learning issues skenario a blok 12 2015

43
Learning Issues Skenario A Blok 12 2015 Saraswati Annisa 04011381419196 Gamma Interaksi Obat (alergi, drug of choice) Interaksi obat adalah keadaan dimana efek farmakologik (farmakodinamik dan/atau farmakokinetik) dari suatu obat mengalami perubahan akibat berinteraksi antar obat itu sendiri, ataupun dengan obat lain. Perubahan yang terjadi dapat berupa efek yang memang dikehendaki (Desirable Drug Interaction), misalnya terjadinya efek sinergistik (efek obat meningkat karena adanya obat/senyawa lainnya); ataupun efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug Interactions = ADIs), yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas akibat meningkatnya kadar obat di dalam plasma, atau menurunnya kadar obat dalam plasma sehingga hasil terapi menjadi tidak optimal. Obat yang dipengaruhi efeknya disebut “object drug” atau “index drug”, sedangkan obat lainnya yang mempengaruhi disebut precipitant drug- Contoh index drugs antara lain: antikoagulan (warfarin, kumarin), digoksin, dilantin, obat-obat sitostatika, kontrasptik hormonal.

Upload: sarasanns

Post on 20-Feb-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

gk

TRANSCRIPT

Page 1: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Learning Issues Skenario A Blok 12 2015

Saraswati Annisa

04011381419196

Gamma

Interaksi Obat (alergi, drug of choice)

Interaksi obat adalah keadaan dimana efek farmakologik (farmakodinamik dan/atau

farmakokinetik) dari suatu obat mengalami perubahan akibat berinteraksi antar obat itu sendiri,

ataupun dengan obat lain.

Perubahan yang terjadi dapat berupa efek yang memang dikehendaki (Desirable Drug

Interaction), misalnya terjadinya efek sinergistik (efek obat meningkat karena adanya

obat/senyawa lainnya); ataupun efek yang tidak dikehendaki (Undesirable/Adverse Drug

Interactions = ADIs), yang lazimnya menyebabkan efek samping obat dan/atau toksisitas akibat

meningkatnya kadar obat di dalam plasma, atau menurunnya kadar obat dalam plasma

sehingga hasil terapi menjadi tidak optimal.

Obat yang dipengaruhi efeknya disebut “object drug” atau “index drug”, sedangkan obat

lainnya yang mempengaruhi disebut “precipitant drug”

- Contoh index drugs antara lain: antikoagulan (warfarin, kumarin), digoksin, dilantin,

obat-obat sitostatika, kontrasptik hormonal.

- Contoh precipitant drug antara lain: aspirin, fenilbutazon, sulfa

Warfarin yang diberikan bersama (concomitant) dengan aspirin menyebabkan efek warfarin

meningkat dan terjadi efek samping perdarahan hebat.

Obat Indeks dan Obat Presipitan

Obat Indeks (index drugs) adalah obat yang diubah atau dipengaruhi efek farmakologiknya

oleh obat/bahan lain.

Ciri-ciri obat indeks sbb.:

Page 2: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

a. Obat-obat dimana adanya perubahan sedikit saja pada dosis obat ® akan berakibat

terjadinya perubahan besar pada efek klinik obat tsb. Secara farmakologik, obat-obat

ini mempunyai kurva dosis respons tajam dimana jika kadar obat berkurang sedikit

saja, makan efikasi kliniknya akan menurun cukup signifikan.

b. Obat2 yang memiliki low margin of safety / low toxic-therapeutic ratio. Adanya

peningkatan sedikit saja dosis/kadar obat tersebut ® dapat menimbulkan peningkatan

efek toksik yang signifikan.

Contoh obat indeks: Antikoagulan: warfarin, dikumarol, Antikonvulsan: fenitoin,Antiaritmia:

lidokain, prokainamid, Antidiabetik oral: tolbutamid, klorpropamid, Antibiotika: aminoglikosida

(gentamisin, vankomisin), Glikosida jantung: digoksin, Imunosupresan: sikloserin , Kontraseptik

hormonal, Obat-obat SSP: gol. benzodiazepin, litium, Sitostatika: 5-fluorourasil, metotreksat,

Teofilin

Obat Presipitan (precipitant drugs) adalah obat lain yang mempengaruhi/ mengubah efek

obat indeks.

Ciri-ciri obat presipitan sbb.:

a. Obat-obat yang mempunyai ikatan protein (albumin) kuat . Obat-obat ini akan

menggusur (displaced) obat lain (obat indeks) yang ikatan proteinnya lebih lemah,

sehingga kadar plasma obat yang ‘tergusur’ akan meningkat.

Contoh obat presipitan dengan ciri ini adalah: aspirin, fenilbutazon, sulfa

b. Obat-obat dengan kemampuan menghambat (inhibitor) atau merangsang (inducer)

enzim-enzim pemetabolisme di hati.

enzyme inhibitor ® menghambat metabolisme obat indeks ® kadar obat indeks

® toksisitas

contoh: fenilbutazon, simetidin, kloramfenikol, allopurinol

enzyme inducer ® mempercepat eliminasi (metabolisme) obat indeks ® kadar

plasma obat indeks ¯ ® efikasi ¯

contoh: rifampisin, karmamazepin, fenitoin, fenobarbital

Page 3: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

c. Obat-obat yang dapat mempengaruhi /mengubah fungsi ginjal sehingga eliminasi

obat-obat lain (obat indeks) akan dimodifikasi.

Contoh: probenesid, diuretika

Ciri-ciri obat presipitan seperti dijelaskan di atas adalah yang terkait dengan interaksi secara

farmakokinetik, terutama pada proses distribusi (ikatan protein), metabolisme, dan ekskresi

ginjal.

Mekanisme Interaksi Obat

Mekanisme interaksi obat dapat melalui beberapa cara, yakni 1) interaksi secara

farmasetik (inkompatibilitas); 2) interaksi secara farmakokinetik dan 3) interaksi secara

farmakodinamik.

1. Interaksi farmasetik:

Interaksi farmasetik atau disebut juga inkompatibilitas farmasetik bersifat langsung dan

dapat secara fisika atau kimiawi, misalnya terjadinya presipitasi, perubahan warna, tidak

terdeteksi (invisible), yang selanjutnya menyebabkan obat menjadi tidak aktif. Sering terjadi

pada pada obat-obat yang dicampur dalam cairan secara bersamaan, misal dlm infus atau injeksi

Contoh: interaksi karbenisilin dengan gentamisin terjadi inaktivasi; fenitoin dengan larutan

dextrosa 5% terjadi presipitasi; amfoterisin B dengan larutan NaCl fisiologik, terjadi presipitasi.

Interaksi farmasetik secara fisika, sangat bergantung pada sifat2 fisik dan bentuk sediaan obat,

terjadi saat pencampuran

Contoh:

a). obat berubah menjadi basah (higroskopis):

- K/Na bromida

- Pembebasan air kristal: Mg2SO4.7H2O + Na2CO3.H2O

- Terjadi campuran eutetik: menthol + camphor/thymol

b). Terjadi adsorpsi obat berkhasiat:

Page 4: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

- Norit + papaverin, antibiotika ® adsorpsi bahan berkhasiat obat

- Kaolin, bolus alba ® menyerap obat lain

- Terjadi campuran eutetik: menthol + camphor/thymol

Interaksi farmasetik secara kimiawi yaitu jika terjadi reaksi kimia jika 2 atau lebih obat

dicampur, atau terbentuk zat baru dg khasiat berbeda dari bahan asal semula.

Contoh:

a) Terbentuk zat yang lebih toksik

- Acetosal + quinine ® quinotoxin

- Hg2Cl2 (Calomel) + KI ® Hg2I2

b) Terbentuk garam komplek yang tidak larut

- Tetrasiklin + garam kalsium (fosfat, karbonat) ® terbentuk senyawa chelate yang

tidak larut ® tidak dapat diabsorpsi ® tetrasiklin tidak aktif

2. Interaksi farmakokinetik:

Interaksi dalam proses farmakokinetik, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme dan

ekskresi (ADME) yang terjadi di saluran cerna, hati, ginjal, dan dapat meningkatkan ataupun

menurunkan kadar plasma obat. Interaksi obat secara farmakokinetik yang terjadi pada suatu

obat tidak dapat diekstrapolasikan (tidak berlaku) untuk obat lainnya meskipun masih dalam

satu kelas terapi, disebabkan karena adanya perbedaan sifat fisikokimia, yang menghasilkan sifat

farmakokinetik yang berbeda. Contohnya, interaksi farmakokinetik oleh simetidin (H2-bloker)

tidak dimiliki oleh H2-bloker lainnya; interaksi farmakokinetik oleh terfenadin, aztemizole

(antihistamin non-sedatif) tidak dimiliki oleh antihistamin non-sedatif lainnya.

3. Interaksi farmakodinamik:

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem

reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif,

potensiasi, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun profil

Page 5: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

farmakokinetik lainnya. Interaksi farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat

lain yang segolongan dengan obat yang berinteraksi (class effect), karena klasifikasi obat

adalah berdasarkan efek farmakodinamiknya. Selain itu, umumnya kejadian interaksi

farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat dihindari sebelumnya jika diketahui

mekanisme kerja obat.

Contoh interaksi obat pada reseptor yang bersifat antagonistik misalnya: interaksi antara

β-bloker dengan agonis-β2 pada penderita asma; interaksi antara penghambat reseptor dopamin

(haloperidol, metoclopramid) dengan levodopa pada pasien parkinson.

Beberapa contoh interaksi obat secara fisiologik serta dampaknya antara lain sebagai

berikut: interaksi antara aminoglikosida dengan furosemid akan meningkatkan risiko ototoksik

dan nefrotoksik dari aminoglikosida; β-bloker dengan verapamil menimbulkan gagal jantung,

blok AV, dan bradikardi berat; benzodiazepin dengan etanol meningkatkan depresi susunan saraf

pusat (SSP); kombinasi obat-obat trombolitik, antikoagulan dan anti platelet menyebabkan

perdarahan.

Penggunaan diuretik kuat (misal furosemid) yang menyebabkan perubahan keseimbangan

cairan dan elektrolit seperti hipokalemia, dapat meningkatkan toksisitas digitalis jika diberikan

bersama-sama. Pemberian furosemid bersama relaksan otot (misal, d-tubokurarin) menyebabkan

paralisis berkepanjangan. Sebaliknya, penggunaan diuretik hemat kalium (spironolakton,

amilorid) bersama dengan penghambat ACE (kaptopril) menyebabkan hiperkalemia. Kombinasi

antihipertensi dengan obat-obat anti inflamasi non-steroid (NSAID) yang menyebabkan retensi

garam dan air, terutama pada penggunaan jangka lama, dapat menurunkan efek antihipertensi.

a. Bagaimana interaksi obat digoxin, warfarin,dan amoksisilin?

b. Bagaimanainteraksiobat digoxin, warfarin dengangolongan lain?c. Mengapa Tuan MT mengalamialergiterhadapamoksisilin?

Page 6: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

d. Mengapa Tuan.MT diberi digoxin dan warfarin?

Karena Digoksin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung, terutama atrial fibrilasi), dan Warfarin adalah obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah atau trombosis.

e. Bagaimana mekanisme kerja obatdigoxin?

Digoxin diperoleh dari daun tumbuhan Digitalis lanata (daun-daunan yang dipakai sebagai obat memperkuat jantung). Digoksin digunakan terutama untuk meningkatkan kemampuan memompa (kemampuan kontraksi) jantung dalam keadaan kegagalan jantung/congestive heart failure (CHF). Obat ini juga digunakan untuk membantu menormalkan beberapa dysrhythmias ( jenis abnormal denyut jantung). Obat ini termasuk obat dengan Therapeutic Window sempit (jarak antara MTC [Minimum Toxic Concentration] dan MEC [Minimum Effectiv Concentration] mempunyai jarak yang sempit. Artinya rentang antara kadar dalam darah yang dapat menimbulkan efek terapi dan yang dapat menimbulkan efek toksik sempit. Sehingga kadar obat dalam plasma harus tepat agar tidak melebihi batas MTC yang dapat menimbulkan efek toksik. Efek samping pada pemakaian dosis tinggi, gangguan susunan syaraf pusat: bingung, tidak nafsu makan, disorientasi, gangguan saluran cerna: mual, muntah dan gangguan ritme jantung. Reaksi alergi kulit seperti gatal-gatal, biduran dan juga terjadinya ginekomastia (jarang) yaitu membesarnya payudara pria) mungkin terjadi.

Sifat Fisikokimia : Digoksin merupakan kristal putih tidak berbau. Obat ini praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sedikit larut dalam alkohol dan dalam kloroform dan sangat larut dalam piridinKeterangan : Digoksin adalah salah satu glikosida jantung (digitalis), suatu kelompok senyawa yang mempunyai efek khusus pada miokardium. digoksin diekstraksi dari daun Digitalis lanata

 Indikasi - Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama atrial fibrilasi).- Untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium, takikardia atrium proksimal dan flutter atrium.- Untuk mengobati gagal jantung kongestif, juga digunakan untuk mengobati fibrilasi atrial, gangguan irama jantung pada atrium (serambi bagian atas jantung yang membiarkan darah mengalir ke jantung).

Mekanisme Kerja

Mekanisme kerja digoksin yaitu dengan menghambat pompa Na-K ATPase yang menghasilkan

peningkatan natrium intracellular yang menyebabkan lemahnya pertukaran natrium/kalium dan

meningkatkan  kalsium intracellular. Hal tersebut dapat meningkatkan penyimpanan kalsium

Page 7: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

intrasellular di sarcoplasmic reticulum pada otot jantung, dan dapat meningkatkan cadangan

kalsium untuk memperkuat /meningkatkan kontraksi otot.

Ion Na+ dan Ca2+ memasuki sel otot jantung selama/setiap kali depolarisasi (Gambar 33-8).

Ca2+ yang memasuki sel melalui kanal Ca2+ jenis L selama depolarisasi memicu pelepasan

Ca2+ intraseluler ke dalam sitosol dari retikulum sarkoplasma melalui reseptor ryanodine (RyR).

Ion ini menginduksi pelepasan Ca2+ sehingga meningkatkan kadar Ca2+ sitosol yang tersedia

untuk berinteraksi dengan protein kontraktil, sehingga kekuatan kontraksi dapat ditingkatkan.

Selama repolarisasi myocyte dan relaksasi, Ca2+ dalam selular kembali terpisahkan oleh

Ca2+ sarkoplasma retikuler -ATPase (SERCA2), dan juga akan dikeluarkan dari sel oleh penukar

Na+- Ca2+ (NCX) dan oleh Ca2+ sarcolemmal -ATPase.

Kapasitas dari penukar untuk mengeluarkan  Ca2+ dari sel tergantung pada konsentrasi

Na+intrasel.

Pengikatan glikosida jantung ke sarcolemmal Na+,K+-ATPase dan penghambatan aktivitas

pompa Na+ seluler  menghasikan pengurangan tingkat aktifitas  ekstrusi Na+ dan peningkatan

sitosol Na+. Peningkatan Na+ intraseluler mengurangi gradien transmembran Na+ yang

mendorong ekstrusi Ca2+ intraseluler selama repolarisasi myocyte. Dengan mengurangi

pengeluaran Ca2+ dan masuknya kembali Ca2+ pada setiap kali potensial aksi, maka

Ca2+ terakumulasi dalam myocyte: serapan Ca2+ ke dalam SR meningkat; ini juga meningkatkan

Ca2+ sehingga dapat dilepaskan dari SR ke troponin C dan protein Ca2+-sensitif dari aparatus

kontraktil lainnya selama siklus berikutnya dari gabungan eksitasi-kontraksi, sehingga

menambah kontraktilitas myocyte (Gambar 33-8). Peningkatan dalam pelepasan Ca2+ dari

retikulum sarkoplasma adalah merupakan substrat biologis di mana  glikosida jantung

meningkatkan kontraktilitas miokard.  Glikosida jantung berikatan secara khusus ke bentuk

terfosforilasi dari  a subunit dari Na+, K+-ATPase. Ekstraselular K+mendorong defosforilasii

enzim sebagai langkah awal dalam translokasi aktif kation ke dalam sitosol, dan juga dengan

demikian menurunkan afinitas enzim dari glikosida jantung. Hal ini menjelaskan sebagian

pengamatan bahwa dengan meningkatnya  ekstraselular K+dapat membalikkan beberapa efek

toksik dari glikosida jantung.

Page 8: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Selain itu, digoksin juga bekerja secara aksi langsung pada otot lunak vascular dan efek tidak

langsung yang umumnya dimediasi oleh system saraf otonom dan peningkatan aktivitas vagal

(refleks dari system saraf otonom yang menyebabkan penurunan kerja jantung).

Farmakodinamik/Farmakokinetik :

Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2 jam; IV : 5-30 menit

Peak effect (waktu efek puncak) : oral : 2-8 jam; IV : 1-4 jam

Durasi : dewasa : 3-4 hari pada kedua sediaan

Absorpsi : melalui difusi pasif pada usus halus bagian atas, makanan dapat menyebabkan

absorpsi mengalami penundaan (delay), tetapi tidak mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi.

Distribusi :

Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg

Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg

Anak-anak : 16 L/kg

Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal

Ikatan obat dengan protein (protein binding) : 30%

Metabolisme : melalui sequential sugar hydrolysis dalam lambung atau melalui reduksi cincin

lakton oleh bakteri di intestinal , metabolisme diturunkan dengan adanya gagal jantung kongestif

Bioavailabilitas:

T½ eliminasi (half-life elimination) berdasarkan umur, fungsi ginjal dan jantung

T½ eliminasi (half-life elimination): parent drug (obat asal ): 38 jam; metabolit:

digoxigenin: 4 jam ; monodigitoxoside : 3 – 12 jam

Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral ~ 1 jam

Ekskresi : urin (50% hingga 70% dalam bentuk obat yang tidak berubah )

Konsentrasi serum digoksin :

Gagal jantung kongestif : 0,5 -0,8 ng/ml .Aritmia : 0,8-2 ng/ml

Dewasa : < 0,5 ng/ml, kemungkinan menunjukkan underdigitalization, kecuali jika

terdapat hal-hal khusus

Page 9: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Toksik > 2,5 ng/ml

Mekanisme Digoksin melalui 2 cara yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi berdasarkan penghambatan enzim Na+,K+ -ATPase dan peningkatan arus masuk ion kalsium ke inrtasel. Efek tidak langsung yaitu pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung terhadap neorotransmiter

f. Bagaimanamekanismekerjaobat warfarin?

Warfarin adalah obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah atau trombosis. Trombosis adalah suatu keadaan terjadinya penggumpalan darah yang tidak normal di dalam pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah di dalam tubuh manusia.

Penggumpalan darah yang normal adalah suatu mekanisme tubuh bila terjadi kerusakan pembuluh darah.  Mekanisme ini dinamakan hemostasis bertujuan mencegah terjadinya kehilangan darah yang berkelanjutan. Namun pada suatu keadaan patologis, terjadi penggumpalan darah yang berlebihan yang mengakibatkan terjadinya sirkulasi tubuh yang baik.

Trombosis secara garis besar dapat dibagi 2, yaitu trombosis yang terjadi di pembuluh darah arteri dan trombosis yang terjadi di pembuluh darah balik/vena. Trombosis di arteri biasanya terjadi akibat ruptur ateroma sehingga dinamakan juga aterotrombosis. Penyakit yang diakibatkan oleh trombosis di arteri adalah stroke dan serangan jantung (myocardial infarction). Sedangkan penyakit yang diakibatkan oleh trombosis di vena adalah deep vein thrombosis (DVT), portal vein thrombosis, renal vein thrombosis, jugular vein thrombosis, Budd-Chiari Syndrome, Paget-Schroetter disease,cerebral venous sinus thrombosis.

Warfarin merupakan nama generik; di pasaran terdapat sejumlah pabrik farmasi yang mengeluarkan produk ini dengan berbagai nama, seperti Simarc, Coumadin, dan lain-lain. Terdapat beberapa dosis warfarin yang tersedia yakni warfarin 1mg, 2mg, 3mg, 4 mg.

Bila Anda mendapatkan pengobatan warfarin dari dokter, maka akan dilakukan tes serial untuk mengetahui apakah kadar warfarin di dalam darah telah mencapai suatu dosis terapeutik. Salah satu efek samping warfarin yang perlu diwaspadai adalah perdarahan di dalam tubuh. Untuk itu biasanya dokter akan menyarankan Anda untuk memeriksaurine rutin. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan ringan pada sistem saluran kemih. Bila hal ini terjadi,

Page 10: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

dokter mungkin akan menurunkan dosis warfarin yang Anda terima atau memantau keadaan Anda secara ketat.

Waspadalah bila mengkonsumsi obat warfarin dengan obat lain yang memiliki tujuan yang sama, seperti aspilet. Penggabungan kedua obat ini akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan yang tidak diharapkan. Warfarin tidak bekerja cepat, obat ini bekerja dalam beberapa hari, oleh karena itu dibutuhkan obat antikoagulan yang bekerja cepat seperti heparin untuk mengatasi serangan akut trombosis.

Anti koagulan oral menghambat berkurangnya vitamin K. Pengurangan vitamin K dibutuhkan sebagai kofaktor di dalam karboksilasi – ? dari residu glutamat pada glikoprotein faktor bekuan II, VII, IX, dan X, yang mana disintesis di dalam hati. Selama proses karboksilasi-? ini berlangsung, vitamin K dioksidasi menjadi vitamin K – 2,3-epoksid. Anti koagulan oral mencegah reduksi dari senyawa ini kembali menjadi vitamin K. Untuk bekerja, kumarin harus diutilisasi di dalam hati. Anti koagulan oral melakukan hal ini berdasarkan pada struktur yang sama dari vitamin K. Aktivitas dari anti koagulan oral tergantung pada deplesi faktor-faktor tersebut, dimana berkurang menurut lama kerja dari masing-masing.

Ada 2 kelompok anti koagulan oral :

1. Kumarin (warfarin dan nicoumalon)2. Inandiones (phenindione)

Warfarin penggunaannya sudah tersebar luas. Phenindione lebih sering menyebabkan hipersensitivitas, tetapi dapat berguna apabila terdapat intoleransi pada penggunaan warfarin.

5.      Warfarin Sodium

Warfarin diberikan secara oral sebagai campuran dari warfarin D dan warfarin L. Ini sangat cepat diserap hingga mencapai puncak konsentrasi plasma dalam waktu 1 jam dengan bioavailabilitas 100%. Bagaimanapun, efek klinisnya tidak akan jelas kelihatan hingga faktor-faktor pembekuan mengalami deplesi setelah 12-16 jam dan mencapai puncaknya pada 36-48 jam. Warfarin 99% merupakan protein (albumin) di dalam plasma pada volume penyebaran yang kecil. Warfarin di metabolisme dengan cara oksidasi (bentuk L) dan reduksi (bentuk D), diikuti oleh konjugasi glukoronidasi, dengan lama kerja sekitar 40 jam.

Warfarin berjalan melalui plasenta dan bersifat teratogenik pada kehamilan. Pada periode pasca kelahiran warfarin akan berjalan melewati payudara dimana menjadi masalah dalam menghasilkan vitamin K2 dan fungsi hepar yang masih belum berkembang dengan baik pada bayi yang baru lahir.

Page 11: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Warfarin memiliki indeks terapeutik yang rendah, terutama bila berinteraksi dengan obat-obat yang lain. Interaksi dengan obat-obatan yang lain akan menimbulkan efek warfarin yang terjadi di beberapa jalur :

Persaingan pada saat terjadi ikatan protein

Meningkatnya ikatan hepatik

Hambatan pada enzim-enzim mikrosomal hepatik.

Berkurangnya sintesis vitamin K.

Kerja anti hemostatik sinergistik

Obat-obatan seperti NSAIDs, chloral hydrate, obat hipoglikemik oral, diuretik dan amiodaron menggantikan warfarin dari ikatan albumin serta menghasilkan tingkat plasma bebas yang tertinggi dan efek yang terbesar.

Efek yang dibuat lebih signifikan karena secara normal hanya 1% warfarin yang bebas dan sebuah perubahan kecil didalam ikatan protein memiliki efek dramatis pada tingkat warfarin bebas. D-Thyroxine meningkatkan potensi warfarin oleh karena meningkatnya ikatan hepatik. Ethanol yang diberikan secara oral dapat menghambat enzim-enzim hati yang bertanggung jawab dalam eliminasi warfarin. Efek dari warfarin juga meningkat pada penyakit-penyakit akut, rendahnya masukan vitamin K dan obat-obat seperti cimetidin, aminoglikosid dan paracetamol.Antibiotik spektrum luas mengurangi jumlah bakteri usus yang bertanggung jawab untuk sintesis vitamin K dan dapat meningkatkan efek vitamin K pada saat makanannya kekurangan vitamin K. Antikoagulan yang lain utamanya obat-obatan anti platelet dapat meningkatkan pengaruh klinis dari warfarin.

Interaksi antara warfarin dengan obat-obatan yang lain dapat menurunkan efek dari warfarin itu sendiri, yang dapat terjadi pada beberapa jalur, khususnya :

Induksi dari enzim-enzim mikrosomal hepatik

Obat-obatan yang meningkatkan tingkat faktor pembekuan

Pengikatan warfarin

Peningkatan intake vitamin K

Efek dari warfarin mungkin berkurang karena induksi dari enzim-enzim hepatik oleh barbiturat dan fenitoin. Estrogen dapat meningkatkan produksi vitamin K tergantung pada faktor-faktor pembekuan (II, VII, IX, X). Kolestiramin mengikat warfarin untuk mengurangi efek tersebut. Carbamazepin dan rifampicin mengurangi efek dari warfarin namun mekanisme dari efek tersebut tidak jelas

Page 12: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Warfarin merupakan jenis antikoagulan dalam bentuk oral. Obat ini bekerja dengan cara menginaktivasi vitamin K pada mikrosom hati sehingga akan mengganggu pembentukan vitamin K dan akhirnya akan menghambat protrombin. Dosis pemberian warfarin adalah 5 mg/hari selama 5 hari dan dilanjutkan dosis pemeliharaan 1-20 mg/hari. Patokan pemberian warfarin adalah kadar INR PT, yaitu antara 2-3 untuk dosis medium dan 2,5-3,5 untuk dosis tinggi

Pemberian warfarin bukan tidak tanpa resiko. Salah satu efek yang paling di takuti adalah perdarahan yang dapat mengancam nyawa.4 Karena itu, selain harus diberikan dengan hati-hati, kadar warfarin harus dipertahankan dalam darah seideal mungkin dengan menggunakan skala yang disebut sebagai INR (International Normalized Ratio). Hal ini penting, karena dosis yang diperlukan untuk mencapai kadar “ideal” tersebut ternyata berbeda-beda pada setiap orang.1,3,5

Menurut standar RDA (Recommended Dieatary Allowance), kebutuhan vitamin K seseorang setidaknya 1 mikrogram/kgBB.6 Ini merupakan jumlah yang sangat kecil, karena itu perubahan sedikit saja konsumsi vitamin K dapat mempengaruhi INR sehingga mengganggu efektivitas obat yang diinginkan.2,5 Untuk itu, penting untuk mengetahui makanan-makanan yang kaya akan vitamin K dan/atau mempengaruhi kerja daripada warfarin namun bukan berarti kita harus menghindari semua jenis makanan yang kaya akan vitamin K.2,7 Diet yang seimbang, sehat dan konsisten tanpa perubahan yang bermakna sangat di anjurkan.

Nama Dagang- Warfarin Eisai - Simarc 2

Indikasi

Profilaksis dan terapi thrombosis vena, embolism pulmonari dan disorder thromboembolik, atrial fibrilasi dengan risiko embolism dan sebagai tambahan pada profilaksis embolism sistemik setelah infark miokardiak.

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Oral dan anak :

0.05 - 0.34 mg/kg/hari, bayi < 12 bulan memerlukan dosis sama dengan atau mendekati rentang ini, antikoagulasi konsisten akan sulit untuk dipertahankan pada anak< 5 tahun.

Dewasa :

dosis awal tergantung individu (pertimbangkan pasien dengan gangguan fungsi hati, fungsi kardiak, status nutrisi, terapi lanjutan, risiko pendarahan).

Page 13: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Awali dengan dosis 5-10 mg/hari, dosis pemeliharaan biasanya 2-10 mg setiap hari (mungkin diperlukan dosis loading dan pemeliharaan di luar pedoman ini). Dosis awal yang lebih rendah diperlukan pasien dengan gangguan fungsi hati, gizi buruk, gagal jantung kongestif, pasien lanjut usia, risiko pendarahan dan pasien yang lemah kondisinya. 

Dosis awal yang lebih tinggi dapat diberikan untuk pasien tertentu (misalnya pasien yang menerima agen penginduksi enzim).

Farmakologi

Onset kerja : antikoagulan oral : 36-72 jam. Durasi 2-5 hari

Absorpsi : cepat 

Metabolisme : dihati.

T½ eliminasi : 20-60 jam, rata-rata 40 jam, bervariasi antar individu.

Stabilitas Penyimpanan

Simpan pada tempat kedap udara, terhindar dari sinar matahari. Setelah direkonstitusi dengan 2.7 mL air steril, sediaan stabil selama 4 jam pada suhu kamar.

g. Bagaimana mekanisme kerja obat amoksisilin?

Amoxicillin adalah antibiotik golongan beta laktam termasuk keluarga penisillinum sub golongan amoksisilin, yaitu amoksisilin trihidrat. Obat golongan ini bekerja sebagai broad-spectrum (bisa untuk membunuh bakteri gram positif dan negative). Amoksisilin dapat digunakan untuk pengobatan infeksi pada telinga, hidung, dan tenggorokan, gigi, saluran genitourinaria, kulit dan struktur kulit, dan saluran pernapasan bawah olehStreptococcus spp, S. pneumoniae,Staphylococcus spp, H. influenzae., E. coli, P. mirabilis, atau E. faecalis. Amoksisilin juga bermanfaat untuk pengobatan gonore akut tanpa komplikasi oleh N. gonorrhoeae. Amoxicillin a

Kontraindikasi- Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ; supraventricular arrhytmias yang disebabkan oleh Wolff-Parkinson-White Syndrome ; takikardia ventricular atau fibrilasi ; hypertropic obstructive cardiomyopathy BlokAVtingkat 2dan blok AVtotal.- Aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff - Parkinson - White. Fibrilasi ventrikel. Hipersensitif terhadap digoksin dan penderita dengan riwayat intoleransi terhadap preparat digitalis.dalah bakteriolitik yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel

Page 14: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

bakteri sehingga lintas hubungan antara rantai polimer peptidoglikan linier yang membentuk komponen utama dari dinding sel bakteri menjadi terganggu.

B.     Zat aktif  amoxicillin yang terdapat dalam obat AMOXICILLIN

Obat yang mempunyai nama generik Amoxicillin ini mempunyai nama paten yang jumlahnya mencapai ratusan buah. Penmox, Intermoxyl, Ospamox, Amoxsan, Hufanoxyl, Yusimox, Actimoxi, Amoxibiotic, Amoxicilina, Pamoxicillin, Lamoxy, Polymox, Trimox dan Zimox merupakan beberapa nama dagang/paten dari antibiotika ini. Adapun struktur amoxicillinadalah sebagai berikut:

 

 

Systematic (IUPAC) name

(2S,5R,6R)- 6-{[(2R)-2-amino- 2-(4-hydroxyphenyl)- acetyl]amino}- 3,3-dimethyl- 7-oxo- 4-thia- 1-azabicyclo[3.2.0]heptane- 2-carboxylic acid

Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya. Lapisan ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu untuk melindungi bakteri dari perubahan lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak tercerai berai. Bakteri tidak akan mampu bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin sangat efektif untuk beberapa bakteri seperti H. influenzae, N. gonorrhoea, E. coli, Pneumococci, Streptococci, dan beberapastrain dari Staphylococci.

Sesuai dengan mekanisme kerja diatas maka Amoxicillin seharusnya memang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sensitif terhadap Amoxicillin. Beberapa penyakit yang biasa diobati dengan Amoxicillin antara lain infeksi pada telinga tengah, radang tonsil, radang tenggorokan, radang pada laring, bronchitis, pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi pada kulit. Amoxicillin juga bisa digunakan untuk mengobati gonorrhea.

Dosis therapi untuk Amoxicillin pada orang dewasa adalah 250 mg setiap 8 jam, 500 mg setiap 8 jam, 500 mg setiap 12 jam, terggantung dari derajat keparahan dari penyakit yang di derita. Dosis untuk anak anak diatas 3 bulan adalah 25 mg/kg/hari terbagi setiap 12 jam, 20

Page 15: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

mg/kg/hari terbagi setiap 8 jam, 40 mg/kg/hari terbagi setiap 8 jam atau 45 mg/kg/hari terbagi dalam 12 jam terggantung dari derajat keparahan penyakit.

Dosis yang diberikan haruslah tepat agar kadarnya di dalam darah dapat mencapai jendela terapi sehingga dapat menghasilkan efek terapi yang diharapkan. Pemilihan dosis yang tepat akan membantu tercapainya kadar obat dalam darah mencapai jendela tercapai. Penggunaan antibiotik sangatlah rentan terhadap resistensi yang mungkin dapat terjadi. Resistensi ini dapat terjadi jika dosis yang digunakan terlalu rendah atau  ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan antibiotik ini. Maka dalam penggunaannya, perlu diinformasikan kepada pasien mengenai interval waktu saat minum obat sehingga saat pasien minum obat yang kedua, kadar obat dalam darah belum berada di bawah Kadar Efektivitas Minimum (KEM). Dengan demikian, kadar obat yang ada di dalam darah tetap berada di dalam jendela terapi.

Proses penyembuhan penyakit akibat bakteri membutuhkan waktu yang cukup lama dibandingkan penyembuhan penyakit simptomatik seperti pusing, inflamasi, dan flu. Untuk itu perlu adanya batasan pemberian obat kepada pasien. Lamanya pemberian antibiotik kepada pasien berpengaruh pada tingkat kesembuhan penyakit pasien. Biasanya pemberian antibiotik untuk menyembuhkan penyakit tertentu adalah 5-7 hari. Ini dimaksudkan agar bakteri yang ada di dalam tubuh pasien sudah benar-benar mati. Walaupun pasien merasa sudah membaik pada hari kedua maupun ketiga, antibiotik yang diberikan harus tetap diminum agar tidak terjadi resistensi akibat tidak sempurnanya proses pembunuhan bakteri yang ada di dalam tubuh.

 

C.    Mekanisme aksi dan reaksi obat AMOXICILLINdi dalam tubuh manusia

Obat antibiotik banyak digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Amoxicillin adalah obat yang membunuh atau memperlambat pertumbuhan bakteri. Obat Amoxicillin berasal dari bahan kimia yang diproduksi oleh mikroorganisme. Beberapa Amoxicillin bersifat “bakterisida”, yang berarti bekerja dengan membunuh bakteri. Dan lainnya bersifat “bakteriostatik”, yang berarti bekerja dengan menghentikan perkembangan bakteri. Obat Amoxicillin juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa dan jamur. Beberapa Amoxicillin yang tersedia di pasar antara lain azithromycin, clarithromycin, eritromisin, amoksisilin, penisilin, trimethoprim. Dalam beberapa dekade terakhir, Amoxicillin diproduksi dalam skala besar dan terdapat Amoxicillin yang dikhususkan untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Tetapi sangat sedikit yang menyadari bahaya Amoxicillin jika dikonsumsi secara sembarangan, tanpa mengetahui dosis tepat dan keterangan lebih rinci tentang obat tersebut. Selain itu penggunaan obat Amoxicillin yang tidak sesuai dengan dosis dapat menghilangkan manfaat dan menyebabkan resisten terhadap obat tersebut.

Amoxicillin adalah antibiotika yang termasuk ke dalam golongan penisilin. Obat lain yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain Ampicillin, Piperacillin, Ticarcillin, dan lain lain. Karena berada dalam satu golongan maka semua obat tersebut mempunyai mekanisme kerja

Page 16: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

yang mirip. Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur tubuhnya. Lapisan ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu untuk melindungi bakteri dari perubahan lingkungan dan menjaga agar tubuh bakteri tidak tercerai berai. Bakteri tidak akan mampu bertahan hidup tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin sangat efektif untuk beberapa bakteri seperti H. influenzae, N. gonorrhoea, E. coli, Pneumococci, Streptococci, dan beberapa strain dari Staphylococci.

Sesuai dengan mekanisme kerja diatas maka Amoxicillin seharusnya memang digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kuman-kuman yang sensitif terhadap Amoxicillin. Beberapa penyakit yang biasa diobati dengan Amoxicillin antara lain infeksi pada telinga tengah, radang tonsil, radang tenggorokan, radang pada laring, bronchitis, pneumonia, infeksi saluran kemih, dan infeksi pada kulit. Amoxicillin juga bisa digunakan untuk mengobati gonorrhea.

 

D.    Efek samping dari obat AMOXICILLIN

Berikut merupakan efek samping Amoxicillinyang umumnya terjadi.

1.      Efek samping Amoxicillin antara lain dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti rasa gatal, peradangan atau ruam, yang menyebabkan adanya pembengkakan. Pembengkakan dapat terjadi di leher, hidung, tenggorokan, atau mulut, sehingga dapat mengganggu kemampuan Anda dalam bernapas. Pada reaksi alergi yang sangat kronis, berakibat terjadinya penurunan tekanan darah yang sangat drastis. Reaksi alergi pada perempuan dapat menyebabkan gatal-gatal pada vagina.

2.      Gangguan pencernaan seperti diare, muntah, sakit perut, merupakan efek samping Amoxicillin yang sering terjadi. Pada manusia dalam kondisi sehat terdapat bakteri “baik” yang mengatur metabolisme, membantu pencernaan, memproduksi vitamin tertentu. Bakteri tersebut dapat terbunuh oleh obat Amoxicillin, sehingga mengganggu keseimbangan dalam usus, dan memungkinkan bakteri yang merugikan akan tumbuh. Sebab tempat bakteri biasanya berkolonial telah terbunuh, kemungkinan akan ditumbuhi jamur. Clindamycin merupakan obat Amoxicillinyang digunakan untuk infeksi yang paling serius, dengan efek samping akan mengalami radang usus (sejenis kolitis) yang dapat menyebabkan diare kronis, terutama bagi pasien lanjut usia.

3.      Efek samping terbesar terjadi pada organ hati dan ginjal. Bahaya Amoxicillin akan sangat tampak, ketika obat dikonsumsi dengan dosis tinggi oleh pasien yang menderita penyakit seperti pielonefritis, glomerulonefritis dan hepatitis. Sehingga dapat berakibat pada kerusakan hati, dengan gejala seperti penyakit kuning, demam, dan perubahan warna feses serta urin yang lebih gelap.

Kontraindikasi

Page 17: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Amoksisilin tidak boleh digunakan pada pasien yang hipersensitif/alergi terhadap penisilin. Pasien yang memiliki asma, eksim, gatal-gatal, atau demam mungkin berisiko lebih besar untuk reaksi hipersensitivitas terhadap amoksisilin dan penisilin pada umumnya.

Amoksisilin harus digunakan dengan hati-hati bila Anda memiliki:

Gangguan ginjal, karena obat tersebut dibuang melalui mekanisme ginjal.

Penyakit saluran cerna, terutama kolitis, karena efeknya terhadap keseimbanganflora usus.

Leukemia limfatik, karena dapat mengembangkan ruam obat.

Infeksi virus aktif seperti CMV dan infeksi pernafasan viral.

Tidak ada data yang cukup untuk menilai bahaya potensial dari obat ini selama kehamilan. Oleh karena itu sangat disarankan untuk tidak menggunakan obat ini selama kehamilan tanpa pertimbangan khusus dari dokter.

Amoksisilin diekskresikan dalam ASI dalam jumlah kecil. Hal ini dapat menyebabkan bayi mengalami diare (karena gangguan flora usus), kandidiasis, dan ruam kulit. Seperti semua obat lainnya, potensi risiko ini harus ditimbang dengan manfaatnya pada ibu.

Daftar Pustaka

1. Anonim. (2010). Digoksin. Diakses dari http://www.mims.com/Page.aspx?menuid=mng&name=digoksin&brief=true&h=digoksin&CTRY=ID, 3 Desember 2010

2. Laurence L.B., John S.L., Keith L.P. (2006). Goodman Gilman’s The

Pharmacological Basis Of Therapeutics Eleventh Edition. New York. McGraw-Hill Companies.

3. Marie, A.C. et al. (2008). Pharmacotherapy Principles & Practice. New York. McGraw-Hill Companies

Antibiotik (drug of choice, golongan, cara kerja)

Antimikroba adalah obat pembasmi mikroba atau jasad renik yang tidak termasuk parasit, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Sedangkan antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan mikroorganisme. Dalam praktek sehari-hari, antimikroba sintetik yang tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya sulfonamid dan kuinolon) juga sering digolongkan sebagai antibiotic.

Page 18: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Selain dari hasil metabolisme mikroorganisme, antibiotik juga dapat dibuat dari bahan alam yaitu dari beberapa hewan dan tanaman, serta dapat pula dibentuk antibiotik baru secara sintesis parsial yang sebagian mempunyai sifat yang lebih baik. Dari beribu-ribu jenis antibiotik yang telah ditemukan, hanya sebagian kecil yang dapat dipakai untuk tujuan terapeutik. Hanya antibiotik yang mempunyai kadar hambatan minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik, yang dapat dipakai.

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik umumnya dibagi menjadi lima kelompok yaitu:

1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel

Bakteri memiliki dinding sel, yang mengelilingi sitoplasma membran sel, yang lebih kaku bila dibandingkan dengan sel hewan. Tekanan osmotik dalam sel bakteri lebih tinggi daripada di luar sel, maka kerusakan dinding sel bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal pada bakteri yang peka. Dinding sel mengandung polipeptidoglikan. Lapisan peptidoglikan jauh lebih tebal pada dinding sel bakteri gram positif daripada dinding sel bakteri gram negatif. Antibiotik yang memiliki mekanisme kerja ini secara berturut-turut dari yang paling dini menghambat sampai yang kurang menghambat yaitu sikloserin, basitrasin, vankomisin, penisilin dan sefalosporin.

2. Antibiotik yang menghambat permeabilitas atau fungsi membran sel

Membran sitoplasma bakteri dan jamur tertentu lebih mudah dirusak oleh agen tertentu daripada membran sel hewan. Antibiotik yang mengubah tegangan permukaan, dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel mikroba. Akibatnya, aktivitas kemoteraupetik selektif dapat terjadi. Antibiotik yang berperan dalam menghambat fungsi membran sel yaitu azoles, polien, dan polimiksin. Polimiksin dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif terhadap bakteri Gram-positif karena jumlah fosfor bakteri ini lebih sedikit. Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol pada membran sel. Oleh karena itu, bakteri tidak sensitif terhadap antibiotik polien, karena tidak memiliki struktur sterol pada membran selnya.

3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba

Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Perbedaan tipe ribosom, komposisi kimiawi, dan spesivitas fungsional antara sel bakteri dan sel mamalia berbeda sehingga dapat menerangkan antibiotik dapat menghambat sintesis protein di ribosom bakteri tanpa menunjukkan efek nyata pada ribosom mamalia. Aminoglikosida, tetrasiklin, makrolida atau eritromisin, kloramfenikol, dan linkomisin terbukti dapat menghambat sintesis protein melalui kerja pada ribosom bakteri. Streptomisin dan tetrasiklin berikatan dengan komponen ribosom 30S menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis protein sehingga akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional bagi sel mikroba. Gentamisin, kanamisin, dan neomisin memiliki mekanisme kerja yang sama tetapi

Page 19: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

potensinya berbeda. Eritromisin, likomisin, dan kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50S dan menghambat translokasi kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Akibatnya, rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks tRNA-asam amino yang baru.

4. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba

Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprim, p-aminosalisilat acid (PAS) dan sulfon. Antibiotik ini bekerja dengan efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk kelangsungan hidupnya. Bakteri patogen harus mensintesis sendiri asam folat dari para amino benzoic acid (PABA). Sulfonamida bersaing dengan PABA dalam pembentukan asam folat sehingga mencegah bergabung ke dalam folat. Trimetoprim bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase (FAH2) sehingga asam dihidrofolat tidak dapat direduksi menjadi asam tetrahidrofolat (FAH4) yang berfungsi. PAS adalah analog PABA yang menghambat asam folat pada Mycobacterium tuberculosis. Sulfonamid adalah analog struktur PABA dan menghambat dihidropteroat sintetase. Sulfonamida tidak efektif terhadap M.tuberculosis dan sebaliknya PAS tidak efektif terhadap bakteri yang sensitif terhadap Sulfonamida.

5. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba

Kebanyakan antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat digunakan sebagai obat antikanker ataupun sebagai antivirus karena sifat sitotoksisitasnya. Oleh karena itu, obat antibiotik yang akan dipaparkan yaitu rifampisin, dan golongan kuinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA. Golongan kuinolon menghambat enzim DNA girase pada bakteri yang fungsinya menata kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga dapat muat dalam sel bakteri yang kecil.

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik dibedakan atas beberapa kelompok yaitu (1) Antibiotik β-laktam yang terdiri atas golongan penisilin dan derivatnya, sefalosporin, karbapenem, dan monobaktam; (2) Antibiotik makrolida dan ketolida; (3) Linkosamida; (4) Metronidazole; (5) Tetrasiklin; (6) Glisilsiklin; (7) Golongan kuinolon/fluoro-kuinolon; (8) Golongan aminoglikosida; (9) Vankomisin; (10) Streptogramin; (11) Oksasolidinon; (12) Sulfonamida; dan (13) Kloramfenikol.

Antibiotik β-laktam

Antibiotik β-laktam menjadi antibiotik yang banyak digunakan karena aktivitas spektrumnya luas dan toksisitasnya yang relatif kurang walaupun insiden terhadap alergi relatif tinggi. Antibiotik jenis ini terdiri dari lima kelompok yang memiliki nukleus β-laktam berbeda, yaitu penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan karbasefem. Penisilin dan sefalosporin adalah antibiotik yang paling penting, diikuti dengan karbapenem, monobaktam, dan karbasefem yang menjadi cadangan pada kasus peradangan serius seperti peradangan nosokomial (yang

Page 20: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

didapat dari rumah sakit). β-laktam memiliki aktivitas antibiotik dengan spektrum yang terluas, kecuali antibiotik dengan spektrum yang sangat sempit (seperti β-laktamase-resistant penicillin) dan spektrum yang sangat luas (seperti imipenem dan beberapa sefalosporin). Mekanisme kerja antibiotik β-laktam dapat diringkas dengan urutan sebagai berikut: (1) Obat bergabung dengan penicillin-binding proteins (PBPs) pada bakteri; kemudian (2) Terjadi hambatan sintesis dinding sel bakteri karena proses transeptidasi antar rantai peptidoglikan terganggu; lalu (3) Terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel.

1. Penisilin

Penisilin adalah istilah generik untuk kelompok antibiotik yang sama-sama memiliki nukleus cincin β-laktam.13 Obat ini efektif melawan sebagian besar bakteri gram positif tetapi tidak aktif jika cincin β-laktamnya dipecah oleh β-laktamase. Modifikasi penisilin dapat terjadi karena struktur dasarnya (asam 6- amminopenisilanat) memungkinkan untuk penambahan berbagai rantai β-laktam dan cincin tiazolidin. Atas dasar modifikasi ini, penisilin dapat dibagi menjadi penisilin G dan derivatnya, penisilin resisten β-laktamase, penisilin spektrum yang diperluas (Extended-Spectrum Penicillin), dan penisilin spektrum yang diperluas ditambah inhibitor β-laktamase (Extended-Spectrum Penicillin Plus β-Lactamase Inhibitors). Penisilin memiliki efek bakterisid dengan menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Di antara semua penisilin, penisilin G mempunyai aktivitas terbaik terhadap mikroba Gram-positif yang sensitif. Walaupun kelompok ampisilin memiliki spektrum antibiotik yang lebar, tetapi aktivitasnya terhadap mikroba Gram-positif tidak sekuat penisilin G. Namun demikian, kelompok ampisilin efektif terhadap beberapa mikroba Gramnegatif dan tahan asam, sehingga dapat diberikan per oral. Kombinasi penisilin dengan asam klavulanat menjadi salah satu pilihan karena kerja antibiotiknya sangat lemah, tetapi dapat menghambat penisilinase dari streptokokus dan β-laktamase berbagai mikroba Gram-negatif dengan mengikat pusat aktif enzim tersebut. Karena itu asam klavulanat digunakan dalam kombinasi bersama antibiotik β-laktam yang tak stabil terhadap β-laktamase. Pemberian antibiotik per oral lebih disukai pada perawatan pasien kedokteran gigi karena lebih aman, paling tepat, dan cara yang paling murah. Sekarang ini, penisilin V adalah antibiotik yang paling sering diresepkan yang ditujukan untuk terapi peradangan yang berasal dari gigi, tetapi amoksisilin lebih unggul karena diabsoribsi lebih baik, frekuensi dosis yang lebih sedikit (3 kali sehari bila dibandingkan dengan ampisilin dan penisilin V yang 4 kali sehari), dan penyerapannya tidak dihalangi oleh makanan. Pemberian penisilin G secara parenteral digunakan untuk peradangan berat pada pasien atau situasi dimana pemberian melalui oral tidak dapat dilakukan (seperti pada sindroma malabsorpsi dan muntah). Penisilin digunakan sebagai obat pilihan pertama untuk semua peradangan yang mikrobanya peka dan selama tidak ada alergi terhadap penisilin karena toksisitasnya yang hampir tidak ada dan kerjanya bersifat bakterisidal.

2. Sefalosporin

Page 21: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium. Inti dasar sefalosporin C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA: 7-aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan cincin betalaktam. Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dapat dirusak oleh sefalosporinase. Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang dapat dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotik sefalosporin. Berdasarkan aktivitas antibiotiknya, sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi yaitu generasi pertama, generasi kedua, generasi ketiga, dan generasi keempat. Sefalosporin memiliki aktivitas yang baik untuk melawan patogen orofasial, tetapi terbatas dalam melawan bakteri anaerob. Secara in vitro, sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antibiotik yang aktif terhadap bakteri Grampositif. Keunggulannya dibanding penisilin adalah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar Staphylococcus aureus dan Streptococcus termasuk Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridans, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus anaerob, Clostridium perfringens, Listeria monocytogenes, dan Corynebacterium diphteriae. Sefadroksil, sefaleksin, dan sefazolin merupakan antibiotik sefalosporin generasi pertama, sedangkan seftriakson termasuk generasi ketiga.

Antibiotik makrolida

Senyawa ini didapat dari jenis Streptomyces, mempunyai sifat glikosida dan mengandung cincin lakton makrosiklik, gula amino basa dan gula netral. Mekanisme kerja yang diketahui yaitu antibiotik makrolida menghambat sintesis protein pada fase pemanjangan dengan mempengaruhi translokasi. Makrolida digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba Grampositif yang resisten terhadap penisilin atau tetrasiklin, dipakai juga pada pasien yang alergi terhadap penisilin. Yang termasuk dalam kelompok makrolida yaitu eritromisin, azitromisin, dan sebagainya. Azitromisin memiliki aktivitas yang sangat baik dengan Chlamydia. Kadar azitromisin yang tercapai dalam serum setelah pemberian oral relatif rendah, tetapi di jaringan dan sel fagosit menjadi sangat tinggi. Obat yang disimpan dalam jaringan ini kemudian dilepaskan perlahan-lahan sehingga dapat diperoleh masa paruh eliminasi sekitar 3 hari. Dengan demikian obat cukup diberikan sekali sehari dan lama pengobatan dapat dikurangi. Absorbsinya berlangsung cepat tetapi terganggu bila diberikan bersamaan dengan makanan.

a. Apasajagolongan antimicrobial dan golongan mana yang tepat?

Berdasarkan penyakitnya, antimokroba / antibiotic dapat digolongkan ke dalam beberapa golongan yaitu :1. Golongan PenisilinObat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin.

2. Golongan SefalosporinObat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi saluran

Page 22: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

pencernaan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal). Adapun contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin.

3. Golongan LincosamidesObat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Adapun contoh obatnya yaitu : Clindamycin dan Linkomycin.

4. Golongan TetracyclineObat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk mengobati beberapa jenis jerawat. Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin.

5. Golongan KloramfenikolObat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotic yang kurang efektif. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol.

6. Golongan MakrolidaDigunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.

7. Golongan KuinolonDigunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.

8. Golongan Antibiotika KombinasiKegunaannya dapat dikelompokkan berdasarkan jalur pemberiannya, antara lain :- Penggunaan Oral dan Parenteral : infeksi saluran kemih, Shigellosis enteritis, treatment pneumocystis carinii pneumonia pada anak dan dewasa- Penggunaan Oral : Profilaksis pneumocystis carinii pneumonia pada individu yang mengalami imunosupresi, otitis media akut pada anak-anak, eksaserbasi akut pada bronchitis kronik pasien dewasa.Yang tepat: Golongan Sefalosporin dan Makrolida

b. Apa drug of choice untukpengobatananti microbial Streptococcus beta hemoliticusgrup A yang tidakberinteraksidengan digoxin dan warfarin?

Sefalosporin dan Eritromisin

Page 23: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

c. Apa drug of choice untuk faringitis?

Penisilin V adalah antibiotik yang paling sering digunakan di Amerika Serikat untuk sakit tenggorokan akibat Streptokokus. Antibiotik ini banyak digunakan karena aman, bekerja dengan baik, dan tidak mahal (tidak menghabiskan banyak uang). Amoksisilin biasanya digunakan di Eropa. Di India, orang lebih berisiko menderita demam reumatik. Karena itu, suatu obat disuntikkan yang disebut benzatin penisilin G merupakan terapi yang biasa diberikan. Antibiotik menurunkan rata-rata lama gejala. Rata-rata lama gejala adalah tiga hingga lima hari. Antibiotik menurunkan hal ini sebanyak sekitar satu hari. Terapi antibiotik mungkin tidak perlu diberikan pada seorang dewasa sehat yang mengalami reaksi buruk terhadap obat.  Obat eritromisin (dan obat-obat lain, yang disebut makrolid) harus digunakan pada orang yang mengalami alergi berat terhadap penisilin. Sefalosporin dapat digunakan pada orang dengan alergi yang lebih ringan. 

d. Apa drug of choice untukdemam?

Parasetamol dan ibuprofen.

e. Apa drug of choice untuksakitkepala?

Penghilang sakit kepala yang sering digunakan adalah: acetaminophen dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen, naproxen, dan ketoprofen. Acetaminophen efektif untuk sakit kepala sedang sampai berat dalam dosis tinggi. Efek samping acetaminophen lebih jarang ditemukan, tetapi penggunaan dalam dosis besar untuk waktu yang lama bisa menyebabkan kerusakan hati yang berat. NSAID efektif dalam dosis yang lebih rendah. Efek samping yang ditemukan antara lain mual, diare atau konstipasi, sakit perut, perdarahan dan ulkus. Pengobatan kombinasi antara acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau obat sedatif biasa digunakan bersamaan. Cara ini lebih efektif untuk menghilangkan sakitnya, tetapi jangan digunakan lebih dari 2 hari dalam seminggu dan penggunaannya harus diawasi oleh dokter.

f. Apa drug of choice untuk nyeri menelan?

Banyak minum air hangat, obat kumur anestetik atau anesthetic throat gargle (contoh: Chlorhexidine Gluconate (CG)), lozenges, parasetamol untuk meredakan nyeri.

g. Bagaimanakontraindikasidari drug of choice tersebut?- Sefalosporin

Mekanisme kerja

Sefalosporin termasuk golongan antibiotika betalaktam, mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Mekanisme kerja antibiotic golongan ini ialah dengan menghambat reaksi transpeptidase tahap ke 3 untuk pembentukan dinding sel.

Page 24: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Sefalosporin biasanya bakterisida terhadap bakteri dan bertindak dengan sintesis mucopeptide penghambat pada dinding sel sehingga penghalang rusak dan tidak stabil. Mekanisme yang tepat untuk efek ini belum pasti ditentukan, tetapi antibiotik beta-laktam telah ditunjukkan untuk mengikat beberapa enzim (carboxypeptidases, transpeptidases, endopeptidases) dalam membran sitoplasma bakteri yang terlibat dengan sintesis dinding sel. Afinitas yang berbeda bahwa berbagai antibiotic beta-laktam memiliki enzim tersebut (juga dikenal sebagai mengikat protein penisilin; PBPs) membantu menjelaskan perbedaan dalam spektrum aktivitas dari obat yang tidak dijelaskan oleh pengaruh beta-laktamase. Seperti antibiotik beta-laktam lainnya, sefalosporin umumnya dianggap lebih efektif terhadap pertumbuhan bakteri aktif.   

 Penggolongan sefalosforin

Berdasarkan khasiat antimikroba dan resistensinya terhadap betalakmase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut :

1.  Generasi ke I, yang termasuk dalam golongan ini adalah Sefalotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroxil. Zat-zat ini terutama aktif terhadap cocci Gram positif, tidak berdaya terhadap gonococci, H. Influenza, Bacteroides dan Pseudomonas. Pada umumnya tidak tahan terhadap laktamase.

2.  Generasi ke II, terdiri dari sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih aktif terhadap kuman Gram-negatif, termasuk H.influenza, Proteus, Klensiella, gonococci da kuman-kuman yang resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan-laktamase Khasiatnya terhadap kuman Gram-positif (Staph dan Strep) lebih kurang sama

3.   Generasi ke III, Sefoperazon,sefotaksim, seftizoksim, seftriaxon, sefotiam, sefiksim sefpodoksim, dan sefprozil. Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap stafilokok jauh lebih rendah.

4.  Generasi ke IV, Sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat resisten terhadap laktamase, sefepim juga aktif sekali terhadap Pseudomonas.

5.  Sefalosporin generasi V :

Ceftobiprole sudah dideskripsikan sebagai sefalosporin generasi ke-5 meskipun terminologinya masih belum dapat diterima secara universal.

Farmakokinetik

Sampai saat ini, hanya beberapa sefalosporin generasi pertama lumayan diserap setelah pemberian oral, tetapi ini telah berubah dengan ketersediaan aksetil (generasi kedua) dan cefixime (generasi ketiga). Tergantung pada obat, penyerapan mungkin tertunda, berubah, atau meningkat jika diberikan dengan makanan.

Page 25: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Sefalosporin secara luas didistribusikan ke sebagian besar jaringan dan cairan, termasuk tulang, cairan pleura, cairan perikardial dan cairan sinovial. tingkat yang lebih tinggi ditemukan meradang ditulang normal. Sangat tinggi ditemukan dalam urin, tetapi mereka menembus buruk menjadi jaringan prostat dan aqueous humor. Tingkat Empedu dapat mencapai konsentrasi terapi dengan beberapa agen selama obstruksi empedu tidak ada. Dengan pengecualian aksetil, tidak ada sefalosporin generasi kedua atau yang pertama memasuki CSS (bahkan dengan meninges meradang) di tingkat terapi efektif dalam terapi. Konsentrasi cefotaxime, moxalactam, aksetil, ceftizoxime, seftazidim dan ceftriaxone dapat ditemukan dalam CSF parenteral setelah dosis pasien dengan meninges meradang. Sefalosporin menyeberangi plasenta dan konsentrasi serum janin dapat 10% atau lebih dari yang ditemukan dalam serum ibu. Protein mengikat obat secara luas.

Sefalosporin dan metabolitnya (jika ada) diekskresikan oleh ginjal, melalui sekresi tubular dan / atau filtrasi glomerulus. Beberapa sefalosporin (misalnya, cefotaxime, cefazolin, dan cephapirin) sebagian dimetabolisme oleh hati untuk senyawa desacetyl yang mungkin memiliki beberapa aktivitas antibakteri.

Kontra indikasi

Hipersensitivitas pada antibiotik sefalosporin atau golongan betalaktam lainnya. Sebelum penggunaan antibiotik sefalosporin, terlebih dahulu dilakukan skin test.

Kontraindikasi pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap mereka. Karena mungkin ada reaktivitas silang, gunakan sefalosporin hati-hati pada pasien yang didokumentasikan hipersensitif terhadap antibiotik beta-laktam lain (misalnya, penisilin, cefamycins, carbapenems).

Antibiotik oral sistemik tidak boleh diberikan pada pasien dengan septikemia, syok atau penyakit berat lainnya sebagai penyerapan obat dari saluran pencernaan mungkin jauh ditunda atau berkurang. Rute parenteral (sebaiknya IV) harus digunakan untuk kasus ini.

- Eritromisin

Cara Kerja Obat

Eritromisin termasuk golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein bakteri, bersifat bakteriostatik atau bakterisid, tergantung dari jenis bakteri dan kadarnya dalam darah. Eritromisin efektif terhadap kuman gram-positif seperti S. aureus (baik yang menghasilkan penisillinase maupun tidak), Streptococcus group A, Enterococcus, C. diphtheriae dan Pneumococcus. Juga efektif terhadap kuman gram-negatif seperti Neisseria, H. influenzae,

Page 26: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

B. pertusis, Brucella juga terhadap Riketsia, Treponema dan M. pneumoniae. Resistensi silang dapat terjadi antar berbagai antibiotika golongan makrolida.

Kontraindikasi

Eritromisin kontraindikasi bagi pasien yang yang hipersensitif atau alergi terhadap eritromisin, penyakit hati, porfiria.

- Parasetamol

Farmakokinetik

Paracetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati.

Farmakodinamik

Efek analgesik Paracetamol dan Fenasetin serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Paracetamol dan Fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Paracetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini, demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam basa.

Semua obat analgetik non opioid bekerja melalui penghambatan siklooksigenase. Paracetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda. Paracetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan Paracetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Paracetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer. Inilah yang menyebabkan Paracetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Paracetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa Paracetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. Obat ini menekan efek zat pirogen endogen dengan menghambat sintesa prostaglandin, tetapi demam yang ditimbulkan akibat pemberian

Page 27: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

prostaglandin tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain, seperti latihan fisik.

Kontraindikasi

Parasetamol tidak boleh diberikan pada orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non-steroid (AINS), menderita hepatitis, gangguan hati atau ginjal, dan alkoholisme. Pemberian parasetamol juga tidak boleh diberikan berulang kali kepada penderita anemia dan gangguan jantung, paru, dan ginjal, hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.

- Ibuprofen

Ibuprofen adalah salah satu jenis anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang diindikasikan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, nyeri setelah operasi, nyeri pada penyakit sendi (seperti pengapuran sendi atau rematik), nyeri otot, nyeri haid, serta menurunkan demam. Ibuprofen juga memiliki efek anti-radang dan anti-pembekuan darah yang lemah.

Senyawa ini bekerja melalui penghambatan enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu. Prostaglandin berperan pada patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Dengan demikian maka ibuprofen mempunyai efek antiinflamasi dan analgetik-antipiretik. Khasiat ibuprofen sebanding, bahkan lebih besar dari pada asetosal (aspirin) dengan efek samping yang lebih ringan terhadap lambung. Pada pemberian oral ibuprofen diabsorbsi dengan cepat, berikatan dengan protein plasma dan kadar puncak dalam plasma tercapai 1 – 2 jam setelah pemberian. Adanya makanan akan memperlambat absorbsi, tetapi tidak mengurangi jumlah yang diabsorbsi. Metabolisme terjadi di hati dengan waktu paruh 1,8 – 2 jam. Ekskresi bersama urin dalam bentuk utuh dan metabolit inaktif, sempurna dalam 24 jam.

Kontraindikasi 

Kontraindikasi absolut atau orang yang tidak dapat menggunakan ibuprofen adalah orang yang alergi terhadap obat anti-inflamasi non–steroid (AINS) seperti aspirin, wanita hamil dan menyusui, serta anak dibawah 14 tahun. Kontraindikasi relatif antara lain gangguan perdarahan, luka pada lambung/usus 12 jari, sariawan, penyakit lupus, kolitis ulseratif, danwanita hamil trimester 3 (karena dapat menyebabkan penutupan prematur pembuluh darah jantung). Orang yang mengalami asma, radang mukosa hidung, atau biduran jika menggunakan aspirin atau obat AINS lain sebaiknya tidak menggunakan ibuprofen. Hindari penggunaan pada penderita gangguan hati berat dan gangguan ginjal. 

- Aspirin

Page 28: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Aspirin termasuk dalam golongan anti-inflamasi non-steroid yang memiliki fungsi penurun panas, anti-nyeri, dan anti-radang. Komponen yang terdapat dalam aspirin adalah asamsalisilat yang pada awalnya hanya dipakai sebagai obat luar.

Obat ini diindikasikan untuk mengurangi nyeri kepala, nyeri gigi, migraine, nyeri menelan, dandismenorrhea (nyeri berlebihan saat menstruasi). Selain itu, aspirin juga dapat digunakan untuk mengurangi gejala pada influenza, demam, nyeri reumatik, dan nyeri – nyeri otot.

Fungsi lain yang kerap kali berguna adalah efek anti-trombotik (menghambat aktivasi trombosit) yang merupakan efek yang sangat berguna sebagai pencegah serangan berulang pada pasien dengan nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koronerjantung, dan juga pada pasien yang sedang mengalami kejadian nyeri dada akibat sumbatan pada arteri koroner jantung.

Kontraindikasi

Aspirin dikontraindikasikan pada pasien yang diketahui memiliki hipersensitivitas / alergi terhadap komponen dari aspirin, jenis salisilat lain, atau obat – obatan anti-inflamasi non-steroid lain, asma,ulkus peptik yang aktif / riwayat sakit maag, kelainan perdarahan, gangguan fungsi hati yang berat, gangguan fungsi ginjal yang berat, gagal jantung yang berat, kehamilan pada trimester ke 3, anak dibawah 16 tahun (kecuali secara spesifik diindikasikan seperti pada penyakit Kawasaki).

Selain itu, penggunaan obat ini juga perlu mendapatkan perhatian khusus pada pasien dengan asma di mana dapat memicu serangan pada pasien dengan hipersensitivitas, polip nasal, penyakit saluran napas kronik, anemia, gagal jantung, dehidrasi, defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase, gout(asam urat tinggi), pasien dengan gejala perdarahan tertentu, pasien dengan reaksi kulit yang berlebihan.

- Naproxen

Anti-inflamasi, analgesik, yang menurunkan suhu badan, antiagregatine.

Aplikasi

Penyakit inflamasi dan degeneratif dari sistem muskuloskeletal, termasuk. radang sendi, osteoarthritis, ankiloziruyushtiy spondylitis, sindrom artikular di eksaserbasi gout, rheumatoid arthritis juvenile; sindrom nyeri: sakit saraf, mialgia, ossalgia, radiculitis, sakit kepala dan sakit gigi, Tendinitis, sakit di onkologi, nyeri pasca operasi, disertai peradangan, cedera dari sistemmuskuloskeletal dan jaringan lunak, adnexitis, dismenore primer; rasa sakit dan demam pada penyakit menular dan inflamasi pada saluran pernapasan bagian atas (dalam terapi kompleks)

Kontraindikasi

Page 29: Learning Issues Skenario a Blok 12 2015

Hipersensitivitas, asma, triad (kombinasi asma, poliposis hidung berulang, dan paranasal sinus dan intoleransi aspirin dan obat-obatan pirazolonovogo seri), lesi erosif dan ulseratif pada saluran pencernaan pada fase akut, hemodyscrasia, gagal hati dan / atau ginjal, Anak-anak sampai usia 1 tahun.

- Ketoprofen

Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin. Pada pemberian oral kadar puncak dicapai selama 0,5–2 jam. Waktu paruh eliminasi pada orang dewasa 3 jam, dan 5 jam pada orang tua.

Indikasi

Untuk mengobati gejala-gejala artritis rematoid, ankilosing spondilitis, gout akut dan osteoartritis serta kontrol nyeri dan inflamasi akibat operasi ortopedik.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.

Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat