model pengelolaan metropolitan

5

Click here to load reader

Upload: indah-utami

Post on 25-Jul-2015

83 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Pengelolaan Metropolitan

INDAH TRI UTAMIKonsentrasi PPW

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola Wilayah

MODEL PENGELOLAAN METROPOLITAN

Kawasan metropolitan menurut Castells (2000, dalam Kurniawan, 2006: 2) adalah area yang dicirikan 1) dengan adanya perluasan kota yang merusak batas-batas historis dari sebuah kota, 2) spesialisasi fungsional dari ruang yang menyebabkan semakin intensifnya segregasi sosial, 3) mobilitas spasial dari orang dan barang, 4) lokalisme kosmopolitan yang menjadi kerangka referensi utama bagi politik dan budaya kota.

Model-Model Pengelolaan Metropolitan

Terdapat berbagai model pengelolaan metropolitan, disebutkan oleh Bird dan Slack (2006:1) dalam pengelolaan metropolitan diperlukan pemahaman dari segi fiskal atau “urusan uang” meliputi siapa yang mempunyai, darimana datangnya, dalam kondisi apa dapat digunakan dan oleh siapa. Untuk menjawab model pengelolaan seperti apa yang paling tepat diimplementasikan di metropolitan, berdasarkan perspektif fiskal cenderung pada adanya unit pemerintahan level kecil dengan sistem yang telah terbagi. Atau aktor pengambil keputusan layanan publik adalah pemerintah dengan level yang paling dekat dengan masyarakat yang bersangkutan langsung. Hal tersebut diasumsikan dapat mengalokasikan sumberdaya dengan efisiensi, akuntabilitas, dan daya tanggap yang paling besar. Pemerintah tersebut juga berfungsi dalam menstimulasi kompetisi antara yuridiksi lokal yang kemudian akan mendorong terciptanya penawaran pajak dan fasilitas layanan terbaik. Untuk menangkap kebutuhan masyarakat terkait penciptaan penawaran pajak dan fasilitas terbaik dibutuhkan adanya pertemuan publik, hearing¸pemilihan, kontak langsung dan hal tersebut akan lebih mudah dicapai jika unit pemerintahan lokal cenderung lebih kecil dan terbagi. Namun, pendapat lain menyebutkan bahwa pemerintah dengan konsolidasi lebih luas lebih tepat. Dimana, dengan pengelolaan tersebut dapat mengambil keuntungan ekonomi dalam penyediaan layanan dengan demikian maka biaya per unit sehingga jumlah layanan yang disediakan meningkat. Dalam menjelaskan model pengelolaan yang tepat untuk metropolitan didasarkan pada bagaimana menimbang berbagai pertimbangan ya ng bertentangan. Berikut merupakan model-model pengelolaan metropolitan berdasarkan fiskal :

1. Model satu-level (One-tier Model)Dalam model ini, pemerintah lokal tunggal bertanggungjawab dalam menyediakan fasilitas lokal secara penuh. Model ini dapat terbagi dalam dua bentuk yang berbeda, pertama berbagai kota-kota yang terbagi pada wilayah perkotaan, atau satu gabungan besar kota-kotauntuk keseluruhan wilayah.

2. Model dua-level (Two-tier Model)Model dua-level terdiri atas pemerintahan level atas (pada umumnya wilayah, kabupaten, atau kawasan metropolitan), meliputi area geografis yang cukup luas,

1

Page 2: Model Pengelolaan Metropolitan

INDAH TRI UTAMIKonsentrasi PPW

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola Wilayahdan level bawah atau area kota-kota (seperti kota besar, kota kecil, township). Prinsipnya, pemerintahan level atas bertanggungjawab dalam pemenuhan pelayanan untuk kemanfaatan wilayah luas, membangkitkan eksternalitas, mengharuskan redistribusi, menampilkan skala ekonomi.

Layanana/fasilitas yang menyediakan manfaat lokal menjadi tanggungjawab level bawah. Contoh model pengelolaan ini adalah the Greater London Authority Act pada tahun 1999.

3. Kerjasama sukarelaModel ini digambarkan sebagai restrukturasi minimal pemerintahan pada suatu area yang disebut wilayah, wilayah tersebut didasarkan pada kerjasama sukarela antar unit pemerintah lokal eksisting dalam suatu aglomerasi tanpa status lembaga permanen maupun independent (Sharpe,1995 dalam Bird dan Slack, 2001: 6). Model ini secara politik dapat diciptakan dan dibubarkan secara mudah.

4. Kabupaten/wilayah/kecamatan tujuan khususModel ini pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pelayanan yang melebihi batas kota. Kabupaten tujuan khusus selayaknya menyediakan fasilitas/layanan kota yang mirip untuk beberapa kota atau mengelola layanan wilayah dengan eksternalitas yang signifikan. Hal tersebut akan menciptakan kerjasama antarkota untuk fasilitas wilayah dimana ada sejarah dan pemerintah lokal otonom yang kuat.

Elemen Penting Dalam Pengelolaan Metropolitan

Beberapa dimesi dasar dan elemen pengelolaan metropolitan dapat disusun berdasarkan berbagai pendekatan literatur dan dapat berkontribusi pada sistematisasi pemerintahan metropolitan, terutama untuk bidang-bidang kebijakan yang relevan (Hamedinger dan Peer, 2011:16)

1. Dimensi 1: kerangka kerja institusionanl di kawasan metropolitan (mencakup deskripsi tentang organisasi internal formal dan informal dari semua sistem administratif politis yang terlibat seperti kota-kota besar, kota, provinsi federal. Elemen dalam dimensi ini adalah :

- Struktur organisasi formal dan proses dari sistem administratif politik;- Perkembangan fiskal dalam kawasan metropolitan;- Situasi politik kota;- Budaya politik informal.

2. Dimensi 2: sistem regulasi dan instrumenny, elemennya adalah:- Instrumen langsung kewenangan lokl, regional, dan nasional;- Instrumen tidak langsung kewenangan lokal, regional, dan nasional.

3. Dimensi 3: Koordinasi vertikal, elemennya - Distribusi kompetensi dan tugas antarlevel pemerintahan dalam sistem politik

nasional;- Kebijakan dalam distribusi sumberdaya finansial publik antar berbagai level

pemerintahan;

2

Page 3: Model Pengelolaan Metropolitan

INDAH TRI UTAMIKonsentrasi PPW

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola Wilayah- Bentuk-bentuk interaksi antar berbagai level pemerintahan dalam

perencanaan.4. Dimensi 4: koordinasi horizontal, elemennya :

- Koordinasi berbagai kebijakan sektoral dalam level metropolitan;- Pencantuman aktor/partisipan nonpemerintah;- Strategi, strategi program, dan detail proyek;

Dalam literatur lain menyebutkan terdapat 3 elemen kunci dalam membangun kapasitas pengelolaan metropolitan yaitu (Kubler, 2005 dalam Kurniawan, 2006:8):

a. Adanya perilaku positif dan tindakan kooperatif dalam proses negosiasi di antara para aktor yang terlibat;

b. Adanya struktur intensif yang memadai yang dibuat oleh institusi yang lebih tinggi agar para aktor mau terlibat dalam upaya peningkatan kualitas kepemerintahan metropolitan;

c. Adanya dukungan kepemimpinan politik yang kuat guna memotivasi para aktor untuk menyediakan waktu dan tenaga dalam meningkatkan pengelolaan metropolitan.

Tantangan Pengelolaan Metropolitan Di Indonesia

Tantangan pengelolaan metropolitan menurut Hamedinger dan Peer (2011:14) antara lain:

- menyelesaikan masalah yang muncul akibat perbedaan kepentingan dan orientasi (kompetitif vs kooperatif);

- Menyeimbangkan ketidaksamaan alat yang digunakan aktor dalam menggunakan sumberdaya;

- Menghindari tekanan dari kelompok tertentu;- Berurusan dengan aktor non-pemerintahan;- Membagun kepercayaan antaraktor metropolitan;- Menyelesaikan kontradiksi antara tujuan dalam instrumen kebijakan antaraktor;- Menghasilkan dan memelihara legitimasi dari tindakan dan keputusan kolektif.

Arah kebijakan pengembangan kawasan metropolitan di Indonesia tidak diatur secara tersendiri atau khusus oleh peraturan perundangundangan, namun dapat ditelusuri melalui beberapa peraturan perundang-undangan. Khusus di Indonesia, kerja sama antardaerah ternyata masih belum efektif karena masih adanya berbagai kendala berikut :

• Ketidakjelasan otoritas/kewenangan.

• Rendahnya komitmen.

• Rendahnya kapasitas lembaga pembangunan, khususnya penataan ruang.

• Kurang tersedianya pendukung kelembagaan yang memadai.

3

Page 4: Model Pengelolaan Metropolitan

INDAH TRI UTAMIKonsentrasi PPW

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola WilayahKendala-kendala di atas telah memunculkan berbagai persoalan yang terkait dengan :

- Pengelolaan pertumbuhan (growth management) kawasan metropolitan.- Pengelolaan partisipatif (participatory management) sebagai pengejawantahan

penatakelolaan yang baik (good governance).- Pembangunan berkelanjutan (sustainable development), baik secara ekonomi,

sosial- maupun ekologi.- Pembentukan dan pengefektifan kelembagaan formal antardaerah.

DAFTAR PUSTAKABird, R.M. dan E. Slack (2007) An approach to metropolitan governance and

finance, Environment and Planning C: Government and Policy, 5, 729-755.

Firman, T. (2008) In search of a governance institution model for Jakarta Metropolitan Area (JMA) under Indonesia's new decentralisation policy: old problems, new challenges, Public Administration and Development, 28, 280-290.

Hamedinger, Alexander., dan Peer, Christian,M. 2011. Development of a Systematic Description of Metropolitan Governance Structures for the INTERREG IVC Project CATCH-MR. Department for Urban Development and Planning

Kurniawan, Teguh. 2006. Kepemerintahan Kawasan Metropolitan: Sumbangan Pemikiran untuk Revisi UU 34/1999. Jurnal Industri dan Perkotaan Vol. X, Nomor 18/Agustus, ISSN 1410-3575 (h.1188-1207)

Laquian, A.A. (2005) Metropolitan governance reform in Asia, Public Administration and Development, 25, 307-315.

Montgomery, M.R., R. Stern, B. Cohen, H. Reed (eds). (2004). Cities Transformed: Demographic Change and Its Implications in the Developing World, Panel on Urban Population Dynamics. London: Earthscan. Chapter 9: The Challenge of Urban Governance.

Warseno. 2011. Model Kelembagaan Kawasan Metropolitan Di Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 13, No. 1, April 2011 Hlm.20-25. Diterima 2 Februari 2011; terima dalam revisi 21 Maret 2011; layak cetak 8 April 2011

4