modul 1
TRANSCRIPT
MODUL 1
SKENARIO 1 : BIRU YANG MENCEMASKAN
Jati anak laki-laki umur 9 bulan dibawa ibunya ke puskesmas dengan keluhan:
anak kelihatan bertambah biru terutama di sekitar mulut sejak 3 hari yang lalu.
Dari anamnesis dokter diketahui sejak lahir daerah sekitar mulut sering terlihat
biru terutama bila menyusu dan melepaskan puting susu ibu karena lelah. Bayi
lahir spontan, ditolong bidan dan langsung menagis kuat. Bidan sudah
mengatakan bahwa kemungkinan ada kelainan jantung dan dianjurkan untuk di
rujuk ke RS,tetapi orang tua keberatan karena belum punya uang.
Pada pemeriksaan fisik, terlihat anak sianosis, BB 4 kg terlihat kurus, takipne,
takikardi, ada bising jantung dan pada ekstremitas ada clubbing finger. Dokter
memberi oksigen dan membuat surat rujukan untuk pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya. Dokter menegaskanbahwa anak ini harus dirujuk. Ibu merasa
khawatir dan menanyakan apakah anaknya bisa sembuh. Bagaimana anda
menjelaskan tentang penyakit Jati?
I. Terminologi
1. Sianosis : suatu keadaan dimana kulit dan membran mukosa
berwarna kebiruan akibat penumpukan
deoksihemoglobin pada pembuluh darah.
2. Takipnea : frekuensi pernafasan yang cepat
3. Takikardi : denyut jantung yg lebih cepat dari pada denyut jantung
normal
4. Bising jantung : suara di dalam jantung yang tidak normal yang dapat
terjadi akibat aliran turbulen darah melalui jalan yang
sempit , baik penyempitan mutlak/organik maupun
penyempitan relatif.
5. Clubbing finger : deformasi jari-jari akibat proliferasi jaringan lunak
di sekitar falang terminal.
II. Identifikasi Masalah
1. Mengapa di sekitar mulut Jati kelihatan bertambah biru sejak 3 hari yang
lalu?
2. Mengapa Jati biru terutama setelah menyusu dan melepaskan puting susu
ibu karena lelah?
3. Mengapa bidan mengatakan kemungkinan Jati menderita kelainan
jantung dan apa penyakitnya?
4. Mengapa Jati harus dirujuk ke rumah sakit? Apa akibatnya jika tidak
dirujuk?
5. Apakah ada hubungan proses kelahiran dengan keadaan jari sekarang?
6. Bagimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
7. Apa indikasi dokter memberi O2 ? apa pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya?
8. Apakah Jati bisa sembuh?
III. Analisis Masalah
1. Mengapa di sekitar mulut Jati kelihatan bertambah biru sejak 3 hari yang
lalu?
Sianosis penumpukan deoksihemoglobin
Hb abnormal
Penurunan kadar O2
Kelainan jantung bawaan (pirau dari kanan ke kiri)
2. Mengapa Jati biru terutama setelah menyusu dan melepaskan puting susu
ibu karena lelah?
saat beraktivitas (makan, menyusui, menangis) vasodilatasi
sistemik banyaknya darah (yang miskin oksigen) yang kembali ke
jantung kanan karena adanya kelainan jantung bawaan (pirau
kanan ke kiri)darah yang miskin oksigen masuk ke jantung kiri
dialirkan ke sistemik sianosis
mudah lelah saat menyusui kekurangan oksigen
3. Mengapa bidan mengatakan kemungkinan Jati menderita kelainan
jantung dan apa penyakitnya?
Karena sejak lahir bayi tampak biru
Kemungkinan penyakitnya Tetralogi Fallot (PJB sianotik terbanyak)
4. Mengapa Jati harus dirujuk ke rumah sakit? Apa akibatnya jika tidak
dirujuk?
Untuk pemeriksaan dan perawatan lebih lanjut
Jika tidak dirujuk/tidak dioperasi hanya bisa bertahan sampe usia
15 tahun, pada usia 2 – 3 tahun dapat terjadi abses otak
5. Apakah ada hubungan proses kelahiran dengan keadaan jari sekarang?
Tidak ada hubungan dengan proses kelahiran, karna PJB saat dalam
kandungan (saat pembentukan organ)
Resiko terjadinya PJB :
a. Selama hamil ibu terinfeksi rubella atau virus lainnya
b. Gizi buruk selama hamil
c. Ibu yang alkoholik
d. Usia ibu diatas 40 tahun
e. Ibu menderita diabetes
f. Konsumsi obat-obatan
6. Bagimana interpretasi dari hasil pemeriksaan fisik?
Sianosis hipoksia
BB 4kg mudah lelah menyusus kurang nutrisi BB rendah
Takipnea kompensasi dari hipoksia (untuk mencukupi kebutuhan
O2 tubuh dan membuang CO2 yang tinggi dalam darah)
Takikardi kompensasi jantung untuk memenuhi kebutuhan O2
Bising jantung turbulensi darah karena adanya stenosis
Clubbing finger hipoksia kronik penebalan/bertambahnya
jaringan ikat di dasar kuku
7. Apa indikasi dokter memberi O2 ? apa pemeriksaan dan perawatan
selanjutnya?
Indikasi pemberian O2 untuk memenuhi kebutuhan O2
Pemeriksaan :
- EKG
- Lab
- Foto toraks
- ECG
- Kateterisasi jantung / angiokardiogram
Perawatan operasi (korektif atau paliatif)
8. Apakah Jati bisa sembuh?
Bisa, apabila dilakukan operasi prognosis baik
IV.X
V. LO
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang sirkulasi darah janin
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit jantung bawaan sianotik
(TOF dan TGA)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit jantung bawaan non
sianotik (VSD, ASD dan PDA)
VI.Pembahasan LO
1. Sirkulasi Darah Janin
Pada janin masih terdapat fungsi foramen ovale,duktus arteriosus
botali,duktus venosus arantii dan arteri umbilikalis mula-mula darah yang
kaya oksigen dan nutrisi yang berasal dari plasenta melalui vena
umbilikalis masuk ke dalam tubuh janin.sebagian besar darah tersebut
melalui duktus venosus arantii,di dalam atrium dekstra sebagian besar
darah ini akan mengalir secara fisiologik ke atrium sinistra melalui
foramen ovaleyang terletak diantara dekstra dan atrium sinistra,dari atrium
sinistra selanjutnya darah ini mengalir ke ventrikel kiri yang kemudian
akan dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil darah dari atrium dekstra
mengalir ke ventrikel dekstra bersama-sama dengan darah yang berasal
dari vena cava superior.karena terdapat tekanan dari paru-paru yang belum
berkembang,sebagian besar darah dari ventrikel dekstra ini yang
seyogianya mengalir melalui arteri pulmonaliske paru-paru akan mengalir
melalui duktus arteriosus botali ke aorta,sebagian kecil akan menuju ke
paru-paru dan selanjutnya ke atrium sinistra melalui vena
pulmonalis.darah dari aorta akan mengalir keseluruh tubuh janin untuk
memberi nutrisi oksigenasi pada sel-sel tubuh.
Darah dari sel-sel tubuh yang miskin oksigen serta penuh dengan sisa-sisa
pembakaran akan dialirkan ke plasenta melalui arteri
umbilikalis,seterusnya diteruskan ke peredaran darah dikotiledon dan
jonjot-jonjot dan kembali melalui vena umbilikalis demikian
seterusnya,sirkulasi janin ini berlangsung ketika janin berada di dalam
uterus.ketika janin dilahirkan,segera bayi menghisap udara dan menangis
kuat,dengan demikian paru-parunya akan berkembang,tekanan dalam
paru-paru mengecil dan seolah-olah darah terisap ke dalam paru-
paru,dengan demikian duktus botali tidak berfungsi lagi,demikian pula
karena tekanan dalam atrium sinistra meningkat foramen ovale akan
tertutup sehingga foramen tersebut selanjutnya tidak berfungsi lagi. Akibat
dipotong dan diikatnya tali pusat arteri umbilikalis dan duktus venosus
arantii akan mengalami obiliterasi,dengan demikian setelah bayi lahir
maka kebutuhan oksigen dipenuhi oleh udara yang dihisap ke paru-paru
dan kebutuhan nutrisi dipenuhi oleh makanan yang dicerna dengan
sistem pencernaan sendiri.
Faktor-Faktor Yang Mengubah Peredaran Darah Janin
Setelah kelahiran terjadi perubahan peredaran darah janin, faktor penting
yang mengubah peredaran darah janin menuju peredaran darah dewasa
ditentukan oleh :
1. Berkembangnya paru-paru janin berkembangnya paru-paru janin dapat
menyebabkan tekanan negatif dalam paru sehingga dapat menampung
darah, untuk melakukan pertukaran co2 dan o2 dari udara sehingga
terjadi oblitersi pada duktus arteriosus bothalli. Tekanan dalam atrium
kiri makin meningkat, sehingga dapat menutup foramen ovale.
Tekanan yang tinggi pada atrium kiri disebabkan darah yang mengalir
ke atrium kanan kini langsung menuju paru-paru dan selanjutnya
dialirkan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dua faktor ini
menyebabkan tekanan di atrium kiri meningkat.
2. Terputusnya hubungan peredaran darah antara ibu dan janin
terputusnya hubungan peredaran darah antara ibu dan janin terjadi
karena dipotongnya tali pusat sehingga terjadi peredaran darah
pulmonal yang mengakibatkan terjadi pernafasan pulmona. Dengan
demikian duktus arteriosus bothalli tidak berfungsi dan akan
mengalami perubahan dan menjadi ligamentum arteriosum begitu juga
dengan yang lain. Vena umbilikal menjadi ligamentum teres, duktus
venosus arantii menjadi ligamentum venosum serta foramen ovale
menjadi hypogastrik arteries kecuali beberapa cm pertama yang tetap
terbuka sebagai arteri vesical superior. Pemotongan tali pusat
sebaiknya dilakukan setelah bayi menangis dan tali pusat berhenti
berdenyut karena dapat menambah darah dari plasenta sekitar 50 ml
s/d 75 ml yang sangat berarti bagi pertumbuhan janin.
3. Terbentuknya adult haemoglobin (tipe a) terbentuknya adult
haemoglobin (tipe a) sehinggasetelah lahir dapat menangkap oksigen
dan melepaskan co2 melaului pernafasan sehingga terjadi pertukaran
o2 dan co2 di paru-paru.
2. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
A. Tetralogi of Fallot (TOF)
Tetralogy of Fallot (TOF) adalah penyakit jantung kongenital dengan
kelainan struktur jantung yang muncul pada saat lahir dan terjadi
perubahan aliran darah di jantung.
TOF melibatkan empat kelainan jantung, yaitu:
a. Stenosis Pulmonal
Hal ini diakibatkan oleh penyempitan dari katup pulmonal, di mana
darah mengalir dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Secara
fisiologis, darah yang sedikit oksigen dari ventrikel kanan akan
mengalir melalui katup pulmonal, masuk ke dalam arteri
pulmonalis, dan keluar ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
Pada stenosis pulmonal, jantung harus bekerja lebih keras dari
biasanya untuk memompa darah dan tidak cukup darah untuk
mencapai paru-paru.
b. Ventricular Septal Defect (VSD)
Jantung memiliki dinding yang memisahkan dua bilik pada sisi kiri
dari dua bilik di sisi kanan yang disebut septum. Septum berfungsi
untuk mencegah bercampurnya darah yang miskin oksigen dengan
darah yang kaya oksigen antara kedua sisi jantung. Pada VSD
dijumpai lubang di bagian septum yang memisahkan kedua
ventrikel di ruang bawah jantung. Lubang ini memungkinkan darah
yang kaya oksigen dari ventrikel kiri untuk bercampur dengan
darah yang miskin oksigen dari ventrikel kanan.
Jika VSD cukup besar, maka akan ada peningkatan dalam aliran
darah ke paru dan akan menyebabkan dilatasi ventrikel kiri dan
arteri kiri dan akhirnya mengakibatkan gagal jantung karena ketika
ventrikel kiri menjadi melebar sesuai dengan "frank-starling law"
yaitu ketika otot jantung mengalami dilatasi maka kontraktilitas
jantung akan menurun dan jantung tidak bisa mengkompensasi lagi
sehingga curah jantung akan berkurang dan gagal jantung bisa
terjadi.
c. Dekstroposisi dari aorta
Ini merupakan kelainan pada aorta yang merupakan arteri utama
yang membawa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Secara
anatomi jantung yang normal, aorta melekat pada ventrikel kiri.
Hal ini memungkinkan hanya darah yang kaya oksigen mengalir ke
seluruh tubuh. Pada TOF, aorta berada diantara ventrikel kiri dan
kanan, langsung di atas VSD. Hal ini mengakibatkan darah yang
miskin oksigen dari ventrikel kanan mengalir langsung ke aorta
bukan ke dalam arteri pulmonalis kemudian ke paru-paru.
d. Hipertrofi ventrikel kanan
Kelainan ini terjadi jika ventrikel kanan menebal karena jantung
harus memompa lebih keras dari seharusnya agar darah dapat
melewati katup pulmonal yang menyempit.
Obstruksi aliran darah arteri pulmonal biasanya pada kedua
infundibulum ventrikel kanan dan katup pulmonal. Obstruksi total
dari aliran ventrikel kanan (atresia pulmonal) dengan VSD
diklasifikasikan dalam bentuk ekstrim dari TOF. Darah dari kedua
ventrikel dipompa ke seluruh tubuh, termasuk darah yang miskin
oksigen. Hal ini mengakibatkan bayi dan anak-anak dengan TOF
sering memiliki warna kulit biru yang disebut sianosis karena
miskinnya oksigen di dalam darah. Saat lahir kemungkinan bayi
tidak terlihat biru tetapi kemudian bisa terjadi episode mendadak
yang disebut spell ditandai dengan kulit kebiruan saat menangis
atau makan.
Epidemiologi
TOF adalah penyakit jantung kongenital yang kompleks yang dengan
angka kejadian sekitar 5 dari setiap 10.000 kelahiran. Penyakit
jantung kongenital ini dapat dijumpai pada anak laki-laki maupun
perempuan.
CDC memperkirakan setiap tahunnya sekitar 1.575 bayi di Amerika
Serikat yang lahir dengan TOF. Dengan kata lain, sekitar 4 dari setiap
10.000 bayi yang lahir di Amerika Serikat setiap tahunnya lahir
dengan TOF.
TOF mewakili 10% dari kasus penyakit jantung kongenital dan
merupakan penyebab paling umum dari penyakit jantung kongenital
sianotik. Insiden terjadinya TOF lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan.
Prevalensi TOF terjadi pada 3-6 bayi untuk setiap 10.000 kelahiran
dan merupakan penyebab paling umum penyakit jantung kongenital
sianotik.TOF menyumbang sepertiga dari semua penyakit jantung
kongenital pada pasien yang berusia kurang dari 15 tahun. Dalam
kebanyakan kasus, TOF adalah sporadis dan nonfamilial. Kejadian
pada saudara kandung dari orang tua pasien yang mengalami TOF
sekitar 1-5% dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Kelainan ini berhubungan dengan anomali extrakardiak
seperti labiaskizis dan palatum, hipospadia, kelainan rangka dan
kraniofasial. Sebuah mikrodelesi dalam kromosom 22 (22q11) telah
diidentifikasi pada pasien dengan TOF sebagai salah satu manifestasi
kardiovaskular.
Etiologi
Penyebab penyakit jantung kongenital sebagian besar tidak diketahui,
meskipun penelitian genetik menunjukkan etiologi multifaktorial.
Faktor prenatal yang berhubungan dengan insiden yang lebih tinggi
pada TOF termasuk rubella virus atau penyakit virus lainnya selama
kehamilan, gizi buruk prenatal, kebiasaan ibu minum alkohol, usia ibu
yang lebih dari 40 tahun, dan diabetes.
Anak-anak dengan Sindrom Down memiliki insiden yang lebih tinggi
untuk terjadinya TOF. Diantara bayi dengan Sindrom Down (trisomi
21)
didapatkan kejadian jantung bawaan hampir 40% kasus banyak
diantaranya kelainan umum seperti kelainan atrium dan patent ductus
arteriosus (PDA). Namun, ada juga kondisi yang jarang terjadi seperti
defek septum atrium dan ventrikel yang besar.
CDC bekerja dengan peneliti lainnya untuk mempelajari faktor resiko
yang dapat meningkatkan kemungkinan memiliki bayi dengan TOF
dan ditemukan beberapa hal berikut:
1. Tingkat TOF meningkat dari tahun ke tahun.
2. Lingkungan, khususnya karbon monoksida, mungkin menjadi
faktor risiko untuk melahirkan bayi dengan TOF meskipun
penelitian lebih lanjut diperlukan.
3. Adanya risiko tinggi untuk mengalami TOF antara bayi berkulit
putih daripada bayi dari ras lain.
4. Tidak ada hubungan yang kuat antara penggunaan kafein dengan
ibu dan risiko TOF.
Patologi
Biasanya sisi kiri jantung hanya memompa darah ke seluruh tubuh
dan sisi kanan jantung memompa darah hanya ke paru-paru. Pada
anak dengan TOF, darah dapat melakukan perjalanan melintasi
lubang (VSD) dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri dan keluar ke
dalam aorta. Obstruksi pada katup pulmonal dari ventrikel kanan ke
arteri pulmonalis mencegah jumlah normal darah dari yang dipompa
ke paru-paru. Kadang-kadang katup pulmonal benar-benar terhalang
yang disebut pulmonal atresia.
Pada kenyataannya, hanya dua kelainan yang diperlukan pada TOF
yaitu VSD yang cukup besar untuk menyamakan tekanan di kedua
ventrikel dan stenosis pulmonal. Hipertrofi ventrikel kanan
merupakan efek sekunder dari stenosis pulmonal.dan VSD. VSD yang
paling sering pada TOF adalah tipe perimembranous di daerah
subpulmonal. Aliran ventrikel kanan adalah obstruksi saluran paling
sering dalam bentuk stenosis infundibular sebanyak 45%.Obstruksi
jarang pada tingkat katup pulmonal sekitar 10%. Sebuah kombinasi
dari dua juga dapat terjadi dengan angka kejadian 30%. Katup
pulmonal atretik adalah salah satu anomali yang berat dengan angka
kejadian sekitar 15%. Pada kebanyakan pasien terjadi hipoplasia pada
anulus pulmonal dan arteri pulmonal.. Cabang-cabang arteri pulmonal
biasanya kecil dengan stenosis perifer. Obstruksi pada arteri pulmonal
kiri sangat umum terjadi.Right aotic arc(RAC) juga terjadi dengan
angka kejadian 25% kasus. Pada sekitar 5% dari pasien TOF dapat
ditemukan arteri koroner yang abnormal. Kelainan yang paling umum
adalah cabang anterior descending timbul dari arteri koroner kanan
dan melewati saluran keluar ventrikel kanan.
Mekanisme patogenetik dari pembentukan TOF dimulai selama
morfogenesis jantung sebelum septum ventrikel ditutup dengan
pembagian ejeksi aliran ventrikel kanan ke aliran aorta transeptal dan
aliran pulmonal infundibular. Ejeksi aliran ventrikel kanan
disebabkan oleh obstruksi aliran olehkatup stenosis pulmonal yang
dijumpai hampir di semua kasus. Aliran aorta transeptalmelewati
ventrikel yang tidak tertutup septum sehingga mempertahankan
patensi hubungan kedua ventrikel dan memperluas yang VSD.
Gejala Klinis dan Patofisiologi
Bayi dengan obstruksi ventrikel kanan yang ringan, awalnya mungkin
terlihat dengan gagal jantung yang disebabkan oleh pirau ventrikel
dari kiri ke kanan. Seringkali sianosis tidak muncul pada saat lahir
tetapi dengan adanya dijumpai hipertrofi ventrikel kanan, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pasien. Sianosis terjadi di tahun
pertama kehidupan yang dapat terlihat di selaput lendir bibir, mulut,
dan kuku.Pada bayi dengan obstruksi ventrikel kanan yang berat,
aliran darah paru tergantung pada aliran melalui duktus arteriosus.
Pada saat duktus mulai menutup dalam 1 jam atau beberapa hari
kehidupan, sianosis berat dan kolaps sirkulasi dapat terjadi. Anak
dengan sianosis yang berlama-lama dan belum menjalani operasi
mungkin memiliki kulit berwarna biru kehitaman, sklera abu-abu
dengan pembuluh darah membesar, dan ditandai dengan jari tabuh.
Salah satu manifestasi lain adalah dispnoe yang biasanya timbul saat
beraktivitas. Pada saat terjadi dispnoe, anak akanmengambil posisi
jongkok untuk mengurangi dispnoe dan anak biasanya dapat
melanjutkan aktivitas fisik dalam beberapa menit.
Hipersianotik paroksismal merupakan masalah yang dapat dijumpai
selama tahun pertama dan kedua kehidupan. Bayi menjadi
hipersianosis dan gelisah, takipnoe, dan sinkop. Spell paling sering
terjadi di pagi hari yang berkaitan dengan pengurangan aliran darah
paru yang sudah terganggu dan bila berkepanjangan mengakibatkan
hipoksia sistemik yang berat dan asidosis metabolik. Spell dapat
berlangsung dari beberapa menit sampai beberapa jam namun jarang
berakibat fatal yang ditandai dengan keadaan umum lemah dansetelah
serangan pasien tertidur. Spell yang berat dapat mengakibatkan
ketidaksadaran dan kadang-kadang ditemukan kejang danhemiparese.
Bayi dengan sianosis yang ringan lebih rentan untuk terjadinya spell
karena tidak memperoleh mekanisme homeostatis untuk mentolerir
penurunan cepat saturasi oksigen arteri seperti polisitemia.
Diagnosis
Ada beberapa langkah diagnostik, yaitu antara lain:
A. ANAMNESIS
1. Dapat terdengar bising jantung pada waktu lahir.
2. Biru sejak lahir atau kemudian sesudah lahir. sesaksaat
beraktifitas, squatting, hipoksik spell yang terjadi kemudian
walaupun bayi hanya mengalami sianosis ringan.
3. Bayi dengan TOF ringan (pink fallot) biasanya asimtomatik
namun terkadang dapat menunjukkan tanda gagal jantung,
seperti pada VSD besar dengan pirau dari kiri ke kanan.
4. Pasien dengan atresia pulmonal tampak sianosis pada saat
lahir atau segera setelah lahir.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Sianosis dengan derajat yang bervariasi, nafas cepat, jari
tabuh.
2. Tampak peningkatan aktifitas ventrikel kanan sepanjang tepi
sternum dan thrill sistolik dibagian atas dan tengah tepi
sternum kiri.
3. Klik ejeksi yang berasal dari aorta dapat terdengar. Bunyi
jantung II biasanya tunggal, keras, bising ejeksi sistolik (grade
3-5/6) pada bagian atas dan tengah tepi sternum kiri.
4. Pada tipe asianotik, dijumpai bising sistolik yang panjang.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan kenaikan jumlah eritrosit dan hematokrit
(hiperviskositas) yang sesuai dengan derajat desaturasi dan
stenosis. Pada pasien TOF dengan kadar hemoglobin dan
hematokrit normal atau rendah, kemungkinan menderita
defisiensi besi.
2. Elektrokardiografi
Right axis deviation (RAD) pada TOF sianotik. Pada bentuk
yang asianotik aksis bias normal dan terdapat pembesaran
ventrikel kanan. Pada TOF asianotik terdapat pembesaran kedua
ventrikel, biasanya disertai pembesaran atrium kanan.
3. Foto toraks
a. TF sianotik
Besar jantung bisa normal atau lebih kecil dari normal,
dan corakan paru menurun. Pada TOF dengan atresia
pulmonal dapat ditemukan lapangan paru hitam.
Segmen pulmonal cekung dan apeks terangkat, hingga
jantung mirip sepatu boot (boot-shaped heart).
Tampak pembesaran ventrikel kanan dan atrium kanan.
Pada 30% kasus arkus aorta berada di kanan.
b. TF asianotik
Gambaran radiologinya tidak dapat dbedakan dengan
gambaran VSD kecil sampai sedang.
Ekokardiografi : 2D dan Doppler.
VSD perimembran infundibular besar dengan
overriding aorta dapat dilihat dengan pandangan
parasternal long axis.
Anatomi jalan keluar ventrikel kanan, katup pulmonal,
annulus pulmonal, dan arteri pumonalis beserta cabang-
cabangnya dapat dilihat dengan pandangan short axis.
Dengan Doppler dapat dinilai pressure gradient melalui
obstruksi jalan keluar ventrikel kanan. Ekokardiografi
dapat menilai kelainan arteri koroner dan juga kelainan
lain yang berhubungan misalnya, ASD, persistant left
superior vena cava.
4. Kateterisasi jantung dan angiokardiografi
Kateterisasi jantung tidak diperlukan pada TOF, bila dengan
pemeriksaan ekokardiografi sudah jelas. Kateterisasi biasanya
diperlukan sebelum tindakan bedah koreksi dengan maksud
untuk mengetahui defek septum ventrikel yang multipel, deteksi
kelainan arteri koronaria, dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer.
Diagnosa Banding
A. Atresia Pulmonal
Atresia pulmonal adalah kelainan bawaan dari katup paru di mana
lubang katup gagal untuk mengembangkan. Katup benar-benar
tertutup sehingga menghalangi aliran darah dari jantung ke paru-
paru. Karena ini, bayi yang baru lahir berwarna biru dan atresia
pulmonal biasanya dapat didiagnosis dalam jam atau menit setelah
lahir.
B. Double Outlet Right Ventricle (DORV)
Pada penyakit ini kedua arteri besar keluar dari ventrikel kanan,
masing-masing dengan konusnya. Satu-satunya jalan keluar
ventrikel kiri adalah ventricular septal defect (VSD). Posisi kedua
arteri besar ini adalah bersebelahan. Gambaran klinisnya sangat
bervariasi, bergantung kepada kelainan hemodinamik, dapat mirip
defek septum ventrikel, transposisi arteri besar atau TOF. Oleh
sebab itu, untuk menegakkan diagnosisnya, tidak mungkin hanya
dengan gejala klinis saja. Foto toraks juga sangat bervariasi,
mungkin terdapat kardiomegali atau tidak, dengan vaskularisasi
paru dapat bertambah, normal atau berkurang sesuai demgan ada
atau tidaknya stenosis pulmonal, EKG sebagian besar kasus
menunjukan deviasi sumbu ke kanan dengan hipertrofi ventrikel
kanan.
C. Transposition of Great Artery (TGA)
Komplikasi
a. Hipoksia organ-organ tubuh yang kronis.
b. Polisitemia.
c. Emboli sistemik.
d. Abses otak.
e. Cyanotic spell.
Penatalaksanaan
a. Serangan hipoksia (Hipoksic/Cyanotic Spell) anak dispneu,
sianosis bertambah, kesadaran berkurang oleh karena kontraksi
infundibulum ventrikel kanan.
b. Knee Chest Position.
c. Beri Oksigen 5 L/m.
d. Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg/dosis - intravena atau subkutan.
e. Bic Nat 1-2 meq/kg BB, intravena.
f. Bila anemia tranfusi darah 5ml/kg.
Propanolol 1 mg/kg/hr – per oral dibagi 3 dosis.
g. Untuk mencegah terulangnya serangan
Propanolol 1 mg/kg/hr per oral dibagi 2 dosis.
h. Tindakan bedah merupakan suatu keharusan bagi semua
penderita TF. Pada bayi dengan sianosis yang jelas, sering
pertama-tama dilakukan operasi pintasan atau langsung
dilakukan pelebaran stenosis transventrikel. Koreksi total dengan
menutup VSD seluruhnya dan melebarkan PS pada waktu ini
sudah mungkin dilakukan. Umur optimal untuk koreksi total
pada saat ini adalah 7-10 tahun. Tapi operasi semacam ini selalu
disertai risiko yang besar.
Prognosis
Prognosis dari penyakit jantung bawaan ini adalah tanpa pembedahan,
angka kematiannya adalah 95% pada usia 20 tahun. Prognosis cukup
baik pada yang dioperasi saat anak-anak. Biasanya operasi telah
dilakukan sebelum usia setahun, dengan penutupan VSD dan koreksi
dari stenosis pulmonal. Kelangsungan hidup 20 tahun adalah 90-95%
setelah pembedahan.Prognosis jangka panjang kurang baik bila:
a. Dioperasi pada usia dewasa yang sudah terjadi gangguan fungsi
ventrikel kiri akibat hipoksia yang lama.
b. Pasca bedah dengan residual pulmonal insufisiensi berat sehingga
terjadi gagal ventrikel kanan.
B. Transposition of the Great Arteries (TGA)
TGA adalah sebuah kelainan jantung bawaan sianotik kedua
tersering setelah TF, dimana kelainan letak dari aorta dan arteri
pulmonalis. Kira-kira 5% dari seluruh penyakit jantung bawaan,
dengan perbandingan anak laki-laki lebih sering daripada anak
perempuan.
Hemodinamik
Dalam keadaan normal, aorta berhubungan dengan ventrikel kiri
jantung dan arteri pulmonalis berhubungan dengan ventrikel kanan
jantung. Pada transposisi arteri besar yang terjadi adalah
kebalikannya. Aorta terletak di ventikel kanan jantung dan arteri
pulmonalis terletak di ventrikel kiri jantung. Darah desaturasi
kembali dari jaringan (darah sistemik) melalui vena kava masuk ke
atrium kanan, ventrikel kanan, dan darah diteruskan ke sirkulasi
sistemik lagi melalui aorta yang transposisi. Darah yang kaya O2
(darah pulmonal) dari vena pulmonalis masuk ke atrium kiri,
venntrikel kiri dan diteruskan melalui arteri pulmonalis kembali ke
paru-paru. Dengan demikian, sirkulasi sistemik dan pulmonal terdiri
atas dua sirkuit paralel.
Bayi dengan kelainan ini, setelah lahir bisa bertahan sebentar saja
karena adanya lubang diantara atrium kiri dan kanan yang disebut
foramen ovale. Foramen ovale ini dalam keadaan normal ditemukan
pada bayi ketika lahir. Dengan adanya lubang ini, maka sejumlah
kecil darah yang kaya akan oksigen akan mengalir dari atrium kiri ke
atrium kanan, lalu ke ventrikel kanan dan ke aorta sehingga mampu
memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan bayi tetap hidup.
Etiologi
Penyebab dari kebanyakan kelainan jantung bawaan tidak diketahui.
Faktor prenatal (sebelum bayi lahir) yang berhubungan dengan TGA
adalah:
· Rubella atau infeksi virus lainnya pada ibu hamil
· Nutrisi yang buruk selama kehamilan
· Ibu yang alkoholik
· Usia ibu lebih dari 40 tahun
· Ibu menderita diabetes
· Abnormalitas dari kromosom
Patofisiologi
Selama dalam kandungan oksigenisasi janin hampir normal. Setelah
lahir, ductus arteriosus akan segera menutup setelah beberapa jam
atau 3 sampai 4 hari. Darah pulmonal dan darah sistemik bercampur
hanya melalui foramen ovale. Akibatnya saturasi O2 dalam darah
yang harus di edarkan ke sistemik sangat menunurun. Terjadi
hipoxia berat dan segera muncul sianosis.
Manifestasi Klinik
Pasien dengan kelainan ini biasanya lahir dengan berat badan yang
normal ataupun lebih dari normal. Bergantung baik atau tidaknya
pencampuran darah, bayi dapat tampak sianosis ringan sampai berat.
Bila terjadi tanpa kelainan lain, penderita TGA tidak dapat hidup.
Akan tetapi jika disertai dengan kelainan lain, seperti ASD, VSD dan
PDA maka hubungan antara darah sistemik dan darah pulmonal
dapat terjaga.
Gejala:
· Sianosis
· Sesak nafas (tachypnea)
· Clubbing fingers
· Kulit terasa dingin dan lembab
· tidak mau makan/menyusu
Bila tidak diobati, sebagian besar bayi akan meninggal pada masa
neonatus. Hipoksemia biasanya berat; gagal jantung kongestif jarang.
Keadaan ini merupakan gawat darurat medik, dan hanya diagnosis
awal dan intervensi yang tepat dapat mencegah dari sekuele
hipoksemia berat yang lama, asidosis dan kematian.
Diagnosis
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan auskultasi akan terdengar murmur (desah
jantung).
Pemeriksaan penunjang:
· X-foto toraks (Roentgen dada)
- Jantung sedikit membesar
- Bayangan jantung seperti telur tergantung pada batang kayu kecil.
(Eeg-on-slide appearance)
- Mediastinum sempit
- Aliran darah paru bertambah
· Elektrocardiography (EKG)
Adanya deviasi sumbu QRS ke kanan dengan hipertrofi ventrikel
kanan dan pembesaran atrium kanan. Pola neonatus dominan sebelah
kanan.
· Echocardiography (ECG)
Menunjukkan hubungan ventrikel-arteria yang transposisi.
· Kateterisasi jantung
Menunjukkan tekanan ventrikel kanan merupakan tekanan sistemik,
karena ventrikel ini mendukung sirkulasi sistemik.
Penatalaksanaan
Segera, setelah ada kecurigaan infus Prostaglandin E-1 (PGE-
1), dengan tujuan untuk mempertahankan terbukanya duktus
arteriosus untuk memperbaiki oksigenasi.
Karena PGE-1 mempunyai efek samping dengan berhentinya
pernafasan (apnea), maka perlu diberikan alat bantu
pernafasan dengan menggunakan ventilator.
Balloon Atrial Septostomy (Rashkind). Dengan cara
menggunakan kateter balon dan dengan bantuan
echocardiogrphy. Tujunannya untuk merobek septum
interatrial sehingga meningkatkan pirau dan menurunkan
sianosis.
Arterial Switch (Jatene). Kedua pembuluh darah utama
dipotong pada pangkal dan ditukar posisinya. Pembuluh
darah koroner yang memberi makan otot jantung dan
menempel di aorta harus dilepas pada muaranya, kemudian
dipindah ke aorta baru yang sudah berhubungan dengan bilik
kiri.
3. Penyakit jantung bawaan non sianotik
A. Ventricular Septal Defect
Insiden Dan Epidemiologi
Ventricular Septal Defect (VSD) adalah penyakit jantung bawaan yang
paling umum terjadi, yaitu ditemukan pada 30-60% pada bayi baru
lahir dengan penyakit jantung bawaan atau sekitar 2 sampai 6 dari
1000 kelahiran. Sebagian besar VSD menutup secara spontan. Sebuah
studi mengatakan bahwa 2 sampai 5 dari 100 kelahiran bayi dengan
VSD, 80-90% kasus akan menutup secara spontan tidak lama setelah
kelahiran.
Tidak dapat disimpulkan mengenai adanya perbedaan ras terhadap
distribusi kejadian VSD, namun VSD lebih umum terjadi pada
populasi Asia, 5% dari angka kecacatan di USA, dan 30% dilaporkan
di Jepang. VSD sedikit lebih sering terjadi pada perempuan yaitu
dengan perbandingan 56% : 44% dari laki-laki.
Etiologi
Pada sebagian besar kasus Penyakit Jantung Bawaan (PJB),
penyebabnya tidak diketahui. Lebih dari 90% kasus penyebabnya
adalah multifaktorial. Faktor yang berpengaruh, diantaranya adalah:
1. Faktor eksogen, seperti ibu dengan DM, fenilketonuria, dan
kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan (maternal faktor).
2. Faktor endogen, seperti riwayat keluarga dengan penyakit jantung
(faktor genetik).
Klasifikasi
Klasifikasi defek septum ventrikel ditentukan oleh lokasi defek, antara
lain:
1. Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal
2. Defek membranous, terletak dibelakang septum dari katup
tricuspid
3. Defek Atrioventrikular (AV), disebabkan karena kekurangan
komponen endokardial dari septum interventrikuler
4. Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisis,
elektrokardiografi, dan pemeriksaan radiologi seperti foto thorax,
ekokardiografi, dan angiografi jantung.
Gambaran Klinis dan Pemeriksaan Fisis
Menurut ukurannya, VSD dapat dibagi menjadi :
1. VSD Kecil
a. Biasanya asimptomatik
b. Defek kecil 1-5 mm
c. Tidak ada gangguan tumbuh kembang
d. Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik
yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum
maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri dan
menjalar kesepanjang sternum kiri, bahkan keseluruh
prekordium
e. Menutup secara spontan pada waktu umur 3 tahun
Tidak diperlukan kateterisasi jantung
2. VSD Sedang
a. Sering terjadi symptom pada masa bayi
b. Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum.
Pasien juga memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan
minum, dan sering tidak mampu menghabiskan makanan dan
minumannya.
c. Defek 5-10 mm
d. BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
e. Mudah menderita infeksi paru, dan biasanya memerlukan
waktu lama untuk sembuh
f. Takipneu dan retraksi
g. Pada auskultasi terdengar bunyi getaran bising dengan
pungtum maksimum di sela iga III-IV garis parasternal kiri
yang menjalar keseluruh prekordium
3. VSD Besar
a. Gejala sering timbul pada masa neonates
b. Pada minggu I sampai III dapat terjadi pirau kiri kekanan
yang bermakna dan sering menimbulkan dispneu
c. Gagal jantung biasanya timbul setelah minggu VI, sering
didahului infeksi saluran napas bawah
d. Bayi sesak napas saat istirahat, kadang tampak sianosis
karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernapasan
e. Gangguan pertumbuhan sangat nyata
f. Biasanya bising jantung masih normal, dapat didengar bising
pansistolik dengan atau tanpa getaran bising.
Diagnosa Banding
1. Atrial Septal Defect (ASD)
2. Patent Ductus Arteriosus (PDA)
Pengobatan
Pengobatan dapat berupa konservatif atau pembedahan. Sekitar 30% kasus
terjadi kesembuhan secara spontan. Tidak perlu dilakukan penutupan
terhadap lubang yang kecil, karena lubang ini seringkali menutup dengan
sendirinya pada masa kanak-kanak atau remaja. Tetapi jika lubangnya
besar meskipun gejalanya minimal, dilakukan penutupan lubang untuk
mencegah terjadinya kelainan yang lebih berat. Biasanya lubang ini
ditutup dengan sebuah tambalan dan pada beberapa kasus hanya perlu
dilakukan penjahitan tanpa harus menambal lubang.
Pembedahn biasanya dilakukan pada usia pre-sekolah (2-5 tahun). Defek
ditutup dengan pembedahan pintas kardiopulmonal jika gejala tidak dapat
dikontrol, atau bila terdapat resiko terjadinya penyakit pembuluh darah
pulmonal.
VSD pada bayi, awalnya dirawat dengan glikosida jantung seperti digoxin
10-20 mg/kgBB/hari, diuretik seperti furosemide 1-3 mg/kgBB/hari, dan
ACE Inhibitors seperti captopril 0,5-2 mg/kgBB/hari.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari VSD, antara lain :
a. Infeksi endokarditis
b. Paradoxical emboli
c. Prolaps pada katub aorta
Prognosis
Defek septum ventrikel dapat menutup secara spontan pada 25-40% saat
umur pasien 2 tahun, 90% pada saat umur 10 tahun. Pada pasien yang
tidak dioperasi, prognosis baik bila terjadi penutupan spontan, demikian
pula pada VSD kecil yang asimptomatik dengan angka kekerapan hidup
sebesar 95,9%. Sedangkan pada VSD non-restriktif apalagi disertai
kompleks Eisenmenger prognosis jelek, dengan angka kekerapan hidup 25
tahun 41,7%. Pada pasien yang dioperasi tanpa hipertensi pulmonal
mempunyai angka kekerapan hidup yang normal.
B. Atrial Septal Defect
Pengertian
Atrial Septal disease adalah lubang abnormal antara atrial kanan dan
kiri. Kelainan ini bersifat kongenital yang terjadi ketika foramen
ovale gagal menutup setelah lahir, atau jika terdapat lubang lain
antara atrium kanan dan kiri akibat kurang sempurnanya penutupan
dinding antara kedua atrium selama masa gestasi.
Anatomi dan Fisiologi
Aliran pirau kiri ke kanan melewati atrial septal defect mengakibatkan
kelebihan beban volume pada atrium kanan, ventrikel kanan, dan
sirkulasi pulmonal. Volume pirau dapat dihitung dari curah jantung
dan jumlah peningkatan saturasi O2. Pada atrium kanan dan pada
stadium awal tekanan dalam sisi kanan jantung tidak
meningkatkan .... engan berlalunya waktu, dapat terjadi perubahan
vaskular pulmonal. Arah aliran yang melewati pirau dapat terjadi
pada hipertensi pulmonal berat.
Etiologi ASD
Penyebab dari penyakit ASD ini belum dapat dipastikan. Banyak
kasus mungkin terjadi akibat aksi trotogen yang tidak diketahui dalam
trimester pertama kehamilan saat terjadi perkembangan jantung janin.
Sebagian besar cacat jantung kongenital tidak diwariskan. Etiologi
yang mungkin mengakibatkan ASD adalah terjadinya cidera atau
keracunan pada masa perkembangan embriologi jantung. Pada masa
ini, gangguan-gangguan tersebut dapat menimbulkan cacat yang dapat
mengakibatkan kerusakan jantung dalam waktu 5-8 minggu.
Patofisiologi ASD
Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui
defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada
atrium kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri
sebesar 6 mmHg sedang pada atrium kanan sebesar 5 mmHg).
Adanya aliran darah menyebabkan penambahan beban pada ventrikel
kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru, dan atrium kiri. Bila shunt
besar, maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5
kali dari darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis, kapiler paru-paru dan atrium kiri. Bila shunt besar,
maka volume darah yang melalui arteri pulmonalis dapat 3-5 kali dari
darah yang melalui aorta.
Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan
arteri pulmonalis, maka tekanan pada bagian-bagian tersebut naik.
Dengan adanya kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri
pulmonalis naik, sehingga adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25
mmHg. Akibat dari adanya perbedaan tekanan ini, timbul suatu bising
sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD merupakan bising dari stenosis
relative katup pulmonal ).
Karena adanya penambahan beban yang terus menerus pada arteri
pulmonalis, maka lama kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada
arteri pulmunalis dan akibatnya akan terjadi kenaikan tekanan
ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian ini pada ASD
terjadinya sangat lambat.
Klasifikasi
1. ASD tipe primum (tipe I)
Kondisi ini disebabkan oleh defek yang terjadi pada septum primum
yang gagal berkembang mencapai emdocardium cushion (bantalan
endocardium). Terkadang bantalan endokardium itu sendiri yang
gagal berkembang sehingga ostium primum akan tetap terbuka.
Kejadian defek sekat atrium tipe I ini adalah sekitar 30% dari seluruh
defek atrium. Beberapa varias defek tipe ini adalah sebagai berikut :
a. atrium tunggal (atrium komunis) yang sangat jarang terjadi, dengan
sekat atrium menhadi benar-benar tidak ada karena kegagalan total
pertumbuhan septum primum.
b. adanya defek septum primum sekat atrium yang disertai dengan
defek pada daun katup mitral anterior dan trikuspidal (disebut defek
kanal atrioventrikuler inkomplet)
c. adanya defek septum primum sekat atrium, defek katup mitral dan
trikuspidal, dan ditambah dengan defek pada sekat ventrikel bagian
atas (disebut defek kanal atrioventrikuler komplet)
2. ASD tipe sekundum (tipe II)
Tipe ini paling sering terjadi, yaitu berkisar 70% dari kasus defek
sekat atrium. Besar defek sangat bervariasi. Berdasarkan dari lokasi
defek, tipe ini terbagi lagi menjadi :
a. defek pada fossa ovalis
defek ini paling sering terjadi. Dapat tunggal maupun multipel. Dapat
pula terjadi sebegai foramen ovale paten. Selama di dalam uterus,
adanya foramen ovale ini secara fisiologis memungkinkan darah
mengalir dari atrium kanan ke kiri, sebagai bagian dari sirkulasi janin.
Setelah bayi lahir, aliran tersebut tidak ada lagi. Adanya peningkatan
tekanan di atrium kiri menyebabkan foramen menutup secara
fungsional setelah kira-kira 3 bulan kehidupan.
Namun, foramen dapat tetap paten selama bertahun-tahun. Tipe yang
murni (hanya foramen ovale paten), secara hemodinamik tidak
berarti, sehingga sebagian menganggapnya bukan defek sekat atrium.
Tetapi bila ada kelainan lain, seperti stenosis plmonalis, dapat
menyebabkan gangguuan hemodinamik berupa aliran shunt dari
atrium kanan yang bertekanan lebih tinggi ke atrium kiri
b. defek tipe sinus venosus vena cava superior
defek terjadi di superior sampai fossa ovalis. Tipe defek sinus venosus
ini berkisar 10% dari seluruh kelainan defek sekat atrium. Insersi vena
cava superior terletak pada septum atrium sehingga terbentuk
hubungan interatria dalam mulut vena tersebut. Hal ini berhubungan
dengan anomali muara vena pulmonalis secara parsial.
c. Defek tipe sinus venosus vena cava inferior
defek terjadi di posterior dan inferior sampai fossa ovalis. Jenis defek
ini sangat jarang dengan lubang yang terletak di bagian bawah
orifisium vena kava inferior.
Prognosis Atrial Septal Defect (ASD)
Biasanya ASD dapat ditoleransi dengan baik pada bayi maupun pada
anak. Hanya kadang – kadang pada ASD dengan shunt yang besar
dapat menimbulkan gejala – gejala gagal jantung, dan pada keadaan
ini perlu dibantu dengan digitalis. Untuk ASD dengan shunt yang
besar, maka harus segera dilakukan tindakan operasi, guna mencegah
terjadinya hipertensi pulmonal. Hipertensi pulmonal pada ASD jarang
sekali terjadi pada anak. Umur harapan penderita ASD sangat
tergantung pada besarnya shunt. Bila shunt kecil dan tekanan darah
pada ventrikel kanan normal, maka tidak perlu dilakukan tindakan
operasi. Pada penderita ASD I lebih sering terjadi gagal jantung dari
pada ASD II. Gagal jantung biasanya terjadi pada usia kurang dari 5
tahun. Endokarditis Infektif Sub akut lebih sering terjadi pada ASD I,
sedang terjadinya hipertensi pulmonal hampir sama dengan ASD II.
Manifestasi Klinis Atrial Septal Defect (ASD)
Adanya Dispnea, kecenderungan infeksi pada jalan nafas, palpitasi,
kardiomegali, atrium dan ventrikel kanan membesar, diastolik
meningkat, sistolik rendah
Komplikasi Atrial Septal Defect (ASD)
Hipertensi pulmonal, gagal jantung
Penatalaksanaan Atrial Septal Defect (ASD)
Operasi harus segera dilakukan bila jantung sangat membesar,
dyspnoe d’effort yang berat atau sering ada serangan bronchitis,
kenaikan tekanan pada arteri pulmonalis. Bila pada anak masih dapat
dikelola dengan digitalis, biasanya operasi ditunggu sampai anak
mencapai umur sekitar 3 tahun. Opersi pada ASD I tanpa masalah
katup mitral atau trikuspidal mortalitasnya rendah, operasi dilakukan
pada masa bayi. ASD I disertai celah katup mitral dan trikuspidal
operasi paling baik dilakukan umur antara 3-4 tahun. Apabila
ditemukan tanda – tanda hipertensi pulmonal, operasi dapat dilakukan
pada masa bayi untuk mencgah terjadinya penyakit vaskuler
pulmonal.
Terapi dengan digoksin, furosemid dengan atau tanpa sipironolakton
dengan pemantauan elektrolit berkala masih merupakan terapi standar
gagal jantung pada bayi dan anak.
Kesehatan rongga mulut yang maksimal harus didapatkan pada pasien
yang akan menjalani pembedahan kardiovaskular. Tindakan ini
penting karena dapat menurunkan angka insidensi endokarditis
setelah pembedahan, yang sering terjadi pada enam hingga delapan
minggu setelah pembedahan. Rongga mulut merupakan jalan masuk
utama bakteri yang menyebabkan terjadinya endokarditis bakterial.
Bekteri streptokokus yang berada di gigi dan mulut daoat terbawa
masuk ke akiran darah yang menuju jantung. Pada orang normal,
terdapat sistem pertahanan tubuh terhadap bakteri RM yaitu melalui
enxim-enxim yang terdapat dalam saliva, namun pada pasien yang
baru menjalani pembedahan jantung, sistem kekebalan tubuhnya
menurun dan keadaan jantungnya sangat lemah. Dengan menurunnya
sistem kekebalan tubuj, bakteri akan terus masuk ke dalam aliran
darah. Insidensi ini dikenal sebagai endokarditis setelah pembedahan.
Sering pasien yang akan menjalani pembedahan jantung
dikonsultasikan ke dokter gigi terlebih dahulu untuk dievaluasi
keadaan rongga mulutnya, apakah cukup baik untuk menjalani
pembedaha tersebut, atau sebaliknya. Berbagai tindakan selama
prosedur pembedahan jantung dapat memicu resiko terjadinya
endokarditis bakterial.
Drangsholt menyimpulkan bahwa 8% dari kasus endokarditis
bakterial berhubungan dengan penyakit periodontal dan penyakit gigi
lainnya. Maka, pada penderita penyakit jantung yang akan dilakukan
tindakan pembedahan, perlu diberi perhatian yang serius karena
endokarditis lebih mudah terjadi, terutama karena bakteremia.
Bakteremia dapat terjadi dala waktu singkat, dan dapat merupakan
awal dari endokarditis. Etiologi bakteremia adalah semua prosedur
perawatan gigi yang mengakibatkan luka mukosa dan dapat
menyerang katup-katup
jantung. Etiologi endokarditis paling banyak disebabkan oleh bakteri
stapilokokus aureus, yang pada umumnya berasal dari selulitis, abses,
atau fokus lain yang sering tidak diketahui.
C. Patent Ductus Arteriosus
Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai
pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
a. Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
b. Ibu alkoholisme.
c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.
d. Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
a. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
b. Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
c. Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
d. Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Patofisiologi
Awalnya darah mengalir melalui aorta masuk ke arteri pulmonalis
(karena tekanan darah aorta >>) Lama-kelamaan karena darah
memenuhi pembuluh darah paru-paru, terjadilah hipertensi pulmonal.
Karena peningkatan tahanan a. pulmonalis terjadilah aliran balik, dari
a. pulmonalis menuju aorta Karena darah yang terdeoxydasi masuk ke
arteri sistemik, otomatis akan timbul sianosis.
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus
arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta ( tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal
(tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke kanan ini meneyebabkan
resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya semakin banyak
dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah
kiri.Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang
progresif. Dampak semuanya ini adalah meningkatnya tekanan vena
dan kapiler pulmoner, menyebabkan terjadinya edema paru. Edema
paru ini menimbulkan penurunan difusi oksigen dan hipoksia, dan
terjadi kontriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi hipertensi
pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi
melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung
pada respon konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam
darah. Faktor lain yang mempengaruhi penutupan duktus adalah
pengaruh kerja prostalglandin, tahanan pulmoner dan sistemik,
besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau cukup bulan).
PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat
ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak
berkembang baik dan pirai kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
Pada bayi prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan
tetap terbuka oleh prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena
memang belum waktunya bayi lahir. Karena itu duktus arteriosus
persisten pada bayi prematur dianggap sebagai developmental patent
ductus arteriosus, bukan struktural patent ductus arteriosus seperti
yang terjadi pada bayi cukup bulan. Pada bayi prematur dengan
penyakit membran hialin (sindrom gawat nafas akibat kekurangan
surfaktan), ductus arteriosus persisten sering bermanifestasi setelah
sindrom gawat nafasnya membaik.
Pada ibu yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin (6-
ketoprostaglandin F1) akan meningkat yang disertai dengan faktor
nekrosis tumor yang dapat meningkatkan resiko pembukaan duktus
arteriosus.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh
masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya
sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak
terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil
mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat
menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF)
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap,
paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol
dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25
mm Hg)
Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari
hiperemik
Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah • Apnea •
Tachypnea • Nasal flaring • Retraksi dada • Hipoksemia •
Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan
masalah paru).
Diagnosis
Diagnosis patent ductus arteriosus (PDA) hampir selalu didasarkan
pada evaluasi klinis yang cermat, termasuk pemeriksaan fisik yang
menunjukkan gumaman karakteristik, elektrokardiografi khas (EKG)
kelainan, perubahan radiografi, dan echocardiographic / Doppler.
Radiografi dada dapat memberikan beberapa informasi bermanfaat.
Uji laboratorium umumnya tidak membantu dalam pemeriksaan paten
ductus arteriosus (PDA). Magnetic resonance angiography dan
jantung computed tomography adalah alternatif, lebih baru, peralatan
diagnostik.
1. CBC dan panel metabolisme
Pemeriksaan sel darah lengkap (CBC) menghitung diferensial dan
profil kimia untuk menentukan kesehatan keseluruhan dari anak.
Namun, temuan biasanya dalam rentang referensi pada pasien dengan
kondisi ini. Polycythemia mungkin ada jika anak mengalami cacat
jantung bawaan lainnya.
2. Pulsa oksimetri / ABG
Pulsa oksimetri / Analisa gas darah arteri (ABG) menunjukkan
saturasi normal karena overcirculation paru. Sebuah ductus arteriosus
besar dapat menyebabkan hiperkarbia dan hipoksemia dari gagal
jantung kongestif (CHF) dan penyakit udara ruang (atelektasis atau
intra-alveolar cairan / edema paru).
Dalam hal terjadi hipertensi arteri paru (PAH), kanan-ke-kiri
intracardiac shunting darah, hipoksemia, sianosis, dan asidemia
mungkin ada.
3. Ekokardiografi Doppler
Dilatasi atrium kiri (perbandingan dengan aorta lebih dari
Echocardiography adalah studi diagnostik utama yang digunakan
untuk mengevaluasi dan mendiagnosa patent ductus arteriosus (PDA).
Temuan echocardiographic biasanya diagnostik untuk patent ductus
arteriosus (PDA). Aliran kecepatan tinggi dari aliran turbulen pada
arteri paru dapat diandalkan terdeteksi oleh warna aliran Doppler
imaging, teknik ini sensitif dalam mendeteksi bahkan PDA kecil.
Mengandalkan teknik pencitraan alternatif untuk membuat diagnosis
dari kondisi ini adalah tidak biasa. Selain itu, ekokardiografi
memberikan informasi diagnostik yang penting tentang malformasi
terkait kardiovaskular bawaan.
Dengan ekokardiografi 2-dimensi (2-D), akhir aorta dari patent ductus
arteriosus (PDA) terlokalisir pertama, dan kemudian dilacak kembali
ke arteri pulmonalis. Justru mendokumentasikan ukuran, bentuk, dan
tentu saja dari ductus sulit. Patent ductus arteriosus (PDA) dapat
dilihat paling mudah dalam tampilan sumbu parasternal pendek dan
dari takik suprasternal. Paten klasik ductus arteriosus (PDA)
menghubungkan persimpangan arteri paru-paru utama dan arteri paru-
paru kiri dengan aorta tepat di bawah dan sebaliknya arteri subklavia
kiri.
Jika tidak ada kelainan lain, Doppler echocardiography
mengungkapkan aliran kontinu dari aorta ke arteri pulmonalis utama.
Jika besarnya shunt kiri ke kanan besar, aliran lanjutan sekitar
lengkung aorta ke dalam duktus arteriosus dalam diastole dan
pembalikan arus dalam aorta desendens jelas. Juga, tingkat variabel
aliran kontinu di arteri paru cabang terkait dengan besarnya shunt
yang diamati. Sebagai meningkat shunt besarnya, aliran meningkat di
pembuluh darah paru jelas dan membesar atrium kiri. Dengan patent
ductus kecil atau berukuran sedang arteriosus (PDA), ukuran ventrikel
kiri seringkali normal, tetapi dengan meningkatnya besarnya shunt,
ukuran ventrikel kiri diastolik juga meningkat. (Qp / Qs dapat
dihitung dengan menggunakan kecepatan Doppler dan ventrikel kiri /
kanan ventrikel (LV / RV) keluar dimensi saluran.)
Salah satu penelitian menilai warna Doppler diameter internal dari
PDA dan pola aliran Doppler berdenyut di 197 Echocardiograms dari
104 bayi (usia kehamilan <31 minggu). Data mencatat bahwa
sementara diameter duktus sangat bervariasi, itu bermakna dikaitkan
dengan pola aliran. Karena hasil dari 2 metode dapat menghasilkan
keputusan pengobatan yang berbeda, penggunaan kedua parameter
echocardiographic mungkin dapat membantu dalam mengelola bayi
prematur dengan PDA.
4. Radiografi Dada
Jantung membesar, vaskularisasi ke paru-paru meningkat. PDA kecil
tidak ada perubahan gambaran foto dada
Temuan radiografi dada berkisar dari normal dengan yang konsisten
untuk gagal jantung kongestif (CHF).
Cardiomegaly mungkin ada dengan atau tanpa CHF. Jika signifikan
kiri ke kanan shunt melalui patent ductus arteriosus (PDA) hadir,
arteri paru, pembuluh darah paru, atrium kiri dan ventrikel kiri
membesar pada film dada.
Aorta asendens mungkin menonjol.
Biasanya temuan foto toraks normal sampai besarnya rasio paru untuk
sirkulasi sistemik (QP / Kontrol Kualitas) melebihi 2:1.
Segmen arteri utama paru menojol adalah tanda awal peningkatan
tekanan arteri paru dan aliran. Dengan overcirculation paru yang
ditandai, edema paru dapat terjadi.
Ditekankan perifer tanda vaskular paru dan peningkatan tanda-tanda
vena pulmonal dapat dicatat. Pada individu tua, patent ductus
arteriosus (PDA) dapat mengapur dan mungkin terlihat pada radiograf
standar.
Penelitian telah menunjukkan bahwa radiografi dada telah membatasi
nilai prediksi dalam menentukan bayi akan mendapatkan keuntungan
dari ligasi
5. Elektrokardiografi
Patent ductus arteriosus kecil temuan elektrokardiografi biasanya
normal.
Hipertrofi ventrikel kiri dapat hterjadi pada PDA yang lebih besar.
Pembesaran atrium kiri juga dapat hadir dengan pirau yang besar.
Dengan adanya hipertensi pulmonal yang signifikan, mungkin ada
bukti adanya hipertropi ventrikel kanan.
Pada neonatus, terutama neonatus prematur dengan patent ductus
arteriosus besar (PDA), T-gelombang inversi dan depresi segmen ST
dapat hadir, menunjukkan iskemia atau ketidaksesuaian penawaran-
permintaan. Hal ini diduga terkait dengan kerja miokard meningkat
karena shunt kiri ke kanan dan overcirculation paru dalam
menghadapi aorta koroner rendah dan tekanan darah diastolik karena
limpasan darah dari aorta ke arteri paru.
6. Kateterisasi Jantung dan Angiography
Kateterisasi jantung dan angiografi tidak diindikasikan untuk paten
ductus arteriosus yang tidak rumit. Pemetaan warna-flow Doppler
lebih sensitif dibandingkan kateterisasi jantung dalam mendeteksi
paten kecil ductus arteriosus (PDA). Namun, kateterisasi jantung
mungkin diperlukan untuk konfirmasi diagnosis klinis pada anak
dengan hipertensi paru dan / atau berhubungan malformasi
kardiovaskular bawaan; respon terhadap vasodilator pulmonal dapat
menjadi penting dalam perencanaan intervensi operatif.
Kateterisasi jantung dapat digunakan sebagai prosedur terapi untuk
embolisasi koil / occluder dan untuk menunjukkan hal berikut:
Shunt, Jumlah shunt, Tekanan paru dankelainan jantung lainnnya
Selama kateterisasi jantung kanan, saturasi oksigen diukur meningkat
pada arteri paru, kecuali pada sindrom Eisenmenger. Shunt (Qp / Qs)
dan resistensi pembuluh darah paru (PVR) dapat dihitung untuk
menentukan ukuran dari ductus dan adanya patologi vaskuler paru.
Step-up oxygen di tingkat arteria pulmonalis. dan kateter bisa masuk
dari arteria pulmonalis ke aorta desendens atau distal dari arteria
subklavia
7. Angiokardiografi (Aortogram) :
Bayangan radioopaque yang menghubungkan arteri pulnonalis dan
aorta desendens.
Selektif angiografi adalah alat untuk menentukan keberadaan dan
ukuran duktus. Angiografi juga digunakan untuk mendefinisikan
anatomi intracardiac ketika cacat lainnya yang dicurigai.
8. Histologis
Sangat jarang dilakukan, tetapi biopsi dapat dilakukan pada kasus
berat.
Dinding ductus mengandung intima, media, dan adventitia
Lapisan medial struktur terdiri dari otot polos longitudinal pada
lapisan bagian dalam dan otot polos melingkar disusun dalam lapisan
luar, ini berbeda dengan struktur arteri benar, yang berisi media
terutama terdiri dari serat elastis melingkar, lapisan halus otot
mengandung lamina longgar konsentris jaringan elastis dan jaringan
kecil berdinding tipis kapal.
Lapisan intimal tidak teratur menebal dan berisi sejumlah besar bahan
berlendir
Penatalaksanaan Medik
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan obat-obatan :
Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk
meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban
kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin)
untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik
profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial. Pembedahan :
Pemotongan atau pengikatan duktus. Non pembedahan : Penutupan
dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung.