bab ii tinjauan pustaka a. motivasi berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/bab...

22
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam Djiwandono, 2002) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya seringkali dipengaruhi oleh berbagai motif. Motif untuk berprestasi (achievement motive) adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence), baik berasal dari standar prestasinya sendiri (autonomous standards) diwaktu lalu ataupun prestasi orang lain (social comparison standard).Woolfolk (dalam Myres, 2012) juga menjelaskan motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk berhasildan berusaha keras berdasarkan suatu standard mutu tertentu. Menurut Murray (dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya, mencapai kesuksesan, mengatasi rintangan, penampilan yang lebih baik dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan atas bakatnya. Gill (dalam Gould & Weinberg, 2007) mengartikan motivasi berprestasi sebagai orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan, bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat mencapai

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

McClelland (dalam Djiwandono, 2002) mengemukakan bahwa

manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya seringkali

dipengaruhi oleh berbagai motif. Motif untuk berprestasi (achievement

motive) adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai

keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan

(standard of excellence), baik berasal dari standar prestasinya sendiri

(autonomous standards) diwaktu lalu ataupun prestasi orang lain

(social comparison standard).Woolfolk (dalam Myres, 2012) juga

menjelaskan motivasi berprestasi adalah suatu keinginan untuk

berhasildan berusaha keras berdasarkan suatu standard mutu tertentu.

Menurut Murray (dalam Gould & Weinberg, 2007), motivasi

berprestasi adalah usaha seseorang dalam menguasai tugasnya,

mencapai kesuksesan, mengatasi rintangan, penampilan yang lebih

baik dari orang lain, dan mendapatkan penghargaan atas bakatnya. Gill

(dalam Gould & Weinberg, 2007) mengartikan motivasi berprestasi

sebagai orientasi individu untuk berusaha mencapai kesuksesan,

bertahan saat gagal, dan mendapatkan penghargaan saat mencapai

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

13

prestasi. McClelland (dalam Djamarah, 2011) mengatakan bahwa

motivasi berprestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi

semangat bekerja seseorang, yang mendorong seseorang untuk

mengembangkan kreativitas dan menggerakkan semua kemampuan

serta energi yang dimilikinyademi mencapai prestasi kerja yang

maksimal.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi

berprestasi adalah daya penggerak atau usaha seseorang untuk

mengembangkan kreativitas dan menggerakan kemampuan dan energi

yang dimilikinya, serta berusaha mengatasi rintangan dan mampu

bertahan saat gagal demi mencapai prestasi yang maksimal berdasarkan

suatu standard mutu tertentu.

2. Aspek-aspek Motivasi Berprestasi

McClelland (dalam Djamarah, 2011) mengemukakan aspek

motivasi berprestasi yang membedakan individu dengan motivasi

berprestasi tinggi dan rendah, yaitu:

a. Tanggung jawab

Secara teoritis individu yang memiliki motivasi berprestasi

tinggi selalu memiliki tanggung jawab yang baik terhadap hasil

dari tugas yang dikerjakannya, karena hanya dengan kondisi

yang demikian individu bisa merasakan kepuasan dari

mengerjakan sesuatu yang lebih baik. Smith (2004) mengatakan

bahwa individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

14

menyukai situasi di mana dirinya dapat menguji keberhasilan

dan kegagalan dari tugas yang dilakukannya.

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi merasa

bertanggung jawab atas tugas yang dikerjakannya dan tidak akan

meninggalkan tugas itu sebelum berhasil menyelesaikannya,

adapun individu dengan motivasi berprestasi yang rendah

cenderung akan menyalahkan hal-hal diluar dirinya sebagai

penyebab ketidakberhasilannya, seperti tugas yang terlalu sulit atau

terlalu banyak.

b. Risiko pemilihan tugas

Smith (2004) mengatakan individu dengan motivasi

berprestasi tinggi cenderung mengambil resiko yang di

perhitungkan dalam setiap tugas yang dilakukannya. Individu

cenderung menetapkan tujuan yang menantang di bandingkan

dengan tujuan yang terlalu sulit atau terlalu mudah/ringan.Dalam

pemilihan tugas, individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi

akan memilih tugas dengan taraf kesulitan sedang. Walaupun tugas

itu sulit baginya tetapi individu tersebut tetap akan berusaha

menyelesaikan tugas itu dan berani menanggung risiko bila

mengalami kegagalan. Sedangkan individu dengan motivasi

berprestasi rendah cenderung memilih tugas yang sangat mudah,

karena individu merasa yakin akan berhasil mengerjakannya

dibanding memilih tugas yang sulit. Karena bila mengalami

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

15

kegagalan maka individu tersebut tidak akan menyalahkan tugas

tersebut.

c. Kreatif-Inovatif

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi selalu

menemukan cara belajar yang baru dan unik yang dapat

mempermudah dirinya dalam proses belajar. Individu akan lebih

banyak untuk menemukan cara yang berbeda, singkat, atau lebih

efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga individu

dapat lebih mengerti dengan apa yang sedang dikerjakannya.

Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung kreatif

dan tidak menyukai pekerjaan rutin, sedangkan individu dengan

motivasi berprestasi yang rendah menyukai pekerjaan yang

berstruktur karena tidak harus menentukan sendiri apa yang harus

dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya.

d. Memperhatikan umpan balik

Secara teoritis individu yang memiliki kebutuhan

berprestasi yang tinggi akan lebih suka untuk bekerja dalam

situasi di mana dirinya bisa mendapatkan umpan balik tentang

seberapa baik hal yang telah di lakukan olehnya. Jika tidak, individu

tidak akan memiliki cara untuk mengetahui apakah dirinya telah

melakukan hal yang lebih baik daripada yang lain atau tidak.

Menurut Smith (2004) individu mencari situasi yang menawarkan

langsung umpan balik mengenai kemajuan atau kekurangan, dari hal

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

16

yang dikerjakannya.Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi

menyukai umpan balik karena akan memperhatikan kesalahan-

kesalahan yang dilakukannya. Dengan demikian individu dengan

motivasi berprestasi rendah cenderung mengulangi kesalahan yang

sama dalam tugas mendatang.

e. Waktu penyelesaian tugas

Individu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan

berusaha menyelesaikan setiap tugas dalam waktu secepat mungkin

dan seefisien mungkin. Sedangkan individu dengan motivasi

berprestasi yang rendah kurang tertantang untuk menyelesaikan

tugas secepat mungkin, sehingga cenderung memakan waktu yang

lama, menunda-nunda dan tidak efisien.

Heckhausen (dalam Hikmah, 2012) mengungkapkan aspek-

aspekindividu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi adalah

sebagai berikut:

a) Berorientasi sukses

Hal ini berarti bahwa jika individu di hadapkan pada

situasi berprestasi, dirinya akan merasa optimis jika sukses akan

diraihnya dan dalam mengerjakan tugas individu akan lebih

terdorong oleh harapan untuk sukses dari pada menghindari

kegagalan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

17

b) Berorientasi jauh ke depan

Hal ini berarti bahwa individu cenderung membuat tujuan-

tujuan yang hendak dicapainya di waktu yang akan datang dan

sangat menghargai waktu serta individu lebih dapat menangguhkan

pemuasan untuk mendapatkan penghargaan di waktu mendatang.

c) Suka tantangan

Hal ini bahwa individu menyukai situasi prestasi yang

mengundang resiko yang cukup untuk gagal. Individu suka

akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan

kompetensi profesional yang dimilikinya, maka secara tidak

langsung akan mempengaruhi kualitas motivasi dan pencapaian

prestasi belajar pada siswa.

d) Tangguh

Hal ini berarti bahwa individu dalam melakukan tugas-

tugasnya menunjukan keuletan, tidak mudah putus asa dan

berusaha terus sesuai dengan kemampuannya.

Berdasarkan hasil uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa aspek-aspek motivasi berprestasi menurut McClelland (dalam

Djamarah, 2011) adalah (1) tanggung jawab, (2) risiko pemilihan tugas,

(3) kreatif-inovatif, (4) memperhatikan umpan balik, dan (5) waktu

penyelesaian tugas. Sementara, aspek-aspek motivasi berprestasi

menurut Heckhausen (dalam Hikmah, 2012) adalah (1) berorientasi

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

18

sukses, (2) berorientasi jauh ke depan, (3) suka tantangan, (4) tangguh.

Aspek-aspek motivasi berprestasi yang akan peneliti gunakan adalah

aspek-aspek motivasi berprestasi menurut McClelland (dalam

Djamarah, 2011) yaitu (1) tanggung jawab, (2) risiko pemilihan tugas,

(3) kreatif-inovatif, (4) memperhatikan umpan balik, dan (5) waktu

penyelesaian tugas. Alasan peneliti menggunakan aspek-aspek

McClelland (dalam Djamarah, 2011) karena aspek yang disampaikan

jauh lebih spesifik dan jelas serta dapat diamati dengan observasi,

sehingga lebih memudahkan peneliti untuk membuat item-item bagi

penyusunan alat ukur untuk mengungkap perilaku motivasi berprestasi

siswa SMA.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

Motivasi Berprestasi pada siswa SMA terjadi bukan hanya karena

dipengaruhi oleh satu faktor saja, melainkan karena pengaruh dari

berbagai faktor yang saling berinteraksi satu sama lain. Faktor–faktor

tersebut antara lain:

1) Pengaruh keluarga (Fernald & Fernald, 1999; Caroline, 2000):

Meluangkan waktu bersama merupakan syarat utama untuk

menciptakan komunikasi antar orang tua dan anak. Sebab dengan

adanya waktu bersama, keintiman dan keakraban dapat

diciptakan diantara anggota keluarga. Orang tua yang selalu

memberikan perhatian terhadap anak akan menumbuhkan rasa

aman dan sikap percaya dalam diri anak. Rasa aman dan sikap

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

19

percaya tersebut akan menumbuhkan motivasi dalam diri anak

untuk melakukan yang terbaik. Selain itu, orang tua yang selalu

memberikan penghargaan terhadap prestasi anaknya akan

senantiasa mempengaruhi perkembangan motivasi berprestasi

anak. Karena itu, peran orang tua sangat mempengaruhi adanya

motivasi berprestasi dalam diri anak.

2) Peranan dari konsep diri (Fernald & Fernald, 1999):

Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berpikir

mengenai dirinya sendiri. Ketika individu dapat

membayangkan dan menafsirkan dunia dengan cara yang

tampaknya tidak mungkin bagi organisme lain. Apabila individu

percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka

individu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut sehingga

berpengaruh dalam tingkah laku.

3) Jenis kelamin (Fernald & Fernald, 1999; Caroline, 2000):

Prestasi yang tinggi biasanya diindentikkan dengan

maskulinitas sehingga banyak para wanita belajar tidak

maksimal khususnya jika wanita tersebut berada diantara para

pria. Dweck dan Nichollas (dalam Prabadewi, 2014) mengatakan

bahwa motivasi berprestasi pada wanita lebih berubah-ubah

dibandingkan dengan pria. Hal ini bisa dilihat bahwa pada

wanita yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi tidak

selalu menetapkan tujuan yang menantang ketika dirinya

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

20

diberikan pilihan dan juga para wanita tidak selalu bertahan

ketika menghadapi kegagalan.

4) Urutan kelahiran (Caroline, 2000):

Urutan kelahiran yang berbeda di dalam keluarga akan

menimbulkan perbedaan perlakuan terhadap anak, sehingga

mempengaruhi pola perkembangan kepribadiannya.

5) Pengakuan dan prestasi (Fernald & Fernald, 1999):

Setiap peningkatan motivasi dan kinerja yang terjadi pada

dasarnya karena individu menerima pengakuan. Jika individu

menyadari bahwa ada orang lain yang peduli kepadanya, hal

tersebut menjadi motivasi untuk bekerja keras.

6) Tingkat ekonomi keluarga (Caroline, 2000):

Dalam hal ini, perbedaan motivasi berprestasi disebabkan

oleh tingkat ekonomi keluarga dan tingginya pendidikan yang

mengakibatkan meningkatnya penghasilan, ternyata akan

mendorong serta meningkatkan prestasi seseorang.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah (1) pengaruh

keluarga, (2) peranan dari konsep diri, (3) jenis kelamin, (4) urutan

kelahiran, (5) pengakuan dan prestasi, (6) tingkat ekonomi keluarga.

Adapun faktor yang dipilih dalam penelitian ini ialah faktor pengaruh

keluarga dan peranan dari konsep diri (Fernald & Fernald, 1999).

Remaja yang mendapat kesempatan untuk tumbuh dan berkembang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

21

dalam sebuah keluarga yang utuh akan menunjukkan motivasi

berprestasi yang tinggi dalam pendidikan (Hauck, 1993) dan remaja

yang memiliki konsep diri yang positif maka remaja tersebut berpikir

bahwa dirinya mampu sehingga remaja tersebut memiliki motivasi yang

tinggi dan cenderung sukses (Desmita, 2016).

B. Pola Asuh Demokratis

1. Pengertian Pola Asuh Demokratis

Syaiful (2014) berpendapat pola asuh demokratis adalah tipe

pola asuh yang terbaik dari tipe pola asuh yang lainnya. Pola asuh

demokratis merupakan suatu bentuk pola asuh yang memperhatikan

dan menghargai kebebasan anak, namun kebebasan itu tidak mutlak

dan dengan bimbingan yang penuh pengertian antara orang tua dan

anak. Munandar (2002) mengungkapkan bahwa pola asuh demokratis

adalah cara mendidik anak, di mana orang tua menentukan

peraturan-peraturan tetapi dengan memperhatikan keadaan dan

kebutuhan anak.

Menurut Baumrind (dalam Dariyo, 2004) pada pola asuh

demokratis kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu

keputusan diambil bersama dengan mempertimbangkan kedua belah

pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa

yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang

tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Dengan kata lain,

pola asuh demokratis ini memberikan kebebasan kepada anak

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

22

untuk mengemukakan pendapat, melakukan apa yang diinginkannya

dengan tidak melewati batas-batas atau aturan-aturan yang telah

ditetapkan orang tua (Drew Edwards. 2006).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pola asuh demokratis adalah cara mendidik anak, di mana orang tua

menentukan peraturan-peraturan dengan memperhatikan keadaan dan

kebutuhan anak, serta menghargai kebebasan anak, namun kebebasan

itu tidak mutlak dan dengan bimbingan yang penuh pengertian

antara orang tua dan anak.

2. Aspek-aspek Pola Asuh Demokratis

Munandar (dalam Garliah & Nasution, 2005), pola asuh orang

tua demokratis meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Adanya musyawarah dalam keluarga

Mengikut sertakan anak dalam membuat peraturan

keluarga, mengajak anak-anak berunding dalam menetapkan

kelanjutan sekolah, bermusyawarah dalam memecahkan

problem-problem yang dihadapi anak.

b. Adanya kebebasan yang terkendali

Mendengar dan mempertimbangkan pendapat dan

keinginan anak, memperhatikan penjelasan anak ketika

melakukan kesalahan, anak meminta izin jika hendak keluar

rumah, dan memberikan izin bersyarat dalam hal bergaul

dengan teman-temannya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

23

c. Adanya pengarahan dari orang tua

Bertanya kepada anak tentang kegiatan sehari-hari,

memberikan penjelasan tentang perbuatan yang baik dan

mendukungnya dan memberikan penjelasan tentang perbuatan

yang tidak baik dan menganjurkannya untuk ditinggalkan.

d. Adanya bimbingan dan perhatian

Memberikan pujian kepada anak jika benar atau

berperilaku baik, memberikan teguran kepada anak jika salah

atau berperilaku buruk, memenuhi kebutuhan sekolah anak

sesuai dengan kemampuan, mengurus keperluan atau kebutuhan

anak sehari-hari dan mengingat anak untuk belajar.

e. Adanya saling menghormati antar anggota keluarga

Terdapat tutur kata yang baik antara anggota keluarga,

tolong menolong dalam bekerja, saling menghargai antara yang

satu dengan yang lainnya, dan bersikap adil terhadap setiap anak

dalam pemberian tugas.

f. Adanya komunikasi dua arah

Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya atau

berpendapat tentang suatu hal, menjelaskan alasan ditetapkannya

suatu peraturan, dan membicarakan segala persoalan yang timbul

dalam keluarga.

Selanjutnya Baumrind (dalam Casmini, 2007) memaparkan

bahwa aspek aspek pola asuh demokratis meliputi:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

24

a. Tegas namun tetap hangat, orang tua tetap pada peraturannya

namun memberi kebebasan kepada anak dengan tetap

memperhatikan peraturan yang dibuat.

b. Mengatur standar agar dapat melaksanakan dan memberi harapan

yang konsisten terhadap kebutuhan dan kemampuan anak.

c. Memberi kesempatan anak untuk berkembang otonomi dan

mampu mengarahkan diri, namun anak harus memiliki

tanggung jawab terhadap tingkah lakunya.

d. Menghadapi anak secara rasional, orientasi pada masalah-

masalah memberi dorongan dalam diskusi keluarga dan

menjelaskan disiplin yang mereka berikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek pola

asuh demokratis menurut Munandar (dalam Garliah & Nasution, 2005)

adalah (1) adanya musyawarah dalam keluarga, (2) adanya kebebasan

yang terkendali, (3) adanya pengarahan dari orang tua, (4) adanya

bimbingan dan perhatian, (5) adanya saling menghormati antar anggota

keluarga, (6) adanya komunikasi dua arah. Sementara aspek-aspek pola

asuh demokratis menurut Baumrind (dalam Casmini, 2007) adalah (1)

tegas namun tetap hangat, (2) mengatur standar, (3) memberi

kesempatan anak untuk berkembang, (4) menghadapi anak secara

rasional. Aspek pola asuh demokratis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah menurut Munandar (dalam Garliah & Nasution, 2005)

yaitu(1) adanya musyawarah dalam keluarga, (2) adanya kebebasan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

25

yang terkendali, (3) adanya pengarahan dari orang tua, (4) adanya

bimbingan dan perhatian, (5) adanya saling menghormati antar anggota

keluarga, (6) adanya komunikasi dua arah. Hal ini dikarenakan

penjelasan mengenai aspek pola asuh demokratis lengkap dan jelas serta

sesuai untuk siswa SMA.

C. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran penuh dari diri manusia, konsep diri

adalah apa yang kita percaya tentang siapa kita gambaran total tentang

kemampuan dan sifat kita (Santrock, 2003).Konsep diri didefinisikan

secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang,

perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi

kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Desmita,

2008). Agustiani (2009) menyatakan konsep diri merupakan gambaran

yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui

pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan

lingkungan.

Menurut Brooks (dalam Rakhmat, 2008), bahwa konsep diri

adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Selanjutnya, Centi

(dalam Rola, 2006) mengatakan bahwa konsep diri adalah gagasan

tentang diri sendiri yang berisikan mengenai bagaimana individu

melihat dirinya sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

26

tentang dirinya sendiri, dan bagaimana individu menginginkan diri

sendiri menjadi manusia sebagaimana yang diharapkan.

Berdasarkan pada beberapa definisi diatas dapat disimpulkan

bahwa konsep diri adalah gagasan tentang diri sendiri yang mencakup

keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri.

Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat diri sendiri sebagai

pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita

menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita

harapkan.

2. Aspek-aspek Konsep Diri

Menurut Calhoun & Acocella (1990) konsep diri memiliki tiga

aspek yaitu:

a. Pengetahuan:

Pengetahuan yang dimiliki individu merupakan apa yang

individu ketahui tentang dirinya sendiri. Hal ini mengacu pada

istilah-istilah kuantitas seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,

pekerjaan dan lain-lain dan sesuatu yang merujuk pada istilah-

istilah kualitas, seperti individu yang egois, baik hati, tenang dan

bertempramen tinggi.Pengetahuan bisa diperoleh dengan

membandingkan diri individu dengan kelompok pembandingnya.

Pengetahuan yang dimiliki individu tidaklah menetap sepanjang

hidupnya, pengetahuan bisa berubah dengan cara mengubah

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

27

tingkah laku individu tersebut atau dengan cara mengubah

kelompok pembanding.

b. Harapan:

Selain individu mempunyai satu set pandangan tentang siapa

dirinya, individu juga memiliki satu set pandangan lain, yaitu

tentang kemungkinan menjadi apa di masa mendatang.

Singkatnya, setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya

sendiri dan pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap

individu.

c. Penilaian:

Individu berkedudukan sebagai penilai terhadap dirinya

sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri adalah

pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang

menurutnya dapat dan terjadi pada dirinya.

Menurut Berk (dalam Dariyo, 2007) konsep diri terbagi dalam

empat aspek, yaitu:

a) Aspek fisiologis

Aspek fisiologis dalam diri berkaitan dengan unsur-unsur

fisik, seperti warna kulit, bentuk, berat atau tinggi badan, raut muka

(tampan, cantik, sedang, atau jelek), memiliki kondisi badan yang

sehat, normal/cacat dan sebagainya. Karakteristik fisik

mempengaruhi bagaimana seseorang menilai diri sendiri; demikian

pula tak dipungkiri bahwa orang lain pun menilai seseorang diawali

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

28

dengan penilaian terhadap hal-hal yang bersifat fisiologis.

Walaupun belum tentu benar masyarakat seringkali melakukan

penilaian awal terhadap penampilan fisik untuk dijadikan sebagai

dasar respon perilaku seseorang terhadap orang lain.

b) Aspek psikologis

Aspek-aspek psikologis (psychological aspect) meliputi tiga

hal yaitu: (1) kognisi (kecerdasan, minat dan bakat, kreativitas,

kemampuan konsentrasi), (2) afeksi (ketahanan, ketekunan dan

keuletan bekerja, motivasi berprestasi, toleransi stres) maupun (3)

konasi (kecepatan dan ketelitian kerja, coping stress, resitiensi).

Pemahaman dan penghayatan unsur-unsur aspek psikologis

tersebut akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri.

Penilaian yang baik, akan meningkatkan konsep diri yang positif

(positive self-concept),sebaliknya penilaian yang buruk cenderung

akan mengembangkan konsep diri yang negatif (negative self

concept).

c) Aspek psiko-sosiologis

Yang dimaksud dengan aspek psiko-sosiologis

(psychosocioloyic aspect) ialah pemahaman individu yang masih

memiliki hubungan dengan lingkungan sosialnya. Aspek psiko-

sosiologis ini meliputi tiga unsur yaitu: (1) orangtua saudara

kandung, dan kerabat dalam keluarga, (2) teman-teman pergaulan

(peer-group) dan kehidupan bertetangga, (3) lingkungan sekolah

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

29

(guru, teman sekolah, aturan-aturan sekolah). Oleh karena itu,

seseorang yang menjalin hubungan dengan lingkungan sosial

dituntut untuk dapat memiliki kemampuan berinteraksi sosial

(social interaction), komunikasi, menyesuaikan diri (adjustment)

dan bekerja sama (cooperation) dengan mereka. Tuntutan sosial

secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi agar

individu mentaati aturan-aturan sosial. Individu pun juga

berkepentingan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui

lingkungan sosialnya. Dengan demikian terjadi hubungan

mutualisme antara individu dengan iingkungan sosialnya.

d) Aspek psiko-etika dan moral

Aspek psikoetika dan moral (moralaspect) yaitu suatu

kemampuan memahami dan melakukan perbuatan berdasarkan

nilai-nilai etika dan moralitas. Setiap pemikiran, perasaan, dan

perilaku individu harus mengacu pada nilai-nilai kebaikan,

keadilan, kebenaran, dan kepantasan. Oleh karena itu, proses

penghayatan dan pengamatan individu terhadap nilai-nilai moral

tersebut menjadi sangat penting, karena akan dapat menopang

keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatan penyesuaian diri

dengan orang lain.

Berdasarkan keseluruhan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa

aspek konsep diri menurut Calhoun & Acocella (1990) adalah (1)

pengetahuan, (2) harapan, (3) penilaian. Sementara aspek konsep diri

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

30

menurut Berk (dalam Dariyo, 2007) adalah (1) aspek fisiologis, (2)

aspek psikologis, (3) aspek psikososiologis, (4) aspek psiko-etika dan

moral. Aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek

dari Calhoun & Acocella (1990) yaitu (1) pengetahuan, (2) harapan, (3)

penilaian. Hal ini dikarenakan aspek-aspek tersebut diuraikan secara

jelas.

D. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dan Konsep Diri

dengan Motiasi Berprestasi

Masing-masing variabel memiliki pengaruh pada motivasi

berprestasi. Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa variabel satu

(pola asuh demokratis) dan variabel dua (konsep diri) secara bersama-

sama berpengaruh terhadap (motivasi berprestasi). Hal tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut konsep diri menimbulkan efek pada remaja

sehingga memunculkan motivasi berprestasi pada remaja, efek tersebut

bisa meningkat karena adanya dukungan dari pola asuh demokratis

orang tua (Johnson & Medinus dalam Ritandiyono & Retnaningsih,

2006). Sebagai contoh, remaja yang memiliki konsep diri positif

memandang dirinya mampu dalam melakukan sesuatu dan menunjukkan

motivasi berprestasi, motivasi berprestasi remaja tersebut akan semakin

meningkat bila remaja mendapat pola pengasuhan demokratis dari orang

tuanya, karena remaja mendapat perhatian dan dukungan dari orang tua

sehingga remaja akan semakin yakin pada dirinya dalam melakukan

sesuatu.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

31

Konsep diri memainkan peran yang sangat besar dalam

menentukan keberhasilan seseorang karena konsep diri dapat

dianalogikan sebagai komputer mental yang mempengaruhi kemampuan

berpikir seseorang termasuk dorongan atau motivasi dalam hal

berprestasi (Stuart, 2002). Harter (dalam Steinberg, 2002) menyebutkan

bahwa keyakianan dari dalam individu terhadap dirinya akan

membentuk perilaku yang akan ia kerjakan. Apabila individu kurang

yakin dengan kemampuan yang ada dalam dirinya akan semakin

menghambat dorongan untuk berpretasi. Sedangkan, apabila seorang

individu meyakini dirinya mampu melakukan suatu hal maka individu

tersebut akan berusaha keras untuk mencapai tujuan yang hendak

dicapai (Fernald & Fernald dalam Rola, 2006). Remaja yang memiliki

konsep diri positif dan memiliki keinginan untuk sukses, maka remaja

memiliki pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimilikinya

dan yakin bahwa dirinya bisa dan mampu sehingga memungkinkan

dirinya termotivasi untuk meraih prestasi (Fernald & Fernald, 1999). Hal

tersebut didukung dengan pendapat Desmita (2016) yang mengatakan

bahwa siswa yang memiliki konsep diri yang positif, memperlihatkan

prestasi yang baik di sekolah karena memiliki motivasi berprestasi.

Pada saat yang bersamaan remaja yang mendapat pola asuh

demokratis orang tua mendapat dukungan dari orang tua sehingga

remaja menjadi bersemangat dalam melakukan kegiatan yang positif

seperti memperoleh prestasi di sekolah, hal ini dikarenakan orang tua

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

32

mendukung anak baik psikis dan non psikis seperti memberi kasih

sayang dan perhatian kepada anak, orang tua meluangkan waktu

bersama anak, menciptakan komunikasi antara orang tua dan anak,

memberikan perhatian pada anak dan penghargaan terhadap prestasi

anak, hal ini akan akan memberikan rasa percaya diri, mandiri, kreatif,

disiplin, mudah beradaptasi, disukai banyak orang dan tanggung jawab

pada diri anak (Susilowati, 2006). Selain itu, orang tua juga memenuhi

kebutuhan anak seperti buku pelajaran dan guru privat untuk menunjang

prestasi anak di sekolah, apabila hal tersebut telah dipenuhi maka akan

mempengaruhi perkembangan motivasi berprestasi anak (Hasbullah,

2001). Hal tersebut dipertegas oleh Suparno (2001) yang menjelaskan

bahwa orang tua dengan pola asuh demokratis menjadikan anak tidak

tergantung, dan tidak berperilaku kekanak-kanakan serta mendorong

anak untuk memperoleh prestasi yang baik.

Remaja yang memiliki konsep diri positif menganggap dirinya

mampu dalam melakukan sesuatu dengan baik dan diiringi dengan pola

asuh demokratis orang tua yang memberikan dukungan dan rasa percaya

diri pada anak maka akan mengarah pada meningkatnya motivasi

berprestasi. Kedua variabel bebas yang dilibatkan dalam penelitian ini

dianggap mampu memiliki kaitan terhadap motivasi berprestasi. Pola

asuh demokratis dan konsep diri memiliki kedudukan yang sama dalam

memberikan pengaruh terhadap motivasi berprestasi, sehingga pola asuh

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Berprestasi 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/4248/3/BAB II.pdf · A. Motivasi Berprestasi 1. Pengertian Motivasi Berprestasi McClelland (dalam

33

demokratis dan konsep diri secara bersama-sama mampu memberikan

pengaruh dan membuat motivasi berprestasi meningkat.

E. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori tersebut dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut: Terdapat peran positif antara pola asuh demokratis orang

tua dan konsep diri dengan motivasi berprestasi siswa SMA Pangudi Luhur

Sedayu. Semakin besar pola asuh demokratis orang tua dan konsep diri

maka semakin meningkat motivasi berprestasi pada siswa SMA Pangudi

Luhur Sedayu. Sebaliknya, semakin kecil pola asuh demokratis orang tua

dan konsep diri maka semakin menurun motivasi berprestasi pada siswa

SMA Pangudi Luhur Sedayu.