nafkah dalam keluarga indonesia dan syiria (autosaved)

24
NAFKAH DALAM RUMAH TANGGA DI INDONESIA DAN SYRIA (Tinjaun Fikih Munakahat ) Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Hukum Perkawinan dan Perceraian Dunia Islam Dosen Pengampu: Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S.H., M.H. Disusun Oleh: Umi Salamah Nim 1320311060 KONSENTRASI HUKUM KELUARGA PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM

Upload: keahlianku

Post on 26-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

perbandingan tentang nafkah di indonesia dan syria dalam hukum keluarga

TRANSCRIPT

Page 1: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

NAFKAH DALAM RUMAH TANGGA DI INDONESIA DAN SYRIA

(Tinjaun Fikih Munakahat )

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Hukum

Perkawinan dan Perceraian Dunia Islam

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Umi Salamah

Nim 1320311060

KONSENTRASI HUKUM KELUARGA

PROGRAM STUDI HUKUM ISLAM

PROGRAM PASCA SARJANA

UIN SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

Kata Pengantar

الرحيم الرحمن الله بسم

الحم��د لل��ه رب الع��ا لمين، أش��هد أن ال إل��ه إال الل��ه وح��ده ال

شريك له,وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، اللهم ص��ل وس��لم

على محمد وعلى أله وأصحابه أجمعين، أما بعد.

Al-Hamdulillah puju syukur kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan

rahmatnya sehingga makalah dengan judul nafkah dalam rumah tangga

diIndonesiadan syria bisa terselesaikan. Sholawat serta salam dihaturkan kepada

nabi muhammad saw. semoga sebagai umatnya selalu mendapatkan syafaatnya di

dunia dan akhirat.

Berawal dari mata kuliah perkawinan dan perceraian di dunia muslim

yang mendiskusikan perkawinan di negara-negara muslim. dan adanya tugas

makalah yang akan didiskusikan dalam mata kuliah ini,penyusun makalah

mengambil tema tentang konsep nafkah di negara Indonesia.

Nafkah salah satu penentu keberlangsungan suatu keluarga dalam rumah

tangga harus terpenuh. Begitu juga di Indonesia dan syiria sebagai negara yang

berdaulat, negara membuat aturan hukum tentang nafkah ini dalam perundang-

undangan perkawinannya untuk kemaslahatan masyarakatnyas.

Selesainya makalah ini tidak lepas dari peran Prof. Dr.Abdul Ghofur Anshori,

S.H.,M.A. sebagai pengampu mata kuliah ini serta mas Abduh sebagai asisten

dosen yang bersedia membimbing,memberikan masukan dan mengarahkan

penyusun, serta teman kelas hukum keluarga 2013 yang menyebut dirinya dengan

legalfamili_2013 terima kasih masukan, pertanyaan dan sarannya sebagai

penyempurna makalah ini.

Dalam penyusunan maklah ini Saya sadar masih tetap banyak

kekurangannya karena itu saya harapkan saran dan masukanya untuk perbaikan

makalah ini. Terima kasih.

Umi Salamah

Nim. 132031106

1

Page 3: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

Daftar Isi

Halaman Judul...............................................................................................i

Kata pengantar ............................................................................................ii

Daftar Isi......................................................................................................iii

PENDAHULUAN.........................................................................................1

A.Latar Belakang .......................................................................1

B.Pokok Pembahasan .................................................................5

PEMBAHASAN ...........................................................................................6

A. Konsep Nafkah dalam Rumah Tangga menurut

Fikih Munakahat.....................................................................................6

B. Nafkah dalam Perundang-Undangan

di Indonesia...............................................................................................9

C. Nafkah Dalam Perundang-Undangan Di Syria .................................10

C. Analisis....................................................................................................13

PENUTUP ..................................................................................................15

A. Kesimpulan ..........................................................................................15

Daftar Pustaka ...........................................................................................16

2

Page 4: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan paradikma dalam dunia Islam mempengaruhi juga hukum yang

terlaksana, salah satunya hukum perkawinan. hukum perkawinan dijadikan aturan

dalam bentuk Undang-Undang karena tuntutan zaman. penerapaan peraturan

yang sudah terbukukan mengikat semua pihak sehingga tidak akan

membingungkan masyaarakat dan dalam menyelesaikan sengketa ada rujukan

yang jelas yang digunakan oleh hakim.

Nafkah sebagai akibat dari adanya perkawinan ini perlu dibahas karena

untuk keberlangsungan kerumahtanggan dalam keluarga. Adanya tuntunan

persamaan antara laki-laki dan perempuan dalam hukum keluarga, pemahaman

tentang nafkah sudah tidak lagi sesederhana dahulu yaitu dipahami laki-laki

sebagai pemimpin dalam keluarga terkadang harus memenuhi kebutuhan dalam

memberikan nafkah.

Hal ini imbas dari memahami teks secara parsial. Meminjam istilah Fazhur

Rahman pemahaman teks seharuanya melihat situasi dimana teks turun dan

melihat situasi saat ini yang biasa disebut gerakan ganda (double movement)1.

Hubungan yang tidak setara diharapkan bisa dirubah dengan pemahaman nash

sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Dari sini, penulis mencoba memahami

nash tidak hanya berdasarkan potongan ayat tetapi juga melihat kontek dahulu dan

sekarang.

Persoalan nafkah dalam fikih klasik diatur sangat detail baik nafkah

kepadaistri, anak-anak, sanak kerabat dan nafkah terhadap perwaliinnya. Dalam

makalah ini hanya akan fokus dalam nafkah terhadap keluarga Penyusun juga

akan mengkaji Konsep nafkah dalam perundang-undangan di Indonesia dan syria

sebagai negara penduduknya banyak yang beragama Islam sudahkah sesuai

dengan yang diinginkan oleh konsep rohmatal lil alamin dalam agama Islam?

1 Gerakan ganda yaitu metode yang ditawarkan rahman dengan 2 langkah pokok, yaitu mulai dari kasus kongrit yang ada dalam al-Qur’an untuk menemukan prinsip umum. selanjutnya berangkat dari prinsip umum tersebut, kemudian menatap kembali ke legeslasi khususyang dihadapi sekarang/masa kini dan kedisinian serta mempertimbangkan kondisi sosial yang ada. Khoiruddin Nasution, “Konsribusi Fazlur Rahman dalam Ushul Fikih Kontemporer” , Al-Jami’ah Vol.40 No2, 2002.

3

Page 5: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

B. Pokok masalah

1. Bagaimana Konsep nafkah dalam fikih munakahat?

2. Bagimana nafkah dalam konsep perundang-undangan di Indonesia dan Syria?

3. Bagaimana perbandingan pelaksanaan di Indonesia dan syria dengan fikih

munakahat?

PEMBAHASAN

4

Page 6: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

A. Konsep Nafkah dalam Rumah Tangga menurut Fikih Munakahat

Kaum muslimin sepakat bahwa perkawinan merupakan salah satu sebab

yang mewajibkan pemberian nafkah, seperti halnya kekerabatan.2 Adapun sebab

wajib nafkah atas suami kepada isteri adalah, karena dengan selesainya akad yang

sah, wanita menjadi terikat dengan hak suaminya, yaitu untuk menyenangkannya,

wajib taat kepadanya, harus tetap tinggal di rumah untuk mengurus rumah

tangganya, mengasuh anak-anaknya dan mendidiknya, maka sebagai imbalan

yang demikian Islam mewajibkan kepada suami untuk memberi nafkah kepada

isterinya.3

Secara eksplisit, kemutlakan kewajiban nafkah dibebankan kepada laki-

laki (kaum suami) dipahami dari petunjuk dalam surah al Nisaa ayat 34, yang

menginformasikan keistimewaan laki-laki dibanding perempuan disebabkan salah

satunya karena faktor nafkah. Akad nikah seolah menjadi ruang yang perempuan

tertanggung (ihtibas) kehidupannya di dalam ruang itu. Maka suami menjadi aktor

paling penting tentang kepemilikan terhadap ruang gerak isterinya, sehingga

kewajiban untuk memberi nafkah itu dengan demikian berada di pundak suami

secara utuh. Hal ini berdasarkan kaidah fikih

Barang siapa yang dirinya tertanggung untuk kepentingan dan kemanfaatan pihak lain, maka nafkahnya dibebankan kepada pihak tersebut.

Dalam al-Qur’an At-Thalaq: 6. Memberian nafkah meliputi sandang,

papan dan pangan. Tentang tempat tinggal,

2 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, alih bahasa Maskur dkk,

(Jakarta: Lentera, 2000), hlm. 400.

3 Al-Sayyid Sabiq. 1977: hlm. 148

5

Page 7: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu

bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu

menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. dan

jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,

Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka

bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu

untukmu Maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan

musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan

baik; dan jika kamu menemui kesulitan Maka perempuan lain

boleh menyusukan (anak itu) untuknya.

Untuk makanan dan pakaian, al-Qur’an al-Baqarah: 233 meminta suami

menyediakannya bagi ibu dan anak-anaknya sebagaimana dijelaskan:

Dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu

dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar

kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya

dan seorang ayah karena anaknya,

Juga berdasarkan hadis yang berbunyi

لها غفر جهلت وان جنبها ويكسو بطنها يشبع ان زوجها على المراة حق

Hak seorang wanita atas suaminya adalah kekenyangan perutnya dan

ditutupi badanya (diberi pakaian) kalau wanita tersebut tidak mengetahui hal itu

dia diampuni.

Pada dasarnya berapa besar nafkah yang wajib diberikan oleh suami

kepada istrinya adalah dapat mencukupi keperluan secara wajar, meliputi

keperluan makanan, pakaian, perumahan dan sebagainya. Prinsip mencukupi

6

Page 8: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

keperluan dapat diperoleh dari hadis nabi tentang dibenarkanya seorang istri

mengambil uang suaminya tanpa izin apabila nafkah yang diberikan tidak

mencukupi.4

Dalam surah An-Nisa>’ (4):34 disebutkan laki-laki sebagai

pemimpin dalam keluarga karena laki-laki mempunyai kelebihan

yaitu yang memberikan nafkah, melindungi dan mengayomi

keluarga. Sehingga dilanjutkan dalam bunyi ayat tersebut jika

istri bertingkah laku tidak sejalan dengan agama maka suami

berkewajiban mendidik, mengingatklan, pisah ranjang, dan

memukul.5

Pembahasan nafkah tidak bisa terlepas dari hubungan

suami dan istri adanya kata “Qawam” dalam surah an-Nisaa’

ayat 34 yang diartikan sebagai pemimpin ini juga mempengaruhi

terhadap pemberian nafkah. Adanya kelebihan laki-laki dari pada

perempuan dalam system patriarki, hal ini mempengaruhi bagian

yang didapatkan wanita dalam system waris dan lainnya.

Pekerjaan yang dilakukan sistem masyarakat arab masa

Nabi adalah masyarakat agraris sehingga dalam bekerja

memerlukan otot. Dalam surah an-Nisa>’ ayat 34 tersebut

adanya kata “kelebihan di antara kamu” karena untuk bekerja

keras diperlukan tenaga sehingga laki-laki yang bisa memenuhi

kebutuhan keluarga. Bekerja disesuaikan dengan konteks social

saat ini tidak harus dengan tenaga otot, sehingga untuk saat

bisa saja pencari nafkah adalah perempuan karena yang

4 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fikih dan Hukum

Positif, (Yogyakarta: UII Press, 2011) hlm. 89-90

5 Lihat Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, (Yogyakarta: ACAdeMIA &

TAZZAFA, 2005), hlm. 174-175

7

Page 9: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

dibutuhkan tidak hanya tenaga otot tetapi juga kemampuan dan

keahlian.6

B. Konsep Nafkah dalam Perundang-Undangan di Indonesia

Dalam perundang-undangan Indonesia tidak ada sub khusus yang

membahas masalah nafkah dalam kehidupan keluarga. Melainkan hanya ada

beberapa pasal yang dapat ditarik sebagai bahasan yang berhubungan dengan

nafkah. Pasal-pasal tersebut terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

dan Kompilasi Hukum Islam. Pasal 32 ayat (1) dan (2) UUP misalnya

menyebutkan, suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang di maksud

dalam ayat (1) ditentukan oleh suami dan istri.7

Pada Pasal 34 disebutkan ayat (1)”suami wajib melindungi dan

memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan

kemampuannya”. Ayat (2) “istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-

baiknya”. Ayat (3) “ jika suami atau istri melalaikan kewajibanya masing-masing

dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan”.8

Aturan yang terkait lebih rinci ditemukan dalam KHI misalnya dalam

pasal 80 ayat (4),”sesuai dengan penghasilannya suami menanggung: (a) nafkah,

kiswah dan tempat kediaman bagi istri; (b) biaya rumah tangga, biaya perawatan

dan biaya pengobatan bagi istri dan anak; (c) biaya pendidikan bagi anak”.

Sedangkan isi pasal 80 sama dengan pasal 34 ayat (1) UUP No1 Tahun 1974,

“Suami wajib melindungi dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup

berumah tangga sesuai dengan kemampuannya”. Kemudian dalam pasal 80 ayat

(7) disebutkan “ kewajiban suami sebagaimana ayat (2) gugur apabila istri

nusyu@#<z. dapat disimpulkan bahwa hak nafkah dan unsur-

unsurnya hilang kalau istri melakukan nusyu@z.

C. Konsep Perundang-Undangan di Syria

6 Lihat Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, hlm.212-215

7 Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, hlm. 192

8 Ibid., hlm.192

8

Page 10: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

1. Sejarah pembentukan hukum keluarga di Syria

Sejarah hukum keluarga tidak terlepas dari aturan yang ditetapkan oleh

negara yang menguasainya yaitu Ottoman Turki sejak tahun 1917, dengan

berlandaskan pada mazhab hukum Hanafi. Selama berada di bawah Turki

Usmani, sistem hukum dan perundang-undangan yang mengalami reformasi dari

waktu ke waktu yang berlaku juga di wilayah territorial Syiria. Di antara hukum-

hukum imperial yang pernah berlaku di Syiria adalah Code Civil tahun 1876 dan

Hukum dan Hak-Hak keluarga tahun 1917. Kedatangan koloni Perancis dan

Inggris setelah PD I sangat memberi nuansa yang sangat besar terhadap

perkembnagan negara itu khususnya di bidang politik, sipil dan pidana. Meskipun

demikian, nasib personal law masih tetap dipertahankan.9

Setelah merdeka pada tahun 1947, nasionalisasi dan reformasi terhadap

berbagai aturan dan sistem hukum dilakukan dari waktu ke waktu. Selama

berlangsungnya program nasionalisasi, sistem hukum telah dicabut dan diganti

dengan hukum baru. Beberapa peraturan baru telah ditetapkan sebagai peraturan

yang bebas dari pengaruh kolonial dan ditetapkan sebagai konstitusi nasional,

antara lain Hukum Civil, Hukum Pidana dan Hukum Dagang pada tahun 1949,

dan Hukum Pidana baru pada tahun 1950 dan Hukum Perdata baru pada tahun

1953. Sementara sebagai personal law tetap diberlakukan Hukum Famili Turki

dari tahun 1917 sampai 1953 dengan nama Qanun al-Ahwal al-Syakhshiyah atau

lebih dikenal dengan The Syirian Law of Personal Status. Undang-undang ini

dianggap berlaku sejak tanggal 17 September 1953. Undang-Undang ini

merupakan risalah dari hasil kerja Syeikh Ali al-Tahanawi (Qadi di Damaskus)

diambil dari berbagai macam mazhab hukum yang disesuaikan dengan situasi

kondisi masyarakat Syiria. Bisa dikatakan bahwa hukum ini mengandung

eklektisisme inovatif, yangmenyeleksi aturan-aturan bukan hanya dari mazhab

Hanafi, melainkan juga dari opini-opini para faqih mazhab-mazhab kuno dan

minoritas yang terisolasi, dengan tujuan membuat.

9 Masnun Tahir, ”Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Syiria dan

Tunisia” Al-Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008, hlm.209

9

Page 11: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

Selama 22 tahun setelah pemberlakuannya, diadakan amandemen terhadap

pasal-pasal dalam 4 bab pertama Undang-undang 1953 itu, dengan UU Syiria No.

34/1975. Perubahan UU yang memodifikasi dan menambah beberapa

ketentuannya sebanyak 22 pasal ini didasarkan pada rekomendasi panitia

parlemen yang dibentuk untuk mengkaji dan merevisi UU 1953. Perubahan utama

berkaitan dengan masalah poligami, mahar, nafkah, konpensasi cerai, biaya

hadhanah, dan masalah perwalian anak. Penetapan Undang-Undang ini

dimaksudkan untuk melindungi hak-hak perempuan.10

Usaha kodifikasi hukum keluarga Islam di Syiria dianggap paling

komprehensif, karena tidak hanya meliputi aturan-aturan tentang kecakapan

hukum, perwalian dan perwakilan tetapi juga mencakup problematika wasiat dan

hibah. Penyusunan Code ini didasarkan pada Hukum Turki Usmani Tentang Hak-

hak keluarga, Hukum Mesir tentang hukum keluarga dan waris 1920-1946 dan

juga diambil dari hasil kerja Qadi Pasha (Mesir) dan Ali al- Tantawi (Damaskus).

Code of Personal Status 1953 Syiria ini memuat 308 pasal dan terdiri atas 6 buku

yang muatan isinya didomonasi oleh mazhab Hanafi. Ada bagian-bagian tertentu

yang diadopsi dari Sekte Duruz dan Kristen Syiria.11

2. Perundang-undangan tentang Nafkah di Syria

Peraturan tentang nafkah di syiria dibahas sedikit panjang lebar. 12Undang-

Undang Negara Syiria disamping membahas tentang nafkah juga membahas

tentang perumahan atau akomodasi. Nafkah diberikan kepada istri sejak akad

terlaksana. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam bangunan fiqih klasik. Adapun

ketentuan nafkah Syiria adalah bagian ke 2 dari bab ke-4 pasal 65-70:

Suami wajib memberikan akomodasi atau perumahan sesuai dengan status

sosial istri.13 Suami setelah istrinya sembuh dari penyakitnya hendaknya, suami

10 Masnun Tahir, ”Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Syiria dan

Tunisia” hlm. 20911 Ibid., hlm 20912. Tahir Mahmood, Family Law Reform In The Muslim World, (Bombay:

N.M.Tripathi PVT.LTD,1974), hlm. 87

13 UU Syiria No. 34/1975 Pasal 65

10

Page 12: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

tinggal dengan istrinya”.14Suami jika berpoligami wajib memberikan tempat

tinggal yang sama terhadap istri-istrinya”.15suami tidak boleh membiarkan

keluarga tinggal bersama istri, kecuali anak kecil yang belum berumur dewasa,

kalau dengan kehadiran tersebut mengganggu istri.16

Adapun pembahasan khusus nafkah dalam Undang-Undang Syria ada

pada bagian ke 3 dari bab ke 4, pasal 71-84. Pembahasan nafkah dalam UU Syria

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu nafkah semala masa perkawinan dan

nafkah masa iddah.17 Nafkah meliputi sandang, pangan dan papan dan sejenisnya

yang baik yang sesuai dengan ketentuan yang ada dalam masyarakat18.

Suami tetap terikat dengan hal pemberian biaya hidup kepada istri selama

masih berlangsungnya perkawinan, bahkan bila si istri merupakan pengikut agama

lain atau menetap di rumah keluarganya, kecuali bila suami memintanya untuk

tinggal bersama di kediamannya sementara sang istri menolak tanpa ada

haknya.19Bahkan si istri mempunyai hak untuk menolak untuk hidup bersama

suaminya jika suaminya tidak mematuhi untuk membayar mahar secara seketika

atau menyediakan tempat tinggal berdasarkan aturan hukum.20

Hak istri hilang kalau istri bekerja diluar rumah dan tidak mendapat izin

dari suami.21Jumlah nafkah yang diterima istri harus mempertimbangkan kondisi

suami, kondisi istri, dengan catatan tidak kurang untuk mencukupi kebutuhan

minimum.22

Nafkah yang dipaksa secara hukum atau dengan persetujuan hanya

berhenti karena dibayar atau dimaafkan.23 Hakim boleh menyuruh suami

membayar nafkah sementara dan tidak lebih satu bulan selama dalam proses 14 Pasal 6615 Pasal 6716 Pasal 6917 Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, hlm. 20618 Pasal 7119 Pasal 72 (1)20 Pasal 72 (2) 21 Pasal 73 22 Pasal 7823 Pasal 79

11

Page 13: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

penaksiran nafkah dan setelahnya, kalau hal itu dibutuhkan.24 keputusan ini

berlaku sejak ditetapkan. Nafkah masa iddah harus sama dengan nafkah nikah dan

harus dibayar sejak mulai iddah dan berlaku maksimal 9 bulan.25

D. Analisis

Ketika dikaitkan dan diselaraskan dengan pengertian, syarat, tujuan, dan

prinsip perkawinan, dapat disimpulkan bahwa keberadaan nafkah adalah untuk

menunjang keberlangsungan kehidupan rumah tangga. Dengan demikian, suami

atau istri dapat memenuhi kebutuhan dalam rumah sehingga kelangsungan rumah

tangga tetap berjalan.

Begitu juga pengambilan nafkah dalam system hukum keluarga di

Indonesia tidak mutlak menjadi tanggungan suami seperti Pasal 32 ayat 1 dan 2

untuk mempunyai tempat tinggal tidak hanya ditentukan oleh suami tetapi juga

oleh istri.

Dalam penerapannya sebenarnya wanita juga harus mengetahui kedudukan

laki-laki apakah mampu untuk memenuhi semua kebutuhan yang dituntut. jadi

harus saling pengertian. Dalam prakteknya untuk memenuhi kebutuhan keluarga

di Indonesia berdasarkan siapa yang mempunyai kelebihan dan mempunyai

pekerjaan maka dialah yang memenuhi kebutuhan keluarga tidak peduli suami

atau istri.

Berbeda dengan Syria yang melakukan terobosan yang signifikan dalam

memberikan wewenang kepada istri untuk menuntut hak nafkahnya yang begitu

luas. Nafkah suami terhadap istri selama perkawinannya itu dibangun atas akad

yang sah, terlepas istrinya muslim atau tidak, kaya atau miskin. Kewajiban ini

sudah menjadi kesepakatan para ulama.26 Perintah pemberian nafkah ini

berdasarkan al-Qu’an, al-Sunnah, al-Qiyas, al-Ijma’.27

24 Pasal 82 (1)25 Pasal 84 26 Abdurrahman al-Jaziri. 1990 : hlm. 485.  

27 Abu Zahrah, hlm. 269

12

Page 14: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

Undang-Undang Hukum Keluarga negara Syria telah melakukan begitu

mendetail membahas masalah nafkah ini. Pengaruh emansipasi, tuntutan

persamaan gender membuat peraturan di syria membahas nafkah dalam

pembahasan tersendiri. Lingkup pembiayaan nafkah tidak hanya terbatas pada

sandang, pangan dan papan melainkan juga meliputi biaya-biaya pengobatan.

Bahkan perbedaan agama istri tidak menjadi penghalang akan wajibnya nafkah

ini. Selain itu juga istri mempunyai hak menolak untuk mendampingi suami jika

suami mengabaikan kewajiban ini. Dan lebih ekstrim lagi bahwa pengabaian

kewajiban ini bisa menjadi salah satu alasan istri untuk memohon perceraian.

hukum yang diajarkan Islam sekaligus selaras dengan kebutuhan masyarakat

kontemporer.28

Kompleksnya peraturan tentang nafkah ini berbada dengan pandangan

para ulama mazhab seperti dalam hal biaya pengobatan bukan menjadi tanggung

jawab suaminya. Menurut mereka, ongkos atau biaya pengobatan menjadi

tanggungannya sendiri atau keluarganya, karena obat-obatan tidaklah diinggap

sebagai kebutuhan pokok, mereka menganalogikannya dengan makanan cuci

mulut. Makanan jenis ini tidak harus ada atau disediakan. Hal ini disebabkan

karena kondisi masyarakat pada waktu itu secara umum tidak memerlukan

pengobatan seperti sekarang ini. Akan tetapi, dewasa ini kebutuhan masyarakat

terhadap kesehatan telah menjadi bagian dari kebutuhan pokok. Wahbah al-

Zuhaili-ahli fiqih kontemporer dari Syiria– menolak pandangan para ulama empat

mazhab di atas. Menurutnya nafkah untuk kesehatan adalah termasuk kewajiban

yang harus dipenuhi oleh suami. Pemberian nafkah kesehatan merupakan bentuk

dari mu’asyarah bi al-Ma’ruf. Katanya: Bukanlah mu’asyarah bi al-ma’ruf

namanya, kalau suami dalam keadaan istrinya sehat dapat bersenang-senang

(istimta’), tetapi manakala ia sakit, lalu mengembalikannya kepada keluarganya.

Ilustrasi Wahbah ini selaras dengan aturan di Syiria, Tunisia bahkan Mesir.29

28 Ibid., hlm 209

29 Wahbah al-Zuhaili. 1989. Al-Fiqh al-Islam wa Adilatuh. Damaskus: Dar al-

Fikr. X. hlm. 7380.

13

Page 15: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

Islam mengajarkan agar dalam mempengaruhi kehidupan rumah tangga

selaras dengan prinsip perkawinan dengan saling membantu, saling melengkapi

dan saling melindungi sehingga tujuan perkawinan dapat dicapai.

Maka dapat dilihat dari uraian di atas Indonesia dan syria sama-sama

melakukan pemaharuan hukum keluarga yang hampir sama dalam hal hak nafkah.

Tuntutan pembaharuan atas dasar hak perempuan juga mempengaruhi adanya

perubahan aturan ini.

Konsep nafkah tidak cukup dengan dasar konsep fikih klasik karena itu

perlu ada undang-undang yang mengatur secara jelas sehingga ada implikasi yang

nyata dari peraturan tersebut untuk memenuhi nafkah dalam keluarga.

Hukum secara tidak langsung tergantung ideologi yang mempengaruhi,

sehingga peraturan nafkah di Indonesia tidak mempersentasikan hukum yang

sesuai dengan masyarakat Indonesia. Ini ada pengaruh dari kaum jawa priyayi.

Jika dilihat masyarakat petani tidak ada istilah suami yang mencari nafkah karena

semua dikerjakan bersama dengan berbagi peran dalam keluarga. Hal ini juga

yang terjadi dalam masyarakat pedagang, tidak hanya suami yang bekerja dan istri

sebagai ibu rumah tangga karena sama-sama ikut berperan dalam pekerjaannnya.

Sehingga hukum perkawinan dan membahas tentang nafkah ini hanya mewakili

kelompok masyarakat jawa priyayi. Hal ini bisa terjadi karena pemimpin di

Indonesia adalah kelompok priyayi. Jadi jika ditarik kesimpulan hukum

perkawinan dalam hal ini mengenai nafkah di Indonesia perlu dilakukan

amandemen yang sesuai dengan kultur bangsa Indonesia.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Menurut fuqoha nafkah dalam rumah tangga ada dua pandangan

14

Page 16: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

a. Menurut ulama klasik nafkah wajib diberikan laki-laki kepada perempuan

dengan salah satu dasarnya surah al- Baqarah ayat 232 dan an-Nisa 34.

b. Menurut ulama kontemporer pemberian nafkah bisa dilakukan oleh suami atau

istri dengan melihat kontek pada zaman sekarang suatu pekerjaan yang ada,

tidak selalu memerlukan otot, tetapi memerlukan skill.

2. Konsep perundang-undangan di Indonesia dan Syiria

a. Hukum perkawinan di Indonesia tidak mengatur nafkah secara khusus.

Pemberian nafkah kepada istri oleh suami wajib selama istri tidak nusyuz.

Dalam pelaksanannnya, untuk memenuhi nafkah dalam keluarga tidak hanya

dari suami tapi juga dari istri.

b. Hukum perkawinan di Syria mengatur secara detail tentang nafkah mulai dari

akomodasi sampai nafkah. Istri dapat menuntut cerai ketika suami tidak

memberikan nafkah secara penuh.

3. Konsep perundang-undangan di Indonesia dan Syiria sesuai dengan aturan

hukum fikih munakahat karena dasar dari pembuatannya juga merujuk dari kitab-

kitab fikih.

Daftar Pustaka

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam Perspektif Fikih Dan Hukum

Positif, Yogyakarta: UII Press, 2011.

15

Page 17: Nafkah Dalam Keluarga Indonesia Dan Syiria (Autosaved)

Hukum Keluarga Muslim Syiria, http://kualalan.blogspot.com/2011/10/hukum-

keluarga-muslim-syiria.html, akses 6 November 2013.

Khoiruddin Nasution, Hukum perkawinan I, Yogyakarta: ACAdeMIA & TAZZAFA,

2005

Masnun Tahir, ”Hak-hak Perempuan dalam Hukum Keluarga Syiria dan Tunisia” Al-

Mawarid Edisi XVIII Tahun 2008

Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqih Lima Mazhab, alih bahasa Maskur dkk, Jakarta:

lentera, 2000.

Tahir Mahmood, Family Law Reform In The Muslim World, Bombay: N.M.Tripathi

PVT.LTD,1974.

Wahbah al-Zuhaili. Al-Fiqh al-Islam wa Adilatuh. Damaskus: Dar al-Fikr. X, 1989.

16