model mfi dan pogil ditinjau dari aktivitas belajar dan
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR
DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR
(Pembelajaran Kimia Konsep Elektrolisis Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Kelas XII Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013)
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama : Kimia
Oleh :
SRI YANI WIDYANINGSIHNIM : S831108063
P R O G R A M P A S C A S A R J A N A
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR
DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR
(Pembelajaran Konsep Elektrolisis Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Kelas XII Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013)
Disusun oleh:
SRI YANI WIDYANINGSIHNIM : S831108063
Telah disetujui Tim Pembimbing
Pada tanggal ……… 2013
Dosen Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I Dr. M. Masykuri, M. Si.NIP.196811241994031001 .......................
Pembimbing II Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D.
NIP. 19680904 199403 1 001
.......................
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 19681124 199403 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iii
LEMBAR PENGESAHAN
MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR
DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR
(Pembelajaran Kimia Konsep Elektrolisis Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Kelas XII Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013)
Disusun Oleh
SRI YANI WIDYANINGSIHNIM : S831108063
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Dr. Sarwanto, M. SiNIP. 19690901 199403 1 002
……………..
Sekretaris Dr. rer nat Sri Mulyani, M.Si.NIP. 19650916 199103 2 003
……………...
Anggota I Dr. M. Masykuri, M. Si.NIP.196811241994031001
.......................
Anggota II Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D.
NIP. 19680904 199403 1 001
.......................
Surakarta, Januari 2013Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.NIP.196107171986011001
Dr. M. Masykuri, M. Si.NIP.196811241994031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul: “MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI
AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP
PRESTASI BELAJAR” adalah karya penelitian saya sendiri bebas plagiat,
serta tidak terdapat karya ilmiah yang diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang kecuali secara tertulis digunakan
sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar
pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah
ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perundang-undangan
(Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari
sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs UNS
berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi
Pendidikan Sains PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan
publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, Januari 2013
Mahasiswa,
Sri Yani Widyaningsih
NIM. S831108063
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Tesis Penelitian yang berjudul:
“MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN
KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR”, telah
dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung Kelas XII IPA
Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013. Selama penyusunan tesis ini, penulis
menemui berbagai kesulitan serta hambatan, namun berkat bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, tesis ini dapat terselesaikan. Segala bentuk bantuan yang telah
diberikan, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S, sebagai direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk belajar di Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. M. Masykuri, M.Si, sebagai ketua program studi Pendidikaan Sains
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Haryono, M.Pd, sebagai dosen pembimbing I, yang selalu memberikan
pembimbingan, arahan, dorongan, dan perhatian dari penyusunan sampai
terselesaikan tesis ini.
4. Drs. Sulistyo Saputro, M.Si. Ph.D, sebagai dosen pembimbing II, yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dorongan, dan perhatian hingga
terselesaikan tesis ini.
5. Suami dan anak-anak, yang telah memberikan dukungan dan motivasi, dan
mengorbankan waktu.
6. Teman-teman program pendidikan sains kimia, atas kerjasama dan
bantuannya berupa moral atau material, terkhusus Anatri Destiana yang
selalu berjuang bersama dan membantuku.
7. Kepala Madrasah Drs.H. Anang Taufik Gufron M.Ag, Drs Edi Oriento, MSi
teman-teman terkhusus Drs. Chotibul Umam M.Pd M.Si, Drs.Edi Prayitno,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vi
Dra Fandilah, Murdaningsih S.Pd yang telah membantu kelancaran
pelaksanaan penelitian di MAN Parakan Temanggung.
8. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu menyelesaikan penulisan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusunan tugas ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Surakarta, 10 Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
vii
MOTTO
Ihdinassirothol Mustaqiem ( Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus )
Fastabiqul Khoiroth ( berlomba dalam kebaikan )
Infiru khifafan wa tsiqalan “Berjuanglah kamu, saat ada senang maupun
susah. (Surah At-Taubah, ayat 41).
Kedukaan adalah berkah, itu tak melukai hati sama sekali, justru itu
kesempatan untuk menghirup manisnya sari kehidupan yang berbalut
nestapa.
Kasih sayang yang bersumber dari jiwa dan pikiran yang bersih
akan senantiasa menyinari kasih sayang bagi sesamanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
viii
PERSEMBAHAN
Karya tulisan ini penulis persembahkan untuk:
1. Anak-anakku: Ananta Reza, Dimas Novan, Farah Thirza, raihlah sukses
dengan menjadi kreatif, semoga dapat menjadi pegangan betapa mulianya
ilmu.
2. Suamiku tercinta, M.Widiyanto yang selalu setia menemaniku, membesarkan
hatiku, menghiburku, dan semangat hidupku.
3. Teman-teman Pendidikan Sains minat kimia angkatan September 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ………......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ………..........................................................................iii
PERNYATAAN .........................................................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................................ v
MOTTO...................................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN......................................................................................................viii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................................xviii
ABSTRAK ................................................................................................................ xx
ABSTRAC ..................................................................................................................xxi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah............................................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah............................................................................................. 10
D. Perumusan Masalah.............................................................................................. 10
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 11
F. Manfaat Penelitian................................................................................................. 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
x
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 13
A. Kajian Teori ......................................................................................................... 13
1. Pembelajaran ...................................................................................................... 13
a. Pengertian Pembelajaran .............................................................................. 13
b. Pembelajaran Kimia....................................................................................... 14
2. Belajar dan Teori-Teori Belajar ........................................................................ 15
a. Teori Belajar Konstruktivisme ..................................................................... 16
b. Teori Perkembangan Kognitif ...................................................................... 17
1). Teori Belajar Penemuan Bruner............................................................ 17
2). Teori Belajar Pemrosesan Informasi Gagne......................................... 19
3) Teori Belajar Bermakna Ausubel ......................................................... 21
4) Teori Perkembangan Piaget .................................................................... 22
3. Model Belajar .................................................................................................... 23
a. Model Inquiry................................................................................................. 25
b. Jenis-jenis Inquiry ......................................................................................... 26
1). Inquiry terpimpin/terbimbing (Guide Inquiry) ....................................... 26
2). Inquiry bebas (Free Inquiry).................................................................... 26
3) Inquiry Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry).................... 27
c. Beberapa Langkah dalam Inquiry ............................................................... 27
4. Modified Free Inquiri (MFI) ............................................................................ 28
5. POGIL ................................................................................................................. 30
6. Aktivitas Belajar ................................................................................................ 32
7. Kreativitas Siswa ................................................................................................ 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xi
8. Prestasi Belajar ................................................................................................... 38
a). Ranah Kognitif ......................................................................................... 39
b). Ranah Afektif ........................................................................................... 39
c). Ranah Psikomotorik ............................................................................... 40
9. Konsep Elektrolisis............................................................................................. 42
a). Sel Elektrolisis ......................................................................................... 42
b). Elektrolisis Larutan Elektrolit ................................................................. 47
c) Aspek Kuantitatif dalam Elektrolisis ..................................................... 48
B. Penelitian Yang Relevan ..................................................................................... 49
C Kerangka Berfikir ................................................................................................. 53
D. Hipotesis ............................................................................................................... 65
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 67
A. Tempat dan waktu Penelitian .............................................................................. 67
1. Tempat Penelitian ............................................................................................... 67
2. Waktu Penelitian ................................................................................................ 67
B. Metode Penelitian ................................................................................................. 67
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel....................................... 68
1. Penetapan Populasi............................................................................................. 68
2. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................................. 69
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional..................................................... 69
1. Variabel Penelitian ............................................................................................ 69
2. Definisi Operasional .......................................................................................... 70
3. Skala Pengukuran dari Variabel Penelitian ...................................................... 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xii
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 71
1. Teknik Tes .......................................................................................................... 71
2. Teknik Non Tes ................................................................................................. 72
3. Teknik Observasi ............................................................................................... 72
F. Instrumen Penelitian.............................................................................................. 72
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ............................................................. 72
2. Instrumen Pengambilan Data ........................................................................... 72
a. Tes Prestasi Belajar Ranah Kognitif ............................................................. 72
b. Tes Kreativitas Siswa .................................................................................... 73
c. Angket Prestasi Belajar Ranah Afektif dan Aktivitas Belajar .................... 73
d. Observasi Psikomotorik................................................................................. 74
G. Validasi Instrumen ............................................................................................... 74
H. Ujicoba Instrumen ............................................................................................... 75
1. Uji Validitas ...................................................................................................... 75
2. Uji Reliabilitas ................................................................................................... 77
3. Uji Daya Kesukaran .......................................................................................... 79
4. Uji Daya Pembeda ............................................................................................ 80
I. Teknik Analisis data .............................................................................................. 82
1. Uji Prasyarat Analis ........................................................................................... 82
a. Normalitas ...................................................................................................... 82
b. Homogenitas................................................................................................... 83
2. Uji Hipotesis ....................................................................................................... 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 86
A. Deskripsi Data ...................................................................................................... 86
1. Data Aktivitas Siswa .......................................................................................... 86
2. Data Kreativitas Siswa ....................................................................................... 87
3. Data Prestasi Belajar Kognitif ........................................................................... 87
a. Data Prestasi Kognitif Tiap Sel..................................................................... 87
b. Data Prestasi Kognitif Kelas MFI dan POGIL ............................................ 88
c. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar...... 89
d. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas ................ 90
4. Data Prestasi Belajar Afektif ............................................................................. 91
a. Data Prestasi Afektif Tiap Sel....................................................................... 91
b. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Model MFI Dan POGIL....... 92
c. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Aktivitas Belajar ........ 93
d. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas ................... 94
5. Data Prestasi Belajar Psikomotorik ................................................................... 95
a. Data Prestasi PsikomotorikTiap Sel.............................................................. 95
b. Deskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan MFI dan POGIL ....... 96
c. Deskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Aktivitas..................... 97
d. Diskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Kreativitas ......... 98
B. Pengujian Prasyarat Analis................................................................................... 99
1. Uji Normalitas..................................................................................................... 99
2. Uji Homogenitas ................................................................................................ 101
C. Pengujian Hipotesis ............................................................................................ 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xiv
D. Pembahasan.......................................................................................................... 106
E. Keterbatasan Penelitian ...................................................................................... 125
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .......................................... 128
A. Kesimpulan ........................................................................................................ 128
B. Implikasi Hasil Penelitian .................................................................................. 130
1. Implikasi Teoritik ........................................................................................... 130
2. Implikasi Praktis .............................................................................................. 131
C. Saran ..................................................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 139
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xv
DAFTAR TABEL
Tabel......................................................................................................................Halaman
1.1. Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kimia Konsep Elektrolisis ........................... 33
2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Modified Free Inquiry MFI)........................ 29
2.2. Langkah-langkah Pembelajaran POGIL............................................................ 31
3.1. Tahapan Penelitian .............................................................................................. 67
3.2. Desain Faktorial .................................................................................................. 68
3.3. Hasil Uji Coba Instrumen……………………………………………………..76
3.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen……………………………………………....78
3.5. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal .............................................................. 80
3.6. Hasil Analisis Daya Pembeda ............................................................................. 81
4.1. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar..................... 87
4.2. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa.................... 87
4.3. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Tiap Sel......................................................... 88
4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Model MFI dan POGIL .88
4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan aktivitas belajar ............. 89
4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa ......... 90
4.7. Deskripsi Data Prestasi Afektif Tiap Sel………………………………………92
4.8. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Model MFI dan POGIL.... 92
4.9. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Aktivitas Belajar ............... 93
4.10. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas ....................... 94
4.11. Deskripsi Data Sebaran Prestasi Psikomotorik Tiap Sel..................................96
4.12. Deskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotor Kelas MFI dan POGIL...................96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvi
4.13. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Aktivitas…………97
4.14. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik berdasarkan Kreativitas……….98
4.16. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Kognitif........................................... 99
4.17. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Afektif............................................ 100
4.18. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Psikomotorik ................................. 100
4.19. Hasil Pengujian Homogenitas. ...................................................................... 101
4.20. Ringkasan Uji Non Parametrik type Kruskal Wallis Prestasi Kognitif ...... 102
4.21. Ringkasan Uji Non Parametrik type Kruskall Wallis Prestasi Afektif ....... 102
4.22. Ringkasan Uji Non Parametrik type Kruskall Wallis
Prestasi Psikomotorik……………………………………………………...102
4.23. Nilai Rerata Prestasi Siswa ............................................................................ 110
4.24. Nilai Rerata Prestasi Siswa Berdasarkan Aktivitas Belajar......................... 113
4.25. Nilai Rerata Prestasi Siswa berdasarkan Kreativitas Siswa ........................ 115
4.26. Nilai Rerata Kognitif Siswa Interaksi Antara Model dan Aktivitas ........... 117
4.27. Nilai Rerata Afektif Siswa Interaksi Antara Model dan Aktivitas.............. 117
4.28. Nilai Rerata Psikomotorik Interaksi Antara Model dan Aktivitas .............. 117
4.29. Nilai Rerata Kognitif Interaksi Antara Model dan Kreativitas ................... 119
4.30. Nilai Rerata Afektif Interaksi Antara Model dan Kreativitas...................... 119
4.31. Nilai Rerata Psikomotorik Interaksi Antara Model dan Kreativitas ........... 120
4.32. Nilai Rerata Kognitif Interaksi Antara Aktivitas dan Kreativitas ............... 121
4.33. Nilai Rerata Afektif Interaksi Antara Aktivitas dan Kreativitas ................. 121
4.34. Nilai Rerata Psikomotorik Interaksi Antara Aktivitas dan Kreativitas....... 122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar ................................................................................................................Halaman
4. 1. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Model MFI dan POGIL.............. 89
4.2. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar ........................ 90
4.3. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa ........................ 91
4.4. Histogram Prestasi Afektif Perbandingan Model MFI dan POGIL.............. 93
4.5. Histogram Prestasi Afektif Perbandingan Aktivitas Belajar ......................... 94
4.6. Histogram Prestasi Afektif Perbandingan Kreativitas ................................... 95
4.7. Histogram Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Model MFI dan POGIL ..... 97
4.8. Histogram Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Aktivitas Belajar................. 98
4.9. Histogram Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Kreativitas Siswa ................ 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
..........................................................................................................................Halaman
1. Lampiran 1 Silabus ............................................................................................. 138
2. Lampiran 2 RPP MFI.......................................................................................... 141
3. Lampiran 3 RPP POGIL...................................................................................... 153
4. Lampiran 4 LKS MFI .......................................................................................... 166
5. Lampiran 5 LKS POGIL ..................................................................................... 177
6. Lampiran 6 Kisi-kisi Angket Aktivitas Belajar ................................................. 187
7. Lampiran 7 Soal Angket Aktivitas Belajar ....................................................... 189
8. Lampiran 8 Lembar Jawab Angket Aktivitas .................................................... 192
9. Lampiran 9 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas ....................................................... 193
10. Lampiran 10 Soal Tryout Kreativitas Verbal ....................................................... 197
11. Lampiran 11 Lembar Jawab Tryout Kreativitas................................................... 199
12. Lampiran 12 Soal Kreativitas Verbal ................................................................... 200
13. Lampiran 13 Lembar Jawab Kreativitas Verbal .................................................. 203
14. Lampiran 14 Kisi-kisi Instrumen Kognitif ........................................................... 204
15. Lampiran 15 Soal Tryout Kognitif....................................................................... 209
16. Lampiran 16 Lembar Jawab Tryout Kognitif ...................................................... 216
17. Lampiran 17 Instrumen Penilaian Prestasi Belajar ............................................. 217
18. Lampiran 18 Lembar Jawab Penilaian Prestasi Belajar ..................................... 224
19. Lampiran 19 Kisi-kisi Instrumen Afektif ............................................................ 225
20. Lampiran 20 Penilaian Aspek Afektif ................................................................. 228
21. Lampiran 21 Lembar Jawab Aspek Afektif ........................................................ 232
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xix
22. Lampiran 22 Penilaian Instrumen Psikomotorik ................................................ 233
23. Lampiran 23 Lembar Penilaian Psikomotorik .................................................... 236
24. Lampiran 24 Homogenitas Kelas......................................................................... 237
25. Lampiran 25 Normalitas dan Homogenitas Hasil Penelitian ............................ 239
26. Lampiran 26 Uji Hipotesis .................................................................................. 242
27. Lampiran 27 Dokumentasi.................................................................................. 243
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xx
Sri Yani Widyaningsih. 2013. MODEL MFI DAN POGIL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR (Pembelajaran Kimia Konsep Elektrolisis Kelas XIISemester I MAN Parakan Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013). TESIS, Pembimbing 1: Dr. M. Masykuri, M. Si., II: Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: Pengaruh model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-oriented Guided-inquiry Learning (POGIL), aktivitas belajar, kreativitas siswa, dan interaksinya terhadap prestasi belajar.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dilakukan di MAN Parakan Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling meliputi dua kelas yaitu XII IPA 1 dan XII IPA 2. Model pembelajaran MFI untuk kelas XII IPA1, dan POGIL kelas XII IPA 2. Uji hipotesis menggunakan analisis non parametrik kruskal wallis.
Dari hasil olah data disimpulkan: 1) ada pengaruh penggunaan model pembelajaran terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. 2) ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar afektif, 3) ada pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar psikomotorik, 4) ada interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas belajar terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, 5) ada interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas terhadap: prestasi belajar kognitif, afektif,psikomotorik, 6) ada interaksi antara aktivitas dan kreativitas pada prestasi belajar afektif dan psikomotorik, 7) ada interaksi antara model pembelajaran, aktivitas dan kreativitas terhadap prestasi belajar: kognitif, afektif, psikomotorik. Model MFI dan POGIL, ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar konsep elektrolisis, MAN Parakan Temanggung.
Kata Kunci: POGIL, MFI, aktivitas belajar, kreativitas, prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
xxi
Sri Yani Widyaningsih. 2013. MFI And POGIL Models Overviewed FromLearning Activity And Student Creativity Toward Student Achievement(Chemistry Learning on Electrolysis Concept for Grade XII IPA MAN ParakanTemanggung in Academic Year 2012/2013 1rd Semester ). TESIS. Conselor I: Dr. M. Masykuri, M. Si., II: Drs. Sulistyo Saputro, M.Si, Ph.D. Sains Education Program of Postgraduate Study, Sebelas Maret University Surakarta, January 2013.
ABSTRACT
The research aims to find out: The effect of the use Modified Free Inquiry (MFI)and Process-oriented Guided-inquiry Learning (POGIL) models, learning activity and student’s creativity, and their interaction toward student achievement.
This research used experimental method, to do in MAN Parakan Temanggung Academic Year 2012/2013. The sample was taken using Cluster Random Samplingwhich consisted of two classes. They were XII Science 1 and XII Science 2.Teaching model of MFI was conducted for XII Science 1 and teaching model of POGIL for XII Science 2.The hypothesis test used Kruskal Wallis non parametric analysis. From the analyzing data can be concluded: 1) there was an effect of the use of teaching model toward affective and cognitive learning achievement, 2) there was an effect toward affective learning achievement, 3) was an effect toward psychomotor learning achievement, 4) there was an interaction between teaching models and learning activity toward affective and cognitive learning achievement,5) there was an interaction between teaching model and creativity toward: psychomotor, affective, cognitive learning achievement, 6) there was no interaction between activity and creativity, toward cognitive learning achievement, and there was an interaction between psychomotor and affective learning achievement, 7) there was an interaction between teaching model, activity and creativity toward learning achievement:cognitive, affective, psychomotor electrolysis in MAN Parakan Temanggung.
Keyword: POGIL, MFI, learning activity, student’s creativity, academic achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terselenggaranya pendidikan yang bermutu (berkualitas) bagi setiap warga
negara dijamin oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Terwujudnya pendidikan
yang bermutu membutuhkan upaya yang terus menerus untuk selalu meningkatkan
kualitas pendidikan (Permendiknas: 2003). Untuk menciptakan pendidikan yang
bermutu, guru memegang peranan penting. Upaya peningkatan kualitas pendidikan
memerlukan upaya peningkatan kualitas pembelajaran.
Menurut Wina Sanjaya (2005:10), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
merupakan salah satu bentuk inovasi kurikulum, mempunyai karakteristik dan
tujuan: 1) ketercapaian kompetensi, 2) keberhasilan pencapaian kompetensi dasar
diukur oleh indikator hasil belajar, 3) penyampaian dalam pembelajaran
menggunakan pendekatan dan model yang bervariasi 4) siswa belajar dengan
memanfaatkan berbagai sumber belajar, guru hanya sebagai fasilitator untuk
mempermudah siswa belajar, 5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan pemyempurnaan
KBK. Jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan
komite sekolah. Salah satu prinsip pengembangan KTSP, bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia
yang bertakwa, berakal mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis
dan bertanggung jawab. Adapun prinsip pelaksanaan kurikulum antara lain: peserta
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2
didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh
kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan
menyenangkan. (Permendiknas, 2006).
Prinsip pembelajaran yang diharapkan pemerintah khususnya kimia, belum
terlaksana secara maksimal pada Madrasah Aliyah Negeri Parakan Temanggung,
antara lain dapat dilihat dari beberapa hal: (1) metode ceramah dianggap efektif
untuk tetap dipakai dalam penyampaian materi, (2) siswa belum dilibatkan secara
aktif, hal ini mungkin belum ada kecocokan antara model pembelajaran dengan
kondisi siswa yang ada, (3) penggunaan laboratorium kimia yang belum optimal, (4)
kreativitas siswa dalam kegiatan di laboratorium belum didukung oleh guru, (5)
aktivitas siswa seperti oral activities yaitu mengemukakan pendapat, menjawab
pertanyaan dan mendebat pernyataan masih belum muncul selama proses
pembelajaran, (6) belajar kimia masih berdasarkan buku teks atau teori dan belum
mengikuti pembelajaran sains yang sebenarnya, (7) penilaian guru hanya
menekankan pada ranah kognitif siswa saja padahal penilaian seharusnya bersifat
integratif karena dalam proses pembelajaran dipadukan secara utuh ketiga ranah,
baik dari ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik, (8) salah satu materi
pembelajaran yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa adalah materi
pembelajaran elektrolisis. Faktor-faktor pada uraian tersebut mengakibatkan
perhatian terhadap mata pelajaran kimia sendiri secara umum rendah bagi
kebanyakan siswa, sehingga prestasi kimia khususnya materi elektrolisis pada kelas
XII IPA MAN ParakanTemanggung belum mencapai hasil yang diharapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3
Hasil pendataan yang kami lakukan bahwa nilai kognitif pelajaran kimia
peserta didik kelas XII IPA, Semester I Madrasah Aliyah Negeri Temanggung pada
tahun 2010/2011 untuk materi elektrolisis ditunjukkan pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1 Nilai Rata-Rata Ulangan Harian Kimia Konsep Elektrolisis.
Dari beberapa kemungkinan penyebab belum tercapainya hasil belajar materi
elektrolisis yang maksimal, penerapan model pembelajaran yang belum
memperhatikan karakteristik materi dan karakteristik siswa diduga sebagai penyebab
utama masalah tersebut. Pembelajaran kimia membutuhkan perhatian dan partisipasi
intelektual secara optimal. Materi kimia banyak membahas hal abstrak, dan tidak
hanya sekedar memecahkan soal yang terdiri dari angka-angka (soal numerik), tetapi
deskripsi seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, juga
merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia.
Materi elektrolisis membahas tentang reaksi elektrolisis, perhitungan, dan
aplikasi reaksi elektrolisis dalam industri. Piaget dalam Paul Suparno (2001: 142)
mengemukakan, pengetahuan dibedakan tiga yaitu: pengetahuan fisik, matematis-
logis dan sosial. Bentuk pengetahuan fisik yang terbentuk dalam penguasaan materi
elekrolisis dikonstruksi melalui tindakan siswa ketika mengamati secara langsung
alat dan bahan berikut proses percobaan melalui kegiatan eksperimen. Pengetahuan
Kelas Semester Rata-rata nilai Kimia
KKM Persentase siswa > KKM (%)
Persentase siswa < KKM (%)
XI IPA 1XI IPA 2XI IPA 3XI IPA 4
IIII
50,9452,3855,0360,16
70707070
44,1237,3537,3538.71
55,8867,6567,6561,29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4
matematis-logis dibentuk dengan tindakan siswa terhadap obyek secara tidak
langsung diterapkan pada stoikiometri elektrolisis, terdapat hubungan kuantitatif
antara massa zat yang dibebaskan pada elektrolisis dengan jumlah listrik yang
digunakan. Pengetahuan sosial dibentuk dengan pengalaman siswa terhadap orang
lain melalui kerja kelompok.
Bruce Joyce (2009: 9) mengemukakan untuk membantu para siswa dalam
meningkatkan kekuatannya sebagai pembelajar (to help student increase their power
as learners) dan untuk mencapai ruang lingkup tujuan-tujuan kurikulum (membaca,
menghitung, memahami sistem matematika, memahami sains), diperlukan model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa serta materi yang
akan dipelajari, serta sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai tingkat
perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia. Model
pembelajaran yang dipilih harus membawa siswa aktif dalam belajar. Kebebasan
berpikir kreatif perlu diberi tempat yang besar dalam pembelajaran. Sejalan dengan
paradigma pendidikan bahwa pembelajaran dilaksanakan sesuai kurikulum KTSP
mengalami perubahan yaitu dari ”teaching” atau guru mengajar menjadi ”learning”
atau siswa belajar.
Implikasi teori Piaget dalam Ratna Wilis Dahar dan Liliasari (1986: 4.2) dalam
mengajar kimia diharapkan mampu mengetahui tingkat perkembangan kognitif
kongrit dan formal, salah satunya adalah mengundang siswa dengan inquiry. Piaget
mengemukakan definisi fungsional inquiry adalah pendidikan yang mempersiapkan
situasi bagi anak untuk melakukan eksperimen sendiri, melihat apa yang terjadi,
melakukan sesuatu, menggunakan simbol-simbol, menjawab pertanyaan, mencari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5
jawaban pertanyaan, menghubungkan penemuan-penemuan, dan membandingkan
penemuan dengan temannya.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M Saeed Khan (2011),
pembelajaran berbasis inquiry merupakan pembelajaran yang secara bersamaan
mengembangkan pemikiran tingkat tinggi, berbasis disiplin pengetahuan dan
keterampilan praktis dengan menempatkan siswa aktif berperan praktisi (atau
pemecah masalah) dihadapkan dengan situasi yang nyata. Karakteristik dasar dari
pembelajaran ini adalah berbasis konteks menggunakan situasi “kehidupan nyata”,
berfokus pada keterampilan berpikir, memerlukan integrasi disiplin antar
pengetahuan, self-directed dan mengembangkan pembelajaran keterampilan seumur
hidup dan dapat diterapkan dalam kelompok kecil. Jacinta Agbarachi Opara dan
Nkasiobi Silas Oguzor (2011): inquiry mampu meningkatkan prestasi akademik
siswa dalam pembelajaran biologi, pengajaran berbasis inquiry berprinsip belajar
bermakna, menganggap pentingnya penyelidikan dalam proses ilmu pengetahuan,
seperti: memungkinkan siswa untuk menggambarkan benda dan peristiwa,
mengajukan pertanyaan, mengajukan hipotesis, menguji hipotesis, dan
mengkomunikasikan ide-ide.
Bruner dalam Ratna Wilis Dahar dan Liliasari (1986: 4.12) mengemukakan
alasan menggunakan inquiry dalam mengajarkan IPA pada umumnya dan kimia pada
khususnya karena mempunyai beberapa kelebihan antara lain: meningkatkan potensi
intelektual siswa, menguasai bagaimana melakukan penemuan, meningkatkan daya
ingat, membuat siswa lebih aktif, membentuk dan mengembangkan konsep diri anak,
mengembangkan bakat-bakat, menghindar siswa dari belajar menghafal, memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6
waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Menurut Guohui dalam Anita Woolfolk (2009): bahwa penerapan inquiry pada
elektrolisis, siswa didorong menjadi tertarik tentang larutan elektrolisis dan mampu
memecahkan masalah yang diberikan guru. Siswa harus belajar aktif,
mengintegrasikan berbagai pengetahuan, dan keterampilan, serta mampu bekerja
sama. Peran guru memberi dukungan, bukan arah, jadi inquiri merupakan
pembelajaran berpusat pada siswa.
Mengajar harus didasarkan pada aktivitas-aktivitas siswa, dan mampu membuat
siswa aktif. Pendidikan modern menitikberatkan pada aktivitas sejati, yaitu siswa
belajar sambil bekerja. Prinsip dari aktif yaitu keinginan untuk berbuat dan bekerja
(Oemar Hambalik, 2011). Guru sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola,
demonstrator, pembimbing, motivator, administrator, evaluator. Teori pengetahuan
Piaget dalam Paul Suparno (2001:143) menyebutkan, melalui kegiatan siswa aktif
dalam mengkonstruksi pengetahuan, keaktifan dalam mengolah data, bertanya
secara aktif dan mencerna bahan dengan kritis maka siswa akan menguasai bahan
dengan lebih baik. Jadi aktivitas belajar adalah faktor internal siswa yang turut
menciptakan keberhasilan pembelajaran.
Selain aktivitas belajar, kreativitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran.
Menurut Fuad Nashori dan Rachmy (2002) kreativitas adalah kemampuan
menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Pidato Menpora dalam
memperingati hari Sumpah Pemuda ke-84 ”kreativitas tidak muncul begitu saja,
kreativitas yang handal didukung oleh ilmu pengetahuan yang memadai, kreativitas
membuka peluang untuk berpikir dan mengerjakan hal-hal baru”. Orang yang kreatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7
selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki kegembiraan dan menyukai
aktivitas yang kreatif. Kreativitas merupakan unsur yang penting dalam kehidupan
manusia, serta merupakan salah satu kualitas manusia yang sangat penting. Dengan
memiliki kemampuan kreatif siswa tidak hanya menerima informasi dari guru,
namun siswa akan berusaha mencari dan memberikan informasi dalam proses
pembelajaran. Kreativitas akan mendorong siswa merasa memiliki harga diri,
kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi,
akan mempunyai semangat yang tinggi dalam belajar, memunculkan aktivitas belajar
yang tinggi, sehingga prestasi belajar yang dicapai juga tinggi.
Dari beberapa pertimbangan pembelajaran yang dipilih pada penelitian ini,
adalah pembelajaran berbasis inquiry yaitu: model pembelajaran MFI (Modified
Free Inquiry) dan POGIL (Process-Oriented Guided Inquiry Learning). Kedua
model tersebut mempromosikan strategi penyelidikan dan nilai serta sikap misalnya:
mengamati, mengumpulkan dan mengorganisasi data, mengidentifikasi dan
mengontrol variabel, merumuskan dan menguji hipotesis, penjelasan, dan menyusun
kesimpulkan, dicuplik dari Jacinta Agbarachi Opara dan Nkasiobi Silas Oguzor
(2011). Dalam MFI siswa diharuskan merencanakan garis besar prosedur penelitian
atau membuat langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah sedangkan guru hanya
menyiapkan masalah dan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan siswa. Siswa
diberi kebebasan yang cukup luas untuk memecahkan masalah. Guru merupakan
nara sumber yang tugasnya hanya memberi bantuan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa siswanya tidak frustasi atau gagal dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat membantu siswa mengerti arah pemecahan masalah, bukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8
menjelaskan apa yang harus dilakukan. Pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan
siswa dapat berpikir dan menemukan cara-cara penelitian yang tepat. Sedangkan
menurut David M. Hanson (2006) POGIL adalah pembelajaran yang berbasis:
kooperatif, inquiry terbimbing, dan metakognisi. Kegiatan POGIL, siswa
mendapatkan instruksi dan bimbingan penuh dari guru dimulai dari penyusunan
hipotesis sampai pada kesimpulan.
Pembelajaran MFI dan POGIL adalah pembelajaran yang dimulai dengan data,
antara lain berupa: grafik, peta, atau gambar. Siswa mengeksplorasi data, melalui
pertanyaan-pertanyaan ini akhirnya mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu
kesimpulan berdasarkan data. MFI dan POGIL adalah pembelajaran yang berpusat
pada siswa, siswa bekerja dalam kelompok kecil dengan peran individu untuk terlibat
penuh dalam proses pembelajaran.
Nana Sudjana (1989: 3) mengatakan “penilaian hasil belajar adalah upaya
pemberian nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan siswa oleh guru
dalam mencapai tujuan pengajaran.Tingkah laku sebagai hasil belajar mencakup
bidang kognitif, afektif dan psikomotorik”. Pada pembahasan elektrolisis dengan
model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning
(POGIL) yang merupakan alat untuk mencapai tujuan menggunakan klasifikasi hasil
belajar yang meliputi ranah kognitif (meliputi aspek pengetahuan, pemahaman,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi), ranah afektif (meliputi menerima,
merespon, menghargai, penilaian, organisasi, karakterisasi) dan ranah psikomotorik
(meliputi gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
keharmonisan, gerakan ketrampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9
Berdasarkan karakteristik materi pembelajaran elektrolisis, kondisi siswa, dan
lingkungan belajar, serta sarana prasarana MAN Parakan Temanggung, maka penulis
menggunakan model pembelajaran yang berbasis inquiry, sehingga siswa diharapkan
mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan reaksi-reaksi elektrolisis dari
berbagai larutan, serta mampu mengaplikasikan dalam penyelesaian soal yang
bervariasi, sehingga mengalami peningkatan prestasi belajar. Kemampuan siswa
beraktivitas dan berkreativitas dalam bereksperimen akan sangat menentukan
prestasi belajar. Pembelajaran dengan judul ” MODEL MFI DAN POGIL
DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS SISWA
TERHADAP PRESTASI BELAJAR” pada pembelajaran konsep elektrolisis kelas
XII semester 1 tahun pelajaran 2012/2013, diharapkan mampu meningkatkan prestasi
belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diuraikan beberapa masalah yang
berkaitan dengan penelitian ini yaitu :
1. Sebagian besar guru, belum menggunakan pembelajaran yang kreatif dan
inovatif, seuai dengan karakteristik siswa, dan materi yang akan diajarkan.
2. Meskipun sarana cukup memadai, dalam proses pembelajaran kimia
laboratorium belum dimanfatkan secara maksimal sehingga siswa belum dapat
mengembangkan kemampuan dalam bekerja secara ilmiah.
3. Ada beberapa faktor internal yang berpengaruh dalam belajar antara lain minat
dan motivasi, sikap ilmiah, aktivitas belajar, kreativitas dan konsep diri namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10
dalam kegiatan belajar mengajar, guru belum memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menguasai materi kimia.
4. Kurangnya penggalian aktivitas dan kreativitas menjadikan siswa-siswa yang
mempunyai kemampuan yang lebih akan menampakkan kurangnya respon pada
pembelajaran kimia, sehingga akan menurunkan prestasi belajar kimia.
5. Berdasarkan observasi aktivitas siswa selama proses KBM khususnya oral
activities yaitu mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, bertanya dan
berdiskusi cenderung masih rendah.
6. Ada beberapa konsep materi yang disampaikan pada kelas XII, antara lain reaksi
redoks, sel elektrokimia, namun antara konsep yang satu dan lainnya belum
saling terkait, sehingga pembelajaran belum bermakna.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada maka batasan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang digunakan dan Modified Free Inquiry (MFI)
dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL)
2. Faktor internal yang diteliti adalah aktivitas belajar dan kreativitas siswa
3. Kategori aktivitas dan kreativitas siswa dikategorikan tinggi dan rendah.
4. Materi pembelajaran yang disampaikan adalah elektrolisis dengan sub pokok
bahasan sel elektrolisis, reaksi elektrolisis serta hukum-hukum Faraday
D. Perumusan Masalah
1. Adakah pengaruh menggunakan model MFI dan POGIL pada pembelajaran
kimia terhadap prestasi belajar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11
2. Adakah pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar?
3. Adakah pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar?
4. Adakah interaksi antara model MFI dan POGIL dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar?
5. Adakah interaksi antara model MFI dan POGIL dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar?
6. Adakah interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas terhadap prestasi
belajar?
7. Adakah interaksi antara model MFI dan POGIL aktivitas belajar dan kreativitas
terhadap prestasi belajar?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengaruh model MFI dan POGIL terhadap prestasi belajar.
2. Pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.
3. Pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
4. Interaksi antara model MFI dan POGIL dengan aktivitas belajar terhadap prestasi
belajar.
5. Interaksi antara model MFI dan POGIL dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar.
6. Interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
7. Interaksi antara model MFI dan POGIL aktivitas belajar dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya
bagi dunia pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Memberi informasi tentang penggunaan model Modified Free Inquiry (MFI)
dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) pada pembelajaran
kimia ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas.
b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang model Modified Free Inquiry
(MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL) pada
pembelajaran kimia ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas.
c. Sebagai acuan dan masukan untuk peneliti lanjutan yang berkaitan dengan
penelitian yang sejenis.
2. Manfaat praktis
a. Prestasi belajar kimia dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran yang
inovatif diantaranya MFI dan POGIL.
b. Memberi masukan pada guru pengajar untuk menggunakan model
pembelajaran yang tepat.
c. Memberi informasi adanya pengaruh yang kuat dari diri siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar.
d. Bagi siswa dengan model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented
Guided-Inquiry Learning (POGIL) ini diharapkan mendapatkan pengalaman
belajar yang bermakna dan menarik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Menurut UU Nomor 20 tahun 2003, pasal 1 tentang Sisdiknas, yakni
”Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar”. Oemar Hamalik (2011: 56) mengemukakan,
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang meliputi unsur-unsur manusiawi,
material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Udin S.Winataputra (2007:1.20) mengemukakan bahwa ciri
utama pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi dan peningkatan proses belajar siswa.
Sedangkan konsep pembelajaran menurut Sagala (2010:61) adalah setiap kegiatan
yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan/ atau
nilai yang baru. Menurut ahli psikologi tinjauan secara umum, pembelajaran
merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui pengalaman
individu yang saling berkaitan. Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan
model, strategi, metode dan teknik dalam rangka membangun proses belajar.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses
interaksi siswa dengan guru, siswa dengan siswa, dan siswa dengan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar, mengacu pada penggunaan model, strategi, metode
dan teknik dalam rangka membangun proses belajar, sehingga siswa akan
memperoleh pengalaman yang berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14
b. Pembelajaran Kimia
Ilmu kimia sebagai disiplin IPA tentu saja memiliki ciri-ciri IPA, sehingga ilmu
kimia tidak dapat lepas dari eksperimen-eksperimen. Kimia merupakan bagian dari
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB
dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi
serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri,
(Permendiknas 2006, no 22). Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun
mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar (Depdiknas,
2003).
Kindsvatter, Wilen dan Ishler dalam Paul Suparno (2006) menyatakan inquiry,
yaitu pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa, dengan melibatkan siswa
untuk berpikir aktif dalam proses penemuan melalui pengumpulan data dan
hipotesis. Siswa akan akan lebih mengerti apabila menemukan sendiri
pengetahuannya dan mengkonstruksi pengetahuan. Menurut Piaget (2001: 142) ada
tiga macam pengetahuan, yaitu: fisis, matematis-logis, sosial. Faktor perkembangan
kognitif siswa dalam belajar materi elektrolisis meliputi antara lain pengalaman fisik
(physical experience) saat observasi melalui interaksi dengan lingkungan,
pengamatan pada proses elektrolisis larutan, matematis-logis terjadi pada
pemecahan penerapan hukum Faraday, pengalaman sosial terjadi ketika siswa
berinteraksi dengan teman/guru saat diskusi. Untuk mampu mengembangkan
pengalaman fisik dan sosial, maka diperlukan kegiatan-kegiatan aktivitas belajar
yaitu: visual, oral, mendengarkan, menulis, menggambar, metrik, mental, emosional
sehingga siswa akan mampu menemukan pemecahan masalah dan menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15
konsep pembelajaran elektrolisis dengan kreativitas yang dimiliki siswa, sehingga
akan mampu meningkatkan prestasi belajar.
Model Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-Inquiry
Learning (POGIL) pada pembahasan kopsep elektrolisis merupakan pembelajaran
yang disengaja, terdapat interaksi antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa,
siswa dengan lingkungannya, yang bertujuan mencapai kemampuan kompetensi
siswa secara optimal. Dalam pembelajaran tersebut peran siswa dengan kemampuan
aktivitas belajar dan kreativitas tinggi, menentukan keberhasilan siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar.
2. Belajar dan Teori-teori Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur belajar memegang peranan yang penting dalam
proses pembelajaran. Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan
kegiatan belajar mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa.
Menurut Syaiful Sagala (2010:12) definisi belajar secara konsepsual adalah:
berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian, dalam implementasinya
belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan perilaku dan keterampilan
dengan cara mengolah bahan belajar. Sedangkan menurut Piaget dalam Paul Suparno
(2001: 140) pengertian belajar dalam arti luas (operatif) yaitu belajar seseorang yang
sifatnya aktif mengkonstruksi struktur dari yang dipelajari, jadi siswa mengetahui
suatu struktur yang lebih luas dan tidak terbatas pada situasi tertentu sehingga
pengertian bisa dipakai dalam situasi yang lain.
Berdasarkan definisi-definisi belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses terjadinya interaksi antara siswa dengan guru; siswa dengan siswa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16
siswa dengan sumber belajar sehingga terbangun pengetahuan, keterampilan dan
sikap yang diperoleh secara bersama sebagai hasil asimilasi pengetahuan barunya ke
dalam pengetahuan awalnya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman. Beberapa
teori belajar adalah sebagai berikut:
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut kaum konstruktivisme dalam Paul Suparno (2007: 9) belajar adalah
proses aktif siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya, dan mencari arti
sendiri dari apa yang dipelajari, tanpa keaktifan kognitif yang sungguh-sungguh,
siswa tidak akan berhasil dalam proses belajar. Menurutnya pula, belajar merupakan
suatu perkembangan berpikir dengan membuat kerangka pengertian yang baru, siswa
harus mempunyai pengalaman dalam membuat hipotesa, meramalkan, menguji
hipotesa, memanipulasi obyek, memecahkan persoalan, mencari jawaban, dll.
Sedangkan Bruce Joyce (2011: 13) mengemukakan selama proses pembelajaran otak
menyimpan informasi, mengolahnya dan mengubah konsepsi-konsepsi sebelumnya,
jadi informasi baru akan dikonstruksi otak, jadi bukan hanya sekedar proses
menyerap informasi, gagasan, ketrampilan. Pendapat Bruce Joyce tentang sikap
konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak sekadar ditransmisikan oleh guru atau
orangtua, tetapi dibangun dan dimunculkan sendiri oleh siswa agar dapat merespon
informasi dalam lingkungan pendidikan.
Konstruktivisme menurut Piaget (1990) pentingnya faktor internal dalam proses
belajar yaitu: tingkat kematangan berpikir, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya,
konsep diri dan keyakinan. Paul Suparno (2006) menyebutkan bahwa model
pembelajaran yang sejalan konstruktivisme adalah inquiry (penyelidikan), melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17
model ini siswa dilibatkan dalam proses penemuan melalui pengumpulan data dan
pengajuan hipotesis. Dalam penelitian ini, menggunakan model pembelajaran yang
berbasis inquiry, yaitu Modified Free Inquiry (MFI) dan Process-Oriented Guided-
Inquiry Learning (POGIL). Model pembelajaran ini mengutamakan proses,
menghendaki siswa berinteraksi dan bekerjasama dengan teman dalam diskusi
kelompok untuk mencapai kesuksesan kelompok, melibatkan proses aktif dari
subyek untuk merekonstruksi makna, kegiatan dialog dan pengalaman fisik.
Dalam diskusi siswa saling mengungkapkan apa yang ditemukan dalam
pemahaman, saling berdebat, untuk mempertahankan gagasannya, ini semua sangat
dipengaruhi oleh faktor internal dari siswa yaitu aktivitas belajar dan kreativitas.
Diharapkan siswa mengasimilasikan pengetahuan barunya kedalam pengetahuan
awalnya berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya selama proses
pembelajaran.
b. Teori Kognitif
1). Teori Belajar Penemuan Bruner
Jarome S. Bruner seorang ahli psikologi dalam bukunya Ratna Wilis Dahar
(2006:74) “inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan
mentransformasikan informasi secara aktif“. Bruner mengemukakan, pada dasarnya
belajar mengajar merupakan proses kognitif yang terjadi dalam diri seseorang. Salah
satu model instruksional kognitif yang berpengaruh dari Jerome Bruner dalam Udin
S. Winataputra (2007: 313) dikenal dengan nama model penemuan. Bruner
menjelaskan bahwa pendekatan model belajar Bruner didasarkan pada dua asumsi: 1)
perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif (mampu berinteraksi secara aktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18
dengan lingkungan), 2) mengkonstruksi pengetahuan dengan menghubungkan
informasi yang tersimpan sebelumnya. Menurutnya pula, belajar penemuan adalah
proses belajar dimana guru harus menciptakan situasi belajar yang problematik,
menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa untuk mencari
jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Belajar penemuan dapat meningkatkan
penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas, dan melatih ketrampilan
kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui
dengan pengetahuan yang dimiliki untuk menghasilkan pengetahuan yang benar
bermakna bagi dirinya.
Pendapat Bruner dalam Ratna Willis (1986:10.5) inquiry adalah pembelajaran
yang menerapkan model belajar penemuan. Materi pelajaran tidak diberikan secara
utuh, siswa diberikan konsep materi utama, selanjutnya siswa dibimbing untuk
menemukan dan mengorganisasikan konsep secara utuh. Dalam penerapan belajar
penemuan peran aktif siswa dalam belajar akan memperoleh pengalaman, melalui
eksperimen maka akan menemukan prinsip-prinsip sendiri. Pengetahuan yang
diperoleh melalui belajar penemuan mempunyai beberapa keunggulan: pengetahuan
bertahan lama, mudah dan lama diingat, hasil belajar mempunyai efek transfer yang
lebih baik, meningkatan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas.
Namun menurut Bruner juga, bahwa belajar penemuan murni memerlukan waktu,
karenanya belajar penemuan hendaknya diarahkan pada struktur suatu bidang studi,
yaitu mempelajari bagaimana konsep atau prinsip dalam bidang studi itu
dihubungkan.
Pembelajaran dengan model MFI dan POGIL ditinjau dari aktivitas belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19
kreativitas siswa sejalan teori Bruner yang merupakan proses penemuan, mengajak
siswa untuk menemukan konsep melalui proses eksperimen atau percobaan, yang
menuntut kemampuan aktivitas belajar terutama yaitu: oral activities, listening
activities, mental activities. Sedangkan kemampuan kreativitas meliputi kelancaran,
kelenturan, orisinalitas dalam berfikir. Pada pembelajaran tersebut siswa diajak
langsung untuk menemukan konsep tentang elektrolisis larutan serta reaksi-reaksi
elektrolisis melalui percobaan atau praktikum dengan bimbingan guru, baik
dilakukan oleh setiap siswa maupun beberapa siswa.
2). Teori Belajar Pemrosesan Informasi Gagne
Definisi belajar menurut Gagne dalam S. Winataputra (2007: 3.30) adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi
beberapa tahab pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas
yang baru. Teori belajar Gagne menurut Ratna Wilis Dahar (1986: 9.3) belajar
merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah
laku, cukup cepat, dan perubahan relatif tetap. Belajar menyangkut interaksi antara
pelajar dan lingkungannya. Gagne dalam buku Ratna Wilis Dahar (2006)
mendifinisikan belajar adalah suatu proses suatu individu berubah perilakunya
sebagai akibat dari pengalaman.
Kegiatan belajar menurut Gagne mengemukakan delapan fase belajar dalam satu
tindakan belajar (learning act) yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang
dapat distrukturkan oleh siswa/guru, yaitu: 1) fase motivasi/dorongan atau daya
penggerak untuk bertindak atau beraktivitas, 2) fase pengenalan, 3) fase perolehan,
pada fase ini siswa telah siap memperoleh pelajaran jika memperhatikan informasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20
yang relevan, 4) fase retensi, informasi siswa yang diperoleh harus dipindahkan dari
memori jangka pendek ke memori jangka panjang agar tidak mudah hilang, 5) fase
pemanggilan, agar informasi siswa dalam memori jangka panjang tidak hilang, maka
siswa harus memperhatikan keterkaitan antar konsep, 6) fase generalisasi, pada fase
ini siswa dikatakan berhasil bila informasi yang diperolehnya dari belajar dapat
digeneralisasikan atau diterapkan ke dalam situasi nyata, 7) fase penampilan, pada
fase ini siswa memperlihatkan secara nyata dari apa yang telah dipelajarinya melalui
penampilan yang tampak, 8) fase umpan balik, siswa memperoleh umpan balik dari
apa yang telah dipelajarinya.
Fase-fase tersebut, sesuai dengan sintak model MFI dan POGIL yaitu
membangkitkan perhatian dengan memunculkan masalah, penyampaian tujuan
pembelajaran, mengkaitkan materi sebelumnya dalam hal ini reaksi redoks dan sel
volta, membimbing siswa dalam memecahkan masalah, diharapkan sikap siswa
memperoleh keterampilan dalam bereksperimen, penguatan dan penilaian, serta
upaya meningkatkan retensi dan alih belajar melalui latihan soal untuk menggunakan
pengetahuan barunya kapan saja diperlukan. Gagne juga mengelompokkan lima
macam hasil hasil belajar kemampuan-kemampuan yang akan diperoleh dalam
pokok bahasan, tiga diantaranya bersifat kognitif, yang keempat bersifat afektif dan
kelima bersifat psikomotorik.
Pembelajaran MFI dan POGIL siswa dihadapkan suatu masalah, dalam
memecahkan masalah sampai menghasilkan konsep, melibatkan kedelapan fase dari
Gagne, yang akan menghasilkan hasil pembelajaran yang optimal, dengan
munculnya peran aktivitas belajar dan kreativitas siswa. Diharapkan pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21
melalui pembelajaran model MFI dan POGIL yang ditinjau kemampuan aktivitas
belajar dan kreativitas siswa mampu berubah dari penerima informasi menjadi
menemukan informasi, signifikan dengan Gagne belajar proses dimana individu
berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
3). Teori Belajar Bermakna Ausubel
Belajar menurut David P. Ausubel, seorang ahli psikologi pendidikan,
memberikan penekanan terhadap belajar bermakna dan variabel-variabel yang
berhubungan dengan jenis belajar. Menurut Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar
(2006: 94-95), belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu: a). cara
informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa, melalui penerima atau
penemuan, yang menyajikan informasi dalam bentuk final maupun dengan bentuk
penemuan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diberikan, b). cara-cara
siswa mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada.
Belajar penemuan bermakna menurut David Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar
(1986: 11.2) adalah belajar jika materi utama yang akan dipelajari tidak diberikan
kepada siswa, tetapi ditemukan oleh siswa sendiri sebelum dapat menggunakan,
siswa mampu menghubungkan atau mengkaitkan informasi pada pengetahuan
(berupa konsep) yang telah dimiliki dan telah ada dalam struktur kognitif siswa yang
telah mencapai kejelasan dalam waktu tertentu dan akan lebih bermakna apabila
materi yang akan dipelajari relevan kebutuhan saat ini. Struktur kognitif adalah
fakta-fakta, konsep-konsep yang telah dipelajari dan diingat siswa. Ausubel
menjelaskan pula dalam Udin S. Winataputra (2007) suatu konsep mempunyai arti
penting bila sama dengan ide yang dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22
agar konsep yang diajarkan berarti harus ada struktur kognitif siswa untuk
disamakan. Belajar bermakna akan terjadi apabila informasi yang baru diterima
siswa mempunyai kaitan erat dengan konsep yang ada/diterima sebelummya.
Belajar penemuan akan bermakna sekali jika terjadi pada penelitian yang bersifat
ilmiah. Materi elektrolisis adalah sangat relevan untuk dihubungkan dalam industri
dan kehidupan sehari-hari misalnya pembuatan logam, pelapisan logam, penyepuhan
logam. Materi elektrolisis adalah materi yang menuntut kemampuan kognitif reaksi
redoks dan sel volta. Melalui model pembelajaran MFI dan POGIL ditinjau dari
aktivitas belajar dan kreativitas mengajak siswa untuk menemukan konsep reaksi
elektrolisis, dan penerapan hukum faraday melalui kegiatan eksperimen larutan
elektrolisis. Dengan menggali kemampuan siswa mengaitkan informasi sebelumnya
yaitu reaksi redoks dan sel volta sehingga siswa mampu memprediksi reaksi-reaksi
elektrolisis dan perhitungan hukum Faraday, melalui bimbingan guru untuk POGIL
serta sedikit kebebasan untuk MFI sehingga pembelajaran berdasarkan penemuan
dan bermakna. Aktivitas belajar dan kreativitas siswa akan sangat mendukung
keberhasilan pembelajaran dan diharapkan akan terjadi peningkatan prestasi belajar.
4). Teori Perkembangan Piaget
Teori Piaget dalam Udin S.Winataputra (2007: 3.36), terdapat tiga tahap proses
perkembanagan intelektual, yaitu: asimilasi, akomodasi, equilibrasi/penyeimbangan.
Asimilasi adalah proses perpaduan informasi baru dengan struktur kognitif yang
sudah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur internal dengan cirri-ciri
tertentu dari situasi yang khusus yang berupa obyek atau kejadian yang baru.
Eequilibrasi/penyeimbangan adalah pengaturan diri yang berkesinambungan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23
memungkinkan seseorang tumbuh, berkembang, dan berubah sementara untuk
menjadi lebih mantap/seimbang.
Piaget dalam Paul Suparno (2001:142) mengatakan pengetahuan dibangun dalam
pikiran seseorang sambil mengatur pengalaman yang terdiri atas struktur mental atau
skema yang sudah ada. Untuk memiliki pengetahuan siswa tidak sekedar menerima,
namun mencari melalui interaksi dengan lingkungan, sehingga derajat pengetahuan
yang dimiliki terus meningkat. Implikasi terhadap proses belajar mengajar, Piaget
membedakan tiga macam pengetahuan pengetahuan melalui pengalaman fisik (yaitu
pengalaman langsung obyek dengan lingkungan), pengalaman logis-matematis
(dibentuk dengan tindakan siswa terhadap obyek secara tak langsung) dan
pengalaman sosial (merupakan proses berpikir yang merupakan aktivitas siswa
sendiri melalui pengamatan langsung di lingkungan).
Penerapan Model MFI dan POGIL dengan memperhatikan aktivitas dan
kreativitas pada penyampaian materi elektrolisis, adalah membangun pengetahuan
tentang konsep elektrolisis, reaksi-reaksi, serta penerapan hukum Faraday,
berdasarkan pengalaman fisik dan pengalaman logis-matematis melalui sintak MFI
dan POGIL dalam lingkungan laboratorium, sehingga siswa mampu membangun
konsep dengan baik, diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar.
3. Model Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD
(Panduan Pengembangan Silabus, Direktorat Pembinaan SMA Tahun 2008). Model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24
belajar dapat didefinisikan sebagai suatu rencana mengajar yang memperlihatkan
pola pembelajaran tertentu. Di dalam pola pembelajaran terdapat karakteristik berupa
rentetan atau tahapan kegiatan guru-siswa dalam peristiwa pembelajaran (sintaks).
Setiap tahapan merujuk pada rasional dan teori belajar tertentu, sehingga
membedakan satu dengan model pembelajaran lainnya. Model pembelajaran
merupakan disain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi
lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi, sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa.
Selanjutnya Bruce Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik
sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
MFI dan POGIL bagian dari model pengajaran latihan penelitian (inquiry
training). Model pembelajaran ini menerapkan dengan mempertemukan siswa
dengan masalah yang sedikit membingungkan, memunculkan pertanyaan, melakukan
eksperimen, membangun dan menguji gagasan. Sebuah model pembelajaran
berperan dalam membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara
berpikir, dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri. MFI dan POGIL
merupakan model pembelajaran karena meliputi beberapa rentetan kemampuan
siswa yaitu: bagaimana cara siswa: mencapai konsep-konsep, menyusun hipotesis,
menggunakan perangkat-perangkat ilmu pengetahuan untuk menguji konsep,
menyusun kesimpulan dan presentasi ( learning from presentations), (Bruce Joyce
2009 : 4-7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
a. Model Inquiry
Hamndani (2011: 182) menyatakan: model inquiry merupakan salah satu cara
belajar yang bersifat mencari pemecahan masalah secara kritis, analis, dan ilmiah
menggunakan langkah-langkah untuk menemukan kesimpulan yang didukung oleh
data atau kenyataan. Inquiry adalah suatu teknik atau cara yang digunakan guru
untuk mengajar di depan kelas, dalam lingkungan belajar dengan langkah-langkah:
1) guru memberikan masalah untuk diteliti siswa, 2) siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok untuk mendapatkan tugas tertentu, 3) siswa meneliti dan membahas tugas,
4) siswa melaksanakan diskusi untuk menyusun kesimpulan dan membuat laporan.
Dari teknik inquiry tersebut guru mempunyai tujuan yaitu agar siswa terdorong
untuk: melaksanakan tugas, aktif mencari jawaban, meneliti pemecahan masalah,
mencari sumber sendiri bersama kelompok, berani mengemukakan pendapat dan
merumuskan kesimpulan, dalam bekerja siswa berada. Pengetahuan yang diperoleh
model inquiry mempunyai kelebihan antara lain: 1) pengetahuan bertahan lama, 2)
hasil belajar mempunyai efek transfer yang lebih baik, meningkatkan penalaran dan
kemampuan untuk berpikir secara bebas. Hamndani (2011) menyebutkan pula:
sesuai Depdiknas (2002) melalui model inquiry, guru mampu menciptakan
pembelajaran yang menantang sehingga melahirkan interaksi gagasan sebelumnya
dengan bukti baru untuk mencapai pemahaman baru yang lebih saintifik melalui
proses eksplorasi atau pengujian gagasan baru.
M Saeed Khan (2011) menyimpulkan: mengajar kimia melalui metode inquiry
kelompok eksperimental dan kelas kontrol, prestasi belajar siswa kinerja kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26
eksperimen berprestasi lebih tinggi pada posting-test signifikan lebih baik daripada
kelompok kontrol.
b. Jenis-Jenis Inquiry
Sund and Trowbridge dalam Jacinta (2011: 192) mengemukakan ada tiga macam
model inquiry sebagai berikut :
1). Inquiry terpimpin/terbimbing (Guide Inquiry)
Model inquiry terbimbing yaitu guru membimbing siswa melakukan kegiatan
dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Guru
mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap
pemecahannya, peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan
Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing. Model ini digunakan terutama bagi siswa yang belum berpengalaman,
guru memberikan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas. Dalam
pelaksanaannya sebagian besar perencanaan dibuat guru dan siswa tidak
merumuskan permasalahan.
2). Inquiry bebas (Free Inquiry)
Pada model jenis ini guru memberikan permasalahan terhadap siswa yang
dipandu dalam bentuk pertanyaan, siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan
seorang ilmuwan. Siswa harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai
topik permasalahan yang hendak diselidiki. Selama proses ini, bimbingan dari guru
sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali, peran guru sebagai
fasilitator. Siswa melaksanakan investigasi untuk memberikan kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27
3). Inquiry Bebas yang Dimodifikasi (Modified Free Inquiry)
Model ini merupakan kolaborasi atau modifikasi dari dua model inquiry
sebelumnya, yaitu: model inquiry terbimbing dan model inquiry bebas. Guru
menyediakan masalah dan meminta siswa untuk melaksanakan penyelidikan yang
mungkin dalam kelompok. Guru bertindak sebagai nara sumber memberikan bantuan
untuk menghindari frustrasi para siswa (Brown et al, 1982.). Meskipun begitu
permasalahan yang akan dijadikan topik untuk diselidiki tetap diberikan atau
mempedomani acuan kurikulum yang telah ada. Artinya, dalam model ini siswa
tidak dapat memilih atau menentukan masalah untuk diselidiki secara sendiri, namun
siswa yang belajar dengan model ini menerima masalah dari gurunya untuk
dipecahkan dan tetap memperoleh bimbingan. Namun bimbingan yang diberikan
lebih sedikit dari inquiry terbimbing dan tidak terstruktur.
c. Beberapa teknik dalam inquiry.
Suchman dalam Jacinta Agbarachi Opara dan Nkasiobi Silas Oguzor (2011)
menjelaskan, pada saat menggunakan model inquiry membutuhkan teknik
pembelajaran sesuai dengan jenis model inquiry, antara lain: a). inquiry melalui
pertanyaan, guru memberikan pertanyaan pada siswa yang sesuai yang akan
membantu mereka dalam memperoleh wawasan, b) inquiry melalui demonstrasi
konsep ditunjukkan sebagai fakta dan siswa diwajibkan untuk menarik kesimpulan
baik melalui pertanyaan guru atau dari pengamatan langsung (Trowbridge dan Sund,
1973), c) inquiry melalui diskusi, pertanyaan diberikan yang akan dipecahkan
melalui diskusi, d) inquiry melalui kerja laboratorium, menurut Schein dan Bennis
(1965), adalah teknik pendidikan yang didasarkan terutama pada pengalaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28
dihasilkan dalam pertemuan sosial yang oleh pembelajar sendiri dan yang bertujuan
untuk mempengaruhi sikap dan mengembangkan kompetensi terhadap pembelajaran
tentang interaksi manusia.
4. Modified Free Inquiri (MFI)
MFI (Modified Free Inquiry), menurut Jacinta Agbarachi Opara dan Nkasiobi
Silas Oguzor adalah model pembelajaran yang berbasis inquiry, merupakan
perpaduan antara inquiry terbimbing dan inquiry bebas, menggunakan proses
pembelajaran berpusat kepada siswa, guru sebagai pemimpin, penilai, fasilitator, dan
evaluator, memandu dengan pertanyaan, memberi kebebasan dengan sedikit
bimbingan dalam merancang, menyusun alat menentukan bahan, mencari jawaban
melalui pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban
pemecahkan masalah dalam kerja kelompok, sesuai dengan langkah-langkah ilmiah.
Model pembelajaran MFI membangun interaksi guru dan siswa dan
mempertajam lingkungan/suasana saat mengajar. Dalam model pembelajaran
terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax) yang relatif tetap dan pasti
untuk menyajikan materi pembelajaran secara berurutan. Dalam hal ini siswa diberi
kesempatan yang seluas-luasnya untuk merancang dan melakukan pemecahan
masalah yang telah ditentukan melalui inisiatif sendiri”. Siswa diharuskan
merencanakan garis besar prosedur penelitian atau membuat langkah-langkah dalam
menyelesaikan masalah sedangkan guru hanya menyiapkan masalah dan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan siswa. Bimbingan dan pengawasan guru
masih diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29
masalah harus dikurangi. Untuk melakukan model MFI diberikan langkah-langkah
kegiatan MFI (Modified Free Inquiry) digambarkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Langkah-Langkah Pembelajaran Modified Free Inquiry (MFI)
Langkah Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Guru SiswaPerumusan masalah
Menjelaskan prosedur MFI Mengikuti prosedur MFI
Menyajikan masalah Mengkaji masalah secara kelompokMerumuskan hipotesis
Memberikan sedikit bimbingan jika diperlukan
Menyusun hipotesis secara berkelompok
Memberikan kebebasan memilih alat dan bahan eksperimen
Mengambil alat dan bahan untuk eksperimen
Pengumpulan data eksperimen
Memfasilitasi siswa untuk melakukan eksperimen.
Melakukan eksperimen
Menjawab pertanyaan mengenai kegiatan eksperimen
Mengajukan pertanyaan jika diperlukan
Memantau dalam pengambilan data
Melakukan pengamatan, dan pengumpulan data
Mengolah data Memberikan kebebasan dalam mengolah data
Mengolah data
Memantau dengan sedikit bimbingan
Menanyakan sesuatu untuk pemantapan dalam mengolah data.
Membuat kesimpulan
Memberikan kebebasan siswa dalam menarik kesimpulan
Membuat kesimpulan
Memberikan sedikit bimbingan dalam menyusun kesimpulan
Mempresentasikan kesimpulan, hasil diskusi kelompok.
Memberikan penguatan dan penilaian Menerapkan konsep yang diperoleh
dalam latihan soal.
MFI mempunyai kelebihan yaitu: a) membantu perkembangan berpikir siswa,
terutama dalam memproses menemukan bermacam-macam keterangan, b) siswa
memperoleh penemuan tentang dasar dan ide-ide yang baik, c) siswa terdorong untuk
berpikir dan bekerja atas prakarsa sendiri, d) siswa akan terdorong bersikap obyektif
dan jujur, e) siswa dapat bebas berpikir sesuai dengan kemampuannya, f) siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30
bebas beraktivitas untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan. Adapun
kekurangan MFI antara lain: a) siswa yang tingkat aktivitasnya dan kreativitasnya
rendah akan membutuhkan jumlah waktu lebih lama atau kurang efektif, ) siswa
yang mempunyai rasa diri (ego) tinggi akan mendominasi kegiatan tanpa
mempedulikan teman dalam pelaksanaan kegiatan eksperimen, c) siswa yang bersifat
kurang terbuka akan tertinggal dalam perkembangan pemahaman konsep karena
siswa tersebut akan malu mengutarakan kekurangan pada diri siswa itu sendiri.
5. Process-Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL)
Rainer Zawadzki (2010) memberikan penjelasan bahwa model pembelajaran
berpusat guru tidak lagi memadai dalam memenuhi tujuan pendidikan dan kebutuhan
siswa secara profesional. POGIL (Pembelajaran inquiry-terbimbing berorientasi-
proses) adalah merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang bekerja
dalam kelompok (disebut belajar tim) bertujuan penguasaan konsep bukan hafalan,
siswa mampu mengembangkan keterampilan, berpikir tingkat tinggi, metakognisi,
komunikasi, kerja tim, manajemen, dan penilaian.
Melalui POGIL siswa belajar dengan membangun pemahaman mereka sendiri
dalam suatu proses melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang sebelumnya,
mengikuti siklus belajar yang terdiri dari orientasi, eksplorasi, dan berinteraksi
dengan orang lain, pembentukan konsep, aplikasi, dan menilai kinerja siswa
(Orientation, Exploration, Concept Formation, Application, and Closure )
(Bransford et al, 2000).
Sedangkan pendapat David M. Hanson (2006) tujuan dari POGIL adalah untuk
membantu siswa secara bersamaan menguasai disiplin konten dan mengembangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31
dan mampu mengembangkan keterampilan pembelajaran. Adapaun menurut David
pula dalam POGIL terdapat tiga komponen utama yaitu pembelajaran kooperatif,
inquiry terbimbing, dan metakognisi. POGIL dibangun berdasarkan pada basis
penelitian, siswa belajar dengan baik ketika mereka secara aktif terlibat dalam
kegiatan: menganalisis data, diskusi kelompok untuk memahami konsep dan
memecahkan masalah, merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan berpikir
tentang bagaimana meningkatkan kinerja, dan interaksi dengan instruktur yang
berfungsi sebagai panduan atau fasilitator. Instruktur bukan penyedia ahli
pengetahuan, tetapi fasilitator yang membimbing siswa dalam proses pembelajaran,
membantu untuk mengembangkan keterampilan proses dan pemahaman konseptual,
dan menerapkan pemahaman ini dalam memecahkan masalah. Lingkungan belajar
yang dapat bersaing, individual, atau kooperatif. Siswa belajar lebih mengerti, dan
mengingat lebih banyak ketika bekerja sama untuk memperoleh proses keterampilan
penting seperti berpikir kritis, analitis, pemecahan masalah, kerjasama, dan
komunikasi. (Johnson, Johnson dan Smith).
David M.Hanson (2000) mengemukakan langkah-langkah POGIL (Process-
oriented guided-inquiry learning) pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Langkah-Langkah Pembelajaran POGIL
Langkah Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Guru SiswaOrientasi Menjelaskan prosedur POGIL Mengikuti prosedur POGIL
Menyajikan masalah dengan menghubungkan materi sebelumnya
Mengkaji masalah secara berkelompok
Memberikan bimbingan Menyusun hipotesis dari masalah yang diberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32
Langkah Pokok
Kegiatan Pembelajaran
Guru SiswaEksplorasi Memberikan bimbingan
sepenuhnya serta memantau kegiatan mengumpulkan data, untuk menguji hipotesis
Membuat desain eksperimen dengan alat bahan yang disediakan sesuai dengan LKS
Uji hipotesisMengumpulkan data pengamatan
Memeriksa,menganalisa data pengamatan
Pembentukan Konsep
membantu pemahaman siswa, mengarahkan dan membimbing dalam membangun konsep yang sedang dipelajari melalui pertanyaan
Menyusun konsep dari hasil eksplorasi
Aplikasi Membimbing dalam penerapan konsep, dan latihan soal
Menerapkan konsep yang diperoleh untuk diaplikasikan dalam latihan soal
Penutup dan Kesimpulan
Membimbing, memberi penguatan dan penilaian
Mempresentasikan hasil kerja kelompok
Membuat kesimpulan klasikal hasil pembelajaran
POGIL mempunyai kelebihan antara lain: a) kegiatan siswa lebih terstruktur
karena terdapat panduan yang terstruktur, terkendali dan terarah, b) tujuan
pembelajaran lebih tercapai, c). pemanfaatan waktu lebih efektif. Adapun
kekurangan model POGIL yaitu siswa tidak bisa bebas melakukan eksperimen
sesuai dengan keinginannya, tidak bebas berpikir sesuai dengan kemampuannya,
kurang kritis. (Bransford et al, 2000) dalam jurnal oleh David M. Hanson (2000).
6. Aktivitas belajar
Definisi konsepsual menurut (Sardiman, 2004) aktivitas belajar adalah kegiatan
yang melibatkan seluruh panca indra yang dapat membuat seluruh anggota tubuh dan
pikiran terlibat langsung dalam proses belajar. Sedangkan Oemar Hamalik (2011:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33
92) aktivitas pembelajaran dalam kelas, adalah aktivitas yang dilaksanakan setiap
kegiatan tatap muka dalam kelas terstruktur, dalam bentuk komunikasi langsung,
kegiatan kelompok belajar. Piaget dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 149) menjelaskan
bahwa anak berpikir sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan anak tidak berpikir, agar
anak berpikir sendiri maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Dalam hal
ini berbuat berarti beraktivitas yang bersifat fisik (jasmani) dan mental (rohani).
Definisi operasional, aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas,
dapat menjawab pertanyaan guru, bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan
Menurut Piaget juga dalam Paul Suparno (2001: 143), pentingnya kegiatan
seorang murid dalam mengkonstruksi pengetahuan hanya dengan keaktifannya
mengolah bahan, bertanya secara aktif, mencerna bahan dengan kritis, mengerjakan
soal, merumuskan masalah dengan kata-kata sendiri, membuat kesimpulan, adalah
kegiatan yang diperlukan dalam membangun pengetahuan. Paul B. Diedrick dalam
Oemar Hamalik (2001: 172) membedakan aktivitas siswa di sekolah menjadi: 1)
visual activites (aktivitas visual), yaitu kegiatan oleh indra mata yang meliputi
membaca, memperhatikan gambar, demontrasi, 2) oral activites (aktivitas mulut)
merupakan kegiatan fisik yang memberdayakan indra mulut yang meliputi
menyatakan, menanyakan, memberi saran, menyampaikan pendapat, melakukan
wawancara, 3) listening activites (aktivitas pendengaran) adalah kegiatan fisik
dengan menggunakan indera pendengaran (telinga), misalnya; mendengarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34
percakapan, menerima saran, berdiskusi, 4) writing activites (aktivitas penulisan),
yaitu kegiatan fisik yang berkaitan dengan tulis menulis, misalnya: menulis laporan,
mengerjakan tugas, menyalin catatan, 5) drawing activites (aktivitas gambaran),
merupakan kegiatan fisik yang berkaitan dengan gambar yaitu: membuat peta,
menggambar, membuat grafik,membuat diagram, 6) motor activites (aktivitas
motorik) yaitu kegiatan yang berkaitan dengan gerakan badan meliputi: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, bermain, 7) mental activites (aktivitas mental yakni
kegiatan yang berhubungan dengan psikis (nalar/piker) misalnya menanggapi,
mengingat, memecahkan masalah, melihat hubungan dan menganalisis, 8) emotional
activites (aktivitas perasaan) yaitu kegiatan psikis yang ada kaitannya dengan sikap
dan perasaan. Misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, sedih, bersemangat,
bergairah, tenang-tenang, sungguh-sungguh.
Osborne dalam Huann-shyang Linn (2009), menunjukkan bahwa kemampuan
mengajukan pertanyaan dalam diskusi kelompok kecil, menanggapi dengan
komentar, mengklarifikasi ide akan meningkatkan keterlibatan siswa dalam interaksi
kelas, meningkatkan pemahaman konseptual siswa, menciptakan lingkungan belajar
inquiry, meningkatkan kreativitas siswa dan pemikiran keterampilan tingkat tinggi,
sehingga akan meningkatkan prestasi belajar.
Model pembelajaran MFI dan POGIL sebagai model yang berbasis inquiry yang
digunakan menyampaikan materi elektrolisis, keberhasilan untuk meningkatkan
prestasi belajar, sangat didukung oleh kemampuan berinteraksi antara siswa dengan
siswa, antara siswa dan guru, melalui kedelapan aspek aktivitas dari Paul B.
Diedrick. Menurut Oemar Hamalik (2001: 171) pengajaran yang efektif adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35
pengajaran yang menyediakan kesempatan-kesempatan untuk belajar sendiri atau
melakukan aktivitas sendiri. Pada pengajaran tradisional asas aktivitas juga sudah
dilakukan namun aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas semu). Pengajaran
modern lebih menitik beratkan pada aktivitas sejati, yang dimaksud di sini siswa
belajar sambil bekerja. Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mampu mengembangkan
keterampilan.
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dinamis berkembang secara terus
menerus sesuai dengan pengalaman siswa. Semakin banyak pengalaman yang
dilakukan siswa, maka akan semakin kaya semakin luas dan semakin sempurna
pengetahuan mereka. Pengetahuan akan bermakna manakala diperoleh dari
pengalaman melalui proses asimilasi dan akomodasi. Jadi aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran sangat kompleks yang perlu diperhatikan oleh guru sebagai
penggerak, agar siswa sebagai pusat aktivitas belajar dapat diciptakan seoptimal
mungkin.
7. Kreativitas Siswa
Anita Woolfolk (2009: 92), menuliskan tentang pengertian kreativitas menurut
ahli, diantaranya adalah: a).Torrance (1988), kreativitas adalah proses merasakan
dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini,
menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya
lagi, dan akhirnya menyampaikan hasilnya, yang memerlukan dorongan,hubungan
ineraktif antar potensi kreatif individu dengan proses belajar dan pengalaman dengan
lingkungan, b). Clark Moustakis (1967) psikolog humanistik, kreativitas adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36
pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu dalam hubungan dengan: diri sendiri, alam, orang lain.
Sedangkan Utami Munandar (1992:47) kreativitas adalah kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisionalitas dalm berpikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan. Kreativitas merupakan hasil
interaksi dengan lingkungan dan dapat digunakan untuk memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi. Adapun definisi operasional menurut Utami Munandar
(1977) kreativitas adalah suatu proses yang tercermin dari kelancaran, kelenturan
dan orisinalitas dalam berpikir.
Mihaly Csikszentnihalyi (2006) menggambarkan kreativitas mempunyai
hubungan erat antara wilayah domain (pengetahuan, nilai) yang menunjukkan
kualitas seseorang baik dari gen, bakat maupun pengalaman yang merupakan produk
dari komunikasi dengan orang lain atau lingkungan sosial.
William dalam Utami Munandar (1985) menjelaskan bahwa pada kemampuan
berpikir kreatif meliputi: 1) kemampuan berpikir lancar (influency), adalah
kemampuan untuk memunculkan ide-ide secara cepat dan ditekankan pada
kuantitas, 2) kemampuan berpikir luwes (flexibelity) adalah kemampuan untuk
memberikan sejumlah jawaban yang bervariasi atas suatu pertanyaan dan dapat
melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, 3) kemampuan berpikir orisinal
(originalitas), adalah kemampuan: melahirkan ungkapan yang baru dan unik,
membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim pada bagian-bagian atau unsur-
unsur, 4) kemampuan berpikir memperinci (elaborat) adalah kemampuan untuk
membumbui atau menghiasi cerita,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37
Alat ukur kreativitas menurut Utami Munandar (2004: 68), meliputi: 1) tes
kreativitas verbal, 2) tes kreativitas figural, 3) skala sikap kreatif, 4) Skala penilaian
berbakat oleh guru. Pada penelitian ini akan digunakan tes kreativitas verbal terdiri
atas 6 indikator sub tes yaitu: 1) permulaan kata: bertujuan mengukur kelancaran
dengan kata yaitu kemampuan menentukan kata yang memenuhi persyaratan
struktural tertentu. 2) menyusun kata: tes ini kata hampir sama dengan sub tes
pertama, tetapi subtek dituntut untuk mengorganisasi persepsi, subjek harus mampu
menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan huruf dari satu kata yang
diberikan, 3) membentuk kalimat tiga kata, 4) sifat-sifat yang sama: mengukur
kemampuan kelancaran menemukan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu,
subyek harus menemukan sebanyak-banyaknya obyek yang memiliki sifat-sifat yang
sama, 5) macam-macam penggunaan: mengukur kelenturan dalam berfikir, 6) apa
akibatnya: mengukur kelancaran, dalam memberi gagasan digabungkan dengan
“elaborasi” diartikan sebagai kemampuan untuk mendapatkan kemampuan
mengembangkan suatu gagasan, merinci dengan mempertimbangkan macam-macam
implikasi.
Pada pembelajaran model inquiri konsep elektrolisis proses kelancaran berpikir
mendorong siswa memikirkan kemungkinan jawaban dari masalah bagaimana
mengetahui reaksi elektrolisis larutan serta memprediksi spesi apa yang terbentuk
pada elektroda, yang dilaksanakan melalui eksperimen, kelenturan atau keluwesan,
orisinalitas siswa diharapkan mampu memunculkan ide-ide tentang cara menemukan
jawaban melalui eksperimen yang akhirnya siswa mampu mengembangkan ide, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38
mampu menghubungkan hasil eksperimen dan aplikasinya. Dengan demikian akan
mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada secara kreatif.
8. Prestasi Belajar
Menurut Slameto (2003:23), “Prestasi adalah penilaian hasil usaha kegiatan hasil
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun hal yang dapat
mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Muhibbin Syah (2010:148) mengemukakan, bahwa prinsip pengungkapan hasil
belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat
pengalaman dan proses belajar siswa. Masidjo (1995) berpendapat ”...agar hasil
belajar benar-benar mencerminkan prestasi belajar yang sesungguhnya, seorang guru
harus harus mampu melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar
siswa secara bertanggung jawab”. Guru dapat mengetahui prestasi belajar setelah
dilakukan evaluasi, yang dilakukan setelah proses pembelajaran dilakukan dengan
melalui tes tulis, tes lisan, tes praktek, unjuk kerja maupun observasi langsung, (PP
2008, pasal 1, ayat 1). Sedangkan (Permendiknas 2007, No 41) menjelaskan:
penilaian hasil belajar merupakan prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu pada
standar penilaian.
Peraturan Pemerintah (tahun 2005, No 19) tentang Standar Nasional Pendidikan
menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan
kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif
(pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39
Pendidikan (KTSP 2007) pengertian penilaian adalah proses sistimatis meliputi
pengumpulan informasi (angka, deskripsi verbal), analisis, interpretasi informasi
untuk membuat keputusan. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi
tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik, sebaliknya dikatakan prestasi
kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga
kriteria tersebut.
Menurut Taksonomi Bloom (1956) dalam Andersen (1981) menjelaskan,
prestasi belajar terdiri dari tiga aspek, yaitu ranah kognitif (Bloom dkk), ranah afektif
(Krathwohl, Bloom dkk), dan ranah psikomotorik (Simpson).
a. Ranah Kognitif
Ranah kognitif terdiri atas enam jenis perilaku, yang merupakan tingkatan
hierarkis yaitu: 1) pengetahuan, mencakup kemampuan ingatan, 2) pemahaman,
yaitu kemampuan menangkap inti dan makna yang dipelajari, 3) penerapan, yaitu
kemampuan menerapkan model, kaidah untuk mengahadapi masalah nyata dan baru,
4) analisis, yaitu kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian
sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, 5) sintesis, yaitu
kemampuan membentuk pola baru, contohnya pada penyusunan program kerja, 6)
evaluasi, yaitu kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan
kriteria tertentu.
b. Ranah afektif.
Menurut Krathwohl dan Bloom dkk dalam Andersen (1981), terdiri atas: Ada 5
(lima) tipe karakteristik afektif yang penting, yaitu: 1) sikap: merupakan suatu
kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu objek,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40
dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan sesuatu yang positif,
kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal, 2) minat: adalah suatu
disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk
memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan
perhatian atau pencapaian, 3) konsep diri adalah: evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki, arah konsep positif atau negatif,
dan intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari
rendah sampai tinggi, 4) nilai adalah: suatu keyakinan tentang perbuatan, tindakan,
atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk, sikap mengacu pada
suatu organisasi sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi, sedangkan
nilai mengacu pada keyakinan, arah nilai dapat positif dan dapat negatif dan
intensitas nilai dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai
yang diacu, 5) moral adalah: berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap
kebahagiaan orang lain atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri,
misalnya menipu orang lain, membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik
fisik maupun psikis, moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan seseorang.
c. Ranah Psikomotorik
Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotorik ( Diknas 2008), di dalamnya
mengandung penjelasan tentang ranah psikomotorik. Bloom (1979), berpendapat
bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya
melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Singer
(1972) menambahkan mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata
pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi–reaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41
fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu sendiri menunjukkan tingkat
keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Menurut Ryan (1980) hasil belajar keterampilan dapat diukur melalui: (1)
pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses
pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu
dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak
dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat Pengembangan Perangkat
Penilaian Psikomotor bahwa penilaian hasil belajar psikomotor mencakup: (1)
kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2) kemampuan menganalisis suatu
pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3) kecepatan mengerjakan tugas,
(4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5) keserasian bentuk dengan
yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan. Dari penjelasan di atas dapat
dirangkum bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus
mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses
berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah proses
berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Pada penelitian ini akan diukur ranah kognitif melalui tes tertulis, ranah afektif
melalui angket dan ranah psikomotorik melalui observasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42
9. Konsep Elektrolisis
a. Sel Elektrolisis
Elektrolisis berasal dari kata elektro (listrik) dan lisis (penguraian), yang berarti
penguraian senyawa oleh arus listrik, dan alatnya disebut sel elektrolisis. Sel
elektrolisis energi listrik digunakan untuk menghasilkan reaksi redoks tidak spontan.
Energi yang diperlukan dalam proses elektrolisis ialah energi listrik dengan arus
searah. Pada elektrolisis digunakan dua elektroda yaitu katoda yang bermuatan
negatif dan anoda yang bermuatan positip. Pada katoda terjadi reaksi reduksi dan
anoda terjadi reaksi oksidasi. Elektrolitnya dapat berupa cairan (lelehan) atau larutan
ionik. Adanya arus listrik menyebabkan ion positif bergerak menuju katoda yang
bermuatan negatif, sedangkan ion negatif bergerak menuju anoda yang bermuatan
positif. Prinsip elektrolisis digunakan untuk elektroplating atau penyepuhan. Jadi
logam yang disepuh sebagai katoda, logam penyepuh menjadi anoda. (Sutrisna Lisa
Listiana, 2007)
Dalam proses elektrolisis berdasarkan keaktifannya elektroda dapat dibedakan
menjadi dua yaitu elektroda yang tidak aktif (tidak ikut bereaksi atau inert) seperti C,
Pt, Au, sedangkan elektroda yang aktif (logam selain C, Pt, Au) ikut bereaksi pada
proses elektrolisis.Yang sering digunakan adalah elektrode inert berupa dua batang
karbon atau platina. Suatu elektrode inert tidaklah bereaksi, melainkan hanya
menyediakan permukaannya sebagai tempat berlangsungnya reaksi. Dua batang
karbon atau platina itu dicelupkan dalam larutan atau cairan elektrolit. Masing-
masing batang elektrode itu bertindak sebagai katode (tempat berlangsungnya
reduksi) dan anoda (tempat berlangsungnya oksidasi). Sumber arus listrik akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43
memompakan elektron ke katoda, dan elektron ini ditangkap oleh kation (ion
positif). Jadi, pada permukaan katoda terjadi reduksi terhadap kation. Pada saat yang
sama, anion (ion negatif) melepaskan elektron, dan elektron ini melalui anode
dikembalikan ke sumber arus. Jadi pada permukaan anode terjadi oksidasi terhadap
anion. Karena kation (ion positif) menuju katode, maka katode merupakan elektrode
negatif. Sebaliknya, anode merupakan elektrode positif sebab didatangi oleh anion
(ion negatif). Supaya lebih mudah diingat, hapalkan singkatan KNAP (Katoda
Negatip Anoda Positip) (Michael Purba, 1994).
b. Elektrolisis Larutan Elektrolit
Dalam elektrolisis larutan elektrolit, reaksi yang terjadi tidak hanya melibatkan ion-
ion yang ada dalam larutan tetapi juga air, sehingga akan terjadi kompetisi antara ion
dengan molekul pelarutnya, atau mungkin dengan ion-ion yang lain. Dalam
kompetisi itu selalu dimenangkan oleh spesi yang memiliki harga Eo yang lebih
besar. Contoh reaksi elektrolisis:
1) Reaksi Elektrolisis Larutan Na2 SO4 dengan Elektroda Pt
Pada anoda akan terjadi kompetisi antara ion SO42- dengan molekul air :
2SO42-(aq) S2O8
2-(aq) + 2e Eo = -2,01 volt
2H2O (l) 4H+(aq) + O2(g) + 4e Eo = -1,23 volt
Oleh karena potensial oksidasi air lebih besar maka oksidasi air lebih mudah
berlangsung, sedangkan di katoda akan terjadi kompetisi antara ion Na+ dengan
molekul air sebagai berikut :
Na+(aq) + e Na(s) Eo = -2,71 volt
2H2O(1) + 2e 2OH-(aq) + H2(g) Eo = -0,83 volt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44
Dari data potensial reduksi ternyata potensial reduksi air lebih besar maka
reduksi air akan lebih mudah terjadi, sehingga secara lengkap elektrolisis larutan
Na2SO4 dapat ditulis sebagai berikut :
Na2SO4(aq) 2Na+(aq) + SO4
2-(aq)
Katoda : 2H2O(1) + 2e 2OH-(aq) + H2(g) ………....... (X 2)
Anoda : 2H2O(1) 4H+(aq) + O2(g) + 4e ………. (X 1)
+
6H2O(1) 4OH-(aq) + 2H2(g) + 4H+
(aq) + O2(g)
Reaksi bersih: 2H2O(1) 2H2(g) + O2(g)
1. Elektrolisis larutan KI dengan Elektroda Grafit (C)
Pada elektrolisis larutan KI akan terbentuk gas hidrogen pada katoda dan
iodin pada anoda, sedangkan larutan di sekitar katoda bersifat basa, bagaimana ini
dapat dijelaskan? Dalam larutan KI akan terjadi kompetisi pada masing-masing
elektrodanya, pada Katoda akan terjadi kompetisi antara ion K+ dengan molekul air
dan akan mengalami reaksi reduksi di katoda.
K+(aq) + e K(s) Eo = -2,92 volt
2H2O(1) + 2e 2OH-(aq) + 4e Eo = -0,83 volt
Dari persamaan reaksi ternyata potensial reduksi air lebih besar, maka reduksi air
lebih mudah berlangsung, sedangkan di anoda akan terjadi kompetisi antara ion I-
dengan molekul air dan akan mengalami reaksi oksidasi di anoda.
2I-(aq) I2(s) + 2e Eo = -0,54 volt
2H2O(1) + 4H+(ag) + O2(g) + 4e Eo = 1,23 volt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45
Pada reaksi terlihat bahwa potensial oksidasi ion I- lebih besar, maka lebih
mudah berlangsung reaksi oksidasi ion I-, jadi secara keseluruhan elektrolisis larutan
KI akan menghasilkan H2, OH-, dan I2 sebagai berikut.
KI(aq) K+(aq) + I-
(aq)
Katoda : 2H2O(1) + 2e 2OH-(aq) + H2(g)
Anoda : 2I-(aq) I2(s) + 2e
2H2O(1) + 2I-(aq) 2OH-
(aq) + H2(g) + I2(s)
Reaksi keseluruhan: 2H2O(1) + 2KI(aq) 2KOH(aq) + H2(g) + I2(s)
2. Elektrolisis Larutan CuSO4 dengan Elektroda Cu
Elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda aktif (Cu) akan memberikan hasil
yang berbeda terutama pada anoda, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam
larutan CuSO4 terdapat ion Cu2+, ion SO42- maupun molekul air serta logam Cu pada
anoda. Di katoda akan terjadi kompetisi antara ion Cu2+ dan molekul air.
Cu2+(aq) + 2e Cu(s) Eo = + 0,34 volt
2H2O(1) + 2e 2OH-(aq) + H2(g) Eo = -0,83 volt
Pada reaksi tersebut terlihat bahwa potensial reduksi Cu lebih besar, maka ion
Cu2+ lebih muda mengalami reduksi, sedangkan di anoda akan terjadi kompetisi
antara ion SO4=, molekul air dan anoda (Cu).
2SO42-
(aq) S2O82-
(aq) + 2e Eo = - 2,01 volt
2H2O(1) 4H+(aq) + O2(g) + 4e Eo = - 1,23 volt
Cu(s) Cu2+(aq) + 2e Eo = - 0,34 volt
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46
Potensial oksidasi Cu paling besar maka oksidasi logam tembaga lebih mudah
terjadi, sehingga secara keseluruhan reaksi elektrolisis larutan CuSO4 dengan
elektroda Cu dapat ditulis sebagai berikut.
CuSO4(aq) Cu2+(aq) + SO4
2-(aq)
Katoda : Cu2+(aq) + 2e Cu(s)
Anoda : Cu(s) Cu2+(aq) + 2e
Cu(s) Cu(s)
Dengan memperhatikan beberapa contoh di atas dapat disimpulkan bahwa reaksi
yang terjadi pada proses elektrolisis ditentukan oleh harga potensial reduksi dan jenis
elektrodanya, sehingga reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda adalah sebagai
berikut :
Reaksi Pada Katode(reduksi terhadap kation)
Reaksi Pada Anode(oksidasi terhadap anion)
1. Ion-ion logam alkali, alkali tanah, Al3+, dan ion-ion logam yang memiliki E0 lebih kecil dari –0,83 volt tidak direduksi dari larutan. Yang direduksi adalah pelarut (air) dan terbentuklah gas hidrogen (H2).
1. Ion-ion yang mengandung atom dengan bilangan oksidasi maksimum, misalnya SO4
2- atau NO3-, tidak dapat
dioksidasi. Yang dioksidasi adalah pelarut (air) dan terbentuklah gas oksigen (O2).
2. Ion-ion logam yang memiliki E0 lebih besar dari –0,83 volt direduksi menjadi logam yang diendapkan pada permukaan katode
2. Ion-ion halida (X-), yaitu F-, Cl-, Br- dan I-, dioksidasi menjadi halogen (X2), yaitu F2, Cl2, Br2, dan I2.
3. Ion H+ dari asam direduksi menjadi gas hidrogen (H2).
3. Ion OH- dari basa dioksida menjadi gas oksigen (O2).
2H2O + 2e —› 2OH- + H2
Mn+ + n e —› M
2H+ + 2e —› H2
2H2O —› 4H+ + 4e + O2
2X- —› X2 + 2e
4OH- —› 2H2O + 4e + O2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47
4. Jika yang dielektrolisis adalah leburan (cairan) elektrolit tanpa ada air, maka ion-ion pada nomor (1) di atas dapat mengalami reaksi nomor (2), sehingga diperoleh logam yang diendapkan pada permukaan katode.
4. Pada proses penyepuhan dan pemurnian logam, maka yang dipakai sebagai anode adalah suatu logam (bukan Pt atau C), sehingga anode (logam) mengalami oksidasi menjadi ion yang larut.
b. Elektrolisis Leburan Elektrolit
Suatu leburan atau cairan elektrolit kita peroleh dengan cara memanaskan
padatan elektrolit tersebut di atas suhu titik lelehnya tanpa ada air. Zat-zat yang
leburannya dapat dielektrolisis hanyalah oksida-oksida dan garam-garam halida.
Elektrolisis leburan elektrolit digunakan untuk membuat logam-logam alkali, alkali
tanah, alumunium, dan logam-logam yang memiliki E0 lebih kecil dari –0,83 volt (E0
air). Seperti kita ketahui, logam-logam di atas tidak dapat dibuat dari elektrolisis
larutan, sebab ion-ion logam ini kalah bersaing dengan air dalam menangkap
elektron.
Contoh : Elektrolisis leburan NaCl
Dalam keadaan leburan NaCl terdapat sebagian ion-ion yang bebas bergerak. Ion
Na+ akan bergerak menuju katoda mengambil elektron dan mengalami reduksi
menghasilkan logam Na. Sedangkan ion Cl- akan bergerak menuju anoda
melepaskan electron dan mengalami oksidasi menghasilkan gas Cl2.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
2NaCl ( ) —› 2Na+( - (
Katoda : 2Na+ ( e —› 2Na (s)
M —› Mn+ + ne
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48
Anoda : 2Cl- ( —› Cl2(g) + 2 e
+2 NaCl ( - ( —› 2 Na (s) + Cl2(g)
Reaksi keseluruhan: 2NaCl —› 2Na (s) + Cl2(g)
c. Aspek Kuantitatif dalam Sel elektrolisis
Michael Faraday (1791 – 1867), selain mengembangkan model elektrolisis, juga
menerangkan hubungan kuantitatif antara jumlah arus listrik yang dilewatkan pada
sel elektrolisis dengan jumlah zat yang duhasilkan pada elektrode. Pada zaman
Faraday, para ahli kimia memakai konsep berat ekivalen dalam perhitungan
stoikiometri.
Melalui eksperimen, Faraday merumuskan beberapa kaidah perhitungan
elektrolisis, yang kini dapat dikenal sebagai Hukum Faraday berikut ini.
1. Jumlah zat yang dihasilkan pada elektrode berbanding lurus dengan jumlah arus
listrik yang melalui sel elektrolisis.
96500.. tie
G
2. Jika arus listrik yang sama dilewatkan pada beberapa sel elektrolisis, maka berat
zat yang dihasilkan masing-masing sel berbanding lurus dengan berat ekivalen
zat-zat tersebut.
tronjumlahelekAratauMr
e
(Syukri 1999: 556).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suwiyono (2010) dalam tesisnya judul “
Pembelajaran Kimia dengan Model Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry) dan
Inkuiri Bebas Termodifikasi (Modified Free Inquiry) Ditinjau dari Sikap Ilmiah
dan Aktivitas Siswa”.
Persamaan pada penelitian ini model pembelajaran yaitu Inkuiri Bebas
Termodifikasi (Modified Free Inquiry), dan variabel moderator “Aktivitas Belajar”.
Suwiyono menyimpulkan: a) model pembelajaran menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa, model inquiry terbimbing memberikan
pengaruh yang lebih baik pada prestasi siswa hal ini berlaku untuk siswa yang sikap
ilmiahnya tinggi atau rendah dan aktivitas tinggi atau rendah, b). aktivitas sangat
dibutuhkan dalam proses inquiry dengan kegiatan eksperimen maka terdapat
pengaruh aktivitas siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, afektif dan
psikomotor pada materi larutan elektrolit
2. Penelitian yang dilakukan oleh Chotibul Umam (2011) dalam tesis yang berjudul
“Pembelajaran fisika dengan metode inkuiri terbimbing dan metode inkuiri bebas
termodifikasi ditinjau dari kemampuan menggunakan alat ukur dan kreativitas
siswa”.
Persamaan penelitian dengan peneliti adalah pembelajaran inkuiri bebas
termodifikasi, tempat penelitian dan variabel moderator kreativitas siswa. Chotibul
Umam menyimpulkan: a). pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas
termodifikasi tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar kognitif, tetapi
memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar psikomotor fisika materi listrik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50
dinamis, b). kreativitas siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa
kognitif pada materi listrik dinamis, kreativitas siswa tidak memberikan pengaruh
terhadap prestasi belajar siswa psikomotor pada materi listrik dinamis.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Anik Rofaida Lestari (2007) dalam Tesisnya
“Implementasi Metode Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Metode
Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi Terhadap Prestasi Belajar Biologi
Ditinjau dari Kemampuan awal Siswa”.
Persamaan penelitian ini adalah model pembelajaran yaitu “Metode
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Metode Pembelajaran Inkuiri Bebas
Termodifikasi, sedang variabel moderator berbeda”. Diperoleh kesimpulan metode
inkuiri terbimbing memberikan hasil yang lebih baik dibanding inkuiri bebas
termodifikasi.
4. Penelitian yang dilakukan oleh S.Khanafiyah, A.Rusilowati yang berjudul
“Penerapan model modified free inquiry sebagai upaya meningkatkan kreativitas
mahasiswa calon guru dalam mengembangkan jenis eksperimen dan pemahaman
terhadap materi fisika”.
Dengan menerapkan model MFI dalam pembelajaran kemampuan psikomotorik
mahasiswa menjadi lebih baik, karena mahasiswa terbiasa dalam kegiatan. Jenis
eksperimen yang dikembangkan menjadi lebih banyak serta menjadikan siswa lebih
kreatif dalam mengembangkan tujuan eksperimen dibandingkan sebelum
menggunakan model MFI.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Paggy Brickman. dkk, (2009) dengan judul:
“Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Science Literacy Skill and
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51
Confidence”, International Journal for the Scholarship of Teaching and
Learning Vol. 3, No. 2 1931-4744 @ Georgia Southern University.
Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Paggy Brickman. dkk, (2009)
adalah: (1) model pembelajaran berbasis inquiry dapat meningkatkan kemampuan
ketrampilan menulis ilmiah, (2) model pembelajaran berbasis inquiry dapat
meningkatkan tingkat kepercayaan diri siswa.
6. Asian Journal on Education and Learning Article oleh Rainer Zawadzki (2010),
“Is process-oriented guided-inquiry learning (POGIL) suitable as a teaching
method in Thailand’s higher education?”
POGIL (Pembelajaran inquiry terbimbing berorientasi-proses) adalah
merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Melalui POGIL siswa bekerja
secara kelompok (disebut belajar tim) mampu mengembangkan keterampilan,
tingkat berpikir dan metakognisi, komunikasi, kerja tim, manajemen, dan penilaian.
siswa tidak lagi mengandalkan hafalan. Hasil umum dan penting yang dapat diamati
setelah penerapan POGIL: hambatan belajar lebih rendah untuk POGIL daripada
model tradisional, penguasaan konten umumnya lebih tinggi, siswa umumnya
memiliki sikap yang lebih positif dalam pembelajaran, lebih meningkatkan
keterampilan belajar dari semester sebelumnya.
7. Penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim Bilgin Mustafa Kemal University,
Department of Primary Education, Hatay Turkey, 2009 “ The effects of guided
inquiry instruction incorporating a cooperative learning approach on university
students’ achievement of acid and bases concepts and attitude toward guided
inquiry instruction”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa inquiry terbimbing secara kooperatif
dibandingkan individual, lebih meningkatkan kemampuan siswa dalam pencapaian
pemahaman konsep dasar asam basa. Bahan ajar disusun untuk penelitian ini
meningkatkan lingkungan belajar membantu siswa untuk lebih aktif.
8. Jr. Daniel Fasko. 2001. Education and Creativity.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara kreativitas
dalam pendidikan. Dari studi ini diketahui bahwa kreativitas sangat dibutuhkan
dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman sehingga hasil
belajar akan meningkat.
9. Teresa M. Amabile, dkk. 1996. Assesing the work environment for creativity.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat ukur atau
instrument pengukuran kreativitas dalam kerja lingkungan. Hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah dalam
suatu proyek kerja lingkungan.
10. Mihaly Csikszentnihalyi. 2006.
Kreativitas dapat berlangsung jika tidak ada interaksi dalam sistem kebudayaan,
dan tidak bisa dimunculkan jika tidak saling mendukung. Kreativitas tidak terjadi
secara sederhana pada individu,tetapi juga adanya penerimaan berbagai macam
kejadian dan bagaimana dukungan lingkungan.
11. Huana, Syiang Linn, et al. 2009. The Interplay of the Classroom Learning
Environment and Inquiry-based Activities.
Penelitian ini menytakan bahwa interaksi yang dibangun antara siswa dan guru
saja tidak cukup, diperlukan suatu aktivitas seperti mengamati, melakukan hipotesis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53
dan menyimpulkan secara berkelompok untuk merangsang siswa berfikir lebih tinggi
yang dilihat dari pertanyaan yang diajukan. Aktivitas berpengaruh terhadap
kesuksesan pembelajaran.
12. Penelitian yang dilakukan oleh Restiana Purwaningtyas, (2011) Judul:
Pembelajaran Kimia Menggunakan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Dengan Model Proyek Dan Model Eksperimen Ditinjau Dari Kreativitas Dan
Kemampuan Berpikir Kritis.
Ada persamaan kreativitas sebagai moderator, penelitian ini disimpulkan: ada
ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah.
Prestasi kognitif dijelaskan bahwasanya nilai rata-rata siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi dan rendah berbeda, siswa yang memiliki kreativitas tinggi
memiliki rata-rata lebih rendah dibanding siswa yang memiliki kreativitas rendah.
13. Penelitian yang dilakukan oleh Rosa Dewi Pratiwi, (2011) judul Pembelajaran
Kimia Menggunakan Model Constructive Controversy Dan Modified Free
Inquiry Ditinjau Dari Kemampuan Analisis Dan Logika Berpikir Siswa, studi
kasus pembelajaran kimia materi pokok elektrolisis kelas XII semester 1.
Persamaan penelitian ini adalah: model MFI dan materi pembelajaran
elektrolisis, dari penelitian ini disimpulkan: tidak terdapat pengaruh penggunaan
model MFI terhadap prestasi belajar kognitif maupun Hots pada materi pokok
elektrolisis, dan ada interaksi antara metode pembelajaran MFI terhadap prestasi
kognitif.
C. Kerangka Berpikir
Peranan ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari sangat luas, diharapkan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54
selama memperoleh ilmu kimia di sekolah tidak hanya bersifat teoritis, namun bisa
mengkaitkan antara konsep dan peristiwa nyata. Prestasi belajar kimia pada materi
elektrolisis di MAN Parakan Temanggung masih belum memenuhi harapan hal ini
dikarenakan oleh faktor intern dan faktor ekstern siswa. Faktor ekstern siswa
diantaranya penggunaan model pembelajaran yang belum tepat dan faktor intern
siswa antara lain aktivitas siswa dan kreativitas siswa yang belum diperhatikan.
Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan di atas, dibuatlah pemikiran yang
merangkaikan teori-teori ke dalam sebuah kerangka sehingga dapat menghasilkan
jawaban sementara dari permasalahan yang dikemukakan pada perumusan masalah.
Adapun kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh model MFI dan POGIL terhadap prestasi belajar.
Definisi belajar menurut teori konstruktivisme adalah proses membangun atau
membentuk makna pengetahuan, konsep dan gagasan melalui pengalaman. Kegiatan
pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan yang berupa alam dan sosial,
melalui interaksi individu dan lingkungannya, siswa akan memperoleh pengalaman
yang berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Seirama teori konstruktivisme, MFI dan
POGIL melibatkan proses aktif siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya,
dan mencari arti sendiri dari apa yang dipelajari, melalui keaktifan kognitif yang
sungguh-sungguh, siswa akan berhasil dalam proses belajar. Hal ini didukung
pendapat Bruce Joyce tentang sikap konstruktivisme bahwa pengetahuan tidak
sekadar ditransmisikan oleh guru atau orangtua, tetapi dibangun dan dimunculkan
sendiri oleh siswa agar dapat merespon informasi dalam lingkungan pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55
Potensi siswa akan berkembang menurut pola dan caranya sendiri, dengan
melakukan berbagai aktivitas melalui interaksi dengan lingkungannya. Kegiatan
pembelajaran di kelas tidak hanya ditentukan oleh didaktik-metodik apa yang
digunakan, tetapi juga oleh bagaimana peranan guru memilih dan memperkaya
pengalaman belajar siswa melalui penggunaan model yang sesuai dengan
karakteristik materi.
Pendapat Bruner tentang inquiry adalah pembelajaran yang menerapkan model
belajar penemuan. Materi pelajaran tidak diberikan secara utuh, siswa diberikan
konsep materi utama, selanjutnya siswa dibimbing untuk menemukan dan
mengorganisasikan konsep secara utuh. MFI dan POGIL merupakan model berbasis
inquiry, merupakan model pembelajaran yang sesuai diterapkan pada materi
elektrolisis. Kedua model tersebut melibatkan siswa secara aktif dalam memecahkan
masalah (active problem solver). MFI dan POGIL menuntut siswa membangun
konsep melalui pemecahan masalah. Sejalan dengan teori Burner, MFI dan POGIL
merupakan pencarian pengetahuan secara aktif oleh siswa yang akan memberikan
hasil yang sangat baik.
Teori belajar Gagne belajar merupakan suatu proses yang memungkinkan
seseorang untuk mengubah tingkah laku, cukup cepat, dan perubahan relatif tetap.
Belajar menyangkut interaksi antara pelajar dan lingkungannya, belajar adalah suatu
proses individu berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Pada awal
pembelajaran, siswa diberi penjelasan prosedur MFI dan POGIL, saat siswa
memecahkan masalah yang diberikan guru, siswa melakukan rentetan kegiatan
sesuai sintak yang ada melalui bimbingan dan bantuan guru. Pada pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
56
berikutnya siswa tidak sepenuhnya membutuhkan bimbingan guru karena
pengalaman yang diperolehnya hasil interaksi siswa dengan guru dan lingkungannya
mampu mengubah tingkah laku, sehingga siswa memperoleh keterampilan yang
lebih baik.
Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi yaitu: a).
cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa, melalui penerima
atau penemuan, yang menyajikan informasi dalam bentuk final maupun dengan
bentuk penemuan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan diberikan, b). cara-
cara siswa mengaitkan informasi pada struktur kognitif yang telah ada. MFI dan
POGIL pada pembelajaran materi elektrolisis, siswa menemukan sendiri informasi
elektrolisis dan hukum Faraday melalui sintak MFI dan POGIL, dan mengaitkan
informasi pada struktur yang sudah ada yaitu reaksi redoks dan sel volta.
Teori perkembangan intelektual Piaget Pengetahuan dibangun dalam pikiran
seseorang sambil mengatur pengalaman yang terdiri atas struktur mental atau skema
yang sudah ada. Untuk memiliki pengetahuan siswa tidak sekedar menerima, namun
mencari melalui interaksi dengan lingkungan, sehingga derajat pengetahuan yang
dimiliki terus meningkat. Mencari pemecahan masalah sendiri, dengan pengetahuan
yang menyertainya, akan menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Peran aktif
siswa dalam belajar untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen
untuk menemukan prinsip-prinsip sendiri.
Pembelajaran kimia menggunakan MFI dan POGIL merupakan model
pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri
siswa, sehingga dalam proses pembelajaran siswa ditempatkan sebagai subyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
57
belajar, yang akhirnya siswa menemukan konsep melalui percobaan/eksperimen.
Dengan demikian diduga ada pengaruh penggunaan model MFI dan POGIL terhadap
peningkatan prestasi belajar kimia.
2. Pengaruh aktivitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar.
Definisi operasional, aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang dilakukan atau
kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik. yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas,
dapat menjawab pertanyaan guru, bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan.
Menurut Piaget, pentingnya kegiatan seorang murid dalam mengkonstruksi
pengetahuan hanya dengan keaktifannya mengolah bahan, bertanya secara aktif,
mencerna bahan dengan kritis, mengerjakan soal, merumuskan masalah dengan kata-
kata sendiri, membuat kesimpulan, adalah kegiatan yang diperlukan dalam
membangun pengetahuan. Bruner mengemukakan dalam teorinya, inti belajar adalah
bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi
secara aktif.
Menurut Hamdani, melalui pembelajaran inquiry, guru mempunyai tujuan yaitu
agar siswa terdorong untuk melaksanakan tugas, aktif mencari jawaban, dan meneliti
pemecahan masalah, mencari sumber sendiri bersama kelompok, siswa diminta
berani mengemukakan pendapat dan merumuskan kesimpulan, dalam bekerja siswa
berada dalam lingkungan belajar. Dalam belajar diperlukan aktivitas. Karena pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, yaitu berbuat untuk mengubah tingkah laku.
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
58
keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku
yang terjadi selama pembelajaran. Kegiatan–kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan
visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, mental
activities.
Aktivitas berupa fisik dan mental berperanan langsung dalam pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi
antara guru dengan siswa ataupun antar siswa. Hal ini akan mengakibatkan suasana
kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing– masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Melalui interaksi tersebut akan menimbulkan
perubahan perilaku, hal ini sesuai teori Gagne, adanya perubahan tingkah laku saat
proses belajar telah berlangsung. Aktivitas siswa dikategorikan tinggi dan rendah.
Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya
pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Aktivitas belajar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan
siswa dan keberhasilan dalam pembelajaran materi elektrolisis. Hal tersebut
diakibatkan oleh adanya perubahan atau peningkatan dalam nalar, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam proses menemukan, menyelidiki masalah, menyusun
hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan.
Aktivitas belajar tinggi dan rendah sangat diperlukan untuk menentukan
keberhasilan dalam pembelajaran dan berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Sehingga diduga ada pengaruh aktivitas belajar tinggi dan rendah terhadap
peningkatan prestasi belajar siswa. Siswa dengan aktivitas belajar tinggi lebih baik
dari pada siswa yang aktivitasnya rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
59
3. Pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar.
Menurut Teori Konstruktivisme, belajar adalah proses aktif siswa dalam
membangun sendiri pengetahuannya, dan mencari arti sendiri dari apa yang
dipelajari, yang merupakan suatu perkembangan berpikir dengan membuat kerangka
pengertian yang baru, siswa harus mempunyai pengalaman dalam membuat
hipotesis, meramalkan, menguji hipotesa, memanipulasi obyek, memecahkan
persoalan, dan mencari jawaban. Teori tersebut sejalan dengan prinsip pembelajaran
model MFI dan POGIL, yang mengharuskan siswa memecahkan masalah untuk
menghasilkan konsep yang baru.
Faktor internal lain yang mempengaruhi belajar siswa yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah kreativitas. Kreativitas merupakan kemampuan manusia
untuk menghasilkan atau menciptakan gagasan dan yang tercermin dalam orisinilitas
yang khas bagi setiap individu dalam berpikir serta kemampuan untuk
mengembangkan, memperkaya suatu gagasan atau dapat digunakan untuk mengatasi
berbagai masalah dalam kehidupan. Kreativitas merupakan proses berfikir,
mengharuskan siswa berusaha untuk menemukan hubungan-hubungan baru, dalam
mendapatkan jawaban, metoda atau cara baru dalam memecahkan suatu masalah.
Pemikiran kreatif menuntut kelancaran, keluwesan dan kemandirian dalam
berpikir serta untuk mengembangkan suatu gagasan (elaborasi). Pembelajaran
inquiry yang dikemas dalam MFI dan POGIL untuk diterapkan materi elektrolisis
mengajak siswa untuk memecahkan persoalan yang dihadapi, mengembangkan
gagasan (elaborasi) dalam upaya pemecahan masalah, yang sangat dipengaruhi oleh
kreativitas siswa yang tinggi sehingga siswa yang mempunyai kreativitas rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
60
menjadi merasa dituntut untuk mempunyai kreativitas tinggi, jadi diduga ada
pengaruh kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar pada materi elektrolisis.
4. Interaksi antara penggunaan model MFI dan POGIL dengan aktivitas terhadap
prestasi belajar.
Sejalan teori belajar penemuan Bruner inquiry merupakan pembelajaran
menerapkan penemuan, yaitu yang didasarkan asumsi perolehan pengetahuan
merupakan proses interaktif (mampu berinteraksi secara aktif dengan lingkungan).
Menurut Gagne belajar adalah proses berubah tingkah laku karena pengalaman.
Tidak ada belajar tanpa aktivitas, jadi aktivitas asas yang sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar. MFI dan POGIL adalah pembelajaran yang berbasis
inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan
melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa. Hal ini harus diimbangi
kemampuan oral activities, mental activities. Sehingga kemampuan guru dalam
menggunakan teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry.
Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan
menemukan, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti
dari materi pelajaran, dan seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief).
Rainer Zawadzki (2010) mengemukakan POGIL (Belajar inquiry terbimbing
berorientasi proses) adalah merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
61
Dalam kelas POGIL, siswa bekerja dalam kelompok (disebut belajar tim) yang
bertujuan penguasaan konsep. Dengan kata lain pembelajaran ditekankan atau
berorientasi pada aktivitas siswa. Sedangkan MFI adalah inquiry di antara
terbimbing dan bebas. Guru menyediakan masalah dan meminta siswa untuk
melaksanakan penyelidikan yang mungkin dalam kelompok. Guru bertindak sebagai
nara sumber memberikan bantuan untuk menghindari frustrasi atau tidak adanya
kemajuan oleh para siswa (Brown et al, 1982.).
Ciri utama MFI dan POGIL menuntut siswa untuk melakukan eksperimen,
dalam bereksperimen menuntut aktivitas intelektual emosional melalui asimilasi dan
akomodasi kognitif untuk mengembangkan pengetahuan,tindakan serta pengalaman
langsung dalam rangka membentuk ketrampilan motorik, kognitif dan social untuk
pembentukan sikap.
Model MFI dan POGIL merupakan model yang tepat diterapkan pada materi
elektrolisis, siswa dihadapkan dengan permasalahan yang langsung bisa dipecahkan
melalui eksperimen, untuk mampu memperoleh konsep hasil elektrolisis, serta siswa
akan mampu menerapkan dalam kehidupan, sehingga akan mendorong aktivitas
siswa dalam eksperimen. Dengan memperhatikan aktivitas siswa, siswa yang
aktivitas rendah, akan merasa dituntut untuk melakukan eksperimen dengan aktivitas
lebih sehingga diduga ada interaksi antara model MFI dan POGIL dengan aktivitas
siswa terhadap prestasi belajar pada materi larutan elektrolisis.
5. Interaksi antara penggunaan model MFI dan POGIL dengan kreativitas terhadap
prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
62
Model pembelajaran MFI, tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan, atau masalah yang akan dipecahkan
dipilih oleh siswa. Pada tahab pemecahan masalah siswa diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk merancang dan melakukan pemecahan masalah yang telah
ditentukan melalui inisiatif sendiri. Siswa diharuskan merencanakan garis besar
prosedur penelitian atau membuat langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah
Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi
intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Guru
membatasi memberi bimbingan, agar siswa berupaya terlebih dahulu secara mandiri,
dengan harapan agar siswa dapat menemukan sendiri penyelesaiannya. Namun,
apabila ada siswa yang tidak dapat menyelesaikan permasalahannya, maka
bimbingan dapat diberikan secara tidak langsung melalui pertanyaan/dengan
memberikan contoh-contoh yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi atau
melalui diskusi dengan siswa dalam kelompok lain.
Proses belajar berorientasi inquiry terbimbing (POGIL) merupakan pembelajaran
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa. Masalah
ditentukan oleh guru. Peranan guru dalam pembelajaran dengan POGIL adalah
sebagai pembimbing dan fasilitator. Pada dasarnya siswa selama proses belajar
berlangsung akan memperoleh pedoman sesuai dengan yang diperlukan. Pada tahap
awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian pada tahap-tahap berikutnya,
bimbingan tersebut dikurangi, sehingga siswa mampu melakukan proses inquiry
secara mandiri. Bimbingan yang diberikan dapat berupa pertanyaan-pertanyaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
63
lembar kerja siswa yang terstruktur. Selama berlangsungnya proses belajar guru
harus memantau kelompok diskusi siswa, sehingga guru dapat mengetahui dan
memberikan petunjuk-petunjuk dan scafolding yang diperlukan oleh siswa. MFI dan
POGIL siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar.
Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan
menerapkan dalam pemecahan masalah. Untuk dapat mengerjakan dan
menyelesaikan masalah dari pembahasan elektrolisis, kreativitas yang tinggi sangat
menentukan keberhasilan dan prestasi belajar. Dalam model MFI membutuhkan
kreativitas yang lebih tinggi daripada POGIL. Dalam pemecahan masalah melalui
MFI, kreativitas siswa tinggi dalam mementukan alat dan kemampuan merancang
alat elektrolisis, mengumpulkan data sangat mempengaruhi keberhasihan
bereksperimen sehingga akan menemukan konsep yang bisa dipertanggungjawabkan.
Siswa yang kreativitasnya rendah juga merasa dituntut untuk melakukan pemecahan
masalah melalui eksperimen dengan kreativitas lebih sehingga diduga ada interaksi
antara model MFI dan POGIL dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
pada materi elektrolisis.
6. Interaksi antara aktivitas dan kreativitas terhadap prestasi belajar.
Menurut Permendiknas No.19 tahun 2005 “proses pembelajaran pada satuan
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Jadi
desain pembelajaran siswa harus berorientasi pada aktivitas siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
64
Aktivitas bersifat fisik dan mental saling terkait, dalam memecahkan masalah
tentang elektrolisis melalui kegiatan eksperimen akan membutuhkan kreativitas
tinggi untuk memikirkan gagasan dalam menghadapi masalah yang ada. Hal ini akan
menimbulkan keasyikan yang menyenangkan dan penuh tantangan bagi siswa yang
kreatif. Jadi aktivitas tinggi harus dirangsang dan dipupuk untuk melahirkan
kreativitas tinggi, sehingga akan mendorong untuk melakukan eksperimen,
menantang untuk menangani masalah yang dihadapi. Dari uraian di atas diduga ada
interaksi antara aktivitas siswa dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
7. Interaksi antara MFI dan POGIL, aktivitas dan kreativitas terhadap prestasi
belajar.
Rainer Zawadzki (2010) mengemukakan antara lain bahwa kebanyakan siswa
belajar dengan baik ketika mereka adalah: aktif terlibat dan berpikir di kelas dan
laboratorium, menarik kesimpulan dengan menganalisis data, model, atau contoh dan
dengan mendiskusikan ide-ide, bekerja sama dalam tim swakelola untuk memahami
konsep dan untuk memecahkan masalah, merefleksikan apa yang telah mereka
pelajari dan untuk meningkatkan kinerja mereka, berinteraksi dengan instruktur/guru
sebagai fasilitator pembelajaran.
Selama proses pembelajaran menggunakan model POGIL bimbingan guru selalu
diberikan, sehingga diduga siswa yang dengan aktivitas dan kreativitas rendah akan
meningkat prestasi belajarnya karena POGIL menghasilkan konsep yang ditemukan
siswa berdasarkan pengalaman belajar dengan penguatan guru. Sedangkan model
MFI didukung dengan aktivitas tinggi dan kreativitas tinggi, akan memberikan
peningkatan prestasi belajar karena dalam MFI dalam menyusun hipotesa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
65
merencanakan penelitian, melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesa,
mensintesis pengetahuan, membutuhkan penalaran tinggi, sedangkan pembimbingan
guru dibatasi. Kemampuan kreativitas (memunculkan ide-ide, berpikir luwes,
menjawab yang bervariasi suatu pertanyaan, orisinal) sangat diperlukan siswa saat
berinteraksi dengan aktivitas terhadap lingkungan, sehingga mampu memecahkan
berbagai masalah yang dihadapi secara cepat. Jadi diduga MFI lebih tepat diterapkan
bagi siswa dengan kreativitas tinggi. Menurut Piaget aktivitas dalam belajar yang
dimiliki siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan dalam hal: mengolah bahan,
bertanya secara aktif, mencerna bahan dengan kritis, mengerjakan soal, merumuskan
masalah dengan kata-kata sendiri, membuat kesimpulan, adalah kegiatan yang
diperlukan dalam membangun pengetahuan. Kegiatan tersebut yang merupakan
aktivitas belajar akan mendukung pembelajaran model POGIL. Kemampuan siswa
dengan aktivitas belajar tinggi melalui POGIL akan menunjukan peningkatan
prestasi belajar yang lebih tinggi. Dalam pembelajaran kimia pada materi elektrolisis
diduga ada interaksi antara model MFI dan POGIL dengan aktivitas siswa dan
kreativitas siswa.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori serta kerangka berpikir pada penelitian ini, maka
hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penggunaan model MFI dan POGIL terhadap prestasi belajar.
2. Ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar.
3. Ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
66
4. Ada interaksi antara penggunaan model MFI dan POGIL dengan aktivitas
belajar terhadap prestasi belajar.
5. Ada interaksi antara penggunaan model MFI dan POGIL dengan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar.
6. Ada interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar.
7. Ada interaksi antara MFI dan POGIL, aktivitas belajar dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII semester 1 Madrasah Aliyah Negeri
Parakan Temanggung tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2012 -- Januari 2013. Pelaksanaan
penelitian dilaksanakan secara bertahap. Adapun pelaksanaannya sebagai berikut
Tabel 3.1. Tahapan Penelitian :
Kegiatan Bulan3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
Penyusunan proposal penelitianPenyusunan instrumen penelitianValidasi instrumen Permohonan ijinPelaksanaan uji coba instrumentPelaksanaan penelitian dan pengambilan data penelitianPenyusunan dan konsultasi
Ujian Tesis
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan dua
kelompok eksperimen. Kelompok pertama diberi perlakuan pembelajaran model
MFI, sedangkan kelompok kedua diberi perlakuan pembelajaran model POGIL.
Sebelum proses belajar mengajar dimulai diberikan tes aktivitas belajar dan
kreativitas. Penilaian psikomotor dilakukan pada saat siswa melakukan praktikum,
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
68
sedang untuk ranah kognitif dan afektif dilakukan setelah selesai pembelajaran.
Desain faktorial penelitian ditunjukkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Desain Faktorial
Model Pembelajaran (A)
MFI (A1) POGIL (A2)
Aktivitas tinggi(B1)
Kreativitas Tinggi (C1)
A1B1C1 A2B1C1
Kreativitas rendah (C2)
A1B1C2 A2B1C2
Aktivitasrendah
(B2)
Kreativitas Tinggi(C1)
A1B2C1 A2B2C1
Kreativitas rendah (C2)
A1B2C2 A2B2C2
Keterangan :
A : Model Pembelajaran
A1 : Model Pembelajaran MFI (Modified Free Inquiry)
A2 : Model Pembelajaran POGIL (Process-Oriented Guided-Inquiry Learning)
B1 : Kemampuan aktivitas belajar tinggi
B2 : Kemampuan aktivitas belajar rendah
C1 : Kemampuan kreativitas tinggi
C2 : Kemampuan kreativitas rendah
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Penetapan Populasi
Populasi adalah seluruh siswa kelas XII IPA MAN ParakanTemanggung, pada
Tahun pelajaran 2012/2013 terdiri 4 kelas, yaitu: XII IPA-1, XII IPA-2, XII IPA-3,
XII IPA-4.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
69
2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling,
yaitu teknik memilih sampel dari kelompok-kelompok unit-unit kecil dari populasi
secara acak dengan cara undian. Undian tersebut dilaksanakan satu tahap dengan dua
kali pengambilan. Diperoleh kelas XII IPA-1 sebagai kelas MFI dan kelas XII IPA-2
kelas POGIL. Untuk menunjukkan bahwa kelas XII IPA1 dan XII IPA2 berasal dari
sampel yang homogen dilakukan uji Univariate Analysis of Variance, =0,05,
terhadap nilai raport kenaikan umum kelas XI semester 2 tahun ajaran 2011/2012.
Dari uji ini diketahui nilai, sig 0,307 > 0,05.
Sedangkan untuk menunjukkan bahwa kondisi awal XII IPA-1 dan XII IPA-2,
tidak ada perbedaan dengan uji yang sama diperoleh Dependent Variable: nilai, sig
0,363 > 0,05. Dapat disimpulkan, kedua sampel XII IPA 1 dan IPA 2, tidak terdapat
perbedaan prestasi belajar, kedua sampel memiliki keadaan awal yang sama dan
berasal dari sampel yang homogen. Hasil uji terlihat dalam lampiran.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini sebagai variabel terikat adalah prestasi belajar materi
elektrolisis aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Variabel bebas yang dipakai
adalah model pembelajaran Modified Free Inquiry (MFI) dan model Process-
Oriented Guided-Inquiry Learning (POGIL). Variabel moderator yang digunakan
adalah aktivitas belajar dan kreativitas siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
70
2. Definisi Operasional
a. Prestasi belajar adalah tingkatan keberhasilan siswa dalam memahami dan
menguasai setiap materi pelajaran dari segi kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap) dan psikomotorik (keterampilan).
b. MFI (Modified Free Inquiry), adalah model pembelajaran yang berbasis inquiry,
merupakan perpaduan antara inquiry terbimbing dan inquiry bebas yang
menggunakan proses pembelajaran berpusat kepada siswa, guru sebagai
pemimpin, monitor/penilai, fasilitator, dan evaluator, memandu dengan
pertanyaan, memberi kebebasan dengan sedikit bimbingan dalam merancang,
menyusun alat menentukan bahan, mencari jawaban melalui pengamatan,
eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban pemecahkan
masalah dalam kerja kelompok, sesuai dengan langkah-langkah ilmiah.
c. POGIL adalah pembelajaran berbasis inquiry terbimbing. Proses kegiatan yang
berbasis inguiry, proses pembelajaran berpusat kepada siswa, guru sebagai
pemimpin, monitor/penilai, fasilitator, dan evaluator, menggunakan siklus belajar
yang dipandu dengan pertanyaan, semua kegiatan siswa melalui bimbingan guru
dalam merancang, menyusun alat menentukan bahan, mencari jawaban melalui
pengamatan, eksplorasi atau prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban
pemecahan masalah dalam kerja kelompok, sesuai dengan langkah-langkah
ilmiah.
d. Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-
fisik yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru, bekerjasama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
71
siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
e. Kreativitas adalah kemampuan memunculkan dan mengembangkan gagasan, ide-
ide baru maupun pengetahuan sebagai pengembangan dari ide-ide yang telah
lahir sebelumnya secara rasional yang meliputi: kelancaran berpikir, keluwesan,
elaborasi dan keaslian sangat mendukung terlaksananya dan keberhasilan
pembelajaran tersebut.
3. Skala Pengukuran dari Variabel Penelitian
Variabel pembelajaran berupa model MFI dan POGIL berskala nominal.
Variabel aktivitas belajar dan kreativitas siswa berskala pengukuran ordinal, yang
dibedakan menjadi kategori tinggi dan rendah. Perbedaan kategori untuk aktivitas
belajar dan kreativitas siswa ini berdasarkan skor rata-rata kedua kelas. Siswa
dengan perolehan skor sama dan/atau di atas rata-rata dimasukkan dalam kategori
tinggi, sedangkan siswa dengan perolehan skor di bawah rata-rata dimasukkan dalam
kategori rendah. Variabel terikat yang diukur dalam penelitian ini meliputi prestasi
belajar kognitif, afektif, psikomotorik yang berskala interval.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini data diambil sebelum perlakuan, saat perlakuan dan sesudah
perlakuan dengan teknik nontes dan tes.
1. Teknik Tes
Tes merupakan teknik pengambilan data dengan memberikan serangkaian
pertanyaan yang harus dijawab peserta didik dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspek tertentu. Pada penelitian ini, teknik tes digunakan untuk mendapatkan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
72
prestasi belajar siswa ranah kognitif , serta data kreativitas siswa, melalui tes uji
kemampuan verbal.
2. Teknik Non Tes
Pada penelitian ini digunakan teknik pengambilan data nontes berupa angket
yang berisi daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden. Angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung dan tertutup. Dalam
pengumpulan angket ini, daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan
jawabannya sudah disediakan. Teknik angket ini digunakan untuk mendapatkan data
nilai prestasi belajar ranah afektif pada materi elektrolisis, serta nilai aktivitas belajar.
3. Teknik Observasi
Teknik observasi dilakukan pada penelitian ini adalah teknik tak langsung, yaitu
pengamatan melalui instrumen pengamatan, untuk mendapatkan kumpulan data dari
prestasi belajar psikomotorik, pada saat siswa melakukan kegiatan eksperimen.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan adalah
terdiri dari instrumen pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengambilan data.
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Pada penelitian ini penulis menggunakan Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Instrumen Pengambilan Data
a. Tes Prestasi Belajar Ranah Kognitif
Dalam penelitian ini digunakan tes prestasi ranah kognitif dengan menggunakan
soal-soal pilihan ganda, jawaban siswa sudah tersedia dengan item pilihan jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
73
berjumlah 5 buah yaitu bersimbol A, B, C, D, dan E. Tes dilaksanakan setelah proses
pembelajaran, skor 1 untuk jawaban benar, skor 0 untuk jawaban salah.
b. Tes Kreativitas Siswa
Konstruksi tes kreativitas verbal berlandaskan model struktur intelek Guilford.
Terdiri dari 6 sub tes, jumlah total 24 butir soal, semuanya mengukur dimensi
operasi berpikir divergen, dengan dimensi kontan verbal. Sub tes 1-4, tes ini semi
obyektif jawaban berupa kosa kata. Penskoran untuk sub tes 1-4 bagian fleksibilitas
mempunyai skor sama, yaitu skor 1 untuk setiap jawaban yang benar, skor 0 jawaban
salah/tidak menjawab, skor maksimal 10. Sub tes 5 bagian originalitas untuk setiap
jawaban yang benar diberikan skor 3, skor 0 jawaban salah/tidak menjawab dan skor
maksimal 10. Sub tes 6, skor 5 setiap jawaban benar, skor 0 jawaban salah/tidak
menjawab, skor maksimal 10. Penetapan nilai adalah jumlah skor dibagi 240, dikali
100. Nilai menggunakan rentang 0 sampai 100.
c. Angket Prestasi Belajar Ranah Afektif dan Aktivitas Belajar
Untuk memperoleh nilai prestasi belajar ranah afektif digunakan angket yang
diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran. Angket aktivitas belajar
diberikan sebelum pembelajaran. Jenis angket yang digunakan adalah angket
langsung yang sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Setiap butir angket
disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah ditentukan sebelumnya.
Angket prestasi afektif terdiri dari 40 butir pertanyaan yang mengacu pada aspek
sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Angket aktivitas belajar terdiri dari 40
butir pertanyaan yang mengacu pada aspek visual activites (aktivitas visual), oral
activites (aktivitas mulut), listening activites (aktivitas pendengaran), writing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
74
activites (aktivitas penulisan), drawing activites (aktivitas gambaran), motor activites
(aktivitas motorik), mental activites (aktivitas mental). Kedua angket ini
menggunakan empat butir pilihan dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
Penentuan skor dan nilai dapat dilihat lampiran.
d. Observasi Psikomotorik
Penilaian observasi dilakukan melalui pengamatan secara tak langsung yang
menggunakan instrumen pengamatan. Yaitu instrumen yang berupa pedoman
observasi berisi jenis keterampilan yang diobservasi mencakup kegiatan siswa yang
meliputi: persiapan, kegiatan eksperimen, dan kegiatan akhir saat siswa bekerja di
laboratorium. Pemberian skor dari rendah ke tinggi yaitu angka 1,2,3. Rentang nilai
0 sampai 100. Penyusunan rancangan penilaian dimulai dari pembuatan kisi-kisi
yang berisi spesifikasi keterampilan siswa yang akan diamati serta diambil skor
nilainya. Penyusunan kisi-kisi disesuaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
G. Validasi Instrumen
Validitas merupakan pengujian untuk mengetahui tingkat keshahihan butir soal
sehingga mampu mengukur kemampuan siswa. Instrumen dikatakan valid apabila
instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah: validitas isi, dan validasi konstruk.
Kedua uji validasi tersebut dilakukan oleh dua orang panel pakar.
Validitas isi adalah sebuah validitas instrumen yang menunjukkan bahwa isi dari
instrumen yang disusun benar-benar dibuat berdasarkan literatur yang ada dan
mewakili setiap aspek yang akan diukur. Instrumen yang harus mempunyai validasi
isi adalah instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur hasil belajar dalam aspek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
75
kecakapan akademik, pada penelitian ini yaitu validasi ranah kognitif dan kreativitas
siswa.
Sebuah tes dikatakan memiliki validasi konstruk apabila butir-butir soal yang
membangun tes mengukur setiap aspek yang disebutkan dalam tujuan pembelajaran.
Validasi ini digunakan untuk instrumen non tes untuk mengukur sikap, dalam hal ini
yaitu ranah afektif, psikomotorik, dan aktivitas belajar.
Untuk mendapatkan validitas isi dan konstruk, maka sebelum menyusun
instrumen tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya dan dikonsultasikan kepada ahli,
dalam hal ini adalah dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II. Sedangkan
validasi instrumen dalam penelitian ini juga dilakukan oleh dua orang panelis untuk
memeriksa kecocokan antara indikator dengan butir-butir instrumen.
H. Uji Coba Instrumen
Suatu instrumen (tes) dapat dikatakan baik jika tes tersebut memiliki ciri sebagai
alat ukur yang baik. Kriterianya antara lain: memiliki validitas yang cukup tinggi dan
reliabilitas yang baik. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, maka instrumen
akan diujicobakan dahulu untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda,
dan derajat kesukaran. Untuk instrumen afektif, aktivitas, kreativitas akan diuji
validitas dan reliabilitasnya saja, sedangkan untuk tes kognitif digunakan juga uji
taraf kesukaran dan uji daya pembedanya.
1. Uji Validitas
Suatu instrumen yang valid/sahih memiliki angka validitas yang tinggi. Angka
validitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Korelasi Pearson Product
Moment:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
76
Keterangan:
: Korelasi Pearson Product Moment = angka validitas item
N : jumlah siswa
X : skor butir soal
Y : skor total
x.y : jumlah x.y
Item tes dikatakan valid jika rxy-obs pada tabel sig > 5%. Butir soal dinyatakan
valid jika memiliki r hitung r tabel. Setelah diperoleh, kemudian diinterpretasikan
sebagai berikut :
0,91- 1,00 : sangat tinggi (ST)
0,71- 0,90 : tinggi (T)
0,41-0,70 : cukup ( C)
0,21-0,40 : rendah ( R)
Negatif – 0,20 : sangat rendah (SR)
(Masidjo,1995 :243)
Dari hasil uji coba instrumen terlihat Tabel 3.3.berikut:
Tabel 3.3. Hasil Uji Coba Instrumen
Valid Invalid Nomor Soal Total Nomor Soal
Prestasi Kognitif 25 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,16,1
7,19,20,21,22,24,25,28,29,30. 5 14,15,18,23,27
Prestasi Afektif 31
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,18,19,20,21,22,23,24,25,27,28,29,30,31,32,33,34,35,36,40.
9 1,13,15,16,17,26,37,38,39.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
77
TotalValid
TotalInvalid
Nomor Soal Nomor Soal
Aktivitas Belajar 34
1,2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,13,14,16,17,18,19,20,21,22, 23,24,25,27,28,29,30
6 16,17,26,36,38,39.
Kreativitas 20 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 24. 4 1,3,9,18.
2. Uji Reliabilitas.
Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dapat dipercaya
sebagai alat pengumpul data yang bersangkutan. Kapan pun digunakan, instrumen ini
akan memberikan hasil yang relatif sama. Untuk menghitung indeks reliabilitas tes
bentuk objektif, digunakan rumus KR 20 sebagai berikut ini:
Keterangan :
rtt : koefisien reliabilitas
n : jumlah item
S : standart deviasi
p : indeks kesukaan
q : 1 – p
Untuk menguji reliabilitas item soal pada instrumen angket afektif, aktivitas
belajar serta tes kreativitas verbal, penilaian rumus alpha (digunakan untuk mencari
realibilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut :
rtt 2
2
11
t
i
S
S
NN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
78
Keterangan :
rtt : koefisien realibilitas instrumen
N : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
i2 : jumlah kuadrat S tiap-tiap item
St2 : kuadrat dari S total keseluruhan item
St = 221
XXNN
Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut :
0,91 : Sangat Tinggi (ST)
0,71 : Tinggi (T)
0,41 : Cukup (C)
0,21 : Rendah (R)
Negatif : Sangat Rendah (SR)
(Masidjo, 2007:209-239)
Suatu instrumen dikatakan baik atau bisa digunakan dalam kaitannya dengan uji
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 didapatkan
indeks reliabilitas tertera dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Instrumen Hasil ReliabilitasJumah Soal Reliabilitas Kriteria
Prestasi Kognitif 30 0,940 Sangat TinggiPrestasi Afektif 40 0,880 TinggiAktivitas Belajar 40 0,884 Tinggi
Kreativitas Siswa 24 0,606 Cukup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
79
Dari hasil uji validitas dan reliabilitas dapat disimpulkan, untuk instrumen
prestasi belajar kognitif dengan jumlah soal 30 nilai reliabilitas 0,940, dan soal tidak
valid pada soal no 14, 15, 18, 23, 27, kelima soal tersebut dibuang karena indikator
sudah terwakili. Aspek afektif mempunyai reliabilitas 0,880; dengan perbaikan dan
uji coba kembali pada soal yang tidak valid diperoleh reliabilitas 0,920 semua soal
dinyatakan valid. Aspek aktivitas belajar mempunyai reliabilitas 0,869 setelah
perbaikan soal dan uji coba diperoleh reliabilitas 0,884 semua soal valid. Sedang soal
kreativitas verbal reliabilitas 0,606, terdapat 4 soal tidak valid dan dibuang karena
indikator sudah terwakili. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat di lampiran.
3. Uji Daya Kesukaran (DK)
Soal yang baik memiliki derajat kesukaran yang memadai, yaitu tidak terlalu
sukar dan tidak terlalu mudah. Derajat kesukaran suatu item soal dapat diketahui
dari jumlah siswa yang menjawab benar pada soal tesebut. Derajat kesukaran soal
dinyatakan dalam bilangan indeks yang dinamakan Indeks Kesukaran (IK)
Rumus indeks kesukaran:
Keterangan:
IK : indeks kesukaran
B : jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N : jumlah seluruh siswa
Dengan klasifikasi :
0,81 – 1,00 : mudah sekali (MS)
0,61 – 0,80 : mudah (M)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
80
0,41 – 0,60 : sedang (Sd)
0,21 – 0,40 : sukar (S)
0,00 – 0,20 : sukar sekali (SS)
(Masidjo, 1995 : 201)
Berdasarkan hasil perhitungan, untuk soal ranah kognitif didapatkan 11 soal
sukar, 7 soal sedang, 12 soal mudah. Hasil perhitungan ditunjukkan oleh Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran soal Item soal Jumlah
Sukar 2,4,16,18 4Sedang 1,7,8,9,10,11,12,15,19,25,26,27,30 13Mudah 5,6,7,20,21,22,24,28,29 9
Mudah sekali 5,13,14,23 4
4. Uji Daya Pembeda
Uji ini dilakukan terhadap soal kognitif. Daya pembeda suatu item adalah taraf
sampai mana jumlah jawaban benar dari siswa-siswa yang tergolong kelompok atas
(pandai) berbeda dari siswa-siswa yang tergolong kelompok bawah (kurang pandai)
untuk suatu item (Masidjo, 1995:196). Perbedaan jawaban benar dari siswa tergolong
kelompok atas dan bawah disebut Indeks Diskriminasi (ID).
ID =
Keterangan :
ID : indeks diskriminasi
KA : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa
tergolong kelompok atas
KB : jumlah jawaban benar yang diperoleh dari siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
81
tergolong kelompok bawah
NKA atau NKB : jumlah siswa yang tergolong kelompok
atas atau bawah
NKA atau NKB x Skor maksimal : perbedaan jawaban benar dari siswa-siswa
yang tergolong kelompok atas dan bawah
yang seharusnya diperoleh.
Kualifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut :
0,80 : Sangat Membedakan (SM)
0,60 : Lebih Membedakan (LM)
0,40 : Cukup Membedakan (CM)
0,20 : Kurang Membedakan (KM)
Negatif : Sangat Kurang Membedakan (SKM)
(Masidjo, 2007:198-201)
Dari hasil uji terhadap instrumen kognitif diperoleh hasil tertera Tabel 3.6. berikut:
Tabel 3.6. Analisis Daya Pembeda
Daya Pembeda Item soal Jumlah
Sangat membedakan 8, 19,21,26,28 5
Lebih membedakan 3,12,17,30 4
Cukup membedakan 7,9,10,11,15,25,29 7
Kurang mebedakan 1,6,7,13,14,16,20,22,24,27 11
Sangat kurang membedakan 14,18,23 3
Hasil analisi daya pembeda terhadap soal kognitif diperoleh: untuk soal no 14
mudah, kategori kurang membedakan, soal no 15 kategori sedang, sangat
membedakan, soal no 18 kategori sukar sangat kurang membedakan, soal no 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
82
kategori mudah sekali sangat kurang membedakan, dan soal no 27 kategori sedang
kurang membedakan, kelima soal tersebut uji validitas dinyatakan tidak valid, kelima
soal tersebut dibuang karena sudah terwakili indikatornya.
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum hipotesis di uji, akan dilakukan uji prasyarat terlebih dahulu untuk
mengetahui apakah sampel tersebut normal dan homogen, yaitu dengan uji
normalitas dan homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi
yang terdistribusi normal atau tidak. Uji pengolahan normalitas ini menggunakan
bantuan software SPSS 18.
1) Menetapkan Hipotesis
Ho : tidak ada perbedaan sampel penelitian dengan sampel yang terdistribusi
normal
Ha : ada perbedaan sampel penelitian dengan sampel yang terdistribusi
normal
2) Menetapkan taraf signifi
Taraf signifikansi adalah angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisis. Taraf signifikansi yang akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah 0,05 atau 5%.
3) Keputusan uji
H0 ditolak jika p-value <
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
83
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini dilakukan untuk mengetahui , apakah sampel berasal dari
populasi homogen atau tidak. Uji yang digunakan adalah Levene’s Test of Equality of
Error Variance’s, pengolahan data menggunakan bantuan software SPSS 18.
1) Menetapkan Hipotesis
Hipotesis :
Ho : tidak ada perbedaan varian pada sampel yang diteliti
Ha : ada perbedaan varian pada sampel yang diteliti
Taraf signifikansi adalah angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisis. Taraf signifikansi yang akan digunakan dalam
penelitian yang akan dilakukan adalah 0,05 atau 5%.
2) Keputusan Uji
Ho ditolak jika p-
2. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan uji non parametrik, dengan
bantuan software SPSS 18, melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Prosedur
Hipotesis Ada 7 hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini, yaitu :
1). H0A i = 0: Tidak ada pengaruh penggunaan pembelajaran model MFI dan
POGIL terhadap prestasi belajar.
H1A i 0: Ada pengaruh penggunaan pembelajaran model MFI dan POGIL
terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
84
2). H0B : j = 0: Tidak ada pengaruh aktivitas belajar tinggi rendah terhadap prestasi
belajar.
H1B : j 0: Ada pengaruh aktivitas belajar tinggi rendah terhadap prestasi
belajar.
3). H0C k = 0: Tidak ada pengaruh kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi
belajar.
H1C: k 0: Ada pengaruh kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar.
4). H0AB ij = 0: Tidak Ada interaksi antara pembelajaran model MFI dan POGIL
dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.
H1AB: ij 0: Ada interaksi antara pembelajaran model MFI dan POGIL dengan
aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.
5). H0AC ik = 0: Tidak Ada interaksi antara pembelajaran model MFI dan POGIL
dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
H1AC ik 0: Ada interaksi antara pembelajaran model MFI dan POGIL dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
6). H0BC jk = 0: Tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar.
H1BC: jk Ada interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar.
7). H0ABC: ijk =0: Tidak ada interaksi antara pembelajaran model MFI dan POGIL,
dengan aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
85
H1ABC: ijk 0: Ada interaksi antara pembelajaran model MFI dan POGIL,
dengan aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
86
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) data hasil angket aktivitas
belajar, 2) data hasil tes kreativitas verbal, 3) data hasil belajar yang terdiri dari
aspek kognitif berupa tes soal pilihan ganda, aspek afektif berupa angket, aspek
psikomotorik siswa berupa observasi di laboratorium. Data diperoleh dari kelas XII
IPA-1 sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran model MFI dan XII IPA-2
sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran model POGIL.
1. Data Aktivitas Belajar
Data aktivitas belajar dikelompokkan dalam dua kategori yaitu aktivitas
belajar tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai aktivitas belajar rata-rata nilai
aktivitas belajar seluruh kelas dan aktivitas belajar rendah bagi siswa yang
mempunyai nilai aktivitas belajar < rata-rata nilai aktivitas belajar seluruh kelas.
Jumlah siswa 60, terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen MFI dan 30 siswa kelas
eksperimen POGIL. Dari penggolongan aktivitas belajar, terdapat 27 siswa memiliki
aktivitas belajar tinggi, 33 siswa memiliki aktivitas belajar rendah, terdiri dari 21
siswa kelas MFI dan 12 siswa kelas POGIL. Secara rinci disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar
Model MFI Model POGILAktivitas Tinggi Aktivitas Rendah Aktivitas Tinggi Aktivitas Rendah
Mean 53,3 56,2 72,9 68,7
SD 10,2 7,9 1,.0 15,6
Max 68 68 88 96
Min 32 44 52 36
N 9 21 18 12
86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
87
2. Data Kreativitas Siswa
Berdasarkan nilai kreativitas, kemampuan kreativitas siswa dikelompokkan
dalam dua kategori yaitu kreativitas tinggi dan kreativitas rendah. Kreativitas tinggi,
jika nilai kreativitas rata-rata nilai kreativitas kelas MFI dan POGIL. Kreativitas
rendah jika nilai kreativitas < rata-rata nilai kreativitas kelas MFI dan POGIL. Nilai
rata-rata kelas MFI dan POGIL didapat sebesar 62,1. Berdasarkan ketentuan tersebut
maka sebanyak 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen model MFI dan
30 siswa kelas eksperimen model POGIL.Terdapat 29 siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan 31 siswa memiliki kreativitas rendah. Hasil prestasi kognitif
kreativitas secara rinci disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Berdasarkan kreativitas Siswa
Model MFI Model POGILKreativitas
TinggiKreativitas
RendahKreativitas
TinggiKreativitas
Rendah
Mean 54,4 56,6 72,7 70,2
SD 8,6 8,8 13,5 13,7
Max 64 68 96 88
Min 32 44 52 52
N 17 13 12 18
3. Data Prestasi Belajar Kognitif
a. Data Prestasi Kognitif Tiap Sel
Rentang skor prestasi kognitif yaitu 0 –100. Secara umum deskripsi data prestasi
kognitif dengan menggunakan kategori pengelompokan, model pembelajaran,
aktivitas belajar dan kreativitas siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
88
Tabel 4.3. Deskripsi Data Prestasi Kognitif Tiap Sel
Model Aktivitas Belajar Kreativitas Mean SD Maximum Minimum N
MFITinggi Tinggi 52,8 11,8 60 32 5
Rendah 54,0 9,5 68 48 4
RendahTinggi 55,0 7,5 64 44 12
Rendah 57,8 8,7 68 44 9
POGILTinggi
Tinggi 69,8 12,8 84 52 9Rendah 76,0 11,0 88 52 9
RendahTinggi 81,3 14,0 96 68 3
Rendah 64,4 14,3 88 36 9
b. Data Prestasi Kognitif Kelas MFI dan POGIL
Hasil analisis data nilai prestasi kognitif pada kelas model MFI dan model
POGIL, modus rentang nilai 52-60, yaitu 13 siswa pada kelas MFI, sedangkan
modus kelas POGIL pada rentang nilai 70-78 dan 79-87 masing-masing 8 siswa.
Secara rinci Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Kelas MFI dan POGIL disajikan
pada Tabel 4.4 dan Gambar histogram Prestasi Kognitif Kelas MFI dan POGIL pada
gambar 4.1.
Tabel 4.4. Distribusi Prestasi Kognitif Berdasarkan Model MFI dan POGIL
Interval Nilai Tengah
MFI POGIL
Frekuensi FrekuensiMutlak Relatif (%) Mutlak Relatif (%)
25-33 29 1 3.3 0 0.034-42 38 0 0.0 1 3.343-51 47 8 26.7 0 0.052-60 56 13 43.3 7 23.361-69 65 8 26.7 3 10.070-78 74 0 0.0 8 26.779-87 83 0 0.0 8 26.788-96 92 0 0.0 3 10.0
Jumlah 30 100.0 30 100.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
89
Gambar 4.1. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Pembelajaran Model MFI dan POGIL
c. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar
Modus nilai kognitif untuk kemampuan aktivitas tinggi pada rentang nilai 52-
60 yaitu 9 siswa, sedang kemampuan aktivitas rendah pada rentang 52-60 yaitu 11
siswa. Tidak ada siswa memiliki rentang nilai 34-42 untuk kelas MFI, dan rentang
nilai 25-33 kelas POGIL. Secara rinci distribusi frekuensi prestasi kognitif
berdasarkan aktivitas belajar disajikan pada Tabel 4.5 dan histogram pada gambar
4.2 sebagai berikut:
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan aktivitas belajar
IntervalNilai
Tengah
Aktivitas Belajar Tinggi Aktivitas Belajar RendahFrekuensi Frekuensi
Mutlak Relatif (%) Mutlak Relatif (%)
25-33 29 1 3.7 0 0.034-42 38 0 0.0 1 3.043-51 47 2 7.4 6 18.252-60 56 9 33.3 11 33.361-69 65 2 7.4 9 27.370-78 74 5 18.5 3 9.179-87 83 7 25.9 1 3.088-96 92 1 3.7 2 6.1
Jumlah 27 100.0 33 100.0
Fre
kuen
siNilai Tengah
MFI
POGIL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
90
Gambar 4.2. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Aktivitas Belajar
d. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas
Hasil analisis diperoleh modus pada rentang nilai 52-60 untuk kreativitas tinggi
yaitu: 12, pada rentang sama untuk kreativitas rendah yaitu sebanyak 8 siswa. Tidak
ada siswa yang mempunyai nilai pada rentang 34-42, baik kelas MFI atau POGIL.
Distribusi frekuensi prestasi kognitif berdasarkan kreativitas disajikan pada Tabel
4.6 dan histogram prestasi kognitif berdasarkan kreativitas pada gambar 4.3.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa
IntervalNilai
Tengah
Kreativitas Tinggi Kreativitas RendahFrekuensi Frekuensi
Mutlak Relatif (%) Mutlak Relatif (%)25-33 29 1 3.4 1 3.234-42 38 0 0.0 0 0.043-51 47 4 13.8 4 12.952-60 56 12 41.4 8 25.861-69 65 4 13.8 7 22.670-78 74 3 10.3 5 16.179-87 83 4 13.8 4 12.988-96 92 1 3.4 2 6.5
Jumlah 29 100.0 31 100.0
Fre
kuen
siNilai Tengah
Aktivitas Tinggi
Aktivitas Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
91
Gambar 4.3. Histogram Prestasi Kognitif Berdasarkan Kreativitas Siswa
4. Data Prestasi Afektif
Selain penilaian kognitif, juga dilakukan penilaian afektif siswa untuk
memberikan informasi tentang sikap siswa. Penilaian afektif diperoleh dari angket
yang diisi oleh siswa dalam pembelajaran materi pokok elektrolisis. Angket aspek
afektif diberikan kepada siswa untuk mengukur minat, sikap, nilai, konsep diri dan
moral siswa terhadap mata pelajaran kimia.
a. Data Prestasi Afektif Tiap Sel
Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai rata-rata paling tinggi adalah 82,3
untuk siswa diberikan pembelajaran dengan POGIL, aktivitas belajar rendah
kreativitas tinggi, sedangkan rata-rata paling rendah adalah 71,6 untuk siswa yang
mendapatkan pembelajaran MFI, aktivitas belajar rendah kreativitas rendah.
Deskripsi data sebaran pestasi afektif tiap sel secara rinci dapat dilihat Tabel 4.7.
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
Kreativitas Tinggi
Kreativitas Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
92
Tabel 4. 7. Deskripsi Data Sebaran Pestasi Afektif Tiap Sel
ModelAktivitas Belajar Kreativitas Mean SD Maximum Minimum N
MFITinggi Tinggi 76,1 2,9 79 73 5
Rendah 78,8 4,1 83 74 4
RendahTinggi 75,5 4,5 85 69 12Rendah 71,6 3,6 75 66 9
POGILTinggi Tinggi 81,3 3,3 86 74 9
Rendah 80,8 4,4 89 75 9
RendahTinggi 82,3 7,3 89 74 3
Rendah 75,6 5,7 83 64 9
b. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Model MFI Dan POGIL
Hasil analisis nilai prestasi belajar afektif berdasarkan pembelajaran MFI dan
POGIL, modus untuk rentang nilai 71-74 kelas MFI: 12 siswa, pada rentang 79-82,
sebanyak 9 siswa, selengkapnya disajikan pada Tabel 4.8. Sedang gambar histogram
prestasi afektif berdasarkan model dapat dilihat pada gambar 4.4.
Tabel 4.8. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan model MFI dan POGIL
Interval Nilai Tengah
MFI POGILFrekuensi Frekuensi
Mutlak Relatif Mutlak Relatif63-66 64,5 1 3.3 1 3.367-70 68,5 4 13.3 0 0.071-74 72,5 12 40.0 5 16.775-78 76,5 7 23.3 6 20.079-82 80,5 4 13.3 9 30.083-86 84,5 2 6.7 7 23.387-90 88,5 0 0.0 2 6.7
Jumlah 30 100.0 30 100.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
93
Gambar 4.4. Histogram prestasi afektif perbandingan pembelajaran model MFI dan POGIL.
c. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Aktivitas Belajar
Hasil analisis data, aktivitas belajar tinggi terhadap prestasi belajar afektif
diperoleh modus pada interval 79-82 sebanyak 14 siswa, sedangkan aktivitas rendah
pada interval 71-74 sebanyak 13 anak. Secara rinci deskripsi frekuensi aktivitas
belajar terhadap prestasi afektif terlihat Tabel 4.9. Histogram perbandingan aktivitas
belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif Gambar 4.5.
Tabel. 4.9. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Aktivitas Belajar
Interval Nilai Tengah
Aktivitas Belajar Tinggi
Aktivitas Belajar Rendah
Frekuensi Frekuensi
Mutlak Relatif Mutlak Relatif63-66 64,5 0 0.0 2 6.167-70 68,5 0 0.0 4 12.171-74 72,5 4 14.8 13 39.475-78 76,5 6 22.2 7 21.279-82 80,5 10 37.0 3 9.183-86 84,5 6 22.2 3 9.187-90 88,5 1 3.7 1 3.0
Jumlah 27 100.0 33 100.0
Fre
kuen
siNilai Tengah
MFI
POGIL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
94
Gambar 4.5. Histogram Prestasi Afektif Berdasarkan Aktivitas Belajar
d. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas Siswa
Berdasarkan hasil analisis data, modus kemampuan kreativitas kategori tinggi
pada interval 71-74 sebanyak 10, sedangkan kategori rendah pada interval 75-78
sebanyak 9. Deskripsi frekuensi prestasi afektif berdasarkan kreativitas disajikan
pada Tabel 4.10 dan histogram prestasi afektif berdasarkan kreativitas disajikan
Gambar 4.6 dibawah ini :
Tabel. 4.10. Deskripsi Frekuensi Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas
Interval Nilai Tengah
Kreativitas Tinggi Kreativitas RendahFrekuensi Frekuensi
Mutlak Relatif Mutlak Relatif63-66 64,5 0 0.0 2 6.567-70 68,5 1 3.4 3 9.771-74 72,5 10 34.5 7 22.675-78 76,5 4 13.8 9 29.079-82 80,5 7 24.1 6 19.483-86 84,5 6 20.7 3 9.787-90 88,5 1 3.4 1 3.2
Jumlah 29 100.0 31 100.0
Fre
kuen
siNilai Tengah
Aktivitas Tinggi
Aktivitas Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
95
Gambar 4.6. Histogram Prestasi Afektif Berdasarkan Kreativitas
5. Data Prestasi Psikomotor
Tipe prestasi ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau
kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu. Instrumen
prestasi ranah psikomotor yang telah divalidasi oleh ahli digunakan untuk mengukur
keterampilan siswa saat melakukan eksperimen. Jenis keterampilan yang diobservasi
mencakup kegiatan siswa yang meliputi: persiapan, kegiatan eksperimen, dan
kegiatan akhir saat siswa bekerja di laboratorium. Pemberian skor dari rendah ke
tinggi yaitu angka 1,2,3. Rentang nilai 0 sampai 100.
a. Data Prestasi Psikomotorik Tiap Sel
Penggolongan secara umum perbandingan prestasi psikomotorik kelas
eksperimen yang menggunakan pembelajaran model MFI dan dan pembelajaran
model POGIL, ditinjau dari aktivitas belajar dan kreativitas siswa, dapat dilihat pada
Tabel 4.11. Sel dengan jumlah siswa terbanyak yaitu 12, adalah siswa dengan
diberikan model MFI kemampuan aktivitas rendah, kreativitas tinggi.
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
Kreativitas Tinggi
Kreativias Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
96
Tabel 4.11. Deskripsi Data Sebaran Prestasi Psikomotor Tiap Sel
ModelAktivitas Belajar Kreativitas Mean SD Maximum Minimum N
MFITinggi Tinggi 81.0 4.6 86 75 5
Rendah 78.5 4.7 83 72 4
RendahTinggi 81.7 2.5 83 78 12Rendah 78.1 2.9 81 72 9
POGILTinggi Tinggi 80.6 3.4 83 75 9
Rendah 75.0 3.7 81 72 9
RendahTinggi 85.2 4.2 89 81 3
Rendah 77.5 5.8 89 72 9
b. Deskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan MFI Dan POGIL
Nilai prestasi psikomotorik, untuk model MFI dan model POGIL secara rinci
pada Tabel 4.12. Sedangkan gambar histogram dapat dilihat Gambar 4.7.
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Kelas MFI dan POGIL
Interval Nilai Tengah
MFI POGILFrekuensi Frekuensi
Mutlak Relatif Mutlak Relatif72-74 73 2 6.7 8 26.775-77 76 2 6.7 5 16.778-80 79 7 23.3 2 6.781-83 82 17 56.7 12 40.084-86 85 2 6.7 1 3.387-89 88 0 0.0 2 6.7
Jumlah 30 100.0 30 100.0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
97
Gambar 4.7. Histogram Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Model MFI Dan POGIL
c. Deskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Aktivitas Belajar
Prestasi belajar psikomotorik berdasarkan kemampuan siswa yang mempunyai
aktivitas belajar tinggi dan rendah, modus pada rentang sama, nilai 81-83, jumlah 13
untuk aktivitas tinggi dan 16 untuk aktivitas rendah. Secara rinci frekuensi
psikomotorik tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.13. Sedangkan gambar histogram
untuk melihat perbandingan prestasi psikomotorik berdasarkan aktivitas belajar
tinggi dan rendah, tertera Gambar 4.8.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik berdasarkan aktivitas belajar tinggi dan rendah.
IntervalNilai
Tengah
Aktivitas Belajar Tinggi
Aktivitas Belajar Rendah
Frekuensi Frekuensi
Mutlak Relatif Mutlak Relatif72-74 73 6 22.2 4 12.175-77 76 4 14.8 3 9.178-80 79 3 11.1 6 18.281-83 82 13 48.1 16 48.584-86 85 0 0.0 2 6.187-89 88 1 3.7 2 6.1
Jumlah 27 100.0 33 100.0
Fre
kuen
siNilai Tengah
MFI
POGIL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
98
Gambar 4. 8 Histogram Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Aktivitas Belajar
d. Deskripsi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Kreativitas Siswa
Prestasi psikomotorik berdasarkan kreativitas siswa tinggi dan rendah dapat
dilihat Tabel 4.14. Gambar histogram perbandingan prestasi psikomotorik
berdasarkan kreativitas Gambar 4.9.
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Kreativitas
Interval Nilai Tengah
Kreativitas Tinggi Kreativitas RendahFrekuensi Frekuensi
Mutlak Relatif Mutlak Relatif72-74 73 0 0.0 10 32.375-77 76 3 10.3 4 12.978-80 79 3 10.3 6 19.481-83 82 19 65.5 10 32.384-86 85 3 10.3 0 0.087-89 88 1 3.4 1 3.2
Jumlah 29 100.0 31 100.0
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
Aktivitas Tinggi
Aktivitas Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
99
Gambar 4.9. Histogram Prestasi Psikomotorik Berdasarkan Kreativitas Siswa
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Jika didapatkan signifikansi 0,05,
maka H0 ditolak (data tidak berdistribusi normal). Nilai signifikansi yang digunakan
mengacu pada rumus Kolmogorov-Smirnova. Hasil komputasi dengan SPSS 18 nilai
prestasi belajar meliputi kognitif disajikan pada Tabel 4.15, afektif pada Tabel 4.16
dan psikomotorik Tabel 4. 17 sebagai berikut:
Tabel 4.16. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Kognitif.
No Kelompok Uji NormalitasKognitif
Komolgorov Smirnov
Taraf Signifikansi Keputusan Uji
1 A 0,038 0,05 Tidak normal2 B 0,057 0,05 Normal3 C 0,111 0,05 Normal4 D 0,200 0,05 Normal5 E 0,117 0,05 Normal6 F 0,200 0,05 Normal7 G 0,200 0,05 Normal
Fre
kuen
si
Nilai Tengah
Kreativitas Tinggi
Kreativitas Rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
100
8 H 0,113 0,05 Normal9 I 0,030 0,05 Tidak normal10 J 0,200 0,05 Normal11 K 0,001 0,05 Tidak normal12 L 0,200 0,05 Normal13 M 0,200 0,05 Normal14 N 0,200 0,05 Normal
Tabel 4.17. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Afektif.
No Kelompok Uji NormalitasAfektif
Komolgorov Smirnov
Taraf Signifikansi Keputusan Uji
1 A 0,082 0,05 Normal2 B 0,023 0,05 Tidak Normal3 C 0,043 0,05 Tidak Normal4 D 0,033 0,05 Tidak Normal5 E 0,019 0,05 Tidak Normal6 F 0,200 0,05 Normal7 G 0,200 0,05 Normal8 H 0,184 0,05 Normal9 I 0,026 0,05 Tidak Normal10 J 0,200 0,05 Normal11 K 0,058 0,05 Normal12 L 0,200 0,05 Normal13 M 0,200 0,05 Normal14 N 0,200 0,05 Normal
Tabel 4.18. Hasil Pengujian Normalitas Data Nilai Psikomotorik.
No Kelompok Uji NormalitasPsikomotorik
Komolgorov Smirnov
Taraf Signifikansi Keputusan Uji
1 A 0,000 0,05 Tidak Normal2 B 0,010 0,05 Tidak Normal3 C 0,001 0,05 Tidak Normal4 D 0,002 0,05 Tidak Normal5 E 0,001 0,05 Tidak Normal6 F 0,004 0,05 Tidak Normal7 G 0,200 0,05 Normal8 H 0,001 0,05 Tidak Normal9 I 0,002 0,05 Tidak Normal10 J 0,200 0,05 Normal11 K 0,025 0,05 Tidak Normal12 L 0,053 0,05 Normal13 M 0,027 0,05 Tidak Normal14 N 0,006 0,05 Tidak Normal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
101
Keterangan:
A : Siswa yang diberi model MFI
B : Siswa yang diberi model POGIL
C : Siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi
D : Siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah
E : Siswa yang memiliki kreativitas tinggi
F : Siswa yang memiliki kreativitas rendah
G : Siswa yang diberi model MFI dengan aktivitas belajar tinggi
H : Siswa yang diberi model MFI dengan aktivitas belajar rendah
I : Siswa yang diberi model POGIL dengan aktivitas belajar tinggi
J : Siswa yang diberi model POGIL dengan aktivitas belajar rendah
K : Siswa yang diberi model MFI dengan kreativitas tinggi
L : Siswa yang diberi model MFI dengan kreativitas rendah
M : Siswa yang diberi model POGIL dengan kreativitas tinggi
N : Siswa yang diberi model POGIL dengan kreativitas rendah
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variansi-variansi dari sejumlah
populasi suatu penelitian apakah sama atau tidak. Jika diperoleh signifikansi 0,05,
maka H0 diterima (kesimpulan data homogen). Hasil komputasi dengan SPSS 18
untuk uji homogenitas dalam penelitian ini hasilnya disajikan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.19. Hasil Pengujian HomogenitasNo Faktor Sig. Keputusan Ho Kesimpulan1. Model Pembelajaran 0,515 Ho diterima Homogen2. Aktivitas Belajar 0,108 Ho diterima Homogen3. Kreativitas Siswa 0,975 Ho diterima Homogen4. Uji Lanjut (Interaksi antara model
pembelajaran dengan aktivitas belajar terhadap prestasi kognitif)
0,216 Ho diterima Homogen
5 Uji Lanjut (Interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa terhadap prestasi kognitif)
0,224 Ho diterima Homogen
6. Uji Lanjut (Interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi kogitif)
0,581 Ho diterima Homogen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
102
Dari Tabel menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi
yang tidak berdistribusi normal dan homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik non
parametrik Kruskal Wallis, yang hasilnya tertera pada tabel berikut ini:
Tabel 4.20. Ringkasan Uji Non Parametrik tipe Kruskal Wallis Prestasi Kognitif
Uji Signifikansi Keputusan KeteranganModel Pembelajaran 0,00 < 0,05 Ho ditolak Ada pengaruhAktivitas belajar 0,109 > 0,05 Ho diterima Tidak ada pengaruhKreativitas 0,418 > 0,05 Ho diterima Tidak Ada pengaruhModel-Kreativitas 0,000 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksiAktivitas-Kreativitas 0,320 > 0,05 Ho diterima Tidak ada interaksiModel-Aktivitas Belajar-Kreativitas 0,001< 0,05 Ho ditolak Ada interaksi
Tabel 4.21. Ringkasan Uji Non Parametrik tipe Kruskall Wallis Prestasi Afektif
Uji Signifikansi Keputusan KeteranganModel Pembelajaran 0,000 < 0,05 Ho ditolak Ada pengaruhAktivitas belajar 0,000 < 0,05 Ho diterima Ada pengaruhKreativitas 0,269 > 0,05 Ho diterima Tidak Ada pengaruhModel-Aktivitas belajar 0,000 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksiModel-Kreativitas 0,001 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksiAktivitas-Kreativitas 0,002 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksiModel-Aktivitas Belajar-Kreativitas 0,001< 0,05 Ho ditolak Ada interaksi
Tabel 4.22. Ringkasan Uji Non Parametrik tipe Kruskall Wallis Prestasi Psikomotorik
Uji Signifikansi Keputusan KeteranganModel Pembelajaran 0,154 > 0,05 Ho diterima Tidak Ada pengaruhAktivitas belajar 0,351 > 0,05 Ho diterima Tidak Ada pengaruhKreativitas 0,000 < 0,05 Ho ditolak Ada pengaruhModel-Aktivitas belajar 0,471 > 0,05 Ho diterima Tidak Ada interaksiModel-Kreativitas 0,001 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksiAktivitas-Kreativitas 0,000 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksiModel-Aktivitas Belajar-Kreativitas 0,005 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksi
Hipotesis untuk hasil belajar siswa dapat disimpulkan bahwa sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
103
Ho: Tidak ada pengaruh penggunaan model MFI dan POGIL terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif serta psikomotorik.
Ha : Ada pengaruh penggunaan model MFI dan POGIL terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif serta psikomotorik.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi
prestasi belajar kognitif dan afektif 0,000 (<0,05: Ho ditolak) dan 0,154 (>0,05: Ho
diterima) untuk prestasi belajar psikomotorik. Pada uji hipotesis pertama ini, Ho
ditolak yang artinya ada pengaruh penggunaan model MFI dan POGIL terhadap
prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi tidak memberikan pengaruh pada hasil
belajar psikomotorik.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada pengaruh aktivitas belajar tinggi rendah terhadap prestasi
belajar.
Ha : Ada pengaruh aktivitas belajar tinggi rendah terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,109
(>0,05: Ho diterima) pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,000 (<0,05:
Ho ditolak) pada prestasi belajar afektif, 0,351 (>0,05: Ho diterima). Kesimpulan
pada uji hipotesis kedua ini, tidak ada pengaruh aktivitas belajar tinggi rendah
terhadap prestasi belajar kognitif maupun psikomotorik, namun ada pengaruh
terhadap prestasi belajar afektif.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
104
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada pengaruh kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar.
Ha : Ada pengaruh kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,418
(>0,05: Ho diterima) pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,269 pada
prestasi belajar afektif, (>0,05: Ho diterima) dan 0,000 (<0,05: Ho ditolak). Pada uji
hipotesis ketiga ini, tidak ada pengaruh kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi
belajar kognitif dan afektif, namun ada pengaruh untuk prestasi belajar psikomotorik.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak Ada interaksi antara model pembelajaran POGIL dan MFI dengan
aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar.
Ha : Ada interaksi antara model pembelajaran POGIL dan MFI dengan aktivitas
belajar siswa terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,000
(<0,05: Ho ditolak) pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,000 (<0,05: Ho
ditolak) pada prestasi belajar afektif, serta 0,47(>0,05: Ho diterima) pada prestasi
belajar psikomotorik. Pada uji hipotesis keempat ini, disimpulkan ada interaksi
antara model pembelajaran POGIL dan MFI dengan aktivitas belajar terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
105
prestasi belajar kognitif maupun afektif, tetapi tidak ada interaksi terhadap prestasi
belajar psikomotorik.
5. Pengujian Hipotesis Kelima
Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak Ada interaksi antara model pembelajaran POGIL dan MFI dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
Ha : Ada interaksi antara model pembelajaran POGIL dan MFI dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,000
(<0,05: Ho ditolak) pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,001 (<0,05: Ho
ditolak) pada prestasi belajar afektif, serta 0,001(<0,05: Ho ditolak) pada prestasi
belajar psikomotorik. Pada uji hipotesis kelima ini, disimpulkan ada interaksi antara
model pembelajaran POGIL dan MFI dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar kognitif, afektif serta psikomotorik.
6. Pengujian Hipotesis Keenam
Hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar.
Ha : Ada interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
106
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,320
(>0,05: Ho diterima), pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,002 pada
prestasi belajar afektif, dan 0,000 (<0,05: Ho ditolak) pada prestasi belajar
psikomotorik. Pada uji hipotesis keenam disimpulkan, tidak ada interaksi antara
aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi kognitif namun ada interaksi
pada prestasi belajar afektif dan psikomotorik.
7. Pengujian Hipotesis Ketujuh
Hipotesis ketujuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran POGIL dan MFI, dengan
aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
Ha : Ada interaksi antara model pembelajaran POGIL dan MFI, dengan aktivitas
belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,001
(<0,05: Ho ditolak) pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,000(<0,05: Ho
ditolak) pada prestasi belajar afektif, serta 0,005 (Ho ditolak) pada prestasi belajar
psikomotorik. Pada uji hipotesis ketujuh ini, semua Ho ditolak yang artinya ada
interaksi antara model pembelajaran POGIL dan MFI, dengan aktivitas belajar dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
pembelajaran kimia materi pokok elektrolisis dengan menggunakan model MFI dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
107
POGIL terhadap prestasi belajar, ada atau tidaknya pengaruh aktivitas belajar tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar, ada atau tidaknya pengaruh kreativitas tinggi
dan rendah terhadap prestasi belajar, ada atau tidaknya interaksi antara model MFI
dan POGIL dengan aktivitas belajar, ada atau tidaknya interaksi antara model MFI
dan POGIL dengan kreativitas siswa, ada atau tidaknya interaksi antara aktivitas
belajar dan kreativitas siswa, ada atau tidaknya interaksi antara model MFI dan
POGIL, aktivitas belajar dan kreativitas siswa pada prestasi belajar.
Adapun sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik cluster random
sampling atau sampel acak dengan cara undian kelas dan dengan menggunakan uji
kesamaan rata-rata dihasilkan 2 kelas, 1 kelas sebagai kelompok eksperimen pertama
(kelas XII IPA-1), dikenai model MFI dan 1 kelas sebagai kelompok eksperimen
kedua (kelas XII IPA-2), dikenai model POGIL.
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi prestasi
belajar kognitif 0,000 dan afektif 0,000 (<0,05: Ho ditolak) dan 0,154 (>0,05: Ho
diterima). Kesimpulkan: ada pengaruh penggunaan model MFI dan POGIL terhadap
prestasi belajar kognitif dan afektif, tetapi tidak memberikan pengaruh pada prestasi
belajar psikomotorik. Model pembelajaran berpengaruh meningkatkan kemampuan
siswa dalam belajar, yang merupakan tujuan pembelajaran. Model pembelajaran MFI
dan POGIL adalah model pembelajaran yang berbasis inquiry/penemuan.
Teori Bruner belajar penemuan yaitu pencarian pengetahuan secara aktif oleh
siswa, sehingga akan memberikan hasil yang baik. Piaget dalam teori perkembangan
kognitif, pengetahuan dibagi tiga macam yaitu pengetahuan fisis, matematika-logis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
108
sosial. Faktor perkembangan kognitif siswa dalam belajar materi elektrolisis meliputi
antara lain pengalaman fisik (physical experience) saat observasi melalui interaksi
dengan lingkungan, pengamatan pada proses elektrolisis larutan, matematis-logis terjadi
pada pemecahan penerapan hukum Faraday, pengalaman sosial terjadi ketika siswa
berinteraksi dengan teman/guru saat diskusi. Dari pandangan Bruner dan Piaget
membuktikan bahwa melalui model pembelajaran MFI dan POGIL yang berbasis
inquiry siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan yang diperoleh melalui
penemuan dan pengalaman, sehingga mampu meningkatkan/berpengaruh terhadap
prestasi kognitif. Dapat disimpulkan dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
berbasis inquiry, siswa akan memperoleh pengetahuan yang ditemukan sendiri,
dikonstruksi sendiri, akan menghasilkan pembelajaran yang bermakna yang akan
meningkatkan prestasi kognitif.
Penelitian M Saeed Khan (2011) menyimpulkan metode pengajaran berbasis
inquiry dirancang untuk membuat siswa aktif, untuk meningkatkan prestasi dan
motivasi siswa jika siswa berperan aktif dalam membangun pengetahuan mereka
sendiri dan belajar untuk menggunakan pengetahuan untuk menganalisa proses
ilmiah.
Menurut Piaget pula hanya dengan keaktifan mengolah bahan, bertanya secara
aktif, mencerna bahan dengan kritis, murid akan dapat menguasai bahan dengan
baik. Keaktifan juga akan menumbuhkan karakteristik afektif yang penting, yaitu
sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Terdapat pengaruh model POGIL dan
MFI terhadap prestasi afektif, hasil penelitian ini dikuatkan oleh Popham dalam
Pengembangan Penilaian Afektif Diknas (2008) menjelaskan ranah afektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
109
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada
pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.
Seseorang yang berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai
hasil pembelajaran yang optimal.
Penggunaan model POGIL dan model MFI tidak berpengaruh terhadap prestasi
psikomotor. Penyebab-penyebab tersebut antara lain: belum berlangsungnya
kooperatif yang baik dalam pemecahan masalah melalui kegiatan eksperimen secara
kelompok, sikap siswa dalam melakukan pemecahan masalah melalui eksperimen
kadang-kadang tidak menunjukkan keasliannya dalam beraktivitas karena siswa
mengetahui dirinya sedang diamati sehingga dari penilaian prestasi psikomotorik
bagus namun dalam kemampuan memproses informasi (teori Gagne) yang diperoleh
dari pengalaman, belum tercapainya fase retensi, pemanggilan dan generelisasi.
Dari Penelitian dari Ibrahim Bilgin (2009) dengan meningkatkan lingkungan
belajar melalui inquiry yang dipandu dengan lingkungan pembelajaran kooperatif,
kinerja siswa dalam konsep ilmu berkembang lebih baik. Dalam lingkungan belajar
individu, siswa hanya belajar saja, tetapi dalam pendekatan kooperatif siswa belajar
dengan orang lain dan berbagi ide satu sama lain, memungkinkan siswa untuk
bekerja dalam kelompok untuk mengembangkan interaksi sosial sehingga membantu
siswa lebih aktif dan berbicara dengan jelas (Bailey, 2008). Tugas-tugas yang
membutuhkan interaksi sosial akan mendorong pembelajaran dan akan
memungkinkan siswa untuk mengenali bahwa suatu tindakan harus diambil dengan
referensi kepada orang lain. Kesimpulan Bilgin inquiry terbimbing digunakan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
110
bersama dengan pendekatan kooperatif dibandingkan dengan pendekatan individu,
sikap mahasiswa terhadap instruksi inquiry terbimbing berkembang secara positif.
Menurut Rainer Zawadzki (2010) melalui POGIL siswa memperoleh pemahaman
dan pembentukan konsep yang dibangun dari pengetahuan sebelumnya, pengalaman,
keterampilan, sikap dan keyakinan melalui siklus eksplorasi. Pemahaman konsep
lebih meningkat melalui interaksi dan komunikasi dengan orang lain, terutama teman
sebaya.
Berbeda dengan Carl Roger dalam Nana Sudjana (2005) menyatakan seseorang
yang telah menguasai tingkat kognitifnya maka perilakunya sudah bisa diramalkan,
artinya sebenarnya prestasi belajar kognitif, afektif dan psikomotor selalu
berhubungan satu dengan yang lain. Siswa yang berubah tingkat kognisinya
sebenarnya dalam keadaan tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Jika
prestasi kognitif siswa baik maka secara teori dapat diramalkan bahwa prestasi
afektif dan psikomotornya akan baik pula yang mana sesuai dengan teori belajar
Bruner, belajar melalui inquiry baik dengan MFI maupun POGIL memberi
kesempatan kepada siswa untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang
menyertainya sehingga menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Perbandingan prestasi belajar kedua kelas eksperimen pada Tabel 4.23.
Tabel 4.23. Nilai Rerata Prestasi Siswa
NILAI
Kognitif Afektif PsikomotorikMFI 55,3 74.9 80.1
POGIL 71,2 79.5 78.4
Rerata prestasi kognitif kelas yang diberi model POGIL lebih baik dari pada
model MFI, hal ini dikarenakan melalui POGIL siswa lebih terarah dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
111
menentukan pemecahan masalah yang menghasilkan konsep yang baru bagi siswa,
akan lebih mudah memahami konsep serta menyelesaian masalah. Model MFI
kebebasan diberikan terhadap siswa, dalam pemilihan alat dan bahan dalam
memecahkan masalah sesuai lembar kerja siswa (LKS) yang diberikan. Namun
kebebasan ini masih membuat bingung sebagian siswa MAN Temanggung. Untuk
siswa yang tekun, akan memanfaatkan kebebasan ini dengan antusias dan terlihat
semangat melakukan percobaan elektrolisis, namun bagi anak yang kurang tekun
hanya diam saja, bahkan menampakkan sikap malas, atau cenderung mengobrol
dengan teman. Sehingga sebagian siswa masih belum mampu memperoleh
penguasaan konsep elektrolisis secara menyeluruh.
Meskipun secara statistik dalam penelitian ini model tidak mempengaruhi
prestasi psikomotorik, akan tetapi penelitian di lapangan prestasi psikomotorik tetap
memberikan pengaruh meskipun tidak signifikan, karena dalam proses pembelajaran
keduanya lebih banyak kerja di laboratorium yang menuntut keterampilan fisik atau
gerakan terampil.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,109
pada prestasi belajar kognitif, 0,000 pada prestasi belajar afektif dan 0,351 pada
prestasi belajar psikomotorik. Kesimpulan, tidak ada pengaruh aktivitas belajar
tinggi rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan psikomotorik, namun ada
pengaruh terhadap prestasi belajar afektif.
Model penemuan Bruner menjelaskan bahwa pendekatan model belajar Bruner
didasarkan pada dua asumsi: perolehan pengetahuan merupakan proses interaktif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
112
(mampu berinteraksi secara aktif dengan lingkungan). Menurut Piaget pentingnya
kegiatan seorang murid dalam mengkonstruksi pengetahuan hanya dengan
keaktifannya mengolah bahan, bertanya secara aktif, mencerna bahan dengan kritis,
mengerjakan soal, merumuskan masalah dengan kata-kata sendiri, membuat
kesimpulan, adalah kegiatan yang diperlukan dalam membangun pengetahuan. Jadi
aspek aktivitas sangat mempengaruhi ranah kognitif dan spsikomotorik. Pada kondisi
riil saat proses KBM di MAN Temanggung aspek aktivitas belajar oral activites
(aktivitas mulut) yang meliputi menyatakan, menanyakan, memberi saran,
menyampaikan pendapat, melakukan wawancara belum sepenuhnya dilakukan
siswa, masih didominasi sebagian kecil siswa. Namun kenyataan siswa-siswa dalam
mengerjakan tes aktivitas sebelum pembelajaran, untuk jawaban positip dan negatip
mendapatkan skor 3 atau 4. Sedangkan belum sepenuhnya siswa mampu
menghubungkan hasil pengamatan dengan informasi sebelumnya sehingga
pembelajaran belum bermakna. Sehingga pada penelitian ini tidak ada pengaruh
aktivitas belajar terhadap prestasi belajar kognitif.
Menurut Sardiman (2007: 99) aliran jiwa yang tergolong modern mengemukakan
bahwa jiwa manusia merupakan suatu yang dinamis, memiliki potensi dan energi
sendiri. Untuk prestasi psikomotorik siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah
mempunyai nilai yang lebih baik dari siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi.
Dave dalam pengembangan perangkat psikomotorik Diknas (2008) dalam
penjelasannya mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi
lima tahap, yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi
merupakan kegitan sederhana dari siswa dan sama persis dengan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
113
diinformasikan, manipulasi adalah kegitan sederhana dari siswa dan sama persis
dengan yang belum pernah dilihat, kemungkinan kemampuan psikomotorik siswa
masih pada tahap imitasi dan naturalisasi, sehingga prestasi psikomotorik belum
dilakukan secara maksimal yang mengakibatkan belum memberikan pengaruh yang
signifikan.
Teori perkembangan Piaget pengajaran matematika-logis (perhitungan) lebih
ditekankan pada aktivitas. Sedangkan aktivitas seseorang timbul dari minat,
sedangkan proses belajar akan berjalan lancar jika disertai dengan minat. Salah satu
aspek dari ranah afeltif adalah minat, jadi sangat signifikan ada pengaruh terhadap
prestasi belajar afektif. Huana, Syiang Linn, et al. (2009) menyatakan bahwa
interaksi yang dibangun antara siswa dan guru saja tidak cukup, diperlukan suatu
aktivitas seperti mengamati, melakukan hipotesis, dan menyimpulkan secara
berkelompok untuk merangsang siswa berfikir lebih tinggi yang dilihat dari
pertanyaan yang diajukan. Hal ini mendukung bahwa aktivitas belajar memberikan
pengaruh cukup besar sehingga perlu diperhatikan.
Tabel 4.24. Nilai Rerata Prestasi Siswa berdasarkan Aktivitas BelajarNilai
Kognitif Afektif Psikomotorik
Aktivitas Belajar Tinggi 66.4 80 78Aktivitas Belajar Rendah 60.7 75 80
Berdasarkan nilai rata-rata, siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah
mempunyai nilai lebih rendah dari pada siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi
untuk prestasi kognitif dan afektif, hal ini dibenarkan secara teori. Sedangkan untuk
prestasi belajar psikomotorik, siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
114
mempunyai nilai yang lebih baik dari pada siswa yang memiliki aktivitas belajar
tinggi.
Sedangkan penelitian oleh Brief (2007) mengenai pengaruh belajar dengan aktif
baik dalam pembelajaran, fisik dan performance menunjukkan siswa yang memiliki
keaktifan dalam belajar maka skor dan hasil tesnya akan meningkat dan siswa yang
memiliki keaktifan dalam fisik maka akan memiliki prestasi akademik yang baik.
Selain itu jika mengacu pada indikator pada aktivitas siswa yang diukur pada
angket adalah kedelapan aktivitas belajar menurut Paul D Diedrich (Sudirman: 108-
109) yaitu: 1).visual activities, 2). oral activities, 3). listening activities, 4).writing
activities, 5). drawing activities. 6). motor activities,7). mental activities, 8).
emotional activities. Dengan memperhatikan tersebut di atas maka aktivitas belajar
sangat mempengaruhi prestasi belajar yaitu ranah afektif mencakup watak perilaku
seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Pada aspek-aspek tersebut terlihat
bahwa tolok ukur mengarah pada hal yang dilakukan siswa untuk mendapatkan
prestasi yang baik.
3. Hipotesis Ketiga
Kreativitas menurut Guilford’s (1967) adalah suatu kemampuan untuk melihat
atau menggunakan bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah. Dari
penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwa orang yang kreatif adalah orang yang
menggunakan suatu model atau pemecahan masalah yang berbeda dari umumnya.
Kreativitas juga akan membantu siswa untuk menghadapi permasalahan dengan
bijak. Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,418
pada prestasi belajar kognitif, 0,269 prestasi belajar afektif, dan 0,000 prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
115
psikomotorik. Pada uji hipotesis ketiga disimpulkan ini tidak ada pengaruh
kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif pada siswa,
akan tetapi ada pengaruh kreativitas tinggi rendah terhadap prestasi belajar
psikomotorik.
Tabel 4.25. Nilai Rerata Prestasi Siswa berdasarkan Kreativitas Siswa
Nilai
Kognitif Afektif PsikomotorikKreativitas Tinggi 61,9 78 82Kreativitas Rendah 64,5 76 77
Secara teori siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memperoleh hasil
belajar yang baik, dan sebaliknya, namun pada kenyataan di lapangan dalam
penelitian ini berbeda, pada prestasi belajar kognitif, anak yang memiliki kreativitas
rendah mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada anak yang memiliki
kreativitas tinggi, pada prestasi belajar afektif anak yang memiliki kreativitas tinggi
mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada anak yang memiliki kreativitas
rendah, meskipun selisihnya sedikit, begitu pula pada prestasi belajar psikomotorik
Hal ini dimungkinkan karena interaksi yang dibangun oleh anak dalam
kelompok, sebagaimana yang dijelaskan oleh Mihaly Csikszentmihalyi (2006)
bahwa kondisi sosial orang mempunyai pengaruh yang bagus dan bagian penting
dalam perkembangan kreativitas, semakin banyak ketidakseragaman atau perbedaan,
semakin tidak fokus. Hal ini dimungkinkan setiap kelompok yang terdiri dari siswa
yang sebagian besar mempunyai kreativitas yang tinggi, jika dalam kelompok
banyak yang kreatif akan banyak pula ide, perbedaan dalam penyelesaian masalah
seperti yang disampaikan Mihaly Csikszentmihalyi menjadi tidak fokus, begitu
halnya jika setiap kelompok sebagian besar mempunyai kreativitas yang rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
116
justru sedikit terjadi perbedaan ide, sehingga penyelesaian masalah menjadi lebih
fokus. Selain itu dimungkinkan karena adanya pemaksaan kategori kreativitas anak
seperti yang telah disampaikan diatas, dan dikarenakan dalam proses pembelajaran
yang sebelumnya cenderung sering dituntun, sehingga ketika diberikan alternatif
untuk memunculkan kreativitas mereka, sebagian siswa justru mengalami
kebingungan.
Meskipun tidak ada pengaruh, namun apabila dilihat nilai rata-rata terdapat
perbedaan, hasil ini serupa dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Teresa M.
Amabile, dkk (1996) hasil penelitiannya, adalah terdapat perbedaan antara kreativitas
tinggi dan rendah dalam suatu proyek kerja lingkungan. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa kreativitas mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar elektrolisis.
Sedangkan studi hubungan antara kreativitas dengan pendidikan oleh Jr. Daniel
Fasko (2001), menyatakan dari studi ini diketahui bahwa kreativitas sangat
dibutuhkan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
sehingga hasil belajar akan meningkat. Meskipun prestasi belajar psikomotorik
menunjukkan hasil yang bagus, ternyata tidak memberikan efek yang bagus utuk
prestasi belajar kognitif dan afektif, hal ini dimungkinkan siswa belum bisa
mengkaitkn apa yang telah dilakukan dilapangan (praktikum) dengan teori.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,000
pada prestasi belajar kognitif, 0,000 pada prestasi belajar afektif dan 0,471 untuk
prestasi belajar psikomotorik. Pada uji hipotesis keempat ini, disimpulkan ada
interaksi antara model pembelajaran MFI dan POGIL dengan aktivitas belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
117
prestasi belajar kognitif maupun afektif, dan tidak ada interaksi terhadap prestasi
psikomotorik.
Tabel 4. 26 Nilai Rerata Kognitif Interaksi Antara Model dan Aktivitas
Model Pembelajaran
Model MFI Model POGILAktivitas Tinggi Aktivitas Rendah Aktivitas Tinggi Aktivitas Rendah
Mean 53,3 56.2 72.9 68.7
SD 10,2 7.9 12.0 15.6
Max 68 68 88 96
Min 32 44 52 36
N 9 21 18 12
Tabel 4. 27 Nilai Rerata Afektif Interaksi Antara Model dan Aktivitas
Model MFI Model POGILAktivitas Tinggi Aktivitas Rendah Aktivitas Tinggi Aktivitas Rendah
Mean 77.3 73.8 81.0 77.2SD 3.5 4.4 3.8 6.5
Max 82 85 89 84Min 73 66 74 64N 9 21 18 12
Tabel 4.28 Nilai Rerata Psikomotorik Interaksi Antara Model dan Aktivitas
Model MFI Model POGIL
Aktivitas TinggiAktivitasRendah Aktivitas Tinggi
AktivitasRendah
Mean 79.9 80.2 77.8 79.4SD 4.6 3.2 4.5 6.3
Max 83 83 83 89Min 72 72 72 72N 9 21 18 12
Nilai rata-rata prestasi belajar kognitif pada siswa dengan menggunakan
model MFI dan Pogil yang memiliki aktivitas belajar tinggi rendah bisa dilihat pada
tabel yang disajikan diatas. Model pembelajaran POGIL dan MFI, siswa dipandang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
118
sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam hal ini siswa lebih
aktif melakukan aktivitas sedangkan guru bertugas untuk membimbing dan
menyediakan fasilitas agar siswa tersebut dapat mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Mengulas apa yang dinyatakan oleh Bruner dalam Udin S. Winataputra
(2008), dalam pembelajaran siswa akan menjadi lebih paham konsep suatu materi
apabila dalam proses pembelajaran tersebut siswa mengalami secara langsung dan
berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh
pengalaman baik melalui eksperimen ataupun dengan model yang lain yang bisa
memberikan suatu kebebasan bagi siswa untuk menemukan sendiri konsep dan
prinsip suatu materi itu sendiri
Dalam pembelajaran model POGIL siswa belajar dengan baik, ketika mereka
terlibat aktif dan berpikir di kelas dan laboratorium menarik kesimpulan dengan
menganalisis data, model, atau contoh dan dengan mendiskusikan ide-ide bekerja
sama dalam tim untuk memahami konsep dan untuk memecahkan masalah,
merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan untuk meningkatkan kinerja
mereka. Aktivitas belajar sangat membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan
dan mengembangkan pemahaman, dan akan lebih baik jika menggunakan model
POGIL daripada MFI dengan segala dan kelebihannya masing-masing.
Menurut Staton dalam Syaiful Sagala (2010:12), psikomotorik adalah
kemampuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi,
kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola
gerakan, dan kreativitas. Tidak ada interaksinya aktivitas belajar siswa dengan
prestasi belajar psikomotorik dimungkinkan siswa belum terbiasa praktikum di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
119
laboratorium, sehingga belum terampil. Selain itu, dimungkinkan penggunaan model
pembelajaran dalam penelitian ini masih asing, sehingga aktivitas anak tidak bisa
dieksplore lebih luas karena masih canggung dan pembelajaran yang sebelumnya
guru sering memberikan tuntunan, maka ketika siswa diberikan kebeasan untuk
melakukan aktivitas menjadikan siswa kebingungan.
5. Hipotesis kelima.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,000
pada prestasi belajar kognitif dan 0,001 pada prestasi belajar afektif, serta 0,001 pada
prestasi belajar psikomotorik. Semua Ho (<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis
kelima ini, ada interaksi antara model pembelajaran POGIL dan MFI dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif serta psikomotorik.
Tabel 4. 29 Nilai Rerata Kognitif Interaksi Antara Model dan Kreativitas
Model Pembelajaran
Model MFI Model POGILKreativitas
TinggiKreativitas
RendahKreativitas
TinggiKreativitas
Rendah
Mean 54.4 56.6 72.7 70.2
SD 8.6 8.8 13.5 13.7
Max 64 68 96 88
Min 32 44 52 52
N 17 13 12 18Tabel 4. 30. Nilai Rerata Afektif Interaksi Antara Model dan Kreativitas
Model MFI Model POGIL
Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi Kreativitas RendahMean 75.7 73.8 81.5 78.2SD 4.0 4.9 4.2 5.6Max 85 83 89 89
Min 69 66 74 64N 17 13 12 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
120
Tabel 4. 31 Nilai Rerata Psikomotorik Interaksi Antara Model dan Kreativitas
Model MFI Model POGILKreativitas Tinggi Kreativitas Rendah Kreativitas Tinggi Kreativitas Rendah
Mean 81.5 78.2 81.7 76.2SD 3.1 3.4 3.8 4.9Max 86 83 89 89Min 75 72 75 72
N 17 13 12 18
Analisis data didapatkan, pada prestasi belajar kognitif interaksi didapatkan siswa
yang memiliki kreativitas tinggi akan lebih baik jika diberi model POGIL, sedangkan
siswa yang memiliki kreativitas rendah akan lebih baik jika menggunakan
pembelajaran dengan model MFI. Pada prestasi belajar afektif, siswa yang memiliki
kreativitas tinggi mendapatkan nilai yang lebih baik, baik menggunakan model MFI
maupun POGIL, dengan model POGIL, nilai yang didapatkan lebih baik daripada
MFI. Sedangkan hasil belajar psikomotorik, siswa yang memiliki kreativitas rendah
memiliki nilai yang lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kreativitas tinggi baik
dengan model MFI maupun POGIL, akan tetapi dengan model MFI didapatkan nilai
lebih baikdaripada POGIL.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Wawan Dwi Cahyono
(2007) yaitu terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori belajar Gagne
bahwa interaksi antara kreativitas dengan model pembelajaran berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Jafar Hoseinifar et.al (2010: 2038) menyatakan bahwa seorang guru
harus merancang model (learning activities) yang sesuai dengan karakteristik siswa.
Sesuai dengan teori Cognitive Constructivism bahwa siswa yang memiliki kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
121
tinggi akan lebih termotivasi menemukan pemecahan masalah ketika mereka diberi
kesempatan yang luas untuk berinteraksi dengan fasiltas belajar dan sumber belajar
yang memadai, siswa-siswa yang kreatif akan lebih mudah dalam menyelesaikan
masalah elektrolisis.
6. Hipotesis Keenam
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,320
(>0,05: Ho diterima) pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,002 pada
prestasi belajar afektif, serta signifikansi 0,002 pada prestasi belajar psikomotorik.
Pada uji hipotesis keenam disimpulkan tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada prestasi belajar kognitif dan ada
interaksi pada prestasi belajar afektif siswa dan psikomotorik.
Tabel 4. 32 Nilai Rerata Kognitif Interaksi Antara Aktivitas dan Kreativitas
Aktivitas Belajar Tinggi Aktivitas Belajar RendahKreativitas Tinggi
Kreativitas Rendah
Kreativitas Tinggi
Kreativitas Rendah
Mean 63.7 69.2 60.3 61.1
SD 14.7 14.6 13.8 12.0
Max 84 88 96 88
Min 32 48 44 36
N 14 13 15 18
Tabel 4. 33 Nilai Rerata Afektif Interaksi Antara Aktivitas dan Kreativitas
Aktivitas Belajar Tinggi Aktivitas Belajar RendahKreativitas Tinggi
Kreativitas Rendah
Kreativitas Tinggi
Kreativitas Rendah
Mean 79,4 80,2 76,8 73,6SD 4,0 4,2 5,6 5,0
Max 86 89 89 83
Min 73 74 69 66
N 14 13 15 18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
122
Tabel 4. 34 Nilai Rerasa Psikomotorik Interaksi Antara Aktivitas dan Kreativitas
Aktivitas Belajar Tinggi Aktivitas Belajar RendahKreativitas
TinggiKreativitas
RendahKreativitas
TinggiKreativitas
Rendah
Mean 80.8 76.1 82.4 77.8
SD 3.7 4.2 3.1 4.5
Max 86 83 89 89
Min 75 72 78 72
N 14 13 15 18
Bedasarkan tabel pada prestasi kognitif diperoleh nilai rata-rata, siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi dengan kreativitas rendah memiliki hasil belajar
yang lebih baik daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi dengan
kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dengan kreativitas
rendah memiliki siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dengan kreativitas
tinggi. Sedangkan pada prestasi afektif, siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi
dengan kreativitas rendah memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang
memiliki aktivitas belajar tinggi dengan kreativitas tinggi dan siswa yang memiliki
aktivitas belajar rendah dengan kreativitas tinggi memiliki hasil belajar lebih baik
dari siswa yang memiliki aktivitas belajar rendah dengan kreativitas rendah.
Kreativitas merupakan komponen dalam ThinkQuest, yaitu platform pembelajran
online yang dikembangkan Oracle Education Foundation. Menurut Senor Gonzales
dalam paper yang disiapkan oleh SRI International Menlo Park CA (2011)
menyatakan bahwa pentingnya ThinkQuest pada pembentukan konsep dalam
pembelajaran sains, yang artinya kreativitas merupakan komponen yang penting
dalam proses pembelajaran untuk membentuk konsep sains pada siswa dan guru.
Menurut perspektif konstruktivisme, pembelajaran dikelas dilihat sebagai proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
123
konstruksi pengetahuan oleh siswa, sehingga siswa harus berperan aktif. Dalam
proses ini siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan
pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa kini,
sehingga kreativitas sangat berperan dalam proses ini agar tercapai proses belajar
yang merupakan proses aktif untuk mengkonstruksi ilmu pengetahuan sehingga
didapatkan hasil belajar yang maksimal. Namun, kemampuan aktivitas belajar dan
kreativitas merupakan faktor internal siswa yang berdasarkan pernyataan tersebut
dapat disimpulkan antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa merupakan hal yang
berdiri sendiri, sehingga tidak berhubungan, siswa yang mempunyai aktivitas tinggi
belum tentu memiliki kreativitas yang tinggi dan begitu pula sebaliknya.
Menurut pengamatan di lapangan siswa yang memiliki kreativitas tinggi
rendah dan aktivitas tinggi rendah akan sama-sama dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik. Semua siswa datang dengan tepat waktu dan melakukan aktivitas
pembelajaran dengan baik. Selain itu terdapat factor lain yakni dari keterbatasan
pada sistem penilain prestasi belajar afektif dan aktivitas siswa hanya menggunakan
angket, sehingga ada beberapa siswa yang asal-asalan menjawab pertanyaan pada
angket prestasi afektif dan aktivitas siswa.
7. Hipotesis Ketujuh
Proses pembelajaran memerlukan korelasi dan interaksi yang seimbang
antara model yang digunakan, karakteristik materi, faktor internal siswa dan
bagaimana peran guru dalam melaksanakan proses pembelajaran itu sendiri, untuk
mendapatkan hasil belajar yang optimal. Berdasarkan uji non parametrik Kruskall
Wallis diketahui signifikansi 0,001 pada prestasi belajar kognitif, 0,000 pada prestasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
124
belajar afektif, serta 0,005 pada prestasi belajar psikomotorik (<0,05: Ho ditolak).
Pada uji hipotesis ketujuh ini, Ho ditolak yang artinya ada interaksi antara model
pembelajaran POGIL dan MFI, dengan aktivitas belajar dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar kognitif, afektif serta psikomotorik.
Berdasarkan data sebaran tiap sel, pembelajaran dengan model POGIL memiliki
hasil yang lebih baik dari pada dengan MFI. Hasil belajar yang paling bagus
ditunjukkan siswa yang diberi pembelajaran dengan POGIL yang memiliki aktivitas
belajar rendah dengan kreativitas tinggi, sedangkan hasil paling rendah pada siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan MFI yang memiliki aktivitas
tinggi dan kreativitas tinggi pada hasil belajar kognitif. Sedangkan pada afektif hasil
belajar yang paling bagus ditunjukkan siswa yang diberi pembelajaran dengan
POGIL yang memiliki aktivitas belajar rendah dengan kreativitas tinggi. Hasil paling
rendah pada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan MFI yang
memiliki aktivitas rendah dan kreativitas rendah. Pada hasil prestasi belajar
psikomotorik, siswa yang memperoleh pembelajaran POGIL dan memiliki aktivitas
rendah serta kreativitas tinggi mempunyai nilai paling tinggi, siswa yang memiliki
kreativitas tinggi baik mendapatkan pembelajaran dengan POGIL dan MFI meskipun
memiliki aktivitas rendah, ketika memiliki kreativitas tinggi mendapatkan hasil yang
lebih baik.
Baik MFI maupun POGIL dalam proses pembelajarannya merupakan
pembelajaran dengan penemuan yaitu belajar penemuan sesuai dengan pencarian
pengetahuan secara aktif oleh manusia. Melalui model POGIL dan MFI keterlibatan
siswa dalam proses belajar mengajar lebih besar, siswa tidak hanya belajar tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
125
konsep-konsep atau prinsip-prinsip tetapi juga pengarahan diri sendiri tanggung
jawab dan komunikasi sosial. Kegiatan memecahkan masalah materi elektrolisis
dalam situasi kelompok yang berfungsi menjalin komunikasi sosial dan kreativitas
dalam satu kelompok, melalui model MFI dan POGIL dengan kegiatan eksperimen
adalah kondusif.
Sintaks dari MFI dan POGIL tidak berbeda secara signifikan, kedua
pembelajaran sama-sama berparadikma konstruktivisme yang menekankan minds on,
hands on, dan social on activities yaitu kedua pembelajaran dilakukan secara
berkelompok, sesuai pendapat Vygotsky yang menekankan interaksi sosial dengan
orang lain (sosiokultural) memacu pengkonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan
perkembangan intelektual siswa, jadi pada saat kerja kelompok melakukan
eksperimen siswa yang memiliki kemampuan rendah akan dibantu oleh temannya
yang memiliki kemampuan lebih sehingga dapat memehami konsep dengan lebih
baik.
E. Keterbatasan Penelitian
Meskipun di dalam penelitian ini telah direncanakan dengan optimal untuk
memperoleh data penelitian yang akurat, teliti, representative dan telah dilaksanakan
evaluasi, akan tetapi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh
mungkin tidak sesuai harapan. Perbedaan antara harapan dan kenyataan ini terjadi
karena beberapa faktor yang dapat mempengaruhi atau membatasi hasil penelitian.
Menurut peneliti faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian ini antara lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
126
Penelitian ini dikendalikan oleh sistem sekolah yang membatasi alokasi waktu
penelitian, silabus dan RPP yang digunakan. Instrumen pelaksanaan pembelajaran
(silabus dan RPP) dan sistem penilaian KTSP disesuaikan dengan aturan Depdiknas
(2007). Dalam penelitian ini pun masih terdapat beberapa kekurangan antara lain
instrument yang digunakan untuk menilai prestasi afektif siswa yang hanya berupa
angket. Menurut Andersen (Depdiknas, 2003) ada dua model yang dapat digunakan
untuk mengukur ranah afektif yaitu model observasi dan laporan diri. Penggunaan
model observasi didasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat
dari perilaku yang ditampilkan. Model laporan diri didasarkan pada asumsi bahwa
yang mengetahui keadaan afektif seseorang adalah dirinya sendiri. Penggunaan
angket sebagai salah satu bentuk model laporan diri menuntut adanya kejujuran
dalam pengisian untuk mengungkap karakteristik afektif diri sendiri. Selain itu
angket hanya mampu mengukur kecenderungan perilaku (behavioral tendency)
belum sampai pada tahapan (behavioral performance). Jawaban siswa dalam angket
perlu dicocokan dengan hasil observasi perilaku siswa, sehingga kondisi afektif
siswa dapat lebih diketahui dengan tepat.
Pada penelitian terdapat kendala yaitu kendala terbatasnya waktu, misalnya
gangguan komunikasi dan gangguan acara yang diselenggarakan oleh sekolah. Hal
ini menyebabkan peneliti harus menyiasati agar waktu yang tersedia cukup dan
pembelajaran tetap tersampaikan. Instrumen penelitian yang berupa tes kreativitas
dan tes prestasi serta observasi tak langsung, peneliti hanya bisa mengantisipasi
jawaban siswa tidak berasal dari jawaban temannya atau kerjasama. Peneliti tidak
bisa menjamin jawaban siswa benar-benar jujur seperti apa yang ada dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
127
pertanyaan dan pernyataan angket. Sehingga instrumen yang harusnya dapat
membedakan kreativitas tinggi dan rendah masih tergantung dari kejujuran anak
tentang respon siswa terhadap item dalam tes kreativitas. Kajian teori yang dilakukan
pada literatur yang ada terkadang kurang sesuai dengan kondisi di lapangan.
Pengulangan hasil yang sama dalam penelitian pendidikan tidak bisa dilakukan.
Hasil yang diperoleh dalam rumusan kerangka berpikir yang melandaskan pada
penelitian relevan dari jurnal internasional kurang didukung hasil penelitian.
Penelitian ini juga memiliki kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tahapan membangun kesimpulan ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang
diinginkan. Siswa masih kelihatan pasif dalam melakukan diskusi untuk menyusun
kesimpulan, dalam menyelesaikan LKS sebagian besar siswa mengandalkan
kemampuan teman yang lebih tinggi, mereka tidak terlalu antusias untuk menggali
konsep secara luas. Pada saat melakukan percobaan sambil melakukan pengamatan,
siswa masih mencari kesempatan mengobrol dengan teman. Pada saat salah satu
kelompok presentasi hasil eksperimen, kelompok yang lain tidak ada yang
menyanggah. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan tidak maksimalnya pelaksanaan
model pembelajaran baik MFI maupun POGIL.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh penggunaan model MFI dan POGIL terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif, namun tidak untuk psikomotorik.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi prestasi
belajar kognitif dan afektif masing-masing 0,000 (<0,05: Ho ditolak) dan 0,154
untuk prestasi belajar psikomotorik. Pada uji hipotesis pertama ini, disimpulkan
ada pengaruh penggunaan model MFI dan POGIL terhadap prestasi belajar kognitif
dan afektif, tetapi tidak memberikan pengaruh pada hasil belajar psikomotorik
2. Tidak ada pengaruh aktivitas belajar terhadap prestasi belajar kognitif maupun
psikomotorik, namun ada pengaruh terhadap prestasi belajar afektif.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,109
(>0,05: Ho diterima) pada prestasi belajar kognitif signifikansi 0,000 dan pada
prestasi belajar afektif, 0,351 Pada uji hipotesis kedua ini, tidak ada pengaruh
aktivitas belajar terhadap prestasi belajar kognitif maupun psikomotorik, namun ada
pengaruh terhadap prestasi belajar afektif.
3. Tidak ada pengaruh kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan
afektif , akan tetapi ada pengaruh untuk prestasi psikomotorik.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,418
pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,269 (>0,05: Ho diterima) dan 0,000
128
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
129
pada prestasi belajar afektif. Pada uji hipotesis ketiga ini, disimpulkan tidak ada
pengaruh kreativitas terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif, namun ada
pengaruh untuk prestasi belajar psikomotorik.
4. Ada interaksi antara model pembelajaran MFI dan POGIL dengan aktivitas
belajar terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif, tetapi tidak ada interaksi
terhadap prestasi belajar psikomotorik.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,000
pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,000 pada prestasi belajar afektif, dan
0,47 pada prestasi belajar psikomotorik. Pada uji hipotesis keempat ini, ada interaksi
antara model pembelajaran MFI dan POGIL dengan aktivitas belajar terhadap
prestasi belajar kognitif maupun afektif, namun tidak ada interaksi terhadap prestasi
belajar psikomotorik.
5. Ada interaksi antara model pembelajaran MFI dan POGIL dengan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,000
pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,001 pada prestasi belajar afektif,
serta 0,001 pada prestasi belajar psikomotorik (<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis
kelima ini, ada interaksi antara model pembelajaran MFI dan POGIL dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif serta prestasi belajar
psikomotorik.
6. Tidak ada interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar kognitif dan ada interaksi pada prestasi belajar afektif maupun
psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
130
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,320
pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,002 pada prestasi belajar afektif, dan
0,000 pada prestasi belajar psikomotorik. Pada uji hipotesis keenam ini tidak ada
interaksi antara aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada
kognitif dan ada interaksi pada prestasi belajar afektif dan psikomotorik.
7. Ada interaksi antara ada interaksi antara model pembelajaran MFI dan POGIL,
dengan aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar kognitif
dan afektif serta psikomotorik.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,001
pada prestasi belajar kognitif dan signifikansi 0,000 pada prestasi belajar afektif,
serta 0,005 pada prestasi belajar psikomotorik (<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis
ketujuh ini, Ho ditolak yang artinya ada interaksi antara model pembelajaran POGIL
dan MFI, dengan aktivitas belajar dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar
kognitif dan afektif maupun psikomotorik.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritik
a. Pembelajaran model MFI dan POGIL berpengaruh terhadap prestasi belajar pada
konsep elektrolisis, model POGIL memberikan prestasi lebih baik daripada model
MFI. Penerapan pembelajaran MFI dan POGIL mengarahkan pada proses aktivitas
belajar dan kreativitas dalam memecahkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
131
b. Aktivitas belajar yang berbeda tidak memberikan perbedaan prestasi belajar pada
konsep elektrolisis. Artinya aktivitas belajar yang berbeda-beda mempunyai
kesempatan yang sama untuk mendapatkan prestasi belajar sebaik-baiknya.
c. Kreativitas siswa merupakan faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran, jika kreativitas dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar.
d. Kreativitas dan kemampuan aktivitas belajar merupakan faktor internal siswa
yang berdiri sendiri-sendiri.
e. Korelasi yang berkesinambungan antara model, pendekatan, metode, faktor
internal pada siswa dapat meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik dan optimal.
2. Implikasi Praktis
Pemilihan model, pendekatan, metode pembelajaran, disesuaikan dengan
karakteristik siswa, tujuan pembelajaran dan kondisi lingkungan siswa sangat
menentukan keberhasilan pembelajaran dan berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Penggunaan model MFI dan POGIL dapat digunakan dengan sintaks dan kondisi
yang benar-benar dikontrol dengan baik. Selain itu, hendaknya guru juga
memperhatikan faktor internal siswa
C. Saran
1. Bagi Guru
a. Model MFI dan POGIL merupakan salah satu bagian model pembelajaran yang
ada dan berpengaruh positip terhadap prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
132
b. Model MFI dan POGIL dengan memperhatikan faktor internal yaitu aktivitas
belajar dan kreativitas siswa, sesuai dengan karakteristik siswa MAN Parakan
Temanggung, berpengaruh terhadap prestasi belajar ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik.
2. Bagi Peneliti Berikutnya
a. Perlu diperhatikan kategori sedang untuk aktivitas belajar dan kreativitas siswa.
b. Karena adanya kelemahan alat uji berupa angket aktivitas dan afektif maka perlu
dilengkapi dengan teknik observasi dan wawancara.