mola hidatidosa

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblast plasenta. Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar kehamilan sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non Gestational Throphoblastic Disease 1 . Penyakit trofoblast mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi ganas dan menimbulkan metastase keganasan dengan berbagai variasi 2 . Penyakit trofoblast termasuk sebuah spektrum dengan tumor-tumor terkait; mola hidatidosa, mola invasif, placental-site trophoblastic tumor dan koriokarsinoma, yang memiliki berbagai variasi lokal invasi dan metastasis. 2,3, Insidensi mola hidatidosa cukup tinggi dibandingkan penyakit trofoblast lainnya. Mola hidatidosa tergolong penyakit trofoblast yang tidak ganas, tetapi penyakit ini dapat menjadi ganas (mola distruens dan koriokarsinoma). 4 Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dibandingkan dengan negara- negara Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan 1:2000 kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar 1: 120 kehamilan. 4 Di Amerika Serikat 1

Upload: andhitakw

Post on 28-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mola

TRANSCRIPT

Page 1: MOLa Hidatidosa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit trofoblas ialah penyakit yang mengenai sel-sel trofoblast plasenta.

Di dalam tubuh wanita sel trofoblas hanya ditemukan bila wanita itu hamil. Di luar

kehamilan sel-sel trofoblas dapat ditemukan pada teratoma dari ovarium, karena itu

penyakit trofoblas yang berasal dari kehamilan disebut sebagai Gestational

Trophoblastic Disease, sedangkan yang berasal dari teratoma disebut Non

Gestational Throphoblastic Disease 1.

Penyakit trofoblast mempunyai potensi yang cukup besar untuk menjadi

ganas dan menimbulkan metastase keganasan dengan berbagai variasi2. Penyakit

trofoblast termasuk sebuah spektrum dengan tumor-tumor terkait; mola hidatidosa,

mola invasif, placental-site trophoblastic tumor dan koriokarsinoma, yang memiliki

berbagai variasi lokal invasi dan metastasis.2,3, Insidensi mola hidatidosa cukup tinggi

dibandingkan penyakit trofoblast lainnya. Mola hidatidosa tergolong penyakit

trofoblast yang tidak ganas, tetapi penyakit ini dapat menjadi ganas (mola distruens

dan koriokarsinoma).4

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin

dibandingkan dengan negara-negara Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan 1:2000

kehamilan. Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi sekitar 1: 120

kehamilan.4 Di Amerika Serikat dilaporkan insidensi mola sebesar 1 pada 1000-1200

kehamilan. Di Indonesia sendiri didapatkan kejadian mola pada 1 : 85 kehamilan.

Biasanya dijumpai lebih sering pada usia reproduktif (15-45 tahun); dan pada

multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola akan lebih

besar.5

1.2 ILUSTRASI KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. N

Usia : 35 tahun

Pekerjaan : IRT

Agama : Islam

1

Page 2: MOLa Hidatidosa

Status : Menikah

Pekerjaan : suami (ojek), istri (ibu rumah tangga)

Tanggal masuk RS: 10 Mei 2014

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : keluar darah dari jalan lahir

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien rujukan dari Puskesmas dengan diagnosis hamil anggur pro kuretase. Pasien

datang dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir berwarna merah terang disertai

dengan keluar gelembung darah seperti busa sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,

pasien mengatakan ganti pembalut sebanyak 3 kali/hari, perdarahan tidak disertai dengan

keluarnya gumpalan darah seperti hati ayam. Pasien merasa hamil 4 bulan dengan haid

terakhir tanggal 8 Januari 2014. Pasien mengatakan sering keluar flek-flek berwarna

merah kecoklatan sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit, berlangsung kurang lebih

selama 10 hari setiap bulannya dan jarang menggunakan pembalut atau minimal ganti

pembalut tipis sebanyak 1x/hari (flek tidak memenuhi pembalut). Pasien mengatakan saat

keluar flek-flek tidak disertai nyeri pada bagian bawah perut. Sejak awal kehamilan

pasien sering mengalami mual, muntah, merasa perutnya membesar dengan cepat

dibandingkan dengan kehamilan sebelumnya, serta tidak merasakan gerakan janin. Pasien

belum pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya dan baru pertama kali kontrol ke

bidan Puskesmas 1 hari sebelum masuk rumah sakit kemudian dilakukan test pack (+)

dan dari hasil USG didapatkan hamil anggur tanpa ada bagian janin. Riwayat pecah

ketuban (-), keluar darah campur lendir (-), perdarahan post koitus (-), penurunan berat

badan (-). Keluhan jantung berdebar disangkal, keluhan sering gemetar disangkal, keluhan

sesak nafas dan riwayat keputihan disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien juga

menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus,

alergi,dan asma.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti pasien.

Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, alergi, dan asma disangkal.

2

Page 3: MOLa Hidatidosa

Riwayat Menstruasi :

Pasien pertama kali menstruasi pada usia 13 tahun, dengan siklus menstruasi teratur 28

hari, dengan lama 5-7 hari, dan frekuensi ganti pembalut 3-4 kali/hari, tidak ada nyeri

haid.

Riwayat Pernikahan :

Riwayat menikah 1 kali tahun 2000

Riwayat Kontrasepsi :

Pasien adalah seorang akseptor KB Pil.

Riwayat Obstetri :

Riwayat obstetri G3P2A0, anak pertama dengan jenis kelamin perempuan, usia 13 tahun

dengan berat badan lahir 2800 gram, lahir secara spontan, bayi cukup bulan lahir di bidan,

anak kedua dengan jenis kelamin perempuan, usia 10 tahun, berat lahir 2900 gram, lahir

spontan, bayi cukup bulan, lahir di bidan.

III. STATUS GENERALIS

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

- Tekanan darah : 120/80 mmHg

- Frekuensi nadi : 88 x/menit

- Frekuensi napas : 20 x/menit

- Suhu : 36,7oC

Pemeriksaan Fisik Umum

- Mata : anemis (-/-), ikterus (-/-)

- Leher : tidak ada pembesaran KGB

- Jantung : S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)

- Paru : vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

- Ekstremitas : edema (-), akral teraba hangat, CRT < 2 detik

IV. STATUS GINEKOLOGI

Abdomen :

3

Page 4: MOLa Hidatidosa

Inspeksi : abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak ada tanda-tanda

peradangan, bekas operasi (-).

Palpasi : teraba lembek tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat, balotement

(-), gerakan janin (-), tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (-)

Auskultasi : DJJ (-)

Inspeksi : vulva dan uretra tenang

Inspekulo : porsio licin, OUE tertutup, fluxus (+)

VT :

Fluxus (+)

Portio keras, forniks tidak jelas teraba

OUE tertutup, tidak teraba jaringan, tidak ada massa adnexa

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ultrasonografi (USG) Abdomen :

Uterus retroflleksi, tampak gambaran sarang tawon, badai salju (snowstrom), tidak ada

kista lutein, tidak ada massa tumor pada kedua adnexa, kesan: Mola Hidatidosa

VI. DIAGNOSIS

Mola Hidatidosa

VII. PENATALAKSANAAN

a. Rencana Diagnosis

Cek DL, UL, β-HCG, T3, T4, TSH

USG

PA

b. Rencana Terapi

Infus RL 20 tpm

Suction Kuretase

c. Rencana Monitoring

Observasi keadaan umum dan vital sign

Observasi perdarahan

4

Page 5: MOLa Hidatidosa

Hasil pemeriksaan penunjang laboratorium (10/05/2014) Darah Perifer Lengkap, Hb :

11,6 ,Ht: 36, MCV: 90,1, MCH: 29,9, MCHC: 33,1, Trombosit: 255000, Leukosit: 8.13

ribu/mm3, Masa Perdarahan/BT: 3’00”, Masa Pembekuan/CT: 6’00”, TSH 0,37, β-HCG

urine : 202.263 mIU/ml. Kimia klinik : GDS: 98. Pemeriksaan urin, warna urin: kuning,

kejernihan : jernih, berat jenis: 1.010, PH urin: 6,5, protein urin: (-), glukosa urin: (-),

keton urin : (-), bilirubin: (-), urobilinogen urin (-), darah samar urin : (-), leukosit

esterase: (-), Mikroskopik urin: Leukosit :4-6, Eritrosit: (-), sel epitel: POS (+), bakteri:

(-).

VIII. TINDAKAN KURETASE

Tindakan Kuretase : suction curetase

Penemuan Intra Kuretase:

Darah keluar bersama cairan berwarna coklat

Gelembung-gelembung mola

Tidak ditemukan janin

Instruksi

Post Kuretase :

Terapi Amoxicilin 3x500 mg dan Asam Mefenamat 3x500

5

Page 6: MOLa Hidatidosa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di

mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan

berupa degenerasi hidropik. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang

membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah

sebagai segugus buah anggur. Jaringan trofoblast pada vilus berproliferasi dan

mengeluarkan hormon human chononic gonadotrophin (HCG) dalam jumlah yang

lebih besar daripada kehamilan biasa 1,2,4

2.2 Epidemiologi

Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120

kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilan). Di Indonesia,

mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan insiden yang tinggi

(data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko banyak, penyebaran merata

serta sebagian besar data masih berupa hospital based. Faktor risiko mola hidatidosa

terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, gizi buruk, riwayat

obstetri, etnis dan genetik.4

2.3 Etiologi dan Faktor Resiko

Mola hidatidosa disebabkan oleh sebuah spermatozoon memasuki ovum yang

telah kehilangan nukleusnya atau dua sperma memasuki ovum tersebut. Pada lebih

dari 90 persen mola komplit hanya ditemukan gen dari ayah dan 10 persen mola

bersifat heterozigot. Sebaliknya, mola parsial biasanya terdiri dari kromosom triploid

yang memberi kesan gangguan sperma sebagai penyebab.6

Pembuluh darah primitif di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga

embrio 'kelaparan', mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada

keadaan tertentu mengadakan invasi kejaringan ibu. Peningkatan aktivitas

sinsitiotrofoblas menyebabkan peningkatan produksi hCG, tirotrofin korionik dan

progestron. Sekresi estrodiol menurun, karena sintesis hormone ini memerlukan

enzim dari janin, yang tidak ada. Peningkatan kadar hCG dapat menginduksi

perkembangan kista teka-lutein di dalam ovarium.7

6

Page 7: MOLa Hidatidosa

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor

penyebabnya yang kini telah diakui adalah :

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat

dikeluarkan.

2. Usia ibu yang terlalu muda atau tua (36-40 tahun) beresiko 50% terkena

penyakit ini.

3. Imunoselektif dari sel trofoblast

4. keadaan sosioekonomi yang rendah

5. paritas tinggi

6. Defisiensi vitamin A

7. kekurangan protein

8. infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.

2.4 Patofisiologi

Menurut Sarwono, 2010, Patofisiologi dari kehamilan mola hidatidosa yaitu

karena tidak sempurnanya peredaran darah fetus, yang terjadi pada sel telur patologik

yaitu : hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur kehamilan 3 – 5 minggu

dan karena pembuluh darah villi tidak berfungsi maka terjadi penimbunan cairan di

dalam jaringan mesenkim villi.1,4

Analisis sitogenetik pada jaringan yang diperoleh dari kehamilan mola

memberikan beberapa petunjuk mengenai asal mula dari lesi ini. Kebanyakan mola

hidatidosa adalah mola “lengkap” dan mempunyai 46 kariotipe XX. Penelitian khusus

menunjukkan bahwa kedua kromosom X itu diturunkan dari ayah. Secara genetik,

sebagian besar mola hidatidosa komplit berasal dari pembuahan pada suatu “telur

kosong” (yakni, telur tanpa kromosom) oleh satu sperma haploid (23 X), yang

kemudian berduplikasi untuk memulihkan komplemen kromosom diploid (46 XX).

Hanya sejumlah kecil lesi adalah 46 XY.6,7,8

Pada mola yang “tidak lengkap” atau sebagian, kariotipe biasanya suatu

triploid, sering 69 XXY (80%). Kebanyakan lesi yang tersisa adalah 69 XXX atau 69

XYY. Kadang-kadang terjadi pola mozaik. Lesi ini, berbeda dengan mola lengkap,

sering disertai dengan janin yang ada secara bersamaan. Janin itu biasanya triploid

dan cacat. 6,8

7

Page 8: MOLa Hidatidosa

Gambar 1.1. Susunan sitogenetik dari mola hidatidosa. A. Sumber kromosom dari mola

lengkap. B. Sumber kromosom dari mola sebagian yang triploid. (Hacker).

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit

trofoblas 1:

1. Teori missed abortion.

Teori ini menyatakan bahwa mudigah mati pada usia kehamilan 3-5 minggu (missed

abortion). Hal inilah yang menyebabkan gangguan peredaran darah sehingga terjadi

penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah

gelembung-gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan karena

kekurangan gizi berupa asam folik dan histidine pada kehamilan hari ke 13 dan 21. Hal ini

menyebabkan terjadinya gangguan angiogenesis.

2. Teori neoplasma

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas, yang

abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal. Hal ini

menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi sehingga

menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian

mudigah.

Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelembung-

gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga menyerupai buah anggur,

atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Ukuran gelembung-

gelembung ini bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat

trias: (1) Proliferasi dari trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban;

(3) Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel polidral

dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells). Pada kasus mola

8

Page 9: MOLa Hidatidosa

banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25-60%).

Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa

sembuh 1,5.

2.5 Klasifikasi

Mola hidatidosa dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu bila tidak disertai janin maka

disebut mola hidatidosa atau Complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari

janin disebut mola parsialis atau Parsials mole . 1,2,8

Tabel 1.2. Perbandingan bentuk mola hidatidosa

Gambaran Mola Komplit Mola Parsial Kariotipe 46,XX atau 46,XY Umumnya 69,XXX

atau 69,XXY (tripoid) Patologi

Edema villus Difus Bervariasi,fokal Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan s/d berat Bervariasi, fokal,

ringan s/d sedang Janin Tidak ada Sering dijumpai Amnion, sel darah merah janin

Tidak ada Sering dijumpai

Gambaran klinis Diagnosis Gestasi mola Missed abortion Ukuran uterus 50% besar untuk masa

kehamilan Kecil untuk masa kehamilan

Kista teka-lutein 25-30% Jarang Penyulit medis Sering jarang Penyakit pascamola 20% <5-10%

Kadar hCG Tinggi Rendah – tinggi

2.6 Gejala Klinis

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan

biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan

biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah

darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam.

1. Terdapat tanda-tanda kehamilan. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan

10% pasien masuk RS

2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar)

3. Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang

tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab

9

Page 10: MOLa Hidatidosa

4. Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,

peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni)

Dan menurut Cuningham, 1995. Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat

beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium lanjut

trimester pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut8 :

1. Perdarahan

Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari

spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum

abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-

minggu atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan

sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.

2. Ukuran uterus

Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yang sebenarnya dan teraba

lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.

3. Aktivitas janin

Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secara khas

tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test dengan alat yang

sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yang kembar pada kehamilan

mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya sementara plasenta yang lainnya

dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian pula sangat jarang ditemukan

perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta dengan disertai dengan janin yang

hidup.

4. Embolisasi

Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus

dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat

sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner akut

bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan

atau tanpa stroma villus yang menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu

kecil untuk menghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut

trofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti

lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja

(koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa

metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian terlihat

menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau bahkan beberapa

10

Page 11: MOLa Hidatidosa

minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami proliferasi dan

menimbulkan kematian wanita tersebut tidak mendapatkan pengobatan yang efektif.

5. Ekspulsi Spontan

Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelum mola

tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewat tindakan. Ekspulsi

spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan sekitar 16 minggu. Dan jarang

lebih dari 28 minggu.6

A. Diagnosis

1. Anamnesis

Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,

perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang

bergelembung seperti busa.

(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet

adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan

perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang

banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat

dalam 97% kasus.

(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal

ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.

(3) Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor

dan kulit yang hangat. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia yang terjadi

pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg),

protenuria (>300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Palpasi :

Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek

Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin

Pemeriksaan dalam :

Memastikan besarnya uterus

11

Page 12: MOLa Hidatidosa

Uterus terasa lembek

Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan kadar B-hCG

BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml

Beta HCG serum > 40.000 IU/ml

Berikut adalah gambar kurva regresi hCG normal yang menjadi parameter

dalam penatalaksanaan lanjutan mola hidatidosa.

Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan kurva

regresi normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola. 8

Pemeriksaan kadar T3 /T4

B-hCG > 300.000 mIU/ml mempengaruhi reseptor thyrotropin, mengakibatkan

aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadi gejala-gejala

hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor, hiperhidrosis, gelisah,

emosi labil, diare, muntah, nafsu makan meningkat tetapi berat badan menurun

dan sebagainya. Dapat terjadi krisis hipertiroid tidak terkontrol yang disertai

hipertermia, kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran

sampai delirium-koma. 8

4. Pemeriksaan Imaging

a. Ultrasonografi

Gambaran seperti sarang tawon tanpa disertai adanya janin

Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.

b. Plain foto abdomen-pelvis: tidak ditemukan tulang janin

12

Page 13: MOLa Hidatidosa

B. Penatalaksanaan

1. Evakuasi

a. Perbaiki keadaan umum.

Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap

Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam

kemudian dilakukan kuret.

b. Memberikan obat-obatan Antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum

penderita.

c. 7-10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan

sisa-sisa jaringan.

d. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun,

Paritas 4 atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih

2. Pengawasan Lanjutan

Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral

pil.

Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :

o Setiap minggu pada Triwulan pertama

o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua

o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya

o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam :

o Keadaan Serviks

o Uterus bertambah kecil atau tidak

c. Laboratorium

Reaksi biologis dan imunologis :

o 1x seminggu sampai hasil negatif

o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya

o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya

o 1x3 bulan selama tahun berikutnya

13

Page 14: MOLa Hidatidosa

o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya

keganasan

3. Sitostatika Profilaksis

Metoreksat 3x 5 mg selama 5 hari

C. Komplikasi

Perdarahan yang hebat sampai syok

Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia

Infeksi sekunder

Perforasi karena tindakan atau keganasan

14

Page 15: MOLa Hidatidosa

BAB III

PEMBAHASAN

Penegakan diagnosis dilakukan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan pennjang. Pada kasus ini, jika dilihat dari definisi Mola hidatidosa merupakan

kehamilan abnormal yang sebagian atau seluruh vili korialisnya mengalami degenerasi

berupa gelembung yang menyerupai anggur. Mola dapat mengandung janin (mola parsial)

atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit). Penyebab mola hidatidosa tidak

diketahui, faktor – faktor yang dapat menyebabkan antara lain, faktor ovum, imunoselektif

dari tropoblast, keadaan sosioekonomi yang rendah, paritas tinggi, kekurangan protein,

infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

Sesuai dengan teori yang ada bahwa diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan

subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah dilakukan. Dari anamnesis

didapatkan pasien merasa hamil 4 bulan dengan haid terakhir tanggal 8 Januari 2014 hal ini

dikarenakan pasien tidak mengalami menstruasi seperti biasanya selama 4 bulan, sudah test

pack dengan hasil (+), dan hanya keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan dan hanya

menggunakan pembalut tipis, pasien sering mengalami mual, muntah, merasa perutnya

membesar, dari hal ini ada tanda-tanda kemungkinan hamil pada pasien. Dari HPHT

didapatkan usia kehamilan 17 minggu.

Pasien mangatakan keluar darah dari jalan lahir berwarna merah terang disertai

dengan keluar gelembung darah, ganti pembalut 3 kali/hari, tidak disertai keluarnya

gumpalan darah atau bagian tubuh janin, hal ini kemungkinan perdarahan yang terjadi pada

kehamilan trimester pertama yaitu Kehamilan Ektopik Terganggu, Mola Hidatidosa, dan

Abortus. Dari keterangan pasien tidak ada keluhan nyeri dengan keadaan pasien yang baik

serta pada perdarahan tidak adanya gumpalan darah atau bagian dari jaringan tubuh dapat

melemahkan KET dan Abortus. Adanya gelembung pada darah merupakan ciri khas pada

mola hidatidosa akibat stroma vili korialis yang berdegenerasi hidropik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan abdomen tampak mengalami pembesaran, teraba

lembek tinggi fundus uteri 1 jari di bawah pusat, balotement (-), gerakan janin (-), tidak

teraba bagian janin, DJJ (-). Dari keterangan tersebut besarnya uterus pada kehamilan 17

minggu normalnya ½ pusat dan simfisis hal ini menunjukan uterus membesar lebih dari usia

kehamilan yang merupakan salah satu tanda dari mola hidatidosa atau kehamilan dengan

mioma, tetapi tidak adanya tanda-tanda janin melemahkan kehamilan denggan mola dan

15

Page 16: MOLa Hidatidosa

memperkuat mola hidatidosa. Adanya fluxus (+) menunjukkan adanya perdarahan keluar dari

ostium uteri eksterna. Dari pemeriksaan penunjang yaitu USG dan kadar β-HCG darah

didapatkan gambaran sarang tawon, badai salju (snowstrom) yang merupakan gambaran dari

mola hidatidosa dan kadar β-HCG : 202.263 mIU/ml dalam hal ini menunjukkan kadar

BetaHCG urin > 100.000 mlU/ml serta lebih besar dari nilai normal pada kehamilan 17

minggu yaitu 4,060 - 165,400 mIU/ml meupakan tanda dari mola hidatidosa.

Kadar hCG dalam urine pada berbagai tingkatan usia kehamilan berdasarkan haid terakhir:

3 minggu : 5 - 50 mIU/ml

4 minggu: 5 - 426 mIU/ml

5 minggu : 18 - 7,340 mIU/ml

6 minggu: 1,080 - 56,500 mIU/ml

7 - 8 minggu: 7, 650 - 229,000 mIU/ml

9 - 12 minggu: 25,700 - 288,000 mIU/ml

13 - 16 minggu: 13,300 - 254,000 mIU/ml

17 - 24 minggu: 4,060 - 165,400 mIU/ml

25 - 40 minggu: 3,640 - 117,000 mIU/ml

Tidak hamil: <5.0 mIU/ml, Post-menopause: <9.5 mIU/ml

Dari anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang didapatkan :

Pasien tidak menstruasi selama 4 bulan

Sering keluar flek-flek berwarna merah kecoklatan sejak 3 bulan

Keluhan keluar darah dari jalan lahir berwarna merah terang disertai dengan keluar

gelembung darah

Mengalami mual, muntah, merasa perutnya membesar dengan cepat dibandingkan

dengan kehamilan sebelumnya, serta tidak merasakan gerakan janin.

Test pack (+) dan dari hasil USG didapatkan hamil anggur tanpa ada bagian janin.

Pada pemeriksaan fisik besarnya uterus membesar lebih dari usia kehamilan, lembek,

Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin, tidak terdengar

bunyi denyut jantung janin

Pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis

Dari pemeriksaan penunjang yaitu USG dan kadar β-HCG darah didapatkan gambaran

sarang tawon, badai salju (snowstrom), dan kadar β-HCG : 202.263.

16

Page 17: MOLa Hidatidosa

Hal ini menunjukkan adanya kehamilan mola hidatidosa.

Pada kasus ini, kemungkinan penyebab adanya kehamilan mola karena keadaan

sosioekonomi yang rendah, sehingga kekurangan asupan protein. Selain itu faktor resiko

lainnya adalah usia ibu yang terlalu tua. Pasien mengeluh keluar darah lewat jalan lahir,

gejala ini merupakan gejala utama mola. Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara bulan

pertama sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu. Sifat perdarahan bisa intermitten,

sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga dapat menyebabkan syok. Perdarahan

pervaginam yang berulang ini cenderung berwarna coklat dan kadang bergelembung seperti

busa. Gejala lain yang mendukung adalah mual dan muntah yang berlebihan.

Untuk penatalaksanaan, suction curetase dilakukan pada pasien ini dan didapatkan

darah keluar bersama cairan berwarna coklat, gelembung-gelembung mola, dan tidak

ditemukan janin sehingga pasien dapat dikatakan mengalami mola komplit. Tindakan suction

curetage pada pasien ini sudah tepat dilakukan. Sebagai penatalaksanaan lanjutan pasien

sebaiknya menunda kehamilan selama 12 bulan dengan menggunakan kontrasepsi hormonal.

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: MOLa Hidatidosa

1. Sumapraja, S & Martaadisoebrata, D. 2005. Penyakit Serta Kelainan Plasenta dan Selaput

Janin, dalam: Ilmu Kebidanan, Edisi ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawiroharjo. Jakarta. Hal: 342-348.

2. Manuaba, I.B.G., Manuaba, I.B.G.F., dan Manuaba, I.D.C. 2007. Penyakit Trofoblas,

dalam: Pengantar Kuliah Obstetri. EGC. Jakarta. Hal: 725-726.

3. Mansjoer, A. dkk. 2001. “Mola Hidatidosa” Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. Hal 265-267

4. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. “Mola Hidatidosa”. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Jakarta. 2009. Hal . 262-264

5. Hacker, N.F., & Moore, J.G. 2001. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial Obstetri

dan Ginekologi, Edisi 2. Hipokrates. Jakarta. Hal: 679-680.

6. John T,2006, Gestational Throphoblastic Disease. The American College of Obstetricians

and Gynecologists. Lippincott Williams & Wilkins. Diakses dari

http://www.utilis.net/Morning%20Topics/Gynecology/GTN.PDF , pada 25 Oktober 2012

7. Mochtar, R. 1998. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua.

EGC. Jakarta. Hal : 138-143.

8. Cuninngham. F.G. dkk. 2006. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional

Obstetri Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. Hal 930-938

9. Hardjoeno, dkk. 2006. Kadar b-hCG Penderita Mola Hidatidosa Sebelum Dan Sesudah

Kuretase. Bagian Patologi klinik FK-UH- RS dr.Wahidin Sudirohusodo: Makassar

18