mola hidatidosa

20
MOLA HIDATIDOSA PENDAHULUAN Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan komplit, koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Kehamilan mola secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, tetapi kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium. Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa reproduksi, yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan insidensi pada negara-negara barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1.000 – 1.500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola

Upload: drfatihah

Post on 01-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mola Hidatidosa

MOLA HIDATIDOSA

PENDAHULUAN

Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang

meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan komplit,

koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah

neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi

janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Kehamilan mola

secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas

dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, tetapi

kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.

Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa reproduksi,

yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-

negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan insidensi pada negara-negara

barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian

kehamilan mola dari 1.000 – 1.500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari

600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika

Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000

kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih

tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.

DEFINISI

Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya mengalami

perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema vesikular dari vili

khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologist, ditemukan

proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi

cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah.

Page 2: Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain mola hidatidosa komplit

dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa komplit tidak berisi jaringan fetus, di mana 90%

biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% terdiri dari kariotipe 46,XY. Semua kromosomnya

berasal dari sisi paternal. Ovum yang tidak bernukleus akan mengalami fertilisasi oleh sperma

haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh dua sperma. Pada mola

yang komplit, vili khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan terdapat hiperplasia

tropoblastik. Sedangkan, pada mola hidatidosa parsial, terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan

pembuluh darah di vili khorialis masih sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai

ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok .

EPIDEMIOLOGI

Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin jika

dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000

kehamilan, sedangkan di negara-negara berkembang sebesar 1:100 atau 600 kehamilan. Insidensi

di Indonesia dilaporkan mencapai 1:85 kehamilan (Soejonoes) dan di RS Dr. Cipto

Mangunkusumo, Jakarta sebesar 1:31 persalinan dan 1:49 kehamilan.

Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan

trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15% pasien dan

metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus koriokarsinoma yang dilaporkan berasal dari

mola parsial, walaupun pada 4% pasien, mola parsial dapat berkembang menjadi penyakit

trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan kemoterapi.

Insiden kehamilan mola beragam diantara kelompok-kelompok etnis dan biasanya

tertinggi pada negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Timur. Mola hidatidosa

biasanya lebih sering dijumpai pada wanita usia reproduksi, yakni usia 15 hingga 45 tahun, di

mana wanita pada umur remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan

umur 35 tahun keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita dengan usia lebih dari 40

tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat jika dibandingkan dengan wanita yang lebih

muda. Peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen, kontrasepsi oral, dan

faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional masih belum jelas. Kekambuhan

Page 3: Mola Hidatidosa

mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1 – 2% kasus. Dalam suatu kajian terhadap 12 penelitian

yang total mencakup hampir 5.000 persalinan, frekuensi mola rekuren adalah 1,3% (Lorret de

mola dan Goldfarb).

ETIOLOGI

Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin dapat

menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain:

1. Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi

terlambat dikeluarkan

2. Imunoselektif dari trofoblast

3. Keadaan sosioekonomi yang rendah

4. Paritas tinggi

5. Kekurangan protein

6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

PATOFISIOLOGI

Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah

keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal

terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu,

uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar

sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.

Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam

kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan.

Demikian pula dengan penyakit trofoblast, yang merupakan kegagalan reproduksi. Di sini

kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi

keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi

hidrofik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut ”mola hidatidosa”.

Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung – gelembung berisi cairan jernih merupakan kista

Page 4: Mola Hidatidosa

– kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologik

kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi

kehamilan ganda mola, yaitu satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.

Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1

cm 5. Pada ummnya penderita ”mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada

diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.

Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori

neoplasma. Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu

(missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan

cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

Teori neoplasma menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya

dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini

menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.

KLASIFIKASI

MOLA HIDATIDOSA SEMPURNA

Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran vesikel

bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering

berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh

adanya, antara lain:

Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroma vilus

Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak

Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi

Tidak adanya janin dan amnion

Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX dan sisanya

46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna dapat

dibagi atas 2 jenis, yaitu :

Mola Sempurna Androgenetic

Page 5: Mola Hidatidosa

Homozygous

Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal

identik, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan;

46,YY tidak pernah ditemukan

Heterozygous

Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan. Semua

kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua

sperma.

Mola Sempurna Biparental

Genotip ayah dan ibu terlihat, tetapi gen maternal gagal mempengaruhi janin sehingga

hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparental jarang ditemukan. Bentuk

rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan sebagai autosomal

resesif) pernah ditemukan. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13.

Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat didiagnosis pada trimester

pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul. Gejala yang paling sering terjadi pada mola

sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan

perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan cairan

merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus mola hidatidosa. Pasien

juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan peningkatan kadar human

chorionic gonadotropin (HCG). Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia, tremor, dan

kulit hangat.

MOLA HIDATIDOSA PARSIAL

Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin

tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada

sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya dengan

Page 6: Mola Hidatidosa

sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial tidak

memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan

tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion yakni Perdarahan

vagina dan hilangnya denyut jantung janin, Pada mola parsial, jaringan fetus biasanya

didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi merupakan penemuan yang seringkali

ada. Komplemen kromosomnya yaitu 69,XXX atau 69,XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi

ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma.

Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik

hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.

MANIFESTASI KLINIS

a. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.

b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakan

gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama

berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan

anemia defisiensi besi.

c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia

kehamilan.

d. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballottement.

e. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.

f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24

g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti

h. Gejala Tirotoksikosis

DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti

laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejala

klasik yakni:

Page 7: Mola Hidatidosa

a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah

perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan.

Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa

mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.

b. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini

merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.

c. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit

yang hangat.

Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi

onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi.

Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan

gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan

vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola

komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus

uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik

yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia

yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria

(> 300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca

lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran

ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat

diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta

HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila

didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak

sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan

komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga

pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi

hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin.

Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi

kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang

Page 8: Mola Hidatidosa

mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa

intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis

mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru

merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.

Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus,

terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai

tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-

myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Pada

mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.

KLINIS

Anamnesis

Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang

berlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat

dan kadang bergelembung seperti busa.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola

(mola face)

Palpasi : uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek Tidak

teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.

Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.

Pemeriksaam Dalam : memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek, terdapat

perdarahan dalam kanalis servikalis

Hasil Penemuan Fisik

Mola Sempurna

Page 9: Mola Hidatidosa

Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar daripada

biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola sempurna.

Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik berlebih dan

darah yang tertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran sesuai dengan umur

kehamilan bahkan lebih kecil tidak jarang ditemukan.

Preeklampsia. Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia ditandai

oleh adanya hipertensi (BP >140/90 mm Hg), proteinuria (> 300 mg/d), dan edema

dengan hiperreflexia. Kejang jarang terjadi.

Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm dan

diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada

pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya

mengeluhkan nyeri pelvis. Karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat resiko

torsi. Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang tinggi dan kadarnya

biasanya menurun setelah mola.

Mola Parsial

Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG.

Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3% kasus

Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang terjadi.

Mola Kembar

Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah

dilaporkan. Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti ini

juga pernah dilaporkan.

Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan cenderung

dapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan.

Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa perdarahan,

thyrotoxikosis, atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberi tahu mengenai resiko dari

morbiditas maternal akibat komplikasi mola kembar.

Page 10: Mola Hidatidosa

Diagnosis genetik prenatal melalui sampling chorionic villus atau amniosentesis

direkomendasikan untuk mengevaluasi kariotype fetus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik

dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) : Galli

Mainini 1/300 (+) maka suspek molahidatidosa.

Radiologik

Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin

USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

Uji Sonde

Tidak rutin dikerjakan, biasanya dilakukan sebagai tindakan awal kuretase

Histopatologik

Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke laboratorium PA.

TATA LAKSANA

Evakuasi

1. Perbaiki keadaan umum.

2. Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap. Bila Kanalis servikalis

belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.

3. Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum penderita.

4. 7 – 10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-

sisa jaringan.

Page 11: Mola Hidatidosa

5. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas 4

atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

Pengawasan Lanjutan

1. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.

2. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap minggu pada Triwulan

pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan kedua, setiap bulan pada 6 bulan berikutnya,

setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.

3. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :

a. Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan

b. Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil atau tidak

c. Laboratorium : Reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu sampai hasil

negatif, 1x per 2 minggu selama Triwulan selanjutnya, 1x sebulan dalam 6 bulan

selanjutnya, 1x per 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau hasil reaksi titer masih

(+) maka harus dicurigai adanya keganasan

4. Sitostatika Profilaksis : Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

KESIMPULAN

Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang

meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan komplit,

koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah

neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi

janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Kehamilan mola

secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas

dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, tetapi

kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.

Page 12: Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa reproduksi,

yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-

negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan insidensi pada negara-negara

barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian

kehamilan mola dari 1.000 – 1.500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari

600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika

Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000

kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih

tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.

Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi

juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis

penyakit tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman diagnosis dan terapi lab/upf. Kebidanan

dan penyakit kandungan. Rsud dokter soetomo surabaya. 1994. Hal 25-28.

2. Ayurai, 2009. Mola Hidatidosa. Download at 22 september 2009 from :

http://ayurai.wordpress.com/2009/06/26/mola-hidatidosa/

3. Cuninngham. F.G. dkk. “Mola Hidatidosa” Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri

Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.

Page 13: Mola Hidatidosa

4. Diyah Metta Ningrum dan Ova Emilia, 2008. Diagnosis Dan Manajemen Mola

Hidatidosa. Download tanggal 14 september 2009 dari :

http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-hidatidosa.html

5. Harnawatiaj, 2008. Askep Mola Hidatidosa. Download at 20 september 2009, available

from: http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/

6. Lisa E Moore, 2008. Hydatidiform Mole. Download at 15 september 2009 available

from: www.e-medicine.com

7. Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267

8. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin.

Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002

Hal 341-348.

9. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku

Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.

10. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina

Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264

11. Ross S. Berkowitz, M.D., and Donald P. Goldstein, M.D, 2009. Molar Pregnancy.

Downloaded from www.nejm.org on September 16, 2009

12. Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. Obsetetri Patologik. Bagian Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Elstar Offset. Bandung. 1981. Hal38-42