mustika anggiane putri

47
16 PREVALENSI EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF RSUP FATMAWATI JAKARTA PADA TAHUN 2004 - 2008 Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Mustika Anggiane Putri NIM: 105103003422 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M

Upload: zarapilar

Post on 13-Dec-2015

54 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

jjj

TRANSCRIPT

Page 1: Mustika Anggiane Putri

16

PREVALENSI EPILEPSI DI POLIKLINIK SARAF

RSUP FATMAWATI JAKARTA

PADA TAHUN 2004 - 2008

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

Mustika Anggiane Putri

NIM: 105103003422

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 2: Mustika Anggiane Putri

17

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan

untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima

4. sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Oktober 2009

Mustika Anggiane Putri

Page 3: Mustika Anggiane Putri

18

PREVALENSI EPILEPSI di POLIKLINIK SARAF RSUP FATMAWATI

JAKARTA PADA TAHUN 2004 - 2008

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

Oleh

Mustika Anggiane Putri

NIM: 105103003422

Pembimbing

Endah Wulandari, M.biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Page 4: Mustika Anggiane Putri

19

1430 H/2009 M

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul PREVALENSI EPILEPSI di POLIKLINIK

SARAF RSUP FATMAWATI JAKARTA PADA TAHUN 2004 SAMPAI

2008 yang diajukan oleh Mustika Anggiane Putri (NIM: 105103003422), telah

diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 11

November 2009. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan

Dokter.

Jakarta, November 2009

DEWAN PENGUJI

Ketua Sidang Pembimbing Penguji

dr. Nurul Hiedayati,PhD Endah Wulandari,M.Biomed drg.Laifa Annisa H,Ph.D

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi PSPD FKIK UIN

Prof. Dr.MK. Tadjudin, Sp.And Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM

Page 5: Mustika Anggiane Putri

20

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah swt atas segala

rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi yang berjudul “Prevalensi Epilepsi di

Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta Pada Tahun 2004 – 2008 “ ini telah

selesai. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Suri Teladan kita,

Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang istiqomah

hingga hari akhir. Penelitian ini meliputi prevalensi pertahun rawat jalan,

perbandingan kasus lama dan baru, jenis kelamin dan usia.

Penulisan laporan penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat

kelulusan pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada

pembimbing laporan penelitian ini, Ibu Endah Wulandari, M.Biomed, untuk

bimbingan dan bantuannya selama penelitian ini.

Penghargaan juga saya sampaikan kepada penguji laporan penelitian ini,

drg. Laifa Annisa Hendarmin, PhD. Terima kasih atas koreksi, saran dan nasehat

dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Ucapan terima kasih kepada Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

ketua Program Studi Pendidikan Dokter, para Staf dan teman sejawat mahasiswa

di Program Studi Pendidikan Dokter atas bantuannya dalam penelitian ini.

Terima kasih kepada seluruh keluarga yang telah banyak memberi bantuan

dan semangat, serta selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil,

serta doa yang tak henti untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian ini,

terutama pada kedua orang tua ( Bpk. Johanes Kristianto dan Ibu Ucu Utami ),

begitu pula saudara – saudaraku tercinta Anggi, Inggi dan Krisye yang selalu

memberikan dukungannya dan motivasinya.

Page 6: Mustika Anggiane Putri

21

Akhir kata penulis berharap laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat menyelesaikan kasus epilepsi dan

permasalahannya.

ABSTRAK

Mustika Anggiane Putri. Program Studi pendidikan Dokter. Prevalensi Epilepsi di

Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta Pada Tahun 2004 Sampai 2008.

Penelitian, 2009.

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologi utama dengan

permasalahan yang kompleks. Epilepsi memiliki beban sakit yang signifikan,

terutama di negara-negara berkembang. Telaah pustaka ini menunjukkan bahwa

tingkat cedera dan kematian lebih tinggi pada penyandang epilepsi dibanding

populasi normal. Epilepsi juga dihubungkan dengan konsekuensi psikososial yang

lebih berat bagi para penyandangnya. Stigma sosial yang melekat pada epilepsi

juga menghambat penyandangnya untuk terlibat dalam kegiatan olahraga,

pekerjaan, pendidikan, dan pernikahan. Insiden epilepsi di negara maju ditemukan

sekitar 50/100,000 sementara di negara berkembang mencapai 100/100,000.

Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara

berkembang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui prevalensi epilepsi di

Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2004 – 2008.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian epidemiologis secara

observasi deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pasien epilepsi di RSUP Fatmawati pada tahun 2004 –

2008. Sampel yang digunakan adalah semua pasien epilepsi di RSUP Fatmawati

pada tahun 2004 – 2008. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan

dianalisis dengan menggunakan komputer program SPSS versi 16.0.

Hasil penelitian menunjukkan Prevalensi epilepsi pada tahun 2004 sampai

2008 di rawat jalan RSUP Fatmawati Jakarta adalah sebesar 0,65 %. Persentase

kasus baru epilepsi di RSUP fatmawati berdasarkan jenis kelamin dari tahun 2004

sampai 2008 , laki – laki sebesar 51,3% dan perempuan sebesar 48,7%,

sedangkan berdasarkan usia persentase kasus terbesar adalah pada usia 5 – 14

tahun yaitu sebesar 30,0 % dan persentase terkecil adalah pada usia 0-28 hari

yaitu sebesar 0,1%.

Kata Kunci : Epilepsi, Prevalensi

Page 7: Mustika Anggiane Putri

22

ABSTRACT

Mustika Anggiane Putri. Medical Study Programme. Prevalence of Epilepsy in

Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta in the year 2004 to 2008.

Research, 2009.

Epilepsy is one of the major neurological diseases with complex problems.

Epilepsy has a significant burden of illness, especially in developing countries.

This literature review shows that the level of injury and death is higher in people

with epilepsy than the normal population. Epilepsy is also associated with

psychosocial consequences more severe for the people with epilepsy. Social

stigma attached to epilepsy also inhibits them to engage in sports activities,

employment, education, and marriage. The incidence of epilepsy in developed

countries found approximately 50/100, 000 while in developing countries reached

100/100, 000. The prevalence and incidence is estimated to be higher in

developing countries. The purpose of this research is to know the prevalence of

epilepsy Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta in the year 2004 to 2008.

This research used an observational epidemiological studies with a descriptive

cross-sectional research design. Population in this study are all patients with

epilepsy in Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta in the year 2004 to

2008. The sample are all patients with epilepsy in Neurology Clinic in Fatmawati

Hospital Jakarta in the year 2004 to 2008. The data has been collected and then

processed and analyzed using computer program SPSS version 16.0.

The results showed prevalence of epilepsy in the year 2004 until 2008 in

Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta is for 0.65%. Percentage of new

cases of epilepsy in in Neurology Clinic in Fatmawati Hospital Jakarta based on

gender from 2004 to 2008 is 51.3% for men and 48.7% for woman, while the

percentage based on age is the biggest case in the age of 5 - 14 years in the

amount of 30.0 % and the smallest percentage was at the age of 0-28 days by

0.1%.

Keywords : Epilepsy, Prevalence

Page 8: Mustika Anggiane Putri

23

DAFTAR ISI

Lembar Judul ................................................................................................. i

Lembar Pernyataan Keaslian karya ............................................................ ii

Lembar Persetujuan Pembimbing ............................................................... iii

Lembar Pengesahan........................................................................................ iv

Kata Pengantar .............................................................................................. v

Abstrak ............................................................................................................ vi

Abstract ........................................................................................................... vii

Daftar Isi ......................................................................................................... viii

Daftar Tabel ................................................................................................... x

Daftar Gambar ............................................................................................... xi

Daftar Singkatan ............................................................................................ xii

Daftar Lampiran ............................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 2

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi ....................................................................................... 4

2.2. Epidemiologi .............................................................................. 4

2.3. Etiologi ....................................................................................... 4

2.4. Patofisiologi Anatomi Seluler .................................................... 5

2.5. Klasifikasi epilepsi ..................................................................... 6

2.6. Diagnosis ................................................................................... 9

2.7. Dampak Epilepsi pada Aspek Kehidupan Penyandangnya ....... 9

Page 9: Mustika Anggiane Putri

24

2.8 Kerangka Konsep ........................................................................ 12

2.9 Definisi Operasional ................................................................... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian ....................................................................... 14

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 14

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 14

3.4. Kriteria Penelitian ...................................................................... 14

3.5. Prosedur Penelitian .................................................................... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 16

4.1. Prevalensi Epilepsi pada tahun 2004 sampai tahun 2008 .......... 16

4.2. Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi Tahun 2004 sampai 2008 .... 18

4.3. Kunjungan Kasus Baru berbanding Kasus Lama ...................... 20

4.4. Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 21

4.5. Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia ..................................... 24

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ............................................................................... 29

5.2. Saran ......................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30

LAMPIRAN .................................................................................................... 33

Page 10: Mustika Anggiane Putri

25

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stigma sosial akibat epilepsi dari berbagai penelitian................. 9 9

Tabel 4.2 Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di

RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2004 - 2008 .......................... 18

18

Tabel 4.3 Persentase Total Kunjungan Kasus Baru Berbanding Kasus

Lama di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2004 – 2008............ 19

19

Tabel 4.4 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin di

RSUP Fatmawati tahun 2004 sampai 2008 ............................. 20

20

Tabel 4.5 Persentase Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP

Fatmawati Jakarta Tahun 2004 - 2008 ..........................................

23

Tabel 4.5.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP

Fatmawati Jakarta Pertahun (tahun 2004 - 2008) .........................

25

Page 11: Mustika Anggiane Putri

26

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Prevalensi Epilepsi di RSUP Fatmawati Jakarta Pertahun

(tahun 2004 sampai 2008)........................................................... 13

Gambar 4.2 Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di

RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2004 – 2008....................... .. 18

Gambar 4.3 Persentase pertahun kunjungan kasus Baru berbanding Kasus

Lama di RSUP Fatmawati Jakarta (tahun 2004 sampai tahun

2008)............................................................................................ 20

Gambar 4.4.1 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin di

RSUP Fatmawati tahun 2004 sampai 2008 ........................... 21

Gambar 4.4.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki – laki di RSUP Fatmawati pertahun (tahun 2004 sampai

2008) ........................................................................................... 22

Gambar 4.4.3 Persentase Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Perempuan di RSUP Fatmawati pertahun ( tahun 2004 sampai

2008)............................................................................................ 22

Gambar 4.5.1 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP

Fatmawati Jakarta Tahun 2004 sampai 2008 ........................ 24

Gambar 4.5.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP

Fatmawati JakartaPertahun (tahun 2004 sampai 2008) ............. 26

DAFTAR SINGKATAN

Page 12: Mustika Anggiane Putri

27

RSUP ( Rumah Sakit Umum Pusat )

NMDA ( n-methyl-D aspartic acid )

AMPA ( α-amino 3 - hydroxyl 5 - methyl 4 - isoxazolepropionic acid )

NMDAR ( n-methyl-D aspartic acid receptor )

GABA ( Gamma aminobutyric acid )

ILAE ( International League Against Epilepsy )

CT-Scan ( Computed tomography )

MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

DALY ( Disablity Adjusted Life Years )

SMR (Standarized Mortality Ratio)

SUDEP (Sudden Unexplained Death in Epilepsy)

DAFTAR LAMPIRAN

Page 13: Mustika Anggiane Putri

28

Lampiran Data Jumlah Kunjungan Pasien Epilepsi di RSUP Fatmawati

Jakarta tahun 2004 sampai 2008 ...............................................30

BAB I

Page 14: Mustika Anggiane Putri

29

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologi yang umum terjadi

didunia.(WHO, 2001 a).

Epilepsi merupakan salah satu penyakit saraf kronik

kejang berulang muncul tanpa diprovokasi. Penyebabnya adalah kelainan

bangkitan listrik jaringan saraf yang tidak terkontrol baik sebagian maupun

seluruh bagian otak. Keadaan ini bisa di indikasikan sebagai disfungsi otak

(Shorvon, 2001).

Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100,000 sementara di

negara berkembang mencapai 100/100,000. Pendataan secara global ditemukan

3.5 juta kasus baru per tahun diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa

sekitar 40% serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut (WHO, 2001 a,

Fosgren,2001).

Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di

negara-negara berkembang (WHO,2001 b ). Dalam bukunya Epilepsi, Prof. Dr.

dr. S.M. Lumbantobing, seorang pakar saraf negeri ini menyebutkan, prevalensi

epilepsi di seluruh dunia mencapai 5-20 orang per 1000 penduduk. Sayangnya

belum ada penelitian tentang berapa tepatnya prevalensi epilepsi di Indonesia.

Namun diperkirakan berkisar antara 0,5-1,2% (one_news.asp farmacia.htm,

2006).

Epilepsi yang merupakan penyakit saraf kronik masih tetap merupakan

problem medik dan social (WHO,2001 c). Masalah medik yang disebabkan oleh

gangguan komunikasi neuron bisa berdampak pada gangguan fisik dan mental

dalam hal gangguan kognitif (WHO,2001 c). Epilepsi dapat mengakibatkan

kualitas hidup penderita memburuk karena dampak sosial dan psikologis yang

dialami oleh penderitanya.

Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan

konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah,

pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak

menikah bagi penyandangnya)

(Pinzon,2006). Sebagian besar kasus epilepsi

dimulai pada masa anak-anak (WHO,2001 a, Purba, 2008).

Page 15: Mustika Anggiane Putri

30

Oleh karena itu, banyak penelitian, baik penelitian dasar maupun penelitian

klinis, yang dilakukan terutama di negara-negara maju untuk menolong dan

meningkatkan kualitas hidup penderita epilepsi. Begitu pun dengan penelitian ini,

mengingat angka prevalensi dan insiden diperkirakan lebih tinggi di negara

berkembang seperti Indonesia dan mengingat adanya problem medik dan sosial

pada penderita epilepsi, peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi epilepsi

terutama dalam penelitian ini diambil prevalensi di poliklinik Saraf Rumah Sakit

Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Jakarta pada tahun 2004 sampai 2008.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini adalah ingin mengetahui

seberapa besar prevalensi epilepsi di Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta

pada tahun 2004 – 2008.

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui prevalensi epilepsi di Poliklinik

Saraf RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2004 – 2008.

I.4. Manfaat Penelitian

I.4.1. Bagi Institusi

1. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dapat memberikan informasi mengenai prevalensi epilepsi di

Poliklinik Saraf RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2004 – 2008.

3. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk

melakukan penelitian lebih dalam untuk peneliti yang lain untuk

menolong dan meningkatkan kualitas hidup penderita epilepsi.

Page 16: Mustika Anggiane Putri

31

I.4.2. Bagi Peneliti

1. Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran di

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Mendapatkan pengalaman melakukan penelitian terutama dibidang

kesehatan.

3. Mengetahui cara membuat penelitian yang baik dengan

menggunkan ilmu metodologi yang sudah diperoleh selama

perkuliahan.

Page 17: Mustika Anggiane Putri

32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Epilepsi didefinisikan sebagai kumpulan gejala dan tanda-tanda klinis yang

muncul disebabkan gangguan fungsi otak secara intermiten, yang terjadi akibat

lepas muatan listrik abnormal atau berlebihan dari neuron-neuron secara

paroksismal dengan berbagai macam etiologi (Pellegrino, 1996).

Sedangkan

serangan atau bangkitan epilepsi yang dikenal dengan nama epileptic seizure

adalah manifestasi klinis yang serupa dan berulang secara paroksismal, yang

disebabkan oleh hiperaktivitas listrik sekelompok sel saraf di otak yang spontan

dan bukan disebabkan oleh suatu penyakit otak akut (“unprovoked”) (Shorvon,

2000).

2.2. Epidemiologi

Insiden epilepsi di negara maju ditemukan sekitar 50/100,000 sementara di

negara berkembang mencapai 100/100,000. Pendataan secara global ditemukan

3.5 juta kasus baru per tahun diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa

sekitar 40% serta 20% lainnya ditemukan pada usia lanjut (WHO,2001 a,

Fosgren,2001).

Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di

negara-negara berkembang (WHO,2001 b). Dalam bukunya Epilepsi, Prof. Dr.

dr. S.M. Lumbantobing, seorang pakar saraf negeri ini menyebutkan, prevalensi

epilepsi di seluruh dunia mencapai 5-20 orang per 1000 penduduk. Sayangnya

belum ada penelitian tentang berapa tepatnya prevalensi epilepsi di Indonesia.

Namun diperkirakan berkisar antara 0,5-1,2% (one_news.asp farmacia.htm).

2.3. Etiologi

Epilepsi sebagai gejala klinis bisa bersumber pada banyak penyakit di otak.

Sekitar 70% kasus epilepsi yang tidak diketahui sebabnya dikelompokkan sebagai

epilepsi idiopatik dan 30% yang diketahui sebabnya dikelompokkan sebagai

Page 18: Mustika Anggiane Putri

33

epilepsi simptomatik, misalnya trauma kepala, infeksi, kongenital, lesi desak

ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik dan metabolik. Epilepsi kriptogenik

dianggap sebagai simptomatik tetapi penyebabnya belum diketahui, misalnya

West syndrome dan Lennox Gastaut syndrome (Perdosi, 2003).

Bila salah satu

orang tua epilepsi (epilepsi idiopatik) maka kemungkinan 4% anaknya epilepsi,

sedangkan bila kedua orang tuanya epilepsi maka kemungkinan anaknya epilepsi

menjadi 20%-30% (Gram, 1995).

Beberapa jenis hormon dapat mempengaruhi serangan epilepsi seperti

hormon estrogen, hormon tiroid (hipotiroid dan hipertiroid) meningkatkan

kepekaan terjadinya serangan epilepsi, sebaliknya hormon progesteron,

kortikosteroid dan testosteron dapat menurunkan kepekaan terjadinya serangan

epilepsi. (Morrell,1999, Morrel,1998, Wodley,1998)

2.4. Patofisiologi Anatomi Seluler

Secara etiopatologik, bangkitan epilepsi bisa diakibatkan oleh cedera

kepala, stroke, tumor otak, infeksi otak, keracunan, atau juga pertumbuhan jarigan

saraf yang tidak normal (neurodevelopmental problems), pengaruh genetik yang

mengakibatkan mutasi. Mutasi genetik maupun kerusakan sel secara fisik pada

cedera maupun stroke ataupun tumor akan mengakibatkan perubahan dalam

mekanisme regulasi fungsi dan struktur neuron yang mengarah pada gangguan

pertumbuhan ataupun plastisitas di sinapsis. Perubahan (fokus) inilah yang bisa

menimbulkan bangkitan listrik diotak. Bangkitan epilepsi bisa juga terjadi tanpa

ditemukan kerusakan anatomi (focus) di otak. Disisi lain epilepsi juga akan bias

mengakibatkan kelainan jaringan otak sehingga bisa menyebabkan disfungsi fisik

dan retardasi mental (Shorvon, 2001).

Dari sudut pandang biologi molekuler, bangkitan epilepsi disebabkan oleh

ketidakseimbangan sekresi maupun fungsi neurotransmiter eksitatorik dan

inhibitorik di otak. Keadaan ini bisa disebabkan sekresi neurotransmiter dari

presinaptik tidak terkontrol ke sinaptik yang selanjutnya berperan pada reseptor n-

methyl-D aspartic acid (NMDA) atau α-amino 3 - hydroxyl 5 - methyl 4 -

isoxazolepropionic acid (AMPA) di post-sinaptik (Bradford,1995). Keterlibatan

NMDA receptor (NMDAR) subtipe dari reseptor glutamat disebut-sebut sebagai

Page 19: Mustika Anggiane Putri

34

patologi terjadinya kejang dan epilepsy (Bradford,1995, Chapman,1998, Sanchez,

2000). Secara farmakologik, inhibisi terhadap NMDAR ini merupan prinsip kerja

dari obat antiepilepsi (Chapman,1998). Beberapa penelitian neurogenetik

membuktikan adanya beberapa faktor yang bertanggung jawab atas bangkitan

epilepsi antara lain kelainan pada ligand-gate (sub unit dari reseptor nikotinik)

begitu juga halnya dengan voltage-gate (kanal natrium dan kalium). Hal ini

terbukti pada epilepsi lobus frontalis yang ternyata ada hubungannya dengan

terjadinya mutasi dari resepot nikotinik subunit alfa (Holmes,2001, Avanzini,

2001).

Berbicara mengenai kanal ion maka peran natrium, kalium dan kalsium

merupakan ion-ion yang berperan dalam sistem komunikasi neuron lewat

reseptor. Masuk dan keluarnya ion-ion ini menghasilkan bangkitan listrik yang

dibutuhkan dalam komunikasi sesama neuron

(Avanzini,2001). Jika terjadi

kerusakan atau kelainan pada kanal ion-ion tersebut maka bangkitan listrik akan

juga terganggu sebagaimana pada penderita epilepsi. Kanal ion ini berperan dalam

kerja reseptor neurotransmiter tertentu. Dalam hal epilepsi dikenal beberapa

neurotransmiter seperti gamma aminobutyric acid (GABA) yang dikenal sebagai

inhibitorik, glutamat (eksitatorik), serotonin (yang sampai sekarang masih tetap

dalam penelitian kaitan dengan epilepsi, asetilkholin yang di hipokampus dikenal

sebagai yang bertanggungjawab terhadap memori dan proses belajar

(Bradford,1995).

2.5. Klasifikasi epilepsi

Ada dua klasifikasi epilepsi yang direkomendasikan oleh International

League Against Epilepsy (ILAE) yaitu pada tahun 1981 dan tahun 1989

(ILAE,1981, ILAE,1989).

ILAE pada tahun 1981 menetapkan klasifikasi epilepsi berdasarkan jenis

bangkitan (tipe serangan epilepsi):

1. Serangan parsial

a. Serangan parsial sederhana (kesadaran baik), yaitu dengan gejala motorik,

sensorik, otonom dan gejala psikis.

Page 20: Mustika Anggiane Putri

35

b. Serangan parsial kompleks (kesadaran terganggu), yaitu serangan parsial

sederhana diikuti dengan gangguan kesadaran diawal serangan.

c. Serangan umum sederhana

- Parsial sederhana menjadi tonik-klonik

- Parsial kompleks menjadi tonik-klonik

- Parsial sederhana menjadi parsial kompleks menjadi tonik-klonik

2. Serangan umum

a. Absans (Lena), yaitu jenis serangan yang jarang, umumnya hanya terjadi

pada masa anak-anak atau awal remaja dengan ciri khas biasanya

penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan kepala

terkulai. Kejadiannya cuma beberapa detik dan bahkan sering tidak

disadari.

b. Mioklonik, yaitu jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada

pasien normal, jenis ini biasanya terjadi pada pagi hari, setelah bangun

tidur dengan ciri khas pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba.

c. Klonik Petit mal

d. Tonik

e. Atonik (Astatik), jenis serang ini jarang terjadi. Gejala serangan ini

adalah pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot, jatuh, tapi bisa segera

kembali.

f. Tonik-klonik, merupakan bentuk paling banyak terjadi, gejala serangan

ini adalah pasien pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,

keluar air liur. Dapat terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah pada

pasien ini. Serangan ini terjadi beberapa menit, kemudian diikuti rasa

lemah, kebingungan dan sakit kepala.

3. Serangan yang tidak terklasifikasi (sehubungan dengan data yang kurang

lengkap).

Klasifikasi ILAE tahun 1981 di atas ini lebih mudah digunakan untuk para

klinisi karena hanya ada dua kategori utama, yaitu :

1. Serangan fokal yaitu bangkitan epileptik yang dimulai dari fokus yang

terlokalisir di otak.

Page 21: Mustika Anggiane Putri

36

2. Serangan umum yaitu bangkitan epileptik terjadi pada daerah yang lebih

luas pada kedua belahan otak.

Klasifikasi menurut sindroma epilepsi yang dikeluarkan ILAE tahun 1989

adalah :

1. Berkaitan dengan letak fokus

a. Idiopatik

Epilepsi kategori ini dibagi lagi menjadi epilepsi rolandik benigna

(childhood epilepsy with centro temporal spike) dan epilepsi pada anak

dengan paroksismal oksipital.

b. Simptomatik

Epilepsi kategori ini dibagi menjadi berdasarkan lokasi mana yang

terkena yaitu lobus temporalis, lobus frontalis, lobus parietalis, lobus

oksipitalis.

2. Umum

a. Idiopatik

Epilepsi kategori ini dibagi menjadi (1) kejang neonatus familial benigna,

(2) kejang neonatus benigna, (3) kejang epilepsi mioklonik pada bayi, (4)

epilepsi, (5) absans pada anak, (6) epilepsi Absans pada remaja, (7)

pilepsi mioklonik pada remaja, (8) epilepsi dengan serangan tonik-klonik

pada saat terjaga, (9) epilepsi tonik-klonik dengan serangan acak.

b. Simptomatik

- Sindroma West (spasmus infantil)

- Sindroma Lennox Gastaut

3. Berkaitan dengan lokasi dan epilepsi umum (campuran 1 dan 2)

- Serangan neonatal

4. Epilepsi yang berkaitan dengan situasi

Epilepsi kategori ini berdasarkan situasi yang berkaitan dengan kejang itu

sendiri. Epilepsi ini dibagi menjadi (1) kejang demam, (2) epilepsi

berkaitan dengan alkohol, (3) epilepsi berkaitan dengan obat-obatan, (4)

epilepsi berkaitan dengan eklampsia, (5) serangan yang berkaitan dengan

pencetus spesifik (refleks epilepsi).

Page 22: Mustika Anggiane Putri

37

2.6. Diagnosis

Diagnosis pasti epilepsi adalah dengan menyaksikan secara langsung

terjadinya serangan, namun serangan epilepsi jarang bisa disaksikan langsung

oleh dokter, sehingga diagnosis epilepsi hampir selalu dibuat berdasarkan

alloanamnesis. Namun alloanamnesis yang baik dan akurat sulit didapatkan,

karena gejala yang diceritakan oleh orang sekitar penderita yang menyaksikan

sering kali tidak khas, sedangkan penderitanya sendiri tidak tahu sama sekali

bahwa ia baru saja mendapat serangan epilepsi. Satu-satunya pemeriksaan yang

dapat membantu menegakkan diagnosis penderita epilepsi adalah rekaman

elektroensefalografi (EEG), Computed tomography (CT-scan), Magnetic

Resonance Imaging (MRI), Lain-lain.

2.7. Dampak Epilepsi pada Aspek Kehidupan Penyandangnya

Epilepsi merupakan penyakit kronis yang paling sering menimbulkan

permasalahan medik dan kualitas hidup yang buruk bagi penyandangnya.

Epilepsi berpengaruh luas pada aspek kehidupan penyandang, keluarga, dan

lingkungan sosialnya (Pinzon, 2007). Lokasi fokus, tipe bangkitan, dan frekuensi

bangkitan merupakan hal-hal yang berpengaruh terhadap dampak epilepsi pada

aspek kehidupan penyandangnya (Shafer, 2002).

Kajian dampak epilepsi terhadap berbagai aspek kehidupan penyandangnya

difokuskan pada 4 hal yaitu : (1) cedera akibat epilepsi, (2) kualitas hidup

(Disability Adjusted Life Years), (3) stigma sosial, dan (4) risiko kematian yang

lebih tinggi dibanding populasi pembanding.

2.7.1. Cedera Akibat Epilepsi

Penyandang epilepsi (terutama yang bangkitannya belum terkendali

dengan baik) memiliki risiko besar untuk menderita cedera akibat bangkitan

epilepsi. Cedera akibat bangkitan epilepsi didefinisikan sebagai cedera yang

terjadi sebagai akibat langsung dari bangkitan epilepsi, dan terjadi saat timbulnya

bangkitan (Mills, 1997).

Page 23: Mustika Anggiane Putri

38

Cedera yang terjadi dapat berupa cedera kepala, cedera gigi dan mulut,

luka bakar dan fraktur

(Pinzon, 2007). Hasil ketiga penelitian di atas

menunjukkan bahwa cedera kepala menempati urutan pertama cedera pada

penyandang epilepsy (Pinzon, 2007, Mills, 1997, Buck, 1997, Baker, 1999).

2.7.2. Kualitas Hidup (Disability Adjusted Life Years)

Penyandang epilepsi memiliki kualitas hidup yang lebih rendah daripada

populasi normal.23

Beberapa penelitian terdahulu menggunakan Disablity

Adjusted Life Years (DALY) untuk menilai kualitas hidup penyandang epilepsi

Disablity Adjusted Life Years (DALY) didefinisikan sebagai jumlah tahun yang

hilang akibat kematian dini atau hidup dalam disabilitas (Shorvon, 2001).

2.7.3. Stigma Sosial

Kualitas hidup penyandang epilepsi yang rendah tidak dapat dilepaskan

dari stigma sosial yang melekat pada penyandang epilepsy (Pinzon, 2007).

Beberapa penelitian tentang stigma akibat epilepsi dapat dilihat pada tabel 2.1.

2.7.4. Risiko Kematian yang Lebih Tinggi Dibanding Populasi Pembanding

Penyandang epilepsi memiliki risiko kematian yang relatif lebih tinggi

dibanding populasi normal

(Pinzon, 2007). Berbagai penelitian terdahulu

menggunakan Standarized Mortality Ratio (SMR). Standarized Mortality Ratio

(SMR) merupakan rasio antara jumlah kematian pada penyandang epilepsi dalam

suatu waktu tertentu dibanding kematian pada populasi normal/reference

population (Camfield, 2002). Penyandang epilepsi juga memiliki risiko kematian

mendadak yang tidak terjelaskan/ SUDEP (Sudden Unexplained Death in

Epilepsy) (Sperling, 1997).

Page 24: Mustika Anggiane Putri

39

Tabel 2.1 : Stigma sosial akibat epilepsi dari berbagai penelitian

(Mills, 1997, Baker,1999)

Peneliti

(Tahun)

Tempat, Karakteristik subjek ,

metode pengambilan data, data

instrumen penelitian

Stigma sosial

Millss,dkk

(1997)

– Bristol, 394 penyandang

epilepsi berusia 16 tahun dari

14 buah pusat pelayanan

kesehatan.

– Studi potong lintang, tiga

pertanyaan tentang stigma

sosial.

Orang lain tidak nyaman

dengannya

Akibat Epilepsi saya

diperlakukan rendah.

Akibat epilepsi orang lain

menghindari saya.

Jawaban ya untuk

masing-masing pertanyaan

:

26,2%

18,3%

16,5%

Baker,dkk

(199)

– 15 negara Eropa – 5211

penyandang epilepsi berusia >

16 tahun (49% laki-laki, 51%

perempuan), median 35 tahun.

– Kuisioner, tiga pertanyaan

tentang stigma sosial.

2563/5211 (49%)

merasakan stigma sosial

akibat epilepsi.

Page 25: Mustika Anggiane Putri

40

Orang lain tidak nyaman

dengan saya.

akibat epilepsi saya

diperlakukan rendah.

Akibat epilepsi orang lain

menghindari saya.

40,1% menjawab ya

untuk 1 pertanyaan, 24%

untuk 2 pertanyaan, dan

35,9% untuk ketiga

pertanyaan.

Page 26: Mustika Anggiane Putri

41

2.8 Kerangka Konsep

2.9 Definisi Operasional

2.9.1. Rekam Medik

Berkas yang berisi catatan di dokumen mengenai identitas pasien, hasil

pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lainnya yang diterima pasien

pada sarana kesehatan, baik rawat jalan maupun rawat inap.

2.9.2. Prevalensi

Angka kejadian kasus lama ( pasien epilepsi yang datang untuk kunjungan

yang kesekian kalinya) dan kasus baru ( pasien epilepsi yang datang untuk

kunjungan pertama kalinya ).

2.9.3. Epilepsi

Pasien yang terdiagnosa epilepsi

2.9.4. Umur

Umur biologis yang diingat oleh pasien bedasarkan tanggal kelahirannya

atau momen penting yang diingatnya berdasarkan informasi keluarga.

Epilepsi

Jenis Kelamin Usia

Page 27: Mustika Anggiane Putri

42

2.9.5. Jenis Kelamin

Jenis kelamin pasien dibuat kategori laki – laki dan perempuan.

Page 28: Mustika Anggiane Putri

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologis secara observasi

deskriptif dengan desain penelitian cross sectional.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu dan tempat penelitian dilaksanakan pada 5 Oktober – 10 Oktober

2009 di bagian rekam medik Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah data yang diperoleh dari rekam medik

pasien epilepsi di RSUP Fatmawati pada tahun 2004 – 2008.

3.3.2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah semua data yang diperoleh dari rekam

medik pasien epilepsi di RSUP Fatmawati pada tahun 2004 – 2008.

3.4. Kriteria Penelitian

3.4.1. Kriteria inklusi :

1. Pasien terdiagnosa pasti epilepsi yang diperoleh dari rekam medik

2. Pasien epilepsi di rawat jalan RSUP Fatmawati Jakarta

3.4.2. Kriteria eksklusi :

1. Pasien yang tidak menderita epilepsi

2. Data pasien tercantum tidak lengkap pada rekam medik

3. Pasien yang tidak terdiagnosa pasti epilepsi.

Page 29: Mustika Anggiane Putri

44

3.5. Prosedur Penelitian

3.5.1. Izin Pengambilan Data Sekunder penelitian

Data sekunder penelitian berumpa rekam medik pasien yang terdiagnosa

pasti epilepsi dan mendapat izin dari Rumah sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta

setelah diajukan permohonan.

3.5.2. Alur Penelitian

FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Izin RSUP Fatmawati Jakarta

Instalasi rekan medik

Pengumpulan data Epilepsi

Hasil Prevalensi Epilepsi

Pengolahan data

Page 30: Mustika Anggiane Putri

45

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di poliklinik rawat jalan Bagian Syaraf Rumah

Sakit Umum Pemerintah Fatmawati Jakarta pada bulan Otober 2009. Sampel

pada penelitian ini adalah semua data yang diperoleh dari rekam medik pasien

epilepsi di RSUP Fatmawati tahun 2004 sampai tahun 2008.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan besar prevalensi epilepsi

pada pasien yang menjalani rawat jalan di RSUP Fatmawati pada tahun 2004

sampai tahun 2008 berdasarkan umur dan jenis kelamin.

4.1. Prevalensi Epilepsi pada tahun 2004 sampai tahun 2008

Data prevalensi ini didapat dari hasil perhitungan dengan menggunakan

rumus point prevalence rate yaitu sebagai berikut :

( Kasus Baru + Kasus Lama ) X 100%

Jumlah seluruh kunjungan RS

Dari hasil penelitian didapatkan data jumlah kasus baru epilepsi dari

tahun 2004 sampai 2008 adalah sebanyak 11840 kasus, kasus lama sebanyak

9881 kasus dan jumlah seluruh kunjungan rumah sakit sebanyak 1821780.

Sehingga didapatkan prevalensi epilepsi pada tahun 2004 sampai 2008 di rawat

jalan RSUP Fatmawati Jakarta adalah sebesar 0,65 %.

Sedangkan jika kita lihat pertahun-nya prevalensi epilepsi adalah pada

tahun 2004 sebesar 0,89 %, pada tahun 2005 sebesar 0,94%, sedikit

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya kemudian pada tahun 2006

sebesar 0,52 %, mengalami penurunan hampir setengah dari persentase tahun

2005, pada tahun 2007 prevalensi sebesar 0,81%, kembali meningkat dari

tahun sebelumnya dan pada tahun 2008 persentase sebesar 0,37%, mengalami

penurunan dari tahun sebelumnya, tahun 2008 adalah tahun dengan prevalensi

Page 31: Mustika Anggiane Putri

46

terkecil dari tahun – tahun sebelumnya. Hasil tersebut tergambar dalam

diagram 4.1.

Gambar 4.1 Prevalensi Epilepsi di RSUP Fatmawati Jakarta Pertahun

(tahun 2004 sampai 2008)

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

1

1 2 3 4 5

0,89 % 0,94 %

0,52%

0,81%

0,37%

2004 2005 2006 2007 2008 Tahun

Pe

rse

nta

se

Page 32: Mustika Anggiane Putri

47

Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi. Setiap orang

memiliki otak dengan ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau

kurang tahan terhadap munculnya bangkitan. Selain itu penyebab epilepsi cukup

beragam: cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, infestasi parasit, tumor otak.

Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, umur berapa saja, dan ras

apa saja. Berdasarkan kepustakaan yang didapat angka prevalensi dan insiden

epilepsi yakni sebesar 0,5-1% dari populasi (Camfield, 2009, Perdosi, 2005). Dari

data hasil penelitian pun didapatkan baik prevalensi epilepsi selama lima tahun

maupun jika dilihat prevalensi pertahunnya adalah sebesar antara 0,5 – 1 %.

Angka prevalensi seperti tersebut mungkin belum mengejutkan bila dibandingkan

dengan angka prevalensi penyakit – penyakit lain yang terdapat di Indonesia,

namun angka tersebut cukup memprihatinkan, terutama jika penderita tidak

ditangani dengan baik, sehingga menimbulkan masalah sosial dan menjadi beban

bagi keluarga dan masyarakat.

Dari data tersebut terjadi penurunan dan peningkatan prevalensi epilepsi

dari tahun ke tahunnya. Tidak didapatkan data yang pasti mengapa terjadi hal

tersebut, namun kemungkinan penurunan dan peningkatan tersebut terjadi karena

sirkulasi dari kunjungan pasien, dimana ada pasien yang pindah berobat ke rumah

sakit lain atau sebaliknya pasien baru datang ke RSUP Fatmawati, dapat pula

karena ada nya kasus mortalitas. Tidak terjadinya lagi serangan kejang pun dapat

menyebabkan pasien tidak lagi berobat ke rumah sakit sehingga terjadi penurunan

kunjungan di rumah sakit.

4.2. Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi Tahun 2004 sampai 2008

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah kasus epilepsi selama

lima tahun yaitu dari tahun 2004 sampai tahun 2008 adalah sebanyak 1959 kasus.

Jumlah kasus epilepsi tiap tahunnya berbeda – beda, terjadi baik peningkatan

maupun penurunan. Pada tahun 2004 jumlah kasus epilepsi sebanyak 2809 kasus

dengan persentase 23,7%, kemudian terjadi sedikit penurunan di tahun 2005, pada

tahun ini jumlahnya sebanyak 530 kasus dengan persentase 23,6%. Kasus epilepsi

pada tahun 2006 adalah sebanyak 1591 kasus dengan persentase 13,4%, hal ini

Page 33: Mustika Anggiane Putri

48

menunjukkan penurunan yang cukup drastis sebesar dari persentase tahun

sebelumnya. Kemudian di tahun 2007 sebanyak 2350 kasus dengan persentase

sebesar 19,8%, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka terjadi

peningkatan pada tahun ini, namun pada tahun berikutnya terjadi penurunan kembali,

tahun 2008 kasus epilepsi sebanyak 2294 kasus dengan persentase sebesar 18,4%.

Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dan gambar 4.2.

Tabel 4.2 Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP

Fatmawati Jakarta Tahun 2004 – 2008

Tahun Frekuensi Persentase (%)

2004 2809 23,7

2005 2796 23,6

2006 1591 13,4

2007 2350 19,8

2008 2294 18,4

Total 11840 100,0

Page 34: Mustika Anggiane Putri

49

Gambar 4.2 Gambaran Jumlah Kasus Epilepsi pada Pasien Rawat Jalan di RSUP

Fatmawati Jakarta Tahun 2004 – 2008

Tidak didapatkan data yang pasti mengapa terjadi penurunan dan

peningkatan pada setiap tahunnya, namun kemungkinan penurunan dan

peningkatan tersebut terjadi karena sirkulasi dari kunjungan pasien, dimana ada

pasien yang pindah berobat ke rumah sakit lain atau sebaliknya pasien baru datang

ke RSUP Fatmawati, dapat pula karena ada nya kasus mortalitas. Tidak terjadinya

lagi serangan kejang pun dapat menyebabkan pasien tidak lagi berobat ke rumah

sakit sehingga terjadi penurunan kunjungan di rumah sakit.

4.3. Kunjungan Kasus Baru berbanding Kasus Lama

Pe

rse

nta

se

Tahun

Page 35: Mustika Anggiane Putri

50

Dari Hasil penelitian Kasus Epilepsi dari tahun 2004 sampai tahun 2008

didapatkan data bahwa setiap tahunnya selalu ada kasus baru epilepsi yang

tercatat pada rekam medis RSUP Fatmawati. Persentase kasus baru berbanding

kasus lama selama lima tahun tersebut adalah sebesar 19,8 %. Sedangkan jika

dilihat pertahunnya perbandingan kasus baru dengan kasus lama adalah pada

tahun 2004 sebesar 14,84%, pada tahun 2005 sebesar 23,39%, terlihat terdapat

peningkatan. Tidak berbeda jauh dari tahun 2005, persentase kunjungan kasus

baru berbanding kasus lama pada tahun 2006 adalah sebesar 23,14 %. Pada tahun

2007 sebesar 20,82 % dan pada tahun 2008 sebesar 18,74%. Hasil tersebut dapat

dilihat pada tabel dan diagram 4.3.

Kemungkinan penurunan dan peningkatan yang terjadi pada setiap tahunnya

dikarena sirkulasi dari kunjungan pasien, dimana ada pasien yang pindah berobat

ke rumah sakit lain atau sebaliknya pasien baru datang ke RSUP Fatmawati, dapat

pula karena ada nya kasus mortalitas. Tidak terjadinya lagi serangan kejang pun

dapat menyebabkan pasien tidak lagi berobat ke rumah sakit sehingga terjadi

penurunan kunjungan di rumah sakit.

Tabel 4.3 Persentase Total Kunjungan Kasus Baru Berbanding Kasus Lama di RSUP

Fatmawati Jakarta Tahun 2004 - 2008

Kasus Frekuensi Persentase

Baru 1959 19,8 %

Lama 9881 80,2 %

Total 11840 100%

0

5

10

15

20

25

12

34

5

14,84%

23,39% 23,14% 20,82%

18,74%

Per

sen

tase

Tahun

Page 36: Mustika Anggiane Putri

51

Gambar 4.3 Persentase pertahun kunjungan kasus Baru berbanding Kasus Lama di

RSUP Fatmawati Jakarta ( tahun 2004 sampai tahun 2008 )

4.4. Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil penelitian didapatkan persentase kasus baru epilepsi di RSUP

fatmawati berdasarkan jenis kelamin. Jika dilihat selama lima tahun yaitu dari

tahun 2004 sampai 2008 dari seluruh jumlah kasus baru sebanyak 1959,

persentase laki – laki sebesar 51,3% dan perempuan sebesar 48,7%. Tidak ada

perbedaan yang mencolok antara jumlah penderita epilepsi laki-laki dengan

perempuan (Perdosi, 2005, Camfield, 2001).

Tabel 4.4 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP

Fatmawati tahun 2004 – 2008

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Laki – laki 1004 51,3

Perempuan 955 48,7

Total 1959 100,0

Page 37: Mustika Anggiane Putri

52

Gambar 4.4.1 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP

Fatmawati tahun 2004 - 2008

Apabila kita lihat di tiap tahunnya persentase kasus baru epilepsi berdasarkan

jenis kelamin adalah seperti yang tergambar dalam diagram dan tabel 4.4. Persentase

laki-laki terbesar adalah pada tahun 2005 yaitu sebesar 54,9% sedangkan persentase

terkecil adalah pada tahun 2008 yaitu 49,2%. Sedangkan persentase perempuan

terbesar adalah pada tahun 2008 yaitu sebesar 50,8 % dan persentase terkecil adalah

tahun 2005 yaitu sebesar 45,1%. Dari data diatas pun tidak terlihat perbedaan yang

mencolok antara jumlah laki-laki dengan jumlah perempuan.

40

50

60 Laki - laki

Page 38: Mustika Anggiane Putri

53

Gambar 4.4.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin Laki – laki

di RSUP Fatmawati pertahun (tahun 2004 – 2008)

Gambar 4.4.3 Persentase Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Jenis Kelamin

Perempuan di RSUP Fatmawati pertahun ( tahun 2004 – 2008 )

4.5. Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia

Pe

rse

nta

se

2004 2005 2006 2007 2008

40

30

20

10

50

60

Tahun

Perempuan

50,6% 45,1% 50,8% 49,6% 49,2%

Page 39: Mustika Anggiane Putri

54

Pada penelitian ini dapat dilihat frekuensi maupun persentase kasus baru

epilepsi berdasarkan usia selama lima tahun. Dari jumlah keseluruhan pasien

epilepsi selama lima tahun yaitu sebesar 1959, persentase kasus terbesar adalah

pada usia 5 - 14 tahun yaitu sebesar 30,0 % dengan frekuensi sebanyak 588 dan

persentase terkecil adalah pada usia 0-28 hari yaitu sebesar 0,1% dengan frekuensi

sebanyak 2. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel dan diagram 4.5.

Tabel 4.5 Persentase Kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP Fatmawati

Jakarta Tahun 2004 – 2008

Usia Frekuensi Persentase

0-28 hr

28 hr – 1 thn

2-4 thn

5-14 thn

15-24 thn

25-44 thn

45-65 thn

65+ thn

2

62

253

588

517

355

142

40

0,1

3,2

12,9

30,0

26,4

18,1

7,2

2,0

Total 1959 100,0

Page 40: Mustika Anggiane Putri

55

Gambar 4.5.1 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP Fatmawati

Jakarta Tahun 2004 – 2008

Jika kita lihat di tiap tahunnya persentase kasus baru epilepsi dari tahun

2004 sampai tahun 2008 berdasarkan usia adalah seperti yang tergambar pada

tabel dan gambar 4.5.2 di bawah ini. Persentase kasus terbesar adalah pada

rentang usia 5 – 14 tahun di tahun 2004 yaitu sebesar 42,1%. sedangkan

persentase kasus terkecil adalah pada rentang usia 0-28 hari di tahun 2004, 2005,

2006 dan 2007 dan pada rentang usia 65 tahun keatas di tahun 2004 dan 2006

yaitu sebesar 0 %.

Pada kelompok usia 0-28 hari persentase kasus baru epilepsi adalah paling

kecil, hanya pada tahun 2008 terjadi kasus epilepsi di usia ini yaitu sebesar 0,6 %.

Persentase semakin meningkat di kelompok usia berikutnya, pada kelompok usia

28 hari - 1 tahun persentase terbesar pada tahun 2006, kemudian meningkat lagi

pada kelompok usia 2-4 tahun dan mencapai puncaknya di usia 5 – 14 tahun, pada

kelompok usia ini persentase terbesar adalah pada tahun 2004. Pada kelompok

Page 41: Mustika Anggiane Putri

56

usia 15-24 tahun persentase epilepsi pun masih cukup tinggi, walaupun menurun

dibandingkan persentase sebelumnya dan semakin menurun pada kelompok usia

selanjutnya yaitu kelompok usia 25-44 tahun, 45-65 tahum dan 65 tahun keatas.

Dalam penelitian ini rentang usia yang dipakai adalah berdasarkan

ketentuan Depkes mengenai penulisan buku pedoman pencatatan sistem

pelayanan rumah sakit yang revisi terakhirnya berdasarkan surat keputusan dirjen

pelayanan medik no.1425/yanmed/info/XII/1989. Berdasarkan rentang usia

tersebut didapatkan hasil seperti yang telah diuraikan diatas.

Tabel 4.5.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP Fatmawati

Jakarta Pertahun ( tahun 2004 – 2008 )

Tahun

Usia

( Persentase (%) )

0-28

Hr

28 Hr –

1 Th

2 -4

Th

5-14

Th

15-24

Th

25-44

Th

45-65

Th

65+

Th

2004 0 3,0 15,7 42,1 17,9 16,8 4,4 0

2005 0 1,9 18,5 36,2 22,3 12,5 6,0 2,6

2006 0 5,4 7,0 22,1 32,4 23,4 9,7 0

2007 0 2,5 8,1 18,8 34,8 23,2 8,6 4

2008 0,6 4,1 12,2 27,9 26,5 17,7 8,3 2,8

Page 42: Mustika Anggiane Putri

57

Gambar 4.5.2 Persentase kasus Baru Epilepsi Berdasarkan Usia di RSUP

Fatmawati JakartaPertahun ( tahun 2004 – 2008 )

Pendataan secara global ditemukan 3.5 juta kasus baru per tahun

diantaranya 40% adalah anak-anak dan dewasa sekitar 40% serta 20% lainnya

ditemukan pada usia lanjut (WHO,2001 a, Fosgren, 2001). Berbagai kepustakaan

menyebutkan baik prevalensi maupun insidensi epilepsi banyak terjadi pada usia

muda. Insidensi epilepsi berdasarkan umur menunjukkan pola bimodal34

, yaitu

tinggi pada kelompok usia di bawah 12 tahun dan diatas 60 tahun. Sekitar 70%

kasus epilepsi adalah epilepsi idiopatik, dan epilepsi idiopatik biasanya dimulai

pada usia antara 5 sampai 25 tahun (Greenberg, 2002). Berdasarkan publikasi dari

Epilepsy foundation of America ( EFA ) 40 % kasus epilepsi terjadi pada usia

kurang dari 18 tahun, 22,5% kasus terjadi di bawah usia 15 tahun setiap tahunnya

dan 25 – 33,3 % kasus terjadi pada usia lima tahun (www.EFA.com). Begitupun

seperti pada penelitian ini terlihat bahwa kasus epilepsi terbanyak adalah pada

kelompok usia 5 – 14 tahun dan walaupun sedikit mengalami penurunan di

kelompok usia 15 – 24 tahun, tapi kelompok usia ini pun termasuk kelompok usia

yang cukup sering terjadi epilepsi.

Pe

rse

nta

se

4

3

3

2

2

1

1

5

Usia

0-28 Hr 28-1Th 2-4 Th 5-14 Th 15-24 Th 25-44 Th 45-65Th 65+Th

Page 43: Mustika Anggiane Putri

58

Epilepsi dapat terjadi oleh karena berbagai etiologi salah satunya penyakit

cerebrovaskular seperti stroke, yang saat ini menjadi penyebab kematian teratas.

Pada gambar 4.5 terlihat bahwa epilepsi dapat pula terjadi pada kelompk usia

diatas 65, walaupun persentasenya tidak begitu tinggi seperti kelompok usia 5-14

tahun dan 15-24 tahun. Hal ini disebabkan adanya faktor resiko penyakit

cerebrovaskular seperti strok yang biasa terjadi pada usia tua dimana komplikasi

penyakit ini dapat menimbulkan epilepsi (KBI Gemari, 2003). Bekas penderita

stroke dan kecelakaan yang melukai otak bisa terserang epilepsi. Di Indonesia

sendiri jumlah penderita penyakit ini semakin banyak karena pengidap kedua

gangguan tersebut terus bertambah setiap tahunnya. Yang lebih parah lagi,

penyandang strok justru kini menyerang kelompok usia muda yang sangat

produktif yaitu usia 16 – 45 tahun (KBI Gemari, 2003), mengingat belakangan ini

akibat gaya hidup penyakit cerebrovaskular tidak lagi di dominasi kaum tua.

Page 44: Mustika Anggiane Putri

59

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Prevalensi epilepsi pada tahun 2004 - 2008 di rawat jalan RSUP Fatmawati

Jakarta adalah sebesar 0,65 %.

2. Tidak ada perbedaan yang mencolok antara jumlah penderita epilepsi laki-laki

dengan perempuan.

3. Kasus baru dari tahun 2004 sampai 2008, persentase kasus terbesar adalah pada

usia 5 – 14 dan persentase terkecil adalah pada usia 0-28 hari.

5.2. Saran

Pada penelitian ini, berikutnya diharapkan melakukan penelitian mengenai

prevalensi jenis kelamin dan usia penderita epilepsi di RSUP Fatmawati Jakarta.

Page 45: Mustika Anggiane Putri

60

DAFTAR PUSTAKA

Avanzini G. The cellular biology of epileptogenesis. J Neurol Sci. 2001; 187(suppl

1):S212.

Baker GA. Quality of Life of People with Epilepsy; A European Study, Epilepsia

1999; 38(3): 353-62.

Bradford HF. Glutamate, GABA, and epilepsy. Prog Neurobiol 1995; 47:477-511.

Buck D, Baker GA, Jacoby A, Smith DF, Chadwick DW, Patient's Experiences of

Injury as a Result of Epilepsy. Epilepsia 1997; 38 (4) : 439-44.

Camfield, CS. Camfield PR. Watson,L. Cerebral palsy in children. Devinsky O and

westbrook LE. Eds. Epilepsy and Developmental disabilities. Boston Bitterworth-

Heinemann. 2001. 33-40.

Camfield CS, Camfield PR, Veugelers PJ. Death in children with epilepsy: a

population-based study. Lancet, 2002.

Camfield,CS. Camfield,Pr. Watson,L. Epilepsy Epidemiology. Epilepsy Therapy

Project. Oktober 2009.

Chapman AG. Glutamate receptors in epilepsy. Prog Brain Res 1998;116: 371-83.

EFA. Epilepsy and Seizure Statistic. Dalam situs www.EFA.com

Fosgren L. Epidemiology of epilepsy: a global problem. Program and abstracts of

the 17th World Congress of Neurology. J Neurol Sci. 2001;187(suppl 1):S212

Gram L, Dam M. Epilepsy explained. 1st

edition. Munksgaard, Copenhagen, 1995:

30-31.

Greenberg,DA. Aminoff, MJ. Simon,RP. Clinical Neurology. Edisi ke 5. McGraw-

Hill.USA.2002. hal 261-2.

Holmes GL, Ben-Ari Y. The neurobiology and consequences of epilepsy in

developing brain. Pediatri Res 2001; 49:320-5.

KBI Gemari. Stroke dapat Timbulkan Epilepsi. KBI Gemari. Jakarta. Januari 2003.

dalam situs http://kbi.gemari.or.id/beritadetail.php?id=629.

Mills N, Bachmann M, Harvey I, McGrowen M, Hine I, Patient's Experience of

Epilepsy and Health Care. Family Practice 1997; 14(2): 117-123.

Morrell MJ. Epilepsy in women : The Science why it is special. Neurology, 1999; 53:

542-548.

Morrell MJ. Guidelines for the care of women with epilepsy. Neurology,

1998;51:S21-S26.

Page 46: Mustika Anggiane Putri

61

Nurfitri, Eka. Penelitian Pendahuluan Modifikasi Diet Ketogenik Klasik Sebagai

Terapi Epilepsi Intraktabel. Perpustakaan Universitas Indonesia, Tesis S2. Diakses

dari http: // www. digilib.ui.ac.id

One_news.asp farmacia.htm.

Majalah Farmacia. Mengenal Penyakit Kuno Epilepsi. Edisi Februari 2006 ,

Halaman: 50 (3884 hits).

Pellegrino TR. Seizures and Status epilepticus in adults. In: Tintinali JE, Ruiz E,

Krome RL. Emergency Medicine. 4th

ed. Mc Graw Hill. New York, 1996: 456-67.

PERDOSI. Pedoman Tata Laksana Epilepsi. Kelompok studi epilepsi Perhimpunan

Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) 2003.

PERDOSI. Buku Ajar Neurologi Klinis. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

2005. Hal 119-132.

Pinzon, Rizaldy. Karakteristik Prognosis Epilepsi. Dexa Medica, No. 3, Vol. 19,

Juli - September 2006.

Pinzon, Rizaldy. Dampak Epilepsi pada Aspek Kehidupan Penyandangnya. Cermin

Dunia Kedokteran No. 157, 2007.

Purba, Jan Sudir. Epilepsi : Permasalahan di reseptor atau neurotransmitter.

Medicinus Scientific Journal of pharmaceutical development and medical

application. Vol 21, nov-des, no.4.2008.

Sanchez RM, Wang C, Gardner G, Orlando L, Tauck DL, Rosenberg PA, et al. Novel

role for the NMDA receptor redox modulatory site in the pathophysiology of

seizures.J Neurosci 2000; 20:2409-17.

Shafer PO. Improving the Quality of Life in Epilepsy: Non Medical Issues Too Often

Overlooked. Postgrad. Med. January 2002.

Shorvon S. Status epilepticus. Program and abstracts of the 17th World Congress of

Neurology; June 17-22, 2001; London, UK. J Neurol Sci. 2001;187(suppl 1):S213

Shorvon S. Handbook of Epilepsy Treatment. Blackwell Science, 2000 : 25-36.

Sperling MR, Bucurescu G, Kim B. Epilepsy Management : Issues in Medical and

Surgical Treatment. Postgrad. Med. 1997; 102(1).

The commission on Classification and Terminology of the International League

Against Epilepsy (ILAE). Proposal for revised clinical and electroencephalographic

classification of epileptic seizures. Epilepsia, 1981; 22: 489-501.

Page 47: Mustika Anggiane Putri

62

The commission on Classification and Terminology of the International League

Against Epilepsy (ILAE). Proposal for revised classification of epilepsies and

epileptic syndromes. Epilepsia, 1989; 30: 389-99.

Wodley CS. Schwatzkroin PA. Hormonal effects on the brain. Epilepsia, 1998; 39:

S2-S8.

WHO. Epilepsy: aetiology, epidemiology and prognosis. 2001. (WWW)

http://www.who.intf mediacentre facts heets1fs165fen print. html (14/ 02/2006). (a)

WHO. Epilepsy in The World. Health Report: Mental Health : New Understanding,

New Hope, WHO , 2001 (b)

WHO. Epilepsy : Social Consequences and Economic Aspects, WHO Fact Sheet No.

166, 2001. (c)