modul_3 motivasi berprestasi
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 modul_3 Motivasi Berprestasi
1/8
III. MOTIVASI BERPRESTASI
Tuhan menciptakan manusia untuk hidup sukses, bukan hidup dalam
kesusahan. Kesuksesan tergantung pada manusia itu sendiri. Apakah manusia
mau memperhatikan, memikirkan,dan memanfaatkan apa yang telahTuhan
berikan. Sukses dapat diartikan peningkatan segala sesuatu menjadi lebih
berharga dalam kehidupan yang kita inginkan. Ukuran sukses bisa berupa uang
& kekayaan yang lebih besar, kekuasaan & pengaruh yang lebih besar, ilmu
yang lebih tinggi dan lebih berguna, pekerjaan yang lebih baik, nama yang lebih
bermakna, dll. Sukses bukanlah warisan, sukses dibangun dengan usaha
memperbaiki pikiran dan tindakan sedikit demi sedikit, dan terus menerus.
3.1. Apakah Yang Mendorong Manusia untuk berprestasi ?
Orang dapat sukses berprestasi karena mereka mempunyai keinginan.
Keinginan mendorong adanya usaha, yang disebut sebagai motivasi berprestasi.
Jadi motivasi berprestasi adalah keinginan di dalam dri seorang yang mendorong
untuk bertindak mencapai kesuksesan. Manusia belajar, bekerja, berpolitik,
berusaha, dan beribadah, dalam rangka mencapai tujuan atau harapan.
Setiap manusia mempunyai harapan, dan dengan harapan itu mereka
melakukan kegiatan. Kegiatan untuk mencapai tujuan dan harapan ini disebut
sebagai perilaku, sedangkan harapan, keinginan, keutuhan yang mendorong
disebut sebagai motif. Dalam diri manusia terdapat berbagai keinginan dan motif,
dan setiap motif membutuhkan perilaku. Motif yang akan dipenuhi adalah motif
yang paling besar dan paling penting. Kebutuhan/keingnan yang telah terpenuhi
tidak lagi merupakan motivator perilaku. Jadi untuk sukses kita harus
mempunyai banyak motif, keinginan, dan kebutuhan
3.2. Tiga Jenis Motivasi
Jadi memotivasi orang lain, bukan sekadar mendorong atau bahkan
memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang
-
7/31/2019 modul_3 Motivasi Berprestasi
2/8
melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri
sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan
sesuatu karena didorong oleh motivasinya. Ada tiga jenis atau tingkatan motivasi
seseorang, yaitu: pertama, motivasi yang didasarkan atas ketakutan (fear
motivation). Dia melakukan sesuatu karena takut. Motivasi kedua adalah karena
ingin mencapai sesuatu (achievement motivation). Sedangkan motivasi yang
ketiga adalah motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner
motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya.
Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai
(values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada
sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang
memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya
bekerja bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri,
kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus
dilaluinya untuk mencapai misi hidupnya.
3.3. Hubungan antara Motivasi dan Prestasi
Saat melaksanakan segala sesuatu, manusia pasti mempunyai tujuan danmotif
tertentu. Dalam seting organisasi motif bisa berupa gaji maupun kesempatan
untuk mengaktualisasikan diri dengan mencapai status yang terpandang. Status
identik dengan karir. Karir yang transparan dan jelas untuk mencapainya akan
menimbulkan dampak positif bagi karyawan sendiri. Dampak positif yang
diharapkan timbul adalah munculnya performansi kerja yang tinggi dengan
berusaha untuk mengungguli orang lain.
Mengingat kesamaan tujuan dibatasi oleh ketersediaan jabatan itu sendiri, maka
tentu akan dipilih individu yang terbaik. Proses inilah yang akan melahirkan apa
yang disebut dengan kompetisi kerja. Bagi individu karyawan, arah karir dan
persyaratan pencapaiannya akan menguntungkan bagi dirinya untuk
menciptakan rencana pencapaian dan mengeksplorasi diri sendiri apakah ia
-
7/31/2019 modul_3 Motivasi Berprestasi
3/8
sanggup untuk mencapainya. Selanjutnya akan timbul usaha-usaha yang jika
dimenangkan akan memberikan keuntungan baik secara materi (gaji, insentif)
maupun non materi (status dan kedudukan).
Melalui penelitiannya, Mc. Clelland (Gibson, 1996) menemukan adanya
hubungan motivasi berprestasi (need for achievement) dengan keinginan untuk
mencapai suatu tujuan. Jika seseorang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi,
maka ia terdorong untuk menetapkan tujuan yang penuh tantangan, serta
menggunakan ketrampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk
pencapaiannya.
Kehadiran orang lain akan lebih memacu produktivitasnya. Orang lain dipandang
sebagai saingan yang melahirkan perilaku kompetitif dalam pencapaian tujuan
yang menantang, yaitu pengembangan aktualisasi diri dalam bentuk promosi
karir. Pendapat ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara keinginan
berkompetisi dengan motivasi berprestasi. Orang-orang yang ingin bersaing dan
mengungguli orang lain pada dasarnya memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.
Menurut Mc. Clelland, bisanya orang dengan n-ach tinggi umumnya memasangtarget pencapaian yang lebih tinggi dari apa yang bisa ia peroleh. Hal ini yang
menyebabkan mengapa mereka selalu berorientasi pada kesuksesan. Penelitian
Rosenbaum & Turner (Dreher, dkk. 1991) menunjukkan bahwa pengalaman-
pengalaman individu pada awal ia bekerja dimana ia mampu mengalahkan rekan
kerjanya dalam perolehan pengetahuan, keahlian dan informasi akan
memberikan dampak positif bagi kecerahan prospek karirnya. Dijelaskan bahwa
adanya dukungan dari perusahaan, terutama orang-orang sebagai sponsorship
yang memberikan arahan akan mendorong karyawan untuk lebih berhasil dalam
pencapaian karir selanjutnya. Sponsor atau yang dikenal dengan mentor
memberikan informasi tentang karir, kesempatan yang diperoleh dalam usaha
pengembangan pribadi, dan memberikan konseling karir bagi mereka. (David &
Newstrom, 1989).
-
7/31/2019 modul_3 Motivasi Berprestasi
4/8
Setiap individu di dalam perusahaan pada dasarnya memiliki motivasi yang
berbeda-beda dalam bekerja. Namun motif yang utama adalah ganjaran dan
status yang lebih tinggi. Kesemuanya ini hanya dapat dipenuhi melalui promosi
dan peningkatan karir. Tujauan yang sama ini akan melahirkan kompetisi dalam
pencapaiannya (Noe, dkk. 1994). Persaingan timbul jika ada satu tujuan yang
ingin dicapai oleh banyak orang. Karir identik dengan tujuan tersebut. Semakin
tinggi hierarki jabatan maka pemegang jabatannya (incumbant) semakin sedikit.
Hal ini melahirkan persaingan yang semakin hebat lagi. Pendapat ini
memperkuat pendapat sebelumnya yang dikemukakan oleh Rampandayo &
Husnan (1992). Menurut mereka kompetisi lahir karena adanya pengharapan
dari apa yang dipercaya akan diperoleh jika menunjukkan suatu perilaku tertentu.
Perusahaan yang menyadari dinamika ini akan memberikan rangsangan berupa
insentif maupun peningkatan kekuasaan yang diperoleh melalui meningkatnya
karir seseorang. Seseorang berusaha bekerja dengan bersungguh-sungguh
untuk mewujudkan tujuan hidupnya. Seperti yang dinyatakan oleh oleh Strauss
(Ginting, 1999) bahwa dalam bekerja individu akan memperoleh kepuasan-
kepuasan tertentu yang berwujud kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan fisikdan rasa aman serta kebutuhan sosial dan kebutuhan ego.
Disimpulkan bahwa seseorang bekerja pasti memiliki tujuan dan harapan yang
berusaha untuk dipenuhi. Cara pencapaiannya hanya melalui peningkatan
performansi kerja yang maksimal. Baltus (1983) menyatakan salah satu cara
untuk meningkatkan pekerjaan adalah dengan berkompetisi. Biasanya orang
yang ambisius tidak hanya tertarik pada pekerjaan mereka dan perusahaan
dimana mereka bekerja, namun juga diseluruh lapangan karir di perusahaan
mereka. Mereka akan memutuskan untuk bekerja pada bidang pekerjaan lain
daripada jabatan yang dipegangnya. Hal ini akan membuat orang tersebut
memfokuskan diri pada pekerjaannya, hal ini berguna bagi ekonomi perusahaan.
-
7/31/2019 modul_3 Motivasi Berprestasi
5/8
3.4. Motvasi Berprestasi
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang.
Dorongan itu memaksa seseorang untuk bergerak atau bertindak. Sedangkan
motivasi berprestasi ialah motivasi yang menyebabkan orang menghasilkan
sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Adalah fitrah jika kondisi manusia itu labil. Keimanan seseorang itu fluktuatif.
Motivasi juga cenderung naik turun. Ada kalanya kita merasa di puncak motivasi.
Terkumpul bola semangat yang sangat besar di atas tangan kita. Namun
kadangkala kita juga merasa sangat malas. Sama sekali tidak ada gairah untuk
melakukan sesuatu. Saat itulah motivasi kita turun.
Memang itu wajar. Akan tetapi kehidupan menuntut kita untuk senantiasa
berprestasi. Lingkungan akan memberi kita penghargaan apabila kita
berprestasi. Tapi lingkungan juga akan menghina kita jika tidak produktif. Islam
pun mengajarkan demikian. Jika hari ini tidak berbeda dengan hari kemarin,
merugilah kita. Jika lebih buruk? Parah lagi, kita termasuk orang-orang celaka.
Dan jika hari ini lebih baik dari sebelum-sebelumnya, masuklah kita ke dalam
golongan orang-orang yang beruntung.
Kondisi di atas cukup bertentangan. Satu sisi kita dituntut prestatif, tetapi di sisi
lain kita juga punya rasa malas. Lantas, bagaimana cara kita menghilangkan
rasa malas? Atau bagaimana caranya menigkatkan motivasi? Sebenarnya yang
paling berhak meningkatkan motivasi kita adalah diri kita sendiri. Kitalah yang
lebih menentukan keberhasilan kita. Dan kita pun bisa mengusahakan
peningkatan motivasi itu melalui beberapa cara.
Menurut Anis Matta dalam bukunya, Model Manusia Muslim, motivasi atau
kemauan dapat dibangun dengan pemantapan tujuan hidup. Sedini mungkin,
cobalah kita merumuskan tujuan hidup kita sebenarnya. Karena orang yang tidak
punya tujuan akan mudah terombang-ambing oleh masalah.
-
7/31/2019 modul_3 Motivasi Berprestasi
6/8
Rumusan tujuan hidup ini hendaknya sejelas mungkin. Tidak cukup kita hanya
bercita-cita menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, agama, dan
keluarga. Tetapi labih jauh lagi, rumuskan dengan cara apa kita akan menjadi
orang berguna. Misalnya kita ingin berguna dengan menjadi seorang
entrepreneur. Alasannya ingin memberi kesempatan kerja bagi orang lain.
Setidaknya itu lebih jelas dari cira-citasebelumnya.
Selanjutnya, cobalah visualisasikan tujuan itu sedetil-detilnya. Bayangkan
gagahnya kita menjadi seorang entrepreneur. Jalan-jalan sambil menggenggam
handphone. Bolak-balik ke luar negeri karena urusan bisnis. Pakaian rapi,
rambut klimis, wangi, dan segar. Kendati kaya, kita pun tidak lupa akan
kewajiban sebagai seorang hamba. Tak pernah kita lalai mendirikan shalat,
shaum, tilawah, infaq, nikah, dawah, dan berakhir dengan meraih gelar syuhada.
Penggambaran cita-cita yang detil ini akan membuat kita lebih bersemangat.
Jika kita masih merasa malas, cobalah analisis. Mengapa rasa malas itu
muncul? Apakah karena kita merasa tidak cocok terhadap jenis aktivitas
tertentu? Jika itu alasannya, kita pun bisa menyiasatinya. Cobalah cintaipekerjaan itu. Caranya dengan mencari tahu beribu manfaatnya. Dengan
mengetahui manfaat, kita akan lebih bersemangat dalam bekerja. Karena
kecenderungan manusia menyukai sesuatu yang memberinya manfaat.
Rasulullah SAW sendiri sering menjelaskan pahala-pahala yang akan didapat
jika mengamalkan amalan tertentu. Selain itu, rasa cinta bisa dimunculkan juga
dengan mencintai Sang Pemilik Cinta Yang Kekal, yaitu Allah. Niatkanlah setiap
aktivitas kita dengan harapan mendapat cinta dan ridha dari Allah. Karena itu
adalah sebaik-baik tujuan.
Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak di sini
artinya ialah memulai berbuat. Seringkali kita merasa malas sebelum mencoba
bekerja. Belum apa-apa, di benak kita muncul anggapan-anggapan penghambat.
-
7/31/2019 modul_3 Motivasi Berprestasi
7/8
Namun coba abaikan anggapan itu. Mulailah bekerja. Karena bisa jadi setelah itu
kita ternyata menemukan ritme yang asyik di sana. Sehingga kemudian kita
mendapati diri kita larut dalam aktivitas.
3.5. Menjadi manajer yang efektif
Dalam buku The One Minute Manager, kedua penulis (Kenneth Blanchard dan
Spencer Johnson) merangkum topik bahasan kita mengenai motivasi ini dalam
sebuah ilustrasi yang amat menarik mengenai Manajer Satu Menit. Untuk
menjadi manajer yang efektif dan dapat memotivasi anak buah untuk mencapai
sasaran perusahaan, maka ada tiga hal yang harus dilakukan :
Pertama adalah membangkitkan inner motivation dari orang yang dipimpinnya
dengan menetapkan berbagi misi atau sasaran yang akan dicapai. Kita sebagai
pemimpin perlu berbagi dengan tim kita untuk secara bersama melihat visi
secara jelas dan mengapa kita melakukannya. Motivasi yang benar akan tumbuh
dengan sendirinya ketika seseorang telah dapat melihat visi yang jauh lebih
besar dari sekadar pencapaian target. Sehingga setiap orang dalam organisasi
kita dapat bekerja dengan lebih efektif karena didorong oleh motivasi dari dalam
dirinya.
Hal kedua dan ketiga yang perlu dilakukan oleh seorang manajer efektif adalah
memberikan pujian yang tulus dan teguran yang tepat. Kita dapat membuat
orang lain melakukan sesuatu secara efektif dengan cara memberikan pujian,
dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Bahkan dalam bukunya yang
melegenda, Dale Carnegie (How to Win Friends and Influence People)
menempatkan ini sebagai prisip pertama dan kedua dalam menangani manusia,
yaitu: (1) jangan mengkritik, mencerca atau mengeluh, dan (2) berikan
penghargaan yang jujur dan tulus. Manusia pada prinsipnya tidak senang dikritik,
dicemooh atau dicerca, tetapi sangat haus akan pujian dan apresiasi. Tetapi
kritik atau teguran yang tepat seringkali justru diperlukan untuk membangun tim
kerja yang kokoh dan handal. Yang penting dalam menegur orang lain adalah
-
7/31/2019 modul_3 Motivasi Berprestasi
8/8
bukan pada apa yang kita sampaikan tetapi cara menyampaikannya. Teguran
yang tepat justru dapat menjadi motivasi dan menimbulkan reaksi yang positif.
Penelitian yang dilakukan dalam lima puluh tahun terakhir menunjukkan bahwa
motivasi kerja tidak semata didasarkan pada nilai uang yang diperoleh
(monetary value). Ketika kebutuhan dasar (to live) seseorang terpenuhi, maka
dia akan membutuhkan hal-hal yang memuaskan jiwanya (to love) seperti
kepuasan kerja, penghargaan, respek, suasana kerja , dan hal-hal yang
memuaskan hasratnya untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk
belajar dan mengembangkan dirinya. Sehingga akhirnya orang bekerja atau
melakukan sesuatu karena nilai, ingin memiliki hidup yang bermakna dan dapat
mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya (to leave a legacy).
(Disarikan dari berbagai sumber)