mola hidatidosa

31
BAB I LAPORAN KASUS A. ANAMNESIS (Autonamnesis) 1. Identitas Pasien Nama : Ny. D Usia : 21 tahun Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Agama : Islam Alamat : Pasar Sulawangi Kec. Tj. Kemuning, Kaur RM : 676553 MRS : 18 Januari 2015 pukul 22.30 WIB 2. Riwayat Perkawinan: Menikah 1 kali, lamanya 1 tahun 3. Riwayat Reproduksi: Menarche 14 tahun, lama haid 5 hari, siklus 30 hari, haid teratur. HPHT : 29 September 2014 4. Riwayat Kehamilan/Melahirkan: No Tempat bersal in Penolo ng Usi a skr g Ater m Jenis Persalin an Penyul it Anak JK BB Keadaan 1 Hamil ini 5. Riwayat Kontrasepsi : 1

Upload: fdsudirman

Post on 15-Feb-2016

39 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mola hidatidosa

TRANSCRIPT

Page 1: Mola Hidatidosa

BAB I

LAPORAN KASUS

A. ANAMNESIS (Autonamnesis)

1. Identitas Pasien

Nama : Ny. D

Usia : 21 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Alamat : Pasar Sulawangi Kec. Tj. Kemuning, Kaur

RM : 676553

MRS : 18 Januari 2015 pukul 22.30 WIB

2. Riwayat Perkawinan:

Menikah 1 kali, lamanya 1 tahun

3. Riwayat Reproduksi:

Menarche 14 tahun, lama haid 5 hari, siklus 30 hari, haid teratur.

HPHT : 29 September 2014

4. Riwayat Kehamilan/Melahirkan:

No Tempat bersalin Penolong Usia

skrg Aterm Jenis Persalinan Penyulit

Anak

JK BB Keadaan

1 Hamil ini

5. Riwayat Kontrasepsi :

Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi sebelumnya.

6. Riwayat Penyakit dahulu:

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat DM dan asma disangkal

7. Riwayat gizi/sosial ekonomi:

Sedang

1

Page 2: Mola Hidatidosa

8. Anamnesis Khusus

Keluhan Utama : Keluar darah dari kemaluan

Riwayat Penyakit Sekarang :

± 3 hari SMRS, pasien mengeluh keluar darah dari kemaluan banyak sekali, warna

merah kehitaman, banyaknya 5 kali ganti pembalut. Riwayat keluar gumpalan seperti

jaringan ataupun keluar gelembung seperti mata ikan ada. Riwayat keluar darah

seperti hati ayam tidak ada. Riwayat perut terasa nyeri ada. Riwayat mual-muntah

ada. Riwayat payudara tegang ada. Pasien mengaku hamil 4 bulan dan gerakan anak

tidak dirasakan. Pasien tampak lemas dan pucat. Pasien juga mengeluh sering

berkeringat dan tangannya gemetar. Pasien sebelumnya sudah dirawat di RS Manna

selama 2 hari dan dikatakan oleh dokter pasien hamil anggur dan sempat ditranfusi

darah sebanyak 2 kantong. Kemudian pasien dirujuk ke RSMY.

9. Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada riwayat penyakit darah tinggi

Tidak ada riwayat penyakit asma

Tidak ada riwayat penyakit jantung

Tidak ada riwayat operasi

B. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Present :

a. Keadaan umum

- Kesadaran : Kompos mentis

- Keadaan umum : tampak lemah

- Berat badan : 52 kg

- Tinggi badan : 153 cm

- Tekanan darah : 100/70 mmHg

- Nadi : 104 x/menit

- Pernapasan : 26 x/menit

- Suhu : 37,2 oC

b. Keadaan khusus

- Kepala : Konjungtiva anemis pada mata kanan dan kiri

Sklera tidak ikterik pada mata kanan dan kiri

2

Page 3: Mola Hidatidosa

- Leher : Tekanan vena jugularis tidak meningkat

Tidak teraba massa, tidak teraba pembesaran kelenjar

getah bening dan kelenjar tiroid

- Toraks

Jantung

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC 5 linea midklavikularis

Perkusi : batas jantung normal

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, reguler, gallop tidak

ada, murmur tidak ada.

Pulmo

Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan dan kiri

Palpasi : Fremitus dalam batas normal, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : terdengar suara sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler pada paru kanan dan kiri,

tidak ada wheezing, tidak ada ronkhi.

- Abdomen

Inspeksi : Abdomen tampak cembung, lemas, simetris.

Tidak terdapat jaringan parut, dan tidak terdapat bekas luka

operasi.

Palpasi : Fudus uteri teraba 2 jari atas pusat, nyeri tekan tidak ada,

massa tidak ada, tanda cairan bebas tidak ada, ballotement

eksterna tidak ada

Auskultasi : Bising usus dalam batas normal

- Ekstremitas :

Inspeksi : -Tidak tampak adanya deformitas pada keempat

ekstremitas

Tidak tampak edema pada kedua tungkai

Palpasi : Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas

Tidak ada pitting edema pada kedua tungkai

2. Status Ginekologi:

Pada pemeriksaan ginekologi saat masuk rumah sakit tanggal 18 Januari 2015 pukul

22.45 WIB didapatkan:

3

Page 4: Mola Hidatidosa

a. Pemeriksaan Luar:

- Abdomen tampak cembung, lemas, simetris.

- Tidak terdapat jaringan parut, dan tidak terdapat bekas luka operasi

- Fudus uteri teraba 2 jari atas pusat

- Nyeri tekan tidak ada

- Massa tidak ada

- Tanda cairan bebas tidak ada

- ballotement eksterna tidak ada

b. Pemeriksaan Dalam

Inspekulo : - Portio tampak lividae

- Ostium uteri eksterna tertutup

- Flour tidak ada

- Fluxus ada, darah tak aktif

- Erosi tidak ada, laserasi tidak ada, polip tidak ada

Vaginal Toucher : - Portio teraba lunak

- Corpus uteri sulit dinilai

- Ostium Uteri Eksterna tertutup

- Adneksa parametrium kanan kiri lemas

- Cavum douglas tidak menonjol

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG ( 19 Februari 2015)

- Hb : 5,8 g%

- Ht : 21 vol%

- Leukosit : 7.800 /mm3

- Trombosit : 202.000 /mm3

- Ureum : 20

- Kreatinin : 0,6

Ultrasonografi (USG) Abdomen (19 Februari 2015) :

4

Tampak gambaran “badai salju”

kesan: Mola Hidatidosa

Page 5: Mola Hidatidosa

D. DIAGNOSIS KERJA

Mola Hidatidosa dengan anemia berat

E. PENATALAKSANAAN

a. Rencana Terapi

- Observasi tanda vital ibu dan perdarahan

- O2 4 lpm

- IVFD 2 IV line RL : NaCl kocor 1000 cc, dilanjutkan RL : NaCl gtt xx

tetes/menit

- Injeksi cefotaxime 2 x 1 gr

- Cek Darah rutin, crossmatch, T3 FT4 dan TSH

- Rencana konsul Penyakit dalam

- Transfusi WB sampai dengan Hb > 10 gr/dl

- Rencana evakuasi Mola cyto

F. TINDAKAN KURETASE

Tindakan Kuretase : kuretase hisap (19 Januari 2015)

Pukul 09.00 WIB Tindakan dimulai

Penderita dalam posisi litotomi dan narkose

Dilakukan tindakan septik dan antiseptik pada area operasi dan sekitarnya

Dilakukan pemasangan sims atas dan bawah

Portio ditampakan secara avoe

Portio dijepit dengan tenakulum pada pukul 11.00 WIB

Dilakukan sondase, didapatkan uterus Ante Fleksi 17 cm

Dilakukan tindakan kuretase hisap secara sistematis, didapatkan darah, hasil konsepsi, dan jaringan mola ±1000 cc

Setelah itu dilakukan keretase tajam secara sistematis

Jaringan di kirim ke Patologi Anatomi

Setelah diyakini bersih dan tidak ada perdarahan, tenakulum dilepaskan.

Portio dibersihkan dengan kassa bethadine

Pukul 09.30 WIB Tindakan selesai

5

Page 6: Mola Hidatidosa

POST KURETASE

6

Page 7: Mola Hidatidosa

Terapi Post Kuretase :

- Observasi tanda vital dan perdarahan

- Cek laboratorium post kuretase: Hb, T3, T4, dan TSH

- IVFD RL gtt xx/m

- Injeksi Ceftriaxon 2x1gr

- Injeksi Transamin 3x1 amp

- Injeksi Antrain 3x1 amp

Pemeriksaan Laboratorium Post kuretase (19 Februari 2014)

- Hb : 5,2 g%

- Ht : 18 vol%

- Leukosit : 8.800 /mm3

- Trombosit : 199.000 /mm3

- Ureum : 22

- Kreatinin : 0,7

- T3 : 1,98 nmol/l (Normal, N: 0,9-2,5 nmol/l)

- T4 : 285 (meningkat, N:60-120 nmol/l)

- TSH : 0,05 (menurun, N: 0,25-5 µIU/ml)

Pemeriksaan tambahan indeks diagnostik Wayne:

-

-

-

-

-

-

Berdasarkan Indeks Wayne, Pasien dengan mola hidatidosa ini memiliki total nilai 23.

Hal ini menunjukkan bahwa secara klinis pasien mengalami hipertiroid.

Gejala Nilai apabila Nilai Pasien Tanda Nilai apabila Nilai

PasienPositif Negatif Positif NegatifDyspnoea +1 Gondok +3Palpitasi +2 Difus -3Kelemahan +2 +2 Bising tiroid +2Suka dingin +5 +5 Eksoftalmus +2Suka panas -5 Lid lag +1Keringat lebih

+3 +3 Hiperekinesis +4

Nervous Tremor tangan +1 +1Makan bertambah

+3 +3 Tangan keringat +1 -1 +1

Makan kurang

-3 Tangan panas +2 -2 +2

Berat turun +3 +3 Fibrilasi atrium +4Berat naik -3 Nadi regular >90 +3 +3Abortus +2 Nadi regular 80-90 0 0

Nadi regular <80 -3Total 23

7

Page 8: Mola Hidatidosa

DIAGNOSIS : Post Kuretase Hisap atas indikasi mola hidatidosa dengan hipertiroid dan

anemia berat

G. FOLLOW UP

20/1/201508.00 WIB

Keluhan: Pusing (+), badan terasa lemas, mual (+)Status PresentKU : sedang TD: 110/70mmHgKesadaran : CM Nadi : 92x/mtRR : 22x/mt Suhu : 370CPL : Abdomen tampak datar, Fundus uteri tak teraba, massa (-), Nyeri tekan (-), perdarahan aktif (-)Konsul dr. Yandi, SpPD :Kesan : hipertiroid

D/ Post Kuretase hisap atas indikasi mola hidatidosa dengan hipertiroid

Hb Post kuretase : 5,2

- IVFD RL gtt xx tetes/menit

- Injeksi Ceftriaxon 2x1gr

- PTU tab 3 x 100 mg

R/ Transfusi PRC 3x500 cc

Cek Hb post transfusi

21/1/2015 Keluhan: pusing (+), lemas (+)Status PresentKU : sedang TD: 120/80mmHgKesadaran : CM Nadi : 80x/mtRR : 20x/mt Suhu : 37,30CPL : Abdomen tampak datar, Fundus uteri tak teraba, massa (-), Nyeri tekan (-),perdarahan aktif (-)

D/ Post Kuretase hisap atas indikasi mola hidatidosa dengan hipertiroid

Hb Post transfusi : 7,8

- IVFD RL gtt xx tetes/menit

- Injeksi Ceftriaxon 2x1gr

- PTU tab 3 x 100 mg

R/ Transfusi PRC 2x500 cc

Cek Hb post transfusi22/1/2015 Keluhan: tidak ada

Status PresentKU : baik TD: 120/90mmHgKesadaran : CM Nadi : 72x/mtRR : 18x/mt Suhu : 37,3CPL : Abdomen tampak datar, Fundus uteri tak teraba, massa (-), Nyeri tekan (-),perdarahan aktif (-)

D/ Post Kuretase hisap atas indikasi mola hidatidosa dengan hipertiroid

Hb Post transfusi : 9,2

- PTU tab 3 x 100 mg

- Amoxicillin tab 3x500 mg

- Asam mefenamat 3x500 mg

- Pasien boleh pulang, kontrol ke poli pada tanggal 29/1/2015

8

Page 9: Mola Hidatidosa

Rencana Pengawasan Lanjutan:

1. Pemeriksaan ukuran uterus

2. Pemeriksaan ß-HCG setiap minggu pada 3 minggu pertama

3. Setiap 2 minggu sampai bulan ketiga

4. Setiap bulan pada 6 bulan berikutya

5. Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, selanjutnya setiap 3 bulan

6. Pasien tidak boleh hamil dulu dan disarankan penggunaan kontrasepsi diafragma,

kondom atau kalender

7. Pasien boleh hamil setelah 6 bulan nilai ß-HCG normal

9

Page 10: Mola Hidatidosa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana terjadi

keabnormalan dalam konsepsi palsenta yang disertai dengan perkembangan parsial ataupun

tidak ditemukan adanya pertumbuhan janin, hampir seluruh vili korialis mengalami

perubahan berupa degenerasi hidropobik. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus

yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah

sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan mengeluarkan

hormon human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang lebih besar daripada

kehamilan biasa (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007; Prawirohadjo, 2009).

2.2 Epidemiologi

Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120

kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia, mola

hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi (data RS di

Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata serta sebagian besar

data masih berupa hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang

dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik

(Prawirohadjo, 2009).

2.3 Etiologi da Faktor Resiko

Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan yang membentuk

plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta berfungsi memberikan nutrisi untuk

janin. Namun pada kasus mola hidatidosa, jaringan berkembang menjadi suatu masa yang

abnormal sehingga tidak dapat berfungsi secara normal (Sebire, 2008).

Penyakit trofoblastik gestasional disebabkan oleh gangguan genetik dimana sebuah

spermatozoon memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua sperma memasuki

ovum tersebut. Pada lebih dari 90 persen mola komplit hanya ditemukan gen dari ayah dan 10

persen mola bersifat heterozigot. Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri dari kromosom

triploid yang memberi kesan gangguan sperma sebagai penyebab (John, 2006).

Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio

'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu

10

Page 11: Mola Hidatidosa

mengadakan invasi ke jaringan ibu. Peningkatan aktivitas sinsitiotrofoblas menyebabkan

peningkatan produksi hCG, tirotrofin korionik dan progestron. Sekresi estrodiol menurun,

karena sintesis hormon ini memerlukan enzim dari janin, yang tidak ada. Peningkatan kadar

hCG dapat menginduksi perkembangan kista teka-lutein di dalam ovarium (Mochtar, 1998)

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya

yang kini telah diakui adalah :

1. Faktor ovum: ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat

dikeluarkan.

2. Usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena penyakit ini.

3. Imunoselektif dari sel trofoblast

4. Keadaan sosioekonomi yang rendah

5. Paritas tinggi

6. Defisiensi vitamin A

7. Kekurangan protein

8. Knfeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

2.4 Patogenesis

Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu karena

tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik yaitu : hasil

pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu dan karena

pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di dalam jaringan

mesenkim villi (Sumapraja, 2005; Prawirohadjo,2009).

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit

trofoblas (Sumapraja, 2005):

1. Teori missed abortion.

Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu (missed

abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi

penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah

gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan karena

kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini

menyebabkan terjadinya gangguan angiogenesis.

2. Teori neoplasma

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas, yang

abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal. Hal ini

11

Page 12: Mola Hidatidosa

menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga

menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian

mudigah.

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-

gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga menyerupai buah anggur,

atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Ukuran gelembung-

gelembung ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat

trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban;

(3) Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral

dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola

banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%).

Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa

sembuh (Sumparja, 2005; Hacker, 2001).

2.5 Klasifikasi

Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai janin maka

disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari

janin disebut mola parsialis atau Parsials mole (Sumapraja, 2005; Manuaba, 2007;

Cunningham, 2006).

Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa

Gambaran Mola Komplit Mola Parsial Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX

atau 69,XXY (tripoid) Patologi

Edema villus Difus Bervariasi,fokal Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal,

ringan s/d sedang Janin Tidak ada Sering dijumpai Amnion, sel darah merah janin

Tidak ada Sering dijumpai

Gambaran klinis Diagnosis Gestasi mola Missed abortion Ukuran uterus 50% besar untuk masa

kehamilan Kecil untuk masa kehamilan

Kista teka-lutein 25-30% Jarang

12

Page 13: Mola Hidatidosa

Penyulit medis Sering jarang Penyakit pascamola 20% <5-10%

Kadar Hcg Tinggi Rendah – tinggi

2.6 Gejala Klinis

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan

biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan

biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah

darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.

1. Terdapat tanda-tanda kehamilan. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan

10% pasien masuk RS

2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar)

3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang

tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab

4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,

peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni)

Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat

beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium lanjut

trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut

(Cunningham, 2006) :

1. Perdarahan

Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari

spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum

abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-

minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan

sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.

2. Ukuran uterus

Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya dan teraba

lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.

3. Aktivitas janin

Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas

tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang

13

Page 14: Mola Hidatidosa

sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yang kembar pada kehamilan

mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya

dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan

perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang

hidup.

4. Embolisasi

Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus

dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat

sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut

bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan

atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu

kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut

trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti

lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja

(koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa

metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat

menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa

minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan

menimbulkan kematian wanita tersebut jika tidak mendapatkan pengobatan yang

efektif.

5. Ekspulsi Spontan

Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola

tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi

spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang

lebih dari 28 minggu (John, 2006).

2.7 Diagnosis

1. Anamnesis

Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,

perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang

bergelembung seperti busa.

(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplit adalah

perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan

perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang

14

Page 15: Mola Hidatidosa

banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat

dalam 97% kasus.

(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal

ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.

(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor

dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi

pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),

protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Palpasi :

Uterus membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan, teraba lembek

Tidak teraba bagian-bagian janin, ballotement dan gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

Pemeriksaan dalam :

Memastikan besarnya uterus

Uterus terasa lembek

Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar B-hCG

BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml

Beta HCG serum > 40.000 IU/ml

Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi parameter

dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.

15

Page 16: Mola Hidatidosa

Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan kurva

regresi normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola (Cunningham,

2006).

Pemeriksaan kadar T3 /T4

B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin, mengakibatkan

aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadi gejala-gejala

hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor, hiperhidrosis, gelisah,

emosi labil, diare, muntah, nafsu makan meningkat tetapi berat badan menurun

dan sebagainya. Dapat terjadi krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai

hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran

sampai delirium-koma (Cunningham, 2006).

4. Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi

Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.

b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin

2.8 Penatalaksanaan

1. Evakuasi

a. Perbaiki keadaan umum.

Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam

kemudian dilakukan kuret.

16

Page 17: Mola Hidatidosa

b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum

penderita.

c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan

sisa-sisa jaringan.

d. Histeriktomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun,

Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih

2. Pengawasan Lanjutan

Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral

pil.

Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

o Setiap minggu pada 3 minggu pertama

o Setiap 2 minggu sampai bulan ketiga

o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam :

o Keadaan Serviks

o Uterus bertambah kecil atau tidak

c. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

o 1x seminggu sampai hasil negatif

o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya

o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

o 1x3 bulan selama tahun berikutnya

o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya

keganasan

3. Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5 mg selama 5 hari

17

Page 18: Mola Hidatidosa

Gambar 1. Skema tatalaksana mola hidatidosa

2.9 Prognosis

Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas akibat

mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini dan terapi yang

tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola masih cukup tinggi yaitu

berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola hodatidosa biasanya disebabkan oleh

karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah jantung dan tirotoksikosis (Sumapraja, 2005;

Cunningham, 2006).

Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan trofoblastik

gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan pengawasan lanjut yang ketat,

karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa berkembang menjadi tumor trofoblastik

gestasional (Sumapraja, 2005; Cunningham, 2006).

18

Page 19: Mola Hidatidosa

Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana akan

masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan perdarahan dan komplikasi

yang lain yang mana pada akhirnya akan memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola

dapat berkembang menjadi korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar

dan membesar (Cunningham, 2006).

2.10 Komplikasi

Perdarahan yang hebat sampai syok

Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

Infeksi sekunder

Perforasi karena tindakan atau keganasan

19

Page 20: Mola Hidatidosa

BAB III

PEMBAHASAN

1. Bagaimana cara penegakkan diagnosis pada kasus ini? Apakah diagnosis Mola

hidatidosa sudah tepat?

Penegakkan diagnosis:

• Anamnesis: Pada pasien ini, ciri-ciri mola yang dapat dilihat antara lain

perdarahan uterus yang merupakan gejala utama pada kasus, hipertiroid, dimana

pasien mengeluh sering berkeringat dan tangannya sering gemetar (tremor), hal

ini merupakan salah satu manifestasi klinis yang ditimbulkan mola akibat

peningkatan kadar beta HCG. Gerakan janin juga tidak pernah dirasakan pasien

selama hamil

• Hasil pemeriksaan didapatkan status generalis tekanan darah yang rendah, nadi

sedikit meningkat namun masih dalam batas normal, hal ini merupakan

kompensasi dari perdarahan yang terjadi. Pemeriksaan obstetri balotement

eksterna (-) dan usia kehamilan menurut HPHT tidak sesuai dengan tinggi fundus

uteri.

• Pemeriksaan USG digunakan untuk mengetahui adanya tanda jaringan mola

dalam uterus yang menunjukkan gambaran khas yakni “badai salju”.

• Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai T4 yang meningkat,

sedangkan TSH turun.

• Jadi, dapat ditegakkan diagnosis Mola hidatidosa pada pasien. Namun karena

diagnostik pasti hanya dari hasil patologi anatomi, maka sebaiknya ditulis suspect

Mola Hidatidosa dan ditambahkan dengan hipertiroid.

2. Apa faktor resiko Mola hidatidosa pada pasien ini?

• Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya kehamilan mola kemungkinan

dikarenakan keadaan pengetahuan ibu yang rendah, sehingga kekurangan asupan

protein dan asam folat. Kemungkinan penyebab lain masih belum dapat

diidentifikasi.

3. Apakah penatalaksanaan pasien pada kasus ini sudah tepat?

Page 21: Mola Hidatidosa

Sebelum dilakukan kuretase hisap, seharusnya dilakukan dilatasi terlebih dahulu

dengan laminaria karena OUE yang masih tertutup, Laminaria merupakan tekhnik

dilatasi pilihan pada Mola hidatidosa, karena jika menggunakan misoprostol

dikhawatirkan akan terjadi abostus mola yang akan menyebabkan perdarahan

lebih hebat pada pasien.

Kuretase hisap dilakukan pada pasien ini. Tindakan histerektomi total bukan

merupakan pilihan pada pasien ini dikarenakan pasien dalam kasus ini tidak

tergolong beresiko tinggi yang memiliki kriteria usia lebih dari 35 tahun, paritas

3 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu lebih dari setinggi pusat.

Page 22: Mola Hidatidosa

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan kasus ini terdiri dari:

1. Diagnosis pada kasus ini adalah Mola Hidatidosa dengan hipertiroid yang didapatkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.

2. Penatalaksanaan di RSMY Bengkulu yang dilakukan pada pasien ini masih kurang tepat

karena dilakukan evakuasi uterus dengan teknik suction curetage tanpa dilatasi terlebih

dahulu padahal dari hasil pemeriksaan inspekulo ostium uteri eksterna masih tertutup.

Page 23: Mola Hidatidosa

DAFTAR PUSTAKA

Cunninngham. F.G. dkk. 2006. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri

Williams. Edisi 21. Vol 2. EGC: Jakarta.Sumapraja S, Martaadisoebrata D. 2005.

Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi

ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo: Jakarta

Hacker, N.F., Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial Obstetri dan

Ginekologi, Edisi 2. Hipokrates : Jakarta

John T. 2006. Gestational Throphoblastic Disease. The American College of Obstetricians and Gynecologists. Lippincott Williams & Wilkins. Diakses dari http://www.utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF. Manuaba I.B.G.F, Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas, dalam: Pengantar Kuliah

Obstetri. EGC: Jakarta

Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua. EGC:

Jakarta

Prawirohadjo S, Wiknjosastro H. 2009. “Mola Hidatidosa”. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohadjo: Jakarta