modul sistem manajemen k3 pg jatitujuh

11
MODUL SISTEM MANAJEMEN K3 PG JATITUJUH, MAJALENGKA JAWA BARAT Oleh Tim K3 JATITUJUH Visi dan Misi K3 Visi: Terwujudnya budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia pada umumnya, dan di lingkungan kontruksi atau proyek pada umumnya. Misi: Meningkatkan koordinasi yang sinergis antar pengandil (stakeholders) bidang K3 Meningkatkan kemandirian dunia usaha dalam menerapkan K3 Meningkatkan kompetensi dan daya saing tenaga kerja di bidang K3 Kebijakan Pembentukan Organisasi K3 Berikut ini beberapa kebijakan yang diturunkan oleh departemen safety di PG Jatitujuh : Pembentukan tim organisasi K3 yang bertugas melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja Pemberian premi 10% dari gaji untuk para pekerja zona berbahaya atau tingkat potensi penyakitnya tinggi Pengadaan poliklinik sebagai media jaminan pelayanan kesehatan keselamatan kerja dan keluarga (K3+K) Penerapan K3 dan aspek ergonomic kerja (yang sudah dibahas pada sub bab sebelumnya) Dasar Hukum Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja:

Upload: tyultia

Post on 23-Oct-2015

69 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

k3

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Sistem Manajemen k3 Pg Jatitujuh

MODUL SISTEM MANAJEMEN K3

PG JATITUJUH, MAJALENGKA

JAWA BARAT

Oleh

Tim K3 JATITUJUH

Visi dan Misi K3

Visi:

Terwujudnya budaya Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia

pada umumnya, dan di lingkungan

kontruksi atau proyek pada

umumnya.

Misi:

Meningkatkan koordinasi yang

sinergis antar pengandil

(stakeholders) bidang K3

Meningkatkan kemandirian dunia

usaha dalam menerapkan K3

Meningkatkan kompetensi dan daya

saing tenaga kerja di bidang K3

Kebijakan Pembentukan

Organisasi K3

Berikut ini beberapa kebijakan

yang diturunkan oleh departemen safety

di PG Jatitujuh :

Pembentukan tim organisasi K3

yang bertugas melakukan upaya

pencegahan dan penanggulangan

kecelakaan kerja

Pemberian premi 10% dari gaji

untuk para pekerja zona berbahaya

atau tingkat potensi penyakitnya

tinggi

Pengadaan poliklinik sebagai media

jaminan pelayanan kesehatan

keselamatan kerja dan keluarga

(K3+K)

Penerapan K3 dan aspek ergonomic

kerja (yang sudah dibahas pada sub

bab sebelumnya)

Dasar Hukum

Undang-Undang No. 1 Tahun 1970

tentang Kesehatan dan Keselamatan

Kerja:

Yang diatur oleh Undang-Undang ini

adalah keselamatan kerja dalam

segala tempat kerja baik di darat, di

dalam tanah, di permukaan air, di

dalam air maupun di udara, yang

berada di dalam wilayah kekuasaan

hukum Republik Indonesia

Tujuan dan Sasaran Sistem

Manajemen K3

Tujuan dan sasaran Sistem

Manajemen K3 adalah menciptakan

suatu sistem keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat kerja

dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi

dan lingkungan kerja yang

terintegrasi dalam rangka mencegah

dan mengurangi kecelakaan dan

Page 2: Modul Sistem Manajemen k3 Pg Jatitujuh

penyakit akibat kerja serta

terciptanya tempat kerja yang aman,

Kebijakan Sistem Manajemen K3

a. Peningkatan koordinasi berdasarkan

kemitraan yang saling mendukung.

b. Pemberdayaan semua pihak, baik

itu intern maupun ekstern, agar

mampu menerapkan dan

meningkatkan budaya keselamatan

dan kesehatan kerja.

c. Kontraktor berperan sebagai

fasilitator dan regulator.

d. Penerapan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dari manajemen

perusahaan.

e. Pemahaman dan penerapan norma

keselamatan dan kesehatan kerja

yang berkelanjutan.

Strategi Sistem Manajemen K3

a. Meningkatkan komitmen antara

kontraktor dan tenaga kerja di

bidang keselamatan dan kesehatan

kerja.

b. Meningkatkan peran dan fungsi

semua sector dalam pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Meningkatkan kemampuan,

pemahaman, sikap dan perilaku

budaya keselamatan dan kesehatan

kerja dari kontraktor dan tenaga

kerja.

d. Melaksanakan keselamatan dan

kesehatan kerja melalui manajemen

risiko dan manajemen perilaku yang

berisiko.

e. Mengembangkan sistem penilaian

keselamatan dan kesehatan kerja

(Audit SMK3) di dunia usaha.

f. Meningkatkan penerapan sistem

informasi keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi.

g. Memberikan pemahaman mengenai

keselamatan dan kesehatan kerja

sejak dini hingga berkelanjutan.

h. Meningkatkan integrasi keselamatan

dan kesehatan kerja dalam semua

bidang disiplin ilmu.

Kegiatan K3

Primer Level :

Promotif : Pelatihan K3 untuk

karyawan baru oleh

safety committe,

standarisasi APD,

pelaksanaan JSA (Job

Safety Analysis) secara

berkala.

Pada PG jatitujuh,

dalam satu tahun dibagi

menjadi dua musim,

yakni enam bulan untuk

produksi atau yang

biasa disebut “musim

giling” dan yang enam

bulan berikutnya biasa

disebut musim

Page 3: Modul Sistem Manajemen k3 Pg Jatitujuh

perbaikan pabrik.

Dimasa inilah kegiatan

promotif K3

dilaksanakan, kagiatan

yang berhubungan dan

hasil kerja JSA

biasanya meliputi :

Reparasi semua mesin-

mesin yang digunakan

pada saat proses produksi

Evaluasi dan perbaikan

jalur atau rel kereta

pengangkut tebu

Standarisasi kuantitas dan

kualitas truk pengangkut

tebu

Preventif : Penerapan K3 dan

ergonomika kerja (semua

aspek dan stasiun kerja)

Proteksi : Pemeberian susu 0.25 liter

perhari untuk karyawan

yang bekerja di zona

bahan berbahaya,

diberikan secara berkala 1

minggu sekali, JOA (Job

Observation Analysis)

secara periodik

Sekunder Level :

Tindakan Kuratif: Pengontrolan setiap hari di

semua stasiun kerja untuk

mencari dan mengingatkan

pekerja yang tidak patuh

pada penerapan K3

perusahaan.

Early Diagnosis : Penyediaan P3K

pada setiap stasiun kerja di

PG Jatitujuh.

Dalam early diagnosis,ada

dua tindakan yang

dilakukan yakni :

Screening, dilakukan untuk

mengelompokkan tempat

atau stasiun kerja dan

aspek-aspek lain

berdasarkan kesamaan

potensi penyakit akibat

kerja, sehingga dapat

meminimalisir ganngguan-

gangguan lainnya.

Prompt Treatment,

tindakan ini lanjutan dari

terjadinya kecelakaan kerja

di lokasi pabrik, dimana

diberikan penanganan

segera dan pengobatan

tepat.

Tersier Level :

Rehabilitatif : Penyediaan layanan

kesehatan pada poliklinik

PG Jatitujuh. pemberian

jaminan kesehatan sampai

taraf penyembuhan pada

setiap karyawan yang

mengalami kecelakaan

kerja (asuransi).

Page 4: Modul Sistem Manajemen k3 Pg Jatitujuh

Selain tindakan preventif

pada primery level dan rehabilitative

pada tersier level, PG Jatitujuh juga

memberikan kegiatan yang bersifat

rekreatif yang bertujuan untuk

merefreshing jiwa para karyawan

sehingga ada tahap relaksasi

setelah melakukan proses pekerjaan

di dalam pabrik dalam waktu yang

lama, beberapa kegiatan rekreatif

yang dilaksanakan setiap tahunnya

antara lain :

Kunjungan para karyawan

dan keluarga ke tempat

rekreasi keluarga diakhir

masa giling PG jatitujuh

Jalan sehat, pagelaran

wayang, arak-arakan

pengantin tebu, dan

panggung hiburan yang

diramaikan oleh karyawan

dan penduduk setempat

dalam rangka tasyakuran

menyambut masa giling

pabrik

Pengadaan ziarah wali

songo pada momen hari

besar agama tertentu

Pengadaan lomba-lomba dan

hiburan pada peringatan hari

kemerdekaan Indonesia, dan

kegiatan-kegiatan yang bersifat

menghibur lainnya

Identifikasi Sumber Bahaya,

Penilaian Resiko dan Pengendalian

Resiko

Klasifikasi Kecelakaan

1. Menurut jenis kecelakaan

- Terjatuh

- Tertimpa benda jatuh

- Tertumbuk atau terkena benda

- Terjepit oleh benda

- Gerakan yang melebihi

kemampuan

- Pengaruh suhu tinggi

- Terkena sengatan arus listrik

- Tersambar petir

- Kontak dengan bahan-bahan

berbahaya

- Lain-lain

2. Menurut sumber atau Penyebab

Kecelakaan

a. Dari mesin

b. Alat angkut dan alat angkat

c. Bahan/zat erbahaya dan radiasi

d. Lingkungan kerja

3. Menurut Sifat Luka atau Kelainan

Patah tulang, memar, gegar otak,

luka bakar, keracunan mendadak,

akibat cuaca, dsb

Penanggulangan Kecelakaan

Page 5: Modul Sistem Manajemen k3 Pg Jatitujuh

1. Penanggulangan Kebakaran

Manajemen Penanggulangan

Kebakaran

Pre Fire control :

Identifikasi potensi bahaya

kebakaran

Identifikasi tingkat ancaman

bahaya kebakaran

Identifikasi scenario

Perencanaan tanggap darurat

Perencanaan system proteksi

kebakaran

Pelatihan

In Case Fire Control

Deteksi alarm

Padamkan

Lokalisir

Evakuasi

Amankan

Post Fire Control

Investigasi

Analisis

Rekomendasi

Rehabilitasi

Perlengkapan pemadam

kebakaran

Alat-alat pemadam kebakaran dan

penanggulangan kebakaran terdiri dari

dua jenis:

1. Terpasang tetap di tempat :

1. Pemancar air otomatis

2. Pompa air

3. Pipa-pipa dan slang untuk

aliran air

4. Alat pemadam kebakaran

dengan bahan kering CO2 atau

busa

Alat-alat pemadam kebakaran

jenis 1-3 digunakan untuk

penanggulangan kebakaran yang

relative kecil, terdapat sumber air di

lokasi kebakaran dan lokasi dapat

dijangkau oleh peralatan tersebut.

Sedangkan alat jenis ke-4

digunakan jika kebakaran relatif

besar, lokasi kebakaran sulit

dijangkau alat pemadam, atau tidak

terdapat sumber air yang cukup,

atau terdapat instalasi atau

peralatan listrik, dan atau terdapat

tempat penyimpanan cairan yang

mudah terbakar.

2. Dapat bergerak atau dibawa

Alat ini seharusnya tetap

tersedia di setiap kantor bahkan

rumah tangga. Pemasangan alat

hendaknya di tempat yang paling

mungkin terjadi kebakaran, tetapi

tidak terlalu dekat dengan tempat

kebakaran dan mudah dijangkau

saat terjadi kebakaran.

Cara menggunakan alat-alat

pemadam kebakaran tersebut dapat

dilihat pada label yang terdapat

Page 6: Modul Sistem Manajemen k3 Pg Jatitujuh

pada setiap jenis alat. Setiap produk

mempunyai urutan cara penggunaan

yang berbeda-beda. Jika terjadi

kebakaran di sekitar anda, segera

lapor ke Dinas Kebakaran atau

kantor Polisi terdekat. Bantulah

petugas pemadam kebakaran dan

polisi dengan membebaskan jalan

sekitar lokasi kebakaran dari

kerumunan orang atau kendaraan

lais selain kendaraan petugas

kebakaran dan atau polisi.

2. Penanggulangan Kebakaran

Akibat Instalasi Listrik dan Petir

Buat instalasi listrik sesuai

dengan aturan yang berlaku

Gunakan sekering/MCB sesuai

dengan ukuran yang

diperlukan

Gunakan kabel yang

berstandar keamanan yang

baik

Ganti kabel yang telah usang

atau acat pada instalasi atau

peralatan listrik lain

Hindari percabangan

sambungan antar rumah

Lakukan pengukuran

kontinuitas penghantar,

tahanan isolasi, dan tahanan

pentanahan secara berkala

Gunakan instalasi penyalur

petir sesuai standar

3. Penanggulangan Kecelakaan di

dalam Lift

Pasang rambu-rambu dan

petunjuk yang mudah dibaca

oleh pengguna jika terjadi

keadaan darurat

Jangan memberi muatan lift

melebihi kapasitasnya

Jangan membawa sumber api

terbuka di dalam lift

Jangan merokok dan membuang

puntung rokok di dalam lift

Jika terjadi pemutusan aliran

listrik, maka lift akan berhenti di

lantai terdekat dan pintu lift

segera terbuka sesaat setelah

berhenti. Segera keluar dari lift

dengan hati-hati

1. Penanggulangan

Kecelakaan terhadap Zat

Berbahaya

Zat berbahaya adalah

bahan-bahan yang selama

pembuatannya, pengolahannya,

pengangkutannya, penyimpanannya

dan penggunaannya menimbulkan

iritasi, kebakaran, ledakan, korosi,

matilemas, keracunan dan bahaya-

bahaya lainnya terhadap gangguan

kesehatan orang yang bersangkutan

dengannya atau menyebabkan

Page 7: Modul Sistem Manajemen k3 Pg Jatitujuh

kerusakan benda atau harta

kekayaan

1. Bahan- bahan eksplosif

Adalah bahan yang mudah

meledak. Ini merupakan bahan

yang paling berbahaya. Bahan ini

bukan hanya bahan peledak,

tetapi juga semua bahan yang

secara sendiri atau dalam

campuran tertentu jika mengalami

pemanasan, kekerasan atau

gesekan akan mengakbatkan

ledakan yang biasanya diikuti

dengan kebakaran. Contoh: garam

logam yang dapat meledak karena

oksidasi diri, tanpa pengaruh

tertentu dari luar

2. Bahan-bahan yang

mengoksidasi

Bahan ini kaya oksigen, sehingga

resiko kebakaran sangat tinggi.

3. Bahan-bahan yang mudah

terbakar

Tingkat bahaya bahan-bahan ini

ditentukan oleh titik bakarnya.

Makin rendah titik bakarnya makin

berbahaya

4. bahan-bahan beracun

bahan ini bisa berupa cair, bubuk,

gas, uap, awan, bisa berbau dan

tidak berbau. Dapat terjadi

keracunan dan iritasi gatal.

5. bahan korosif

Bahan ini meliputi asam-asam,

alkali-alkali, atau bahan-bahan

kuat lainnya yang

dapatmenyebabkan kebakaran

pada kulit yang tersentuh

Tindakan Pencegahan

Pemasangan label dan tanda

peringatan

Pengolahan, pengangkutan

dan penyimpanan harus sesuai

dengan ketentuan dan aturan

yang ada

Simpanlah bahan-bahan

berbahaya di tempat yang

memenuhi syarat keamanan

bagi penyimpanan bahan

tersebut.

5. Pendekatan Keselamatan Lain

Pemasangan peringatan :

a. Tanda Bahaya

b. Tanda Anjuran

c. Tanda Perlindungan terhadap

Kebakaran

d. Tanda Darurat

e. Tanda rumah sakit atau klinik

kesehatan

f. Tanda larangan

Page 8: Modul Sistem Manajemen k3 Pg Jatitujuh

g. Tanda Peringatan terhadap

bahaya Tegangan Listrik

h. Tanda peringatan untuk tidak

meng-ON-kan Saklar

d. Checking And Corrective Action :

•Inspesksi dan Pengujian

•Audit SMK

e. Management Review