perubahan tayangan berita akibat ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-mk-nadia...

22
UNIVERSITAS INDONESIA PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT INDUSTRIALISASI MEDIA MAKALAH NON-SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Nadia Septika Nurzanna 1006711164 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK BIDANG STUDI KOMUNIKASI PEMINATAN PERIKLANAN Depok Januari 2014 Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Upload: lamthu

Post on 14-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

 

UNIVERSITAS INDONESIA

PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT INDUSTRIALISASI MEDIA

MAKALAH NON-SEMINAR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Nadia Septika Nurzanna

1006711164

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BIDANG STUDI KOMUNIKASI

PEMINATAN PERIKLANAN

Depok

Januari 2014

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 2: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 3: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 4: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 5: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 6: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 7: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Perubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media

Nadia Septika Nurzanna, Sasa Djuarsa Sendjaja

1. Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

2. Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

Email: { HYPERLINK "mailto:[email protected]" }

Abstrak

Akibat stasiun TV swasta tidak mendapatkan subsidi dari pemerintah, stasiun TV swasta harus mencari sendiri sumber dana pemasukannya untuk menutupi biaya produksi acaranya. Salah satu sumber pemasukan stasiun TV swasta adalah melalui iklan. Hal ini lah yang melatarbelakangi stasiun TV swasta untuk membuat program acara semenarik mungkin agar penontonnya banyak, tidak terkecuali stasiun TV berita swasta. Jika dibandingkan dengan stasiun TV lain yang menyajikan beragam program acara, tentu saja stasiun TV berita swasta kalah saing hal dalam banyaknya penonton. Ini dikarenakan konten yang disajikan oleh staisun TV berita swasta tidak semenarik stasiun TV swasta lain. Padahal, stasiun TV berita swasta juga membutuhkan dana yang besar untuk biaya produksi acaranya. Hal ini lah yang membuat stasiun TV berita swasta mulai keluar dari koridor dan fungsinya untuk menyajikan berita yang penting untuk diketahui masyarakat luas, media menjadi sebuah industri. Demi untuk mendapatkan rating dan share yang tinggi, terjadi komodifikasi isi dan khalayak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah akibat industrialisasi media, stasiun TV berita swasta jadi melupakan idealismenya untuk menyajikan berita yang penting dan bermanfaat untuk masyarakat luas. Metode yang digunakan adalah analisis isi pemberitaan dan studi literatur. Hasilnya adalah tidak semua program acara TV berita swasta meninggalkan idealismenya, ini terjadi karena mereka masih percaya bahwa ada segmen penonton tertentu yang melihat berita berdasarkan manfaat dan kualitas.

News Program Changes due to Media Industrialization

Abstract

Because of private tv station doesn’t get subsidy from government, they should look for their own revenue to cover their production cost. One of the biggest revenue for private tv station is from advertising. It becomes the background why private tv station makes program as interesting as they can in order to attract audience, include news channel. If compare to other tv station which provides variety program, news channel got lower number of audience. It is because of the content that provided by news channel not as interesting as other tv station which provides variety program. Whereas, news channel needs huge fund to cover their production cost. That’s why nowadays news channels start to out of their basic function to tell what is important for audience, and media (especially news) becomes an industry. Commodification occurs in order to get the high number of rating and share. The objective of this research is to know whether media industrialization becomes the reason why news channels start to out of their basic functions. This research using news content analysis and literature study method. The result of this research is not all of news program influenced by media indutrialization, several programs still on the right track to tell what’s important for audience. It happens because they believe there are some segments who still want hard news instead of controversial issues.

Keywords: Commodification, Industrialization, Media, News, Rating

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 8: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Pendahuluan

Seperti yang kita ketahui, terdapat tiga besar stasiun TV Berita di Indonesia, yaitu TVRI,

Metro TV dan TV One. Berbeda dengan TVRI yang dimiliki oleh Negara, Metro TV dan TV

One dimiliki oleh pihak swasta, yaitu dua konglomerat yang juga merupakan Ketua Partai

Politik. Stasiun TV swasta yang notabenenya free to air tidak mendapatkan subsidi dari

pemerintah seperti yang terjadi pada TVRI. Oleh karena itu para pemilik stasiun TV swasta

dipaksa untuk mencari sendiri dana pemasukan untuk dapat membiayai produksi acara TV

nya. Salah satu sumber pemasukan terbesar bagi stasiun TV swasta adalah melalui iklan.

Semua stasiun TV swasta berlomba-lomba membuat program acara semenarik mungkin agar

ditonton oleh banyak orang sehingga mendapatkan rating dan share yang tinggi dengan

tujuan agar para pengiklan tertarik untuk memasarkan produknya di acara tersebut. Tentu saja

stasiun TV berita juga berkompetisi dengan stasiun TV lainnya yang tidak hanya

menayangkan program acara berita. Jika disandingkan dengan TV umum lainnya yang juga

menanyangkan acara variety show, sinetron, talk show, dan lain-lain tentu saja stasiun TV

berita kalah saing dan mempunyai lebih sedikit penonton. Ini terjadi karena TV berita yang

cenderung menyajikan hard news tidak semenarik TV umum lainnya yang menyajkan acara

beragam.

Padahal, stasiun TV berita swasta juga membutuhkan suntikan dana agar program-program

acaranya tetap berjalan. Hal ini lah yang kemudian menjadikan stasiun TV berita mulai keluar

dari koridor yang semestinya menyajikan hard news. Seringkali TV berita menyajikan berita

yang tidak berbobot, tidak mendidik, dan hanya berpikir bahwa isu itu disenangi masyarakat

sehingga akan banyak pengiklan yang tertarik untuk beriklan. Masyarakat pun tidak sadar

kalau akhir-akhir ini berita yang ditayangkan lebih bersifat komoditas yang laku dijual

daripada berita yang mengedukasi dan memberi informasi. Berita yang ada sekarang

cenderung topiknya itu-itu saja karena isu tersebut disenangi masyarakat, tidak peduli

sebenarnya ada berita yang lebih penting dari isu tersebut atau tidak. Bagi stasiun TV yang

terpenting adalah beritanya ditonton oleh masyarakat sehingga banyak pengiklan yang tertarik

untuk beriklan. Demi mendapatkan perhatian penonton, stasiun TV berita mulai menyajikan

berita-berita populer, dan bahkan cenderung mengandung unsur gosip. Hal ini lah yang

membuat Penulis tertarik untuk membahas topik ini.

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 9: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Penulis ingin mengetahui apakah kareana adanya industrialisasi media, stasiun TV berita

menjadi kehilangan idealisme dan fungsinya untuk menyajikan berita yang berbobot dan

penting untuk diketahui masyarakat. Menjadi timbul pertanyaan apakah benar jika stasiun TV

berita menyajikan berita yang tidak penting dan bahkan sampai melanggar etika demi

mendapatkan rating dan share yang tinggi. Contohnya saja sekarang dapat dengan mudah kita

menemukan pemberitaan yang lebih bersifat sensasional dan dikemas secara dramatis

dibandingkan berita yang mendidik. Bisa jadi hal ini terjadi akibat dampak industrialisasi

media yang perumusan kontennya berorientasi pada pasar dan perolehan keuntungan

maksimal.

Tinjauan Teoritis

1. Komodifikasi Media

Dalam tesis industri budaya Adorno, disebutkan bahwa sebagai salah satu produk budaya,

media menjadi suatu objek yang diperjual belikan atau dianggap sebagai komoditas.

Komodifikasi media tersebut diatur dalam prinsip nilai tukar, bukan nilai gunanya, sehingga

apa yang paling bernilai untuk ditampilkan di media adalah yang paling mampu menarik

masyarakat, bukan berdasarkan muatan apa yang paling berguna (Adorno, 1954). Sedangkan

Vincent Mosco, dalam bukunya The Political Economy of Communication (2009: 132),

mendefinisikan komodifikasi sebagai proses mengubah nilai pada suatu produk yang tadinya

hanya memiliki nilai guna kemudian menjadi nilai tukar (nilai jual) dimana nilai kebutuhan

atas produk ini ditentukan lewat harga yang sudah dirancang oleh produsen.

Dalam industri komunikasi sendiri, dikenal tiga jenis komodifikasi, yaitu komodifikasi

konten, komodifikasi khalayak, dan komodifikasi buruh (Mosco, 2009: 135-139), dan ketiga

jenis komodifikasi ini dapat ditemukan dalam pemberitaan yang disajikan oleh stasiun TV

berita sebagai komoditas dalam industri komunikasi.

Pertama, komodifikasi konten. Menurut Mosco (2009), komodifikasi konten merujuk pada

proses transformasi pesan dari hanya sekedar informasi menjadi sistem pemikiran penuh

makna dalam bentuk produk yang dapat dipasarkan. Artinya, terjadi pengolahan konten media

agar disukai oleh publik meski pada dasarnya konten tersebut tidak dibutuhkan oleh publik.

Kedua, komodifikasi khalayak yang berarti menempatkan khalayak atau penonton sebagai

salah satu komoditas utama industri media (Mosco, 2009: 136). Komodifikasi khalayak

mengandung proses pengolahan isi media untuk dijual melalui pengiklan baru ke penonton.

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 10: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Di tengah industrialisasi media, proses komodifikasi khalayak mendorong segala produk

televisi disetir oleh rating sehingga segala tayangan televisi dipenuhi oleh aneka ragam

hiburan karena mereka percaya bahwa yang paling disukai masyarakat dan paling laku dijual

di pasaran adalah sesuatu yang menghibur. Salah satu prinsip dimensi komodifikasi media

massa menurut Gamham dalam buku yang ditulis Mosco menyebutkan bahwa penggunaan

periklanan merupakan penyempurnaan dalam proses komodifikasi media secara ekonomi.

Khalayak merupakan komoditas penting untuk media media massa dalam mendapatkan iklan

dan pemasukan. Media dapat menciptakan khalayaknya sendiri dengan membuat program

semenarik mungkin dan kemudian khalayak yang tertarik tersebut dikirmkan kepada para

pengiklan.

Konkretnya media biasanya menjual khalayak dalam bentuk rating atau share kepada

advertiser untuk dapat menggunakan air time mereka. Cara yang paling jitu adalah dengan

membuat program yang dapat mencapai angka tertinggi daripada program di stasiun TV lain.

Program tersebut biasanya menjawab kebutuhan khalayaknya, programmer media massa akan

menggabungkan beragam kebutuhan khalayak dalam satu program atau beberapa program.

Dengan demikian khalayak dapat menikmati beragam kebutuhan hiburan dan berita

(misalnya) dalam satu program saja.

Ketiga, komodifikasi buruh yang menurut Mosco (2009: 139) dapat dilakukan melalui dua

cara: mengatur fleksibilitas dan kontrol atas pekerja dan "menjual" pekerja media untuk

meningkatkan nilai tukar dari isi pesan media. Komodifikasi pekerja mengandung adanya

eksploitasi keahlian dan jam kerja para pekerja dengan menjadikannya sebagai komoditas dan

menukarnya dengan upah dan gaji.

2. Reduksi Substansi

Menurut McQuail, sebagaimana media lain, televisi memiliki empat fungsi utama, yaitu:

pendidikan, sosial kontrol, informasi, dan hiburan (McQuail, 2005). Akan tetapi, dalam

bukunya Amusing Ourselves to Death (1985), Neil Postman menyebutkan bahwa bagi

masyarakat modern, televisi hanya melayani fungsi hiburan secara dominan dan cenderung

mengabaikan fungsi-fungsi lainnya. Jika suatu tayangan televisi pun memiliki fungsi sosial,

pendidikan, atau informasional, acara yang ditayangkan di televisi itu pun pasti disisipi oleh

unsur-unsur yang menghibur. Argumen Postman ini beranjak dari logika industrialisasi yang

menitikberatkan pada komodifikasi yaitu yang terpenting dari suatu komoditas ialah seberapa

besar produk tersebut disukai (nilai tukar), bukan seberapa besar manfaat produk tersebut

(nilai guna). Oleh karena itulah, hiburan menjadi alat utama untuk menarik publik. Menurut

Postman (1985), hiburan merupakan supra-ideologi dari seluruh diskursus publik ditelevisi.

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 11: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Karenanya, unsur hiburan yang menyisipi segala tayangan televisi tersebut mempengaruhi

hampir seluruh aspek kehidupan manusia, sebagai konsumen tayangan televisi tersebut.

Tayangan televisi yang dipenuhi segala unsur hiburan tersebut mempengaruhi cara pandang,

cara berpikir, cara bicara, hingga cara orang memilih sikap (Jurnal “Menjual Gosip Lewat

Infotainment”, oleh Aulia Dwi Nastiti).

3. Industri Budaya

Sebagaimana dikemukakan Adorno dan Horkheimer, industri budaya dapat didefinisikan

sebagai budaya yang sudah mengalami komodifikasi serta industrialisasi, dimanufaktur oleh

pihak elite, dan secara esensial memang diproduksi semata-mata untuk memperoleh

keuntungan (making profits). Dengan kata lain, industri budaya ditandai oleh proses

industrialisasi dari budaya yang diproduksi secara massal serta memiliki imperatif komersial,

sehingga proses yang berlangsung dalam industri budaya ini adalah komodifikasi,

standardisasi, serta masifikasi. Komodifikasi, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya,

berarti memperlakukan produk-produk budaya sebagai komoditas yang tujuan akhirnya

adalah untuk diperdagangkan. Standardisasi merupakan upaya penyeragaman berdasarkan

suatu formulasi spesifik untuk mencapai tujuan tertentu, dalam hal ini ialah mengkonstruksi

respon konsumen budaya (Adorno, dalam Strinati, 2007). Adapun masifikasi berarti

memproduksi berbagai hasil budaya dalam jumlah massal agar dapat meraih pangsa pasar

seluas-luasnya.

4. Agenda Setting Theory

Menurut teori agenda setting, media massa memiliki kegiatan menyusun, memunculkan isu,

dan menempatkan isu tersebut dengan tujuan untuk mempengaruhi apa yang dianggap

penting oleh khalayak. Asumsinya adalah bahwa media menyaring berita, artikel, atau tulisan

yang akan disiarkannya. Secara selektif, gatekeepers seperti bagain penyuntingan, redaksi,

bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus

disembunyikan. Dengan kata lain media massa merupakan isi dari segala jawaban atas

pertanyaan-pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. Hal ini sesuai dengan teori agenda

setting bahwa setiap peristiwa atau isu diberi bobot tertentu dalam penyajiannya (ruang dalam

surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dengan menonjolkan (ukuran judul, letak pada

surat kabar, frekuensi pemuatan, posisi dalam surat kabar) suatu permasalahan dan

mengesampingkan yang lain (Rakhmat, 2000: 299).

Wener J. dan James W. mengutip pendapat Kurt dan Gladys Engel tentang agenda setting

bahwa media massa mengarahkan perhatian khalayak kepada isu-isu tertentu. Media massa

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 12: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

secara teratur dan berkesinambungan mengarahkan dan mempengaruhi setiap individu

pengonsumsi media untuk berpikir, mengetahui, dan mempunyai perasaan tertentu terhadap

suatu objek (should think about; know about; have feeling about) (Tankard, 1998: 266).

Asumsi-asumsi ini menunjukkan bahwa ketika media memberikan penonjolan dan teknik-

teknik tertentu terhadap pemberitaan tentang sesuatu objek, berarti media hendak membentuk

persepsi khalayak bahwa isu tersebut merupakan hal yang penting (Seto, 2006:39).

Metode Penelitian

Penelitian mengenai perubahanan tayangan berita akibat insdutrialisasi media ini

menggunakan metode analisis isi kualitatif yang bersifat ex post facto, data dikumpulkan dari

kejadian-kejadian yang telah berlangsung atau sudah terjadi. Dalam hal ini yang diteliti

adalah berita-berita yang telah ditayangkan dan berkaitan dengan isu-isu atau kasus

kontroversial yang ditayangkan di stasiun TV berita swasta seperti TV One dan Metro TV.

Contohnya seperti pemberitaan mengenai perseteruan Eyang Subur dengan Adi Bing Slamet

dan kasus suap yang melibatkan Ahmad Fathanah dan Luthfi Hasan Ishaaq.

Alasan memilih pemberitaan yang disajikan dua stasiun TV berita swasta (TV One dan Metro

TV) sebagai salah satu obyek penelitian adalah karena dua stasiun TV berita tersebut dapat

menjadi cerminan berita apa yang sedang terjadi saat itu yang dianggap penting oleh

masyarakat mengingat intensitas dan frekuensi pembahasan berita mengenai kasus tertentu

akan lebih banyak dibahas oleh kedua stasiun TV tersebut dibandingkan dengan stasiun TV

swasta lain yang menyediakan beragam program.

Menurut Fluornoy (1989), analisis isi adalah suatu metode untuk mengamati dan mengukur

isi komunikasi. Metode ini sering digunakan untuk mengetahui karakteristik isi surat kabar

mengenai frekuensi, volume berdasarkan bidang masalah, penggunaan sumber informasi dan

kecenderungan isi. Sementara itu menurut (Rakhmat,1991), analisis isi berguna untuk

memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang.

Penelitian ini berusaha memahami hal yang melatarbelakangi terjadinya perubahan terhadap

tayangan berita akibat industrialisasi media. Berdasarkan tujuan tersebut, peneliti memilih

untuk menggunkaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yang memungkinkan peneliti

untuk melakukan interpretasi atas suatu tayangan berita secara mendalam dan subjektif dalam

program acara berita yang ditayangkan oleh TV One dan Metro TV sebagai subjek penelitian

ini.

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 13: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Menurut Bogdan dan Taylor (Meolong, 2007), metodologi penelitian kualitatif merupakan

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan

dari subjek penelitian yang telah diamati. Hal-hal yang diteliti dalam penelitian kualitatif

meliputi isi atau konten pemberitaan, format tayangan, pengemasan acara, ikon atau

narasumber yang diwawancara, hingga jam tayang dan durasi acara dari subjek penelitian.

Selain itu studi literatur yang bersumber dari skripsi, penelitian, dan jurnal ilmiah yang pernah

dilakukan akan membantu Penulis dalam membahas topik ini.

Pembahasan

Pada dasarnya berita berfungsi sebagai gambaran nyata yang sedang terjadi saat ini dibelahan

dunia manapun. Menurut Stuart Allan, berita adalah pengetahuan umum, orang mungkin

berpikir bahwa berita dapat berbagi informasi dan pemahan tentang dunia. Tidaklah cukup

jika Lembaga Penyiaran, dalam hal ini stasiun TV, hanya sekedar menyajikan berita saja

tanpa tahu tujuan dan dampak dari setiap materi yang ditayangkan. Lembaga penyiaran dalam

menyampaikan berita tidak semata-mata hanya menyampaikan informasi apa adanya, tetapi

juga harus layak dan benar. Pasalnya, tidak semua informasi yang menurut lembaga penyiaran

layak itu boleh ditayangkan ke publik.

Produk media termasuk diantaranya berita adalah produk konstruksi makna, yang melibatkan

proses kerja terorganisir, sistemik dan terstruktur dan boleh jadi sarat kepentingan. Saat ini

konsumen dikepung beragam konten media yang membuat masyarakat Indonesia pasif, lemah,

tak berdaya dan pasrah serta menganggap semua yang dilihatnya adalah kebenaran yang hakiki.

Terkooptasinya konsumen media ini adalah bentuk ketidakmampuan saat berhadapan dengan

serbuan informasi. Kurangnya cara berfikir yang kritis dan skeptis dalam memahami produk

media adalah sebuah kerja konstruksi media menjadikan konsumen rentan menjadi ‘korban’

media. Tipologi masyarakat korban media ini bisa ditanggulangi dengan membentuk karakter

masyarakat yang melek media literasi. Berita tampak mempunyai pedoman dalam

menyampaikan kebenaran umum dan memilah apa yang harus mereka beritahu, pada faktanya

bahwa di berbagai surat kabar dan saluran, di setiap bangsa, sebenarnya tidak ada kesepakatan

tentang apa hal penting yang sedang terjadi. Tidak ada kesepakatan yang nyata diantara para

lembaga penyiaran berita mengenai isu apa yang sedang berkembang dan penting untuk

diberikan pada masyarakat luas.

Dalam buku Media and Society, Graeme Burton menyatakan bahwa menurutnya belakangan

ini tayangan berita seperti “hilang” pemahaman bahwa mereka harus menyampaikan whole

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 14: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

truth tetapi pihak mereka malah menambahkan unsur hiburan dan menyediakan gossip,

bahkan lebih banyak daripada usur berita utama. Berita diposisikan sebagai sesuatu yang

netral dan ahli, namun pada kenyataanya saat ini berita merupakan bisnis global yang semua

pihak didalamnya dapat mempengaruhi isi konten.

Terkait dengan komodifikasi yang terjadi di media, Mosco memformulasikan tiga bentuk

komodifikasi, yakni komodifikasi isi, komodifikasi khalayak, dan komodifikasi pekerja.

Komodifikasi isi menjelaskan bagaimana konten atau isi media yang diproduksi merupakan

komoditas yang ditawarkan. Proses komodifikasi ini berawal dengan mengubah data-data

menjadi sistem makna oleh pelaku media menjadi sebuah produk yang akan dijual kepada

konsumen, khalayak maupun perusahaan pengiklan. Artinya, media tidak hanya berhenti pada

proses pembentukan kultur semata melalui konten yang didistribusikan, melainkan juga

menjadikan budaya itu sebagai sebuah komoditas yang bisa dijual.

Dalam tayangan berita, komodifikasi isi dilakukan dengan cara menyajikan informasi

yang sebenarnya tidak memiliki signifikansi bagi masyarakat namun dapat menarik minat

publik untuk menyaksikan karena timbul rasa ingin tahu terhadap segala informasi mengenai

kasus tersebut, terutama ketika sifatnya sensasional dan terus-menerus digali dan ditayangkan,

contohnya seperti kasus perseturuan Eyang Subur. Komodifikasi isi melibatkan transformasi

pesan agar pesan lebih diterima oleh pasar (marketable). Misalnya, surat kabar, berita lebih

memperhitungkan nilai berita agar bisa diterima oleh pasar.

Sedangkan komodifikasi khalayak, penonton dijadikan komoditas oleh stasiun TV sebagai

alat tukar kepada para pengiklan. Awalnya para stasiun TV membuat program acara yang

menarik dan sesuai keinginan penonton agar mendapatkan rating yang tinggi. Setelah itu,

rating tersebut dijual kepada pengiklan. Semakin tinggi rating suatu program acara maka

semakin tinggi pula harga spot iklan yang dipatok oleh stasiun TV. Tidak heran jika isi dari

program acara TV, bahkan TV berita sekalipun mengangkat isu yang hanya mengandung

unsur sensasi dan kontroversi jika konsep ekonomi dan nilai tukar ini lah yang dipakai.

Contoh komodifikasi dalam tayangan berita adalah kasus perseteruan Eyang Subur dengan

Adi Bing Slamet yang beberapa bulan lalu ramai diberitakan di hampir seluruh stasiun TV

Indonesia. Tidak hanya stasiun TV yang mempunyai program acara infotainment saja yang

menayangkan kasus ini, sampai-sampai di staiun TV khusus berita juga mengangkat kasus ini

dan beberapa kali menjadi headline dalam pemberitaannya. Bahkan TV One secara khusus

mengangkat kasus ini dalam program acara Debat dengan mengundang pengacara dari Eyang

Subur dan Farhat Abbas sebagai pihak yang berada di sisi Adi Bing Slamet. Tentu sudah

dapat diperkirakan acara tersebut akan berlangsung seru. Dalam satu jam durasi acara tersebut

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 15: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

hanya berisikan saling bantah dan saling menyalahkan antar pihak, sorak penonton yang ada

didalam studio pun turut menambah keriuhan dan dramatisasi dari acara tersebut. Sampai

pada akhir acara, juga tidak terdapat titik temu atau solusi yang terbaik untuk kedua belah

pihak. Ekspos media terhadap kasus ini pun semakin hari semakin meningkat. Frekuensi

penayangan semakin intens bahkan pada jam disaat anak menonton. Hal ini pun menuai kritik

dari masyarakat yang berakibat pada keluarnya teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia

kepada beberapa stasiun TV. Seperti yang dilansir dalam portal BISNIS.COM:

BISNIS.COM, JAKARTA – Stasiun televisi bisa jadi diganjar sanksi oleh Komisi Penyiaran

Indonesia bila terus-menerus menayangkan berita soal Eyang Subur di jam menonton anak-

anak.

Sejauh ini berita-berita tentang Eyang Subur ditayangkan pada pagi, siang, hingga sore hari.

Padahal, saat-saat itu merupakan waktu anak menonton televisi. Komisioner Bidang Isi Siaran

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat Nina Mutmainnah Armando meminta stasiun televisi

berhati-hati dalam menayangkan berita tersebut. Sebisa mungkin ditayangkan di malam hari.

“Pertama, tayangan tersebut telah melanggar hak privasi seseorang. Stasiun televisi pun

mengobarkan konflik. Kedua, karena ditayangkan di jam menonton anak, bisa saja

mempengaruhi anak-anak. Stasiun televisi pun mengobarkan konflik,” kata Nina, Kamis

(25/4/2013).

Dia berharap stasiun televisi mempertimbangkan aspek perlindungan anak ketika

menayangkan berita Eyang Subur. Bila dinilai sudah berlebihan, tidak tertutup kemungkinan

KPI melayangkan sanksi kepada stasiun televisi.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pernah dihubungi kuasa hukum Eyang Subur

untuk menanyakan dampak berita ke anak-anak.

(Sumber: {HYPERLINK "http://news.bisnis.com/read/20130426/79/10934/berita-eyang-subur-stasiun-televisi-bisa-kena-

sanksi-kpi"})

Selain itu contoh lainnya adalah pemberitaan kasus suap yang melibatkan Ahmad Fathanah

yang juga menyeret nama mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq. Ahmad Fathanah

tertangkap tangan membawa uang suap ketika sedang bersama dengan seorang gadis remaja

di kamar salah satu hotel di Jakarta. Alih-alih memberitakan dari mana sumber uang suap itu

berasal, stasiun TV malah lebih banyak meng-highlight perihal keberadaan Ahmad Fathanah

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 16: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

bersama gadis remaja tersebut. Sampai-sampai ditelusuri siapa remaja tersebut hingga

mendatangi kampus dimana remaja tersebut mengemban pendidikan. Bahkan, Ahmad

Fathanah juga dicurigai sering mengalirkan dana haramnya ke wanita-wanita cantik lainnya.

Media pun dengan gencar memberitakan ke wanita mana saja aliran dana Ahmad Fathanah

bermuara.

Tidak jauh berbeda dengan nasib Ahmad Fathanah (AF), Luthfi Hasan Ishaaq (LHI) turut

terseret dalam kasus yang melibatkan orang terdekatnya itu. LHI dicurigai menerima uang

suap yang berasal dari kuota impor daging sapi. Lagi-lagi, media cenderung meng-highlight

kehidupan pribadi Luthfi. Pada saat kasus suap kuota impor daging sapi yang melibatkan AF

dan LHI ramai diberitakan di media-media, terkuak kabar jika LHI beberapa saat sebelumnya

baru saja menikahi gadis dibawah umur. Media pun sangat intensif memberitakan kehidupan

pribadi LHI, dimulai dengan mencari keberadaan isteri muda LHI tersebut, hingga

mendatangi rumah keluarga dan sekolah isteri muda nya itu.

Disini dapat terlihat bahwa media seringkali lebih mengangkat sisi yang lebih kontroversial

dari suatu isu agar “laku dijual”. Berkaca dari kasus-kasus yang sudah dijabarkan

sebelumnya, sebenarnya media dapat mengangkat sisi yang lebih penting untuk diketahui

publik dibandingkan kehidupan pribadi, tapi jika dilihat dari sisi marketing, tentu saja

pemberitaan mengenai korupsi sangat membosankan dan lebih menarik dan “seksi” jika

mengangkat isu mengenai wanita-wanita yang ada disekitar tersangka koruptor tersebut. Hal

tersebut kerap tetap dilakukan oleh stasiun TV meski kadang sampai melanggar etika

penyiaran.

Hal ini pun seolah menegaskan pernyataan McQuail yang menyatakan bahwa sebagaimana

media lain, televisi memiliki empat fungsi utama, yaitu: pendidikan, sosial kontrol, informasi,

dan hiburan (McQuail, 2005). Akan tetapi Neil Postman menyebutkan bahwa bagi

masyarakat modern, televisi hanya melayani fungsi hiburan secara dominan dan cenderung

mengabaikan fungsi-fungsi lainnya. Jika suatu tayangan televisi pun memiliki fungsi sosial,

pendidikan, atau informasional, acara yang ditayangkan di televisi itu pun pasti disisipi oleh

unsur-unsur yang menghibur. Argumen Postman ini beranjak dari logika industrialisasi yang

menitikberatkan pada komodifikasi yaitu yang terpenting dari suatu komoditas ialah seberapa

besar produk tersebut disukai (nilai tukar), bukan seberapa besar manfaat produk tersebut

(nilai guna). Akibatnya adalah pemberitaan yang disajikan kepada publik cenderung minim

manfaat dan hanya berisikan kontroversi saja.

Selain komodifikasi dan reduksi substansi, hal menarik yang terjadi pada tayangan berita

akibat industrialisasi media adalah standardisasi format. Menurut Adorno, standardisasi

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 17: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

merupakan upaya penyeragaman berdasarkan suatu formulasi spesifik untuk mencapai tujuan

tertentu, dalam hal ini ialah mengkonstruksi respon konsumen budaya (Adorno, dalam

Strinati, 2007). Keseragaman ini berangkat dari logika industrialisasi budaya yang percaya

bahwa sebagai salah satu komoditas industri media, program acara berita juga harus

berevolusi dan berkembang untuk menemukan format terbaik untuk dapat menjaring pasar

sebesar-besarnya. Formulasi terbaik yang berhasil di pasar tersebut selanjutnya akan menjadi

acuan bagi para produsen agar lebih mudah memproduksi suatu tayangan secara masif sesuai

dengan rumusan yang telah terukur keberhasilannya.

Dalam produksi program acara berita, dapat diidentifikasi adanya standardisasi tertentu, mulai

dari segmentasi penonton, format tayangan, pengemasan acara, ikon atau narasumber yang

diwawancara, konten informasi yang dimuat, hingga jam dan durasi tayang. Hal ini dapat

dilihat dari perkembangan program acara berita yang awalnya hanya menyajikan berita hard

news dengan gesture pembawa berita yang kaku dan datar, bergeser menjadi penyajian berita

yang bersifat sensaional dan disukai oleh masyarakat luas, belum lagi dikemas dengan lebih

menarik dan santai seperti memasukkan acara masak-masak dalam program acara berita.

Selain itu untuk membuat acara berita menjadi lebih santai, sekarang ini setting tempatnya

dibuat menjadi senyaman mungkin dengan menempatkan para narasumber di sofa panjang

agar lebih terkesan hangat dan dekat, kemudian mewawancarai narasumber sambil meminum

kopi, dan tidak jarang proses diskusi atau wawancara dilakukan di ruang terbuka. Revolusi ini

terus dilakukan demi mendapatkan format acara berita terbaik yang disukai dan bisa dinikmati

oleh seluruh penonton dari berbagai latar belakang dan usia yang berbeda. Awalnya formulasi

acara yang tergolong berbeda dari acara berita semacam ini dipelopori oleh acara Eight

Eleven Show di Metro TV, kemudian format acara yang dikemas secara berbeda tersebut

ternayata disukai oleh masyarakat yang berimbas pada stasiun TV lainnya mengikuti

membuat program acara berita dengan format serupa. Contohnya adalah acara Coffee Break di

TV One dan Indonesia Morning Show di NET TV.

Selain dalam format acara, perubahan signifikan juga terjadi pada news anchor atau pembawa

acara berita. Jika dahulu kita melihat acara berita di TVRI, pembawa acaranya cenderung

sudah berusia matang, menggunakan baju formal seperti jas dan kebaya, dan membaca berita

dengan intonasi sangat datar dan kaku. Pada zaman itu, menjadi pembawa acara berita seolah

menjadi profesi yang eksklusif dan tidak mudah dicapai. Berbeda jika sekarang kita melihat

pembawa acara berita dalam program acara yang ditayangkan di Metro TV, TV One, dan

NET TV. Sebut saja nama news anchor yang sudah dikenal masyarakt luas seperti seperti

Najwa Shihab, Prabu Revolusi, Rory Asrory, Michael Tjandra, Aiman Wicaksono, dan lain-

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 18: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

lain, semuanya berparas tampan dan cantik dengan tubuh proporsional. Pakaian yang

dikenakan juga sangat stylish, menggunakan setelan jas untuk laki-laki dan menggunakan

blouse serta rok mini untuk pembawa acara wanita. Seolah berparas menarik dan tubuh

proporsional menjadi salah satu faktor terpenting jika ingin menjadi pembawa acara berita.

Kemudian menjadi timbul pertanyaan, apakah akibat industrialisasi media, program acara

berita berubah menjadi acara yang mengedepankan profit dan kehilangan idealisme dan

fungsinya untuk menyampaikan informasi yang berguna dan penting untuk masyarakat luas.

Selain perubahan dalam hal format acara dan konten yang disajikan, perubahan juga terjadi

pada jam tayang dan durasi acara berita. Sekarang acara berita durasinya semakin pendek dan

jam tayang menjadi sangat pagi atau sangat malam. Jika dulu kita mulai menonton berita

dimulai dari jam 06.30 pagi, sekarang berita pagi mulai ditayangkan sesaat setelah azan

subuh. Terjadi pergeseran jam tayang berita dengan program acara lain. Jam tayang yang

dulunya adalah spot acara berita diganti menjadi tayangan infotainment atau acara

keagamaan. Hal ini terjadi akibat acara berita tergusur oleh acara-acara yang lebih menarik

dan lebih banyak penontonnya.

Akan tetapi perubahan yang terjadi dalam tayangan acara berita akibat industrialisasi media

tidak selamanya negatif, juga terdapat hal positif, salah satunya adanya interaktivitas. Maksud

interaktvitas disini adalah mengajak penonton untuk ikut terlibat dalam isu atau kasus yang

sedang dibahas dengan memberikan pendapat dan komentarnya. Salah satu program yang

mempelopori penggunaan format interaktivitas dalam acaranya adalah program Suara Anda

dan Redaksi Media Indonesia di Metro TV. Di program tersebut, penonton diajak untuk

memberikan komentar dan pendapat terhadap isu tertentu melelui telepon. Format ini pun

disambut baik oleh penonton, ini terbukti dengan banyaknya jumlah penelpon. Acara berita

lain pun ikut menduplikasi format ini, salah satunya program Berita Malam di TV One.

Meskipun akibat adanya industrialisasi media terjadi banyak perubahan negatif dan positif

dalam tayangan program acara berita di stasun TV swasta, namun masih ada stasiun TV, atau

program yang tetap menjaga idealismenya untuk menyajikan berita yang penting untuk

diketahui masyarakat. Meskipun berita atau isu yang diangkat tidak populer dan

kontroversial, namun acara-acara tersebut tetap mengedepankan manfaat dan pendidikan yang

akan diterima penonton. Contoh acaranya adalah Mata Najwa, Kick Andy, Metro Highlight,

Sudut Pandang, dan lain-lain yang semuanya ditayangkan di Metro TV. Meskipun acara-acara

yang bersifat mendidik dan hard news penontonnya tidak akan sebanyak acara yang

menayangkan berita yang menuai kontroversi, akan tetapi masih ada penonton yang setia

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 19: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

menonton program acara tersebut. Ini menandakan bahwa terdapat segmen tertentu yang

masih menonton berita yang berkualitas dan bermanfaat.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Industrialisasi media sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap tayangan program acara

berita di Indonesia. Orientasi industri yang lebih mengutamakan profit seolah mengubah

fungsi tayangan berita untuk menyampaikan hal yang penting dan bermanfaat untuk

masyarakat luas menjadi tayangan yang mengedepankan unsur sensasi agar dapat menarik

perhatian dan meningkatkan rasa ingin tahu penonton. Belakangan ini tayangan berita seperti

keluar dari koridor bahwa mereka harus menyampaikan whole truth tetapi pihak mereka

malah menambahkan unsur hiburan dan menyediakan gossip, bahkan lebih banyak daripada

usur berita utama. Selain dari segi konten, perubahan juga terjadi dalam format tayangan,

pengemasan acara, ikon atau narasumber yang diwawancara, hingga jam tayang dan durasi

acara.

Lembaga Penyiaran yang dalam hal ini adalah stasiun TV berita harus secara bijak dalam

menyajikan berita. Media mempunyai efek yang sangat besar pada masayarakat. Suatu

tayangan yang meskipun bukan suatu fakta yang dapat dipertanggungjawabkan namun jika

ditayangkan secara terus menerus akan dianggap fakta oleh masyarakat. Oleh karena itu tidak

sepatutnya jika stasiun TV berita menyajikan berita yang tidak layak tayang hanya demi

mendapatkan rating dan share yang tinggi.

Akan tetapi, masih ada beberapa program acara yang masih menjaga idealismenya untuk

menyajikan berita yang penting untuk masyarakat ketahui. Mereka tidak terpengaruh oleh

kepentingan industri yang menyajikan berita berdasarkan keinginan dan bukan kebutuhan

pasar. Mereka percaya bahwa masih ada segmen penonton tertentu yang menyukai berita hard

news dibandingkan berita yang hanya berisikan kontroversi. Selain itu media sekarang

memungkinkan untuk terjadinya interaktivitas yang mengajak penonton untuk turut terlibat

dalam isu atau kasus yang sedang diangkat.

Ini membuktikan bahwa apa yang dikatakan Adorno tidak sepenuhnya benar. Memang akibat

adanya industrialisasi, konten dan cara pengemasan tayangan berita seolah menjadi seragam

karena dimanufaktur oleh para elite untuk mengikuti keinginan dan selera pasar. Namun disisi

lain masih ada program acara berita yang tetap menjaga idealismenya untuk menyajikan

berita yang penting untuk diketahui masyarakat.

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 20: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Agar penonton tidak menjadi korban media, Media Literacy menjadi penting untuk dimiliki

oleh masyarakat Indonesia. Media Literacy penting karena media seringkali dianggap sumber

kebenaran, dan pada sisi lain, tidak banyak yang tahu bahwa media memiliki kekuasaan

secara intelektual di tengah publik dan menjadi medium untuk pihak yang berkepentingan

untuk memonopoli makna yang akan dilempar ke publik. Karena pekerja media bebas untuk

merekonstruksikan fakta keras dalam konteks untuk kepentingan publik.

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 21: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Daftar Referensi

Books

Burton, Graeme (2005). Media and Society Critical Prespectives. England: McGraw-Hill

House

Gordon, A. David dan John Michael Kitross. (1999).  Controversies in Media Ethics.  United  

States: Wesley Longman Educational Publishers Inc.  

Mosco, Vincent. (2009).  The Political Economy of Communication: Rethinking and Renewal.  

Second Edition. London: Sage Publications, Inc.  

Postman, Neil. (1985). Amusing  Ourselves to Death: Public Discourse in the Age of

Show Business.  New York: Penguin Books.  

Strinati, Dominic. (2007).  Budaya Populer: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer.  

Yogyakarta: Jejak.

Storey, John. (2008). Cultural Studies and the Study of Popular Culture: Theories and

Methods, terj. Layli Rahmawati. Yogyakarta & Bandung: Jalasutra.

Strinati, Dominic. (2004). An Introduction to Theories of Popular Culture 2nd Edition. Oxon:

Routledge.

Thwaites, Tony., Llyod Davis, dan Warwick Mules. 2009. Introducing Cultural and Media

Studies: Sebuah Pendekatan Semiotik, terj. Saleh Rahmana. Yogyakarta & Bandung:

Jalasutra.

West, Richard dan Lynn H. Turner. (2007). Introducing Communication Theory: Analysis

and Aplication. Third Edition. New York: McGraw-Hill.

Journal

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014

Page 22: PERUBAHAN TAYANGAN BERITA AKIBAT ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/20368928-MK-Nadia Septika Nurzanna.pdfPerubahan Tayangan Berita Akibat Industrialisasi Media Nadia

Dwi Nastiti, Aulia. Menjual Gosip Lewat Infotainment.

Accessed on December 14th, 2013 from { HYPERLINK

"http://id.scribd.com/doc/91799496/Mengupas-Tayangan-Infotainment-dari-Kerangka-

Industri-Media" }

Online news

{HYPERLINK "http://news.bisnis.com/read/20130426/79/10934/berita-eyang-subur-stasiun-

televisi-bisa-kena-sanksi-kpi"})

Perubahan tayangan ..., Nadia Septika Nurzanna, FISIP UI, 2014