modul kimia lingkungan ub

Upload: kazuki-kuga

Post on 08-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • MODUL PRAKTIKUM KIMIA DASAR LINGKUNGAN

    Dosen Pengampu : Angga Dheta Sirajuddin Aji, S.Si, M.Si

    LABORATORIUM TEKNIK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

    JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2014

  • TATA TERTIB PRAKTIKUM KIMIA DASAR LINGKUNGAN

    1. Wajib memakai jas laboratorium saat praktikum berlangsung. Sebelum memasuki

    laboratorium jas lab wajib di kancingkan.

    2. Wajib mengenakan baju lengan panjang dan celana/rok panjang saat praktikum

    3. Wajib mengenakan sepatu tertutup dan berkaos kaki

    4. Wajib mengenakan ID card praktikum kimia dasar lingkungan

    5. Wajib membawa masker dan sarung tangan

    6. Praktikan harus membawa modul, tiket masuk, buku pre-post dan kartu kendali saat

    praktikum

    7. Toleransi keterlambatan 5 menit, jika terlambat tidak diperkenankan mengikuti pre-

    test

    8. Jika praktikan tidak dapat hadir saat praktikum karena sakit, harus memberikan surat

    dokter kepada Co praktikum kimia dasar lingkungan. Jika mengganti jadwal

    praktikum wajib konfirmasi kepada Co praktikum kimia dasar lingkungan dan asisten

    praktikum yang memegang materi praktikum yang tidak di ikuti

    9. Jika ada kerusakan alat yang disebabkan oleh praktikan, maka praktikan wajib

    mengganti

    10. Praktikan dilarang makan, minum dan merokok pada saat praktikum berlangsung

    11. Praktikan harus men-silent gadget selama praktikum berlangsung

    12. Pengumpulan laporan dilakukan 4 x 24 jam. Pengumpulan laporan dilakukan secara

    kolektif di ketua kelompok. Keterlambatan pengumpulan akan mendapat

    penggurangan poin

  • PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3

    I. TUJUAN

    - Mampu mengidentifikasi beberapa macam alat dan menggunakannya dengan

    benar

    - Mengenalkan peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium

    - Mampu menggunkan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di

    laboratorium dengan benar

    II. PENGENALAN ALAT

    Berikut akan dibicarakan mengenai beberapa alat yang akan digunakan dalam praktikum

    kimia dasar lingkungan :

    1. Pipet volume. Pipet ini terbuat dari kaca dengan skala/volume tertentu, digunakan

    untuk mengambil larutan dengan volume tepat sesuai dengan label yang tertera

    pada bagian yang menggelembung (gondok) pada bagian tengah pipet. Gunakan

    propipet atau bulb untuk menyedot larutan.

    2. Pipet ukur. Pipet ini memiliki skala, digunakan untuk mengambil larutan dengan

    ukuran tertentu. Pipet ini lebih presisi jika dibandingkan dengan pipet volume.

    Gunakan bulb atau katet penghisap untuk menyedot larutan, jangan dihisap dengan

    mulut.

    3. Pipet tetes. Berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung

    bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil

    cairan dalam skala tetesan kecil.

    4. Bulb atau Bola Hisap. Alat ini terbuat dari karet, digunakan untuk menghisap

    larutan. Biasanya di pasang pada pipet ukur dan pipet volume.

  • 5. Labu ukur (labu takar). Digunakan untuk menakar volume zat kimia dalam

    bentuk cair pada proses preparasi larutan. Alat ini tersedia berbagai macam

    ukuran.

    6. Gelas ukur, digunakan untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair. Alat

    ini mempunyai skala, tersedia bermacam-macam ukuran. Tidak boleh digunakan

    untuk mengukur larutan/pelarut dalam kondisi panas. Perhatikan meniskus pada

    saat membaca skala.

    7. Gelas beaker, alat ini bukan alat pengukur (walaupun terdapat skala, namun

    ralatnya cukup nesar). Digunakan untuk tempat larutan dan dapat juga untuk

    memanaskan larutan kimia. Untuk menguapkan solvent/pelarut atau untuk

    memekatkan.

    8. Buret. Alat ini terbuat dari kaca dengan skala dan kran pada bagian bawah,

    digunakan untuk melakukan titrasi (sebagai tempat titran)

    9. Erlenmeyer. Alat ini terbuat dari alat pengukur, walaupun terdapat skala pada alat

    tersebut (ralat cukup besar). Digunakan untuk tempat zat yang akan di titrasi.

    Kadang-kadang boleh juga digunakan untuk memanaskan larutan.

  • 10. Spektrofotometer. merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi

    dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu

    obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan

    diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilserap

    sebanding dengan konsentrasi larutan di dalam kuvet.

    11. Kuvet. Kuvet serupa dengan tabung reaksi, namun ukurannya lebih kecil. Kuvet

    tidak boleh dipanaskan. Bahan dapat dari silika (quartz), polistirena atau

    polimetakrilat.

    12. Tabung reaksi. Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia dalam skala kecil

    dan dapat digunakan sebgai wadah untuk perkembangbiakan mikroba.

    13. Corong. Biasanya terbuat dari gelas namun ada juga yang terbuat dari plastik.

    Digunakan untuk menolong pada saat memasukkan cairan ke dalam suatu wadah

    dengan mulut sempit, sepeti : botol, labu ukur, buret dan sebagainya.

  • 14. Timbangan analitik. Digunakan untuk menimbang masa suatu zat padat.

    Timbangan ini lebih akurat dibandingkan timbangan analog.

    15. Gelas alroji. Digunakan untuk tempat bahan padatan saat menimbang,

    mengeringkan bahan, dll.

    16. Pengaduk gelas, digunakan untuk mengaduk larutan, campuran, atau mendekantir

    (memisahkan larutan dari padatan).

    17. Spatula. Digunakan untuk mengambil bahan padat.

    III. PENGENALAN BUDAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

    DI LABORATORIUM

    Ketrampilan bekerja di laboratorium maupun dunia kerja dapat diperoleh melalui

    kegiatan praktikum. Disamping itu, ada kemungkinan bahaya yang terjadi di laboratorium

    seperti adanya bahan kimia yang karsinogenik, bahaya kebakaran, keracunan, sengatan

    listrik dalam penggunaan alat listrik (kompor, oven, dll). Disamping itu, orang ynag

    bekerja di laboratorium dihadapkan pada resiko yang cukup besar, yang disebabkan karena

    setiap percobaan digunakan:

    1. Bahan kimia ynag mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif,

    karsinogenik, dan beracun.

    2. Alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh.

    3. Alat listrik seperti kompor listrik, yang dapat menyebabkan sengatan listrik.

    4. Penangas air atau minyak bersuhu tinggi yang dapat terpercik.

  • Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboatorium, hal yang harus dilakukan pada

    saat bekerja di laboratorium adalah:

    1. Tahap persiapan

    a. Menetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan praktikum serta hal

    yang harus dihindari selama praktikum, dengna membaca petunjuk praktikum.

    b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat terhindar dari kecelakaan

    kerja selama di laboratorium. Sifat bahan dapat diketahui dari Material Data Sheet

    (MSDS).

    c. Mengetahui peralatan yang digunakan serta fubgsi dan cara penggunaanya.

    d. Mempersiapkan alat pelindung diri seperti jas praktikum lengan panajng, kacamata,

    sarung tangan karet, sepatu, dan masker, dll.

    2. Tahap Pelaksanaan

    a. Mengenakanpelindung diri

    b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan

    c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena dapat mencemari

    lingkungan

    d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.

    e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai, disesuaikan dengan kategori

    limbahnya

    f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang diperlukan

    3. Tahap Pasca Pelaksanaan

    a. Cuci peralatan yang digunakan, kemudian dikeringkan dan dikembalikan ke tempat

    semula

    b. Matikan listrik, kran air, dan tutup bahan kimia dengan rapat (tutup jangan tertukar)

    c. Bersihkan tempat atau meja praktikum

    IV. Selain pengetahuan mengenai penggunaan alat dan teknis pelaksanaan di

    laboratorium, pengetahuan resiko bahaya dan pengetahuan sifat bahan yang digunakan

    dalam petcobaan. Sifat bahan secraa rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material

    Data Sheet (MSDS) yang dapat di download di internet. Berikut ini sifat bahan

    berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia:

  • MATERI 1

    ASIDI ALKALIMETRI

    I. Tujuan

    1. Membuat larutan standar HCL 0,1 M

    2. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M dan standar primer H2C2O4

    3. Melakukan standarisasi larutan HCL 0,1 M dan NaOH 0,1 M

    4. Menggunakan larutan standar NaOH 0,1 M untuk menetapkan kadar asam

    asetat cuka perdagangan.

    II. Dasar Teori

    2.1. Analisi Volumetri

    Analisis volumetri adalah suatu analisis kimia kuantitatif untuk menentukan

    banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya volume

    larutan standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan

    ditentukan. Penentuan konsentrasi zat atau larutan dilakukan dengan

    mereaksikannya secara kuantitatif dengan larutan lain pada konsentrasi tertentu.

    Larutan standar primer merupakan larutan yang telah diketahui konsentrasinya

    (molaritas atau normalitas) secara pasti melalui pembuatan langsung.Larutan

    standar primer berfungsi untuk menstandarisasi (membakukan) atau untuk

    memastikan konsentrasi larutan tertentu yang konsentrasinya belum diketahui

    (larutan standar sekunder).

    Larutan standar sekunder (titran) biasanya ditempatkan pada buret yang

    kemudian ditambahkan kedalam larutan zat yang telah diketahui konsentrasinya

    (larutan standar primer). Proses penmabahan larutan standar sekunder (titran)

    kedalam larutan yang akan ditentukan sampai terjadi reaksi sempurna disebut

    titrasi. Sedangkan, saat dimana reaksi sempurna tercapai disebut titik ekivalen

    atau titik akhir titrasi. Pada proses titrasi ditambahkan indicator kedalam larutan

    standar primer untuk mengetahui perubahan warna sebagai indikasi bahwa titik

    ekuivalen titrasi tealh tercapai. Zat yang dapat digunakan sebagai larutan standar

    primer harus memenuhi syarat berikut:

    a. Kemurniannya tinggi

    b. Stabil (tidak mudah menyerap H2O atau CO2, tidak bereaksi dengan

    udara, tidak mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah

    pada pengeringan)

    c. Memiliki massa molekul (Mr atau BM) yang tinggi.

    Analisis volumetri dapat dibagi menjadi 3, yaitu:

  • 1. Titrasi netralisasi (asam-basa): yaitu suatu proses titrasi yang tidak

    mengakibatkan perubahan nilai valensi ataupun terbentuknya endapan

    (termasuk senyawa konpleks) dari zat-zat yang saling bereaksi.

    Yang termasuk dalam titrasi netralisasi adalah:

    a. Titrasi asidimetri: yaitu titrasi terhadap larutan basa bebas dan larutan

    garam-garam terhidrolisis yang berasal dari asam lemah dengan larutan

    standar asam.

    b. Titrasi alkalimetri: yaitu titrasi terhadap larutan asam bebas dan

    larutan garam-garam terhidrolisis yang berasal dari basa lemah dengan

    larutan standar basa.

    Pada titrasi netralisasi, pH titik akhir titrasi ditentukan dengan banyaknya

    konsentrasi H+ yang berlebihan dalam larutan, sehingga besarnya tergantung

    pada sifat asam, basa dan konsentrasi larutan. Oleh karena itu, pada

    penambahan titran (larutan standar sekunder) yang lebih lanjut (pada titik akhir

    titrasi)akan menyebabkan perubahan nilai pH yang cukup beasar dan indikator

    yang digunakan harus berubah warna sehingga perubahan indikator asam-basa

    tergantung pada pH titik ekuivalen.

    2. Titrasi pengendapan dan atau pembentukan kompleks: yaitu suatu proses

    titrasi yang dapat mengakibatkan terbentuknya suatu endapan dan atau

    terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi, yaitu

    suatu zat yang akan ditentukan dengan larutan standarnya.

    3. Titrasi reduksi-oksidasi (redoks): yaitu suatu proses titrasi yang dapat

    mengakibatkan terjadinya perubahan nilai valensi atau perpindahan elektron

    antara zat-zat yang saling bereaksi. Dalam hal ini sebagai larutan standarnya

    adalah larutan dari zat-zat pengoksidasi atau zat-zat pereduksi.

    2.2. Larutan Standar

    Larutan standar adalah larutan yang mengandung suatu zat dengan berat

    ekivalen dan volume tertentu.Larutan standar dapat dinyatakan dalam Molar (M)

    atau Normal.Larutan dengan konsentrasi satu normal (1 N) adalah larutan yang

    mengandung 1 grek suatu zat tertentu dalam volume 1 liter air.Larutan standar

    dapat dibuat dari zat yang berbentuk cair (missal HCl) atau dari zat yang

    berbentuk padat atau Kristal (missal NaOH).

    1. Pembuatan larutan dari padatan atau Kristal (missal NaOH)

    =

    ()

  • Keterangan:

    M = konsentrasi larutan (Molar)

    G = massa padatan / Kristal (g)

    Mr = massa molekul relative (g/mol)

    V = volume larutan (mL)

    2. Membuat larutan dari larutan pekat (missal H2SO4)

    Untuk membuat larutan dari larutan pekat seperti H2SO4terlebih dahulu perlu

    diketahui konsentrasi dari larutan pekat tersebut. Konsentrasi larutan pekat

    dapat dihitung dengan persamaan:

    = %

    Keterangan:

    M = molaritas

    % = kadar (%)

    = berat jenis

    = massa molekul relatif

    Selanjutnya untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari larutan

    pekat, dapat digunakan rumus pengenceran berikut:

    V1 x M1 = V2 x M2

    Keterangan:

    V1 = volume larutan yang akan diencerkan

    M1 = konsentrasi larutan yang akan diencerkan

    V2 = volume larutan hasil pengenceran

    M2 = konsentrasi larutan hasil pengenceran

    3. Larutan standar dari zat yang berbentuk padat / Kristal

    a. Larutan standar primer, yaitu larutan standar yang terbuat dari zat

    padat yang kemurniannya tinggi. Contoh: Na2Co3, Na2C2O4, 2H2O,

    K2Cr2O7, Na2B4O7.10H2O

    b. Larutan standar sekunder, yaitu larutan standar yang terbuat dari zat

    padat yang kemurninannya rendah. Konsentrasi larutan sekunder

    ditentukan dengan menstandarisasi (membakukan) larutan tersebut

    dengan larutan standar primer untuk menentukan faktor normalitasnya

    yaitu perbandingan antara normalitas larutan yang terjadi dengan

    normalitas yang dikehendaki. Contoh: NaOH, Ba(OH)2, KMnO4,

    Na2S2O3, dan sebagainya.

  • 4. Pembuatan larutan standar primer Natrium Tetraborat / Boraks

    (Na2B4O7.10H2O)

    Untuk membuat 500 mL Natrium Tetraborat 0,05 M; 0,1 N, terlebih

    dahulu berat Natrium Natrium Tetraboratyang akan digunakan:

    M =G

    Mr x

    1000

    V(mL)

    G =M x Mr x V

    1000 =

    0,05x381x500

    1000= 9,6 gram

    Larutkan 9,6 gram Natrium Tetraborat dengan akuades dalam gelas beker,

    kemudian pindahkan ke dalam labu takar 500 mL dan tambahkan akuades

    sampai tanda batas.

    III. Bahan dan Alat

    3.1.Bahan

    a. HCl 0,1 M

    b. NaOH 0,1 M

    c. Indikator fenolftalein (PP)

    d. Indikator metil orange/ metil merah

    e. Boraks (Na2B4O7.10H2O)

    f. Akuades

    g. H2C2O4.2H2O

    h. Asam cuka perdagangan

    3.2.Alat

    a. Gelas ukur 25 mL

    b. Labu takar 100 mL

    c. Timbangan analitik

    d. Erlenmeyer

    e. Pipet tetes

    f. Buret

    g. Labu takar 250 mL

    IV. Cara Kerja

    4.1.Membuat Larutan Standar HCl 0,1 M

    Terlebih dahulu hitunglah konsentrasi HCl pekat (molaritas) menggunakan

    persamaan:

    M = x % x 10

    Mr

    Harga , % dan Mr dapat dilihat dari botol reagen.

  • Setelah diketahui molaritasnya, lakukan pengenceran menggunakna

    persamaan:

    V1 x M1 = V2 x M2

    Ambil x mL (V1) HCl pekat M1 dengan gelas ukur atau pipet ukur dan

    dimasukkan kedalam labu takar yang mempunyai isi V2 mL, sehingga

    diperoleh HCl 0,1 M sebanyak V2 mL. jika akan membuat 250 mL maka

    masukkan HCl pekat tersebut dalam labu takar 250 mLdan tambahkan akuades

    hingga tanda batas. Kocok perlahan hingga homogen.

    4.2. Standarisasi Larutan HCl dengan Boraks (Na2B4O7.10H2O)

    Persamaan reaksi:

    Na2B4O7.10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3 + 5H2

    1 grammol HCl = 2 x grammol Na2B4O7.10H2O

    Sehingga larutan Hcl 0,1 M (0,1 N) distandarisasi dengan bantuan boraks 0,05

    M (0,1 N)

    Konsentrasi HCl hasil standarisasi dapat dihitung sebagai berikut:

    Mboraks = 0,05 M

    Vboraks = 25 mL

    VHCl = a mL

    MHCl= ?

    VHCl x MHCl

    Vboraks x Mboraks=

    mol HCl

    mol Boraks=

    2

    1

    MHCl = 2 x Vboraks x Mboraks

    VHCl

    Tahapan Kerja:

    1. Menimbang Na2B4O7.10H2O yang tepat di dalam botol penimbang 1,9 gram

    (untuk membuat larutan boraks 0,05 M)

    2. Larutkan dalam gelas beker kemudian masukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

    tambahkan akuades sampai volume 100mL (tanda batas)

    3. Ambil 10 mL dan masukkan kedalam Erlenmeyer. Beri 2 tetes indicator metal

    orange

    4. Larutan boraks dititrasi dengan HCl dalam buret sapai terlihat perubahan warna

    dan catatlah volume HCl.

    Perhitungan:

    Mr Na2B4O7.10H2O = 381 g/mol

    Massa boraks = 1,9 gram

  • Mboraks = 0,05 M

    Vboraks = 10 mL

    VHCl = a mL

    MHCl = molaritas HCl

    MHCl = 2 x Vboraks x Mboraks

    VHCl

    4.3. Membuat Larutan Standar NaOH 0,1 M

    Untuk membuat larutan NaOH 0,1 M dari kristal NaOH, dihitung dengan

    persamaan:

    M =G

    Mr x

    1000

    V(mL)

    0,1 M =G

    40g/mol x

    1000

    100 mL

    G = 0,4 gram

    Timbang 0,4 gram kristal NaOH kemudian larutkan kristal tersebut dan

    diencerkan hingga 100 mL (labu takar).

    Standarisasi NaOH dengan H2C2O4.2H2O (asam oksalat)

    Persamaan reaksi:

    H2C2O4+ 2 NaOH Na2C2O4 + 2 H2O

    1 grammol NaOH = 2 Grammol H2C2O4

    Tahapan Kerja:

    1. Timbang dengan tepat asam oksalat dihidrat sebanyak 0,63 gram pada

    gelas arloji. Larutkan dalam gelas beker kemudian pindahkan ke dalam

    labu ukur 100 mL dan tambahkan akuades sampai tanda batas.

    2. Ambil 100 mL larutan asam oksalat dan masukkan ke dalam Erlenmeyer.

    3. Beri 1-2 tetes indicator PP lalu titrasi dengan larutan NaOH yang akan

    distandarisasikan hingga terjadi perubahan warna. Catat volume NaOH

    yang ditambahkan.

    Perhitungan:

    Mr H2C2O4= 126 g/mol

    Massa H2C2O4= 0,63 gram

    MH2C2O4= 0,05 M

    VH2C2O4= 10 mL

  • V NaOH = a mL

    Molaritas NaOH = MNaOH

    MNaOH=2 x V H2C2O4 x M H2C2O4

    V NaOH

    4.4. Penggunaan Larutan Standar Asam dan Basa untuk Menetapkan Kadar

    Asam Asetat pada Cuka

    Tahapan kerja:

    1. Larutkan asam cuka perdagangan sebanyak 10 mL yang diambil dengan

    menggunakan pipet ukur, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL,

    encerkan dengan akuades sampai tanda batas (pengenceran 10 kali, Fp =

    10).

    2. Ambil 10 mL larutan yang telah diencerkan tersebut denga pipet kemudian

    dimasuukan ke dalam Erlenmeyer 250 mL, tambahkan 2-3 tetes indicator

    PP.

    3. Larutan tersebut kemudian dititrasi denagn larutan NaOH yang telah

    distandarisasikan/dibakukansamapi terjadi perubahan warna (perubahan

    warna tidak akan berubah apabila digoyang-goyangkan).

    4. Catac volume akhir titasi NaOH dan hitung asam asetat dalma cuka

    tersebut.

    5. Lakukan duplo.

    Perhitungan:

    Reaksi: NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

    Konsentrasi asam cuka perdagangan:

    Molaritas NaOH (hasil standarisasi) : a mL

    Volume titrasi rata-rata : b mL

    (Vasam cuka x Masam cuka ) = (VNaOH x MNaOH) x Fp

    Masam cuka = (VNaOH x MNaOH) x Fp

    Vasam cuka

    Masam cuka =(aM x b mL)x Fp

    Vasam cuka

    Kadar asam cuka perdagangan:

    M =G

    Mr x

    1000

    V(mL)

  • G=M x Mr x 1000

    V (mL)

    kadar=G

    0,01Lx 100% = % (b/v)

  • MATERI 2

    PENENTUAN KONSENTRASI ZAT WARNA MENGGUNAKAN

    SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

    I. TUJUAN:

    1. Menentukan nilai absorbansi sampel methylene blue dan panjang gelombang

    maksimum.

    2. Membuat kurva standar larutan sampel methylene blue

    3. Menentukan konsentrasimethylene blue dalam larutan sampel yang belum

    diketahui konsentrasinya dengan metode spektrometri.

    II. TEORI DASAR

    Spektroskopi adalah studi mengenai interaksi antara energi cahaya dan

    materi. Warna yang tampak dan fakta bahwa orang bisa melihat adalah akibat

    absorbansi energi oleh senyawa organik maupun senyawa anorganik. Panjang

    gelombang dimana suatu senyawa organic menyerap energy bergantung pada

    struktur senyawa itu, sehingga teknik spektroskopi dapat digunakan untuk

    menentukan struktur senyawa yang tidak diketahui dan untuk mempelajari

    karakteristik ikatan dari senyawa yang diketahui.

    Spektroskopi adalah suatu keadaan yang terjadi jika suatu cahaya mengenai

    suatu benda atau materi. Kemudian cahaya itu bisa jadi diserap, dihamburkan,

    diteruskan, dan dipancarkan kembali oleh materi itu dengan yang sama maupun

    berbeda. Apabila benda itu diubah atau dibelokkan sudut getarnya, maka disebut

    polarimetri. Suatu larutan yang mempunyai warna khas dapat menyerap sinar

    dengan . Dalam hubungannya dengan senyawa organik, maka senyawa ini

    mampu menyerap cahaya. Senyawa organik mempunyai elektron valensi yang

    dapat dieksitasi ketingkat yang lebih tinggi. Hal penting yang mendasari prinsip

    ini adalah bahwa penyerapan sinar tampak atau ultraviolet dapat mengakibatkan

    tereksitasinya elektron dari molekul.

    Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur

    konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut

    mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri juga dapat diartikan

    sebagai pengukuran konsentrasi larutan dengan menggunakan instrumen.

    Instrumen yang digunakan untuk mengukur jumlah cahaya yang diserap atau

    intensitas warna yang sesuai dengan panjang gelombang disebut

    spektrofotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan

    panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas

    cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsikan (Riyadi,2008). Secara umum

    spektrofotometer dibedakan menjadi empat macam, yaitu: spektrofotometer

    ultraviolet,spektrofotometer sinartampak (visible), spektrofotometer inframerah,

    dan spektrofotometer serapan atom.

    Analisis spektrofotometri visible (spektrofotometri sinar tampak) didasarkan

    pada pengukuran intensitas warna larutan yang akan ditentukan konsentrasinya

    dibandingkan dengan warna larutan standar (larutan yang telah diketahui

    konsentrasinya). Penentuan konsentrasi didasarkan pada pengukuran absorbsi

    (serapan) radiasi gelombang elektromagnetik. Jumlah intensitas radiasi yang

  • diserap oleh larutan sampel dikonversi dengan konsentrasi analit menjadi data

    kuantitatif.

    Larutan yang dianalisis menggunakan spektorfotometer UV harus terdiri

    dari senyawa yang mempunyai gugus kromofor (gugus molekul yang

    mengandung sistem elektronik yang dapat menyerap energi pada daerah UV).Lain

    halnya dengan larutan yang dianalisis dengan spektrofotometer visible, senyawa

    larutannya harus berwarna karena absorbsi terjadi pada bagian sinar tampak dari

    spektrum gelombang elektromagnetik. Jika larutan tidak berwarna, maka larutan

    harus direaksikan dengan pereaksi kimia yang sesuai agar senyawa dalam larutan

    menjadi berwarna. Di bawah ini adalah warna-warna yang teramati oleh mata dan

    warna-warna yang diserap:

    Warna yang Teramati Warna yang Diserap Panjang gelombang (nm)

    Hijau Merah 700

    Biru-Hijau Jingga-Merah 600

    Ungu Kuning 550

    Merah-Ungu Kuning-Hijau 530

    Merah Hijau 500

    Jingga Biru 450

    Kuning Ungu 400

    Bila radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu bahan atau larutan dalam

    media transparan, maka beberapa kemungkinan yang terjadi adalah radiasi diserap

    (absorbed), diteruskan (transmitted), dihamburkan (scattered) atau dipantulkan

    (reflected). Meskipun efek dari kemungkinan di atas pada umumnya terjadi, tetapi

    memperkecil efek penghamburan dan pemantulan dapat diusahakan

    Jika ditulis dalam persamaan, maka sinar atau intensitas yang datang (Io)

    (cahaya yang melewati pada suatu bahan) adalah penjumlahan dari sinar yang

    diserap (Ia), yang diteruskan(It), yang dipantulkan(Ir), dan sinar yang

    dihamburkan(Is).

    Io= Ia+ It+ Ir + Is

    Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya

    monokromatik dari sumbersinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet

    (tempatsampel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun diserap oleh larutan

    akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Hadi,

    2009).

    Hukum yang Melandasi Spektrofotometri:

    Hukum Lambert-Beer: Jika suatu cahaya monokromator melalui suatu media

    transparan, maka logaritma intensitas cahaya yang datang dibanding intensitas

    cahaya yang diteruskan sebanding dengan absorbansi serta absorptivitas molar

    (koefisien ekstingsi molar), tebal media (kuvet), dan konsentrasi larutan.

    log (Io/It) = -log T = A = abc

  • Larutan pengabsorbsi berkonsentrasi c

    Keterangan:

    Io: Intensitas cahaya yang datang

    It: Intensitas cahaya yang diteruskan

    T: Transmitansi

    A: Absorbansi

    a: Absorptivitas molar

    b: tebal media

    c: konsentrasi larutan

    SPEKTRUM ABSORPSI

    Spektrum absorpsi menyatakan hubungan antara absorbansi (A) sebagai sumbu

    y dengan panjang gelombang maksimum sebagai sumbu x. Spektrum absorpsi

    berguna dalam penentuan panjang gelombang maksimum. Pengukuran spektrum

    absorpsi dilakukan dengan cara mengukur absorbansi larutan dengan konsentrasi

    tetap pada berbagai panjang gelombang. Panjang gelombang maksimum diperoleh

    dari pemilihan panjang gelombang yang menghasilkan absorbansi maksimum.

    Untuk mengetahui apakah senyawa pengabsorpsi memenuhi hukum Lambert-

    beer, maka diperlukan plot kurva baku/standar absorbansi terhadap konsentrasi.

    Konsentrasi larutan yang akan di ukur ditentuakan dari pengukuran absorbansi

    atau transmitansi pada panjang gelombang tertentu atau tetap, beberapa larutan

    yang telah diketahui konsentrasinya(larutan baku), selanjutnya dibuat plot (grafik)

    kurva standard antara absorbansi (sumbu y) dengan konsentrasi (sumbu x).

    INSTRUMENTASI SPEKTROFOTOMETER (SPECTRONIC)

    Spektrofotometer atan spektrinic pada prinsipnya terdiri dari monokromator

    kisi difraksi dan sistem deteksi elektronik, amplifikasi dan pengukuran. Atau

    secara garis besar terdiri dari sumber radiasi, kuvet (tampat sampel) dan detektor.

    Sumber radiasi berupa lampu tungsen (wolfram), kuvet dari bahan gelas atau

    kuartz, dan detektor berupa solid-state silicon. Panjang gelombang berkisar antara

    340-950 nm dan lebar piat efektif 20 nm.

    III. ALAT DAN BAHAN

    3.1 Alat:

    1. Spektrofotometer Visible

    2. Labu takar 100ml

    3. Pipet ukur

    4. Bulb

    b

    Io It

  • 5. Gelas beker

    6. Pipet tetes

    7. Kuvet

    8. Tabung reaksi

    9. Penutup tabung reaksi

    10. Pipet ukur

    11. Rak tabung reaksi

    3.2 Bahan:

    1. Larutan methylene blue 1x10-3 M

    2. Larutan sampel methylene blue

    3. Aquades

    4. Tisu

    5. Label

    IV. CARA KERJA

    1. Buat larutan standar metylen blue dengan mengencerkan larutan metylen blue

    10-3M menjadi 4x 10-4, 3,5 x 10-4, 3x10-4, 2,5x10-4, 2x10-4, 1x10-4M

    menggunakan aquades.

    2. Kemudian ukur absorbansi (A) larutan metylen blue. Tentukan panjang

    gelombang maksimumnya.

    3. Ukur A masing-masing larutan pada panjang gelombang maksimum yang

    diperoleh pada langkah kedua.

    4. Buat kurva standar antara absorbansi (y) terhadap konsentrasi (sumbu x)

    5. Letakkan larutan sampel metylen blue yang ingin diketahui konsentrasinya

    dalam kuvet dan ukur A larutan sampel pada panjang gelombang maksimum.

    6. Gunakan kurva standar untuk menentukan konsentrasi larutan sampel metylen

    blue.

    7. Bahas hasil yang diperoleh.

    Note: pembacaan absorbansi pada range 0,2-1,0

    DAFTAR PUSTAKA

    Tim Dosen Pengampu Mata Kuliah Kimia Dasar FTP. 2013. Spektrofotometri UV-

    Vis.Malang: Universitas Brawijaya

  • MATERI 3

    DAYA HANTAR LISTRIK, pHMETER DAN TURBIDITYMETER

    DAYA HANTAR LISTRIK

    I. Tujuan

    Tujuandaripraktikuminiadalahsebagaiberikut:

    1. Mengetahuinilaidanprinsipkerjadayahantarlistrikpadasuatularutan

    2. Memahamipengaruhdayahantarlistrikterhadappengujiankualitas air

    II. TinjauanPustaka

    Daya hantar listrik di dalam air merupakan kemampuan untuk menghantarkan

    arus listrik, dengan satuan yang digunakan mikro mhos per cm. Pengukuran daya

    hantar listrik ini bertujuan mengukur kemampuan ion-ion dalam air untuk

    menghantarkan listrik serta memprediksi kandungan mineral dalam air. Berikut ini

    manfaat pengukuran daya hantar listrik sebagai parameter kualiatas air:

    1. Menetapkan Tingkat Mineralisasi dan derajat ionisasi

    2. Memperkirakan efek total dari konsentrasi ion

    3. Memperkirakan jumlah zat padat terlarut dalam air

    Kation (ion bermuatanpositif) dan anion (ion bermuatannegatif) dalam air

    merupakan unsur penghantar listrik, jika semakin besar jumlah ion-ionnya maka

    semakin besar pula harga daya hantar listriknya. Besarnya daya hantar listrik juga

    dapat bergantung pada kandungan ion anorganik ( Total Dissolved Solid ) yang

    disebut juga materi tersuspensi.

    NO AIR DHL (mikromhos/cm)

    1. Air hasilpenyulingan 1-5

    2. Air hujan 10-50

    3. Air hujantercemar >100

    4. Air lautatau air fosil >10.000

    III. ProsedurPercobaan

    3.1 Alat

    1. Labutakar 250 ml

    2. Gelaskimia

    3. Conductivity-meter

    3.2 Bahan

    1. Aquades

    2. Air sampel

    3. Air limbah

    3.3 Cara Kerja

    1. Siapkan alat dan bahan

    2. Masukkan air sampel ke dalam labu takar dan homogenkan

  • 3. Ambil air sampel, lalu masukkan ke labu takar

    4. Lakukan pengenceran dengan aquades

    5. Masukkan ke dalam gelas kimia

    6. Lakukan pengukuran dengan konduktivitimeter

    7. Ulangi langkah tersebut untuk sampel berikutnya

    pHmeter

    IV. Tujuan

    Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui kegunaan pH meter dalam lingkungan

    2. Mengetahui prinsip kerja pH meter

    V. TinjauanPustaka

    pH merupakan satuan ukur yang menguraikan kadar keasaman atau kadar basa

    dari suatu larutan.

    pH = -log[H+]

    Jikanilai pH = pOH = 7, makalarutanbersifatnetral.

    Jikanilai pH < 7, makalarutanbersifatasam.

    Jikanilai pH > 7, makalarutanbersifatbasa.

    Pengukuran pH biasanya dilakukan dengan menggunakan kertas pH atau

    kertas indikator pH, agar lebih akurat dilakukan pengukuran dengan menggunakan

    pHmeter. Umumnya air di alam agak sedikit basa (pH < 7), air sungai dan air

    tanah mempunyai pH berkisar dari 6 sampai 8,5. Sedangkan air yang tercemar

    oleh limbah tambang, industri, dan mata air panas dapat menyebabkan air

    bertambah asam dengan (pH < 5). Tinggi rendahnya pH pada air tidak

    berpengaruh pada kesehatan, akan tetapi untuk air dengan (pH < 6) akan

    menyebabkan korosi pada metal (misalnya pada pipa saluran air minum) yang

    melarutkan logam timbal, tembaga, dan logam lainnya yang bersifat racun.

    Demikian pula jika (pH > 8,5) dapat membentuk endapan pada pipa air atau

    peralatan pabrik yang terbuat dari metal yang kemudian menghasilkan senyawa

    yang bersifat racun.

    VI. ProsedurPercobaan

    6.1 Alat

    pHmeter

    Gelaskimia

    Gelasukur

    Pipet volume

    pH meter

    LabuUkur

    6.2 Bahan

    Air minumkemasan

    Air limbah

    Air keranlaboratorium TSAL

  • Aquades

    6.3 Cara Kerja

    Siapkan alat dan bahan

    Kalibrasi alat

    Lakukan pengukuran air sampel dengan pHmeter

    TURBIDIMETER

    I. Tujuan Percobaan

    Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui kegunaan Turbidimeter dan aplikasinya dalam lingkungan

    2. Mengetahui prinsip kerja Turbidimeter

    3. Mengetahui metode dalam pengukuran Turbidimeter

    II.Tinjauan Pustaka

    Kekeruhan merupakan keadaan mendung atau kekaburan dari cairan yang

    disebabkan oleh individu partikel (suspended solids) yang umumnya tidak terlihat oleh

    mata telanjang, mirip dengan asap di udara. Salah satu faktor pengujian kualitas air

    adalah kekeruhan. Kekeruhan mengacu pada konsentrasi ketidaklarutan padatan dalam

    air, padatan tersebut umumnya berasal dari tanah liat, buangan industri, dan

    mikroorganisme. Keberadaan partikel dalam air diukur dalam satuan Nephelometric

    Turbidity Units(NTU). Penting untuk diketahui bahwa kekeruhan adalah ukuran

    kejernihan sampel, bukan warna. Alat untuk mengukur kekeruhan dalam air ialah

    Turbidimeter.

    Pengukuran turbidimeter menggunakan larutan standar dan larutan sample.

    Larutan sample merupakan larutan yang akan diukur kekeruhannya. Turbidimeter

    akan memancarkan cahaya pada media atau sample, dan cahaya tersebut akan diserap,

    diteruskan, dipantulkan atau menembus media tersebut. Cahaya yang

    menembus/diserap media akan diukur dan dikonversi dalam bentuk angka yang

    merupakan tingkat kekeruhan dalam satuan NTU. Semakin banyak cahaya yang

    diserap maka semakin keruh media tersebut. Perhitungan turbidimeter adalah sebagai

    berikut:

    Hasil pemeriksaan x NTU x Pengenceran = .....NTU

    Kekeruhan larutan standard

    Pengujian kualitas air berdasarkan pengukuran kekeruhanberguna untuk

    mengetahui indikasi pencemaran air. Air yang kekeruhannya tinggi akan menghambat

    sinar matahari masuk dan memperlambat proses fotosintesis mahkluk hidup

    didalamnya. Dalam jangka panjang, mahkluk hidup didalam air akan mati dan

    ekosistem air akan terganggu. Oleh karena itu, pengujian kualitas air sangat penting

    bagi kehidupan mahkluk di ekosistem tersebut dan sekitarnya.

  • III. Prosedur Percobaan

    3.1 Alat

    1. Turbidimeter

    2. Wadah sampel

    3.2 Bahan

    1. Larutan Standar

    2. Larutan sampel

    3. Air limbah

    IV. Cara Kerja

    1. Siapkan Alat dan Bahan

    2. Kalibrasi alat

    3. Masukkan air yang akan diuji kedalam botol sample sesuai garis yang ada dibotol

    4. Tekan ON, tekan MODE sampai muncul tulisan NTU pada display

    5. Masukkan botol sample ke dalam ruang sample dan tutup

    6. Tekan READ, tunggu selama 8 detik kemudian nilai kekeruhan akan muncul di display

    7. Ulangi langkah yang sama sebanyak 3 kali

    8. Ulangi langkah tersebut pada sampel yang berbeda

  • MATERI 4

    UJI AMONIUM DAN NITRAT

    Tujuan Percobaan

    Tujuan dari percobaan ini adalah untuk kadar nitrat dengan metode kolorimetri pada limbah

    domestik.

    Prinsip Percobaan

    Pengujian kadar amonium dan nitrit didahului dengan pembuatan larutan standar. Setelah itu

    dibuat kurva kalibrasi dengan mengukur absorbansi larutan standar yang telah diberi reagen

    menggunakan spetrofotometer pada panjang gelombang tertentu. Kemudian dilakukan

    analisis sampel dengan mengukur absorbansi sampel dan memplotkan hasil pembacaan pada

    kurva kalibrasi standa

    TINJAUAN PUSTAKA

    Kondisi Eksisiting Wilayah Sampling

    Pada praktikum amonium dan nitrit kali ini, Sampel yang digunakan adalah limbah

    domestik atau limbah rumah tangga yang diambil di IPAL Tlogomas Malang.

    Cara pengambilan sampel itu sendiri yaitu dengan cara menampung limbah domestik

    atau limbah rumah tangga yang ada pada kolam aerasi. Botol diisi dengan limbah domestik

    atau limbah rumah tangga tersebut ,kemudian langsung ditutup agar tidak ada udara yang

    masuk kedalamnya.

    Nitrat

    Nitrat (NO3) merupakan bentuk anorganik dari Nitrogen. Nitrat adalah bentuk utama

    nitrogen di perairan alami dan merupakan nurtien utama bagi pertumbuhan tanaman dan

    algae. Nitrit nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan

    dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan

    proses oksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus

    nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob. Oksidasi ammonia menjadi nitrit dilakukan oleh

    bakteri Nitrosomonas, sedangkan oksidasi nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri

    Nirobacter (Effendi, 2003)

    Alat

    1. Neraca Analitik

    2. Labu takar 100 ml, 500 ml, 1000 ml

    3. Beakerglass 100 ml

    4. Erlenmeyer

    5. Pipet ukur dan pipet tetes

    6. Gelas Alroji

  • 7. Spektrofotometer dan Kuvet

    8. Bunsen + Korek api + penyangga

    Bahan

    1. Fenol

    2. Sulfat

    3. Amoniak pekat

    4. Ammonium Nitrat

    5. Aquadest

    6. Sampel limbah

    Cara Kerja

    Analisis Nitrat Dengan Metode Fenol Sulfat

    1. Larutan induk nitrat (100 mg/L)

    Melarutkan 721,8 mg KNO3 ke dalam 100 mL air suling pada labu ukur 1000 mL.

    Menambahkan air suling sampai tepat tanda tera.

    2. Larutan campuran fenol sulfat

    Mencampurkan 10 mL larutan fenol dan 10 mL asam sulfat dalam labu ukur 100 mL.

    Menambahkan air suling sampai tepat tanda tera.

    3.3.4 Penentuan kadar N sebagai ion NO3- dengan metode Fenol Sulfat secara kolorimetri

    a. Pembuatan Larutan Standar Nitrat

    Memipet larutan induk nitrat 100 mg/L sebanyak 50 mL dan dimasukkan dalam

    erlenmeyer, menguapkan di atas penangas air dan dikeringkan. Menambahkan 2 mL

    larutan fenol sulfat untuk melarutkan endapan yang ada dengan bantuan batang kaca untuk

    mengaduk. Memasukkan campuran dalam labu takar 500 mL dan diencerkan dengan

    akuades hingga tanda tera. Menyiapkan 7 labu takar 50 mL dan memipet 0,00 mL; 0,25

    mL; 0,50 mL; 1,00 mL; 1,50 mL dan 2,00 mL, salah satu secara duplo, kemudian

    memasukkannya masing-masing ke dalam labu takar 50 mL. Masing-masing labu takar 50

    mL tersebut selanjutnya ditambah dengan aquades sampai tepat tanda tera kemudian

    dikocok hingga homogen. Diperoleh larutan standar nitrat dengan kadar 0,00 mg/L; 0,05

    mg/L; 0,10 mg/L; 0,20 mg/L; 0,30 mg/L dan 0,40 mg/L.

    b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

    Memipet 10 mL masing-masing larutan standar nitrat, salah satu secara duplo, kemudian

    memasukkannya masing-masing ke dalam labu takar 50 mL. Menambahkan 7 mL amoniak

    pekat dan ke dalam masing-masing labu takar 50 mL, ditambahkan aquades kemudian

    mengocoknya perlahan dan dibiarkan. Mengukur absorbansi larutan-larutan tersebut

    dengan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Membuat kurva kalibrasi

    standar dan menentukan persamaan garis lurus atau regresinya

    c. Pelaksanaan Analisis Sampel

  • Memipet 5 mL masing-masing larutan sampel secara duplo, kemudian memasukkannya ke

    dalam erlenmeyer 50 mL, menguapkan di atas penangas air dan dikeringkan.

    Menambahkan 2 mL larutan fenol sulfat untuk melarutkan endapan yang ada dengan

    bantuan batang kaca untuk mengaduk. Memasukkan campuran dalam labu takar 50 mL.

    Tambahkan 7 mL amoniak sehingga timbul warna kuning dalam larutan dan diencerkan

    dengan akuades hingga tanda tera.. Mengukur absorbansi larutan tersebut dengan alat

    spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Memplotkan hasil pembacaan pada

    kurva kalibrasi standar atau melalui persamaan garis lurus yang telah dibuat sebelumnya.

  • MATERI 5

    REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

    1. TUJUAN

    a. Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium

    hidroksida dan natrium hidroksida

    b. Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen

    2. DASAR TEORI

    Trigliserida adalah suatu ester lemak atau minyak dengan berat molekul relatif

    tinggi dan dapat disaponifikasi (dihidrolisis) menjadi larutan yang bersifat basa

    menghasilkan sabun dan gliserol (Fessendenet al, 2003)

    Berdasarkan reaksi tersebut, sabun dikatakan sebagai suatu campuran garam

    dari anion anion karboksilat dan suatu kation univalen. Campuran anion anion

    tesebut dapat terbentuk karena setiap molekul trigliserida mengandung variasi jenis

    residu asam lemak dan karena minyak atau lemak itu sendiri merupakan suatu

    campuran molekul molekul asam lemak.

    Sabun kalium lebih mudah larut dalam air daripada sabun natrium. Sabun

    kalium biasa digunakan sebagai sabun cair dan pembasuh. Sabun bersifat keras

    apabila terbuat dari lemak/minyak padat yang memiliki derajat kejenuhan yang tinggi

    seperti gajih dan shortening. Proses saponifikasi dari minyak jenuh akan menghasilkan

    sabun lunak.

    Perlakuan larutan sabun dengan asam klorida encer akan menghasilkan

    campuran asam lemak :

    Asam lemak dari asam karboksilat dengan rantai karbon panjang (C10 C18)

    dapat berupa asam lemak jenuh atau tidak jenuh. Detergen sintetik berbeda dari sabun

    karena detergen merupakan garam dari asam sulfurik akil rantai panjang atau suatu

  • asam alkil benzensulfonat, yang berbeda dengan asam karboksilat (Fessenden et al,

    2003).

    Fungsi sabun dan detergen adalah untuk menghilangkan kotoran dan lemak

    dengan jalan mengemulsikan partikel tersebut menjadi suatu suspensi. Kotoran akan

    teradhesi dari kain dan melekat ke permukaan pada suatu lapisan tipis. Dengan adanya

    pencucian maka lapisan tersebut akan terpisah dan terbawa oleh air.

    Bagaimana molekul sabun detergen dapat melarutkan partikel partikel non

    polar seperti lemak, minyak dan gajih? Molekul sabun dan detergen terdiri dari ujung

    hidrokarbon yang bersifat non polar dan ujung yang lain bersifat polar/ionik. Bagian

    non polar akan mengelilingi tetesan minyak dan melarutkannya sesuai dengan asas

    like dissolves like (senyawa yang memiliki kemiripan kepolaran akan saling

    melarutkan). Ujung polar/ionik dari molekul sabun segera akan terlarut dalam air.

    Sabun tidak dapat bekerja dengan baik pada air sadah karena adanya kation

    divalen seperti Ca2+, Mg2+, atau Fe2+ yang akan membentuk endapan dengan anion

    karboksilat dari sabun. Hal ini sering dijumpai sebagai kerak pada dinding dan keran

    pada kamar mandi. Pada sisi lain anion dari detergen yaitu alkil sulfat/alkil sulfonat

    tidak dapat membentuk endapan dengan kation kation tersebut. Dengan demikian

    detergen dapat digunakan secara efektif pada air sadah.

    3. ALAT DAN BAHAN

    Alat yang digunakan dalam percobaan adalah :

    - Tabung reaksi

    - Pipet volume

    - Pipet tetes

    - Beaker glass 250 ml

    - Kertas saring

    - Gelas arloji

    - Bunsen + korek api + penyangga

    Bahan yang digunakan dalam percobaan adalah :

    - Lemak

    - KOH 10% dalam etanol 95%

    - NaCl

    - Aquades

    - CaCl2 0,1%

    - MgCl2 0,1%

    - FeCl2 0,1%

    - Detergen

    - Air kran

    - Minyak

    4. PROSEDUR KERJA

    A. SAPONIFIKASI LEMAK : Pembuatan Sabun Kalium

    - Tempatkan lemak seberat 1,5 gram pada tabung reaksi

    - Tambahkan 10 mL larutan KOH 10% (v/v) dalam etanol 95%

  • - Tempatkan tabung reaksi pada beaker glas 250 mL yang berisi air panas sebagai

    penangas air (proses pemanasan diteruskan hingga mendidih

    - Tambahkan etanol 2 mL untuk menggantikan etanol yang menguap

    - Setelah tabung dipanaskan selama 10 menit, lakukan uji penyabunan untuk

    melihat apakah proses saponifikasi sudah berlangsung sempurna atau belum

    - Cara pengujian dilakukan dengan meneteskan hasil reaksi ke dalam air.

    Saponifikasi sempurna jika tidak ada tetesan lemak

    - Jika saponifikasi sudah sempurna, tuang hasil reaksi pada gelas beaker dan

    panaskan sampai alkohol menguap sempurna (dengan ditandai terbentuknya cairan

    kental dan liat, jangan sampai gosong).

    - Tambahkan akuades 30 mL

    - Aduk secara konstan sehingga diperoleh sabun kalium

    - Larutan dibagi 2, untuk pembuatan sabun natrium (langkah B) dan untuk

    pengujian (langkah C)

    B. SAPONIFIKASI LEMAK : Pembuatan Sabun Natrium

    - Separuh sampel dari langkah A ditambah 15 mL larutan NaCl jenuh

    - Campuran diaduk dengan kuat sampai terbentuk padatan

    - Padatan yang diperoleh dipisahkan dengan kertas saring

    - Padatan berupa sabun natrium ditekan supaya terbebas dari air

    C. SIFAT SABUN DAN DETERGEN

    - Pengujian dilakukan dengan menggunakan masing masing 1 mL larutan sabun

    kalium (dari langkah A) dan 1 mL larutan sabun natrium (dari langkah B)

    - Oleskan minyak atau lemak pada permukaan gelas arloji

    - Gunakan larutan sabun kalium tersebut apakah dapat menghilangkan lemak yang

    ada (denga cara menggoyangkan gelas arloji)

    - Proses diulangi dengan menggunakan detergen yang dihasilkan dari pelarutan 0,5

    gram detergen ke dalam 50 mL akuades

    - Ambil 4 tabung reaksi, masing masing diisi berurutan 1 mL larutan CaCl2 0,1%,

    1 mL larutan MgCl2 0,1%, 1 mL larutan FeCl2 0,1% dan air kran

    - Setiap tabung reaksi diaduk dan diamati endapan yang terjadi

    - Ulangi proses yang terjadi dengan menggunakan bahan sabun natrium dan

    detergen.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Fessenden, R. J., J. S. Fessenden and M. Logue. Organic Chemistry. 2003. 6th

    edn., Brooks/Cole, Pacific Grove