diskusi tpi - hugo grotius - medium cengkih

29
Notulensi Kuliah Virtual Teori Politik Internasional, 11 November 2012. Medium: Cengkih – Presenter: Kishino Bawono Peserta: Dara Niggarwati G (Dara) Ratu Humairoh Balqis (Balqis) Gigih Agung Bagaskara (Gigih) Gusti Hening Pusthikaputra (Gusti) Iqbal Zakky Hasbianto (Iqbal) Farha Kamalia (Farha) Yang tidak hadir: Febe Maryona Tahitu

Upload: kishino-bawono

Post on 04-Aug-2015

120 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Notulensi Kuliah Virtual Teori Politik Internasional, 11 November 2012.

Medium: Cengkih – Presenter: Kishino Bawono

Peserta:

Dara Niggarwati G (Dara)

Ratu Humairoh Balqis (Balqis)

Gigih Agung Bagaskara (Gigih)

Gusti Hening Pusthikaputra (Gusti)

Iqbal Zakky Hasbianto (Iqbal)

Farha Kamalia (Farha)

Yang tidak hadir:

Febe Maryona Tahitu

Page 2: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

PERTANYAAN PERTAMA

"Ketika bicara mengenai Hugo Grotius, kesan yang sampai apa?" Singkat aja,

sederhana saja jawabannya. Silakan, approximately 10-15 menit ini.

Jangan lupa, jawaban ditulis di kotak kanan itu, kalau mau memberikan yang lain

"bacaan" yang lebih enak, copy-paste ke sini, dengan nulis nama dan konteksnya.

Makasih. :D

Gusti: Menanggapi Pertanyaan Pertama.

menanggapi Mas Kishino, Menurut saya, Grotius ini sekuler, natural law harus diterapkan ke

seluruh manusia beserta seluruh agama dan kepercayaannya.dan natural law ini dipakai

sebagai pusat hukum, berangkat pada asumsi dasar liberal dan idealis bahwa manusia itu pada

dasarnya baik. Tapi, Grotius juga ada sisi realisnya, dia mengatakan juga bahwa perang tidak

dapat dihindarkan dan terkadang perlu untuk menegakkan moral yang dianut suatu negara,

tapi harus diatur..ya hal ini memunculkan apa yang kita sebut sekarang sebagai just war dan 

merupakan awal dari hukum humaniter internasional.

Gigih: Menanggapi pertanyaan Pertama:

Menurut saya setelah melihat apa yang ada di benaknya Hugo Grotius yaitu konsep moral, 

natural law dll menandakan bahwa dia adalah seorang liberalis. Bisa dilihat dari kata2nya

bahwa manusia itu secara alami baik dan secara moral benar. Kemudian ada Grotius sekuler

yaitu natural law harus diaplikasikan ke semua manusia tanpa pandang bulu. Kemudian baik

individu maupun negara memiliki hak asasi yang harus diperjuangkan dengan baik. Hal-hal

ini menunjukkan bahwa dia adalah liberalis. Namun dia juga tidak menyangkal adanya

perang. Namun dia hanya setuju pada konsep just war. Just war ini menurut saya perang yang

tidak tercemar oleh unsur2 politis, kepentingan pribadi, kekayaan, dan lain-lain. Perang ya

perang(just war/hanya perang) yaitu mempertahankan hak dan kewajiban, mempertahankan

kemerdekaan. Untuk memperyahankan kemurnian just war ini, beliau membuat aturan-aturan

baku mengenai just war, dan aturan-aturan ini harus ada jika perang dikategorikan sebagai

just war. Hugo Grotius menurut saya adalah liberalis, am i right? 

Dara: Menanggapi pertanyaan pertama Kak Nino.

Kesan yang saya dapat ketika membicarakan Hugo Grotius adalah concern nya untuk

mengkodifikasikan norma,etika,dan politik dalam tatanan hukum internasional. Hal ini terkait

dengan kesadarannya akan konflik yang menyalahi natural law,dalam bentuk konflik antar

Page 3: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

individu maupun negara, merupakan hal yang alamiah dan tak terelakkan, sehingga untuk

menekan ambiguitas serta relativitas dari natural law,hal yang bisa dilakukan adalah dengan

kodifikasi hukum serta konsep just war.

Gigih: Komentar tambahan Gigih terhadap pertanyaan pertama.

Namun saya sempat ragu. apakah konsep just war ini bisa benar2  diimplementasikan. perang

dimana2 pasti ada unsur kepentingan, entah  mencari kekuasaan, kekayaan, menjajah, dll.

menurut saya konsep just war  ini bagus, tp sedikit mengada-ada bagi saya, benarkah?

Ini nanti sejalan dengan salah satu pertanyaan yang mau aku ajukan. :)

Farha: Menanggapi Kak khisino

Ketika bicara mengenai Hugo Grotius, kesan yang sampai pada saya adalah bahwa Hugo

Grotius merupakan pemikir yang lebih menekankan pada moral ketika membahas baik dalam

level individu maupun level internasional daripada pemikir-pemikir sebelumnya. Hugo

Grotius pemikirannya juga cenderung mengarah ke paham liberal. Hal ini terbukti dengan

pemikirannya mengenai law, yaitu natural law dan law of nations. Kedua hal tersebut

berkaitan erat dengan kebebasan individu dan pelaksanaan hubungan internasional, termasuk

perang sekalipun pihak-pihak yang melakukan perang harus taat pada hukum perang yang

berlaku. 

Ratu Humairoh Balqis : menanggapi pertanyaan kak Kishino : 

 Merupakan seseorang yang cerdas terlihat dari prestasinya bahkan sejak ia masih muda,

seorang  negarawan dan diplomat yang ulung. Selama hidupnya, Grotius juga banyak menulis

buku tentang teologi Kristen, dan menghasilkan beberapa karya seni. Hugo Grotius

merupakan salah satu pemikir yang menggunakan justifikasi moral  dalam melihat hubungan

internasional. Pemikiran pertama Grotius adalah pemikiran terkait natural  law. Grotius juga

memberikan pemikirannya mengenai bagaimana perang itu dilaksanakan,  dengan beberapa

konsepnya seperti  jus ad bellum  dan  jus in bello. Keduan konsep ini juga akan membantu

kita dalam menjustifikasikan apakah perang dilaksanakan secara adil atau  jus war. Pemikiran

selanjutnya yang dikemukakan oleh Grotius adalah mengenai kebebasan laut. Jadi intinya,

Grotius merupakan seorang pemikir yang telah menyumbangkan berbagai pemikiran penting

bagi perkembangan hubungan internasional bahkan hingga saat ini.

Page 4: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Annisa: menanggapi pertanyaan pertama:

Kesan mengenai Hugo Grotius : Menurut saya, Hugo Grotius merupakan tokoh liberalis yang

berusaha melihat perkembangan manusia berdasarkan natural law nya merupakan individu

yang baik dan ingin melakukan kerjasama namun sering dihadapkan konflik-konflik sosial.

Sehingga perang tidak dapat dihindari. Grotius melihat perang dari sudut pandang yang lebih

masuk akal. Grotius tidak menampikkan akan kemunculan perang, namun tidak

menginginkan perang yang sia-sia. Perang haruslah memiliki alasan yang kuat, yaitu demi

perlindungan hak asasi manusia. Grotius pun yakin bahwa manusia masih memiliki etika dan

moral sebagai dasar hubungannya dengan individu lain, maka dari itu Grotius berusaha

mengkodifikasikan sebuah hokum perang, agar perang yang bertujuan melindungi hak dan

kewajiban(just war) tidak menjadi sia-sia.

Gusti: menanggapi gigih: menurutku grotius ini juga bingung sebenernya..perang diatur?

sekarang apakah ketika sudah benar2 terjun ke ladang pertempuran, bakalan inget konsep just

war itu? saya pikir saya setuju bahwa just war ini sedikit mengada-ada...tapi tidak bisa

dipungkiri kalau paham liberalis maupun idealis kan harus ada unsur institutional law, dan

world order..

Iqbal:

Mencoba menjawab pertanyaan pertama dari mas Nino. Kesan yang tersampaikan adalah

lahirnya bibit-bibit liberalis. Hugo Grotius mungkin menjadi pionir dalam membentuk

fondasi awal liberalisme seperti hukum humaniter. Meskipun belum ada konsep "manusiawi"

(karena sebelum PD I konsep "HAM" belum ditemukan), Grotius sudah mulai membahas

tentang "manusia yang beradab".

INI PERTANYAAN KEDUA:

"Natural law, ini apa menurut kalian, dan bagaimana ini memberikan kontribusi bagi

penulisan dalam ilmu sosial? Dalam hal ini Hugo Grotius dan tulisannya."

Approximately 20-30 menit lah. Silakan. :D

Gigih:

Menurut saya natural law ini sangat mencerminkan bahwa Grotius adalah seorang yang

liberalis. Secara hukum alam (natural law) manusia pada dasarnya memiliki sifat dan

Page 5: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

perangai yang baik. Segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat manusia adalah benar

secara moral. Jika aad manusia-manusia yang memiliki sifat-sifat yang tak sesuai hukum

alam (sifat buruk, sifat jahat), itu semata-mata karena sistem moral yang tidak berjalan

sebagaimana mestinya, alias moralnya buruk. Grotius mengartikan natural law ini sebagai

Grotius Sekuler dimana hukum alamiah ini secara otomatis dan harus diaplikasikan kepada

seluruh manusia tanpa memperdulikan hal-hal lain. Pemikiran Grotius bagi ilmu sosial

menurut saya sebagai penyeimbang bagi adanya pemikiran realisme yang memandang

manusia bersifat buruk dan skeptis pada moral. Bagi ilmu sosial, pandangan Grotius ini

memberikan rasa optimisme bahwa manusia itu baik, bermoral baik, sehingga janganlah kita

ragu bahwa perdamaian takkan ada(seperti pandangan realisme). Pandangan Grotius (dan

pandangan liberalisme lainnya) sangat berguna bagi masyarakat sosial untuk terus optimis

memperjuangkan  perdamaian walupun terkesan sulit (mungkin mustahil). Dengan

pandangan liberalisme yang terkesan muluk-muluk dan mengada-ada, tetap saja penting

untuk membuat masyarakat memiliki harapan dan memberikan mereka alasan untuk apa

mereka berjuang(berperang). Tidak seperti realisme yang cenderung membuat masyarakat

menjadi apatis dan skeptis.

Gusti : Menanggapi pertanyaan ke2 dari mas kishino, menurut saya natural law itu adalah

hukum yang dianut oleh individu, dinalar sendiri oleh individu, dan dijadikan sebagai

landasan dan pedoman individu tersebut dalam berkeehidupan sehari-hari..jadi, natural law

menurut tiap-tiap orang beda-beda tergantung nilai yang mereka anut, tergantung juga pada

penalaran mereka mengenai suatu hukum, dan sangat menekankan pada rights / hak individu

untuk menalar, dan menjalankan hukum / aturan berdasarkan pada penalarannya sendiri..ya,

jadinya seperti apa yang kita tahu tentang sekularitas saat ini..nah..sedangkan kontribusinya

natural law bagi ilmu sosial terutama di tulisan grotius sendiri adalah bahwa pada dasarnya,

hukum itu mudah..dan apa yang dilakukan manusia, selama sejalan dengan sifat alamiah

manusia, secara moral adalah benar..dan sebaliknya, jika apa yang dilakukan manusia tidak

sesuai dengan nature nya manusia, maka secara moral salah..jadi, menurut saya, grotius ini

sebenarnya mencoba untuk menyederhanakan kehidupan sosial yang ribet

Iqbal: Sepenangkapan saya, natural law Grotius itu terbagi menjadi dua: Hukum yang benar-

benar datang dari Tuhan (Agama) dan hukum yang dibuat oleh manusia. Grotius mencoba

membelah hukum agama dengan hukum manusia yang kemudian menimbulkan sekularisme.

Saya rasa kontribusi natural law besar, seperti yang kita ketahui bahwa daratan Eropa sangat

Page 6: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

kuat sekularismenya. Lebih jauh lagi, ini menjadi pemisah antara agama dengan negara

nantinya (seperti yang dianut AS sekarang).

Gigih: - Menanggapi Iqbal - bedanya hukum agama sama hukum manusia apa bal?

maksudku menurut pandangan grotius? 

Iqbal:

Mencoba menjawab pertanyaan mas Gigih, hukum agama adalah hukum yang benar-benar

mengekspresikan kehendak Tuhan (aku coba kasih contoh Vatikan gitu mungkin ya). Hukum

manusia: hukum (manusia) yang ada karena alasan tertentu (mungkin contohnya ya hukum

humaniter itu sendiri).

Gusti: mau bantuin iqbal deh, hukum Tuhan itu ya apa yang tertera dalam kitab suci...tapi

kadang-kadang itu juga dinalar sendiri dan dipersepsikan beda-beda antar individu :|

Dara: menanggapi iqbal dan gusti juga,untuk itu grotius mencoba untuk formulasi hukum ke

dalam hukum yang lebih logis dan bisa diterima secara universal,karena meskipun hukum

setiap agama mengajarkan yang baik-baik tapi agama yang berbeda pun,bisa memberikan

interpretasi yang relatif. jadi grotius mau menjadikan hukum yang universal dan normatif-nah

ini saya setuju

Gigih: klo menurutku sih hukum agama justru memuat semangat liberalisme itu sendiri. kita

tahu bahwa semua ilmu agam pasti baik (sesuai paham liberalisme). maslah hukum agama

yang negatif itu kan karena interpretasi masing2 individu yang mungkin salah. jadi hukum

agama dan hukum buatan Grotius malah sebenarnya sama. Menurut saya kata2 iqbal

mengenai AS memisahkan agama dengan negara  sepertinya gak deh. pernah dijelaskan mas

Rahmat waktu polpem AS klo  dalam membuat  kebijakan, AS selalu memiliki visi misi yaitu

mengenai  semangat kristen dan yahudi, tapi saya juga lupa detilnya bal.

Iqbal: - Masih terkait dengan hal di atas.

Kamu yakin gih? Salah satu isi dari konstitusi AS (persetujuan dengan beberapa negara

bagian) bahwa agama harus dipisahkan dari politik. Mungkin persepsi kita beda antara politik

dan negara, mungkin ya. Karena ini aku masih punya pdf-nya mas rahmat tentang AS, dan

ada di dalam isi konstitusi AS.

Dara: Iya bal setuju,bahkan di sekolah-sekolah negeri AS kalo ga salah ada peraturan tentang

tidak boleh ada pelajaran agama,supaya konsepsi agama ga berbenturan sama konsepsi hak

sipil. but anyway ini jadi ngomongin AS.

Farha: Menanggapi yang di atas.

Page 7: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Mau nanggapin dikit, tapi banyak juga sekolah-sekolah di AS meskipun public school tapi

mereka jg masih menyelenggarakan ritual keagamaan bareng. Apalagi kalo sekolah yang

privat.

Gigih: - Masih terkait dengan yang atas.

Kalau yang aku pelajari di polpem as mengenai neo cons yang diikuti orang2 macam Bush,

dalam menguasai dunia selalu memegang teguh semangat kristiani. kan dalam american

dreams itu pasti ada unsur agamanya. ini yang aku tangkap, gak tau benar atau tidak. 

Iqbal: Yah, kita kan sama-sama belajar gih, haha, gak tau bener atau salah.

Sepenangkapanku sih gitu. Tapi masalah neo-cons: penguasaan dunia dengan memegang

teguh semangat kristiani (Agama), itu mah udah masuk teori konspirasi menurutku,

kesukaannnya Gusti ini mah.

Gigih: waduh kok malah nyasar pe AS yha? hehe

Dara :menanggapi pertanyaan kedua kak Nino

Natural law memiliki esensi dasar akan karakter given dan alami tiap individu yang pada

dasarnya adalah baik. Natural Law memiliki elemen-elemen yang kemudian

memformulasikan Natural Rights/Human Rights, bahwa karena pada dasarnya manusia

memiliki sifat dasar baik,maka ada baiknya untuk menghormati hak satu sama lain agar

tercipta kehidupan harmonis. Human Rights yang dikodifikasikan dalam hukum legal formal

misalnya pada Declaration of Human Rights, serta penghormatannya tercatat pada Charter of

UN, ini diformulasikan untuk sesuai dengan rasionalitas manusia dan pertimbangan

konstruksi sosial agar tercipta situasi yang saling menghormati jalannya hak individual baik

hak sipil maupun politik. Natural law ini juga berkiblat banyak pada konsepsi akan moral

and virtue, dimana saya artikan bahwa dengan menelurkan konsepsi ber-esensi seperti

ini,Grotius berarti beranggapan bahwa pada dasarnya karakter positif merupakan given pada

manusia,namun secara konstruksi sosial manusia harus dihadapkan pada friksi atau konflik

yang tak terelakkan pula karena benturan kepentingan dengan individu lain. Hal ini juga

memberikan refleksi bahwa Grotius adalah liberalis, karena prinsipnya yang ingin

‘menstandarisasi’ universal human rights dan upaya world peace.

Annisa-Natural Law :Jangan

 Natural Law yang dimaksudkan Grotius adalah pemikiran bahwa pada dasarnya manusia

adalah individu yang baik yang memiliki moral dan etika. Sehingga dalam berinteraksi invidu

akan terus memperhatikan moral dan etika sebagai parameter berlaku. Pemikiran Natural

Page 8: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Law ini menampikkan pemikiran kaum realis yang selalu menyangkal akan eksistensi moral

dalam hubungan internasional. Moral menjadi sangat penting dalam hubungan internasional

mengingat kemungkinan terjadinya konflik dalam pencapaian kepentingan. Dengan adanya

moral, manusia diingatkan untuk menghargai kepentingan satu sama lain. Grotius tidak

menampikkan akan kemunculan perang, namun tidak menginginkan perang yang sia-sia.

Kemudian lahirlah pemikiran pembahasan Hukum Humaniter Internasional. Perang tidak

boleh didasarkan atas kecemasan atau hanya rasa curiga namun harus demi kepentingan

perlindungan hak manusia (just war). Sehingga perang diatur dengan moral bersama agar

perang tetap sebagai perang bukan dengan alasan politis ataupun kekuasaan. Mengapa moral?

Karena moral merpakan hal yang universal yang dipahami bersama oleh seluruh individu di

dunia. Sehingga Grotius berharap dengan pengaturan perang, dunia ini akan lebih baik, atas

dasar Natural Law tersebut.

Farha: - Menanggapi pertanyaan Kedua.

Menurut saya natural law adalah hukum-hukum yang ada karena telah dimiliki manusia sejak

lahir yang diberikan oleh Tuhan, yaitu mengenai hak-hak yang dimiliki oleh semua manusia

karena berkaitan dengan hak individu. Oleh karena natural law merupakan basis dari hak

individu, maka hak-hak individu ini bersifat sama dan tidak memandang perbedaan manusia

satu dengan yang lain. Sehingga, hukum ini merupakan hukum tertinggi dan dasar hukum

untuk sumber hukum-hukum lain karena berasal dari Tuhan. Pemikiran-pemikiran Grotius ini

mempunyai kontribusi terhadap ilmu sosial, salah satunya mengenai hal-hal yang berkaitan

hak-hak. Manusia menjadi lebih bermoral karena mereka ccenderung untuk menddahulukan

hak-hak. Tidak sedikit tulisan-tulisan yang membahas mengenai kebebasan dan hak-hak

individu. Pemikiran Grotius juga memberikan kontribusinya terhadap tuisannya sendiri, yaitu

mengenaik hukum umum dia antara bangsa-bangsa, termasuk hukum untuk berperang. 

Balqis : Terkait pertanyaan kedua.

Natural law merupakan salah satu pemikiran dari Hugo Grotius. Nature law ini berasal dari

natural rights atau yang juga dikenal sebagai hak asasi yang dimiliki oleh manusia. Awalnya

nature law ini dikemukakan Hugo Grotius terkait dengan hak untuk melawan tiran yang

awalnya hanya merupakan suatu kewajiban agama, Oleh karena itu lah banyak yang berpikir

bahwa pemikiran Hugotius ini merupakan pemikiran yang beralih dari pemikiran agamis ke

pemikiran sekuler. Hingga akhirnya hak yang ada di nature law ini kemudian berubah

menjadi hak moral yang terbentuk dengan persetujuan masyarakat sipil. Nature law

Page 9: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

kemudian menjadi suatu hukum yang menjustifikasi benar atau tidak berdasarkan moral. Hak

yang dimiliki oleh manusia dari pemberian Tuhan ini juga kemudian mendapat perlindungan

atau ditopang oleh hukum itu sendiri. Setidaknya terdapat empat hak dasar yang dimiliki oleh

manusia menurut Grotius, seperti hak kepemilikan atau properti tanpa diganggu oleh orang

lain, hak untuk mendapatkan keuntungan dari properti yang dimiliki, hak untuk menghormati

perjanjian dan terakhir hak untuk menghukum suatu  perbuatan yang salah secara moral. 

Dengan keempat dasar yang telah dijamin dalam  natural law  yang menjadikan masyarakat

itu ada, maka  natural law  dijadikan sebagai pondasi  dari segala hukum yang ada di dunia.

Oleh karena itu juga, wajar saja bila kemudian bisa kita katakan bahwa nature law ini telah

menjadi sumber bagi kemuculan dalam hukum-hukum lain di dunia sosial sebut saja hukum

sipil, hukum publik dsb. 

PERTANYAAN KETIGA:

Kita tadi sudah bicara mengenai perang, mengenai limitasi dalam perang. Hugo

Grotius sendiri juga menulis mengenai itu. Nah, sekarang gini, mengapa ini dianggap

penting? Apa kah anda setuju? Kalau tidak setuju juga mengapa?

Jadi jawaban yang saya inginkan, adalah apakah limitasi dalam perang itu penting?

Setuju atau tidak? Berikan alasannya. Ini yang terakhir, biar yang mau kuliah bisa

siap-siap. Dan terpaksa meninggalkan diskusi sebelum berakhir hingga 9.30, jadi

mungkin sedikit kehilangan diskusi tambahan saja.

Gusti: menanggapi mas kishino yang ketiga kali:

Menurut saya, limitasi dalam perang, just war, hukum humaniter itu tidak penting...menurut

saya, itu hanya sekedar law, yang bahkan negara-negara liberal pun pada akhirnya juga

berperang, dan melanggar prinsip2 humaniter just war seperti contohnya amerika serikat yang

mengebom instalasi sipil di Libya.....ya kalau mau perang, pasti ada korban yang mati, dan

perang berarti adalah zero-sum game, harus ada yang menang dan kalah, harus ada yang

hidup, harus ada yang mati...apakah dengan adanya limitasijust war dan HHI, akan mencegah

dan menyelamatkan nyawa kombatan maupun non-kombatan yang memang harus sudah siap

mati dalam perang? tidak bisa kan? ya  berarti useless lah limitasi dalam perang itu 

Iqbal: Menanggapi Gusti

Page 10: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Kamu pernah gak mikir kalo misalkan adanya limitasi perang membuat rakyat berani untuk

mencalonkan diri menjadi kombatan? Karena rule of the game dari perang kan jadi jelas tuh,

dia tahu harus bunuh siapa dan gak bunuh siapa, dan di sisi lain dia merasa aman karena tahu

bahwa musuhnya juga memikirkan hal yang sama. Contoh para wajib militer deh (mereka

kan harus ninggalin keluarga) ntar dia pasti mikir keluarganya gimana-gimana gitu. Di sisi

negara, mereka punya kesempatan lebih besar untuk mendapatkan tenaga militer (ketimbang

maksa mulu lewat wamil?).

Gusti: Menanggapi komentar Iqbal

Apa itu berarti bahwa limitasi tersebut bisa membuat seseorang entah itu kombatan maupun

non kombatan tercegah dari mati? gak kan? perang pasti ada yang mati bro...sik to aku belum

rampung,,.justru aku malah setuju kalo anda mengatakan "jangan ada perang" , jadi, manusia

bisa mati dengan cara yang lebih baik..ya kembali ke natural law deh..haha

Gigih: untuk menengahi pertanyaan iqbal dan gusti silahkan lihat jawaban saya

Menanggapi pernyataan gusti bahwa tak penting sepertinya kurang tepat. walaupun dengan

adanya limitasi dan hhi tetap ada yang mati, namun paling tidak hal itu terkendali. dengan

adanya limitasi tak ada negara yang seenaknya menggunakan  nuklir n depleted uranium di

peluru mereka. bayangkan jika limitasi tak penting dan ditiadakan, pasti tu negara2 gila

macam AS, Cina, Rusia, Korut dah perang nuklir dari kemarin2 gus. namun tetap saja

kekurangan limitasi ini tak bisa mencegah perang. karena perang menjadi bagian dari

kehidupan. perang itu selalu ada, dari yang paling sederhana yaitu berantem di sekolah, itu

termasuk perang. 

Iqbal:

 Ya eyalah pasti ada yang mati gus. Tapi esensinya bukan disana. Yang mau aku tekankan

adalah "si negara ini macem MLM gak sih? Dia janjiin limitasi perang (janji manis) padahal

mah sama aja,

Gusti:"nah PHP kan berarti? berarti sama aja useless dong?

Iqbal: Gak useless dong kalo dari sisi negara, kan dia berhasil menarik simpati para

kombatan untuk bertempur lebih penuh semangat (karena udah dijanjiin ini itu lewat hukum

humaniter). Ini pemikiran realisnya ya mengenai hukum humaniter. Kalo masalah jangan ada

perang, nah ini adalah pemikiran yang aku sedang coba kembangkan (wah, berasa S2 aku

kayak Upan). Kelak kan hukum humaniter menjadi dua cabang: disarmament dan arms

control.

Page 11: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Dara: Yasudah teman-teman, terharu liat chat ini yang begitu panas,intinya limitasi ada

untuk membatasi kan tapi ga bisa sepenuhnya menekan apalagi mencegah. jadi kalau pada

akhirnya pecah perang ga bisa sepenuhnya menyalahkan ineffectiveness dari HHI juga....toh

sudah diberikan pilihan untuk membatasi kerugian perang,decision makernya kembali lagi ke

orientasi politik negara

Balqis : gak useless juga dong gusti, bayangin kalo gak ada sama sekali? Israel disana pasti

bakal dengan sebebas-besas nya nyerang kawasan masyarakat sipil di palestina, korban

makin banyak dan perdamaian gak bakal terwujud. Sebaliknya, setidaknya dengan adanya

HHI sebagai salah satu bentuk limitasi perang menjadi salah satu jalan untuk mengurangi

dampak perang yang begtu merugikan tersebut. arena ketika negara tersebut telah setidaknya

menandatangani persetujuan terkait dengan limitasi perang, maka ia memiliki setidaknya

tanggung jawab moral untuk menaati nya, dan oleh karena itu pihak internasional atau

negara-negara lain dapat juga menekan negara yang melanggar perjanjian internasional

terkait limitasi perang itu sendiri (sekalipun negara tersebut belum meratifikasi HHI nya)

Gusti:wah salah nih menggunakan contoh israel -_- menurut berita yang sering kubaca dan

kudengar di tipi, israel sering "salah sasaran" ke instalasi sipil lo..la pie coba?

Gigih:

brarti israel bodoh. :P

Balqis: 

Salah sasaran? Terus terjadi berulang-ulang gitu? apakah ada bukti? kalo masalah kayak gini

kan lah susah kita mau liat mana yg bener mana yg salah, nah itu makanya harus ada aturan 

yang mengaturnya. Lgian juga pas kelas HHI dulu, aku pernah bahas tntg israel, ada juga loh

serangan yang miapemang sengaja ditujukan ke pihak sipil, dengan dugaan ada pihak hamas

yg bersembunyi lah dsb.

Nah, kalau sudah jelas ada HHI yang bilang gak boleh nyerang sipil, maka harusnya apapun

alasannya israel gak boleh nyerang sipil, dan dengan adanya HHI pihak internasional dapat

turun tangan guna membantu permasalahan ini. Kalo masalah efektivitas yang memang gak

sepenuhnya maksimal, namun ya lagi kayak kata bu illien " Daripada gak ada ? :""" Mau jadi

apa dunia ini? #halah :'

Farha:

Mau menanggapi Gusti, kalo menurutku dengan adanya limitasi perang mereka akan

setidaknya memikirkan moral lho. Lihat sekarang, banyak tentara-tentara khususnya tentara

AS yang mati dalam medan perang justru bukan karena mereka mati tertembak peluru dan

Page 12: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

sebagainya, tapi banyak dari mereka yang mati karena stress. Setidaknya ini limitasi dari

hukum moral itu sendiri. Mereka jadi lebih peka bahwasannya mereka itu melakukan

kesalahan. Selain itu, zaman sekarang negara-negara jadi enggan mendeklarasikan perang

secara langsung karena mereka sudah lebih sadar mengenai hukum moral dan limitasi itu

sendiri. Sebaliknya, dulu negara-negara tidak sungkan untuk mendeklarasikan perang. 

Gusti:

Tanggapan nih..menurutku negara sekarng enggan mendklarasikan perang bukan karena ada

HHI..tapi lebih kepada rasionalitas untung rugi suatu negara jika menyerang negara

lain...kalau misal bagi AS mereka menyerang Indonesia berarti mendatangkan untung lebih

besar, ya mereka gak sungkan..sama aja kayak AS yang menyerang iraq atau

afghanistan..entah apapun itu alasan dan justifikasi mereka berperang, itu pasti didsarkan

rasionalitas untung rugi, bukan pada HHI nya

gigih:realisme sekali bung! nah klo aku malah menganggap bahwa dengan adanya HHI justru

membuat AS mendapatkan kerugian lebih besar jika menyerang, jadi jika dihubungkan

untung rugi yha nyambung juga.

Iqbal:

Limitasi perang dengan menggunakan hukum humaniter kan sebenarnya nilai filosofinya ada

dalam pencegahan/minimalisir korban. Dari sini kita bisa ambil premis, karena manusia itu

dasarnya baik, sangat disayangkan bila mati (apalagi karena perang yang cenderung ditentang

oleh kelompok liberal macam Grotius). Mungkin karena Grotius hidup di dataran Eropa yang

waktu itu sangat cepat perubahan peta politiknya (sedikit-sedikit perang, sedikit-sedikit

perang, perang kok sedikit-sedikit) jadinya hanya terbatas pad limitasi perang. Kalo saya sih,

setuju-setuju saja. Siapa sih yang mau mati? Masalah penting atau tidak penting, ya penting.

Kelak, pemikiran tentang limitasi perang akan memperkuat agenda perdamaian dan konsepsi

perjanjiannya.

Balqis:

Menurut saya limitasi dalam perang itu tetap penting, setidaknya dengan adanya limitasi

tersebut, anggaplah kita tidak dapat menghindari perang, setidaknya kita masih bisa

mencegah dampak buruk dari perang itu sendiri, terutama bagi pihak-pihak yang tidak

bersalah seperti  non kombatan (penduduk yang tidak bersenjata ex : wanita, anak-anak dsb).

Selain itu dengan adanya limitasi dalam perang memungkin masuknya intervensi ketika

terjadi hak- hak yang dilanggar oleh negara yang berperang.  Setuju dengan iqbal, tentunya

dengan adanya limitasi ini juga dapat menjadi jalan untuk  terciptanya dunia yang lebih

Page 13: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

damai, dibandingkan bila tanpa adanya aturan sama sekali terkait dengan adanya perang.

Dengan adanya limitasi dalam perang, seperti dengan keberadaan hukum humaniter

internaisonal, maka kerugian atau  dampak buruk dari perang dapat dikurangi, baik itu korban

jiwa maupun harta. Mengapa? karena ketika negara tersebut telah setidaknya menandatangani

persetujuan terkait dengan limitasi perang, maka ia memiliki setidaknya tanggung jawab

moral untuk menaati nya, dan oleh karena itu pihak internasional atau negara-negara lain

dapat juga menekan negara yang melanggar perjanjian internasional terkait limitasi perang itu

sendiri (sekalipun negara tersebut belum meratifikasi HHI nya)

Farha:

Menurut saya limitasi dalam perang merupakan hal penting. Dalam kenyataannya, meskipun

telah ada batasan-batasan dalam berperang, seperti harus mematuhi jus ad bellum dan jus in

bello namun masih banyak pihak-pihak yang melakukan perang menyalahi aturan tersebut.

Mereka dapat membunuh maupun merusak apa saja yang ada di hadapannya layaknya sedang

bermain game. Secara logika, apabila tidak ada limitasi dalam berperang, maka pihak-pihak

yang melakukan perang akan jauh lebih mengabaikan prinsip-prinsip kemanusiaan. Dengan

adanya limitasi pihak-pihak yang berperang akan memikirkan konsekuensinya apabila

melanggar karena mereka terikat dengan hukum, setidaknya hukum moral itu sendiri. 

Dara: Menanggapi pertanyaan ketiga kak Nino.

Kalau mau berbicara secara idealis,limitasi dalam perang itu saya anggap sekedar formalitas

agar perang memiliki nilai yang menghormati ‘prolegomena’,yaitu nilai yang merefleksikan

basis penghormatan HAM. Selain itu limitasi dalam perang seakan menjadi

opsi framing untuk memberikan citra bahwa manusia (baik secara individual maupun

tergabung dalam entitas kenegaraan), bukanlah makhluk yang barbar demi meraih

kepentingannya. Pada dasarnya limitasi akan perang menurut pandangan Grotius, saya kira

merupakan fusi dari etika serta moral, namun tetap mengindahkan pertimbangan politik. Jadi

semuanya berujung pada tak terelakkannya perang sebagai salah satu bentuk contest of

power,namun ada opsi beban dan konsekuensi negatif dalam perang untuk dapat

diminimalisir,dan memberikan asistensi terhadap korban perang,hanya jika pihak-pihak yang

berperang merealisasi Hukum Humaniter Internasional secara konsekuen dan konsisten,

seperti yang tertera pada konsep Jus ad Bellum dan Jus in Bello. Saya setuju dengan prinsip

Grotius,namun pada praktiknya prinsip ini menjadi tidak efektif karena situasi dalam perang

Page 14: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

sesungguhnya mengutamakan survival of the fittest yang sulit untuk menyediakan ruang bagi

penghormatan moral and virtue

Gigih:

Jika membicarakan limitasi perang itu penting itu sangat penting, dan saya setuju itu harus

ada. Realisasi dari pemikiran Grotius mengenai limitasi perang bahkan sudah ada dalam

hukum humaniter internasional yang secara jelas mengatur bagaimana perang yang ideal.

Ideal di sini maksudnya bagaimana menciptakan perang yang menghasilkan korban jiwa,

kerugian-kerugian yang minimal. Limitasi ini sangat penting karena mencegah suatu perang

yang kebablasan. Maksudnya perang menjadi tidak terkontrol dan terlalu meminta banyak

korban jiwa. Contohnya jika suatu perang tak dibatasi, bisa2 negara-negara kuat seperti AS

menggunakan senjata nubika (nuclear, biological and chemical) yang sangat mengerikan

dampaknya. Efeknya sudah digambarkan dalam film-film (dan kita berdoa saja supaya tak

terjadi) seperti misalnya efek senjata biologis membuat dunia jadi penuh zombie (resident

evil series). Efek senjata nuklir bisa dilihat di film terminator series. Memang terkesan

fantasi, namun ini bisa terjadi sejalan dengan kepintaran manusia yang semakin tinggi. Oleh

karena itu perang harus dibatasi. Dibatasi misalnya tak boleh memakai senjata tertentu, pihak

mana saja yang tak boleh diserang, bagaimana kiat-kiat berperang yang tak banyak

membunuh orang. Dan lain-lain. Limitasi-limitasi ini menuru saya efektif terjadi, karena

sejak perang dunia kedua berakhir, senjata2 pemusnah masal digunakan dengan minimal

(walaupun masih digunakan, namun paling tidak terkendali). Adanya limitasi-limitasi ini

tidak lepas dari kontribusi Grotius mengenai Just war. Namun limitasi perang hanya mentok

sampai bagaimana membuat perang yang terkendali. Dia tak bisa benar2 menghentikan

perang dan tak bisa mencegah perang-perang yang diisi berbagai kepentingan (seperti teori

“syarat dan ketentuan berlaku”. Suatu program gratisan untuk menawarkan sesuatu pasti ada

sesuatu yang dikorbankan atau suatu yang tak bisa dihilangkan. Sama dengan konsep just

war, dia menawarkan program limitasi perang, namun dia tetap tak bisa menawarkan

program-program lainnya yaitu penghentian perang dan pemurnian perang). Dengan adanya

limitasi perang dan hukum humaniter internasional tak mencegah bahwa perang itu

diboncengi dengan berbagai kepentingan, entah kekayaan, kekuasaan, penjajahan, dan lain-

lain. Perang tetap tak bisa benar-benar dihentikan, dan disinilah kekurang limitasi perang. 

Annisa – Limitasi Perang :

Page 15: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Menurut saya penting, karena manusia tidak pernah hidup sendirian sehingga manusia tidak

bisa berperilaku dengan cara barbarian di dunia. Moral adalah nilai yang universal jadi

pastilah seluruh manusia akan menggunakan moral dalam berperilaku. Jika limitasi mengenai

perang ataupun segala aspek kehidupan tidak diberikan maka situasi dunia internasional akan

menjadi kacau. Terjadinya pelanggaran dalam pengaplikasian limitasi perang itu sendiri

disebabkan oleh penghargaan akan moral bersama yang kurang di level individu. Sehingga

yang diperlukan adalah meningkatkan peran international institution untuk menegakkan

limitasi tersebut. Jika perang tanpa limitasi maka perang tidak akan berakhir. Adanya limitasi

dalam perang pun mencegah atau mengurangi dampak-dampak yang tidak diperlukan terjadi,

seperti kerusakan besar atau matinya para non-kombatan dalam jumlah besar. Adanya

limitasi ini pu dapat menyeret wrong doers ke dalam pengadilan perang. 

Page 16: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Kishino Bawono

Nice, ini seru, sekarang closing remarks dari saya. Bukan closing juga sih, masih bisa

kalian tanggapi.

1. Ketika bicara tentang Grotius, ya, kita akan bicara soal hukum internasional. Dan

cenderung bicara mengenai hukum perang. Mengenai limitasi perang, mengenai pembatasan,

mengenai upaya meminimalisir "korban" pasca perang.

2. Ketika bicara tentang nature-law. Apa yang ada? Nature law adalah konsepsi mengenai

imaji manusia. Ini berkembang di Eropa, saat itu ini masih dipengaruhi tentang ajaran Gereja

(Roma). Dalam ajaran Kristiani, manusia diciptakan menurut penggambaran Tuhan. Tuhan

yang bagaimana? Tuhan yang, tentunya menurut orang Kristen, baik. Akibatnya apa? Ini

membuat imaji atas manusia itu "mirip" seperti Tuhan, baik. Setelah itu, dalam ajaran

Kristiani juga, salah satu tujuan dari manusia adalah untuk "semakin menyerupai Tuhan"

dengan cara semakin-baik-dan-semakin-baik. Nah, fungsi hal ini dalam penulisan sosial

seperti ini, seperti dalam tulisan Hugo Grotius, adalah memberikan landasan asumsi. Pernah

dikatakan bahwa untuk menjelaskan fenomena sosial-politik, orang perlu memberikan asumsi

dasarnya atas manusia terlebih dahulu. Mengapa? Karena kita butuh landasan, kita butuh

fondasi membangun argumen. Human nature manusia yang menurut natural law, yang

dikatakan sebagai baik. Inilah yang mendasari berbagai pemikiran idealis dan liberalis. Ini

yang membuat mereka "lebih percaya" bahwa manusia bisa "bicara", manusia bisa "ber-

rembug”, bisa "diskusi" terlebih dahulu, sebelum ke hal-hal yang lain.

3. Nah, untuk yang ketiga, soal HHI, soal limitasi. bagaimanapun pelaksanaan, aturan ini

tetap penting. No matter what, terlepas useless, nope. Nggak juga. Hukum, itu tetap berguna

terlepas pelaksanaan yang amburadul.

Terkait mengenai perang, Grotius ini sudah bilang bahwa ini inevitable. Dia bilang bahwa

clash of interests, itu adalah wajar. Namun dia tidak berkata secara eksplisit dengan

terminologi "interest". 

Dalam perkembangan manusia, terlepas dia realis atau idealis, manusia itu akan semakin

mencoba menutupi "kepentingan" sebenarnya dan memakai "bungkusan" untuk menutupinya.

Gampangannya, kamu punya bom untuk disampaikan ke orang, tapi kamu bungkus kado

ulang tahun agar tidak dicurigai terlalu banyak. Nah, kalau kita berbicara seperti ini, bagi

realis, ya ini nggak lebih dari sebuah bentuk "bungkusan". Contohnya gini, ketika ada aturan

Page 17: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

mengenai intervensi asing ke dalam negara lain, PBB punya itu kan? Yes. Ada kok. Nah, ini,

nggak lebih dari alat yang dipakai untuk intervensi asing. Ini hanya sebagai alat "justifikasi".

Nah, kita di sini bisa bicara soal justifikasi. Dan dalam pemikiranku, justifikasi perang itu

bukan hanya soal motivasi perang, tapi juga soal bagaimana perang itu dilakukan.Hugo

Grotius kan bilang bahwa ada justifikasi untuk perang. nah, hal ini bisa dipakai sebagai alat.

Politik itu kejam, ya, politik itu memakai berbagai hal sebagai instrumen untuk mencapai

kepentingan. Terlepas bahwa HHI itu "berguna" dengan memberikan "upaya meminimalisir

korban", tapi toh itu juga tetap alat bagi politik.

Itu dari saya, ada komentar? :)

Gusti: tidak adaaaa

gigih: super sekali pak Mario, eh pak Kishino. :P di nomer 2 mas nino kan bilang klo

manusia ingin menyerupai Tuhan. trus td iqbal juga bilang klo Grotius Sekuler itu ingin

memisahkan hukum agama (Tuhan) dengan manusia. yang benar yag mana nih? bingung

Kishino, menanggapi Gigih:

Gini, yang aku baca dan aku pahami dari Grotius, dia bukan benar-benar memisahkan Tuhan

dan manusia. Ini gini, dia dianggap "lebih sekuler" karena dia juga memikirkan hal yang

"bukan dari Tuhan". Di bagian awal bacaan, ada konsepsi Kristiani mengenai manusia dan

hukum kan? Nah selanjutnya, dalam membuat komunitas/masyarakat dengan

norma-nilai/moralitas tertentu, manusia memakai "voluntarism", orang dengan suka rela ikut

dengan kelompok tertentu. Ini ada dalam konsepsi St. Augustine. Namun, ketika sudah

masuk ke era Thomas Aquinas, dia berpikir bahwa manusia tidak serta merta seperti itu.

Manusia memakai rasio, makanya dia disebut "rationalist". Dan perkembangan pasca

Aquinas banyak memunculkan orang-orang yang memakai "rasio" sebagai dasar

pembentukan nilai/norma. Lanjutnya, kita langsung ke Grotius. Dia dipengaruhi oleh

pemikiran Huguenot, yang dia biacara bahwa kita tidak hanya dibentuk berdasarkan "given"

things dari Tuhan (natural law, yang berkata kita ini baik dan bermoral), tapi kita punya

moral karena kita punya hak asasi manusia(atau dalam bacaan kita temui sebagai natural

rights). Nah, bagaimana ini muncul? Ini kembali ke Huguenots, dia bicara soal right to resist

a tyrrant, tirani akan menghilangkan hak asasi kita, dan kita menjadi berhak untuk mengganti

dia. Dari sini, Grotius mendasarkan ada "hukum yang mengatur semua (ini basisnya

Stoicism, Christianity), dan hukum itu merepresentasikan ajaran awal dari Tuhan dan apa

yang ada di manusia (hukum itu mengakomodir landasan bahwa manusia itu baik dan bisa

diatur, natural law, sementara di sisi lain, ini untuk menjamin hak asasi manusia kita dan ada

sebagai bentuk "diskusi" manusia. In my opinion itu.

Page 18: Diskusi TPI - Hugo Grotius - Medium Cengkih

Gigih: dengan kata lain Grotius menginginkan manusia yang baik bagaikan Tuhan (agar

tercipta perdamaian dll). namun Grotius juga ingin manusia memiliki pemikiran sendiri

mengenai HAM jika dirasa ada hal yang tidak beres. Grotius ingin manusia tidak hanya

tergantung pada sifat-sifat baik yang melekat pada Tuhan. gtu?

Kishino Bawono on Gigih's:

Aku g bisa bilang apa yang dia inginkan. Itu domain yang ada di benak dia dan nggak ada

yang tahu. Tapi gini, dari yang aku baca, aku tidak menemukan seperti yang kamu katakan,

bahwa dia menginginkan manusia itu baik seperti Tuhan ataupun manusia juga punya

pemikiran sendiri terkait dengan HAM. No, I can't find the exact answer.

Tapi ketika seperti itu, kita perlu menilik lagi lebih jauh latar belakang Grotius, ini yang

dibilang teori kritis, yes? Kita menilik ilmu (atau dalam hal ini seorang penulis dan

tulisannya) agar tahu apa underlying-motives dari tulisannya dia. Dan jika melakukan ini,

berarti kita secara tidak langsung, sadar atau tidak, kita bicara bahwa ilmu itu tidak bebas

nilai. Ilmu dipengaruhi penulis, kepentingannya, latar belakangnya, dsb. 

Dalam hal ini, jika bicara apa yang diinginkan Grotius, ya, lagi harus aku bilang, aku nggak

ngerti. Maaf.