modul 1, penanganan hewan

Upload: ani-mulatsih

Post on 01-Mar-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

modul 1

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI IPERCOBAAN I

(PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN)

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1A10060310002

Elsa Wulandari

10060310003

M. Arif S

10060310004

Mujahidah Nidaul Jannah

10060310005

Animulatsih

10060310006

Rika Suartika

ASISTEN KELOMPOK:Vita Purwanti., S.FarmLABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT DPROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS MIPA

UNISBA

2012

I. Tujuan1. Dapat menjelaskan kembali karakteristik hewan-hewan yang lazim dipergunakan dalam percobaan.2. Dapat memperlakukan dan menangani hewan percobaan, seperti mencit, tikus, kelinci, marmot, untuk percobaan farmakologi dengan baik.II. Teori DasarHewan percobaan yang digunakan dilaboraturium farmakologi adalah hewan percobaan yang di pakai sebagai animal model oleh suatu laboraturium medis merupakan suatu modal dasar dan modal hidup yang mutlak dalam berbagai kegiatan penelitian (riset). Secara definitif hewan percobaan adalah yang digunakan sebagai alat penilaian atau merupakan modal hidup dalam suatu kegiatan penelitian atau pemeriksaan laboraturium seacara invivo.

Pada percobaan kali ini praktikan menggunakan hewan percobaan mencit dan tikus. Hewan hewan tersebut dapat digunakan sebagai hewan percobaan untuk praktikum farmakologi ini karena struktur dan sistem organ yang ada di dalam tubuhnya hamper mirip dengan struktur organ yang ada di dalam tubuh manusia, sehingga hewan hewan tersebut biasa digunakan untuk uji praklinis sebelum nantinya akan dilakukan uji klinis yang dilakukan langsung terhadap manusia. Salah satu penggunaan hewan percobaan adalah untuk mengetahui perbedaan berbagai rute. Pemberian obat akan mempengaruhi laju serapan obat sehingga dengan kata lain rute pemberian obat akan mempengaruhi onset, lama dan kerja maksimum suatu obat.

Faktor-faktor yang memepengaruhi hasil penelitian :

Penangan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih saying dan berprikemanusian. Di dalam menilai efek farmakologis suatu senyawa bioaktif dengan hewan percobaan dapat dipengaruhi oleh berbagai factor, antara lain :

1. Faktor internal pada hewan percobaan sendiri : umur, jenis kelamin, bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi, dan sifat genetic

2. Faktor-faktor lain yaitu faktor lingkungan, keadaan kandang, suasana kandang, populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman percobaan sebelumnya, suplai oksigen dalam ruang pemelirahaan dan cara pemeliharaan.

3. Keadaan faktor-faktor ini dapat merubah atau mempengaruhi respon hewan percobaan terhadap senyawa bioaktif yang diujikan. Penangan yang tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat mempengaruhi hasil percobaan, memberikan penyimpangan hasil. Disamping itu cara pemberian senyawa bioaktif terhadap hewan percobaan tentu mempengaruhi respon hewan terhadap senyawa bioaktif yang bersangkutan terutama segi kemunculan efeknya. Cara pemberian yang digunakan tentu tergantung pula pada bahan atau bentuk sedian yang akan digunakan serta hewan percobaan yang akan digunakan. Sebelum senyawa bioaktif dapat mencapai tempat kerjanya, senyawa bioaktif harus melalui absorpsi terlebih dahulu.

A. Mencit

Mencit adalah hewan percobaan yang sering dan banyak digunakan dalam laboraturium farmakologi dalam berbagai bentuk percobaan. Hewan ini mudah ditangani dan bersifat penakut, fotofobik, cendrung berkumpul sesamanya dan bersembunyi. Aktifitasnya dimalam hari lebih aktif, kehadiran manusia akan mengurangi aktifitasnya. Suhu normal badan mencit 37,4oC laju respirasi 163 menit.

Cara memegang mencit :

Mencit dapat dipegang dengan memegang ujung ekornya dengan tangan kanan, biarkan menjangkau/mencangkram alat yang kasar ( kawat kandang ). Kemudian tangan kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuknya seerat/setegang mungkin. Ekor dipindahkan dengan tangan kanan dijepit antara jari kelingking dan jari manis tanagn kiri. Dengan demikian mencit telah terpegang dengan tangan kiri dan siap diberi perlakuan.

Cara pemberian :

1. Cara Pemberian oral :

Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum/kanula oral ( berujung tumpul ). Kanula ini dimasukkan kedalam mulut, kemudian perlahan lahan diluncurkan ke langit-langit kearah belakang sampai esophagus kemudian dimasukkan kedalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan kanus yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Cara pemberian yang keliru akan masuk kedalam saluran pernafasan atau paru-paru yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian.

2. Cara pemberian intra peritoneal

Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang, kemudian jarum disuntikkan dengan sudut 100 dengan abdomen pada bagian tepi abdomen dan tidak terlalu kearah kepala untuk menghindari terkenanya kandung kemih dan hati.

3. Cara pemberian subkutan

Penyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah kulit tengkut dicubit diantara jempol dan telunjuk kemudian jarum ditusukkan dibawah kulit diantara kedua jari tersebut.

4. Cara pemberian intramuscular

Penyuntikan dilakukan kedalam otot pada daerah otot paha.

5. Cara pemberian intravena

Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan kedalam kandang individual yang sempit dengan ekor dapat menjulang keluar. Dilatasi vena untuk memudahkan penyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan dibawah lampu atau air hangat.

B. Tikus putih

Tikus berukuran lebih besar dari pada mencit dan lebih cerdas. Umumnya tikus putih ini tenang dan demikian mudah digarap. Tidak begitu bersifat fotofobik dan tidak begitu cenderung berkumpul sesamanya seperti mencit. Aktifitasnya tidak begitu terganggu oleh kehadiran manusia disekitarnya bila diperlakukan kasar atau mengalami defisiensi makanan, tikus akan menjadi galak dan sering dapat menyerang si pemegang.

Penangannya:

Seperti halnya pada mencit, tikus dapat ditangani dengan menarik ekornya, biarkan kaki tikus mencengkram alas yang kasar ( kawat kandang ), kemudian secara hati-hati diluncurkan tangan kiri dari belakang kearah kepalanya seperti pada mencit tetapi dengan kelima jari, kulit tengkuk dicengkram, cara lain yaitu selipkan ibu jari dan telunjuk menjepit kaki kanan depan tikus sedangkan kaki kiri depan tikus diantara jari tengah dan jari manis. Dengan demikian tikus akan terpegang kepalanya diantara jari telunjuk dan jari tengah. Pemegangan tikus dilakukan dengan tangan kiri sehingga tangan kanan kita dapat melakukan perlakuan.

Pemberian obat:

Cara-cara pemberian oral, ip, sk, im, dan iv dapat dilakukan, seperti pada mencit. Penyuntikan secara iv dapat pula dilakukan pada vena penis tikus jantan dengan bantuan pembiusan hewan percobaan. Penyuntikan sk dapat dilakukan pula pada daerah kulit abdomen.

Bobot Badan hewan Coba yang Digunakan di dalam penggunaan, hewan percobaan yang digunakan dapat berdasarkan kriteria bobot badannya di samping usianya. Farmakope Indonesia edisi III-1979 mengemukakan kriteria bobot beberapa hewan percobaan yang digunakan dalam uji hayati.

Mencit: 17-25 gram

Tikus: 150-200 gram

CARA MENGORBANKAN HEWAN PERCOBAAN

1. Pengorbanan hewan sering diperlakukan apabila keadaan rasa sakit yang hebat atau lama akibat suatu percobaan atau apabila mengalami kecelakaan, menderita sakit atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan.2. Etanasi atau cara kematian tanpa rasa sakit perlu dilakukan sedemikian sehingga hewan akan mati dengan seminimal mungkin rasa sakit. Pada dasarnya cara fisik yaitu dengan melakukan dislokasi leher adalah cara yang paling cepat, mudah dan berprikemanusiaan, tetapi cara perlakuan kematian juga perlu ditinjau bila ada tujuan dari pengorbanan hewan percobaan dalam rangkaian percobaan.3. Cara pengorbanan hewan lain adalah dengan menggunakan gas karbondioksida dalam wadah khusus atau dengan pemberian pentobarbital natrium pada takaran letalnya.ANESTESI PADA BEBERAPA HEWAN PERCOBAAN

Perlakuan anestesi terhadap hewan percobaan kadang kala diperlakukan untuk memudahkan cara pemberian senyawa bioaktif tertentu (pemberian i.v pada vena penis tikus) dan untuk percobaan-percobaan tertentu, misalnya pengukuran tekanan darah insitu pada karotid hewan dengan manometer condon. Umumnya anestesi hewan percobaan dapat dilakukan dengan pemberian uretan sebesar 1,2 gram/kg bobot badan yang diberikan secara intra peritoneal.III. Alat dan BahanAlatBahanHewan Percobaan

Kandang hewanAir matangMencit

Alat SuntikMakanan hewanTikus

III. Prosedur Kerja

1. Cara memegang hewan percobaan sehingga siap untuk diberi sediaan uji.

a. Mencit

Mencit diangkat ujung ekornya dengan tangan kanan, diletakkan pada suatu tempat yang permukaannya tidak licin (misal ram kawat pada penutup kandang), sehingga kalau ditarik, mencit akan mencengkeram. Kulit tengkuk mencit dijepitkan dengan telunjuk dan ibu jari tangan kiri, sedangkan ekornya tetap dipegang dengan tangan kanan. Posisi tubuh mencit dibalikkan, sehingga permukaan perut menghadap kita dan ekor dijepitkan antara jari manis dan kelingking tangan kiri.

b. Tikus

Tikus dapat diperlakukan sama seperti mencit, tetapi bagian ekor yang dipegang sebaiknya pada bagian pangkal ekor dan pegangannya pada bagian tengkuk bukan dengan memegang kulitnya.

Cara memegang tikus adalah sebagai berikut:

Tikus diangkat dengan memegang ekornya dari belakang dan kemudian diletakkan di atas permukaan kasar. Tangan kiri diluncurkan perlahan-lahan dari belakang tubuhnya menuju kepala. Ibu jari dan telunjuk diselipkan ke depan dan kaki kanan depan dijepit diantara kedua jari tersebut.

2. Cara memberikan obat pada hewan percobaan

a. Mencit

Oral :

Cairan obat diberikan dengan menggunakan sonde oral. Sonde oral ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit, kemudian dimasukkan perlahan-lahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan.

Sub kutan :

Kulit di daerah tengkuk diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml dengan posisi sudut 450. Intravena :

Mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan ekornya menjulur keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat agar pembuluh vena ekor mengalami dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena. Pemberian obat dilakukan dengan menggunakan jarum suntik no.24

Intramuskular :

Obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no.24.

Intra peritonial :

Mencit dipegang dengan cara seperti 1.a, pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak mengenai kandung kemih. Penyuntikan juga jangan di daerah yang terlalu tinggi agar terjadinya penyuntikan pada hati dapat dihindari.

b. Tikus

Pemberian secara oral, intramuskular, dan intra peritonial dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti pada mencit. Pemberian secara sub kutan dapat dilakukan di bawah kulit tengkuk atau kulit abdomen. Pemberian secara intra vena lebih mudah dilakukan pada vena penis dibandingkan dengan vena ekor.IV. Data Pengamatan dan Perhitungan

Cara Memegang Hewan PercobaanJenis hewanCara Memeang Hewan Percobaan

MencitDikerjakan

TikusDikerjakan

KelinciTidak Dikerjakan

MarmotTidak Dikerjakan

Cara Memberikan Obat pada Hewan PercobaanPerlakuanMencitTikusKelinciMarmot

OralDikerjakanDikerjakanTidak DikerjakanTidak Dikerjakan

Sub kutanDikerjakanDikerjakanTidak DikerjakanTidak Dikerjakan

Intra venaTidak DikerjakanDikerjakanTidak DikerjakanTidak Dikerjakan

IntramuskularDikerjakanDikerjakanTidak DikerjakanTidak Dikerjakan

Intra peritonealDikerjakanDikerjakanTidak DikerjakanTidak Dikerjakan

V. Pembahasan

Percobaan ini hanya dilakukan terhadap mencit dan tikus dikarenakan ketersediaannya hewan percobaan. Dilihat dari perbedaan karakteristik kedua hewan, terasa lebih mudah dalammenangani mencit karena ukuran badannya lebih kecil dibanding tikus. Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi mencit diantaranya adalah kebisingan suara didalam laboratorium,frekuensi perlakuanterhadap mencit tersebut, dan lain-lain.

Dalam menangani mencit, semua kondisi yang menjadi faktor internal dan eksternal dalam penanganan hewan percobaan harus optimal,untuk menjaga kondisi mencit tersebuttetap dalam keadaan normal. Apabilakondisi nyaterganggu, maka mencit tersebut akan mengalami stress. Kondisi stress yang terjadi pada mencit akan mempengaruhi hasilpercobaan yang dilakukan.

Rute pemberian obat dengan sonde oral harus dipastikan sudah mencapai rahang mencit,karenajika tidak, obatyang diinjeksikan akan dimuntahkan kembali oleh mencit tersebut. Olehkarena itu, kurang lebih batang sonde oral itu dimasukkan kurang lebih bagian hingga terbenam ke dalam mulut/ rahang mencit tersebut.A. Karakteristik Mencit dan Tikus

MencitDalam laboratorium mudah ditangani, bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktifpada malam hari, kehadiran manusia akan menghambat mencit. Suhu tubuh normal(37,4C). Laju respirasi normal 163 tiap menit. Tikus

Relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih pada umumnya tenang dan mudah ditangani. Ia tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit, dan kecenderungannya untuk berkumpul sesamanya juga tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak demikian terganggu dengan adanya manusia disekitarnya. Suhu tubuh 37,5C.Laju respirasinya normal 210 tiap menit.B. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor InternalFaktor internal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan adalah variasi biologik (usia, jenis kelamin), ras dan sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh, dan luas permukaan.Usia dan jenis kelamin berpengaruh pada hasil percobaan karena pada usia yang tepat pada fase hidup hewan tersebut, efek farmakologi yang dihasilkan akan lebih baik. Beda hasilnya jika usia hewan tersebut masih bayi. Jenis kelamin jugaberpengaruhdi lihat dari literature bobot badan hewanakan berbeda. Hal iniberpengaruh pada dosis yang akan di gunakan pada hewan percobaan tersebut.Begitu juga dengan ras dan sifat genetik, berpengaruh karena jika menggunakanhewan percobaan dengan ras dan sifat genetik yang berbeda-beda, maka hasilpercobaannya juga akan berbeda. Hal ini karena gen pada setiap individu berbeda.Dengan gen yang berbeda-beda dan karakteristik yang berbeda pula, maka masing-masing memiliki perbedaan dalam perilaku, kemampuan imunologis, infeksi penyakit, kemampuan dalam memberikan reaksi terhadap obat,kemampuan reproduksi dan lain sebagainya. Status kesehatan dan nutrisi berpengaruh terhadap hasil percobaan karena efekyang dihasilkan dalam dosis akan cepat diserap oleh tubuh dan berlangsung cepat efek yang di hasilkan. Selain itu, bobot tubuh dan luas permukaan tubuh juga berpengaruh dalam hasilpercobaan. Bobot dan luas permukaan tubuh hewan yang besar akan lebih membutuhkan lebih banyak dosis dibandingkan dengan yang memiliki bobot dan luas permukaan tubuh yang kecil untuk mendapatkan data kuantitatif yang akuratpada efekfarmakologis yang terjadi. Faktor EksternalFaktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan adalah pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau baru, pengalaman hewan dalam penerimaan obat, keadaan ruangan tempat hidup sepertisuhu, kelembaban udara, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan), suplai oksigen, pemeliharaan keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atauorgan untuk percobaan. Meningkatnya kejadian penyakit infeksi pada hewan percobaan, disebabkan karena kondisi lingkungan yang jelek di mana hewan itu tinggal. Maka dengan meningkatnya kejadian penyakit infeksi dan disertai dengan keadaan nutrisiyang jelek pula, akan berakibat resistensi tubuh menurun, sehingga akan berpengaruhterhadaphasil suatu percobaan. Jadi, untuk menghasilkan hasil percobaan yang baik, faktor eksternal tersebutharus disesuaikan dengan karakteristik hewan percobaan agar hewan tersebut tidakstres. Karena kalau hewan tersebut stres akan menghambat percobaan.

C. Cara Penanganan dan Pemmberian Obat

Gambar 1. Perlakuan terhadapmencit

Gambar 1. Perlakuan terhadaptikus

1. Pemberian secara oralPemberian secara oral pada mencit dilakuakan dengan alat suntik yang dilengkapi jarum berujung tumpul, yang telah diisi cairan obat (aquades) 0,5 ml. kitamenarikkulit pada bagian tengkuk mencit denganjari tengahdan ibu jari tangan kiri,dan tangan kanan memegang ekornyalalu membalikkan tubuh mencit sehingga menghadap ke kita dan menjepit ekor dengan kelingking dan jari manis tangan kiri, dimana posisi kepala mencit menengadah dan mulutnya sedikit terbuka, sonde oral (jarum tumpul) ditempatkan pada langit langit mulut atas mencit kemudian memasukkan perlahan sampai ke esophagus dan cairan obat dimasukkan.2. Pemberian secara subkutanPenyuntikan dilakukan di bawah kulit pada daerah tengkuk dengan mencubit tengkuk di antara jempol dan telunjuk. Bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alcohol 70%. Masukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml secara paraler dari arah depan menembus kulit sampai terdengar bunyi klik. Kita melakukan dengan cepat untuk menghindari pendarahan yang terjadi dengan kepala mencit.

Gambar 2. Cara Memberikan Obat Secara SubkutanGambar 3. Cara Memberikan Obat Secara Oral3. Pemberian secara intravena

Penyuntikan dilakukan pada vena ekor. Hewan dimasukkan ke dalam kandangindividual yang sempit dengan ekordapat menjulang ke luar. Untuk memudahkanpenyuntikan, dapat dilakukan dengan pemanasan di bawah lampu atau dengan airhangat untuk dilatasi vena.

Pada saat melakukan injeksi, di dalam alat suntik tidak boleh ada udara. Karenajika di dalamnya ada udara, pada saat dimasukan ke dalam vena ekor, vena akanrusak dan tidak stabil serta ekor akan menggelembung. Untuk menanggulanginyakeluarkan jarum dan masukkan kembali itu sedikit di atas awal injeksi. Jikapemberian obat secara intravena berhasil dengan posisi yang benar, maka akanterlihat pada vena jarum warnanya menjadi pucat.4. Pemberian secara intra muscularObat disuntikkan pada paha posterior. Mencit dipegang dengan cara menyamping, dimana ibu jari dan telunjuk memegang kepala mencit dengan tangan kiri kemudian kelingking dan jari manis memegang paha dan perut bagian kiri mencit. Bersihkan area kulit yang akan disuntik dengan alcohol 70%. Masukkan obat dengan menggunakan alat suntik 1 ml.

Gambar 4. Cara Memberikan Obat Secara Intravena

Gambar 5. Cara Memberikan Obat Secara Intramuskular

5. Pemberian secara intraperitonealMencit dipegang dan diposisikan telentang, pada penyuntikan posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dari abdomen yaitu, pada daerah yang menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena penyuntikan pada hati.

Gambar 6. Cara Memberikan Obat Secara Intraperitoneal

VI. KESIMPULAN

1. Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit dan tikus putih.

2. Cara pemberian obat pada mencit dengan berbagai cara, yaitu cara Pemberian oral, cara pemberian intra peritoneal, cara pemberian subkutan, cara pemberian intramuscular, cara pemberian intravena.3. Cara pemberian obat pada tikus putih dengan berbagai cara, yaitu cara Pemberian oral saja yang dilakukan karena kondiisi tikus yang sulit ditangani.4. Karena ada berbagai macam faktor maka, cara penanganan mencit lebih mudah dibandingkan penanganan tikus putih.5. Faktor yang mempengaruhi hasil percobaan yaitu, faktor internal (usia, jenis kelamin, ras dan sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi, bobot tubuh, luas permukaan tubuh). Faktor eksternal (suplai oksigen, pemeliharaan kandang, suasana baru, pengalaman hewan dalam pemberian obat, keadaan ruangan).6. Untuk memperoleh efek farmakologis yang sama dari suatu obat pada spesies hewanpercobaan, diperlukan data penggunaan dosis dengan menggunakan perbandingan luas permukaan tubuh setiap spesies.

IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. PenangananHewan Percobaan. Jakarta Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakartahttp://medicafarma.blogspot.com/2010/04/penanganan-hewan-percobaan_ 24.html. Diakses tanggal 8 Oktober 2012 pukul 21.25 WIB. Sulaksono, M.E., 1992. Faktor Keturunan dan Lingkungan Menentukan Karakteristik Hewan Percobaan dan Hasil Suatu Percobaan Biomedis. Jakarta