proposal seminar pg

31
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS VIII SMP N 1 DORO Proposal ini dibuat untuk memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Seminar Pendidikan Geografi Oleh : Nama : Muhammad Abdul Jubair Almasiih NIM : 3201410065 Prodi : Pendidikan Geografi

Upload: miphtahmiph

Post on 03-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pg laporan

TRANSCRIPT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE TEAMS-GAMES-TOURNAMENT (TGT)

SISWA KELAS VIII SMP N 1 DORO

Proposal ini dibuat untuk memenuhi

Tugas Akhir Mata Kuliah Seminar Pendidikan Geografi

Oleh :

Nama : Muhammad Abdul Jubair Almasiih

NIM : 3201410065

Prodi : Pendidikan Geografi

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan dewasa ini telah menjadi kebutuhan yang semakin hari

semakin terasa arti pentingnya, akan tetapi dalam proses pemenuhan kebutuhan

akan pendidikan ternyata menghadapi cukup banyak permasalahan, salah satu

pokok permasalahan tersebut adalah masalah kualitas pendidikan.

Dalam rangka memperluas pengetahuan, pendidikan dan ketrampilan

perlu diperhatikan kesempatan bagi anak yang bertempat tinggal di desa terpencil,

berasal dari keluarga yang kurang mampu atau penyandang cacat. Dalam bidang

pendidikan pemerintah membuat kebijaksanaan yaitu membuat UU No 20 tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu;

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Departemen Pendidikan

Nasioanl, 2003: 1)

Dari fungsi pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan

dibutuhkan untuk mencetak manusia yang cerdas, kreatif, mandiri sebagai sendi

dalam pembangunan negara. Jika suatu bangsa ingin maju maka sumber daya

manusia harus ditingkatkan. Untuk itu semua anak usia sekolah harus dapat

mengenyam dunia pendidikan. Namun itu tidak sesuai dengan keadaan di

Indonesia saat ini.

Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam

kehidupan, bukan saja sangat penting bahkan masalah pendidikan sama sekali

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat

berbangsadan bernegara, maju mundurnya suatu bangsa sebagian besar ditentukan

oleh maju mundurnya pendidikan di Negara itu ( Ahmadi, 2001 :98) kualitas

pendidikan dari suatu lembaga pendidikan pada jenjang tertentu dapat dilihat dari

2

kualitas output atau lulusanyang dihasilkannya, salah satu indikator untuk menilai

kualitas pendidikan adalah prestasi belajar yang dicapai oleh para siswa.

Pendidikan geografi merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

nasional yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan, geografi juga merupakan

dasar yang sangat diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan

belajar dalam menempuh pendidikan lebih lanjut. mengingat arti pentingnya

peranan geografi, maka selayaknyalah penanganan belajar mengajar geografi

dilakukan secara baik. Pengajaran geografi harus ditata terus menerus dalam

rangka mengembangkan daya nalar peserta didik

Perubahan terjadi terus menerus dan semakin cepat menuntut para

pengembang pendidikan baik pengembang kurikulum maupun pengembang guru

sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan untuk menyiapkan sisiwa agar

hidup produktifdan sukses dimasa depan. Salah satu cara untuk menyiapkan siswa

yaitu dengan membekali mereka keterampilan tertentu seperti keterampilan

memecahkan masalah, menganalisa data, berfikir secara logis, membuatdan

mengambil keputusan menyelesaikan masalah nyata keterampilan memanfaatkan

tekhnologi dan lain-lain. Kurikulum merupakan jantung pola pembelajaran

dikelas dan mendidik siswa dengan keterampilan yang akan mereka butuhkan

dalam hidup sukses dan produktif, sebagaimana pendapat mars dan willis dalam

wartono (2004: 5 ) bahwa kurikulum adalah saling keterkaitan seperangkat

rencana dan pengalaman yang harus dialami siswa dalam belajar dibawah

bimbingan sekolah

Di Indonesia, telah berulang kali terjadi perubahan kurikulum pendidikan

dasar dan menengah yang antara lain kurikulum 1975, kurikulum 1984,

kurikulum1994, kurikulum berbasis kompetensi (KBK) serta kurikulum tingkat

satuan pembelajaran atau disingkat KTSP mengemukakan pendapatyang

mendasar antara kurikulum sebelumnya dengan kurikulum yang sekarang

diterapkan bahwa kurikulum sebelum KTSP cenderung berpusat pada guru

dimana guru merupakan sumber informasi utama pentransfer pengetahuandan

pendekatan yang digunakan dominan ceramah sedangkan dalam kurikulum

tingkat satuan pembelajaran, pembelajaran cenderung berpusat pada siswa

3

pendekatanyang digunakan dalam proses belajar mengajar bervariasi dan guru

berperan sebagai pasilitator motivator dan kreator.

Pada dasarnya rendahnya prestasi belajar siswa termasuk prestasi belajar

geografi dapat disebabkan factor yang berasal dari dalam diri siswa ( faktor

internal ) dan factor dari luar diri siswa (eksternal ) menurut Usman (1993:10).

Model pembelajaran yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar di kelas

merupakan salah satu faktor dari luar diri siswa yang sangat dapat mempengaruhi

prestasi belajarnya. Penggunaan satu model pembelajaran untuk mengajarkan

semua pokok bahasan dalam suatu mata pelajaran dapat menyebabkan siswa

menjadi jenuh sehingga siswa tidak tertarik lagi untuk mengikuti pelajaran

tersebut terlebih lagi dengan mata pelajaran geografiyang menurut Hudoyo (1983:

3) berkaitan dengan konsep-konsep abstrak, sehingga pemahamannya

membutuhkan daya nalar yang tinggi ,dibutuhkan ketekunan keuletan sesemangat,

perhatian dan motivasi yang tinggi untuk dapat memahami materi pelajaran

geografi.

Walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif tidak berubah

namun terdapat beberapa tipe dari model tersebut salah satu tipe dalam

pembelajaran kooperatif yang dianggap peneliti dapat memotivasi siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe

team-games-tournament.(TGT). tipe ini mengharuskan semua siswa dalam setiap

kelompok untuk berusaha memahami dan menguasai materi yang sedang

diajarkan dan selalu aktif ketika kerja kelompok, sehingga saat ditunjuk untuk

mempresentasekan jawabannya, mereka dapat menyumbangkan skor bagi bagi

kelompoknya.

Disamping itu juga dapat berperan sebagai review materi pelajaran serta

dapat memotifasi siswa dalam belajar karena dalammodel pembelajaran ini

terdapat permainan yaitu permainan kartu yang telah diacak oleh guru untuk

memilih nomor soal yang akan dipresentasekan oleh setiap wakil kelompok. Oleh

karena itu peneliti memilih siswa-siswi dikelas tersebut sebagai obyek penelitian.

4

Atas dasar yang telah dikemukakan diatas maka peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Hasil

Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP N 1 DORO Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament (TGT) “

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah dalam penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran geografi dapat meningkat

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ?

2. Apakah perhatian siswa dalam proses pembelajaran geografi dapat meningkat

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ?.

3. Apakah prestasi belajar geografi kelas VIII SMP Negeri 1 Doro dapat

ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran TGT ?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran geografi melaui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament

(TGT).

2. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran geografi melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament

(TGT).

3. Meningkatkan prestasi belajar geografi melalui penerapan model pembelajaran

Kooperatif tipe Teams-games Tournament (TGT) pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Doro.

5

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan

manfaat, sebagai berikut:

a) Prtaktis

1. Bagi siswa, penelitian ini akan sangat bermamfaat dalam meningkatkan

prestasi belajar geografi.

2. Bagi guru, dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran

geografi di kelas sehingga materi pelajaran geografi yang dianggap sulit

bagi siswa dapat dipahami dengan baik melalui strategi pembelajaran yang

bervariasi.dan dianggap tepat.

b) Teoritis

1. Bagi sekolah: sebagai masukan dalam rangka perbaikan kualitas

pembelajaran geografi pada khususnya.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Pendidikan merupakan gejala insani yang fundamental dalam kehidupan

manusia untuk mengantarkan anak manusia ke dunia peradaban. Pendidikan juga

merupakan bimbingan eksistensial manusiawi dan bimbingan otentik, agar anak

belajar mengenali jatidirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu

memiliki, melanjutkan, mengembangkan warisan-warisan sosial generasi yang

terdahulu. Pendidikian memiliki makna:

1. Sebagai salah satu fungsi terpenting dalam pengembangan pribadi anak

manusia dan pengembangan kebudayaan nasional.

2. Fungsi utama dalam usaha pembangunan (Kartono, 1990: 6)

Pendidikan sangat dibutuhkan dalam penunjang pembangunan nasional

Indonesia. Kelangsungan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari

dalam diri siswa (internal) maupun dari luar siswa (eksternal). Dalam penelitian

ini peneliti mengambil dua faktor eksternal yaitu: faktor fisik (jarak dari rumah ke

sekolah, keadaan jalan, dan keadaan transportasi), dan faktor orang tua

(pendidikan orang tua dan pendapatan orang tua).

1. Pengertian Pendidikan

Batasan pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara dalam

kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan:

Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi

pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek), dan tubuh anak dalam

artian tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar supaya kita dapat

memajukan kesempurnaan hidup. Kehidupan dan penghidupan anak-anak

yang dididik selaras dengan dunia (Hadikusumo, 1996 : 24 - 25)

7

Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi

dan pembentukan ketrampilan saja, namun diperluas sehingga mewujudkan

keinginan, kebutuhan, dan kemampuan individu, sehingga tercipta pola

hidup pribadi dan sosial yang baik. Pendidikan bukan semata-mata sebagai

sarana untuk persiapan kehidupan yang akan datang, tetapi juga untuk

kehidupan anak sekarang yang sedang mengalami perkembangan menuju

tingkat kedewasaan.

2. Ruang Lingkup Pendidikan

Pendidikan di Indonesia menganut konsep pendidikan seumur hidup

yang bertolak dari suatu pandangan bahwa pendidikan adalah unsur esensial

sepanjang umur seseorang. Dengan demikian ruang lingkup pendidikan

meliputi: pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan non

formal (Hadikusumo, 1996: 24-25).

2.1 Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan

lingkungan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 4) pendidikann

yang diperoleh seseorang dalam lingkungan pendidikan tanpa

organisasi, yakni tanpa orang tertentu yang ditunjuk sebagai pendidik,

tanpa program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu,

tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian. Namun demikian

pendidikan informal ini sangat penting bagi pembentukan pribadi

seseorang.

2.2 Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikian dasar, pendidikan menengah,

dan pendidikan tinggi (Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 3).

Dalam pendidikan formal ini terdapat organisasi yang ketat dan nyata

dalam berbagai hal, yaitu; adanya perjenjangan, program atau bahan

pelajaran yang sudah diatur secara formal, cara mengajar juga secara

formal, waktu belajar dan lain-lain.

8

2.3 Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang

(Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 4) Pendidikan ini meliputi

berbagai usaha khususnya diselenggarakan secara terorganisir agar

terutama generasi muda dan juga orang dewasa, yang tidak sepenuhnya

atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah

dapat memiliki pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang mereka

perlukan sebagai warga negara yang produktif.

Dalam pendidikan formal terdapat jenjang pendidikan yang

berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan perkembangan peserta didik,

tingkat kerumitan bahan pengajaran dan penyajian bahan pelajaran.

Jenjang pendidikan formal terdiri dari :

a) Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah (Departemen Pendidikan Nasional, 2003 :

11) disini yang dimaksud pendidikan dasar adalah pendidikan yang

diselenggarakan selama enam tahun disekolah dasar dan tiga tahun

disekolah menengah lanjutan tingkat pertama atau satuan pendidikan

yang sederajat.

b) Pendidikan Menengah

Pendidikian menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar, yang

terdiri atas pendidikan menengah dan pendidikan menengah kejuruan

(Departemen Pendidikan Nasional, 2003 : 12). Sekolah menengah umum

adalah sekolah pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan

perluasan pengetahuan dan peningkatan ketrampilan siswa.

c) Pendidikian Tinggi

9

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah

pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,

sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh

perguruan tinggi, yang diselenggarakan dengan sistem terbuka

(Departemen Pendidikan Nasional, 2003: 12). Disini untuk menyiapkan

peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan

akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan

dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

Dalam era globalisasi, kesejahteraan bangsa selain sumber daya alam

dan modal yang bersifat fisik, juga pada modal intelektual, modal sosial dan

kepercayaan. Dengan demikian, tuntutan untuk terus menerus

memutakhirkan pengetahuan menjadi suatu keharusan. Peranan pendidikan

formal dalam hal penyediaan sumber daya manusia menjadi sangat penting

sekali disamping pendidikan informal dan non formal. Dalam pendidikan

formal tingkat pendidikan menengah dimana anak dibekali iptek dan imtaq

maka akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

B. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum  yang menuntut aktivitas,

kreativitas, dan kearifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan

peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan

menyenangkan. Pada buku Mulyasa (2006), Saylor mengatakan bahwa ”

Instruction is thus the implementation of curriculum plan, usually, but not

necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an

educational setting”. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas

dasar penilaian ketika peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar.

Menurut Mulyasa (2006) bahwa proses dan hasil belajar peserta didik

bergantung pada  kompetensi guru dan keterampilan mengajarnya. Oleh karena

itu, guru harus mampu mengaktualisasikan dalam pembelajaran. Dalam hal ini,

guru harus mampu menciptakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan

menyenangkan (PAKEM). Pembelajaran aktif merupakan  pendekatan

pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktifitas peserta didik dalam

10

mengakses berbagai informasi dan pengetahuan. Pembelajaran kreatif merupakan

proses pembelajaran yang mengharuskan guru untuk dapat memotivasi dan

memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran. Pembelajaran

merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat sebuah kohesi

yang kuat antara pendidik dan peserta didik.

Menurut Nur, dkk (2000), semua model mengajar ditandai dengan

adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (reward). Struktur

tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan

dari jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Hal ini berlaku pada

pengajaran klasikal maupun pengajaran dengan kelompok kecil, siswa diharap

melakukan apa selama pengajaran itu.

Dalam penerapan pembelajaran kooperatif dua atau lebih individu saling

tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama., mereka

akan berbagi penghargaan tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan salah satu

model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan

konstruktivistik. Model pembelajaran mengacu pada metode pembelajaran dimana

peserta didik bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam

belajar (Nurhayati dan Wellang, 2004).

Menurut Nurhayati dan Wellang (2004), dalam pembelajaran kooperatif

guru mempunyai peranan diantaranya (1) Mengorganisasikan materi pelajaran; (2)

Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan peserta didik; (3) Mengorganisasikan

peserta didik; (4) menjelaskan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta

didik; (5) Membentuk kelompok siswa yang heterogen; (6) Memberi petunjuk

secara tertulis kepada peserta didik. Selain itu peserta didik juga mempunyai

peranan diantaranya adalah sebagai berikut : (1) Para peserta didik bertanggung

jawab atas keberhasilan kelompoknya, (2) Para peserta didik diharapkan menjadi

aktif, bertanggung jawab, bekerjasama, dan penuh kepedulian; (3) Para peserta

didik berlatih menilai kemajuan belajarnya dan merenungkan dirinya melalui

tujuan kelompok ; (4) Para peserta didik dapat memberi umpan-balik terhadap

sesamanya dan dapat terampil menilai dirinya sendiri.

11

Ciri khas pembelajaran kooperatif adalah peserta didik ditempatkan pada

kelompok- kelompok kerja dan tinggal bersama sebagai satu kelompok atau

beberapa minggu atau beberapa bulan. Mereka dilatih keterampilan-keterampilan

spesifik untuk membantu mereka bekerja sama dengan baik. Misalnya menjadi

pendengar yang baik dan sebagainya.

Pembelajaran kooperatif dapat dibedakan menjadi beberapa model

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Student Teams Achievement Division (STAD).

2. Jiksaw

3. Think-Pair-Share (TPS)

4. Numbered Heads Together

5. Team-Games-Tournament (TGT)

C. Hakikat Team Games Tournament (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan

siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang

siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang

berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka

masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap

kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama – sama dengan anggota

kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan

tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk

memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan

tersebut kepada guru.

Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah

menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik.

Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja – meja turnamen,

dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil

dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan

agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa

dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan

12

akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta

diusahakan agar setara.

Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat

pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat

pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor-

skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya

anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan

penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.

Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah

tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok

(teams), permainan (geams), pertandingan (tournament), dan perhargaan

kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin,

maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok – kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin,

dan suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota

kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar

siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang

dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan tumbuhnya

rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara kooperatif sangat

menyenangkan.

2. Games Tournament

Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari

kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing – masing

ditempatkan dalam meja – meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5

sampai 6 orang peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal

dari kelompok yang sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap

peserta homogen. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan

permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan membagikan kartu – kartu

soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja

13

sehingga soal dan kunci tidak terbaca). Permainan pada tiap meja turnamen

dilakukan dengan aturan sebagai berikut. Pertama, setiap pemain dalam tiap

meja menentukan dulu pembaca soal dan pemain yang pertama dengan cara

undian. Kemudian pemain yang menang undian mengambil kartu undian

yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal

akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang diambil oleh

pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan

penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah

waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil

pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah

itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan

kepada pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali

memberikan jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja.

Permainan dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal

habis dibacakan, dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap

peserta dalam satu meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal,

pemain, dan penantang. Disini permainan dapat dilakukan berkali – kali

dengan syarat bahwa setiap peserta harus mempunyai kesempatan yang sama

sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal

dan membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan

jawaban pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap

pemain dalam satu meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan

menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah

disediakan. Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan

melaporkan poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan.

Selanjutnya setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan

poin yang diperoleh kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan

poin yang diperoleh anggota kelompoknya pada tabel yang telah disediakan,

kemudian menentukan kriteria penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

14

3. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah

menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok

dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing –

masing anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota

kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata – rata poin yang

didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang diperoleh oleh

masing – masing anggota kelompok didasarkan pada nilai yang diperoleh,

seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang

Diperoleh

Skor Tertinggi 40

Skor Tinggi 30

Skor Rendah 20

Skor Terendah 10

Tabel 2.2 Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain

Pemain dengan Poin Bila Jumlah Kartu Yang

Diperoleh

Skor Tinggi 60

Skor Sedang 40

Skor Rendah 20

15

(Sumber : Slavin, 1995:90)

Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ada beberapa tahapan

yang perlu ditempuh, yaitu :

1. Mengajar (teach)

Mempersentasekan atau menyajikan materi, menyampaikan tujuan, tugas, atau

kegiatan yang harus dilakukan siswa, dan memberikan motivasi.

2. Belajar Kelompok (team study)

Siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri atas 5 sampai 6 orang dengan

kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras / suku yang berbeda. Setelah

guru menginformasikan materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi

dengen menggunakan LKS. Dalam kelompok terjadi diskusi untuk

memecahkan masalah bersama, saling memberikan jawaban dan mengoreksi

jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab.

3. Permainan (game tournament)

Permainan diikuti oleh anggota kelompok dari masing – masing kelompok

yang berbeda. Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah

semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan –

pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan

dalam kegiatan kelompok.

4. Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan (rewards) berdasarkan pada rerata poin yang diperoleh

oleh kelompok dari permainan. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas

HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi

kategori rerata poin sebagai berikut :

16

Tabel 2.3 Kriteria Pengahrgaan Kelompok

Kriteria ( Rerata Kelompok ) Predikat

30 sampai 39 Tim Kurang baik

40 sampai44 Tim Baik

45 sampai 49 Tik Baik Sekali

50 ke atas Tim Istimewa

(Sumber : Slavin, 1995:90)

D. Kerangka Berfikir

Proses belajar mengajar dipandang berkualitas jika berlangsung efektif,

bermakna dan ditunjang oleh sumber daya yang wajar. Proses belajar mengajar

dapat dikatakan berhasil jika siswa menunjukkan tingkat penguasaan yang tinggi

terhadap tugas-tugas belajar yang harus dikuasai dengan sasaran dan tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu guru sebagai pendidik bertanggung jawab

merencanakan dan mengelola kegiatan-kegiatan belajar mengajar sesuai dengan

tuntutan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran. Di

dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat

belajar secara efektif dan efisiensi, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah

satu strategi yang harus dimiliki oleh guru adalah harus menguasai teknik-teknik

penyajian atau biasa disebut metode mengajar.

Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara

mengajar yang dipergunakan oleh guru untuk menyajikan pelajaran kepada siswa

17

di dalam kelas yang diharapkan dapat memotivasi siswa dalam menguasai

pengetahuan, keterampilan, menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan

bersikap. Berbagai macam-macam teknik mengajar, ada yang menekankan

peranan guru yang utama dalam pelaksanaan penyajian, ada pula yang

menekankan pada media hasil teknologi, ada pula teknik penyajian yang hanya

digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas dan yang tidak terbatas, teknik

penyajian di dalam dan di luar kelas, dan lain sebagainya. Setiap teknik tersebut

memiliki ciri khas dan tujuan tersendiri, sehingga dalam memilih teknik

pengajaran harus tetap bertolak pada tujuan yang ingin dicapai dalam proses

pembelajaran serta kesesuaian materi dengan metode yang diterapkan.

Dengan metode pembelajaran Teams-Games-Tournament (TGT),

diharapkan siswa dapat lebih berminat dalam belajar mata pelajaran geografi dan

dapat memberikan solusi dalam memahami materi, serta memberikan keaktifan,

perhatian, belajar memecahkan masalah yang dapat berpengaruh positif terhadap

hasil belajar siswa dalam rangka perbaikan proses belajar mengajar. Dengan

demikian diharapkan agar siswa dapat meningkatkan prestasinya.

E. Hipotesis

Hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah Jika

pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) diterapkan maka

ada peningkatan hasil belajar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Doro.

18

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Waktu : Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2012.

Tempat : Adapun tempat penelitian yaitu di SMP Negeri 1 Doro Kecamatan

Doro Kabupaten Pekalongan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Doro.

2. Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total

random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari seluruh populasi

yang ada. Besarnya sampel yang diambil yaitu seluruh populasi yaitu

siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Doro. Pengambilan sampel secara random

dimaksudkan agar setiap sampel yang diambil dapat mewakili populasi

yang ada.

C. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan 2 Variabel yaitu Variabel Bebas dan

Variabel Terikat.

a. Variabel Bebas

Dalam Penelitian Ini Variabel Bebasnya Adalah Pembelajaran Kooperatif

Tipe Teams-Games-Tournament (TGT)

b. Variabel Terikat

19

Dalam Penelitian Ini Variabel Terikatnya Adalah Hasil Belajar Siswa

Kelas Viii Smp Negeri 1 Doro Kabupaten Pekalongan

D. Teknik Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1. Data tentang aktifitas belajar mengajar diambil pada saat dilaksanakan

tindakan dengan menggunakan lembar observasi.

2. Data mengenai hasil belajar diambil dari tes. Tes tersebut dibuat oleh

peneliti dalam bentuk soal pilihan ganda.

E. Analisis Data

Pada penelitian ini analisis data yaitu hasil belajar siswa berupa tes yang

akan dianalisis dengan menggunakan skor yang berdasarkan penilaian acuan

patokan, dihitung berdasarkan skor maksimal yang mungkin dicapai oleh siswa.

Nilai yang diperoleh dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi,

tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pedoman pengkategorian hasil belajar

siswa  yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.4. Di samping itu juga

dideskripsikan hasil pengamatan aktifitas pembelajaran dan perilaku siswa yang

diketahui dari hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi yang

terjadi pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar.

Tabel 2.4 Pedoman pengkategorian hasil belajar

Skor Yang dicapai Kategori

8,0 – 10 Sangat Tinggi

6,6 - 7,9 Tinggi

5,6 - 6,5 Sedang

20

40 - 5,5 Rendah

0 - 3,9 Sangat Rendah

(Sumber : Arikunto, 2005)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional, Jakarta: Diknas

Hadikusumo, K. 1996. Pengantar Pendidikan Semarang: IKIP Semarang Press

Kartono, Kartini. 1990. Wawasan Politik. Bandung: Mandor Maju

http://downloads.ziddu.com/downloadfile/5235876/

PembelajaranKooperatifTipeTGT.doc.html (Di Unduh Pada 25 Juni

2013, 12.01)

http://ipotes.wordpress.com/2008/05/11/pembelajaran-kooperatif-tipe-teams-

games-tournaments-tgt/ (Di Unduh pada 25 Juni 2013, 11.33)

21