model pembentukan kepribadian islami siswa melalui pembelajaran agama...
TRANSCRIPT
MODEL PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 1 PARUNG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)
Oleh:
AHMAD BUSYRO NIM. 206011000021
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
i
Abstraksi
Nama : Ahmad Busyro
Nim : 206011000021
Jurusan/Fakultas : PAI/ Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul skripsi : “ Model Pembentukan Kepribadian Islami Siswa Melalui Pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Parung”
Pembinaan dalam lingkungan sekolah sangat besar pengaruhnya terhadap prilaku anak didik atau siswa kelak dikemudian hari, sebab baik buruknya prilaku seseorang di sekolah ataupun dimasyarakat ditentukan oleh pembinaan yang diperoleh dari lingkungan sekolah, karena sekolah memiliki peranan yang sangat penting.
Kepribadian yang Islami adalah kepribadian yang merupakan ciri khas dan identitas seseorang dari keseluruhan tingkah laku sebagai orang Islam atau muslim, baik yang ditampilkan secara lahiriyah maupun bathiniah. Secara kolektif kepribadian Islami adalah kepribadian yang berserah diri dan patuh terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepribadian yang Islami merupakan tujuan akhir dari setiap usaha pendidikan agama Islam.
Berdasarkan pengetahuan di atas, dalam hal ini penulis mengadakan penelitian untuk mengetahui model pembentukan kepribadian Islami siswa melalui pembelajaran agama Islam di SMA Negri 1 Parung bogor. Dengan populasi sasaran adalah kelas XII yang berjumlah 250 siswa yang dipilih secara acak atau random sebanyak 20% atau 50 orang. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dan mewawancarai guru pendidikan agama Islam dan wakil kepala sekolah untuk mengetahui model pembentukan kepribadian siswa yang Islami melalui pembelajaran agama di SMA Negri 1 Parung. Kemudian data yang di peroleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah dengan cara menggunakan rumus P sama dengan F Dikali 100% dibagi N. ( data yang diperoleh dari penyebaran angket kepada siswa diolah dengan cara statistic deskriptif dipergunakan untuk mengorganisasikan dan meringkas data numeric yang nantinya dibuat secara prosentase yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dilapangan.
Sedangkan dalam teknis pelaksanaannya atau analisisnya, yaitu dengan memeriksa jawaban-jawaban dari tiap responden atau siswa , lalu dijumlahkan dan menghasilkan skor total, di klasifikasikan dan ditabulasikan (di buat tabel), data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel masing-masing lalu diprosentasikan.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur tiada terhingga penulis sampaikan kehadirat Ilahi Rabbi Allah
SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada baginda Nabi Muhammad
saw., keluarganya, sahabatnya, dan seluruh pengikutnya yang telah mengenalkan Islam
kepada seluruh umat manusia.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak sedikit
mengalami kesulitan, hambatan, dan gangguan baik yang berasal dari penulis sendiri
maupun dari luar. Namun berkat bantuan, motivasi, bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu dengan penuh ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bahrissalim, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Drs. Sapiuddin Sidiq, M.Ag, Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta
4. Dr. H. Akhmad Sodiq, MA. Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia dengan
tulus memberikan bimbingan, petunjuk dan saran kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
5. Semua Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Drs. Ali Gozali MPd, sebagai Kepala SMA Negri 1 Parung beserta guru bidang studi
Pandidikan Agama Islam, beserta staf yang telah membantu proses penelitian serta
memberikan data-data yang diperlukan peneliti.
ii
7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
dengan sabar dan tekun, rela mentransfer ilmunya kepada penulis selama penulis
menempuh studi di UIN Jakarta ini.
8. Ayah dan Umi, K’ Abdul Karim, Mba’ Azdawati M.Pd, mba’ Rahmaniyah, mba’ Siti
Aisyah, K’ Jahid, K’ Zidni K’ Misbah, dan Adikku tercinta Abd Hafid serta kakak-
kakakku yang lain yang dengan penuh kasih sayang selalu mendidik, memberikan
bantuan moril dan materil, menyayangi dan mendo’akan penulis, sehingga penulis
dapat menyelesaikan studi di UIN.
9. Untuk teman-teman tercinta, Idris Saldi S.Sos.I, Nia Ahmad, Gus Yazid (Thanks
komputernya) Ihsanuddin S.Pd.I, Gifar S.Pd.I, M. Susanto S.Pd.I, Ach. Hozaini
S.Pd.I, Darmawan (thanks komputernya), M. Habib Masturi S.Pd.I dan Auliya Sindu
Muhammad S.Pd.I dan Didi A. Mursidi S.Pd.I yang selalu memberikan semangat
baru disetiap kejenuhan yang selalu mengiringi penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini dan yang selalu mengobarkan api semangat dalam keputusasaan penulis, semua
teman-teman (khususnya kelas A dan B PAI Ekstensi 2006) yang telah memberikan
semangat dan memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dengan
penuh toleransi ikut serta memberikan sumbangan yang amat berharga dalam
penyelesaian skripsi ini.
Bagi mereka semua, tiada untaian kata dan ungkapan hati selain ucapan terima
kasih penulis, semoga Allah SWT., membalas semua amal baik mereka, dan akhirnya
peneliti berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya
kepada pembaca.
Jakarta, 3 Maret 2011
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .... .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................... 7
1. Identifikasi Masalah ........................................................ 7
2. Batasan Masalah .............................................................. 8
3. Perumusan Masalah ......................................................... 8
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ......................................... 8
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pembentukan Kepribadian ..................................................... 9
1. Pengertian Pembentukan Kepribadian .............................. 9
2. Proses Pembentukan Kepribadian .................................... 13
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan
Kepribadian .......................................................................... 14
1. Faktor Internal ................................................................ 14
2. Faktor Eksternal .............................................................. 15
C. Metode Pembentukan Kepribadian Dalam
Pendidikan Islam .................................................................. 17
D. Kerangka Teori .................................................................... 21
iv
Bab III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis penelitian ...................................................................... 23
B. Penentuan sumber data .......................................................... 23
C. Metode Pengumpulan Data ................................................... 24
D. Metode Analisis Data. .......................................................... 25
BAB IV PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ISLAMI SISWA
MELALUI PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM DI SMA
NEGERI 1 PARUNG
A. Gambaran Umum SMA Negri 1 Parung ............................... 28
1. Latar Belakang Berdirinya SMA Negri 1 Parung ............. 28
2. Visi dan Misi SMA Negri 1 Parung ................................. 29
3. Struktur Organisasi SMA Negri 1 Parung ....................... 29
4. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Administrasi
dan Karyawan .................................................................. 31
5. Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Parung ............................. 35
6. Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki
SMA Negeri 1 Parung ..................................................... 36
7. Kegiatan Ekstra Kurikuler ............................................... 37
B. Deskripsi Data ....................................................................... 37
C. Model Yang Digunakan di SMA Negeri 1 Parung Dalam
Membentuk Pribadi Yang Islami ........................................... 37
D. Pengolahan Data ................................................................... 40
E. Analisis Data ......................................................................... 61
v
F. Model Pembentukan kepribadian Islami Siswa Melalui
Pembelajaran Agama ............................................................ 62
1. Pendidikan Agama Islam ................................................... 62
2. kepribadian Islami ............................................................. 63
3. Proses Pembelajaran Agama .............................................. 63
a. Pembukaan. .................................................................... 64
b. Kegiatan Belajar .............................................................. 64
c. Penutupan ........................................................................ 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 66
B. Saran ................................................................................... 67
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Parung .......................................................
Tabel 4.2 Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Administrasi dan Karyawan Tahun Ajaran
2010-2011 .......................................................................................................
Tabel 4.3 Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Parung Tahun Ajaran 2010-2011 .....................
Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana SMA Negeri Parung .......................................................
Tabel 4.5 Siswa Melaksanakan Shalat 5 Waktu ...............................................................
Tabel 4.6 Melaksanakan Shalat Sunnah Rawatib .............................................................
Tabel 4.7 Pelaksanaan Puasa Rhamadan ..........................................................................
Tabel 4.8 Siswa Melaksanakan Puasa Sunnah ................................................................
Tabel 4.9 Siswa Melaksanakan Zakat Fitrah ....................................................................
Tabel 4.10 Siswa Membaca Al-Qur’an siang dan malam ...................................................
Tabel 4.11 Siswa Melaksanakan Perintah Shalat dari orang tua .........................................
Tabel 4.12 Siswa Memberi Salam dan Mencium Tangan Orang Tua .................................
Tabel 4.13 Siswa Meminta Izin Kepada Orang Tua Jika Pergi Keluar Rumah ...................
Tabel 4.14 Menyapa dan Memberi Salam Kepada Guru, jika Bertemu Dijalan ..................
Tabel 4.15 Perhatian Siswa Ketika Guru Sedang Mengajar ...............................................
Tabel 4.16 Siswa Mengetuk Pintu dan Memberi Salam, ketika Terlambat Masuk Kelas ....
Tabel 4.17 Siswa Menyapa Dengan Ramah Jika Bertemu Tetangga dijalan .......................
Tabel 4.18 Siswa Menghormati Orang Tua, Guru dan Teman ...........................................
Tabel 4.19 Siswa Menjenguk Teman yang Sedang Sakit ...................................................
Tabel 4.20 Sikap siswa Saat Menolong Tetangga yang Terkena Musibah ..........................
Tabel 4.21 Siswa Aktif Mengikuti Kegiatan Pesantren Kilat Disekolah .............................
Tabel 4.22 Sisawa Aktif Mengikuti Kegaitan Rohis Disekolah .........................................
vii
30
32
35
36
40
41
41
42
43
44
44
45
46
47
47
48
49
49
50
51
51
52
Tabel 4.23 Sikap Siswa Dalam Menepati Janji dengan teman ............................................
Tabel 4.24 Guru Memerintahkan Siswa Berdo’a Sebelum Pelajaran Dimulai .................... .
Tabel 4.25 Guru Memerintahkan Siswa Untuk Aktif Mengikuti KegiatanPesantren kilat
Pada Bulan Rhamadan .....................................................................................
Tabel 4.26 Guru Memerintahkan Siswa Untuk Aktif Mengikuti Pengajian Dirumah
Tabel 4.27 Guru Agama Aktif Memperaktekkan Materi PAI .............................................
Tabel 4.28 Guru Memerintahkan Siswa Untuk Menghormati Kedua Orang Tua, Guru dan
teman ...............................................................................................................
Tabel 4.29 Peran Guru Dalam Mengikuti Kegiatan Rohis Disekolah .................................
Tabel 4.30 Siswa Aktif Menfikuti Pelajaran PAI ...............................................................
Tabel 4.31 Guru Hadir Saat Pelajaran Dimulai ..................................................................
Tabel 4.32 Siswa Memahami Materi Pelajaran PAI yang disampaikan guru .....................
Tabel 4.33 Guru memberikan bimbingan dan contoh nasehat pada saat belajar .................
Tabel 4.34 siswa aktif memperingati hari-hari besar Islam ................................................
viii
53
53
54
55
56
56
57
58
58
59
60
60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu proses atau usaha dari manusia dewasa yang
telah sadar akan kemanusiaannya dalam membimbing, melatih, mengajar, dan
menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup pada generasi muda,
agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-
tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri
kemanusiaannya. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan merupakan salah satu
sektor pembangunan yang sangat penting dalam peradaban manusia dan dapat
memajukan masyarakat. Sebagai bangsa yang sedang membangun, Indonesia
menyadari betul peran pendidikan terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa.
Sesuai dengan pentingnya pendidikan tersebut ditegaskan dalam UU Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:
“Pedidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pendidikan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1
UU tersebut di atas, menunjukkan bahwa pendidikan dapat menghasilkan
putra-putri bangsa yang dapat membangun dirinya sendiri dan bertanggung jawab
atas pembangunan bangsanya. Menurut M.J. Lengeveld yang dikutip oleh Alisuf
1 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006) Cet. Ke-
5, h. 304.
2
Sabri bahwa pendidikan adalah “ Pemberian bimbingan atau bantuan rohani bagi
yang masih memerlukan. Pendidikan itu terjadi melalui pengaruh dari orang yang
telah dewasa kepada orang yang belum dewasa.2 Istilah lain juga dikatakan bahwa
pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.3
Dalam hal ini pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk menyiapkan potensi-
potensi yang dimiliki anak untuk berkembang menuju ke arah kedewasaan yang
diharapkan. Sehingga potensi yang dimiliki anak didik yang berkaitan dengan
pandangan hidup bila dibimbing melalui berbagai macam proses pendidikan, akan
dapat melestarikan kehidupan bangsa dan membantu menuju kemajuan dimasa
yang akan datang.
Pada dasarnya proses kegiatan pendidikan biasanya berlangsung antara
pendidik dan anak didik baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal
ini anak didik bisa saja berhadapan dengan pendidik yang berupa orang, ataupun
melalui karya-karyanya yang ia pelajari sendiri. Pendidikan seperti ini seringkali
disebut pendidikan otodidak, yang dalam prosesnya tidak memerlukan orang
sebagai pendidik. Disinilah keunikan pendidikan, selain mengandung tanda tanya
juga mengandung misteri.
Proses pendidikan tersebut adalah proses yang kontinyu bermula sejak
seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Rumusan selain itu adalah bahwa
proses pendidikan tersebut mencakup bentuk-bentuk belajar secara formal
maupun informal. Baik yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, kehidupan
sekolah, pekerjaan maupun kehidupan masyarakat.4
Pendidikan di samping merupakan kebutuhan manusia juga merupakan
suatu kewajiban bagi orang tua untuk mendidik anaknya, karena anak adalah
amanat yang diberikan oleh Allah untuk dipelihara dan dipertanggung jawabkan
di hadapan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-tahrim ayat 6 yang
berbunyi:
2.M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 8. 3 H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet. Ke-4, h. 1 4Abu Ahmadi, Metode Khusus Pendidikan Agama, (MKPAI), Bandung: Amirika, 1986),
h. 18
3
. یا أیھا الذین آمنوا قوا أنفسكم وأھلیكم نارا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka”. (Q:S. At-tahrim: 6).5
Berdasarkan ayat tersebut berarti Allah memberikan amanat secara
langsung kepada orang tua untuk menjaga dirinya dan keluarganya termasuk
anak-anaknya dari siksa api neraka. Dalam upayanya mengemban amanat ini,
orang tua tidak cukup dengan memberikan hak-hak yang bersifat lahiriyah saja
dalam arti pendidikannya.
Dengan pendidikan dan pengajaran yang diterima, maka mereka
memperoleh bekal hidup untuk hidup di tengah masyarakat dan kondisi mereka
tidak akan selalu menjadi beban bagi keluarga dan lingkungan masyarakat.
Ditegaskan dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 31:
“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu
memang benar orang-orang yang benar".6
Untuk mewujudkan harapan tersebut, seorang guru dituntut untuk
memiliki dan memahami pengetahuan yang seksama mengenai pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik, memahami tentang tujuan yang akan dicapai,
penguasaan materi dan penyajiannya dengan metode-metode yang tepat.
Dalam pelaksanaannya pendidikan bertujuan untuk menghasilkan lulusan
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia;
5 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV Diponogoro,
2007), h. 560 6 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, h. 6
4
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang
bertanggung jawab demokratis, dan dapat mengikuti pendidikan lebih lanjut.7
Sebagaimana dirumuskan dalam UU RI tentang tujuan pendidikan Nasional
No.20 Th. 2003 BAB II Pasal 3 sebagai berikut:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.8
Iman dan dijadikan dasar pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya. Jadi, proses pendidikan diarahkan pada internalisasi nilai-nilai ajaran
Islam serta aktualisasinya sebagai etika sosial dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian juga dengan akhlak yang dimiliki seseorang bukan merupakan sesuatu
yang dibawa sejak lahir, dan bukan pula sesuatu yang bersifat tetap, akan tetapi
sesuatu yang berubah, berkembang dan harus dibentuk melalui proses dan waktu
yang cukup alam, yaitu dengan pendidikan agama. Apabila akhlak yang baik telah
terbentuk pada diri seseorang, maka akhlak tersebut akan dijaga dengan cara
diperaktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kaitanya dengan pendidikan agama dalam kehidupan manusia,
maka dalam membina dan membentuk pribadi anak didik perlu kiranya dengan
mengadakan pendekatan dan perhatian yang bersifat tuntunan dan bimbingan.
Karena pendidikan agama menurut Mahmud Yunus mempunyai kedudukan yang
tinggi dan paling utama, karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki
akhlak anak-anak dan mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia
dalam hidup dan kehidupannya.9
Pendidikan Agama adalah usaha yang dilakukan secara sistematis dalam
membimbing siswa yang beragama Islam, sehingga ajaran Islam benar-benar
diketahui, dimiliki, dan diamalkan oleh peserta didik baik tercermin dalam sikap,
7Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI
Tentang Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), h. 3 8Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, h. 307. 9 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1983), h. 7.
5
maupun cara berfikirnya. Melalui pendidikan agama terjadilah proses
pengembangan aspek kepribadian anak, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan
aspek psikomotorik. Sehingga ajaran agama diharapkan akan menjadi bagian
integral dari pribadi anak yang bersangkutan. Dalam arti segala aktifitas anak
akan mencerminkan sikap Islamiyah.
Pendidikan sangat berperan dalam pembentukan kualitas manusia yang
beriman dan bertaqwa. Manusia dengan kualitas diyakini mampu bertindak
bijaksana baik dalam kapasitas sebagai pemimpin bagi dirinya sendiri, keluarga
maupun masyarakat. Dalam ketetapan MPR disebutkan pembangunan nasional
dibidang pendidikan, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan
kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur, serta memungkinkan para warganya mengembangkan diri baik
berkenaan dengan aspek jasmani dan rohani.10 Pendidikan agama Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hokum-hukum agama Islam menuju
kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.11
Sebagai suatu usaha membentuk manusia, pendidikan harus mempunyai
landasan tempat berpijak yang baik dan kuat, karena dengan landasan tersebut
akan jelaslah arah pelaksanan pendidikan tidak sekedar merupakan inpuls atau
gejolak sesaat. Itu berarti landasan pendidikan merupakan suatu yang penting
dalam proses kemajuan pendidikan.
Dasar pendidikan merupakan masalah yang fundamental, karena dari dasar
pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Dalam pada itu
kaitannya dengan pendidikan Islam, dasar atau landasan pendidikan Islam itu
adalah fundamen yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan Islam dapat
tegak berdiri. Oleh karena itu, dasar pendidikan Islam harus diperhatikan secara
konprehensif dalam mengarungi gerak langkah pendidikan selanjutnya. Al-Qur’an
dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam sekaligus juga sebagai sumber ajaran
syari’at, bukan hanya dijadikan sebagai kitab yang harus dibaca saja, akan tetapi
10 M Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, h. 75. 11 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif,
1974), Cet. Ke-4, h. 23.
6
lebih dari itu adalah menggali secara maksimal isi yang terkandung di dalamnya
dan merealisasikan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber hukum Islam dan pengetahuan
yang lengkap, mencakup keseluruhan hidup manusia, baik dunia maupun akhirat.
Keduanya menjadi petunjuk yang tak pernah usang bagi manusia dalam
membentangkan sayap dan derap langkah kehidupannya disegala zaman.
Islam merupakan agama yang membawa misi agar umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ajaran al-Qur’an sarat dengan
nilai-nilai pengetahuan yang menuntut pengikutnya untuk mengetahui berbagai
fenomena alam yang harus dipikirkan.
Selain al-Qur’an, al-Hadits juga merupakan sumber pengetahuan yang
monumental bagi Islam, yang sekaligus menjadi penafsir dan bagian yang
komplementer terhadap al-Qur’an. Menurut Husein Nasr bahwa Hadits Nabi
membahas berbagai hal, mulai dari metafisika sampai tata tertib di meja makan.12
Karena pendidikan agama Islam adalah sebagai dasar dalam menjalani
kehidupan yang berpijak dari al-Qur’an dan Hadits, agama dapat diibaratkan
sebagai mata, sedangkan sains sebagai mikroskop atau teleskop yang dapat
memperjelas daya pengamatan mata atau agama adalah pedoman dan jalan
kehidupan menuju keselamatan, sedangkan pengetahuan adalah cahaya yang
menerangi jalan kehidupan itu sendiri.
Agama Islam mengharuskan umatnya menghayati ajarannya yang
bersumber pada al-Qur’an dan al-Hadist misalnya pendidikan agama yang tidak
hanya bertujuan untuk memperoleh ilmu dan keterampilan semata melainkan
penanaman pribadi atau sikap yang positif pada diri guru dan siswa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Zakiah Derajat bahwa “Pendidikan Agama Islam bukan
sekedar mengajarkan pengetahuan agama dan melatih keterampilan siswa dalam
melaksanakan ibadah tetapi lebih dari itu ia pertama-tama bertujuan untuk
membentuk kepribadian siswa, sesuai dengan ajaran agama, pembinaan sikap,
12 Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: perspektif Islam dan
Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003) h. 114.
7
mental dan akhlak, jauh lebih penting daripada pandai menghapal dalil-dalil dan
hukum-hukum agama, yang tidak diresapkan dan dihayatinya dalam hidup”.13
Dalam hal ini sekolah SMA Negeri 1 Parung adalah sekolah yang berbasis
umum tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai agama. SMA Negeri 1 Parung hadir
ditengah masyarakat dengan model pengajaran yang sama seperti sekolah umum
pada umumnya, namun pada dasarnya pengajaran yang ada di SMA Negeri 1
Parung bertujuan untuk membentuk kepribadian siswa yang Islami seperti
penanaman keagamaan melalui kegiatan rohis, membentuk kepribadian yang
Islami melalui sholat berjamaah. Pada dasarnya seorang guru tidak hanya
memberikan pengetahuan atau mengajar semata, melainkan bertujuan untuk
menciptakan siswa yang agamis dan taat pada agama yang di anutnya.
Disisi lain yang menarik dari sekolah ini adalah antusiasme siswa untuk
melaksankan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah setiap hari.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis akan
melakukan penelitian dengan judul “Model Pembentukan Kepridian Islami
Siswa Melalui Pembelajaran Agama Di SMA Negeri 1 Parung Bogor.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Persoalan yang dapat muncul dari topik ini adalah mengenai siswa
belajar agama dan dianggap pemerintah sudah efektif, tentu saja dari
proses belajar mengajar ini memuat banyak aspek nilai mulai dari akhlak,
ibadah, teologi, dan minat para siswa ikut belajar agama. Namun
demikian, penulis hanya mengambil “Model Pembentukan Kepribadian
Islami Siswa Melalui Pembelajaran Agama Islam”
2. Batasan Masalah
Untuk menghindari kesalahan dalam proses penelitian dan
penulisan skripsi ini, maka penulis sengaja membuat suatu batasan. Ruang
lingkup masalah yang akan diteliti dibatasi pada: Bagaimana sistem
belajar-mengajar agama di sekolah SMA Negeri 1 Parung?.
13 Zakiah Derajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet Ke-17, h. 124
8
3. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang menjadi pusat penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana model pembelajaran agama di SMA Negeri 1 Parung?
b. Bagaimana upaya meningkatkan kepribadian siswa yang Islami?.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan di atas,
maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu: Untuk mengetahui model
pembentukan kepribadian Islami siswa melalui pembelajaran agama Islam di
SMA Negeri 1 Parung.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Akademis:
Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi positif bagi
pengembangan lembaga keilmuan dan keberlangsungan pendidikan
nasional.
2. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan baru bagi para teorisi, praktisi
dan pemikir pendidikan dalam mengemas nilai-nilai agama menjadi kajian
yang menarik. Juga diharapkan dapat memberikan motivasi bagi kepala
sekolah dan orang tua untuk lebih memperhatikan kepada mata pelajaran
agama Islam.
9
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pembentukan Kepribadian
Pembentukan kepribadian pada dasarnya adalah upaya untuk mengubah
sikap kearah kecendrungan terhadap nilai-nilai ke-Islaman. Perubahan sikap tidak
terjadi secara spontan, tetapi diantaranya disebabkan oleh adanya hubungan
dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide dan perubahan sikap harus dipelajari.
Setiap usaha maupun kegiatan yang dilakukan dalam mencapai suatu
tujuan harus mempunyai dasar dan landasan tempat berpijak yang kokoh.
Pendidikan adalah suatu usaha membentuk manusia harus mempunyai landasan
keimanan dan kepada landasan itulah semua kegiatan dan semua perumusan
tujuan pendidikan dihubungkan.
1. Pengertian Pembentukan Kepribadian
Istilah pembentukan adalah proses atau usaha dan kegiatan yang dilakukan
secara berdaya guna untuk memperolah yang lebih baik, mendirikan atau
mengusahakan supaya lebih baik, lebih maju dan lebih sempurna.1
Sedangkan kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang
berasal dari kata persona (bahasa Latin), yang artinya kedok atau topeng yaitu
1 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-2, h. 39.
10
tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya
untuk menggambarkan prilaku, watak atau pribadi seseorang.2
Menurut Reymond Bernard Cattal yang dikutip oleh Abdul Majid, bahwa
”kepribadian mencakup tingkah laku individu baik yang terbuka (lahiriyah)
maupun yang tersembunyi (batiniyah).3
Secara utuh kepribadian mungkin terbentuk melalui pengaruh lingkungan,
terutama pendidikan. Adapun sasaran utama yang dituju dalam pembentukan
kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak mulia.
Wetherington menyimpulkan bahwa kepribadian memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Kepribadian adalah istilah untuk menanamkan tingkah laku seseorang
yang secara terintegrasi merupakan suatu kesatuan.
b. Manusia karena keturunanya mula-mula hanya merupakan individu,
dan barulah menjadi suatu pribadi setelah mendapat (menerima)
pengaruh dari lingkungan sosialnya dengan cara belajar.
c. Kepribadian untuk menyatakan pengertian tertentu yang ada pada
pikiran tersebut ditentukan oleh nilai dari perangsang sosial seseorang.
d. Kepribadian tidak menyatakan sesuatu yang bersifat statis seperti
bentuk badan, ras, akan tetapi merupakan gabungan dari keseluruhan
dan kesatuan tingkah laku seseorang.
e. Kepribadian untuk berkembang secara pasif, tetapi setiap pribadi
menggunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri
kepada lingkungan sosialnya.4
Lebih tegas lagi Cattel berpendapat bahwa kepribadian adalah apa yang
dapat kita perkirakan termasuk di dalamnya kelakuan seseorang dalam situasi
tertentu.
2 Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-9, h.
10 3 Abdul Majid, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta:
Darul Falah, 1999), Cet. Ke-1, h. 78. 4 Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) Cet. Ke-2, h. 90.-91
11
Adapun unsur-unsur yang membentuk kepribadian, menurut Cattel antara
lain:
Pertama, sifat atau unsur dinamik, yaitu berbagai dorongan dari kelakuan
yang tujuannya, baik kodrati maupun dipelajari.
Kedua, sifat watak. Yang berhubungan dengan ciri yang luas yang tidak
berubah dan ia adalah ciri yang membedakan reaksi individu tanpa memandang
perasangsang yang menyebabkannya, misalnya cepat memberi reaksi, atau
kekuatannya, atau kadar kegiatannya.
Ketiga, kekuatan dan kemapuan mental. Yang menentukan kemampuan
individu untuk melakukan suatu pekerjaan, yang tercermin dalam kecerdasan,
kemampuan khusus dan keterampilan. 5
Dari definisi di atas, diketahui bahwa kepribadian adalah suatu totalitas
yang menjadi ciri khas seseorang, yang meliputi prilaku yang nampak, prilaku
batin, cara berpikir, falsafah hidupnya dan sebagainya yang menjadi sifat dan
watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, baik yang tercermin
maupun sosial tingkah laku”. Dengan kata lain kepribadian merupakan ciri khas
seseorang dan kepribadian dapat dibentuk melalui bimbingan dari luar.
Kenyataan ini memberi peluang bagi usaha pendidikan untuk memberi
andilnya dalam usaha pembentukan kepribadian. Dalam hal ini diharapkan
pembentukan kepribadian dapat diupayakan melalui pendidikan yang sejalan
dengan tujuan ajaran Islam.
Di bawah ini adalah beberapa teori yang merupakan pijakan untuk
mengetahui lebih rinci tentang kepridian antara lain:
a. Teori Empirisme
Teori ini beranggapan bahwa kepribadian didasarkan pada lingkungan
pendidikan yang didapatnya atau perkembangan jiwa seseorang semata-mata
bergantung kepada pendidikan dengan segala aktivitasnya, pendidikan merupakan
salah satu lingkungan anak didik. Dalam hal ini pendidik dapat berbuat
sekehendak hati dalam pembentukan pribadi anak didik sesuai yang diinginkan.
Pendidik dapat berbuat sekehendak hatinya seperti pemahat patung kayu atau
5 Abdul Majid, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, h. 78.
12
patung batu darbahan lainya menurut kesukaan pemahat tersebut. Lingkungan dan
pendidikan relatif dapat diukur dan dapat dikuasai manusia dan keduanya
memegang peranan utama menentukan perkembangan kepribadian manusia.
b. Teori Nativisme
Teori ini menitik beratkan bahwa “kepribadian terbentuk oleh sifat
bawaan, keturunan dan kebakaan sebagai penentu timbulnya tingkah laku
seseorang. Aliran ini dipelopori oleh Arthur Houer. Yang membedakan antara
aliran emperisme dan nativisme adalah “ nativisme menitik beratkan penetuan
dari tingkah laku dari sudut lingkungan (nenek moyang) sebelum anak dilahirkan)
sedang emperis menitik beratkan setelah anak dilahirkan.
c. Teori Konvergensi,
Teori ini menggabungkan dua aliran diatas. Konvergensi adalah interaksi
faktor intern dan faktor lingkungan dalam faktor pembentukan kepribadian,
penentuan kepribadian seseorang ditentukan kerja yang integral antara faktor yang
internal (potensi bawaan) maupun faktor eksternal (lingkungan pendidikan).
Dengan kata lain bahwa kepribadian menurut aliran konvergensi adalah
dipengaruhi oleh faktor ajar. (tergantung mana yang lebih dominan) aliran ini di
pelopori oleh William Stern (1871- 1983).dalam Islampun mengakui bahwa
kepribadian dapat dipengaruhi oleh faktor dasar dan faktor ajar. Sebagaimana ada
dalam hadist yang maksudnya adalah manusia lahir mempunyai potensi bawaan
dan kemudian dapat pula dipengaruhi oleh faktor luar, dalam hal ini adalah orang
tuanya.6
Dari pandangan teori konvergensi tersebut, maka dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak
didik untuk mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah
pembawaan yang buruk.
2. Hasil pendidikan adalah tergantung dari pembawaan dan lingkungan.
6Djunaidatul Munawwaroh Dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: Perspektif Islam dan
Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003), Cet. Ke-1, h.57-60.
13
3. Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik.7
Penulis menyimpulkan bahwa kepribadian adalah yang menjadi ciri khas
seseorang, yang meliputi prilaku yang nampak, pada prilaku seseorang secara
batin, cara berpikir, falsafah hidupnya, dan sebagainya yang menjadi sifat dan
watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, baik yang tercermin
maupun sosial tingkah laku.
2. Proses Pembentukan Kepribadian
Dalam pembentukan kepribadian proses sangat penting, karena
pembentukan kepribadian tersebut tidak terjadi secara langsung, tetapi harus
melalui proses yang bertahap terlebih dahulu. Adapun dalam bentuk kepribadian
dapat dibagi menjadi dua, yakni:
1. Pembentukan kepribadian secara perseorangan yang meliputi ciri khas
seseorang dalam bentuk sikap dan tingkah laku serta intelektual sehingga ia
berbeda dengan orang lain. Ciri khas tersebut diperoleh berdasarkan potensi
bawaan. Dengan demikian secara potensi (pembawaan) akan di jumpai
adanya perbedaan antara orang yang satu dengan yang lainnya. Namun
perbedaan tersebut terbatas pada seluruh potensi yang mereka miliki
berdasarkan faktor bawaan masing-masing, meliputi aspek jasmani dan
rohani. Pada aspek jasmani seperti perbedaan bentuk fisik, warna kulit dan
ciri-ciri fisik lainnya. Sedangkan pada aspek rohaniah seperti sikap mental,
bakat, kecerdasan maupun sikap emosi.
2. Pembentukan kepribadian secara ummah (Bangsa dan Negara) yang meliputi
sikap dan tingkah laku ummah yang berbeda dengan ummah yang lainnya
mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk
mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar baik ideologi maupun
lainnya dapat yang dapat memberi dampak negatif. Proses pembentukan
kepribadian secara ummah dilakukan dengan memantapkan kepribadian
7Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: Perspektif Islam dan Umum
,h. 61.
14
individual, juga dapat dilakukan dengan menyiapkan kondisi dan tradisi
sehingga memungkinkan terbentuknya kepribadian ummah. 8
Pendidikan Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembentukan pribadi anak dan dapat mengurangi kemerosotan moral karena
semua ajaran agama Islam adalah merupakan dasar atau acuan dalam pembinaan
moral anak dan ajaran agama Islam ini tidak ada yang bertentangan dengan nilai-
nilai moral yang ada dalam masyarakat. Pendidikan tersebut harus diberikan baik
kepada keluarga, masyarakat maupun lewat lembaga pendidikan atau sekolah,
agar siswa dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya. Bila seseorang
telah mengamalkan ajaran agamanya dengan keyakinan yang mantap yang
tentunya dengan kesadaran diri tanpa adanya paksaan dari luar maka bisa
dikatakan bahwa moral seseorang itu baik.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Kepribadian
Dalam suatu usaha pastilah ada faktor-faktor yang mempengaruhi baik
dari faktor internal maupun ekternal. Berikut ini adalah faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepribadian antara lain: faktor keluarga, faktor
lingkungan, teman sebaya, pengaruh kebudayaan asing, banyaknya waktu luang
yang tersedia dan kurangnya mendapat pengetahuan agama.
1. Faktor Internal
Faktor ini merupakan indikasi dari diri anak tersebut atau lebih tepatnya
adalah pembawaan dari sejak lahir. Dalam hal ini seorang anak sangat
memungkinkan akan mewarisi sifat-sifat yang dominan dari kedua orang tuanya,
segalanya tergantung pada lingkungan tempat ia hidup, bila lingkungan
memungkinkan untuk berkembang, maka sifat tersebut akan berkembang juga,
demikian juga sebaliknya. Menginjak usia 13-16 tahun seorang anak barada pada
masa peralihan menuju masa remaja.9 Pada masa ini seorang anak mengalami
8Djunaidatul Munawwaroh dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: Perspektif Islam dan
Umum, h.167 -175. 9 Zakiah Darajat, Remaja: Harapan dan Tangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. Ke-2, h.
46.
15
perubahan yang cepat baik jasmani maupun rohaninya, sehingga bila ia tidak
mendapatkan perhatian yang intensif, sangat mungkin ia akan melakukan hal-hal
yang negatif.
Adapun ciri-ciri anak pada masa usia ini adalah prilaku mereka tidak
stabil, keadaan emosinya guncang, condong kepada yang ekstrim, mudah
tersinggung dan sebagainya.
Pengetahuan tentang ajaran agama sejalan dengan pertumbuhan dan
kecerdasannya, tetapi seringkali pengetahuan tersebut menjadi sumber konflik
yang membingungkan, seperti ketika ia mendapatka pelajaran tentang nilai-nilai
moral dan ini bertentangan dengan sikap orang-orang disekitarnya, maka hal ini
akan membuatnya bingung dan gelisah bahkan dapat menyebabkan acuh tak acuh
pada agama, karena itu membutuhkan lingkungan yang mendukung terhadap
pertumbuhannya.10
2. Faktor Eksternal
a. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan fundamental
sifatnya. Disitulah anak dibesarkan, memperoleh penemuan – penemuan
dan belajar yang memungkinkan dirinya untuk perkembangan lebih lanjut.
Disitu pulalah anak pertama–tama akan mendapat kesempatan menghayati
pertemuan–pertemuan dengan sesama manusia bahkan memperoleh
perlindungan yang pertama.
Dr. Joseph S. Roucek mengatakan bahwa keluarga adalah buaian dari
kepribadian atau “the family is the craddle of the personality” 11 artinya;
keluarga sebagai pusat ketenangan hidup dan pangkalan yang paling vital.
Bila salah seorang anggota keluarga menderita gangguan pikiran atau
frustasi, maka untuk mendapatkan kekuatan kembalai ia pergi “pulang
kampung”, dan dengan bernostalgia ia akan mendapatkan kembali gairah
hidupnya.
10 Ari H. Gunawan, Kebijakan kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1986), Cet. Ke-1, h.17.
16
Kurang Mendapat Bimbingan Agama
Di antara sekian banyak faktor yang mempengaruhi kepribadian, kurang
mendapat bimbingan agama merupakan faktor yang tidak dapat di anggap
remeh, karena kurangnya mendapat bimbingan agama dapat menyebabkan
lemahnya jiwa mereka dalam pengamalan ajaran agama. Akibatnya anak-
anak bisa berbuat sesuka hatinya tanpa memegang ajaran agama.
Perlu kita sadari bahwa kepribadian seseorang akan terlihat dari cara
mereka mengamalkan ajaran agamanya,karena agama dapat menjadi salah
satu faktor pengendali tingkah laku, hal ini dapat dimengerti karena agama
memang mewarnai kehidupan masyarakat dalam kehidupannya setiap
hari.12
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan anak. Bila
lingkungan itu baik, maka kemungkinan besar anak tumbuh dan
berkembang dengan baik pula, sebaliknya bila lingkungan dimana anak
tinggal adalah lingkungan yang kurang baik, maka sikap dan tingkah
lakunya pun akan menunjukkan kurang baik pula. Lingkungan yang di
maksud adalah lingkungan disekitar anak berada, baik dilingkungan
keluarga, sekolah, maupun lingkungan sosial masyarakat.
Pengaruh teman sebaya
Dalam pergaulan sehari-hari, biasanya anak atau remaja lebih suka
memilih teman atau bergaul dengan teman yang sebaya daripada memilih
teman yang umurnya lebih muda tau lebih tua darinya.
Sering kita jumpai dalam masyarakat kehidupan remaja yang suka
berkelompok, dan mempunyai toleransi yang tinggi, sehingga mereka
sering melakukan tindakan beramai – ramai demi kata setia kawan,
walaupun tindakan mereka kurang baik, seperti pengeroyokan, tawuran,
dan lain sebagainya.
12 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),
h. 93.
17
Kalau kita pernah melihat penelitian yang pernah dilakukan oleh Glueck
and glueck sebagaimana dikutip oleh H.M. Arifin mengemukakan “bahwa
98,4% dari anak nakal adalah akibat pengaruh anak nakal lainnya”.13
Dari penelitian itu terlihat sekali bahwa teman sebaya mempunyai peranan
penting dalam mempengaruhi sikap dan moral seseorang.
Pengaruh budaya asing
Remaja dalah manusia yang paling suka meniru hal – hal yang di
anggapnya baru, tak terkecuali hubungannya dengan pengaruh budaya
asing, karena pada masa ini mereka mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat.
Remaja sering kali meniru hal – hal dari budaya luar (terutama dari budaya
barat) agar mereka dianggap sebagi remaja yang modern dan tidak
ketinggalan zaman mereka tidak lebih dahulu menilai apakah budaya yang
mereka tiru itu pasif atau negatif, menurut mereka yang paling penting
adalah mereka dianggap modern dan sesuai dengan selera mereka.
Pengaruh budaya asing tersebut biasanya lewat film-film, TV, radio, surat
kabar, majalah, internet dan bisa juga lewat turis asing yang datang
kenegara ini tentunya pengaruh budaya asing dan pengaruh yang positif
ada pula yang berpengaruh negatif terhadap jiwa mereka.
C. Metode Pembentukan Kepribadian Dalam Pendidikan Islam
Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan
dalam pembentukan kepribadian. Menurut An-nahlawy metode untuk
pembentukan kepribadian dan menanamkan keimanan antara lain: Metode
keteladanan, Metode pembiasaan, Metode perumpamaan (mengambil pelajaran),
Metode Metode ibrah dan ¸metode kedisiplinan, Metode targhib dan tarhib.14
Metode ini dapat diimplementasikan guru pada saat melakukan proses
belajar mengajar. Dengan demikian siswa dapat belajar dengan tenang dan
13 M. Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1976), h. 131. 14 An-Nahlawy Dalam Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung
: Rosda Karya, hlm.137.
18
senang. Pada tataran praktis siswa diajarkan untuk membiasakan perbuatan baik
dan menjauhi keburukan. Dengan melaksanakan shalat seseorang secara otomatis
ia akan membiasan prilaku terpuji dengan catatan shalat yang ia lakukan
bermakna dalam kehidupan.
1. Metode keteladanan
Teladan ialah tindakan atau perbuatan pendidik yang disengaja dilakukan
untuk ditiru oleh anak didik.15 Metode keteladanan, yaitu suatu upaya untuk
membumikan segenap teori yang telah dipelajari kedalam diri seorang pendidik,
yang tadinya hanya berupa goresan tinta atau pikiran menjadi terintegrasi dengan
prilaku kesehariannya.16
Secara psikilogis manusia memerlukan keteladanan untuk
mengembangkan sifat-sifat dan potensinya. Pendidikan lewat keteladanan dengan
memberi contoh-contoh konkrit kepada para siswa. Dalam pembentukan
kepribadian, pemberian contoh sangat ditekankan. Guru harus memberikan uswah
yang baik bagi para siswanya baik dalam ibadah ritual, kehidupan sehari-hari
maupun yang lainnya, karena nilai mereka dinilai dari aktualisasinya terhadap apa
yang disampaikan. Semakin konsekwan seorang guru menjaga tingkah lakunya,
semakin didengar ajaran dan nasihat-nasihatnya.
2. Metode pembiasaan
Pembiasaan merupakan suatu upaya pengulangan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.17 Pembiasaan adalah mendidik dengan cara memberikan latihan-
latihan terhadap suatu norma kemudian membiasakan anak didik untuk
melakukannya dalam pembentukan kepribadian, metode ini biasanya diterapkan
pada ibadah-ibadah amaliah, seperti jama’ah shalat kesopanan pada guru,
pergaulan dengan sesama siswa, sehingga tidak asing di jumpai di sekolah
sebagaimana seorang siswa begitu hormat pada guru dan kakak seniornya; maka
mereka dilatih dan dibiasakan untuk bertindak demikian.
15M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999). Cet-1.h. 42 16 Fadhilah Suralaga, M.Si, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN
Press, 2005), Cet-1. h. 89 17 Fadhilah Suralaga, M.Si, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam, h. 91
19
Metode pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses
pembentukan kepribadian, bila seorang anak telah terbiasa dengan sifat-sifat
terpuji, impuls-impuls positif menuju neokortek lalu tersimpan dalam sistem
limbic otak sehingga aktifitas yang dilakuakn oleh siswa tercover secara positif.
3. Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)
Ibrah ialah kondisi yang memungkinkan orang sampai dari pengetahuan
yang konkrit kepada pengetahuan yang abstrak. Maksudnya adalah perenungan
dan tafakur.
Tujuan pedagogis dari Ibrah adalah mengantarkan pendengar kepada suatu
kepuasan pikir akan salah satu perkara aqidah, yang didalam kalbu
menggerakkan, atau mendidik perasaan Rabbaniyyah (Ketuhanan), sebagaimana
menanamkan, mengokohkan dan menumbuhkan akidah tauhid, petunjukkan
kepada syara’ Allah dan kepatuhan kepada segala perintah-Nya.18
4. Mendidik melalui mauidhzah (nasihat)
Mauidhah adalah pemberian nasehat dan pengingatan akan kebaikan dan
kebenaran dengan cara yang menyentuh kalbudan menggugah untuk
mengamalkannya.19
Metode mauidhzah harus mengandung tiga unsur, yakni: 1). Uraian
tentang kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang. Hal ini
siswa, misalnya sopan santun, keharusan kerajinan dalam beramal; 2).motivasi
untuk melakukan kebaikan; 3). Peringatan tentang dosa atau bahaya yang akan
muncul dari adanya larangan, bagi dirinaya sendiri maupun orang lain.
Penulis menyimpulkan bahwa mendidik melalui nasehat adalah nasihat
atau peringatan atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat
menyentuh hati dan membangkitkannya untuk mengamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.
18 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Diponegoro. 1992). Cet-2. h. 390
19 Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, h.403
20
5. Metode mendidik melalui kedisiplinan
Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan/peraturan-
peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan tetapi
kepatuhan akan dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-
peraturan itu.20 Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.
Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa apa yang dilakukan tersebut
tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.21
Sanksi pada setiap pelanggar sementara kebijaksanaan mengharuskan sang
pendidik berbuat adil dan arif dalam memberikan sanksi, tidak terbawa emosi atau
dorongan-dorongan lain. Dengan demikian, sebelum menjatuhkan sanksi, seorang
pendidik harus memperhatikan beberapa hal berikut ini:
a. Perlu adanya bukti yang kuat tentang adanya tindak pelanggaran;
b. Hukuman harus bersifat mendidik, bukan sekedar memberi kepuasan atau
balas dendam dari si pendidik;
c. Harus mempertimbangkan latar belakang dan kondisi siswa yang
melanggar, misalnya frekuensi pelanggaran, perbedaan jenis kelamin atau
pelanggaran disengaja atau tidak.
Penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya hukuman atau sanksi tetapi
hukuman dan sanksi ini sewajarnya dan tidak berbentuk kekerasan.
6. Mendidik melalui targhib dan Tarhib
Metode ini terdiri atas dua metode sekaligus yang berkaitan satu sama lain;
al-targhib dan al-Tarhib. al-targhib adalah janji-janji disertai dengan bujukan dan
membuat senang terhadap suatu maslahat, knikmatan, atau kesenangan akhirat
yang pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan
melakukan amal sholeh dan menjauhi kenikmatan selintas yang mengandung
bahaya atau perbuatan yang buruk. al-Tarhib adalah ancaman dengan siksaan
sebagai akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah.22
20 M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, h. 40 21 Hadari an-Nawawi, Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993), h. 234 22 Al-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, h. 412.
21
Kelemahan metode ini adalah tidak mempunyai ikatan atau sanksi yang tegas,
karena hanya bersifat bujukan dan ancaman yang bersifat moral dan ghaib, tidak
kongkrit yang diberikan saat itu juga. Karena itu metode ini perlu dibarengi
dengan metode lain; misalnya kedisiplinan hadiah maupun keteladanan.
Metode ini dalam teori metode belajar modern dikenal dengan reward dan
funisment. Yaitu suatu metode dimana hadiah dan hukuman menjadi konsekuensi
dari aktifitas belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka
ia berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukum ketika ia tidak
dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa.
Metode reward dan funishment ini menjadi motifasi eksternal bagi siswa
dalam proses belajar. Sebab, khususnya anak-anak dan remaja awal ketika
disuguhkan hadiah untuk yang dapat belajar dengan baik dan ancaman bagi
mereka yang tidak disiplin, mayoritas siswa termotifasi belajar dan bersikap
disiplin.
Hal ini bisa terjadi karena secara psikologi manusia memiliki
kecenderungan untuk berbuat baik dan mendapatkan balasan dari perbuatan
baiknya.
Penulis menyimpulkan bahwa perlu adanya janji-janji disertai bujukan
agar seseorang senang melakukan kebajikan dan menjauhi kejahatan. al-Tarhib
adalah ancaman untuk menimbulakan rasa takut berbuat tidak benar, supaya
melakukan hal-hal yang baik untuk dirinya maupun untuk orang lain.
D. Kerangka Teori
Kepribadian adalah suatu totalitas yang menjadi ciri khas seseorang, yang
meliputi prilaku yang nampak, prilaku batin, cara berpikir, falsafah hidupnya dan
sebagainya yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik
maupun psikis, baik yang tercermin maupun sosial tingkah laku.
Dalam pendidikan Islam banyak metode yang diterapkan dan digunakan
dalam pembentukan kepribadian. Menurut An-nahlawy metode untuk
pembentukan kepribadian dan menanamkan keimanan antara lain: Metode
keteladanan, Metode pembiasaan, Metode perumpamaan (mengambil pelajaran),
Metode Metode ibrah dan ¸metode kedisiplinan, Metode targhib dan tarhib.
22
Dengan pembelajaran agama yang diajarkan di sekolah, maka diharapkan
dapat mengubah pembentukan kepribadian islami siswa menjadi lebih baik,
dengan mengunakan metode keteladanan, pembiasaan, perumpamaan dan lain
sebagainya.
Metode yang digunakan tersebut brtujuan untuk membiasakan perbuatan
baik dan menjauhi perbuatan buruk, sehingga siswa dapat terhindar dari
lingkungan yang tidak baik, demikian juga peran orang tua sebagai pendidik
utama untuk mengawasi kepribadian siswa.
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar
SMA Negri 1 Parung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel
bertujuan (random sampling) yaitu dengan penentuan subjek penelitian: guru mata
pelajaran PAI kelas III. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
wawancara mendalam, pengamatan (observasi partisipan) dan dokumentasi serta
angket. Analisis data dilakukan dengan memberikan makna terhadap data yang
berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan.
1. Jenis penelitian
Ditinjau dari objeknya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field
Research), karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini
diperoleh dari lapangan yaitu SMA Negri 1 Parung Bogor. Sedangkan sifat
penelitian ini adalah deskriptif Kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan
menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan
dilapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-
angka.
2. Penentuan sumber data
Data merupakan keterangan-keterangan suatu hal. Pengertian sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian
ini penulis menggunakan penelitian populasi. Di mana populasi merupakan
sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai ciri-ciri yang
24
sama. Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian.1 Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 1 Parung yang berjumlah 776
Siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa “populasi adalah keseluruhan subyek yang disajikan dalam suatu penelitian
dan memiliki ciri-ciri yang sama”. Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa
SMA Negri 1 Parung, yang terdiri dari 776 siswa, maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa SMA Negeri 1 Parung yang
bejumlah 776 siswa.
Dalam penelitian ini penulis tidak menjadikan seluruh siswa SMA Negeri
1 Parung sebagai sasaran objek penelitian, tetapi hanya 20% dari seluruh kelas III.
Suharsini Arikunto mengemukakan bahwa jika objek penelitian lebih dari 100
orang maka sampel yang diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.2
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan siswa kelas
III karena penulis menganggap bahwa kelas III penanaman agamanya lebih
matang debandingkan dengan kelas I ataupun kelas II. Dengan demikian maka
peneliti memberikan hak yang sama kepada setiap siswa untuk memperoleh
kesempatan untuk dipilih menjadi sampel, sesuai dengan data siswa kelas III yang
berjumlah 250 siswa, dari populasi tersebut yang dijadikan sampel sebanyak 20%.
Jadi sampel yang menjadi objek adalah 50 siswa.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini.
Penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena yang diteliti. Metode ini penulis gunakan untuk mengamati,
mendengarkan dan mencatat langsung keadaan atau kondisi sekolah, letak
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 130. 2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik, h. 134.
25
geografis, sistem belajar belajar, sarana dan prasarana di SMA Negri 1
Parung.
b. Interview
Interview atau wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewee)
yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memeberikan jawaban atas pertanyaan.3 Metode ini digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang sejarah berdiri, struktur organisasi, sarana
prasarana, keadaan siswa. Sedangkan yang menjadi nara sumber adalah
guru pendidikan agama Islam dan kepala sekolah.
c. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Dokumentasi ini adalah untuk mencari data mengenai hal-hal yang berupa
buku-buku, transkip, majalah, notulen rapat, catatan harian, agenda.4
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah
berdidrinya SMA Negri 1 Parung, struktur organisasi, keadaan karyawan
dan guru, keadaan siswa, sarana dan prasarana.
d. Angket
Angket yaitu sejumlah pertanyaaan yang tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti tentang laporan
pribadinya atau hal-hal lain yang diketahuinya. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh data-data tentang model pembentukan kepribadian Islami
siswa melalui pembelajaran agama Islam di SMA Negeri 1 Parung.
4. Metode Analisis Data
Untuk menganilisis data yang sudah didapatkan, penulis menggunakan
rumus sebagai berikut:
P = F X 100%
N
3 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam: Dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: Rajawali Prers, 2009), Cet. Ke-1, h.350.
4Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik, h.158.
26
Keterangan :
P = Angka persentase (persentase yang dicari)
F = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya (jumlah jawaban responden)
N = Jumlah frekuensi (banyaknya individu)5
Adapun ketentuan skala persentase yang digunakan adalah :
76 – 100% = Termasuk kategori sangat baik
56 – 75% = Termasuk kategori baik
26 – 55% = Termasuk kategori cukup
0 – 25% = Termasuk kategori kurang
Metode Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis kualitatif.Analisis kualitatif adalah suatu analisis yang pengolahan
datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat
peneliti.6 Artinya peneliti mencari uraian yang menyeluruh dan cermat tentang
sistem belajar agam yang dihadapi oleh siswa SMA Negri 1 Parung. Karena
struktur pendekatannya menggunakan pendekatan kualitatif, di mana data yang
dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi serta angket maka,
dilakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Selain itu
dilakukan analisis pengurangan dan penarikan kesimpulan tentang belajar agama
yang dihadapi oleh siswa SMA Negri 1 Parung.
Proses Analisis data baik ketika pengumpulan data maupun setelah selesai
pengumpulan data dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pada waktu pengumpulan data, dilakukan pembuatan reduksi data, sajian
data dan refleksi data
b. Menyusun pokok-pokok temuan yang penting dan mencoba memahami
hasil-hasil temuan tersebut dan melakukan reduksi data
c. Menyusun sajian data secara sistematis agar makna peristiwanya semakin
jelas
d. Mengatur data secara menyeluruh. Dan selanjutnya dilakukan penarikan
kesimpulan. Apabila dirasa kesimpulan masih perlu tambahan data, maka
5 Anas Sudjiono, pengantar statistik pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. Ke-16, h. 40
6 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik, h. 308.
27
akan kembali dilakukan tinjauan lapangan untuk kegiatan pengumpulan
data sebagai pendalaman.
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan pola pikir Deduktif dan
Induktif. Deduktif yaitu menarik kesimpulan dari dalil-dalil yang sifatnya
umum untuk dijadikan kesimpulan yang bersifat khusus. Sedangkan Induktif
adalah menarik kesimpulan dari yang bersifat khusus untuk kemudian
dijelaskan secara luas.
Kesimpulan yang akan diambil oleh peneliti dengan selalu
mendasarkan diri atas semua data yang diperoleh selama kegiatan penelitian.
Kesimpulan merupakan solusi yang akan diberikan kepada objek penelitian.
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Parung
1. Latar Belakang Berdirinya SMA Negeri 1 Parung
SMA Negeri Parung didirikan pada tanggal 01 Juli 1985 berdasarkan SK
Mendikbud No 0601/O/1985. Awalnya SMA Negeri 1 Parung merupakan filial
(kelas Jauh) SMA Negeri 1 Cibinong. Menempati gedung sendiri di Jl Waru Jaya,
Desa Waru Jaya, Kec. Parung sejak tahun 1987. Sampai saat ini (tahun 2010)
telah meluluskan sebanyak 23 angkatan.
Kepala Sekolah yang telah memimpin di SMAN 1 Parung :
Drs. Wirya JayaAtmaja tahun 1985-1989
Djuariman,BA(alm) tahun 1990-1992
Nana Sutarna,BA tahun 1992-1995
Drs. Acep Wiharsa tahun 1996-1998
Dra.Hj. Zuraidah,M.M tahun 1998-2006
Dra. Hj. Komariah tahun 2006-2009
Drs. Ali Gozali,M.Pd tahun 2009-sekarang
SMA 1 Parung memiliki luas Tanah sekitar 5400 Meter serta fasilitas
yang sangat menunjang diantaranya, lapangan olahraga, Perpustakaan, Lab.
Komputer, ruang multimedia, Musholah, ruang kepala sekolah, guru, TU dan
ruang kelas.
29
2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Parung
”Unggul dalam prestasi, berakhlak mulia berdasarkan iman dan taqwa”
Indikator :
a. Berprestasi dalam peningkatan nilai rata-rata Ujian Nasional
b. Berprestasi dalam Lomba Olympiade
c. Berprestasi dalam Lomba Siswa Berprestasi
d. Berprestasi dalam Lomba Berpidato Bahasa Inggris
e. Berprestasi dalam Lomba Olah Raga dan Seni
f. Berprestasi dalam Lomba Keagamaan
Misi SMANegeri 1 Parung
a. Melaksanakan pembelajaran efektif, inovatif dan konsisten
b. Meningkatkan semangat berprestasi dari semua warga sekolah
c. Memotivasi siswa untuk mengenali potensi dirinya secara optimal
d. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang
dianut
e. Membentuk peserta didik yang berakhlak mulia
3. Struktur Organisasi SMA Negri 1 Parung
Kata struktur berasala dari bahasa Inggris, yaitu structure, yang berarti
“susunan”.1 Organisasi merupakan hal yang penting dalam menjalankan roda
administrasi sebab melalui organisasi akan tercapai suatu kerja sama yang baik.
Dari kerja sama yang baik itu akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.
Menurut Hadari Nawawi, Organisasi adalah “system kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama”.2 Dalam organisasi terdapat
berbagai macam ketentuan aturan yang berupa kewajiban, hak dan tanggung
jawab untuk mencapai maksud dan cita-cita bersama. Oleh karena itu jalannya
1 Jhon M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,2000), Cet.Ke-10, h. 563
2 Hadary Nawawi, Administrasi pendidikan, (Jakarta: HJ. Masagung, 1995), Cet. Ke 12, h. 25
30
proses pendidikan SMAN 1 Parung juga perlu adanya struktur organisasi agar
tercapai maksud yang dicita-citakan. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi
SMAN 1 Parung digambarkan dalam table sebagai berikut:
Tabel 1
Struktur Organisasi SMA Negeri I Parung3
3 Data ini diambil dari arsip SMAN 1 Parung bagian administrasi.
Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah
Wakaur Kurikulum Wakaur Kesiswaan
Wakaur Humas Bendahara Sekolah Guru
Murid
31
4. Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Administrasi dan Karyawan
Dalam proses belajar mengajar, faktor pendidik merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu pendidik harus bertanggungjawab terhadap
para siswa-siswinya di dalam membimbing mereka untuk mencapai tujuan
secara optimal faktor dan cara guru mengajar sangat penting pula,
bagaimana sikap guru, kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan
yang dimiliki guru dan cara mengajar anak didiknya turut menentukan
bagaimana hasil belajar yang dapat dicapai dari para peserta didiknya.
Keberadaan pegawai dan karyawan juga diperlukan dalam satu
lembaga pendidikan karena dapat membantu terlaksananya proses belajar
mengajar yang baik. Seandainya tidak ada orang yang menangani masalah-
masalah diluar pengajaran secara khusus, maka kegiatan pendidikan di
suatu sekolah tidak akan berjalan dengan baik. Adapun jumlah tenaga
pengajar, staf Administrasi dan karyawan SMAN 1 Parung adalah 60
orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, stap administrasi dan
karyawan. Jumlah tenaga pengajar di SMAN 1 Parung berjumlah 48
orang, Staf administrasi 6 orang dan 6 orang karyawan.4 Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
4 Data ini diambil dari arsip SMAN 1 Parung bagian administrasi.
32
Tabel 2
Keadaan Tenaga Pengajar, Staf Administrasi dan Karyawan
Tahun Ajaran 2011- 20115
No Nama NIP Pelajaran Pangkat/Golongan
1 Drs. Ali Gozali, M.Pd
196301301986021002 Kepala
Sekolah
Pembina Tk I /IV.b
2 Drs. Jamaludin 195810051992031005 Sosiologi Pembina / IV.a
3 Badrudin, S.Pd 195706121987031xxx Bhs Inggris Pembina / IV.a
4 Salmiah, BA 196007031985032010 BP/BK Pembina /IV.a
5 Heryani Fatmah, S.Pd 196308111988112001 Biologi Pembina /IV.a
6 Dra. Masruah 196309091990102001
Bhs
Indonesia
Pembina /IV.a
7 Dra. Hj. Th. Ratna A,M.M - Sejarah Pembina /IV.a
8 Bardah Sondjaja, BA 195204151981031010 Biologi Pembina /IV.a
9 Dra. Hj. Tuti Aprida 195807161986032005 Sosiologi Pembina /IV.a
10 Dra. Hj. Iyah Khomsiyah 195810081993032002 BP/BK Pembina /IV.a
11 Atih Sri Niswati, S.Pd 195902231983032004 Kimia Pembina / IV.a
12 Drs. Sodikin 196011081986031006 Pend Agama Pembina /IV.a
13 Dra.Ani Widhiorini.MM 196212081985122002 Bhs Inggris Pembina /IV.a
14 Drs. Dodi Pujiono 196302261989031004
Bhs
Indonesia
Pembina /IV.a
15 Dra. Heni Riswanti 196405261987032003
Bhs
Indonesia
Pembina /IV.a
16 Hedi Heryana, S.Pd 196496241987031003 Sejarah Pembina /IV.a
17 Beni Sanigraha, S.Pd.Fis 196609271991031010 Fisika Pembina /IV.a
18 Dra. Musarofah 196704121988112002 Biologi/PLH Pembina /IV.a
19 Cony Nugraheni, S.Pd 196812041991012002 Biologi/PLH Pembina /IV.a
20 Dra. Dedeh Mintarsih 196905231994122002
Kimia/Bhs
Sunda
Pembina /IV.a
5 Data ini diambil dari arsip SMAN 1 Parung bagian administrasi.
33
21 Sugiarti, S.Pd - Matematika Pembina /IV.a
22 Dra. Neneng Sumiati
196601161997022002 BP/BK Pembina /IV.a
23 Dewi Sartika 196803201990022001 Matematika Pembina /IV.a
24 Tri Susilowati, S.Pd 196903021997022001 Geografi Pembina /IV.a
25 Muchamad
Gunawan,S.Pd.Fis 197001111992011001 Fisika Pembina /IV.a
26 Hasanudin, S.Pd 197208261998031003 Pend Seni Penata / III.c
27 Ir. Sri Nendah P 196501292000122001 Matematika Penata Tk I / III.d
28 Suharti 196704061991032003 Pend Seni Penata Tk I / III.d
29 Drs.Agus Sukarmawan 196704182000121001 PPKn Penata Tk I / III.d
30 Arifah, S.Pdi 195201031986082001 Pend Agama Penata / III.c
31 Joko Maryono, S.Pd,M.M
196909262003121001 Fisika Penata Muda Tk I /
III.b
32 Yenni, S.Pd 196601112008012002 Penjaskes CPNS
33 Puji Rahmawati, S.Si 196801032008012001 Kimia CPNS
34 Titin Kustini, S.Pd 198103012008012009 PPkn CPNS
35 Sri Mulyani, S.Pd
197510192006042003 Ekonomi Penata Muda Tk I /
III.b
36 Momon Darusman. S.IP 197911092009021001 Geografi CPNS
37 Riono Basuki,S.Pd 198105042009021002 Penjaskes CPNS
38 Juwita Wulandari,S.Pd 197501242009022001 Bhs Jerman CPNS
39 Sumiati,S.E GBS Ekonomi G Kontrak
40 Helga Dwi Maryanti, S.Pd GTT Matematika Guru Honorer
41 Andi Rohman,S.Pd GTT Bhs Jerman Guru Honorer
42 Dian Falantika,S.Pd GTT
Bhs
Indonesia
Guru Honorer
43 Atat Artati,S.Pd GTT Bhs Inggris Guru Honorer
44 Siti Syamsiah,S.Pd GTT Bhs Jerman Guru Honorer
45 Nova Indriyani,S.Pd GTT Bhs. Inggris Guru Honorer
34
46 Dendi Suhendar,S.Kom GTT TI dan K Guru Honorer
47 Kristinawati,S.Pd GTT Ekonomi Guru Honorer
48 Fatmayeni,S.Ag GTT Pend Agama Guru Honorer
49 Hj. Marcia Riyantini, S.Pd 196103181983032006 Ka Ur TU
50 Harun 196503021994031007 Bendahara
UYHD/TU
51 Hj. Farida Rustam, SH 195708091978032002 Tata Usaha
52 Sri yanti Honorer Tata Usaha Tenaga Honorer
53 Sri Wiyanti Honorer Tata Usaha Tenaga Honorer
54 Suhandi Honorer Tata Usaha Tenaga Honorer
55 Nurmariyam Honorer Pustakawan Tenaga Honorer
56 Sopian Honorer
Pembantu
Sekolah
Tenaga Honorer
57 Mad sani Honorer Satpam Tenaga Honorer
58 Sumitra Honorer Satpam Tenaga Honorer
59 Kasmin Honorer
Penjaga
Sekolah
Tenaga Honorer
60 Albani Honorer
Pembantu
Sekolah
Tenaga Honorer
35
5. Keadaan Siswa SMA Negeri 1 Parung
Siswa SMA Negeri 1 Parung pada tahun ajaran 2010-2011 secara
keseluruhan dari kelas 1 sampai kelas III berjumlah 776 siswa
Tabel 3
Keadaan Siswa SMAN 1 Parung Tahun Ajaran
2010-2011
NO Kelas Jumlah 1. I 269 2. 11 257 3. III 250
Jumlah 776
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam suatu lembaga pendidikan formal maupun
non formal, memiliki peranan penting di dalam menunjang proses belajar
mengajar, karena sarana dan prasarana merupakan kebutuhan primer bagi suatu
lembaga pendidikan. Bahkan sarana dan prasarana termasuk dalam salah satu
komponen belajar mengajar yang turut menentukan atau menunjang dalam
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil observasi penulis, SMA
Negeri 1 Parung memiliki sarana dan prasarana sebagai berikut :
36
Tabel 4
Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Parung
JENIS RUANG RUANG LUAS KONDISI RUANG *)
(JML RUANG)
KET
(RUANG) (M2) B R
R
RB
R. TEORI/Kelas 21 1512 21 - -
LABORATORIUM 3 660 3 - -
PERPUSTAKAAN 1 135 - 1 -
Lab.KOMPUTER 1 120 1 - -
R. MULTIMEDIA 1 120 1 - -
Lab. Bahasa 1 72 1
Ruang Guru 1 120 1
Ruang TU 1 72 1
Ruang OSIS 1 36 1
Ruang BP 1 42 1
Ruang UKS 1 12 1
2901
Dengan adanya sarana dan prasarana yang dimiliki SMA Negeri 1 Parung
tersebut sudah cukup memadai dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik.6
6 Data ini diambil dari arsip SMAN I Parung bagian administrasi, 17 November 2010
37
7. Kegiatan Ekstra kurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan di SMA Negeri 1
Parung adalah: B. Inggris, karya ilmiah remaja, paskibra, pancak silat, karate,
rohis, marawis, pramuka, PMR, volly ball, futsal dan basket.7
B. Deskripsi Data
Data penelitian tentang model pembentukan kepribadian Islami siswa
melalui pembelajaran Agama Islam di SMA Negeri 1 Parung diperoleh melalui
observasi, wawancara dan angket. Wawancara penulis lakukan dengan kepala
sekolah dan guru pendidikan agama Islam untuk mendapatkan gambaran
tentang keadaan SMA Negeri 1 Parung. Sedangkan angket diberikan kepada
siswa kelas III SMA Negeri 1 Parung
Untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan pendidikan agama
Islam terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa, maka terlebih dahulu
angket tersebut dianalisa dalam bentuk tabel prosentase dan kemudian
diuraikan secara rinci.
Data yang diambil tentang model Pembentukan Kepribadian Islami
Siswa Melalui Pendidikan Agama Islam, masing-masing jawaban diberikan
empat alternatif jawaban antara lain; 1) Selalu, 2) Sering, 3) Kadang-kadang, 4)
Tidak Pernah.
C. Model yang digunakan di SMA Negeri 1 Parung dalam membentuk
pribadi yang Islami
Dalam pendidikan Islam banyak model yang diterapkan dan digunakan
dalam pembentukan kepribadian. Namun demikian, di SMA Negeri 1 Parung
model yang digunakan dalam membentukan pribadi siswa yang islami antara lain:
Model keteladanan, model pembiasaan, model kedisiplinan, model mendidik
7 Jamaluddin, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wawancara pribadi, Parung: 16
November, 2010
38
melalui ibrah (mengambil pelajaran), Mendidik melalui mauidhzah (nasihat),
model mendidik melalui targhib dan Tarhib.8
Model tersebut digunakan guru pada saat melakukan proses belajar
mengajar. Dengan demikian; siswa diajarkan untuk membiasakan perbuatan baik
dan menjauhi keburukan. Dengan melaksanakan shalat seseorang secara otomatis
ia akan membiasan prilaku terpuji dengan catatan shalat yang ia lakukan
bermakna dalam kehidupan.
1. Model keteladanan
Model keteladanan ini dimaksudkan adalah upaya untuk membumikan
segenap teori yang telah dipelajari kedalam diri seorang pendidik untuk
dipraktekkan dalam prilaku sehari-sehari.
Pendidikan lewat keteladanan dengan memberi contoh-contoh konkrit
kepada para siswa. Dalam pembentukan kepribadian, pemberian contoh sangat
ditekankan. Guru harus memberikan uswah yang baik bagi para siswanya baik
dalam ibadah ritual, kehidupan sehari-hari maupun yang lainnya, karena nilai
mereka dinilai dari aktualisasinya terhadap apa yang disampaikan.
2. Model pembiasaan
Model pembiasaan ini perlu diterapkan oleh guru dalam proses
pembentukan kepribadian, karena model ini adalah mendidik dengan cara
memberikan latihan-latihan terhadap suatu norma kemudian membiasakan anak
didik untuk melakukannya. model ini biasanya diterapkan pada ibadah-ibadah
amaliah, seperti jama’ah shalat kesopanan pada guru, pergaulan dengan sesama
siswa, sehingga tidak asing di jumpai di sekolah sebagaimana seorang siswa
begitu hormat pada guru dan kakak seniornya; maka mereka dilatih dan
dibiasakan untuk bertindak demikian.
8 An-Nahlawy Dalam Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung : Rosda Karya, hlm.137.
39
3. Mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran)
Ibrah ialah kondisi yang memungkinkan orang sampai dari pengetahuan
yang konkrit kepada pengetahuan yang abstrak. Maksudnya adalah perenungan
dan tafakur.
Tujuan pendidikan dari Ibrah adalah mengantarkan pendengar kepada
suatu kepuasan pikir akan salah satu perkara aqidah, yang didalam kalbu
menggerakkan, atau mendidik perasaan Rabbaniyyah (Ketuhanan), sebagaimana
menanamkan, mengokohkan dan menumbuhkan akidah tauhid, petunjukkan
kepada syara’ Allah dan kepatuhan kepada segala perintah-Nya.
4. Mendidik melalui mauidhzah (nasihat)
Model tersebut harus mengandung tiga unsur antara lain; Uraian tentang
kebaikan dan kebenaran yang harus dilakukan oleh seseorang. Hal ini siswa,
misalnya sopan santun, keharusan rajin dalam beramal. motivasi untuk melakukan
kebaikan;, Peringatan tentang dosa atau bahaya yang akan muncul dari adanya
larangan, bagi dirinaya sendiri maupun orang lain.
Dengan kata lain mendidik melalui nasehat adalah nasihat atau peringatan
atas kebaikan dan kebenaran dengan jalan apa saja yang dapat menyentuh hati dan
membangkitkannya untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Mendidik melalui kedisiplinan
Disiplin adalah kesediaan untuk mematuhi ketentuan dan peraturan-
peraturan yang berlaku. Kepatuhan disini bukanlah karena paksaan tetapi
kepatuhan akan dasar kesadaran tentang nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-
peraturan itu. Metode ini identik dengan pemberian hukuman atau sanksi.
Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran siswa apa yang dilakukan tersebut
tidak benar, sehingga ia tidak mengulanginya lagi.
6. Mendidik melalui targhib dan Tarhib
Model ini adalah janji-janji yang disertai dengan bujukan dan membuat
senang terhadap suatu maslahat, knikmatan, atau kesenangan akhirat yang pasti
dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang kemudian diteruskan melakukan
40
amal sholeh dan menjauhi kenikmatan selintas yang mengandung bahaya atau
perbuatan yang buruk. al-Tarhib adalah ancaman dengan siksaan sebagai akibat
melakukan kesalahan yang dilarang oleh Allah.
Model ini dalam teori belajar modern dikenal dengan reward dan
funisment. Yaitu suatu model dimana hadiah dan hukuman menjadi konsekuensi
dari aktifitas belajar siswa, bila siswa dapat mencerminkan sikap yang baik maka
ia berhak mendapatkan hadiah dan sebaliknya mendapatkan hukum ketika ia tidak
dapat dengan baik menjalankan tugasnya sebagai siswa.
D. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh dari hasil angket yang diberikan kepada siswa,
maka terlebih dahulu penulis mengklasifikasikan angket tersebut sesuai model
yang digunakan, kemudian diolah dalam bentuk tabel dengan menggunakan
teknik prosentase sebagai berikut:
1. Model pembiasaan
Tabel 5
Siswa Melaksanakan Shalat 5 Waktu
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 30 6 0 % 2. Sering 9 18 % 3. Kadang-kadang 8 1 6 % 4. Tidak Pernah 3 6 %
Jumlah 50 1 0 0 %
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa, 60 % siswa menjawab selalu
melaksanakan sholat lima waktu. Hal ini dilakukan karena mereka
mengetahui bahwa melaksanakan sholat lima waktu adalah kewajiban bagi
umat muslim, selain itu karena perhatian orang tua terhadap masalah ibadah
sholat lima waktu lebih besar dan mereka sudah ditanamkan aqidah dan
penanaman agama sejak kecil, sedangkan 18% siswa menjawab sering
melaksanakan sholat lima waktu, 16 % siswa menjawab kadang-kadang
melaksanakan sholat lima waktu,16% tidak pernah melaksanakan sholat lima
41
waktu, hal ini diimungkinkan belum mengerti akan pentingnya sholat lima
waktu bagi dirinya.
Tabel 6
Melaksanakan sholat sunnah rawatib
No Alternatif Jawaban F P 1 Selalu 0 0% 2 Sering 2 4% 3 Kadang-kadang 10 20% 4 Tidak pernah 38 76% 50 100%
Dari table diatas dapat diketahui bahwa 0% siswa menjawab selalu
melaksanakan sholat lima waktu, hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran
mereka betapa pentingnya sholat sunnah rawatib, 4% siswa menjawab sering
melaksanakan sholat sunnah rawatib, 20% siswa yang menjawab kaddang-
kadang melaksanakan sholat sunnah rawatib, 76% siswa menjawab tidak
pernah melaksanakan sholat sunnah rawatib. Hal ini kemungkinan mereka
belum ada kesadaran betapa pentingnya sholat sunnah rawatib bagi dirinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurangnya pemahaman siswa
dalam melaksanakan sholat sunnah rawatib. Hal ini menunjukkan bahwa
kurangnya peranan pendidikan agama Islam terhadap pembentukan
kepribadian Islami dan perlu bimbingan khusus tentang tata cara
melaksanakan sholat sunnah rawatib baik dari guru maupun orang tua.
Tabel 7
Pelaksanaan Puasa Ramadhan
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 45 90 % 2. Sering 3 6 % 3. Kadang-kadang 2 4 % 4. Tidak Pernah 0 0 %
Jumlah 50 10 0 %
42
Dari data di atas menunjukan bahwa, 90% siswa menjawab selalu
melaksanakan puasa ramadhan. Hal dilakukan karena mereka mengetahui
bahwa puasa ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim, selain itu karena
perhatian orang tua terhadap masalah ibadah puasa lebih besar dan mereka
sudah terlatih melaksanakan puasa ramadhan sejak kecil. Sedangkan 6% siswa
menjawab sering melaksanakan puasa ramadhan, 4% siswa menjawab kadang-
kadang melaksanakan puasa ramadhan. Hal ini dimungkinkan belum mengerti
arti dan manfaat ibadah puasa ramadhan, selain itu puasa ramadhan bagi
mereka merupakan hal yang memberatkan dan tidak ada seorang pun siswa
yang menjawab tidak pernah melaksanakan puasa ramadhan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesadaran siswa akan
kewajiban melaksanakan puasa ramadhan lebih tinggi dibanding dengan siswa
yang kurang menyadari akan arti wajibnya melaksanakan puasa ramadhan. Hal
ini menujukan bahwa peran pendidikan agama Islam sangat baik dalam
membentuk pribadi Islami siswa.
Tabel 8
Siswa Melaksanakan Puasa Sunah
No. Alternatif Jawaban F P I . Selalu 17 34 % 2. Sering 5 1 0 % J. Kadang-kadang 14 28 % 4. Tidak Pernah 14 28 %
Jumlah 50 100 %
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, 34% siswa menjawab selalu
melaksanakan puasa sunah, hal ini dilakukan karena mereka terbiasa
melaksanakan puasa sunah, 10% siswa menjawab sering melaksanakan puasa
sunah, 28% siswa menjawab kadang-kadang melaksanakan puasa sunah dan
28% siswa menjawab tidak pernah melaksanakan puasa sunah. Hal ini
dikarenakan siswa banyak yang belum mengetahui arti puasa sunah dan
43
faedahnya. Selain itu melaksanakan puasa sunah merupakan hal yang
memberatkan bagi meraka.
Dengan demikian kesadaran siswa akan pelaksanaan puasa sunah
cukup baik, meskipun beberapa orang dari mereka banyak yang mengatakan
kadang-kadang dan tidak pernah melaksanakan puasa sunah. Hal ini
menunjukan bahwa pendidikan agama Islam cukup berperan dalam
membentuk pribadi Islami siswa.
Tabel 9
Siswa Melaksanakan Zakat Fitrah
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 45 90 % 2. Sering 2 4 % 3. Kadang-kadang 3 6 % 4. Tidak Pernah 0 0 %
Jumlah 50 100 %
Dapat diketahui bahwa, 90% siswa menjawab selalu membayar zakat
fitrah, hal ini mereka lakukan karena mereka mengetahui bahwa hukum
membayar zakat fitrah itu wajib bagi orang muslim. 4% siswa menjawab sering
membayar'zakat fitrah, 6% siswa mejawab kadang-kadang membayar zakat
fitrah dan dan tak seorang pun siswa menjawab tidak pernah membayar zakat.
Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa mengetahui hukum wajib
membayar zakat fitrah bagi seorang yang beraga Islam atau muslim.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesadaran siswa untuk
membayar zakat fitrah begitu besar dan hal ini menunjukan bahwa pendidikan
agama Islam sangat berperan bagi pembentukan kepribadian Islami siswa.
44
T ab el 1 0
Siswa Membaca Al-Quran Siang dan Malam
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 4 8 % 2. Sering 5 1 0 % 3. Kadang-kadang 32 6 4 % 4. Tidak Pernah 9 18 %
Jumlah 50 1 0 0 % Dari tabel di atas terlihat sekali bahwa kesadaran siswa dalam membaca
Al- Quran siang dan malam masih sangat kurang, perbedaan mencolok dapat
dilihat dari tabel di atas, yakni kebiasaan siswa yang selalu membaca Al-Quran
siang dan malam 8% dibandingkan dengan siswa menjawab sering membaca
Al-Quran siang dan malam 10%, siswa menjawab kadang-kadang membaca
Al-Quran siang dan malam 64% dan 18% siswa menjawab tidak pernah
membaca Al-Quran siang dan malam.
Dari hasil ini tentu kepala sekolah, guru PAI dan para orang tua harus
lebih memperhatikan dan memberikan dorongan kepada peserta didik tentang
pentingnya mempelajari dan membaca Al-Quran, sehingga menumbuhkan
semangat para murid, kemudian diperlukannya komunikasi antara kepala
sekolah, guru dan para orang tua, agar orang tua dapat membantu anak-
anaknya membaca Al-Quran ketika di rumah. Hal ini menunjukan bahwa
kurangnya pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan
kepribadian Islami siswa.
Tabel 11
Siswa Melaksanakan Perintah Shalat dari Orang Tua
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 33 66 % 2. Sering 3 6 % 3. Kadang-kadang 10 20 % 4. Tidak Pernah ' 4 8 %
Jumlah 50 100 %
45
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 66% siswa menjawab selalu
mematuhi perintah shalat dari orang tua, hal ini dilakukan karena mereka
mengnyadari akan kewajiban melaksanakan perintah ibadah shalat, 6% siswa
menjawab sering mematuhi perintah shalat dari orang tua, 20% siswa
menjawab kadang-kadang mematuhi perintah shalat dari orang tua dan 8%
siswa menjawab tidak pernah mematuhi perintah shalat dari orang tua, ha l i n i
dimungkinkan karena mereka melihat orang tuanya tidak melaksanakan shalat
atau karena siswa malas melaksanakannya.
Dengan demikian kesadaran siswa akan mematuhi perintah orang tua
dalam menjalankan shalat cukup baik. Hal ini menunjukan Pendidikan Agama
Islam cukup berperan dalam membentuk kepribadian Islami siswa.
Tabel 12
Siswa Memberi Salam dan Mencium Tangan Orang Tua
jika Hendak Pergi dan Pulang ke Rumah
No. Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 30 6 0 % 2. Sering 10 2 0 % 3. Kadang-kadang 7 1 4 % 4. Tidak Pernah 3 6 %
Jumlah 50 1 0 0 % Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 60% siswa menjawab selalu
memberi salam dan mencium tangan orang tua jika hendak pergi dan pulang ke
rumah, hal ini dimungkinkan karena mereka terbiasa melakukannya, 20%
siswa menjawab sering memberi salam dan mencium tangan orang tua jika
hendak pergi dan pulang ke rumah, 14% siswa menjawab kadang-kadang
memberi salam dan mencium tangan orang tua jika hendak pergi dan pulang ke
rumah, dan 6% siswa menjawab tidak pernah memberi salam dan mencium
tangan orang tua jika hendak pergi dan pulang ke rumah. Hal ini dimungkinkan
karena ketika mereka akan pergi orang tua mereka sudah tidak ada dirumah.
Hal ini menunjukan bahwa sikap siswa dalam menghormati orang tua cukup
46
baik yakni dengan mencium tangan dan memberi salam kepada orang tua bila
meraka hendak pergi dan pulang ke rumah.
Dengan demikian pendidikan agama Islam cukup berpengaruh.
terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
Tabel 13
Siswa Meminta Izin Kepada Orang Tua
Jika Pergi Keluar Rumah
No. Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 36 72% 2. Sering 6 12% 3. Kadang-kadang 6 12% 4. Tidak Pernah 2 4%
Jumlah 50 100% Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa 72% siswa menjawab selalu
meminta izin kepada orang tua jika pergi keluar rumah, hal ini mereka
lakukan agar orang tua tidak cemas mencari mereka. 12% siswa menjawab
sering meminta izin kepada orang tua jika pergi keluar rumah, 12% siswa
menjawab kadang-kadang meminta izin kepada orang tua jika pergi keluar
rumah dan 4% siswa menjawab tidak pernah meminta izin kepada Orang tua
jika pergi keluar rumah. Hal ini mereka lakukan karena mereka takut tidak
diberi izin oleh orang tuanya untuk pergi keluar rumah
Dari hasil ini ternyata banyak siswa yang melakukan kebiasaan
meminta izin kepada orang tua dan dari izinya anak kepada orang tua tentu
tidak membuat orang tua khawatir terhadap keberadaan mereka. Hal ini
menunjukan bahwa pendidikan agama Islam sangat berperan terhadap
pembentukan kepribadian Islami siswa.
47
Tabel 14
Menyapa dan Memberi Salam Kepada Guru, Jika Bertemu dijalan
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 36 72% 2. Sering 0 0% 3. Kadang-kadang 10 20% 4. Tidak pernah 4 8%
Jumlah 50 100% Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 72% siswa menjawab selalu
menyapa dan memberi salam kepada guru, hal ini dilakukan karena mereka
terbiasa melakukannya. Hal ini terlihat bahwa akhlak siswa ketika bertemu
guru dijalan sudah menunjukan sikap yang baik, tak satu orangpun siswa
menjawab sering menyapa dan memberi salam kepada guru, 20% siswa
menjawab kadang-kadang menyapa dan memberi salam kepada guru, 8%
siswa menjawab tidak pernah menyapa dan memberi salam kepada guru. Hal
ini dimungkinkan karena siswa terlau cuek atau malu bila bertemu guru
dijalan. Ini menunjukan bahwa Pendidikan agama Islam sangat berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
Tabel 15
Perhatian Siswa Ketika Guru Sedang Mengajar
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 40 80% 2. Sering 7 14% 3. Kadang-kadang 3 6% 4. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa, 80% siswa menjawab selalu
memperhatikan guru ketika sedang mengajar, hal menunjukan bahwa
perhatian siswa ketika guru sedang mengajar sangat baik dan materi yang
48
disampaikan guru sangat dimengerti oleh siswa, 14% siswa menjawab sering
memperhatikan guru ketika sedang mengajar, 6% siswa menjawab kadang-
kandang memperhatikan guru ketika sedang mengajar, hal ini dimungkinkan
siswa sedang melamun atau mengobrol ketika guru sedang mengajar sehingga
materi yang guru sampaikan tidak begitu dimengerti oleh siswa dan tidak ada
seorang pun siswa menjawab tidak pernah memperhatikan guru ketika sedang
mengajar.
Dengan demikian perhatian siswa ketika guru sedang mengajar sangat
baik. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan agama Islam sangat berpengaruh
terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
Tabel 16
Siswa Mengetuk Pintu dan Memberi Salam, Ketika Terlambat
Masuk Kelas
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 37 74% 2. Sering 7 14% 3. Kadang-kadang 4 8% 4. Tidak Pernah 2 4%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 74% siswa menunjukan
sikap yang baik terhadap guru bila terlambat masuk kelas, yakni selalu
mengetuk pintu dan memberi salam kepada guru yang berada di dalam kelas,
14% siswa menjawab sering mengetuk pintu dan memberi salam jika
terlambat masuk kelas, 8% siswa menjawab kadang-kadang mengetuk pintu
dan memberi salam jika terlambat masuk kelas dan 4% siswa menjawab tidak
pernah mengetuk pintu dan memberi salam jika terlambat masuk kelas.
Dengan demikian sikap siswa jika terlambat masuk kelas sudah baik
yakni dengan memberi salam dan mengetuk pintu sebelum masuk kelas.
Hal ini menunjukan bahwa pendidikan agama Islam sangat berperan bagi
pembentukan kepribadian Islami siswa.
49
Tabel 17
Siswa Menyapa Dengan Ramah
Jika Betemu Tetangga Dijalan
No Alternatif Jawaban , F P 1. Selalu 36 72% 2. Sering 8 16% 3. Kadang-kadang 4 8% 4. Tidak Pernah 2 4%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas diketahui bahwa, 72% siswa menjawab selalu
menyapa Siswa menyapa dengan ramah Jika betemu tetangga dijalan
dengan ramah ketika bertemu tetangga dijalan. Hal ini dilakukan karena
mereka sudah terbiasa meyapa dengan ramah kepada tetangga mereka, 16%
siswa menjawab sering menyapa dengan ramah ketika bertemu tetangga
dijalan, 8% siswa menjawab kadang-kadang menyapa dengan ramah ketika
bertemu tetangga dijalan dan 4% siswa menjawab tidak pernah menyapa
dengan ramah ketika bertemu tetangga dijalan. Hal ini dimungkinkan mereka
tidak melihat atau mereka mempunyai sifat cuek bila bertemu tetangga
dijalan. Hal ini menunjukan bahwa Pendidikan agama Islam sangat berperan
bagi pembentukan kepribadian Islami siswa.
Tabel 18
Siswa Menghormati Orang Tua, Guru dan Teman
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 36 72% 2. Sering 5 10% 3. Kadang-kadang 9 18% 4. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 72% siswa menjawab selalu
menghormati gum, orang tua dan teman. Hal ini dilakukan karena mereka
50
terbiasa selalu menghormati orang tua, guru dan teman, 10% siswa menjawab
sering mengormati guru, orang tua dan teman, 18% siswa menjawab kadang-
kadang mengormati guai, orang tua-dan teman dan tak satupun siswa
menjawab tidak pernah mengormati guru, orang tua dan teman.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prilaku siswa dalam
menghormati orang tua, guru dan teman sudah baik. Hal ini menunjukan
bahwa pendidikan agama Islam sangat berperan terhadap pembentukan
kepribadian Islami siswa.
Tabel 19
Siswa Menjenguk Teman Yang Sedang Sakit
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 6 12% 2. Sering 3 6% 3. Kadang-kadang 37 74% 4. Tidak Pernah 4 8%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 12% siswa menjawab 'selalu
menjenguk teman yang sedang sakit, 6% siswa menjawab sering menjenguk
teman yang sedang sakit, 74% siswa menjawab kadang-kadang menjenguk
teman yang sedang sakit, dan 8% siswa menjawab tidak pernah menjenguk
teman yang sedang sakit.
Dengan demikian dapat dikatakan kurangnya perhatian siswa
terhadap teman yang sedang sakit hal ini terbukti dari 74% siswa yang
menjawab kadang-kadang daripada 12% yang menjawab selalu menjenguk
teman yang sedang sakit. Dan ini menunjukan bahwa pendidikan agama
Islam kurang berperan terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
51
Tabel 20
Sikap Siswa Saat Menolong Tetangga Yang Terkena Musibah
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 27 54% 2. Sering 7 14% 3. Kadang-kadang 12 24% 4. Tidak Pernah 4 8%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 54% siswa menjawab
selalu menolong tetangga yang terkena musibah, hal ini dilakukan karena
mereka menyadari bahwa sesama manusia itu harus tolong menolong dalam
kehidupan sehari-hari, 14% siswa menjawab sering menolong tetangga yang
terkena musibah, 24% siswa menjawab kadang-kadang menolong tetangga
yang terkena musibah dan 8% siswa menjawab tidak pernah menolong
tetangga yang terkena musibah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, pendidikan agama Islam
cukup berperan terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
Tabel 21
Siswa Aktif Mengikuti Kegiatan Pesantren Kilat
pada Bulan Ramadhan di Sekolah
No Alternatif Jawaban F P I . Selalu 37 74% 2. Sering 5 10% 3. Kadang-kadang 7 14% 4. Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 74% siswa menjawab selalu
aktif mengikuti kegiatan pesantren kilat disekolah, hal ini dikarenakan
kegiatan pesantren kilat sangat penting untuk menambah ilmu pengetahuan
52
agama mereka dan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pesantren kilat
sudah baik, 10% siswa menjawab sering aktif mengikuti kegiatan pesantren
kilat disekolah. 14% siswa menjawab kadang-kadang aktif mengikuti kegiatan
pesantren kilat disekolah, dan 2% 'siswa menjawab tidak pernah aktif
mengikuti kegiatan pesantren kilat disekolah. Hal ini dikarenakan mereka
tidak terbiasa mengikutinya atau karena malas mengikuti pesantren kilat.
Dengan demikian kegiatan pesantren kilat yang diadakan pada bulan
ramadhan sudah baik dan banyak diikuti oleh siswa. Hal ini menunjukan
bahwa pendidikan agama Islam sangat berperan terhadap pembentukan
kepribadian islami siswa.
Tabel 22
Siswa Aktif Mengikuti Kegiatan Rohis di Sekolah
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 4 8% 2. Sering 11 22% 3. Kadang-kadang 18 36% 4. Tidak Pernah 17 34%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 8% siswa menjawab -selalu
mengikuti kegiatan rohis disekolah, hal ini dikarenakan mereka memang benar-
benar anggota rohis, 22% siswa menjawab sering mengikuti kegiatan rohis
disekolah, 36% siswa menjawab kadang-kadang mengikuti kegiatan rohis
disekolah dan 34% siswa menjawab tidak pernah mengikuti kegiatan rohis
disekolah, hal ini dimungkinkan mereka bukan anggota rohis atau karena
mereka mengikuti kegiatan lain.
Dengan demikian dapat dikatakan minat siswa mengikuti kegiatan
rohis sangat kurang. Perlunya perhatian khusus dari guru untuk memotivasi
siswa dalam mengikuti kegiatan rohis disekolah. Hal ini menunjukan bahwa
kurangnya peran pendidikan agama Islam terhadap pembentukan kepribadian
islami siswa.
53
Tabel 23
Sikap Siswa Dalam Menepati Janji Dengan Teman
No. Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 16 32% 2. Sering 10 20% 3. Kadang-kadang 23 46% 4. Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 32% siswa menjawab selalu
menepati janji dengan teman, hal ini mereka lakukan karena mereka
mengetahui kalau janji itu harus ditepati, 29% siswa menjawab sering menepati
janji dengan teman, 46% siswa menjawab kadang-kadang menepati janji
dengan teman dan 2% siswa menjawab tidak pernah menepati janji dengan
teman.
Dengan demikian jumlah siswa yang kadang-kadang menepati janji
lebih besar dari jumlah siswa yang selalu menepati janji. Hal ini dikarenakan
kurangnya sikap siswa dalam menepati janji pada saat mempunyai janji dengan
teman. Ini menunjukan bahwa kurangnya peran pendidikan agama Islam
terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
Tabel 24
Guru Memerintahkan Siswa Berdo'a Sebelum Pelajaran Dimulai
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 42 84% 2. Sering 6 12% 3. Kadang-kadang 1 2% 4. Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 50 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, 84% siswa menjawab guru
selalu Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa, 84% siswa menjawab guru
selalu memerintahkan siswa untuk berdo'a sebelum pelajaran dimulai, hal ini
54
dilakukan agar siswa terbiasa berdo'a sebelum pelajaran dimulai, 12% siswa
menjawab guru sering memerintahkan siswa untuk berdo'a sebelum pelajaran
dimulai, 2% siswa menjawab kadang-kadang guru memerintahkan siswa untuk
berdo'a sebelum pelajaran dimulai dan 2% siswa menjawab guru tidak pernah
memerintahkan siswa untuk berdo'a sebelum pelajaran dimulai.
Dengan demikian peran guru dalam memerintahkan siswa untuk
berdo'a sebelum pelajaran dimulai sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa
pendidikan agama Islam sangat berperan terhadap pembentukan kepribadian
Islami siswa.
Tabel 25
Guru Memerintahkan Siswa Untuk Aktif Mengikuti Kegiatan
Pesantren Kilat Pada Bulan Ramadhan Di Sekolah
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 42 84% 2. Sering 2 4% 3. Kadang-kadang 2 4% 4. Tidak Pernah 4 8%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 84% siswa menjawab guru
selalu memerintahkan siswa untuk ikut kegiatan pesantren kilat, hal ini
dikarenakan siswa menyadari bahwa perintah guru itu sangat baik bagi mereka
untuk menambah ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari, 4% siswa
menjawab guru sering memerintahkan siswa untuk ikut kegiatan pesantren
kilat, 4% siswa menjawab guru kadang-kadang memerintahkan siswa untuk
ikut kegiatan pesantren kilat dan 8% siswa menjawab guru tidak pernah
memerintahkan siswa untuk ikut kegiatan pesantren kilat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran gum dalam
memerintahkan murid untuk aktif dalam mengikuti kegiatan pesantren kilat
pada bulan ramadhan di sekolah sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa
55
pendidikan agama Islam sangat berperan terhadap pembentukan kepribadian
Islami siswa.
Tabel 26
Guru Memerintahkan Siswa Untuk Aktif
Mengikuti Pengajian Dirumah
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 27 54% 2. Sering 5 10% j. Kadang-kadang 11 22% 4. Tidak Pernah 7 14%
Jumlah 50 100%
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 54% siswa menjawab guru
selalu memerintahkan siswa untuk aktif mengikuti pengajian di rumah, hal ini
dikarenakan siswa menyadari bahwa mengikuti pengajian di rumah itu sangat
baik untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan agama, 10% siswa
menjawab guru sering memerintahkan siswa untuk aktif mengikuti pengajian
di rumah, 22% siswa menjawab guru kadang-kadang memerintahkan siswa
untuk aktif mengikuti pengajian di rumah dan 14% siswa menjawab guru tidak
pernah memerintahkan siswa untuk aktif mengikuti pengajian di rumah. Hal ini
menunjukan bahwa siswa belum menyadari bahwa maksud guru
memerintahkan mereka untuk aktif mengikuti kegiatan pengajian di rumah
agar mereka mau memperdalam ilmu agama.
Hal ini menunjukan bahwa mengikuti pengajian di rumah sangat
penting untuk menambah ilmu agama. Dengan demikian upaya guru dalam
memerintahkan siswa untuk aktif mengikuti pengajian dilingkungan rumah
cukup baik.
56
2. Model keteladanan
Tabel 27
Guru Agama Aktif Mempraktekan Materi PAI
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 9 18% 2. Sering 10 20% 3. Kadang-kadang 29 58% 4. Tidak Pernah 2 4%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 18% siswa menjawab
guru selalu aktif mempraktekan materi PAI, hal ini dimungkinkan
karena materi PAI sangat mudah untuk dipraktekan dan adanya media
yang digunakan untuk kegiatan pendidikan agama Islam, 20% siswa
menjawab guru sering aktif mempraktekan materi PAI, 58% siswa
menjawab guru kadang-kadang aktif mempraktekan materi PAI, 4%
siswa menjawab guru tidak pernah aktif mempraktekan materi PAI. Hal
ini dimungkinkan karena guru mengira materi tersebut tidak
memerlukan praktek dan kurangnya media sebagai alat untuk
menyampaikan materi. Dengan demikian upaya guru dalam
mempraktekan materi pendidikan agama Islam sangat kurang.
Tabel 28
Guru Memerintahkan Siswa Untuk Menghormati Kedua
'Orang Tua, Guru dan Teman
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 40 80% 2. Sering 8 16% 3. Kadang-kadang 1 2% 4. Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 50 100%
57
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 80% siswa menjawab
guru selalu memerintahkan siswa untuk menghormati orang tua, guru
dan teman, hal menandakan bahwa peran guru sangat besar terhadap
pembentukan kepribadian islami siswa. 16% siswa menjawab guru sering
memerintahkan siswa agar menghormati orang tua, guru dan teman, 2% siswa
menjawab guru kadang-kadang memerintahkan siswa untuk menghormati
orang tua, guru dan teman, dan 2% siswa guru menjawab tidak pernah
memerintahkan siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman. Dengan
demikian upaya guru dalam memerintahkan siswa untuk menghormati orang
tua, guru dan teman sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa Pendidikan agama
Islam sangat berperan terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
Tabel 29
Peran Guru Dalam Mengikuti Kegiatan Rohis Di Sekolah
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 20 40% 2. Sering 9 18% 3. Kadang-kadang 9 18% 4. Tidak Pernah 12 24%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 40% siswa menjawab guru
selalu berperan dalam mengikuti kegiatan rohis disekolah, hal ini
dimungkinkan karena guru ditugaskan untuk mengisi acara rohis di sekolah,
18% siswa menjawab guru sering berperan dalam mengikuti kegiatan rohis di
sekolah, 18% siswa menjawab guru kadang-kadang berperan dalam mengikuti
kegiatan rohis di sekolah dan 24% siswa menjawab guru tidak pernah berperan
dalam mengikuti kegiatan rohis di sekolah. Hal ini dimungkinkan guru kurang
memperhatikan kegiatan rohis disekolah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran guru dalam mengikuti
kegiatan rohis di sekolah cukup baik, hal ini menunjukan bahwa pendidikan
agama Islam cukup berperan terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
58
3. Mendidik melalui kedisiplinan
Tabel 30
Siswa Aktif Mengikuti Pelajaran PAI
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 41 82% 2. Sering 2 4% 3. Kadang-kadang 4 8% 4. Tidak pernah 3 6%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 82% siswa menjawab selalu
mengikuti pelajaran PAI, hal ini dilakukan karena siswa menyadari bahwa
pelajaran PAI itu sangat penting bagi kehidupan mereka, meskipun disekolah
sedang ada hapalan, 4% siswa menjawab sering mengikuti pelajaran PAI, 8%
siswa menjawab kadang-kadang mengikuti pelajaran PAI dan 6% siswa
menjawab tidak pernah mengikuti pelajaran PAI, hal ini dilakukan karena
siswa sedang sakit atau siswa malas mengikuti pelajaran pendidikan agama
Islam.
Dengan demikian minat siswa terhadap pendidikan agama Islam sangat
besar, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang menjawab selalu mengikuti
pelajaran pendidikan agama. Islam, meskipun pada saat itu sedang ada hapalan.
Hal ini menunjukan bahwa pendidikan agama Islam sangat berperan terhadap
pembentukan kepribadian islami siswa.
Tabel 31
Guru Hadir Saat Pelajaran PAI
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 32 64% 2. Sering 8 16% 3. Kadang-kadang 10 20% 4. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 50 100%
59
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 64% siswa menjawab
guru selalu hadir saat pelajaran PAI, hal ini dimungkinkan guru
menyadari bahwa kehadirannya sangat diperlukan oleh siswa, 16%
siswa menjawab guru sering hadir saat pelajaran PAI, 20% siswa
menjawab guru kadang-kadang hadir saat, pelajaran PAI, hal ini
dimungkinkan karena guru sedang ada halangan atau sedang ada tugas
lain yang tidak bisa ditinggalkan, dan tak seorang pun siswa menjawab
guru tidak pernah hadir saat pelajaran PAI. Dengan demikian keaktifan
guru saat pelajaran PAI cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa
pendidikan agama Islam cukup berperan terhadap pembentukan
kepribadian Islami siswa.
4. Mendidik mauidzah (Nasehat)
Tabel 32
Siswa memahami Materi Pelajaran PAI Yang Disampaikan Guru
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 11 22% 2. Sering 15 30% 3. Kadang-kadang 22 44% 4. Tidak Pernah 2 4%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 22% siswa menjawab selalu
memahami materi pelajaran PAI yang disampaikan guru, hal ini di
mungkinkan karena siswa selalu memperhatikan guru ketika sedang mengajar,
30% .siswa menjawab sering memahami materi pelajaran PAI yang
disampaikan guru, 44% siswa menjawab kadang-kadang memahami materi
pelajaran PAI yang disampaikan guru dan 4% siswa menjawab tidak pernah
memahami materi pelajaran PAI yang disampaikan guru, hal ini dimungkinkan
siswa banyak yang tidak memperhatikan guru ketika sedang mengajar dan
seharusnya guru memperhatikan siswa pada saat menyampaikan mated.
Dengan demikian pemahaman siswa akan materi PAI sangat kurang. Hal ini
60
menunjukan bahwa kurangnya peran guru dalam memberikan materi
pendidikan agama Islam.
Tabel 33
Guru Memberikan Bimbingan Dan Contoh Nasehat
Pada Saat Belajar
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 34 68% 2. Sering 8 16% 3. Kadang-kadang 7 14% 4. Tidak Pernah 1 2%
Jumlah 50 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 68% siswa menjawab guru
selalu memberikan bimbingan dan nasehat pada saat belajar, 16% siswa
menjawab guru sering memberikan bimbingan dan nasehat pada saat belajar,
14% siswa menjawab guru kadang-kadang memberikan bimbingan dan
nasehat pada saat belajar dan 2% siswa menjawab guru tidak pernah
memberikan bimbingan dan nasehat pada saat belajar.
Dengan demikian upaya gum dalam memberikan bimbingan dan
contoh nasehat kepada siswa cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa
pendidikan agama Islam cukup berperan terhadap pembentukan
kepribadian Islami siswa.
5. Mendidik Melalui Ibrah
Tabel 34
Siswa Aktif Memperingati Hari-Hari Besar Islam
No Alternatif Jawaban F P 1. Selalu 27 54% 2. Sering 14 28% 3. Kadang-kadang 5 10% 4. Tidak Pernah 4 .8%
Jumlah 50 100%
61
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, 54% siswa menjawab selalu
aktif memperingati hari-hari besar Islam, hal ini dimungkin karena siswa
mengetahui betapa pentingnya memperingati hari-hari besar Islam, 28%
siswa menjawab sering aktif memperingati hari-hari besar Islam, 10% siswa
menjawab kadang-kadang aktif memperingati hari-hari besar Islam Hal ini
dimungkinkan waktu mengikuti acara tersebut berbenturan dengan acara
lain, dan 8% siswa menjawab tidak pernah aktif memperingati hari-hari besar
Islam. Hal ini dimungkinkan mereka malu atau malas untuk hadir mengikuti
acara tersebut.
Dengan demikian minat siswa untuk aktif memperingati hari-hari
besar Islam cukup baik. Hal ini menunjukan bahwa Pendidikan agama Islam
cukup berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian Islami siswa.
D. Analisa Data
Segala usaha yang dilakukan oleh manusia akan menghasilkan suatu
hasil demikian juga dengan Model Pembentukan Kepribadian Islami Siswa
Melalui Pembelajaran Agama Islam yang dilakukan oleh SMAN 1 Parung.
Setelah penelitian ini diolah dan dianalisa secara umum dapat dikatakan
bahwa peran pendidikan agama Islam terhadap pembentukan kepribadian
Islami Siswa cukup baik meskipun masih banyak beberapa siswa yang tidak
mengerti tentang pelaksanaan ibadah shalat, puasa dan kegiatan keagamaan
lainnya. Namun dengan demikian jika dilihat dari jumlah prosentase yang tidak
baik itu sangat sedikit sekali, sehingga menurut pengamatan penulis tingkah
laku tersebut dapat diatasi dengan cara pembiasaan dan memperbanyak latihan
dalam melaksanakan ibadah baik di rumah maupun di sekolah. Sebagai contoh
ketika mereka akan mulai belajar dibiasakan membaca do'a terlebih dahulu dan
ketika mereka akan pergi dan pulang dari sekolah siswa dibiasakan untuk
mencium tangan dan memberi salam kepada orang tua dan Iain-Iain. Sehingga
dengan pembiasaan dan latihan tersebut akan terbentuk kepribadian siswa yang
Islami, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya
tidak akan tergoyahkan lagi karena telah menjadi bagian dari pribadinya.
62
Berdasarkan pengamatan dan analisa tersebut, yang menjadi siswa
tidak mau melaksanakan ibadah atau timbulnya sikap yang tidak baik karena
kurangnya pemahaman siswa akan masalah pendidikan agama Islam serta
contoh, nasehat, perhatian guru dan orang tua dalam melaksanakan,
menerapkan dan membiasakan mereka untuk melakukan latihan-latihan dalam
masalah kegiatan keagamaan.
Dengan demikian perlunya program pembiasaan dan latihan-latihan
dari SMAN 1 Parung.dan perlunya waktu tambahan dalam pelaksanaan
pendidikan agama Islam dari satu minggu sekali menjadi dua kali seminggu,
hal ini dilakukan karena daya tangkap dan daya nalar siswa berbeda-beda
dalam memahami pendidikan agama Islam.
E. Model Pembentukan Kepribadian Islami Siswa melalui Pembelajaran
Agama Islam Di SMA Negeri 1 Parung
1. Pendidikan Agama Islam
Kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 1 Parung adalah
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), dengan tujuan mengacu kepada
tujuan umum pendidikan, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri.
Berangkat dari tujuan tersebut; pendidikan agama Islam di SMA
Negeri 1 Parung adalah upaya untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui
berbagai macam kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan
antar umat beragama.
Dengan melalui ajaran agama Islam, diharapakan menjadikan ajaran
tersebut sebagai suatu pandangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan
didunia dan akhirat.9
9 Zakiah Darajat, Ilmu Pendididkan Islam, h. 86
63
Secara terminologis Omar MuhammadaL-Taomi aL-Syaibani, yang
dikutip oleh H.M Arifin mengungkapkan bahwa pendidikan agama Islam
adalah sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dilandasi oleh nilai-nilai
Islami dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan
kehidupan dalam alam sekitar melalui proses kependidikan.10
2. Kepribadian Islami
Sebagaimana telah di ketahui bahwa kepribadian adalah sifat khas
seseorang yang menyebabkan seseorang yang mempumyai sifat yang berbeda
dari orang lain, baik pada pola pikir, sikap dan tingkah laku dalam
kehidupannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Dalam hal ini, untuk membentuk kepribadian seseorang bukanlah hal
yang mudah. Secara fitrah manusia memang terdorong melakukan sesuatu
yang baik dan benar. Namun terkadang naluri mendorong seseorang untuk
melakukan hal yang bertentangan dengan realita yang ada.
Kepribadian itu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan.
Tetapi didalam perkembangan itu makin terbentuklah pola-polanya yang
tetapdan khas, sehingga merupakan cirri-ciri yang unik bagi setiap invidu.
3. Proses Pembelajaran Agama
Proses pembelajaran agama yang diselenggarakan di sekolah SMA
Negri 1 Parung setiap harinya pada hari senin sampai dengan hari jum’at.
Dimulai pada pukul 07:00 wib dan berakhir pada pukul 15:00 dengan dua kali
istirahat pada pukul 09:30-10:10:00 wib dan pukul 12:00 untuk waktu shalat
dzuhur berjamaah dan dilanjutkan dengan makan siang sampai pukul 13:00.11
Dalam proses belajar agama Islam yang diselenggarakan di sekolah
SMA Negri 1 Parung dapat dogolongkan menjadi tiga tahap antara lain:
a. Pembukaan
10 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), Cet. Ke2, h. 9. 11 Sodikin, Guru Pendidikan Agama Islam, wawancara pribadi, Parung, 16 November
2010
64
Berdasarkan pengamatan penulis pembukaan belajar mengajar agama
ditiap kelas dilakukan dengan pembacaan do’a bersama di semua kelas.
Pembukaan belajar ini setiap harinya dimulai dengan membacaan do’a sesuai
dengan keyakinan masing-masing, yang dibaca didalam hati.
Yang menarik dari sekolah ini adalah sebelum pelajaran dimulai para
siswa diwajibkan membaca al-Qur’an secara bersama-sama yang dipimpin
oleh seorang siswa yang ditunjuk langsung oleh guru dan guru juga mengikuti
mengaji, dan hal ini juga sangat membantu kepada siswa untuk mengenal
ajaran agama yang bersumber dari al-Qur’an. Dan bagi siswa yang bukan
beragama Islam boleh keluar tetapi keluarnya hanya diperbolehkan
keperpustakaan akan tetapi jika siswa tersebut mau mengikuti pelajaran agama
tidak dilarang.
b. Kegiatan Belajar
Memasuki kegiatan belajar mengajar agama setelah siswa selesai
membaca al-Qur’an, peserta didik dapat membuka buku pelajaran agama yang
akan dipelajari. Adapun metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan
pelajaran merupakan dua rangkaian metode pendekatan. Pertama, Tanya
jawab, metode ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bereksplorasi, memecahkan masalah dalam kegiatan belajar agama setiap hari.
Siswa dirangsang untuk aktif dan disiplin. Merekapun belajar menghargai
pendapat orang lain pada saat berdiskusi dan belajar menyampaikan
pendapatnya dengan baik. Kedua, selain metode Tanya jawab, dalam proses
belajar mengajar agama di SMA Negeri 1 Parung juga menerapkan metode
ceramah dan metode kuis yang disesuaikan dengan materi yang akan
diberikan.
Seiring berjalannya proses belajar mengajar di SMA Negri 1 Parung
pendidik dipandang bukanlah sebagai satu-satunya sumber belajar. Penekanan
fungsi pendidik ialah memperkenalkan bagaimana belajar, berfikir, dan
bagaimana berbuat. Berdasarkan hal ini pendidik dipandang sebagai fasilitator
yang berada ditengah antara peserta didik dan sumber belajar. Pendidik juga
65
mengambil peran sebagai pemandu agar mereka belajar aktif dan kreatif serta
mendorong untuk berfikir kritis. Dalam hal ini pendidik sebagai motivator.
c. Penutup
Setelah kegiatan belajar mengajar selesai guru menutup kegiatan
belajar tersebut tetapi sebelum ditutup guru memberikan tugas untuk
pertemuan yang akan datang. Hal ini dilakukan untuk membuat siswa
mengingat pelajaran yang telah dipelajari, tugas tersebut berupa pekerjaan
rumah atau yang biasa dikenal dengan istilah PR. Setelah semuanya selesai
kemudian belajar mengajar ditutup dengan membaca doa yang dipimpin oleh
ketua kelas.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data-data dari hasil penelitian yang diperoleh dan dihimpun oleh
penulis dapat diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran pendidikan
agama Islam yang diterapkan di SMA Negeri 1 Parung dalam membentuk
kepribadian siswa yang Islami antara lain; kedisiplinan, pembiasaan,
mendidik melalui ibrah, mendidik melalui mauidhzah, mendidik melalui
targhib dan tarhib, dan keteladanan. Dari model tersebut terlihat 84% siswa
mematuhi perintah guru dalam melaksanakan do’a sebelum pelajaran dimulai
dan banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam serta
kegiatan keagamaan lainnya seperti kegiatan pesantren kilat yang ada
disekolah dengan baik, Ketiga model ini digunakan guru pada saat
melakukan proses belajar-mengajar. Dengan demikian siswa dapat
membiasakan perbuatan-perbuatan baik dengan melaksanakan berbagai
macam-macam kegiatan dalam dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan
analisa penulis, terlihat siswa melaksanakan sholat sudah cukup baik yaitu
60%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa melaksanakan ibadah
sholat. Selain itu juga 72% sikap dan tingkah laku siswa terhadap guru,
tetangga, dan teman cukup baik.
67
2. Adapun upaya dalam meningkatkan kepribadian siswa yang Islami adalah
untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari melalui
berbagai macam kegiatan keagamaan disekolah. Seperti bimbingan,
pengajaran dan latihan.
3. Saran
1. Para pendidik untuk lebih meningkatkan dalam membimbing anak
didik dengan lebih memaksimalkan tanpa merasa cukup dengan apa
yang ada dan guru hendaknya menanamkan, membiasakan, dan
memberi nilai-nilai ajaran ajaran agama pada siswa, sehingga siswa
terbiasa melakukan amalan-amalan dan prilaku yang baik sesuai
dengan ajaran agama Islam.
2. Bagi siswa hendaknya selalu mengamalkan pelajaran pendidikan
agama Islam dalam kehidupan sehari-hari dan membiasakan diri
berakhlak mulia atau berkepribadian Islami, baik dilingkungan
keluarga yakni Ibu, bapak dan saudara, dilingkungan sekolah yakni
guru dan teman maupun dilingkungan masyarakat sekitar yaitu
dengan teman sepermainan dan dengan orang yang lebih tua dan
diharapkan kepada remaja agar bisa memilih-milih mana yang baik
untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untul tidak diakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-9.
Ahmadi, Abu, Metode Khusus Pendidikan Agama, (MKPAI), Bandung: Amirika,
1986) An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam,
(Bandung: CV. Diponegoro. 1992). Cet-2. An-Nahlawy Dalam Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam,
Bandung : Rosda Karya. An-Nawawi, Hadari Pendidikan Dalam Islam, (Surabaya: al-Ikhlas, 1993). Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006). Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV
Diponogoro, 2007). Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet.
Ke-2. Derajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), Cet Ke-17. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah
RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 2006). Drajat, Zakia, Remaja: Harapan dan Tangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. Ke-
2. Gunawan, Ari H., Kebijakan kebijakan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1986),
Cet. Ke-1. Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006) Cet.
Ke- 5. Jalaluddin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan
Perkembangan Pemikirannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996) Cet. Ke-2.
M. Arifan, Pokok-Pokok Pikiran Tentang bimbingan dan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1976).
Majid, Abdul, Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan Psikologis, (Jakarta: Darul Falah, 1999), Cet. Ke-1.
Mansyur dkk, H., Pendidikan Agama Islam,( Dirjen Bimbaga dan UT, 1996). Marimba, Ahmad D., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: al-Ma’arif,
1974), Cet. Ke-4. Munawwaroh, Djunaidatul dan Tanenji, Filsafat Pendidikan: perspektif Islam dan
Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2003). Nata, Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam: Dengan Pendekatan Multidisipliner,
(Jakarta: Rajawali Prers, 2009), Cet. Ke-1. Ramayulis, H., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet. Ke-4. Sabri, H.M. Alisuf, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999). Sabri, H.M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press,
2005). Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta: Raja Grafindo, 1997). Sudjiono, Anas, pengantar statistik pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1994), Cet. Ke-16. Suralaga, Fadhilah, Psikologi Pendidikan Dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN
Press, 2005), Cet-1. Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), Cet. Ke2. Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya
Agung, 1983).