nadia

42
BAB I KARAKTERISTIK DAN RANCANG BANGUN SISTEM EKONOMI ISLAM Suatu paham termasuk ekonomi dibangun oleh suatu tujuan, prinsip, nilai dan paradigm. Ekonomi islam di bangun untuk tujuan suci, di tuntun oleh ajaran islam dan di capai dengan cara-cara yang di tuntunkan pula oleh ajaran islam. Oleh karena itu semua hal tersebut saling terkait dan terstruktur secara hierarkis, dalam arti bahwa spirit ekonomi islam tercermin dari tujuannya, dan di topang oleh pilarnya. Tujuan untuk mencapai falah hanya bisa diwujudkan dengan pilar ekonomi islam yatu nlai-nlai dasar (islamic values), dan pilar operasional, yang tercermin dalam prinsip- prinsip ekonomi (islamic principles). Dari sinilah akan tampak bangunan ekonomi islam dalam suatu paradigma, baik paradigma dalam berpikir dan berperilaku maupun bentuk perekonomiannya. A. Karakeristik Ekonomi islam Tujuan Ekonomi Islam Tujuan akhir ekonomi islam adalah bagaimana tujuan dari syariat islam itu sendiri (maqashid asy syari’ah), yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayybah). Inilah kebahagiaan hakki yang di ingnkan setiap manusia, bukan kebahagiaan semu yang seringkali akhirnya justru melahirkan penderitaan dan kesengsaraan. Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia merupakan dasar sekaligus tujuan utama dari syariat islam (mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan tujuan ekonomi islam. Menurut As- Shatibi tujuan utama syariat islam adalah mencapai

Upload: pahrul-rozi

Post on 09-Nov-2015

218 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

resume buku

TRANSCRIPT

BAB IKARAKTERISTIK DAN RANCANG BANGUN SISTEM EKONOMI ISLAMSuatu paham termasuk ekonomi dibangun oleh suatu tujuan, prinsip, nilai dan paradigm. Ekonomi islam di bangun untuk tujuan suci, di tuntun oleh ajaran islam dan di capai dengan cara-cara yang di tuntunkan pula oleh ajaran islam. Oleh karena itu semua hal tersebut saling terkait dan terstruktur secara hierarkis, dalam arti bahwa spirit ekonomi islam tercermin dari tujuannya, dan di topang oleh pilarnya. Tujuan untuk mencapai falah hanya bisa diwujudkan dengan pilar ekonomi islam yatu nlai-nlai dasar (islamic values), dan pilar operasional, yang tercermin dalam prinsip-prinsip ekonomi (islamic principles). Dari sinilah akan tampak bangunan ekonomi islam dalam suatu paradigma, baik paradigma dalam berpikir dan berperilaku maupun bentuk perekonomiannya.A. Karakeristik Ekonomi islamTujuan Ekonomi IslamTujuan akhir ekonomi islam adalah bagaimana tujuan dari syariat islam itu sendiri (maqashid asy syariah), yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat (falah) melalui suatu tata kehidupan yang baik dan terhormat (hayyah thayybah). Inilah kebahagiaan hakki yang di ingnkan setiap manusia, bukan kebahagiaan semu yang seringkali akhirnya justru melahirkan penderitaan dan kesengsaraan. Mewujudkan kesejahteraan hakiki bagi manusia merupakan dasar sekaligus tujuan utama dari syariat islam (mashlahah al ibad), karenanya juga merupakan tujuan ekonomi islam. Menurut As-Shatibi tujuan utama syariat islam adalah mencapai kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan terhadap lima kemashlahaan, yaitu kemanan, ilmu, kehdupan, harta, dan kelangsungan keturunan. Kelima kemaslahah tersebut pada dasarnya merupakan sarana yang sangat dibutuhkan bagi kelangsungan kehdupan yang baik dan terhormat. Jika salah satu dari lima kebutuhan ini tidak tercukupi, niscaya manusia tidak akan mencapai kesejahteraan yang sesungguhnya.Ekonomi islam tidak sekedar berorientasi untuk pembangunan fisik material dari individu, masyarakat dan negara saja, tetapi juga memerhatikan aspek aspek lain yang juga merupakan elemen penting bagi kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Pembangunan keimanan merupakan prakondisi yang diperlukan dalam ekonomi Keimanan merupakan fondasi bagi seluruh perlaku individu dan masyarakat. Keimanan dengan sendirinya akan melahirkan kesadaran akan pentingnya ilmu, kehidupan, harta, dan kelangsunga keturunan bagi kesejahteraan kehidupan manusia.Keseimbangan masa kini dengan masa depan merupakan elemen penting bagi keberlanjutan pembangunan di masa depan. Sumber daya ekonomi tidak boleh di habiskan oleh generasi sekarang, tetapi harus juga dapat di nikmati oleh seluruh generasi sumber daya ekonomi harus di gunamkan secara efesien dan di kelola dengan hati-hati sehngga manfaatnya dapat di nikmati banyak orang di sepanjang waktu. Akhirnya, tujuan mewujudkan keseimbangan dunia dan akhirat akan menjamin terciptanya kesejahteraan yang kekal dan abadi.Dengan demikian, sebagai suatu cabang ilmu, ekonomi islam bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan bagi individu yang membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah). Dengan demikian, perhatian utama ekonomi islam adalah upaya bagaimana manusia meningkatkan kesejahteraan materialnya yang sekaligus akan meningkatkan kesejahteraan spiritualnya. Karena aspek spiritualnya harus hadir bersama dengan target material, maka dperlukan sarana penopang utama, yaitu moralitas pelaku ekonomi.2. Moral sebagai Pilar Ekonomi IslamMoral ekonomi islam dapat diuraikan menjadi dua komponen meskipun dalam praktiknya kedua hal ini salaing beririsan, yaitu :a. Nilai Ekonomi IslamNilai (value) merupakan kualitas atau kandungan intrinsik yang diharapkan dari suatu perilaku atau keadaan. Dalam aspek ibadah shalat misalnya, nilai shalat di ukur dari kekhusuan sebelum saat atau setelah sahalat dilakukan. Nilai ini juga mencerminkan pesan-pesan moral yang dibawa dari suatu kegiatan, seperti kejujuran, keadilan, kesatuan, dan sebagainya.b. Prinsip Ekonomi IslamPrinsip merupakan suatu mekanisme atau elemen pokok yang menjadi struktur atau kelengkapan suatu kegiatan dan keadaan. Dalam contoh shalat, prinsip dicerminkan dari rukun dan syarat sahnya shalat yang membuat suatu kegiatan tersebut sebagai shalat.3. Nilai-nilai Dasar Ekonomi IslamMoral islam sebagai pilar ekonomi islam perlu dijabarkan lebih lanjut menjadi nilai yang lebih terinci sehingga pada akhirnya dpat rumusan pununtun perilaku para pelaku ekonomi. Keberadaan nilai semata pada perilaku ekonomi dapat menghasilkan satu perekonomian yang normatif, tidak akan bisa berjalan secara dinamis. Oleh karena itu, inflementasi nilai- nilai ini harus secara beesama sama didasarkan berdasarkan atas perinsip- perinsip ekonomi. Perinsip inilah yang akan menjadi ekonomi islam kokoh dan dinamis, dan nilailah yang berfungsi untuk mewarnai kualitas bangunan tersebut. Nilai nilai dalam al-quran dan hadist terkait dengan ekonomi sangat lah banyak. Dari berbagai pandangan ekonomi muslim dapat disimpulkan bahwa inti dari nilai ajaran islam adalah tauhid, yaitu bahwa segal aktifitas manusia didunia ini, termasuk ekonomi, hanya dalam rangka untuk ditujukan mengikuti satu kaidah hukum, yaitu hukum awal pada hakikat nya hukum ini berlaku didunia bis berasal dari alam maupun buatan manusia. Ekonomi akan membawa kepada fallah ketika mampu membawa hukum hukum buatan manusia ini kembali kepada hukum universal, yaitu hukum awal.a. AdlKeadilan (adl) merupakan nilai paling asasi dala aliran islam. Keadilan sering kali diletakan sederjat dengan kebajikan dan ketakwaan. Terminologi keadilan dalam quran disebut dalam berbagai istilah, antara lain : adl, qisth, mizan, hiss, qasd atau variasi, sementara itu untuk terminologi ketidakadilan adalah zulm, itsn, dhalal, dan lainnya.Berdasarkan muatan adil yang ada dalam al-quran sebagai mana disebut diatas, maka bisa diturunkan bebagai nilai turunan yang berasal darinya sebagai berikut.1) Peramaan kompensasiPersamaan kompensasi adaalh pengertian adil yang paling umum, yaitu bahwa seseorang harus memberikan kompensasi yang sepadan kepada pihak lain sesuai dengan pengorbaan yang telah dilakukan.2) Persamaan hukumPersamaan hukum disini memberikan makna bahwa setap orang harus berpliku sama didepan hukum. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap seseorang didepan hukum atas dasar apapun juga. Dalam konteks ekonom, setiap orang harus diperlakukan sama dalam setiap aktifitas maupun transksi ekonomi. Tidak ada alasan untuk melebihkan hak suatu golongan yang lain hanya kareena kondisi yang berbeda dari kedua golongan tersebut.3) ModeratModerat disini dimaknai sebagai posisi tengah-tengah. Nilai adil disini dianggap telah diterapkan seseorang jika orang yang bersangkutan mampu memosisikan ditengah.4) ProposionalUkuran setiap indvidu atau proposional, baik dari sisi tingkat kebutuhan, kemampuan, pengorbanan, tanggung jawab, ataupun kontibusi yang diberikan oleh seseorang.Seluruh makna adil tersebut akan terwujud jika setiap oarang menjunjung tinggi nilai kebenaran, kelurusan, dan kejelasan.b. KhalifahKhalifah berarti tanggung awab manusia untuk mengelola sumber daya yang dikuasakan allah kepada-nya untuk mewujudkan mashlahah yang maksimum dan mencegah kerusakan dimuka bumi. Makna khalifah dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi beberapa pengertian sebagai berikut.1) Tanggung jawab berperilaku ekonomi denga cara yang benarSecara praktis, manusia diwajibkan untuk mengikuti semua petunjuk-petunjuk allah dan menjauhi semua larangan-larangan-nya dalam memanfaatkan sumber daya tersebut.2) Tanggung jawab untuk mewujudkan mashlahah maksimumDalam memanfaatkan sumber daya ekonomi, nilai yang digariskan islam adalah memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia sebagai sarana terciptanya kesejahteraan. Adanya hambatan yang menyebabkan sekelompok manusia dari kalangan tertentu menguasa atau memonopoli pemanfaatan sumber daya ekonomi harus dicegah.3) Tanguang jawab perbaikan kesejahteraan setiap individuMereka yang memperoleh kelebihan rezeki bertanggung jawab untuk memberikan sebagian dari rezekinya kepada pihak lain yang sedikit jumlah rezekinya.c. TakafulIslam mengajarkan bahwa seluruh manusia adalah bersaudara. Hal inlah yang mendorong manusia untuk membentuk hubungan yang baik antara individu dan masyarakat melauli konsep penjaminan aleh masyarakat atau tafakul. Jaminan masyarakat ini tidak saja bersifat material, melainkan juga bersifat manawiy (nonmaterial) konsep tafakul ini bisandijabarkan lebih lanjut menjadi sebagai berikut.1) Jaminan terhadap pemilikan dan pengelolaan sumber daya oleh ndividu2) Jaminan setiap individu untuk menikmati hasil pembangunan atau aotput3) Jaminan setiap individu untuk membangun keluarga sakinah4) Jaminan untuk amal maruf nahi mungkar4. Prinsip-prinsip Ekonomi IslamPrinsip ekonomi dalam islam merupakan kaidah-kaidah pokok yang membangun struktur atau kerangka ekonomi islam yang digali dari alquran dan sunnah. Prinsip ekonomi ini berfungsi sebagai pedoman dasar bagi setiap individu dalam berperilaku ekonomi. Implementasi nilai tanpa didasarkan pada prinsip akan cenderung membawa kepada ekonomi normatif belaka, sementara penerapan nila tanpa prinsip dapat mengibaratkan menyuntkkan nilai-nilai islam pada setiap perilaku ekonomi yang telah ada.Berikut prinsip-prinsip yang akan menjadi kaidah-kaidah pokok yang membangun struktur atau kerangka ekonomi iaslam. Kerja (resaurce utilizalition) Kompensasi (compensation) Efesiensi (effeciency) Propesionalisme (professionalam) Kecukupan (sufficiency) Pemerataan kesempatan (equal opportunity) Kebebasan (freedom) Kerja sama (cooperation) Persaingan (competition) Keseimbangan (equilibrium) Solidaritas (solidarity)5. Basis Kebijakan Ekonomi IslamMoraltas islam sebagaimana dikemukakan diatas dapat membawa perwujudan falah hanya jika terdapat basis kebijakan yang mendukung. Yang dimaksud dengan kebikajan basis disini ialah segala sesuatu yang akan menjadi persyaratan bagi implementasi ekonomi islam, sebagai suatu keharusan. Sebagai sebuah basis, maka eksistensi hal-hal dibawah ini mutlak harus di usahakan, sebab jika tidak maka akan mengganggu optimalitas dan efektivitas implementasi ekonomi islam. Basis kebijakan ini yaitu sebagai berikut.a. Penghapusan RibaPenghapusan riba dalam ekonomi islam dapat dimaknai secara sempit maupun secara luas. Secara sempit, penghapusan riba yang menjadi dalam utang piutang maupun jual beli. Jadi dalam konsep ini bunga yang merupakan riba dalam utang piutang secara mutlak harus dihapuskan dalam perekonoman. Secara luas penghapusan riba dapat dimaknai sebaga penghapusan segala bentuk praktik ekonomi yang mmenimbulkan kezaliman atau ketidak adilan atau kezaliman harus dihapus, maka implikasinya keadilan harus ditegakkan. Keduanya merupakan kausalitas yang tegas dan jelas.b. Pelembagaan ZakatDalam pengertian yang luas, pelembagaan zakat juga bermakna perlunya komitmen yang kuat dan langkah yang kongkret dari negara dan masyarakat untuk menciptakan suatu sistem distribusi kekayaan dan mendapatkan secara sistematik dan permanen. Langkah ini merupakan wujud nyata yang lain dari upaya menciptakan keadilan sosial. Zakat mencerminkan komitmen dari ekonomi islam.c. Pelarangan GhararGharar adalah transaksi dengan hasil (outcome) tidak dapat diketahui atau di prediksi. Ketidakpastian ini terjadi karena adanya kekurangan informasi oleh para pihak. Garar membawa implikasi dihapuskannya berbagai bentuk kegiatan yang mendorong spekulasi dan pejudian dalam berbagai aktivitas ekonomi. Garar akan menciptak instabilitas kerapuhan dalam perekonomian, baik jangka pendek atau jangka panjang.d. Pelarangan yang HaramIslam mengharamkan setiap bentuk transaksi karena tiga hal. Pertama, perbuatan atau transaksi yang mengandung unsur atau potensi ketidak adilan (menzalimi atau di zalimi), seperti penjudian, pencurian, dan lain sebagainya. Kedua, transaksi yang melanggang prinsip saling ridha, seperti tadlis, yaitu penyembunyian informasi yang relefan kepada pihak lawan transaksi. Ketiga, perbuatan yang merusak harkat anusia atau alam semesta, seperti prostitusi, minum yang memabukkan, dan sebagainya.6. Paradigma Ekonomi IslamParadigma, masyarakat ekonomi (madani) hanya dikatakan islami ketika diwujudkan melalui prinsip-prinsip dan nilai-nilai islam dan ditujukan untuk mendapatkan falah.B. Rancang Bangun Sistem Ekonomi IslamSistem ekonomi islam adalah satu kesatuan mekanisme dan lembaga pengambilan keputusan terhadap produksi, distribusi dan komsumsi dalam suatu daerah atau wilayah. Sistem ekonomi islam akan mencakup kesatuan mekanisme dan lembaga yang dipergunakan untuk mengoprasiaonalkan pemikiran dan teori-teori ekonomi islam dalam kegiatan produksi, distribusi dan komsumsi1) Kepemilikan dalam Islam2) Mashlahah Sebagai Insentif Ekonomi3) Musyawarah sebagai Prinsip Pengambilan Keputusan4) Pasar yang Adil sebagai Media Koordinasi

Bab 10Keseimbangan UmumA. Konsep Dasar Keseimbangan UmumAnalisis keseimbangan umum menjelaskan keterkaitan keseimbangan-keseimbangan yang terjadi di suatu pasar terhadap keseimbangan di pasar-pasar lainnya. Adanya kenaikan harga input tenaga kerja akan berpengaruh terhadap pasar tenaga kerja dan pasar komoditas, baik koditas yang menggunakan banyak tenaga kerja ataupun yang tidak. Keseimbangan umum mencerminkan harga kuantitas keseimbangan yang terjadi secara simultan pada berbagai pasar. Jika terjadi tingkat upah misalnya, maka hal ini tidak akan berpengaruh terhadap pasar tenaga kerja, namun juga secara perlahan akan mempengaruhi produk sandang, pangan, barang-barang manukfatur, dan seterusnya.Asumsi persaingan dasar yang dipegang adalah bekerjanya pasar secara sempurna, yaitu adanya mobilitas input ataupun output secara sempurna, adanya kesempurnaan informasi dan berlakunya persaingan, banyaknya penjual dan pembeli yang memiliki kekuatan tawar menawar seimbang.Perhatian utama dalam analisis keseimbangan umum adalah untuk menunjukan adanya keterkaitan antar pasar. Hal ini sebaliknya akan berdampak pada kenaikan penawaran mekanisme ini biasanya disebut dengan mekanisme transmisi.Keseimbangan umum antarpasar menganalisis dampak adanya perubahan keseimbangan di suatu pasar barang terhadap harga dan kuantitas keseimbangan di pasar lain. Misalkan industri tekstil menggunakan kapas sebagai bahan utama. Dengan keseimbangan yang terjadi dipasar kpas, harga keseimbangan adalah Pc dengan jumlah kapas yang terjual adalah Qc. Keseimbangan umum antar komoditas, ini menunjukan bagaimana perubahan produksi pada suatu barang mempengaruhi produksi komoditas lain dengan jalan mereka harus bersaing dalam mendapatkan input. Analisis keseimbangan umum menjelaskan keterkaitan keseimbangan yang terjadi di suatu pasar terhadap keseimbangan di pasar-pasar lainnya. Dengan analisis ini dapat diketahui dampak adanya gangguan keseimbangan (disequilibrium) di suatu pasar terhadap pasar lain. Sedangkan segmen menunjukkan suatu bagian atau kelompok dalam masyarakat atau perekonomian yang memiliki karakteristik yang sama. Dalam analisis keseimbangan umum antarsegmen ini menampilkan bagaimana perubahan pada suatu segmen memengaruhi keseimbangan di segmen lain. Misalkan segmen perkotaan dan segmen pedesaan, atau segmen kelompok maju dan segmen kelompok terbelakang. Ketika kedua segmen ini hidup dalam lingkungan ekonomi yang sama, keseimbangan yang mereka dapatkan saling terkait. Meskipun komoditas yang mereka konsumsi maupun produksi tidak sama, namun diasumsikan komoditas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh kedua segmen merupakan komoditas-komoditas yang memiliki tingkat substitusi yang tinggi.Secara lebih rinci keterkaitan antara dua segmen tersebut bermula dari hukum kesamaan harga (law of one price). Dalam sistem perekonomian yang bebas nilai, setiap produsen ingin memaksimalkan keuntungan, sehingga mereka akan menetapkan harga yang sama untuk satu barang, di pasar yang berbeda. Inilah yang dimaksud dengan hukum kesamaan harga, yang menyatakan bahwa harga suatu barang di dua pasar yang berbeda, dengan karakteristik yang berbeda, akan selalu sama.Berlakunya hukum satu harga membawa implikasi pada perubahan distribusi komoditas antarkelompok masyarakat. Perubahan distribusi komoditas merupakan suatu cerminan kesejahteraan masyarakat. Anggaplah dalam perekonomian terdiri dari dua segmen, yaitu segmen dengan pertumbuhan pendapatan yang tinggi dan segmen yang pendapatannya mandeg. Dalam hal ini, adanya kenaikan pendapatan masyarakat di segemen pertumbuhan tinggi akan mendorong harga di kedua segmen meningkat. Hal ini berdampak pada menurunnya kuantitas barang yang tersedia pada segmen pendapatan-mandeg dan meningkatnya jumlah barang yang tersedia pada segmen pertumbuhan-tinggi. Jumlah barang yang dikonsumsi masyarakat ini tidak lain mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kenaikan pendapatan pada segmen pertumbuhan-tinggi berdampak pada menurunkan jumlah komoditas yang terdistribusi pada masyarakat pertumbuhan-mandeg, yang pada akhirnya akan menurunkan kesejahteraan mereka.Sebagai ilustrasi dari penjelasan di atas, misalnya segmen pendapatan tinggi adalah segmen kaya dan segmen pendapatan mandeg adalah segmen miskin. Ketika orang kaya semakin meningkat pendapatannya, karena mereka lebih produktif ataupun karena memiliki kekayaan yang lebih tinggi, maka permintaan orang kaya akan terus meningkat. Kenaikan permintaan ini akan mendorong harga-harga untuk orang kaya meningkat. Dengan asumsi barang yang dikonsumsi oleh masyarakat kaya dan miskin adalah identik atau bisa saling menggantikan, maka kenaikan permintaan segmen kaya ini akan dipenuhi perusahaan dengan mengurangi jatah pasokan dari segmen miskin. Dampak selanjutnya di segmen miskin akan mengalami kenaikan harga pula, karena berkurangnya pasokan. Dengan demikian, kenaikan pendapatan masyarakat kaya akan berdampak pada berkurangnya komoditas untuk masyarakat miskin disertai dengan kenaikan harga, meskipun pendapatan orang miskin tidaklah meningkat.Persaingan untuk meningkatkan kesejahteraan ini akan membawa kondisi di mana kesejahteraan kelompok berpendapatan-mandeg akan terus tergerus oleh adanya peningkatan kesejahteraan kelompok berpendapatan-tinggi. Hal ini merupakan problem yang serius dalam masyarakat dan dapat berakibat pada adanya kecemburuan sosial, yang akhirnya menimbulkan problem sosial yang lebih kompleks.Setiap masyarakat di dunia ini harus menghindari terjadinya hal ini. Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dirunut lebih jauh penyebab riil terjadinya proses ini. Sebagaimana diterangkan sebelumnya, bahwa proses terjadinya kondisi tersebut bermula dari adanya peningkatan pendapatan suatu kelompok yang mandeg. Dari situasi ini maka solusi yang logis adalah dengan melakukan transfer pendapatan dari kelompok yang pendapatannya meningkat kepada kelompok yang pendapatannya mandeg. Transfer pendapatan berperan sebagai suatu cadangan kesejahteraan bagi kelompok kedua. Hal ini disebabkan karena ketika harga pasar meningkat karena sebagai akibat adanya kenaikan pendapatan kelompok pertama, maka kelompok kedua akan mengalami peningkatan pendapatan juga, sehingga transfer pendapatan ini berfungsi menetralisir efek negatif , karena adanya kenaikan harga terhadap kesejahteraan mereka.Islam mengajarkan bahwa mekanisme transfer pendapatan ini merupakan alat untuk menghindari adanya ketidakadilan sosial dan distribusi kesejahteraan atau pendapatan. Islam telah mengajarkan ini pada setiap mukmin untuk menunaikan kewajiban zakat. Oleh karenanya kewajiban zakat hanya dibebankan untuk setiap mukmin yang kaya, tidak dibebankan pada mereka yang miskin.

Bab6Teori Prilaku ProdusenAktivitas ekonomi yang sangat menunjang kegiatan konsumsi adalah produksi, yaitu kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa. Tanpa kegiatan produksi, maka konsumsi tidak akan dapat mengkonsumsi barang dan jasa dibutuhkannya. Kegiatan produksi dan konsumsi adalah sebuah mata rantai yang saling berkaitan dan tidak bisa saling dilepaskan. Jika konsumen mengonsumsi barang dan jasa untuk mandapatkan mashlahah, maka produsen akan memproduksi barang dan jasa yang dapat memberikan mashlahah. Jadi, produsen dan konsumen mempunyai tujuan sama,yaitu mencapai mashlahah.Pengertian dan Ruang Lingkup Produksi menurut islam Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada saat kebutuhan manusia masih sedikit dan sederhana, kegiatan produksi dan konsumen sering dilakukan oleh seseorang diri.Secara teknis produksi adalah proses mentransfortasi input menjadi output. Beberapa ahli ekonomi islam memberikan definisi yang berbeda mengenai pengertian produksi: Kaht (1992) mendefinisikan kegiatan produksi dalam perspektif islam sebagai usaha manusia untuk memperbaiki tidak hanya kondisi fisik materialnya, tetapi juga moralitas, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup sebagaimana digariskan dalam agama islam yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat. Manna (1992) menekankan pentingnya motif altruisme bagi produsen yang islami sehingga ia menyikapi denga hati-hati konsep pareto optimality dan given demand hypothesis yang banyak dijadikan sebagai konsep dasar produksi dalam ekonomi konvensional. Siddiq mendefinisikan kegiatan produksi sebagai penyediaan barang dan jasa dengan memerhatikan nilai keadilan dan kebijakan atau kemanfaatan bagi masyarakat. Dalam pandangannya, sepanjang produsen telah bertindak adil membawa kebajikan bagi masyarakat maka ia telah bertindak islami.Dapat disimpulkan bahwa kepentingan manusia, yang sejalan dengan moral islam, harus menjadi fokus atau target dari kegiatan produksi. Produksi adalah proses mencari, mengalokasikan dan mengolah sumber daya menjadi output dalam rangka meningkatkan mashlahah bagi manusia.A. Tujuan Produksi Menurut Islam Produksi adalah kegiatan menciptakan suatu barang atau jasa, sementara Konsumsi adalah pemakaian atau pemanfaatan hasil produksi tersebut. Kegiatan produksi dan konsumsi merupakan sebuah mata rantai yang saling berkait satu dengan lainnya. Apabila keduanya tidak sejalan, maka tentu saja kegiatan ekonomi tidak akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam situasi seperti ini implementasi perilaku konsumsi yang islamisulit direalisasikan. Jadi perilaku produsen harus sepenuhnya sejalan dengan perilaku konsumen.Tujuan sesorang konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa dalam perspektif ekonomi islam adalah mencari mashlahah maksimun dan produsen pun juga harus demikian. Tujuan kegiatan produksi adalah meningkatkan kemaslahatan yang bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk diantaranya;1. Pemenuhan kebutuhan manusiapada tingkatan moderat2. Menemukan kebutuhan mayarakat dan pemenuhnya3. Menyiapkan persedian barang atau jasa di masa depan 4. Pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial dan ibadah kepada allahMeskipun produksi hanya menyediakan sarana kebutuhan manusia tidak berarti bahwa produsen sekadar bersikap reaktif terhadap kebutuhan konsumen. Produsen harus proaktif, kreatif dan inovatif menemukan berbagai barang dan jasa yang memang dibutuhkan oleh manusia. Orientasi ke depan akan mendorong produsen untuk terus-menerus melakukan riset dan pengembangan guna menemukan berbagai jenis kebutuhan, teknologi yang diterapka, serta berbagai standar lain yang sesuai dengan tuntutan masa depan. Ajaran islam memberikan peringatan yang keras terhadap perilaku manusia yang gemar membuat kerusakan dan kebinasaan, termasuk kerusakan lingkungan hidup, demi mengejar kepuasan. Alam ini bukan hanya diperuntuhkan bagi manusia di satu masa tau tempat saja, tetapi untuk manusia di sepanjang zaman hingga allah menentukan hari penghabisan alam semesta.Jadi, tujuan produsi adalah mendapatkan berkah, yang secara fisik belum tentu dirasakan oleh pengusaha itu sendiri. Selain itu pemenuhan kebutuhan manusia sendiri, produksi harus berorientasi kepada kegiatan sosial dan ibadah kepada allah. Kegiatan produksi tetap harus berlangsung meskipun ia tidak memberikan keuntungan materi, sebab ia akan memberikan keuntungan yang lebih besar berupa pahala di akhirat nanti.B. Motivasi Produsen dalam BerproduksiAnggapan bahwa motivasi utama bagi produsen adalah mencari keuntungan material (uang) secara maksimal dalam ekonomi konversional sangatlah dominan, meskipun kemungkinan juga masih terdapat motivasi lainnya. Isu kemudian berkembang menyertai motivasi produsen ini adalah masalah etika dan tanggung jawab sosial produsen. Segala hal perlu dilakukan untuk mencapai keuntungan setinggi-tingginya. Pendapat Friedman yang mengatakan bahwa jika dunia usaha ikut memikirkan dan mengambil tindakan dalam usaha mengatasi masalah sosial dan etika akan bisa merusak mekanisme alokasi yang dipunyai oleh pasar, sama sekali tidak berdasar. Selain itu hal ini akan meningkatkan jumlah permintaan dalam taraf yang substansial terdapat kayu-kayu hasil illegal logging yang seterunya akan terjadi perusakan terhadap hutan dengan tingkat yang semangkin cepat sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kerusaka lingkungan global yang sangat serius. Dalam pandangan islam, motivasi produsen semestinya sejalan dengan tujuan produksi dan tujuan kehidupan produsen itu sendiri. Jika tujuan produksi adalah menyediakan kebutuhan material dan spiritual untuk menciptakan mashlahah. Dengan demikian, produsen dalam pandangan ekonomi islam adalah mashlahah maximize.

1. Keuntungan, Kerja dan TawakalAjaran islam bersikap sangat positif dan proaktif terhadap upaya manusia untuk mencari keuntungan sepanjang cara yang dilakukan tidak melanggar syariat. Dalam pandangan islam, kerja bukanlah sekadar aktivitas yang bersifat duniawi, tetap memiliki nilai transendensi. Kerja juga merupakan aktivitas yang menjadikan manusia bernilai atu berguna di mata Allah dan Rasul-nya, serta di mata masyarakat. Menurut ibnu khaldun, kerja merupakan implementasi fungsi kekhalifahan manusia yang diwujudkan dalam menghasilakan sesuatu nilai tertentu yang ditimbulkan oleh hasil kerja. Rasulullah Muhammad Saw. Paranabi, dan para sahabat adalah para pekerja keras dan selalu menganjurkan agar manusia bekerja keras. Berikut ini beberapa hadis yang memberikan anjuran untuk bekerja; tiada ada satu makanan pun yang dimakan seseorang itu lebih baik daropada makanan hasil usaha sendiri (HR Bukhari) barang siapa di malam hari merasakan kelelahan dari upaya keterampilan kedua tanganya di siang hari maka dia diampuni dosanya (oleh allah). (HR Thabrani) tidak ada seseorang laki-laki yang menanam tanaman (bekerja) kecuali allah mencatat baginya pahala (sebesar) apa yang keluar dari tanaman tersebut. (HR Abu Dawud dan Hakim)Islam sangat membenci pengangguran, peminta-minta dan sikap pasif dalam mencari maal. Allah telah memberikan perumpamaan yang tegas tentang perbedaan antara penganggur dan peminta- minta ini dengan seorang bekerja dengan sebagai seorang yang bisu dan tuli dengan seorang yang waras. Sebagia orang juga bersikap sangat pasif dalam bekerja dengan alasan bertawakal (berserah diri) kepada allah. Umar bin khatab pernah menjumpai suatu kaum yang menganggur, kemudian beliau bertanya apa-apaan kalian ini? Mereka menjawab, kami adalah orang orang yang bertawakal umar kemudian menjawab :kalian bohong orang bertawakal adalah orang yang menebar biji-biji di ladang, kemudian berserah diri kepada allah. katawakalan kepada allah seharusnya diwujudkan dalam kerja keras, sebab allah tidak mungkin menurunkan rejeki begitu saja dari langit.2. Kegiatan Produksi pada Masa Rasulullah Muhammad Saw.Masyarakat islam pada dasarnya adalah masyarakat produktif, sebagaiamana telah ditunjukan dalam sejarah industri pada masa Rasulullah. Di antara berbagai industri tersebut, terdapat 12 macam yang menonjol, yaitu:1. Pembuatan senjata dan segala usaha dari besi2. Perusahaan tenun-menenun3. Perusahaan kayu dan pembuatan rumah atau bangunan4. Perusahaan meriam dari kayu5. Perusahaan perhiasan dan kosmetik6. Arsitektur perumahan7. Perusahaan alat timbangan dan jenis lainnya8. Pembuatan alat-alat berburu9. Perusahaan perkapalan10. Pekerjaan kedokteran11. Usaha penerjemahan buku12. Usaha kesenian dan budaya lainnya.Kegiatan produksi adalah ekspresi ketaatan pada perintah allah. Oleh karena itu, juga tidak mengherankan jika para nabi Allah, sebelum Muhammad Saw. Pada dasarnya adalah pribadi-pribadi yang produktif dalam bidsng ekonomi (di samping berdakwah).C. Formulasi Mashlahah bagi ProdusenDalam konteks produsen atau perusahaan yang menaruh perhatiaan pada keuntungan atau profit, maka manfaat ini dapat berupa keuntungan material (maal). Untuk rumusan mashlahah yang menjadi perhatiaan produsen adalah:Mashlahah = keuntungan + berkahM = + BDi mana M adalahmaslahah, merupakan keuntungan dan B adalah berkah. Dalam hal ini produsen akan menggunakan proksi yang sama dengan yang dipakai oleh konsumen dalam mengidentifikasikannya, yaitu adanya pahala pada produk atau kegiatan yang bersangkutan. Adapun keuntungan merupakan selisih antara pendapatan total/total revenue(TR) dengan biaya totalnya/total cost(TC). Model persamaannya sebagai berikut: = TR TCPada dasarnya berkah akan diperoleh apabila produsen menerapkan prinsip dan nilai Islam dalam kegiatan produksinya. Penerapan nilai dan prinsip Islam ini sering kali menimbulkan biaya ekstra yang relatif besar dibandingkan jika mengabaikannya. Sedangkan penerimaan berkah dapat diasumsikan nilainya nol atau secara inderawi tidak dapat diobservasi, karena berkah memang tidak secara langsung selalu berwujud material. Dengan demikian, persamaanmaslahah dalam produksi dapat ditulis kembali menjadi berikut ini:M = TR TC BCM adalahmaslahah,TR adalahtotal revenue,TC adalahtotal costdan BC adalahberkah cost.Dalam persamaan tersebut, BC menjadi faktor pengurang. Hal ini masuk akal karena berkah tidak dapat datang dengan sendirinya, melainkan harus dicari dan diupayakan kehadirannya, sehingga kemungkinan akan timbul beban ekonomi atau bahkan finansial dalam rangka itu. Sebagai contoh produsen dilarang untuk melakukan eksploitasi terhadap tenaga kerja dan harus menunaikan hak-hak tenaga kerja dengan baik, meskipun kesempatan mengeksploitasi itu terbuka dan tenaga kerja pun sering kali tidak akan menyadarinya. Dengan mengeksploitasi tenaga kerja (misalnya dengan menekan tingkat upahnya) sebenarnya produsen dapat meningkatkan efisiensi biaya tenaga kerja yang kemudian akan berdampak pada meningkatnya keuntungan. Namun karena pengusaha muslim berorientasi pada berkah, hal tersebut tidak dilakukan, meskipun konsekuensinya harus mengeluarkan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi.D. Penurunan Kurva PenawaranKarva penawaran adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara unit tingkat harga dengan jumlah produk yang di tawarkan oleh produsen. Kurva penawaran diturunkan dari perilaku produsen yang beriorientasi untuk mencapai tingkat mashlahah maksimum. Anggapan kita sedang memproduksi suatu barang, di mana jual haraga tersebut 171 rupiah. Untuk memproduksi 1unit barang itu diperlukan biaya total 140 rupiah, sedangkan 2unit diperlukan biaya 145 rupiah. Seterusnya kita akan memeriksa baris-baris yang ada pada kedua kolom tersebut yang bisa memenuhi persamaan. Dalam kondisi seperti ini secara intusi, maka produsen mempunyai dorongan untuk menambah jumlah produksi. Hukum penawaran Jika harga naik, centeris paribus, maka jumlah barang yang akan diproduksi dan di tawarkan ke pasar akan naik, demikian pula sebaliknyaE. Nilai-nilai islam dalam ProduksiUpaya produsen untuk memperoleh mashlahah yang maksimum dapat terwujud apabila produsen mengaplikasikan nilai-nilai islam. Sejak kegiatan mengorganisasi faktor produksi, proses produksi, hingga pemasaran dan pelayanan kepada konsumen semua harus mengikuti moralitas dan aturan teknis yang diberi oleh islam. Nilai-nilai islam yang relavan dengan produksi dikembangkan dari tinggi nilai utama dalam ekonomi islam. Secara lebih rinci nilai-nilai islam dalam produksi meliputi : 1. Berwawasan jangka panjang, yaitu berorientasi kepada tujuan akhirat2. Menempati janji dan kontrak, baik dalam lingkungan internak maupun eksternal3. Memenuhi tkaran, ketepatan, kelugasan, dan kebenaran4. Berpegang teguh pada kedisiplinan dan dinamis 5. Memuliakan prestasi atau produktivitas6. Mendorong ukhuwah antarsesama pelaku ekonomi7. Menghormati hak milik individu8. Mengikut syarat dan rukun akdad9. Adil dalam bertransaksi 10. Memiliki wawasan sosial 11. Pembayarn upah tepat waktu dan layak12. Menghindari jenis dan proses produksi yang diharamka dalam islam.Dengan cara ini maka produsen akan memperoleh kebahagian hakiki, yaitu kemulian tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat.

Bab 3Keseimbangan UmumB. Konsep Dasar Keseimbangan UmumAnalisis keseimbangan umum menjelaskan keterkaitan keseimbangan-keseimbangan yang terjadi di suatu pasar terhadap keseimbangan di pasar-pasar lainnya. Adanya kenaikan harga input tenaga kerja akan berpengaruh terhadap pasar tenaga kerja dan pasar komoditas, baik koditas yang menggunakan banyak tenaga kerja ataupun yang tidak. Keseimbangan umum mencerminkan harga kuantitas keseimbangan yang terjadi secara simultan pada berbagai pasar. Jika terjadi tingkat upah misalnya, maka hal ini tidak akan berpengaruh terhadap pasar tenaga kerja, namun juga secara perlahan akan mempengaruhi produk sandang, pangan, barang-barang manukfatur, dan seterusnya.Asumsi persaingan dasar yang dipegang adalah bekerjanya pasar secara sempurna, yaitu adanya mobilitas input ataupun output secara sempurna, adanya kesempurnaan informasi dan berlakunya persaingan, banyaknya penjual dan pembeli yang memiliki kekuatan tawar menawar seimbang.Perhatian utama dalam analisis keseimbangan umum adalah untuk menunjukan adanya keterkaitan antar pasar. Hal ini sebaliknya akan berdampak pada kenaikan penawaran mekanisme ini biasanya disebut dengan mekanisme transmisi.Keseimbangan umum antarpasar menganalisis dampak adanya perubahan keseimbangan di suatu pasar barang terhadap harga dan kuantitas keseimbangan di pasar lain. Misalkan industri tekstil menggunakan kapas sebagai bahan utama. Dengan keseimbangan yang terjadi dipasar kpas, harga keseimbangan adalah Pc dengan jumlah kapas yang terjual adalah Qc. Keseimbangan umum antar komoditas, ini menunjukan bagaimana perubahan produksi pada suatu barang mempengaruhi produksi komoditas lain dengan jalan mereka harus bersaing dalam mendapatkan input. Analisis keseimbangan umum menjelaskan keterkaitan keseimbangan yang terjadi di suatu pasar terhadap keseimbangan di pasar-pasar lainnya. Dengan analisis ini dapat diketahui dampak adanya gangguan keseimbangan (disequilibrium) di suatu pasar terhadap pasar lain. Sedangkan segmen menunjukkan suatu bagian atau kelompok dalam masyarakat atau perekonomian yang memiliki karakteristik yang sama. Dalam analisis keseimbangan umum antarsegmen ini menampilkan bagaimana perubahan pada suatu segmen memengaruhi keseimbangan di segmen lain. Misalkan segmen perkotaan dan segmen pedesaan, atau segmen kelompok maju dan segmen kelompok terbelakang. Ketika kedua segmen ini hidup dalam lingkungan ekonomi yang sama, keseimbangan yang mereka dapatkan saling terkait. Meskipun komoditas yang mereka konsumsi maupun produksi tidak sama, namun diasumsikan komoditas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh kedua segmen merupakan komoditas-komoditas yang memiliki tingkat substitusi yang tinggi.Secara lebih rinci keterkaitan antara dua segmen tersebut bermula dari hukum kesamaan harga (law of one price). Dalam sistem perekonomian yang bebas nilai, setiap produsen ingin memaksimalkan keuntungan, sehingga mereka akan menetapkan harga yang sama untuk satu barang, di pasar yang berbeda. Inilah yang dimaksud dengan hukum kesamaan harga, yang menyatakan bahwa harga suatu barang di dua pasar yang berbeda, dengan karakteristik yang berbeda, akan selalu sama.Berlakunya hukum satu harga membawa implikasi pada perubahan distribusi komoditas antarkelompok masyarakat. Perubahan distribusi komoditas merupakan suatu cerminan kesejahteraan masyarakat. Anggaplah dalam perekonomian terdiri dari dua segmen, yaitu segmen dengan pertumbuhan pendapatan yang tinggi dan segmen yang pendapatannya mandeg. Dalam hal ini, adanya kenaikan pendapatan masyarakat di segemen pertumbuhan tinggi akan mendorong harga di kedua segmen meningkat. Hal ini berdampak pada menurunnya kuantitas barang yang tersedia pada segmen pendapatan-mandeg dan meningkatnya jumlah barang yang tersedia pada segmen pertumbuhan-tinggi. Jumlah barang yang dikonsumsi masyarakat ini tidak lain mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kenaikan pendapatan pada segmen pertumbuhan-tinggi berdampak pada menurunkan jumlah komoditas yang terdistribusi pada masyarakat pertumbuhan-mandeg, yang pada akhirnya akan menurunkan kesejahteraan mereka.Sebagai ilustrasi dari penjelasan di atas, misalnya segmen pendapatan tinggi adalah segmen kaya dan segmen pendapatan mandeg adalah segmen miskin. Ketika orang kaya semakin meningkat pendapatannya, karena mereka lebih produktif ataupun karena memiliki kekayaan yang lebih tinggi, maka permintaan orang kaya akan terus meningkat. Kenaikan permintaan ini akan mendorong harga-harga untuk orang kaya meningkat. Dengan asumsi barang yang dikonsumsi oleh masyarakat kaya dan miskin adalah identik atau bisa saling menggantikan, maka kenaikan permintaan segmen kaya ini akan dipenuhi perusahaan dengan mengurangi jatah pasokan dari segmen miskin. Dampak selanjutnya di segmen miskin akan mengalami kenaikan harga pula, karena berkurangnya pasokan. Dengan demikian, kenaikan pendapatan masyarakat kaya akan berdampak pada berkurangnya komoditas untuk masyarakat miskin disertai dengan kenaikan harga, meskipun pendapatan orang miskin tidaklah meningkat.Persaingan untuk meningkatkan kesejahteraan ini akan membawa kondisi di mana kesejahteraan kelompok berpendapatan-mandeg akan terus tergerus oleh adanya peningkatan kesejahteraan kelompok berpendapatan-tinggi. Hal ini merupakan problem yang serius dalam masyarakat dan dapat berakibat pada adanya kecemburuan sosial, yang akhirnya menimbulkan problem sosial yang lebih kompleks.Setiap masyarakat di dunia ini harus menghindari terjadinya hal ini. Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu dirunut lebih jauh penyebab riil terjadinya proses ini. Sebagaimana diterangkan sebelumnya, bahwa proses terjadinya kondisi tersebut bermula dari adanya peningkatan pendapatan suatu kelompok yang mandeg. Dari situasi ini maka solusi yang logis adalah dengan melakukan transfer pendapatan dari kelompok yang pendapatannya meningkat kepada kelompok yang pendapatannya mandeg. Transfer pendapatan berperan sebagai suatu cadangan kesejahteraan bagi kelompok kedua. Hal ini disebabkan karena ketika harga pasar meningkat karena sebagai akibat adanya kenaikan pendapatan kelompok pertama, maka kelompok kedua akan mengalami peningkatan pendapatan juga, sehingga transfer pendapatan ini berfungsi menetralisir efek negatif , karena adanya kenaikan harga terhadap kesejahteraan mereka.Islam mengajarkan bahwa mekanisme transfer pendapatan ini merupakan alat untuk menghindari adanya ketidakadilan sosial dan distribusi kesejahteraan atau pendapatan. Islam telah mengajarkan ini pada setiap mukmin untuk menunaikan kewajiban zakat. Oleh karenanya kewajiban zakat hanya dibebankan untuk setiap mukmin yang kaya, tidak dibebankan pada mereka yang miskin.Bab 13 Keuangan public islamPemerintah atau masyarakat perlu mengambil alih peran mekanisme pasar dalam penydiaan barang atau jasa untuk mencapai falah yang maksimum karena tidak seluruh ekonomi aktivitas ekonomi bisa diserahkan kepada mekanisme pasar. Beberapa instrument keuangan public islam yang terbangun sejak awal yaitu waqf, zakat dan infaq. 1. Keuangan Publik Pada Masa Rasulullah SAW. Untuk memahami sejarah keuangan publik pada masa Rasulullah SAW dan Khulafaurrasyidin, dapat dilihat dari praktik dan kebijakan yang diterapkan oleh beliau dan para sahabat. Mengenai keuangan publik pada masa Rasulullah SAW adalah berangkat dari kedudukan beliau sebagai kepala Negara. Demikian halnya dengan para sahabat Khulafaurrasyidin. Setelah selama 13 tahun di Mekkah, beliau hijrah ke Madinah. Pada saat hijrah ke Madinah, kota ini masih dalam keadaan kacau, belum memiliki pemimpin ataupun raja yang berdaulat. Di kota ini banyak suku, salah satunya adalah suku Yahudi yang dipimpin oleh Abdullah Ibn Ubay. Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, maka Madinah dalam waktu singkat , mengalami kemajuan yang pesat. Rasulullah SAW berhasil memimpin seluruh pusat pemerintahan Madinah, menerapkan prinsip-prinsip dalam pemerintahan dan organisasi, membangun institusi-institusi, mengarahkan urusan luar negeri, membimbing para sahabatnya dalam memimpin dan pada akhirnya melepaskan jabatannya secara penuh. Dua hal penting yang telah dijadikan dan diubah pleh Rasulullah pada masa itu:1) Adanya fenomena unik yaitu bahwa islam telah membuang sebagian besar tradisi, ritual, nilai, patung-patung dan norma-norma dari masa lampau dan memulai yang baru dengan Negara yang bersih.2) Negara baru dibentuk tanpa menggunakan sumber keuangan ataupun moneter.a. Sumber utama keuangan NegaraPada masa awal pemerintahan kota Madinah pendapatan dan pengeluaran hampir tidak ada, seluruh pekerjaan tidak mendapatkan upah. Situasi berubah ketika turunnya surat al anfal sehingga pada tahun kedua setelah hijrah sedekah fitrah diwajibakan. b. Sumber sekunder keuangan NegaraDiantaranya yaitu : Uang tebusan untuk tawanan perang Pinjaman-pinjaman Khumus atau rikaz harta karun temuan pada periode sebelum islam Amwal fadhla berasal dari benda dari kaum muslim yang tewas tanpa adanya waris Wakaf Nawaib, pajak yang dibebkan pada kaum muslimin yang kaya. Zakat fitrah Qurban dan kaffarat.

2. Keuangan Publik Pada Masa Khulafaurrasyidin . a. Masa Kekhalifahan Abu Bakar As-shiddiq Abu Bakar Shiddiq terpilih sebagai khalifah dalam kondisi miskin, sebagai pedagang dengan hasil yang tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Sejak menjadi khalifah, kebutuhan keluarga Abu Bakar diurus oleh kekayaan dari Baitul Maal ini. Menurut beberapa keterangan, beliau diperbolehkan mengambil dua setengah atau dua tiga perempat dirham setiap harinya dari Baitul Maal dengan tambahan makanan berupa daging domba dan pakaian biasa. Setelah berjalan beberapa waktu, ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi sehingga ditetapkan 2.000 atau 2.500 dirham dan menurut keterangan lain 6.000 dirham per-tahun.Selama sekitar 27 bulan dimasa kepemimpinannya, Abu Bakar As-Shiddiq telah banyak menangani masalah murtad, cukai, dan orang-orang yang menolak membayar zakat kepada Negara. Abu Bakar As-Shiddiq sangat memerhatikan keakuratan penghitungan zakat. Zakat selalu didistribusikan setiap periode dengan tanpa sisa. Sistem pendistribusian ini tetap dilanjutkan, bahkan hingga beliau wafat hanya 1 dirham yang tersisa dalam pembendaharaan keuangan.

b. Masa Kekhalifahan Umar Bin Khatab Al-Faruqi Ada beberapa hal yang perlu dicatat berkaitan dengan masalah kebijakan keuangan Negara pada masa khalifah Umar, diantaranya adalah: 1) Baitul Maal Property Baitul Maal dianggap sebagai harta kaum muslim sedangkan khalifah dan amil-amilnya hanyalah pemegang kepercayaan. Jadi, merupakan tanggun jawab Negara untuk menyediakan tunjangan yang berkesinambungan untuk janda, anak yatim, anak terlantar, membiayai penguburan orang miskin, membayar hutang orang-orang bangkrut, membayar uang diyat untuk kasus-kasus tertentu dan untuk memberikan pinjaman tanpa bunga untuk urusan komersial . 2) Kepemilikan Tanah Sepanjang pemerintahan Umar, banyak daerah yang ditaklukan melalui perjanjian damai. Disinilah mulai timbul permasalahan bagaimana pembagiaanya, diantaranya ada sahabat yang menuntut agar kekayaan tersebut didistribusikan kepada para pejuang, sementara yang lainnya menolak. Oleh karena itu, dicarilah suatu rencana yang cocok baik untuk mereka yang datang pertama maupun yang datang terakhir. 3) Zakat dan Ushr Sebelum Islam, setiap suku atau kelompok suku yang tinggal di pedesaan biasa membayar pajak (ushr) pembelian dan penjualan (maqs). Setelah Negara Islam berdiri di Arabia, Nabi mengambil inisiatif untuk mendorong usaha perdagangan dengan menghapuskan bea masuk antar propinsi yang masuk dalam daerah kekuasaan dan masuk dalam perjanjian yang ditangani oleh beliau bersama dengan suku-suku yang tunduk kepada kekuasaaanya. 4) Sedekah untuk non-Muslim Tidak ada ahli kitab yang membayar sedekah atas ternaknya kecuali orang Kristen Banu Taghlib yang seluruh kekayaannya terdiri dari ternak. Mereka membayar 2 kali lipat dari yang dibayar kaum muslim. Banu Taghlib adalah suku Arab Kristen yang menderita akibat perperangan. Umar mengenakan Jizyah kepada mereka, tetapi mereka terlalu gengsi sehingga menolak membayar jizyah dan malah membayar sedekah. Namun, Ibnu Zuhra memberikan alasan untuk kasus mereka. Ia mengatakan bahwa pada dasarnya tidaklah bijaksana memperlakukan mereka seperti musuh dan seharusnya keberanian mereka menjadi asset Negara. Umar pun memanggil mereka dan menggandakan sedekah yang harus mereka bayar, dengan syarat mereka setuju untuk tidak mebaptis seorang anak atau memaksakannya untuk menerima kepercayaan mereka. Mereka pun menyetujui dan menerima membayar sedekah ganda. 5) Mata Uang Pada masa nabi dan sepanjang masa Khulafaurrasyidin mata uang asing dengan berbagai bobot sudah dikenal di Arabia, seperi dinar, sebuah koin emas dan dirham sebuah koin perak. Bobot dinar adalah sama dengan mistqal atau sama dengan dua puluh qirath atau seratus grain barley. Bobot dirham tidak seragam. Untuk menghindari kebingungan, Umar menetapkan bahwa dirham perak seberat 14 qirath atau 70 grain barley. Dus, rasio antara 1 dirham dan 1 mistqal adlah 7 per 10. Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa sebelum nabi lahir, perekonomian saat itu telah menggunakan emas dan perak sebagai alat transaksi. 6) Klasifikasi Pendapatan Negara Pada periode awal Islam, para khalifah mendistribusikan semua pendapatan yang diterima. Kebijakan tersebut berubah pada masa Umar. Pendapatan yang diterima di Baitul Maal terbagi dalam 4 jenis:

a) Zakat dan ushr Dana ini dipungut secara wajib diperoleh dari kaum Muslimin dan didistribusikan kepada 8 asnaf dalam tingkat lokal. Kelebihan disimpan di Baitul Maal pusat, dan akan dibagikan kembali.

b) Khums dan Sedekah Dana ini dibagikan kepada orang yang sangat membutuhkan dan fakir miskin atau untuk membiayai kegiatan mereka dalam mencari kesejahteraan tanpa diskriminasi

c) Kharaj, fay, jizyah, ushr dan sewa tetap tahunan tanah Dana ini diperoleh dari pihak luar (non-Muslim/non-warga) dan didistribusikan untuk membayar dana pensiun dan dana bantuan, serta menutupi pengeluaran operasional administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.d) Berbagai macam pendapatan yang diterima dari semua macam sumber. Dana ini dikeluarkan untuk para pekerja, pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.

7) Pengeluaran Bagian pengeluaran yang paling penting dari pendapatan keseluruhan adalah dana pension kemudian diikuti oleh dana pertahanan Negara dan dana pembangunan. Secara garis besar pengeluaran Negara pada masa kekhalifahan Umar dikeluarkan untuk kebutuhan yang mendapat prioritas pertama, yaitu pengeluaran dana pensiunbagi mereka yang bergabung dalam kemiliteran, baik muslim maupun non-Muslim. Dana tersebut juga termasuk pensiunan bagi pegawai sipil.

c. Masa Kekhalifahan Utsman Bin AffanUtsman bin Affan adalah khalifah ketiga. Pada enam tahun pertama kepemimpinannya, Balkh, Kabul, Ghazni, Kerman, dan Sistan ditaklukkan. Untuk menata pendapatan baru, kebijakan Umar diikuti. Tidak lama setelah Negara-negara tersebut ditaklukkan, kemudian tindakan efektif diterapkan dalam rangka pengembangan Sumber Daya Alam (SDA). Aliran air digali, jalan dibangun, pohon buah-buahan ditanam dan keamanan perdagangan diberikan dengan cara pembentukan organisasi kepolisian tetap.

Khalifah Utsman tidak mengambil upah dari kantornya. Sebaliknya, dia meringankan beban pemerintah dalam hal; yang serius. Dia bakan menyimpan uangnya di bendahara Negara. Hal ini menimbulkan kesalahpahamn antarakhalifah dan Abdullah Bin Arqom, salah seorang sahabat nabi yang terkemuka, yang berwenang melaksanakan kegiatan baitul maal pusat. Beliau juga berusaha meningkatkan pengeluaran dan pertahanandan kelautan, meningkatkan dana pensiun dan pembanguunan di wilayah takhlukan baru, khalifah membuat beberapa perubahan administrasi dan meningkatkan kharaj dan jizyah dari Mesir.

Lahan luas yang dimiliki keluarga kerajaan Persia diambil alih oleh Umar, tetapi dia menyimpannya sebagai lahan Negara yang tidak dibagi-bagi. Sementara itu, Utsman membaginya kepada individu-individu untuk reklamasi dan untuk kontribusi sebagai bagian yang diprosesnya kepada Baitul Maal. Dilaporkan bahwa lahan ini pada masa khalifah Umar bin Khattab menghasilkan Sembilan juta dirham, tetapi pada masa Utsman bin Affan ketika lahan telah dibagikan kepada individu-individu, penerimaannya meningkat menjadi lima puluh juta. Pada periode selanjutnya dia juga mengizinkan menukar lahan tersebut dengan lahan yang ada di Hijaz dan Yaman, sementara kebijakan Umar tidak demikian.

d. Masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib Setelah meninggalnya khalifah Utsman bin Affan, Ali terpilih sebagai khalifah dengan suara bulat. Ali menjadi khalifah selama 5 tahun. Kehidupan Ali sangat sederhana dan dia sangat ketat dalam menjalankan keuangan Negara. Gubernur Ray dijebloskan ke penjara oleh khalifah dengan tuduhan penggelapan uang Negara.

Dalam hal penerimaan Negara, Ali masih membebankan pungutan khums atas ikan atau hasil hutan. Menurut Baladhuri, Ali membebankan para pemilik hutan (Ajmat) 4.000 dirham. Di hutan ini, terdapat ngarai yang dalam, yang menurut beberapa orang, tanahnya dibuat untuk batu-batu istana, dan menurut yang lainnya, itu adalah tanah longsor

Berbeda dengan khalifah Umar, khalifah Ali mendistribusikan seluruh pendapatan di baitul maal ke profinsi yang ada di baitul maal Madinah, Bushra dan Kufa. System sistribusi setiap pecan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Hari kamis adalah hari pendistribusian atau hari pembayaran. Pada hari itu penghitungan diselesaikan dan pada hari sabtu dimulai perhitungan baru.

Dalam hal alokasi pengeluaran masih tetap sama sebagaimana halnya pada masa kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab. Pengeluaran untuk angkatan laut yang ditambah jumlahnya pada masa kepemimpinan Utsman bin Affan hamper dihilangkan seluruhnya karena daerah sepanjang garis pantai seperti Syiria, Palestina, dan Mesir berada dibawah kekuasaan Muawiyah. Namun, dengan adanya penjaga malam dan patrol (diciptakan oleh Umar), khalifah keempat tetap menyediakan polisi regular yang terorganisasi, yang disebut Shurta, dan pemimpinnya diberi gelar Sahibush-Shurta. Fungsi lain dari Baitul Maal masih tetap sama seperti yang dulu dan tidak ada perkembangan aktivitas yang berarti pada periode ini.B. Karakteristik Keuangan Publik Pandangan Ahli Fiqh terhadap Zakat dan Pajak Zakat merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap orang Islam setelah memenuhi kriteria tertentu. Dalam Al-Quran terdapat 32 kata zakat, dan 82 kali di ulang dengan menggunakan istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat, yaitu kata sedekah dan infaq. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi, dan peranan yang sangat penting dalam islam. Dari 32 ayat dalam Al-Quran yang memuat ketentuan zakat tersebut, 29 ayat diantaranya menghubungkan ketentuan zakat dengan shalat.Nash Al-Quran tentang zakat diturunkan dalam dua periode, yaitu periode Makkah sebanyak delapan ayat (Al-Muzzammil [73] : 20 , Al-Bayyinah [98] : 5) dan periode Madinah sebanyak 24 ayat (misalnya Al-Baqarah [2] : 43 , Al-Maidah [5] : 12). Perintah zakat yang diturunkan pada periode Makkah, sebagaimana terdapat dalam kedua ayat tersebut diatas, baru merupakan anjuran untuk berbuat baik kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan bantuan. Sedangkan yang diturunkan pada periode Madinah, merupakan perintah yang telah menjadi kewajiban mutlak (ilzami).Dilihat dari segi kebahasaan, teks-teks Al-Quran yang mengungkapkan perihal zakat, sebagian besar dalam bentuk amr (perintah) dengan menggunakan kata atu (tunaikan), yang berarti berketetapan; segera; sempurna sampai akhir; kemudahan; mengantar; dan seorang yang agung. Kata tersebut bermakna al-Itha, suatu perintah untuk menunaikan atau membayarkan.Al-Quran menampilkan kata zakat dalam empat gaya bahasa (uslub), yaitu :a. Menggunakan uslub insyai, yaitu berupa perintah, seperti terlihat dalam QS. Al-Baqarah [2]:42, 83, 110; Al-Hajj [22]:78; Al-Ahzab [33]:33; Al-Nur [241]:56; Al-Muzammil [73]:20, dengan menggunakan kata atu atau anfiqu. Dalam ayat lain digunakan pula kata kerja dengan menggunakan kata khuz, yaitu perintah untuk mengambil atau memungut zakat (shadaqah), seperti terdapat dalam QS. At-Taubah [9]:103. Sasaran perintah ini adalah para penguasa (amil zakat) untuk memungut dan mengelola zakat dari para wajib zakat.b. Menggunakan uslub targhib (motivatif), yaitu suatu dorongan untuk tetap mendirikan shalat dan membayarkan zakat yang merupakan ciri orang yang keimanan dan ketaqwaannya dianggap benar, kepada mereka dijanjikan akan memperoleh ganjaran berlipat ganda dari Tuhan. Salah satu bentuk targhib ini dapat ditemukan pada QS Al-Baqarah [2]:277c. Menggunakan uslub tarhib (intimidatif/peringatan) yang ditujukan kepada orang-orang yang menumpuk harta kekayaan dan tidak mau mengeluarkan zakatnya. Orang-orang semacam ini diancam dengan azab yang pedih sebagaimana disebutkan dalam QS. At-Taubah [9]:34d. Menggunakan uslub madh (pujian/sanjungan), yaitu pujian Tuhan terhadap orang-orang yang menunaikan zakat. Mereka disanjung sebagai penolong (wall) yang disifati dengan sifat ketuhanan, kerasulan, dan orang-orang yang beriman karena kesanggupan mereka memberikan yang mereka berikan berupa adat kepada orang lain. Dalam perjalanan sejarah, penerimaan Negara Islam bukan hanya bersumber dari zakat, namun banyak sumber lain baik sebagai sumber utama ataupun sekunder. Pajak, yang dewasa ini menjadi sumber penerimaan utama di hampir setiap Negara, juga mendapat perhatian oleh para ahli fiqh dewasa ini. Namun pandangan ahli fiqh klasik (utamanya ahli fiqh yang termasuk dalam empat madzhab fiqh) terhadap masalah pajak belum banyak yang membahas. Para ahli fiqh ini lebih banyak membahas tentang: fai, ghanimah, jizyah, dan kharaj. Pemabahasan mereka berkisar tenteng definisi, pembagian, dan penggunaanya. Ulama fiqh kontemporer mengemukakan bahwa ada kewajiban material yang berbentuk pajak itu tidak diragukan keabsahannya karena ternyata pada waktu ini nagara memerlukan anggaran pendapatan yang besar sekali, yang keseluruhannya tidak mungkin terpenuhi dengan zakat. Pada saat ini dua kewajiban tersebut menyatu dalam diri seorang muslim bukan saja kewajiban pajak, tetapi juga kewajiban zakat sekaligus.

C. Instrument Pembiayaan Publik Berbagai instrument yang bisa digunakan sebagai sumber pembiayaan Negara pada dasarnya dapat dikembangkan karena pada hakikatnya hal ini merupakan aspek muamalah, kecuali dalam hal zakat. Artinya selama dalam proses penggalian sumber daya tidak terdapat pelanggaran syariah islam, maka selama itu pula diperkenankan menurut islam. Oleh karena itu, terdapat beberapa instrument yang bisa digunakan sebagai instrumen pembiayaan publik, yaitu sebagai berikut:

1. Zakat Zakat merupakan sumber pertama dan terpenting dari penerimaan Negara, pada awal pemerintahan islam. Sumber penerimaan lain adalah sebagaimana yang akan diuraikan pada bagian setelah ini. Perlu dicatat, bahwa zakat bukanlah merupakan sumber penerimaan biasa bagi Negara Negara di dunia, karena itu juga tidak dianggap sebagai sumber pembiayaan utama.

2. Asset dan Perusahaan Negara Dalam konteks kehidupan modern ini, dimana peperangan fisik sudah tidak lagi dilakukan atau para pasukan merupakan pasukan professional yang digaji, maka ghonimah tidak dapat dijadikansebagai sumber pendapatan. Pemerintah hanya mengambil 20% dari ghonimah untuk pengentasan kefakiran-kemiskinan, anak yatim, dan ibnu sabil.

3. Kharaj Kharaj atau biasa disebut dengan pajak tanah. Dalam pelaksanaanya, kharaj dibedakan menjadi dua, yaitu proporsional dan tetap. Secara proporsional artinya dikenakan sebagai bagian total dari hasil produksi pertanian, misalnya seperempat, seperlima, dan sebagainya. Secara tetap artinya pajak tetap atas tanah. Dengan kata lain, kharaj proporsional adalah tidak tetap tergantung pada hasil dan harga setiap jenis hasil pertanian. Sedangakan kharaj tetap dikenekan pada setahun sekali.

4. Jizyah Meskipun jizyah merupakan hal wajib, namun dalam ajaran islam ada ketentuan, yaitu bahwa jizyah dikenakan kepada seluruh non muslim dewasa, laki laki, yang mampu membayarnya. Sedangkan bagi perampuan, anak anak, oran tua dan pendeta dikecualikan sebagai kelompok yang tidak wajib ikut bertempur dan tidak diharapkan mampu ikut bertempur.

5. Wakaf Dalam hukum islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama kepada seseorang atau nadzir baik berupa perorangan maupun lembaga, dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan syariat islam.Khalafaurrasydin secara umum memiliki inovasi dan kreasi dalam mengembangankan sumber-sumber keuangan public serta alokasinya. Prinsip-prinsip dalam keuangan public. System pungutan wajib (dharibah) harus menjamin bahwa hanya golongan kaya memiliki beban utama dharibah. Berbagai pungutanya tidak dipungut atas dasar besarnya input atau sumber daya yang digunakan melainkan hasil usaha Islam tidak mengarahkan pemerintah mengambil sebagian harta milik masyarakat secara paksa, meskipun kepada si orang kaya. Islam memperlakukan kaum muslimin dan non muslim secalra adil.