mmankeu sp-pengukuran kinerja sekpub

38
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus Pada RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto) Makalah Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik yang diampu oleh Dr. Budi Supriatono Purnomo, SE, M.Si., MM dan Toni Heryana, S.Pd, M.M Disusun oleh: M. Asykarullah 1204241 Rizki Shofi Zelbina 1205294 Tika Rachmatika 1203497

Upload: muhammad-asykarullah

Post on 30-Jan-2016

233 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mankeu

TRANSCRIPT

PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

(Studi Kasus Pada RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto)

Makalah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan

Sektor Publik yang diampu oleh Dr. Budi Supriatono Purnomo, SE, M.Si., MM

dan Toni Heryana, S.Pd, M.M

Disusun oleh:

M. Asykarullah 1204241

Rizki Shofi Zelbina 1205294

Tika Rachmatika 1203497

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengukuran

Kinerja Sektor Publik”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah

Manajemen Keuangan Sektor Publik.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada yang telah

membantu kami:

1. Allah S.W.T, yang telah memberikan kesehatan dan kesabaran kepada

penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Budi S. Purnomo, S.E., M.Si., M.M dan Bapak Toni Heryana,

S.Pd, M.M selaku dosen Mata Kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik

yang senantiasa berbagi ilmu dan pengetahuan dalam setiap perkuliahan.

3. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah mendukung, memotivasi,

mendoakan, memberikan kasih sayangnya dan memberikan fasilitas

kepada penulis, sehingga penulis menyelesaikan makalah ini dengan

lancar.

4. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu

karena telah membantu kami.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi

penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami menerima

segala kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen mata

kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik guna menjadi acuan dalam bekal

pengalaman kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Dengan demikian,

penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak khususnya

mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung, September 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

............................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3

2.1 Pengukuran Kinerja............................................................................................3

2.2 Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik......................................................4

2.3 Tujuan pengukuran kinerja Sektor Publik.........................................................5

2.4 Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik.........................................................6

2.5 Prinsip Umum Desain Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik....................6

2.7 Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja...................................................................7

2.8 Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja....................................7

2.9 Value for Money.............................................................................................9

2.10 Langkah-Langkah Pengukuran Value for Money...........................................9

2. 11 Balanced Scorecard......................................................................................11

2.11.1 Komponen dalam Balance Scorecard.................................................13

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................15

3.1 Penerapan Metode Balance Scorecard pada RSUD Dr. Wahidin Sudiro

Husodo...................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

iii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut Deddi (2011:157) keberhasilan sebuah organisasi sektor

publik tidak dapat diukur semata-mata dari perspektif keuangan. Surplus atau

defisit dalam laporan keuangan tidak dapat menjadi tolok ukur keberhasilan.

Karena sifatnya yang tidak memiliki tujuan utama mencari keuntungan,

keberhasilan organisasi sektor publik harus diukur dari kinerjanya, karena

tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bekerja melayani kebutuhan

masyarakat. Pengukuran kinerja sejalan dengan penyusunan anggaran kinerja

yang digunakan. Sebuah anggaran yang dibuat tidak hanya berisi angka,

melainkan berisi target kinerja kualitatif, sehingga aspek pertanggungjawaban

yang perlu dicapai tidak hanya berupa laporan keuangan, tetapi harus disertai

dengan laporan kinerja.

Dalam proses penganggaran dan evaluasinya, organisasi sektor publik,

khususnya pemerintah selalu terfokus pada pengukuran input bukan

pengukuran output. Pengukuran seperti itu hanya berfokus pada penjelasan

aktivitas-aktivitas organisasi, tetapi tidak menjelaskan dampak program-

program pembangunan terhadap masyarakat. Namun, hal tersebut tidak

berarti pengukuran input tidak penting bagi pemerintah. Pemerintah perlu

mengukur input, misalnya banyak anggaran yang dibelanjakan dan apa yang

telah dilakukan. Meski demikian, apabila pengukuran kinerja hanya berfokus

pada input dan output (anggaran dan realisasinya) – bukan outcome, manfaat

dan dampak terhadap masyarakat, maka organisasi sektor publik tidak akan

mampu melihat keberadaannya sendiri bahwa ia ada untuk melayani

masyarakat.

Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan

penilaian kinerja, yaitu untuk menilai sukses atau tidaknya suatu organisasi,

program atau kegiatan. Pengukuran kinerja di organisasi sektor publik akan

menemui sedikit kesulitan karena belum adanya teknik dan atau cara yang

baku untuk mengukurnya. Kinerja organisasi sektor publik menurut Ihyaul

iv

(2009:20) bersifat multidimensional sehingga tidak ada indikator tunggal

yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. “Apa

yang diukur, dapat dilakukan”, “kita mengatur apa yang kita ukur”, “jika anda

tidak dapat mengukurnya maka anda tidak dapat mengawasinya, mengatur

atau memperbaikinya”. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa pentingnya

pengukuran kinerja. “If you can’t define performance you can’t measure of

manage it”.

Rumah sakit umum adalah salah satu organisasi sektor publik yang

bergerak dalam pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas

melaksanakan suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna

dengan mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan

pemulihan yang telah dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak

rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan penyakit, serta upaya

perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.983/Men.Kes/SK/XI/1992). Pelayanan yang dilakukan lebih

mengutamakan aspek sosial dengan mengedepankan pemberian pelayanan

kesehatan terbaik bagi masyarakat.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Wahidin Sudiro Husodo

merupakan salah satu rumah sakit umum di daerah Jawa Timur yang

mempunyai kedudukan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota

Mojokerto. Beberapa tahun terakhir, RSUD menunjukkan perkembangan

yang cukup baik, dilihat dari tingkat indeks kepuasan masyarakat, terdapat

peningkatan pada jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan.

Pengukuran kinerja RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo selama ini masih

berpedoman pada standar nasional pelayanan yang telah ditentukan oleh

pemerintah yakni menggunakan sistem manajemen tradisional, yaitu

pengukuran kinerja diukur hanya menggunakan ukuran keuangan saja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis merumuskan beberapa

batasan masalah, diantarnya:

v

1. Bagaiamana kinerja RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan menggunakan balanced scorecard?

vi

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja menurut Deddi (2011:158) merupakan suatu

proses sistematis untuk menilai apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai yang

telah direncanakan dan yang lebih penting adalah apakah telah mencapai

keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan. Pengukuran kinerja

dimulai dengan proses penetapan indikator kinerja yang memberikan informasi

sedemikian rupa sehingga memungkinkan unit kerja sektor publik untuk

memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap

masyarakat.

Pengukuran kinerja adalah instrumen yang digunakan untuk

menilai hasil akhir pelaksanaan kegiatan terhadap target dan tujuan kegiatan yang

telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja terdiri dari aktivitas

pendokumentasian proses pelaksanaan yanga terdiri dari proses dan aktivitas yang

dilakukan untuk mengubah input berupa sumber daya yang digunakan selama

kegiatan menjadi output berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari sebuah

kegiatan. Pengukuran kinerja dilanjutkan dengan penialaian keluaran yang

dilakukan dengan membandingkan perubahan ekonomi atau perubahan sosial dari

pelaksanaan sebuah kegiatan atau kebijakan terhadap tujuan kegiatan atau

kebijakan yang telah ditetapkan. Selanjutnya tahap pengukuran kinerja ini diakhiri

dengan penyusunan laporan pertanggungjawaban kinerja dalam rangka

pemenuhan akuntabilitas publik sebagai manifestasi dari akuntabilitas kinerja.

Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur

pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian visi dan misi organisasi

melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses

(Stout, 1993 dalam Ihyaul 2009).

Pengukuran kinerja suatu organisasi merupakan komponen penting

yang memberikan motivasi dan arah serta umpan balik terhadap keefektifan

perencanaan dan pelaksanaan proses perubahan dalam suatu organisasi, selain itu

vii

pengukuran kinerja juga membantu dalam formulasi dan revisi strategi organisasi

(Chang and Chow, 1999 dalam Ihyaul, 2009).

2.2 Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Dalam Ihyaul (2009:21) mengemukakan manfaat pengukuran kinerja,

diantaranya:

1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai

kinerja manajemen

2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan

3. Memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dibandingkan dengan

target kinerja.

4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara

objektif

5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam mencapai

tujaun memperbaiki kinerja organisasi.

6. Membantu mengidentifikasi kepuasan pelanggan. Dalam hal organisasi

sektor publik secara spesifik adalah pelayanan terhadap masyarakat.

7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

Robinson, 2002 dalam Harun 2009 mengemukakan beberapa alasan

sehingga pengukuran kinerja sektor publik sangat penting sebagai strategi untuk

memperkuat daya saing kompetisi sektor publik, diantaranya:

1. Sebagai fasilitas pembelajaran untuk perbaikan layanan, karena hasil dari

pengukuran kinerja menjadi data awal perbaikan layanan.

2. Sebagai pembelajaran memperbaiki praktik manajemen, karena hasil

pengukuran kinerja menyediakan kesempatan kepada para manajer sektor

publik utnuk mempelajari implikasi atas aktivitas yang mereka

rekomendasikan.

3. Sebagai alat pelaporan akuntabilitas dan transparansi. Dengan adanya

pengukuran maka penggunaan dana dengan prestasi yang dicapai dituntut

berjalan efektif, sehingga semakin tinggi tekanan atas akuntabilitas dan

viii

keterbukaan pemerintah, data kinerja keuangan sektor publik menjadi

esensial.

4. Sebagai alat ungkap sesuai dengan hukum yang berlaku. Alat ungkap

yang dimaksudkan adalah laporan kinerja yang diserahkan kepada

pemerintahan atau di publikasikan kepada masyarakat.

2.3 Tujuan pengukuran kinerja Sektor Publik

Secara umum pengukuran kinerja menunjukkan hasil dari implementasi

sebuah kegiatan atau kebijakan. Tetapi pengukuran kinerja tidak menganalisis

alasan hal ini dapat terjadi atau mengidentifikasi perubahan yang perlu dilakukan

terhadap tujuan dari kegiatan atau kebijakan.

Mahmudi, 2007 dalam Deddi, 2011 menjelaskan beberapa tujuan dari

penilaian kinerja di sektor publik, diantaranya:

1. Mengetahui tingkat ketercapaian suatu organisasi.

Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik digunakan utnuk

mengetahui ketercapaian suatu organisasi. Penilaian kinerja akan berfungsi

sebagai tonggak yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan juga

menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah menyimpang dari tujuan

yang telah ditetapkan.

2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.

Pengukuran kinerja membantu mengevaluasi hasil usaha yang

dilakukan oleh pegawai dengan membandingkan pada tujuan organisasi,

selain itu pengukuran kinerja dapat menjadi sarana untuk pegawai

mempelajari bagaimana seharusnya berperilaku, sikap, dan bekerja dalam

rangka mencapai hasil kerja yang baik.

3. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya.

Pengukuran kinerja dapat menciptakan budaya organisasi

yang menciptakan perbaikan kinerja secara terus menerus, sehingga akan

muncul sikap “kinerja harus lebih baik dari kinerja sebelumnya dan kinerja

mendatang harus lebih baik daripada sekarang”.

4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan

pemberian pengharagaan dan hukuman (reward and punishment)

ix

Organisasi yang berkinerja tinggi berusaha menciptakan sistem

reward, insentif, dan gaji yang memiliki hubungan yang jelas antara

knowledge, skill, dan kontribusi individu terhadap kinerja organisasi. Bahkan

belakangan ini muncul sistem kinerja modern yang mendukung sistem gaji

berdasar kinerja (performanced based pay) atau pembayaran berorientasi

hasil (result oriented pay).

1. Memotivasi pegawai.

Motivasi pegawai akan terus meningkat ketika organisasi menjalankan

manajemen kompensasi berbasis kinerja, misal pegawai dengan kinerja yang

tinggi akan mendapat penghargaan.

2. Menciptakan akuntabilitas publik

Pengukuran kinerja menunjukan seberapa besar kinrja manajerial

dicapai, sebarapa bagus kinerja finansial organisasi dan kinerja lainnya yang

menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja ini harus dapat diukur dan di

laporkan dalam laporan kinerja.

2.4 Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Shane, 2003 dalam Harun, 2009 mengemukakan beberapa definisi

sistem pengukuran kinerja sektor publik yang efektif secara fiosofis, diantaranya:

1. Sebagai suatu filosofis tentang kosnep belajar berkelanjutan din mana

informasi umpan balik dari laporan kinerja untuk melakuakan penyesuaian

dalam aktivitas pelayanan sesuai dengan misi organisasi tersebut.

2. Sebagai suatu proses yang berlanjut bermula dari penetapan tujuan dan

pengembangan strategis dan perencanaan sebagai alat pencapaian tujuan

sesuai dengan misi organisasi.

3. Sebagai suatu struktur dimana strategi, aktivitas dan taktik operasional

dihubungkan dengan proses umpan balik untuk menyediakan informasi bagi

perbaikan program layanan secara sistematis.

2.5 Prinsip Umum Desain Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Terdapat sejumlah pertanyaan yang harus dipertimbangkan sebagai

landasan dalam membangun suatu sistem pengukuran kinerja sektor publik

(Robinson, 2002 dalam Harun, 2009) diantaranya:

x

1. Apakah sistem pengukuran kinerja konsisten dengan tujuan yang hendak

dicapai oleh suatu agen sektor publik?

2. Apakah alat ukur tersebut mencerminkan secara akurat kinerja para

manajer agen sektor publik yang sedang di evaluasi?

3. Apakah alat ukur kinerja tersebut berhubungan dengan penganggaran yang

ada?

4. Apakah alat ukur kinerja dapat mendorong para manajer sektor publik

menyediakan target atau perencanaan aktivitas yang realistis?

5. Berapa seringkah laporan kinerja tersebut diberkan kepada para manajer

sektor publik?

Dengan memerhatikan sejumlah pertanyaan tersebut, manajer dapat

membangun sistem pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang akan

mendorong mereka mengambil keputusan yang konsisten untuk tujuan utama

yaitu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2.7 Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

Ihyaul (2009:21) mengemukakan tujuan umum sistem pengukuran kinerja,

diantaranya:

1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan

bottom up).

2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang

sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.

3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal

congruence.

4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan

individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

2.8 Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja

Ihyaul (2009:22) membagi informasi yang digunakan untuk

pengukuran kinerja ke dalam dua kategori, yaitu:

1. Informasi Finansial

xi

Penilain laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada

anggaran yang telah dibuat sebelumnya, dilakukan dengan menganalisis varians

(selisih atau perbedaaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada pada:

a) varians pendapatan (revenue variance),b) varians pengeluaran (expenditure variance), meliputi varians belanja rutin

dan varians belanja invenstasi/modal. Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi

sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusuri varians tersebut hingga

level manajemen paling bawah.

2. Informasi Nonfinansial

Tolok ukur yang digunakan selain informasi finansial juga bisa

menggunakan informasi nonfinansial. Informasi jenis ini berfungsi untuk

meninjau kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik yang digunakan oleh

beberapa organisasi selama ini adalah dengan menggunakan balanced scorecard.

Dengan menggunakan balanced scorecard kinerja organisasi dapat diukur dengan

dua informasi, finansial dan nonfinansial. Pengukuran dengan metode balanced

scorecard melibatkan empat aspek, diantaranya:

1.Perspektif finansial

2.Perspektif kepuasan pelanggan

3.Perspektif efisiensi proses internal

4.Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

Jenis informasi finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel

kunci atau sering dinamakan sebagai key success factor, key result factor dan atau

pulse point. Yang dimaksudkan dengan variabel kunci adalah variabel yang

mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab utama kesuksesan

organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka variabel kunci

harus segera disesuaikan.

Adapun karakteristik yang dimiliki dari variabel kunci diantaranya

adalah:

1. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi

2. Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat

xii

3. Perubahannya tidak dapat diprediksi

4. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera

5. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui proxi.

2.9 Value for Money

Value for money menurut Deddi (2011:161) adalah indikator yang

memberikan informasi kepada kita apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan

menghasilkan suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya. Ihyaul (2009:24)

mengemukakan kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik

adalah ekonomi, efisien, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan

yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai

pelaksanaan value for money, yaitu ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan

dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya,

dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, serta

efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa value for money merupakan

inti pengukuran kinerja pada unit-unit kerja pemerintah. Pengembangan indikator

kinerja sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi,

efisien dan efektivitas program dan kegiatan.

2.10 Langkah-Langkah Pengukuran Value for Money

1. Pengukuran ekonomi

Deddi (2011:16) menyatakan konsep ekonomi

sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input. Ekonomi

berarti sumber daya input hendaknya diperoleh dengan harga lebih rendah

(spending less), yaitu harga yang mendekati pasar. Ihyaul (2009:27)

menyatakan bahwa ekonomi adalah ukuran relatif. Untuk melakukan

pengukuran ekonomi terdapat beberapa pertanyaan, diantaranya:

1. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh

organisasi?

xiii

2. Apakah biaya organisasi lebih besar dari biaya organisasi lain yang sejenis

dan dapat diperbandingkan?

3. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara

optimal?

2. Pengukuran efisiensi

Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value

for money, efisiensi dapat diukur dengan rasio output dengan input. Semakin

besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu

organisasi. Pada intinya, efisiensi diukur dari membandingkan keluaran dengan

masukan, maka menurut Ihyaul (2009:27) dan Deddi (2011:161) perbaikan

atau peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:

1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.

2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar dari proporsi

peningkatan input.

3. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.

4. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi

penurunan output.

Ihyaul (2009:28) membagi efisiensi dalam pengukuran kinerja ke

dalam dua bagian, yaitu 1) efisiensi alokasi yang berkaitan dengan

kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas

normal. 2) efisiensi teknis atau manajerial terkait dengan kemampuan

mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output yang tertentu.

3. Pengukuran Efektivitas

Menurut Deddi (2011:161) mengemukakan bahwa efketivitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi

output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program,

atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input, efisiensi berfokus pada

output atau proses, maka efektivitas berfokus pada outcome atau hasil. Suatu

organisasi, program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang

xiv

dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending

wisely.

Karena output yang dihasilkan sebuah organisasi sektor publik

lebih banyak output yang bersifat intangible dan tidak mudah di kuantifikasi,

pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan karena pencapaian hasil

(outcome) sering tidak bisa diketahui dalam jangka pendek, tetapi dalam

jangka panjang setelah program berakhir. Jadi, ukuran efektivitas biasanyan

dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan. Outcome seringkali

dipengaruhi oleh hal-hal di luar kendali pemerintah, misal faktor cuaca atau

bencana alam.

2. 11 Balanced Scorecard

Menurut Ihyaul (2009:45) Balance Scorecard adalah alat

pengukuran kinerja yang mengintergrasikan good corporate governance

dengan good performance management information. Konsep Balance

Scorecard adalah menerjemahkan strategi organisasi ke dalam aktivitas-

aktivitas yang terencana dan dapat diukur secara kontinyu. Konsep Balanced

Scorecard (BSC) mengatasi masalah tentang kelemahan sistem pengukuran

kinerja perusahaan berfokus pada aspek keuangan dan mengabaikan kinerja

non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas karyawan, dan

sebagainya, maka diciptakanlah sebuah model pengukuran kinerja yang tidak

hanya mencakup keuangan saja melainkan non keuangan pula, yaitu Konsep

Balanced Scorecard menjadi suatu sarana untuk mengkomunikasikan

persepsi strategis dalam suatu perusahaan secara sederhana dan mudah

dimengerti oleh berbagai pihak dalam perusahaan, terutama pihak-pihak

dalam organisasi yang akan merumuskan strategi perusahaan.

Pengertian Balanced Scorecard (Eva:2014) jika diterjemahkan bisa

bermakna sebagai rapor kinerja yang seimbang (Balanced). Scorecard adalah

kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan/atau

suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak diwujudkan.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerpa konsep Balance Scorecard

xv

sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan sebab Balanced

Scorecard yang telah dilakukan dapat menghasilkan perbaikan dan perubahan

strategis yang dilakukan untuk pencapaian kinerja yang akan dicapai dalam

pengelolaan unit usaha perusahaan.

Ada empat aspek organisasi publik yang sangat relevan apabila

dihubungkan dengan Balanced Scorecard dan memungkinkan untuk diadakan

pengukuran, yaitu: Aspek Pelayanan, Aspek Bisnis Internal, Aspek

Pembelajaran dan Pertumbuhan, dan Aspek Keuangan (Baharuddin, 2006

dalam Eva, 2014). Penerapan Balanced Scorecard pada organisasi sektor

publik memerlukan modifikasi atau revisi (Makhijani, 2004 dalam Eva,

2014). Implementasi Balanced Scorecard pada sektor public memerlukan

modifikasi, karena: (1) Fokus utama sektor publik adalah masyarakat (publik)

dan kelompok tertentu. (2) Tujuan utama organisasi publik adalah bukan

maksimalisasi hasil-hasil finansial tetapi keseimbangan pertanggungjawaban

finansial kepada stakeholders.

Tabel Perbandingan Penerapan Sistem Manajemen Strategik dalam

Manajemen Tradisional dan Manajemen Kontemporer

Sistem manajemen

strategik dalam

manajemen tradisional

Sistem manajemen strategik dalam manajemen

Kontemporer

Hanya berfokus

pada perspektif keuangan

Sistem perencanaan

yang mengandalkan pada

anggaran tahunan

Sistem perencanaan

menyeluruh yang tidak

koheren

Perencanaan jangka

panjang yang tidak

bersistem

Pengukuran aspek

keuangan tradisional

Mencakup perspektif yang komprehensif: keuangan

pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran /

pertumbuhan

Koheren ; membangun hubungan sebab-akibat diantara

berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan

strategis

Terukur ; semua sasaran strategi ditentukan ukurannya

baik untuk sasaran strategis perspektif keuangan maupun

perspektif non keuangan.

Seimbang ; keseimbangan sasaran strategis yang

dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis penting untuk

menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.

Adaptif dan Responsif terhadap Perubahan Lingkungan

xvi

melaporkan kejadian masa

lalu tanpa menunjukkan

cara meningkatkan kinerja

di masa depan. Aspek

customer, inovasi dan

pengembangan, learning

memberikan pedoman

terhadap customer yang

selalu berubah

preferensinya.

Bisnis

Fokus terhadap tujuan perusahaan ;

Perspektif Keuangan, Terwujudnya tanggung jawab

ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam

pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang

dikuasai personil.

Perspektif Customer, Terwujudnya tanggung jawab

sosial sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai

perusahaan yang akrab dengan lingkungan.

Perspektif Proses Bisnis Internal, Terwujudnya

pelipatgandaan kinerja seluruh personil perusahaan melalui

implementasi.

Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuha, Terwujudnya

keunggulan jangka penjang perusahaan lingkungan bisnis

global melalui pengembangan dan pemfokusan potensi

sumber daya manusia.

2.11.1 Komponen dalam Balance Scorecard

Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau

lebih tepat dinamakan "Strategic based responsibility accounting system”  yang

menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan

tolok ukur kinerja perusahaan tersebut.Perspektif-perspektif dalam Balanced

Scorecard adalah sebagai berikut:

1. Perspektif Keuangan (Finansial Perspective)

Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam Balanced

Scorecard, karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi

xvii

yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan keputusan (Sugiyanto dan

Anwar,2003 dalam Eva,2014).

2. Perspektif Pelanggan

Aspek pelanggan (Customer) menurut Ihyaul (2009:49) ini ditujukkan

unutk menjawab pertanyaan “how do customer see us?”. Dalam aspek pelanggan

ini dijelaskan mengenai seberapa baik suatu institusi menjalankan aktivitas dan

mencapai hasil sesuai harapan dari pada stakeholder-nya.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam perspektif bisnis internal, manajer harus mengidentifikasi

proses-proses yang paling kritis untuk mencapai tujuan peningkatan nilai bagi

pelanggan dan tujuan peningkatan nilai bagi pemegang saham (Vincent Gaspersz,

2005 dalam Eva, 2014). Setiap perusahaan memiliki seperangkat proses

penciptaam nilai yang unik bagi pelanggannya dan memberikan hasil finansial

yang baik.

Aspek bisnis internal berfokus pada aspek proses internal, yaitu suatu

institusi harus memiliki core business maupun core competences yang

diunggulkan untuk mencapai hasil sesuai dengan harapan stakeholders

(Ihyaul:2009).

4. Perspektif Pembelajaran dan PertumbuhanPerspektif keempat dalam Balanced Scorecard mengembangkan

pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan

tumbuh. Tujuan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah

menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif

sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan, dan sasaran dari proses bisnis

internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari

orang, sistem dan prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai

suatu kinerja yang handal

xviii

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan Metode Balance Scorecard pada RSUD Dr. Wahidin Sudiro

Husodo

Kinerja rumah sakit umum daerah dr. Wahidin Sudiro Husodo ketika diukur

menggunakan balanced scorecard, dilakukan dengan mengukur kinerja

menggunakan indikator seperti dalam tabel dibawah ini:

xix

1. Perspfektif Kinerja Keuangana. Rasio Keuangan

Mengetahui sejauh mana tingkat kehematan yang dimiliki oleh rumah sakit

dalam penggunaan anggaran yang telah diberikan oleh pemerintah.

Rasio Ekonomi = Pengeluaran Institusi

Anggaran yang ditetapkan x 100%

b. Rasio EfisiensiMengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dengan menggunakan

perbandingan besarnya pengeluaran biaya yang dipakai untuk memperoleh

pendapatan dengan realisasi pendapatan

Rasio Efisiensi = Pengeluaran untuk Memperoleh Pendapatan

Realisasi Pendapatan x 100%

c. Rasio EfektivitasMengetahui sejauh mana sbuah institusi dapat meraih/mencapai tujuanny

dengan menggunakan perbandingan realisasi pendapatan dengan

menggunakan perbandingan realisasi pendapatan dengan targer pendapatan

yang ditetapkan

Rasio Efektivitas = Realisasi Pendapatan

Target Pendapatan yangditetapkan x 100%

2. Kinerja Perspektif Pelanggan

a. Kepuasan PelangganKepua san pelanggan merupakan

pengukuran menggunakan kuesioner terhadap rata-rata kepuasan yang

dirasakan oleh pelanggan rumah sakit dengan memberikan nilai pada jawaban

kuesioner yang telah disediakan sesuai dengan tingkat kepuasan yang

dirasakan

IKP = PP

IKP = Indeks Kepuasan Pasien

PP = Perceived Performance

xx

b. Customer Acquisition

Untuk mengetahui jumlah pasien baru yang diperoleh oleh rumah sakit

Customer Acquisition = Jumlah Pasien BaruJumlahTotal Pasien

x 100%

3. Kinerja Perspektif Bisnis Internal

a. InovasiMengetahui sejaih mana rumah sakit melakukan suatu pengembangan agar

dapat memberikan pelayanan yang semakin baik terhadap pasien

Perdentasi Inovasi = Jumlah JasaBaru Ditawarkan

JumlahTotal Jasa yang Ada x 100%

b. Proses OperasiTerdapat bebarapa komponen yang menjadi tolak ukur pada perhitungan

persentasi pada proses operasi, komponen-komponen tersebut antara lain :

a. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan

RK =

Jumlah Kunjungan Rawat Jalan 9 Baru=Lama¿ ¿Jumlah Hari Kerja pada Periode Waktu yang Sama

x 100%

b. Jumlah Kunjungan Rawat Inap

ALOS (Average Length of Stay)

ALOS = Jumlah Hari Perawatan Pasien Keluar

Jumlah Pasien Keluar ( Hidup=Meninggal ) x 100%

BOR (Bed Occupancy Ratio)

BOR = Jumlah Hari Perawatan Rumah Sakit

JumlahTempat Tidur x Jumlah Hari dalam SatuanWaktu x 100%

xxi

TOI (Turn Over Internal)

TOI = (JumlahTempat Tidur x Jumlah Hari )−Hari Perawatan RS

Jumlah Pasien Keluar ¿¿ x

100%

BTO (Bed Turn Over Rate)

BTO = Pasien Keluar (Hidup=Meninggal)

JumalhTempat Tidur x 100%

GDR (Gross Death Rate)

GDR = Jumlah Pasien Meninggal Seluruhnya

Jumlah Pasien Keluar ¿¿ x 100%

NDR (Net Death Rate)

NDR = Jumlah Pasien Meninggal>48 Jam

JumlahPasien Keluar x 100%

4. Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

a. Kepuasan KaryawanPengukuran kepuasan karyawan dilakukan dengan survey melalui

kuesioner. Kepuasan karyawan mengukur rata-rata kepuasan dengan

memberikan nilai kepada jawaban kuesioner sesuai dengan tingkat kepuasan

yang dirasakan. Rumus perhitungan yang digunakan dalam kepuasan

karyawan, sama dengan rumus pada perhitungan kepuasan pelanggan. B

b. Retensi KaryawanMengetahui sejauh mana pihak rumah sakit dapat mempertahankan

karyawannya, dengan membandingkan jumlah karyawan yang keluar dengan

jumlah seluruh karyawan.

Retensi Karyawan = Jumlah Karyawan yang Keluar

JumlahTotal Karyawan x 100%

c. Produktivitas KaryawanMengetahui sejauh mana tingkat produktivitas yang dimiliki karyawan

dengan membandingkan antara jumlah absensi karyawan dengan jumlah hari

kerja.

xxii

Produktivitas Karyawan = Jumlah Absensi Karyawan

Jumlah Hari Kerja x 100%

Hasil Keseluruhan Pengukuran Kinerja dengan Metode Balance Scorecard

Total hasil skor RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto

adalah 5 dari 17 ukuran kinerja. Sehingga rata-rata skor adalah 5/17 = 0,29. Skala

yang digunakan adalah: -1 – 0 “kurang”, >0 – 0.50 “cukup”, >0.50 – 1.00 “baik”.

Berdasarkan perhitungan skala di atas, hasil pengukuran kinerja RSUD

dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto secara keseluruhan dapat dikatakan

cukup baik dengan total skor 0,29 apabila diukur menggunakan metode Balanced

Scorecard.

xxiii

DAFTAR PUSTAKA

Deddi Nordiawan, A. H. (2011). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba

Empat.

Hakim, A. L. (2014). THE IMPLEMENTATION OF PUBLIC SECTOR

MEASUREMENT WITH BALANCED SCORECARD.

Harun. (2009). Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik di Indonesia.

Jakarta: Salemba Empat.

Ulum, I. (2009). Audit Sektor Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Ulya, E. C. (2014). PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI

TOLOK UKUR . digilib-ub.

xxiv