naskah dnkp- 01 (skenario learning) 1

26

Click here to load reader

Upload: dede-ale-sudrajat

Post on 19-Jun-2015

3.834 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Supremasi Hukum Polri

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

MARKAS BESARKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIASEKOLAH STAF DAN PIMPINAN

SKENARIO SUPREMASI HUKUM INDONESIA TAHUN 2025GUNA AKSELERASI GRAND STRATEGI POLRI 2005-2025

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pembangunan nasional merupakan suatu kondisi ideal yang menjadi tujuan

utama dari pencapaian cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat

yang adil, makmur, sejahtera, dan mandiri, sehingga tercipta sebuah tatanan

kehidupan masyarakat yang madani. Keniscayaan tersebut bukanlah hal yang

mudah untuk diwujudkan, namun juga bukan hal yang mustahil untuk dicapai

dengan syarat terwujudnya supremasi hukum.

Dalam upaya mewujudkan supremasi hukum, Polri sebagai bagian dari

aparat penegak hukum, memiliki peran yang sangat strategis dalam mewujudkan

harapan tersebut, karena dalam pelaksanaan tugasnya di bidang penegakan hukum

Polri akan bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat, dimana hal ini

akan mempengaruhi akselerasi program kerja jangka panjang Polri yang

terumuskan dalam Grand Strategi Polri 2005-2025.

Grand Strategi Polri 2005-2025 disusun untuk dijadikan pedoman bagi

seluruh anggota Polri agar dalam pelaksanaan tugasnya lebih terarah, namun pada

kenyataannya kinerja Polri dinilai masih belum sesuai dengan harapan masyarakat,

dimana hasil pencapaian pembangunan kepercayaan (trust building) selama 5 (lima)

tahun ini kurang menunjukan hasil optimal, padahal saat ini Polri sudah mulai

dihadapkan pada program kerja tahap kedua yaitu pembangunan kemitraan

(partnership building). Dengan kondisi ini sudah dapat dipastikan bahwa tantangan

1

Page 2: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

2

dan beban kerja Polri dalam mencapai kesempurnaan (strives for excellence) akan

semakin berat.

Apabila akselerasi program kerja jangka panjang Polri (Grand Strategi Polri

2005-2025) kurang berhasil, maka perwujudan keamanan dalam negeri yang

menjadi tugas dan tanggungjawab Polri akan semakin jauh dari harapan dan dapat

berimplikasi pada supremasi hukum. Olah karena itu, merupakan tugas yang sangat

berat sekaligus tantangan bagi Polri untuk menjawab keraguan publik tersebut di

atas.

Mengacu pada kondisi tersebut, maka Polri perlu melakukan langkah-

langkah strategis bagi Polri agar peluang untuk mewujudkan keamanan dalam

negeri dapat tetap terbuka.

2. Permasalahan

Dari uraian latarbelakang tersebut di atas maka yang menjadi permasalahan

dalam penulisan ini adalah “diperlukan analisa tajam dalam supremasi hukum

di Indonesia tahun 2025 melalui teori scenario learning agar tujuan dari

Grand Strategi Polri 2005-2025 dapat tercapai, dan keamanan dalam negeri

pun dapat terwujud”.

3. Persoalan

Dari permasalahan tersebut di atas, maka dapat diinventarisir

a. Bagaimana kondisi faktual penegakan hukum di Indonesia?

b. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi?

c. Bagaimana kondisi ideal penegakan hukum di Indonesia?

d. Bagaimana skenario supremasi hukum di Indonesia tahun 2025 guna

akselerasi Grand Strategi Polri 2005-2025 dalam rangka mewujudkan

keamanan dalam negeri?

4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup penulisan Naskah Karya Perorangan ini dibatasi pada

gambaran situasi penegakan supremasi hukum di Indonesia tahun 2025 guna

Page 3: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

3

akselerasi tujuan Grand Strategi Polri 2005-2025 dalam rangka mewujudkan

keamanan dalam negeri?

5. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan, merupakan gambaran awal dari penulisan NKP yang

dituangkan dalam latarbelakang, permasalahan, persoalan, dan ruang

lingkup penulisan.

Bab II : Landasan Teori, merupakan aspek pendukung naskah sekaligus

sebagai referensi untuk memperkuat esensi penulisan.

Bab III : Kondisi Faktual Supremasi Hukum di Indonesia, adalah suatu

kondisi yang terjadi saat ini menyangkut mekanisme penegakan

hukum di Indonesia yang cenderung masih paradoks.

Bab IV : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, adalah situasi yang

melatarbelakangi terciptanya kondisi ditinjau dari aspek internal dan

eksternal.

Bab V : Kondisi Ideal Supremasi Hukum di Indonesia, merupakan suatu

kondisi, bagaimana penegakan hukum tersebut dilaksanakan

sebagaimana telah diatur oleh undang-undang hukum yang berlaku

dengan tujuan terwujudnya supremasi hukum dan Kamdagri.

Bab VI : Skenario Supremasi Hukum Di Indonesia Tahun 2025 Guna

Mewujudkan Grand Strategi Polri 2005-2025 Dalam Rangka

Memelihara Kamdagri, Bab ini akan menjelaskan bagaimana teori

Scenario Learning diterapkan dengan tujuan untuk memprediksi

kondisi penegakan supremasi hukum yang akan terjadi di tahun 2025

untuk kemudian dijadikan bahan rujukan dan analisa untuk

memperkuat keyakinan pengambilan keputusan dan arah kebijakan

secara tepat.

Bab VII : Penutup, yaitu bagian penutup dari penulisan NKP yang berisi

ringkasan dari penulisan naskah yang dituangkan ke dalam Sub-Bab

kesimpulan, dan Rekomendasi sebagai usulan dan masukan dari

penulis bagi kemajuan penegakan hukum di Indonesia.

Page 4: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

4

BAB II

LANDASAN TEORI

6. Teori Hukum

Teori umum tentang hukum yang dikembangkan oleh Hans Kelsen meliputi

dua aspek penting, yaitu aspek statis (nomostatic) sebagai perbuatan yang diatur

oleh hukum dan aspek dinamis (nomodinamic) sebagai hukum yang mengatur

perbuatan tertentu. Menurut Freidmann, dasar esensi dari pemikiran Kelsen tersebut

adalah :

a. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan adalah untuk mengurangi

kekacauan dan kemajemukan menjadi kesatuan.

b. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang berlaku,

bukan mengenai hukum yang seharusnya.

c. Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif bukan alam.

d. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak hubungannya dengan

daya kerja norma-norma hukum.

e. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata, mengubah isi

dengan cara khusus.

7. Scenario Learning

Scenario learning merupakan pengembangan suatu skenario yang kemudian

diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan yang bertujuan untuk

memperkuat pemahaman terkait plausibilitas masa depan serta meningkatkan

kualitas pengambilan keputusan. Skenario itu sendiri mengandung arti suatu proses

terkait proyeksi tentang masa depan yang potensial dan merupakan potensi tentang

prediksi yang mungkin terjadi namun tidak bersifat ramalan. Suatu proyeksi harus

diinterpretasikan sebagai pandangan masa depan berdasarkan informasi spesifik dan

asumsi yang logis. Adapun tahapan-tahapan penyusunan skenario antara lain;

Menetapkan Focal Concern (FC), mengidentifikasi Driving Force (DF),

Page 5: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

5

menganalisis hubungan antar DF, memilih DF yang paling berpengaruh, menyusun

Matriks Skenario menentukan Ciri Kunci Setiap Skenario serta menyusun Narasi

Skenario.

BAB III

KONDISI FAKTUAL PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

8. Gambaran Penegakan Hukum Di Indonesia

Perkembangan hukum di Indonesia kini telah memasuki era baru, dimana

sistem yang ada sekarang mulai menunjukan perubahan ke arah sistem yang baik

dimana hukum diterapkan sebagaimana semestinya. Namun demikian hal ini

dianggap belum sepenuhnya mengakomodir kepentingan masyarakat di bidang

hukum, karena masih adanya intervensi yang dilakukan penguasa dalam aplikasi

penegakan hukum di Indonesia.

Kondisi di atas juga ditegaskan oleh Selo Sumardjan, dalam bukunya

“Menuju Tata Indonesia Baru”, bahwa “negara hukum Indonesia selama ini

didominasi oleh negara melalui pemerintah. Masyarakat negara hukum Indonesia

lebih merupakan suatu State Based Society dari pada Community Based Society

dan Negara dan pemerintah masih terlalu dominan dalam menentukan apa yang

harus dilakukan oleh hukum dengan segala akibatnya”.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hukum di Indonesia cenderung

bertolak belakang dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam tegaknya sebuah

negara hukum. berupa:

a. Sistem pemerintahan negara belum sepenuhnya didasarkan atas kedaulatan

rakyat, karena walaupun Pemilu Presiden telah dilaksanakan secara

langsung, namun pada prosesnya masih ada kesan bahwa presiden terpilih

haruslah orang-orang yang berasal dari kelompok atau golongan tertentu.

b. Adanya pembagian kekuasaan yang belum seimbang dengan check and balances

yang kurang jelas dan tegas.

c. Kurangnya peran aktif masyarakat atau warga negara dalam mengontrol serta

mengawasi jalannya pemerintahan.

Page 6: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

6

d. Belum adanya jaminan dan penghormatan serta penghargaan terhadap hak asasi

manusia secara utuh.

e. Masih adanya unsur intervensi terhadap lembaga peradilan.

9. Peran Polri dalam menegakan hukum di Indonesia saat ini

Penegakan hukum yang selama ini telah dilaksanakan Polri secara maksimal

telah memunculkan dua sisi yang berbeda. Pada satu sisi seluruh insan Polri pantas

berbangga hati bahwa Polri telah berhasil menunjukan prestasi kerja pada dunia

internasional, khususnya terkait dengan penanganan jaringan terorisme di

Indonesia, dimana kejahatan terorisme merupakan tindakan yang harus diperangi

oleh negara-negara yang menganut sistem demokrasi. Namun di sisi lain Polri juga

harus mengakui dan menyadari akan adanya kekurangan dan kelemahan yang ada

pada saat ini, dimana hal ini tergambar dari adanya opini negatif dari sebagian

masyarakat (melalui informasi media massa), karena adanya beberapa pelanggaran

hukum yang justru melibatkan pimpinan dan anggota Polri sendiri, oleh karena itu

pembangunan kepercayaan yang diusung Polri selama 5 tahun dianggap kurang

memberikan hasil sempurna, dan dengan kondisi tersebut Polri sebagai aparat

penegak hukum dinilai belum mampu menunjukan sifat dan sikap profesionalnya.

Sementara itu aspek penegakan hukum yang selama ini diemban Polri baru

sebatas pelaksanaan tugas, namun belum mampu mengakomodir kepentingan

masyarakat di bidang penegakan hukum dengan dalih kepentingan politik penguasa

untuk menjaga eksistensi pemerintahannya. Proses penanganan kasus-kasus

menonjol yang menjadi pusat atensi masyarakat cenderung kurang ditangani secara

profesional dimana kasus-kasus mafia peradilan, mafia pajak, mafia peradilan dan

lain-lain terkesan tidak menemukan titik temu, seperti kasus Bank century,

penggelapan pajak, adanya makelar kasus di tubuh Polri dan sebagainya.

Ditinjau dari aspek peraturan perundang-undangan, tidak sedikit aturan

hukum atau undang-undang hukum pidana di Indonesia yang diadopsi dari hukum

yang di buat oleh pemerintah Belanda pada jaman penjajahan, dimana hukum

tersebut lebih memihak pada kepentingan penguasa. Kondisi ini tampaknya juga

berlaku dalam mekanisme penegakan hukum saat ini, dimana hukum di Indonesia

5

Page 7: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

7

belum seutuhnya mengakomodir kepentingan publik, dan lebih banyak memihak

kepada kepentingan politik pemerintah.

Menyimak kondisi ini jelaslah sudah bahwa undang-undang di Indonesia

sudah tidak lagi sesuai dan relevan dengan perkembangan lingkungan strategik

yang terjadi saat ini, dimana pengetahuan hukum masyarakat pun kian meningkat.

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

10. Faktor internal

a. Kekuatan

1) Adanya Undang-Undang No. 2 tahun 2002, untuk mempertegas

tugas, fungsi dan wewenang Polri dalam memelihara Kamdagri.

2) Telah disusunnya Grand Strategi Polri tahun 2005-2025, untuk

dijadikan pedoman kerja jangka panjang Polri ke depan.

3) Tercapainya prestasi penegakan hukum di bidang terorisme.

b. Kelemahan

1) Lemahnya kompetensi aparat penegak hukum (Polri) dalam

menangani kasus-kasus yang menjadi atensi publik.

2) Masih adanya aparat penegak hukum yang terlibat pelanggaran

hukum dan penyalahgunaan wewenang.

3) Masih adanya perilaku diskriminatif dalam menegakan hukum.

11. Faktor Eksternal

a. Peluang

1) Adanya pengawasan eksternal (DPR, LSM, pemerhati Polri,

Kompolnas, BPK, dan masyarakat) terhadap kinerja Polri.

2) Adanya komitmen pemerintah untuk menjadikan Polri sebagai

aparat penegak hukum yang Profesional, bermoral dan modern.

3) Meningkatnya pengetahuan dan wawasan masyarakat di bidang

hukum, sehingga masyarakat memahami hak dan kewajibannya.

b. Kendala

Page 8: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

8

1) Lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap aparat penegak hukum

khususnya kepada Polri.

2) Adanya peraturan yang tumpang tindih dan tarik ulur kewenangan

antara Polri dengan lembaga penegak hukum lainnya.

3) Masih adanya undang-undang yang tidak lagi sesuai dengan

perkembangan lingkungan strategik di bidang hukum.

BAB V

KONDISI IDEAL PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA

12. Penegakan hukum yang diharapkan

Di dalam sistem hukum atau penegakan hukum terdapat 3 (tiga) aspek

penting untuk terwujudnya supremasi hukum, yaitu; Pertama, adanya struktur dan

institusi hukum, yang meliputi kekuasaan penyidikan, penuntutan, kekuasaan

kehakiman dan bantuan hukum yang dilakukan oleh kejaksaan, kepolisian

kehakiman dan advokat/pengacara. Kedua, adanya budaya hukum, dimana hal

tersebut harus mampu direfleksikan melalui perilaku-perilaku yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat yang demokratis, transparan, partisipatif dan dapat

dipertanggungjawabkan yang mendukung dimensi keadilan dalam penegakan

hukum. Ketiga, yaitu adanya substansi hukum itu sendiri, dimana hal tersebut harus

memuat unsur-unsur norma yang dapat mendukung fungsi dan bekerjanya sistem

hukum dengan standar yang berlaku secara universal/internasional.

Selain hal di atas, dalam sistem kekuasaan politik dijelaskan bahwa, syarat-

syarat yang harus dipenuhi dalam mendukung tegaknya negara hukum adalah:

a. Adanya sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan rakyat,

dimana bentuk-bentuk pelaksanaannya dilakukan melalui Pemilu guna

memilih orang-orang yang akan duduk di dalam pemerintahan (eksekutif

dan legislatif).

b. Adanya pembagian kekuasaan yang seimbang atau check and balances yang

jelas dan tegas.

c. Adanya peran aktif masyarakat atau warga negara sebagai kontrol sosial untuk

turut serta mengawasi jalannya pemerintahan.

Page 9: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

9

d. Adanya jaminan dan penghormatan serta penghargaan terhadap hak asasi

manusia.

e. Adanya lembaga peradilan yang bebas dari intervensi manapun dan mandiri.

Dengan demikian apabila penataan hukum di Indonesia telah memenuhi

kriteria tersebut di atas, maka negara hukum yang didambakan akan terwujud.

13. Peran Polri sebagai penegak hukum yang diharapkan

Prestasi Polri di bidang penegakan hukum sudah selayaknya dipertahankan,

bahkan harus terus ditingkatkan, karena hal ini merupakan hal yang penting untuk

meningkatkan kepercayaan dunia internasional bahwa bangsa Indonesia memiliki

komitmen kuat untuk menjadikan bangsa ini sebagai bangsa yang menjunjung

tinggi supremasi hukum.

Dalam rangka menyempurnakan pencapaian prestasi tersebut, maka

pimpinan yang memiliki kewajiban untuk menentukan kemajuan organisasi Polri

perlu melakukan berbagai pembenahan dan perbaikan terhadap sistem dan metode

yang dianggap memiliki kelemahan dan kekurangan agar mampu merubah stigma

negatif yang terlanjur berkembang di sebagian masyarakat menjadi sebuah pujian.

Hal untuk dapat merubah pandangan masyarakat tersebut adalah dengan

menunjukan sikap dan perilaku yang profesional dalam pelaksanaan tugas,

bermoral guna menghindari setiap tindakan yang bertentangan dengan norma

hukum yang berlaku dan modern dalam memanfaatkan kemajuan teknologi guna

mendukung pelaksanaan tugas, dalam hal ini bidang penegakan hukum.

Untuk mengakselerasikan pembangunan kepercayaan publik kepada Polri,

maka Polri harus mampu menunjukan komitmennya terhadap organisasi, artinya

bahwa Polri harus dapat menunjukan sosok yang peka terhadap setiap aspirasi yang

disampaikan masyarakat dan menindaklanjutinya berdasarkan prosedur dan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Sesuai dengan kebijakan Kapolri, bahwa seluruh anggota Polri dari mulai

tingkat pimpinan hingga bawahan yang mengawaki Polri harus mampu menangani

setiap kasus yang menjadi perhatian publik, karena hal ini akan menjadi core

business bagi superioritas organisasi Polri di masyarakat maupun terhadap

peningkatan dukungan pemerintah.

8

Page 10: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

10

Sebagaimana telah diulas bahwa sebagian dari perangkat hukum perundang-

undangan pidana Indonesia diadopsi dari hukum undang-undang peninggalan jaman

penjajahan Belanda, oleh karena itu sudah selayaknya Polri perlu melakukan

pendekatan dan kerjasama dengan lembaga-lembaga negara maupun instansi

penegak hukum berwenang lainnya untuk melakukan amandemen terhadap undang-

undang yang tidak lagi relevan dengan perkembangan era reformasi.

BAB VI

SKENARIO SUPREMASI HUKUM INDONESIA TAHUN 2025

GUNA AKSELERASI GRAND STRATEGI POLRI 2005-2025

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KAMDAGRI

14. Program akselerasi Grand Strategi Polri 2005-2025 dalam rangka

mewujudkan keamanan dalam negeri

Sebagai pengemban tugas-tugas kepolisian yang meliputi pemeliharaan

Kamtibmas, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan

masyarakat hingga terwujudnya keamanan dalam negeri, maka seluruh program dan

kebijakan Polri haruslah tetap mengacu kepada Grand Strategi Polri (2005 -2025),

yang dirumuskan dalam tiga tahapan prioritas kerja Polri secara gradual yaitu

sebagai berikut:

a. Tahap I : Trust Building (2005 - 2009). Keberhasilan Polri dalam

menjalankan tugas memerlukan dukungan masyarakat dengan landasan

kepercayaan (trust).

b. Tahap II : Partnership Building (2010 - 2014). Merupakan kelanjutan dari

tahap pertama, di mana perlu dibangun kerjasama yang erat dengan berbagai

pihak yang terkait dengan pekerjaan Polri.

c. Tahap III : Strive for Excellence (2015 - 2025). Membangun kemampuan

pelayanan publik yang unggul dan dipercaya masyarakat. Dengan demikian

kebutuhan masyarakat akan pelayanan Polri yang optimal dapat

diwujudkan.

Page 11: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

FC :Supremasi Hukum di IndonesiaTh 2025

Budaya Hukum Masy

Sistem & Metode Hukum

Komitmen Pemerintah/

DPR

Aparat Penegak Hukum

Peraturan Per-UU

Sarana Prasarana

Hukum

11

15. Scenario Learning

Menyikapi perkembangan lingkungan strategik yang terjadi begitu cepat,

menyebar dan menyeluruh, maka Polri mulai mengambil langkah-langkah strategis

guna mewujudkan keamanan dalam negeri.

a. Menetapkan Focal Concern

“Supremasi Hukum di Indonesia Tahun 2025”

b. Mengidentifikasi Driving Forces

1) Peraturan Perundang-Undangan

2) Aparat penegak hukum

3) Sistem dan metode Hukum

4) Komitmen pemerintah/DPR.

5) Sarana prasarana hukum

6) Budaya hukum masyarakat

c. Analisa Hubungan Antar Driving Forces

d. Menentukan Driving forces

Dari gambar tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat 2 (dua)

aspek hubungan antar Driving Forces yang berpengaruh diantaranya yaitu:

10

Page 12: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

12

1) Aparat Penegak Hukum

2) Komitmen Pemerintah/DPR

e. Matriks Skenario

f. Ciri-Ciri Kunci Skenario

1) Aparat Gakkum

a) Indikator Positif

(1) Meningkatnya kemampuan aparat penegak hukum

dalam mewujudkan supremasi hukum.

(2) Adanya kerjasama antar aparat penegak hukum dalam

wadah CJS (Criminal Justice System).

(3) Adanya prestasi dalam penegakan hukum.

b) Indikator Negatif

Aparat Gakkum

(+)

(-)

(+)

(-)

KUADRAN I

KUADRAN II

KUADRAN IV

KUADRAN III

Komitmen pemerintah/

DPR

Aparat Gakkum

Komitmen pemerintah/

DPR

Page 13: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

13

(1) Kurangnya pengawasan terhadap aparat penegak

hukum dalam pelaksanaan tugas.

(2) Masih adanya pelanggaran dan penyalahgunaan

wewenang oleh aparat penegak hukum.

(3) Masih adanya diskriminasi dalam penegakan hukum.

2) Komitmen pemerintah/DPR

a) Indikator Positif

(1) Adanya political will pemerintah untuk mewujudkan

supremasi hukum di Indonesia.

(2) Berfungsinya lembaga eksekutif, legislatif dan

yudikatif dalam mewujudkan supremasi hukum.

(3) Adanya kewajiban untuk mengamandemen undang-

undang yang dianggap sudah tidak sesuai dengan

perkembangan era reformasi.

b) Indikator Negatif

(1) Masih adanya intervensi penguasa dalam penegakan

hukum untuk memperkuat eksistensi pemerintahan.

(2) Adanya upaya penguasa untuk menjadikan aparat

penegakan hukum sebagai alat kekuasaan.

(3) Adanya kepentingan politik dalam mengatur tata hukum

di Indonesia.

g. Symbol (Frase)

(+)

(-)

(+)

(-)

KUADRAN I

Mobil Melaju Lancer

KUADRAN II

Mobil Mogok

KUADRAN IV

Mobil mengalami Kecelakaan Lalu

Lintas

KUADRAN III

Mobil Terjebak Kemacetan

Aparat Gakkum

Komitmen pemerintah/

DPR

Komitmen pemerintah/

DPR

Page 14: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

14

h. Menyusun Narasi Skenario

1) Kuadran I : Mobil Melaju Lancar

Supremasi Hukum Indonesia tahun 2025 Tegak,

Kemampuan aparat penegak hukum meningkat, kerjasama antar CJS

harmonis dan sinergis, sehingga Prestasi kinerja aparat penegak

hukum pun meningkat. Hal ini diperkuat dengan adanya political

will pemerintah untuk mewujudkan supremasi hukum, dimana

lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif mampu memerankan

perannya dengan sempurna, dimana hal ini dibuktikan dengan

dilaksanakannya amandemen terhadap undang-undang yang dinilai

sudah tidak sesuai dengan perkembangan reformasi.

2) Kuadran II : Mobil Mogok

Supremasi hukum di Indonesia tahun 2026 lesu, karena

kurangnya pengawasan terhadap kinerja aparat penegak hukum

akibatnya tidak sedikit aparat penegak hukum yang melakukan

pelanggaran hukum, dan bersikap diskriminasi dalam menegakan

hukum. Namun demikian dengan adanya Political will pemerintah

dalam menegakan supremasi hukum, maka lembaga eksekutif,

legislatif, dan yudikatif pun tetap konsisten dalam melaksanakan

fungsinya sebagai lembaga yang berwenang mengamandemen setiap

undang-undang yang dinilai sudah invalid.

3) Kuadran III : Mobil Terjebak Kemacetan Lalu Lintas

Supremasi Hukum di Indonesia tahun 2025 pingsan,

Kemampuan aparat penegak hukum dalam mewujudkan supremasi

hukum telah mendukung, dimana kerjasama antar CJS pun berjalan

harmonis dan sinergis bahkan prestasi dalam penegakan hukum pun

dapat dicapai. Namun karena adanya intervensi pemerintah maka

Aparat Gakkum

Page 15: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

15

aparat penegak hukum pun tidak lebih hanya menjadi alat

kekuasaan, terutama oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan

politik dalam penataan hukum di Indonesia.

4) Kuadran IV : Mobil Mengalami Kecelakaan Lalu Lintas

Supremasi Hukum di Indonesia tahun 2025, mati suri,

Pada kondisi ini negara harus melakukan reformasi total bidang

hukum secara total karena pelaksanaan hukum tidak berfungsi.

Kurangnya pengawasan tidak saja mengakibatkan pelanggaran dan

penyalah-gunaan wewenang oleh aparat penegak hukum, namun

juga sering bersikap diskriminasi dalam menegakan hukum. Kondisi

ini juga diperparah dengan adanya intervensi pemerintah dalam

penegakan hukum dimana aparat dijadikan alat kekuasaan

pemerintah untuk menjaga eksistensinya sesuai dengan kepentingan

politiknya dalam mengatur tata hukum di Indonesia.

16. Langkah-langkah pemecahan masalah

a. Apabila kondisi supremasi hukum Indonesia 2025 berada pada Kuadran II,

maka langkah-langkah yang ditempuh adalah:

1) Meningkatkan pengawasan kepada aparat penegak hukum dalam

melaksanakan tugasnya, dengan mengoptimalkan fungsi

pengawasan, (Kompolnas terhadap Polri, Komisi Yudisial terhadap

Kehakiman, Komisi Kejaksaan terhadap kejaksaan dan komisi

Advokat terhadap pengacara dan BPK).

2) Melakukan tindakan tegas sesuai dengan peraturan perundang-

undangan kepada oknum penegak hukum yang melanggar hukum

atau menyalahgunakan wewenang.

3) Mengaktifkan fungsi pengaduan masyarakat guna menampung

keluhan dan laporan masyarakat terhadap sikap dan perilaku aparat

penegak hukum yang melakukan tindakan diskriminasi.

b. Apabila kondisi supremasi hukum di Indonesia tahun 2025 berada pada

kuadran III, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Page 16: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

16

1) Memperkuat komitmen seluruh aparat penegak hukum terhadap

organisasi untuk menghindari setiap upaya intervensi yang dilakukan

oleh pihak-pihak tertentu (individu pemerintah).

2) Melakukan pendekatan kepada pemerintah untuk mendapatkan

dukungan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang

penegakan hukum serta meningkatkan kerjasama dan kemitraan

dengan instansi terkait lainnya dalam wadah Criminal Justice System

(CJS).

3) Memperkuat moral dan mental aparat penegak hukum agar selalu

mengabdi kepada kepentingan masyarakat, bukan kepada

kepentingan politik pemerintah.

BAB VII

PENUTUP

17. Kesimpulan

Dari uraian di atas, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

a. Berdirinya negara Indonesia sebagai negara hukum, bukan saja dapat

menjamin adanya keamanan dalam negeri yang kondusif, namun juga dapat

membawa seluruh rakyat Indonesia menuju tatanan kehidupan masyarakat

madani yang adil, makmur, sejahtera, dan mandiri sesuai dengan prinsip

pembangunan nasional.

b. Sebagai pengemban fungsi pemerintahan Polri memiliki peranan penting

untuk mendukung pencapaian pembangunan nasional dengan menempatkan

hukum sebagai panglima (supremasi hukum), dimana hal ini akan menjadi

“core business” bagi Polri untuk mengakselerasikan Grand Strategi Polri

2005-2025 dalam rangka mewujudkan keamanan dalam negeri.

c. Harapan tersebut di atas pada kenyataannya masih bertolak belakang dengan

kondisi faktual, karena kepentingan politik penguasa masih menjadi bagian

yang tidak terpisahkan dalam penataan hukum di Indonesia, sehingga

Page 17: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

17

berimplikasi pada pelaksanaan tugas Polri yang kurang optimal dan

profesional sebagai aparat penegak hukum, terlebih saat ini masih terdapat

sebagian undang-undang yang dinilai tidak sesuai dengan era reformasi.

d. Guna mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi dalam perwujudan

supremasi hukum di tahun 2025, maka Polri perlu melakukan pendekatan

teori scenario learning, guna memperkuat pengambilan keputusan secara

sistematis dan strategis serta efektif.

18. Rekomendasi

a. Untuk menyamakan persepsi terhadap supremasi hukum, diperlukan adanya

kegiatan rapat koordinasi antar CJS secara kontinyu, sehingga kerjasama

yang telah dibangun dapat terus terpelihara secara harmonis dan sinergis.

b. Diperlukan peningkatan kemampuan bagi penyidik Polri guna menangani

kasus-kasus yang menjadi atensi publik.

c. Guna meningkatkan motivasi kinerja seluruh aparat penegak hukum, maka

diperlukan penerapan reward and punishment secara konsisten dan

konsekuen tanpa adanya unsur diskriminasi.

d. Perlunya pemahaman skenario learning bagi setiap pimpinan Polri guna

mendukung pengambilan keputusan yang efektif guna mewujudkan

supremasi hukum.

Lembang, 21 M e i 2009

Penulis,

16

Page 18: Naskah DNKP- 01 (Skenario Learning) 1

18

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Nusyirwan Zen, “Paradigma Organisasi Pembelajaran dan Scenario Learning”,

Bahan Ajaran Peserta Sespati Polri Pendidikan Reguler ke 18, Tahun Pendidikan

2010, Lembang, 14 Juni 2010

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Grand Strategi Polri Menuju

Tahun 2025, Bekerjasama dengan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan

Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Juni 2005

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Undang-Undang No. 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2002

Helmi, Supremasi Hukum, “Penegakan Hukum”, http://supremasihukum-helmi.blogspot.

com/2009/03/penegakan-hukum.html, Jumat, 6 Maret 2009