mmankeu sp-pengukuran kinerja sekpub
DESCRIPTION
mankeuTRANSCRIPT
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK
(Studi Kasus Pada RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto)
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Sektor Publik yang diampu oleh Dr. Budi Supriatono Purnomo, SE, M.Si., MM
dan Toni Heryana, S.Pd, M.M
Disusun oleh:
M. Asykarullah 1204241
Rizki Shofi Zelbina 1205294
Tika Rachmatika 1203497
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengukuran
Kinerja Sektor Publik”. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Keuangan Sektor Publik.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada yang telah
membantu kami:
1. Allah S.W.T, yang telah memberikan kesehatan dan kesabaran kepada
penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
2. Bapak Dr. Budi S. Purnomo, S.E., M.Si., M.M dan Bapak Toni Heryana,
S.Pd, M.M selaku dosen Mata Kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik
yang senantiasa berbagi ilmu dan pengetahuan dalam setiap perkuliahan.
3. Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah mendukung, memotivasi,
mendoakan, memberikan kasih sayangnya dan memberikan fasilitas
kepada penulis, sehingga penulis menyelesaikan makalah ini dengan
lancar.
4. Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu
karena telah membantu kami.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi
penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu, kami menerima
segala kritik dan saran yang bersifat membangun, khususnya dari dosen mata
kuliah Manajemen Keuangan Sektor Publik guna menjadi acuan dalam bekal
pengalaman kami untuk lebih baik di masa yang akan datang. Dengan demikian,
penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat untuk semua pihak khususnya
mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia.
Bandung, September 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
2.1 Pengukuran Kinerja............................................................................................3
2.2 Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik......................................................4
2.3 Tujuan pengukuran kinerja Sektor Publik.........................................................5
2.4 Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik.........................................................6
2.5 Prinsip Umum Desain Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik....................6
2.7 Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja...................................................................7
2.8 Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja....................................7
2.9 Value for Money.............................................................................................9
2.10 Langkah-Langkah Pengukuran Value for Money...........................................9
2. 11 Balanced Scorecard......................................................................................11
2.11.1 Komponen dalam Balance Scorecard.................................................13
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................15
3.1 Penerapan Metode Balance Scorecard pada RSUD Dr. Wahidin Sudiro
Husodo...................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Menurut Deddi (2011:157) keberhasilan sebuah organisasi sektor
publik tidak dapat diukur semata-mata dari perspektif keuangan. Surplus atau
defisit dalam laporan keuangan tidak dapat menjadi tolok ukur keberhasilan.
Karena sifatnya yang tidak memiliki tujuan utama mencari keuntungan,
keberhasilan organisasi sektor publik harus diukur dari kinerjanya, karena
tujuan utama dari organisasi sektor publik adalah bekerja melayani kebutuhan
masyarakat. Pengukuran kinerja sejalan dengan penyusunan anggaran kinerja
yang digunakan. Sebuah anggaran yang dibuat tidak hanya berisi angka,
melainkan berisi target kinerja kualitatif, sehingga aspek pertanggungjawaban
yang perlu dicapai tidak hanya berupa laporan keuangan, tetapi harus disertai
dengan laporan kinerja.
Dalam proses penganggaran dan evaluasinya, organisasi sektor publik,
khususnya pemerintah selalu terfokus pada pengukuran input bukan
pengukuran output. Pengukuran seperti itu hanya berfokus pada penjelasan
aktivitas-aktivitas organisasi, tetapi tidak menjelaskan dampak program-
program pembangunan terhadap masyarakat. Namun, hal tersebut tidak
berarti pengukuran input tidak penting bagi pemerintah. Pemerintah perlu
mengukur input, misalnya banyak anggaran yang dibelanjakan dan apa yang
telah dilakukan. Meski demikian, apabila pengukuran kinerja hanya berfokus
pada input dan output (anggaran dan realisasinya) – bukan outcome, manfaat
dan dampak terhadap masyarakat, maka organisasi sektor publik tidak akan
mampu melihat keberadaannya sendiri bahwa ia ada untuk melayani
masyarakat.
Pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penilaian kinerja, yaitu untuk menilai sukses atau tidaknya suatu organisasi,
program atau kegiatan. Pengukuran kinerja di organisasi sektor publik akan
menemui sedikit kesulitan karena belum adanya teknik dan atau cara yang
baku untuk mengukurnya. Kinerja organisasi sektor publik menurut Ihyaul
iv
(2009:20) bersifat multidimensional sehingga tidak ada indikator tunggal
yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. “Apa
yang diukur, dapat dilakukan”, “kita mengatur apa yang kita ukur”, “jika anda
tidak dapat mengukurnya maka anda tidak dapat mengawasinya, mengatur
atau memperbaikinya”. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa pentingnya
pengukuran kinerja. “If you can’t define performance you can’t measure of
manage it”.
Rumah sakit umum adalah salah satu organisasi sektor publik yang
bergerak dalam pelayanan jasa kesehatan yang mempunyai tugas
melaksanakan suatu upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna
dengan mengutamakan atau mementingkan upaya penyembuhan dan
pemulihan yang telah dilaksanakan secara serasi dan terpadu oleh pihak
rumah sakit dalam upaya peningkatan dan pencegahan penyakit, serta upaya
perbaikan (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.983/Men.Kes/SK/XI/1992). Pelayanan yang dilakukan lebih
mengutamakan aspek sosial dengan mengedepankan pemberian pelayanan
kesehatan terbaik bagi masyarakat.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Wahidin Sudiro Husodo
merupakan salah satu rumah sakit umum di daerah Jawa Timur yang
mempunyai kedudukan sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah Kota
Mojokerto. Beberapa tahun terakhir, RSUD menunjukkan perkembangan
yang cukup baik, dilihat dari tingkat indeks kepuasan masyarakat, terdapat
peningkatan pada jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan.
Pengukuran kinerja RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo selama ini masih
berpedoman pada standar nasional pelayanan yang telah ditentukan oleh
pemerintah yakni menggunakan sistem manajemen tradisional, yaitu
pengukuran kinerja diukur hanya menggunakan ukuran keuangan saja.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis merumuskan beberapa
batasan masalah, diantarnya:
v
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja menurut Deddi (2011:158) merupakan suatu
proses sistematis untuk menilai apakah kegiatan yang dilaksanakan sesuai yang
telah direncanakan dan yang lebih penting adalah apakah telah mencapai
keberhasilan yang telah ditargetkan pada saat perencanaan. Pengukuran kinerja
dimulai dengan proses penetapan indikator kinerja yang memberikan informasi
sedemikian rupa sehingga memungkinkan unit kerja sektor publik untuk
memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap
masyarakat.
Pengukuran kinerja adalah instrumen yang digunakan untuk
menilai hasil akhir pelaksanaan kegiatan terhadap target dan tujuan kegiatan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja terdiri dari aktivitas
pendokumentasian proses pelaksanaan yanga terdiri dari proses dan aktivitas yang
dilakukan untuk mengubah input berupa sumber daya yang digunakan selama
kegiatan menjadi output berupa barang atau jasa yang dihasilkan dari sebuah
kegiatan. Pengukuran kinerja dilanjutkan dengan penialaian keluaran yang
dilakukan dengan membandingkan perubahan ekonomi atau perubahan sosial dari
pelaksanaan sebuah kegiatan atau kebijakan terhadap tujuan kegiatan atau
kebijakan yang telah ditetapkan. Selanjutnya tahap pengukuran kinerja ini diakhiri
dengan penyusunan laporan pertanggungjawaban kinerja dalam rangka
pemenuhan akuntabilitas publik sebagai manifestasi dari akuntabilitas kinerja.
Pengukuran kinerja merupakan proses mencatat dan mengukur
pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian visi dan misi organisasi
melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa, ataupun suatu proses
(Stout, 1993 dalam Ihyaul 2009).
Pengukuran kinerja suatu organisasi merupakan komponen penting
yang memberikan motivasi dan arah serta umpan balik terhadap keefektifan
perencanaan dan pelaksanaan proses perubahan dalam suatu organisasi, selain itu
vii
pengukuran kinerja juga membantu dalam formulasi dan revisi strategi organisasi
(Chang and Chow, 1999 dalam Ihyaul, 2009).
2.2 Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Dalam Ihyaul (2009:21) mengemukakan manfaat pengukuran kinerja,
diantaranya:
1. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai
kinerja manajemen
2. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan
3. Memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dibandingkan dengan
target kinerja.
4. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman secara
objektif
5. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam mencapai
tujaun memperbaiki kinerja organisasi.
6. Membantu mengidentifikasi kepuasan pelanggan. Dalam hal organisasi
sektor publik secara spesifik adalah pelayanan terhadap masyarakat.
7. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
Robinson, 2002 dalam Harun 2009 mengemukakan beberapa alasan
sehingga pengukuran kinerja sektor publik sangat penting sebagai strategi untuk
memperkuat daya saing kompetisi sektor publik, diantaranya:
1. Sebagai fasilitas pembelajaran untuk perbaikan layanan, karena hasil dari
pengukuran kinerja menjadi data awal perbaikan layanan.
2. Sebagai pembelajaran memperbaiki praktik manajemen, karena hasil
pengukuran kinerja menyediakan kesempatan kepada para manajer sektor
publik utnuk mempelajari implikasi atas aktivitas yang mereka
rekomendasikan.
3. Sebagai alat pelaporan akuntabilitas dan transparansi. Dengan adanya
pengukuran maka penggunaan dana dengan prestasi yang dicapai dituntut
berjalan efektif, sehingga semakin tinggi tekanan atas akuntabilitas dan
viii
keterbukaan pemerintah, data kinerja keuangan sektor publik menjadi
esensial.
4. Sebagai alat ungkap sesuai dengan hukum yang berlaku. Alat ungkap
yang dimaksudkan adalah laporan kinerja yang diserahkan kepada
pemerintahan atau di publikasikan kepada masyarakat.
2.3 Tujuan pengukuran kinerja Sektor Publik
Secara umum pengukuran kinerja menunjukkan hasil dari implementasi
sebuah kegiatan atau kebijakan. Tetapi pengukuran kinerja tidak menganalisis
alasan hal ini dapat terjadi atau mengidentifikasi perubahan yang perlu dilakukan
terhadap tujuan dari kegiatan atau kebijakan.
Mahmudi, 2007 dalam Deddi, 2011 menjelaskan beberapa tujuan dari
penilaian kinerja di sektor publik, diantaranya:
1. Mengetahui tingkat ketercapaian suatu organisasi.
Pengukuran kinerja pada organisasi sektor publik digunakan utnuk
mengetahui ketercapaian suatu organisasi. Penilaian kinerja akan berfungsi
sebagai tonggak yang menunjukkan tingkat ketercapaian tujuan dan juga
menunjukkan apakah organisasi berjalan sesuai arah menyimpang dari tujuan
yang telah ditetapkan.
2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai.
Pengukuran kinerja membantu mengevaluasi hasil usaha yang
dilakukan oleh pegawai dengan membandingkan pada tujuan organisasi,
selain itu pengukuran kinerja dapat menjadi sarana untuk pegawai
mempelajari bagaimana seharusnya berperilaku, sikap, dan bekerja dalam
rangka mencapai hasil kerja yang baik.
3. Memperbaiki kinerja periode-periode berikutnya.
Pengukuran kinerja dapat menciptakan budaya organisasi
yang menciptakan perbaikan kinerja secara terus menerus, sehingga akan
muncul sikap “kinerja harus lebih baik dari kinerja sebelumnya dan kinerja
mendatang harus lebih baik daripada sekarang”.
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan
pemberian pengharagaan dan hukuman (reward and punishment)
ix
Organisasi yang berkinerja tinggi berusaha menciptakan sistem
reward, insentif, dan gaji yang memiliki hubungan yang jelas antara
knowledge, skill, dan kontribusi individu terhadap kinerja organisasi. Bahkan
belakangan ini muncul sistem kinerja modern yang mendukung sistem gaji
berdasar kinerja (performanced based pay) atau pembayaran berorientasi
hasil (result oriented pay).
1. Memotivasi pegawai.
Motivasi pegawai akan terus meningkat ketika organisasi menjalankan
manajemen kompensasi berbasis kinerja, misal pegawai dengan kinerja yang
tinggi akan mendapat penghargaan.
2. Menciptakan akuntabilitas publik
Pengukuran kinerja menunjukan seberapa besar kinrja manajerial
dicapai, sebarapa bagus kinerja finansial organisasi dan kinerja lainnya yang
menjadi dasar penilaian akuntabilitas. Kinerja ini harus dapat diukur dan di
laporkan dalam laporan kinerja.
2.4 Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Shane, 2003 dalam Harun, 2009 mengemukakan beberapa definisi
sistem pengukuran kinerja sektor publik yang efektif secara fiosofis, diantaranya:
1. Sebagai suatu filosofis tentang kosnep belajar berkelanjutan din mana
informasi umpan balik dari laporan kinerja untuk melakuakan penyesuaian
dalam aktivitas pelayanan sesuai dengan misi organisasi tersebut.
2. Sebagai suatu proses yang berlanjut bermula dari penetapan tujuan dan
pengembangan strategis dan perencanaan sebagai alat pencapaian tujuan
sesuai dengan misi organisasi.
3. Sebagai suatu struktur dimana strategi, aktivitas dan taktik operasional
dihubungkan dengan proses umpan balik untuk menyediakan informasi bagi
perbaikan program layanan secara sistematis.
2.5 Prinsip Umum Desain Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Terdapat sejumlah pertanyaan yang harus dipertimbangkan sebagai
landasan dalam membangun suatu sistem pengukuran kinerja sektor publik
(Robinson, 2002 dalam Harun, 2009) diantaranya:
x
1. Apakah sistem pengukuran kinerja konsisten dengan tujuan yang hendak
dicapai oleh suatu agen sektor publik?
2. Apakah alat ukur tersebut mencerminkan secara akurat kinerja para
manajer agen sektor publik yang sedang di evaluasi?
3. Apakah alat ukur kinerja tersebut berhubungan dengan penganggaran yang
ada?
4. Apakah alat ukur kinerja dapat mendorong para manajer sektor publik
menyediakan target atau perencanaan aktivitas yang realistis?
5. Berapa seringkah laporan kinerja tersebut diberkan kepada para manajer
sektor publik?
Dengan memerhatikan sejumlah pertanyaan tersebut, manajer dapat
membangun sistem pengukuran kinerja organisasi sektor publik yang akan
mendorong mereka mengambil keputusan yang konsisten untuk tujuan utama
yaitu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2.7 Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
Ihyaul (2009:21) mengemukakan tujuan umum sistem pengukuran kinerja,
diantaranya:
1. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan
bottom up).
2. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang
sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian strategi.
3. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level
menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal
congruence.
4. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan
individual dan kemampuan kolektif yang rasional.
2.8 Informasi Yang Digunakan Untuk Pengukuran Kinerja
Ihyaul (2009:22) membagi informasi yang digunakan untuk
pengukuran kinerja ke dalam dua kategori, yaitu:
1. Informasi Finansial
xi
Penilain laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada
anggaran yang telah dibuat sebelumnya, dilakukan dengan menganalisis varians
(selisih atau perbedaaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.
Analisis varians secara garis besar berfokus pada pada:
a) varians pendapatan (revenue variance),b) varians pengeluaran (expenditure variance), meliputi varians belanja rutin
dan varians belanja invenstasi/modal. Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi
sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusuri varians tersebut hingga
level manajemen paling bawah.
2. Informasi Nonfinansial
Tolok ukur yang digunakan selain informasi finansial juga bisa
menggunakan informasi nonfinansial. Informasi jenis ini berfungsi untuk
meninjau kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik yang digunakan oleh
beberapa organisasi selama ini adalah dengan menggunakan balanced scorecard.
Dengan menggunakan balanced scorecard kinerja organisasi dapat diukur dengan
dua informasi, finansial dan nonfinansial. Pengukuran dengan metode balanced
scorecard melibatkan empat aspek, diantaranya:
1.Perspektif finansial
2.Perspektif kepuasan pelanggan
3.Perspektif efisiensi proses internal
4.Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Jenis informasi finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel
kunci atau sering dinamakan sebagai key success factor, key result factor dan atau
pulse point. Yang dimaksudkan dengan variabel kunci adalah variabel yang
mengindikasikan faktor-faktor yang menjadi penyebab utama kesuksesan
organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka variabel kunci
harus segera disesuaikan.
Adapun karakteristik yang dimiliki dari variabel kunci diantaranya
adalah:
1. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi
2. Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat
xii
3. Perubahannya tidak dapat diprediksi
4. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera
5. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui proxi.
2.9 Value for Money
Value for money menurut Deddi (2011:161) adalah indikator yang
memberikan informasi kepada kita apakah anggaran (dana) yang dibelanjakan
menghasilkan suatu nilai tertentu bagi masyarakatnya. Ihyaul (2009:24)
mengemukakan kriteria pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen publik
adalah ekonomi, efisien, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas publik. Tujuan
yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup pertanggungjawaban mengenai
pelaksanaan value for money, yaitu ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan
dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam penggunaan sumber daya,
dalam arti penggunaannya diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan, serta
efektif (berhasil guna) dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa value for money merupakan
inti pengukuran kinerja pada unit-unit kerja pemerintah. Pengembangan indikator
kinerja sebaiknya memusatkan perhatian pada pertanyaan mengenai ekonomi,
efisien dan efektivitas program dan kegiatan.
2.10 Langkah-Langkah Pengukuran Value for Money
1. Pengukuran ekonomi
Deddi (2011:16) menyatakan konsep ekonomi
sangat terkait dengan konsep biaya untuk memperoleh unit input. Ekonomi
berarti sumber daya input hendaknya diperoleh dengan harga lebih rendah
(spending less), yaitu harga yang mendekati pasar. Ihyaul (2009:27)
menyatakan bahwa ekonomi adalah ukuran relatif. Untuk melakukan
pengukuran ekonomi terdapat beberapa pertanyaan, diantaranya:
1. Apakah biaya organisasi lebih besar dari yang telah dianggarkan oleh
organisasi?
xiii
2. Apakah biaya organisasi lebih besar dari biaya organisasi lain yang sejenis
dan dapat diperbandingkan?
3. Apakah organisasi telah menggunakan sumber daya finansialnya secara
optimal?
2. Pengukuran efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari ketiga pokok bahasan value
for money, efisiensi dapat diukur dengan rasio output dengan input. Semakin
besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu
organisasi. Pada intinya, efisiensi diukur dari membandingkan keluaran dengan
masukan, maka menurut Ihyaul (2009:27) dan Deddi (2011:161) perbaikan
atau peningkatan efisiensi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:
1. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama.
2. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar dari proporsi
peningkatan input.
3. Menurunkan input pada tingkatan output yang sama.
4. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar daripada proporsi
penurunan output.
Ihyaul (2009:28) membagi efisiensi dalam pengukuran kinerja ke
dalam dua bagian, yaitu 1) efisiensi alokasi yang berkaitan dengan
kemampuan untuk mendayagunakan sumber daya input pada tingkat kapasitas
normal. 2) efisiensi teknis atau manajerial terkait dengan kemampuan
mendayagunakan sumber daya input pada tingkat output yang tertentu.
3. Pengukuran Efektivitas
Menurut Deddi (2011:161) mengemukakan bahwa efketivitas
merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi
output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program,
atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input, efisiensi berfokus pada
output atau proses, maka efektivitas berfokus pada outcome atau hasil. Suatu
organisasi, program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang
xiv
dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending
wisely.
Karena output yang dihasilkan sebuah organisasi sektor publik
lebih banyak output yang bersifat intangible dan tidak mudah di kuantifikasi,
pengukuran efektivitas sering menghadapi kesulitan karena pencapaian hasil
(outcome) sering tidak bisa diketahui dalam jangka pendek, tetapi dalam
jangka panjang setelah program berakhir. Jadi, ukuran efektivitas biasanyan
dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan. Outcome seringkali
dipengaruhi oleh hal-hal di luar kendali pemerintah, misal faktor cuaca atau
bencana alam.
2. 11 Balanced Scorecard
Menurut Ihyaul (2009:45) Balance Scorecard adalah alat
pengukuran kinerja yang mengintergrasikan good corporate governance
dengan good performance management information. Konsep Balance
Scorecard adalah menerjemahkan strategi organisasi ke dalam aktivitas-
aktivitas yang terencana dan dapat diukur secara kontinyu. Konsep Balanced
Scorecard (BSC) mengatasi masalah tentang kelemahan sistem pengukuran
kinerja perusahaan berfokus pada aspek keuangan dan mengabaikan kinerja
non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas karyawan, dan
sebagainya, maka diciptakanlah sebuah model pengukuran kinerja yang tidak
hanya mencakup keuangan saja melainkan non keuangan pula, yaitu Konsep
Balanced Scorecard menjadi suatu sarana untuk mengkomunikasikan
persepsi strategis dalam suatu perusahaan secara sederhana dan mudah
dimengerti oleh berbagai pihak dalam perusahaan, terutama pihak-pihak
dalam organisasi yang akan merumuskan strategi perusahaan.
Pengertian Balanced Scorecard (Eva:2014) jika diterjemahkan bisa
bermakna sebagai rapor kinerja yang seimbang (Balanced). Scorecard adalah
kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan/atau
suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak diwujudkan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerpa konsep Balance Scorecard
xv
sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan sebab Balanced
Scorecard yang telah dilakukan dapat menghasilkan perbaikan dan perubahan
strategis yang dilakukan untuk pencapaian kinerja yang akan dicapai dalam
pengelolaan unit usaha perusahaan.
Ada empat aspek organisasi publik yang sangat relevan apabila
dihubungkan dengan Balanced Scorecard dan memungkinkan untuk diadakan
pengukuran, yaitu: Aspek Pelayanan, Aspek Bisnis Internal, Aspek
Pembelajaran dan Pertumbuhan, dan Aspek Keuangan (Baharuddin, 2006
dalam Eva, 2014). Penerapan Balanced Scorecard pada organisasi sektor
publik memerlukan modifikasi atau revisi (Makhijani, 2004 dalam Eva,
2014). Implementasi Balanced Scorecard pada sektor public memerlukan
modifikasi, karena: (1) Fokus utama sektor publik adalah masyarakat (publik)
dan kelompok tertentu. (2) Tujuan utama organisasi publik adalah bukan
maksimalisasi hasil-hasil finansial tetapi keseimbangan pertanggungjawaban
finansial kepada stakeholders.
Tabel Perbandingan Penerapan Sistem Manajemen Strategik dalam
Manajemen Tradisional dan Manajemen Kontemporer
Sistem manajemen
strategik dalam
manajemen tradisional
Sistem manajemen strategik dalam manajemen
Kontemporer
Hanya berfokus
pada perspektif keuangan
Sistem perencanaan
yang mengandalkan pada
anggaran tahunan
Sistem perencanaan
menyeluruh yang tidak
koheren
Perencanaan jangka
panjang yang tidak
bersistem
Pengukuran aspek
keuangan tradisional
Mencakup perspektif yang komprehensif: keuangan
pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran /
pertumbuhan
Koheren ; membangun hubungan sebab-akibat diantara
berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan
strategis
Terukur ; semua sasaran strategi ditentukan ukurannya
baik untuk sasaran strategis perspektif keuangan maupun
perspektif non keuangan.
Seimbang ; keseimbangan sasaran strategis yang
dihasilkan oleh sistem perencanaan strategis penting untuk
menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.
Adaptif dan Responsif terhadap Perubahan Lingkungan
xvi
melaporkan kejadian masa
lalu tanpa menunjukkan
cara meningkatkan kinerja
di masa depan. Aspek
customer, inovasi dan
pengembangan, learning
memberikan pedoman
terhadap customer yang
selalu berubah
preferensinya.
Bisnis
Fokus terhadap tujuan perusahaan ;
Perspektif Keuangan, Terwujudnya tanggung jawab
ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam
pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang
dikuasai personil.
Perspektif Customer, Terwujudnya tanggung jawab
sosial sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai
perusahaan yang akrab dengan lingkungan.
Perspektif Proses Bisnis Internal, Terwujudnya
pelipatgandaan kinerja seluruh personil perusahaan melalui
implementasi.
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuha, Terwujudnya
keunggulan jangka penjang perusahaan lingkungan bisnis
global melalui pengembangan dan pemfokusan potensi
sumber daya manusia.
2.11.1 Komponen dalam Balance Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau
lebih tepat dinamakan "Strategic based responsibility accounting system” yang
menjabarkan misi dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan
tolok ukur kinerja perusahaan tersebut.Perspektif-perspektif dalam Balanced
Scorecard adalah sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan (Finansial Perspective)
Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam Balanced
Scorecard, karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi ekonomi
xvii
yang terjadi yang disebabkan oleh pengambilan keputusan (Sugiyanto dan
Anwar,2003 dalam Eva,2014).
2. Perspektif Pelanggan
Aspek pelanggan (Customer) menurut Ihyaul (2009:49) ini ditujukkan
unutk menjawab pertanyaan “how do customer see us?”. Dalam aspek pelanggan
ini dijelaskan mengenai seberapa baik suatu institusi menjalankan aktivitas dan
mencapai hasil sesuai harapan dari pada stakeholder-nya.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif bisnis internal, manajer harus mengidentifikasi
proses-proses yang paling kritis untuk mencapai tujuan peningkatan nilai bagi
pelanggan dan tujuan peningkatan nilai bagi pemegang saham (Vincent Gaspersz,
2005 dalam Eva, 2014). Setiap perusahaan memiliki seperangkat proses
penciptaam nilai yang unik bagi pelanggannya dan memberikan hasil finansial
yang baik.
Aspek bisnis internal berfokus pada aspek proses internal, yaitu suatu
institusi harus memiliki core business maupun core competences yang
diunggulkan untuk mencapai hasil sesuai dengan harapan stakeholders
(Ihyaul:2009).
4. Perspektif Pembelajaran dan PertumbuhanPerspektif keempat dalam Balanced Scorecard mengembangkan
pengukuran dan tujuan untuk mendorong organisasi agar berjalan dan
tumbuh. Tujuan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah
menyediakan infrastruktur untuk mendukung pencapaian tiga perspektif
sebelumnya. Perspektif keuangan, pelanggan, dan sasaran dari proses bisnis
internal dapat mengungkapkan kesenjangan antara kemampuan yang ada dari
orang, sistem dan prosedur dengan apa yang dibutuhkan untuk mencapai
suatu kinerja yang handal
xviii
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Penerapan Metode Balance Scorecard pada RSUD Dr. Wahidin Sudiro
Husodo
Kinerja rumah sakit umum daerah dr. Wahidin Sudiro Husodo ketika diukur
menggunakan balanced scorecard, dilakukan dengan mengukur kinerja
menggunakan indikator seperti dalam tabel dibawah ini:
xix
1. Perspfektif Kinerja Keuangana. Rasio Keuangan
Mengetahui sejauh mana tingkat kehematan yang dimiliki oleh rumah sakit
dalam penggunaan anggaran yang telah diberikan oleh pemerintah.
Rasio Ekonomi = Pengeluaran Institusi
Anggaran yang ditetapkan x 100%
b. Rasio EfisiensiMengetahui sejauh mana tingkat efisiensi dengan menggunakan
perbandingan besarnya pengeluaran biaya yang dipakai untuk memperoleh
pendapatan dengan realisasi pendapatan
Rasio Efisiensi = Pengeluaran untuk Memperoleh Pendapatan
Realisasi Pendapatan x 100%
c. Rasio EfektivitasMengetahui sejauh mana sbuah institusi dapat meraih/mencapai tujuanny
dengan menggunakan perbandingan realisasi pendapatan dengan
menggunakan perbandingan realisasi pendapatan dengan targer pendapatan
yang ditetapkan
Rasio Efektivitas = Realisasi Pendapatan
Target Pendapatan yangditetapkan x 100%
2. Kinerja Perspektif Pelanggan
a. Kepuasan PelangganKepua san pelanggan merupakan
pengukuran menggunakan kuesioner terhadap rata-rata kepuasan yang
dirasakan oleh pelanggan rumah sakit dengan memberikan nilai pada jawaban
kuesioner yang telah disediakan sesuai dengan tingkat kepuasan yang
dirasakan
IKP = PP
IKP = Indeks Kepuasan Pasien
PP = Perceived Performance
xx
b. Customer Acquisition
Untuk mengetahui jumlah pasien baru yang diperoleh oleh rumah sakit
Customer Acquisition = Jumlah Pasien BaruJumlahTotal Pasien
x 100%
3. Kinerja Perspektif Bisnis Internal
a. InovasiMengetahui sejaih mana rumah sakit melakukan suatu pengembangan agar
dapat memberikan pelayanan yang semakin baik terhadap pasien
Perdentasi Inovasi = Jumlah JasaBaru Ditawarkan
JumlahTotal Jasa yang Ada x 100%
b. Proses OperasiTerdapat bebarapa komponen yang menjadi tolak ukur pada perhitungan
persentasi pada proses operasi, komponen-komponen tersebut antara lain :
a. Jumlah Kunjungan Rawat Jalan
RK =
Jumlah Kunjungan Rawat Jalan 9 Baru=Lama¿ ¿Jumlah Hari Kerja pada Periode Waktu yang Sama
x 100%
b. Jumlah Kunjungan Rawat Inap
ALOS (Average Length of Stay)
ALOS = Jumlah Hari Perawatan Pasien Keluar
Jumlah Pasien Keluar ( Hidup=Meninggal ) x 100%
BOR (Bed Occupancy Ratio)
BOR = Jumlah Hari Perawatan Rumah Sakit
JumlahTempat Tidur x Jumlah Hari dalam SatuanWaktu x 100%
xxi
TOI (Turn Over Internal)
TOI = (JumlahTempat Tidur x Jumlah Hari )−Hari Perawatan RS
Jumlah Pasien Keluar ¿¿ x
100%
BTO (Bed Turn Over Rate)
BTO = Pasien Keluar (Hidup=Meninggal)
JumalhTempat Tidur x 100%
GDR (Gross Death Rate)
GDR = Jumlah Pasien Meninggal Seluruhnya
Jumlah Pasien Keluar ¿¿ x 100%
NDR (Net Death Rate)
NDR = Jumlah Pasien Meninggal>48 Jam
JumlahPasien Keluar x 100%
4. Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
a. Kepuasan KaryawanPengukuran kepuasan karyawan dilakukan dengan survey melalui
kuesioner. Kepuasan karyawan mengukur rata-rata kepuasan dengan
memberikan nilai kepada jawaban kuesioner sesuai dengan tingkat kepuasan
yang dirasakan. Rumus perhitungan yang digunakan dalam kepuasan
karyawan, sama dengan rumus pada perhitungan kepuasan pelanggan. B
b. Retensi KaryawanMengetahui sejauh mana pihak rumah sakit dapat mempertahankan
karyawannya, dengan membandingkan jumlah karyawan yang keluar dengan
jumlah seluruh karyawan.
Retensi Karyawan = Jumlah Karyawan yang Keluar
JumlahTotal Karyawan x 100%
c. Produktivitas KaryawanMengetahui sejauh mana tingkat produktivitas yang dimiliki karyawan
dengan membandingkan antara jumlah absensi karyawan dengan jumlah hari
kerja.
xxii
Produktivitas Karyawan = Jumlah Absensi Karyawan
Jumlah Hari Kerja x 100%
Hasil Keseluruhan Pengukuran Kinerja dengan Metode Balance Scorecard
Total hasil skor RSUD dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto
adalah 5 dari 17 ukuran kinerja. Sehingga rata-rata skor adalah 5/17 = 0,29. Skala
yang digunakan adalah: -1 – 0 “kurang”, >0 – 0.50 “cukup”, >0.50 – 1.00 “baik”.
Berdasarkan perhitungan skala di atas, hasil pengukuran kinerja RSUD
dr.Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto secara keseluruhan dapat dikatakan
cukup baik dengan total skor 0,29 apabila diukur menggunakan metode Balanced
Scorecard.
xxiii
DAFTAR PUSTAKA
Deddi Nordiawan, A. H. (2011). Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba
Empat.
Hakim, A. L. (2014). THE IMPLEMENTATION OF PUBLIC SECTOR
MEASUREMENT WITH BALANCED SCORECARD.
Harun. (2009). Reformasi Akuntansi dan Manajemen Sektor Publik di Indonesia.
Jakarta: Salemba Empat.
Ulum, I. (2009). Audit Sektor Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Ulya, E. C. (2014). PENERAPAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI
TOLOK UKUR . digilib-ub.
xxiv