mustika anggiane putri
DESCRIPTION
jjjTRANSCRIPT
16
PREVALENSI EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF
RSUP FATMAWATI JAKARTA
PADA TAHUN 2004 - 2008
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Mustika Anggiane Putri
NIM: 105103003422
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
17
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima
4. sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Oktober 2009
Mustika Anggiane Putri
18
PREVALENSI EPILEPSI di POLIKLINIK SARAF RSUP FATMAWATI
JAKARTA PADA TAHUN 2004 - 2008
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Mustika Anggiane Putri
NIM: 105103003422
Pembimbing
Endah Wulandari, M.biomed
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
19
1430 H/2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI EPILEPSI di POLIKLINIK
SARAF RSUP FATMAWATI JAKARTA PADA TAHUN 2004 SAMPAI
2008 yang diajukan oleh Mustika Anggiane Putri (NIM: 105103003422), telah
diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 11
November 2009. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan
Dokter.
Jakarta, November 2009
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang Pembimbing Penguji
dr. Nurul Hiedayati,PhD Endah Wulandari,M.Biomed drg.Laifa Annisa H,Ph.D
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr.MK. Tadjudin, Sp.And Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
20
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala
rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Prevalensi Epilepsi di
Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta Pada Tahun 2004 – 2008 “ ini telah
selesai. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Suri Teladan kita,
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang istiqomah
hingga hari akhir. Penelitian ini meliputi prevalensi pertahun rawat jalan,
perbandingan kasus lama dan baru, jenis kelamin dan usia.
Penulisan laporan penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat
kelulusan pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
pembimbing laporan penelitian ini, Ibu Endah Wulandari, M.Biomed, untuk
bimbingan dan bantuannya selama penelitian ini.
Penghargaan juga saya sampaikan kepada penguji laporan penelitian ini,
drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD. Terima kasih atas koreksi, saran dan nasehat
dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.
Ucapan terima kasih kepada Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
ketua Program Studi Pendidikan Dokter, para Staf dan teman sejawat mahasiswa
di Program Studi Pendidikan Dokter atas bantuannya dalam penelitian ini.
Terima kasih kepada seluruh keluarga yang telah banyak memberi bantuan
dan semangat, serta selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil,
serta doa yang tak henti untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian ini,
terutama pada kedua orang tua ( Bpk. Johanes Kristianto dan Ibu Ucu Utami ),
begitu pula saudara – saudaraku tercinta Anggi, Inggi dan Krisye yang selalu
memberikan dukungannya dan motivasinya.
21
Akhir kata penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menyelesaikan kasus epilepsi dan
permasalahannya.
ABSTRAK
Mustika Anggiane Putri. Program Studi pendidikan Dokter. Prevalensi Epilepsi di
Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta Pada Tahun 2004 Sampai 2008.
Penelitian, 2009.
Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi utama dengan
permasalahan yang kompleks. Epilepsi memiliki beban sakit yang signifikan,
terutama di negara-negara berkembang. Telaah pustaka ini menunjukkan bahwa
tingkat cedera dan kematian lebih tinggi pada penyandang epilepsi dibanding
populasi normal. Epilepsi juga dihubungkan dengan konsekuensi psikososial yang
lebih berat bagi para penyandangnya. Stigma sosial yang melekat pada epilepsi
juga menghambat penyandangnya untuk terlibat dalam kegiatan olahraga,
pekerjaan, pendidikan, dan pernikahan. Insiden epilepsi di negara maju ditemukan
sekitar 50/100,000 sementara di negara berkembang mencapai 100/100,000.
Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara
berkembang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui prevalensi epilepsi di
Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2004 – 2008.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian epidemiologis secara
observasi deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien epilepsi di RSUP Fatmawati pada tahun 2004 –
2008. Sampel yang digunakan adalah semua pasien epilepsi di RSUP Fatmawati
pada tahun 2004 – 2008. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan
dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS versi 16.0.
Hasil penelitian menunjukkan Prevalensi epilepsi pada tahun 2004 sampai
2008 di rawat jalan RSUP Fatmawati Jakarta adalah sebesar 0,65 %. Persentase
kasus baru epilepsi di RSUP fatmawati berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2004
sampai 2008 , laki – laki sebesar 51,3% dan perempuan sebesar 48,7%,
sedangkan berdasarkan usia persentase kasus terbesar adalah pada usia 5 – 14
tahun yaitu sebesar 30,0 % dan persentase terkecil adalah pada usia 0-28 hari
yaitu sebesar 0,1%.
Kata Kunci : Epilepsi, Prevalensi
22
ABSTRACT
Mustika Anggiane Putri. Medical Study Programme. Prevalence of Epilepsy in
Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta in the year 2004 to 2008.
Research, 2009.
Epilepsy is one of the major neurological diseases with complex problems.
Epilepsy has a significant burden of illness, especially in developing countries.
This literature review shows that the level of injury and death is higher in people
with epilepsy than the normal population. Epilepsy is also associated with
psychosocial consequences more severe for the people with epilepsy. Social
stigma attached to epilepsy also inhibits them to engage in sports activities,
employment, education, and marriage. The incidence of epilepsy in developed
countries found approximately 50/100, 000 while in developing countries reached
100/100, 000. The prevalence and incidence is estimated to be higher in
developing countries. The purpose of this research is to know the prevalence of
epilepsy Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta in the year 2004 to 2008.
This research used an observational epidemiological studies with a descriptive
cross-sectional research design. Population in this study are all patients with
epilepsy in Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta in the year 2004 to
2008. The sample are all patients with epilepsy in Neurology Clinic in Fatmawati
Hospital Jakarta in the year 2004 to 2008. The data has been collected and then
processed and analyzed using computer program SPSS version 16.0.
The results showed prevalence of epilepsy in the year 2004 until 2008 in
Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta is for 0.65%. Percentage of new
cases of epilepsy in in Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta based on
gender from 2004 to 2008 is 51.3% for men and 48.7% for woman, while the
percentage based on age is the biggest case in the age of 5 - 14 years in the
amount of 30.0 % and the smallest percentage was at the age of 0-28 days by
0.1%.
Keywords : Epilepsy, Prevalence
23
DAFTAR ISI
Lembar Judul ................................................................................................. i
Lembar Pernyataan Keaslian karya ............................................................ ii
Lembar Persetujuan Pembimbing ............................................................... iii
Lembar Pengesahan........................................................................................ iv
Kata Pengantar .............................................................................................. v
Abstrak ............................................................................................................ vi
Abstract ........................................................................................................... vii
Daftar Isi ......................................................................................................... viii
Daftar Tabel ................................................................................................... x
Daftar Gambar ............................................................................................... xi
Daftar Singkatan ............................................................................................ xii
Daftar Lampiran ............................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi ....................................................................................... 4
2.2. Epidemiologi .............................................................................. 4
2.3. Etiologi ....................................................................................... 4
2.4. Patofisiologi Anatomi Seluler .................................................... 5
2.5. Klasifikasi epilepsi ..................................................................... 6
2.6. Diagnosis ................................................................................... 9
2.7. Dampak Epilepsi pada Aspek Kehidupan Penyandangnya ....... 9
24
2.8 Kerangka Konsep ........................................................................ 12
2.9 Definisi Operasional ................................................................... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ....................................................................... 14
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 14
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 14
3.4. Kriteria Penelitian ...................................................................... 14
3.5. Prosedur Penelitian .................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16
4.1. Prevalensi Epilepsi pada tahun 2004 sampai tahun 2008 .......... 16
4.2. Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi Tahun 2004 sampai 2008 .... 18
4.3. Kunjungan Kasus Baru berbanding Kasus Lama ...................... 20
4.4. Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 21
4.5. Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia ..................................... 24
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 29
5.2. Saran ......................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30
LAMPIRAN .................................................................................................... 33
25
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Stigma sosial akibat epilepsi dari berbagai penelitian................. 9 9
Tabel 4.2 Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di
RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2004 - 2008 .......................... 18
18
Tabel 4.3 Persentase Total Kunjungan Kasus Baru Berbanding Kasus
Lama di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2004 – 2008............ 19
19
Tabel 4.4 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUP Fatmawati tahun 2004 sampai 2008 ............................. 20
20
Tabel 4.5 Persentase Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP
Fatmawati Jakarta Tahun 2004 - 2008 ..........................................
23
Tabel 4.5.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP
Fatmawati Jakarta Pertahun (tahun 2004 - 2008) .........................
25
26
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Prevalensi Epilepsi di RSUP Fatmawati Jakarta Pertahun
(tahun 2004 sampai 2008)........................................................... 13
Gambar 4.2 Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di
RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2004 – 2008....................... .. 18
Gambar 4.3 Persentase pertahun kunjungan kasus Baru berbanding Kasus
Lama di RSUP Fatmawati Jakarta (tahun 2004 sampai tahun
2008)............................................................................................ 20
Gambar 4.4.1 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin di
RSUP Fatmawati tahun 2004 sampai 2008 ........................... 21
Gambar 4.4.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki – laki di RSUP Fatmawati pertahun (tahun 2004 sampai
2008) ........................................................................................... 22
Gambar 4.4.3 Persentase Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan di RSUP Fatmawati pertahun ( tahun 2004 sampai
2008)............................................................................................ 22
Gambar 4.5.1 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP
Fatmawati Jakarta Tahun 2004 sampai 2008 ........................ 24
Gambar 4.5.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP
Fatmawati JakartaPertahun (tahun 2004 sampai 2008) ............. 26
DAFTAR SINGKATAN
27
RSUP ( Rumah Sakit Umum Pusat )
NMDA ( n-methyl-D aspartic acid )
AMPA ( α-amino 3 - hydroxyl 5 - methyl 4 - isoxazolepropionic acid )
NMDAR ( n-methyl-D aspartic acid receptor )
GABA ( Gamma aminobutyric acid )
ILAE ( International League Against Epilepsy )
CT-Scan ( Computed tomography )
MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
DALY ( Disablity Adjusted Life Years )
SMR (Standarized Mortality Ratio)
SUDEP (Sudden Unexplained Death in Epilepsy)
DAFTAR LAMPIRAN
28
Lampiran Data Jumlah Kunjungan Pasien Epilepsi di RSUP Fatmawati
Jakarta tahun 2004 sampai 2008 ...............................................30
BAB I
29
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologi yang umum terjadi
didunia.(WHO, 2001 a).
Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kronik
kejang berulang muncul tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan
bangkitan listrik jaringan saraf yang tidak terkontrol baik sebagian maupun
seluruh bagian otak. Keadaan ini bisa di indikasikan sebagai disfungsi otak
(Shorvon, 2001).
Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100,000 sementara di
negara berkembang mencapai 100/100,000. Pendataan secara global ditemukan
3.5 juta kasus baru per tahun diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa
sekitar 40% serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut (WHO, 2001 a,
Fosgren,2001).
Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di
negara-negara berkembang (WHO,2001 b ). Dalam bukunya Epilepsi, Prof. Dr.
dr. S.M. Lumbantobing, seorang pakar saraf negeri ini menyebutkan, prevalensi
epilepsi di seluruh dunia mencapai 5-20 orang per 1000 penduduk. Sayangnya
belum ada penelitian tentang berapa tepatnya prevalensi epilepsi di Indonesia.
Namun diperkirakan berkisar antara 0,5-1,2% (one_news.asp farmacia.htm,
2006).
Epilepsi yang merupakan penyakit saraf kronik masih tetap merupakan
problem medik dan social (WHO,2001 c). Masalah medik yang disebabkan oleh
gangguan komunikasi neuron bisa berdampak pada gangguan fisik dan mental
dalam hal gangguan kognitif (WHO,2001 c). Epilepsi dapat mengakibatkan
kualitas hidup penderita memburuk karena dampak sosial dan psikologis yang
dialami oleh penderitanya.
Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan
konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah,
pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak
menikah bagi penyandangnya)
(Pinzon,2006). Sebagian besar kasus epilepsi
dimulai pada masa anak-anak (WHO,2001 a, Purba, 2008).
30
Oleh karena itu, banyak penelitian, baik penelitian dasar maupun penelitian
klinis, yang dilakukan terutama di negara-negara maju untuk menolong dan
meningkatkan kualitas hidup penderita epilepsi. Begitu pun dengan penelitian ini,
mengingat angka prevalensi dan insiden diperkirakan lebih tinggi di negara
berkembang seperti Indonesia dan mengingat adanya problem medik dan sosial
pada penderita epilepsi, peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi epilepsi
terutama dalam penelitian ini diambil prevalensi di poliklinik Saraf Rumah Sakit
Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta pada tahun 2004 sampai 2008.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini adalah ingin mengetahui
seberapa besar prevalensi epilepsi di Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta
pada tahun 2004 – 2008.
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui prevalensi epilepsi di Poliklinik
Saraf RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2004 – 2008.
I.4. Manfaat Penelitian
I.4.1. Bagi Institusi
1. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dapat memberikan informasi mengenai prevalensi epilepsi di
Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2004 – 2008.
3. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk
melakukan penelitian lebih dalam untuk peneliti yang lain untuk
menolong dan meningkatkan kualitas hidup penderita epilepsi.
31
I.4.2. Bagi Peneliti
1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama dibidang
kesehatan.
3. Mengetahui cara membuat penelitian yang baik dengan
menggunkan ilmu metodologi yang sudah diperoleh selama
perkuliahan.
32
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang
muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat
lepas muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara
paroksismal dengan berbagai macam etiologi (Pellegrino, 1996).
Sedangkan
serangan atau bangkitan epilepsi yang dikenal dengan nama epileptic seizure
adalah manifestasi klinis yang serupa dan berulang secara paroksismal, yang
disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang spontan
dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (“unprovoked”) (Shorvon,
2000).
2.2. Epidemiologi
Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100,000 sementara di
negara berkembang mencapai 100/100,000. Pendataan secara global ditemukan
3.5 juta kasus baru per tahun diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa
sekitar 40% serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut (WHO,2001 a,
Fosgren,2001).
Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di
negara-negara berkembang (WHO,2001 b). Dalam bukunya Epilepsi, Prof. Dr.
dr. S.M. Lumbantobing, seorang pakar saraf negeri ini menyebutkan, prevalensi
epilepsi di seluruh dunia mencapai 5-20 orang per 1000 penduduk. Sayangnya
belum ada penelitian tentang berapa tepatnya prevalensi epilepsi di Indonesia.
Namun diperkirakan berkisar antara 0,5-1,2% (one_news.asp farmacia.htm).
2.3. Etiologi
Epilepsi sebagai gejala klinis bisa bersumber pada banyak penyakit di otak.
Sekitar 70% kasus epilepsi yang tidak diketahui sebabnya dikelompokkan sebagai
epilepsi idiopatik dan 30% yang diketahui sebabnya dikelompokkan sebagai
33
epilepsi simptomatik, misalnya trauma kepala, infeksi, kongenital, lesi desak
ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik dan metabolik. Epilepsi kriptogenik
dianggap sebagai simptomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, misalnya
West syndrome dan Lennox Gastaut syndrome (Perdosi, 2003).
Bila salah satu
orang tua epilepsi (epilepsi idiopatik) maka kemungkinan 4% anaknya epilepsi,
sedangkan bila kedua orang tuanya epilepsi maka kemungkinan anaknya epilepsi
menjadi 20%-30% (Gram, 1995).
Beberapa jenis hormon dapat mempengaruhi serangan epilepsi seperti
hormon estrogen, hormon tiroid (hipotiroid dan hipertiroid) meningkatkan
kepekaan terjadinya serangan epilepsi, sebaliknya hormon progesteron,
kortikosteroid dan testosteron dapat menurunkan kepekaan terjadinya serangan
epilepsi. (Morrell,1999, Morrel,1998, Wodley,1998)
2.4. Patofisiologi Anatomi Seluler
Secara etiopatologik, bangkitan epilepsi bisa diakibatkan oleh cedera
kepala, stroke, tumor otak, infeksi otak, keracunan, atau juga pertumbuhan jarigan
saraf yang tidak normal (neurodevelopmental problems), pengaruh genetik yang
mengakibatkan mutasi. Mutasi genetik maupun kerusakan sel secara fisik pada
cedera maupun stroke ataupun tumor akan mengakibatkan perubahan dalam
mekanisme regulasi fungsi dan struktur neuron yang mengarah pada gangguan
pertumbuhan ataupun plastisitas di sinapsis. Perubahan (fokus) inilah yang bisa
menimbulkan bangkitan listrik diotak. Bangkitan epilepsi bisa juga terjadi tanpa
ditemukan kerusakan anatomi (focus) di otak. Disisi lain epilepsi juga akan bias
mengakibatkan kelainan jaringan otak sehingga bisa menyebabkan disfungsi fisik
dan retardasi mental (Shorvon, 2001).
Dari sudut pandang biologi molekuler, bangkitan epilepsi disebabkan oleh
ketidakseimbangan sekresi maupun fungsi neurotransmiter eksitatorik dan
inhibitorik di otak. Keadaan ini bisa disebabkan sekresi neurotransmiter dari
presinaptik tidak terkontrol ke sinaptik yang selanjutnya berperan pada reseptor n-
methyl-D aspartic acid (NMDA) atau α-amino 3 - hydroxyl 5 - methyl 4 -
isoxazolepropionic acid (AMPA) di post-sinaptik (Bradford,1995). Keterlibatan
NMDA receptor (NMDAR) subtipe dari reseptor glutamat disebut-sebut sebagai
34
patologi terjadinya kejang dan epilepsy (Bradford,1995, Chapman,1998, Sanchez,
2000). Secara farmakologik, inhibisi terhadap NMDAR ini merupan prinsip kerja
dari obat antiepilepsi (Chapman,1998). Beberapa penelitian neurogenetik
membuktikan adanya beberapa faktor yang bertanggung jawab atas bangkitan
epilepsi antara lain kelainan pada ligand-gate (sub unit dari reseptor nikotinik)
begitu juga halnya dengan voltage-gate (kanal natrium dan kalium). Hal ini
terbukti pada epilepsi lobus frontalis yang ternyata ada hubungannya dengan
terjadinya mutasi dari resepot nikotinik subunit alfa (Holmes,2001, Avanzini,
2001).
Berbicara mengenai kanal ion maka peran natrium, kalium dan kalsium
merupakan ion-ion yang berperan dalam sistem komunikasi neuron lewat
reseptor. Masuk dan keluarnya ion-ion ini menghasilkan bangkitan listrik yang
dibutuhkan dalam komunikasi sesama neuron
(Avanzini,2001). Jika terjadi
kerusakan atau kelainan pada kanal ion-ion tersebut maka bangkitan listrik akan
juga terganggu sebagaimana pada penderita epilepsi. Kanal ion ini berperan dalam
kerja reseptor neurotransmiter tertentu. Dalam hal epilepsi dikenal beberapa
neurotransmiter seperti gamma aminobutyric acid (GABA) yang dikenal sebagai
inhibitorik, glutamat (eksitatorik), serotonin (yang sampai sekarang masih tetap
dalam penelitian kaitan dengan epilepsi, asetilkholin yang di hipokampus dikenal
sebagai yang bertanggungjawab terhadap memori dan proses belajar
(Bradford,1995).
2.5. Klasifikasi epilepsi
Ada dua klasifikasi epilepsi yang direkomendasikan oleh International
League Against Epilepsy (ILAE) yaitu pada tahun 1981 dan tahun 1989
(ILAE,1981, ILAE,1989).
ILAE pada tahun 1981 menetapkan klasifikasi epilepsi berdasarkan jenis
bangkitan (tipe serangan epilepsi):
1. Serangan parsial
a. Serangan parsial sederhana (kesadaran baik), yaitu dengan gejala motorik,
sensorik, otonom dan gejala psikis.
35
b. Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu), yaitu serangan parsial
sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran diawal serangan.
c. Serangan umum sederhana
- Parsial sederhana menjadi tonik-klonik
- Parsial kompleks menjadi tonik-klonik
- Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik
2. Serangan umum
a. Absans (Lena), yaitu jenis serangan yang jarang, umumnya hanya terjadi
pada masa anak-anak atau awal remaja dengan ciri khas biasanya
penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala
terkulai. Kejadiannya cuma beberapa detik dan bahkan sering tidak
disadari.
b. Mioklonik, yaitu jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada
pasien normal, jenis ini biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun
tidur dengan ciri khas pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba.
c. Klonik Petit mal
d. Tonik
e. Atonik (Astatik), jenis serang ini jarang terjadi. Gejala serangan ini
adalah pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot, jatuh, tapi bisa segera
kembali.
f. Tonik-klonik, merupakan bentuk paling banyak terjadi, gejala serangan
ini adalah pasien pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,
keluar air liur. Dapat terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah pada
pasien ini. Serangan ini terjadi beberapa menit, kemudian diikuti rasa
lemah, kebingungan dan sakit kepala.
3. Serangan yang tidak terklasifikasi (sehubungan dengan data yang kurang
lengkap).
Klasifikasi ILAE tahun 1981 di atas ini lebih mudah digunakan untuk para
klinisi karena hanya ada dua kategori utama, yaitu :
1. Serangan fokal yaitu bangkitan epileptik yang dimulai dari fokus yang
terlokalisir di otak.
36
2. Serangan umum yaitu bangkitan epileptik terjadi pada daerah yang lebih
luas pada kedua belahan otak.
Klasifikasi menurut sindroma epilepsi yang dikeluarkan ILAE tahun 1989
adalah :
1. Berkaitan dengan letak fokus
a. Idiopatik
Epilepsi kategori ini dibagi lagi menjadi epilepsi rolandik benigna
(childhood epilepsy with centro temporal spike) dan epilepsi pada anak
dengan paroksismal oksipital.
b. Simptomatik
Epilepsi kategori ini dibagi menjadi berdasarkan lokasi mana yang
terkena yaitu lobus temporalis, lobus frontalis, lobus parietalis, lobus
oksipitalis.
2. Umum
a. Idiopatik
Epilepsi kategori ini dibagi menjadi (1) kejang neonatus familial benigna,
(2) kejang neonatus benigna, (3) kejang epilepsi mioklonik pada bayi, (4)
epilepsi, (5) absans pada anak, (6) epilepsi Absans pada remaja, (7)
pilepsi mioklonik pada remaja, (8) epilepsi dengan serangan tonik-klonik
pada saat terjaga, (9) epilepsi tonik-klonik dengan serangan acak.
b. Simptomatik
- Sindroma West (spasmus infantil)
- Sindroma Lennox Gastaut
3. Berkaitan dengan lokasi dan epilepsi umum (campuran 1 dan 2)
- Serangan neonatal
4. Epilepsi yang berkaitan dengan situasi
Epilepsi kategori ini berdasarkan situasi yang berkaitan dengan kejang itu
sendiri. Epilepsi ini dibagi menjadi (1) kejang demam, (2) epilepsi
berkaitan dengan alkohol, (3) epilepsi berkaitan dengan obat-obatan, (4)
epilepsi berkaitan dengan eklampsia, (5) serangan yang berkaitan dengan
pencetus spesifik (refleks epilepsi).
37
2.6. Diagnosis
Diagnosis pasti epilepsi adalah dengan menyaksikan secara langsung
terjadinya serangan, namun serangan epilepsi jarang bisa disaksikan langsung
oleh dokter, sehingga diagnosis epilepsi hampir selalu dibuat berdasarkan
alloanamnesis. Namun alloanamnesis yang baik dan akurat sulit didapatkan,
karena gejala yang diceritakan oleh orang sekitar penderita yang menyaksikan
sering kali tidak khas, sedangkan penderitanya sendiri tidak tahu sama sekali
bahwa ia baru saja mendapat serangan epilepsi. Satu-satunya pemeriksaan yang
dapat membantu menegakkan diagnosis penderita epilepsi adalah rekaman
elektroensefalografi (EEG), Computed tomography (CT-scan), Magnetic
Resonance Imaging (MRI), Lain-lain.
2.7. Dampak Epilepsi pada Aspek Kehidupan Penyandangnya
Epilepsi merupakan penyakit kronis yang paling sering menimbulkan
permasalahan medik dan kualitas hidup yang buruk bagi penyandangnya.
Epilepsi berpengaruh luas pada aspek kehidupan penyandang, keluarga, dan
lingkungan sosialnya (Pinzon, 2007). Lokasi fokus, tipe bangkitan, dan frekuensi
bangkitan merupakan hal-hal yang berpengaruh terhadap dampak epilepsi pada
aspek kehidupan penyandangnya (Shafer, 2002).
Kajian dampak epilepsi terhadap berbagai aspek kehidupan penyandangnya
difokuskan pada 4 hal yaitu : (1) cedera akibat epilepsi, (2) kualitas hidup
(Disability Adjusted Life Years), (3) stigma sosial, dan (4) risiko kematian yang
lebih tinggi dibanding populasi pembanding.
2.7.1. Cedera Akibat Epilepsi
Penyandang epilepsi (terutama yang bangkitannya belum terkendali
dengan baik) memiliki risiko besar untuk menderita cedera akibat bangkitan
epilepsi. Cedera akibat bangkitan epilepsi didefinisikan sebagai cedera yang
terjadi sebagai akibat langsung dari bangkitan epilepsi, dan terjadi saat timbulnya
bangkitan (Mills, 1997).
38
Cedera yang terjadi dapat berupa cedera kepala, cedera gigi dan mulut,
luka bakar dan fraktur
(Pinzon, 2007). Hasil ketiga penelitian di atas
menunjukkan bahwa cedera kepala menempati urutan pertama cedera pada
penyandang epilepsy (Pinzon, 2007, Mills, 1997, Buck, 1997, Baker, 1999).
2.7.2. Kualitas Hidup (Disability Adjusted Life Years)
Penyandang epilepsi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada
populasi normal.23
Beberapa penelitian terdahulu menggunakan Disablity
Adjusted Life Years (DALY) untuk menilai kualitas hidup penyandang epilepsi
Disablity Adjusted Life Years (DALY) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang
hilang akibat kematian dini atau hidup dalam disabilitas (Shorvon, 2001).
2.7.3. Stigma Sosial
Kualitas hidup penyandang epilepsi yang rendah tidak dapat dilepaskan
dari stigma sosial yang melekat pada penyandang epilepsy (Pinzon, 2007).
Beberapa penelitian tentang stigma akibat epilepsi dapat dilihat pada tabel 2.1.
2.7.4. Risiko Kematian yang Lebih Tinggi Dibanding Populasi Pembanding
Penyandang epilepsi memiliki risiko kematian yang relatif lebih tinggi
dibanding populasi normal
(Pinzon, 2007). Berbagai penelitian terdahulu
menggunakan Standarized Mortality Ratio (SMR). Standarized Mortality Ratio
(SMR) merupakan rasio antara jumlah kematian pada penyandang epilepsi dalam
suatu waktu tertentu dibanding kematian pada populasi normal/reference
population (Camfield, 2002). Penyandang epilepsi juga memiliki risiko kematian
mendadak yang tidak terjelaskan/ SUDEP (Sudden Unexplained Death in
Epilepsy) (Sperling, 1997).
39
Tabel 2.1 : Stigma sosial akibat epilepsi dari berbagai penelitian
(Mills, 1997, Baker,1999)
Peneliti
(Tahun)
Tempat, Karakteristik subjek ,
metode pengambilan data, data
instrumen penelitian
Stigma sosial
Millss,dkk
(1997)
– Bristol, 394 penyandang
epilepsi berusia 16 tahun dari
14 buah pusat pelayanan
kesehatan.
– Studi potong lintang, tiga
pertanyaan tentang stigma
sosial.
Orang lain tidak nyaman
dengannya
Akibat Epilepsi saya
diperlakukan rendah.
Akibat epilepsi orang lain
menghindari saya.
Jawaban ya untuk
masing-masing pertanyaan
:
26,2%
18,3%
16,5%
Baker,dkk
(199)
– 15 negara Eropa – 5211
penyandang epilepsi berusia >
16 tahun (49% laki-laki, 51%
perempuan), median 35 tahun.
– Kuisioner, tiga pertanyaan
tentang stigma sosial.
2563/5211 (49%)
merasakan stigma sosial
akibat epilepsi.
40
Orang lain tidak nyaman
dengan saya.
akibat epilepsi saya
diperlakukan rendah.
Akibat epilepsi orang lain
menghindari saya.
40,1% menjawab ya
untuk 1 pertanyaan, 24%
untuk 2 pertanyaan, dan
35,9% untuk ketiga
pertanyaan.
41
2.8 Kerangka Konsep
2.9 Definisi Operasional
2.9.1. Rekam Medik
Berkas yang berisi catatan di dokumen mengenai identitas pasien, hasil
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien
pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.
2.9.2. Prevalensi
Angka kejadian kasus lama ( pasien epilepsi yang datang untuk kunjungan
yang kesekian kalinya) dan kasus baru ( pasien epilepsi yang datang untuk
kunjungan pertama kalinya ).
2.9.3. Epilepsi
Pasien yang terdiagnosa epilepsi
2.9.4. Umur
Umur biologis yang diingat oleh pasien bedasarkan tanggal kelahirannya
atau momen penting yang diingatnya berdasarkan informasi keluarga.
Epilepsi
Jenis Kelamin Usia
42
2.9.5. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pasien dibuat kategori laki – laki dan perempuan.
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologis secara observasi
deskriptif dengan desain penelitian cross sectional.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu dan tempat penelitian dilaksanakan pada 5 Oktober – 10 Oktober
2009 di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah data yang diperoleh dari rekam medik
pasien epilepsi di RSUP Fatmawati pada tahun 2004 – 2008.
3.3.2. Sampel
Sampel yang digunakan adalah semua data yang diperoleh dari rekam
medik pasien epilepsi di RSUP Fatmawati pada tahun 2004 – 2008.
3.4. Kriteria Penelitian
3.4.1. Kriteria inklusi :
1. Pasien terdiagnosa pasti epilepsi yang diperoleh dari rekam medik
2. Pasien epilepsi di rawat jalan RSUP Fatmawati Jakarta
3.4.2. Kriteria eksklusi :
1. Pasien yang tidak menderita epilepsi
2. Data pasien tercantum tidak lengkap pada rekam medik
3. Pasien yang tidak terdiagnosa pasti epilepsi.
44
3.5. Prosedur Penelitian
3.5.1. Izin Pengambilan Data Sekunder penelitian
Data sekunder penelitian berumpa rekam medik pasien yang terdiagnosa
pasti epilepsi dan mendapat izin dari Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta
setelah diajukan permohonan.
3.5.2. Alur Penelitian
FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Izin RSUP Fatmawati Jakarta
Instalasi rekan medik
Pengumpulan data Epilepsi
Hasil Prevalensi Epilepsi
Pengolahan data
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di poliklinik rawat jalan Bagian Syaraf Rumah
Sakit Umum Pemerintah Fatmawati Jakarta pada bulan Otober 2009. Sampel
pada penelitian ini adalah semua data yang diperoleh dari rekam medik pasien
epilepsi di RSUP Fatmawati tahun 2004 sampai tahun 2008.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan besar prevalensi epilepsi
pada pasien yang menjalani rawat jalan di RSUP Fatmawati pada tahun 2004
sampai tahun 2008 berdasarkan umur dan jenis kelamin.
4.1. Prevalensi Epilepsi pada tahun 2004 sampai tahun 2008
Data prevalensi ini didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan
rumus point prevalence rate yaitu sebagai berikut :
( Kasus Baru + Kasus Lama ) X 100%
Jumlah seluruh kunjungan RS
Dari hasil penelitian didapatkan data jumlah kasus baru epilepsi dari
tahun 2004 sampai 2008 adalah sebanyak 11840 kasus, kasus lama sebanyak
9881 kasus dan jumlah seluruh kunjungan rumah sakit sebanyak 1821780.
Sehingga didapatkan prevalensi epilepsi pada tahun 2004 sampai 2008 di rawat
jalan RSUP Fatmawati Jakarta adalah sebesar 0,65 %.
Sedangkan jika kita lihat pertahun-nya prevalensi epilepsi adalah pada
tahun 2004 sebesar 0,89 %, pada tahun 2005 sebesar 0,94%, sedikit
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya kemudian pada tahun 2006
sebesar 0,52 %, mengalami penurunan hampir setengah dari persentase tahun
2005, pada tahun 2007 prevalensi sebesar 0,81%, kembali meningkat dari
tahun sebelumnya dan pada tahun 2008 persentase sebesar 0,37%, mengalami
penurunan dari tahun sebelumnya, tahun 2008 adalah tahun dengan prevalensi
46
terkecil dari tahun – tahun sebelumnya. Hasil tersebut tergambar dalam
diagram 4.1.
Gambar 4.1 Prevalensi Epilepsi di RSUP Fatmawati Jakarta Pertahun
(tahun 2004 sampai 2008)
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
1
1 2 3 4 5
0,89 % 0,94 %
0,52%
0,81%
0,37%
2004 2005 2006 2007 2008 Tahun
Pe
rse
nta
se
47
Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi. Setiap orang
memiliki otak dengan ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau
kurang tahan terhadap munculnya bangkitan. Selain itu penyebab epilepsi cukup
beragam: cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, infestasi parasit, tumor otak.
Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, umur berapa saja, dan ras
apa saja. Berdasarkan kepustakaan yang didapat angka prevalensi dan insiden
epilepsi yakni sebesar 0,5-1% dari populasi (Camfield, 2009, Perdosi, 2005). Dari
data hasil penelitian pun didapatkan baik prevalensi epilepsi selama lima tahun
maupun jika dilihat prevalensi pertahunnya adalah sebesar antara 0,5 – 1 %.
Angka prevalensi seperti tersebut mungkin belum mengejutkan bila dibandingkan
dengan angka prevalensi penyakit – penyakit lain yang terdapat di Indonesia,
namun angka tersebut cukup memprihatinkan, terutama jika penderita tidak
ditangani dengan baik, sehingga menimbulkan masalah sosial dan menjadi beban
bagi keluarga dan masyarakat.
Dari data tersebut terjadi penurunan dan peningkatan prevalensi epilepsi
dari tahun ke tahunnya. Tidak didapatkan data yang pasti mengapa terjadi hal
tersebut, namun kemungkinan penurunan dan peningkatan tersebut terjadi karena
sirkulasi dari kunjungan pasien, dimana ada pasien yang pindah berobat ke rumah
sakit lain atau sebaliknya pasien baru datang ke RSUP Fatmawati, dapat pula
karena ada nya kasus mortalitas. Tidak terjadinya lagi serangan kejang pun dapat
menyebabkan pasien tidak lagi berobat ke rumah sakit sehingga terjadi penurunan
kunjungan di rumah sakit.
4.2. Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi Tahun 2004 sampai 2008
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah kasus epilepsi selama
lima tahun yaitu dari tahun 2004 sampai tahun 2008 adalah sebanyak 1959 kasus.
Jumlah kasus epilepsi tiap tahunnya berbeda – beda, terjadi baik peningkatan
maupun penurunan. Pada tahun 2004 jumlah kasus epilepsi sebanyak 2809 kasus
dengan persentase 23,7%, kemudian terjadi sedikit penurunan di tahun 2005, pada
tahun ini jumlahnya sebanyak 530 kasus dengan persentase 23,6%. Kasus epilepsi
pada tahun 2006 adalah sebanyak 1591 kasus dengan persentase 13,4%, hal ini
48
menunjukkan penurunan yang cukup drastis sebesar dari persentase tahun
sebelumnya. Kemudian di tahun 2007 sebanyak 2350 kasus dengan persentase
sebesar 19,8%, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka terjadi
peningkatan pada tahun ini, namun pada tahun berikutnya terjadi penurunan kembali,
tahun 2008 kasus epilepsi sebanyak 2294 kasus dengan persentase sebesar 18,4%.
Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dan gambar 4.2.
Tabel 4.2 Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP
Fatmawati Jakarta Tahun 2004 – 2008
Tahun Frekuensi Persentase (%)
2004 2809 23,7
2005 2796 23,6
2006 1591 13,4
2007 2350 19,8
2008 2294 18,4
Total 11840 100,0
49
Gambar 4.2 Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP
Fatmawati Jakarta Tahun 2004 – 2008
Tidak didapatkan data yang pasti mengapa terjadi penurunan dan
peningkatan pada setiap tahunnya, namun kemungkinan penurunan dan
peningkatan tersebut terjadi karena sirkulasi dari kunjungan pasien, dimana ada
pasien yang pindah berobat ke rumah sakit lain atau sebaliknya pasien baru datang
ke RSUP Fatmawati, dapat pula karena ada nya kasus mortalitas. Tidak terjadinya
lagi serangan kejang pun dapat menyebabkan pasien tidak lagi berobat ke rumah
sakit sehingga terjadi penurunan kunjungan di rumah sakit.
4.3. Kunjungan Kasus Baru berbanding Kasus Lama
Pe
rse
nta
se
Tahun
50
Dari Hasil penelitian Kasus Epilepsi dari tahun 2004 sampai tahun 2008
didapatkan data bahwa setiap tahunnya selalu ada kasus baru epilepsi yang
tercatat pada rekam medis RSUP Fatmawati. Persentase kasus baru berbanding
kasus lama selama lima tahun tersebut adalah sebesar 19,8 %. Sedangkan jika
dilihat pertahunnya perbandingan kasus baru dengan kasus lama adalah pada
tahun 2004 sebesar 14,84%, pada tahun 2005 sebesar 23,39%, terlihat terdapat
peningkatan. Tidak berbeda jauh dari tahun 2005, persentase kunjungan kasus
baru berbanding kasus lama pada tahun 2006 adalah sebesar 23,14 %. Pada tahun
2007 sebesar 20,82 % dan pada tahun 2008 sebesar 18,74%. Hasil tersebut dapat
dilihat pada tabel dan diagram 4.3.
Kemungkinan penurunan dan peningkatan yang terjadi pada setiap tahunnya
dikarena sirkulasi dari kunjungan pasien, dimana ada pasien yang pindah berobat
ke rumah sakit lain atau sebaliknya pasien baru datang ke RSUP Fatmawati, dapat
pula karena ada nya kasus mortalitas. Tidak terjadinya lagi serangan kejang pun
dapat menyebabkan pasien tidak lagi berobat ke rumah sakit sehingga terjadi
penurunan kunjungan di rumah sakit.
Tabel 4.3 Persentase Total Kunjungan Kasus Baru Berbanding Kasus Lama di RSUP
Fatmawati Jakarta Tahun 2004 - 2008
Kasus Frekuensi Persentase
Baru 1959 19,8 %
Lama 9881 80,2 %
Total 11840 100%
0
5
10
15
20
25
12
34
5
14,84%
23,39% 23,14% 20,82%
18,74%
Per
sen
tase
Tahun
51
Gambar 4.3 Persentase pertahun kunjungan kasus Baru berbanding Kasus Lama di
RSUP Fatmawati Jakarta ( tahun 2004 sampai tahun 2008 )
4.4. Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin
Dari hasil penelitian didapatkan persentase kasus baru epilepsi di RSUP
fatmawati berdasarkan jenis kelamin. Jika dilihat selama lima tahun yaitu dari
tahun 2004 sampai 2008 dari seluruh jumlah kasus baru sebanyak 1959,
persentase laki – laki sebesar 51,3% dan perempuan sebesar 48,7%. Tidak ada
perbedaan yang mencolok antara jumlah penderita epilepsi laki-laki dengan
perempuan (Perdosi, 2005, Camfield, 2001).
Tabel 4.4 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP
Fatmawati tahun 2004 – 2008
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki – laki 1004 51,3
Perempuan 955 48,7
Total 1959 100,0
52
Gambar 4.4.1 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP
Fatmawati tahun 2004 - 2008
Apabila kita lihat di tiap tahunnya persentase kasus baru epilepsi berdasarkan
jenis kelamin adalah seperti yang tergambar dalam diagram dan tabel 4.4. Persentase
laki-laki terbesar adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar 54,9% sedangkan persentase
terkecil adalah pada tahun 2008 yaitu 49,2%. Sedangkan persentase perempuan
terbesar adalah pada tahun 2008 yaitu sebesar 50,8 % dan persentase terkecil adalah
tahun 2005 yaitu sebesar 45,1%. Dari data diatas pun tidak terlihat perbedaan yang
mencolok antara jumlah laki-laki dengan jumlah perempuan.
40
50
60 Laki - laki
53
Gambar 4.4.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Laki – laki
di RSUP Fatmawati pertahun (tahun 2004 – 2008)
Gambar 4.4.3 Persentase Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin
Perempuan di RSUP Fatmawati pertahun ( tahun 2004 – 2008 )
4.5. Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia
Pe
rse
nta
se
2004 2005 2006 2007 2008
40
30
20
10
50
60
Tahun
Perempuan
50,6% 45,1% 50,8% 49,6% 49,2%
54
Pada penelitian ini dapat dilihat frekuensi maupun persentase kasus baru
epilepsi berdasarkan usia selama lima tahun. Dari jumlah keseluruhan pasien
epilepsi selama lima tahun yaitu sebesar 1959, persentase kasus terbesar adalah
pada usia 5 - 14 tahun yaitu sebesar 30,0 % dengan frekuensi sebanyak 588 dan
persentase terkecil adalah pada usia 0-28 hari yaitu sebesar 0,1% dengan frekuensi
sebanyak 2. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dan diagram 4.5.
Tabel 4.5 Persentase Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP Fatmawati
Jakarta Tahun 2004 – 2008
Usia Frekuensi Persentase
0-28 hr
28 hr – 1 thn
2-4 thn
5-14 thn
15-24 thn
25-44 thn
45-65 thn
65+ thn
2
62
253
588
517
355
142
40
0,1
3,2
12,9
30,0
26,4
18,1
7,2
2,0
Total 1959 100,0
55
Gambar 4.5.1 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP Fatmawati
Jakarta Tahun 2004 – 2008
Jika kita lihat di tiap tahunnya persentase kasus baru epilepsi dari tahun
2004 sampai tahun 2008 berdasarkan usia adalah seperti yang tergambar pada
tabel dan gambar 4.5.2 di bawah ini. Persentase kasus terbesar adalah pada
rentang usia 5 – 14 tahun di tahun 2004 yaitu sebesar 42,1%. sedangkan
persentase kasus terkecil adalah pada rentang usia 0-28 hari di tahun 2004, 2005,
2006 dan 2007 dan pada rentang usia 65 tahun keatas di tahun 2004 dan 2006
yaitu sebesar 0 %.
Pada kelompok usia 0-28 hari persentase kasus baru epilepsi adalah paling
kecil, hanya pada tahun 2008 terjadi kasus epilepsi di usia ini yaitu sebesar 0,6 %.
Persentase semakin meningkat di kelompok usia berikutnya, pada kelompok usia
28 hari - 1 tahun persentase terbesar pada tahun 2006, kemudian meningkat lagi
pada kelompok usia 2-4 tahun dan mencapai puncaknya di usia 5 – 14 tahun, pada
kelompok usia ini persentase terbesar adalah pada tahun 2004. Pada kelompok
56
usia 15-24 tahun persentase epilepsi pun masih cukup tinggi, walaupun menurun
dibandingkan persentase sebelumnya dan semakin menurun pada kelompok usia
selanjutnya yaitu kelompok usia 25-44 tahun, 45-65 tahum dan 65 tahun keatas.
Dalam penelitian ini rentang usia yang dipakai adalah berdasarkan
ketentuan Depkes mengenai penulisan buku pedoman pencatatan sistem
pelayanan rumah sakit yang revisi terakhirnya berdasarkan surat keputusan dirjen
pelayanan medik no.1425/yanmed/info/XII/1989. Berdasarkan rentang usia
tersebut didapatkan hasil seperti yang telah diuraikan diatas.
Tabel 4.5.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP Fatmawati
Jakarta Pertahun ( tahun 2004 – 2008 )
Tahun
Usia
( Persentase (%) )
0-28
Hr
28 Hr –
1 Th
2 -4
Th
5-14
Th
15-24
Th
25-44
Th
45-65
Th
65+
Th
2004 0 3,0 15,7 42,1 17,9 16,8 4,4 0
2005 0 1,9 18,5 36,2 22,3 12,5 6,0 2,6
2006 0 5,4 7,0 22,1 32,4 23,4 9,7 0
2007 0 2,5 8,1 18,8 34,8 23,2 8,6 4
2008 0,6 4,1 12,2 27,9 26,5 17,7 8,3 2,8
57
Gambar 4.5.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP
Fatmawati JakartaPertahun ( tahun 2004 – 2008 )
Pendataan secara global ditemukan 3.5 juta kasus baru per tahun
diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa sekitar 40% serta 20% lainnya
ditemukan pada usia lanjut (WHO,2001 a, Fosgren, 2001). Berbagai kepustakaan
menyebutkan baik prevalensi maupun insidensi epilepsi banyak terjadi pada usia
muda. Insidensi epilepsi berdasarkan umur menunjukkan pola bimodal34
, yaitu
tinggi pada kelompok usia di bawah 12 tahun dan diatas 60 tahun. Sekitar 70%
kasus epilepsi adalah epilepsi idiopatik, dan epilepsi idiopatik biasanya dimulai
pada usia antara 5 sampai 25 tahun (Greenberg, 2002). Berdasarkan publikasi dari
Epilepsy foundation of America ( EFA ) 40 % kasus epilepsi terjadi pada usia
kurang dari 18 tahun, 22,5% kasus terjadi di bawah usia 15 tahun setiap tahunnya
dan 25 – 33,3 % kasus terjadi pada usia lima tahun (www.EFA.com). Begitupun
seperti pada penelitian ini terlihat bahwa kasus epilepsi terbanyak adalah pada
kelompok usia 5 – 14 tahun dan walaupun sedikit mengalami penurunan di
kelompok usia 15 – 24 tahun, tapi kelompok usia ini pun termasuk kelompok usia
yang cukup sering terjadi epilepsi.
Pe
rse
nta
se
4
3
3
2
2
1
1
5
Usia
0-28 Hr 28-1Th 2-4 Th 5-14 Th 15-24 Th 25-44 Th 45-65Th 65+Th
58
Epilepsi dapat terjadi oleh karena berbagai etiologi salah satunya penyakit
cerebrovaskular seperti stroke, yang saat ini menjadi penyebab kematian teratas.
Pada gambar 4.5 terlihat bahwa epilepsi dapat pula terjadi pada kelompk usia
diatas 65, walaupun persentasenya tidak begitu tinggi seperti kelompok usia 5-14
tahun dan 15-24 tahun. Hal ini disebabkan adanya faktor resiko penyakit
cerebrovaskular seperti strok yang biasa terjadi pada usia tua dimana komplikasi
penyakit ini dapat menimbulkan epilepsi (KBI Gemari, 2003). Bekas penderita
stroke dan kecelakaan yang melukai otak bisa terserang epilepsi. Di Indonesia
sendiri jumlah penderita penyakit ini semakin banyak karena pengidap kedua
gangguan tersebut terus bertambah setiap tahunnya. Yang lebih parah lagi,
penyandang strok justru kini menyerang kelompok usia muda yang sangat
produktif yaitu usia 16 – 45 tahun (KBI Gemari, 2003), mengingat belakangan ini
akibat gaya hidup penyakit cerebrovaskular tidak lagi di dominasi kaum tua.
59
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Prevalensi epilepsi pada tahun 2004 - 2008 di rawat jalan RSUP Fatmawati
Jakarta adalah sebesar 0,65 %.
2. Tidak ada perbedaan yang mencolok antara jumlah penderita epilepsi laki-laki
dengan perempuan.
3. Kasus baru dari tahun 2004 sampai 2008, persentase kasus terbesar adalah pada
usia 5 – 14 dan persentase terkecil adalah pada usia 0-28 hari.
5.2. Saran
Pada penelitian ini, berikutnya diharapkan melakukan penelitian mengenai
prevalensi jenis kelamin dan usia penderita epilepsi di RSUP Fatmawati Jakarta.
60
DAFTAR PUSTAKA
Avanzini G. The cellular biology of epileptogenesis. J Neurol Sci. 2001; 187(suppl
1):S212.
Baker GA. Quality of Life of People with Epilepsy; A European Study, Epilepsia
1999; 38(3): 353-62.
Bradford HF. Glutamate, GABA, and epilepsy. Prog Neurobiol 1995; 47:477-511.
Buck D, Baker GA, Jacoby A, Smith DF, Chadwick DW, Patient's Experiences of
Injury as a Result of Epilepsy. Epilepsia 1997; 38 (4) : 439-44.
Camfield, CS. Camfield PR. Watson,L. Cerebral palsy in children. Devinsky O and
westbrook LE. Eds. Epilepsy and Developmental disabilities. Boston Bitterworth-
Heinemann. 2001. 33-40.
Camfield CS, Camfield PR, Veugelers PJ. Death in children with epilepsy: a
population-based study. Lancet, 2002.
Camfield,CS. Camfield,Pr. Watson,L. Epilepsy Epidemiology. Epilepsy Therapy
Project. Oktober 2009.
Chapman AG. Glutamate receptors in epilepsy. Prog Brain Res 1998;116: 371-83.
EFA. Epilepsy and Seizure Statistic. Dalam situs www.EFA.com
Fosgren L. Epidemiology of epilepsy: a global problem. Program and abstracts of
the 17th World Congress of Neurology. J Neurol Sci. 2001;187(suppl 1):S212
Gram L, Dam M. Epilepsy explained. 1st
edition. Munksgaard, Copenhagen, 1995:
30-31.
Greenberg,DA. Aminoff, MJ. Simon,RP. Clinical Neurology. Edisi ke 5. McGraw-
Hill.USA.2002. hal 261-2.
Holmes GL, Ben-Ari Y. The neurobiology and consequences of epilepsy in
developing brain. Pediatri Res 2001; 49:320-5.
KBI Gemari. Stroke dapat Timbulkan Epilepsi. KBI Gemari. Jakarta. Januari 2003.
dalam situs http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=629.
Mills N, Bachmann M, Harvey I, McGrowen M, Hine I, Patient's Experience of
Epilepsy and Health Care. Family Practice 1997; 14(2): 117-123.
Morrell MJ. Epilepsy in women : The Science why it is special. Neurology, 1999; 53:
542-548.
Morrell MJ. Guidelines for the care of women with epilepsy. Neurology,
1998;51:S21-S26.
61
Nurfitri, Eka. Penelitian Pendahuluan Modifikasi Diet Ketogenik Klasik Sebagai
Terapi Epilepsi Intraktabel. Perpustakaan Universitas Indonesia, Tesis S2. Diakses
dari http: // www. digilib.ui.ac.id
One_news.asp farmacia.htm.
Majalah Farmacia. Mengenal Penyakit Kuno Epilepsi. Edisi Februari 2006 ,
Halaman: 50 (3884 hits).
Pellegrino TR. Seizures and Status epilepticus in adults. In: Tintinali JE, Ruiz E,
Krome RL. Emergency Medicine. 4th
ed. Mc Graw Hill. New York, 1996: 456-67.
PERDOSI. Pedoman Tata Laksana Epilepsi. Kelompok studi epilepsi Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) 2003.
PERDOSI. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
2005. Hal 119-132.
Pinzon, Rizaldy. Karakteristik Prognosis Epilepsi. Dexa Medica, No. 3, Vol. 19,
Juli - September 2006.
Pinzon, Rizaldy. Dampak Epilepsi pada Aspek Kehidupan Penyandangnya. Cermin
Dunia Kedokteran No. 157, 2007.
Purba, Jan Sudir. Epilepsi : Permasalahan di reseptor atau neurotransmitter.
Medicinus Scientific Journal of pharmaceutical development and medical
application. Vol 21, nov-des, no.4.2008.
Sanchez RM, Wang C, Gardner G, Orlando L, Tauck DL, Rosenberg PA, et al. Novel
role for the NMDA receptor redox modulatory site in the pathophysiology of
seizures.J Neurosci 2000; 20:2409-17.
Shafer PO. Improving the Quality of Life in Epilepsy: Non Medical Issues Too Often
Overlooked. Postgrad. Med. January 2002.
Shorvon S. Status epilepticus. Program and abstracts of the 17th World Congress of
Neurology; June 17-22, 2001; London, UK. J Neurol Sci. 2001;187(suppl 1):S213
Shorvon S. Handbook of Epilepsy Treatment. Blackwell Science, 2000 : 25-36.
Sperling MR, Bucurescu G, Kim B. Epilepsy Management : Issues in Medical and
Surgical Treatment. Postgrad. Med. 1997; 102(1).
The commission on Classification and Terminology of the International League
Against Epilepsy (ILAE). Proposal for revised clinical and electroencephalographic
classification of epileptic seizures. Epilepsia, 1981; 22: 489-501.
62
The commission on Classification and Terminology of the International League
Against Epilepsy (ILAE). Proposal for revised classification of epilepsies and
epileptic syndromes. Epilepsia, 1989; 30: 389-99.
Wodley CS. Schwatzkroin PA. Hormonal effects on the brain. Epilepsia, 1998; 39:
S2-S8.
WHO. Epilepsy: aetiology, epidemiology and prognosis. 2001. (WWW)
http://www.who.intf mediacentre facts heets1fs165fen print. html (14/ 02/2006). (a)
WHO. Epilepsy in The World. Health Report: Mental Health : New Understanding,
New Hope, WHO , 2001 (b)
WHO. Epilepsy : Social Consequences and Economic Aspects, WHO Fact Sheet No.
166, 2001. (c)