multikulturalisme

14
PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMA DENGAN PENDEKATAN MULTKULTURALISME PLURALISME

Upload: handoko-wijaya

Post on 01-Jul-2015

549 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: MULTIKULTURALISME

PEMAHAMAN PENDIDIKAN AGAMADENGAN PENDEKATAN

MULTKULTURALISMEPLURALISME

NAMA : OEI HANDOKO WIJAYANIM : 25090393

Page 2: MULTIKULTURALISME

KELAS : DBAB I

LATAR BELAKANG

Bangsa ini terdiri dari suatu masyarakat yang anggotanya berasal dari kelompok agama yang berbeda-beda. Namun mereka semua mempunyai satu tujuan yang sama yaitu untuk hidup damai dan rukun. Untuk mencapai situasi seperti ini adalah tanggung jawab setiap orang untuk menjalankan keyakinannya masing-masing dengan semangat saling menghormati. Dengan kata lain, kita bertujuan untuk mencapai toleransi yang positif

Dalam toleransi positif kami menerima prinsip saling menghormati dan memahami antar agama-agama didalam Negara. Namun jangan disalah-tafsirkan sebagai bersikap bahwa semua agama itu sama. Masyarakat Indonesia dan individu-individu menolak kompromi aqidah atau teologis (keyakinan/kepercayaan).

Pada era globalisasi sekarang ini umat bergama dihadapkan kepada serangkaian tantangan baru. Pluralisme agama, Konflik internal atau antar agama adalah fenomena nyata. Dimasa lampau kehidupan keagamaan relative lebih tentram. Menemukan perbedaan antar agama tidaklah terlalu sulit karena hal itu mudah untuk diketahui oleh umum dan kadang-kadang dibuat oleh para pemeluk masing-masing agama. “The Ultimate Goal” setiap agama mempunyai konsep tentang tujuan akhir itu dengan ungkapan dan terminologinya sendiri

Agama Hindu, “Moksa”, Keterbebasan manusia dari belenggu sengsara. Agama Budha “Nirvana atau Nibbana” Keterbatasan Manusia dari dari dukha. Agama Kristen, keselamatan yang ditebus oleh oleh Yesus Kristus. Islam, “jannah”, Kehidupan surgawi yang merupakan puncak cinta kasih Allah yang dapat membahagiakan manusia.

Oleh karena itu persamaan dan perbedaan antar agama harus dipandang sebagai bagian dari kemajukan atau pluralitas dan keragamn agama-agama, dipahami secara objektif dan proporsional serta diperlukan sikap yang arif dan bijaksana untuk membangun kemanusiaan yang sejati

Page 3: MULTIKULTURALISME

Persamaan dan perbedaan agama-agama sesungguhnya memiliki titik temu yang satu yaitu Tuhan sebagai pencipta alam semesta beserta seluruh isinya. Berdasarkan realitas tersebut penghayatan agama baru benar-benar relevan bagi realitas masyarakat Indonesia.. Berbagai konflik dan kerusuhan atas nama agama banyak terjadi di Indonesia maupun di dunia. Maka diperlukan dialog antar umat beragama untuk mengatasinya.

Dialog antar agama adalah pertemuan hati dan pikiran antar pemeluk agama dalam kedudukannya yang setaraf dan sederajat tanpa merasa lebih baik daripada yang lain, serta tanpa tujuan yang dirahasiakan. Dialog menuntut para peserta dialog untuk saling menghormati, bersedia mendengar pendapat yang berbeda dari agama lain serta dapat bekerja sama dengan peserta lain Suatu hal yang cukup penting yang ingin ditekankan disini adalah bagaimana kita mensikapi kesamaa dan perbedaan agama-agama dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan yang tinggi dan memahami aspek-aspek yang penting dan mengerti beberapa prinsip pokok serta dasar-dasar ajaran dari agama-agama tersebut

Page 4: MULTIKULTURALISME

BAB II

A. PENDAPAT PAKAR

BERDASARKAN LITERATUR PLURALISME KEHIDUPAN B.INDONESIA

Pdt.Victor I.Tanja,MTh,PhDRealitas Indonesia yang berazas-kan Pancasial yang didalamnya

hadir berbagai agama dan kepercayaan yang secara hokum diakui keberadaannya dibumi Indonesia ini. Jadi dari kandungan Pancasila itu sendiri terermin bahwa corak hakiki hidup bangsa Indonesia itu adalah majemuk dalam arti budaya, social, politik, agama serta kepercayaan dan itu pula yang hendak diungkapkan oleh semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” atau berbagai-bagai namun satu(unity in diversity=kesatuan dalam kepelbagian).

Yang namanya hidup itu selalu berada dalam hubungan saling ketergantungan dengan orang dan bangsa lain. Dengan menyadari hubungan seperti itulah kita berusaha menjadi manusia dan bangsa yang mandiri , karena dengan semakin kokohnya semangat kemandirian maka semakin banyak sumbangan yang bermutu yang dapat kita berikan dalam kerangka usaha menjalin kerjasama yang lebih baik dengan orang dan bangsa-bangsa lain

Dengan kata lain yang namanya hidup selalu bersifat relatif atau nisbi dalam artian selalu berada dalam keterhubungan dengan orang lain dan disitu pula hidup itu memperoleh makna yang terdalam , yakni hidup yang berguna bagi semua orang.

Ajaran agama itu diberikan Allah bukan untuk maksud pembenaran diri atau kelompok yang bermuara pada sikap fanatisme agama. Ajaran setiap agama itu diberikan agar manusia agar dapat mengelola hidupnya secara baik untuk memuliakan Allah. Dalam pengertian ini, maka setiap usaha memuliakan Allah adalah sekaligus untuk memberikan yang terbaik dari hidup kita demi terciptanya keadilan, kesejahterahan, dan kebaikan bagi semua orang sebagai sesame makhluk ciptaan Allah walaupun mereka berlainan agama dan kepercayaan, suku dan asal usul.

Page 5: MULTIKULTURALISME

Jadi semua agama mengambil sikap demikian maka dapatlah dijamin bahwa agama bukan lagi berupa factor pemecah belah, tetapi menjadi factor perekat, bukan lagi pembawa malapetaka tetapi pembawa rahmat bagi semua orang dengan demikian kebangkitan agma-agama tidaklah perlu diresahkan atau dikuatirkan asalkan kebangkitan tersebut adalah kebangkitan dari sikap absolutisme yang mematikan munuju sikap relativitas yang menghidupkan

Dalam pratek keseharian dapat dikatakan demikian:Ajaran Islam tentang tauhid (keesahan Allah) telah menjadikan

seorang muslim memperoleh keperibadian yang utuh itu juga dapat membantu orang lain yang tidak muslim untuk memperoleh kepribadian yang utuh dalam dunia yang dilanda perpecahan

Begitu pula ajaran Hindu tentang moksa atau kelepasan telah membuat seorang hindu menemui kelepasan dari penderitaan dan sengsara. Seorang hindu yang telah mencapai moksa dapat pula menolong orang lain yang tidak seagama dengannya untuk memperoleh jalan pelepasan dari penderitaan didalam dunia.

Ajaran Budhisme tentang sunyata(kekosongan) atau kesunyian dapat mendorong orang budha menolong orang lain menemukan ketenangan hidup. Ajaran Kristen tentang Kasih dapat mendorong orang Kristen untuk monolong orang lain untuk menemukan kasih setia Allah dalam dunia.

KH.ALI YAFIEDetik-detik proklamasi 17-8-1945, lahirlah Negara Republik

Indonesia. Dengan demikian tegaklah satu bangsa dalam perwujudannya yang sempurna. Pernyataan kita bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dapat dibuktikan dalam sejarahnya, konstitusinya dan realita kehidupan sehari-hari rakyatnya.

Konstitusinya Republik Indonesia yang menandai tegaknya suatu kehidupan kebangsaan yang baru, cukup mencerminkan peta keagamaan rakyat Indonesia yang sudah berabad-abad dilukiskan oleh pena sejarah. Beberapa segi dari realita kehadiran agama dalam kehidupan bangsa Indonesia akan dibahas melalui sejumlah topic permasalahan dalam upaya memahami dan mencari pemecahaannya. Bangsa Inonesia telah menampilkan suatu pola kehidupan beragama yang ditungkan dalam Garis-

Page 6: MULTIKULTURALISME

Garis Besar Haluan Negara. Bahkan lebih dari itu terdapat asset nilai-nilai agama dalam suratan konstitusi (UUD 1945) yang cukup besar untuk dapat dikembangkan. Bila iman dan taqwa itu telah berfungsi dalam kehidupan individual kita masing-masing dan agama telah berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Hasil Pengembangan Literatur-Liateratur Budha

Kitab SutasomaMenurut dr.WK.Dharma, Kitab Sutasoma digubah oleh Mpu

Tantular dalam bentuk kakawin (syair) pada masa puncak kejayaan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk (1350 – 1389). Kitab yang berupa lembaran-lembaran lontar ini demikian masyhur dalam khazanah sejarah negeri ini karena pada pupuh ke-139 (bait V) terdapat sebaris kalimat yang kemudian disunting oleh para ‘founding fathers’ republik ini untuk dijadikan motto dalam Garuda Pancasila lambang Negara RI.

Kitab KunjarakarnaMenurut dr.Wk.Dharma, kitab kunjarakarna terdiri dari dua

deraksi, yakni dalam bentuk kakawin dan dalam bentuk prosa. Kitab Kunjarakarna hingga saat ini belum diketahui siapa pengarangnya. Kitab ini isinya antara lain menggambar kan hokum-hukuman yang diberikan dalam neraka, dan berisi pujian pada Budha Vaironaca dengan mengagapnya sebagai lambing kebijaksanaan yang tertinggi serta sebagai guru yang termulia

Kitab Sanghyang KamahayanikanSanghyang Kamahayanikan adalah merupakan sebuah Literature

agama Buddha yang sangat erat hubungannya dengan agama Buddha mazhab Tantrayanna di Indonesia. Kitab sanghyang Kamahayanikan ini seluruhnya berisi 129 ayat. Bagi sebagian besar umat Buddha. Isi dari kitab tersebut masih merupakan suatu kendala untuk dimengerti

Menurut penelitian yang pernah dilakukan, kitab Sanghyang Kamahayanikan tersusun antara tahun 929-947 masehi oleh Mpu Shri Sambhara Surya Warama dari jawa timur. Menurut dr.Dk.Widya, isi kitab sanghyang Kamahayanikan ini mengajarkan bagaimana seorang mencapai

Page 7: MULTIKULTURALISME

keBuddhaan, dimana seorang siswa pertama-tama melaksanakan Paramita-paramita, kemudian dijelaskan Paramaguhya dan Mahaguhya.Hasil dari Literatur-Liateratur Islam

SunnahPendapat yang benar bahwa yang dimaksud dengan Sunnah

secara bahasa adalah thariqah atau metode, kebiasaan, perjalanan hidup atau perilaku baik jalan yang baik atau buruk, diantara dalilnya yaitu sabda Nabi Shalallahu’alaihi wassalam : “Barangsiapa yang mencontohkan dalam Islam sunnah yang baik, maka bagi dia pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya. Barangsiapa yang mencontohkan sunnah yang jelek, maka atasnya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim)

BAB IIIKRITIK DAN KESIMPULAN

Page 8: MULTIKULTURALISME

KESIMPULAN

Pluralitas dan keragaman kultur tersebut mereka rumuskan dengan afik dalam bentuk semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang artinya sekalipun berbeda-beda tetapi tetap satu. Masyarakat yang pluralis dan multikulturalis sudah barang tentu memiliki budaya, aspirasi dan perbedaan-perbedaan yang beraneka ragam, namun demikian mereka tetap sama, tidak ada yang merasa superior ataupun inferior dari yang lain. Mereka juga memiliki hak dan kewajiban yang sama baik dalam bidang sosial maupun politik. Namun sebagai akibat dari perbedaan-perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan atau bahkan sering menimbulkan gesekan-gesekan di antara sesama mereka, yang pada gilirannya dapat menimbulkan terjadinya konflik baik antar etnis maupun antar agama.

Di antara sekian elemen-elemen pluralitas tersebut yang paling rawan dan paling mudah bergejolak di antaranya adalah pluralitas di bidang agama, sebab agama adalah merupakan sesuatu yang paling asasi dalam diri seseorang dan paling mudah menimbulkan gejolak emosional. Sejarah mencatat bahwa konflik-konflik yang terjadi di Indonesia pada dasarnya bukanlah disebabkan oleh agama an sich, melainkan disebabkan oleh faktor-faktor sosial, ekonomi dan politik, namun agama dijadikans sebagai simbol bahkan sebagai motor penggerak untuk terjadinya konflik antar umat beragama

Pembicaraan seputar pluralisme dan multikulturalisme sangat penting dilakukan dilatar belakangi oleh beberapa pemikiran sebagai berikut :

1.Perlunya sosialisasi bahwa pada dasarnya semua agama datang untuk mengajarkan dan menyebarkan damai dan perdamaian dalam kehidupan ummat manusia.2.Wacana agama yang pluralis, toleran dan inklusiv merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran agama itu sendiri, sebab pluralitas apapun termasuk pluralitas agama, multi kultur, semangat toleransi dan inklusivisme adalah hukum Tuhan atau Sunnatullah yang tidak bisa diubah, dihalang-halangi dan ditutup-tutupi. 3.Adanya kesenjangan yang jauh antara cita-cita ideal agama-agama dan

Page 9: MULTIKULTURALISME

realitas empirik kehidupan ummat beragama di tengah masyarakat.4.Semakin menguatnya kecenderungan eksklusivisme dan intoleransi di sebagian ummat beragama yang pada gilirannya memicu terjadinya konflik dan permusuhan yang berlabel agama.5.Perlu dicari upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan kerukunan dan perdamaian antar ummat beragama.

Seperti saya sebutkan di atas bahwa pluralisme dan mulktikulturalisme adalah merupakan Sunnatullah ataupun hukum alam yang tidak bisa diingkari oleh siapapun juga. Hal ini mengandung hikmah dan tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan kepentingan hidup dan kehidupan ummat manusia. Hikmah dan tujuan-tujuan pluralisme dan multikulturalisme tersebut dapat dilihat dari ajaran-ajaran setiap agama

KRITIK

Hal ini perlu ditekankan sebab bedasarkan analisis tentang terjadinya konflik antar anak bangsa di Indonesia seperti di Ambon, Maluku Utara, Poso, Situbondo, Timor Timur (waktu bergabung dengan Indonesia), Sampit, Papua dan lain-lain sebagainya adalah disebabkan tiga faktor utama yaitu :

1.Faktor ekonomi dan politikketidakpuasan kalangan masyarakat terhadap terjadinya

kesenjangan sosial yang sangat tajam antara si kaya dengan si miskin, antara pejabat dengan rakyat jelata, antara ABRI dengan sipil, antara majikan dengan buruh, antara pengusaha besar dengan pedagang kecil, sebagai akibat dari kebijakan-kebijakan pemerintah dalam bidang sosial, politik dan ekonomi yang tidak memihak kepada masyarakat bawah.

2.Faktor lokalitas dan etnisitasakibat dari migrasi penduduk, baik dari desa ke kota maupun

antar pulau. Selanjutnya masalah etnisitas, Indonesia memiliki potensi disintegratif yang tinggi sebab terdiri dari 300 kelompok etnis yang berbeda-beda dan berbicara lebih dari 250 bahasa. Faktor ini akan menjadi pemicu dengan menguatnya etnisitas seperti penduduk asli atau putra

Page 10: MULTIKULTURALISME

daerah dan pendatang yang dengan mudah dapat menyulut perbedaan-perbedaan yang tak jarang berujung pada konflik, bahkan kerusuhan sosial.

3.Faktor agama itu sendiri yang meliputi :

a.Pendirian Rumah Ibadah yang tidak didirikan atas dasar pertimbangan situasi dan kondisi ummat beragama serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, b.Penyiaran Agama yang dilakukan secara agitatif dan memaksakan kehendak bahwa agamanyalah yang paling benar, sedangkan agama orang lain adalah salah. Lebih berbahaya lagi manakala penyiaran agama itu sasaran utamanya adalah penganut agama tertentu, c.Bantuan Luar Negeri baik berupa materi maupun berupa tenaga ahli yang tidak mengikuti ketentuan yang berlaku, apalagi sering terjadi manipulasi bantuan keagamaan dari luar negeri, d.Perkawinan Berbeda Agama yang sekalipun pada mulanya adalah urusan peribadi dan keluarga, namun bisa menyeret kelompok ummat beragama dalam satu hubungan yang tidak harmonis, apalagi jika menyangkut akibat hukum perkawinan, harta benda perkawinan, warisan dan sebagainya, e.Perayaan Hari Besar Keagamaan yang kurang memperhatikan situasi, kondisi, toleransi dan lokasi tempat pelaksanaan perayaan itu. Apalagi perayaan itu dilakukan besar-besaran dan menyinggung perasaan,f.Penodaan Agama dalam bentuk pelecehan atau menodai doktrin dan keyakinan suatu agama tertentu baik dilakukan oleh perorangan maupun kelompok. Penodaan agama ini paling sering memicu terjadinya konflik antar ummat beragama dan g.Kegiatan Aliran Sempalan, baik dilakukan perorangan maupun oleh kelompok yang didasarkan atas sebuah keyakinan terhadap agama tertentu namun menyimpang dari ajaran agama pokoknya.