naskah publikasi hubungan antara keluarga...
TRANSCRIPT
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN
AGRESIVITAS
Oleh:
SISKA DWI PARAMITHA
IRWAN NURYANA K
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN AGRESIVITAS
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Irwan Nuryana K, S. Psi., M. Si)
HUBUNGAN ANTARA KELUARGA SAKINAH DENGAN AGRESIVITAS
Siska Dwi Paramitha Irwan Nuryana Kurniawan
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan negatif antara keluarga sakinah dan agresivitas. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara keluarga sakinah dan agresivitas, dimana semakin tinggi tingkat keluarga sakinah maka semakin rendah tingkat agresivitas dan berlaku sebaliknya. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Jurusan Psikologi sebanyak 100 orang. Alat ukur yang digunakan adalah Skala keluarga sakinah yang diadaptasi oleh peneliti dari hasil penelitian sebelumnya dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Shihab (2007) dan Skala agresivitas dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Buss & Perry (1992). Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi product moment dari Person dengan menggunakan fasilitas program SPSS versi 15,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara keluarga sakinah dengan agresivitas. Hasil analisis diperoleh koefisien korelasi antara keluarga sakinah dengan agresivitas sebesar -0,488 dengan p= 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara keluarga sakinah dengan agresivitas. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata kunci : Keluarga Sakinah, Agresivitas.
PENGANTAR
Masa remaja merupakan masa transisi dari kehidupan kanak-kanak menuju
masa dewasa. Remaja mulai merasakan bahwa mereka bukan anak-anak lagi tetapi
mereka belum mampu mengemban tanggung jawab layaknya orang dewasa (Willis,
2005). Pada masa ini mulai terjadi perubahan-perubahan mulai dari perubahan fisik,
psikis maupun sosial (Hurlock, 1973). Memasuki masa transisi ini kemungkinan
dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan timbulnya perilaku-perilaku
yang kurang baik pada kondisi tertentu perilaku tersebut dapat mengganggu orang
lain. Melihat kondisi tersebut bila didukung dengan lingkungan yang kurang kondusif
dan sifat kepribadian yang kurang baik maka akan memicu timbulnya agresivitas atau
penyimpangan perilaku.
Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan
norma sosial yang berlaku. Berkaitan dengan pandangan tradisional bahwa masa
remaja merupakan periode kekacauan personal yang tidak dapat dihindari. Adapun
bentuk-bentuk tingkah laku sosial yang menyimpang yang cenderung merusak dan
melanggar peraturan seperti suka berkelahi, membuat kegaduhan dalam masyarakat
atau sekolah, mengolok-olok secara berlebihan, tidak mengindahkan perintah dan
sebagainya. Perilaku tersebut terjadi karena remaja kurang mendapatkan perhatian,
baik dari keluarga, teman maupun masyarakat (Hawari, 1997).
1
Kematangan emosi yang terjadi pada masa remaja cenderung belum stabil,
emosi pada remaja sering meledak-ledak dan sulit untuk dikontrol, ini disebabkan
oleh tidak terpenuhinya apa yang menjadi tuntutan mereka. Misal terjadinya
perkelahian atau sering disebut tawuran pelajar, ini juga disebabkan karena mereka
belum bisa mengontrol emosi dan mereka ingin melampiaskan kemarahan-kemarahan
mereka. Padahal belum tentu masalah yang mengakibatkan mereka tawuran tersebut
adalah masalah yang besar. Kebanyakan masalah yang timbul hanya dengan saling
ejek dan kesalahpahaman, dari hal tersebut mulai memancing amarah dan akhirnya
memancing tindakan agresivitas (Saad, 2003).
Agresivitas pada remaja sampai saat ini masih menjadi masalah sosial yang
belum dapat diatasi secara tuntas. Akibat yang ditimbulkan cukup serius dan tidak
dapat langsung dianggap sebagai suatu persoalan yang biasa, karena tindakan-
tindakan agresivitas yang dilakukan banyak yang menjurus pada tindakan kriminal.
Seperti masalah yang baru-baru terjadi di Makassar, demo mahasiswa yang berakhir
anarkis. Mereka memprotes kebijakan presiden yang menaikkan harga elpiji. Aksi
protes mereka dilakukan dengan membakar ban bekas di tengah jalan, mereka juga
menyandera mobil tangki miliki pertamina (Irmawati, 2004).
Berbeda lagi yang terjadi di Universitas Muslim Indonesia Makassar,
mahasiswa melakukan tindakan sadis dan brutal, saat mereka ingin memperingati
Tragedi AMARA malah menjadi tindakan anarkis, dimana mahasiswa memukuli
2
seorang dosen yang akan dibawa ke rumah sakit karena serangan jantung, hanya
karena anak beliau hendak memindahkan pagar penghalang jalan utama yang diblokir
para mahasiswa karena hendak buru-buru mengantar sang ayah (dosen tersebut) ke
Rumah Sakit (Triyatni, 2007).
Dari data yang didapat di Jakarta tahun 1991 tercatat 157 perkelahian terjadi
antar pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus yang menewaskan 10
pelajar, tahun 1995 terdapat 194 dengan korban meninggal 13 pelajar dan dua
anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada230 kasus yang menewaskan 15 pelajar dan
dua anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas.
Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat
bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat tiga perkelahian di tiga tempat
sekaligus (Tambunan, 2001).
Pada pengamatan awal ada mahasiswa yang melakukan agresivitas seperti
memukul teman yang mengganggunya, bahkan ada yang menampar saudaranya
sendiri. Mahasiswa juga mengejek teman yang tidak bisa melakukan tugas-tugas
yang diberikan dosen, ada juga menghina teman yang kuno atau ketinggalan zaman
dalam segi berpakaian atau bergaul.
Remaja menunjukkan sikap agresivitas dengan melanggar norma-norma sosial
dan kemasyarakatan, membuat keonaran dan perkelahian. Semuanya dilakukan agar
mereka mendapat perhatian dari kedua orangtua mereka. Sebagian besar agresivitas
3
remaja disebabkan oleh kurangnya perhatian orangtua dan juga remaja merasa kurang
mendapat kasih sayang. Padahal kasih sayang yang dibutuhkan remaja tidak hanya
terpenuhinya seluruh kebutuhan fisik dan material saja tetapi kebutuhan sosial-
psikologis juga menempati posisi yang besar untuk dipenuhi (Putro, 2005).
Tindakan agresivitas yang dilakukan remaja ini tidak hanya dilatarbelakangi
oleh perilaku individu itu sendiri melainkan ada peran orangtua dibelakangnya. Peran
orangtua sangat penting dalam keluarga, terutama untuk membentuk perilaku anak.
Menurut teori Classical Conditioning oleh Ivan Pavlov (dalam Willis, 2005) bahwa
tindakan agresivitas merupakan perilaku hasil belajar, kebanyakan ahli-ahli psikologi
berpendapat bahwa belajar adalah determinan utama dalam perilaku agresif. Jika
seorang anak selalu mendapat tekanan dan berada di lingkungan yang sering
bertengkar, maka kemungkinan si anak akan menjadi pemarah dan agresif. Orangtua
yang selalu memukul anaknya yang berbuat salah maka perbuatan tersebut akan ditiru
kembali oleh anak. Tetapi tingkat agresivitas dapat diredakan dengan pemberian
“reward”. Hadiah atau “reward” tidak hanya berupa materi, akan tetapi bisa berupa
dorongan, penghargaan psikologis, pujian dan penerimaan .
Dalam setiap gerak dan langkah anak harus mendapat perhatian dari orangtua.
Orangtua juga harus mendukung anak-anak mereka dalam menggapai cita-cita atau
apa yang diinginkan anak-anak, jika masih dalam jalur yang positif. Telah banyak
penelitian yang menunjukkan kedekatan orang tua dengan anaknya sejak bayi
4
memudahkan orang tua membentuk karakter dan moral anaknya. Keluarga memiliki
fungsi sebagai tempat pembentukan kepribadian remaja yang pertama. Keluarga yang
biasanya terdiri dari suami, istri dan anak adalah lingkungan yang pertama dalam
menanamkan moral dan perilaku sosial. Dalam hadist Rasulullah SAW bersabda :
“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Adalah kedua orangtuanya (baca: lingkungan) yang membuat si anak Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah)
Dari hadist diatas diajarkan bahwa orangtualah yang mengiring dan
membentuk kepribadian anak mereka menuju kebaikan atau kejahatan.
Keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam membentuk
perilaku remaja. Dalam firman Allah SWT surat Al-Fath [48]: 18 yang artinya:
????????? ?????? ? ?? ???????????????? ? ???????????? ??? ?? ???? ????
????? ???? ? ?????? ? ??? ????????? ???? ?? ??????????
?????????? ? ???? ? ?????????? ??????? ??? ??????? ???????
? ? ??
Artinya: ”Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).”
5
Maksud dari ayat diatas adalah Allah akan memberikan ketenangan bagi
orang-orang yang mu’min. Bagi keluarga yang membina mawaddah dan rahmah akan
diberikan Allah balasan berupa ketenangan dalam keluarga. Keluarga yang sakinah
akan lebih mudah menjadikan anak berperilaku yang santun dan berbudi pekerti yang
baik, karena di dalam keluarga telah menanamkan nilai-nilai seperti cinta, kasih
sayang, komitmen, tanggung jawab, saling menghormati, kebersamaan dan
komunikasi yang baik. Begitu juga sebaliknya keluarga yang kurang sakinah akan
menjadikan anak berperilaku kurang baik sehingga menimbulkan agresivitas atau
menyakiti dan tidak sopan terhadap orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, mengenai pentingnya keluarga sakinah dalam
mengurangi tingkat agresivitas pada remaja, maka peneliti tertarik untuk meneliti
mengenai hubungan antara keluarga sakinah dengan agresivitas. Pertanyaan yang
diajukan adalah “Apakah ada hubungan antara keluarga sakinah dengan agresivitas.”
6
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang digunakan dalam pengambilan data adalah remaja
akhir yang berusia 18–21 tahun, laki-laki dan perempuan dan berstatus mahasiswa
Psikologi Universitas Islam Indonesia di Daerah Istimewa Yogyakarta. Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan proportional random sampling atau sampel
random/acak.
B. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode questioner
yang berbentuk alat ukur skala. Skala adalah suatu alat ukur untuk mengetahui atau
mengungkap aspek afektif, berupa pertanyaan atau pernyataan yang secara tidak
langsung mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan, dan respon
atau jawaban subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah (Azwar,
2006). Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu:
1. Skala Agresivitas
Skala ini disusun penulis berdasarkan aspek-aspek dari Buss & Perry (1992) ,
yaitu : Agresivitas fisik dan Agresivitas verbal. Skala ini juga digunkan untuk
mencari tahu seberapa tinggi tingkat agresivitas remaja. Pada skala ini akan
7
menggunakan lembar identitas subjek sebagai pelengkap data penelitian. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala dengan butir favorable, yaitu butir yang
sesuai dengan variabel (Hadi, 2004). Berikut ini disajikan tabel distribusi aitem-aitem
agresivitas:
Tabel 1 Blue Print Skala Agresivitas Sebelum Uji Coba No Aspek Favorable Jumlah
1 Agresivitas fisik 1,4,6,7,10,13,15,17,19,21,23,24,25,27,29 15
2 Agresivitas verbal 2,3,5,8,9,11,12,14,16,18,20,22,26,28,30 15
Jumlah 30 30
Pada skala agresivitas terdapat empat alternative jawaban yaitu
“sangat sesuai (SS)”, “sesuai (S)”, “tidak sesuai (TS)”, “sangat tidak
sesuai (STS)”. Nilai yang akan diberikan tiap aitem yaitu mulai dari
skor 1 sampai 4. Pada aitem favorable jawaban SS diberi skor 4, S
diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Semakin tinggi
skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat agresivitas
sedangkan sebaliknya jika semakin rendah skor yang didapat maka
semakin rendah tingkat agresivitas.
2. Skala Keluarga Sakinah
Skala ini digunakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar
tingkat keluarga sakinah dalam sebuah keluarga. Skala ini disusun penulis
berdasarkan aspek-aspek dari Shihab (2007), yaitu aspek mawaddah dan aspek
8
rahmah. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala dengan butir
favorable yaitu butir yang sesuai dengan variabel (Hadi, 2004). Berikut ini
disajikan tabel distribusi aitem-aitem keluarga sakinah :
Tabel 2
Blue Print Skala Keluarga Sakinah Sebelum Uji Coba No Aspek Favorable Jumlah 1 Mawaddah 1,3,5,7,9,11,13,15,17,19,21,23,25,27,29,31,33,
35 18
2 Rahmah 2,4,6,8,10,12,14,16,18,20,22,24,26,28,30,32,34,36
18
Jumlah 36 36
Pada skala keluarga sakinah ini terdapat empat alternative jawaban
yaitu “sangat sesuai (SS)”, “sesuai (S)”, “tidak sesuai (TS)”, “sangat
tidak sesuai (STS)”. Nilai yang akan diberikan tiap aitem yaitu mulai
dari skor 1 sampai 4. Pada aitem favorable jawaban SS diberi skor 4, S
diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Semakin tinggi
skor yang diperoleh maka semakin tinggi tingkat keluarga sakinah
sedangkan sebaliknya jika semakin rendah skor yang didapat maka
semakin rendah keluarga sakinah.
C. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi untuk
melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat penggunaan
9
analisis korelasi dan untuk dapat menarik kesimpulan yang tidak
menyimpang. Adapun uji asumsi yang dilakukan meliputi dua hal yaitu:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah distribusi
sebaran variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini
bersifat normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan memakai
rumus Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan fasilitas komputer
SPSS for Windows 15.0.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah hubungan
antara skor variabel keluarga sakinah dan variabel agresivitas
merupakan garis yang lurus atau tidak. Uji linearitas dilakukan dengan
menggunakan program SPSS for Windows 15.0 dalam penelitian ini
merupakan garis lurus atau linear.
2. Uji Hipotesis
Data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan metode kuantitatif.
Tehnik kuantitatif yang digunakan adalah tehnik statistik dengan menggunakan
10
tehnik Korelasi Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Hadi:2004) :
yxxy SDSDN
xyr
.??
dimana :
xyr : Koefisien korelasi antara X dan Y
xy : Product dari x kali y
SDx : Standard deviasi dari variabel x
SDy : Standard deviasi dari variabel y
N : Jumlah responden atau sampel
Perhitungan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan program Statistical Package for Sosial Science (SPSS) for
Windows 15.0.
11
HASIL PENELITIAN
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis. Setelah seluruh
data diperoleh maka dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas
dan uji linieritas. Uji normalitas dan uji linieritas ini adalah sebagai
prasyarat analisis sebelum melakukan analisis korelasi. Semua uji
prasyarat dilakukan dengan maksud agar kesimpulan yang diambil
tidak menyimpang dari kebenaran. Semua uji asumsi dalam penelitian
ini menggunakan bantuan program SPSS 15.0 for windows.
1. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2007 sampai
dengan 2005 Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia. Dalam penelitian ini ada 100 subjek yang
berusia antara 18 tahun sampai 21 tahun, laki-laki maupun perempuan
berstatus mahasiswa Psikologi UII. Berikut ini adalah identitas sampel
penelitian:
Tabel 5 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Persen (%) 1. Laki – laki 17 17 % 2. Perempuan 83 83 %
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui subjek peenelitian
berdasarkan jenis kelamin, yaitu 17 (17%) subjek penelitian berjenis
kelamin laki-laki dan 83 (83%) subjek penelitian berjenis kelamin
perempuan. Dengan demikian, subjek penelitian yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dibandingkan subjek penelitian yang berjenis
kelamin laki-laki.
Tabel 6 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
No Usia Jumlah Persen (%) 1. 18 tahun 16 16 % 2. 19 tahun 23 23 % 3. 20 tahun 34 34 % 4. 21 tahun 27 27
Jumlah 100 100
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui subjek penelitian
berdasarkan usia, yaitu subjek penelitian yang berusia 18 tahun
12
13
sebanyak 16 orang (16 %) orang, subjek penelitian yang berusia 19
tahun sebanyak 23 orang (23 %) orang, subjek penelitian berusia 20
tahun sebanyak 34 orang (34 %) dan subjek penelitian berusia 21 tahun
sebanyak 27 orang (27 %). Dengan demikian, subjek penelitian yang
berusia 20 tahun lebih banyak dibandingkan yang berusia 18, 19 dan
21 tahun.
2. Deskripsi Data Penelitian
Berdasarkan deskripsi statistik data penelitian pada skala
agresivitas dan skala keluarga sakinah dapat disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 7 Deskripsi Data Subjek Penelitian Variabel Min Maks Mean SD
Agresivitas 28 74 46,64 9,91
Keluarga Sakinah 87 140 117,33 12,65
14
Berdasarkan deskripsi data menunjukkan bahwa mean agresivitas adalah
46,64 dengan standar deviasi (SD) = 9,91. Sedangkan mean keluarga sakinah 117,33
dengan standar deviasi 12,65.
Penelitian selanjutnya mengelompokkan skor skala agresivitas menjadi lima
kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Kategori
jenjang bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang
terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur
(Azwar, 1999). Berikut ini adalah kriteria skala:
Tabel 9 Kategori Agresivitas
Jumlah Kategori Nilai N %
Sangat Tinggi X > 64,478 2 2% Tinggi 52,586 < X = 64,478 29 29% Sedang 40,694 < X = 52,586 37 37% Rendah 28,806 = X = 40,694 27 27%
Sangat Rendah X < 28,806 5 5% Jumlah 100 100%
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi agresivitas untuk kategori sangat tinggi
sebanyak 2 subjek (2%), kategori tinggi 29 orang (29%), kategori sedang 37 orang
(37%), kategori rendah 27 orang (27%) dan kategori sangat rendah 5 orang (5%).
Berdasarkan tabel di atas, agresivitas mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Budaya berada dalam kategori sedang. Sedangkan kategorisasi keluarga sakinah
disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 10 Kategori Keluarga Sakinah
15
Jumlah Kategori Nilai N %
Sangat Tinggi X > 140,1 0 0% Tinggi 124,92 < X = 140,1 30 30% Sedang 109,74 < X = 124,92 37 37% Rendah 94,56 = X = 109,74 31 31%
Sangat Rendah X < 94,56 2 2% Jumlah 100 100%
Berdasarkan tabel di atas kategorisasi keluarga sakinah unuk kategori sangat
tinggi sebanyak 0 subjek (0%), kategori tinggi 30 orang (30%), kategori sedang 37
orang (37%), kategori rendah 31 orang (31%) dan kategori sangat rendah 2 (2%).
Berdasarkan tabel di atas, kategori keluarga sakinah, mahasiswa Fakultas Psikologi
dan Ilmu Sosial Budaya berada dalam kategori sedang.
3. Hasil Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas diperoleh sebaran skor agresivitas dan keluarga sakinah
adalah sebagai berikut:
Tabel 11 Hasil Uji Normalitas Data Kolmogorov Smirnov Probabilitas
Agresivitas 0,827 0,501
Keluarga Sakinah 1,130 0,155
16
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai KSZ agresivitas sebesar 0,827 dengan
probabilitas 0,501dan nilai KSZ keluarga sakinah sebesar 1,130 dengan probabilitas
sebesar 0,155 yang berarti bahwa semua nilai probabilitas tersebut lebih besar dari
0,05. Dengan demikian dapat diartikan bahwa data agresivitas dan keluarga sakinah
mempunyai distribusi normal, sehingga subjek dalam penelitian tergolong
representatif atau dapat mewakili populasi yang ada.
b. Uji Linieritas
Berikut ini adalah hasil uji linieritas.
Tabel 12 Rekapitulasi Perhitungan Uji Linieritas Uji Linieritas Fhit P
Agresivitas dengan Keluarga sakinah 29,202 0,000
Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai Fhitung antara variabel
agresivitas dengan keluarga sakinah sebesar = 29,202 dengan p = 0,000. Dengan taraf
signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p<0,05), menunjukkan bahwa hubungan
kedua variabel dalam penelitian ini merupakan garis lurus atau linear, sehingga
asumsi linieritas terpenuhi.
4. Hasil Uji hipotesis
hasil dari analisis korelasi product moment diperoleh koefisien korelasi
antara keluarga sakinah dengan agresivitas sebesar -0,488 dengan p= 0,000 (p <
0,01). Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa keluarga sakinah mempunyai
37
17
hubungan negatif dan sangat signifikan dengan agresivitas, sehingga hipotesis yang
diajukan oleh peneliti diterima.
Analisis koefisien determinasi (R2) pada korelasi antara keluarga sakinah
dengan agresivitas menunjukkan angka sebesar 0,238, berarti keluarga sakinah
memberikan sumbangan sebesar 23,8 % terhadap agresivitas.
Pembahasan
Hasil analisis statistik deskriptif diketahui bahwa agresivitas pada mahasiswa
Psikologi Universitas Islam Indonesia berada dalam kategori sedang. Demikian pula
keluarga sakinah mahasiswa Psikologi Universitas Islam Indonesia berada dalam
kategori sedang. Oleh karena itu hasil analisis korelasi Product Moment
menunjukkan bahwa ada hubungan negatif dan sangat signifikan antara keluarga
sakinah dengan agresivitas. Keluarga sakinah akan membentuk perilaku yang positif
pada remaja, begitu pula sebaliknya keluarga tidak sakinah akan membentuk perilaku
yang negatif pada remaja. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarsono (1995) yang
mengatakan bahwa keluarga yang broken home dan quasi broken home (broken
home semu) biasanya menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga atau
disintegrasi sehingga keadaan tersebut memberikan pengaruh yang kurang
menguntungkan terhadap perkembangan anak. Remaja yang dibesarkan dilingkungan
keluarga yang tidak harmonis, akan menyebabkan remaja tersebut cenderung
kemungkinan besar menjadi agresif. Padahal dalam hadist Rasulullah pernah
bersabda:
“Apabila Allah menghendaki sebuah keluarga menjadi baik, Allah menanamkan kasih sayang kepada mereka” (H.R. Ahmad).
Maksud hadist diatas adalah keluarga akan sakinah jika cinta kasih selalu
bersemi dalam setiap anggota keluarga karena cinta kasih adalah pondasi
kebahagiaan dalam rumah tangga. Cinta kasih juga ditumbuhkembangkan untuk
menghilangkan sikap kasar, amoral dan lain sebagainya.
Keluarga merupakan sumber utama bagi anak dalam mendapatkan
pendidikan. Peranan orang tua dalam keluarga amatlah penting sebab remaja ini
belum memiliki kesiapan yang cukup untuk hidup bermasyarakat. Kepuasan psikis
yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan
19
18
bereaksi terhadap lingkungan. Jika dalam kehidupan remaja ini sering mendapatkan
tekanan-tekanan dari keluarga maupun masyarakat maka kecenderungan untuk
tumbuhnya tingkat agresivitas akan semakin besar. Remaja yang memiliki keluarga
sakinah yang hangat (penuh cinta) akan dapat melewati masa-masa sulit dengan
relatif mudah. Sebaliknya mereka yang tidak merasakan kehangatan cinta dalam
keluarga, akan memasuki kehidupan yang sulit, ketika mereka masih belum
sepenuhnya mengerti kehidupan. Padahal Rasulullah SAW pernah bersabda:
”Sesungguhnya, jika Allah menghendaki suatu kebaikan bagi suatu keluarga, maka Allah memasukkan kelemah-lembutan kepada mereka. Sekiranya kelemah-lembutan itu adalah perangai yang lebih baik lagi darinya, dan sekiranya kekerasan itu adalah perangai, niscaya manusia tidak akan melihat suatu bentuk yang lebih jelek daripadanya” (HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).
Dari hadist diatas menunjukkan bahwa setiap keluarga harus memiliki sifat
saling lemah lembut baik dari perilaku maupun dari berbicara sesama anggota
keluarga. Setiap keluarga harus membina mawaddah dan rahmah karena dengan
mawaddah dan rahmah baik suami, istri dan anak akan merasa nyaman, tentram dan
damai.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa keluarga yang sakinah, dimana
keluarga saling menyayangi, penuh cinta dan kehangatan akan lebih mudah menekan
atau mengurangi terbentuknya agresivitas pada perilaku remaja, begitu pun
sebaliknya keluarga yang tidak sakinah, tidak dipenuhi kehangatan dan tidak
terjalinnya rasa kasih sayang antara individu satu dengan individu yang lain dalam
keluarga, ini akan dengan mudah membentuk agresivitas pada perilaku remaja.
Dengan demikian, keluarga memliki peran yang sangat penting bahkan turut
menentukan terbentuknya agresivitas pada perilaku remaja.
Remaja yang diasuh dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga sakinah
yang sehat dan bahagia akan tumbuh kembang dengan baik dan memiliki kepribadian
yang matang. Menurut Prof. Nick Stinnet dan Prof. John De Frain dalam studinya
yang berjudul ”The National Study on Family Strength” (Hawari, 1997)
mengemukakan bahwa paling sedikit harus ada enam kriteria bagi perwujudan suatu
keluarga yang dikategorikan sakinah, yang amat penting bagi tumbuh kembangnya
seorang anak, antara lain: kehidupan beragama dalam keluarga, memiliki waktu
bersama, memiliki komunikasi yang baik, saling menghargai, saling terikat dan bisa
menyelesaikan masalah secara positif dan terbuka.
Secara keseluruhan sumbangan yang diberikan dari variabel keluarga
sakinah untuk variabel agresivitas adalah sebesar 23,8%. Ini berarti masih ada 76,2%
lainnya yang mempengaruhi kecenderungan agesivitas seperti faktor kepribadian
remaja itu sendiri, teman sebaya, media massa, kemiskinan ataupun kesenjangan
sosial (Berkowitz, 1995).
KESIMPULAN
kesimpulan yang dapat diambil adalah ada hubungan negatif yang sangat
signifikan antara keluarga sakinah dengan agresivitas. Semakin tinggi tingkat
keluarga sakinah maka semakin rendah tingkat agresivitas. Kategori skor keluarga
sakinah berada dalam kategori sedang, begitu pula kategori skor agresivitas juga
berada dalam kategori sedang.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa saran yang dikemukakan oleh
peneliti. Beberapa saran tersebut antara lain:
1. Bagi subjek penelitian
Berdasarkan data penelitian, disarankan kepada kedua orang tua untuk dapat
membangun keluarga yang sakinah karena dengan terbentuknya keluarga sakinah
akan dapat membantu remaja dalam mengurangi tingkat agresivitas. Untuk pemilihan
subjek selanjutnya bisa menggunakan pasangan suam-istri dan remaja tengah yang
masih duduk di bangku SLTP atau remaja akhir yang masih SMU, sebagai subjek
penelitian berikutnya.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama
disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel yang berhubungan dengan
agresivitas pada remaja akhir sehingga dapat ditentukan faktor-faktor lain yang juga
berperan dan mempunyai sumbangan yang paling besar terhadap agresivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Berkowitz,M. W., Mueller, C. W., Schnell, S. V., Padberg, M. T. 1986. Moral
Reasoning and Judgments of Aggression. Journal of Personality and Social Psychology. Vol. 51, No. 4, 885-891.
21
Hawari, D. 1997. Al-Quran: Ilmu Kesehatan & Ilmu Kedokteran Jiwa. Yogyakarta: Dhana Bakti Wakaf.
Hurlock, E. B. 1973. Adolescent Development (4th ed). Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha Ltd.
Irmawati. 2004. Kenaikan BBM Picu Demo, Mahasiswa Makassar Sandera Mobil Tangki. www.tempointeratif.com.
Putro, K. Z. 2005. Orangtua Sahabat Anak Dan Remaja. Yogyakarta: Cerdas Pustaka.
Saad, H. M. 2003. Perkelahian Remaja, Potret Siswa SMU Di DKI Jakarta. Jakarta: Galang Offsset.
Sudarsono. 1995. Kenakalan Remaja: Prevensi Rehabilitasi Dan Resosialisasi. Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
Tambunan, R. 2001. Perkelahian Pelajar. www.e-psikologi.com
Triyatni. 2007. Demonstrasi Mahasiswa UMI, Anarkis Dan Memalukan!. www.Google.com.
Willis, S. S. 2005. Remaja & Masalahnya Mengupas Berbagai Bentuk Kenakalan Remaja Seperti Narkoba, Free Sex Dan Pemecahannya. Bandung: Alfabeta.
IDENTITAS PENULIS
Nama : Siska Dwi Paramitha
Alamat : Jl. Durian no. 7 Komp Pusri Palembang
HP : 085267365647
22