efektivitas model pogil untuk meningkatkan …digilib.unila.ac.id/57290/3/3. skripsi full tanpa...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS MODEL POGIL UNTUK MENINGKATKANKETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
AMALIA MUSNIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
EFEKTIVITAS MODEL POGIL UNTUK MENINGKATKANKETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
AMALIA MUSNIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
EFEKTIVITAS MODEL POGIL UNTUK MENINGKATKANKETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
(Skripsi)
Oleh
AMALIA MUSNIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL POGIL UNTUK MENINGKATKANKETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
Oleh
AMALIA MUSNIA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model POGIL dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X IPA
SMA Negeri 5 Bandarlampung tahun pelajaran 2018/2019. Teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling dan diperoleh kelas X IPA 4
sebagai kelas eksperimen dan X IPA 2 sebagai kelas kontrol. Metode penelitian
ini adalah Quasi Experiment dengan desain penelitian Pretest-Posttest Control
Group Design. Analisis data menggunakan uji kesamaan dua rata-rata yang
menggunakan uji statistik parametrik yaitu uji t serta uji perbedaan dua rata-rata
yang menggunakan uji statistik non parametrik yaitu uji Mann-Whitney U.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-gain keterampilan proses sains
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata n-gain keterampilan proses
iii
sains siswa kelas kontrol. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan model POGIL efektif dalam meningkatkan keterampilan
proses sains siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.
Kata Kunci : KPS, larutan elektrolit dan non elektrolit, model POGIL
Amalia Musnia
EFEKTIVITAS MODEL POGIL UNTUK MENINGKATKANKETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
Oleh
Amalia Musnia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
EFEKTIVITAS MODEL POGIL UNTUK MENINGKATKANKETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
Oleh
Amalia Musnia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
EFEKTIVITAS MODEL POGIL UNTUK MENINGKATKANKETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA
MATERI LARUTAN ELEKTROLITDAN NON ELEKTROLIT
Oleh
Amalia Musnia
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2019
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL POGIL UNTUKMENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSESSAINS SISWA PADA MATERI LARUTANELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Nama Mahasiswa : Amalia Musnia
No Pokok Mahasiswa : 1513023032
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dra. Nina Kadaritna, M.Si. Lisa Tania, S.Pd., M.Sc.NIP 19600407 198503 2 003 NIP 19860728 200812 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.NIP 19671004 199303 1 004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ………………………
Sekretaris : Lisa Tania, S.Pd., M.Sc. ………………………
PengujiBukan Pembimbing : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ………………………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd.NIP 19620804 198905 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 13 Juni 2019
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Amalia Musnia
Nomor Pokok Mahasiswa : 1513023032
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya di atas, maka saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandarlampung, 13 Juni 2019
Yang menyatakan,
Amalia MusniaNPM 1513023032
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda, Lampung Selatan pada tanggal 14 Januari 1997,
sebagai putri pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Hi. Musolli, SE dan Ibu Hj.
Yuniar.
Pendidikan formal diawali di TK Dharma Wanita Kalianda pada tahun 2002
diselesaikan tahun 2003, lalu melanjutkan pendidikan dasar di SD Negeri 2 Way
Urang yang diselesaikan tahun 2009. Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan
menengah pertama di SMP Negeri 1 Kalianda dan lulus tahun 2012, kemudian
melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Kalianda dan lulus
tahun 2015.
Pada tahun 2015 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan MIPA (FKIP) Universitas Lampung melalui seleksi jalur
SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, pernah aktif di organisasi Himpunan
Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila. Pada tahun 2018,
mengikuti program KKL di Tangerang, Bandung, Solo, dan Yogyakarta, dan di
tahun yang sama mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi
(KKN-KT) di Desa Banjar Agung, Kecamatan Limau, Kabupaten Tanggamus,
dan Praktik Profesi Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Limau.
Persembahan
Skripsi ini dipersembahkan untuk:
Ibu dan Ayah Tersayang,
Terimakasih atas segala kasih sayang dalam mendidik, menyayangi, dan
membimbing diriku sampai saat ini. Aku percaya, disetiap keberhasilan ku
pasti ada do’a ibu dan ayah yang selalu mengiringinya.
Adikku Arfina Fadila,
Terimakasih telah menjadi tempat bagiku untuk berkeluh kesah, namun
dirimu memberikan semangat untuk tidak menyerah. Semangat untuk meraih
cita-cita, kita pasti bisa membuat ayah dan ibu bangga.
Almamater ku,
Universitas Lampung
MOTTO
“You need a process to be success”
(Amalia Musnia)
“Bertaqwalah kepada Allah, maka Dia akan membimbingmu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala sesuatu”
(QS. Al-Baqarah : 282)
SANWACANA
Puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas
Model POGIL untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi
Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit” sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar sarjana pendidikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan pada
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta umatnya yang senantiasa
istiqomah di jalan-Nya.
Atas dasar kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka adanya dukungan
dan bimbingan dari berbagai pihak yang sangat membantu dalam menyelesaikan
skripsi ini. Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M. Pd., selaku Dekan FKIP Unila;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia;
4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Pembimbing I, atas kesabaran dan kesediaannya dalam memberikan motivasi,
bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan
perkuliahan dan penyusunan skripsi ini;
xii
5. Ibu Lisa Tania, S. Pd., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II atas motivasi dan
kesediannya dalam memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam
penyusunan skripsi ini;
6. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Dosen Pembahas atas segala
bimbingan, saran dan kritik yang diberikan untuk perbaikan skripsi;
7. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi
Pendidikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;
8. Kepala sekolah SMA Negeri 5 Bandarlampung, atas izin yang diberikan
untuk melaksanakan penelitian; Ibu Hj. Desi Indriani, S. Si., selaku guru
mitra mata pelajaran kimia atas izin dan kerjasamanya;
9. Sahabatku Tri Dewi Apriyani yang selalu setia membantu dan memberi
semangat;
10. Partner skripsiku Elda Rani Safitri atas kerjasama serta dukungannya selama
penyusunan skripsi ini;
11. Teman-teman PPL dan KKN Desa Banjar Agung, Kecamatan Limau,
Kabupaten Tanggamus (Meli, Bita, Lusi, Ratna, Hanny, Tebe, Rifan, Riki),
serta teman-teman Pendidikan Kimia’15 atas pengalaman, dan semangatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, akan tetapi
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bandarlampung, 13 Juni 2019
Penulis.
Amalia Musnia
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran POGIL................................................................... 8
B. Keterampilan Proses Sains ...................................................................... 11
C. Penelitian yang Mendukung.................................................................... 16
D. Kerangka Berpikir ................................................................................... 17
E. Anggapan Dasar ...................................................................................... 19
F. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 20
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 21
B. Jenis dan Sumber Data ............................................................................ 22
xiv
C. Metode dan Desain Penelitian................................................................. 22
D. Variabel Penelitian .................................................................................. 23
E. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ................................. 23
F. Prosedur Penelitian .................................................................................. 24
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ................................................... 26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 31
B. Pembahasan ............................................................................................. 36
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................. 46
B. Saran........................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 47
LAMPIRAN....................................................................................................... 51
1. Analisis KI-KD ........................................................................................ 522. Silabus...................................................................................................... 573. RPP .......................................................................................................... 614. LKS1,2 dan 3 ........................................................................................... 745. Soal Pretes-Postes .................................................................................... 986. Rubrik Soal Pretes-Postes ........................................................................ 1017. Kisi-Kisi Soal Pretes-Postes .................................................................... 1068. Lembar Wawancara Guru ........................................................................ 1089. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model POGIL .................................. 11110. Data Observasi Keterlaksanaan Model POGIL ..................................... 11411. Hasil Observasi Keterlaksanaan Model POGIL .................................... 12412. Perhitungan Nilai Pretes, Postes dan n-gain .......................................... 12513. Perhitungan Uji Kesamaan Dua Rata-Rata............................................ 12814. Perhitungan Uji Perbedaan Dua Rata-Rata............................................ 131
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Tahap model pembelajaran POGIL ...................................................................9
2. Pengelompokan KPS........................................................................................13
3. Indikator KPS dasar .........................................................................................14
4. Desain penelitian..............................................................................................22
5. Hasil uji normalitas nilai pretes KPS .............................................................128
6. Hasil uji homogenitas nilai pretes KPS..........................................................129
7. Hasil uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes KPS .........................................129
8. Hasil uji normalitas n-gain KPS ....................................................................131
9. Hasil uji homogenitas n-gain KPS.................................................................132
10. Hasil uji perbedaan dua rata-rata n-gain KPS................................................132
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alur penelitian ...................................................................................................25
2. Rata-rata nilai pretes dan postes KPS siswa......................................................33
3. Rata-rata n-gain KPS siswa...............................................................................34
4. Rata-rata persentase nilai keterlaksanaan model POGIL ..................................36
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama yang memungkinkan suatu negara
mengalami kemajuan dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jika
penanganan masalah pendidikan salah, akan berakibat fatal bagi bangsa karena
dampaknya langsung berhubungan dengan sumber daya manusia. Namun jika
berhasil dikembangkan, maka dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan mening-
katkan kualitas kehidupan bangsa (Mahardiyanti, 2013).
Dalam hal ini, upaya peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh berbagai
pihak. Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal, yaitu proses pendidikan dan
hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen
pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri, sedangkan mutu pen-
didikan dalam hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah
pada setiap kurun waktu tertentu (Ismail, 2008). Salah satu upaya peningkatan
mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan menerapkan kurikulum 2013 (Tim
Penyusun, 2014).
Pembelajaran dengan kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada aspek pro-
duk tetapi juga menekankan pada aspek proses dan sikap (Kurnia, 2013). Hal ini
2
sesuai dengan pembelajaran IPA yang tidak hanya memperhatikan produk saja,
tetapi juga sebagai proses dan sikap (Karyadi, 2005). IPA bukan hanya pengua-
saan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Listyawati,
2012). Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa agar mampu memahami alam
sekitar secara ilmiah (Tim Penyusun, 2006).
Salah satu cabang IPA yaitu ilmu kimia, yang dapat didefinisikan sebagai ilmu
yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi
yang menyertai perubahan tersebut (Purba, 2006). Ada dua hal yang berkaitan
dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk yang berupa
fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori temuan ilmuwan serta kimia sebagai
proses yang meliputi keterampilan dan sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan
untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan (Sunarya, Siska, dan
Kurnia, 2013). Oleh sebab itu di dalam mempelajari ilmu kimia tidak hanya
memperhatikan kimia sebagai produk saja, tetapi juga sebagai proses untuk
menemukan ilmu tersebut (Mudalara, 2012). Kimia sebagai suatu proses tidak
lain adalah suatu metode ilmiah yang memuat serangkaian proses ilmiah
(Sukardjo dan Sari, 2008; Bybee, 2006).
Proses ilmiah meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan ilmiah
yang dilakukan dalam rangka memperoleh produk kimia, seperti melakukan
observasi, eksperimen, dan analisis yang bersifat rasional (Tim Penyusun, 2014).
Proses ilmiah dalam pembelajaran sains dapat dilakukan seperti merumuskan
3
hipotesis, melakukan eksperimen, mengambil data, mengolah data, dan meng-
komunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis. Keterampilan proses
dalam pembelajaran memerlukan keterampilan ilmiah yang tercakup dalam kete-
rampilan proses sains (Semiawan, dkk., 1992).
Keterampilan proses sains (KPS) adalah keterampilan fisik dan mental terkait
dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diapli-
kasikan ke dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemu-
kan sesuatu yang baru (Semiawan, dkk., 1992). Tujuan dilatihkan keterampilan
proses sains kepada siswa antara lain, memberikan motivasi belajar kepada siswa,
memperdalam konsep yang dipelajari, mengembangkan pengetahuan atau teori
dengan kenyataan hidup dalam masyarakat, serta mengembangkan sikap percaya
diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi
berbagai masalah (Mulyasa, 2007).
Pada fakta di lapangan, proses pembelajaran kimia produk lebih diutamakan
daripada proses (Ilmi, Indrowati, dan Probosari, 2012). Siswa cenderung untuk
menghafalkan rumus dan definisi saja tanpa ada pemahaman yang mendalam
terhadap suatu materi kimia (Qomaliyah, Sukib, dan Loka, 2016). Selain itu
pembelajaran kimia masih banyak menekankan pada aspek produk. Pembelajaran
tidak menekankan pada aspek proses sehingga KPS siswa kurang berkembang
(Fitriyani, Haryani, dan Susatyo, 2017).
Hal ini sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan
guru mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 5 Bandarlampung. Pembelaja-
ran di SMA Negeri 5 Bandarlampung sudah menerapkan kurikulum 2013, tetapi
4
proses pembelajaran kimia di kelas lebih berpusat pada guru. Pembelajaran
dominan menggunakan metode ceramah, sesekali berdiskusi, latihan soal, dan
demonstrasi. Dengan demikian, keterampilan proses sains siswa kurang terlatih
selama pembelajaran serta siswa kesulitan dalam memperoleh hasil belajar yang
maksimal sesuai dengan kompetensi yang ada pada kurikulum.
Kompetensi Dasar (KD) kelas X IPA yang harus dicapai pada kurikulum 2013
yaitu KD 3.8 menganalisis sifat larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan
daya hantar listriknya serta KD 4.8 membedakan daya hantar listrik berbagai
larutan melalui perancangan dan pelaksanaan percobaan. Materi larutan elektrolit
dan non elektrolit memiliki karakteristik yaitu menuntut siswa dapat merancang
suatu percobaan larutan elektrolit dan non elektrolit serta menyimpulkan sifat-sifat
berbagai larutan dalam mengelompokkan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah
dan non elektrolit, sehingga keterampilan proses sains siswa dapat dilatihkan
seperti mengobservasi, mengklasifikasi dan menginferensi. Salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa karena
menggunakan serangkaian proses ilmiah untuk mendapatkan produk yaitu model
pembelajaran POGIL (Process Oriented Guide Inquiry Learning).
Menurut Gale dan Boisselle (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
POGIL merupakan model pembelajaran yang lebih mengedepankan pendekatan
proses pembelajaran berpusat pada siswa, dengan mendorong partisipasi siswa
agar lebih aktif di dalam kelas. Menurut Hanson (2006) langkah-langkah pem-
belajaran model POGIL terdiri dari 5 langkah yaitu, orientation, exploration,
concept formation, application, dan closure.
5
Melalui model pembelajaran POGIL, keterampilan proses sains siswa dapat di-
latihkan pada tahap eksplorasi (exploration) dan penemuan konsep (concept
formation). Dimana pada tahap eksplorasi ini siswa memiliki kesempatan untuk
melakukan pengamatan, eksperimen, mengumpulkan data, memeriksa dan meng-
analisis data. Sehingga pada tahap ini dapat meningkatkan kemampuan observasi
dan klasifikasi siswa. Kemudian pada tahap penemuan konsep, konsep tidak
diberikan secara langsung, namun guru mendorong dan memacu siswa untuk
dapat membuat kesimpulan dan membuat prediksi melalui LKS (Setyaning dan
Laily, 2017). Sehingga pada tahap ini dapat meningkatkan kemampuan inferensi.
Beberapa penelitian yang menyatakan bahwa model POGIL dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh
Indraswari (2015) menyatakan bahwa model pembelajaran POGIL dapat melatih
keterampilan proses sains siswa pada materi kalor, kemudian penelitian yang
dilakukan oleh Annisa (2016) menyatakan bahwa model POGIL efektif dalam
meningkatkan keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa pada materi
koloid, serta penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) menyatakan bahwa model
pembelajaran POGIL efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa
pada materi getaran harmonik.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Efektivitas
Model POGIL Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu bagaimanakah efektivitas model POGIL dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model POGIL dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi larutan elektrolit dan
non elektrolit.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yaitu :
1. Bagi siswa
Penerapan model POGIL dapat memberikan pengalaman kepada siswa untuk
melatih KPS, sehingga memungkinkan siswa dapat memahami konsep-konsep
yang dipelajarinya.
2. Bagi guru
Penerapan model POGIL dapat dijadikan alternatif dalam memilih model pem-
belajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia untuk meningkat-
kan KPS siswa.
7
3. Bagi sekolah
Penerapan model POGIL dapat memberikan informasi dan sumbangan
pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran POGIL dikatakan efektif meningkatkan keterampilan
proses sains siswa apabila secara statistik n-gain keterampilan proses sains
siswa menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol (Bao, 2006).
2. Model pembelajaran yang digunakan ialah model pembelajaran POGIL, yang
terdiri dari 5 langkah yaitu orientation, exploration, concept formation,
application, dan closure (Hanson, 2006).
3. Indikator keterampilan proses sains merujuk pada indikator keterampilan
proses sains dasar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) yaitu observasi,
klasifikasi, dan inferensi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran POGIL
Model POGIL awalnya dikembangkan pada tahun 1990 oleh National Science
Foundation dalam usaha untuk memperbaiki pembelajaran kimia (Hanson, 2006).
Tujuan model pembelajaran POGIL menurut Hanson (2005) adalah 1) mengem-
bangkan keterampilan proses pada area belajar (learning), berpikir (thinking) dan
menyelesaikan masalah (problem solving), 2) membuat siswa berpartisipasi aktif
dalam pembelajaran, 3) meningkatkan interaksi antar siswa dan interaksi antar
guru dan siswa, 4) menumbuhkan sikap positif terhadap sains, 5) mengaitkan
pembelajaran dengan teknologi informasi, 6) mengembangkan keterampilan
komunikasi dan kinerja dalam kelompok.
Model POGIL adalah salah satu model pembelajaran aktif yang menggunakan
belajar kelompok dalam belajar penemuan terbimbing (Guided-Inquiry). Menurut
Hanson (2006) Terdapat lima tahap siklus pembelajaran POGIL, yaitu Orientasi
(Orientation), Eksplorasi (Exploration), Penemuan konsep (Concept Formation),
Aplikasi (Application), dan Penutup (Closure). Adapun 5 tahap tersebut terdapat
pada Tabel 1.
9
Tabel 1. Tahap model pembelajaran POGIL
No Tahap Aktivitas
1 Orientation Tahap orientasi mempersiapkan para peserta didik untuk
belajar. Memberikan motivasi dan menciptakan minat
belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, dan mengaitkan
pengetahuan sekarang dengan pengetahuan sebelumnya.
2 Exploration Pada tahap ini peserta didik diberikan seperangkat tugas
untuk diselesaikan agar peserta didik dapat mengetahui
apa yang harus dipelajari. Pada tahap ini juga peserta
didik berkesempatan untuk melakukan pengamatan.
percobaan, mengumpulkan, memeriksa dan
menganalisis data atau informasi, mengajukan pendapat
dan menguji hipotesis.
3 Concept
Formation
Proses ini disusun dengan memberikan pertanyaan yang
membuat peserta didik berpikir kritis, dan analisis saat
terlibat dalam eksplorasi. Pertanyaan diberikaan berupa
pertanyaan terpadu, pemikiran kritis, pertanyaan utama,
setelah itu informasi tambahan dan nama konsep
diperkenalkan.
4 Application Pada tahap ini peserta didik mengaplikasikan konsep
yang telah ditemukan untuk menyelesaikan soal latihan
yang diberikan guru.
5 Closure Kegiatan ini diakhiri dengan guru memberikan pe-
nguatan dan membimbing peseta didik untuk melakukan
evaluasi kinerja kelompoknya
10
POGIL membuat siswa aktif terlibat dan berpikir di kelas maupun di laborato-
rium; menarik kesimpulan dari analisis data, contoh dan model; bekerja sama
untuk memahami konsep dan menyelesaikan masalah; merefleksikan apa yang
telah siswa pelajari dan meningkatkannya; berinteraksi dengan guru sebagai
fasilitator dalam pembelajaran (Hanson, 2006).
Model POGIL menekankan bahwa belajar adalah proses interaktif dalam berpikir
dengan seksama, mendiskusikan ide-ide, menyempurnakan pemahaman, melatih
keterampilan, dan merefleksikan peningkatan pembelajaran. Model POGIL
didasarkan pada prinsip konstruktivisme yang dapat memicu siswa belajar secara
aktif melalui interaktif dalam kelompok untuk memecahkan masalah (Widiawati,
2013).
Kelebihan model pembelajaran POGIL Menurut Zawadzki (2010), yaitu dapat
membantu peserta didik untuk lebih menemukan sendiri pengetahuannya dan
mudah diterapkan pada semua jenjang pendidikan. Selain itu model pembelajaran
POGIL juga mampu membantu peserta didik dalam meningkatkan keterampilan
proses, bertanya dan mengomunikasikan pengetahuan, serta dapat menjangkau
materi pelajaran dalam cakupan yang luas. Menurut Straumanis (2014), dijelas-
kan bahwa kelebihan metode pembelajaran POGIL adalah peserta didik dapat
mengolah informasi, berpikir kritis, memecahkan masalah, komunikasi, kerja
sama tim, manajemen dan self-assesment, sedangkan guru itu sebagai fasilitator
yaitu mengamati kerja kelompok siswa, menjawab pertanyaan, dan melakukan
intervensi jika diperlukan. Kelebihan lainnya juga disampaikan oleh Ningsih,
Bambang dan Sopyan (2012) bahwa POGIL adalah pembelajaran aktif yang
11
menggunakan aktivitas guided inquiry untuk mengembangkan pengetahuan dan
analitis, melaporkan, dan tanggung jawab individu.
B. Keterampilan Proses Sains
Keterampilan proses sains (KPS) adalah keterampilan fisik dan mental terkait
dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai, dan diapli-
kasikan ke dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan berhasil menemu-
kan sesuatu yang baru (Semiawan, dkk., 1992). Menurut Rustaman (2005), kete-
rampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung
sebagai pengalaman pembelajaran. Sehingga melalui pengalaman langsung
seseorang dapat lebih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan.
Keterampilan proses sains bertujuan untuk mengembangkan kreativitas siswa
dalam belajar, sehingga secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan
kemampuan- kemampuannya. Bila siswa hanya belajar untuk mencapai hasil,
maka mereka tampak kurang mampu menerapkan perolehnya, baik berupa penge-
tahuan, keterampilan maupun sikap dalam situasi lain. Dimyati dan Mudjiono
(2002) mengungkapkan bahwa :
1. Pendekatan KPS dapat mengembangkan hakikat ilmu pengetahuan siswa.
Siswa terdorong untuk memperoleh ilmu pengetahuan dengan baik karena
lebih memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
2. Pembelajaran melalui KPS akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak hanya menceritakan, dan atau men-
dengarkan sejarah ilmu pengetahuan, dan
12
3. KPS dapat digunakan oleh siswa untuk belajar proses dan skaligus produk
ilmu pengetahuan. Pendekatan KPS dirancang dengan beberapa tahapan
yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep.
Menurut Firman (2000) ada enam indikator keterampilan proses dasar yang harus
dimiliki oleh peserta didik, diantaranya:
1. Mengamati
Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang
fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan panca
indra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau
pengecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan,
mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan
kita, dan meneliti lebih lanjut.
2. Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai
objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan
golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.
Contohnya antara lain: mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, meng-
klasifikasikan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur, dan lain-lain.
3. Mengukur
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh-contoh
kegiatan yang menampakkan keterampilan mengukur antara lain: mengukur
panjang garis, mengukur berat badan, dan kegiatan sejenis yang lain.
13
4. Memprediksi
Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan
tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan
perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta,
konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.
5. Mengomunikasikan
Mengomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh
fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tulisan, gambar,
gerak, tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi, mendeklamasi
kan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan,
tulisan, gerak, atau penampilan).
6. Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan
keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip
yang diketahui.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) keterampilan proses sains dikelompokan
seperti pada Tabel 2 dan indikator keterampilan proses sains dasar seperti pada
Tabel 3.
Tabel 2. Pengelompokan KPS
Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terintegrasi
Mengamati (observasi) Mengajukan pertanyaan
Mengelompokkan (klasifikasi) Penyelidikan
Meramalkan (prediksi) Menerapkan konsep
14
Lanjutan Tabel 2.
Keterampilan Proses Dasar Keterampilan Proses Terintegrasi
Mengukur Menggunakan alat/bahan
Berkomunikasi Melaksanakan percobaan
Inferensi Berhipotesis
Tabel 3. Indikator KPS dasar
Indikator Sub indikator
Observasi Mampu menggunakan semua indera untuk mengamati,
mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian
secara teliti dan hasil pengamatan.
Klasifikasi Mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri,
mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan
dasar penggolongan terhadap suatu objek.
Prediksi Mampu menggunakan pola-pola hasil pengamatan dan
mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan
yang belum diamati.
Pengukuran Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk
menentukan secara kuantitatif ukuran suatu benda secara
benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu,
berat, dan lain-lain, serta mampu mendemonstrasikan
perubahan suatu satuan pengukuran ke satuan pengukuran
lain.
15
Lanjutan Tabel 3.
Indikator Sub indikator
Berkomunikasi Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan
atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan menyampai-
kan laporan secara sistematis, menjelaskan hasil percobaan,
membaca tabel, mendiskusikan hasil kegiatan suatu
masalah atau suatu peristiwa.
Inferensi Mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu benda
atau fenomena setelah mengumpulkan, menginterpretasi
data dan informasi.
Dari uraian di atas dapat dijabarkan bahwa KPS memberikan kesempatan kepada
siswa untuk secara nyata memiliki sifat sebagai seorang ilmuwan. Penerapan
KPS menuntut adanya keterlibatan siswa secara fisik dan mental-intelektual yang
dapat melatih mengembangkan keterampilan-keterampilan proses atau kemam-
puan kerja ilmiah. Sehingga siswa dapat menemukan fakta, konsep, dan prinsip
ilmu atau pengetahuan. Selanjutnya KPS tidak hanya meningkatkan keterampilan
yang bisa membuat siswa belajar banyak informasi mengenai sains, tetapi juga
mempelajari keterampilan yang membantu siswa untuk berpikir logis, meng-
komunikasikan dengan baik, mengajukan pertanyaan rasional, mencari jawaban,
serta memecahkan masalah mereka dalam kehidupan sehari-hari (Dimyati dan
Mudjiono, 2002).
16
C. Penelitian yang Mendukung
Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti tentang model POGIL
sebagai berikut:
1. Indraswari, dkk (2015) dengan judul penerapan model pembelajaran POGIL
untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada materi kalor kelas VII
SMP N 22 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan untuk
tiap aspek keterampilan proses sains. Perbedaan hasil pretes dan postes
dikatakan signifikan, dibuktikan dengan uji-t diperoleh thitung = 18,33 > ttabel =
1,68 dengan taraf signifikan α = 0,05. Siswa memberikan respons jawaban
positif sebesar 91%. Sehingga model pembelajaran POGIL dapat digunakan
untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa kelas VII SMP N 22
Surabaya.
2. Annisa (2016) dengan judul keefektifan pendekatan POGIL terhadap proses
sains dan hasil belajar siswa pada materi koloid. Berdasarkan analisis data
diketahui bahwa pembelajaran kelas eksperimen mencapai ketuntasan belajar
klasikal tes kognitif keterampilan proses sains sebesar 88,89% (32 dari 36
siswa) dan hasil observasi psikomotorik keterampilan proses sains berkategori
baik (rata-rata 83,85) sedangkan pada kelas kontrol ketuntasan belajarnya
hanya 70,27% (26 dari 37 siswa) dan hasil observasinya berkategori cukup
(rata-rata 64,13). Sehingga pendekatan POGIL efektif terhadap keterampilan
proses sains siswa dan hasil belajar siswa pada materi koloid.
3. Sari (2017) dengan judul keefektifan model pembelajaran POGIL terhadap
keterampilan proses sains siswa kelas X MAN Demak pada materi getaran
harmonik tahun ajaran 2016/2017. Hasil analisis posttest menggunakan uji t,
17
diperoleh thitung ≥ ttabel (6,46 ≥ 1,99) sehingga Ha diterima, yang artinya rata-rata
KPS siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil analisis
data obeservasi, rata-rata KPS siswa kelas eksperimen adalah 76,97% (kategori
baik) lebih baik daripada kelas kontrol 73,96% (kategori cukup). Sehingga
model pembelajaran POGIL efektif untuk meningkatkan KPS siswa MAN
Demak pada materi getaran harmonik.
D. Kerangka Berpikir
Ketika guru menjelaskan konsep kimia yang membutuhkan penalaran yang cukup
tinggi, hanya sebagian kecil peserta didik yang dapat memahami konsep tersebut.
Sebagian besar peserta didik belum mampu melakukan penalaran dan analisis.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih sering menggunakan metode cera-
mah. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan guru dan masih menjadikan
guru sebagai satu-satunya sumber pembelajaran. Akibatnya, banyak siswa yang
hafal rumus dan materi tanpa melibatkan mereka untuk menemukan konsep
sehingga KPS nya pun rendah. Berdasarkan masalah tersebut diperlukan model
pembelajaran yang tepat, salah satunya yaitu model POGIL.
Pada model pembelajaran POGIL, siswa dikelas bekerja dalam suatu kelompok
belajar yang kegiatannya dirancang khusus untuk meningkatkan penguasaan
konten disiplin dan pengembangan keterampilan pada proses pembelajaran,
pemikiran, pemecahan masalah, komunikasi, kerja tim, manajemen, dan penilaian.
Model POGIL terdiri dari 5 langkah yaitu orientasi (orientation), ekplorasi
(exploration), penemuan konsep (concept formation), aplikasi (application), dan
18
penutup (closure).
Tahap pertama yaitu orientasi (orientation), guru mempersiapkan siswa untuk
belajar dengan memotivasi, menciptakan minat, dan rasa ingin tahu, serta mem-
buat koneksi berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Pada tahap ini, siswa akan
mengamati fenomena-fenomena pada kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari sehingga akan membangkitkan rasa ingin tahu
siswa dan menciptakan minat belajar.
Tahap kedua yaitu eksplorasi (exploration), siswa memiliki kesempatan untuk
melakukan pengamatan, eksperimen, mengumpulkan, memeriksa, dan meng-
analisis data serta diberikan suatu bahan pembelajaran untuk didiskusikan. Bahan
pembelajaran tersebut membimbing mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Tahap ketiga yaitu penemuan konsep (concept formation) adalah sebagai hasil
dari eksplorasi, konsep diciptakan dan dibentuk. Pada tahap ini siswa diberikan
pertanyaan-pertanyaan melalui LKS yang membuat siswa berpikir ketika mereka
terlibat dalam eksplorasi dan akan menuntun siswa untuk membuat suatu prediksi
atau kesimpulan berdasarkan pemahaman mereka.
Tahap keempat yaitu aplikasi (application), siswa diberikan latihan berupa studi
masalah ataupun kasus penelitian untuk menguatkan pemahaman, serta memberi-
kan kesempatan kepada siswa mengembangkan kepercayaan diri mereka dengan
memberikan latihan yang sederhana dan familiar.
Tahap terakhir yaitu penutup (closure), kegiatan berakhir dengan validasi hasil,
refleksi dan penilaian kinerja oleh siswa. Validasi diperoleh dengan melaporkan
19
hasil kerja siswa kepada teman dan guru untuk mendapatkan umpan balik
mengenai isi dan kualitas.
Melalui model pembelajaran POGIL, keterampilan proses sains siswa dapat di-
latihkan pada tahap eksplorasi (exploration) dan penemuan konsep (concept
formation). Dimana pada tahap eksplorasi ini siswa memiliki kesempatan untuk
melakukan pengamatan, eksperimen, mengumpulkan data, memeriksa dan meng-
analisis data. Sehingga pada tahap ini dapat meningkatkan kemampuan observasi
dan klasifikasi siswa. Kemudian pada tahap penemuan konsep, konsep tidak
diberikan secara langsung, namun guru mendorong dan memacu siswa untuk
dapat membuat kesimpulan dan membuat prediksi melalui LKS. Sehingga pada
tahap ini dapat meningkatkan kemampuan inferensi siswa.
Berdasarkan tahap-tahap tersebut maka diharapkan model pembelajaran POGIL
diterapkan pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit efektif dalam mening-
katkan keterampilan proses sains siswa.
E. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :
1. Siswa kelas X semester genap SMAN 5 Bandarlampung tahun pelajaran
2018/ 2019 yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan
akademik yang sama.
2. Perbedaan keterampilan proses sains siswa terjadi karena adanya perlakuan
yang berbeda selama proses pembelajaran berlangsung.
20
3. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan
proses sains siswa diabaikan.
F. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah model pembelajaran POGIL efektif
dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi larutan
elektrolit dan non elektrolit.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Pada penelitian ini, populasinya adalah semua siswa kelas X IPA SMA Negeri 5
Bandarlampung tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari 5 kelas. Sampel dari
penelitian ini adalah dua kelas dari 5 kelas X IPA SMA Negeri 5 Bandarlampung.
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada
informasi mengenai keadaan populasi sebelumnya, dimana peneliti berasumsi
bahwa ahli yang mengetahui keadaan sampel dan populasi dapat menggunakan
pengetahuan mereka untuk mengetahui apakah sampel yang diambil itu represen-
tatif atau tidak (Fraenkel, 2012). Seorang ahli yang dimintai pertimbangan dalam
menentukan sampel adalah guru mata pelajaran kimia yang memahami
karakteristik siswa kelas X IPA di SMA Negeri 5 Bandarlampung.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru tersebut, diketahui bahwa kelas X
IPA 2 dan X IPA 4 memiliki kemampuan kognitif yang hampir sama, sehingga
kedua kelas dipilih sebagai sampel penelitian. Diperoleh kelas X IPA 2 sebagai
kelas kontrol dan X IPA 4 sebagai kelas eksperimen.
22
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer dan data pen-
dukung. Data primer berupa hasil tes sebelum (pretes) penerapan model pem-
belajaran POGIL dan tes setelah (postes) penerapan model pembelajaran POGIL,
sedangkan data pendukung berupa data keterlaksanaan model POGIL. Sumber
data penelitian ini yaitu semua siswa yang ada di kelas kontrol dan di kelas
eksperimen.
C. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experiment
dengan menggunakan desain Pretest-Posttest Control Group Design (Sugiyono,
2013) yang secara garis besar dapat ditunjukkan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Desain penelitian
Kelas Penelitian Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 Y O2
Keterangan:
O1 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi pretes
O2 : Kelas eksperimen dan kontrol diberi postes
X : Perlakuan berupa pembelajaran dengan model pembelajaran POGIL
Y : Perlakuan berupa pembelajaran dengan konvensional
23
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian (Arikunto, 2006). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yang di-
gunakan, yaitu model pembelajaran POGIL (Process Oriented Guided
Inquiry Learning) pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional
pada kelas kontrol.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains siswa.
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi larutan elektrolit dan non
elektrolit.
E. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
1. Perangkat penelitian
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
KI-KD, Silabus, Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan Lembar
Kerja Siswa.
2. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal pretes dan postes
untuk mengukur keterampilan proses sains siswa.
24
Pengujian instrumen penelitian ini menggunakan validitas isi yaitu dengan cara
judgement. Pengujian ini dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kese-
suaian antara tujuan penelitian, indikator keterampilan dengan butir soal. Jika
terdapat kesesuaian antar unsur-unsur, maka dikatakan bahwa instrumen dianggap
valid untuk digunakan dalam pengumpulan data. Oleh karena itu untuk melaku-
kan judgement, peneliti meminta ahli untuk melakukannya.
F. Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Persiapan
a. Meminta izin kepada wakil kepala bidang kurikulum dan guru bidang
studi kimia kelas X IPA SMA Negeri 5 Bandarlampung untuk
melaksanakan penelitian.
b. Mengadakan observasi ke kelas untuk mendapatkan informasi tentang
data siswa, karakteristik siswa, observasi sarana dan prasarana yang ada
di laboratorium sekolah.
c. Menentukan populasi dan sampel penelitian
d. Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
a. Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kontrol.
b. Melaksakan kegiatan pembelajaran pada materi larutan elektrolit dan non
elektrolit pada kelas eksperimen dan kontrol. Pada kelas eksperimen
25
menggunakan model pembelajaran POGIL, sedangkan pada kelas kontrol
menggunakan pembelajaran konvensional.
c. Melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
3. Akhir penelitian
Tahap ini dilakukan pengolahan dan analisis data untuk memperoleh suatu
kesimpulan.
Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Persiapan
Pelaksanaan
Penelitian
Akhir penelitian
Gambar 1. Alur penelitian.
Observasi
Menyiapkan instrumen penelitian
Menentukan sampel penelitianKelaskontrol
Kelaseksperimen
Pretes
Uji statistikmenggunakan uji kesamaan dua rata-
rata
Perlakuan
Pembelajarankonvensional
pada kelaskontrol
Pembelajaranmenggunakanmodel POGIL
pada kelaseksperimen
Postes
Analisis data
Kesimpulan
26
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Analisis data
a. Perhitungan nilai pretes dan postes siswa
Skor pretes dan postes siswa yang diperoleh dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol diubah menjadi nilai siswa dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Nilai siswa=Jumlah skor jawaban yang diperoleh
Jumlah skor maksimal×100
Selanjutnya, nilai yang diperoleh dihitung presentasenya menggunakan rumus
sebagai berikut:
%Nilai siswa = Nilai siswa
Nilai maksimum× 100%
Selanjutnya menghitung rata-rata pretes dan postes:
Rata-rata nilai = Jumlah nilai seluruh siswa
Jumlah siswa
b. Perhitungan n-gain KPS setiap siswa
Peningkatan keterampilan proses sains ditunjukkan melalui skor n-gain, yaitu
selisih antara skor postes dan skor pretes, dan dihitung berdasarkan rumus
berikut:
n− gain=%nilai postes − %nilai pretes
nilai maksimum − %nilai pretes
Kriterianya adalah :
(1) Pembelajaran dengan skor n-gain “tinggi”, jika rata-rata n-gain > 0,7
(2) Pembelajaran dengan skor n-gain “sedang”, jika rata-rata n-gain terletak
antara 0,3 < n-gain ≤ 0,7
27
(3) Pembelajaran dengan skor n-gain “rendah”, jika rata-rata n-gain ≤ 0,3
(Hake, 1998).
c. Perhitungan rata-rata n-gain keterampilan proses sains setiap kelas
Setelah di dapat n-gain setiap siswa, selanjutnya menghitung rata-rata n-gain
setiap kelas dengan rumus sebagai berikut:
Rata-rata n − gain tiap kelas=∑n− gain∑ siswa
2. Uji prasyarat analisis
a. Uji normalitas pretes dan n-gain
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal
dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Pengujian ini dilakukan
menggunakan SPSS versi 22.0 dan menggunakan uji Shapiro wilk.
Hipotesis untuk uji normalitas:
H0 = sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian, terima H0 jika nilai sig dari Shapiro wilk > 0,05, dan tolak
H0 untuk harga lainnya.
b. Uji homogenitas pretes dan n-gain
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian memiliki
varians homogen atau tidak yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang
akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Pengujian ini dilakukan meng-
gunakan SPSS versi 22.0 dan menggunakan uji Levene statistics test.
Hipotesis untuk uji homogenitas:
H0= kedua kelas memiliki varian yang homogen
28
H1= kedua kelas memiliki varian yang tidak homogen
Kriteria pengujian, terima H0 jika sig dari Levene statistics test > 0,05, dan
tolak H0 untuk harga lainnya.
3. Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah pada awalnya
KPS siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kemampuan awal yang
sama. Sebelum dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dilakukan terlebih dahulu uji
prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Data berdistribusi
normal dan homogen, maka uji yang dilakukan menggunakan uji parametrik yaitu
uji t (Sudjana, 2005). Uji t yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji
Independent Sample T Test menggunakan SPSS versi 22.0
Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata:
H0 = Rata-rata pretes KPS siswa kelas eksperimen yang menggunakan model
POGIL sama dengan rata-rata pretes kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
H1 = Rata-rata pretes KPS siswa kelas eksperimen yang menggunakan model
POGIL tidak sama dengan rata-rata pretes kelas kontrol yang meng-
gunakan pembelajaran konvensional.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas
Terima H0 jika probabilitas > 0,05
Tolak H0 jika probabilitas < 0,05
29
4. Uji perbedaan dua rata-rata
Sebelum dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dilakukan terlebih dahulu uji pra-
syarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Data tidak berdistribusi
normal dan tidak homogen, maka uji yang dilakukan menggunakan uji non
parametrik yaitu uji Mann-Whitney U menggunakan SPSS versi 22.0
Hipotesis untuk uji perbedaan dua rata-rata:
H0 = Rata-rata n-gain KPS siswa kelas eksperimen yang menggunakan model
POGIL lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-gain kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
H1 = Rata-rata n-gain KPS siswa kelas eksperimen yang menggunakan model
POGIL lebih tinggi dari rata-rata n-gain kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
Dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas
Terima H0 jika probabilitas > 0,05
Tolak H0 jika probabilitas < 0,05
5. Perhitungan keterlaksanaan model POGIL
Perhitungan nilai keterlaksanaan model POGIL dilakukan menggunakan lembar
observasi guru. Adapun langkah-langkah untuk menghitung keterlaksanaan mo-
del POGIL adalah sebagai berikut.
1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh observer untuk setiap aspek
pengamatan, lalu menghitung persentase keterlaksanaan model menggunakan
rumus:
%Ji =∑JiN
x 100%
30
Keterangan:
%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada
pertemuan ke-i
∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh
observer pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
Rata-rata persentase =%Ji
Nx 100%
Keterangan:
%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada
pertemuan ke-i
N = Banyaknya aspek
2. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase keterlaksanaan model
dengan kriteria:
80,1% < %Ji ≤ 100,0%; kriteria sangat tinggi
60,1 < %Ji ≤ 80,0; kriteria tinggi
40,1% < %Ji ≤ 60,0; kriteria sedang
20,1 < %Ji ≤ 40,0; kriteria rendah
0,0 < %Ji ≤ 20,0; kriteria sangat rendah (Sunyono, 2012).
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model
POGIL efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi
larutan elektrolit dan non elektrolit terutama pada tahapan eksplorasi dan
penemuan konsep.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Model POGIL dianjurkan untuk dapat diterapkan pada pembelajaran kimia,
terutama pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit karena terbukti
efektif dalam meningkatkan KPS siswa.
2. Bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian agar lebih
memperhatikan dalam mengelola waktu dan pengkondisian kelas selama
proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, K. 2016. Keefektifan Pendekatan Process Oriented Guided InquiryLearning (POGIL) Terhadap KPS dan Hasil Belajar Siswa Pada MateriKoloid. Chemistry in Education. 6(1): 40-46.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,Jakarta.
Bao, L. 2006. Theoretical Comparisons of Average Normalized GainCalculations. American Journal of Physics. 74(10): 917-922.
Bybee, R. W. 2006. Scientific Inquiry and Nature of Science. Springer,Netherlands.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta, Jakarta.
Firman. 2000. Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. JurusanPendidikan Kimia FPMIPA UPI, Bandung.
Fitriyani, R., Haryani, S., dan Susatyo, E. B. 2017. Pengaruh Model InkuiriTerbimbing terhadap Keterampilan Proses Sains pada Materi Kelarutan danHasil Kali Kelarutan. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. 11(2): 1957-1970.
Fraenkel, J.R., N.E. Wallw., & H.H. Hyun. 2012. How To Design and EvaluateResearch In Education Eighth Edition. The McGraw-Hill Companies, NewYork.
Gale, S. D., & Boisselle, L. N. 2015. The Effect of POGIL on AcademicPerformance and Academic Confidence. Science Education International.26(1): 56-61.
Hake, R. R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A SixThousand-Student Survey of Mechanics Test Data For Introductory PhysicsCourses. American Journal of Physics. 66(1): 64-74.
48
Hanson, D. M. 2005. Designing Process-Oriented Guided-Inquiry Activities.Pacific Crest Stony Brook University (SUNY), New York.
______, D. M. 2006. Instructor's Guide to Process-Oriented Guided-InquiryLearning. Pacific Crest, Lisle.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam PembelajaranAbad 21. Ghalia Indonesia, Bogor.
Indraswari, R. A., Widodo, W., & Muchlis. 2015. Penerapan Model PembelajaranPOGIL untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains pada Materi KalorKelas VII SMP N 22 Surabaya. Jurnal Pendidikan Sains. 3(2): 1-9.
Ilmi, A.N.A., Indrowati, M., & Probosari, R.M. 2012. Pengaruh Penerapan ModelDiscovery Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XSMA Negeri 1 Teras Boyolali Tahun Pelajaran 2011/2012. JurnalPendidikan dan Pembelajaran. 4(2): 44-52.
Ismail, F. 2008. Manajemen Berbasis Sekolah: Solusi Peningkatan KualitasPendidikan. Jurnal IQRA’ STAIN Manado. 5, 1-11.
Karyadi, B. 2005. Pendidikan Kimia dalam Mewujudkan Pertumbuhan Industriyang Ramah Lingkungan dan Hemat Energi. Makalah Seminar NasionalKimia dan Pendidikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA. Universitas NegeriSemarang, Semarang.
Kurnia, W. G. M. 2013. Kemampuan Komunikasi Efektif Dunia PendidikanKedokteran Deefleksi Implementasi Kurikulum 2013. Seminar FMIPA.Universitas Pendidikan Ganesha, Bali.
Listyawati, M . 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ipa Terpadu diSMP. Journal of Innovative Science Education. 1(1): 1-9.
Mahardiyanti, T. 2013. Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika denganPemberian Tugas Artikel Internet di Kelas VI SD Negeri Tanjungrejo 3Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2011/2012.Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1(1): 67-76.
Mudalara, I. P. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bebas terhadap HasilBelajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gianyar Ditinjau dariSikap Ilmiah. Jurnal Pendidikan IPA. 2(2): 2-22.
Mulyasa, E. 2007. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatifdan Menyenangkan. Rosdakarya, Bandung.
Ningsih, S.M., Bambang, S., dan Sopyan, A. 2012. Implementasi ModelPembelajaran POGIL untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir KritisSiswa. Unnes Physics Education Journal, 1(2): 44-52.
49
Purba, M. 2006. Kimia Untuk SMA Kelas X. Erlangga, Jakarta.
Qomaliyah, E. N., Sukib, S., dan Loka, I. N. 2016. Pengaruh Model PembelajaranInkuiri Terbimbing Berbasis Literasi Sains terhadap Hasil Belajar MateriPokok Larutan Penyangga. Jurnal Pijar MIPA.11(2): 105-109.
Rustaman. 2005. Pengembangan Konsep. Remaja Rosdakarya, Bandung.
Sari, W. B. 2017. Keefektifan Model Pembelajaran POGIL TerhadapKeterampilan Proses Sains Siswa Kelas X MAN Demak pada MateriGetaran Harmonik Tahun Ajaran 2016/2017. (Skripsi). Universitas IslamNegeri Walisongo, Semarang.
Semiawan, C.,Tangyong, A. F, Belen, S. dan Matahelemual, Y. 1992. PendekatanKeterampilan Proses. PT. Gramedia, Jakarta.
Setyaning, Y. D dan Laily, R. 2017. Penerapan Model POGIL untuk MelatihkanKeterampilan Proses Sains Ditinjau dari Hasil Belajar. Jurnal PendidikanSains. 5(02): 108- 112.
Straumanis, A. 2014. Classroom Implementation of Process Oriented GuidedInquiry Learning A Practical Guide for Instructors. Stony BrookUniversity, Pacifi’c Crest.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito, Bandung.
Sukardjo dan Sari, L. P. 2008. Penilaian Hasil Belajar Kimia. UNY Press,Yogyakarta.
Sunarya, Y., Siska, M., dan Kurnia. 2013. Peningkatan Keterampilan Proses SainsSiswa SMA Melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada Materi LajuReaksi. Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia. 1(1): 69-75.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multiple Refresentasi (ModelSiMayang). Aura Printing And Publishing, Bandar Lampung.
Tim Penyusun. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. BSNP, Jakarta.
___________. 2014. Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.Kemendikbud, Jakarta.
Widiawati, I. 2013. Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains SiswaMelalui Strategi Pembelajaran POGIL pada Materi Laju Reaksi Di Kelas XISMA Negeri 36 Jakarta. (Skripsi) . Universitas Negeri Jakarta, Jakarta.
50
Zawadzki, R. 2010. Is Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL)suitable as a teaching method in Thailand’s higher education. Asian Journalon Education and Learning, 1(2): 66-74.