hubungan motivasi berprestasi dengan kematangan karir...

33
HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH TABITA MIA AFITRIYANI 802012081 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 02-Nov-2020

24 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS

DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

OLEH

TABITA MIA AFITRIYANI

802012081

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR
Page 3: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR
Page 4: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tabita Mia Afitriyani

Nim : 802012081

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya

berjudul:

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS

DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalihmedia

atau mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir, selama tetap mencantumkannama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 3 Mei 2016

Yang menyatakan,

Tabita Mia Afitriyani

Mengetahui,

Pembimbing

Enjang Wahyuningrum, M.Si.,Psi

Page 5: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tabita Mia Afitriyani

Nim : 802012081

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS

DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Yang dibimbing oleh:

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 3 Mei 2016

Yang memberi pernyataan,

Tabita Mia Afitriyani

Page 6: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS

DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Oleh

Tabita Mia Afitriyani

802012081

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai

Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada tanggal emb2015

Oleh:

Pembimbing,

Enjang Wahyuningrum, M.Si., Psi

Diketahui Oleh,

Kaprogdi

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

Disahkan Oleh,

Dekan

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

HUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN

KARIR PADA MAHASISWA ANGKATAN 2012 FAKULTAS SAINS

DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Tabita Mia Afitriyani

Enjang Wahyuningrum

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

i

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan

kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika,

Universitas Kristen Satya Wacana. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif korelasional

dengan melibatkan 52 partisipan. Teknik pengambilan sampel adalah menggunakan

teknik sampel jenuh. Karakteristik subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa

angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana.

Metode pengumpulan data pada variabel motivasi berprestasi adalah Intrinsic and

extrinsic Motivation Scale dari Harter yang dikembangkan oleh Lepper, Corpus, and

Iyengar (2005) dan variabel kematangan karir diukur dengan Career Marturity

Inventory (CMI) yang disusun oleh Crites dan Savickas (1978). Hasil penelitian ini

menunjukkan hasil adanya hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi

berprestasi intrinsik dengan kematangan karir, dan adanya hubungan yang negatif dan

signifikan motivasi berprestasi ekstrinsik dengan kematangan karir. Motivasi berprestasi

intrinsik memberikan sumbangan pengaruh positif terhadap kematangan karir sebesar

7,24%, sedangkan motivasi berprestasi ekstrinsik memberikan sumbangan pengaruh

negatif terhadap kematangan karir sebesar 6,20%.

Kata kunci : motivasi berprestasi intrinsik dan ekstrinsik, kematangan karir.

Page 9: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

ii

Abstract

This study aims to determine the relationship between achivement motivation with

career marturity of student class of 2012 faculty of Sains and Matematic, Satya

Wacana Christian University. This research is a quantitative correlation with the

involvement of 52 participants. The sampling technique is using saturated sample. The

Characteristics of the subjects in this study are students class of 2012 faculty of Sains

and Matematic, Satya Wacana Christian University. The data colletction method on the

variables achivement motivation use Intrinsic and extrinsic Motivation Scale by Harter

developed by Lepper, Corpus, and Iyengar (2005), and the data colletction method on

the variables career marturity use Career Marturity Inventory (CMI) by Crites dan

Savickas (1978). The results shows that there is a positive and significant correlation

between intrinsic of achivement motivation with career marturity, and there is a

negative and significant correlation between xstrinsic of achivement motivation with

career marturity. Instrinsic of achivement motivation give 7,24% influence positive on

career maturity, while the extrinsic achivement motivation give 6,20% inluence

negative on career marturity.

Keywords: intrinsik and exstrinsic of achivement motivation, career marturity.

Page 10: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

1

PENDAHULUAN

Mahasiswa didefinisikan sebagai individu dengan usia berkisar antara usia 18-21

tahun, masa ini dapat digolongkan sebagai masa transisi (Super dalam Savickas, 2002).

Sementara itu, mahasiswa tingkat akhir merupakan calon sarjana yang diharapkan telah

memiliki arah tujuannya dalam menjalankan tugas perkembangan berikutnya

dalam hidup yaitu dapat bekerja pada bidang pekerjaan yang sesuai dengan minat

dan kemampuannya (Lestari, 2010).

Menurut Rachmawati (2012) dalam melakukan pengambilan keputusan karir

diperlukan adanya perencanaan yang matang terkait dengan karir yang diminatinya.

Perencanaan karir termasuk di dalam salah satu unsur pembangun kematangan karir.

Kematangan karir dibutuhkan mahasiswa untuk mempermudah dalam mempersiapkan

diri memasuki jenjang pekerjaan. Selain tingkat kematangan karir, hal yang perlu

diperhatikan oleh mahasiswa adalah tahap perkembangan karir.

Super (dalam Winkel, 2012) mengatakan mahasiswa termasuk dalam fase

eksplorasi. Fase ini dimulai dari usia 15-25 tahun, dimana individu memikirkan

berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat. Hal ini

menunjukkan bahwa mahasiswa mulai memikirkan atau merencanakan hal-hal yang

berhubungan dengan karirnya meskipun belum menganbil keputusan secara pasti. Karir

atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam kehidupan, maka eksplorasi

terhadap berbagai jalur kematangan karir merupakan suatu hal yang penting dalam

perkembangan karir remaja (Santrock, 2007). Akan tetapi Rachmawati (2012)

menyatakan bahwa mahasiswa masih bingung dalam menentukan karirnya, ini

disebabkan mereka merasa ilmu didapatkan belum cukup untuk bekal mencari

Page 11: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

2

pekerjaan setelah lulus dari bangku kuliah. Ada juga yang berpendapat bahwa mencari

pekerjaan itu tidak harus terpaku pada pendidikan yang ditempuhnya (Lestari, 2010).

Levinson, dll (1998) mendefinisikan kematangan karir sebagai kemampuan individu

dalam membuat suatu pilihan karir yang realistis dan stabil dengan menyadari apa yang

dibutuhkan dalam membuat suatu perkiraan keputusan karir. Kematangan karir (career

maturity) didefinisikan sebagai kesiapan dan kapasitas individu dalam menangani tugas-

tugas perkembangan terkait dengan keputusan karir (Super dalam Creed, dll, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka pada studi ini dilakukan wawancara kepada

beberapa mahasiswa angkatan 2012 Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 6

November 2015 untuk mengetahui kematangan karir mereka setelah lulus strata satu.

Sebagian besar dari mereka yaitu 8 orang masih bingung untuk menentukan pilihan

karirnya, mereka masih bingung antara akan lanjut studi atau bekerja. Selain itu, 4 orang

mengatakan ingin bekerja namun tidak tahu akan bekerja dibidang apa setelah lulus

nanti. Sementara itu, hanya ada 3 orang yang sudah memiliki perencanaan untuk bekerja

dibidang tertentu karena sudah mendapatkan tawaran dari orang tuanya. Sebagian besar

dari mereka belum memiliki kematangan karir dikarenakan kurangnya motivasi dari

dalam maupun dari dalam diri mereka. Hal ini disebabkan mereka melihat banyak

kakak tingkat yang belum lulus dan perkiraan mereka akan lulus 4,5 tahun, jadi mereka

belum memikirkan tetang kematangan karir.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah kepribadian

(Seligman, 1994). Coertse dan Schepers (2004) menyatakan bahwa kepribadian

individu memiliki peran penting dalam kematangan karir. Salah satu faktor kepribadian

yang berkaitan dengan kematangan karir adalah motivasi berprestasi (Sobur, 2003).

Menurut Santrock (2003) motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan

Page 12: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

3

sesuatu, untuk mencapai suatu standart kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha

dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Sobur (2003) menyatakan bahwa individu

yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mampu mengambil keputusan secara tinggi.

Selain itu Jersild, dll (1978) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi berperan

penting dalam proses pemilihan karir.

Menurut Harter (dalam Lepper, Corpus, dan Iyengar, 2005) terdapat dua macam

motivasi. Motivasi intrinsik (mastery motivation) yang artinya dorongan individu untuk

dapat menguasai tantangan yang dihadapinya dalam belajar. Sedangkan motivasi

ekstrinsik adalah dorongan untuk terlibat dalam suatu aktivitas sebagai alat ukur untuk

mencapai suatu tujuan.

Penelitian Harter (dalam Hawadi, 2003) pada siswa berdasarkan dimensi

instrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang mempersepsikan

dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu mengembangkan

motivasi intrinsik. Siswa-siswa ini lebih menyukai tugas-tugas yang menantang dan

selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya. Sebaliknya,

pada siswa dengan persepsi diri yang rendah, lebih menyukai tugas-tugas yang mudah

dan sangat tergantung pada pengarahan guru dan orang tua.

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dll (2013) menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara self esteem dan motivasi berprestasi terhadap

kematangan karir. Selain itu, Primananda (2013) menunjukkan ada pengaruh positif

yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kematangan karir. Berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh madinatussalamah (2011) mengungkapkan tidak ada

hubungan positif signifikan antara persepsi perkembangan karir dengan motivasi

berprestasi. Berdasarkan hal tersebut dan penelitian-penelitian sebelumnya peneliti

Page 13: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

4

tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan motivasi berprestasi dengan

kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana.

TINJAUAN PUSTAKA

Kematangan Karir (Career Maturity)

Menurut Savickas (dalam Patton, 2001) kematangan karir adalah kesiapan

individu untuk lebih terbuka terhadap informasi, membuat keputusan karir yang sesuai

dengan usianya serta membentuk karir yang sesuai dengan tugas perkembangan karir

setiap individu. Berbeda dengan pendapat dari Crites (1978) mendefinisikan

kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai tugas

perkembangan karirnya, baik komponen pengetahuan maupun sikap, yang sesuai

dengan tahap perkembangan karir. Individu mempunyai kematangan karir yang baik

jika melewati tahapan atau tingkatan dalam membuat keputusan karier yang baik.

Menurut Crites (1978) kematangan karir dibagi menjadi empat dimensi sebagai

berikut :

a. Konsistensi pemilihan karir.

Pada dimensi ini mengandung aspek-aspek kemampuan pengambilan keputusan

terhadap karir yang dipilihnya, kemampuan yang dimaksud berhubungan dengan

tingkat kesesuaian karir, pemilihan karir dalam berbagai pengaruh dari keluarga.

b. Realisme dalam pemilihan karir

Pada dimensi ini mengandung aspek kesesuaian antara realisme dan kemampuan

karir yang dipilihnya, mampu mengambil keputusan untuk memilih karir yang

Page 14: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

5

sesuai dengan sifat kepribadiannya dan dapat menyesuaikan antara tingkat status

ekonomi sosial dengan karir yang dipilihnya.

c. Kompetensi pemilihan karir

Pada dimensi ini memiliki aspek-aspek mengenai kemampuan individu dalam

memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan pemilihan karir, rencana

yang berhubungan dengan pemilihan karir, memiliki pengetahuan mengenai karir

yang dipilihnya, mengevaluasi kemampuan diri dalam hubungannya dengan

pemilihan karir.

d. Sikap dalam pemilihan karir

Pada dimensi ini mengandung aspek-aspek tentang keaktifan individu dalam proses

pengambilan keputusan bersikap dan berorientasi positif terhadap karir dan nilai-

nilai pekerjaan yang dipilih, tidak tergantung pada orang lain dalam memilih karir.

Seligman (1994) menjelaskan terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan karir individu, yaitu:

1. Faktor keluarga, latar belakang keluarga berperan penting dalam kematangan karir

seseorang.

2. Faktor internal individu, hal ini mencakup self-esteem, self-expectation, self-

efficacy, locus of control, keterampilan, minat, bakat, kepribadian, dan usia.

Terdapat beberapa faktor kepribadian salah satunya motivasi berprestasi

(Sobur,2003).

3. Faktor sosial-ekonomi, mencakup 3 faktor lainnya yaitu lingkungan, status sosial-

ekonomi, dan jenis kelamin.

Page 15: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

6

Motivasi Berprestasi

Menurut McClelland (dalam Sobur, 2003) motivasi perprestasi merupakan suatu

daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik, lebih

tepat, lebih efektif dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilakukan sebelumnya.

Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin

kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,

sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,

2000).

Harter (dalam Lepper, Corpus, dan Iyengar, 2005) menilai motivasi intrinsik

berlawanan dengan motivasi ekstrinsik, jadi terdapat dua macam motivasi, yaitu:

a. Motivasi intrinsik (mastery motivation) yang artinya dorongan individu untuk dapat

menguasai tantangan yang dihadapinya dalam belajar. Motivasi intrinsik terdiri dari

tiga aspek, yaitu:

1. Tantangan (challenge), yaitu lebih menyukai tugas yang menentang daripada

tugas yang mudah.

2. Rasa ingin tahu (curiosity), yaitu bekerja untuk memenuhi rasa ingin tahu,

bukan untuk mendapatkan nilai baik atau pujian.

3. Tidak bergantung (independent mastery), yaitu tidak bergantung pada orang lain

b. Motivasi ekstrinsik, berlawanan dengan motivasi ekstrinsik yaitu sebagai dorongan

untuk terlibat dalam suatu aktivitas sebagai alat ukur untuk mencapai suatu

tujuan.Motivasi ekstrinsik terdiri dari tiga aspek, yaitu:

1. Pekerjaan mudah (easy work), yaitu lebih menyukai tugas yang mudah dari pada

tugas yang sulit atau menantang.

2. Menyenangkan dosen (pleasing teacher), yaitu mengerjakan tugas hanya untuk

menyenangkan dosen.

Page 16: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

7

3. Bergantung pada dosen (dependence on teacher), yaitu hanya mengerjakan apa

yang diperintahkan oleh dosen.

Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir pada Mahasiswa

Super (dalam Winkel, 2012) mengatakan mahasiswa termasuk dalam fase

eksplorasi, dimana individu mulai memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum

mengambil keputusan yang mengikat. Banyak faktor yang bisa mempengauhi

kematangan karir seseorang. Salah satunya faktor individu, faktor individu memiliki

pengaruh yang kuat pada kematangan karir seseorang, hal ini mencakup self esteem,

kemampuan, minat, kepribadian, dan prestige. Semakin kuat hubungan antara

kemampuan, minat dan bakat seseorang dengan persyaratan bidang yang dipilihnya,

maka tingkat kepuasan, kinerja dan stabilitas mereka akan semakin tinggi (Seligman,

1994). Horlock (1976) menyatakan bahwa minat remaja dalam pemilihan bidang karir

dan pilihan karirnya merupakan salah satu aspek penting dalam penyesuaian pribadi,

prestasi dan kesuksesan dalam hidup mereka.

Coertse dan Schepers (2004) menyatakan bahwa kepribadian individu memiliki

peran penting dalam kematangan karir. Salah satu faktor kepribadian yang berkaitan

dengan kematangan karir adalah motivasi berprestasi (Sobur, 2003). Dillon dan Kaur

(2005) menjelaskan bahwa karakter kepribadian berpengaruh signifikan terhadap

kematangan karir. Individu yang termotivasi untuk terlibat dalam aktivitas belajar

mengalami kemajuan lebih cepat untuk mencapai tujuan sehingga mampu direfleksikan

dalam sikap terhadap karir dan kompetensinya. Sobur (2003) menyatakan bahwa

individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mampu mengambil keputusan secara

tinggi. Selain itu Jersild, dll (1978) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi

berperan penting dalam proses pemilihan karir.

Page 17: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

8

Hipotesis

Ada hubungan positif signifikan antara motivasi berprestasi intrinsik dan ekstrinsik

dengan kematangan karir.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan

menggunakan tipe penelitian korelasional, yang bertujuan melihat hubungan yang

terjadi antara satu variabel dengan variabel yang lain (Nazir, 2005). Ingin mengukur

korelasi antara motivasi belajar dengan kematangan karir.

1. Variabel bebas (X): Motivasi berprestasi

2. Variabel terikat (Y) : Kematangan karir

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika

Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) semester akhir atau angkatan 2012 yang

berjumlah 52 orang. Berdasarkan populasi Mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika

UKSW semester akhir, penulis mengambil sampel dalam penelitian ini berjumlah 52

orang yang disesuaikan dengan pertimbangan waktu dan sumber daya yang ada. Peneliti

menggunakan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan sampel jenuh. Sampel

jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan jika populasi

dianggap kecil atau kurang dari 100 (Sugiyono, 2010). Karakteristik sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini yaitu, Mahasiswa aktif angkatan 2012 Fakultas Sains

dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).

Page 18: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

9

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan penulis dengan pertama-tama memohon surat

persetujuan dari dosen pembimbing untuk mengambil data yang ditujukan kepada

Falkutas Sains dan Matematika UKSW. Penyebaran angket dilakukan pada 15-19

Februari 2016, peneliti menyebarkan kepada 52 responden.

Alat ukur Pengumpulan Data

Alat ukur kematangan karir menggunakan Career Marturity Inventory (CMI)

yang disusun oleh Crites dan Savickas pada tahun 1978. CMI mengungkapkan bahwa

kematangan karir mencakup konsistensi, realisme, kompetensi dan sikap. Skala ini

memiliki 24 aitem dengan dua pilihan jawaban yaitu setuju (S) dan tidak setuju (TS).

Sistem penilaian pada skala ini, aitem favorable diberi nilai 2 untuk Setuju (S), dan nilai

1 untuk Tidak Setuju (TS). Dan untuk aitem unfavorable adalah kebalikannya, yaitu

nilai 2 untuk Tidak Setuju (TS) dan 1 untuk Setuju (S). Pengujian reliabilitas dilakukan

lagi pada penelitian ini dengan menggunakan data yang didapat dari sampel ketika

pengambilan data dilakukan (try out terpakai). Dalam penelitian ini menggunakan

standart dari Guilford ≥ 0,2 (Azwar, 2012). Hasil perhitungan skala Career Marturity

dalam Tabel 1 yang menunjukkan bahwa terdapat 12 aitem yang gugur karena

mempunyai nilai correlated item < 0,2 pengujian tersebut menyisakan aitem sebanyak

12 dengan item total correlation bergerak antara 0,206 sampai 0,598. Hasil uji

reliabilitas dengan alpha cronbach sebesar 0,797.

Page 19: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

10

Tabel 1

Sebaran Nomor Aitem Valid dan Gugur Skala kematangan karir

No Aspek Aitem

Favorabele

Aitem

Unfavorable

Jumlah

Valid

1 Konsistensi pemilihan karir 1*, 5*,9 ,13*,

17*,21

2

2 Realisme dalam pemilihan

karir

2*, 6, 10, 14,

18*, 22*

3

3 Kompetensi pemilihan karir 3, 7, 11, 15, 19,

23

6

4 Sikap dalam pemilihan karir 8, 12*, 20*,

24*

4*, 16* 1

Total valid 12

*(aitem yang gugur)

Sedangkan alat ukur motivasi berprestasi menggunakan Intrinsic and extrinsic

Motivation Scale dari Harter yang dikembangkan oleh Lepper, Corpus, and Iyengar

(2005). Skala ini terdiri dari 17 aitem Intrinsic Motivation Scale dan 16 aitem extrinsic

Motivation Scale. Dengan 5 pilihan jawaban yaitu sangat sesuai (SS), sesuai (S), netral

(N), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Sistem penilaian pada skala ini,

aitem favorable diberi nilai 4 untuk sangat sesuai (SS), 3 untuk sesuai (S), 2 untuk tidak

sesuai (TS), dan 1 untuk sangat tidak sesuai (STS). Dan untuk aitem unfavorable adalah

kebalikannya, yaitu nilai 1 untuk sangat sesuai (SS), 2 untuk sesuai (S), 3 untuk tidak

sesuai (TS), dan 4 untuk sangat tidak sesuai (STS). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan try out terpakai dimana subjek yang digunakan dalam try out digunakan

sekaligus untuk penelitian. Hasil perhitungan skala motivasi berprestasi intrinsik dalam

Tabel 2 yang menunjukkan bahwa terdapat 1 aitem yang gugur karena mempunyai nilai

correlated item< 0,25 pengujian tersebut menyisakan aitem sebanyak 16 dengan item

total correlation bergerak antara 0,405 sampai 0,676. Hasil uji reliabilitas dengan alpha

cronbach sebesar 0.873.

Page 20: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

11

Tabel 2

Sebaran Nomor Aitem Valid dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi

Intrinsik

No Aspek Aitem

Favorabele

Aitem

Unfavorable

Jumlah

Valid

1 Challenge 1, 4, 7, 10, 13,

16

- 6

2 Curiosity 2, 5, 8, 4, 14,

17

- 6

3 Independent mastery 3, 6, 9, 12, 15* - 4

Total valid 16

*(aitem yang gugur)

Hasil perhitungan skala motivasi berprestasi ekstrinsik pada Tabel 3 yang

menunjukkan bahwa terdapat 4 aitem yang gugur karena mempunyai nilai correlated

item< 0,25 pengujian tersebut menyisakan aitem sebanyak 12 dengan item total

correlation bergerak antara 0,285 sampai 0,710. Hasil uji reliabilitas dengan alpha

cronbach sebesar 0.852.

Tabel 3

Sebaran Nomor Aitem Valid dan Gugur Skala Motivasi Berprestasi

Ekstrinsik

No Aspek Aitem

Favorabele

Aitem

Unfavorable

Jumlah

1 Easy work 1, 4, 7, 10, 13,

15

- 6

2 Pleasing teacher 2, 5, 8*, 11 - 3

3 Dependence 3, 6, 9*, 12*,

14*, 16

- 3

Total valid 12

*(aitem yang gugur)

Page 21: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

12

HASIL PENELITIAN

Uji Asumsi

Penelitian ini adalah penelitian korelasional yang digunakan untuk mengetahui

ada atau tidaknya korelasi antara motivasi berprestasi dengan kematangan karir pada

mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya

Wacana. Namun sebelum dilakukan uji korelasi, peneliti harus melakukan uji asumsi

terlebih dahulu untuk menentukan jenis statistik parametrik atau non-parametrik yang

akan digunakan untuk uji korelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala

kematangan karir (K-S-Z = 1,050, p = 0,220, p > 0,05), motivasi berprestasi

intrinsik (K-S-Z = 0,878, p = 0,760, p > 0,05), dan motivasi berprestasi ekstrinsik

(K-S-Z = 0,858, p = 0,760, p > 0,05). Hasil ini menunjukkan data motivasi

berprestasi intrinsik dan ekstrinsik, serta kematangan karir berdistribusi normal,

ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4

Uji Normalitas

kematangan_

karir

motivasi_berp

restasi_intrins

ik

motivasi_berp

restasi_ektrin

sik

N 52 52 52

Normal Parametersa Mean 18.06 45.27 31.5769

Std. Deviation 2.993 6.920 5.52834

Most Extreme

Differences

Absolute .146 .122 .119

Positive .100 .122 .119

Negative -.146 -.071 -.112

Kolmogorov-Smirnov Z 1.050 .878 .858

Asymp. Sig. (2-tailed) .220 .423 .453

a. Test distribution is Normal.

Page 22: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

13

2. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara motivasi

berprestasi intrinsik dengan kematangan karir dengan deviation fromlinearity

sebesar F = 11,98p = 0,321 (p > 0,05). Ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5

Uji Linear Motivasi Berprestasi Intrinsik Dengan Kematangan Karir

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

kematangan_karir *

motivasi_berprestasi_intrinsik

Between

Groups

(Combined) 229.910 22 10.450 1.336 .230

Linearity 33.070 1 33.070 4.226 .049

Deviation

from

Linearity

196.840 21 9.373 1.198 .321

Within Groups 226.917 29 7.825

Total 456.827 51

Hasil uji linearitas menunjukkan adanya hubungan yang linear antara kematangan

karir dengan motivasi berprestasi ekstrinsik dengan deviation fromlinearity

sebesar F = 0,998 p = 0,484 (p > 0,05) hal ini ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6

Uji Linear Motivasi Berprestasi Ekstrinsik Dengan Kematangan Karir

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

motivasi_berprestasi_ektrinsik

kematangan_karir *

Between

Groups

(Combined) 173.721 18 9.651 1.125 .373

Linearity 28.220 1 28.220 3.289 .079

Deviation

from

Linearity

145.501 17 8.559 .998 .484

Within Groups 283.106 33 8.579

Total 456.827 51

Page 23: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

14

Analisa Deskriptif

Tabel 7 merupakan statistik deskriptif dari skor partisipan untuk setiap variabel.

Peneliti kemudian membagi skor dari setiap skala menjadi 4 kategori mulai dari “sangat

tinggi” hingga “sangat rendah”. Interval skor untuk setiap kategori ditentukan dengan

menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000).

Tabel 7

Deskripsi Statistik

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

kematangan_karir 52 12 22 18.06 2.993

motivasi_berprestasi_in

trinsik 52 30 64 45.27 6.920

motivasi_berprestasi_ek

trinsik 52 12 47 31.58 5.528

Valid N (listwise) 52

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa kematangan karir (career marturity)

berada pada kategorisasi tinggi yaitu dengan mean 18,06. Terdapat 15 mahasiswa

Fakultas Sains dan Matematikia pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 28,85%.

14 mahasiswa dalam kategori tinggi dengan prosentase 26,92%. 14 mahasiswa dalam

kategori rendah dengan prosentase 26,92%. Dan terdapat 9 mahasiswa dalam kategori

sangat rendah dengan prosentase 17,31%. Jumlah skor minimum yang diperoleh subjek

adalah 12 sedangkan skor maksimumnya adalah 24 dengan standar deviasi 2.993.

Tabel 8

Kategorisasi Kematangan Karir (Career Marturity)

NO INTERVAL KATEGORISASI MEAN f Presentase

1 21 ≤ x ≤ 24 Sangat tinggi 15 28,85%

2 18 ≤ x < 21 Tinggi 18,06 14 26,92%

3 15 ≤ x < 18 Rendah 14 26,92%

4 12 ≤ x < 15 Sangat rendah 9 17,31%

Jumlah 52 100%

Page 24: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

15

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa motivasi berprestasi intrinsik berada

pada kategorisasi tinggi yaitu dengan mean 45,27. Terdapat 7 mahasiswa Fakultas Sains

dan Matematika pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 13, 46%. 34 mahasiswa

dalam kategori tinggi dengan prosentase 65,40%. 11 mahasiswa dalam kategori rendah

dengan prosentase 21,15%. Tidak terdapat mahasiswa dalam kategori sangat rendah.

Jumlah skor minimum yang diperoleh subjek adalah 30 sedangkan skor maksimumnya

adalah 64 dengan standar deviasi 6.920.

Tabel 9

Motivasi Berprestasi Intrinsik

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa motivasi berprestasi ekstrinsik

berada pada kategorisasi tinggi yaitu dengan mean 31.58. Terdapat 3 mahasiswa

Fakultas Sains dan Matematikia pada kategori sangat tinggi dengan prosentase 5,77%.

34 mahasiswa dalam kategori tinggi dengan prosentase 65,39%. 14 mahasiswa dalam

kategori rendah dengan prosentase 26,92%. Dan terdapat 1 mahasiswa dalam kategori

sangat rendahdengan prosentase 1,92%. Jumlah skor minimum yang diperoleh subjek

adalah 12 sedangkan skor maksimumnya adalah 47 dengan standar deviasi 5.528.

NO INTERVAL KATEGORISASI MEAN f PRESENTASE

1 52 ≤ x ≤ 64 Sangat tinggi 7 13, 46%

2 40 ≤ x < 52 Tinggi 45.27 34 65,39%

3 28 ≤ x < 40 Rendah 11 21,15%

4 16 ≤ x <28 Sangat rendah 0 0%

Jumlah 52

Page 25: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

16

Tabel 10

Motivasi Berprestasi Ekstrinsik

Uji korelasi

Dari hasil uji asumsi yang menunjukkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi

normal dan variabel-variabel penelitian linear, maka dalam penelitian ini menggunakan

uji korelasi statistik parametik. Uji korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

korelasi Pearson.

Tabel 11

Uji Korelasi Kematangan Karir Dengan Motivasi Berprestasi Intrinsik

kematangan_

karir

motivasi_berp

restasi_intrins

ik

motivasi_berp

restasi_ektrin

sik

kematangan_karir Pearson

Correlation 1 .269

* -.249

*

Sig. (1-tailed) .027 .038

N 52 52 52

motivasi_berprestasi_in

trinsik

Pearson

Correlation .269

* 1 -.384

**

Sig. (1-tailed) .027 .002

N 52 52 52

motivasi_berprestasi_ek

trinsik

Pearson

Correlation -.249

* -.384

** 1

Sig. (1-tailed) .038 .002

N 52 52 52

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

NO INTERVAL KATEGORISASI MEAN f PRESENTASE

1 48≤ x ≤ 39 Sangat tinggi 3 5,77%

2 30 ≤ x <39 Tinggi 31,58 34 65,39%

3 21 ≤ x <30 Rendah 14 26,92%

4 12 ≤ x <21 Sangat rendah 1 1,92%

Jumlah 52

Page 26: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

17

Dari hasil uji korelasi pada Tabel 11 menjukkan bahwa ada hubungan positif

signifikan antara motivasi berprestasi intrinsik dengan kematangan karir dengan

r=0,269 dan signifikan 0,027 (p < 0,05). Bisa diartikan hipotesis dalam penelitian ini

diterima. Semakin tinggi motivasi berprestasi intrinsik maka semakin tinggi

kematangan karir yang dimilikipada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan

Matematika UKSW. Demikian sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi maka

semakin rendah pula kematangan yang dimiliki.

Dari hasil uji korelasi menjukkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara

motivasi berprestasi ekstrinsik dengan kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012

Fakultas Sains dan Matematika UKSW dengan r= -0,249 dan signifikan 0,035 (p <

0,05). Semakin tinggi motivasi berprestasi ekstrinsik maka semakin rendah kematangan

karir yang dimiliki. Demikian sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestasi maka

semakin tinggi kematangan yang dimiliki.

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis uji korelasi menggunakan teknik korelasi product moment

pearson menjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara motivasi berprestasi

intrinsik dengan kematangan karir, dan ada hubungan negatif signifikan antara motivasi

berprestasi ekstrinsik dengan kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas

Sains dan Matematika UKSW. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan Seligman

(1994) yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi kematangan karir adalah

kepribadian. Coertse dan Schepers (2004) menyatakan bahwa kepribadian individu

memiliki peran penting dalam kematangan karir. Salah satu faktor kepribadian yang

Page 27: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

18

berkaitan dengan kematangan karir adalah motivasi berprestasi (Sobur, 2003).Sobur

(2003) menyatakan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mampu

mengambil keputusan secara tinggi. Selain itu Jersild, dll (1978) mengungkapkan

bahwa motivasi berprestasi berperan penting dalam proses pemilihan karir.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi, dll (2013) menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi terhadap kematangan

karir. Selain itu, Primananda (2013) menunjukkan ada pengaruh positif yang signifikan

antara motivasi berprestasi dengan kematangan karir. Penelitian-penelitian tersebut

mendukung hasil dari penelitian ini.

Sumbangan efektif variabel motivasi berprestasi intrinsik terhadap kematangan

karir sebesar 7,24% ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) sebesar 0,269. Hal ini

menunjukkan terdapat 92,76% faktor lain yang memengaruhi di luar faktor internal

individu yang dimaksud disini adalah motivasi berprestasi. Hal tersebut meliputi faktor

individu yang lainnya, seperti faktor keluarga dan faktor sosial ekonomi. Hasil

penelitian ini menjukkan motivasi berprestasi intrinsik memberikan kontribusi dalam

kematangan karir meskipun lebih banyak faktor lain yang mempengaruhi. Hal ini bisa

diartikan bahwa motivasi berprestasi bisa menjadi salah satu cara untuk bisa

meningkatkan kematangan karir. Karena semakin tinggi motivasi berprestasi maka

semakin tinggi kematangan karir yang dimiliki, demikian juga sebaliknya. Namun, hasil

penelitian ini berbeda dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, karena 8

dari 15 mahasiswa Fakultas Sains dan Matematika mengatakan bahwa tidak memiliki

kematangan karir karena kurangnya motivasi untuk bisa lulus tepat waktu, mengingat

ada banyak kakak tingkat yang masih belum lulus.

Page 28: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

19

Berbeda dengan motivasi berprestasi intrinsik, motivasi berprestasi ekstrinsik

memberikan sumbangan negatif terhadap tingginya kematangan karir yaitu sebesar

6,20% ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²) sebesar-0,249. Hal ini menunjukkan

bahwa faktor-faktor lainlah yang bisa memberikan pengaruh positif terhadap

kematangan karir. Hal ini bisa diartikan semakin tinggi motivasi berprestasi ekstrinsik

maka semakin rendah kematangan karir yang dimiliki, demikian sebaliknya.

Berdasarkan kategorisasi skala motivasi berprestasi intrinsik bisa diketahui

bahwa terdapat 13, 46% responden pada kategori sangat tinggi, 65,40% responden

dalam kategori tinggi, 21,15% responden dalam kategori rendah, dan tidak terdapat 0%

responden dalam kategori sangat rendah. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dari dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan

arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai (Sardiman, 2000). Harter (dalam Hawadi, 2003) pada siswa berdasarkan

dimensi instrinsik dan ekstrinsik menunjukkan bahwa hanya siswa yang

mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademis yang mampu

mengembangkan motivasi intrinsik. Hal ini menunjukkan semakin tinggi motivasi

intrinsik seseorang maka semakin tinggi pula kemungkinanuntuk bisa mencapai

tujuannya.

Berdasarkan kategorisasi skala motivasi berprestasi ekstrinsik bisa diketahui

bahwa terdapat 5,77% responden pada kategori sangat tinggi, 65,39% responden dalam

kategori tinggi, 26,92% responden dalam kategori rendah, dan terdapat 1,92%

responden dalam kategori sangat rendah. Penelitian Harter (dalam Hawadi, 2003) siswa

dengan persepsi diri yang rendah, lebih menyukai tugas-tugas yang mudah dan sangat

Page 29: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

20

tergantung pada pengarahan guru dan orang tua. Hal ini menunjukkan semakin tinggi

motivasi berprestasi ekstrinsik maka semakin tinggi pula kemungkinan untuk

bergantung pada orang lain atau lingkungan.

Berdasarkan kategorisasi skala kematangan karir (career marturity) bisa diketahui

bahwa terdapat 28,85% responden yang berada pada kategorisasi sangat tinggi, 26,92%)

responden berada pada kategorisasi tinggi, 26,92% responden pada kategorisasi rendah,

dan terdapat 17,31% responden pada kategorisasi sangat rendah. Crites (1978)

mendefinisikan kematangan karir sebagai tingkat di mana individu telah menguasai

tugas perkembangan karirnya, baik komponen pengetahuan maupun sikap, yang sesuai

dengan tahap perkembangan karir.Individu mempunyai kematangan karir yang baik jika

melewati tahapan atau tingkatan dalam membuat keputusan karier yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara motivasi berprestasi dengan

kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika

UKSW, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada hubungan positif yang signifikansi antara motivasi berprestasi intrinsik dengan

kematangan karir, dan ada hubungan negatif yang signifikansi antara motivasi

berprestasi ekstrinsik dengan kematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012

Fakultas Sains dan Matematika UKSW.

2. Mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan Matematika UKSW memiliki skor

motivasi berprestasi intrinsik yang berada pada kategori tinggi dengan rerata

Page 30: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

21

sebesar 45,27, sedangkan skor motivasi berprestasi ekstrinsik yang berada pada

kategori tinggi dengan rerata sebesar 31,58, dan skor kematangan karir berada pada

kategori tinggi pula dengan rerata sebesar 18,06.

3. Besarnya variasi motivasi berprestasi intrinsik dengan kematangan karir

menjelaskan bahwa motivasi berprestasi intrinsik memberikan pengaruh positif

terhadap kematangan karir sebesar 7,24%, sisanya 92,76 dipengaruhi oleh faktor

lain. Sedeangkan besarnya variasi motivasi berprestasi ekstrinsik dengan

kematangan karir menjelaskan bahwa motivasi berprestasi ekstrinsik memberikan

pengaruh negatif terhadap kematangan karir sebesar 6,20%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan hal-hal

sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa yang memiliki motivasi berprestasi intrinsik yang tinggi harap

dipertahankan karena motivasi berpretasi intrinsik yang tinggi akan mempengaruhi

kematangan karir. Bagi mahasiswa yang memiliki kematangan karir yang rendah

diharapkan untuk meningkatkan motivasi berprestasi intrinsik karena bisa

memberikan pengaruh terhadap kematangan karir. Sebaliknya, bagi mahasiswa

yang memliki motivasi berprestasi ekstrinsik yang rendah agar dipertahankan,

karena motivasi berprestasi ekstrinsik memberikan pengaruh negatif terhadap

kematangan karir.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Kontribusi variabel motivasi berprestasi intrinsik sebesar 7,24%

terhadapkematangan karir pada mahasiswa angkatan 2012 Fakultas Sains dan

Matematika UKSW.Hal ini bisa menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya

Page 31: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

22

dengan topik kematangan karir pada mahasiswa. Penelitian selanjutnya bisa

meneliti variabel – variabel lain diluar motivasi berprestasi, seperti faktor

keluarga, sosial ekonomi atau faktor dari dalam individu yang lainnya, untuk

mengetahui besarnya kontribusi variabel lain terhadap kematangan karir pada

mahasisa.

Page 32: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

23

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.(2004). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

________. ( 2005). Sikap manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

________. (2011). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Brown, D. (2002). Career choice and development. USA: A Wiley Imprint.

Coertse,s., & Schepers, J. M. (2004). Some personality and cognitive correlates of

career marturity. Journal of Industrial Psychology, 2004,30(2).56-73.

Creed, P.A., Patton, W., & Prodeaux Lee-Ann. (2007). Predicting chage overtime in

career planning and career exploration for High School student. Journal of

Adolescent, 30, 377-392.

Crites, J. O. (1972). Career maturity. Michigan State University East Lansing, Mich.

National Council on Measurement in Education.Special Report.

Dewi, Y.K., Hardjono, & Arista H.D. (2013). Hubungan antara harga diri dan motivasi

berprestasi dengan kematangan karir pada siswa kelas XI SMK N Surakarta. Jurnal

Ilmiah Psikologi Candra Jiwa, 2(1).

Dhillon, U., Kaur, R. (2005). Career maturity of school children. Journal of the indian

academy of applied psychology, 31(2), 71-76. [On-Line]. Available

Ftp:Http://Medind.Nic.In/Jak/T05/I1/Jakt05i1p71.Pdf. Tanggal Akses: 15 April

2016.

Hawadi, R.A. (2004). Akselerasi informasi program percepatan belajar intelektual.

Jakarta: Grasindo.

Horrock. J.E. (1976). The psychology of adolescence. (4th ed). Boston : Houghton

Miffin company

Jersild, A.T., Brook, J.S., & Brook, D.W. (1978). The Psychology of adolescence. New

York: Macmillan Publishing Company.

Lapper, M.R., Corpus,J.H., & Inyengar, S.S. (2005). Intrinsic and extrinsic motivational

orientations in the classroom: age differences and academic correlates. Jurnal of

Educational Psychology, 97(2), 184-196.

Lestari, W. T. (2010). Relationship between self efficacy with career maturity at the end

college students. Yogyakarta : Universitas Ahmad Dahlan.

Levinson, E M et. al. (1998). Six approaches to the assessment of career maturity.

Journal of Counseling and Development, 76(4), 475.

Page 33: Hubungan Motivasi Berprestasi dengan Kematangan Karir …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10180/2/T1_802012081_Full text.pdfHUBUNGAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN KEMATANGAN KARIR

24

Madinatusalamah. (2011). Hubungan persepsi pengembangan karir dengan motivasi

berprestasi mahasiswa kelas karyawan sekolah tinggi ilmu ekonomi ahmad dahlan

jakarta. Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Psikologi,

Universitas Ahmad Dahlan Jakarta. Jakarta.

Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Primadana, R D. (2013). Hubungan antara motivasi berprestasi dengan kematangan

karir pada siswa SMK Negeri I Balikpapan. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi

Psikologi FPSB Universitas Islam Imdonesia.

Rachmawati, Y. E. (2012). Hubungan antara self-efficacy dengan kematangan karir

pada mahasiswa tingkat awal dan tingkat akhir di Universitas Surabaya. Jurnal

Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas

Surabaya.

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: perkembangan remaja (penerjemah Shinto B.

Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta : Salemba Humanika

_____________. (2007). Adolescent (11th ed). New York : Mc Graw – Hill.

Sardiman, A.M (2000). Interaksi & motivasi belajar mengajar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Savickas, M. L. (2002). Career construction. A developmental theory of vocational

behavior. Dalam D.brown, & associates (Eds.), career choice and development :

(4th Ed). San Francisco : Jossey-Bass.

Seligman, L. (1994). Developmental career counseling and assessment, 2 nd Edition.

Sage Publications, Inc.

Sobur, A. (2003). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia

Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R& D. Alfabeta:

Bandung.

Supraptono, E. (1994). Kontribusi minat kejujuran dan aspirasi kerja serta status soaial

ekonomi orang tua terhadap kematangan karir siswa FPPS

Winkel, W. S., & Hastuti, S. (2012). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan.

Yogyakarta: Media Abadi.