bab ii landasan teori...jenis klasifikasi tanah galian basement pada osha dibagi menjadi tiga,...
TRANSCRIPT
3 Universitas Kristen Petra
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan teori ini berisikan teori-teori pendukung antara lain tentang
penggalian tanah, kecelakaan kerja, dan program Keselamatan, Kesehatan, dan
Lingkungan Kerja.
2.1. Penggalian Tanah
Menurut OSHA 1926, definisi penggalian tanah adalah segala sesuatu yang
digali manusia, cekungan, parit, atau selokan (trench), atau penurunan pada suatu
permukaan tanah, yang disertai oleh pemindahan tanah.
Secara umum pelaksanaan penggalian tanah dapat dilakukan dengan dua
sistem penggalian yaitu : (OSHA 1926 Subpart P)
1) Penggalian dengan sistem terbuka (open excavation) adalah penggalian yang
dilakukan dengan kemiringan tertentu yang diperhitungkan terhadap stabilitas
lereng tanpa adanya penopang (bracing). Penggalian sistem terbuka ini sangat
bergantung pada jenis tanah dan kemiringan lereng. Tepi galian membentuk
kemiringan yang disesuaikan dengan jenis tanah. (Tabel 2.1)
Tabel 2.1 Standar kemiringan galian dengan kedalaman < ± 6 meter.
4 Universitas Kristen Petra
Jenis klasifikasi tanah galian basement pada OSHA dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Tipe A, tanah kohesif dengan kekuatan tekan 1.5 ton/ft² (1.6 kg/cm²)
Contoh: tanah liat, tanah liat berpasir, tanah lempung, tanah lempung berpasir,
tanah lempung berlanau.
2) Tipe B, tanah kohesif dengan kekuatan tekan 0.5 ton/ft² - 1.5 ton/ft² (0.54
kg/cm² -1.6 kg/cm²)
Contoh: kerikil, lempung berlanau, lempung berpasir, tanah liat lemput
berlanau dan tanah liat lempung berpasir.
3) Tipe C, tanah kohesif dengan kekuatan tekan kurang dari 0.5 ton/ft² (0.54
kg/cm²)
Contoh: tanah berbutir termasuk pasir, kerikil dan pasir berlempung.
Berdasarkan dari klasifikasi tanah diatas, maka OSHA 1926 Subpart P
menetapkan syarat kemiringan galian maksimum yang diijinkan agar tidak terjadi
longsor adalah sebagai berikut (gambar tidak menggunakan skala):
Kemiringan penggalian tanah pada tanah tipe A
a. Semua penggalian sederhana dengan kedalaman kurang dari ±6 meter diijinkan
mempunyai kemiringan ¾ : 1k3
Gambar 2.1 Galian tanah sederhana dengan perbandingan kemiringan ¾ : 1
b. Semua penggalian yang dengan kedalaman kurang dari ±6 meter diijinkan
mempunyai kemiringan ¾ : 1 , dimensi maksimum dari tangga sebagai berikut.
Gambar 2.2 Galian tanah bentuk tangga dengan perbandingan kemiringan ¾ : 1
< 6m
< 6m
5 Universitas Kristen Petra
Gambar 2.3 Galian tanah bentuk tangga dengan perbandingan kemiringan ¾ : 1
c. Semua penggalian dengan kedalaman kurang dari 2.4 meter dimana tidak
mempunyai penyokong untuk sisi vertical pada bagian bawahnya, diijinkan
mempunyai kedalaman vertikal ±1 meter.
Gambar 2.4 Gambar galian sederhana dengan perbandingan kemiringan ¾ : 1
yang kedua sisi bagian dasarnya vertikal.
Kemiringan penggalian tanah yang dibuat untuk tipe B
a. Semua penggalian sederhana dengan kedalaman kurang dari ±6 meter diijinkan
mempunyai kemiringan 1:1.
Gambar 2.5 Gambar galian sederhana dengan kemiringan 1:1
< 6m
< 2.4 m
< 6m
6 Universitas Kristen Petra
b. Semua penggalian berbentuk tangga pada bagian bawahnya diijinkan
mempunyai kemiringan 1:1 dan maksimum dimensi tangga sebagai berikut:
Gambar 2.6 Gambar galian dengan bentuk tangga pada dasar galian.
Gambar 2.7 Gambar galian berbentuk banyak tangga dengan kemiringan 1:1
Kemiringan penggalian tanah untuk tanah tipe C
Semua penggalian sederhana dengan kedalaman kurang dari ±6 meter diijinkan
mempunyai kemiringan 1½ : 1
<
Gambar 2.8 Gambar galian sederhana dengan kemiringan 1½ : 1
< 6m
< 6m
< 6m
7 Universitas Kristen Petra
2) Penggalian dengan sistem penopang (braced excavation) adalah penggalian
yang menggunakan sistem penahan tanah (bracing). Sistem penggalian ini
dilakukan dengan langsung menggali secara vertikal karena tepi dari galian
tersebut sudah ditopang dengan sistem penahan yang sudah diperhitungkan.
Penahan ini bertujuan agar tanah yang digali tidak mengalami longsor. Sistem
penopang ini juga bisa melindungi pekerja di dalam galian yang sempit. Bentuk
galian dengan sitem penopang sederhana bisa dilihat pada Gambar 2.9.
Gambar 2.9 Bentuk Galian Sistem Penopang
Ada 2 jenis sistem penopang yang sering digunakan dalam galian tanah
basement, yaitu Soldier Pile dan Sheet Pile seperti pada Gambar 2.10
Gambar 2.10 Sheet Pile (kiri) dan Soldier Pile (kanan).
8 Universitas Kristen Petra
2.2. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana saat melakukan
sebuah pekerjaan dan dapat menyebabkan kerugian bagi diri sendiri maupun sekitar
yang berupa cedera ataupun kerusakan alat dan material.
2.2.1. Jenis Kecelakaan Kerja
Jenis-jenis kecelakaan kerja pada pekerjaan galian tanah antara lain (OSHA
Trenching and Excavation Safety) :
1) Tertimbun galian.
2) Tertimpa beban/material.
3) Tergelincir dalam galian.
4) Kekurangan oksigen didalam galian.
5) Menghirup kandungan gas beracun dalam tanah.
6) Tersengat aliran listrik.
7) Alat berat terguling ke dalam galian.
2.2.2. Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja
Secara umum, penyebab kecelakaan kerja dibagi menjadi 2, yaitu unsafe act
dan unsafe condition, yang dijelaskan sebagai berikut:
a) Unsafe act adalah tindakan pekerja di lapangan yang dapat menyebabkan
kecelakaan pada pekerja tersebut (baik yang dilakukan oleh pekerja maupun
yang dilakukan oleh operator yang mengoperasikan alat-alat berat). Kecelakaan
kerja yang terjadi karena unsafe act ini lebih mengarah pada jenis kecelakaan
yang diakibatkan oleh faktor pekerja, baik dari segi perilaku pekerja yang
bekerja secara tidak aman maupun pengoperasian alat berat untuk penggalian
tanah oleh operator yang kurang aman. Oleh karena itu, pelatihan para pekerja
proyek sangat dibutuhkan untuk menanggulangi unsafe act ini. Sebelum bekerja,
para pekerja harus diberikan penyuluhan mengenai peraturan – peraturan
Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja pada pekerjaan galian tersebut.
9 Universitas Kristen Petra
Beberapa contoh unsafe act antara lain (OSHA Excavation Standard
Handbook, 1997) :
1) Bekerja tanpa ijin (tidak mengikuti instruksi kerja).
2) Meninggalkan peralatan/alat berat dalam kondisi yang berbahaya.
3) Penggunaan peralatan/alat berat yang tidak tepat.
4) Menggunakan peralatan cacat.
5) Kurangnya kesadaran pekerja untuk menggunakan safety tool.
6) Servis dan perawatan peralatan/alat berat yang tidak tepat.
b) Unsafe condition adalah kecelakaan kerja yang terjadi akibat faktor atau kondisi
lingkungan yang tidak aman. Kontraktor wajib bertanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan proyek yang aman dengan mengantisipasi kondisi
lapangan yang bisa membahayakan pekerja. Kontraktor harus mempunyai
kesadaran potensi bahaya di tempat kerja, sehingga sebelum melakukan
pekerjaan yang dianggap berbahaya, maka staff safety dari kontraktor tersebut
harus memberikan pengertian kepada para pekerja agar lebih berhati – hati.
Beberapa contoh unsafe condition antara lain (OSHA Excavation Standard
Handbook, 1997) :
1) Tidak ada pagar pelindung (sistem proteksi yang kurang memadai).
2) Peralatan/alat berat yang cacat.
3) Kondisi gas di bawah tanah yang membahayakan.
4) Penerangan yang kurang memadai.
5) Kestabilan struktur penunjang yang tidak memadai.
6) Perlindungan terhadap akumulasi air yang kurang sesuai untuk galian yang lebih
dari MAT (Muka Air Tanah).
7) Tidak adanya peralatan keselamatan (obat-obatan P3K) yang dibutuhkan.
8) Rambu-rambu/tanda peringatan bahaya yang tidak memadai.
9) Kemiringan slope sisi galian yang tidak memenuhi standar sehingga dapat
mengakibatkan kelongsoran.
10) Penyelidikan tanah yang kurang akurat.
11) Kurangnya pengawasan untuk menjamin setiap pekerjaan dilaksanakan dengan
aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan.
10 Universitas Kristen Petra
2.3. Program Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja
Program Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Kerja ini terdiri dari
Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan. Peraturan Keselamatan,
Kesehatan, dan Lingkungan Kerja yang umum digunakan adalah OSHA 1926 dan
peraturan oleh DEPNAKER.
2.3.1. Keselamatan Kerja
Peraturan keselamatan kerja yang digunakan adalah OSHA (peraturan
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku di Amerika) dan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No.PER.01/MEN/1980 bab IX tentang konstruksi di bawah tanah dan
bab X tentang penggalian. Program keselamatan kerja yang dikeluarkan OSHA
yaitu Construction Standards For Excavation (29 CFR Part 1926.650 – 652,
Subpart P) dan OSHA Trenching and Excavation Safety OSHA 2226-10R 2015.
Dari peraturan-peraturan di atas tidak semua peraturan digunakan dalam
pengamatan karena sebagian dari peraturan-peraturan tersebut merupakan hal yang
sulit diamati atau tidak sering terjadi di lapangan.
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penggalian tanah
menurut OSHA Trenching and Excavation Safety OSHA 2226-10R 2015 antara
lain:
1) Melindungi pekerja dari galian tanah atau material lain yang dapat terjatuh
kedalam galian dengan menempatkan galian dan material tersebut ±0.6 meter
dari tepi galian.
2) Memandu operator yang mengoperasikan alat berat dengan menggunakan
rambu-rambu peringatan.
3) Melindungi pekerja dari longsoran tanah, batu, dan benda-benda lainya dengan
suatu sistem proteksi yang layak.
4) Melakukan inspeksi pada lokasi-lokasi berbahaya (yang bisa menyebabkan
tanah longsor, kegagalan sistem proteksi) oleh pihak-pihak yang kompeten.
5) Tidak memperkenankan pekerja berada di bawah beban yang sedang
diangkat/digali oleh alat berat.
11 Universitas Kristen Petra
6) Melindungi atau memindahkan instalasi bawah tanah sesuai keperluan untuk
keselamatan para pekerja untuk galian jenis open excavation.
7) Tidak memperbolehkan pekerja bekerja pada lokasi dimana akumulasi muka air
tanah melebihi batas/syarat yang diijinkan.
8) Menguji keadaan udara dalam galian, dari supply oksigen yang cukup dan
kemungkinan adanya gas-gas yang berbahaya yang dapat membahayakan
pekerja pada saat sebelum pekerja memasuki galian tanah dengan kedalaman
lebih dari 1.2 m.
9) Menyediakan jalan keluar untuk pekerja dengan kedalaman 1.2 m atau lebih.
10) Menyediakan pagar jika pada sekitar lokasi galian terdapat tempat pejalan kaki
atau jembatan yang melintasi diatas galian sedalam 1.2meter atau lebih.
Menurut OSHA Sub Part P, untuk menjamin keselamatan kerja bagi para
pekerja pada pelaksanaan pekerjaan penggalian tanah, perlu diperhatikan:
1) Cara penempatan pekerja.
Cara penempatan pekerja yang benar dapat mengurangi resiko kecelakaan
yang terjadi seperti tertimbun atau terperangkap di dalam galian dan tertimpa
beban. Pekerja perlu diberi penjelasan mengenai lokasi-lokasi yang rawan
kecelakaan, misalnya pekerja tidak boleh berada di dekat excavator yang sedang
dioperasikan, atau berada di dalam galian pada saat hujan deras.
2) Pemilihan sistem Open Excavation atau Braced Excavation
Menurut OSHA Sub Part P, penggalian tanah yang kedalamanya kurang
dari 1.5 meter tidak harus menggunakan sistem Braced Excavation kecuali jika
terdapat tanda-tanda bahaya yang dapat menyebabkan kelongsoran. Untuk
kedalaman hingga ±6 meter dapat dipakai sistem pelindung sesuai dengan
standart dari OSHA. Sedangkan untuk penggalian tanah yang kedalamanya lebih
dari ±6 meter, maka diperlukan suatu perhitungan yang cermat dan sistem alat
pelindung yang direncanakan oleh seorang perencana. Oleh karena itu,
pengawas lapangan yang berkompeten tidak diperbolehkan memilih kemiringan
galian dari standart OSHA, untuk digunakan dalam pelaksanaan penggalian
tanah apabila kedalaman galian melebihi ±6 meter.
12 Universitas Kristen Petra
3) Kemungkinan adanya gas beracun
Pekerja yang melaksanakan penggalian tanah dengan kedalaman lebih dari
1.5 meter perlu diperhatikan adanya kemungkinan bahaya gas beracun. Gas-gas
beracun yang secara umum dapat membahayakan para pekerja adalah karbon
dioksida (CO₂), karbon monoksida (CO), hydrogen sulfida (H₂S), dan gas gas
metana (CH₄). Untuk itu diperlukan alat ukur presentase gas beracun yang ada
di dalam udara, yaitu Sniffers. Alat ini juga dilengkapi dengan suatu alarm yang
berbunyi jika kondisi udara mengandung gas beracun yang telah melebihi batas
normal (Tabel 2.2). Tindakan yang sering dilakukan kontraktor jika terdapat gas
beracun pada daerah penggalian adalah memindahkan para pekerja dari area
penggalian tersebut untuk beberapa jam, atau beberapa hari jika diperlukan untuk
memungkinkan adanya suatu sirkulasi udara di daerah tersebut. Namun
kontraktor tidak harus menunda pekerjaan penggalian tanah tersebut karena bisa
saja kontraktor melakukan pengawasan dan menghimbau pekerja untuk
menggunakan masker yang meneruskan pekerjaanya di area penggalian tersebut.
Tabel 2.2. Indikator Kandungan Gas Beracun
13 Universitas Kristen Petra
Disarankan kandungan gas beracun berada di 0-100 ppm (part per million).
Apabila kandungan gas beracun berada diatas 100 ppm, maka pekerja tidak
disarankan untuk melanjutkan pekerjaan di bawah tanah karena berbahaya.
4) Cara penempatan rambu rambu peringatan di sekitar lokasi yang berbahaya:
a. Berwarna mencolok, misalnya kuning, merah, oranye, dan hitam
b. Berukuran cukup besar.
c. Bercahaya di malam hari dengan pemakaian lampu peringatan.
Rambu rambu tersebut juga harus dipasang pada jarak tertentu dari lokasi yang
berbahaya, yaitu:
a. Berjarak ±0.6 meter dari tepi suatu galian untuk menghindari terjadinya
kelongsoran.
b. Berjarak sama dengan kedalaman yang di gali karena semua yang ada di
sekitar tepi galian yang berjarak horizontal sama dengan kedalaman yang
digali akan terpengaruhi stabilitasnya.
Hal hal yang perlu diperhatikan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.PER.01/MEN/1980 bab IX tentang konstruksi di bawah tanah dan bab X
tentang penggalian adalah sebagai berikut:
1) Pekerjaan galian di bawah tanah harus dilengkapi dengan penerangan dan jalan
keluar yang aman dan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga bisa
meminimalisir kecelakaan kerja.
2) Apabila terdapat kemungkinan bahaya runtuhnya batu atau tanah dari atas sisi
konstruksi bangunan di bawah tanah, maka konstruksi tersebut harus segera
diperkuat.
3) Konstruksi di bawah tanah harus diperhitungkan ventilasi dan disediakan
penanggulangan bahaya kebakaran.
4) Tenaga kerja dilarang masuk ke tempat dimana kadar debunya tinggi, kecuali
menggunakan respirator.
5) Setiap pekerjaan galian tanah harus memperhatikan bahaya-bahaya tentang
kejatuhan tanah, batu atau bahan-bahan lainya yang terdapat di dekat pekerjaan
galian.
14 Universitas Kristen Petra
6) Dinding-dinding pekerjaan galian harus diberi pengaman penunjang yang kuat
untuk menjamin keselamatan orang yang bekerja di dalam lubang galian.
2.3.2. Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah salah satu hal yang penting dan perlu diperhatikan
oleh pihak kontraktor. Dengan adanya program kesehatan kerja yang baik, maka
menguntungkan para pekerja secara material, karena pekerja lebih jarang absen.
Jika kontraktor menerapkan peraturan kesehatan kerja yang efektif, maka semakin
sedikit pekerja yang mengalami dampak penyakit jangka pendek atau jangka
panjang akibat pekerjaan tersebut.
Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sesuai dengan OSHA 1926
Sub Part D mengenai Occupational Health and Enviromental Controls:
1) Kontraktor harus memastikan ketersediaan tenaga medis sebagai jaminan untuk
kesehatan kerja.
2) Merencanakan antisipasi medis apabila ada pekerja yang mengalami cedera
serius.
3) Membuat kerjasama dengan rumah sakit dan klinik terdekat dengan lokasi
proyek agar dapat diakses dengan cepat sehingga menjamin keselamatan pekerja
apabila terjadi kecelakaan kerja.
4) Kotak P3K harus mudah diakses, tahan cuaca dan harus diperiksa isinya tiap
minggu untuk memastikan agar siap dipakai apabila dibutuhkan.
5) Memastikan ketersediaan transportasi saat adanya kecelakan kerja.
6) Nomor-nomor rumah sakit/klinik/ambulan harus terpampang dengan jelas untuk
memudahkan saat keadaan darurat.
2.3.3. Lingkungan
Dalam pekerjaan galian tanah, kondisi lingkungan juga harus diperhatikan.
Kontraktor perlu memerhatikan wilayah sekitar proyek. Pekerjaan galian tidak
boleh merusak lingkungan sekitar proyek. Berikut adalah hal – hal yang perlu
diperhatikan menurut EPA (Environmental Protection Authority):
1) Perencanaan metode dan pelaksanaan galian yang baik.
2) Pengolahan air dan tanah di area proyek selama proses galian berlangsung.
15 Universitas Kristen Petra
3) Kontrol terhadap kebisingan yang timbul dan polusi udara.
4) Kontrol terhadap bangunan sekitar.
5) Menyediakan lahan untuk buang tanah hasil galian.
2.4. Perbandingan Peraturan OSHA dan DEPNAKER
OSHA dan DEPNAKER (Gambar 2.11) adalah 2 pedoman peraturan yang
digunakan dalam penelitian ini. Ada persamaan dan perbedaan diantara 2 peraturan
ini. Dasar dari pembuatan kuesioner berdasarkan kompilasi dari peraturan OSHA,
DEPNAKER dan EPA. OSHA dan DEPNAKER membahas tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja, sedangkan EPA membahas tentang Lingkungan. Dari
kompilasi peraturan – peraturan yang ada pada 3 sumber ini, didapatkan 30
pernyataan penting (Tabel 2.4).
Gambar 2.11 OSHA dan DEPNAKER
Perbandingan OSHA dan DEPNAKER bisa dilihat pada Tabel 2.3. Terdapat 25
pernyataan dari OSHA dan DEPNAKER untuk Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
5 peraturan untuk bagian Lingkungan didapatkan dari EPA.
16 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.3 Perbandingan OSHA dan DEPNAKER
1
Desain kemiringan galian harus
memenuhi standart sehingga tidak
mengakibatkan kelongsoran.
-
2
Melindungi atau memindahkan instalasi
bawah tanah sesuai keperluan untuk
keselamatan para pekerja.
-
3
Melindungi pekerja dari longsoran tanah,
batu , dan benda-benda lainya dengan
suatu sistem proteksi yang layak.
Setiap pekerjaan galian tanah harus
memperhatikan bahaya tentang kejatuhan
tanah, batu, atau bahan-bahan lainya yang
terdapat di dekat pekerjaan galian.
4
Menguji supply oksigen dan
kemungkinan adanya gas yang berbahaya
di dalam tanah.
Tenaga kerja dilarang masuk ke tempat
dimana kadar debunya tinggi, kecuali
menggunakan respirator.
5 -Konstruksi di bawah tanah harus
diperhitungkan ventilasinya.
6Menyediakan pagar jika pada sekitar
lokasi galian terdapat tempat pejalan kaki.-
7Menyediakan jalan keluar untuk pekerja
dengan kedalaman 1.2 meter atau lebih.
Pekerjaan galian di bawah tanah harus
dilengkapi dengan jalan keluar yang
aman.
8 -Pekerjaan galian di bawah tanah harus
dilengkapi dengan penerangan.
9Rambu - rambu peringatan bahaya harus
ada di sekitar lokasi yang berbahaya.-
10Memastikan struktur aman dengan
pengecekan oleh pihak yang kompeten.-
11Memperhatikan apabila ada peralatan
atau alat berat yang cacat.-
12
Melakukan inspeksi pada lokasi - lokasi
yang rawan longsor oleh pihak yang
kompeten.
-
13 Pengecekan galian setelah terjadi hujan. -
14
Tidak memperkenankan pekerja berada
di bawah beban yang sedang diangkat
atau digali oleh alat berat
-
No OSHA DEPNAKER
17 Universitas Kristen Petra
15
Mengantisipasi pekerja terperangkap
dalam longsoran tanah dengan
menempatkan pekerja pada lokasi yang
jauh dari rawan longsor.
Dinding - dinding pekerjaan galian harus
diberi pengaman penunjang yang kuat
untuk menjamin keselamatan orang yang
bekerja di dalam lubang galian.
16
Pekerja dilindungi dengan safety tool
yang layak sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan.
-
17Menempatkan pekerja jauh dari lokasi
yang rawan kecelakaan.-
18
Pekerja memakai pakaian yang
memantulkan cahaya sehingga bisa
terlihat.
-
19
Memandu operator yang mengoperasikan
alat berat dengan menggunakan rambu -
rambu peringatan.
-
20
Melindungi pekerja dari hasil galian tanah
yang dapat terjatuh kedalam galian
dengan menempatkan galian tersebut
±0.6 meter dari tepi galian.
-
21Menempatkan alat berat dan meterial
minimal 1 meter dari tepi galian.-
22
Kontraktor harus memberikan
penyuluhan kesehatan untuk para
pekerja.
-
23
Kontraktor harus memastikan
ketersediaan tenaga medis sebagai
jaminan untuk kesehatan kerja.
-
24
Membuat kerjasama dengan rumah sakit
dan klinik terdekat dengan lokasi proyek
agar dapat diakses dengan cepat
sehingga menjamin keselamatan pekerja
apabila terjadi kecelakaan kerja.
-
25Memasitkan ketersediaan transportasi
saat adanya kecelakaan kerja.-
No OSHA DEPNAKER
Setelah itu, dibuat kompilasi dari peraturan OSHA, DEPNAKER, dan EPA.
Kompilasi ini menjadi dasar untuk pembuatan kuesioner. Kompilasi dapat dilihat
pada Tabel 2.4
18 Universitas Kristen Petra
Tabel 2.4 Kompilasi OSHA, DEPNAKER, dan EPA
1 Menentukan desian kemiringan galian sesuai standar.
2 Memperhatikan utilitas di bawah tanah.
3 Memperhatikan pengamanan di sekitar galian dan area bekerja.
4 Memperhitungkan kandungan gas beracun dalam tanah.
5 Memperhitungkan sirkulasi udara untuk pekerja di bawah tanah.
6 Memberikan pagar di sisi galian untuk pejalan kaki.
7 Menyediakan jalan keluar untuk para pekerja galian jika terjadi sesuatu.
8 Memberikan penerangan pada galian di bawah tanah.
9 Membahas penempatan rambu keamanan di sekitar lokasi galian.
10 Melakukan penyelidikan tanah yang akurat dengan orang yang kompeten.
11 Memperhatikan kelayakan peralatan pekerjaan dan penggunaanya secara tepat dan benar.
12 Mengecek titik - titik lokasi yang rawan longsor.
13 Mengecek area galian tanah setelah terjadinya hujan.
14 Memastikan pekerja berada di tempat yang aman.
15 Antisipasi pekerja terperangkap dalam longsoran tanah.
16 Menyediakan sistem proteksi yang layak untuk para pekerja.
17 Menjauhkan pekerja dari lokasi rawan kecelakaan.
18 Pekerja memakai pakaian yang memantulkan cahaya.
19 Memandu operator alat berat dengan rambu dan sinyal.
20 Menempatkan tanah hasil galian di tempat yang aman.
21 Penempatan alat berat & material minimal 1 meter dari tepi galian.
22 Penyuluhan kesehatan diberikan untuk pekerja proyek.
23 Ketersediaan peralatan medis (P3K) dan tenaganya.
24 Adanya kerjasama dengan rumah sakit terdekat.
25 Adanya transportasi (ambulans) untuk keadaan darurat.
26 Metode galian didesign dengan tepat.
27 Air dan tanah diolah selama proses galian berlangsung.
28 Lahan buang tanah sisa galian disediakan.
29 Antisipasi kerusakan bangunan sekitar galian.
30 Kebisingan dan polusi udara sekitar proyek diperhitungkan.
LINGKUNGAN
No KOMPILASI OSHA, DEPNAKER, DAN EPA.
KESELAMATAN KERJA
KESEHATAN KERJA