nama1

13
Nama : Dwi Wahyudi NPM : 1313024028 Kelompok : 3 (Tiga) Judul : Pengukuran Faktor Abiotik Lingkungan A. Dasar Teori Makhluk hidup dapat melangsungkan hidupnya jika makhluk hidup tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan dapat berupa suhu, cahaya, temperatur dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini juga merupakan komponen abiotik dalam ekosistem (Kimball, 1983:53). Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat (Suin, 1997:1). Suatu kondisi diberi takrif sebagai suatu faktor lingkungan abiotik yang berbeda dalam ruang dan waktu, dan terhadap kondisi ini makhluk memberi tanggapan secara berbeda-beda. Contohnya meliputi suhu, lengas nisbi, pH, salinitas, kecepatan arus air sungai, dan kadar pencemar. Suatu kondisi dapat dimodifikasi oleh hadirnya makhluk lain, misalnya pH tanah dapat berubah oleh hadirnya tumbuhan, suhu dan lengas udara mungkin berubah di bawah tajuk pohon di hutan (Soetjipta, 1993:30). Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Apabila pelapukan fisik batuan disebabkan oleh perubahan temperatur dan dekomposisi kimia hasilnya memberikan sumbangan yang cukup banyak dalam pembentukan tanah. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme

Upload: dwi-wahyudi

Post on 28-Jan-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

1

TRANSCRIPT

Page 1: Nama1

Nama : Dwi WahyudiNPM : 1313024028Kelompok : 3 (Tiga)Judul : Pengukuran Faktor Abiotik Lingkungan

A. Dasar TeoriMakhluk hidup dapat melangsungkan hidupnya jika makhluk hidup tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan dapat berupa suhu, cahaya, temperatur dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini juga merupakan komponen abiotik dalam ekosistem (Kimball, 1983:53).

Faktor lingkungan abiotik secara garis besar dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah suhu, kadar air, porositas, dan tekstur tanah. Faktor kimia antara lain adalah salinitas, pH, kadar organik tanah, dan unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat di suatu habitat (Suin, 1997:1).

Suatu kondisi diberi takrif sebagai suatu faktor lingkungan abiotik yang berbeda dalam ruang dan waktu, dan terhadap kondisi ini makhluk memberi tanggapan secara berbeda-beda. Contohnya meliputi suhu, lengas nisbi, pH, salinitas, kecepatan arus air sungai, dan kadar pencemar. Suatu kondisi dapat dimodifikasi oleh hadirnya makhluk lain, misalnya pH tanah dapat berubah oleh hadirnya tumbuhan, suhu dan lengas udara mungkin berubah di bawah tajuk pohon di hutan (Soetjipta, 1993:30).

Tanah dapat didefinisikan sebagai medium alami untuk pertumbuhan tanaman yang tersusun atas mineral, bahan organik, dan organisme hidup. Apabila pelapukan fisik batuan disebabkan oleh perubahan temperatur dan dekomposisi kimia hasilnya memberikan sumbangan yang cukup banyak dalam pembentukan tanah. Kegiatan biologis seperti pertumbuhan akar dan metabolisme mikroba dalam tanah berperan dalam membentuk tekstur dan kesuburan tanah (Faisal, 2014).

Cahaya juga memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi, dan pembungaan tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan faktor pembatas dan jumlah cahaya yang menembus melalui sudut hutan tampak menentukan lapisan atau tingkatan yang terbentuk oleh pepohonannya. Keadaan ini mencerminkan kebutuhan tumbuhan akan ketenggangan terhadap jumlah cahaya yang berbeda-beda di dalam hutan (Ewusie, 1990:94).

Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan. Interaksi antara temperatur dan kelembaban, seperti pada khususnya interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai mutlak setiap faktor. Temperatur memberikan efek membatasi yang lebih hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni apabila keadaan

Page 2: Nama1

tadi sangat tinggi atau sangat rendah daripada apabila keadaan demikian itu adalah sedang-sedang saja (Odum, 1996:34).

B. Cara Kerja1. PEDOSFER

Kegiatan 1. Warna TanahPertama, mengambil contoh-contoh tanah dengan warna yang berbeda-beda, kemudian memasukkan ke dalam kantong plastik. Mencatat lokasi dan tanggal pengambilan, kedalaman dan jenis tumbuhan penutup.

Kegiatan 2. Suhu TanahMengukur suhu tanah pada berbagai kedalaman dengan menggunakan termometer.

Kegiatan 3. Derajat Keasaman1. Cara KolorimetrikMenempatkan tiga tetes dari campuranindikator pada plat tetes. Menyebarkan tanah pada yang telah dikeringkan di udara diatas indikator sehingga sampel tanah agak sedikit terbasahi dengan indikator tadi. Kemudian mengaduk sampai 1 menit. Menebarkan campuran tadi ke sisi plat tetes sehingga tampak warna campuran menempel pada plat tetes, kemudian mencatat pH-nya membandingkan pada tabel di buku panduan.

2. Cara ElektrometrikMenjenuhkan tanah dengan air, ada dua cara:Cara sticky point methodMengambil tanah kira-kira 40 ml (volumenya) dan memasukkan ke dalam gelas kimia 50 ml. Dengan menggunakan botol semprot (cuci) menambahkan sedikit demi sedikit air suling ke tanah tersebut dengan interval waktu tertentu diantara setiap penambahan air tanpa pengadukan. Melanjutkan penambahan air pada sampel dengan hati-hati (secara lambat), sampai diatas permukaan tadi ada sedikit air. Bila tanah sudah basah (jenuh), mengaduk campuran tanah dan air tadi sampai terbentuk pasta. Menguji konsentrasi tanah dengan cara membuat lubang dengan batang pengaduk. Jika tanah sudah konsisten (tanah hampir tidak menutup lubang batang pengaduk), barulah melakukan pengukuran pH dengan pH meter.

Cara suspension methodMenambahkan 20 ml air ke dalam 20 gram tanah (rasio 1:1). Mengaduk suspensi di atas dengan interval waktu tertentu (misalnya 5 menit sekali) selama paling tidak 1 jam, setelah itu menguji dengan pH meter. Melakukan pengujian pH dengan pH meter. Melakukan pengenceran sebanyak 5 kali dan setiap pengenceran ditambah 20 ml air, kemudian mengaduk lagi 15 menit. Menguji lagi-mengencerkan lagi-aduk-encerkan- lagi-aduk-mengencerkan- uji- lagi dan seterusnya. Menstandisasi Ph dengan buffer Ph 4,0, mencuci dengan air mengalir elektrodanya. Melanjutkan standadisasi dengan buffer 7,0.

Page 3: Nama1

Kemudian melakukan pengujian dengan cara meletakkan elektrodanya pada sampel tanah atau suspensinya dan baca skala Ph-nya melaaukan pencatatan beberapa kali hingga pH konstanmisalnya pada cara suspension method, melakukan pengukuran pH antar pengancaran (pengenceran interval 15 menit), dan pengenceran bisa bisa dihentikan ketika Ph telah konstan.

2. AQUATIKKegiatan 1. Pengukuran suhuMengambil sampel air kolam dengan menggunakan 3 botol bekas selai. Botol pertama untuk mengambil air di permukaan kolam, botol kedua untuk mengambil air dari tengah kedalaman kolam, dan botol ketiga untuk mengambil air dan lumpur dari dasar kolam. Kemudian melakukan pengukuran suhu menggunakan thermometer dan mencatat hasilnya.

Kegiatan 2. Pengukuran pHAir dari pengukuran suhu digunakan kembali untuk diamati pH-nya. Mengukur Ph dengan Ph Meter yang setiap kali mengukur harus dikalibrasi dengan air murni.

Kegiatan 3. Analisis Faktor Biotik PerairanUntuk mengamati organisme yang makro digunkan cara observasi langsung tanpa alat, sedangkan untuk melihat organisme mikro digunakan mikroskop.

C. Hasil Pengamatan

Lokasi Terdedah

TanahSuhu Tanah

Kedalaman Warna Tumbuhan Intensitas Cahaya

Suhu Udara

pH Kalori

pH Elektro

1. 31,2

5-10

cm Coklat

Kemerahan

Rum

put d

an I

lala

ng 56200 36o C 5,5 6,8

2. 32,9 76800 35o C 6 7

3. 31,6 6800 35o C 66,8

Lokasi Terdedah1. 27,4 7 cm Coklat - 6800 26 7 6,22. 27,3 10 cm Hitam - 7100 24 6,8 6,83. 27 10 cm Coklat Rumput 9500 24 6 6,2

Pengukuran SuhuLokasi Permukaan Tengah Dasar

Kolam FK 28o C 26o C 25o CKolam Biologi Gedung G

30o C 30,1o C 29o C

Pengukuran pH

Page 4: Nama1

Lokasi Permukaan Tengah DasarKolam FK 6,7 6,8 6,8Kolam Biologi Gedung G

7,9 7,6 6,9

D. Pembahasan Faktor yang mempengaruhi warna tanah yaitu:

1. Kadar lengas atau tingkat hidratasi. Kadar lengas dan hidratasi sangat berpengaruh terhap warna tanah, dalam hal ini apabila dalam keadaan lembab hingga basah maka tanah akan tampak berwarna hitam/kelam. Tingkat hidratasi sangat erat kaitannya dengan kedudukan terhadap permukaan air tanah, yang mengarah ke warna reduksi (gleisasi), yaitu kelabu biru hingga kelabu hijau.

2. Kadar bahan organik Makin tinggi kandungan bahan organiknya, maka warna tanah akan makin kelam. Sebaliknya, semakin rendah kandungan bahan organiknya warna tanah akan tampak lebih terang.

3. Kadar dan mutu mineral Mineral feldspar Kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan warna putih pada tanah. Sedangkan khusus untuk feldspar dapat menyebabkan warna tanah yang bermacam-macam, terutama warna merah. Hematit juga dapat menjadikan warna merah sampai merah tua pada tanah.

Faktor porositas tanah dikendalikan oleh tekstur tanah, struktur, dan kandung-an bahan organik yang mendasari warna tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi meningkatkan porositas tanah dan mempermudah pengikatan air sehingga warna tanah semakin gelap.

Jagung jika ditanam pada tanah dengan warna yang gelap atau subur akan tumbuh dengan baik dan pertumbuhan batang serta tongkol jagung semakin baik. Ketika jagung ditanam pada tanah yang merah dan liat, maka pertumbuhan akan terhambat karena minimnya bahan organik.

Penentuan pH tanah dapat dikerjakan secara elektrometrik dan kalorimetrik, baik di dalam laboratorium maupun di lapangan. Elektrometrik reaksi tanah ditentukan antara lain dengan pH meter Beckman, sedangkan kalorimetrik dapat dikerjakan dengan kertas pH, pasta pH, dan larutan universal.

pH berasal dari singkatan potential of Hydrogen. pH merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan keasaman atau kebasaan suatu zat.

Tanah dikatakan subur jika memiliki kadar keasaman (pH) sebesar 6 sampai 7, sedangkan tanah gersang Ph nya kurang dari itu. pH Kalori tanah pada tempat terdedah yaitu 5,5 , 6, dan 6, sedangkan pH elektro

Page 5: Nama1

tanah 6,8 , 7, dan 6,8. Ph Kalori tanah pada tempat terdedah yaitu 7 , 6,8, dan 6, sedangkan pH elektro tanah 6,2 , 6,8, dan 6,2.

Lahan asam merupakan ekosistem yang potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian, karena arealnya yang cukup luas sehingga mempunyai peran yang strategis dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional. Namun lahan asam bukan hanya cocok untuk tanaman padi, tapi juga tanaman pangan lainnya dan tanaman hortikultura dan perkebunan seperti cengkeh dan sawit.

Derajat keasaman tanah yang sesuai untuk budidaya kacang tanah adalah pH antara 6,0–6,5 yaiu bersifat asam, karena pada kondisi pH tersebut semua unsur esensial berada dalam keadaan siap untuk diserap oleh akar tanaman. Pada tanah yang bersifat basa, biasanya akan timbul gejala kekurangan unsur hara N, S, Fe, dan Mn. Namun pada kondisi tanah yang terlalu asam, beberapa unsur justru dapat menimbulkan keracunan sehingga kurang menguntungkan bagi pertumbuhan kacang-kacangan.

Grafik hubungan kedalaman dengan suhua. Kolam FK

Per-mukaan

Tengah Dalam23242526272829

Suhu Kolam FK (o C)

Suhu (o C)

b. Kolam gedung G

Per-mukaan

Tengah Dalam0

10

20

30

Suhu Kolam Gedung G (o C)

Suhu (o C)

Pada lingkungan aquatik tidak diemukan lapisan suhu.

Suhu air pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Peningkatan suhu air mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan

Page 6: Nama1

volatisasi serta penurunan kelarutan gas dalam air seperti O2, CO2, N2, CH4, dan sebagainya.

Perbedaan suhu pada kolam yang teramati tidak terlalu menunjukkan perbedaan, hal tersebut dikarenakan kolam yang diamati tidak terlalu dalam dan kedalaman yang diamati tidak jauh berbeda antara permukaan, tengah, dan dasar.

Perbedaan pH dari setiap lokasi yang diamati tidak terlalu signifikan baik pada kolam Fakultas kedokteran maupun kolam gedung G. Hal tersebut karena kedalaman kolam yang diamati tidak jauh berbeda antara permukaan, tengah, maupun dasar, sehingga perbedaan pH juga tidak signifikan.

Tumbuhan dan hewan yang hidup di pinggir maupun di dalam kolam antara lain ikan-ikan kecil, kodok, dan nyamuk.

Gambar Plankton

Plankton ditemukan di kolam gedung G, sementara pada kolam FK tidak ditemukan plankton.

Mikroorganisme yang ditemukan dari lumpur dasar kolam yaitu Volvox globator dari kolam gedung G.

Jumlah organisme akan banyak dan beragam ketika kondisi abiotiknya memadai seperti tersedianya okigen untuk bernafas, CO2 untuk fotosintesis, dan bahan organik untuk menjaga kelangsungan metabolismenya.

Piramida Jumlah berdasarkan taksiran

Page 7: Nama1

Kolam FK Kolam Gedung G

Pencemaran bahan organik dapat menghambat pola pertumbuhan organisme. Misalnya karena terjadinya pembusukan yang berlebihan di perairan karena penimbunan senyawa nitrat (NO3). Ditambah belum lagi penimbunan sisa-sisa pupuk yang lainnya di daerah pertanian yang akan menyebabkan tumbuh suburnya gulma yang dapat menutup permukaan air sehingga cahaya tidak bisa menembus ke pedalaman air sehingga menghambat proses fotosintesis yang diakhiri dengan berkurangnya produksi oksigen (O2). Berkurangnya oksigen menyebabkan ikan dan hewan lainnya yang hidup di air menjadi berkurang atau terhambat pertumbuhannya.

Berikut grafik hubungn pencemaran dengan pola pertumbuhan organisme

Ket:Biru = Pola PertumbuhanMerah = Pencemaran

E. KesimpulanAdapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini, yatu:1. Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah komponen hidup

(biotik) dan komponen tak hidup (abiotik).2. Faktor-faktor abiotik yang mempengaruhi kehidupan suatu spesies dapat

diketahui dengan melakukan pengukuran parameter lingkungan dengan menggunakan alat yang sesuai dengan apa yang akan diukur.

3. Faktor abiotik pada pedosfer dan perairan berbeda.

F. Daftar pustakaEwusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. ITB Bandung. Bandung.

Fisal, N. 2014. Laporan Pengukuran Faktor Abiotik. Diakses dari http://faisalnento.blogspot.sg/2014/04/laporan-praktikum-pengukuran-faktor.html. Tanggal 23 April 2015. Pukul 3.38 WIB.

Kimball, J. W. 1983. Biologi Jilid 3. Erlangga, Jakarta.

Odum, E. P. 1996. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. UGM Press. Yogyakarta.

Ikan Cenang10

Nyamuk1000

Kodok10

Nyamuk1000

Volvox globator1.000.000

Page 8: Nama1

Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Depdikbud Dirjen Dikti. Yogyakarta.

Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.

Bandar Lampung, 23 April 2015Mengetahui,

Praktikan Asisten

Dwi Wahyudi Robin Yama ShitaNPM. 1313024028 NPM. 1113024007

Page 9: Nama1

LAMPIRAN