mola hidatidosa

19
PATOLOGI MOLA HIDATIDOSA OLEH : ANDI SURYA ABDI 14220100355 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Upload: andi-surya-abdi

Post on 25-Jul-2015

305 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mola Hidatidosa

PATOLOGI

MOLA HIDATIDOSA

OLEH :

ANDI SURYA ABDI

14220100355

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2012

Page 2: Mola Hidatidosa

MOLA HIDATIDOSA

A. Pendahuluan

Mola Hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestasional sebagai akibat dari suatu

kehamilan yang berkembang tidak sempurna. Walaupun penyakit ini sudah cukup lama

dikenal, namun sampai sekarang penyakit ini masih tetap aktual, karena masih banyak hal-

hal yang belum jelas. Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia dengan angka kejadian

yang berbeda-beda. Penyakit ini lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia dan

Amerika Latin.

Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada golongan sosio ekonomi rendah. Di Indonesia

menurut laporan beberapa penulis dari berbagai daerah menunjukkan angka kejadian yang

berbeda-beda. Angka kejadian Mola Hidatidosa di Indonesia berkisar antara 1 : 51 sampai

1 : 141 kehamilan. Sedangkan di negara barat angka kejadian ini lebih rendah dari pada

negara-negara Asia dan Amerika Latin, misalnya Amerika Serikan 1 : 1450 kehamilan

(Hertig & Sheldon, 1978) dan di Inggris 1 : 1500 (Womack & Elston, 1985).

Berdasarkan pemeriksaan morfologi, penyakit ini tergolong dalam neoplasma jinak. Akan

tetapi dalam perjalanan penyakitnya dapat berk embang menjadi neoplasma ganas yang

disebut Korio Karsinoma. Pada Mola 20% berkembang menjadi keganasan trofoblastik.

Setelah terbentuk mola komplit, invasi ke uterus terjadi pada 15% pasien & metastasis

terjadi pada 4% pasien. Kasus koriokarsinoma yang berkembang dari mola partial belum

pernah dilaporkan, walaupun 4% pasien dengan mola parsial akan berkembang menjadi

penyakit trofoblastik non metastasis persisten yang membutuhkan kemoterapi.

B. Definisi

Page 3: Mola Hidatidosa

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa

gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah

anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar,

Rustam, dkk, 1998 : 23)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka,

vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang

membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah

sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang

menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan

cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic

gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).

C. Klasifikasi Mola Hidatidosa

Perkembangan penyakit trofoblas ini amat menarik dan ada tidaknya janin telah digunakan

untuk menggolongkannya menjadi bentuk mola yang komplit (klasik) dan parsial

(inkomplit). Walaupun secara histologis dan morfologis keduanya berbeda tetapi gambaran

klinis dan penanganannya pada dasarnya sama.

a. Mola hidatidosa komplit (klasik)

Mola hidatidosa komplit secara genetik adalah lesi yang diploid dengan kromosom 46

XX, pada mola komplit tidak dijumpai elemen embrionik atau fetus. Kelainan genetik

ini disebabkan oleh karena fertilisasi ovum yang kosong oleh dua sperma. Mola

hidatidosa merupakan suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak

Page 4: Mola Hidatidosa

ditemukan janin dan hampir seluruh vili khorialis berubah menjadi kumpulan

gelembung yang jernih yang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang lebih

mudah terlihat sampai beberapa sentimeter dan bergantung dalam beberapa sentimeter

dan bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat

tumbuh cukup besar sehingga memenuhi uterus yang besarnya biasa mencapai ukuran

uterus kehamilan normal lanjut. Gambaran histologi mola hidatidosa komplit adalah :

1. Terdapat Vili dalam berbagai ukuran.

2. Ditengah Vili yg besar menunjukkan edema dengan sentral kavitas berisi cairan

yang disebut cisterna.

3. Terdapat proliferasi trofoblas yg berlebihan.

4. Sinsitiotrofoblas berwarna ungu, sitotrofoblas jernih dan nukleus Bizarre.

5. Tidak ada pembuluh darah fetal di mesenkim vili.

b. Mola hidatidosa inkomplit (parsial)

Mola hidatidosa parsial kariotipenya triploid, yang terdiri dari 1 set maternal dan 2 set

paternal. Secara klinis dijumpai adanya fetus dan perubahan pada plasenta berupa mola

hidatidosa. Titer hCG yang abnormal meningkat disertai tanda preeklamsia dan

hiperplasia trofoblas yang dijumpai lebih ringan daripada mola komplit.

Secara makroskopik tampak gelembung mola yang disertai janin atau bagian dari janin.

Umumnya janin mati pada bulan pertama atau ada juga yang hidup sampai cukup besar

atau bahkan aterm. Perubahan hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan

masih terdapat janin atau sedikitnya kantong amnion. Pada sebagian vili yang biasanya

avaskuler terjadi pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat, sementara vili lainnya

yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus-plasenta yang masih berfungsi tidak

Page 5: Mola Hidatidosa

mengalami perubahan. Bila ditemukan mola yang disertai janin, terdapat dua

kemungkinan, yaitu pertama kehamilan kembar dimana satu janin tumbuh normal dan

hasil konsepsi yang satu lagi mengalami mola parsial.

D. Tanda dan Gejala Mola Hidatidosa

Gambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan ”mola hidatidosa adalah :

Amenore dan tanda-tanda kehamilan

Mual dan muntah yang hebat

Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan

lanjut kadang keluar gelembung mola.

Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang

tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus

sudah membesar setinggi pusat atau lebih.

Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)

E. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan

panggul akan ditemukan tanda-tanda yang menyerupai kehamilan normal tetapi ukuran

rahim abnormal dan terjadi perdarahan. Tinggi fundus rahim tidak sesuai dengan umur

kehamilan dan tidak terdengar denyut jantung bayi.

Page 6: Mola Hidatidosa

Anamnesis

Mola hidatidosa biasanya didiagnosis pada kehamilan trimester pertama. Dari anamnesis,

didapatkan gejala-gejala hamil muda dengan keluhan perdarahan pervaginam yang sedikit

atau banyak. Pasien juga dapat ditanyakan apakah terdapat riwayat keluar gelembung mola

yang dianalogikan seperti mata ikan, riwayat hiperemesis, dan gejala-gejala tirotoksikosis.

Pemeriksaan fisik Inspeksi : diagnosis pasti mola hidatidosa adalah keluarnya gelembung-

gelembung mola, muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan yang

disebut muka mola (mola face). Palpasi : uterus membesar tidak sesuai dengan umur

kehamilan, terasa lembek, tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement, gerakan janin

tidak teraba, dan terdapat fenomena harmonika, yaitu darah dan gelembung mola keluar

dan fundus uteri turun lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru.

Auskultasi : tidak terdengar denyut jantung janin.

F. Faktor Predisposisi

Adapun kelompok-kelompok risiko tinggi yaitu usia kurang dari 20 tahun, sosial ekonomi

kurang, jumlah paritas tinggi, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya. Penyebab mola

Hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya mola hidatidosa adalah: 

Faktor ovum

Ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.

Imunoselektif dari trofoblast

Keadaan sosio-ekonomi yang rendah sehingga mengakibatkan rendahnya asupan

protein, asam folat, dan beta karoten

Page 7: Mola Hidatidosa

Jumlah paritas yang tinggi

Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun

Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

Penggunaan kontrasepsi oral untuk jangka waktu yang lama

Riwayat mola Hidatidosa sebelumnya

Riwayat abortus spontan

G. Penatalaksanaan dan Therapy

Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :

Mola hidatidosa harus dievakuasi sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Bila

perlu lakukan stabilisasi dahulu dengan melakukan perbaikan keadaan umum penderita

dengan mengobati beberapa kelainan yang menyertai seperti tirotoksikosis.

Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu :

1. Perbaiki keadaan umum

a. Koreksi dehidrasi

b. Transfusi darah bila ada anemia

c. Bila ada gejala preeklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai dengan

protocol

d. Penatalaksanaan hipertiroidisme

Jika gejala tirotoksikosis berat, terapi dengan obat-obatan antitiroid, ß-bloker, dan

perawatan suportif (pemberian cairan, perawatan respirasi) penting untuk menghindari

presipitasi krisis tiroid selama evaluasi. Tujuan terapi adalah untuk mencegah pelepasan

T4 yang terus-menerus dan menghambat konversi menjadi T3 untuk memblok aksi

Page 8: Mola Hidatidosa

perifer hormon tiroid dan untuk mengobati faktor-faktor presipitasi. Agen-agen

antitiroid dapat menurunkan level T3 dan T4 serum dengan cepat seperti sodium

ipodoat (orografin, suatu kontras yang mengandung iodine) yang merupakan terapi

pilihan dalam mencegah krisis tiroid setelah hipertiroidisme yang diinduksi kehamilan

mola karena Ca mengurangi konsentrasi T3 dan T4 dengan cepat. Apabila sodium

ipodoat tidak tersedia, PTU harus digunakan dan dikombinasikan dengan iodida. PTU

berbeda dengan metimazol, menghambat konversi T4 menjadi T3 di perifer dan

karenanya lebih disukai daripada metimazol. Loading dose 300-600 mg PTU diikuti

oleh 150-300 mg setiap 6 jam (perrektal atau melalui NGT). Kalium iodida oral (3-5

tetes, 3x sehari, 35 mg iodida/tetes) atau iodine lugol (30-60 tetes/hari dibagi dala 4

dosis, 8 mg iodida/tetes) atau natrium iodida intravena (0,25-0,5 g tiap 8-12 jam)

menginduksi penurunan level T3 dan T4 yang cepat.

ß-bloker digunakan untuk mengontrol takikardi dan gejala lain yang diaktivasi saraf

simpatis. Propanolol dimulai pada dosis 1-2 mg tiap 5 menit secara intravena (dosis

maksimum 6 mg) diikuti dengan propanolol oral pada dosis 20-40 mg tiap 4-6 jam.

2. Pengeluaran jaringan mola

Bila sudah terjadi evakuasi spontan lakukan kuretase untuk memastikan kavum uteri

sudah kosong. Bila belum lakukan evakuasi dengan kuret hisap. Bila serviks masih

tertutup dapat didilatasi dengan dilator nomor 9 atau 10. Setelah seluruh jaringan

dievakuasi dengan kuret hisap dilanjutkan kuret tajam dengan hati-hati untuk

memastikan kavum uteri kosong. Penggunaan uterotonika tidak dianjurkan selama

proses evakuasi dengan kuret hisap atau kuret taja. Untuk menghentikan perdarahan,

Page 9: Mola Hidatidosa

uterotonika diberikan setelah evakuasi. Induksi dengan medikamentosa seperti

prostaglandin dan oksitosin tidak dianjurkan karena meningkatkan emboli trofoblas.

Teknik evakuasi mola hidatidosa ada 2 cara yaitu :

a. Kuretase

Dilakukan setelah keadaan umum diperbaiki dan setelah pemeriksaan-persiapan

selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar b-hCG serta foto thoraks), kecuali bila

jaringan mola sudah keluar spontan.

Bila kanalis servikalis belum terbuka, maka dilakukan pemasangan laminaria dan

kuretase dilakukan 24 jam kemudian.

Sebelum kuretase terlebih dahulu siapkan darah 500 cc dan pasang infus dengan

tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 cc Dextrose 5%

Kuretase dilakukan sebanyak 2x dengan interval minimal 1 minggu

Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi

b. Histerektomi 

Tindakan ini dilakukan pada wanita dengan :

-Umur > 35 tahun

-Anak hidup > 3 orang

3. Terapi profilaksis dengan sitostatika 

Diberikan pada kasus mola dengan risiko tinggi akan terjadi keganasan misalnya pada

umur tua dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi atau kasus mola

dengan hasil histopatologi yang mencurigakan. Biasanya diberikan Methotrexate atau

Page 10: Mola Hidatidosa

Actinomycin D. Indikasi pemberian kemoterapi pada penderita pasca mola hidatidosa

adalah sebagai berikut :

Kadar hCG yang tinggi > 4 minggu pascaevakuasi (serum >20.000 IU/liter, urine

>30.000 IU/24 jam)

Kadar hCG yang meningkat progresif pascaevakuasi

Kadar hCG berapapun juga yang terdeteksi pada 4 bulan pascaevakuasi

Kadar hCG berapapun juga yang disertai tanda-tanda metastasis otak, renal, hepar,

traktus gastrointestinal, atau paru-paru.

4. Penatalaksanaan pascaevakuasi 

Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola

hidatidosa, lama pengawasan berkisar 1 sampai 2 tahun.

Pengamatan lanjut meliputi pemeriksaan pelvis dan hCG setiap minggu sampai

hCG negatif, bila ditemui anemia atau infeksi harus diberikan pengobatan yang

adekuat. ß-hCG negatif diikuti tiap minggu 2 kali pemeriksaan, bila tetap negatif

dilakukan tiap bulan sampai dengan bulan keenam, lalu tiap 2 bulan sekali selama 6

bulan.

Diberikan kontrasepsi oral setelah kadar hCG normal. Bila penurunan hCG sesuai

dengan kurva regresi, pasien diperkenankan hamil setelah 6 bulan. Dapat juga

dengan metode barier, namun IUD tidak dianjurkan. Bila penurunan labat, tunda

kehamilan lebih lama lagi.

Bila terjadi kehamilan lakukan USG dan lakukan pemeriksaan hCG postpartum

untuk menyingkirkan reaktifasi residu dari mola.

Page 11: Mola Hidatidosa

Pasien dengan besar uterus 4 kali lebih besar dari usia gestasi dan adanya kista

lutein, maka risiko untuk menjadi karsinoma adalah 50%. 

FOLLOW UP

Dikarenakan 20% pasien dengan mola komplit dan 5-7 % pasien dengan mola parsial dapat

menjadi penyakit yang berulang. Follow up yang ketat sangat diperlukan. Kadar b -hCG

perlu dimonitor setiap minggu sampai diperoleh 3 kali angka yang normal dan kemudian

setiap bulan untuk 6 bulan. Sangat penting bagi pasien untuk menggunakan kontrasepsi

selama 6 bulan sehingga peningkatan b -hCG yang normal terjadi dalam kehamilan tidak

dikacaukan dengan penyakit yang berulang. Pil KB tidak meningkatkan resiko dari

penyakit post mola. Setelah angka b-hCG normal selama 6 bulan, kehamilan menjadi aman.

H. Kesimpulan dan Saran

Mola Hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG).

Penyakit trofoblast gestasional meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni

mola hidatidosa parsial dan komplet, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site

trophoblastic tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk

mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola

hidatidosa berprognosis jinak, dan koriokarsinoma yang ganas, sedangkan mola hidatidosa

invasif sebagai borderline keganasan.

Mola hidatidosa merupakan bentuk jinak dari penyakit trofoblas gestasional (Gestational

trophoblastic tumor) yang bila dibiarkan tanpa diobati akan berlanjut menjadi bentuk

intermediate yang bersifat fatal. Bentuk intermediate ini disebut dengan berbagai istilah

Page 12: Mola Hidatidosa

antara lain malignant mole, gestational trofoblastik tumor, persistent/ malignant trofoblastic

disease yang digolongkan dalam bentuk metastatik dan nonmetastati.