan Dalam Rumah Tangga : Perspektif Psikologis dan Edukatif. Unisia, 61, 247 - 278

Page 25: NASKAH PUBLIKASI BERTAHAN DALAM KEKERASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · sekolah (De Lang dalam Wahab, 2006). Selanjutnya dampak KDRT

25

IDENTITAS PENULIS

Nama : Sri Angilia Nurlaili

Alamat Rumah : Jalan Sengkan No. 14, Babadan Baru XV, Sinduadi,

Sleman, Yogyakarta, 55284

Nomor Telepon : 085292404090