mujmal.docx

8
BAB I PENDAHULUAN Para ulama ushul fiqh mendefinisikan hukum adalah kalam allah yang menyangkut perbuatan orang dewasa yang berakal sehat, baik bersifat imperatif, fakulatif, atau menempatkan sesuatu sebagai sebab, syarat dan penghalang. Untuk menggali hukum, terutama hukum syariah, tidak terlepas dari pembahasan kebahasaan karena hampir delapan puluh persen penggalian hukum syariah menyangkut lafadz. Sebenarnya, lafadz-lafadz yang menunjukkan hukum harus jelas dan tegas supaya tidak membingungkan para pelaku hukum. Namun dalam kenyataannya petunjuk (dilalah) lafadz-lafadz yang terdapat dalam nash syara’ itu beraneka ragam. Bahkan, ada yang kurang jelas (khafa). Untuk itu kami akan mencoba menjelaskan lafadz-lafadz yang ada dalam mujmal dan mubayyan dan akan menjelaskan

Upload: andryycebong

Post on 23-Dec-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: mujmal.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Para ulama ushul fiqh mendefinisikan hukum adalah kalam allah yang

menyangkut perbuatan orang dewasa yang berakal sehat, baik bersifat imperatif,

fakulatif, atau menempatkan sesuatu sebagai sebab, syarat dan penghalang. Untuk

menggali hukum, terutama hukum syariah, tidak terlepas dari pembahasan kebahasaan

karena hampir delapan puluh persen penggalian hukum syariah menyangkut lafadz.

Sebenarnya, lafadz-lafadz yang menunjukkan hukum harus jelas dan tegas supaya tidak

membingungkan para pelaku hukum. Namun dalam kenyataannya petunjuk (dilalah)

lafadz-lafadz yang terdapat dalam nash syara’ itu beraneka ragam. Bahkan, ada yang

kurang jelas (khafa). 

Untuk itu kami akan mencoba menjelaskan lafadz-lafadz yang ada dalam mujmal

dan mubayyan dan akan menjelaskan pembagian-pembagian lafadz dalam segi

kejelasannya dan ketidakjelasannya.

BABIIPEMBAHASAN

1. Pengertian MujmalSecara etimologi ada beberapa arti yang diberikan kepada lafaz Mujmal.Pertama: Mujmal diartikan sebagai global/ umum atau dalam bahasa Arab disebut الجمعKedua: Mujmal diartikan dengan ‘samar’ atau dalam bahasa Arab disebut الشبهةKetiga: Ada Pula yang memberi arti Mujmal dengan ‘yang tidak diketahui arti’ atau dalam

Page 2: mujmal.docx

bahasa Arab disebut dengan المبهم.Sedangkan secara terminologi atau secara pengertian istilah Mujmal diartikan sebagai berikut :1.) Prof.DR. Abdul Wahhab Khallaf mendefinisikan al-Mujmal sebagai berikut, “al- Mujmal menurut istilah ulama Ushul, ialah lafazh yang shighotnya tidak dapat menunjukan kepada pengertian yang dikandung olehnya, dan tidak terdapat qorinah-qorinah lafazh atau keadaan yang dapat menjelaskannya. Maka sebab itu kesamaran di dalam al-Mujmal ini bersifat lafzhi bukan sifat yang baru datang”.2.) Wahbah al-Zuhaili mendefinisian Mujmal sebagai berikut :“ Lafaz yang samar maksudnya, yang tidak dapat diketahui kecuali dengan penjelasan dari pembicara sendiri. Tidak dapat diketahui dengan akal karena hanya bisa diketahui dengan dalil naqli dari pembicara itu. Maksudnya lafaz itu tidak dapat diketahui kecuali dengan adanya penjelasan dari yang me-mujmalkan atau al-Mujmil atau Syari’.3.) Dari definisi di atas dapat kita tangkap pengertian bahwa, Pertama, al-Mujmal adalah lafazh atau kata yang tidak jelas ( global ) artinya. Kedua, disamping tidak jelas artinya, tidak pula terdapat petunjuk atau qorinah yang menjelaskan arti global dari kata tersebut. Jadi ketidak jelasan atau kesamaran arti kata al-Mujmal berasal dari kata itu sendiri bukan karena faktor eksternal dari luar kata tersebut. Ketiga, jalan untuk mengetahui maksud Mujmal tidak dalam batas kemampuan akal manusia, tetapi satu-satunya jalan untuk memahami adalah melalui penjelesan dari yang me-mujmalkan atau dalam hal ini Syari2. Sebab-Sebab Adanya MujmalIjmal terdapat dalam :1) kata-kata tunggal, contoh ;a.) isim : Qur’un dengan pengertian suci atau datang bulan.Jaun dengan pengertian hitam atau putihb.) fii l : qaala dengan pengertian berkata atau tidur siang.Khataba dengan pengertian berpidato atau meminang.c.) huruf : wawu yang m,enunjukkan huruf athaf ( penghubung) atu huruf isti’naf ( menunjukkan permulaan kata ), atau sebagai hal.Ilaa yang menunjukkan ghayah atau berarti beserta ( ma’a )2. ) Susunan kata-kata ( jumlah atau tarkib ), contoh ;Artinya : “ atau memaafkan orang yang mempunyai ikatan perkawinan”. (QS. Al Baqarah : 237)Menurut Abdul Wahhab Khallaf, ada beberapa kategori dari suatu lafaz yang Mujmal tersebut. Kategori-kategori yang dimaksud adalah sebagai berikut:1. Termasuk Mujmal ialah lafaz-lafaz yang pengertian bahasa dipindahkan oleh Syari’ dari pengertian aslinya kepada pengertian-pengertian khusus menurut istilah syara’. Seperti lafaz sholat , zakat, shiyam. Haji, riba dan lafaz-lafaz lain yang oleh Syari’ dikehendaki dengannya makna syara’ secara khusus, bukanmakna yang lughawi (menurut etimologi).Maka apabila di dalam nash syara’ terdapat lafaz diantara lafaz-lafaz tersebut diatas, lafaz itu adalah mujmal (global) pengertiannya, sampai ada penafsiran terhadap lafaz itu oleh Syari’ sendiri. Karena itu datanglah Sunnah yang berbentuk amal perbuatan dan ucapan untuk menafsir atau menjelaskan arti sholat dan menjelaskan rukun-rukunnya serta syarat-syaratnya dan hai’ahnya ( bentuk pelaksanaannya).Rasulullah SAW bersabda :

أصلى رايتمونى كما صلوا

Page 3: mujmal.docx

“ Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku sedang shalat (seperti shalatku)”Begitu juga beliau telah menafsir zakat, shiyam, haji, riba dan setiap lafaz yang mujmal (global) di dalam nash-nash al-Qur’an.

2. Termasuk al-Mujmal ialah lafaz asing yang ditafsir oleh nash itu sendiri dengan arti yang khusus, seperti lafaz (القارعة) dalam firman Allah (Q.S al-Qari’ah: 1- 4 )••

“Hari kiamat, apakah hari kiamat itu ?. Tahukah kamu apakah hari kiamat itu ? Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran

Dan lafaz (الهلوع ) di dalam firman-Nya Q.S al-Ma’arij : 19 – 21 yang artinya :“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia bekeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir”.3. Hukum Lafal MujmalApabila terdapat perkataan mujmal baik dalam qur’an maupun hadits, maka kita tidak menggunakannya, sehingga dating penjelasan. Seperti kata salay, zakat, haji, dan lain-lain yang dijelaskan oleh Nabi SAW. Tentang cara-cara melakukannya. Demikian pula tentang batas-batas harta yang terkena zakat.B. Mubayyan1. PengertianMubayyan secara bahasa (etimologi) : ( والموضح yang ditampakkan dan yang (المظهرdijelaskan. Sedangkan secara terminologi Mubayyan adalah seperti yang didefinisikan oleh al-Asnawi sebagai berikut :“Mubayyan adalah lafaz yang jelas (maknanya) dengan sendirinya atau dengan lafaz lainya”.Ada yang mendifinisikan Mubayyan sebagai berikut:

التبيين بعد أو الوضع بأصل إما منه، المراد يفهم ما“Apa yang dapat difahami maksudnya, baik dengan asal peletakannya atau setelah adanya penjelasan.”

Contoh yang dapat difahami maksudnya dengan asal peletakannya : lafadz langit (سماء), bumi ( Maka kata-kata ini dan yang .(صدق) jujur ,(ظلم) dholim ,(عدل) adil ,(جبل) gunung ,(أرضsemisalnya dapat difahami dengan asal peletakannya, dan tidak membutuhkan dalil yang lain dalam menjelaskan maknanya.Contoh yang dapat difahami maksudnya setelah adanya penjelasan : Firman Alloh ta’ala :

3اَة3 ك الَّز5 7وا و3آُت الصالَة اقيمو“Dan dirikanlah sholat dan tunaikan zakat” (Al-Baqoroh : 43)Maka mendirikan sholat dan menunaikan zakat, keduanya adalah mujmal, tetapi pembuat syari’at (Allah ta’ala) telah menjelaskannya, maka lafadz keduanya menjadi jelas setelah adanya penjelasan.Dalam hubungannya dengan Mubayyan , maka dapat kita pahami ada tiga hal disini. Pertama adanya lafaz yang mujmal yang memerlukan penjelasan atau disebut Mubayan (yang dijelaskan). Kedua ada lafaz lain yang menjelaskan lafaz yang Mujmal tadi atau disebut Mubayyin (yang menjelaskan. Dan yang ketiga adanya penjelasana atau disebut Bayan.2. Macam-Macam Bayan ( Penjelasan )

Page 4: mujmal.docx

Dalam pembahasan selanjutnya, para Ulama Ushul membuat kategori daripada penjelasan atau Bayan tersebut. Ulama Syafiiyah membagi bayan kepada 7 macam sebagai berikut :i. Penjelasan dengan perkataan , contohnya, Allah SWT menjelaskan lafaz سبعة ( tujuh ) pada surat al-Baqarah ayat 196, tentang jumlah hari puasa bagi yang tidak mampu membayar dam (hadyu) pada haji Tamattu’. Dalam bahasa Arab lafaz tujuh sering ditujukan kepada arti ‘banyak’ yang bisa lebih dari tujuh. Untuk menjelaskan ‘tujuh’ itu betul-betul tujuh maka Allah SWT mengiringi dengan firman-Nya “itu sepuluh hari yang sempurna”.ii. Penjelasan dengan mafhum perkataan, contohnya, firman Allah SWT dalam surat al-Isra’ ayat 23, tentang larangan mengatakan اف”ah” kepada kedua orang tua. Mafhum dari ayat tersebut adalah melarang seseorang anak menyakiti orang tuanya, seperti memukul dan lain-lain, karena mengucapkan “ah” saja tidak boleh, apalagi memukul.iii. Penjelasan dengan perbuatan,contoh. Rasulullah SAW menjelaskan perintah mendirikan shalat, dalam ayat al-Quran, lalu Rasulullah SAW mencontohkan cara melakukan shalat tersebut.iv. Penjelasan dengan Iqrar “pengakuan” contohnya, Rasulullah melihat Qayis shalat dua raka’at sesudah shalat Subuh, maka Rasulullah bertanya kepada Qayis, lalu Qayis menjawab dua raka’at itu adalah shalat sunat fajar. Rasulullah tidak melarang. Ini menunjukkan dibolehkan shalat sunat sesudah shalat Subuh.v. Penjelasan dengan Isyarat, contohnya penjelasan Rasulullah SAW tentang jumlah hari dalam satu bulan. Beliau mengangkat kesepuluh jarinya tiga kali, yakni 30 hari. Kemudian mengulanginya sambil membenamkan ibu jarinya pada kali yang terakhir. Maksdunya bahwa bulan itu kadang-kadang 30 hari atau kadang-kadang 29 hari.vi. Penjelasan dengan tulisan, contohnya Rasulullah SAW menyuruh juru tulis beliau menuliskan hukum-hukum mengenai pembagian harta warisan dan lain-lain.vii. Penjelasan dengan qiyas, contohnya Rasulullah SAW menjawab seorang penanya melakukan haji untuk ibunya yang sudah meninggal. Rasullullah bertanya, ‘bagaimana kalau ibumu punya hutang, apa kamu bisa membayarnya?. Hadits tersebut menqiyaskan mengganti haji orang tua dengan membayar hutangnya.

BAB IIIPENUTUPA. Kesimpulan

1. Mujmal secara bahasa : ( والمجموع mubham (yang tidak diketahui) dan yang (المبهمterkumpul.2. Mujmal dapat dijelaskan sebagai berikut. Pertama, al-Mujmal adalah lafazh atau kata yang tidak jelas ( global ) artinya. Kedua disamping tidak jelas artinya, tidak pula terdapat petunjuk atau qorinah yang menjelaskan arti global dari kata tersebut. Jadi ketidak jelasan atau kesamaran arti kata al-Mujmal berasal dari kata itu sendiri bukan karena factor eksternal dari luar kata tersebut. Ketiga, jalan untuk mengetahui maksud Mujmal tidak dalam batas kemampuan akal manusia, tetapi satu-satunya jalan untuk memahami adalah melalui penjelesan dari yang me-mujmalkan atau dalam hal ini Syari’.3. Ulama Ushul fiqih sependapat bahwa lafaz yang Mujmal tidak bisa dijadikan sebagai hujjah, sebelum ada dalil lain yang menjelaskannya.4. Mubayyan secara bahasa : ( والموضح .yang ditampakkan dan yang dijelaskan (المظهر5. Menurut istilah Ulama Ushul fiqih Mubayyan adalah apa yang dapat difahami maksudnya, baik dengan asal peletakannya atau setelah adanya penjelasan.

Page 5: mujmal.docx

6. Ulama Ushul fiqh sependapat bahwa tidak boleh ada penundaan bayan dari waktu pelaksanaannya. Alasannya, tidak mungkin Allah SWT mengungkap suatu hukum yang mujmal kemudian masuk waktu pelaksanaannya, sementara bayan terhadap hukum yang mujmal itu belum ada. Hal ini tidak pernah dan tidak akan dijumpai dalam syari’at Islam.7. Lafaz Mujmal yang telah diberi penjelasan tidak lagi dikategorikan lafaz yang mubham.

B. Kata PenutupDengan mengucapkan syukur alhamdulillah kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan Taufik, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan harapan, semoga usaha kami yang kecil ini diridloi oleh Allah SWT. Dan bermanfat bagi nusa, bangsa dan agama.Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, namun kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan supaya ke depannya nanti akan menjadi lebih baik.Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini,semoga Allah SWT. Akan membalas di hari kelak dan hanya kepada Allah SWT. Kami berlindung serta mengharapkan taufiq da hidayah-Nya. Amin ya robbal ’alamin.

DAFTAR PUSTAKA1. Drs. H. A. Syafi’i karim, Fiqih ushul figh,CV. Pustaka Setia Bandung, 2006.2. Http:///F:/Mujmal-Dan-Mubayyan.htm3. Prof.DR.Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, tahun 1998.