multiple sklerosis jadi print kel 4 skenario 4

53
TUGAS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SKENARIO 4 MULTIPLE SKLEROSIS Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III Disusun Oleh : Ketua kelompok 4 : Mega Anistya Krisnaningsih P07120112025 Sekretaris : Umu Habibah P07120112040 Karisma Dwijayanti P07120112023 Anggota : Isnaini Wulandari P07120112022 Laili Kusuma Ardani P07120112024 Melda Rahma Permata Sari P07120112026 Nafiatun Aliyya P07120112027 Nanda Nur Fatmi Ahsanah P07120112028

Upload: umu-habibah-gunadi

Post on 19-Jul-2016

73 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asdfghj

TRANSCRIPT

Page 1: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

TUGAS

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)SKENARIO 4

MULTIPLE SKLEROSIS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Disusun Oleh :Ketua kelompok 4 : Mega Anistya Krisnaningsih P07120112025Sekretaris : Umu Habibah P07120112040

Karisma Dwijayanti P07120112023Anggota : Isnaini Wulandari P07120112022

Laili Kusuma Ardani P07120112024Melda Rahma Permata Sari P07120112026Nafiatun Aliyya P07120112027Nanda Nur Fatmi Ahsanah P07120112028Sindy Nurlitasari P07120112038

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN2014

Page 2: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)SKENARIO 4

A. Klarifikasi Istilah 1. Kebas

Keadaan dimana seseorang mengalami kekurangan rasa

(sensation).

2. Diplopia

Penglihatan ganda.

3. Spastik

Suatu keadaan yang ditandai dengan spasme.

4. Reflek abdomen

Tes pada kuadran perut yang dibelai menuju garis tengah di atas,

sejajar dengan dan di bawah umbilikus.

5. Depresi

Kondisi lebih dari suatu keadaan sedih.

6. Elektroporesis.

Teknik pemisahan komponen/molekul bermuatan berdasarkan

perbedaan tingkat migrasi dalam sebuah medan listrik.

7. IgG

Imunoglobulin G/antibodi: sistem pertahanan tubuh lapis ke tiga yang

bersifat spesifik, fungsi merespon antigen.

8. IgM

Imunoglobulin M: jenis pertama dari antibodi yang dibuat sebagai

respon terhadap infeksi.

9. CT Scan

Suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan gambaran dari

berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.

10. Lesi otak

Kelainan materi putih dan volume otak.

11. Multiple sklerosis

Kelainan peradangan yang terjadi pada otak dan sumsum tulang

belakang yang disebabkan oleh banyak faktor.

12. Mielin

Page 3: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

Lapisan fosfolipid yang membungkus akson secara konsentrik.

13. Anti kolinesterase

Agen yang menghalangi aksi asetilkolinestrase, enzim yang memecah

asetilkolin.

B. Identifikasi Masalah 1. Pengertian multiple sklerosis

2. Anatomi dan fisiologi sistem saraf pusat

3. Etiologi

4. Klasifikasi

5. Tanda dan gejala

6. Patofisiologi

7. Faktor risiko

8. Komplikasi

9. Pemeriksaan penunjang

10. Penatalaksanaan

11. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

b. Diagnosa keperawatan

c. Perencanaan

C. Curah Pendapat 1. Pengertian multiple sklerosis

a. Penyakit degeneratif SSP kronis yang meliputi kerusakan mielin

(autoimun yang menyerang mielin).

b. Kelainan peradangan yang terjadi pada otak dan sumsum tulang

belakang yang disebabkan oleh banyak faktor.

2. Anatomi dan fisiologi sistem saraf pusat

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (ensephalon) dan sumsum

tulang belakang (medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang

sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu

perlindungan.

3. Etiologi

Page 4: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

a. Virus dan mekanisme autoimun.

b. Genetik.

c. Racun yang beredar pada CSS.

d. Kelainan pada unsur pokok lipid mielin.

4. Klasifikasi

a. Relapsing remitting multiplesclerosis

Jenis MS yang timbul dengan suatu serangan hebat dan diikuti

kesembuhan semu.

b. Primary progessive MS

MS ini tidak mengenal kesembuhan semu, kondisi penderita terus

memburuk dan berakhir kematian.

c. Secondary progressive MS

Kondisi lanjut dari relapsing remitting multiplesclerosis dan

kemudian menjadi serupa dengan kondisi primary progessive MS.

d. Benigna MS

MS jinak, serangan umumnya tidak pernah berat sehingga para

penderita merasa sehat dan sering tidak menyadari bahwa dirinya

menderita MS.

5. Tanda dan gejala

a. Gejala sensorik.

b. Perasaan sakit seperti tertusuk jarum.

c. Kesemutan di beberapa bagian tubuh.

d. Pandangan kabur.

e. Kelumpuhan tiba-tiba.

f. Kehilangan keseimbangan tubuh.

g. Sakit kepala/migrain.

h. Gangguan fungsi kognitif.

6. Patofisiologi

Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatorik,

mediasi imun, demielinating proses. Faktor ini yang mungkin

mendorong virus secara genetik mudah diterima individu.

Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan. T sel ini dalam

hubungannya dengan astrosit merusak barier darah otak, karena itu

memudahkan masuknya mediator imun. Faktor ini dikombinasikan

Page 5: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang membentuk mielin) hasil

dari perurunan pembentukan mielin.

7. Faktor risiko

a. Kehamilan.

b. Infeksi yang disertai demam.

c. Stres emosional.

d. Cidera.

8. Komplikasi

a. Disfungsi pernapasan.

b. Infeksi kandung kemih.

c. Infeksi sistem pernapasan.

d. Sepsis.

9. Pemeriksaan penunjang

a. Elektroforesis SSP dengan lumbal pungsi.

b. Gambaran MRI, ditemukan scar plak sepanjang sustansia alba

dari SSP.

c. Penglihatan, pendengaran, somatosensorik dengan konduksi

lambat menunjukkan adanya kelainan.

d. CT Scan, gambaran atrofi serebral.

e. Urodinamik, jika terjadi gangguan urinarius.

10. Penatalaksanaan

a. Bersifat simptomatik sesuai gejala.

b. Dengan farmakoterapi:

1) Antiinflamasi: kortikosteroid, ACTH.

2) Immunosupresan: sitofosfamid, interferon.

3) Bakiovent sebagai anti spasmodik.

c. Blog saraf dan pembedahan jika terjadi spastisitas berat.

d. Terapi fisik untuk mempertahankan tonus otot.

e. Bedrest.

f. Transplantasi sel induk, dari sumsum tulang belakangnya sendiri.

11. Asuhan keperawatan

a. Pengkajian

1) Keluhan utama

2) Riwayat kesehatan keluarga

Page 6: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

3) Pemeriksaan fisik

b. Diagnosa keperawatan

1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

otot, spastik, inkoordinasi.

2) Koping individu tidak efektif behubungan dengan perubahan

fisiologis, cemas.

3) Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan gangguan

neuromuskular.

c. Perencanaan

D. Tujuan Pembelajaran 1. Untuk mengetahui konsep dasar Multiple Sclerosis.

2. Untuk mengetahu konsep dasar asuhan keperawatn Multiple

Sclerosis.

LAPORAN PENDAHULUAN

Page 7: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

MULTIPLE SKELORIS

A. PengertianMultipel sklerosis adalah penyakit kronis pada sistem saraf pusat

(SSP) yang dikarakteristikkan oleh sedikit lapisan dari batas substansia alba

pada saraf optik, otak, dan medula spinalis (Fransisca, 2008).

Multipel sklerosis (MS) adalah penyakit pada sumsum tulang belakang

dan otak, dimana terjadi bercak-bercak yang mengeras di otak, karena

gangguan menaun pada susunan urat syaraf. Penderita merasa lemah dan

bisa terjadi kebutaan separuh pada satu mata, atau penglihatan rangkap.

Jika otak kena, penderita akan mengalami kejang-kejang atau kelumpuhan

pada satu sisi dan mudah menangis (Maria, 2008).

B. Anatomi dan Fisiologi1. Makroanatomi Sistem Saraf Pusat

a. Meninges

Sistem saraf pusat dikelilingi oleh lapisan pembungkus yaitu

meninges, berfungsi sebagai pelindung otak dan corda medulla dari

kerusakan mekanis serta memberi suplai nutrisi pada sel-sel saraf.

Meninges dari luar ke dalam terdapat 3 lapisan yaitu duramater,

arachnoidea, dan piamater.

Duramater melekat pada dinding tengkorak, membentuk

periosteum. Pada duramater dijumpai dua lipatan besar yang

terdapat pada muka interna yaitu falx cerebri dan tentorium cerebelli.

Pertemuan dua lipatan tersebut membentuk protuberantia occipitalis

interna fibrossa.

Arachnoidea merupakan membran lunak hampir transparan,

terdapat diantara duramater dan piamater, mempunyai trabekula

Page 8: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

sampai ke piamater. Piamater merupakan membran tipis yang terdiri

dari jaringan ikat dan pembuluh darah, berguna untuk menyuplai

nutrisi. Arachnoid dan piamater saling melekat dan seringkali

dipandang sebagai satu membrane yang disebut pia-arachnoid

(Walter & Sayles, 1959) (Musana, 2010).

b. Encephalon

1) Cerebrum

Cerebrum terdiri dari dua hemispherium cerebri,

merupakan bagian terbesar dari encephalon. Kedua

hemispherium cerebri dipisahkan oleh celah yang dalam yang

disebut fisura longitudinale. Cerebrum terdiri dari beberapa lobus

sesuai letak tulang yang berada di atasnya, yaitu lobus frontalis,

lobus parietalis, lobus temporalis, dan lobus occipitalis, serta

lobus pyriformis yang terletak di ventral. Hemispherium cerebri

dipisahkan dari cerebellum dengan adanya fissura transversa.

Pada permukaan dorsal terdapat banyak lipatan konveks yang

disebut gyri. Gyri merupakan tonjolan-tonjolan yang dipisahkan

oleh parit-parit yang dinamakan fisura atau sulki.

2) Cerebellum

Terletak diatas medula oblongata, berbentuk oval. Terdiri

atas vermis (di tengah), dua hemispherium di lateralis

dipisahkan oleh fissura sagital.

3) Brainstem

Terdiri dari:

a) Medulla Oblongata: Pars posterior dari brainstem, bentuk

kerucut.

b) Pons: Korpus ujung anterior dari medulla oblongata.

c) Pedenculli cerebri, permukaannya:

Corpora quadrigemina: Corpus yang bulat berjumlah

empat.

Thalamus: Corpus yang berbentnk oval.

Posterior hemispherium cerebri

4) Hipothalamus

Page 9: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

Diantara thalamus dan pedenculi cerebri. Berdekatan

dengan:

a) Corpus mammilaris.

b) Tubercinerium: bentukan oval di ujung anterior brainstem.

c) Chiasma nervi optici: berbentuk X yang disusun oleh n.

opticus dan tractus opticus.

(Musana, 2010)

c. Ventrikel dalam Encephalon

1) Ventrikel lateral

Terdiri atas ventrikel I dan II, terdapat di hemispherium

cerebri. Berisi corpus callosum, hippocampus, plexus choroideus,

dan nucleus caudatus. Ventrikel lateral dengan ventrikel III

dihubungkan oleh foramen interventricularis atau nama lainnya

foramen Monro (Walter & Sayles, 1959).

2) Ventrikel III

Mengelilingi thalamus kanan dan kiri. Berhubungan

dengan ventrikel IV melalui aquaductus cerebri.

3) Ventrikel IV

Di antara brainstem dan cerebellum. Di dorsal medulla

oblongata membentang ke anterior dan posterior.

(Musana, 2010)

d. Medulla Spinalis

Page 10: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

1) Medulla spinalis merupakan lanjutan dari batang otak (medulla

oblongata). Medulla spinalis juga diselubungi meninges.

2) Mengisi canalis vertebralis dr cervicalis I sampai lumbar V-VII

(pada anjing) atau sacralis III (pada kucing).

3) Tersusun dari substansia grisea pada bagian tengah dan

substansia alba pada bagian perifer dan terdapat canalis

centralis.

2. Mikroanatomi Sistem Saraf Pusat

Encephalon (cerebrum, cerebellum, dan brainstem) dan medulla

spinalis secara histologi terbagi menjadi dua komponen utama yaitu

substansi grisea dan substansi alba.

Substansi grisea: Jaringan saraf berisi banyak perikarya atau

soma dari neuron, dendrit, glia, pembuluh darah, dan sedikit

serabut saraf yang bermyelin. Karakter utama dari substansi

grisea ini berwarna kelabu karena adanya badan sel saraf yang

relatif besar, nukleus bulat dikelilingi badan Nissl. Substansi

grisea pada otak berada di perifer, membentuk cortex cerebrum

dan cerebellum. Tetapi pada medulla spinalis berada di sentral

berbentuk H.

Substansi alba: Kontras dengan substansi grisea. Substansi alba

berwarna putih, tidak mempunyai perikarya, axon bermyelin

secara merata. Terletak pada lapisan dalam otak. Tidak termasuk

nuclei dan ganglia. Di otak dalam juga terdapat substansi grisea

yang dikelilingi sedikit atau banyak substansi alba, inilah yang

disebut nuclei. (Samuelson, 2007)

a. Cerebral Cortex

Page 11: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

Di cerebral cortex terdapat enam lapisan yang dapat

dibedakan, membentuk bagian perifer dari hemispherium cerebri.

1) Lapisan molecular: berisi serabut saraf yang berasal dari otak

bagian lain, paralel dengan permukaan.

2) Lapisan granular externa: berisi sel granular (stellate interneuron)

kecil dan neuroglia.

3) Lapisan piramidal externa: juga berisi neuroglia dan piramidal

yang semakin ke dalam semakin besar.

4) Lapisan granular interna: relatif tipis, berisi neuron yang

menerima input sensoris. Pada area visual, lapisan ini sangat

menonjol.

5) Lapisan piramidal interna: tersusun atas sel piramidal besar yang

mempunyai jarak antar sel satu dengan yang lain. Sel besar

terutama pada area motorik cortex cerebri.

6) Lapisan multiformis (fusiformis): memiliki neuroglia dan neuron

yang berbentuk gelendong, tetapi bisa juga memiliki bentuk

dan orientasi yang bermacam-macam.

b. Cerebellar Cortex

Dibagi menjadi 3 lapisan yang sedikit bervariasi tergantung

areanya.

1) Lapisan pertama (molecular) : berisi neuropil yang berasal dari

dari dendrit neuron yang berada di dalam lapisan tengah, dan

axon neuron yang berada di dalam lapisan terdalam.

2) Lapisan tengah: tipis, terbentuk oleh selapis neuron besar yaitu

sel piriformis atau sel Purkinje. Bentuknya seperti botol dan

mempunyai cabang dendrit yang sangat besar, memanjang

sampai lapisan pertama.

3) Lapisan ketiga (granular): berisi banyak neuron kecil (sel

granular), axon menuju arah yang berlawanan dari sel piriformis.

c. Medulla Spinalis

Posisi substansia alba dan grisea terbalik dibandingkan dengan

otak. Lapisan eksternal berisi substansia alba yang menyusun berkas

serabut saraf yang naik dan turun. Serabut saraf yang memasuki

Page 12: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

medulla spinalis (aferen) terletak di dorsal, sedangkan yang keluar

dari medulla spinalis (eferen) terletak di ventral.

Substansia grisea dalam potongan melintang tampak berbentuk

H atau kupu-kupu, dengan kanalis sentralis berada di tengah yang

disebut gray commissure.

(Samuelson, 2007)

3. Fungsi Masing-Masing Bagian Sistem Saraf Pusat

a. Otak depan

Menerima dan memproses informasi sensorik, berpikir,

memahami, produksi dan pemahaman bahasa, dan pengendalian

fungsi motorik. There are two major divisions of forebrain: the

diencephalon and the telencephalon.

Ada dua divisi utama dari otak depan:

1) Diencephalon: berisi struktur seperti talamus dan hipotalamus

yang bertanggung jawab atas fungsi seperti kontrol motorik,

menyampaikan informasi sensorik, dan pengendalian fungsi

otonom.

2) Telencephalon: berisi bagian terbesar dari otak, korteks cerebral.

Sebagian besar pemrosesan informasi aktual di otak terjadi

dalam korteks cerebral.

b. Otak tengah

1) Otak tengah dan otak belakang bersama-sama membentuk

brainstem.

2) Otak tengah terlibat dalam tanggapan pendengaran dan visual

serta fungsi motorik.

c. Otak belakang

1) Membentang dari sumsum tulang belakang dan terdiri dari

metencephalon dan myelencephalon.

2) Metencephalon: struktur seperti pons dan serebelum. Daerah ini

membantu dalam menjaga keseimbangan dan

keseimbangan, koordinasi gerakan, dan informasi konduksi

sensorik.

Page 13: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

3) Myelencephalon: dari medula oblongata yang bertanggung jawab

untuk mengontrol fungsi otonomik seperti pernapasan,

denyut jantung, dan pencernaan.

d. Area Lain Pada Otak

1) Basal ganglia: Terlibat dalam pengaturan gerakan sadar.

2) Brainstem: Menyampaikan informasi antara saraf tepi dan

sumsum tulang belakang ke bagian atas otak.

3) Sulcus Tengah (fisura Rolando): Alur yang dalam yang

memisahkan parietalis dan frontalis lobus.

4) Otak kecil: Kontrol gerakan koordinasi dan keseimbangan.

5) Cerebral Cortex : Menerima dan memproses informasi sensorik.

Dibagi menjadi lobus korteks cerebral.

6) Lobus Cortex Cerebral:

Lobus frontal: keputusan, pemecahan masalah, dan

perencanaan.

Lobus oksipital: terlibat dalam penglihatan dan

pengenalan warna.

Lobus parietal: menerima dan memproses informasi

sensorik.

Lobus temporal: tanggapan emosional, memori, dan

bersuara.

7) Amygdala: terlibat dalam respons emosional, sekresi hormon,

dan memori.

8) Cingulate Gyrus: sensor tentang emosi dan pengaturan perilaku

agresif.

9) Fornix: pita melengkung dari serabut saraf yang menghubungkan

hippocampus dengan hippothalamus.

10) Hippocampus: mengirim memori ke bagian yang tepat dari

belahan otak untuk penyimpanan jangka panjang dan memanggil

kembali ketika diperlukan.

11) Hypothalamus: mempunyai banyak fungsi penting seperti

pengaturan suhu tubuh, rasa lapar, dan homeostasis.

12) Olfactory Cortex: menerima informasi sensorik dari bulbus

olfaktorius dan terlibat dalam identifikasi bau.

Page 14: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

13) Thalamus – substansi sel kelabu yang menyampaikan sinyal

sensoris ke dan dari sumsum tulang belakang dan otak besar.

14) Medulla oblongata: Membantu untuk mengontrol fungsi otonom.

15) Bulbus olfaktorius: Terlibat dalam indera penciuman.

16) Kelenjar pineal: Kelenjar endokrin yang berguna dalam

keseimbangan biologis. Mengeluarkan hormon melatonin.

17) Kelenjar pituitari: Kelenjar endokrin yang terlibat dalam

homeostasis. Mengatur kelenjar endokrin lainnya.

18) Pons: Menyampaikan informasi sensorik antara otak besar dan

otak kecil.

19) Formasi retikular: Serabut saraf yang terletak di dalam brainstem.

Mengatur kesadaran dan tidur.

20) Substantia Nigra: Membantu untuk mengontrol gerakan sadar

dan pengaturan suasana hati.

21) Sistem ventrikel: Menghubungkan sistem internal rongga otak,

berisi cairan cerebrospinal:

Aqueductus Sylvius - kanal antara ventrikel III dan

ventrikel IV.

Plexus choroideus - menghasilkan cairan cerebrospinal.

Ventrikel IV - kanal yang melalui pons, medula oblongata,

dan cerebellum.

Ventrikel lateral – ventrikel terbesar dan berlokasi di kedua

hemispher cerebri.

Ventrikel III - menyediakan jalur untuk aliran cairan

cerebrospinal.

C. Etiologi Penyebab MS belum diketahui secara pasti namun ada dugaan

berkaitan dengan virus dan mekanisme autoimun. Ada juga yang

mengaitkan dengan faktor genetik.

Ada beberapa faktor pencetus, antara lain:

1. Kehamilan.

2. Infeksi yang disertai demam.

3. Stress emosional.

Page 15: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

4. Cedera.

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab Multiple Sclerosis

yang paling nyata adalah faktor genetik (mirip kanker). Sekitar 5% penderita

memiliki saudara laki-laki atau saudara perempuan yang juga menderita

penyakit ini dan sekitar 15% penderita memiliki keluarga dekat yang

menderita penyakit ini. Faktor lingkungan juga berperan dalam terjadinya

penyakit ini. Sklerosis multipel hampir tidak pernah menyerang orang-orang

yang tinggal di dekat katulistiwa. Iklim dimana seseorang tinggal pada 10

tahun pertama kehidupannya tampaknya lebih penting dari pada iklim

dimana seseorang tinggal setelah 10 tahun pertama kehidupannya,

Meskipun para ahli menemukan bahwa MS itu berhubungan dengan infeksi

(virus), imunologis, dan faktor genetik serta mengekalkan (menetap) sebagai

hasil dari faktor intrinsik (contoh kegagalan imunoregulasi). Hal yang sudah

diterima pada MS akan diturunkan. Derajat pertama, kedua, ketiga relatif

pada klien dengan MS. Yang meningkatkan risiko secara perlahan. Multipel

unlinked genes akan mudah diterima pada MS. Adanya faktor presifitasi

terdiri dari terpaparnya pada agen pathogenik sebagai penyebab dari MS

masih kontroversi. Ini mungkin karena asosiasi mereka masih acak dan tidak

adanya hubungan sebab akibat disana.

Faktor presifitasi yang mungkin termasuk infeksi, cedera fisik dan stres

emosional, kelelahan berlebihan kehamilan ataupun seperti faktor ini:

1. Gangguan autoimun (kemungkinan dirangsang/infeksi virus).

2. Kelainan pada unsur pokok lipid mielin.

3. Racun yang beredar dalam CSS.

4. Infeksi virus pada SSP (morbili, destemper anjing).

D. Klasifikasi Multiple Sclerosis adalah penyakit yang tidak akan sembuh 100% dan

akan terus ada dalam tubuh kita untuk terus menerus memburuk. Namun

progresifitas ini bisa bermacam-macam pada setiap orang. Ada yang

penyakitnya memburuk dengan cepat dalam hitungan hari, minggu, atau

bulan tanpa sempat merasa sehat lagi. Ada juga yang penyakitnya

memburuk dan sedikit membaik kemudian memburuk lagi, demikian

berulang-ulang dalam waktu yang lama.

Page 16: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

Menurut Basic Neurologi (Mc. Graw Hill, 2000), ada beberapa kategori

multiple sclerosis berdasarkan progresivitasnya adalah:

1. Relapsing Remitting MS

Ini adalah jenis MS yang klasik yang sering kali timbul pada akhir

usia belasan atau dua puluhan tahun diawali dengan suatu serangan

hebat yang kemudian diikuti dengan kesembuhan semu. Yang dimaksud

dengan kesembuhan semu adalah setelah serangan hebat penderita

terlihat pulih. Namun sebenarnya, tingkat kepulihan itu tidak lagi sama

dengan tingkat kepulihan sebelum terkena serangan. Sebenarnya

kondisinya adalah sedikit demi sedikit semakin memburuk. Jika sebelum

terkena serangan hebat pertama penderita memiliki kemampuan motorik

dan sensorik 100%, maka setelah serangan tersebut mungkin hanya

akan pulih 70-95% saja. Serangan berikut akan terus menurukan

kemampuan penderita sampai ke 0%. Setiap serangan tersebut

berakibat semakin memburuknya kondisi penderita. Interval waktu

antara serangan satu dengan serangan yang selanjutnya sama sekali

tidak bisa diduga, bila dalam hitungan hari, minggu bulan atau tahun.

Hampir 70% penderita MS pada awalnya mengalami kondisi ini, setelah

beberapa kali mengalami serangan hebat, jenis MS ini akan berubah

menjadi Secondary Progressiv MS.

2. Primary Progresssiv MS

Pada jenis ini kondisi penderita terus memburuk. Ada saat-saat

penderita tidak mengalami penurunan kondisi, namun jenis MS ini tidak

mengenal istilah kesembuhan semu. Tingkat progresivitasnya beragam

pada tingakatan yang paling parah, penderita MS jenis ini bisa berakhir

dengan kematian.

3. Secondary Progressiv MS

Ini adalah kondisi lanjut dari Relapsing Remitting MS. Pada jenis

ini kondisi penderita menjadi serupa pada kondisi penderita Primary

Progresssiv MS.

4. Benign MS

Sekitar 20% penderita MS jinak ini. Pada jenis MS ini penderita

mampu menjalani kehidupan seperti orang sehat tanpa begantung pada

siapapun. Serangan-serangan yang diderita pun umumnya tidak pernah

Page 17: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

berat, sehingga para penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya

menderita MS.

E. Tanda dan GejalaMS merupakan penyakit demyelinating yang mengenai serebelum,

saraf optikus dan medula spinalis (terutama mengenai traktus kortikospinalis

dan kolumna posterior), secara patologi memberi gambaran plak multipel di

susunan saraf pusat khususnya periventrikuler subtansia alba.

Gejala Klinia MS, antara lain:

1. Kelemahan umum: biasanya muncul setelah aktivitas minimal,

kelemahan bertambah berat dengan adanya peningkatan suhu tubuh

dan kelembapan tinggi, yang disebut sebagai Uht holff fenomena (pada

akson yang mengalami demylisasi). Kelemahan seperti ini dapat disertai

kekakuan pada ekstermitas sampai drop foot.

2. Gangguan sensoris: baal, kesemutan, perasaan seperti diikat, ditusuk

jarum, dingin pada tungkai dan tangan, pada pemeriksaan fisik dengan

test lhermitte biasa + (30%) hal ini akibat adanya plek pada kolumna

servikal posterior yang kemudian mengiritasi dan menekan medula

spinalis.

3. Nyeri: pada kebanyakan pasien MS akan mengalami nyeri (Clifford &

Troter), nyeri bersifat menahun. Nyeri pada MS berbentuk:

a. Nyeri kepala relatif sering didapatkan (27%).

b. Nyeri neurolgia trigeminal: pada orang muda dan bilateral (Jensen,

1982) relatif jarang (5%).

c. Nyeri akibat peradangan nervus optikus akibat penekanan dura

sekitar nervus optikus.

d. Nyeri visceral berupa spasme kandung kemih, konstipasi.

4. Gangguan Blader: pada 2/3 kasus MS akan mengalami gangguan

hiperreflek blader oleh karena gangguan spincter, pada fase awal reflek

dan 1/3 hiporeflek dengan gejala impoten.

5. Gangguan serebelum: 50% kasus memberi gejala intension tremor,

ataksia, titubasi kepala, disestesia, dan dikenal sebagai trias dari

Charcott: nistagmus, gangguan bicara, intension tremor.

Page 18: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

6. Gangguan batang otak: lesi pada batang otak akan mengganggu saraf

intra aksonal, nukleus, internuklear, otonom dan motorik, sensorik

sepanjang traktus-traktus.

a. Lesi N III-IV menyebabkan diplopia, parese otot rektus medial yang

menyebabkan internuklear ophtalmoplegi (INO).

b. Patognomonis untuk MS.

c. Lesi N VII menyebabkan Bell palsy.

d. Lesi N VIII menyebabkan vertigor (sering), hearing loss (jarang).

7. Gangguan N Optikus (Neuritis optika): terutama pada pasien muda

(Reder, 1997) sebanyak 31%, gejala berupa, penurunan ketajaman

penglihatan, skotoma sentral, gangguan persepsi warna, nyeri pada

belakang bola mata, visus akan membaik setelah 2 minggu onset

neuritis optika kemudian sembuh dalam beberapa bulan. Penambahan

suhu tubuh akan memperbesar gejala (uht holff).

8. Gangguan fungsi luhur: fungsi luhur umunya masih dalam batas normal,

akan tetapi pada pemeriksaan neuropsikologi didapatkan perlambatan

fungsi kognisi sampai sedang atau kesulitan menemukan kata (Rao,

1991).

F. PatofisiologiMultiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan

gliokis (bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi

inflamatori, mediasi imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya

bahwa inilah yang mungkin mendorong virus secara genetik mudah diterima

individu. Diaktifkannya sel T merespon pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel

ini dalam hubunganya dengan astrosit, merusak barier darah otak, karena itu

memudahkan masuknya mediator imun.

Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang

membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang

dipilih dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri

dari hilangnya mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi

astrosyt. Perubahan ini menghasilkan karakteristik plak, atau sklerosis

dengan plak yang tersebar. Bermula pada sarung mielin pada neuron di otak

dan spinal cord yang terserang. Cepatnya penyakit ini menghancurkan

Page 19: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif saraf akan tetap

terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya fungsi

yang merugikan (ex: kelemahan).

Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala

menghasilkan pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara

total robek/rusak dan akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh

jaringan pada bekas luka, dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa

mielin impuls saraf menjadi lambat, dan dengan adanya kehancuran pada

saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai hasil dari hilangnya fungsi

secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination dilanjutkan dengan

penurunan fungsi saraf secara progresif.

Page 21: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

H. Faktor Risiko1. Umur

Walaupun multiple sclerosis dapat terjadi pada segala umur, paling sering

dimulai pada orang antara usia 20 dan 40.

2. Seks

Perempuan sekitar dua kali lebih berisiko dibandingkan laki-laki untuk

terjadinya multiple sclerosis.

3. Keturunan

Risiko multiple sclerosis lebih tinggi untuk orang-orang yang memiliki

riwayat keluarga penyakit Multiple sclerosis. Misalnya, jika salah satu dari

orang tua atau saudara kandung memiliki multiple sclerosis, maka anda

memiliki resiko 1 sampai 3 persen untuk terjadinya Multiple sclerosis

dibandingkan dengan risiko pada populasi umum, yang hanya

sepersepuluh dari 1 persen.

4. Infeksi

Berbagai virus telah dikaitkan dengan multiple sclerosis salah satunya

adalah virus Epstein-Barr. Bagaimana virus Epstein-Barr dapat

mengakibatkan Multiple sclerosis dalam penelitian lebih lanjut.

5. Ras

Orang kulit putih, khususnya mereka yang berasal keluarga di Eropa

utara, berada pada risiko tertinggi terkena multiple sclerosis. Orang-orang

Asia, Afrika atau keturunan Amerika asli memiliki risiko terendah

terserang Multiple sclerosis.

6. Faktor geografis

Multiple sclerosis lebih sering terjadi di negara-negara dengan daerah

beriklim sedang, termasuk Eropa, Kanada bagian selatan, utara Amerika

Serikat, Selandia Baru dan Australia bagian tenggara. Risiko tampaknya

meningkat dengan lintang.

7. Penyakit lainnya

Orang-orang yang sangat sedikit lebih mungkin untuk mengembangkan

multiple sclerosis jika mereka memiliki salah satu gangguan autoimun

berikut penyakit tiroid, diabetes tipe 1 dan radang usus.

Page 22: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

I. KomplikasiKomplikasi yang biasanya sering terjadi pada multiple skelrosis adalah

disfungsi pernafasan, infeksi kandung kemih, infeksi sistem pernafasan,

sepsis, komplikasi dari imobilitas, dekubitus, konstipasi, deformitas

kontraktur, edema dependen pada kaki, pneumonia dan depresi reaktif,

masalah-masalah emosi, sosial, pernikahan, ekonomi, pendidikan juga dapat

menjadi akibat dari penyakit.

J. Pemeriksaan PenunjangDalam menegakkan diagnosis multiple sklerosis dibutuhkan beberapa

pemeriksaan penunjang sebagai berikut:

1. Pemeriksaan Elektroforesis terhadap SSP

Pemeriksaan elektroforesis terhadap SSP biasanya mengungkap

adanya ikatan oligoklonal (beberapa pita imunoglobulin gamma/IgG),

yang menunjukkan abnormalitas imunoglobulin. Dalam kenyataannya,

hampir 95% antibodi IgG normal terlihat di SSP pada klien dengan

multipel skierosis. Pemeriksaan potensial bangkitan dilakukan untuk

membantu memastikan luasnya proses penyakit dan memantau

perubahan. Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang

substansia alba dari SSP.

2. CT Scan

CT scan dapat menunjukkan atrofi serebri. MRI menjadi alat

diagnostik utama untuk memperlihatkan plak kecil dan untuk

mengevaluasi perjalanan penyakit den efek pengobatan. Disfungsi

kandung kemih yang mendasari diagnosis dengan pemeriksaan

urodinamik. Pengujian neuropsikologis dapat diindikasikan untuk

mengkaji kerusakan kognitif. Riwayat seksual menbantu untuk

mengindentifikasi hal-hal kekhawatiran khusus.

3. Pemeriksaan MRI

Pemeriksaan MRI menunjukkan bahwa banyak plak tidak

menimbulkan gejala serius, dan pasien dengan plak ini tidak secara

serius mengalami gangguan tetapi mengalami periode remisi yang

panjang di antara episode remisi. Terdapat bukti bahwa remielinasi

secara aktual terjadi pada beberapa pasien.

Page 23: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

4. Tes Elektrofisiologis

Tes elektrofisiologis, menimbulkan potensial-potensial, meneliti

perjalanan impuls melalui saraf untuk menentukan apakah impuls-impuls

bergerak secara normal atau terlalu lambat.

K. PenatalaksanaanTujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu klien.

Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik.

1. Penatalaksanaan serangan akut

a. Hormon kortikosteroid atau adrenokortikosteroid digunakan untuk

menurunkan inflamasi, kekambuhan dalam waktu singkat atau

eksaserbasi (exacerbation).

b. Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi

penyakit.

c. Beta interferon (betaseron) digunakan untuk mempercepat penurunan

gejala.

2. Penatalaksanaan gejala kronik

a. Pengobatan spastik seperti bacloferen (lioresal), dantrolene

(dantrum), diazepam (valium), terapi fisik, intervensi pembedahan.

b. Kontrol kelelahan dengan namatidin (simmetrel).

c. Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling.

d. Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan

pemasangan kateter tetap.

e. Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria.

f. Penatalaksanaan rehabilitasi dengan terapi fisik dan terapi kerja.

g. Kontrol distonia dengan karbamazim (treganol).

h. Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (tegatrol),

fenitonin (dilantin), perfenazin dan amitripilin (triavili).

Page 24: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATANMULTIPLE SKLEROSIS

A. Pengkajian1. Identitas klien

Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,

agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, no. register, dan diagnosis

medis.

2. Keluhan utama

Sering menjadi alasan klien dan keluarga untuk meminta bantuan medis

adalah kelemahan anggota gerak, penurunan daya ingat, gangguan

sensorik, dan penglihatan.

3. Riwayat penyakit sekarang

Pada anamesis sering klien mengeluhkan parestesia (baal, perasaan

geli, perasaan mati atau tertusuk-tusuk jarum dan peniti), kekaburan

penglihatan lapang pandang yang makin menyempit dan klien sering

mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara sepontan terutama

apabila ia sedang berada di tempat tidur. Merasa lelah dan berat pada

satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah

terseret maju, dan pengontrolannya kurang sekali dan sering juga

mengeluh retensi akut dan inkontinensial.

4. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian yang perlu dikaji meliputi: adanya riwayat infeksi virus pada

masa kanak-kanak yang menyebabkan multipel sklerosis pada waktu

mulai menginjak usia pada masa dewasa muda. Virus campak (rubella)

diduga menjadi penyebab penyakit ini.

5. Riwayat penyakit keluarga

Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang

pernah menderita penyakit tersebut, yaitu kira-kira 5-8 kali lebih sering

pada keluarga dekat.

6. Pengkajian psiko-sosio-spritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai

respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan

peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

Page 25: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

pengarunya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun

dalam masyarakat.

7. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Klien dengan multipel sclerosis umumnya tidak mengalami

penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada TTV, meliputi:

bradikardia, hipotensi, dan penurunan frekuensi pernafasan

berhubungan dengan bercak lesi di medulla spinalis.

b. B1 (breathing)

Pada umunya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami

gangguan pada sistem pernapasan. Pemeriksaan fisik yang didapat

mencakup hal-hal sebagai berikut.

1) Inspeksi umum

Didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk

efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas dan

pengguanan otot bantu napas.

2) Palpasi

Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri.

3) Perkusi

Adanya suara resonan pada seluruh lapang paru.

4) Auskultasi

Bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi stridor, rhonki

pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan kemampuan

batuk yang menurun yang sering didapatkan pada klien dengan

inaktivitas.

c. B2 (blood)

Pada umumnya, klien dengan multipel sklerosis tidak mengalami

gangguan pada sistem kardiovaskular. Akibat dari tirah baring lama

dan inaktivitas biasanya klien mengalami hipotensi postural.

d. B3 (brain)

Pengkajian B3 atau Brain merupakan pemeriksaan vokus dan lebih

lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lain. Inspeksi umum

didapatkan berbagai manifestasi akibat dari perubahan tingka laku.

e. B4 (bladder)

Page 26: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortikospinalis

menimbulkan gangguan pengaturan sfingter sehingga timbul

keraguan, frekuensi dan urgensi yang menunjukkan berkurangnya

kapasitas kandung kemih yang spastis. Selain itu juga sering

menimbulkan retensi akut dan inkontinensial.

f. B5 (bowel)

Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi

yang kurang karena kelemahan fisik umum dan perubahan status

kognitif. Penurunan akitfitas umum klien sering mengalami konstipasi.

g. B6 (bone)

Pada beberapa keadaan klien multipel sclerosis bisanya didapatkan

adanya kesulitan untuk beraktifitas karena kelemahan spastik

anggota gerak. Kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau

terbagi secara asimetri pada keempat anggota gerak. Risiko dari

multipel sklrosis terhadap sistem ini berupa komplikasi sekunder,

seperti risiko kerusakaan integritas jaringan kulit (dekubitus) akibat

penekanan tempat dari tirah baring lama, deformitas kontraktur, dan

edema dependen pada kaki.

8. Pengkajian tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien biasanya komposmentis.

9. Pengkajian fungsi saraf serebral

Status mental: biasanya status mental klien mengalami perubahan yang

berhubungan dengan penurunan status kognitif penurunan persepsi dan

penurunan memori, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

10. Pengkajian saraf kranial

Pengkajian ini meliputi: pengkajian saraf kranial I-XII

a. Saraf I: biasanya pada klien multipel sklerosis tidak memiliki kelainan

fungsi penciuman.

b. Saraf II: tes ketajaman penglihatan mengalami perubahan penurunan

ketajaman penglihatan.

c. Saraf III, IV, dan VI: pada beberapa kasus penyakit multipel sklerosis

biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada saraf ini.

d. Saraf V: wajah simetris dan tidak ada kelainan.

e. Saraf VII: presepsi pengecapan dalam batas normal.

Page 27: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

f. Saraf VIII: tidak ditemukan adanya tuli kondusif dan tuli presepsi.

g. Saraf IX dan X: didapatkan kesulitan dalam menelan makanan yang

berhubungan dengan perubahan status kognitif.

h. Saraf XI: tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

i. Saraf XII: lidah simetris, tidak ada defiasi pada satu sisi dan tidak

ada vasikulasi, indera pengecapan normal

11. Pengkajian sistem motorik

a. Kelemahan spastik anggota gerak, dengan manifestasi berbagai

gejala, meliputi kelemahan anggota gerak pada satu sisi tubuh atau

terbagi secara asimetris pada keempat anggota gerak.

b. Merasa lelah dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan

terlihat jelas yang sebekah terseret maju, serta pengontrolan yang

buruk.

c. Klien dapat mengeluh tungkainya seakan-akan meloncat secara

trauma spontan terutama jika pasien sedang berada di tempat tidur.

d. Keadaan spastis yang lebih berat disertai spasme otot yang nyeri.

12. Pengkajian refleks

Berikut dijelaskan beberapa pengkajian refleks:

a. Refleks tendon hiperaktif dan refleks-refleks abdominalis tidak ada.

b. Respon plantar berupa ekstensor (tanda Babinski). Tanda ini

merupakan indikasi terseranganya lintasan kortikospinal.

13. Pengkajian sistem sensorik

Gangguan sensorik. Parestesia (baal, perasaan geli, perasaan mati rasa

atau tertususk-tusuk jarum dan peniti). Gangguan proprioseptif sering

menimbulkan ataksia sensori dan inkoordinasi lengan. Sensasi getar

seringkali menghilang.

B. Diagnosa Keperawatan1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuscular, tidak toleran terhadap panas/dingin, penurunan

kekuatan, kelelahan, penurunan persepsi kognitif, nyeri/merasa tidak

nyaman, kurang nutrisi (kurus), gangguan tidur, depresi, efek samping

obat.

Page 28: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular,

tidak toleran terhadap aktivitas, penurunan kekuatan dan kethanan,

gangguan motorik, tremor, nyeri, tidak nyaman, kelelahan, kehilangan

memori, depresi.

3. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan bentuk/fungsi

tubuh, gangguan dalam penerimaan tubuhnya sendiri, peran yang

terbaik, ketergantungan.

4. Ketidakberdayaan/keputusasaan berhubungan dengan perjalanan

penyakit, gaya hidup yang tanpa harapan.

5. Risiko tinggi terhadap koping, individual tidak efektif.

6. Perubahan pola eliminasi urinarius.

7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan pengobatan

berhubungan dengan kurang terbuak, interpretasi informasi yang salah,

tidak mengenal sumber-sumber informasi, keterbatasan pengetahuan,

hilangnya kemampuan untuk mengingat.

C. Intervensi Keperawatan1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuscular, tidak toleran terhadap panas/dingin, penurunan

kekuatan, kelelahan, penurunan persepsi kognitif, nyeri/merasa tidak

nyaman, kurang nutrisi (kurus), gangguan tidur, depresi, efek samping

obat.

a. Tujuan:

1) Mampu mengidentifikasi factor-faktor risiko dan kekuatan individu

yang mempengaruhi toleransi terhadap aktivitas.

2) Mampu mengidentifikasi beberapa alternative untuk membantu

mempertahankan tingkat aktivitas saat sekarang.

3) Berpartisipasi dalam program rehabilitasi untuk meningkatkan

kemampuan untuk beraktivitas.

b. Intervensi:

1) Tentukan tingkat aktivitas sekarang/ keadaan fisik pasien. Kaji

derajat gangguan fungsi dengan menggunakan skala 0-4.

Rasional: memberikan informasi untuk mengembangkan rencana

perawatan bagi program rehabilitasi.

Page 29: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

2) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk

aktif, seperti temperature yang sangat tinggi, pemasukan

makanan yang tidak adekuat, insomnia, penggunaan obat-obat

tertentu.

Rasional: memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah

untuk mempertahankan/ meningkatkan mobilitas.

3) Anjurkan pasien untuk melakukan perawatan diri sendiri sesuai

dengan kemampuan maksimal yang dimiliki pasien.

Rasional: meningkatkan kemandirian dan rasa control diri, dapat

menurunkan perasaan tidak berdaya.

4) Lakukan perubahan posisis secara teratur ketika pasien tirah

baring (imobilisasi) di tempat tidur atau di kursi.

Rasional: menurunkan tekanan terus menerus pada daerah yang

sama,mencegah kerusakan kulit. Meminimalkan spasme fleksor

lutut dan pinggul.

5) Anjurkan untuk melakukan latihan meregangkan dan penggunaan

kompres dingin, bidai sesuai dengan kebutuhan.

Rasional: membantu menurunkan spastisitas.

6) Konsultasikan dengan ahli terapi fisik/ terapi kerja.

Rasional: bermanfaat dalam mengembangkan program latihan

secara individual dan mengidentifikasi kebutuhan alat untuk

menghilangkan spasme otot, meningkatkan fungsi motorik,

mencegah/ menurunkan atrofi dan kontraktur pada sistem

muscular.

7) Berikan pengobatan Dantrolen (dantrium).

Rasional: relaksan otot untuk mengurangi spastisitas,

meningkatkan mobilisasi, meningkatkan aktivitas.

2. Kurang perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular,

tidak toleran terhadap aktivitas, penurunan kekuatan dan kethanan,

gangguan motorik, tremor, nyeri, tidak nyaman, kelelahan, kehilangan

memori, depresi.

a. Tujuan:

1) Mampu mengidentifikasi kelemahan atau kebutuhan secar

individual.

Page 30: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

2) Mampu mendemonstrasikan perubahan teknik/ pola gaya hidup

untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.

3) Mampu melakukan kegiatan perawatan dirir sendiri dalam tingkat

kemampuan yang dimiliki secara optimal.

4) Mengidentifikasi sumber-sumber personal komunikasi yang dapat

memberikan bantuan.

b. Intervensi:

1) Kaji derajat ketidakmampuan pasien.

Rasional: berpartisipasi dalam perawatan diri sendiri dapat

meringankan frustasi atas hilangnya kemandirian yang

dimilikinya. Kualitas hidup pasien meningkat ketika pasien

mampu untuk melakukan kegiatannya sehari-hari.

2) Perhatikan adanya tindakan terhadap keletihan.

Rasional: kelelahan yang dialami oleh pasien dengan Multiple

sklerosis sangat melemahkan dan menurunkan kemampuan

untuk berartisispasi dalam melakukan AKS. Pasien dengan

Multiple Sklerosis menghabiskan lebih banyak tenaga untuk

melakukan AKS secara keseluruhan yang selanjutnya

meningkatkan risisko terjadinya kelelahan.

3) Bantu pemenuhan kebersihan diri sesuai dengan kebutuhan.

Rasional: contoh oleh pemberi pelayanan dapat menata satu

upaya terhadap penerimaan keutuhan yang mungkin hilang pada

pasien atau mungkin bertentangan dengan orang terdekat.

4) Buat cara-cara untuk menemukan kebutuhan nutrisi/ cairan

seperti sendok, garpu dengan perekat (plester, makanan yang

dipotong-potong dan melihat pasien bagaimana pasien

memegang gelas dengan kedua tangannya).

Rasional: memberikan masukan yang adekuat dan meningkatkan

perasaan mandiri/ harga diri pasien itu sendiri.

5) Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi.

Rasional: bermanfaat dalam mengidentifikasi alat untuk

menemukan keutuhan secara individual, meningkatankan

kemandirian dan meningkatkan perasaan menghargai perasaan

menghargai diri sendiri.

Page 31: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

3. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan bentuk/ fungsi

tubuh, gangguan dalam penerimaan tubuhnya sendiri, peran yang

terbaik, ketergantungan.

a. Tujuan:

1) Mampu mengungkapkan kenyataan secara realistis dan

penerimaan terhadap tubuhnya.

2) Pandangan diri sesuai dengan kemampuan individu.

3) Mampu mengenali dan bekrja sama dalam perubahan konsep

diri/peran tanpa menimbulkan harga diri yang negative.

4) Mampu mengembangkan perencanaan yang realistis untuk

mengadaptasi perubahan peran.

b. Intervensi:

1) Ciptakan/ pertahankan hubungan terapetik pasien-perawat.

Rasional: meremehkan sikap peduli dan mengembangkan rasa

saling percaya antara pasien dan perawat yang di dalamnya

pasien bebas untuk mengekspresikan ketakutan ditolak,

perasaan putus asa. Meningkatkan rasa sejahtera pada pasien.

2) Catat tingkah laku menarik diri/ sikap menyangkal atau terlalu

memikirkan tubuh/ proses penyakitnya.

Rasional: awalnya mungkin merupakan respons perlindungan

yang normal, tetapi jika berkepenjangan bisa menghalangi sikap

untuk menghadapi kenyataan sebagaimana seharusnya dan

dapat menuntun kea rah koping yang tidak efektif.

3) Dukung penggunaan mekanisme pertahanan, biarkan pasien

menangani informasi dengan cara dan waktunya sendiri.

Rasional: konfrontasi pasien terhadap situasi yang nyata dapat

mengakibatkan peningkatan ansietas dan mengurangi

kemampuan untuk mengatasi perubahan peran/ konsep diri.

4) Berikan informasi lisan/tertulis yang tepat mengenai apa yang

sedang terjadi dan diskusikan dengan pasien/orang terdekat.

Rasional: membantu pasien menerima keadaan, menurunkan

rasa takut terhadap hal yang tidak diketahi, member sumber

rujukan untuk dimasa datang.

Page 32: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

5) Berikan lingkungan terbuka bagi pasien/ keluarga untuk

mendiskusikan masalah seksualitas.

Rasional: perubahan fisik dan psikologis seringkali menimbulkan

stressor dalam hubungan keluarga yang mempengaruhi pern/

harapan semula, selanjutnya mengganggu konsep diri.

6) Konsultasikan dengan ahli terapi okupasi/tim rehabilitasi.

Rasional: mengidentifikasi alat bantu/ peralatan yang dapat

meningkatkan tingkat fungsi dan partisipasi dalam AKS.

4. Ketidakberdayaan/keputusasaan berhubungan dengan perjalanan

penyakit, gaya hidup yang tanpa harapan.

a. Tujuan:

1) Mampu menggunakan mekanisme koping untuk melawan

perasaan tidak berdaya.

2) Mampu mengidentifikasi wilayah yang dapat dikendalikan .

3) Berpartisipasi/mampu memantau dan mengontrol perawatan diri

sendiri dan AKS dalam keterbatasan yang dimilikinya.

b. Intervensi:

1) Catat adanya tingkah laku yang merupakan pertanda dari

ketidakberdayaan/ tidak ada harapan.

Rasional: derajat diman pasien mempercayai keadaan dirinya

tidak ada harapan, bahwa ia tidak berdaya untuk mengubah apa

yang terjadi, berpengaruh pada bagaimana pasien menangani

keadaan hidupnya.

2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi factor-faktor yang berada di

bawah control diri sendiri, seperti apa yang dapat dan tidak dapat

dikendalikan.

Rasional: mengetahui dan menerima apakah control di luar

individu dapat menurunkan bantuan atau tingkah laku yang

muncul meningkatkan focus atas bagian individu yang dapat

dikontrol.

3) Diskusikan kebutuhan secara terbuka dengan pasien atau

keluarga atur kegiatan sehari-hari yang disetujui untuk

menemukan kebutuhan yang teridentifikasi.

Page 33: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

Rasional: membantu untuk mendapatkan tingkah laku yang

dimanipulasi ketika pasien merasa tidak berdaya dan tidak ada

kepedulian.

5. Risiko tinggi terhadap koping, individual tidak efektif.

a. Tujuan:

1) Mampu mengenali hubungan antara proses penyakit dan respon

emosi, perubahan proses piker/tingkah laku.

2) Mampu mengungkapkan kesadarannya terhadap kemampuan/

kekuatan diri sendiri.

3) Mampu menampilkan keterampilan cara pemecahan masalah

yang efektif dalam waktu yang lama.

4) Mampu mendemonstrasikan perubahan gaya hidup/ perilaku

untuk mencegah/meminimalkan perubahan mental dan

mempertahankan orientasi mata.

b. Intervensi:

1) Kaji kemampuan/keterbatasan yang dialami saat ini, catat adanya

proses piker yang menyimpang, emosi yang labil, penurunan

kognitif.

Rasional: pengaruh organic atau psikologis menyebabkan pasien

mudah distraksi, kesulitan lamanya untuk konsentrasi,

memecahkan masalah,mengatasi kejadian, bertanggungjawab

terhadap perawatan diri sendiri dan sebagainya.

2) Anjurkan mengungkapkan perasaan takutnya, menerima apakah

pasien mengatakan dengan cara yang kurang benar.

Rasional: dapat menurunkan ketakutan pasien, mengembangkan

kepercayaan dan memberikan kesempatan untuk

mengidentifikasi masalah/memutus untuk membuat pasien

pemecahan masalah.

3) Observasi komunikasi nonverbal seperti posisi tubuh , kontak

mata, dll.

Rasional: dapat memberikan informasi yang khusus mengenai

apakah yang sednag dirasakan pasien, klarifikasi merupakan

satu hal yang amat penting untuk meyakinkan kekuatan dari

komunikasi tersebut.

Page 34: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

4) Berikan petunjuk untuk memperbaiki orientasi.

Rasional: membantu dalam mengingat dan mempertahankan

memori dan memungkinkan pasien untuk menguasai keadaan.

5) Rujuk ke konselor untuk konseling, perawat spesialis jiwa sesuai

kebutuhan.

Rasional: mungkin memerlukan bantuan tambahan untuk

mengatasi masalah harga diri dan mendapatkan keterampilan

koping efektif.

6. Perubahan pola eliminasi urinarius.

a. Tujuan:

1) Mampu mengungkapkan pemahamannya mengenai keadaannya.

2) Mendemonstrasikan teknik perilaku untuk mencegah/

menurunkan infeksi.

b. Intervensi:

1) Catat frekuensi berkemih.

Rasional: memberikan informasi mengenai derajat gangguan

eliminasi atau mungkin merupakan indikasi adanya infeksi

kandung kemih. Kandung kemih yang masih tetap penuh setelah

berkemih merupakan indikasi pengosongan yang tidak adekuat

dan memerlukan intervensi.

2) Lakukan program latihan kandung kemih.

Rasional: membantu untuk mempertahankan fungsi kandung

kemih yang adekuat, mengurangi terjadinya infeksi kandung

kemih.

3) Anjurkan untuk minum yang cukup, batasi minum selama sore

menjelang malam dan saat tidur. Rekomendasikan penggunaan

jus buah tertentu/ vitamin C.

Rasional: hidrasi yang cukup meningkatkan pengeluaran urine

dan membantu dalam mencegah infeksi. Menurunkan risiko

berkembangnya infeksi pada saluran kemih atau pada kandung

kemih.

4) Pasang kateter sesuai kebutuhan.

Rasional: mungkin diperlukan jika pasien tidak dapat

mengosongkan kandung kemih atau adanya retensi urin.

Page 35: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

5) Ambil urin untuk pemeriksaan sensitivitas dan untuk kultur.

Rasional: jumlah koloni di atas 100.000 merupakan indikasi

adanya infeksi yang memerlukan penanganan.

6) Berikan pengobatan sesuai dengan kebutuhan, seperti

antimikrobial, nitrofurantonin makrokristal.

Rasional: obat bakteriostatik yang menghambat pertumbuhan

kuman. Pengobatan infeksi dengan segera adalah penting untuk

mencegah komplikasi yang serius atau sepsis/syok.

7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dan pengobatan

berhubungan dengan kurang terbuak, interpretasi informasi yang salah,

tidak mengenal sumber-sumber informasi, keterbatasan pengetahuan,

hilangnya kemampuan untuk mengingat.

a. Tujuan:

1) Berpartisipasi dalam proses belajar.

2) Mengambil tanggungjawab untuk belajar sendiri dan mulai untuk

mencari informasi dan bertanya.

3) Mengungkapkan pemahaman terhadap keadaan/ proses penyakit

dan penanganannya.

4) Melakukan perubahan gaya hidup yang diperlukan.

5) Berpartisipasi dalam pengobatan sesuai dengan pesan dokter.

b. Intervensi:

1) Kaji keinginan untuk belajar.

Rasional: menentukan jumalh/ tingkat informasi untuk mmberikan

pasien beberapa hal yang penting.

2) Catat adanya emosi labil atau pasien dalam keadaan melamun.

Rasional: pasien tidak akan menginternalisasi informasi dan akan

mengalami kesulitan belajar selama periode ini.

3) Dorong pasien untuk menentukan tujuan masa datang dengan

berfokus pada “disini dan sekarang”.

Rasional: memiliki perencanana untuk masa datang membantu

memenuhi harapan serta memberikan kesempatan pasien untuk

melihat bahwa walaupaun hari ini dihidupkan, seseorang dapat

merencanakan peristiwa besok meskipun dalam keadaan yang

memburuk.

Page 36: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

4) Tinjau kembali pengobatan individu secara spesifik.

Rasional: menurunkan interaksi obat/ efek yang tidak diharapkan

dan meningkatkan kooperatif pasien dengan regimen

pengobatan.

5) Rujuk ke rehabilitasi vokasional.

Rasional: mungkin memerlukan penilaian kemampuan sesuai

indikasi dengan perkembangan penyakit atau keterbatasan

secara individual.

Page 37: Multiple Sklerosis JADI PRINT Kel 4 Skenario 4

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Mengenal Multiple Sclerosis. Diunduh pada tanggal 1 Mei 014

dari http://gosehat.com/mengenal-multiple-sclerosis.

Baticaca, F.B. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Brunner&Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah ed. 8 vol.3. Jakarta:

EGC.

Doengoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Maria, A. (2008). Bertahan Hidup dengan Terapi Jus. Yogyakarta: Pustaka

Anggrek.

Musana, D. K. (2010). Encephalon dan Nervi Cranialis. Yogyakarta: Presentasi

Kuliah Pengantar Kedokteran Hewan UGM.

Mutaqin, Arif. (2008). Asuhan keperawatan klien dangan Gangguan System

Persyarafan ed. 6 vol.2. Jakarta: Salemba Medical.

Samuelson, D. A. (2007). Textbook of Veterinary Histology. Philadelphia:

Saunders Elsevier.

Walter, H. E., & Sayles, E. P. (1959). Biology of the Vertebrates. New York: The

Macmillan Company.