mochammad-zuliyana-akbar uas tpi 2014

13
TEKNIK PENULISAN ILMIAH Analisis Golongan Putih dan Pengaruhnya Terhadap Pemilu Disusun oleh : M. ZulhIyana Akbar 071211332005 DEPARTEMEN ILMU POLITIK Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 1

Upload: meliafadiansarisuriansyah

Post on 16-Jan-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jjjhfjfh

TRANSCRIPT

Page 1: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

TEKNIK PENULISAN ILMIAH

Analisis Golongan Putih dan Pengaruhnya Terhadap Pemilu

Disusun oleh :

M. ZulhIyana Akbar 071211332005

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 1

Page 2: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

Analisis Golongan Putih dan Pengaruhnya Terhadap Pemilu

Pendahuluan

Demokrasi merupakan sistem yang dewasa ini digunakan di hampir semua negara, Demokrasi

akan diterapkan dinegara dengan mengikuti budaya masing-masing negara. Di Indonesia Demokrasi

saat ini diartikan sebagai pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk

rakyat. Berjalannya praktik demokrasi di Indonesia bukan berarti tanpa gugatan dan kritikan.

Ketidakpercayaan terhadap demokrasi lahir di Indonesia karena demokrasi dianggap sebagai alat

perantara untuk mencapai tujuan dan mengusung kepentingan tertentu namun tidak sesuai dengan

cita-cita demokrasi tersebut. Demokrasi dilihat hanya sebagai mekanisme untuk mendapakan

legitimasi kekuasaan saja namun terlepas dari prinsip dasar dan nilai-nilai murni lahirnya demokrasi.

Pemilu ataupun pemilihan wakil rakyat lainnya merupakan salah satu bentuk partisipasi

politik warga negara Indonesia. Dalam sistem pemerintahan demokrasi, tentunya segala sesuatu yang

berhubungan dengan negara juga berhak ditentukan rakyat, termasuk penentuan presiden dan wakil-

wakil rakyat lainnya. Pemilu merupakan bentuk partisipasi politik dari sistem demokrasi tersebut dan

masyarakat merupakan unsur-unsur terlaksananya.

Pro dan kontra terhadap pemilu pun muncul yakni munculnya golongan putih (golput),

fenomena kemunculan golongan putih (golput) di Indonesia dimulai sejak pada tahun 1971 dan

perkembangannya hingga kini merupakan suatu dimensi sejarah politik Indonesia. salah seorang

pencetus lahirnya golput yang dikenal yakni Arief Budiman, yang mengatakan golput ada yang murni

dan ada yang kecelakaan. Penggolongan ini didasarkan dari kondisi pemilih tersendiri, kesadaran

atapun ketidak tahuan ataupun adanya halangan.

Pengertian & Sejarah Golput

Golput diidentifikasikan sebagai masyarakat yang tidak puas dengan aturan permainan

demokrasi yang dilakukan oleh partai politik, dan juga pada tahun 1971, partai Golongan karya

(Golkar) yang dalam usahanya memenangkan pemilihan umum, menggunakan aparat pemerintah dan

cara-cara yang diluar batas aturan permainan dalam suatu masyarakat yang demokratis.

Golput senyatanya dikenal sebagai sebuah gerakan protes terhadap penyelenggaraan

pemilihan umum (pemilu), namun yang paling penting untuk diketahui yaitu makna dari gerakan

golput dan sasaran yang ingin dicapainya. Tetapi disisi lain dari munculnya gerakan golput yaitu

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 2

Page 3: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

adanya ketidaktahuan ataupun kurangnya informasi terhadap tata cara pemilu yang pada masa kini

diartikan sebagai golput.

Golput pertama kali muncul tahun 1971, kemunculan golongan putih yang mengidentifikasi diri

mereka bukan sebagai organisasi, golput merupakan identifikasi bagi mereka yang tidak puas dengan

demokrasi yang dislewengkan oleh partai politik, dan golput tidak melakukan pergerakan diluar

hukum, sebagai protes terhadap pemilihan umum yang dianggap tidak demokratis1.

Makna dari kata golput adalah tidak menggunakan hak pilih dalam pemilu dengan berbagai

faktor dan alasan. Nama ini terdengar pertama kali pada tahun 1971, dimana pembuat gerakan ini

Arief Budiman dengan pendapat bahwa dengan atau tanpa pemilu kekuatan pasti akan tetap pada

Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI)2. Dan tahun ketahun dalam perkembangan politik di

Indonesia dari dimulainya pemilu tahun 1955 dan golput muncul pada tahun 1971, Fakta yang masih

jelas dalam ingatan kita adalah semenjak Pemilu 1971 sampai Pemilu 1997, ada ketentuan bahwa 

PNS diwajibkan memilih Golkar3. Adapun istilah golput saat ini lebih mengarah kepada sikap politik

rakyat  yang rasional dan secara ideologis sadar untuk tidak menggunakan hak pilihnya (memilih

untuk tidak memilih) sebagai refleksi bahwa tidak ada sistem pemilu yang sempurna.  gerakan golput

dari tahun 1971 terus mengalami peningkatan hingga pilpres ke-2. Indonesia telah melaksanakan 10

kali pemilu legislatif (pileg) dari tahun 1955 hingga 2009, dalam setiap pileg jumlah masyrakat yang

menggunakan hak pilihnya terus bertambah dari tahun ketahun, hal ini bisa dilihat dalam grafik

berikut:

19711977

19821987

19921997

19992004

pilpres

i

pilpres

ii0

5

10

15

20

25

78

108

910 10

2322

23

tingkat golput pemilu dalam %

tingkat golput pemilu dalam %

1 Sanit, Arbi. Aneka Pandangan Fenomena Politik : GOLPUT. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1992. Hlm. 18.2Wordpress.com/golputsejarah. 9 Desember 2013. 21.30 WIB.3 Ibid, halaman 34-35.

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 3

Page 4: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

Sumber: wordpess.com entri 23, april 2012. Data diambil pada 20 Desember 2013.

http://duniapassion.wordpress.com/2012/04/23/arsip-2009-pemilu-2009-awas-golput-mengintai-

part-1/

Dari grafik tersebut terlihat bahwa peningkatan jumlah masyarakat yang tidak menggunakan

hak pilihnya terjadi pada tahun 2004, peningkatan yang signifikan sebanyak 13% merupakan angka

yang besar dari jumlah pemilih. Dan tingkat golput provinsi lebih tinggi dari tingkat nasional.

 

banten

DKI Jaka

rtaJam

biKep

ri

Sumbar

Bangk

a Beli

tungJati

mJab

arJat

eng

BaliSu

lsel

sumut

05

101520253035404550

tingkat golput pilkada provinsi dalam %

tingkat golput pilkada provinsi dalam %

Sumber: wordpess.com entri 23, april 2012. Data diambil pada 20 Desember 2013.

http://duniapassion.wordpress.com/2012/04/23/arsip-2009-pemilu-2009-awas-golput-mengintai-

part-1/

Data tersebut menunjukkan banyaknya jumah golput dari berbagai daerah dalam pemilihan

umum kepala daerah (pemilukada), dalam masyarakat kedaerahan banyak hal yang menyebabkan hal

demikian terjadi. Berbagai alasan dari golput muncul dalam kedaerahan yakni keterbatasan

pendidikan, alasan kesehatan dan masih banyak lagi.

Latar Belakang Terjadinya Golput

Berdasarkan data diatas, bisa disimpulkan dalam 10 tahun terakhir angka golput terus

berkembang, semakin banyak masyarajat yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Ironis

jika sistem yang dibentuk negara Indonesia dengan pemertintahannya yang demokrasi, dengan artian

masyarakat diberikan kesempatan dalam menuangkan asprasinya untuk ikut serta dalam

penyelenggaraan negara, dan pemilu merupakan salah satu bentuk partisipasi politik yang diberikan

negara terhadap masyarakat untuk menentukan kepala daerah atau wakil daerah ataupun negara.

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 4

Page 5: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

Meskipun presentase pemilih Indonesia terbilang besar dibandingkan negara lain yang memiliki

sistem yang kurang lebih sama dengan Indonesia, tetapi praktek politik seperti ini dapat

mempengaruhi sistem demokrasi dan juga pemilu itu sendiri, bisa dikatakan sistem demokrasi dan

pemilu itu sendiri gagal bila masih ada masyarakat yang tidak mau menggunakan hak pilihnya untuk

memilih kandidat kepala daerah. Bertambahnya jumlah masyarakat yang tidak nmenggunakan hak

pilihnya menjadi perhatian banyak pihak, pemerintah terutama yang menyelenggarakan pemilu

melalui Komisi Pemilihan Umum (KPU), pada setiap ada Pemilihan Umum Kepala Daerah

(Pemilukada) tentu ada pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya, hal ini jelas disoroti oleh KPU

selaku peyelenggara.

Latar belakang terjadinya golput yang pertama yaitu golput dengan alasan yang paling murni

atau pandangan pertama yang kita tahu jika kita mendengar kata golput yaitu masyarakat yang tidak

menggunakan hak pilihnya karena kesadaran mereka untuk tidak hadir dalam hari pemilihan, dan

telebih lagi kepada golongan yang menyerukan kepada masyarakat lain untuk tidak menggunakan hak

pilihnya. Alasan mereka melakukan hal tersebut yaitu dikarenakan sudah kurangnya rasa percaya

mereka terhadap sistem demokrasi dan para pemimpin negara, terlebih lagi terhadap pemilu dan para

kandidatnya, masyarakat cenderung apatis terhadap janji-janji yang diucapkan para kandidat disaat

kampanye. Pada golongan dengan alasan golput yang murni ini, banyak diantaranya merekrut atau

mengajak masyarakat yang lain untuk juga tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, dan hal ini

juga menambah angka pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya.

Tentu saja banyak alasan lain yang menyebabkan masyarakat tidak menggunakan hak

pilihnya, bukan hanya ada masyarkat yang tidak menggunakan hak pilihnya dikarenanakan ketidak

percayaan mereka terhadap kandidat, partai ataupun pemerintah, dan juga rasa kurang percaya

terhadap pemilu yang dapat membawa perubahan pada negara ataupun pada hidup mereka.

Masyarakat yang golput dengan alasan ideologis adalah mereka yang benar-benar sadar politik yakni

karena dorongan ideologi. Contohnya adalah para muslim ideologis. Mereka memandang bahwa

demokrasi adalah sistem sekuler yang bertentangan dengan Islam. Keikutsertaan mereka dalam

pemilu (pada sistem demokrasi) hanya akan melestarikan sistem sekuler tersebut4.

Alasan ekonomi dan pendidikan juga menjadi pertimbangan masyarakat melakukan golput.

Alasan ekonomi yaitu dimana masyarakat dengan mayoritas masyarakatnya masih menengah

kebawah lebih memilih untuk melakukan pekerjaan mereka yang lebih berpengaruh terhadap

kehidupan ekonomi terlebih untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, Masyarakat yang

melakukan golput karena alasan ini, biasanya mereka yang karena mata pencahariannya tidak bisa

meninggalkan aktivitasnya untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Golongan ini didominasi oleh

para pedagang kecil, karyawan dengan upah harian dan buruh. Mereka yang tidak memilih karena

44 Sanit, Arbi. Aneka Pandangan Fenomena Politik : GOLPUT. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1992. Hlm 238.

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 5

Page 6: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

merasa tidak ada manfaat secara langsung baginya. Pemilu seolah merepotkan dan mengganggu

kesenangan dalam menjalani hidupnya. Faktor pekerjaan adalah pekerjaan sehari-hari pemilih. Faktor

pekerjaan pemilih ini dalam pemahaman penulis memiliki kontribusi terhadap jumlah orang yang

tidak memilih. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010 daro 107,41 juta orang yang bekerja,

paling banyak bekerja disektor pertanian yaitu 42,83 juta orang, disusul sektor perdagangan sebesar

22,21 juta orang, dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 15,62 juta orang5. Faktor pendidikan yang

menyebabkan masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya taitu ketidak pahaman dengan sistem

pemilu, bisa disebabkan kurangnya sosialisasi oleh pihak panitia pemilu, masyrakat dengan tingkat

pendidikan rendah akan kurang mengerti tentang pentingnya pemilu dan memilih kandidat kepala

daerah.

Alasan lain pemilih tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu disebabkan bukan dari

diri pemilih melainkan sebab dari pihak lain, hal ini termasuk dalam tingkat golput dikarenakan target

KPU termasuk dalam seluruh masyrakat Indonesia, dan jika terdapat masyrakat yang tidak

menggunakan hak pilihnya dalam penghitungan suara maka masyarakat yang tidak menggunakan hak

pilihnya dengan alasan apapun termasuk dalam tingkat golput. contohnya kesalahan dari panitia

pemilu yang tidak mendaftarkan masyarat dalam pemilu, kesalahan teknis seperti ini menjadikan

masyarakat menjadi tidak dapat menggunakan hak pilihnya dalam pemilu.

Dampak Golput

Golput dalam pandangan luas menimbulkan masalah yang krisis yang tidak terlihat langsung

dampaknya terhadap kehidupan bernegara, tetapi golput akan menimbulkan paradigma yang buruk

dari pemerintahan Demokrasi yang ingin dibangun oleh Indonesia. Golput menimbulkan pro dan

kontra, banyak perdebatan yang muncul dari golput karena para pengikutnya merasa adanya

kebenaran sementara dilain sisi merasa golput adalah tindakan yang salah. Para pendukungnya

bertujuan dalam tidak menggunakan hak pilihnya dalam golput akan mengurangi jumlah kandidat

yang akan duduk dikursi DPR, dikarenakan jumlah suara yang kurang dari perkiraan dan kesesuaian

pemilu legislatif (pileg), paradigma ini muncul karena jumlah anggota DPR yang sekian banyak

bukannya menambah kinerja bagus DPR melainkan semakin bertambahnya kasus korupsi dan

gratifikasi lain, menambah jumlah kursi di DPR juga akan berpengaruh terhadap uang negara yang

keluar untuk memberikan gaji anggota DPR, tetapi tetap saja, menyerukan golput dan

menyebarluaskannya merupakan suatu kegagalan akan sistem demokrasi yang diadaptasi Indonesia,

dampakya akan secara tidak langsung terlihat.

Perkembangan yang lebih lanjut jika Golput terus muncul yaitu apabila terjadi mobilisasi politik,

akan mengarah kepada pemilih ‘bisa dibeli’, atau politik uang. Golput akan mengembangkan hal

55 Arianto, Bismar. Jurnal Analisis Masyarakat Tidak Memilih dalam Pemilu.

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 6

Page 7: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

tersebut karena jika pemilih ingin suaranya tetap netral dan dalam tingkat ekonomi yang rendah dan

tingkat pendidikan rendah, calon pemimpin yang melakukan politik uang akan mengambil

kesempatan dengan ‘membeli suara’ dari pemilih.

Solusi

Berbagai alasan yang muncul dari Golput, juga terdapat banyak solusi untuk

menyelesaikannya. Dari Golput dengan sebab sederhana tetapi fata yang dilakukan oleh panitia

penyelenggara sendiri merupakan hal yang ironis. Kesalahan administratif seperti tidak tercantumnya

masyarakat dalam daftar pemilih tetap termasuk dalam angka Golput, dari hal sederhana yang

diperbaiki pemerintah tersebut melalui memperbaiki kinerja KPU dan panitia penyelenggara pemilu.

Sosialisasi pelaksanaan pemilu di Indonesia sangat penting dilakukan dalam usaha untuk

mengurangi angka golput. Hal ini di sebabkan tingkat pemilu di Indonesia cukup tinggi mulai dari

memilih kepala desa, bupati/walikota, gubernur pemilu legislatif dan pemilu presiden hal ini belum

dimasukkan pemilihan yang lebih kecil RT/ RW. Kondisi lain yang mendorong sosialisi sangat

penting dalam upaya meningkatkan partisipasi politik masyarakat adalah dalam setiap pemilu

terutama pemilu di era reformasi selalu diikuti oleh sebagian peserta pemilu yang berbeda. Pada

Pemilu 1999 diikuti sebanyak 48 partai politik, pada pemilu 2004 dikuti oleh 24 partai politik dan

pemilu 2009 dikuti oleh 41 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal di Aceh6. Kondisi ini

menuntut perlunya sosialisasi terhadap masyarakat.

Perlunya sosialisasi yang gencar juga harus dilakukan panitia penyelenggara pemilu,

perbedaan yang terjadi saat pemilu orde lama dengan masa reformasi juga menjadi pertimbangan,

perbedaan yang terjadi dalam surat suara saat orde baru yang meyarankan pemilih hanya “mencoblos”

dibagian lambang partai sedangkan saat ini pemilu legislatif menyarankan untuk pemilih bukan hanya

memilih lambang pertai melainkan ditambah dengan memilih nama kandidat yang tersedia 7. Dalam

semua faktor tersebut tentu sosialisasi merupakan hal penting yang haris dilakukan oleh pemerintah

sebagai kunci mengurangi angka golput.

kesimpulan

66 Arianto, Bismar. Jurnal analisis masyarakat tidak memilih dalam pemilu.77 Sanit, Arbi. Aneka Pandangan Fenomena Politik : GOLPUT. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. 1992. Hlm. 200.

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 7

Page 8: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

banyak alasan terjadi golput, dan apapun alasan itu seharusnya tidak menjadi pertimbangan

hanya disatu alasan yakni kurangnya rasa percaya masyarakat terhadap DPR, melainkan disetiap

alasan termasuk faktor administratif yang menyebabkan masyarakat tidak dapat menggunakan hak

pilihnya, semua hal tesebut seharusnya menjadi perhatian DPR untuk memperbaiki disetiap aspeknya.

Pro dan kontra yang timbul akibat golput merupakan masalah negara ini dan sistemnya, disatu sisi

Indonesia ingin membangun masyarakat yang demokrasi yang dibangun oleh masyaratnya sendiri,

masyarakat diminta untuk berpartisipasi langsung dalam membangun negara, salah satunya melalui

pemilu, memilih kepaa daerah untuk memimpin daerahnya atau perwakilan rakyat dikursi DPR. Disisi

lain dengan media memberitakan banyaknya kasus korupsi dan semua dana yang dihabiskan DPR

sementara masyarakat merasa tidak adanya perubahan yang terjadi pada kehidupan masyarakat secara

Ekonomi, maupun Pendidikan akhirnya menimbulkan konflik yang menimbulkan munculnya Golput,

Golput diyakini sebagai bentuk protes dari masyarakat kepada pemerintah bahwa sistem pemilu

merupakan kepalsuan terhadap demokrasi.

Pemerintah seharusnya berbenah, melakukan perbaikan secepat mungkin disetiap sisi dari

pemilu yang merupakan partisipasi poitik dari sistem demokrasi yang diadopsi Indonesia, dalam

alasan apapun dari golput, layaknya meyakinkan pemilih untuk menggunakan hak pilihnya dengan

cara sosialisasi, dan juga memperbaiki kinerja KPU dengan mengurangi kesalahan administratif

sehingga masyarakat yang ingin menyalurkan suaranya dalam hak pilihnya tidak lagi menambah

angka golput. Harapan masyarakat yang terwujud merupakan solusi dari semua permasalahan ini, jika

pengeluaran negara dengan setiap sistem yang dikeluarkan, seperti pemilu dan wakil rakyat di DPR

mewujudkan segala harapan rakyat tersebut sebanding dengan pengeluarannya yaitu meningkatnya

taraf hidup masyarakat.

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 8

Page 9: Mochammad-Zuliyana-Akbar UAS TPI 2014

Daftar Pustaka

Saksono, Gatut. 2013. Golput dan Masa Depan Bangsa. Ehsipassiko.

Sanit, Arbi. Aneka Pandangan Fenomena Politik : GOLPUT. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan. 1992.

Jurnal online

Arianto, Bismar. Jurnal analisis masyarakat tidak memilih dalam pemilu. 2010.

http://fisip.umrah.ac.id/wp-content/uploads/2012/03/JURNAL-ILMU-PEMERINTAHAN-

BARU-KOREKSI-last_57_66.pdf

wordpress.com/golputsejarah.

http://lifeschool.wordpress.com/2012/07/10/sepintas-sejarah-golput/

http://duniapassion.wordpress.com/2012/04/23/arsip-2009-pemilu-2009-awas-golput-

mengintai-part-1/

Jurnal Analisis Golongan Putih dan Pengarunya Terhadap Pemilu | 9