modul agama katholik kelas xi

55
DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI TEMA III GEREJA Bagian Pertama ARTI DAN MAKNA GEREJA Pelajaran 1 : Gereja sebagai Umat Allah Pelajaran 2 : Gereja sebagai Persekutuan yang Terbuka Bagian Kedua HIERARKI DAN AWAM Pelajaran 3 : Hierarki dalam Gereja Katolik Pelajaran 4 : Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Partner Kerja Bagian Ketiga SIFAT-SIFAT GEREJA Pelajaran 5 : Gereja yang Satu dan Kudus Pelajaran 6 : Gereja yang Katolik dan Apostolik Bagian Keempat TUGAS-TUGAS GEREJA Pelajaran 7 : Gereja yang Menguduskan (Liturgia) Pelajarari 8 : Gereja Mewartakan Kabar Gembira (Kerygma). Pelajaran 9 : Gereja yang Menjadi Saksi Kristus (Martyria) Pelajaran 10 : Gereja yang Melayani (Diakonia)... Bagian Kelima GEREJA DAN DUNIA Pelajaran 11 : Gereja dan Dunia Pelajaran 12 : Ajaran Sosial Gereja Pelajaran 13 : Keterlibatan Gereja dalam Membangun Dunia yang Damai dan Sejahtera Bagian Keenam HAKASASIMANUSIA Pelajaran 14 Hak Asasi Manusia Pelajaran 15 Perjuangan Menegakkan HAM di Indonesia Pelajaran 16 Kekerasan dan Budaya Kasih Pelajaran 17 Menghargai Hidup Pelajaran 18 Aborsi Pelajaran 19 Bunuh Diri dan Euthanasia Pelajaran 20 Narkoba dan HIV/AIDS TEMA III GEREJA PENGANTAR Tahun lalu (kelas I) bersama siswa telah kita pelajari tentang usaha

Upload: maria-esfera-dyah-untari

Post on 03-Jan-2016

3.743 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Berikut modul lengkap pembelajaran agama katholik sesuai Kurikulum KTSP terdiri dari 11 baba

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Agama Katholik Kelas XI

DAFTAR ISI

PENGANTAR

DAFTAR ISI

TEMA III GEREJABagian Pertama ARTI DAN MAKNA GEREJA

Pelajaran 1 : Gereja sebagai Umat AllahPelajaran 2 : Gereja sebagai Persekutuan yang TerbukaBagian Kedua HIERARKI DAN AWAM

Pelajaran 3 : Hierarki dalam Gereja KatolikPelajaran 4 : Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Partner Kerja Bagian Ketiga SIFAT-SIFAT GEREJA

Pelajaran 5 : Gereja yang Satu dan KudusPelajaran 6 : Gereja yang Katolik dan ApostolikBagian Keempat TUGAS-TUGAS GEREJA

Pelajaran 7 : Gereja yang Menguduskan (Liturgia)Pelajarari 8 : Gereja Mewartakan Kabar Gembira (Kerygma).Pelajaran 9 : Gereja yang Menjadi Saksi Kristus (Martyria)Pelajaran 10 : Gereja yang Melayani (Diakonia)...

Bagian Kelima GEREJA DAN DUNIA

Pelajaran 11 : Gereja dan DuniaPelajaran 12 : Ajaran Sosial GerejaPelajaran 13 : Keterlibatan Gereja dalam Membangun Dunia yang Damai dan Sejahtera

Bagian KeenamHAKASASIMANUSIA

Pelajaran 14 Hak Asasi ManusiaPelajaran 15 Perjuangan Menegakkan HAM di IndonesiaPelajaran 16 Kekerasan dan Budaya KasihPelajaran 17 Menghargai HidupPelajaran 18 AborsiPelajaran 19 Bunuh Diri dan Euthanasia Pelajaran 20 Narkoba dan HIV/AIDS

TEMA III GEREJA

PENGANTAR

Tahun lalu (kelas I) bersama siswa telah kita pelajari tentang usaha siswa untuk lebih mengenal diri dan lingkungannya, danjuga tentang usaha siswa untuk lebih mengenal pribadi Yesus Kristus sebagai pribadi yang memberi inspirasi dan peneguhan bagi hidup siswa.

Tahun ini kita akan mempelajari tentang Gereja sebagai komunitas murid-murid Yesus yang berjuang untuk melanjutkan misi dan karya Yesus, yaitu membangun Kerajaan Allah di bumi.

Tetapi apa arti sesungguhnya dari Gereja?Sepanjang sejarah Gereja itu sendiri, dari zaman ke zaman, Gereja "diartikan" dan dihayati

secara kaya raya, dengan aspek dan penekanan tertentu sesuai dengan zamannya. Hidup

Page 2: Modul Agama Katholik Kelas XI

Gereja tidak pemah terikat pada tempat dan zaman tertentu. la begitu kaya, sehingga ia dapat muncul dan memberi arti (makna) pada misinya secara tepat di segala waktu dan tempat. Sesudah Konsili Vatikan II, Gereia Katolik lebih menampakkan diri sebagai }/ PersekutuagJjmat Allah dan^akramenJCeselamatan bagi dunia yang kini sedang dilanda berbagai ancaman dan bencana!

Pada abad ini, lebih daripada abad-abad sebelumnya, Gereja sungguh menyadari kehadiran dan peranannya untuk dunia dewasa ini. Gereja didirikan oleh Yesus Kristus untuk menyelamatkan dunia. Dan sebagai orang kristen kita percaya bahwa misi Gereja dewasa ini adalah sesuai dengan rencana Allah sejak keabadian, yang sekarang mulai sedikit demi sedikit tersingkap bagi kita dan mulai memantapkan karya penyelamatannya di tengah masyarakat luas. Dalam arti ini Gereja selalu merupakan misteri bagi kita. Tema tentang Gereja ini akan kita bahas dlalam beberapa bagian.

Bagian Pertama ARTI DAN MAKNA GEREJA

Seperti sudah dikatakan di atas bahwa pandangan baru yang muncul bersama Konsili Vatikan II ialah pandangan Gereja sebagai UmatAllah dan Sakramen Keselamatan dunia.

Eklesiologi prakonsili Vatikan II yang lebih berciri hierarkis piramidal bergeser ke arah Gereja Umat Allah, di mana semua anggota Gereja terlibat aktif melanjutkan misi dan karya Yesus.

Pandangan Gereja sebagai Umat Allah membawa banyak gagasan baru, antara lain:a. Memperlihatkan sifat historis Gerej a yang hidup "inter tempora ", yakni Gereja dilihat menurut perkembangannya dalam sejarah keselamatan;

hal ini berarti menurut perkembangan di bawah dorongan Roh Kudus. Segi organisatoris Gereja tidak terlalu ditekankan lagi, tetapi sebagai gantinya ditekankan segi kharismatisnya. Gereja berkembang "dari bawah", dari kalangan umat sendiri.

b. Menempatkan hierarki dalam keseluruhan Gereja sebagai suatu fungsi, sehingga sifat pengabdian hierarki menjadi lebih kentara. Hierarkijelas mempunyai fungsi pelayanan. Hierarki tidak lagi ditempatkan di atas umat, tetapi di dalam umat.

c. Memungkinkan pluriformitas dalam hidup Gereja, termasuk pluriformitas dalam corak hidup, ciri-ciri, dan sifat serta pelayanan dalam Gereja.

Dalam bagian pertama ini, bersama siswa kita akan menggumuli topik-topik yang menyangkut arti dan makna Gereja, yakni:

1. Gereja sebagai Umat Allah.2. Gereja sebagai Persekutuan yang Terbuka.

KOMPETENSI DASAR

Siswa mampu memahami arti dan makna^Gereja sebagai Umat Allah dan Persekutuan murid-murid Yesus yang terbuka.

Pelajaran 1 : Gereja sebagai Umat Allah

PEMIKIRAN DASAR

Para remaja yang sedang giat-giatnya menghayati hidup bersama dalam proses sosialisasi dirinya diajak untuk menyadari dan menghayati hidup bersama dalam satu masyarakat khusus, yaitu GEREJA, yang merupakan satu UMAT ALLAH, yang hidup dalam kesatuan iman, harapan, dan cinta. Istilah Umat Allah sudah digunakan dalam Perjanjian Lama, yang dimunculkan dan dihidupkan kembali oleh Konsili Vatikan II. Umat Allah selalu merupakan pilihan dan panggilan. Umat Allah adalah bangsa terpilih, bangsa terpanggil.

Page 3: Modul Agama Katholik Kelas XI

Umat Allah dipanggil dan dipilih untuk sesuatu, yakni untuk Tuhan dan dunia. la dipilih untuk menjadi milik Allah dan ikut serta menyelamatkan dunia ini.

Umat Allah dipersatukan dengan Allah melalui satu perjanjian. Umat Allah harus taat kepada perintah-perintah Allah dan Allah akan setia pada janji-janji-Nya. Hal ini beriaku untuk Umat Allah dalam Perjanjian Lama dan juga Umat Allah dalam Perjanjian Baru.

Umat Allah akan selalu berada dalam perjalanan dengan sejuta harapan. Umat Allah dalam Perjanjian Lama sudah menempuh perjalanan di padang pasir. Demikian pula Umat Allah dalam Perjanjian Baru akan menempuh berbagai macam prahara, tetapi berbagai macam harapan pula. Namun, Gereja merupakan misteri, karena:

• Dipikirkan dan direncanakan oleh Allah sejak keabadian (Rom 8: 29).• Kehadiran Tuhan yang tetap di dalam Gereja-Nya walaupun tidak tampak (cfr Ef 219-22;

Why 21: 3) Tuhan hadir dan berkarya di dalamnya.• Persatuannya dengan Bapa, Putra dan Roh Kudus. Konsili Vatikan II mengatakan: "Gereja

tampak sebagai umat yang dipersatukan dalam kesatuan Bapa, Putra dan Roh Kudus" [Lumen Gentium, No. 4).

Jika Gereja sungguh Umat Allah, apakah konsekuensinya bagi Gereja itu sendiri?

a. Konsekuensi bagi Pimpinan Gereja (Hierarki)• Hierarki harus menyadari fungsinya sebagai pimpinan, yakni sebagai fungsi pelayanan.

Pimpinan bukan di atas umat, tetapi di tengah umat.• Hierarki harus peka untuk melihat dan mendengar karisma dan karunia-karunia yang tumbuh

di kalangan umat.

b. Konsekuensi bagi Setiap Anggota Umat• Seluruh anggota umat harus menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain.

Umat tidak dapat menghayati kehidupan imannya secara individu saja.• Seluruh anggota umat harus aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma,

karunia, dan fungsi yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi Gereja di tengah masyarakat. Seluruh anggota umat bertanggung jawab dalam hidup dan misi Gereja.

c. Konsekuensi bagi Hubungan Awam dan Hierarki• Kaum awam bukan lagi pelengkap atau pelengkap penderita, melainkan partner bagi para

hierarki.• Awam dan hierarki memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi.

EVALUASI

1. Apa arti Gereja adalah Umat AIlah?2. Apakah lingkungan atau parokimu sudah merupakan Gereja lokal yang mengumat?

Mengapa?

Pelajaran 2 : Gereja sebagai Persekutuan yang Terbuka

PEMIKIRAN DASARSeperti sudah disinggung pada pelajaran pertama, paham Gereja sebagai Persekutuan Umat

Allah muncul disebabkan antara lain oleh paham dan penghayatan Gereja institusional yang berkembang sebelum Konsili Vatikan II yang terlalu menekankan segi organisatoris dan struktural hierarkis piramidal. Gereja yang institusional dan hierarkis piramidal sangat menonjol dalam hal:

• organisasi dan struktur Gereja;• kepemimpinan tertahbis (hierarki);• hukum dan peraturan-peraturan;• sikap triumfalistik dan tertutup.

Sebaliknya, Gereja sebagai persekutuan umat lebih menampakkan:

• persaudaraan antar-umat;• keterlibatan semua anggota umat dalam hidup menggereja, baik sebagai hierarki dan

biarawan-biarawati, maupun umat/awam;

Page 4: Modul Agama Katholik Kelas XI

•. peranan hati nurani dan tanggung jawab .satiap anggota umat;• semangat kemiskinan/kesederhanaan dan sikap terbuka, berdialog dengan kalangan mana

saja.

Konsili Vatikan II tidak mengabaikan apa yang ditekankan dalam Gereja prakonsili, namun mulai menyeimbangkan hal-hal yang menjadi keprihatinan Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah.

Dalam Lumen Gentium Bab II, Umat Allah dilukiskan sebagai persekutuan penuh Roh Kudus, sebagai persekutuan hidup, cinta kasih, dan kebenaran. Dengan demikian, Roh Kudus mendapat tempat utama yang menghidupi dan memimpin seluruh Gereja. Umat dilengkapi dengan upaya-upaya kesatuan yang kelihatan dan bersifat kemasyarakatan (Lih. Lumen Gentium 9).

Dalam pelajaran kedua tentang Gereja ini, kita akan mendalami tentang Gereja sebagai persekutuan yang terbuka. Dengan demikian, ada dua hal yang akan ditekankan dalam pelajaran ini, yakni: Pertama, segi persekutuannya. Kedua, persekutuan bukanlah persekutuan yang tertutup melainkan persekutuan yang terbuka.

Untuk lebih memahami Gereja sebagai persekutuan, maka para siswa dapat diberi dua gambar tentang model Gereja, yaitu Gereja piramidal dan Gereja sebagai persekutuan. Dari hasil dialog, siswa dibimbing kepada pengertian tentang Gereja sebagai persekutuan yang terbuka.

Untuk memperjelas arti Gereja sebagai persekutuan, maka dibahas perikop Kitab Suci (Kis 4: 32-37) tentang cara hidup Umat Perdana untuk menunjukkan ciri-ciri Gereja sebagai persekutuan. Pada bagian akhir dibahas bersama tentang konsekuensi Gereja sebagai persekutuan yang terbuka dalam hidup menggereja dan memasyarakat dewasa ini.

Selanjutnya, guru mengajak para siswa untuk berdialog, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Apa nama model Gereja 1 dan model Gereja II?2. Apa bedanya antara model Gereja institusional dan hierarkis-piramidal dan Gereja

persekutuan Umat AllaW3. Dari pengalamanmu dan pengamatanmu, Gereja parokimu lebih cenderung seba.gai model

Gereja yang mana? Mengapa?4. Model Gereja macam apa yang kamu harapkan dapat berkembang di parokimu? Mengapa?

MODEL-MODEL GEREJA

Gambar di atas menunjukkan dua model Gereja, yaitu model Gereja institusional hierarkis piramidal dan Gereja persekutuan umat.

1. Gereja institusional, sangat menonjol dalam hal:

a. Organisasi (lahiriah) yang berstruktur piramidal: Tertata rapi.b. Kepemimpinan tertahbis atau hierarki: Hierarki hampir identik dengan Gereja itu sendiri.

Suatu institusi, apalagi institusi besar seperti Gereja Katolik, tentu membutuhkan

Page 5: Modul Agama Katholik Kelas XI

kepemimpinan yang kuat.c. Hukum dan peraturan: Untuk menata dan menjaga kelangsungan suatu institusi, apalagi

yang berskala besar, tentu saja dibutuhkan hukum dan peraturan yang jelas.d. Sikap yang agak triumfalistik dan tertutup: Gereja merasa sebagai satu-satunya penjamin

kebenaran dan keselamatan. Extra eclesiam nulla salus (di luar Gereja tidak ada keselamatan).

2. Gereja sebagai persekutuan umat, mau menonjolkan:

a. Hidup persaudaraan karena iman dan harapan yang sama: Persaudaraan adalah persaudaraan kasih.

b. Keikutsertaan semua umat dalam hidup bergereja: Bukan saja hierarki dan biarawan dan biarawati yang harus aktif dalam hidup menggereja, tetapi seluruh umat.

c. Hukum dan peraturan memang perlu, tetapi dibutuhkan pula peranan hati nurani dan tanggung jawab pribadi.

d. Sikap miskin, sederhana, dan terbuka: Rela berdialog dengan pihak mana pun, sebab Gereja yakin bahwa di luar Gereja Katolik terdapat pula kebenaran dan keselamatan.

EVALUASI

1. Mengapa Gereja sebagai persekutuan umat harus terbuka?2. Kegiatan apa saja yang dapat kamu lakukan untuk menunjukkan bahwa kamu adalah

anggota Umat Allah yang sungguh terbuka kepada temanmu yang berkeyakinan lain?3. Buatlah karangan "Menuju Gereja Komunitas Basis yang Terbuka!"

Bagian Kedua HIERARKI DAN AWAM

PENGANTARSesudah mempelajari tentang arti dan makna Gereja sebagai Persekutu-an Umat Allah yang

terbuka, pada bagian kedua ini kita akan mempelajari lebih lanjut tentang dua komponen penting dalam Gereja sebagai persekutuan umat, yaitu hierarki dan awam.

Selanjutnya, kita akan mencoba pula untuk meneliti dan mendalami hubungan antara keduanya, sebab sekarang memang sedang terjadi per-geseran dari paham dan penghayatan Gereja yang institusional hierarkis ke Gereja yang lebih mengumat, di mana awam menemukan kembali tempat dan peranannya dalam hidup menggereja.

Maka secara berturut-turut kita akan membahas topik-topik:

1. Hierarki dalam Gereja Katolik2. Awam dan hubungannya dengan hierarki

KOMPOTENSI DASARSiswa memahami fungsi dan peranan hierarki dan awam, sehingga bersedia berpartisipasi dan

bekerja sama dengan hierarki (dan pimpinan

Pelajaran 3 : Hierarki dalam Gereja Katolik

PEMIKIRAN DASAR

Gereja sebagai persekutuan umat mempunyai struktur kepemimpinan (hierarki). Untuk menggembalakan dan mengembangkan Umat Allah, Kristus Tuhan dalam Gereja-Nya mengadakan aneka pelayanan yang tujuan-nya demi kesejahteraan selumh UmatAllah. Sebab, para pelayan yang mem-punyai kekuasaan kudus, melayani saudara-saudara mereka supaya semua yang termasuk Umat Allah, dengan bebas dan teratur bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dan dengan demikian mencapai keselamatan.

Yesus Kristus, Gereja kekal, mendirikan Gereja Kudus dengan meng-utus para rasul seperti

Page 6: Modul Agama Katholik Kelas XI

Dia sendiri diutus oleh Bapa (lih. Yoh 20: 21). Para pengganti mereka, yakni para uskup, dikehendaki-Nya untuk menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman. Supaya episkopat itu sendiri tetap satu dan tak terbagi, Yesus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para rasul lainnya. Dalam diri Petrus, Yesus menetapkan adanya asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan (bdk. Lu-men Gentium, Art. 18).

Pemtusan ilahi yang dipercayakan oleh Yesus kepada para rasul akan beriangsung sampai akhir zaman (lih. Mat 28: 20). Sebab, Injil yang hams mereka wartakan bagi Gereja mempakan asas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu, dalam himpunan yang tersusun secara hierarkis, para rasul telah berusaha mengangkat para pengganti mereka.

Para uskup pengganti para rasul yang dipimpin oleh Sri Paus pengganti Petrus bertugas melayani Jemaat bersama-para pembantu mereka, yakni para imam dan diakon. Sebagai wakil Kristus, mereka memimpin kawanan yang mereka gembalakan (pimpin), sebagai gum dalam ajaran, imam dalam ibadat suci, dan pelayan dalam bimbingan (bdk. Lumen Gentium, Art. 20). Para siswa tentu sudah mengenal dan mengalami hidup berorganisasi, maka mereka diharapkan memahami arti, susunan, dan fungsi/peranan hierarki Gereja Katolik serta tanggung jawab umat beriman terhadap hierarki dan pemuka agama K-atolik sehingga mereka dapat ambil bagian dalam tugas penggembalaan Gereja.

PAUS YOHANES XXIIIKetika Roncalli dipilih menjadi Paus, banyak sekali orang yang kecewa karena dia adalah

kardinal yang sama sekali tidak dikenal dan tidak disebut-sebut sebagai papabilis (calon Paus). Orang semakin kecewa karena Paus yang terpilih temyata sudah sangat tua. Akhimya, orang berpikir: sudahlah, biarlah dia sebagai Paus peralihan.

Tetapi ternyata Paus tua ini membuat banyak kejutan dalam Gereja. Roncalli yang kemudian dikenal sebagai Paus Yohanes XXIII itu diakui sebagai Paus yang memahami kehidupan menggereja. Dialah yang melahirkan motto " aggiornamento ", yang berarti Gereja harus senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan tuntutan zaman.

Diceritakan pada awal masa pelayanannya sebagai Paus, secara simbolis ia menyuruh supaya semua jendela di Vatikan dibuka selebar-lebamya. Gereja harus terbuka kepada dunia, supaya udara segar dapat masuk dan pandangan jauh ke depan tidak terhalang.

Salah satu keputusan yang paling menggemparkan di zamannya ialah ketika beliau mengumumkan akan diadakan Konsili, yaitu sidang agung uskup-uskup sedunia. Diceritakan bahwa sesudah beliau mengumumkan akan diadakan Konsili itu, beliau sendiri kemudian menjadi sangat terkejut dan bingung. Bermalam-malam beliau tidak dapat tidur. Entah bagaimana pada suatu malam yang sangat menggelisahkan itu tiba-tiba beliau berkata pada diri beliau sendiri:

"Roncalli, mengapa engkau bingung dan gelisah. Konsili itu urusan Roh Kudus, sama sekali bukan urusanmu!"

Sejak saat itu beliau dapat tidur dengan nyenyak. Konsili Vatikan II kemudian berjalan sangat mengesankan dan penuh kejutan. Semua orang mengakui Konsili Vatikan II adalah karya Roh Allah di abad ini.

Menemukani isi/pesan dari cerita di atas, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana kesanmu membaca cerita di atas?2. Apakah kamu dapat merasakan campur tangan Tuhan dalam pemilihan dan karya Paus

Yohanes XXIII? Jelaskanlah!3. Apa arti sabda Tuhan "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu?4. Apa artinya menjadi rohaniwan dan gembala umat adalah suatu panggilan?

Pemilihan Roncalli menjadi Paus dan banyak keputusan dan karyanya sebagai Paus kemudian cukup jelas menunjukkan penyertaan dan penyelenggaraan Ilahi. Baik pemilihannya maupun keputusan dan karyanya yang monumental sungguh tidak terduga, sulit dijelaskan dengan pikiran dan akal manusia. Mungkin, hanya Tuhan yang tahu. Panggilan dan pilihan untuk tugas-tugas gerejani sedikit banyak merupakan "urusan" Tuhan. Tuhan telah berkata: "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu".

Page 7: Modul Agama Katholik Kelas XI

Sekarang bacalah Yoh 21: 15-191. Apa yang dapat kalian tangkap dari pengangkatan Petms sebagai

Gembala oleh Yesus dalam kisah tersebut?2. Mengapa Yesus memilih Petrus yang sering ceroboh dan labil untuk menjadi pemimpin

umat-Nya?3. Mengapa tugas sebagai gembala/pimpinan dikaitkan dengan kasih?

» Guru dapat masukan (jika dianggap perlu), misalnya sebagai berikut:• Yesus memilih Petms menjadi gembala dan pemimpin kawanan-Nya, walaupun Petrus sering

ceroboh dan labil, bahkan pemah me-nyangkal-Nya sampai tiga kali. Pemilihan oleh Tuhan sungguh berdasarkan kasih karunia-Nya semata. Manusia tidak memiliki andil apa-apa untuk itu.

• Yang dituntut oleh Tuhan dari Petms (dan semua penggantinya) hanyalah kasih. Kasih dapat menghapus banyak dosa. Mungkin Tuhan berpikir seorang pemimpin yang tahu akan kelemahannya akan bersikap penuh pengertian dalam memimpin orang lain. Petms akan banyak belajar dari kelemahannya. Yang penting adalah cinta-nya kepada Tuhan tidak diragukan.

• Sekalipun Petms sebagai gembala atau siapa pun juga yang menjadi gembala, Yesus selalu menyebut domba-domba itu sebagai "domba-domba-Ku." Kawanan domba-domba itu tidak menjadi milik sang gembala manusia. Tidak seorang pun dapat menggantikan Yesus. Dengan demikian, seorang pimpinan Gereja atau gembala dalam Gereja adalah orang yang sangat mengasihi Yesus dan bersedia me-nyerahkan nyawanya untuk Yesus dan umat gembalaannya.

Mendalami Dasar Kepemimpinan dan Struktur Kepemimpinan dalam Gereja

Diskusi kelompok atas tiga pertanyaan berikut ini:

1. Apakah dasar keperriimpinan atau hierarki dalam Gereja Katolik?2. Sebutkan dan jelaskanlah struktur kepemimpinan dalam Gereja Katolik! . - 3. Sebutlah fungsi dan corak kepemimpinan dalam Gereja!

DASAR, STRUKTUR, FUNGSI, DAN CORAK KEPEMIMPINAN (HIERARKI) DALAM GEREJA KATOLIK

Dasar Kepemimpinan (Hierarki) dalam GerejaKepemimpinan dalam Gereja pada dasamya diserahkan kepada hierarki. Menurut ajaran resmi Gereja, hierarki dan struktur hierarkis berasal dari Kristus. Maka, konsili mengajarkan bahwa "atas penetapan Ilahi, para uskup menggantikan para rasul sebagai penggembala Gereja" (lih. Lumen Gentium, Art. 20). "Konsili suci ini mengajarkan dan mengata-kan bahwa Yesus Kristus, Gembala kekal, telah mendirikan Gereja ku-dus, dengan mengutus para rasul seperti la sendiri diutus oleh Bapa (lih. Yoh 20:21). Para pengganti mereka, yakni para uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman {lih. Lu-men Gentium, Art. 18). Stmktur hierarkis bukanlah sesuatu yang di-tambahkan atau dikembangkan dalam sejarah Gereja. Menumt ajaran Konsili Vatikan II, struktur itu dikehendaki Tuhan dan akhimya berasal dari Tuhan Yesus sendiri. • •Pemyataan "atas penetapan Ilahi, para uskup menggantikan para rasul" harus dimengerti

dengan baik. Yang dimaksudkan ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbullah kelompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Umat Perdana atau Gereja Perdana, yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi,. dalam kumn waktu antara kebangkitan Yesus.dan awal abad kedua, secara prinsip terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang. Wujud Gereja Perdana beserta struktur kepemimpin-annya menjadi patokan bagi perkembangan Gereja selanjutnya.

Struktur Kepemimpinan (Hierarki) dalam GerejaSecara struktural kepemimpinan dalam.gcreja sekarang dapat iliurutkan sebagai berikut:

Page 8: Modul Agama Katholik Kelas XI

Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai kepalanyaPada akhir masa Gereja Perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah

pengganti para rasul. Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena ada dua belas rasul). Bukan rasul satu per satu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para uskup. Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang menjadi uskup, karena diterima ke dalam dewan itu.

Ketika Kristus mengangkat kedua belas rasul, la membentuk mereka menjadi semacam dewan atau badan yang tetap. Sebagai ketua dewan, Yesus mengangkat Petms yang dipilih-Nya dari antara para rasul itu. Seperti santo Petrus dan para rasul lainnya, atas penetapan Tuhan me-rupakan satu dewan para rasul. Begitu pula Paus, pengganti Petrus ber-sama para uskup, pengganti rasul, merupakan suatu himpunan yang serupa.

b. Paus

Konsili Vatikan II menegaskan: "Adapun dewan atau badan para uskup hanyalah berwibawa, bila bersatu dengan imam agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai kepalanya dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya." Sebab Iman Agung di Rorr.a berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja, dan kuasa itu selalu dapat dijalankannya dengan bebas (Lumen Gentium, Art. 22).

Penegasan itu didasarkan pada kenyataan bahwa Kristus mengangkat Santo Petms menjadi ketua para rasul lainnya. Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus, pengganti Petrus, adalah pemimpin para uskup.

UskupKonsili Vatikan II merumuskan dengan jelas: "masing-masing uskup menjadi asas dan dasar

kelihatan bagi kesatuan dalam Gerejanya" (Lu-men Gentium, Art. 23). Tugas pokok uskup'-aTdalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas pemersatu itu selanjutnya dibagi menjadi

tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja, yaitu tugas pewartaan, perayaan, dan pelayanan, di mana dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Tugas utama dan terpenting bagi para uskup adalah pewartaan Injil (Lumen Gentium, Art. 25).

Pembantu Uskup: Imam dan Diakon• Para Imam adalah wakil uskup. Di setiap jemaat setempat dalam arti tertentu, para imam

menghadirkan uskup. Tugas konkret mereka sama seperti uskup. Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil dan menggembalakan umat beriman.

• Para Diakon: Pada tingkat hierarki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan {lih. Lumen Gentium, Art. 29). Para diakon adalah pembantu khusus uskup di bidang materi sedangkan imam pembantu umum.

NB: JSTarrfwa/bukanjabatan hierarkis dan tidak termasuk dalam struktur hierarki. Kardinal adalah penasihat utama Paus dan membantu Paus temtama dalam reksa harian seluruh Gereja. Para Kardinal membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang yang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus dengan bebas.

Fungsi Khusus HierarkiSelumh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi, imam, dan raja

(tugas mengajar, menguduskan, dan menggem-balakan). Tetapi umat itu tidak bersifat seragam, maka Gereja mengenal pembagian tugas, tiap komponen umat (hierarki, biarawan, biarawati, awam) menjalankan tugas dengan cara yang berbeda. Fungsi khusus hierarki ialah:

a. Menjalankan tugas gerejani, yakni tugas-tugas yang secara langsungdan eksplisit menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti: me-layani sakramen-sakramen, mengajar agama, dan sebagainya.

b. Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarkimempersatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, danteladan.

Page 9: Modul Agama Katholik Kelas XI

4. Corak Kepemimpinan dalam Gerejaa. Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus, di mana campur tangan

Tuhan merupakan unsur yang dominan. Oleh sebab itu, kepemimpinan dalam Gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan suatu bakat, kecakapan, atau prestasi tertentu. K.e-pemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diperjuang-kan oleh manusia, tetapi kepemimpinan di dalam Gereja tidaklah demikian.

b. Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semumi-muminya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri. Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan untuk melayani, bukan untuk dilayani. K.epemim-pinan untuk menjadi orang yang terakhir, bukan yang pertama. Kepemimpinan untuk mencuci kaki sesama saudara. la adalah pelayan. (Paus dikatakan sebagai: Servus Servorum Dei == Hamba dari hamba-hamba Allah). Kepemimpinan dalam masyarakat diangkat untuk memerintah dalam arti yang sesungguhnya. la memiliki kedudukan yang "pertama". Kepemimpinan dalam masya-rakat merupakan suatu "pangkat", tidaklah demikian dalam Gereja.

c. Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapus oleh manusia. Kepemimpinan masyarakat dapat diturunkan oleh manusia, karena ia memang diangkat dan diteguhkan oleh manusia.

Pendalaman dan RefleksiUSKUP JOHN YOSEPH

Uskup John Yoseph adalah seorang uskup Pakistan dan dalam Konfe-rensi Waligereja Pakistan beliau menjadi ketua K.omisi Justice and Peace (Komisi K.eadilan dan Perdamaian). Beliau berjuang mati-matian dengan segala cara untuk meminta perhatian pemerintah dan masyarakat bagi kepentingan golongan minoritas, termasuk umat Katolik yang sering diper-lakukan secara tidak adil. Beberapa kasus terjadi, misalnya warga Katolik dituduh menghujat dan dihukum mati. Padahal, tidak ada niat sama sekali dari warga itu untuk menghujat.

Beberapa saat lampau terjadi lagi seorang warga Katolik dituduh meng-hujat dan diputuskan oleh pengadilan dengan hukuman mati. Uskup John Yoseph memprotes terhadap pengadilan yang tidak adil itu. Rupanya segala cara telah ditempuhnya tetapi sia-sia. Akhimya, ia menempuh cara yang membuat Pakistan dan dunia terkejut serta terbuka matanya.

Pada suatu hari, sesudah lama ia merenung dan berdoa, ia pergi ke gedung pengadilan yang sering memutuskan perkara secara tidak adil itu. Di pelataran gedung pengadilan, ia menembak kepalanya dengan pistol. Ketika ia roboh bersimbah darah di pelataran gedung itu, Pakistan dan dunia terke}ut melihat dan tahu tentang ketidakadilan yang sering terjadi di gedung-gedung pengadilan Pakistan.

Uskup John Yoseph telah rela menjadi korban, menjadi tumbal, demi keadilan dan kebaikan untuk banyak orang lainnya. Dan itu dilakukannya dengan tenang dan kepala tegak. la tidak gentar dan tidak takut untuk meng-hadapi maut demi perjuangannya menegakkan kebenaran dan kebaikan untuk umatnya. Dengan mati secara demikian ia mau memberikan kesaksian pal-ing kuat dan final untuk perjuangannya.

Dari: Homili Tahun A Yosef Lalu.PrEVALUASI1. Tulislah ciri-ciri gembala umat yang sesuai dengan zaman ini menumt pendapatmu!2. Buatlah doa untuk para pemimpin Gereja!

Pelajaran 4 : Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Partner Kerja PEMIKIRAN DASAR

Mayoritas anggota Gereja Katolik adalah kaum awam. Yang dimaksud kaum awam adalah semua orang beriman Kristiani kecuali mereka yang termasuk golongan imam atau berstatus religius yang diakui dalam Gereja. Jadi, kaum beriman Kristiani, berkat baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi UmatAllah. Dengan cara mereka

Page 10: Modul Agama Katholik Kelas XI

sendiri, mereka ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus. Dengan demi-kian, sesuai dengan kemampuannya mereka melaksanakan perutusan sege-nap umat Kristiani dalam Gereja dan dunia (lih. Lumen Gentium, Art. 31).

Tugas khas kaum awam adalah melaksanakan dan mewujudkan kabar baik di tengah-tengah dunia, di mana kaum klerus dan biarawan-biarawati tidak dapat masuk ke dalamnya kecuali melalui kaum awam.

Dewasa ini keterlibatan kaum awam dalam tugas menggereja dan memasyarakat semakin aktif. Biarpun harus diakui bahwa masih ada awam yang masih bersifat pasif, menunggu perintah dari hierarki. Namun demikian, hal itu tidak mengurangi meningkatnya partisipasi kaum awam dalam kegiatan kerasulan gerejani. Melalui pelajaf-ah ini, para siswa dibimbing untuk memahami siapa yang dimaksud dengan kaum awam dan apa yang

menjadi tugas khas dari kaum awam dalam Gereja dewasa ini. Untuk itu siswa dibimbing lebih ke dalam bentuk-bentuk kerasulan awam yang relevan pada dewasa ini. Pada bagian akhir, perlujuga dijelaskan tentang hubungan antara awam dan hierarki. Awam bukanlah pelengkap penyerta kaum hierarki, melainkan partner kerja. Sebagai partner kerja, kaum awam bukan-lah bawahan dari hierarki melainkan teman yang sederajat yang bekerja sama untuk membangun Kerajaan Allah.

AWAM DAN KERASULAN AWAMSesuai dengan ajaran konsili Vatikan II, rohaniwan (hierarki) dan awam memiliki mertabat yang

sama, hanya berbeda dalam fungsi. Semua fungsi sama luhumya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah.

1. Arti dan Pengertian tentang AwamYang dimaksud dengan kaum awam.adalah semua orang beriman kristiani yang tidak termasuk

golongan yang menerima tahbisan sucidan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja (lih. Lumen Gen-tium, Art. 31).

^s^tsa Deflnisi awam dalam praktek dan dalam dokumen-dokumen resmi Gereja rupanya ada 2 macam, yakni:

a. Definisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbis-kan. Jadi, awam meliputi biarawan seperti suster dan bruder yangtidak menerima tahbisan suci. b. Definisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak

ditahbis-kan danjuga bukan biarawan/biarawati. Maka dari itu, awam tidakmencakup para bmder dan suster.Definisi ini dikutib dari Lumen Gentium (LG 31) yang mpanyamenggunakan definisi tipologis. Untuk selanjutnya istilah AWAMyang digunakan adalah sesuai dengan pengertian tipologis di atas.

Peranan AwamPada zaman ini orang sering berbicara tentang tugas atau kerasulan intemal dan ekstemal.Kerasulan intemal atau kerasulan_'!dj_dalam^ Gerej a" adalah kerasulan memb^ngynjemaat.

Kerasulan ini lebih diperani olehjajaran hierarki, walaupun awam dituntut pula untuk mengambil bagian di dalamnya. Kerasulan ekstemal atau kerasulan dalam "tata dunia" lebih diperani oleh para awam. Namun harus disadari bahwa kerasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini.

Secara berturut-turut kita akan berbicara tentang peranan awam dalam kerasulan ekstemal (kerasulan dalam tata dunia), lalu kerasulan intemal.

Kerasulan dalam Tata DuniaBerdasarkan panggilan khasnya, awam bertugas mencari Kerajaan Al-Jah dengan mengusahakan hal-hal duniawi (clarp mengatumya sesuai dengan kehendakAllah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah agar sambil menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil, mereka dapat menguduskan dunia dari d'afam laksana ragi (lih. Lumen Gentium, Art. 31).

Kaum awam dapat menjalankan kerasulannya dengan kegiatan peng-injilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam TATA DUNIA

Page 11: Modul Agama Katholik Kelas XI

sedemikianrupa sehmgga ke-giatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang Krigtus dan melayani keselamatan manusia.

Dengan kata lain, TATA DUNIA adalah medan bakti khas kaum awam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dengan bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka.

Cukup lama, bahkan sampai sekarang ini, masih banyak di antara kita yang melihat kerasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan ke-rasulan. Mereka menyangka bahwa kerasulan hanya berumsan dengan hal-hal yang rohani, yang sakral, yang kudus, yang serba keagamaan, dan yang menyangkut kegiatan-kegiatan dalam lingkup Gereja.

Dengan paham Oere^eTseBagai^Tanda dan Sarana Keselamatan Dunia" yang dimunculkan oleh Gaudium et Spes, di mana otonomi dunia dan sifatnya yang sekular diakui, maka dunia dan lingkungannya mulai diterima sebagai ruang lingkup keberadaan dan kegiatan Gereja, bahkan sebagai partner dialog yang dapat saling memperkaya diri. Orang mulai menyadari (^ahwijl menjalankan tugas-tugas duniawi tidak hanya berdasarkan alasan kewargaan dalam masyarakat atau negara saja, tetapi juga karena dorongan iman dan tugas kerasulan kita, asalkan dengan motivasi yang baik. Iman tidak hanya menghubungkan kita dengan Tuhan, tetapi sekaligus juga menghubungkan kita dengan sesama kita di dunia ini.

Kerasulan dalam Gereja (internal)Karena Gereja itu Umat Allah, maka Gereja harus sungguh-sungguh menjadi Umat Allah. la

hendaknya mengkonsilidasi diri untuk benar-benar menjadi Umat Allah itu. Ini adalah tugas membangun Gereja. Tugas ini dapat disebut kerasulan intemal. Tugas ini pada dasamya lebih dipercayakan kepada golongan hierarki (kerasulan hierarkis), tetapi para awam dituntut pula untuk mengambil bagian di dalamnya. Keterlibatan awam dalam tugas membangun Gereja ini bukanlah karena menjadi perpanjangan tangan dari hierarki atau ditugaskan hierarki, tetapi oleh pembaptisan ia mendapat -t^gas itu dari Kristus. Awam hendaknya turut berpartisipasi dalam tri-tugas Gereja.

1) Dalam tugas nabiah, pewartaan sabda, seorang awam dapat:

• mengajar agama, sebagai katekis atau guru agama;• memimpin kegiatan pendalaman Kitab Suci atau pendalaman iman, dsb.

2) Dalam tugas imamiah, menguduskan, seorang awam dapat:

• memimpin doa dalam pertemuan-pertemuan umat;• memimpin koor atau nyanyian dalam ibadah;• membagi komuni sebagai prodiakon;• menjadi pelayan altar, dsb.

3) Dalam tugas gerejawi, memimpm atau melayani seorang awam dapat:

• menjadi anggota dewan paroki;• menjadi ketua seksi, ketua lingkungan atau wilayah, dsb.

Mendalami Hubungan Awam dan Hierarki

" Guru mengajak para siswa untuk berdiskusi dalam kelompok atas dua pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana hubungan antara awam dan pimpinan Gereja lokal di tempatmu?2. Bagaimana hubungan antara awam dan pimpinan Gereja lokal yang ideal menurut pendapatmu?

merumuskan kesimpulan-kesimpulan.HUBUNGAN AWAM DAN HIERARKI

Berbicara tentang hubungan antara awam dan hierarki, ada baiknya diperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Gereja adalah Umat Allah

Page 12: Modul Agama Katholik Kelas XI

Konsili Vatikan II menegaskan bahwa semua anggota Umat Allah (hierarki, biarawan/biarawati, dan awam) memiliki martabatyang sama. Yang berbeda hanyalah fungsinya. Keyakinan ini dapat menjamin hubungan yang wajar antara semua komponen Gereja. Tidak boleh ada klaim bahwa komponen-komponen tertentu lebih bermartabat dalam Gereja Kristus dan menyepelekan komponen lainnya. Keyakinan ini harus diimplementasikan secara konsekuen dalam hidup dan karya semua anggota Gereja.

2. Setiap Komponen Gereja Memiliki Fungsi yang Khas

Setiap komponen Gereja memiliki fungsi yang khas. Hierarki bertugas memimpin (atau lebih tepat melayani) dan mempersatukan seluruh Umat Allah. Biarawan/ biarawati dengan kaul-kaulnya bertugas mengarahkan umat Allah kepada dunia yang akan datang (eskatologis). Para awam bertugas merasul dalam tata dunia. Mereka hams menjadi rasul dalam keluarga-keluarga dan dalam masyarakat di bidang ipoleksosbudhamkamnas. Jika setiap komponen Gereja melaksanakan fungsinya masing-masing dengan baik, maka adanya kerja sama yang baik pasti terjamin.

3. Kerja SamaWalaupun tiap komponen Gereja memiliki fungsinya masing-masing, namun untuk bidang-bidang dan kegiatan tertentu, terlebih dalam ke-rasulan intemal Gereja yaitu membangun hidup menggereja, masih dibutuhkan partisipasi dan kerja sama dari semua komponen.Dalam hal ini hendaknya hierarki tampil sebagai pelayan yang me-mimpin dan mempersatukan. Pimpinan tertahbis, yaitu dewan diakon, dewan presbyter, dan dewan uskup tidak berfungsi untuk mengumpul-kan kekuasaan ke dalam tangan mereka^rielainkan untuk menyatukan rupa-rupa tipe jenis, dan fungsi pelayanan (kharisma) yang ada. Hierarkiberperan untuk memelihara keseimbangan dan persaudaraan di antara sekian banyak tugas pelayanan. Para pemimpin tertahbis memperhatikan serta memelihara keseluruhan visi, misi, dan reksa pastoral. Karena itu, tidak mengherankan bahwa di antara mereka yang termasuk dalam dewan hierarki ini ada yang bertanggungjawab untuk memelihara ajaran yang benar dan memimpin perayaan sakramen-sakramen.

EVALUASI

1. Apa ciri khas kerasulan awam? Mengapa?2. Apakah kelebihan (positif) dan kekurangan (negatif) dari para pemimpin awam Katolik di daerahmu? Berilah kritik yang positif (membangun) terhadap para pemimpian awam tersebut!

Bagian Ketiga SIFAT-SIFAT GEREJA

PENGANTAR

Setelah membahas tentang arti dan makna Gereja, kemudian tentang kepemimpinan (hierarki) dalam Gereja serta hubungannya dengan awam, kini kita akan mempelajari tentang sifat-sifat Gereja.

Dalam doa syahadat (credo), kita mengakui Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Apakah artinya? Untuk memahami sifat-sifat Gereja tersebut, pertama-tama kita hams memahami bahwa Gereja kita adalah ilahi sekaligus insani, berasal dari Yesus dan berkembang dalam sejarah. Sifat-sifat Gereja itu bersifat dinamis dan hams diperjuangkan; tidak sekalijadi dan statis. Sifat atau ciri Gereja beserta artinya, lambat laun menjadi jelas bagi Gereja itu sendiri.

Keempat sifat Gereja tersebut (satu, kudus, katolik, dan apostolik) kait-mengait dan bukan mempakan mmus yang siap pakai. Gereja memahaminya dengan merefleksikan dirinya sendiri serta karya Roh di dalam dirinya.

Dalam bagian ketiga ini, secara berturut-turut kita akan bergumul dengan topik-topik berikut:

1. Gereja yang Satu dan Kudus

Page 13: Modul Agama Katholik Kelas XI

2. Gereja yang K-atolik dan Apostolik

KOMPETENSI DASAR

Siswa memahami sifat-sifat Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik, sehingga menjaga keutuhan serta terpanggil untuk merasul dan memperjuangkan kepentingan umum.

Pelajaran 5 : Gereja yang Satu dan Kudus

PEMIKIRAN DASAR

Dalam pelajaran tentang Gereja sebagai Umat Allah, kita telah me-ngetahui bahwa Gereja adalah persekutuan orang-orang yang dipanggil dan dihimpun olehAllah sendiri. Oleh karena itu, kita menyadari bahwa Gereja sungguh suatu persekutuan yang khas. Ajaran tradisional Gereja menyebut-kan bahwa sifat-sifat Gereja adalah satu, kudus, katolik, dan apostolik. Dalam pelajaran ini akan dibahas sifat Gereja yang satu dan kudus.

Gereja yang satu, karena dalam Gereja ada kesatuan iman, pimpinan, kebaktian, dan kehidupan sakramental. Konsili Vatikan II menyatakan bahwa: Pola dan prinsip terluhur misteri kesatuan Gereja ialah kesatuan Allah yang tunggal dalam tiga pribadi, Bapa, Putra, dan Roh Kudus (UR 2). Kesatuan ini tidak sama dengan uniformitas, karena di luar bidang esensial Injili, Gereja menghayati keanekaragaman. Gereja bersifat fleksibel dan dinamis. Oleh karena itu, fleksibilitas dan dinamika Gereja ini perlu selalu dipupuk dan diperjuangkan. Persatuan dalam Gerejajuga selalu merupakan misteri, karena bersumber dari rahasia kehidupan Allah sendiri.

Gerejayang Kudus, karena sumber dari mana Gereja berasal, ke mana arah yang dituju Gereja, dan unsur-unsur Ilahi yang ada di dalam Gereja adalah kudus. Kekudusan (kesucian) Gereja adalah kekudusan (kesucian) Kristus.

Gereja menerima kesucian sebagai anugerah dari Allah dalam Kristus oleh iman. Kesucian Gereja tidak datang dari Gereja itu sendiri, tetapi datang dari Allah dan dipersatukan dengan Kristus oleh Roh Kudus. Kristus ada dalam Gereja dan selalu menyertai Gereja sampai akhir zaman.

Lewat pelajaran ini, para siswa diharapkan memahami sifat kesatuan dan kekudusan Gereja sehingga sebagai anggota Gereja mereka berusaha , menjaga keutuhan Gereja dan berusaha hidup suci di tengah masyarakat.

GEREJA YANG SATU DAN KUDUSGereja yang Satu• Kesatuaan Gereja pertama-tama adalah kesatuan iman (iih. Ef4: 3-6) yang mungkin

dirumuskan dan diungkapkan secara berbeda-beda.• Kesatuan tidak sama dengan keseragaman. Lebih tepat bila kesatuan Gereja dimengerti

sebagai Bhinneka Tunggal Iku, baik di dalam Gereja Katolik sendiri maupun dalam persekutuan ekumenis, sebab kesatuan Gereja bukanlah semacam kekompakan organisasi atau kerukunan sosial. Yang utama bukan soal struktur organisasi yang lebih bersifat lahiriah, tetapi Injil Yesus Kristus yang diwartakan, dirayakan, dan dilaksanakan di dalam hidup sehari-hari.

• Kristus memang mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul, supaya kolegialitas para rasul tetap satu dan tidak terbagi. Di dalam diri Petrus, Kristus menetapkan asas dan dasar kesatuan iman serta per-sekutuan yang tetap kelihatan. Kesatuan ini tidak boleh dilihat per-tama-tama secara universal. Tidak hanya Paus tetapi masing-masing uskup (pemimpin Gereja lokal) menjadi asas dan dasar yang kelihat-an dari kesatuan dalam Gereja.

• Kristus akan tetap mempersatukan Gereja, tetapi dari pihak lain disadari pula bahwa perwujudan konkret harus diperjuangkan dan dikembangkan serta disempumakan terus menems. Oleh karena itu kesatuan iman mendorong semua orang Kristen supaya mencari "persekutuan" dengan semua saudara seiman.

Sekali lagi: Kesatuan Gereja pertama-tama harus diwujudkan dalam persekutuan konkret

Page 14: Modul Agama Katholik Kelas XI

antara orang beriman yang hidup bersama dalam satu negara atau daerah yang sama. Tuntutan zaman dan tantangan masyarakat mempakan dorongan kuat untuk menggalang kesatuan iman dalam menghadapi tugas bersama. Kesatuan Gereja terarah kepada kesatuan yang jauh melampaui batas-batas Gereja dan terarah kepada kesatuan semua orang yang "berseru kepada Tuhan dengan hati yang mumi" (2Tim 2: 22).

Singkat kata, Gereja yang satu itu terungkap dalam:

a. Kesatuan iman para anggotanya.Kesatuan iman ini bukan kesatuan yattg statis, tetapi kesatuan yang dinamis. Iman adalah prinsip kesatuan batiniah Gereja.

b. Kesatuan dalam pimpinannya, yaitu hierarki.Hierarki mempunyai tugas untuk mempersatukan umat. Hierarkisering dilihat sebagai prinsip kesatuan lahiriah dari Gereja. c. Kesatuan dalam kebaktian dan

kehidupan sakramental.Kebaktian dan sakramen-sakramen merupakan ekspresi simbolis darikesatuan Gereja itu (lih. ]3f4: 3-6).

Gereja yang Kudus• Dalam hal kekudusan (kesucian) yang pokok bukan bentuk pelak-sanaannya, melainkan sikap

dasamya. Kudus sebetulnya berarti "yang dikhususkan bagi Tuhan." Jadi, pertama-tama "kudus" (suci) itu menyangkut seluruh bidang keagamaan. Yang "kudus" bukan hanya orang, tempat, atau barang yang dikhususkan bagi Tuhan, tetapi lingkup kehidupan Tuhan. Semua yang lain, orang, waktu, atau tempat disebut kudus karena termasuk lingkup kehidupan Tuhan. Yang kudus itu adalah Allah. Gereja menerima kekudusan sebagai anugerah dari Allah dalam Kristus oleh iman. Kekudusan tidak datang dari Gereja, tetapi dari Allah yang mempersatukan Gereja dengan Kristus dalam Roh Kudus. Jadi, kekudusan Gereja tidak terutama diartikan secara moral, tetapi secara teologial, me-nyangkut keberadaan dalam lingkup hidup Allah.

• Perjanjian Baru melihat proses pengudusan manusia sebagai pengu-dusan oleh Roh Kudus (lih. IPtr 1:2). Dikuduskan karena terpanggil (lih. Rm 1: 7). Dari pihak manusia, kekudusan (kesucian) hanya berarti tanggapan atas karya Allah itu, terutama dengan sikap iman dan pengharapan. Sikap iman dinyatakan dalam segala perbuatan dan kegiatan kehidupan yang serba biasa. K.esucian bukan soal bentuk kehidupan (seperti menjadi biarawan), melainkan sikap yang dinyatakan dalam hidup sehari-hari.

Kekudusan itu terungkap dengan aneka cara pada setiap orang. Kehidupan Gereja bukanlah suatu sifat yang seragam, yang sama bentuknya untuk semua, melainkan semua mengambil bagian dalam satu kekudusan Gereja, yang berasal dari Kristus. Kesucian ini adalah kekudusan yang hams diperjuangkan terus-menerus. Singkatnya: Gereja itu kudus karena sumber dari mana ia berasal, karena tujuan ke mana ia diarahkan. Oleh karena unsur-unsur Ilahi yang otentik yang ada di dalamnya adalah kudus.

a. Sumber dari mana Gereja berasal adalah kudus. Gereja didirikan oleh Kristus. Gereja menerima kekudusannya dari Kristus dan doaNya. "Ya Bapa yang kudus, ... kuduskanlah mereka dalam kebenaran. (Yoh 17: 11).

b. Tujuan dan arah Gereja adalah kudus. Gereja bertujuan untuk kemuliaan Allah dan penyelamatan umat manusia.

c. Jiwa Gereja adalah kudus, sebab jiwa Gereja adalah Roh Kudus sendiri. d. Unsur-unsur Ilahi yang otentik yang berada di dalam Gereja adalah kudus, misalnya ajaran-

ajaran dan sakramen-sakramennya. e. Anggotanya adalah kudus, karena ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan dan diserahkan

kepada Kristus serta dipersatukan melalui iman, harapan, dan cinta yang kudus. Semuanya ini tidak berarti bahwa anggotanya selalu kudus (suci), namun adajuga yang mencapai tingkat kekudusan yang heroik. Kita semua dipanggil untuk kekudusan (kesucian).

Usaha Memperjuangkan Kesatuan dan Kekudusan Gereja

" Guru mengajak para siswa untuk berdiskusi, misalnya:

Page 15: Modul Agama Katholik Kelas XI

1. Gereja itu satu, namun merupakan kenyataan pula bahwa dalam Gereja masih terdapat perpecahan-perpecahan. Bagaimana kita dapat memperjuangkan kesatuan itu?

2. Bagaimana kita memperjuangkan kekudusan dalam Gereja?

MEMPERJUANGKAN KESATUAN DAN KEKUDUSAN GEREJA

Gereja itu Ilahi sekaligus insani, berasal dari Yesus dan berkembang dalam sejarah. Gereja itu bersifat dinamis, tidak sekali jadi dan statis. Oleh karena itu, kesatuan dan kekudusan Gereja harus selalu diperjuangkan.1. Memperjuangkan Kesatuan GerejaKita menyadari bahwa kenyataannya dalam Gereja sering terjadi perpecahan dan keretakan-

keretakan. Perpecahan dan keretakan yang terjadi dalam Gereja itu tentu saja disebabkan oleh perbuatan manusia. Allah me-mang berkenan menghimpun orang-orang yang beriman akan Kristus menjadi Umat Allah (lih. IPtr 2: 5-10) dan membuat mereka menjadi satu tubuh (lih. IKor 12: 12). Tetapi, bagaimana rencanaAllah itu dilaksanakan oleh setiap orang Kristen? Semangat persatuan harus selalu dipupuk dan diperjuangkan oleh setiap orang Kristen itu sendiri.

a. Usaha-usaha apa dapat kita galakkan untuk menguatkan persatuan kita ke dalam? Jawaban yang diharapkan antara lain:

• Aktif berpartisipasi dalam kehidupan bergereja.• Setia dan taat kepada persekutuan umat, termasuk hierarki, dsb.

b. Usaha-usaha apa yang dapat kita galakkan untuk menguatkan persatuan "antar-Gereja?" Jawaban yang diharapkan antara lain:

• Lebih bersifatjujur dan terbuka kepada satu sama lain. Lebih melihat kesamaan daripada perbedaan.

• Mengadakan berbagai kegiatan sosial dan peribadatan bersama, dsb.Kesatuan Gereja tidak identik dengan uniformitas. Kesatuan Gereja di luar bidang esensial Injili

memungkinkan keanekaragaman. Kesatuan harus lebih tampak dalam keanekaragaman.

2. Memperjuangkan Kekudusan Gereja

Kekudusan Gereja adalah kekudusan (kesucian) Kristus. Gereja me-nerima kekudusan sebagai anugerah dariAllah dalam Kristus oleh iman.Kesucian tidak datang dari Gereja, tetapi dari Allah yang memper-satukan Gereja dengan Kristus dalam Roh Kudus.Yang dapat kita perjuangkan ialah yang menyangkut kekudusan ang-gota-anggotanya. Apa yang dapat kita usahakan?Jawaban yang diharapkan antara lain:

Saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putra-putri Allah Mepiperkenalkan anggota-anggota Gersj.a yang sudah hidup secara heroik untuk mencapai

kekudusan Merenungkan dan mendalami Kitab Suci, khususnya ajaran dan hidup Yesus, yang

merupakan pedoman dan arah hidup kita, dsb.

EVALUASI

1. Apa artinya Gereja itu Satu dan Kudus?2. Apa artinya Gereja hendaknya menghayati kesatuan, bukan umformitas?3. Apa artinya Gereja harus menjadi Gereja yang kudus di zaman ini?

Pelajaran 6 : Gereja yang Katolik dan Apostolik

PEMIKIRAN DASAR

Dalam pelajaran yang lalu telah dibahas tentang sifat Gereja yang "satu" dan "kudus". Pada pelajaran ini akan akan dibahas sifat Gereja yang "katolik" dan "apostolik." "

Page 16: Modul Agama Katholik Kelas XI

Gereja bersifat katolik artinya bahwa Gereja itu bersifat universal, ter-buka untuk umum, terbuka terhadap semua orang, suku, golongan dan sebagainya. Gereja dipanggil untuk menghormati kebudayaan, adat istiadat, bahkan agama mana pun. Oleh karena itu, orang K-atolik diharapkan berjuang untuk kepentingan, kesejahteraan umum, memajukan nilai-nilai luhur dan memperjuangkan satu dunia yang lebih baik untuk seluruh umat manusia.

Sifat keapostolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja sekarang hanya mempakan fotokopi dari Gereja para rasul. Gereja sekarang hanya terarah kepada Gereja para rasul sebagai dasar dan permulaan imannya. Karena pewartaan para rasul dan pemyataan iman mereka temngkap dalam Kitab Suci, maka sifat apostolik Gereja akan tampak terutama dalam kesetiaan kepada Injil. Kesatuan dengan Gereja Perdana adalah kesatuan yang hidup, yang pusatnya adalah Kitab Suci dan tradisi. Secara konkret tradisi itu selalu merupakan suatu konfrontasi terus-menems antara situasi konkret Gereja sepanjang masa dengan pewartaan Kitab Suci. Gereja hams senantiasa me-nafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret-yang berpangkal pada sikap iman Gereja para rasul.

Yesus mengutus para rasul dengan bersabda: "Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan baptislah mereka atas nama Bapa dan Putra dan Roh K-udus, dan ajarlah mereka menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepada-mu" (lih. Mat 28: 19-20). Perintah resmi Kristus untuk mewartakan ke-benaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima dari para rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung bumi. Gereja terus-menems mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja bam terbentuk sepenuhnya untuk me-lanjutkan karya pewartaan Injil.

Melalui pelajaran ini, siswa diharapkan memahami sifat kekatolikan dan keapostolikan Gereja sehingga terdorong untuk ikut serta mewujudkan nilai-nilai luhur Injili dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk seluruh umat manusia tanpa pandang bulu.

Memang ada empat sifat-sifat Gereja yang diajarkan dan dihayati oleh Gereja sepanjang masa. Namun sebenamya sifat-sifat Gereja tidak hanya terbatas pada empat sifat itu. Oleh karena itu, melalui pelajaran ini siswa dibimbing untuk diajak menemukan sifat-sifat Gereja yang lebih dituntut untuk ditonjolkan dalam kehidupan Gereja dewasa ini di samping keempat sifat Gereja yang sudah ada.

KONSILI VATIKAN II

Salah satu hal yang sangat mengesankan dari Konsili Vatikan II yang sudah berlangsung empat puluhan tahun lalu adalah kesatuan dalam ke-anekaragaman, tetapijuga kekatolikan dan keapostolikan Gereja dalam diri para wali Gereja yang datang dari segala pelosok dunia. Ribuan uskup de-ngan berbagai raut muka dan pola tindaknya tenggelam dalam kesatuan Gereja semesta di Basilika Santo Petrus di Roma. Mereka datang dari benua . yang latar belakang alam, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan sejarah berbeda.

Mereka adalah pemimpin-pemimpin Gereja setempat yang diwamai oleh budayanya masing-masing, namun mereka dipersatukan oleh iman yang sama kepada Yesus Kristus yang diwariskan para rasul dan disemangati oleh cinta yang sama yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Mereka memberi kesaksian bahwa Gereja sungguh katolik, terbuka untuk semua bangsa dan semua budaya.

Pada saat mereka berbicara dan berdebat, mereka menunjukkan ke-khasan dari pengalaman iman Gereja setempat yang mereka wakili. Mereka mengungkapkan kegembiraan dan kegelisahan, pergumulan, dan cita-cita Gereja setempat.

Namun, semuanya dalam semangat kesatuan Gereja semesta. Saat yang paling mengharukan ialah setiap kali diadakan perayaan Ekaristi, terlebih pada Ekaristi pembukaan dan Ekaristi penutupan Konsili. Pada saat mereka bersama-sama menyanyikan Credo (Aku Percaya), mereka seperti luluh dalam persatuan dan kesatuan yang tak terlukiskan. Mereka sungguh-sungguh mengalami makna Gereja semesta dan Gereja setempat yang mereka wakili.

Pertanyaan:1. Bagaimana kesanmu ketika membaca teks di atas?2. Sifat-sifat Gereja mana yang tampak cukup jelas dalam sidang Konsili Vatikan II itu?3. Apakah cukup tampak sifat Gereja yang katolik dan apostolik dalam sidang-sidang Konsili

Vatikan II itu? ?, a^;4. Apa artinya Gereja itu Katolik dan Apostolik?

Page 17: Modul Agama Katholik Kelas XI

GEREJA YANG KATOLIK DAN APOSTOLIK

Dalam sidang-sidang Konsili Vatikan II cukup tampak sifat-sifat Gereja yang katolik dan apostolik kiranyajelas. Dalam sidang-sidang Konsili cukup tampak keterbukaan sekaligus keaslian Gereja yang bersumber pada para rasul yang dilanjutkan oleh dewan para uskup bersama Paus.

1. Gereja yang KatolikKatolik makna aslinya sebenamya berarti universal atau umum. Arti universal dapat dilihat secara kwantitatif dan kualitatif.

• Gerej a itu katolik karena Gerej a dapat hidup di tengah segala bangsa dan memperoleh warganya dari semua bangsa. Gereja sebagai sakramen Roh Kudus mempunyai pengamh dan daya pengudus yang tidak terbatas pada anggota Gereja saja, melainkan juga terarah kepada selumh dunia. Dengan sifat katolik ini dimaksudkan bahwa Gereja mampu mengatasi keterbatasannya sendiri untuk berkiprah ke selumh penjum dunia.

• Gereja itu katolik karena ajarannya dapat diwartakan kepada segala bangsa dan segala harta kekayaan bangsa-bangsa dapat ditampung-nya sejauh itu baik dan luhur. Gereja terbuka terhadap semua kemampuan, kekayaan, dan adat-istiadat yang luhur tanpa kehilangan jati dirinya. Sebenamya, Gereja bukan saja dapat menerima dan merangkum segala sesuatu, tetapi Gereja dapat menjiwai seluruh dunia dengan semangatnya. Oleh sebab itu, yang katolik bukan saja Gereja universal, melainkan juga setiap anggotanya, sebab dalam setiap jemaat hadirlah seluruh Gereja. Setiap jemaat adalah Gereja yang lengkap, bukan sekedar "cabang" Gereja universal. Gereja setempat merupakan seluruh Gereja yang bersifat katolik.

Singkatnya: Gereja bersifat katolik berarti terbuka bagi dunia, tidak terbatas pada tempat tertentu, bangsa dan kebudayaan tertentu, waktu atau golongan masyarakat tertentu. Kekatolikan Gereja tampak dalam:

• Rahmat dan keselamatan yang ditawarkannya.• Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, dapat diterima dan dihayati oleh siapa pun juga.

Gereja yang ApostolikGereja yang aposlolik berarti Gereja yang berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh

pada kesaksian iman mereka, yang mengalami secara dekat peristiwa Yesus. Kesadaran bahwa Gereja dibangun atas dasar para rasul dengan Yesus Kristus sebagai batu penjuru sudah ada sejak zaman Gereja Perdana.

Hubungan historis antara Gereja para rasul dan Gereja sekarang tidak boleh dilihat sebagai semacam "estafet", yang di dalamnya ajaran yang benar bagaikan sebuah tongkat dari rasul-rasul tertentu diteruskan sampai kepada para uskup sekarang. Yang disebut apostolik bukanlah para uskup, melainkan Gereja. Hubungan historis itu pertama-tama menyangkut selumh Gereja dalam segala bidang dan pelayanannya. Gereja bersifat apostolik berarti Gereja sekarang mengaku diri sama dengan Gereja Perdana, yakni Gereja para rasul. Hubungan historis itu jangan dilihat sebagai pergantian orang, melainkan sebagai kelang-sungan iman dan pengakuan.

Gereja yang apostolik tidak berarti bahwa Gereja terpaku pada Gereja Perdana. Gereja tetap berkembang di bawah bimbingan Roh Kudus dan tetap berpegang pada Gereja para rasul sebagai norma imannya. Hidup Gereja tidak boleh bersifat rutin, tetapi hams dinamis.

Singkat kata: Gereja disebut apostolik karena Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus oleh Kristus. Hubungan itu tampak dalam:

• Legitimasi fungsi dan kuasa hierarki dari para rasul. Fungsi dan kuasa hierarki diwariskan dari para rasul.

• Ajaran-ajaran Gereja diturunkan dan berasal dari kesaksian para rasul.• Ibadat dan struktur Gereja pada dasarRya berasal dari para rasul.

Gereja sekarang sama dengan Gereja para rasul. Bahkan identitas Gereja sekarang mempunyai .kesatuan dan kesamaan fundamental dengan Gereja para rasul.

Menyadari Usaha untuk Mewujudkan Kekatolikan dan Keapostolikan Gereja

1. Bagaimana cara kita mewujudkan kekatolikan kita?2. Bagaimana cara kita melestarikan dan mengembangkan Gereja yang apostolik?

Page 18: Modul Agama Katholik Kelas XI

MEWUJUDKAN GEREJA YANG KATOLIK DAN APOSTOLIK

Seperti sudah dikatakan di depan, Gereja itu bersifat dinamis. Jadi, Gereja dapat dikembangkan dan lebih nyata diwujudkan. Bagaimana caranya?

1. Mewujudkan kekatolikan GerejaGereja bersifat universal dan umum. la bersifat terbuka. Oleh sebab itu perlu diusahakan antara lain:

• Sikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat-istiadat, bahkan agama bangsa mana pun.• Bekerj a sama dengan pihak mana pun yang berkehendak baik untuk mewujudkan nilai-nilai

yang luhur di dunia ini.• Selalu berusaha untuk memprakarsai dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk

umat manusia.• Untuk setiap orang kristiani diharapkan memiliki jiwa besar dan keteriibatan penuh dalam

kehidupan bermasyarakat, sehingga kita dapat memberi kesaksian bahwa "katolik" artinya terbuka untuk apa saja yang baik dan siapa yang berhendak baik.

Kekatolikan Gereja tidak berarti bahwa Gereja meleburkan diri ke dalam dunia. Dalam keterbukaan itu, Gereja tetap mempertahankan identitas dirinya. Kekatolikan justm terbukti dengan kenyataan bahwa identitas Gereja tidak tergantung pada bentuk lahiriah tertentu, melainkan merupakan suatu identitas yang dinamis, yang selalu dan dimana-mana dapat mempertahankan diri, bagaimanapunjuga bentuk pelaksanaannya. Kekatolikan Gereja bersumber dari firman Tuhan sendiri (lih. Mrk 16: 16; Luk 10: 16).

Mewujudkan Keapostolikan GerejaKeapostolikan Gereja tidak berarti Gereja sekarang hanya mempakan copy dari Gereja para

rasul. Gereja sekarang hanya terarah kepada Ge-reja para rasul sebagai dasar dan permulaan imannya. Karena pewartaan para rasul dan pemyataan iman mereka terungkap dalam Kitab Suci, maka sifat keapostolikan Gereja akan tampak terutama dalam kesetiaan kepada Injil. Kesatuan dengan Gereja purba adalah kesatuan yang hidup, yang pusatnya adalah Kitab Suci dan tradisi. Secara konkret, tradisi selalu merupakan konfrontasi tems-menems antara situasi konkret Ge-reja sepanjang masa dan pewartaan Kitab Suci. Gereja hams senantiasa menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret berpangkal pada sikap iman Gereja para rasul. Jadi, usaha kita untuk keapostolikan Gereja antara lain:

• Setia dan mempelajari Injil, sebab Injil merupakan iman Gereja para rasul.• Menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret kita dengan iman Gereja para rasul.• Setia dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul.

Secara tradisional kita meyakini sifat Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik. 1. Apakah ada sifat-sifat dan ciri-ciri lain yang sungguh dituntut pada zaman ini? 2. Sebutkan dan jelaskan!

SIFAT-SIFAT ATAU CIRI-CIRI GEREJA YANG DITUNTUT PADA ZAMAN INI

Selain memiliki sifat Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, pada zaman ini Gereja juga dituntut memiliki sifat-sifat yang lain, misalnya:

1. Gereja yang lebih merakyat dan mengutamakan yang miskinGereja dituntut untuk lebih merakyat dan mengutamakan orang-orang sederhana dan miskin.

Gerejajangan dikuasi oleh mereka yang punya uang dan berpengaruh saja. Yesus sendiri adalah orang sederhana dan miskin. la memilih rasul-rasul dari kalangan orang sederhana dan miskin. Oleh karena itu, Gereja hams mengutamakan orang-orang sederhana dan miskin, misalnya kaum tani, nelayan, bumh, penganggur, gelandangan, dan sebagainya.

Dalam masyarakat, biasanya orang-orang sederhana dan miskin menjadi abdi bagi orang-orang kaya dan berkuasa. Sebaliknya, Gereja harus menjadi abdi bagi kaum sederhana dan miskin. Bukan berarti bahwa Gereja hanya terdiri dari orang-orang sederhana dan miskin,

Page 19: Modul Agama Katholik Kelas XI

tetapi Gereja harus memiliki semangat kesederhanaan dan kemiskinnan. Misalnya, bangunan-bangunan mmah ibadat (gereja/kapel) tidak perlu harus megah dan mewah dengan hiasan-hiasan mahal, mengadakan acara-acara protokoler yang mewah dan megah dengan biaya yang mahal. Jika Gereja ingin bergerak maju dengan cepat, maka Gereja jangan terbebani dengan bermacam-macam kekayaan dan kemegahan yang memberatkan langkahnya.

Gereja yang bersifat kenabianNabi bukanlah dukun peramal atau ahli nujum, tetapi nabi adalah seorang yang berani

menyampaikan kehendak Allah kepada umat manusia dalam situasi konkret yang dihadapi pada zamannya. Gereja juga memiliki panggilan yang sama seperti nabi, yaitu menyampaikan kehendak Allah dalam situasi konkret yang dihadapinya. Misalnya, Gereja hams berani mengatakan apa yang benar dan apa yang salah. Gereja harus berani mengecam dan menolak segala kebijakan dan tindakan yang melanggar keadilan dan hak asasi manusia, sekalipun hal itu berasal dari orang yang berkuasa dan berpengamh, terlebihjika kebijakan dan tindakan orang tersebut menekan dan menyengsarakan orang-orang kecil. Jika Gereja berani berbicara terus terang, maka suara dan kehendak Tuhan akan terdengarkan, sebab Tuhan berbicara dan menyampaikan kehendak-Nya melalui manusia.

Gereja yang membebaskanGereja hams menjadi tanda keselamatan bagi umat manusia. Penye-lamatan berarti juga

pembebasan manusia dari segala penderitaan baik penderitaan rohani maupunjasmani. Dalam hal ini, Gereja diutus untuk menyuarakan dan menjadi pelopor terciptanya dunia yang lebih adil, lebih bersaudara, lebih damai, dan bebas dari ketidakadilan serta per-musuhan.

Gereja yang merupakan ragiGereja masa kini hendaknya laksana ragi yang mengembangkan dunia baru. Gereja yang

berada di luar dunia, sama seperti ragi yang ditaruh di luar adonan roti. Setiap kelompok orang Kristen sebagai satu Gereja lokal harus menjadi ragi di tempatnya masing-masing. Ragi yang membangun dunia baru, merombak tembok-tembok yang memisahkan bangsa/manusia yang satu dan yang lainnya.

Gereja yang dinamisDunia akan selalu berkembang. Oleh karena itu, Gereja harus dapat terus ber-agnonamento.

Artinya, Gereja haams selalu memperbahami diri sesuai dengan tuntutan zaman. Air y^rtg tergenang biasanya menjadi sarang nyamuk, tempat dan sumber penyakit. Gereja tidak boleh tergenang di tempat, tetapi tetap maju dan aktual melibatkan dirinya dalam masalah-masalah yang selalu baru.

Gereja yang bersifat kharismatisGereja yang dijiwai oleh Roh Kudus hams dapat memberi hidup secara bebas dan leluasa

kepada semua lapisan umat. Gereja yang penuh sesak dengan bermacam-macam peraturan, struktur organisasi, dan tata upacara liturgi akan menjadi Gereja yang kaku dan beku.Roh Allah telah memberikan karunia-karunia kepada setiap orang demi kebaikan bersama. RohAilah pulalah yang memberikan kebijaksanaan, bakat-bakat dan kemampuan kepada siapa saja untuk kemajuan Gereja.

EVALUASI

1. Gereja Katolik artinya Gereja yang terbuka. Apakah Gereja dan lembaga-lembaga Gereja seperti sekolah, rumah sakit, dsb. bersifat terbuka? Jelaskan!

2. Manakah sifat-sifat Gereja yang sungguh dituntut pada zaman ini menurut pendapatmu? Jelaskan!

Bagian Keempat TUGAS-TUGAS GEREJA

Page 20: Modul Agama Katholik Kelas XI

PENGANTARPada bagian pertama tentang Gereja, para siswa telah diajak untuk mempelajari arti dan makna

Gereja. Pada bagian kedua, para siswa telah bergumul mengenai persoalan hierarki dan awam dalam Gereja. Pada bagian ketiga, para siswa telah mendalami tentang sifat-sifat Gereja. Pada bagian keempat ini, para siswa diajak untuk mempelajari tentang tugas-tugas Gereja. Gereja memiliki lima tugas pokok, yakni Gereja yang menguduskan (litur-gia), Gereja yang mewartakan (kerygma), Gereja yang membina persekutuan (koinonia), Gereja yang memberi kesaksian (martyria), dan Gereja yang melayani (diakonia). Dari kelima tugas tersebut, tugas pembinaan persekutuan tidak dibahas pada bagian keempat ini, sebab hal tersebut sudah disatukan dengan pelajaran tentang Gereja sebagai persekutuan yang terbuka. Maka pada bagian ini, para siswa diajak untuk mempelajari topik-topik berikut:

1. Gereja yang menguduskan (Liturgia)2. Gereja yang mewartakan (Kerygma) kabar gembira3. Gereja yang memberi kesaksian (Martyria)4. Gereja yang melayani (Diakoma)

KOMPETENSI DASARSiswa mengenal dan memahami tugas Gereja yang menguduskan, mewartakan,

memberi kesaksian dan melayani, sehingga merasa terpanggil untuk terlibat dalam tugas tersebut sesuai dengan kedudukan dan peranannya.

Pelajaran 7 : Gereja yang Menguduskan (Liturgia)Pelajarari 8 : Gereja Mewartakan Kabar Gembira (Kerygma).Pelajaran 9 : Gereja yang Menjadi Saksi Kristus (Martyria)Pelajaran 10 : Gereja yang Melayani (Diakonia)...

Pelajaran 11 : Gereja dan Dunia

PEMIKIRAN DASARAllah adalah kudus, bahkan disebut "mahakudus". Allah yang kudus memanggil manusia

supaya menjadi kudus. "Kuduslah kamu, sebab Aku Tuhan, Allahmu, kudus" (Im 19: 2b). Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia menjadikan umat baru,"... kerajaan imam-imam bagiAllah dan Bapa-Nya" (Why 1: 6; bdk. 5: 9-10). Merekayang dibaptis dan diurapi oleh Roh K-udus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci untuk (sebagai orang kristiani dengan segala perbuatan mereka) mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya kekuatan-Nya. Oleh sebab itu, Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan memper-sembahkan diri sebagai korban yang hidup, suci, dan berkenan kepadaAllah.

Gereja memiliki imamat umum dan imamatjabatan dengan cara khasnya .masing-qiasing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus.

• Imamat umum melaksanakan tugas pengudusan antara lain dengan berdoa, menyambut sakramen-sakramen, memberi kesaksian hidup, pengingkaran diri, melaksanakan cinta kasih secara aktif dan kreatif.

• Imamat jabatan membentuk, memimpin umat, memberikan pelayanan sakramen-sakramen.Jadi, seluruh Gereja diben bagian dalam imamat Kristus untuk melaku-kan suatu ibadat rohani

demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia. Yang dimaksudkan dengan ibadat rohani adalah setiap ibadat yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Kristen. Dalam urapan Roh seluruh hidup dapat dijadikan satu ibadat rohani. "Persembahkan tubuhmu sebagai kurban hidup, suci, dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadat rohani yang sejati" (Rm 12: 1). Konstitusi Lumen Gentium menandaskan: "Semua kegiatan mereka,. doa dan usaha kerasulan hidup suami-istri dan keluarga, kegiatan sehari-hari, dan rekreasi jiwa raga, jika dilakukan dalam Roh, bahkan kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar, menjadi kurban rohani, yang dapat diterima Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (bdk. IPtr 2: 5). Dalam perayaan Ekaristi, kurban ini dipersembahkan dengan sangat hikmat kepada Bapa, bersama dengan persembahan Tubuh Tuhan" (Lumen Gen-tium, Art. 34).

Pandangan tersebut di atas dapat mengatasi keterpisahan antara hidup dan ibadat di dalam

Page 21: Modul Agama Katholik Kelas XI

umat. Pengertian mengenai hidup sebagai persembahan dalam Roh dapat memperkaya perayaan Ekaristi yang mengajak seluruh umat, membiarkan diri diikutsertakan dalam penyerahan Kristus kepada Bapa. Dalam pengertian ini, perayaan Ekaristi sungguh-sungguh merupakan sumber dan puncak selumh hidup Kristiani.

Dalam pelajaran ini,, kita akaii membatasi diri pada bentuk-bentuk dan kegiatan pengudusan yang sering dilakukan di dalam Gereja, yakni:

1. Doa dan doa resmi Gereja (liturgi)2. Perayaan sakramen-sakramen3. Perayaan sakramentali, devosi, dsb.

KURANGBERDOA

Seorang mahasiswa Hindu dari India menghadiri kebaktian Minggu di salah satu Gereja terkenal di Califomia. Mahasiswa itu sangat terkesan dengan keindahan bangunan itu, lalu berkata; "Ini sungguh-sungguh suatu bangunan yang megah, jauh lebih indah daripada banyak kuil yang kami miliki di India".

la jauh lebih tercengang lagi ketika mengetahui bahwa bangunan itu praktis digunakan hanya untuk kebaktian hari Minggu. Sedangkan pada hari-hari lainnya hanya segelintir orang datang menghadiri kebaktian di tempat itu.

la berkomentar: "Apakah Anda bermaksud mengatakan kepadaku bahwa Anda memiliki bangunan yang luas dan mahal ini, dan Anda meng-gunakannya hanya sekali seminggu?".

"Di India, kami pergi berdoa di kuil-kuil Hindu setiap pagi ketika matahari terbit, dan setiap sore ketika matahari terbenam. Kaum muslim pergi berdoa lima kali sehari di masjid. Bagaimana Anda dapat mengharapkan kami untuk menerima Kekristenan ketika kami berdoa lebih banyak kepada dewa kami daripada yang Anda lakukan kepada Tuhanmu?".

(Suitiber: Selebaran Misioner)Pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana pikiran dan perasaanmu mendengar atau membaca cerita di atas?2. Apakah kritik mahasiswa Hindu yang mengatakan bahwa umat Kristiani kurang berdoa

dibandingkan dengan umat yang beragama lain itu benar? Jelaskanlah jawabanmu!3. Apakah ibadat dan doa itu penting dalam Agama Katolik? Mengapa?4. Apa artinya doa dan ibadat atau liturgi itu?5. Apa artinya doa dan liturgi merupakan tugas imamiah Gereja?

DOA DAN IBADAT

Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas imamiah Gereja. Apa artinya?

Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia men-jadikan umat baru, "kerajaan imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya" (Why 1:6: bdk. 5:9-10). Mereka yang dibaptis dan diurapi Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci untuk (sebagai orang kristiani dengan segala perbuatan mereka) mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya kekuatan-Nya!

Oleh sebab itu, Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan memper-sembahkan diri sebagai korban yang hidup, suci, berkenan kepada Allah. Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus.

• Imamat umum melaksanakan tugas pengudusan antara lain dengan berdoa, menyambut sakramen-sakramen, memberi kesaksian hidup, pengingkaran diri, melaksanakan cinta kasih secara aktif dan kreatif.

• Imamat jabatan membentuk dan memimpin umat serta memberikan pelayanan sakramen-sakramen. ,

Jadi, selumh Gereja diberi bagian dalam imamat Kristus untuk melaku-kan suatu ibadat rohani demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia. Yang dimaksudkan dengan ibadat rohani adalah setiap ibadat yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Kristiani. Dalam urapan Roh, selumh hidup orang Kristiani dapat dijadikan satu ibadat rohani. "Persembahkan tubuhmu sebagai kurban hidup, suci, dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadat rohani yang

Page 22: Modul Agama Katholik Kelas XI

sejati" (Rm 12: 1). Dalam arti ini, konstitusi Lumen Gentium me-nandaskan: "Semua kegiatan mereka, doa dan usaha kerasulan hidup suami-istri dan keluarga, kegiatan sehari-hari, rekreasi jiwa raga, jika dilakukan dalam Roh, bahkan kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar, menjadi kurban rohani, yang dapat diterima Allah dengan perantaraan Yesus Kristus (bdk. 1 Ptr 2: 5). Dalam perayaan Ekaristi, kurban ini dipersembahkan dengan sangat hikmat kepada Bapa, bersama dengan persembahan Tubuh Tuhan" (Lumen Gentium, Art. 34).

Pandangan ini dapat mengatasi keterpisahan antara hidup dan ibadat di dalam umat. Pengertian mengenai hidup sebagai persembahan dalam Roh dapat memperkaya perayaan Ekaristi yang mengajak seluruh umat, mem-biarkan diri diikutsertakan dalam penyerahan Kristus kepada Bapa. Dalam pengertian ini, perayaan Ekaristi simgguh-sungguh merupakan sumber dan puncak selumh hidup Kristiani.

DOA YANG BIASA

1. Arti doa

Doa berarti berbicara dengan Tuhan secara pribadi; doajuga mempakan ungkapan iman secara pribadi dan bersama-sama. Oleh sebab itu, doa-doa Kristiani biasanya berakar dari kehidupan nyata. Doa selalu mempakan dialog yang bersifat pribadi antara manusia dan Tuhan dalam hidup yang nyata ini.Dalam dialog tersebut, kita dituntut untuk lebih mendengar daripada berbicara, sebab firman Tuhan akan selalu menjadi pedoman yang me-nyelamatkan. Bagi umat Kristiani, dialog ini terjadi di dalam Yesus Kristus, sebab Dialah satu-satunya jalan dan perantara kita dalam berkomunikasi denganAllah. Perantara ini tidak mengurangi sifat dialogflntar-nrihfli-fi dsndfln Allah!

Singkatnya:

• Doa selalu mempakan bentuk komunikasi antara manusia dan Tuhan.• Komunikasi ini dapat dalam bentuk batin (meditasi) atau lisan (doa vokal)• Dalam doa-doa itu diungkapkan "kebesaran" (kedaulatan-keabsolut-an) Tuhan dan

ketergantungan manusia pada Tuhan.

Ada macam-macam isi doa, misalnya doa pennohonan, doa syukur,doa pujian, dsb.

Fungsi doa

Peranan dan fungsi doa bagi orang Kristiani, antara lain sebagai berikut:

• mengkomunikasikan diri kita kepada Allah;• mempersatukan diri kita dengan Tuhan;• mengungkapkan cinta, kepercayaan, dan harapan kita kepada Tuhan;• membuat diri kita melihat dimensi baru dari hidup dan karya kita, sehingga menyebabkan kita

melihat hidup, perjuangan dan karya kita dengan mata iman;• mengangkat setiap karya kita menjadi karya yang bersifat apostolis atau merasul.

Syarat dan cara doa yang baik

• Syarat-syarat doa yang baik:- didoakan dengan hati;- berakar dan bertolak dari pengalaman hidup; .- diucapkan dengan rendah hati.

• Cara-cara berdoa yang baik:- Berdoa secara batiniah.

'Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamar ..." (lih. Mat 6: 5-6).• Berdoa dengan cara sederhana dan jujur

"Lagi pula dalam doamu janganlah kamu bertele-tele ..." (lih. Mat 6: 7).DOA RESMI GEREJA

Orang boleh saja berdoa secara pribadi atas nama pribadi dan berdoa bersama dalam suatu kelompok atas nama kelompok. Doa-doa itu tidak mewakili seluruh Gereja. Tetapi ada doa,

Page 23: Modul Agama Katholik Kelas XI

di mana suatu kelompok berdoa atas nama dan mewakili Gereja secara resmi.Doa kelompok yang resmi itu disebut ibadat atau liturgi. Doa itu doa resmi Gereja. Yang

pokok bukan sifat "resmi" atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa. Dengan demikian, liturgi adalah "karya K.ristus, Imam Agung, serta Tubuh-Nya, yaitu Gereja". Oleh karena itu, liturgi tidak hanya merupakan "kegiatan suci yang sangat istimewa", tetapijuga wahana utama untuk mengantar umat Kristiani ke dalam persatuan pribadi dengan Kristus (Sacrosanctum Concilium, Art. 7).

Liturgi mempakan perayaan iman. Perayaan iman tersebut merupakan pengungkapan iman Gereja, di mana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini mempakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi, doa umat menjadi doa seluruh Gereja yang sebagai mempelai Kristus, berdoa bersama Kristus, Sang Penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat. Liturgi sungguh-sungguh menjadi doa dalam arti penuh, bila semua yang hadir secara pribadi dapat bertemu dengan Tuhan dalam doa bersama itu. Kalau demikian terjadi apa yang dikatakan Tuhan: "... di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Mu, di situAku ada di tengah-tengah mereka" (Mat 18: 20). Atau dengan rumusan Konsili Vatikan II, "Di dalam jemaat-jemaat, meskipun sering hanya kecil dan miskin, atau tinggal tersebar, hiduplah Kristus, dan berkat kekuatan-Nya terhimpunlah Gereja yang Satu, Kudus, K-atolik, danApostolik" (Lumen Gentium, Art. 26). Karena kehadiran Kristus, liturgi membuat jemaat setempat menjadi Gereja dalam arti yang penuh, sebab di dalamnya setiap orang di dorong ke arah kesatuan secara pribadi dengan Kristus dan bersama-sama mereka membentuk Gereja Kristus. Dengan demikian, setiap "paroki dalam arti tertentu menghadirkan Gereja semesta" {Sacrosanctum Concilium, Art. 42).

Doa resmi Gerej a tidak sama dengan m6iTdaraskan mmus-mmus hafalan doa-doa resmi, melainkan pertama-tama dan terutama adalah pemyataan

iman di hadapan Allah. Doa berarti mengarahkan hati kepada Tuhan. Yang berdoa adalah hati, bukan badan. Hal itu beriaku untuk doa pada umumnya, danjuga untuk doa pribadi. Tetapi untuk doa bersama membutuhkan sedikit keseragaman demi kesatuan doa dan pengungkapan iman.

Ibadat resmi Gereja tampak dalam ibadat pagi, ibadat siang, ibadat sore, ibadat malam, dan ibadat bacaan.

Yang pokok dalam doa bukan sifat "resmi" atau kebersamaan, melainkan kesatuan Gereja dengan Kristus dalam doa.

Dengan bentuk yang resmi, doa umat menjadi doa selumh Gereja, yang sebagai mempelai Kristus berdoa bersama Sang Penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat. Liturgi sunguh-sungguh menjadi doa dalam arti penuh jika semua yang hadir secara pribadi dapat bertemu dengan Tuhan dalam doa bersama itu.

Langkah Kedua:Mendalami Sakramen sebagai Sarana Pengudusan dalam Gereja

» Guru mengajak para siswa untuk berdialog, misalnya dengan per-tanyaan-pertanyaan berikut:

1. Selain doa dan ibadat, sakramen-sakramen mempakan bentuk dan kegiatan menguduskan umat. Apa artinya sakramen?

2. Mengapa sakramen-sakramen dalam Gereja mempunyai hubungan erat dengan kenyataan hidup umat sehari-hari?

3. Sakramen-sakramen adalah tanda karya keselamatan Allah dalam diri orang-orang yang menerimanya. Karya keselamatan apa yang dikerjakan Tuhan dalam sakramen permandian (Baptis)?

4. Rahmat apa yang diperoleh seseorang yang menerima sakramen penguatan (Krisma)?5. Karunia apa yang diterima seseorang yang mengikuti perayaan Ekaristi6. Apa yang terjadi pada seseorang yang menerima sakramen Tobat7. Apa yang ditandakan dalam sakramen perkawinan? Bagaimana sifat-sifat perkawinan

sakramental?8. Apa gunanya sakramen Tahbisan?

Page 24: Modul Agama Katholik Kelas XI

9. Mengapa seseorang yang sakit sebaiknya menerima sakramen per-minyakan orang sakit?

Pelajaran 12 : Ajaran Sosial Gereja

PEMIKIRAN DASAR

Sejak perkembangan industri modem, massa buruh berjubel di k(| kota besar tanpa jaminan masa depan. Maka, timbullah berbagai masalah sosial baru yang berat, antara lain masalah upah yang adil, kepastian tempat kerja, hak mogok, yang pada dasamya mempertanyakan juga adil-tidaknya stmktur masyarakat itu sendiri.

Dalam abad pertengahan, Gereja menekankan cinta kasih akan sesama manusia dan kewajiban terhadap masyarakat, antara lain dengan memper-masalahkan upah adil, larangan mengambil bunga, dan kutukan atas peng-hisapan orang pribumi. Namun, semuanya berubah dengan munculnya revolusi industri, yang menyebabkan susunan masyarakat goyah dan meng-hasilkan masalah-masalah sosial baru. Maka sejak abad XIX, teologi moral mencarijawaban atas pembahan struktur sosial itu, yaitu suatu ajaran tentang hidup kemasyarakatan modem.

Didukung oleh data-data sosiologi dan berdasarkan ajaran etika tentang hukum kodrat, dicari norma-norma untuk mengatur hidup kemasyarakatan abad XIX dan XX menurut nilai-nilai kemanusiaan yang sejati. Situasi sosial menantang beberapa tokoh Katolik untuk memikirkan, merealisasikan, dan memperjuangkan suatu pembaharuan sikap dan keadaan.

Kehadiran ajaran sosial Gereja dapat di^ambarkan dalam tiga tahap, yaitu:1. Ajaran sosial Gereja yang dikembangkan sejak abad XIX meropakan bagian integral dari

seluruh pandangan hidup Kristiani. Antara terbitnya Ensiklik Rerum Novarum (1891) dan Ensiklik Mater et Magistra (1961) dikembangkan ajaran sosial klasik yang berkisar pada masalah-masalah keadilan untuk kaum buruh upahan.

Keadilan sosial mempakan tuntutan kemanusiaan yang pada intinya bersifat sosial. Maka, kodrat manusia yang sama ini mendasari kewajib-an antar-manusia dan antar-golongan. Ajaran sosial Gereja menolak pandangan yang salah tentang masyarakat, yaitu ajaran kapitalisme lib-eral dan komunisme total.

Ajaran sosial Gereja memusatkan perhatian pada penekanan nilai-nilai dasar kehidupan bersama. Titik tolaknya adalah pengertian manusia sebagai makhluk berpribadi dan sekaligus makhluk sosial. Di satu pihak, manusia membutuhkan masyarakat dan hanya dapat berkembang di dalamnya. Di lain pihak, masyarakat yang sungguh manusiawi mustahil terwujud tanpa individu-individu yang berkepribadian kuat, i baik, dan penuh tanggung jawab.

Masyarakat sehat dicirikan oleh adanya pengakuan terhadap martabat pribadi manusia, kesejahteraan bersama, solidaritas dan subsidiaritas.

2. Mulai dalam Ensiklik Mater et Magistra (1961), Gaudium et Spes (1965), dan Populorum Progressio (1971) dimunculkan tekanan baru pada segi pastoral dan praksis, dimensi intemasional dan masalah hak-hak asasi manusia.

Masalah konkret yang sangat mendesak adalah negara yang sedang berkembang, ledakan penduduk, nilai kerja manusia, diskriminasi rasial, otonomi bidang duniawi dari agama, keahlian profesional. Pada tahap kedua ini, Gereja berjuang untuk membela martabat setiap pribadi manusia dan membangun masyarakat yang manusiawi.

3. Ajaran sosial Gereja sering terkesan sebagai pedoman yang kaku. Terdorong dan diterangi iman dicari jawaban atas masalah-masalah baru. Ajaran sosial Gereja berkembang, walaupun prinsip-prinsip dasar-nya sama. Bila keputusan dan tindakan politik tidak adil, Gereja harus bicara.

Melalui pelajaran ini, para siswa dibimbing untuk memahami arti dan sejarah munculnya ajaran sosial Gereja..K.emudian, secara bersama-sama para siswa diajak mencari mengapa ajaran sosial Gereja di Indonesia kurang mendapat sambutan, terutama dari orang-orang Katolik sendiri. Dari sini siswa diajak untuk bersama-sama mencari manfaat yang dapat dipetik dari ajaran sosial Gereja. Pada akhir pelajaran ada baiknyajika siswa diberi tugas untuk mengkaji salah satu contoh ajaran sosial Gereja dan relevansinya untuk Gereja di Indonesia.

Page 25: Modul Agama Katholik Kelas XI

BURUH MUDA

Sering kita menghina dan menjauhkan diri dari orang yang kita anggap berdosa. Misalnya, siapa yang mau bergaul dengan seorang WTS. Atau siapa yang mau berkumpul dengan bumh kasar yang sering mengeluarkao kata makian?

Ada satu kota pelabuhan di Prancis Selatan yang para bumh pelabuhan-nya terkenal kasar dan jorok pada masa itu. Pada suatu hari, datanglah seorang bumh muda yang simpatik bekerja di situ. Walaupun pada permulaan dia ditertawakan oleh para buruh lain sebagai seorang yang sok suci, tetapi akhimya semua buruh sangat segan dan menghormatinya, karena ia selalu baik dan memperj uangkan nasib para bumh dan tidak terialu memperhatikan kepentingannya sendiri. Oleh kehadirannya, suasana mesum danjorok mulailenyap dari pelabuhan itu.

Pada suatu hari terjadi bencana. Bumh muda yang simpatik itu mati tertindih balok kayu ketika ia sedang membantu sesama bumh membongkar kayu-kayu dari kapal. Semua buruh mengerumuni dan menangisijenasahnya. Ketika mereka memandikan jenasahnya, mereka melihat ia mengalungi sebuah medali. Di balik medali itu tertulis nama aslinya. la seorang Imam! Pada saat itu semua bumh sadar; seorang yang suci dan penyayang telah bergaul dengan mereka yang kasar danjorok. Tetapi ia telah memenangkan cinta mereka.

(Penulis tak dikenal)

Mendalami isi/pesan cerita tersebut di atas, misalnya:

1. Bagaimana kesanmu membaca atau mendengarkan cerita di atas?2. Imam kaum buruh seperti yang diceritakan di atas mulai muncul di Eropa, antara lain di

Prancis, ketika mulai pecah revolusi industri, di mana timbul persoalan kaum buruh. Pada saat itu para Paus mulai mengeluarkan ensiklik-ensiklik yang memuat ajaran sosial Gereja! Apa itu ajaran sosial Gereja?

3. Sebutlah ensiklik-ensiklik yang memuat ajaran sosial Gereja itu secara urut?4. Apa kiranya isi ajaran sosial Gereja dalam ensiklik-ensiklik itu?

AJARAN SOSIAL GEREJA

Sejak perkembangan industri modern, massa buruh berjubel di kota-kota besar tanpa jaminan masa depan. Maka timbullah berbagai masalah sosial baru yang berat, antara lain upah yang adil, kepastian tempat kerja, hak mogok, yang pada dasamya mempertanyakanjuga adil-tidaknya struktur masyarakat itu sendiri.

Supaya tidak tertinggal dari gerakan komunisme yang memperjuangkan nasib kaum buruh, ada imam-imam yang mulai melibatkan diri dalam pas-toral kaum buruh seperti imam muda dalam kisah di atas. Kemudian, para Paus pun mulai mengeluarkan ensiklik-ensiklik yang memuat ajaran sosial Gereja.

1. Arti dan Makna Ajaran Sosial GerejaAjaran sosial Gereja adalah ajaran Gereja mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota

masyarakat dalam hubungannya dengan kebaikan bersama, baik dalam lingkup nasional maupun intemasional.

Ajaran sosial Gereja mempakan tanggapan Gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik atau dukungan. Ajaran sosial Gereja bersifat lunak, bila dibandingkan dengan ajaran Gereja dalam arti ketat, yaitu dogma. Dengan kata lain, ajaran sosial Gereja mempakan bentuk keprihatinan Gereja terha-dap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu disosiali-sasikan.

Karena masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragama ber-variasi, dan ini dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan Gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang muncul.

2. Ensiklik-Ensiklik dan Dokumen Konsili Vatikan II yang Memuat Ajaran Sosial Gereja Sepanjang Masa

o. Ajaran sosial Gereja dari Rerun Novarum sampai dengan Konsili Vatikan II

Page 26: Modul Agama Katholik Kelas XI

• Ajaran sosial Gereja dalam dunia modem berawal dari tahun 1981, ketika Paus Leo XIII mengeluarkan ensiklik Rerum Novarum. Dalam ensiklik itu Paus dengan tegas menentang kondisi-kondisi yang tidak manusiawi yang menjadi situasi buruk bagi kaum bumh dalam masyarakat industri. Paus menyatakan 3 faktor kunci yang mendasari kehidupan ekonomi, yaitu para buruh, modal, dan negara. Pausjuga menunjukkan bahwa saling hubungan yang wajar dan adil antara tiga hal itu menjadi masalah pokok ajaran sosial Gereja.

• Pada tahun 1931, pada peringatan ke-40 tahun Rerum Novarum, Paus Pius XI menulis ensiklik Quadragessimo Anno. Dalam ensiklik itu, Paus Pius XI menanggapi masalah-masalah ketidak-adilan sosial dan mengajak semua pihak untuk mengatur kembali tatanan sosial berdasarkan apa yang telah ditunjukkan oleh Paus Leo XIII dalam Rerum Novarum.

Paus Pius XI menegaskan kembali hak dan kewajiban Gereja dalam menanggapi masalah-masalah sosial, mengecam kapitalisme dan persaingan bebas serta komunisme yang menganjurkan pertentangan kelas dan pendewaan kepemimpinan kediktatoran kelas buruh. Paus menegaskan perlunya tanggungjawab sosial dari milik pribadi dan hak-hak kaum buruh atas kerja, upah yang adil, serta berserikat guna melindungi hak-hak mereka.

• Tiga puluh tahun kemudian, Paus Yohanes XXIII menulis dua ensiklik untuk menanggapi masalah-masalah pokok zamannya, yaitu Mater et Magistra (1961) dan Pacem in Terris (1963). Dalam dua ensiklik ini, Paus Yohanes XXIII menyampaikan sejumlah pe-tunjuk bagi umat Kristiani dan para pengambil kebijakan dalam menghadapi kesenjangan di antara bangsa-bangsa yang kaya dan miskin, dan ?r\c.n--w. tt-rhadap perdamaian dunia. Paus mengajak orang-orang Kristiani dan "semua orang yang berkehendak baik" bekerja sama menciptakan lembaga-lembaga sosial (lokal, nasional, ataupun intemasional), sekaligus menghargai martabat manusia dan menegakkan keadilan serta perdamaian.

Ajaran sosial Gereja sesudah Konsili Vatikan II• Ketika Paus Yohanes XXIII mengadakan Konsili Vatikan II dalam bulan Oktober 1962, dia

membukajendela Gereja agar masuk udara segar dunia modem. Konsili ekumenis yang ke-21 inilah yang pertama kali merefleksikan Gereja yang sungguh-sungguh mendunia. Selama tiga tahun, para kardinal dan para uskup dari berbagai pen-juru dunia dan hampir semua bangsa berkumpul untuk mendiskusi-kan hakikat Gereja dan perutusannya ke dunia serta di dalam dunia. Tugas perutusan Gereja dalam durirarmodem ini termuat dalam Konstitusi Pastoral Gaudium etSpes (Kegembiraan dan Harapan).

Dalam Gaudium et Spes ini, para bapa konsili meneguhkan bahwa perutusan khas religius Gereja memberinya tugas, terang, dan kekuatan yang dapat membantu pembentukan dan pemantapan masyarakat manusia menurut hukum Ilahi. Keadaan, waktu, dan

-, tempat menuntut agar Gereja dapat dan bahkan harus memulai kegiatan sosial demi semua orang.

Sejak K-onsili Vatikan II, pemyataan-pemyataan Paus Paulus VI dan Yohanes Paulus II, sinode para uskup dan konperensi-konperensi para uskup regional maupun nasi onal semakin mempertaj am peranan Gereja dalam tanggungjawab terhadap dunia yang sedang berubah dengan pesat ini. Kedua paus dan para uskup itu sepenuhnya sadar

^ bawah mencari kehendak Allah dalam arus sejarah dunia bukanlah tugas yang sederhana. Mereka juga menyadari bahwa Gereja tidak mempunyai pemecahan yang langsung dan secara universal dapat memecahkan masalah-masalah masyarakat yang kompleks dan semakin mendesak.

Ada tiga dokumen yang secara khusus memberi sumbangan Gereja mengenai tanggung jawab itu:

- Dalam dokumen Populorum Progressio (1967), Paus Paulus VI menanggapi jeritan kemiskinan dan kelaparan dunia, menunjuk-kan adanya ketidakadilan struktural. la menghimbau negara-negara kaya maupun miskin agar bekerja sama dalam semangat solidaritas untuk membangun "tata keadilan dan membaharui tata dunia".

- Dokumen kedua bempa surat apostolik Octogessimo Adveniens \. yang ditulis oleh Paus Paulus VI tahun 1971 untuk merayakan 80 tahun dokumen Rerum Novarum. Dalam surat ini dike-tengahkan bahwa kesulitan menciptakan tatanan baru melekat dalam proses pembangunan tatanan itu sendiri. Paus Paulus VI sekaligus menegaskan peranan

Page 27: Modul Agama Katholik Kelas XI

jemaat-jemaat Knstiani dalam mengemban tanggung jawab baru ini.- Pada tahun itu juga, para uskup dari seluruh dunia berkumpul

dalam sinode dan menyiapkan pemyataan keadilan di dalam du-^ nia. Dalam dokumen ketiga yang membeberkan pengaruh Gereja • " ' ' yang mendunia, para uskup men'gRientifikasikan dinamika Injil dengan harapan-harapan manusia akan dunia yang lebih baik.

Para uskup mendesak agar keadilan diusahakan di berbagai lapisan masyarakat, terutama di antara bangsa-bangsa kaya dan kuat, serta bangsa-bangsa yang miskin dan lemah.

• Dalam tahun 1981, Paus Yohanes Paulus II, mengeluarkan ensiklik yang berjudul Laborem Exercens. Ensiklik ini membahas makna kerja manusia. Manusia dengan bekerja mengembangkan karya Allah dan memberi sumbangan bagi terwujudnya rencana penye-lamatan Allah dalam sejarah. Tenaga kerja hams lebih diutamakan daripada modal dan teknologi.

• Dalam ensiklik Sallicitudo Rei Socialis (1987), Paus Yohanes Paulus II mengangkat kembali tentang pembangunan yang mengeksploitasi orang-orang kecil. Beliau berbicara tentang struktur-struktur dosa yang membelenggu masyarakat

• Dalam ensiklik Contessimus Annus (1991), Paus Yohanes Paulus II mengungkapkan bahwa Gereja hendaknya terus belajar untuk bergumul dengan soal-soal sosial.

APAKAH HATI TERCAMPAK

Nama-Mu kami tulis di langit malam Semarak kembang api seharga 5 juta Ratusan ribu tangan terlipat Dan bibir mengucapkan pinta:

"Datanglah Kerajaan-Mu"

Wama-wami bersinar gemilang Ribuan remaja memajarig lukisan

Tentang Kerajaan-Mu, Bapa Tentang cinta-Mu, Yesus Aneh,Salib-Mu bukan lagi kayu berdarah Tapi baja putih bertatah lampu

Menyala mewah berkilau megah Seharga 17juta, cuma

Nyeri menusuk sebuah tanya:Adakah hati tercampak Pada jelata melata di lumpur kemiskinan Pada Nis, Nur, Jum dan Sri Gadis-gadis bumh penjual tenaga Hanya untuk tiga ratus perak sehari Betapa hatiku tidak menangis Di malam dingin Tomohon gerimis Melihat kekayaan terbuang begitu gampang

Hanya untuk sedetik Selera kepuasan diri Pada bangsa fana yang sia-sia

Apakah ini pralambang Kerajaan-Mu datang?

(Oleh: Pdt. Fridalin Ukur)

Mendalami isi/pesan dari sanjak di atas, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut:

1. Bagaimana perasaan dan pikiranmu membaca sanjak di atas?2. Apa yang ingin dikritik oleh Pdt. Fridalin Ukur terhadap Sidang Raya yang bermegah-

megah itu!3. Apakah kritik seperti itu dapat ditujukan pula kepada Gereja Katolik?4. Menurut banyak pengamat, ajaran sosial Gereja kurang bergema da-l!am Gereja

Indonesia. Jika pendapaf ini benar, coba jelaskan alasannya?

AJARAN SOSIAL GEREJA DI INDONESIA

Kritik Pdt. Fridalin Ukur kiranya ada benamya. Keprihatinan Gereja-Gereja terhadap orang-orang miskin di Indonesia, rasanya belum terlalu kuat. Khusus untuk umat Katolik,

Page 28: Modul Agama Katholik Kelas XI

mungkin saja ajaran-ajaran sosial Gereja belum terlalu dipahami dan diamalkan. Mengapa?1. Penampilan Gereja di Indonesia lebih merupakan penampilan ibadat daripada penampilan

gerakan sosial. Seandainya ada penampilan sosial, hal itu tidak mempakan penampilan utama. Penampilan sosial yang ada sampai sekarang merupakan penampilan sosial karitatif, seperti membantu yang miskin, mencarikan pekerjaan bagi pengangguran, dan sebagainya. Demikianjuga, mereka yang datang ke gereja adalahorang-orang yang telah menjadi puas bila dipenuhi kebutuhan pribadinya dengan kegiatan ibadat atau sudah cukup senang dengan memberi dana sejumlah uang bagi mereka yang sengsara. Namun, mencari sebab-sebab mengapa ada pengemis, mengapa ada pengangguran belum di-anggap sebagai hal yang berhubungan dengan iman.Padahal, kita tahu ajaran sosial Gereja lebih mengundang kita untuk tidak merasa kasihan kepada para korban, tetapi mencari sebab-sebab mengapa terjadi korban dan mencari siapa penyebabnya. Mungkin saja bahwa penyebabnya adalah orang-orang yang mengaku beriman Katolik itu sendiri.

2. Warga Gereja Katolik yang hidup kecukupan tidak termasuk di dalam kelompok orang-orang yang benar-benar menderita. Kalaupun ada orang Katolik yang begitu prihatin pada korban, mereka tetap berada sebagai orang lain daripada yang menjadi korban itu sendiri. Mereka merasa tidak terlibat.

3. Ada orang-orang Katolik yang begitu sadar akan "kekecilannya", me-reka sering berucap: "Kami hanya minoritas...." Kesadaran minoritas itu lebih banyak digunakan untuk tidak berbuat. Itu berarti bahwa kesadaran tersebut digunakan untuk mencari alasan untuk tidak mengadakan perubahan, memaksa diri puas dengan apa yang telah dicapai.Karena merasa kecil, maka kita tergoda untuk mencari aman pada yang kuat. Dengan demikian jelas betapa sulitnya untuk melaksanakan ajaran sosial Gereja bila yang dianggap kuat itu justru menjadi penyebab munculnya korban-korban tata sosial yang ada.

4. Karena perkara sosial dijadikan ajaran, maka perkara-perkara sosial tersebut baru menjadi bahan tertulis yang dapat dipelajari, diketahui, dipahami, dipuji, dijadikan bahan seminar, atau dicita-citakan. Padahal, perkara-perkara sosial itu baru memiliki arti jika sudah sampai pada tahap pelaksanaan.

EVALUASI

1. Apa bedanya perjuangan Gereja dan perjuangan kaum komunis dalam membantu para buruh?

2. Mana yang lebih penting: modal, teknologi, atau buruh!? Mengapa?

Pelajaran 13 : Keterlibatan Gereja dalam Membangun Dunia yang Damai dan Sejahtera

PEMIKIRAN DASAR .Semua orang, termasuk kaum remaja, menginginkan kehidupan yang damai dan sejahtera.

Damai merupakan kesejahteraan tertinggi yang sangat diperlukan untuk perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kema-nusiaan. Untuk mencapai kedamaian dan kesejahteraan memerlukan adanya tatanan sosial yang adil, aman, dan serasi yang menjamin ketenangan hidup setiap orang.

Sejahtera berarti kondisi hidup kemasyarakatan yang memungkinkan setiap orang lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempumaan. Setiap orang dan kelompok harus memperhitungkan kebutuhan dan aspirasi orang dan kelompok lain, bahkan kebutuhan dan k,eaejahteraan segenap keluarga manusia, Jadi, kesejahteraanjuga membutuhkan adanya keadilan. Namun,kita menyadari bahwa sebagian besar penduduk dunia, termasuk mayoritas bangsa Indonesia, belum menikmati kedamaian dan kesejahteraan, karena belum ada keadilan di bumi ini.

Pengaruh globalisasi sangat terasa dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, dan sosial bangsa kita dewasa ini. Yang paling berpengaruh dan berkuasa di dunia pada saat ini rupanya bukan politik, tetapi ekonomi. Bukan pemerintahan-pemerintahan dari negara adikuasa yang dapat mendikte negara-negara lain, tetapi perusahaan-perusahaan multi-nasional yang me-miliki kapital yang besar dan teknologi yang canggih. Kapital dan uanglah yang sangat menguasai dunia pada saat ini.

Page 29: Modul Agama Katholik Kelas XI

Secara ekonomis, negeri kita praktis dikuasai oleh segelintir orang yang kaya raya, yang memiliki pemsahaan-pemsahaan multi-nasional dengan modal dan kekayaan yang sangat besar. Celakanya lagi, para konglomerat kaya raya ini merupakan kroni dan sahabat akrab dari banyak penguasa. K-olusi, korupsi, dan monopoli tumbuh sanga subur. Maka terjadilah pe-nguasa di bidang ekonomi dan politik semakin kaya dan serakah, sementara itu mayoritas rakyat semakin miskin.

Oleh Penguasa dan kaum kaya selalu dikatakan bahwa kemiskinan rakyat kecil itu disebabkan oleh faktor kebudayaan atau mentalitas, yaitu karena kemalasan, kebodohan, dan pemborosan yang dilakukan oleh rakyat. Pengamat dan pakar sosiologi, misalnya, mengatakan bahwa sebab utama kemiskinan adalah struktur dan sistem masyarakat yang tidak adil.

Dikatakan sekitar 80% masyarakat manusia saat ini berada dalam ke-adaan terjepit, sedangkan 20% kelompok penguasa dan pengusaha hidup leluasa dan kaya raya. Sistem sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang disusun penguasa dan pengusaha menciptakan ketergantungan rakyatjelata kepadanya.

Di samping itu, pembangunan ekonomi, sosial, dan politik dunia dewasa ini belum menciptakan kesempatan yang luas bagi "orang-orang kecil", me-lainkanjustru mempersempit mang gerak "orang-orang kecil" untuk meng-ungkapkan jati dirinya secara penuh. Mereka akan senantiasa tak berdaya dan iniskin.

Bagaimana sikap kita (Gereja) dalam situasi yang sulit seperti itu? Sebagai orang beriman kita selalu dapat menimba inspirasi dari ajaran iman pkita. Waktu Yesus, Sang Jumselamat, dilahirkan, para malaikat nienyanyi di padang Efrata: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tmggi dandamai sejahtera di bumi bagi orang-orang yang berkenan kepadanya" (Luk 2: 14).

Yesus telah datang-ke dunia untuk mewartakan dan mulai membangun KerajaanAllah di bumi, di mana orang dapat mengalami kesejahteraan lahir batin. Untuk membangun Kerajaan Allah itu, Yesus telah memanggil dan melibatkan murid-murid-Nya, juga kita (Gereja) pada zaman ini. Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes Artikel 1, mengatakan bahwa kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang menjadi ke-gembiraan dan harapan, duka dan kecemasan Gerejajuga. Gereja mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya. Gereja sebagai kumpulan orang beriman yang hidup dalam dunia yang dinamis, maka Gereja hams bersifat dinamis pula. Dalam dinamika itu, Gereja terpanggil untuk melaksanakan dan mewujudkan amanat Yesus Kristus. Gereja diutus ke tengah-tengah dunia untuk membawa damai sejahtera.

MEMPERJUANGKAN MASYARAKAT YANG ADIL, DAMAI, DAN SEJAHTERA

Arti dan Makna Adil, Damai, dan Sejahtera• Adil berarti tidak berat sebelah, berpihak kepada yang benar atau berpegang pada

kebenaran. Orang mengakui hak sesamanya tanpa pilih kasih. Keadilan tidak hanya mengatur kehidupan perorangan, melainkan dan terutama kehidupan bersama antara manusia. Keadilan adalah satu prinsip menata.rian membangun masyarakat manusiawi yang damai sejahtera.

• Damai tidak hanya berarti tidak ada perang, dan tidak hanya berarti sekedar adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai mengandaikan adanya tatanan sosial yang adil, sama dan serasa yang menjamin ketenangan dan keamanan hidup setiap manusia. Damai merupakan kesejahteraan tertinggi, yang sangat diperlukan untuk perkembangan manusia dan lembaga-lembaga kemanusiaan.

• Sejahtera adalah keseluruhan kondisi hidup masyarakat yang memungkinkan, baik kelompok-kelompok maupun anggota-anggota perorangan, untuk secara lebih penuh dan lebih lancar mencapai kesempurnaan mereka sendiri. Setiap kelompok harus memper-hitungkan kebutuhan dan aspirasi kelompok lain yang wajar, bahkan kesejahteraan umum segenap keluarga manusia. Maka, sudah se-hamsnya setiap orang memperoleh sesuatu yang dibutuhkan untuk hidup secara manusiawi. Misalnya, memperoleh nafkah, pakaian, perumahan, hak untuk memilih status hidup dengan bebas, hak untuk membentuk keluarga, hak untuk memperoleh pendidikan, pekerjaan, nama baik, kehormatan, informasi yang

Page 30: Modul Agama Katholik Kelas XI

semestinya, hak untuk bertindak menurut hati nuraninya yang benar, hak atas perlindungan hidup, dan hak atas kebebasan yang wajar, juga dalam hal agama (lih. Gaudium et Spes, Art. 26). Singkatnya, hak untuk memiliki seuatu yang menjamin martabatnya sebagai manusia.

Adil, damai, dan sejahtera menyangkut martabat manusia yang mempakan anugerah dari Sang Pencipta. Oleh karena itu, kita hams memperjuangkan kondisi dan situasi masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera.

Inspirasi dan Visi dari Injil dan Ajaran Gereja dalam Memper-juangkan Masyarakat yang Adil, Damai, dan SejahteraBagaimana sikap kita (Gereja) dalam situasi sulit seperti yang dilukiskan di atas? Dalam setiap situasi sulit, kita diajak untuk selalu menimba inspirasi dari ajaran iman kita.Pada saat Juruselamat dilahirkan, para malaikat berkata kepada para gembala di padang Efrata: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan b.esat; untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Jumselamat..." (Luk 2: 10-12).Sang Jumselamat adalah pembawa damai sejahtera bagi dunia seperti yang dinyanyikan para

malaikat itu: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya" (Luk 2: 14). Apabila para malaikat memuji Dia yang datang adalah "Pembawa damai sejahtera", karena memang "Dialah Sang Raja Damai, yang memerintah dengan keadilan dan kebenaran sampai selama-lamannya" (bdk. Yes 9: 5, 6).

Lukisan tentang "damai sejahtera" yang dikehendaki Allah sama seperti yang dinubuatkan Nabi Yesaya dalam Kitab Perjanjian Lama: "Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing.... Anak yang menyusu akan bermain dekat liang ular tedung.... Tidak ada yang akan berbuat jahat atau berlaku busuk di seluruh gunungku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan Tuhan, seperti air laut yang menutupi dasamya" (Baca. Yes 11: 1-10).

Kedatangan Tuhan ke dalam dunia menjamin adanya pembebasan dan pendamaian yang benar, baik dalam keluarga, komunitas Gereja, maupun masyarakat dunia. Tuhan yang telah mendamaikan kita dengan diri-Nya menghendaki agar manusia hidup dalam damai sejahtera dengan sesamanya.

Jumselamat, Sang Raj^ Damai, akan membangun kerajaan-Nya di bumi ini, di mana manusia akan mengalami kesejahteraan lahir dan batin. Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk berperan serta secara aktifdalam membangun K.erajaan Allah di dunia, supaya dunia lebih manusiawi dan layak untuk dihuni. Yesus yang mulai membangun Kerajaan Allah di bumi ini telah mengamanatkan kepada kita para pengikut-Nya agar menjadi garam dan terang dunia (lih. Mat 5: 13-16) serta ragi bagi masyarakat. Jadi, kita (Gereja) harus terlibat dalam suka duka dunia ini.

Konstitusi Pastoral Gaudium et Spes Arti. 1 mengatakan bahwa kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan menderita, merupakan keprihatinan Gereja. Gereja mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya. Gereja yang hidup dalam dunia yang dinamis, maka Gereja pun harus hiduip dipamis. Dalam dinamika itu, Gereja terpanggil untuk melaksanakan dan mewujudkan amanat Yesus

Kristus. Gereja diutus ke tengah-tengah dunia untuk membawa damai sejahtera.

Hal-Hal Pokok yang Harus Diperhatiakan dalam Memperjuang-kan Masyarakat yang Damai dan SejahteraKetidakadilan struktural adalah penyebab yang terdalam mengapa masyarakat kita tidak damai sejahtera. Oleh karena itu, hal-hal berikut ini kiranya perlu diusahakan:a. Masyarakat perlu disadarkan akan adanya situasi buruk yang mereka alami. Banyak anggota

masyarakat yang tidak menyadarinya, acuh tak acuh atau bersikap pasrah saja terhadap situasi buruk yang me-reka alami. Kita perlu menyadari masalah hak-hak dasar manusia, agar kita dapat menentukan mana yang harus dilindungi dan mana yang harus disingkirkan. Keadilan harus diperjuangkan demi kesejahteraan untuk menghadapi situasi dunia yang makin tidak menentu, di mana ketidakadilan dan pemerkosaan terhadap hak-hak dasar manusia sering terjadi. Tidak seorang pun yang boleh dirampas hak-haknya, dan tidak ada orang boleh merampas hak orang lain. Ini harus disadari sungguh oleh masyarakat.

Page 31: Modul Agama Katholik Kelas XI

b. K-eadilan demi kesejahteraan hanya dapat diperjuangkan dengan memberdayakan mereka yang menjadi kurban ketidakadilan. Tidak cukup hanya dengan karya belas kasih (karya karitatif) melulu. Para korban ketidakadilan hams disadarkan tentang situasi yang menimpa dirinya, kemudian diajak untuk bangkit bersama-sama melalui berbagai usaha kooperatif untuk memperbaiki nasibnya. Dengan cara demikian, struktur dan sistem sosial yang tidak adil dapat diubah. Tanpa gerakan dan tindakan yang sungguh kooperatif sebuah struktur dan sistem tidak akan tergoyahkan.

c. Cara bertindak yang tepat adalah dengan memberikan kesaksian hidup melalui keterlibatan untuk menciptakan keadilan dalam diri kita sendiri terlebih dahulu. Kita hendaknya mulai dengan diri dan lingkungan kita, misalnya dalam lingkungan Jemaat Kristiani sendiri.

d. Usaha memperjuangkan keadilan dan kesetiakawanan bersama dengan mereka yang diperlakukan tidak adil tidak boleh dilakukan dengan kekerasan. Keunggulan cinta kasih di dalam sejarah menarik banyak orang untuk memilih dan bertii?dak tanpa kekerasan melawan ketidakadilan. Bekerja sama perlu pula diusahakan.

Kendala-Kendalaa. Untuk menciptakan masyarakat yang damai dan sejahtera memer-lukan perubahan struktur

dan sistem yang tidak adil dalam ma-syarakat. Namun, untuk mengubah struktur dan sistem masyarakat yang sudah baku dan dipertahankan oleh orang-orang yang berkuasa di bidang politik dan ekonomi tidaklah gampang. Untuk itu dibutuh-kan suatu gerakan kooperatif dan sungguh-sungguh berasal dari masyarakat luas.

b. Menghadapi situasi yang tidak adil seperti yang dilukiskan di atas, banyak anggota masyarakat yang bersikap acuh tak acuh dan pasrah saja. Untuk menggerakkan suatu masyarakat yang acuh tak acuh dan bersikap pasrah kepada kesadaran dan aksi memeriukan ke-tabahan dan keuletan.

c. Ada kelemahan-kelemahan manusiawi yang dapat menyulitkan kita dalam memperjuangkan keadilan, misalnya pamrih pribadi atau golongan, ketidakjujuran, keserakahan, dsb.

d. Untuk perjuangan yang besar dan makan waktu ini, tentu saja membutuhkan dana dan sarana lain yang tidak sedikit. Perjuangan menuju masyarakat yang adil dan sejahtera ini sering kandas, karena mungkin tidak tersedianya dana yang mencukupi.

EVALUASI

1. Apa hubungan antara keadilan dan situasi damai serta sejahtera dalam masyarakat?2. Jelaskanlah bahwa kesejahteraan ada hubungannya dengan martabat manusia!3. Buatlah penelitian mengenai ketidakadilan di bidang ekonomi di lingkunganmu yang

membuat masyarakat tidak sejahtera?

Bagian Keenam HAK ASASI MANUSIAPENGANTAR

Pada bagian kelima tentang Gereja, kita telah mempelajari hubungan Gereja dan dunia. Pada bagian ini, kita akan mempelajari tentang HakAsasi Manusia yang mei-upakan salah satu keprihatinan dunia dan Gereja pada saat ini. Hak Asasi Manusia adalah salah satu isu penting umat manusia dewasa ini, sehingga ada baiknya kita mempelajari dan mendalaminya secara khusus. Menyangkut Hak Asasi Manusia akan diangkat topik-topik berikut ini:1. Hakikat Hak Asasi Manusia - ;,2. Memperjuangkan Hak Asasi Manusia di Indonesia3. Melawan kekerasan dengan budaya kasih

KOMPETENSI DASARSiswa memahami hakikat HakAsasi Manusia, sehingga terpanggil untuk ikut serta

menegakkan Hak Asasi Manusia itu.

Pelajaran 14 Hak Asasi Manusia

PEMIKIRAN DASAR

Hak Asasi Manusia (HAM, khususnya di Indonesia) menjadi isu yang paling hangat dibicarakan

Page 32: Modul Agama Katholik Kelas XI

sejak reformasi. Reformasi yang terjadi di Indo-nesia menjadi lampu hijau yang membangkitkan kesadaran dan keberanian setiap orang atau sekelompok orang agar diakui dan bertekad untuk memper-juangkannya.

Apakah sebenamya Hak Asasi Manusia itu? Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang melekat dalam diri manusia, yang dimiliki manusia bukan karena diberikan kepadanya oleh masyarakat atau negara, melainkan ber-dasarkan martabatnya sebagai manusia. Hak-hak itu dimiliki manusia karena ia manusia. Sejak seseorang mulai berada dalam rahim ibunya, ia memiliki hak-hak asasi itu. Waktu lahir ia sudah memilikinya.

Dalam paham Hak Asasi Manusia termasuk pula bahwa hak-hak itu tidak dapat dihilangkan atau dinyatakan oleh masyarakat atau negara. Manu-sia tidak menerimanya dari negara, maka negara juga tidak dapat meniada-kannya. Walaupun negara tidak mengakuinya, namun hak-hak itu tetap dimiliki manusia dan sehamsnya diakui. Pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia tetap mempakan pelanggaran walaupun hak asasi secara resmi belum diakui. -.'.f

Hak-hak asasi merupakan hak yang universal. Artinya, hak-hak itu menyangkut semua orang, berlaku dan harus diberlakukan di mana-mana. Memang, pemmusan hak-hak asasi tidak pemah lepas dari konteks kultural tertentu.

Keterbatasan perumusan hak-hak asasi manusia dalam konteks budaya tertentu tidak berarti menolak sifat universalnya. Bahwasannya rumus dan pengertian hak asasi ditentukan oleh lingkup budaya, seharusnya membuat orang makin peka, agar jangan sampai ada penderitaan sesama yang tidak diperhatikan danjangan sampai ada hak seseorang yang dilanggar. Menolak sifat universal hak-hak asasi manusia berarti menyangkal unsur manusiawi yang terdapat dalam setiap kebudayaan.

Hak-hak asasi manusia untuk pertama kalinya dimmuskan di Barat pada abad XVIII. Apa yang termasuk hak-hak asasi dapat digolongkan dalam dua kelompok, yakni-

1. Hak-hak sipil dan politik2. Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Hak-hak sipil dan politik lebih menyangkut hubungan warga negara dan pemerintahan, serta menjamin agar setiap warga memperoleh kemer-dekaan.

Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya lebih menyangkut hidup kemasyarakatan dalam arti luas dan menjamin agar orang dapat memper-tahankan kemerdekaan.

Apa ajaran iman kita tentang Hak Asasi Manusia? Dari K-itab Suci Perjanjian Lama, kita mengetahui bahwa salah satu pengalaman umat Is-rael yang sangat menentukan sejarah selanjutnya adalah pengalaman pembebasan ketika martabat mereka yang diinjak-injak ditegakkan kembali, ketika hak-hak asasi yang dirampas dikembalikan lagi. Sejak itu, sejarah keselamatan adalah sejarah pembebasan. Di dalamnya terlihat perhatian khusus Tuhan akan kaum miskin dan yang tertindas.

Apa yang dikatakan Tuhan kepada Musa terulang dalam selumh sejarah keselamatan: "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-K-u, dan Aku telah mendengar seruan mereka, ya Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah tumn untuk melepaskan mereka" (Kel 3: 7-8). Dalam Yes 10: 1-2 dibaca ancaman ini: "Celakalah mereka yang menentukan ketetapan-ketetapan yang tidak adil, dan mengeluarkankeputusan-keputusan kelaliman, untuk menghalang-halangi orang lemah mendapat keadilan, dan untuk merebut hak orang-orang sengsara di antara umat-Ku, supaya dapat merampas milik janda-janda dan dapat menjarah anak-anak yatim".

K-itab Suci mengajarkan bahwa "Allah membuat manusia menurut citra-Nya sendiri" (Kej 9: 6). Maksudnya, "kepadanya dikenakan kekuatan yang serupa dengan kekuatan Tuhan sendiri, agar manusia merajai binatang dan unggas" (Sir 17: 3-4). Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang berdaulat, dan semua hak manusia adalah hak mengembangkan diri sebagai citra Allah. Ajaran sosial Gereja menegaskan: "Karena semua manusia mempunyai jiwa berbudi dan diciptakan menurut citra Allah, karena mem-punyai kodrat dan asal yang sama, serta karena penebusan Kristus mem-punyai panggilan dan tujuan ilahi yang sama, maka kesamaan asasi antara manusia harus senantiasa diakui" (Gaudium et Spes, Art. 29).

Hak Asasi Manusia dalam Terang Ajaran GerejaAjaran sosial gereja menegaskan: "Karena semua manusia mempunyai jiwa berbudi dan

diciptakan menurut citra Allah, karena mempunyai kodrat dan asal yang sama, serta karena

Page 33: Modul Agama Katholik Kelas XI

penebusan Kristus, mempunyai panggilan dan tujuan ilahi yang sama, maka kesamaan asasi antara manusia hams senantiasa diakui" (Gaudium etSpes, Art. 29). Dari ajaran ini tampak pandangan Gereja tentang hak asasi, yakni hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan, ciptaan Allah. Hak ini tidak diberikan kepada seseorang karena kedudukan, pangkat, atau situasi; hak ini di-miliki setiap orang sejak lahir, karena dia seorang manusia. Hak ini bersifat asasi bagi manusia, karena kalau hak ini diambil, ia tidak dapat hidup sebagai manusia lagi. Oleh karena itu, hak asasi manusia merupa-kan tolok ukur dan pedoman yang tidak dapat diganggu-gugat dan harus ditempatkan di atas segala aturan hukum. Gereja mendesak diatasinya dan dihapuskannya "setiap bentuk diskriminasi, entah yang bersifat sosial atau budaya, entah yang didasarkan pada jenis kelamin, wama kulit, suku, keadaan sosial, bahasa, ataupun agama, karena berlawanan dengan maksud dan kehendak Allah" (Gaudium et Spes, Art. 29).

Sejarah Perjuangan dan Kerja Sama Menegakkan Hak Asasi ManusiaPerjuangan PBB• Pada tanggal 10 Desember 1948: PBB mengumumkan "Universal Declaration ofHuman

Right". Pada umumnya, deklarasi ini dilihat sebagai titik tolak untuk semua pemikiran dan rumusan lebih lanjut berhubungan dengan hak asasi manusia.

• Tahun 1966, deklararsi tersebut dilengkapi dengan dua pernyataan khusus supaya hak-hak asasi mendapat kekuatan yang mengikat. Pemyataan khusus itu ialah:- Perjanjian intemasional tentang hak-hak ekonomi, sosial, dan ibudaya. ,,'.p- Perjanjian intemasional tentang hak-hak sipil dan politik.

• Tahun 1975 hak-hak asasi dirumuskan lagi secara khusus dalam persetujuan Helsinki.• Tahun 1981 diumumkan piagam Afrika mengenai hak-hak manusia

dan bangsa-bangsa.Pada saat ini PBB memiliki Panitia bak-hak manusia yang bertugas mengawasi hak-hak

manusia itu.

b. Perjuangan Gereja• Ensiklik Master et Magistra (1961) dan Pacem in Terris (1963) mulai berbicara tentang hak

asasi manusia.• Konsili Vatikan II (1962 - 1965) berulang kali berbicara mengenai hak asasi manusia, terutama

dalam konstitusi Gaudium et Spes dan Dignitatis Humanae.• Tahun 1974 panitia kepausan "Yustita et Pax" menerbitkan sebuah kertas kerja "Gereja dan

hak-hak asasi manusia".• Komisi Teologi Intemasional mengeluarkan sejumlah tesis mengenai martabat dan hak-hak

pribadi manusia.Dengan modal gagasan-gagasan di atas, kita terpanggil untuk bekerja sama menegakkan hak-

hak asasi manusia.

EVALUASI

1. Hak-hak asasi manusia mana yang paling sering dilanggar pada saat ini? Mengapa?2. Hak-hak asasi mana yang sering tidak diperhatikan dalam Gereja?

Pelajaran 15 Perjuangan Menegakkan HAM di Indonesia

PEMIKIRAN DASAR

Pada pelajaran yang lalu, kita sudah mempelajari tentang berbagai pelanggaran Hak Asasi Manusia di dunia ini dan usaha-usaha dunia dan Gereja untuk mengatasinya. Pada pelajaran ini, secara khusus kita akan mempelajari tentang pelanggaran-pelanggaran hak asasi di Indonesia dan usaha untuk mengatasinya.

Indonesia pemah mengalami masa yang kelabu, terlebih pada masa rezim Orde Baru, dalam hubungan dengan Hak Asasi Manusia. Ingat saja •pada peristiwa tahun 1965 di mana ribuan (mungkinjutaan) orang dieksekusi <iengan hukuman mati atau dibuang ke pulanBuru

Page 34: Modul Agama Katholik Kelas XI

tanpa proses pengadilan. Peristiwa Lampung, Tanjung Priok, Santa Cmz, dan yang terakhir peristiwaTrisakti dan Semanggi, di mana banyak warga dibantai secara sewenang-wenang. Masih ada seribu satu macam peristiwa dan kasus seperti kasus orang hilang, kasus penahanan dan pengadilan yang tidak adil, kasus penggusuran yang sewenang-wenang terhadap rakyat kecil, dsb.

Yang paling menderita dan tak berdaya dalam hubungan dengan Hak Asasi Manusia adalah orang-orang kecil atau rakyatjelata. Pada kesempatan ini secara khusus kita akan menyoroti dan mempelajari dua kelompok manusia yang hak asasinya sering dilanggar, yaitu kaum miskin atau rakyat jelata dan kaum perempuan (dan anak-anak).

Kaum miskin atau rakyatjelata dan kaum perempuan (dan anak-anak) adalah kelompok-kelompok yang lemah yang sering tidak memiliki per-lindungan hukum yang memadai. Lembaga-lembaga yang diharapkan dapat membela kelompok lemah ini, seperti Komisi HAM, sering tidak berdaya. Kekuasaan dan uang selalu lebih kuat. Akar dari semua persoalan ini adalah struktur dan sistem kemasyarakatan yang tidak adil, di mana orang kuat dan kaya semakin kuat dan kaya, sedangkan orang lemah dan miskin semakin lemah dan miskin.

Sebagai umat Katolik, anggota Gereja, sebenamya sudah jelas posisi keberpihakan kita. Yesus Kristus selalu mempunyai perhatian yang sangat khusus kepada kaum lemah. la berpihak kepada kaum miskin papa. Kita hendaknya memiliki komitmen yang sama dengan Krsistus. Keberpihakan kepada kaum miskin dan lemah tidak selalu berarti melawan kaum kaya dan berkuasa, tetapi kita berusaha untuk merasakan situasi kaum lemah dan memandang seluruh persoalan ini berdasarkan pengalaman dan cara pandang mereka,, sehingga penanganan kita tepat sasaran.

Dalam pelajaran ini, kita ingin mengajak para siswa untuk berprihatin terhadap hak asasi kaum lemah yang sering dilanggar dan semoga mereka tergerak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kesanggupan dan cara mereka di lingkungannya masing-masing.

Mendalami Ajaran Kitab Suci tentang HAM

Pertanyaan-pertanyaan berikut:1. Bagaimana sikap Yesus terhadap kaum miskin dan lemah? Apakah la memperjuangkan

hak-hak mereka?2. Bagaimana sikap Yesus terhadap kaum perempuan?3. Bagaimana pendapat dan sikapmu sendiri terhadap pelanggaran hak asasi kaum lemah?

SIKAP YESUS TERHADAP KAUM LEMAH

Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, kita dapat melihat bahwa pewartaan, sikap, dan tindakan Yesus berpihak pada kaum miskin zaman-Nya. Yesus tidak mengucilkan dan membenci para penguasa dan kaum kaya. Namun, la sering menyerang para penguasa agama dan politik yang memperberat hidup orang-orang kecil yang tidak berdaya. (Coba carilah perikope atau ayat-ayat yang menunjukkan hal itul).

Yesus rupanya menganalisis situasi zaman-Nya sehingga la dapat melihat bahwa keterpurukan orang-orang kecil disebabkan oleh kemunafikan dan keserakahan para pemimpin agama dan politik. Yesus mengajak orang-orang kecil untuk mengatasi kekurangan dan kemiskinan mereka dengan kerelaan untuk saling membagi dan memberi. Mereka hams solider satu sama lain. Kekurangan dan kemiskinan yang diderita oleh sebagian besar rakyat disebabkan oleh keserakahan segelintir orang berkuasa dan kaya. Ajaran dan sikap Yesus ini dihayati oleh para pengikut-Nya, yaitu umat perdana yang hidup pada awal Gereja.

Terhadap wanita, Yesus menampilkan sikap amat terbuka. la memang bukan pembebas bagi wanita, melainkan pembebas bagi setiap pribadi de-ngan keberanian menerima kemerdekaan secara bertanggung jawab. Yesus berani berdiri pada pihak yang kurang beruntung, pendosa, orang miskin, wanita, orang sakit, dan tersingkir, baik orang-Yffhudi maupun bukan Yahudi. Dengan semangat kasih-Nya yang tanpa pamrih, Yesus rela membela mereka yang tidak mempunyai pembela. la berani menghadapi berbagai tantangan bagi mereka yang hams mendapatkan perlakuan yang wajar sebagai pribadi, baik wanita maupun lelaki. Yesus amat mudah bergaul dengan wanita tanpa takut kehilangan nama baik. la berbicara terbuka dengan wanita dan dengan cara itu la melawan arus

Page 35: Modul Agama Katholik Kelas XI

zaman-Nya. Yesus menerima bantuan wanita dan menghormati mereka. K-esaksian dalam Injil tentang pengalaman kebangkit-an-Nya ditawarkan lewat pengalaman para wanita. Hal inijelas merupakan kenyataan yang tidak dapat dielakkan dalam Perjanjian Baru. Yesus menghargai kedudukan dan peran wanita dalam kehidupan bersama.

Mengamati Perjuangan untuk Menegakkan HAM di Indonesia

Pertanyaan-pertanyaan:1. Bagaimana penilaianmu tentang usaha pemerintah dan Komnas HAM untuk menegakkan

HAM di Indonesia?2. Bagaimana penilaianmu tentang perjuangan Gereja Indonesia untuk menegakkan HAM di

negeri kita?3. Apa saja yang dapat kamu lakukan untuk berpartisipasi menegakkan HAM di Indonesia?4. Bagaimana dengan perjuangan menegakkan HAM di parokimu?5. Susunlah doa untuk kaum tertindas!

Pelajaran 16 Kekerasan dan Budaya Kasih

PEMIKIRAN DASAR

Masyarakat Indonesia sangat majemuk secara budaya, etnis, dan agama. Kemajemukan ini dapat membawa konflik dan kekerasan. Konflik dan kekerasan adalah fakta yang akrab dengan bangsa kita pada akhir abad XX dan pada awal abad XXI ini. Manusia Indonesia yang pemah terkenal sebagai insan yang ramah kini mudah sekali bertikai dan tidak segan-segan menggunakan kekerasan. Kekerasan yang sedang berlangsung di negeri ini menunjukkan mpa-rupa dimensi dan rupa-rupa wajah.

Ada kekerasan berdimensi fisik, psikologis, tersamar, dsb. Kekerasan menunjukkan pula mpa-rupa wajah: ada kekerasan sosial, kekerasan kultural, kekerasan etnis, kekerasan gender, dsb. Analisis "teori konflik" menemukan alasan kekerasan pada berbagai bentuk "perbedaan kepentingan" kelompok-kelompok masyarakat sehingga kelompok yang satu ingin menguasai bahkan mencaplok kelompok lain. Analisis "fungsionalisme stmktural" berpendapat bahwa hampir semua kemsuhan berdarah di Indonesia disebabkan oleh disfungsi sejumlah institusi sosial, terutama lembaga politik yang menunjang integritas Indonesia sebagai satu bangsa.

Fenomena seperti pecahnya otoritas pemerintah, buyarnya otoritas negara, semakin intensifnya konflik etnis tertentu merupakan gejala-gejala yang mengancam integritas bangsa. Mungkin kesalahan yang paling besar yang dibuat pemerintah Indonesia sejak awal adalah menerima kesatuan Indonesia itu sebagai "takenfor granted" sebagai barang yang sudahjadi. Padahal, kesatuan itu tidak dapat diolah s^cara top-down, tetapi harus dibangun bersama-sama. Kebijakan politis yang sentralistis di mana pemerintah sangat dominan dan sering menyamakan dirinya dengan negara, pola relasi "pusat pinggiran" dalam segala nuansanya boleh dianggap sebagai akar konflik berdarah seperti di Aceh, Papua, dan Sampit. Pemerintah pusat menghendaki sentralisasi, sedangkan pemerintah daerah menuntut sebuah otonomi. Karena itu, ada DOM (Daerah Operasi Militer) di Aceh dan penempatan banyak tentara di Irian Jaya.

Bagaimana sikap kita (Gereja) menghadapi situasi ini?Gereja jelas menolak setiap tindakan kekerasan seperti yang telah diajarkan dan

dihayati oleh Yesus Kristus. Gereja bemsaha sedapat mungkin untuk mengatasi kekerasan, untuk antara lain mengembangkan suatu pasto-ral "mengelola konflik", supaya dapat tercipta suatu budaya non violence, budaya kasih, di mana manusia dapat mengalami persaudaraan yang sejati.

Sharing:

Page 36: Modul Agama Katholik Kelas XI

EVALUASI

1. Sebutlah alasan-alasan sering terjadinya tawuran antar-pelajar?2. Apa kiranya yang harus diusahakan untuk menghentikan tawuran antar-pelajar?

Pelajaran 17 Menghargai HidupPEMIKIRAN DASAR

Sepanjang sejarah dan di mana saja, budaya dan etika manusia senan-tiasa menghormati dan melindungi hidup. Hal-hal yang mengancam ke-hidupan seperti perang, penyakit, dan pembunuhan sangat kita takuti. Kita berusaha melindungi hidup. Demikianjuga, ajaran moral kebanyakan agama senantiasa menghormati dan melindungi hidup. Umat Perjanjian Lama per-caya akanAllah Pencipta, yang gembira atas karya-Nya. Bagi Tuhan, hidup, khususnya

Page 37: Modul Agama Katholik Kelas XI

hidup manusia, amat berharga. Umat Allah percaya akan Allah yang cinta hidup, mengandalkan Allah yang membangkitkan orang mati, dan membela hidup melawan maut. Tuhan itu Allah orang hidup, maka "jangan membunuh" (Kel 20: 13). Ajakan firman kelima ini jelas, yakni tidak membunuh orang dan tidak membunuh diri sendiri.

Perjanjian Baru tidak hanya melarang pembunuhan, tetapi ingin mem-bangun sikap hormat dan kasih akan hidup. Hal ini dijelaskan oleh sabda Yesus sendiri dalam khotbah di Bukit: "Kamu telah mendengar yang di-firmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang mem-bunuh hams dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! Harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala" (Mat 5:21-22).

"Membunuh" berarti membuang sesama dari persaudaraan manusia, entah dengan membunuhnya, entah dengan.miengkafirkannya, entah dengan membenci. Dalam lingkungan murid-murid Yesus, tidak membunuh saja tidaklah cukup. Murid-murid Yesus masih perlu menerima sesama sebagai saudara, danjangan sampai mereka mengucilkan seseorang dari lingkungan hidup. Bahkan, berbuat wajar saja sering kali tidak cukup, sebab: "Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang lain?" (Mat 5: 46-47).

Hidup setiap orang harus dipelihara dengan kasih. Orang Samaria yang baik hati mendobrak batas-batas kebangsaan, agama, dan sebagainya. Jangan sampai seseorang kehilangan hidupnya. Hidup manusia tidak boleh di-musnahkan dengan kekerasan, tidak boleh dibahayakan dengan sembrono (seperti sering terjadi dalam lalu lintas), tidak boleh diancam karena benci, dan sebagainya. Sebab, setiap orang adalah anak Allah.

Akhir-akhir ini sadisme dan sikap kasar terhadap hidup cukup merebak di tanah air kita. Anak-anak muda sering tertarik terhadap film-film, berita-berita, dan peristiwa-peristiwa yang bemapaskan kekerasan. Hal-hal seperti itu perlu diwaspadai dan diantipasi penanganannya secara dini dan tepat. Manusia hidup karena diciptakan dan dikasihi Allah. Karena itu, biarpun sifatnya manusiawi dan bukan ilahi, hidup manusia itu suci. Kitab Suci menyatakan bahwa nyawa manusia tidak boleh diremehkan. Hidup fana ini merupakan titik pangkal bagi hidup yang kekal. Dalam pelajaran ini, kita ingin menyadari dan belajar untuk selalu menghormati hidup.

EVALUASI

1. Apa yang khas dari ajaran Yesus tentang menghargai hidup manusia?2. Apa yang dapat kalian buat untuk menunjang budaya cinta hidup di lingkunganmu?

Pelajaran 18 AborsiPEMIKIRAN DASARAborsi adalah pengguguran kandungan. Pengguguran kandungan mempakan tindakan kriminal

dan termasuk kategori dosa besar karena ada unsur aktifmelenyapkan hidup manusia. Dalam berbagai diskusi, baik lokal maupun regional, baik lingkup nasional maupun intemasional, bersepakat bahwa abortus mempakan tindakan yang tirlak dapat dibenarkan. Namun, sejauh mana tidak dibenarkan tergantung pada mana peng-kategori-annya. Artinya, abortus masih dikelompokkan menjadi abortus alamiah dan abor-tus provocatus. Abortus alamiah dinilai tidak terdapat unsur kesengajaan, dan karena itu tidak termasuk tindakan kriminal. Sedangkan abortus provocatus digolongkan sebagai tindakan kriminal karena ada unsur kesengajaan yang sangat kuat.

Menurut hukum positif, hidup manusia hams dilindungi dari setiap ancaman. Namun, perlindungan tersebut sering berhenti pada wacana, karena dalam kenyataannya banyak peristiwa yang kita saksikan, justru bukan merupakan perlindungan terhadap hidup, tetapi pemusnahan hidup. Kasus-kasus pengguguran dengan sengaja sering dapat kita baca dan dapat lihat di berbagai rtiedia. ' • "'-^

Gereja Katolik sebagai sebuah institusi yang berfungsi sebagai pedoman moral (khususnya) menyerukan bahwa "kehidupan manusia harus dihormati dan dilindungi secara absolut sejak saat pembahannya di dalam rahim se-orang ibu. Sudah sejak saat pertama

Page 38: Modul Agama Katholik Kelas XI

keberadaannya, satu makhluk manusia harus dihargai, karena ia mempunyai hak-hak pribadi, di antaranya hak atas kehidupan dari makhluk yang tidak bersalah, yang tidak dapat diganggu-gugat. Kitab Suci memperkuat di mana Allah berfirman: "Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau" (Yerl:5).

Setiap orang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mencegah terjadinya abortus. Hal ini dapat ditempuh melalui penyuluhan, penyadaran dalam pertemuan-pertemuan kelompok, atau dalam kesempatan tertentu.

Negara dan Gereja berpandangan sama bahwa abortus merupakan tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Karena itu, kepada pelaku kejahatan abortus akan dikenakan hukuman pidana berat dan dosa besar di hadapan Tuhan.

EVALUASI

1. Apakah seorang gadis yang hamil karena perkosaan dapat melakukan aborsi? Jelaskan jawabanmu!

2. Apakah seorang gadis yang melakukan aborsi karena dipaksa oleh orangtua atau pacamya bersalah?

Pelajaran 19 Bunuh Diri dan Euthanasia

PEMIKIRAN DASARManusia hidup karena diciptakan dan dikasihi Allah. Karena itu, biarpun sifatnya manusiawi dan

bukan Ilahi, hidup itu suci. Kitab Suci menyatakan bahwa nyawa manusia (yakni hidup biologisnya) tidak boleh diremehkan. Hidup manusia mempunvai nilai vang istimewa, karena sifatnya yang pribadi. Bagi manusia, hidup (biologis) adalah 'masa hidup', danJak-ada sesuatu 'yang dapat diberikan sebagai ganti nyawanva' (lih. Mrk 8: 37). Dengan i^gaha dan raga, dengan kprja dan kasHi, orang mengisi masa hidup-nya dan bgiayukur kepada Tuhan bahwa ia 'boleh berjalan di hadapan Al-lah dalam cahaya kehidupan' (lih. Mzm 56: 14). Memang, 'masa hidup kita hanya tujuh puluh tahun' (lih. Mzm.90: 10) dan 'di sini kita tidak mem-punyai tempat tinggal yang tetap' (lih. Ibr. 14: 14). Namun, biduo fana merupakan titik pangkal bagi kehidupan yang diharapkan di masa datang. Hidup fana menunjuk pada hidup dalam perjumpaan dengan Tuhan, sesudah hidup yang fana ini dilewati. Kesatuan dengan Allah dalam perjumpaan pribadi memberikan kepada manusia suatu martabat yang membuat masa hidup sekarang ini sangat herharp;a dgr^snci-

Hidup manusia di dunia ini sangat berharga. Oleh sebab itu, manusia .tidak bolesh menghilangkan nyawanya sendiri^nisalnya dengan bunuh diri atau euthanasia (mempercepat kematian seseorang).

Euthanasia sebenamya sama seperti pengguguran. Tidak diperbolehkan mempercepet kematian secara aktif dan t&rfiprapa^ juga jika secara medis ia tidak lagi dapat disembuhkan dan juga kalau euthanasia dilakukan atas permintaan pasien sendiri (bdk. KUHP pasal 344). Seperti halnya dengan pengguguran, di sini ada pertimbangan moral yangjelasJuga dalam proses kematian, manusia pun hams dihormati martabatnya. Semua sependapat, bahwa tidak seorang pun berhak mengakhiri hidup orang lain, walaupun dengan rasa iba.

Lain halnya kalau dipertimbangkan, sejauh mana harus diteruskan peng-obatan yang tidak menyembuhkan orang, dan hanya memperpanjang proses kematiannya. Disebut euthanasia pasif, jika pengobatan yang sia-sia dihentikan (atau sama sekali tidak dimulai); dan euthanasia tidak langsung. jika obat penangkal sakit memperpendek hidupnya. Menurut moral Gereja Katolik, tindakan semacam itu dapat dibenarkan.

Pendapat Gereja Katolik mengenai euthanasia aktifsangatjelas, yakni tidak seorang pun diperkenankan meminta perbuatan pembunuhan ini, entah untuk dirinya sendiri, entah untuk orang lain yang dipercayakan kepadanya. (Kongregasi untuk Ajaran Iman, Deklarasi Mengenai Euthanasia, 5 Mei, 1980).

P^ldaitaan_harua_dioiigaakan bukan dengan pembunuhan, melainkan dengan pendampingan oleh seorang teman. Demi salib Kristus dan demi kebangkitan-Nya, Gereja mengakui adan^mak^dalaaLEsodSO^"; sebab Allah tidak meninggalkan orang yang menderita.

Page 39: Modul Agama Katholik Kelas XI

Dengan memikul pen-deritaan dan solidaritas, kita ikut menebus penderitaan, „

EVALUASI

1. Apakah tindakan bunuh diri selalu salah? Mengapa?2. Apakah euthanasia aktif dapat dibenarkan? Mengapa?

Pelajaran 20 Narkoba dan HIV/AIDS

PEMIKIRAN DASARPeredaran dan penggunaan Narkoba semakin luas dan sudah merasuk ke dalam kehidupam

sebagian masyarakat Indonesia. Masyarakat semakin sadar bahwa obat terlarang itu kini tidak hanya memasuki orang-orang yang rumah tangganya berantakan, orang berada, atau ras-ras tertentu saja. Nar-koba telah menyerang segala lapisan masyarakat: orang kaya, pengusaha, bumh harian, eksekutifmuda, mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat tingkat terbawah, bahkan memsak keluarga-keluarga harmonis. Namun korban yang paling banyak adalah kaum muda. Hal mi sungguh memprihatinkan kita semua.

Di samping masalah Narkoba, masalah yang cukup memprihatinkan adalah semakin bertambah banyaknyajumlah penderita HIV/AIDS dari hari ke hari. Hal itu dapat dimengerti karena keduanya memang sering saling terkait satu sama lain. Maka melalui pelajaran ini, siswa dibantu untuk me-nyadari akan bahaya Narkoba dan penyakit HIV/AIDS. Lebih-lebih karena hingga kini belum ditemukan obat yang mampu menyembuhkan orang yang terkena HIV/AIDS. Penyakit ini dapat menular dengan cukup mudah melalui hubungan seks, transfusi darah, ataupun alat suntik. Oleh karena itu, perlu usaha-usaha atau tindakan preventif yang dapat mencegah seseorang kecanduan Narkoba atau terinfeksi HIV/AIDS.

Santo Paulus mengatakan: "Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?" (1 Kor 3:16). Dengan suratnya ini, Paulus mengingatkan betapa berharganya tubuh kita. Itu berarti kekacauan yang terjadi dalam diri kita juga berarti kekacauan dalam Bait Allah. Karena itu, mengkonsumsi Narkoba berarti awal dari usaha merusak Bait Allah. Begitu juga kalau pergaulan bebas yang mengarah pada seks bebas akan rentan terhadap HIV/AlDS,juga merupakan pencemaran Bait Allah. Bila Narkoba dan HIV/AIDS telah memsak manusia, maka manusia sulit untuk menggerakkan akal budi, hati nurani, dan perilakunya yang sesuai dengan kehendak Allah. Kita hams senantiasa menjaga diri kita, termasuk tubuh kita, agar Roh Allah tetap diam di dalam diri kita.

Terhadap mereka yang sudah kecanduan Narkoba atau terinfeksi HIV/ AIDS, tidaklah bijaksana jika mereka itu dikucilkan. Kita tetap harus menerima dan berteman dengan mereka sebagai sesama yang periu mendapat perhatian dan kasih.

EVALUASI

1. Mengapa pecandu Narkoba rentan terhadap HIV/AIDS?2. Apa tanggapan kalian terhadap sanjak pecandu Narkoba di bawah irii?