modifikasi perencanaan basement menggunakan tipe

8
1 Abstrak─Terbatasnya lahan parkir menjadi permasalahan tersendiri bagi pengembang dan pemilik modal. Oleh karena itu pembangunan struktur bawah menjadi solusi masalah lahan parkir. Adapun pada konstruksi struktur bawah yang paling diamati adalah konsturksi dinding penahan tanahnya supaya dapat menahan tanah yang ditahannya. Hal ini terjadi pada proyek pembangunan Gedung Fave Hotel Ketintang (Surabaya). Proyek ini mempunyai konstruksi gedung 12 lantai dan 2 lantai basement sampai kedalaman 6 m di bawah muka tanah yang digunakan sebagai lahan parkir. Perencanaan awal proyek ini mengadopsi metode bottom-up, yaitu dengan sistem bottom-up. Namun pada tugas akhir ini, penulis merencanakan metode top-down sebagai metode pelaksanaanya ,diaphragma wall sebagai dinding penahan tanahnya dan borepile sebagai pondasinya. Alasannya karena metode top-down dapat mempersingkat 10-20% waktu dari pada metode konvensional dan dinding diaphragma wall mengurangi terjadinya kebocoran air pada basement. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh didapatkan dinding diaphragma wall dengan tebal 50 cm kedalaman 10 m dengan tulangan utama 19-150, tulngan geser 19-350, tulangan geser 10-350. Tebal pelat lantai dasar basement 50 cm dengan tulangan D16-250. Untuk bored pile direncanakan sampai kedalaman 30 meter dengan 36D22. Kata kunciDiaphragma wall, boredpile, Top-Down, Basement I. PENDAHULUAN erbatasnya lahan parkir menjadi permasalahan tersendiri bagi pengembang dan pemilik modal. Oleh karena itu pembangunan struktur bawah menjadi solusi masalah lahan parkir. Adapun pada konstruksi struktur bawah yang paling diamati adalah konsturksi dinding penahan tanahnya supaya dapat menahan tanah yang ditahannya. Hal ini terjadi pada proyek pembangunan Gedung Fave Hotel Ketintang (Surabaya). Proyek ini mempunyai konstruksi gedung 12 lantai dan 2 l antai basement sampai kedalaman 6 m di bawah muka tanah yang digunakan sebagai lahan parkir. Perencanaan awal proyek ini mengadopsi metode bottom-up, yaitu dengan sistem bottom-up umumnya dimulai dari pembuatan pondasi atau penggalian tanah (dengan kedalaman yang direncanakan untuk kebutuhan pembuatan lantai basement gedung bertingkat. Tahapan dilanjutkan dengan pekerjaan pondasi, seperti pemancangan pondasi tiang bisa memakai semi bored pile yang diteruskan dengan pembuatan balok pondasi, pelat basement, dan kolom. Pekeriaan tipikal untuk kolom, balok, dan pelat akan menerus ke lantai, hingga pelat atap. Dalam permasalahan tersebut penulis akan menyusun Tugas Akhir untuk merencakan metode yang tepat dalam pembangunan basement, yaitu dengan menggunakan metode top-down karena Waktu pelaksanaan (time schedule) dapat dipersingkat 10 – 20 % dibanding sistem konvensional, biaya pelaksanaan pembangunan dapat diperkecil, lahan kerja/ luas tanah yang terbatas tidak menjadi halangan terlambatnya proses pekerjaan, pekerjaan awal dapat dimulai secara bersamaan tanpa saling menunggu sehingga tidak ada pekerjaan tunda. Artinya, saat proses galian berjalan, pekerjaan struktur atas juga dapat bergerak bersamaan. Struktur yang akan direncanakan untuk konstruksi basement, yaitu diapraghma wall untuk dinding penahan tanah, dan bore pile untuk pondasi utama. Diaphragm wall adalah dinding beton bertulang yang relatif tipis yang dicor ke dalam suatu galian, dimana sisi – sisi galian sebelum dicor didukung oleh tekanan hidrostatik dari air yang dicampur dengan bentonit (lempung montmorilonit) (R.F. Craig,1987 : 381). Diaphragm wall dapat dilaksanakan pada semua jenis dan kondisi tanah, tanpa harus menurunkan muka air tanah. Diaphragm wall dapat memenuhi beberapa keuntungan, yaitu pemikulan atau penahanan tekanan tanah dan tekanan hidrostatis horisontal besar, termasuk waktu gempa. Beban vertikal tetap (beban gravitasi) dapat dipikul. Lapisan-lapisan pembawa air akan tertutupi sehingga mengalirnya tanah ke dalam lubang galian dapat dicegah, karena dinding diafragma memakai lapisan kedap air untuk joint antar dinding yang dipasang water stop. Bored Pile adalah pondasi tiang yang dibuat dengan cara membor sebuah lubang hingga pada kedalaman yang direncanakan dan sesudah itu diisi dengan beton bertulang. Tiang bor dibatasi diameter > T Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe Diaphragma Wall Pada Proyek Fave Hotel Ketintang Surabaya Fadhil Muhammad A., Ir. Suwarno, M.Eng, dan Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar, MSc.PhD. Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

Upload: others

Post on 23-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe

1

Abstrak─Terbatasnya lahan parkir menjadi permasalahan tersendiri bagi pengembang dan pemilik modal. Oleh karena itu pembangunan struktur bawah menjadi solusi masalah lahan parkir. Adapun pada konstruksi struktur bawah yang paling diamati adalah konsturksi dinding penahan tanahnya supaya dapat menahan tanah yang ditahannya. Hal ini terjadi pada proyek pembangunan Gedung Fave Hotel Ketintang (Surabaya). Proyek ini mempunyai konstruksi gedung 12 lantai dan 2 lantai basement sampai kedalaman 6 m di bawah muka tanah yang digunakan sebagai lahan parkir. Perencanaan awal proyek ini mengadopsi metode bottom-up, yaitu dengan sistem bottom-up. Namun pada tugas akhir ini, penulis merencanakan metode top-down sebagai metode pelaksanaanya ,diaphragma wall sebagai dinding penahan tanahnya dan borepile sebagai pondasinya. Alasannya karena metode top-down dapat mempersingkat 10-20% waktu dari pada metode konvensional dan dinding diaphragma wall mengurangi terjadinya kebocoran air pada basement.

Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh didapatkan dinding diaphragma wall dengan tebal 50 cm kedalaman 10 m dengan tulangan utama 19-150, tulngan geser 19-350, tulangan geser 10-350. Tebal pelat lantai dasar basement 50 cm dengan tulangan D16-250. Untuk bored pile direncanakan sampai kedalaman 30 meter dengan 36D22.

Kata kunci─ Diaphragma wall, boredpile, Top-Down, Basement

I. PENDAHULUAN

erbatasnya lahan parkir menjadi permasalahan tersendiri bagi pengembang dan pemilik modal.

Oleh karena itu pembangunan struktur bawah menjadi solusi masalah lahan parkir. Adapun pada konstruksi struktur bawah yang paling diamati adalah konsturksi dinding penahan tanahnya supaya dapat menahan tanah yang ditahannya.

Hal ini terjadi pada proyek pembangunan Gedung Fave Hotel Ketintang (Surabaya). Proyek ini mempunyai konstruksi gedung 12 lantai dan 2 l antai basement sampai kedalaman 6 m di bawah muka tanah

yang digunakan sebagai lahan parkir. Perencanaan awal proyek ini mengadopsi metode bottom-up, yaitu dengan sistem bottom-up umumnya dimulai dari pembuatan pondasi atau penggalian tanah (dengan kedalaman yang direncanakan untuk kebutuhan pembuatan lantai basement gedung bertingkat. Tahapan dilanjutkan dengan pekerjaan pondasi, seperti pemancangan pondasi tiang bisa memakai semi bored pile yang diteruskan dengan pembuatan balok pondasi, pelat basement, dan kolom. Pekeriaan tipikal untuk kolom, balok, dan pelat akan menerus ke lantai, hingga pelat atap.

Dalam permasalahan tersebut penulis akan menyusun Tugas Akhir untuk merencakan metode yang tepat dalam pembangunan basement, yaitu dengan menggunakan metode top-down karena Waktu pelaksanaan (time schedule) dapat dipersingkat 10 – 20 % dibanding sistem konvensional, biaya pelaksanaan pembangunan dapat diperkecil, lahan kerja/ luas tanah yang terbatas tidak menjadi halangan terlambatnya proses pekerjaan, pekerjaan awal dapat dimulai secara bersamaan tanpa saling menunggu sehingga tidak ada pekerjaan tunda. Artinya, saat proses galian berjalan, pekerjaan struktur atas juga dapat bergerak bersamaan. Struktur yang akan direncanakan untuk konstruksi basement, yaitu diapraghma wall untuk dinding penahan tanah, dan bore pile untuk pondasi utama.

Diaphragm wall adalah dinding beton bertulang yang relatif tipis yang dicor ke dalam suatu galian, dimana sisi – sisi galian sebelum dicor didukung oleh tekanan hidrostatik dari air yang dicampur dengan bentonit (lempung montmorilonit) (R.F. Craig,1987 : 381). Diaphragm wall dapat dilaksanakan pada semua jenis dan kondisi tanah, tanpa harus menurunkan muka air tanah. Diaphragm wall dapat memenuhi beberapa keuntungan, yaitu pemikulan atau penahanan tekanan tanah dan tekanan hidrostatis horisontal besar, termasuk waktu gempa. Beban vertikal tetap (beban gravitasi) dapat dipikul. Lapisan-lapisan pembawa air akan tertutupi sehingga mengalirnya tanah ke dalam lubang galian dapat dicegah, karena dinding diafragma memakai lapisan kedap air untuk joint antar dinding yang dipasang water stop.

Bored Pile adalah pondasi tiang yang dibuat dengan cara membor sebuah lubang hingga pada kedalaman yang direncanakan dan sesudah itu diisi dengan beton bertulang. Tiang bor dibatasi diameter >

T

Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe Diaphragma Wall Pada Proyek Fave Hotel

Ketintang Surabaya Fadhil Muhammad A., Ir. Suwarno, M.Eng, dan Prof. Ir. Indrasurya B. Mochtar, MSc.PhD.

Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

Page 2: Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe

2

76 cm. Bored pile memiliki keuntungan diantaranya: a. Tidak memerlukan jumlah yang banyak karena memiliki diameter yang lebih besar sehingga daya dukung tiang menjadi lebih besar, b. getaran pada saat proses pelaksanaan tidak ada, c. dapat menembus tanah berangkal, lebih mudah memperluas bagian ujung tiang sehingga momen-momen lentur lebih besar.

Tugas Akhir ini sangat penting dilakukan oleh penulis karena dalam perencanaan konstruksi basement sangat perlu dilakukan desain struktur dan metode konstruksi yang tepat untuk konstruksi basement agar dalam pembangunan proyek gedung tinggi tidak merugikan para stakeholder.

II.METODOLOGI

Kerangka Perencanaan merupakan dasar pemikiran dari seluruh tahapan penyelesaian tugas akhir secara umum yang disusun sedemikian sehingga dapat terlihat urutan pekerjaan yang sistematis dan terencana. Kerangka perencanaan dapat dilihat:

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisa Data Tanah

Data tanah yang digunakan adalah pendekatan dari hasil penyelidikan tanah berupa Standard Penetration Test (SPT) di lokasi proyek pembangunan Hotel Fave, Surabaya yang terletak di jalan ketintang I , Surabaya..

Gambar 3. Grafik pengujian tanah

3.2 Data Standard Penetration Test (SPT) Berdasarkan hasil tes SPT yang telah dilakukan,

dapat dilihat hasilnya pada gambar 1.. Data ini nantinya akan dipakai untuk menganalisis kondisi lapisan tanah dan parameternya.

Data tanah tersebut terangkum dalam Tabel 4.1. dibawah ini :

Tabel 1. Rangkuman Data Tanah dari hasil SPT

(Sumber : Perhitungan)

Project No. : 1 Type of Drilling : RotaryBore Hole No. : KET 1 Lokasi : Jalan Ketintang Surabaya DateWater Table Elevation : ± 0,0 ( muka tanah setempat ) Driller : Dwi Santoso

15 cm

15 cm

15 cm

0 0.00 .1 .2 . 2.5

3 Lanau Berlempung Very Soft 3.0 SPT-1 3 1 1 2 . Abu-abu s/d4 Soft .5 5.0

. 5.5 SPT-2 1 0 0 16 -6.00 6.00 .7 . 7.5

8 Pasir Berlanau Medium 8.0 SPT-3 19 5 8 11 . Hitam9 .10 -10.00 4.00 10.0

. 10.5 SPT-4 17 5 7 1011 .12 . 12.5

13 13.0 SPT-5 20 6 8 12 .14 .15 15.0

. Lempung Berlanau Stiff 15.5 SPT-6 14 4 6 816 Kuning s/d . Very Stiff17 . 17.5

18 18.0 SPT-7 16 5 6 10 .19 .20 20.0

. 20.5 SPT-8 17 5 7 1021 .22 . 22.5

23 23.0 SPT-9 23 7 10 13 .24 -24.00 14.00 .25 25.0

. 25.5 SPT-10 22 5 10 1226 .27 Lanau Berpasir Medium . Abu-abu 27.5

28 28.0 SPT-11 23 6 10 13 .29 . 29.5

30 -30.00 6.00 30.0 SPT-12 25 5 14 11

N-Va

lue

Blow

s/30

cm

Desc

riptio

n &

Co

lour

Rela

tive D

ensit

y or

Con

siste

ncy UD / SPT

: 1.0 m

Dept

h in

m

Sam

ple C

ode Blows per each

15 cm N - Value

D R I L L I N G L O GProject : Hotel Fave Ketintang

Scal

e in

m

Elev

atio

n

Dept

h in

m

: 20-Feb-14

Thic

knes

s in

m

Lege

nd

Standard Penetration Test

3

1

19

17

20

14

16

17

23

22

23

25

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

0 10 20 30 40 50 60

Page 3: Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe

3

3.3 Parameter Tanah

Dengan demikian, data – data tanah yang telah dikorelasi tersebut terangkum dalam Tabel 2. sebagai berikut.

Tabel 2. Rangkuman Data tanah

(Sumber : Perhitungan) 3.4 Perhitungan Kedalaman dinding stabilitas tanah

Dinding akan direncanakan sedemikian rupa seperti pada gambar 4:

Tekanan aktif tanah dan air tanah Perhitungan tegangan vertikal efektif Pada titik 0

σv = 0 Pada titik 1

σv = 𝛾𝑑x h = 0.69 x 1 = 0,69 t/m2

Kemudian untuk titik yang lain ditabelkan pada tabel 5.1 seperti dibawah : Tabel 5.1. Overburden pressure titik 0-5

Titik σv (ton/m2) 0 0 1 0,69 x 1 = 0,69 2 0,69 + (0.41 x 2) = 1,51 3 1,51 + (0,41 x 3) = 2,74 4 2,74 + (0,91xD) = 2,74 + 0,91D

Tekanan aktif akibat tanah

• Di titik 0 σh = 0

• Di titik 1 σh1 = σv’ x Ka1 – 2c√𝑘𝑘

= (0,69 x 1) – (2 x 1,25 x √1 )

= -1,81 ton/m2 • Di titik 2

σh2 = σv’ x Ka1 – 2c√𝑘𝑘 = (1,51 x 1) – (2 x 1,25 x √1 ) = -0,99 ton/m2

• Di titik 3 s σh3 = σv’ x Ka1 – 2c√𝑘𝑘

= (2,74 x 1) – (2 x 1,25 x √1 ) = 0,24 ton/m2

• Di titik 4 σh4 = σv’ x Ka1

= (2,74 + 0,91D) x 0,49 = 1,343 + 0,446D t/m2

Tekanan Hidrostatis

• Di titik 0 σh = 0

• Di titik 3 σh3 = 1 x 5

= 5 t/m2 Dibawah titik 3 tekanan hidrostatis dari kedua sisi tidak diperhitungkan karena saling menghilangkan. Tekanan Pasif Akibat Tanah Tabel 5.2 Overburden pressure titik 3-4 untuk pasif

Titik σv (ton/m2) 3 0 4 0,91xD = 0,91D

• Di titik 3 (Dasar Galian)

σh = 0 • Di titik 4

σh3 = σv’ x Kp2 = (0,91D) x 2,06 = 1,885D t/m2

Kemudian dihitung ∑MF2 = 0 perhitungan tersebut : Tabel 5.2 Perhitungan ∑MF2 = 0 ∑MF2 = 0

Kedalaman Jenis Tanah Nspt rata2Perkiraan harga Φ

(°)

ᵞsat

(t/m3)

ᵞ d (t/m3)

e n RdKondisi

Kepadatan Cu (t/m2) qc (t/m3) v

E s

(t/m2)Konsiste

nsi

0 - 6 mLanau

berlempung2 - 1,4 0,69 2,85 0,72 1,25 25 0,3 300

Sangat lunak

6 - 10 mPasir

Berlanau19 32° 1,91 1,48 0,78 0,43 48,5% menengah - - 0,3 2000

sangat kaku

10 - 24 mLempung berlanau

17 - 1,64 1,01 1,49 0,62 11,3 220 0,3 2000sangat kaku

24 - 30 mLanau

Berpasir23 - 1,91 1,48 0,78 0,43 15,3 300 0,3 2000

sangat kaku

F2

-1m

DASAR

Layer

Layer

Layer

Layer

Layer

-6,0 m

-10,0 m

D

F1

Page 4: Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe

4

0 = 0,297d3 + 2,344d2 + 6,864d – 25,081 Dengan cara coba-coba didapatkan nilai d = 1.98 d’ = 1,98 x 1,2 = 2,38 m ∑F = 0 0 = 0.446 d2 + d + 10,27 F2 = 0.446 (2,38)2 + (2,38) + 10,27 F2 = 15,18 ton/m2 Dengan kondisi penggalian 6 m dengan MAT -1,00, panjang total dinding yang ditanam dari elevasi 0,00 tanah minimal 6 m + 2,38 m = 8,38 ≈ 9 m

3.5 Kontrol heaving

Telah dihitung kedalaman embedment berdasarkan stabilitas tanah aktif, kemudian pada sub bab ini dihitung kedalaman embedment dinding berdasarkan keamanan terhadap aliran air yang lebih dikenal dengan hydrodinamic.

Gambar 5. hydrodynamic pada bukaan tanah

Kedalaman penurapan (Dc) harus cukup untuk

mengatasi gejala hydrodynamic yang dapat mengganggu kestabilan dinding dan lubang galian tanah dapat dihitung dengan mengkontrol rasio antara nilai gradien hidrolis i dengan gradien hidro kritis.

i (gradien hidrolis) x SF < iw (gradien hidrolis) ∆ℎ𝐷𝐷

× 1,2 < 𝛾′𝛾𝑤

(𝛾′ diambil rata-rata)

5𝐷𝐷

× 1,2 <

0.41 +1.9121

6 < 1,61 Dc Dc < 3,7267 m

Kedalaman embedment berdasarkan perhitungan stabilitas tanah lebih besar dari kedalaman yang disyaratkan oleh perhitungan hydrodynamic, sehingga untuk perencanaan kedalaman Dembedment = 4 meter.

3.6 Perhitungan gaya dalam dinding dan defleksi dinding.

Langkah pengerjaan untuk mencari tegangan arah horizontal tiap titik terbagi menjadi tahap sebelum konstruksi dan tahap sesudah konstruksi, berikut ini adalah kondisi sebelum konstruksi dimana dengan adanya sheet pile menyebabkan tidak adanya tekanan air dibagian luar dari dinding sebagai berikut :

a. Kondisi 1 : kondisi galian mencapai kedalaman 3 m dan pada elevasi 0 m diberi penyangga berupa pelat lantai.

6000Layer 1

dLayer 2

0123456789

1011

0 0.00005 0.0001 0.00015

Keda

lam

an m

Defleksi m

Asumsi Defleksi Awal Kondisi 1

Page 5: Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe

5

b. Kondisi 2 : kondisi galian mencapai kedalaman 6 m dan pada elevasi 0 m dan 6 m diberi penyangga berupa pelat lantai.

.

0123456789

1011

0 0.00005 0.0001 0.00015

Keda

lam

an m

Defleksi m

Asumsi Defleksi Akhir Kondisi 1

0123456789

1011

0 0.00005 0.0001 0.00015

Keda

lam

an m

Defleksi m

Asumsi Defleksi Awal Kondisi 2

0123456789

1011

0 0.0001 0.0002Ke

dala

man

m

Defleksi m

Asumsi Defleksi Akhir Kondisi 2

Page 6: Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe

6

3.7 Perencanaan Struktur Dinding Diafragma

a. Penulangan dinding diafragma Untuk perencanaan dinding diafragma direncanakan setebal 50 cm dengan Mmax = 22,45 tm, kontrol sebagai berikut : - Mutu beton (f’c) = 30 MPa - Mutu Baja (fy) = 400 MPa - Tebal dinding = 50 cm - Diameter Tulangan utama = 19 mm - Diameter Tulangan Bagi = 19 mm Selimut beton = 75 mm

ρmin < ρperlu < ρmaks, maka digunakan ρperlu - Luas tulangan As perlu = ρ x b x d

= 0,00434 x 1000 x 397 = 1722,98 mm2

Digunakan tulangan Ø19 – 150 (As = 1890,2 mm2) - Kontrol Mn dengan Mu (ØMn ≥ Mu) a= 𝐴𝐴 .𝑓𝑓

0,85 𝑓′𝐷 𝑏 = 1890,2 .400

0,85 . 30 . 1000 = 29,65 mm

ØMn = ØAs.fy �703− 𝑎2�

= 0,8 x1890,2 x 400�397 − 29,652�

ØMn = 23,12 tm > Mu = 22,45 tm . . . Ok. Untuk tulangan bagi: Dipakai tulangan bagi Ø19 – 200 (As = 1090,495 mm2) tulangan geser Ø12 dengan jarak 350 mm

3.8 Perencanaan Bored Pile

Perencanaan pondasi dengan spesifikasi model pondasi yang digunakan pada Hotel Fave Surabaya.

• Mutu Beton : 30 Mpa • Mutu baja : BJ 41 • 𝑄𝑄 = 6900 𝐾𝐾 • Fc’ = 30 Mpa = 30000kN/m2

• Diameter Tiang : 𝐷𝐷 = 2,257 �𝑄𝑄𝑓𝑐′

𝐷𝐷 = 2,257 �6900 𝐾𝐾30000

= 1,09 m

Ds yang akan digunakan untuk perencanaan Ds = 1,5 m dan Dbell = 2,5 Ds = 3,75 m.

Qu = Qe + Qs total

= 16600,13 + 5020,41 = 21620,54 kN

𝑄𝑖𝑖𝑖𝑖 = 𝑄𝑢𝑆𝑆

= 21620,54 𝐾𝐾

3= 7206,85 𝐾𝐾

𝑄𝑖𝑖𝑖𝑖 > 𝑄𝑄 7206,85 𝐾𝐾 > 7100 KN….. OK

3.9 Penulangan Bored Pile

Pada perhitungan penulangan tulangan utama tidak dilakukan karena momen yang bekerja pada bored pile diterima seluruhnya oleh king post. Karena king post tertanam sampai dasar bored pile, sehingga perlu dilakukan pengecekan rasio luasan king post harus > 4% jika ingin digunakan sebagai profil tunggal. Perhitungan menggunakan perhitungan beton komposit berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 10.9

Perhitungan berdasarkan SNI 2847-2013. Direncanakan 36 D25 (17671,56 mm2). Pengecekan tulangan menggunakan alat bantu perhitungan seperti pada Gambar 8

• Pu : 7141 KN • Mux : 2813,75 KN • Muy : 1413,13 KN

Gambar 8. PC-Acol Bored Pile

3.10 Perencanaan Pelat Lantai Basement

Data Desain Data -data desain yang dibutuhkan dalam perhitungan 1 Lantai adalah sebagai berikut :

Mutu beton (𝑓𝑐′) = 35 Mpa → 𝛽1 = 0,8 Tebal Pelat (t) = 700 mm Selimut Beton = 75 mm Modulus Elastisitas(𝐸c) = 23500 Mpa Kuat Tarik (𝑓y) = 420 Mpa

Beban-beban yang bekerja pada plat disesuaikan

SNI 1727-2013 pembebanan plat direncanakan menerima beban mati dan beban hidup dengan kombinasi pembebanan yang sesuai dengan SNI 2847-2013 pasal 9.2.(1) yaitu :

Qu = 1,4D 1. Beban Mati (D)

Gaya Uplift = 38 kN/m2

2. Kombinasi Pembebanan 𝑄𝑢 =1,4𝐷

=1,4×38 = 53,2 𝑘𝐾/m2 Maka, digunakan 𝑄𝑢 = 53,2 𝑘𝐾/𝑚2

Asperlu = ρperlu × b × d = 0,002 × 1000 × 614 = 1228 mm2

d

dx t

h

Page 7: Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe

7

Menentukan jarak pasang antar tulangan : D22 mm Jadi dipasang tulangan D22-250 mm pada arah x (As pakai = 1520,53 mm2) dan pada arah y dipakai tulangan 19-200 mm.

3.11 Kontrol Uplift

Adanya beban uplift dan air tanah dapat membahayakan basement akibat beban angkat keatas. Keadaan ini sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi kestabilan struktur basement terutama pada saat pembangunan pelat paling dasar pada kedalaman -6m sudah selesai. Untuk itu perlu dilakukan analisa kesetimbangan beban antara uplift dengan beban gedung dengan rumus : Fuplift – Watruktur < 𝑄𝑢

𝑆𝑆 , dengan SF=1.5

Fu = 𝛾𝑄 .ℎ𝑄 .𝐴𝑝𝑝𝑝𝑎𝑝 = 1 x 5 x 1246,6 = 6233 ton

Berat Pelat lantai basement : W1 = 𝛾𝑏𝑝𝑝𝑏𝑖 x t x A = 2,4 x 0,7 x (38 x 32,8) = 2093,952 Ton Berat Akibat Hotel W2 = 5219 ton Berat Bored pile W3 = 2544,69 ton

SF = (W1 + W2 + W3) / Fu = (2093,953 + 5219 + 2544,69) / 6233 = 1,58 …. OK

3.9.1 Metode Pelaksanaan

Dalam bab ini akan membahas mengenai urutan pelaksanaan pembangunan basement Hotel Fave Surabaya, tahap pelaksanaan dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu :

1. Urutan pelaksanaan diaphragm wall

2. Urutan pelaksanaan bored pile

3. Urutan pelaksanaan top-down construction

a. Pengecoran Pelat lantai ground floor dan penggalian

b. Pengecoran Pelat Lantai Basemet 1 dan

penggaliannya

+0.00

-3.00

-6.00

-10.00

DIAPHRAGMA WALL

-6.00 -6.00

King Post WFDiaphragma Wall

Bored Pile

King Post WF

-6.00 -6.00

Pelat Ground Floor

Diaphragma Wall

Bored Pile

Page 8: Modifikasi Perencanaan Basement Menggunakan Tipe

8

c. Pengecoran Pelat Lantai Basemet 2

IV KESIMPULAN

1. Diaphragm Wall dengan kedalaman penanaman dinding sedalam 6 m dengan tebal 50 cm. Diaphragm wall ini menggunakan - Tulangan Utama D19 – 150 - Tulangan Melintang Ulir D19 – 200 - Tulangan geser Ø10 dengan jarak 350

2. Tebal pelat 50 c m, dengan menggunakan tulangan arah x dan y D16-250

3. Bored Pile 36D22 dengan panjang 24 m. 4. Metode konstruksi topdown.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Cahyadi. 2015. Modifikasi Ulang Hotel Fave Surabaya Menggunakan Metode Beton Pracetak pada Elemen Stuktur Balok dan Pelat Lantai.

Adinegara, Ramdhani. 2007. Perencanaan Ulang Basement Hitech Centre Surabaya Dengan Dinding Penahan Tanah Model Diaphragm Wall Dan Pondasi Utama Bell-Shaped Bore Pile. Tugas Akhir. ITS Surabaya

Bowles, J.E. 1983. Analisa dan Desain Pondasi Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Cernica, Jhon N. 1983. Geotechnical Enginerring Foundation Design. Jakarta:

Erlangga, Craig, R.F. (translated by Budi Susilo). 1987.

Mekanika Tanah Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Das, Braja M. (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.). 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Das, Braja M. (translated by Mochtar N.E, and Mochtar I.B.). 1985. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid II. Jakarta: Erlangga.

SNI 1726-2012. Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung

SNI 2847-2013. Tata Cara Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung

Untung, Djoko. 2012. Bahan Ajar Rekayasa Pondasi dan Timbunan. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Wahyudi, Herman. 1999. Daya Dukung Pondasi Dalam. Surabaya: Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS

Yu-Ou, Chang. 2006. Deep Excavation theory and practice. London : Taylor & Francis Group.

-6.00 -6.00

Pelat Ground Floor

Diaphragma Wall

Bored Pile

King Post WF

Pelat Basement Lt. 1-3.00

-0.00

-6.00 -6.00

Pelat Ground Floor

Diaphragma Wall

Bored Pile

King Post WF

Pelat Basement Lt. 1-3.00

-0.00